ARTIKEL ILMIAH
HUBUNGAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 20 JEMBATAN MAS
Oleh:
ERATIKA PURNAMA SARI A1D109212 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI, 2014
FKIP Universitas Jambi
Page 1
HUBUNGAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 20 JEMBATAN MAS
Oleh:
ERATIKA PURNAMA SARI (Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Jambi)
ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi peneliti di SDN 20/1 Jembatan Mas, hasil yang di ungkapkan oleh guru kelas IV umumnya siswa SD tingkat kedisiplinan siswa dalam belajar masih kurang, dimana masih banyak siswa yang kurang menangapi bimbingan yang diberikan, disamping itu juga hasil belajar siswa masih ada yang belum tuntas. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan disiplin dengan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 20 Jembatan Mas Pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri 20/I Jembatan Mas pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan pada tanggal 15 April sampai 19 Juli 2014, Instrumen penelitian ini menggunakan angket tertutup dalam bentuk skala sikap dari Linkert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif. Angket tertutup untuk mengungkap data tentang variabel terikat yaitu hasil belajar siswa. Dari perhitungan hasil analisis data antara disiplin, diketahui r
x1y
= 0,4137256
Kemudian data tersebut di akumulasi terhadap interprestasi dengan kategori rendah. Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2) Kaidah keputusan jika > berarti signifikan, sebaliknya jika < berarti tidak signifikan, berdasarkan hasil yang didapat t hitung 2.4890867 dengan 1.6973 dengan demikian terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin dengan hasil belajar siswa kelas IV SDN 20 Jembatan Mas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin dengan hasil belajar siswa kelas IV SDN 20 Jembatan Mas.
FKIP Universitas Jambi
Page 2
I. PENDAHULUAN Sekolah mempunyai peran sebagai lembaga pendidikan yang mengembangkan potensi-potensi siswa yang manusiawi, agar mampu menjalani tugas-tugas dalam kehidupan, baik secara individual maupun sosial. Sekolah sebagai suatu organisasi kerja yang terdiri dari beberapa kelas. Setiap kelas mempunyai perjenjangan sendiri. Menurut Hadari ( 2002: 177). Menegaskan bahwa sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik siswa, yang tidak harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam aspek kepribadiannya. Menurut Undang.undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1) : (Syaiful, 2005) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sebagai calon penerus bangsa, siswa dalam dunia pendidikan lebih ditekankan pada upaya membangkitkan semangat belajar yang tinggi. Kemauan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat dan bangsa perlu lebih ditanamkan lagi kepada mereka. Hal ini merupakan salah satu tantangan guru di dunia pendidikan. Para guru diharapkan dan harus mampu menciptakan pembelajaran dengan efektif, menyenangkan, tercipta suasana dan iklim pembelajaran yang kondusif, terdapat interaksi balajar-mengajar yang bagus, sehingga keberhasilan belajar dan hasil dapat dicapai dengan baik sesuai tujuan pembelajaran. Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di pundak pendidik terdapat tanggung jawab yang amat besar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan culture transition yang bersifat dinamis ke arah suatu perubahan secara kontinyu, sabagai sarana vital bagi membangun kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam hal ini, pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral estetika maupun kebutuhan fisik peserta didik. Samsul, (2002:41) Dalam kehidupan sekolah sering dijumpai guru-guru yang dapat dikatakan kurang berhasil dalam mengajar. Indikator belum berhasilnya guru adalah hasil belajar yang rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Kegagalan guru ini mungkin bukan hanya kurang menguasai materi bidang studinya, tetapi karena mereka tidak tahu atau belum mampu mengelola kelas. . TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Disiplin Disiplin ialah “sikap atau kesediaan psikologik untuk menepati atau mendukung nilai-nilai atau norma yang berlaku. siswa yang disiplin akan berusaha untuk menepati ketentuan, tata-tertib, peraturan-peraturan dan biasanya juga patuh kepada pembuat peraturan”. (Suprapto, 2008:7) sedangkan pendapat Nani (2005:68) disiplin ialah “mematuhi peraturan yang diberikan oleh pembuat peraturan”. FKIP Universitas Jambi
Page 3
“Siswa yang memiliki disiplin diri sadar untuk melakukan belajar sendiri, tanpa ada yang memerintah dan mengawasi; karena sudah memiliki rasa tanggung jawab untuk mendukung nilai-nilai yang dianggapnya baik dan tepat untuk dilakukan”. Nawawi (2003:98). Sikap untuk menepati dan mendukung nilai-nilai adalah sikap yang mengandung rasa tangggung jawab untuk kelangsungan nilai-nilai yang dianutnya, sehubungan dengan itu siswa yang bersangkutan tidak akan mengingkari dan membiarkan nilai-nilai tersebut direndahkan oleh orang lain. Turney dan Crains (1980) dalam Udin (2000:56) mengungkapkan definisi disiplin yang bervariasi yaitu: 1. Disiplin diartikan tingkat keteraturan yang terdapat pada satu kelompok. 2. Disiplin kelas diartikan sebagai teknik yang digunakan oleh guru untuk membangun atau memelihara keteraturan didalam kelas. 3. Ada pakar yang menyamakan kata disiplin dengan hukuman. Disiplin semu juga dapat terjadi pada diri siswa, yaitu kepatuhan untuk menepati ketentuan dan tata tertib yang dilakukannya hanya pada saat ada orang lain mengawasinya. Tindakan patuh pada ketentuan dan tata-tertib tersebut dilakukan dengan terpaksa, tanpa adanya kesadaran, oleh karena itu segera pengawasan tidak ada atau kendor, maka porak-porandalah segala peraturan dan tata-tertib bagi siswa yang bersangkutan. Menanamkan disiplin tidak harus8dengan sikap otoriter, dengan paksaan ataupun kekerasan, yang terpenting adalah menanamkan pengertian sehingga timbul kesadaran untuk melakukan sesuatu sesuai nilai-nilai yang berlaku. Menghadapi siswa yang kurang disiplin perlu dilakukan pengawasan yang ketat, bahkan kalau perlu dengan sangsi-sangsi, namun pada akhirnya keberhasilan pembinaan disiplin tersebut akan sangat tergantung pada berhasilnya menumbuhkan pengertian dan kesadaran agar siswa itu sendiri pada akhirnya mematuhi nilai-nilai atas kehendak dan kesadarannya. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan, disiplin ialah keseriusan mengikuti suatu norma-norma dan aturan yang diberikan seorang guru kepada siswanya untuk menekuni peraturan yang diberikan oleh guru tersebut. 2.2 Pengertian tata ruang kelas Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pengelolaan diartikan dengan "penyelenggaraan, pengurusan". Purwadarminta, (2002:470) Sedangkan yang dimaksud dengan kelas adalah "tingkat, ruang tempat belajar di sekolah". dengan kata lain pengelolaan kelas diterjemahkan secara singkat sebagai suatu proses penyelenggaraan atau pengurusan ruang dimana dilakukan kegiatan belajar mengajar, dan untuk lebih jelasnya berikut pengertian pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Usman (2002:97) bahwa "pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar". Sedangkan menurut Wina Sanjaya bahwa pengelolaan kelas adalah: Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Wina, (2005:174)
FKIP Universitas Jambi
Page 4
Sebelum memberikan pengertian tentang pengelolaan kelas berikut ini adalah pengertian tentang kelas yang dikemukakan oleh Purnomo, bahwa Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan rombongan belajar (lingkungan emosional). Purnomo, (2005:3) Lingkungan fisik meliputi “(1) ruangan, (2) keindahan kelas, (3) pengaturan tempat duduk, (4) pengaturan sarana dan alat pengajaran, (5) ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi: “(1) tipe kepemimpinan guru, (2) sikap guru, (3) suara guru, (4) pembinaan hubungan yang baik”. Pendapat lain yang cukup menarik dalam buku Quantum Teaching tentang kelas, yaitu “berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar”. Bobbi, (2002:3) Dalam proses pembelajaran di kelas yang sangat urgen untuk dilakukan oleh seorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kondisi belajar yang baik diharapkan proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik pula. Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan serta kesalahan dalam pembelajaran. Maka dari itu penting sekali bagi seorang guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik dan untuk mencapai tingkat efektivitas yang optimal dalam kegiatan instruksional kemampuan pengelolaan kelas merupakan “salah satu faktor yang juga harus dikuasai oleh seorang guru, di samping faktorfaktor lainnya”. Nasrun, (2001:429) Kemampuan tersebut yang kemudian disebut dengan kemampuan mengelola kelas. Kelas bukanlah sekedar ruangan dengan segala isinya yang bersifat statis dan pasif, namun kelas juga merupakan sarana berinteraksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Ciri utama kelas adalah pada aktivitasnya untuk dapat menjalankan aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang dinamis perlu adanya suatu aktivitas pengelolaan kelas baik dan terencana. Keberhasilan mengajar seorang guru tidak hanya berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar, misalnya tujuan yang jelas, menguasai materi, pemilihan metode yang tepat, penggunaan sarana, dan evaluasi yang tepat. “Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah keberhasilan guru dalam mencegah timbulnya perilaku subyek didik yang mengganggu jalannya proses belajar mengajar, kondisi fisik belajar dan kemampuan mengelolanya”. Hendyat Sutopo, (2005:200) Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan, dapatlah memberi suatu gambaran serta pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Pandangan mengenai pengelolaan kelas sebagaimana telah dikemukakan di atas intinya memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa pengelolaan kelas merupakan sebuah upaya yang real untuk mewujudkan suatu kondisi proses atau kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran di mana proses tersebut memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang terselenggaranya proses belajar mengajar di kelas.
FKIP Universitas Jambi
Page 5
2.3 Belajar Menurut Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim (2002:82) mengemukakan: "Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulangulang dalam situasi ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang." Hal lain dikemukakan oleh Ahmad Mudzakir (2001:84) bahwa: "belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya." Definisi lain seperti yang dikutip oleh E.L. Torndike tentang pengertian belajar, yaitu: "belajar merupakan suatu bentuk perubahan perilaku yang dapat diamati yang terjadi melalui hubungan rangsangan, jawaban menurut prinsip-prinsip yang mekanistik". Ditambah oleh Mulyono (2003:28) bahwa belajar dapat diartikan sebagai: "suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap." Belajar juga merupakan” proses pengumpulan atau penghafalan suatu fakta dalam bentuk informasi atau materi pelajaran, demikianlah sebagian orang menafsirkan arti belajar”. (Mulyadi, 2004:64) Menurut Gagne yang dikutip Ibrahim, (2004:164) memaparkan bahwa : Belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam menunjukkan kinerja (perilaku) berarti belajar itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Sementara Wittig seperti dikutip oleh Syah, (2006:90) mengemukakan bahwa belajar : merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai pengalaman. Perubahan yang menyangkut seluruh aspek psikofisik organisme yang didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriyah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar, karena proses belajar itu tidak dapat diobservasi langsung.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian untuk jawaban angket melalui 32 sampel terhadap disiplin siswa. yaitu jawaban selalu 32%, jawaban sering 30,63%, jawaban kadangkadang 23,38%, jawaban jarang 10,88% dan jawaban tidak pernah 3,13%. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin dengan hasil FKIP Universitas Jambi
Page 6
belajar siswa kelas IV SDN 20 Jembatan Mas dikarenakan t hitung 2.4890867 lebih besar 1.6973. 5.2 Saran-saran Saran-saran ini penulis tujukan kepada : 1. Guru Bidang Studi yang diajarkan para guru umumnya untuk lebih menumbuhkan dan meningkatkan hasil belajar kepada siswa dengan cara :Mengemas materi dengan sebaik-baiknya agar tidak membosankan 2. Bagi orang tua harus menyadari bahwa anak membutuhkan perhatian dan support dalam belajar. Bagi para orang tua disarankan mau mendengarkan apa yang diminati anak dan apa yang tidak, sehingga orang tua bisa memberikan arahan positif bagi kemajuan anak dalam belajar.
FKIP Universitas Jambi
Page 7
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 2006 Pengelolaan kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta:Rajawali Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani H.M. 2001. Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta Asminarsih, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Kartono. 2000. Belajar Secara efektif. Jakarta Puspa Suara Bobbi De Porter, Mark Reardon, dan Sarah Singer, 2002. Quantum Teaching mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas, Bandung : Kaifa Crow and crow. 1990. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Rake Sarasin Hadari Nawawi,2003.Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan, Jakarta: Haji Masagung Hurlock, B. Elizabet. 1999. Psikologi Perkembangan. Terjemahan Isti Widayanti dan Soejarwo Jakarta: PT. Erlangga Hasibuan Anwar. 2005. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Moh. Uzer Usman,2002 Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT.Remaja Rosda Karya Mulyadi. 2004. Strategi Belajar dan Mengajar, Jakarta: Quantum Teaching. Mulyasa, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Moelyono. 2003. Belajar dan Membelajarkan, Jakarta: Rajawali Press Nasrun, 2001 Media, Metode, dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek Lapangan Kependidikan, Forum pendidikan :Universitas Negeri Padang. Ngalim Purwanto, 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rasdakarya. Nani, 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo. Purnomo, 2005 Strategi Pengajaran, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Rusyan. 2000. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rasdakarya 46
Samsul Nizar, 2002 Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: Ciputat Pers FKIP Universitas Jambi
Page 8
Syaiful Bahri Djamarah, 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis, Jakarta: PT. Rineka Cipta Suprapto. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Tri Yuni. 2004. Peningkatan Mutu pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Rineka Cipta Udin. 2000. Administrasi Pendidikan.Bandung Angkasa Wina Sanjaya, 2005Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Wahyudi, D. 2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
FKIP Universitas Jambi
Page 9