ISBN : 978-602-73865-4-9
HUBUNGAN FREKUENSI TIDUR SIANG DENGAN KEMAMPUAN DAYA INGAT BALITA USIA 3-5 TAHUN Darah Ifalahma AKBID Citra Medika Surakarta,
[email protected]
ABSTRAK Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan daya ingat balita, salah satunya dengan istirahat dan tidur yang cukup. Beberapa penelitian membuktikan manfaat tidur siang bagi perkembangan kognitif anak utamanya daya ingat. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelompok Bermain Assabil didapatkan hasil 8 dari 15 anak didik memiliki kebiasaan tidur siang yang tidak teratur dan memiliki kemampuan mengingat yang kurang baik dibandingkan 7 anak didik lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita usia 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan ceklist. Sampel pada penelitian adalah orang tua dan anak didik usia 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil yang berjumlah 40 responden. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil analisis diperoleh 2hitung = (6,382) 2tabel = (5,991) dan P 0,041< 0,05 yang berarti ada hubungan antara frekuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita usia 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali. Simpulan pada penelitian ini adalah ada hubungan antara frekuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita usia 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali. Diharapkan orang tua mengetahui manfaat tidur siang bagi kecerdasan anak, utamanya dalam hal daya ingat. Kata Kunci : Tidur Siang, Kemampuan Daya Ingat, Balita ABSTRACT There are several ways to improve memory of toddlers, one with enough rest and sleep. Several studies have shown the benefits of napping for child cognitive development its main memory. Based on preliminary studies conducted in preschool Assabil showed 8 out of 15 students have the habit of napping irregular and has the ability to remember less well than 7 other students. This study aims to determine the relationship of the frequency of napping and memory skills of children aged 3-5 years in preschool Assabil Tempuran Andong Boyolali. This type of research is analytic research using cross sectional approach. Instruments in this study using a questionnaire and checklist. Samples are students aged 3-5 years in preschool Assabil totaling 40 respondents. The analysis using univariate and bivariate analysis.The results obtained by analysis of 2 arithmetic = (6.382) 2 table = (5.991) 0.041 and P <0.05, which means that there is a relationship between the frequency of napping and memory skills of children aged 3-5 years in preschool Assabil Tempuran Andong Boyolali. The conclusions of this research is there is a relationship between the frequency of napping and memory skills of children aged 3-5 years in preschool Assabil Tempuran Andong Boyolali. Parents are expected to know the benefits of napping for the intelligence of children, especially in terms of memory. Keywords: Sleep Day, Capability Memory, Toddler
PENDAHULUAN Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan. Saat balita berada ditahap ini mereka diharapkan mendapat stimulus untuk mengembangkan keterampilan berpikir, kematangan konsep diri serta penerapan interaksi sosial. Salah satu aspek yang tercakup dalam keterampilan berpikir adalah kemampuan mengingat (Sujiono, 2011).
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
48
ISBN : 978-602-73865-4-9 Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan daya ingat balita, salah satunya yaitu dengan istirahat dan tidur yang cukup. Tidur siang yang merupakan sebuah pola mengistirahatkan pikiran ketika siang hari dengan mata terpejam namun tidak mengalami tahapan sempurna layaknya ketika tidur malam terbukti dapat menumbuhkan 1 serabut otak. Hal ini berpengaruh pada kemampuan ingat anak di tahun-tahun pertama kehidupannya. Tidur siang akan merangsang pengeluaran Human Growth Hormone (HGH) ketika mencapai 30 menit dalam tidurnya (Konen, 2014). Menurut penilitian yang dilakukan oleh Dr. Jane Herbert di Jerman pada tahun 2014 ditemukan hasil bahwa kebanyakan orang tua mengira waktu terbaik bagi bayi belajar adalah sebelum bayi tidur. Padahal dari penelitiannya didapatkan hasil bahwa bayi yang tidur setelah beraktivitas dapat meningkatkan keterampilan yang mereka pelajari sebelumnya. Sementara bayi yang tidak tidur siang kesulitan untuk mengingat informasi baru. Dr. Jane Herbert membuktikannya melalui peneliatan yang dilakukan kepada 260 bayi 6-12 bulan ditahun pertama kehidupannya, ditemukan bahwa daya ingatnya 85% mencapai kesempurnaan ketika mereka tidur siang (Herbert, 2014). Hal yang sama juga diteliti oleh pakar Psikologi anak, Rebecca Spencer. Dalam penelitiannya ia mengatakan bahwa tidur siang penting bagi otak, untuk mengumpulkan ingatan dan pembelajaran tahap awal. Ketika anak diizinkan tidur setelah makan siang, mereka menunjukkan performa yang meningkat signifikan dalam tugas-tugasnya yang berhubungan dengan kemampuan visual dan spasial daripada anak yang tidak tidur siang. Pengawasan dilakukan pada 14 anak yang diminta datang ke laboratorium untuk mengungkap kinerja otak ketika mereka tertidur, yaitu peningkatan aktivitas di wilayah yang terhubung dengan aktivitas belajar dan integrasi informasi baru. Kemudian ia melakukan penelitian pada tahun 2014 pada 40 anak usia prasekolah (3-5 tahun). Dari penelitiannya dapat disimpulkan bahwa anak-anak usia prasekolah yang tidur siang daya ingatnya lebih baik 10% daripada mereka yang tidak tidur siang (Spencer, 2014). Beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa terdapat manfaat dari tidur siang bagi perkembangan kognitif anak utamanya daya ingat. Dengan tidur siang seorang anak dapat lebih fokus dan konsentrasinya meningkat, sehingga mereka dapat menangkap informasi baru dengan lebih baik dan mampu merekamnya sebagai ingatan yang bisa dimunculkan kembali. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali didapatkan hasil bahwa anak didik usia 3-5 tahun berjumlah 40 anak. Hasil wawancara kepada 15 orang tua anak didik kelompok bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali didapatkan tidur siang dalam satu bulan terakhir yaitu 8 dari 15 anak jarang tidur siang dan lebih sering bermain. Dari 7 anak yang tidur siang, dijelaskan oleh pendidiknya dalam buku laporan hasil belajar bahwa mereka memiliki kemampuan mengingat cerita dan kosa kata dengan lebih baik daripada anak lain yang tidak tidur siang. Rumusan masalah penelitian adalah adakah hubungan frekuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita usia 3-5 tahun. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan frekuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita usia 3-5 tahun di kelompok bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Tidur a. Definisi Widodo (2009) mengartikan tidur sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Tidur siang adalah sebuah pola mengistirahatkan pikiran ketika siang hari dengan mata terpejam namun tidak mengalami tahapan sempurna layaknya ketika mereka tidur malam. Tidur ini tidak memerlukan proses Rapid Eyes Movement (REM), namun mereka dapat menumbuhkan 1 serabut otak dalam kemampuan ingatannya ketika mencapai 30 menit dalam tidurnya (Konen, 2014). b. Kebutuhan tidur Jumlah tidur yang dibutuhkan pada usia 3-5 tahun sekitar 11-13 jam dalam sehari. Tidur siang biasanya tidak ditemukan lagi pada akhir tahun ke lima, pada saat ini mungkin dapat timbul ketakutan dimalam hari. Jumlah tidur yang dibutuhkan pada usia 5-12 tahun sekitar 10-11 jam Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
49
ISBN : 978-602-73865-4-9 dalam sehari. Semakin meningkatnya kegiatan anak dapat mengakibatkan berkurangnya tidur. Pengaruh televisi, komputer dan keadaan medis dapat mengganggu tidur. Waspadai adanya masalah tidur yang persisten dan keadaan mengantuk di siang hari (Heri, 2009). c. Pola Menurut Hendrawan (2014) tidur akan dikatakan berkualitas apabila memenuhi syarat : 1) Ketepatan waktu tidur Tidur balita harus tepat waktu, artinya kebiasaan jam tidur seharusnya cenderung sama. Balita biasa tidur 7-10 jam pada malam hari dan 1-3 jam pada siang hari. 2) Kebiasaan sebelum tidur Kebiasaan sebelum tidur akan memberikan pengaruh pada kerja otak ketika balita tidur. 3) Keteraturan dan kebiasaan tidur Pola tidur balita dapat disimpulkan melalui keteraturan tidurnya. Keteraturan ini dapat dibedakan menjadi pola tidur teratur (regular) dan pola tidur tidak teratur (irregular). Balita dikatakan tidur teratur apabila ia tidur setiap hari dengan lama tidur yang hampir sama sampai dengan akhir tahun kelima di tahun pertama kehidupannya. Sedangkan balita dikatakan tidur tidak teratur apabila tidurnya tidak terkonsep setiap harinya. 2. Daya Ingat a. Pengertian Daya ingat adalah suatu pengenalan dan pemahaman informasi yang dimulai dari penerimaan input dan diikuti oleh pemberian arti penyimpanannya dalam kotak-kotak ingatan (memory) untuk digunakan dan dipanggil saat dibutuhkan (Sujiono, 2011). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Menurut Wiyani (2014) Prestasi Daya Ingat berhubungan erat dengan kondisi jasmani. Faktorfaktor yang mempengaruhi daya ingat adalah nurisi, pola hidup sehat, kejadian baru, istirahat tepat waktu, lingkungan. c. Teknik penilaian Daya Ingat pada anak prasekolah Menurut Kemendikbud Dirjen PAUD (2013) ada beberapa teknik peilaian yang bisa dan layak digunakan untuk memberikan penilaian serta evaluasi perkembangan peserta didik. Teknik-teknik penilaian tersebut adalah observasi, unjuk kerja, rubriks, kumpulan hasil kemampuan anak, portofolio, alat penilaian terstandar, alat penilaian yang dikembangkan sendiri. 3. Hubungan Frekuensi Tidur Siang dengan Kemampuan Daya Ingat Balita 3-5 tahun Pakar Psikologi anak, Rebecca Spencer, dalam penelitiannya mengatakan bahwa tidur siang penting bagi otak, untuk mengumpulkan ingatan dan pembelajaran tahap awal. Ketika anak diizinkan tidur setelah makan siang, mereka menunjukkan performa yang meningkat signifikan dalam tugastugasnya yang berhubungan dengan kemampuan visual dan spasial daripada anak yang tidak tidur siang. Pengawasan dilakukan pada 14 anak yang diminta datang ke laboratorium untuk mengungkap kinerja otak ketika mereka tertidur, yaitu peningkatan aktivitas di wilayah yang terhubung dengan aktivitas belajar dan integrasi informasi baru. Kemudian ia melakukan penelitian pada tahun 2014 pada 40 anak usia prasekolah (3-5 tahun). Dari penelitiannya dapat disimpulkan bahwa anak-anak usia prasekolah yang tidur siang daya ingatnya lebih baik 10% daripada mereka yang tidak tidur siang (Spencer, 2014). Menurut Konen (2014) ketika anak tidur siang maka sekresi Human Growth Hormone (HGH) lebih maksimal. Hormon ini dapat membantu menumbuhkn 1 serabut otak kaitannya dengan kemampuan kognisi anak. Menurut penelitiannya, anak yang tidur siang memiliki daya fokus dan konsentrasi yang tinggi, sehingga mereka dapat menangkap informasi dengan lebih baik dan menyimpannya dalam kotak memori. Beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa terdapat manfaat dari tidur siang bagi perkembangan kognitif anak utamanya daya ingat. Dengan tidur siang seorang anak dapat lebih fokus dan konsentrasinya meningkat, sehingga mereka dapat menangkap informasi baru dengan lebih baik dan mampu merekamnya sebagai ingatan yang bisa dimunculkan kembali.
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
50
ISBN : 978-602-73865-4-9
METODE Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Frekuensi tidur siang. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kemampuan daya ingat balita. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara frekuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali. Lokasi penelitian dilakukan di Kelompok Bermain Assabil, Andong, Boyolali. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Analitik metode korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua dan Anak Didik usia 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil dengan jumlah 40 anak didik. Total sampling adalah apabila objek penelitian kurang dari 100 responden, maka populasi dijadikan objek penelitian (Hidayat, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah orang tua dan anak didik yang berusia 3-5 tahun di kelompok bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner tertutup untuk mengetahui kualitas tidur yang diisi oleh orang tua dengan menjawab pertanyaan dari jawaban yang sudah adadi kuesioner. Peneliti juga menggunakan Checklist yang didapatkan dari Modul Bahan Ajar PAUD untuk mengamati kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun yang diisi oleh peneliti dengan cara mengobservasi. Analisis univariate dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti. Analisa bivariate digunakan untuk melihat hubungan variabel dependent dan variabel independent, yaitu hubungan antara frekuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun dengan menggunakan uji Chi Squere (2) dan derajat kepercayaan 95% dengan = 0,05 (Notoatmodjo, 2012).
HASIL 1. Analisa Univariat a. Frekuensi tidur siang balita 3-5 tahun Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tidur Siang Balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali No. Frekuensi Tidur Siang Jumlah Prosentase 1. Teratur 17 42,5% 2. Tidak Teratur 23 57,5% Total 40 100% Berdasarkan data pada tabel 1 dapat diketahui bahwa frekuensi tidur siang balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil mayoritas tidur siangnya tidak teratur dengan jumlah 23 anak didik (57,5%) dari 40 anak didik.
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
51
ISBN : 978-602-73865-4-9 b. Kemampuan daya ingatbalita 3-5 tahun Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Daya Ingat Balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali No. Kemampuan Daya Ingat Jumlah Prosentase 1. Selalu Mengingat 6 15% 2. Sering Mengingat 18 45% 3. Jarang Mengingat 16 40% Total 40 100% Berdasarkan data pada tabel 2 dapat diketahui bahwa Kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali mayoritas termasuk dalam kategori Sering mengingat, yaitu sebanyak 18 anak didik (45%) dari 40 anak didik. 2. Analisa Bivariat Tabel 3. Tabulasi silang hubungan frekuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali Frekuensi Tidur Siang
Kemampuan Daya Ingat
Total (%)
Selalu
(%)
Sering
(%)
Jarang
(%)
Teratur
4
10
10
25
3
7,5
17
42,5
Tidak Teratur Total
2 6
5 15
8 18
13 16
32,5 40
23 40
57,5 100
20 45
2 hitung
P
6,382
0,041
Berdasarkan data pada tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 40 anak didik terdapat 17 anak yang tidur siangnya teratur. Anak didik dengan frekuensi tidur siang teratur yang memiliki kemampuan sering mengingat yaitu sejumlah 10 anak didik (25%). Sedangkan anak didik dengan frekuensi tidur siang tidak teratur terdapat 23 anak dengan kemampuan jarang mengingat sebanyak 13 anak didik (32,5%). Berdasarkan hasil analisis diperoleh 2 hitung = (6,382) 2 tabel = (5,991) dan P 0,041 < 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dari hasil uji statistik diperoleh Ada hubungan antara frekuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali.
PEMBAHASAN 1. Frekuensi Tidur Siang Balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali Berdasarkan tabel 1 tentang distribusi frekuensi tidur siang diperoleh hasil bahwa anak didik kelompok bermain Assabil yang frekuensi tidur siangnya teratur ada 17 anak didik (42,5%). Sedangkan anak didik dengan frekuensi tidur siang tidak teratur ada 23 anak (57,5%) dari 40 anak. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki kebiasaan tidur siang yang tidak teratur. Tidur siang adalah sebuah pola mengistirahatkan pikiran ketika siang hari dengan mata terpejam namun tidak mengalami tahapan sempurna layaknya ketika mereka tidur malam. Tidur ini tidak memerlukan proses Rapid Eyes Movement (REM), namun mereka dapat menumbuhkan 1 serabut otak dalam kemampuan ingatannya ketika mencapai 30 menit dalam tidurnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya pancaran sinar matahari (radiasi) yang merangsang sekresi Human Growth Hormone secara maksimal (Konen, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 40 anak didik Kelompok Bermain Assabil diketahui bahwa mayoritas anak didik tidur siang tidak teratur yaitu sebanyak 23 anak (57,5%). Hal yang mungkin menghambat proses keteraturan tidur siang dari anak adalah kurangnya motivasi orang tua untuk membiasakan tidur siang. Terdapat banyak aktivitas anak disiang hari, misalnya menonton televisi, bermain, belajar dan mengaji. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
52
ISBN : 978-602-73865-4-9 disimpulkan bahwa terdapat 19 anak didik (47,5%) yang lebih memilih bermain dan menonton televisi di siang hari dibandingkan harus tidur siang. Sehingga mereka tidak terbiasa untuk tidur siang. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Herbert (2014) di Jerman dengan judul “Tidur siang membantu bayi mengembangkan ingatan dan menangkap informasi baru”. Dari penelitiannya, ditemukan hasil bahwa kebanyakan orang tua mengira waktu terbaik bagi bayi belajar adalah sebelum bayi tidur. Sehingga, menurut Herbert masih banyak orang tua yang belum mengetahui dan kurang memotivasi anaknya untuk tidur siang. 2. Kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun di Kelompok bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali Berdasarkan tabel 2 tentang distribusi Kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun di Kelompok bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali diketahui bahwa dari 40 anak didik terdapat 6 anak (15%) yang memiliki kemampuan selalu mengingat, 18 anak (45%) memiliki kemampuan sering mengingat dan 16 anak (40%) memiliki kemampuan jarang mengingat. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak didik memiliki kemampuan daya ingat dalam kategori sering mengingat. Daya ingat adalah suatu pengenalan dan pemahaman informasi yang dimulai dari penerimaan input dan diikuti oleh pemberian arti penyimpanannya dalam kotak-kotak ingatan (memory) untuk digunakan dan dipanggil saat dibutuhkan (Sujiono, 2011). Daya ingat sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan emosi. Istirahat tepat waktu dengan kualitas yang baik dapat membantu anak untuk menerima stimulus dan mengembangkan kemampuan berfikir termasuk mengingat. Ketika anak tidur dengan cukup terutama disiang hari maka konsentrasi akan dapat meningkat (Wiyani, 2014). Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan hasil mayoritas anak didik memiliki kemampuan daya ingat dalam kategori sering mengingat, yaitu sebanyak 18 anak (45%). Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi daya ingat anak didik di Kelompok Bermain Assabil adalah Pola Asuh dari orang tua / wali. Dari 40 anak didik yang diasuh secara intensif oleh ibu kandung adalah sebanyak 30 anak (75%). Kemampuan mengingat anak prasekolah (3-5 tahun) seringkali dipengaruhi oleh keterlibatan atau peran orang tua dalam memberikan asuhan dan stimulasi. Hal tersebut dikarenakan anak masih membawa perilaku kebiasaan orang tuanya (pengasuh) dalam proses belajar. Anak yang diasuh secara intensif oleh ibunya tentu akan memiliki kemampuan pola pikir dengan lebih baik. Sedangkan bagi anak yang diasuh oleh orang lain, cenderung akan mendapatkan perawatan fisik dan stimulasi yang minimal. Sehingga anak tidak dapat mengembangkan pola pikirnya (Soetjiningsih, 2012). 3. Hubungan frekuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali Hasil analisis diperoleh 2 hitung = (6,382) 2 tabel = (5,991) dan P = 0,041 < 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Maka diperoleh kesimpulan bahwa Ada hubungan antara Freuensi tidur siang dengan kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali. Seorang balita dikatakan memiliki frekuensi tidur siang teratur apabila ia tidur setiap hari, dengan lama tidur hampir sama dan waktu tidur cenderung sama. Pada balita dengan frekuensi tidur siang teratur, dibuktikan bahwa konsentrasi dan daya fokusnya meningkat sehingga mereka akan lebih mudah menangkap informasi baru dan menyimpannya dalam kotak ingatan. Sedangkan bagi balita dengan frekuensi tidur siang tidak teratur, kecenderungan yang muncul adalah sikap emosi yang tidak stabil sehingga menghambat proses penerimaan informasi (Hendrawan, 2014). Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Spencer, dalam penelitiannya ia mengatakan bahwa tidur siang penting bagi otak, untuk mengumpulkan ingatan dan pembelajaran tahap awal. Ketika anak diizinkan tidur setelah makan siang, mereka menunjukkan performa yang meningkat signifikan dalam tugas-tugasnya yang berhubungan dengan kemampuan visual dan spasial daripada anak yang tidak tidur siang. Pengawasan dilakukan pada 14 anak yang diminta datang ke laboratorium untuk mengungkap kinerja otak ketika mereka tertidur, yaitu peningkatan aktivitas di wilayah yang terhubung dengan aktivitas belajar dan integrasi informasi baru. Kemudian ia melakukan penelitian pada tahun 2014 pada 40 anak usia prasekolah (3-5 tahun). Dari
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
53
ISBN : 978-602-73865-4-9 penelitiannya dapat disimpulkan bahwa anak-anak usia prasekolah yang tidur siang daya ingatnya lebih baik 10% daripada mereka yang tidak tidur siang (Spencer, 2014). Hasil penelitian anak didik yang tidur siang teratur ada 17 anak (42,5%). Dari 17 anak tersebut terdapat 4 anak didik yang memiliki kemampuan selalu mengingat, namun masih didominasi anak didik dengan kemampuan sering mengingat yaitu sebanyak 18 anak didik. Bahkan masih ada anak didik yang memiliki kemampuan jarang mengingat yaitu sebanyak 3 anak didik. Menurut teori dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengatakan bahwa anak yang memiliki keteraturan tidur siang maka akan meningkatkan kemampuan mengingatnya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya Kejadian Baru dalam proses belajar mereka yaitu dengan diperkenalkannya cerita pendek dan puzzle yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Menurut Wiyani (2014) munculnya suatu kejadian baru yang memberikan kesan dapat ditangkap sempurna oleh syaraf simpatik sehingga kotak memori dapat memunculkannya kembali suatu saat. Kesan yang didapatkan tentulah berbeda dari satu anak dengan anak yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan intelegensi, emosi anak ketika mendapati kejadian baru serta kematangan pola pikir anak. Sehingga, kemampuan anak dalam mengingatpun tentu akan berbeda. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan daya ingat balita 3-5 tahun tidak hanya dipengaruhi oleh tidur siang. Sehingga masih ada anak sudah tidur siang dengan teratur namun kemampuan mengingatnya termasuk dalam kategori sering mengingat. Dibuktikan dengan kemampuan anak didik yang sering mengingat ada 10 anak didik dari 17 anak yang memiliki kebiasaan tidur siang teratur. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh kemampuan anak dalam beradaptasi dan berpikir ketika mendapatkan stimulasi melalui kejadian baru.
KESIMPULAN 1. 2. 3.
Frekuensi Tidur Siang Balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali mayoritas termasuk dalam kategori tidak teratur. Kemampuan Daya Ingat Balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali mayoritas termasuk dalam kategori Sering Mengingat. Terdapat hubungan antara Frekuensi Tidur Siang dengan Kemampuan Daya Ingat Balita 3-5 tahun di Kelompok Bermain Assabil Tempuran Andong Boyolali.
DAFTAR PUSTAKA Hendrawan, N. Kualitas Tidur Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah. Makalah disajikan dalam seminar lokakarya Stimulasi tumbuh kembang anak. Semarang. 2014 Herbert, J. Napping Helps Infants Memory Development. http://sciencedaily.com/releases/2013/09/13/130923155534.htm
2014.
Didapat
dari
Heri, S. Analisa tidur dan kerja otak. Surabaya : Cipta Karya Media. 2009 Hidayat, A. A. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika; 2010. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Penilaian Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta : Kemendikbud Dirjen PAUD. 2013 Konen, T. Cognitive Benefits Of Daily Naps In Children Sleep Behavior Are Related To Working Memory Fluctuation. 2014. Didapat dari http://onlinelibrary.wiley.com/dci/10.1111/jcpp.12296/full Notoadmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2012 Soetjiningsih, C. H. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta : Kencana. 2012 Spencer, R. Daytime Naps Enhance Learning http://umass.edu/newsoffice//article/sleep-research
In
Preschool.
2014.
Didapat
dari
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. 2014 Sujiono, Y. N. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Uiversitas Terbuka. 2011 Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
54
ISBN : 978-602-73865-4-9
Widodo, D. P. Perkembangan Normal Tidur Pada Anak Dan Kelainannya. 2009. Didapat dari http://saripediatri.idai.or.id Wiyani, N. A. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Gava Media. 2014
Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Medika Surakarta
55