Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN MENARCHE PADA SISWI USIA 10-12 TAHUN
Yuni Uswatun Khasanah, Rauda Akademi Kebidanan Ummi Khasanah email :
[email protected] Abstrak: Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Menarche pada Siswi Usia 10-12 Tahun. Menarche merupakan suatu tahapan pubertas yang sangat penting bagi wanita. Menarche merupakan proses perubahan ketidakmatangan fisik dan seksual menuju kematangan fisik dan seksual. Fase kematangan fisik dan seksual dapat membuat organ reproduksi seorang remaja dapat berfungsi untuk bereproduksi. Usia menarche yang terjadi lebih dini dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kanker payudara, obesitas, penyakit kardiovaskuler, gangguan metabolik, gangguan psikologi, dan masa menopause. Fast food merupakan makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak. Konsumsi protein hewani dan kadar lemak yang tinggi bisa menimbulkan menarche dini. Remaja yang memiliki berat badan dan tinggi badan yang lebih tinggi dibandingkan remaja pada umumnya serta memiliki status gizi lebih atau obesitas berpotensi mengalami menarche dini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian menarche pada siswi usia 10-12 tahun di SD Bakalan Bantul Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis desain penelitian deskriptif kuantitatif. Menggunakan rancangan cross sectional .Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi usia 10-12 tahun yang berjumlah 39 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang ada sejumlah 39 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen yang digunakan ceklist dengan analisa data Chi Square. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada Januari sampai Juni 2016. Karakteristik pendidikan orang tua responden mayoritas SMA/SMK (ayah 71,8% dan ibu 82,1%) dengan pekerjaan orang tua karyawan (ayah 48,7% dan ibu 59%) dan usia anak mayoritas 11 tahun (43,6%). Usia menarche mayoritas 11 tahun (50%) dengan mayoritas kelas enam (70%). Frekuensi konsumsi fast food mayoritas dalam kategori sering. Kejadian menarche menunjukan mayoritas sudah mengalami menarche. Hasil analisis Chi Square yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa r hitung (27,977) > r tabel (3,481) dengan nilai p-value (Asymp.sig) 0,00 lebih kecil dari 0,05 (p-value < 0,05), artinya Hα diterima atau ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian menarche pada siswi usia 10-12 tahun di SD Bakalan Bantul Yogyakarta. Analisis dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai kekuatan hubungan 0,646 yang artinya dalam kategori kuat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa frekuensi konsumsi fast food yang sering mengakibatkan terjadinya menarche pada siswi usia 1012 tahun. Kata kunci: frekuensi konsumsi fast food, kejadian menarche
Abstract: Frequency Frequency Consumption Relationship with Menarche Events in 10-12 Years Age. Menarche is a very important stage of puberty for women. Menarche is a process of changing physical and sexual immaturity to physical and sexual maturity. The phase of physical and sexual maturity can make a teen's reproductive organs work to reproduce. Early menarche age may increase the risk of breast cancer, obesity, cardiovascular disease, metabolic disorders, psychological disorders, and menopause. Fast food is a fast food that contains high calorie and high fat. Consumption of animal protein and high fat content can lead to early menarche. Teenagers who have higher body weight and height than teenagers in general and have more nutritional status or obesity have the potential to experience early menarche. Objective to know
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
47
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
the relation of frequency of fast food consumption with the occurrence of menarche at student age 10-12 year at SD Bakalan Bantul Yogyakarta. This research uses a descriptive quantitative research design type. Using cross sectional design. The population in this study was all students aged 10-12 years, amounting to 39 people. The sample in this study is the entire population of which there are 39 students. Sampling technique using purposive sampling. Instrument used checklist with Chi Square data analysis. The study time will be conducted from January to June 2016. Characteristic of parent education of majority respondent of SMA/SMK (father 71,8% and mother 82,1%) with employee's parents job (father 48,7% and mother 59%) and age of child majority 11 year (43,6%). Age of menarche majority 11 years (50%) with sixth grade majority (70%). Frequency of fast food consumption in the majority category. Menarche events indicate the majority have experienced menarche. The result of Chi Square analysis has been found that r count (27,977) > r table (3,481) with p-value value (Asymp.sig) 0,00 less than 0,05 (p-value < 0,05) Meaning Hα accepted or there is a relationship between the frequency of fast food consumption with the incidence of menarche at schoolgirl aged 10-12 years at SD Bakalan Bantul Yogyakarta. Analysis using Chi Square obtained value of strength relation 0,646 which means in strong category. Conclusion based on the results of this study can be concluded that the frequency of fast food consumption that often leads to menarche in female students aged 10-12 years. Keywords: frequency of fast food consumption, menarche occurrence
PENDAHULUAN Masa pubertas merupakan tahapan yang penting dalam perkembangan seksualitasnya, tidak ada batasan waktu yang tegas mengenai masa peralihan antara masa kanak-kanak menjadi dewasa ini, tetapi pada wanita umumnya masa pubertas dimulai pada saat usia 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama empat tahun. Menarche merupakan suatu tahapan pubertas yang sangat penting bagi wanita. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Perubahan tersebut meliputi perubahan hormon, perubahan fisik, perubahan psikologi dan sosial. Menarche merupakan proses perubahan ketidakmatangan fisik dan seksual menuju kematangan fisik dan seksual. Fase kematangan fisik dan seksual dapat membuat organ reproduksi seorang remaja dapat berfungsi untuk bereproduksi (Verawati dan Liswidyawati, 2012). Perubahan yang menandakan bahwa remaja sudah memasuki tahap kematangan organ seksual yaitu dengan tumbuhnya organ seks sekunder. Pertumbuhan organ seks sekunder dapat ditandai dengan pembesaran payudara, tumbuhnya rambut ketiak dan alat kemaluan, adanya jerawat, bau badan yang menyengat, pinggul membesar dan juga mulai berkembangnya beberapa organ vital dan menarche yang menandakan siap untuk dibuahi (Manuaba, 2007). Pubertas merupakan titik pencapaian dari kematangan seksual pada anak perempuan yaitu dengan terjadinya menarche. Menarche merupakan perdarahan yang terjadi pertama kali dari uterus. Menarche pada perempuan terjadi pada masa pubertas
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
48
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
sekitar dengan 12-14 tahun. Usia menarche bervariasi pada setiap individu dan wilayah tempat tinggal. Usia menarche dapat dikatakan normal apabila terjadi pada usia 12-14 tahun (Susanti, 2012). Hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 diketahui bahwa 20,9% anak perempuan di Indonesia telah mengalami menarche diumur kurang dari 12 tahun dan 79,1% lebih dari 12 tahun. Usia menarche yang terjadi lebih dini dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kanker payudara, obesitas, penyakit kardiovaskuler, gangguan metabolik, gangguan psikologi, dan masa menopause. Usia menarche dini terjadi pada usia < 12 tahun dan menarche lanjut usia > 12 tahun. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi menarche dini yaitu status gizi, genetik, konsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi lemak, sosial ekonomi, keterpaparan media massa orang dewasa (pornografi), perilaku seksual dan gaya hidup (Soetjiningsih, 2007). Makanan yang disenangi remaja adalah makanan yang cepat saji (fast food). Fast food merupakan makanan cepat saji yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak. Fast food memiliki kandungan gizi yang tidak seimbang yaitu mengandung kalori tinggi, lemak tinggi, rendah serat dan gula tinggi (Damayanti, 2008). Makanan yang tergolong fast food antara lain kentang goreng, hamburger, soft drink, pizza, hotdog, fried chiken, spaghetti, mie instan, donat dan lain-lain. Makanan fast food banyak mengandung pemanis buatan, lemak, dan zat aditif bisa menyebabkan menarche lebih awal (Susanti, 2012). Kehadiran makanan cepat saji dalam industri makanan juga mempengaruhi pola makan anak dan remaja. Makanan fast food dengan harga yang terjangkau, pelayanan yang cepat dan jenis makanannya yang memenuhi selera. Makanan cepat saji umumnya mengandung kalori, protein, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat, kalsium dan folat (Khomsan, 2004). Konsumsi protein hewani dan kadar lemak yang tinggi bisa menimbulkan menarche dini, remaja putri di pusat kota menarche berusia rerata11 tahun dengan asupan konsumsi protein hewani dua kali sampai seminggu sekali. Sedangkan di pinggiran kota menarche berusia rerata 12 tahun dengan asupan konsumsi protein hewani 2-3 bulan sekali (Astuti, 2010). Remaja yang memiliki berat badan dan tinggi badan yang lebih tinggi dibandingkan remaja pada umumnya serta memiliki status gizi lebih atau obesitas berpotensi mengalami menarche dini. Beberapa faktor penyebab obesitas pada anak
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
49
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
remaja antara lain konsumsi makanan yang berlebihan yang berasal dari jenis makanan instan, minuman softdrink dan makanan cepat saji (Shinta, 2011). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SD Bakalan Bantul pada tanggal 20 Januari 2015 didapatkan jumlah siswa usia 10-12 tahun sebanyak 45 orang. Kemudian dilakukan wawancara pada siswi usia 10-12 tahun. Setelah dilakukan pemilihan sampel secara acak pada 10 siswi dilakukan wawancara tentang konsumsi fast food, tiga siswi mengatakan jarang mengkonsumsi fast food (1-2x/minggu), tiga siswi sering mengkonsumsi
(≥5x/minggu)
dan
empat
siswi
mengatakan
kadang-kadang
mengkonsumsi (3-4x/minggu), dan lima siswi diantaranya telah mengalami menarche pada umur >12 tahun dua orang dan <12 tahun tiga orang. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian menarche pada siswi usia 1012 tahun di SD Bakalan Bantul Yogyakarta tahun 2016”. METODE Penelitian ini menggunakan jenis desain penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah survei atau penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan untuk melihat gambaran atau fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi dalam populasi tertentu. Rancangan yang digunakan adalah cross sectional. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan pendapat di atas, maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi usia 10-12 tahun SD Bakalan yang berjumlah 39 orang. Sampel dalam penelitian ini semua dari populasi sejumlah 39 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2016. Analisis data yang dilakukan tiap variable dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh hasil berupa gambaran yang jelas tentang hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian menarche. Analisis ini menggunakan Chi Square.
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
50
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Karakteristik responden dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pendidikan Ayah
Frekuensi
Persentase
SMP SMA/SMK DIII/PT
3 28 8
7,7 71,8 20,5
Total Pendidikan Ibu SD SMP SMA/SMK DIII/PT
39 Frekuensi 2 1 32 4
100 Persentase 5,1 2,6 82,1 10,3
Total Pekerjaan Ayah Wiraswasta Karyawan PNS
39 Frekuensi 11 19 4
100 Persentase 28,2 48,7 10,3
Petani TNI Total Pekerjaan Ibu Wiraswasta
4 1 39 Frekuensi 2
10,3 2,6 100 Persentase 5,1
Karyawan PNS Petani IRT
23 1 2 11
59,0 2,6 5,1 28,2
Total
39
100
Usia
Frekuensi
Persentase
10 tahun 11 tahun
12 17
30,8 43,6
12 tahun
10
25,6
Total Kelas V VI
39 Frekuensi 6 14
100 Persentase 30 70
Total
20
100
Berdasarkan tabel 1. menunjukkan pendidikan ayah responden mayoritas adalah SMA/SMK dengan jumlah 28 orang (71,8%). Data pendidikan ibu responden mayoritas
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
51
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
adalah SMA/SMK dengan jumlah 32 orang (82,1%). Data pekerjaan ayah responden mayoritas adalah karyawan dengan jumlah 19 orang (48,7%). sedangkan pekerjaan ibu mayoritas sebagai karyawan sebanyak 23 orang (59,0%). Data usia responden mayoritas adalah 11 tahun dengan jumlah 17 orang (43,6 %). Responden mayoritas adalah kelas V dengan jumlah 20 orang (51,3%). Usia menarche mayoritas pada usia 11 tahun (43,6%), Data menarche responden berdasarkan kelas, mayoritas pada kelas VI sebanyak 14 orang (70%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kejadian Menarche Responden Kejadian Sudah Belum Jumlah
Frekuensi 20 19 39
Persentase 51,3 48,7 100
Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah mengalami menarche sejumlah 20 siswa (51,3%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food Konsumsi Sering Jarang Jumlah
Frekuensi 21 18 39
Persentase 53,8 46,2 100
Berdasarkan tabel 3. menunjukkan hasil bahwa mayoritas responden sering mengkonsumsi fast food sejumlah 21 responden (53,8%). Tabel 4. Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Menarche Fast Food Jarang Sering Total
Belum 17 1 18
Kejadian Menarche % Sudah % 43,6 2 5,1 2,6 19 48,7 46,2 21 53,8
∑ 19 20 39
% 48,7 51,3 100
X2
P Value
C
27,977
0,00
0,646
Berdasarkan tabel 4. menunjukkan hasil analisis Chi Square yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa r hitung (27,977) > r tabel (3,481) dengan nilai p-value (Asymp.sig) 0,00 lebih kecil dari 0,05 (p-value < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian menarche di SD Bakalan
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
52
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
Bantul dan nilai koefisien diperoleh nilai keeratan hubungan 0,646 yang artinya dalam kategori kuat. PEMBAHASAN Karakteristik Responden Pembahasan dalam penelitian ini membahas karakteristik responden yang meliputi pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan usia responden. Pada karakteristik berdasarkan pendidikan ayah responden yang tersaji pada tabel 1. menunjukkan sebagian besar berpendidikan SMA/SMK dengan jumlah 28 orang (71,8%), pendidikan SMP tiga orang (7,7%) dan DIII/PT delapan orang (20,5%). Sedangkan pendidikan ibu responden yang tersaji pada tabel 1. menunjukkan sebagian besar berpendidikan SMA/SMK dengan jumlah 32 orang (82,1%), SD dua orang (5,1%), SMP satu orang (2,6%) dan DIII/PT empat orang (10,3%). Pendidikan orang tua akan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sehingga orang tua dengan pengetahuan baik harapannya dapat mendidik anaknya dengan baik pula (Data Primer, 2016). Pendidikan seseorang juga mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan. Sekolah menengah atas merupakan tingkat pendidikan dasar tertinggi, dimana tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh orang tua dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, pengetahuan dan perilakunya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik perilaku dan kualitas pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2010). Setiap gadis remaja yang mengalami transisi kedewasaan atau mulai menampakkan tanda-tanda pubertas, terutama menarche akan mengalami kecemasan. Penjelasan dari orang tua tentang menarche dan permasalahannya akan mengurangi kecemasan remaja putri ketika menarche datang. Disinilah orang tua sangat dibutuhkan (Lestari, 2011). Pengetahuan gizi yang rendah akan mempengaruhi kebiasaannya dalam konsumsi fast food. Pengetahuan gizi yang rendah dapat menyebabkan remaja mengkonsumsi fast food tanpa memperhatikan kandungan gizi yang terdapat di dalamnya (Fitri, 2011). Karakteristik pekerjaan ayah pada tabel 1., menunjukkan sebagian besar ayah memiliki pekerjaan sebagai karyawan dengan jumlah 19 orang (48,7%), wiraswasta 11 orang (28,2%), petani empat orang (10,3%), PNS empat orang (10,3%) dan TNI satu orang (2,6%). Karakteristik pekerjaan ibu menunjukkan sebagian besar ibu bekerja, dengan mayoritas pekerjaan sebagai karyawan sebanyak 23 orang (59,0%). (Data Primer, 2016).
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
53
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dapat menghasilkan pendapatan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup suatu keluarga seperti pola makan dan makanan yang dikonsumsi. Pendapatan juga akan berpengaruh terhadap pemberian uang saku anak. Uang saku merupakan faktor dominan dalam konsumsi fast food, semakin tinggi uang saku yang dimiliki maka semakin tinggi aksesibilitas, sehingga semakin tinggi pula frekuensi konsumsi fast food, meskipun akses jarak dekat, tetapi apabila anak tidak memiliki uang saku yang cukup (besar) untuk membeli fast food maka kecil kemungkinan bagi anak untuk membeli fast food. Begitu pula akses yang sulit belum tentu membuat seorang responden tidak untuk mengunjungi restoran fast food selama ia memiliki uang saku yang besar, menyukai fast food dan memiliki alasan yang dianggap penting, misalnya untuk berkumpul dengan teman sebaya (Surya, 2013). Ibu yang bekerja, tentunya akan mempunyai waktu lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja akan mempunyai kendala dalam menyediakan makanan di rumah. Masa remaja merupakan salah satu hal yang berhubungan dengan konsumsi fast food yang tinggi. Konsumsi fast food yang tinggi juga disebabkan oleh hasil diet yang buruk. Frekuensi konsumsi fast food yang tinggi dapat dipengaruhi oleh ketersedian makan di rumah seperti banyaknya soda dan keripik, serta rendahnya sayuran dan susu (Poti, 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Allo, dkk (2013) bahwa pekerjaan orang tua, terutama ibu dapat mempengaruhi frekuensi konsumsi fast food anak remaja. Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Musadat (2010) yang mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan nyata antara pekerjaan orang tua dengan konsumsi fast food. Karakteristik responden berdasarkan usia yang tersaji pada tabel 1., menunjukkan mayoritas berusia 11 tahun dengan jumlah 17 orang (43,6%), kelas responden mayoritas adalah kelas lima (51,3%). Usia menarche rmayoritas terjadi pada usia 11 tahun dengan jumlah 10 orang (50%), dan rata-rata menarche terjadi pada kelas enam (70%). Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang pertama kali pada usia lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun saat ia mendapat menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang delapan tahun sudah memulai siklusnya (Proverawati dan Maisaroh, 2009).
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
54
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
Frekuensi Konsumsi Fast Food Hasil penelitian menunjukkan frekuensi konsumsi fast food yang tersaji pada tabel 1. mayoritas dalam kategori sering sebanyak 20 orang (53,8%) dan jarang 18 orang (46,2%). Selain dipengaruhi oleh uang saku, pendidikan dan pekerjaan orang tua, frekuensi konsumsi fast food juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain: akses ke sumber makanan dan ketersediaan makanan di rumah (Data Primer, 2016). Fast food dapat diartikan sebagai makanan yang siap disajikan atau dihidangkan dengan cepat, dengan sedikit atau tanpa ada rentang waktu menunggu dari pemesanan ke penyajiannya. Fast food merupakan makanan yang dapat dipersiapkan secara cepat dan mudah serta biasanya disajikan di bar atau restoran. Fast food kadang-kadang disamakan dengan junkfood yaitu makanan dengan nilai gizi rendah (Fong, 1995). Fast food dalam penelitian ini berpengaruh secara eksternal terhadap kejadian menarche. Fast food adalah makanan yang mempunyai nilai gizi rendah. Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting, yaitu untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan. Keadaan gizi gadis remaja dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan usia menarche. Dengan demikian perbedaan usia menarche dan siklus haid sangat ditentukan berdasarkan keadaan status gizi. Semakin lengkap status gizinya, maka semakin cepat usia menarche. Kebiasaan perempuan remaja untuk makan tidak teratur juga berpengaruh, misalnya tidak sarapan, mengkonsumsi fast food, dan diet yang tidak terkendali (Lestari, 2011). Sejalan dengan penelitian Bayuningsih (2015) mengatakan bahwa 54,5% anak sering mengkonsumsi fast food di kantin sekolah, pedagang kaki lima dan restoran fast food disekitar area sekolah. Biasa anak mengkonsumsi ayam goreng, burger, pizza dan hotdog. Penelitian Kristianti (2009) menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu terlihat bahwa keseluruhan responden yang sering mengkonsumsi fast food sebesar 54,7% dan yang jarang mengkonsumsi fast food sebesar 45,3%. Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan pada remaja, akan mempengaruhi kebiasaan makan remaja. Kejadian Menarche Hasil analisis kejadian menarche yang tersaji pada tabel 2. menunjukkan bahwa 20 responden (51,3%) sudah mengalami menarche dan 19 responden (48,7%) belum
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
55
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
mengalami menarche. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang bisa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja. Menarche merupakan tanda adanya suatu perubahan status sosial dari anak-anak ke masa dewasa, dan adanya perubahan lain seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut pada daerah pubis dan aksila, dan distribusi lemak pada daerah pinggul (Proverawati & Misaroh, 2009). Menarche dini adalah dimana menarche terjadi pada anak secara dini pada usia kurang dari 12 tahun. Secara global, perempuan mengalami menstruasi dini (premature). Hal ini disebabkan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal karena ketidak seimbangan hormon bawaan lahir. Hal ini juga berkorelasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi (Proverawati dan Misaroh, 2009). Menarche usia lanjut adalah menarche yang terjadi pada usia anak yang melebihi usia 12 tahun. Seperti halnya menarche dini, menarche lanjut juga dipengaruhi dua faktor internal dan eksternal (Proverawati dan Misaroh, 2009). Hubungan Frekuensi Konsumsi FastFood dengan Kejadian Menarche Hasil Uji Bivariat menggunakan analisis Chi Square didapatkan hasil bahwa r hitung (27,977) > r tabel (3,481) dengan nilai p-value (Asymp.sig) 0,00 lebih kecil dari 0,05 (p-value < 0,05), artinya Hα diterima. Artinya “Ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian menarche”. Hasil uji keeratan hubungan menunjukkan nilai 0,646 yang artinya dalam kategori kuat. Hasil penelitian yang tersaji pada tabel 4. menunjukkan bahwa mengkonsumsi fast food lebih sering, maka akan mempercepat kejadian menarche. Hal ini terbukti bahwa responden yang sudah menarche 19 siswi (48,7%) sering mengkonsumsi fast food. Terlihat bahwa anak yang mengkonsumsi fast food lebih sering, maka akan lebih cepat mengalami menarche. Rata-rata 40-60% kalori makanan fast food berasal dari lemak. Bahan yang terdiri dari keju, mayonaise, cream, dan metode memasak deep-friying mengakibatkan kandungan lemak yang sangat tinggi pada makanan tersebut. Makanan yang digoreng dalam minyak ditambah daging dan telur mengandung kolesterol yang tinggi (Khomsan, 2003). Remaja putri (siswi/anak) yang mulai pubertas dan sebelum mengalami menarche sering mengkonsumsi makan makanan fast food, snacks, minuman bersoda (soft drink), dan makanan jajanan luar rumah akan menyebabkan peningkatan asupan kalori yang tinggi dapat menyebabkan obesitas. Secara signifikan peningkatan Body Mass Index (BMI) yang lebih besar bila remaja putri sering mengonsumsi makan makanan fast food,
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
56
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
snacks, minuman bersoda (soft drink), dan makanan jajanan luar rumah lebih dari dua kali setiap minggu daripada yang sedikit atau tidak pernah mengonsumsi. Makan makanan fast food mengandung 1000 kalori per sajian. Soft drink mengandung sumber ekstra kalori untuk beberapa anak dan remaja putri. Konsumsi fast food dan soft drink yang berlebihan sebelum menarche akan memengaruhi peningkatan BMI serta peningkatan fase luteal sehingga menimbulkan menarche dini (Kushner, 2007). Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian usia menarche dini yaitu faktor konsumsi makronutrien (konsumsi lemak, konsumsi protein nabati, dan konsumsi protein hewani) (Putri dan Melaniani, 2013). Sejalan dengan penelitian Bayuningsih (2015) bahwa anak yang sering mengkonsumsi fast food mempunyai kadar lemak lebih tinggi (56,8%,). Timbunan lemak di dalam tubuh dapat memicu terjadinya menarche dini. Penelitian Kristianti, dkk (2009) juga menunjukkan bahwa intensitas konsumsi fast food dalam kategori sering (54,7%) akan meningkatkan status gizi anak. Status gizi akan berhubungan dengan kejadian menarche. Penelitian Allo dkk (2013) frekuensi konsumsi fast food pada kelompok kasus didominasi oleh responden yang sering mengkonsumsi fast food, yaitu 41 (97,6%) responden, sedangkan responden yang jarang mengkonsumsi hanya 1 (247%) responden. Kebiasaan makan atau pola makan dapat menggambarkan frekuensi makan anak dalam sehari dan hal ini bergantung pada kebiasaan makan keluarganya di rumah maupun di sekolah. Pola makan anak sangat berkaitan erat dengan gizi lebih karena semakin sering anak mengonsumsi makanan dalam sehari, maka kecenderungan untuk mengalami gizi lebih sangat tinggi. Fast food adalah makanan favorit yang dikonsumsi oleh kebanyakan anak-anak, selain itu makan fast food memiliki nilai sosial dimana kebanggaan ketika memakannya. fast food memiliki keterbatasan dalam kandungan zat gizi. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, tujuan dan analisa data, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik siswi, meliputi usia mayoritas 11 tahun, kelas siswi mayoritas kelas lima dan rata-rata usia menarche 11 tahun. 2. Frekuensi konsumsi fast food mayoritas dalam kategori sering.
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
57
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
3. Kejadian menarche menunjukan mayoritas sudah mengalami menarche dengan usia menarche dini. 4. Ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian menarche. SARAN 1. Bagi SD Bakalan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi terutama tentang frekuensi konsumsi fast food, karena kandungan gizi yang tidak lengkap. Konsumsi fast food dapat menimbulkan menarche dini yang berdampak kurang baik bagi anak. 2. Bagi Siswi SD Diharapkan siswi SD dapat meningkatkan pengetahuan tentang gizi dan fast food, dan pemilihan menu makanan yang sehat, sehingga siswi terhindar dari menarche dini. 3. Bagi Orang tua Orang tua diharapkan dapat mengontrol jenis makanan yang dikonsumsi anak, memberikan edukasi dan pendidikan tentang jenis-jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi, serta dapat mengurangi makanan jenis fast food. 4. Bagi Civitas Akademi Kebidanan Ummi Khasanah Hasil penelitian ini dapat dijadikan koleksi bahan pustaka serta acuan bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan penelitian hubungan frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian menarche 5. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya tentang frekuensi konsumsi fastfood dengan kejadian menarche. DAFTAR RUJUKAN Astuti, R., 2010. Usia Menarche, Indeks Masa Tubuh, Frekuensi Konsumsi, dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua pada Siswa SLTP di Pinggir dan Pusat Kota. Kota Semarang.Jurnal Universitas Muhammadiyah Semarang. Barre Allo dkk.2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Sudirman I Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin, Papua, Indonesia).
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
58
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
Available.from:http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5547/J URNAL.pdf?sequence=1. [Accessed 28 Mei 2016] Boenga, 2011. Fenomena Makanan Siap Saji dan Dampaknya Bagi Kesehatan. www.unpad.ac.id. Di akses tanggal 16 Januari 2016. Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Khomsan, A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Kristianti, dkk. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi dan frekuensi Konsumsi Fast Food dan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta. Jurnal Dipublikasikan. Kushner, Robert et al. Validation of Bioelectrical Impedance analysis as a Measurment of Change in Body Composition in Obesity. American Journal of Clinical Nutrition. Lestari, N. 2011. Tips Praktis Mengetahui Masa Subur. Yogyakarta : Katahati. Musadat, Anwar. (2010). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegemukan pada Anak Usia 6-14 Tahun di Provinsi Sumatera Selatan. Tesis Magister, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Poti, JM., Duffey, K J., and Popkin, B.M. 2014. The Association of Fast Food Consumption With Poor Dietary Outcomes And Obesity Among Children: Is It The Fast Food Or The Remainder Of The Diet?. Diakses: 23 Maret 2016. ajcn.nutrition.org Proverawati, A. dan Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika Putri dan Melaniani. 2013. Analisis Faktor Hubungan Usia Menarche Dini. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Shinta, JF. 2011. Kebiasaan Fast Food pada Siswa yang Berstatus Gizi Lebih di SMA Kartini Batam. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. IPB. Bogor Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. Sulistyaningsih.
2012.
Metodologi
Penelitian
Kebidanan
Kuantitatif-Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Surya, AP. 2013. Faktor Dominan dalam Menentukan Frekuensi Konsumsi Fast Food Modern Pada Siswa-Siswi SMA Negeri Kecamatan Tangerang Kota, Kota Tangerang. Diakses : 16 Januari 2016. lib.ui.ac.id
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
59
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 47-60
Susanti, A.V. 2012. Faktor Risiko Kejadian Menarche Dini pada Remaja di SMPN 30 Semarang. Journal of Nutrition College. 1(1): 386-407. Universitas Diponegoro. Verawaty, SN dan Liswidyawati, R. 2012. Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual Wanita. Bandung : PT Grafindo Media Pratama
Yuni Uswatun Khasanah,dkk, Hubungan Frekuensi Konsumsi...
60