HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN IKLAN KOSMETIK DENGAN MINAT MEMBELI PADA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh : Frida Nurarifiyani F 100 11 4030
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
i
HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN IKLAN KOSMETIK DENGAN MINAT MEMBELI PADA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh : FRIDA NURARIFIYANI F100114030
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
ii
iii
HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON TAYANGAN IKLAN KOSMETIK DENGAN MINAT MEMBELI PADA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA Frida Nurarifiyani
[email protected] Pembimbing : Taufik Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI Minat membeli adalah suatu bentuk rancangan dalam pembelian suatu produk sebelum melakukan tindakan untuk membeli barang atau jasa. Sebuah minat membeli dapat terjadi apabila terdapat stimulus dari produk maupun jasa tersebut. Minat membeli timbul akibat faktor psikologis yaitu intensitas menonton tayangan iklan kosmetik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas menonton tayangan iklan kosmetik dengan minat membeli pada mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta.Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan subjek 106 mahasiswa. Metode pengumpulan data menggunakan skala psikologis, yaitu skala intensitas menonton tayangan iklan kosmetik dan skala minat membeli, dengan metode insidental sampling. Metode analisis data menggunakan product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif yang sangat signifikan antara intensitas menonton tayangan iklan kosmetik dengan minat membeli. Semakin tinggi intensitas menonton tayangan iklan maka semakin tinggi pula minat membeli pada mahasiswa. Begitu pula sebaliknya semakin rendah intensitas menonton tayangan iklan kosmetik, maka semakin rendah pula minat membeli pada mahasiswa. Sedangkan tingkat intensitas menonton tayangan iklan kosmetik dengan minat membeli pada mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Tergolong rendah dan tingkat minat membeli pada mahasiswa Perguruan Tnggi Swasta tergolong rendah.
Kata kunci : Intensitas menonton tayangan iklan kosmetik, minat membeli
vi
CORRELATION BETWEEN INTENSITY OF WATCHING COSMETIC ADVERTISEMENT BROADCASTING AND INTENTION TO BUY IN THE PRIVATE UNIVERSITY STUDENTS Frida Nurarifiyani
[email protected] Adviser
:
Taufik Psychology Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta ABSTRACT An intention to buy is a design form in buying a product before conducting an action to buy a product or a service. The intention to buy can occur if there is stimulus of the product or the service. The intention to buy will occure because of psychological factor that is an intensity of watching a cosmetic advertisement broadcasting. The objective of this research was to know the correlation between the intensity of watching a cosmetic advertisement broadcasting and the intention to buy in the private university students. The method of this research was quantitative with subjects of 106 students. The method of data collection used the psychological scales, they were: the scale of the intensity of watching a cosmetic advertisement broadcasting and the scale of the intention to buy, with the method of insidental sampling. The method of data analysis used product moment. The results of the research showed that there was a very signifiant positive correlation between the intensity of watching a cosmetic advertisement broadcasting and the intention to buy. The higher the intensity of watching a cosmetic advertisement broadcasting, the higher the intention to buy in the students would be. In contrary, the lower the intensity of watching a cosmetic advertisement broadcasting, the lower the intention to buy in the students would be. Meanwhile, the level of intensity of watching a cosmetic advertisement broadcasting and the level of intention to buy in the private university students were categorized as low.
Keywords: Intensity of watching cosmetic advertisement broadcasting, intention to buy
vii
hasil – hasil produksi dan bertugas
PENDAHULUAN
mencari pembeli. Sehingga timbul
A. Latar Belakang Masalah
ide-ide mengenai bagaimana cara
I
ndonesia
merupakan
untuk memasarkan produk tersebut
salah satu negara yang berkembang
dengan baik (As'ad, 2001)
dengan
Pemenuhan
kondisi perekonomian yang dirasakan
seseorang
semakin stabil dan bahkan semakin
daya
beli
tersebut
menjadikan
masyarakat
semakin
Minat
dimana
konsumen
konsumen. Minat
Ini akan
yang
dirasakan
temuan mencari
baranglah
yang
para
calon
yang pembeli
menarik perhatian konsumen untuk membeli. Burt (Munandar, 2001)
namun keadaannya terbalik menjadi –
membeli
dipengaruhi oleh iklan yang mampu
barang untuk mencukupi kebutuhan,
barang
membeli
harus sesuai dengan keinginan dari
belikan dipasar tradisional maupun
adanya
dalam
diantaranya dalam pembelian produk
sebuah produk baik yang diperjual
mengakibatkan
seseorang
barang memiliki berbagai kriteria
selektif untuk memilih dan membeli
dipasar modern. Hal
dengan menggunakan
salahsatu pendorong yaitu minat.
meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan
kebutuhan
menyatakan
akan
psikolog
mencari pembeli. Situasi tersebut
bahwa
dalam
bidang
sumbangan tayangan
periklanan terutama mengenai daya
menjadikan para manager perusahaan
tarik yang digunakan dengan tujuan
belomba – lomba untuk menciptakan
1
membujuk calon konsumen untuk
untuk
membeli dengan cara mengendalikan
memperkenalkan produk – produk
perhatian
dan
memberi
kesan
baru kepada masyarakat. Tayangan
konsumen
yang
disimpan
dalam
iklan di televisi berdampak pada
ingatan. Sehingga bila dibutuhkan
perubahan gaya hidup dimasyarakat
produk tersebut muncullah merek
maupun pada perubahan perilaku.
produk dari ingatanya
Hamsih
Wijaya dan Dharmayanti (2014)
Terhadap Minat beli Remaja RT004
masyarakat
/
Indonesia. Hal ini di perkuat dari
untuk
menonton
002
kampar.
Hamsil
wanita,
dengan
metode
pengumpulan data yang digunakan
sebagai pemasaran. Terbukti selama
adalah dengan cara menyebarkan
tahun 2013 dari 58 persen iklan
angket.
ditelevisi menjadi anggaran belanja
dengan
kecamatan
orang
lahan persaingan yang digunakan
televisi dibuat
mendapatkan
menggunakan subjek sejumlah 36
lain. Iklan televisi menjadi salah satu
iklan
Kampar
terhadap minat beli remaja Rt 004 Rw
televisi dibanding menonton media
yang terbesar. Kehadiran
Kelurahan Airtiris
hasil bahwa iklan ponds berpengaruh
bahwa 94 persen orang indonesia menyukai
RW 002
Kecamatan
pernyataan Nielsen Media Research
lebih
dalam
iklan kosmetik Pond’s di Televisi
memiliki persentasi paling banyak oleh
(2014)
dan
penelitiannya yang berjudul pengaruh
mengatakan bahwa media televisi
dikonsumsi
mempromosikan
Didapatkan
hasil
nilai
koefisien sebesar 0,346 yang berarti
di
tayangan
maksud
2
iklan
mampu
mempengaruhi minat beli sebesar
(2003)
34,6% .
mengemukakan
Hamsih (2014) memperkuat teori yang
dikemukakan
oleh
(Natalia,
2008)
dorongan
minat
membeli dari iklan melalui beberapa
stanton
aspek yaitu Perhatian, Ketertarikan,
(2003) yang menyatakan bahwa salah
keinginan, keyakinan, keputusan dan
satu faktor yang mempengaruhi minat
tindakan.
membeli adalah intensitas menonton
Dalam menghadapi persaingan,
tayangan iklan.
iklan memiliki peranan penting yang
Menonton iklan merupakan bentuk
bertujuan meningkatkan penjualan
strategi
atau
produk. Strategi iklan yang tepat akan
memperkenalkan informasi mengenai
memberikan dampak yang efektif
produk yang dipamerkan. Serta dapat
bagi konsumen. Berdasarkan latar
diketahui bahwa intensitas menonton
belakang masalah diatas dihasilkan
tayangan
bahwa
dalam
memberikan
iklan
mendorong pembelian
cukup
mampu
konsumen
dalam
produk.
intensitas
merupakan
Dorongan
membeli.
tayangan
faktor Maka
dari peneliti
iklan minat ingin
konsumen dalam pembelian produk
mengetahui lebih lanjut apakah ada
diperoleh
Hubungan
dari
aspek
psikologi.
Intensitas
Menonton
Dimana aspek psikologi ini bertujuan
Tayangan Iklan Kosmetik Dengan
untuk
timbulnya
Minat Membeli Pada Mahasiswa
dorongan minat dalam diri konsumen
Perguruan Tinggi Swasta di Jawa
setelah
Tengah
memunculkan
melihat
iklan
yang
ditayangkan. Menurut Lucas dan Britt
B. Landasan Teori
3
bahwa apek – aspek yang terdapat
Minat Membeli Minat membeli merupakan bagian
dalam minat membeli antara lain :
dari komponen perilaku dalam sikap
a. Perhatian adalah suatu bentuk
mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan
konsentrasi
Taylor (2003), minat membeli adalah
Konsumen
sebelumnya.
yang
merefleksikan
terhadap stimuli yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Salah satu
rencana pembelian sejumlah produk
perhatian
tersebut
adalah
intensitas menonton tayangan iklan.
dengan merek tertentu (Durianto,
b. Ketertarikan
Sugiarto, Widjaja, & Supratikno,
merupakan
kecenderungan
2003).
dalam
berfokus
terhadap penilaian secara postif.
Berdasarkan paparan
tersebut,
Ketertarikan
maka dapat diketahui bahwa minat
perasaan
produk sebelum melakukan tindakan
untuk
mengingini
atau
memiliki suatu produk tersebut.
untuk membeli barang atau jasa.
d. Keyakinan
sebuah minat membeli dapat terjadi stimulus
setelah
c. Keinginan adalah suatu bentuk
rancangan dalam pembelian suatu
terdapat
dilakukan
adanya perhatian.
membeli merupakan suatu bentuk
apabila
pada
merupakan proses dalam pemilihan
benar dilaksanakan oleh responden bertindak
ditujukan
sekumpulan obyek. Perhatian juga
keputusan membeli yang benar –
untuk
yang
munculnya
dari
timbul
akibat
penilaian
dari positif
terhadap suatu produk .
produk maupun jasa tersebut. lucas
e. Keputusan
dan Britt ( Natalia, 2008) mengatakan
pembeli
4
merupakan untuk
perilaku
mengambil
tindakan
dalam
memperoleh
dengan diminati
produk yang ingin dibeli. Minat
dari komunitas
tertentu. membeli
b. Fakor pribadi
didefinisikan sebagai bentuk dari
Faktor pribadi terdiri dari usia,
perilaku
konsumen
pekerjaan dan kodisi, dan gaya
secara
tidak
yang
terjadi
langsung
yang
hidup..
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
kebudayaan,
Faktor psikologi terdiri dari
sosial, pribadi dan psikologi (Kotler,
lima bagian yaitu motivasi,
2003)
pengalaman individu, persepsi
a.
faktor
c. Faktor Psiologi
Faktor
kebudayaan
terdiri dari
yang
dan kepercayaan dan juga
: Faktor kebudayaan
sikap. Meliputi:
memiliki pengaruh yang paling luas
1) Motivasi, kebutuhan berasal dari
terhadap
kondisi
perilaku
Kebudayaan
konsumen.
didefinisikan
psikologisnya.
Misalnya
sebagai
kebutuhan untuk dikenal, kebutuhan
bentuk dari cipta, rasa,dan karsa
untuk dikenal, kebutuhan akan harga
manusia yang berasal dari budaya
diri, atau kebutuhan untuk memiliki.
setempat. Sebuah
minat
dalam
Kebutuhan
pembelian
akan
berbeda
kebutuhan
produk
sesuai dengan Produk
budaya setempat.
dengan
memiliki penilaian
merk
lainnya
berasal
fisiologis
dari seperti
kebutuhan rasa lapar, haus dan tidak
tertentu
nyaman. Kedua kebutuhan tersebut
yang berbeda
didorong dari motivasi.
5
2) Pengalaman
individu
penggunaan
suatu
dalam
berdampak pada kecenderungan yang
produk
relative konsisten terhadap suatu
berpengaruh pada perilaku individu.
objek atau gagasan.
Pendorong pengulangan pemakaian
Intesitas Menonton Tayangan Iklan
produk
Kosmetik
tersebut
didasari
dari
pengalaman yang positif. 3) Persepsi, dimana
Menurut Ajzen
merupakan
individu
proses
dalam
2012) intensitas adalah suatu bentuk
memilih,
tindakan yang dilakukan individu
memutuskan,dan menginterpretasikan
untuk mencapai tujuan yang ingin
dalam penyampaian informasi untuk menciptakan
gambaran
dicapai. Hal ini diperkuat dengan
mengenai
perkataan dari Azwar (2000) bahwa
dunia. Persepsi akan menentukan
intensitas merupakan kekuatan atau
tanggapan individu terhadap promosi
kedalaman sikap terhadap sesuatu.
produk.
Kartono
4) Kepercayaan dan sikap mampu
sikap
satu
tertentu.
berasal
dalam
pengungkapan
perasaan
dan
kecenderungan
seseorang
yang
intensitas
dibutuhkan untuk merangsang salah
Kepercayaan tersebut seperti citra
Sedangakan
bahwa
(2001)
tingkah laku, jumlah energi fisik yang
positif yang dimiliki oleh seseorang.
merek
Gulo
merupakan besar atau kecilnya suatu
Kepercayaan adalah pemikiran yang
atau
dan
mengemukakan
mempengaruhi pandangan individu.
produk
(Frisnawati,
indera.
Intensitas
menonton
tayangan iklan merupakan kegiatan mendengarkan,
melihat,
dan
membaca pesan media massa atapun mempunyai
6
pengalaman
dan
perhatian terhadap pesan tersebut,
yang disajikan, Durasi atau kualitas
yang
kedalaman menonton, Frekuensi atau
dapat
terjadi
pada
tingkat
individu ataupun kelompok (Shore,
tingkat
2005).
Wahyudi (Riswari, 2007) faktor yang Lowery dan De Fleur (Sari,
2008)
mengungkapkan
mahasiswa menonton
dalam tayangan,
macam, yaitu:
untuk
perilaku
a. Rasa ingin tahu, keingintahuan
pada
seseorang
intensitas yaitu:
Total
lingkungannya dengan mendekatinya, memeriksanya,atau
acara yang ditonton dalam sehari dan program acara yang paling disukai; Frekuensi menonton program acara itu,
untuk
baru, aneh, dan misterius dalam
menonton tayangan; Pilihan program
Sementara
mendoronganya
bereaksi positif ke arah hal - hal yang
waktu rata-rata yang dihabiskan untuk
tertentu.
JB.
tayangan iklandibagi menjadi tiga
terdapat tiga hal yang dapat dijadikan
mengidentifikasi
Menurut
mempengaruhi intensitas menonton
bahwa
sebagai alat atau aspek
keseringan.
mempermainkannya,
selalu
mengamati
untuk
mencari
Azjen
lingkungannya pengalaman
baru
atau
menekuni sesuatu untuk menyelidiki
(Setiawan, 2005) membagi intensitas
unsur-unsur
menonton tayangan iklan menjadi
benda
tersebut.
Keingintahuan biasanya ditunjukkan
empat aspek, yaitu Perhatian atau
dengan bertanya, sebab tekanan sosial
daya konsentrasi dalam menonton
dalam bentuk teguran dan hukuman
tayangan iklan, Penghayatan atau
menuntut mereka untuk
pemahaman terhadap tayangan iklan
7
tidak lagi
langsung mendekati dan meneliti
perkembangan
benda yang ingin mereka ketahui.
hubungan yang lebih matang dengan
b.
Pengaruh lingkungan yang terdiri
teman sebaya. Tuntutan teman -teman
dari keluarga, lingkungan tempat
sebaya agar tetap memiliki wawasan
tinggal dan keadaan di sekolah.
yang baru “ngetren” mengenai acara
Keluarga berperan penting dalam
tayangan
iklan,
membentuk
karakter
mengikuti
acara
seseorang,
membangun
kepribadian pribadi
tersebut
untuk
mencapai
karena tayangan
iklan
dapat
ikut
atau
tidak
individu
seseorang yang kuat dan bermoral
menentukan
serta tidak mudah dipengaruhi oleh
diterima dalam kelompok
pengaruh
lingkungan
sebaya.
baik
C. Hipotesis
sosial
-
pengaruh
yang
tidak
dan
menyimpang dari ajaran moral.
Berdasarkan
c.
dapat
Motif adalah keadaan internal
organisme (baik manusia
ataupun
diterima
uraian
ditarik
berikut:
Ada
dengan
diatas,
teman
maka
hipotesis
sebagai
hubungan
positif
hewan) yang mendorongnya untuk
intensitas menonton tayangan iklan
berbuat
kosmetik terhadap minat membeli
sesuatu.
Dorongan
ini
didukung oleh faktor - faktor yang
D. Metode
ada dalam
diri seseorang yang
Populasi pada penelitiann ini yaitu
mengarahkan
Mahasisa Perguruan Tinggi Swasta
perilakunya untuk memenuhi tujuan
Jawa Tengah yang mengalami tingkat
tertentu. Individu menonton tayangan
minat membeli yang cukup tinggi.
iklan didorong oleh adanya tugas
Minat membeli dilihat dari pemakaian
menggerakkan,
8
produk
terutama
kosmetik
yang
ditemui cocok sebagai sumber data dengan
dilakukan oleh mahasiswa. Dalam
menentukan
bahwa
korelasional
yakni
1. Mahasiswi
produk tabir
jumlah keseluruhan populasi yang
ketentuan
yang
seperti
lipstik
dan
wawancara
yang
produk
kosmetik
salah
satunya
berasal
dari
tayangan iklan kosmetik.
(1992). Teknik
pengambilan
Bentuk skala yang digunakan
sampel
dalam penelitian ini adalah skala yang
yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat langsung, yaitu pernyataan –
adalah insidental sampling. Teknik sampling
pernyataan tertulis yang diajukan dapat
dengan
dijawab
mengambil responden sebagai sampel
dapat
oleh
subyek
Skala penelitian ini bersifat tertutup,
saja yang secara kebetulan bertemu peneliti
langsung
penelitian yang dimintai pendapat.
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
dengan
surya,
satu
mengatakan bahwa referensi
dinyatakan oleh Gay dan Diehl
insidental
kosmetik
2. Hasil
menunjukan bahwa jumlah tersebut minimum
salah
blason
peneliti
menggunakan 106 mahasiswa yang
diatas
Swasta
menggunakan
sampel
1.156,
Perguruan
Tinggi
penelitian
minimumnya adalah 30 subjek. Dari
berjumlah
Adapun
karakteristik sampel antara lain:
jumlah
sampel, Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan
kriterianya.
yaitu subyek diminta memilih salah
digunakan
satu dari beberapa jawaban yang telah
sebagai sampel bila orang yang
9
ada (Hadi, 2000). Alat ukur yang
Setelah memilih aitem yang valid
digunakan dalam penelitian ini adalah
selanjutnya aitem tersebutlah yang
menggunakan
digunakan untuk penelitian.
membeli
angket
pada
skala
minat
mahasiswa
dan
Skala minat membeli dari 40
intensitas menonton tayangan iklan.
aitem terdapat 35 aitem yang valid
E. Metode Analisis Data
dan 5 aitem yang gugur. Hasil analisis
Data yang didapat dari penelitian
skala yang diketahui ada 5 aitem <
diolah menggunakan analisis product
0,3 yaitu nomor 11, 16, 29, 39, 40
moment (Formula Pearson) yang diolah
dengan nilai corrected item – total
dengan
SPSS
correlation bergerak 0,046 sampai
Service
0,240 aitem yang digunakan untuk
program
(Statistical
Product
aplikasi and
Solution) 17.0 for windows. Analisis
penelitian
product
karena
corrected item – total correlation
penelitian ini melibatkan dua variabel
bergerak dari 0,312 sampai 0,742 dan
yaitu intensitas menonoton tayangan
koefisien alpha (a) = 0,917.
momentdigunakan
iklan terhadap minat membeli.
skala
hipotesis
intensitas
memiliki
menonton
tayangan iklan kosmetik, dari 24
F. Hasil dan Pembahasan Pengumpulan data penelitian ini
aitem terdapat 19 aitem yang valid
menggunakan try out terpisah yaitu
dan 5 aitem yang gugur. Hasil analisis
antara try out dengan penelitian
skala yang diketahui ada 5 aitem <
dilaksanakan
out
0,3 yaitu nomor 2, 9, 10, 16, 23
digunakan untuk mengetahui aitem
dengan nilai corrected item – total
mana saja yang valid dan gugur.
correlation bergerak 0,046 sampai
terpisah.
Try
10
0,237 aitem yang digunakan untuk
0,481>0,05 yang artinya sebaran data
penelitian
memenuhi distribusi normal.
hipotesis
memiliki
corrected item – total correlation
Uji
bergerak dari 0,312 sampai 0,607 dan
mengetahui apakah variabel bebas dan
koefisen alpha (a) = 0,833.
variabel tergantung memiliki hubungan
Uji
normalitas
sebaran
yang
linearitas
linear
dilakukan
atau
signifikansi.
populasi data berdistribusi normal
hubungan antara intensitas menonton
jika signifikan lebih besar dari 5 %
tayangan iklan kosmetik dengan minat
atau
ini
membeli diperoleh nilai F sebesar
One-Sample
1,405 hasil dari keterangan Deviation
menggunakan
Uji
normalitas
teknik
Komogrorov-Smirnov Test.
uji
secara
diperlukan guna mengetahui apakah
0,05.
Hasil
tidak
untuk
linearitass
From Linearity dihasilkan signifikansi
Hasil uji normalitas pada variabel
(p) = 0,111 dengan p > 0,05 hasil
Intensitas MENONTON Taayangan
tersebut menunjukkan bahwa variabel
Iklan Kosmetik menunjukkan nilai
bebas (intensitas menonton tayangan
Komogrorov-Smirnov Z sebesar 1,400
iklan
dengan p value = 0,040 > 0,05 yang
tergantung (minat membeli) memiliki
artinya
korelasi yang searah (linier), artinya
sebaran
data
memenuhi
kosmetik)
antara
variabel
distribusi tidak normal. Hasil uji
ada
normalitas veriabel minat membeli
menonton tayangan iklan komestik
menunjukkan Komogrorov-Smirnov Z
dengan minat membeli
sebesar 0,839 dengan p value =
hubungan
dengan
intensitas
Berdasarkan hasil uji asumsi yang menunjukan sebaran data normal
11
dan linier, maka penggunaan analisis
Tinggi Swasta. Hasil ini juga sesuai
product moment dari Pearson dapat
dengan hipotesis oleh peneliti, yaitu
dilakukan.
Setelah
hipotesis
semakin tinggi intensitas menonton
dilakukan
dengan
menggunakan
tayangan iklan kosmetik , maka tinggi
analisis korelasi product moment, maka
juga minat membeli. Begitu pula
diperoleh nilai koefisien korelasi (r)
sebaliknya.
uji
sebesar 0.706. Nilai koefisien korelasi
PEMBAHASAN
positif yang artinya ada hubungan sangat
positif
antara
Berdasarkan hasil perhitungan
intensitas
teknik
menonton tayangan iklan kosmetik dengan
minat
membeli
moment,
pada
kosmetik
maka
hubungan positif antara intensitas menonton tayangan iklan kosmetik
pula sebaliknya. Hubungan antara dua tersebut
sangat
dengan
signifikan
tersebut
hubungan
menunjukkan
positif
yang
minat
membeli
pada
Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta
dengan nilai p = 0,000 (p < 0.01). nilai hasil
nilai
korelasi positif yang artinya ada
semakin tinggi minat membeli begitu
variabel
diperoleh
product
= 0,000 (p < 0,01). Nilai koefisien
Semakin tinggi intensitas menonton iklan
maka
korelasi
koefisien korelasi (r) sebesar 0.706; p
mahasiswa perguruan tinggi swasta.
tayangan
analisis
di Jawa Tengah. Semakin tinggi
ada
intensitas menonton tayangan iklan
sangat
kosmetik maka semakin tinggi minat
signifikan antara intensitas menonton
membeli, sebaliknya semakin rendah
tayangan iklan kosmetik dengan minat
intensitas menonton tayangan iklan
membeli pada mahasiswa Perguruan
kosmetik maka semakin rendah minat
12
membeli. Dalam penelitian ini dapat
mempengaruhi minat beli sebesar
dikatakan
34,6% .
intensitas
menonton
tayangan iklan kosmetik kategori
Menurut Ajzen
(Frisnawati,
rendah, Sedangkan minat membeli
2012) intensitas adalah suatu bentuk
juga tergolong kategori rendah,
tindakan yang dilakukan individu
Hasil penelitian ini sejalan dengan
untuk mencapai tujuan yang ingin
penelitian terdahulu yaitu Hamsih
dicapai. Hal ini diperkuat dengan
(2014) dalam penelitiannya yang
perkataan dari Azwar (2000) bahwa
berjudul pengaruh iklan kosmetik
intensitas merupakan kekuatan atau
Pond’s di Televisi Terhadap Minat
kedalaman sikap terhadap sesuatu.
beli
Kartono
Remaja
Kelurahan
RT004 / Airtiris
RW 002 Kecamatan
dan
mengemukakan
Gulo bahwa
(2001) intensitas
Kampar mendapatkan hasil bahwa
merupakan besar atau kecilnya suatu
iklan ponds berpengaruh terhadap
tingkah laku, jumlah energi fisik yang
minat beli remaja Rt 004 Rw 002
dibutuhkan untuk merangsang salah
kecamatan
satu
kampar.
Hamsil
indera.
Intensitas
menggunakan subjek sejumlah 36
tayangan
orang
mendengarkan,
wanita,
dengan
metode
menonton
merupakan melihat,
kegiatan dan
pengumpulan data yang digunakan
membaca pesan media massa atapun
adalah dengan cara menyebarkan
mempunyai
angket.
perhatian terhadap pesan tersebut,
Didapatkan
hasil
nilai
koefisien sebesar 0,346 yang berarti tayangan
iklan
yang dapat
mampu
13
pengalaman
terjadi
dan
pada tingkat
individu ataupun kelompok(Shore,
kehidupan manusia karena salah satu
2005).
cara manusia belajar adalah dengan Definisi dari menonton itu
mengobservasi.
sendiri menurut Danim (Frisnawati,
Sesuai dengan teori tersebut,
2012) merupakan aktivitas melihat
ketika minat membeli muncul pada
sesuatu dengan tingkat
mahasiswa.
perhatian
keyakinan
terhadap
tertentu. Tucker (Setiawan, 2005)
dirinya sendiri akan muncul hasrat
mengemukakan
untuk memiliki barang iklan yang
menonton,
pendapat
yaitu:
(a)
tentang Menonton
ditayangkan.
Apabila
intesitas
merupakan perilaku pasif. Ketika
menonton tayangan iklan kosmetik
tayanga iklan kosmetik menyala,
yang tinggi , maka mahasiswa akan
pikiran penonton berhenti, interaksi
memiliki
personal terhenti dan tubuhpun tidak
barang, sehingga mahasiswa memiliki
berpindah – pindah . Hal ini akan
minat
menimbulkan dampak yang buruk
Sedangkan
bagi
beberapa
menonton tayangan iklan kosmetik
penyakit kronis berasal dari kegiatan
yang rendah akan cenderung memiliki
pasif. (b) Menonton acara yang
hasrat yang menonton ingin memiliki
disajikan dalam bentuk tayangan
barang untuk membeli.
kesehatan,
karena
hasrat
membeli
untuk
yang
apabila
memiliki
timbul. intensitas
iklan berarti individu yang menonton
Sumbangan efektif variabel
akan mengalami proses observational
intensitas menonton tayangan iklan
learning
akan
kosmetik terhadap minat membeli
segi
pada mahasiswa Perguruan Tinggi
(modelling)
mempengaruhi
yang
berbagai
14
Swasta sebesar 49,8 % dapat dilihat
subjek berada pada kategori rendah.
dari
Sedangkan 12 subjek pada kategori
r2=
0,498.
menunjukkan
Hasil
terdapat
tersebut 50,2
%
sedang,
subjek 81 berada pada
variabel lain yang mempengaruhi
kategori rendah dan 2 subjek berada
minat membeli diantaranya: Faktor
pada kategori tinggi. Hasil tersebut
sosial, kebudayaan dan psikologi.
menunjukkan
Pada minat membeli secara
mahasiswa
bahwa
kebanyakan
cenderung
kurang
keseluruhan berada pada kategori
meluangkan waktu untuk menonton
rendah dan sedang. Sebanyak 47
tayang iklan kosmetik.
subjek dari 106 subjek berada pada
Semakin
rendah
intensitas
kategori sedang. Sedangkan 7 subjek
menonton tayangan iklan kosmetik
pada kategori sangat rendah, subjek
seseorang maka akan semakin rendah
51 berada pada kategori rendah dan 1
munculnya
subjek berada pada kategori tinggi.
tersebut karena intensitas menonton
Hasil tersebut menunjukan beberapa
tayangan iklan kosmetik yang tinggi
mahasiswa memiliki hasrat untuk
akan memunculkan minat membeli
membeli barang, ketika diberikan
secara tinggi. Sebaliknya, semakin
stimulus melihat iklan kosmetik yang
rendah intensitas menonton tayangan
ditayangkan.
iklan kosmetik seseorang maka akan
Pada intensitas tayangan
iklan
menonton
kosmetik
minat
membeli.
Hal
rendah timbul minat membeli.
secara
Berdasarkan uraian di atas
keseluruhan berada pada kategori
dapat di ambil kesimpulan bahwa
rendah. Sebanyak 12 subjek dari 106
intensitas menonton tayangan iklan
15
kosmetik
memiliki
hubungan
yang
artinya
semakin
terhadap minat membeli.
intensitas
Penelitian ini masih jauh dari kata
iklan maka akan semakin tinggi
sempurna, walaupun peneliti sudah
pula minat membeli. Sebaliknya
melakukan
semakin
semaksimal
mungkin.
menonton
tinggi
rendah
tayangan
intensitas
Karena peneliti tidak menggunakan
menonton tayangan iklan maka
studi populasi, sehingga data ini
semakin rendah minat membeli.
kurang dapat tergeneralisasi. Dalam pengisian
skala,
peneliti
2. Intensitas
tidak
minat
membeli
mahasiswa pada penelitian ini
mengetahui secara pasti bagaimana
tergolong rendah.
kondisi subjek yang sesungguhnya,
Minat
membeli
mahasiswa
sehingga dalam pengisian skala ada
penelitian ini tergolong rendah
kemungkinan terjadi pengisian yang
SARAN
tidak sesuai dengan kondisi subjek
1.
pada
Bagi Mahasiswa
yang sebenarnya.
Hasil penelitian ini sudah cukup
KESIMPULAN
baik.
Dimana
minat
Berdasarkan hasil penelitian
membeli pada mahasiswa berada
pembahasan
telah
kategori rendah. Sehingga perlu
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
dipertahankan agar tidak mudah
1. Ada hubungan positif yang sangat
terpengaruh terhadap tayangan
dan
signifikan
antara
yang
intensitas
iklan
kosmetik.
menonton tayangan iklan dengan
mahasiswa
minat membeli pada mahasiswa
menyibukkan
16
hendaknya diri
Sebagai lebih dengan
aktivitas positif seperti mengikuti
berbeda dari faktor – faktor minat
unit
membeli
kegiatan
penyaluran aktivitas
mahasiswa,
hobi
maupun
organisasi.
Hal
iklan.
menonton
ini
psikologi.
tayangan
Sehingga
mampu
meminimalisasi terjadinya minat membeli pada mahasiswa. 2. Bagi Orangtua Orang mampu
tua
diharapkan
mengontrol
keuangan
anak dan mampu mengontrol perilaku anak yang tinggal jauh dari
orangtua
dengan
meminimalisasi tingkat
minat
tetap
terjadinya membeli
pada
mahasiswa. 3.
Bagi penelitian selanjutnya Penelitian dapat
selanjutnya
melengkapi
faktor
sosial, kebudayaan, pribadi, dan
diharapkan dapat menurunkan intensitas
diantaranya
dan
menyempurnakan penelitian ini dengan menambah variabel yang
17
Personality To Tourism Destinations. Journal of Travel Research. Vol. 45. 127-140.
DAFTAR PUSTAKA As'ad, M. 2001. Psikologi Industri. yogyakarta: liberty yogyakarta; hal. 124.
Feist, J dan Feist J. G. 2008. Theories of Personality. Alih Bahasa Susanto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia : Teori dan Pengukuran. Yogyakarta : Liberty
Frisnawati. A. 2012. Hubungan Antara Intensitas Menonton Reality Show Dengan Kecenderungan Perilaku Prososial. Empathy vol. 1 : 5054
Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Defluer, B. R. 1982. Efek Media Massa. Skripsi Wini. Bogor: Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
Gay,
L.R.
dan
Diel,P.L.(1992),Research
Durianto, D., Sugiarto, & T.Sitinjak. 2003. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas Dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia.
Methods for Business and Management,
MacMillan
Publishing Company, New York
Durianto, S, A.W. Widjaja, & H. Supratikno. 2003. Invasi Pasar Dengan Iklan Yang Efektif. Jakarta : Gramedia Puataka Utama.
Hadi, S. 2000. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta Hamsih, N. 2014. Pengaruh Iklan Kosmetik Pond's di Televisi Terhadap Minat Beli Remaja RT. 004/ RW. 002 Kelurahan Airtiris Kecamatan kampar. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Dwiyanti, E. 2006. Analisis Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Terhadap Layanan Internet Banking Mandiri. Tesis. Program Magister Manajemen Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Kasala, R. 2007. Manajemen Periklanan: Aplikasinya di Indonesia, Cetakan kelima.Jakarta Utama Grafiti
Effendi,O U. 2003. Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti.
Kartono & Gula. 2000. Kamus Psikologi. Bandung : Penerbit Pionir Jaya
Ekinci, Y. & Hosany, S. 2006. Destination Personality: An Application of Brand
18
Keller. 2006. Management. Education Inc.
Marketing Pearson
Mulyana, D. dan I. S (Editor). 1997. Bercinta Dengan Televisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Kinnear, T. C, dan Taylor, J. R. 2003. Riset Pemasaran, (Terjemahan oleh Thamrin). Edisi Tiga. Jakarta: Erlangga.
Munandar, A S. 2007. Psikologi industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Kotler, P. K. L. 2010. Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi Ketiga belas. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Natalia, L. 2008. Analisis Fakor Persepsi yang Mempengaruhi Minat Konsumen Untuk Berbelanja Pada Giant Hypermarket Bekasi. Jakarta: Univeritas Gunadarma.
Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Nurmala. 2011. Pengaruh Iklan Televisi terhadap Minat Beli Sabun Mandi pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Jurnal Aplikasi Manajemen, 9 (1): p.94 -99.
Kotler. 2003. Manajemen Pemasaran: Jilid Satu. Jakarta: PT indeks Kelompok Gramedia. Kotler & Armstrong, G. 2010. Principles of Marketing. New Jersey : Prentice Hall inc.
Salim, P., Salim, Y. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer : Edisi 1. Jakarta : Penerbit Modern English Press. Sari, R P. 2008. Efektivitas Iklan Sosis Di Televisi Dalam Membentuk Citra Produk (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor). Skripsi (tidak dipublikasikan). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Lucas, D.B & Britt, S.H. 2003. Advertising Psychology and Research. New York: Mc Graw-Hill. Mehta, V. K., Rohit Mehta. 2002. Principles of Electrical Machines, First Edition. Ram Nagar : New Delhi.
Setiawan, B. 2005. Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Misteri Dengan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Di SMPN 4 Batang. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jogjakarta: Fakultas Psikologi UAD.
Meiyanto, S. & Siwi, A. 2002. Intensi Membeli Kosmetika Pemutih Kulit Ditinjau Dari Kelengkapan Informasi Produk Pada Label Kemasan. Jurnal Psikologi, 2, 61.Universitas Gadjah Mada
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
19
Katolik Soegiprana. Semarang : Tidak Diterbitkan
Sunyoto, D. 2015. Perilaku Konsumen dan Pemasaran. Yogyarta : Center of academic publishing service.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Erlangga Wijaya, N., & Dharmayanti, D. 2014. Analisa Efektifitas Iklan Kosmetik Wardah Dengan Menggunakan Consumer Decision Model (CDM). Jurnal Manajemen Pemasaran Petra , h 1-12.
Shimp, A T. 2000. Promosi dan Periklanan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Erlangga. Shore, L. 2005. Mass Media For Development A Rexamination Of Acces, Exposure and Impact, Communication The Rular Third World, Preagur. New York Stanton, W. J. 2003. Prinsip Pemasaran. Alih Bahasa oleh Sadu Sundaru. Jilid Satu. Edisi Kesepuluh. Jakarta :Erlangga. Stefani, S. 2013. Analisis Pengaruh Iklan Televisi, Celebrity Endoster, Kualitas Produk dan Citra Merek Tehadap Keputusan Pembelian Pada Produk Kosmetik Berlabel Halal "WARDAH". Skripsi Pada Program Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta : Diterbitkan Swasta, B dan Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty Swastika, F. 2007. Efektifitas Iklan Humor Pada Media Televisi dan Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Minat Membeli Pada Remaja. Skripsi Pada Program Ilmu Psikologi Universitas
20