HUBUNGAN DEPRESI DAN DEMENSIA PADA PASIEN LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI PRIMER
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1 Kedokteran Umum
DANU KAMAJAYA 22010110110028
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014
HUBUNGAN DEPRESI DAN DEMENSIA PADA PASIEN LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI PRIMER DanuKamajaya*, Bambang Joni Karjono** Latar Belakang Hipertensi mempengaruhi seluruh sistem aliran darah, termasuk pembuluh darah pada otak. Jika pembuluh darah otak ini terganggu, risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif otak meningkat. Gangguan kognisi pada usia lanjut, khususnya demensia dapat muncul karena depresi. Hubungan dari depresi dan demensia pada usia lanjut dengan hipertensi sangat kompleks. Usia lanjut dengan hipertensi mungkin dapat menderita demensia tanpa mengalami depresi. Tujuan Mengetahui hubungan antara depresi dan demensia pada lanjut usia dengan hipertensi ( hipertensi + depresi dan hipertensi tanpa depresi ). Metode Penelitian observasional dengan desain penelitian cross-sectional selama bulan Mei – Juni 2014 di poli rawat jalan penyakit dalam Rumah Sakit Tentara Semarang. Depresi dinilai dengan skala depresi geriatri ( SDG ), dan demensia dinilai dengan skor Mini Mental StateExamination ( MMSE ). Hasil Penelitian dilakukan terhadap 50 pasien lanjut usia hipertensi. Terdapat sedikit lanjut usia hipertensi yang menderita depresi ( 28 % ) dan sedikit yang menderita demensia (12%). Tidak ada perbedaan gangguan kognitif ( demensia ) pada lanjut usia hipertensi antara kelompok hipertensi + depresi dan hipertensi tanpa depresi (p=0,331). Korelasi antara depresi dan demensia pada lanjut usia dengan hipertensi sangat lemah dan tidak signifikan ( r = 0,033 dan p = 0,205 ) dan rasio prevalensi demensia pada lanjut usia dengan hipertensi yang mengalami depresi adalah RP = 2,571dengan interval kepercayaan 95 % antara 0,527 – 17,087. Kesimpulan Adanya depresi pada Lanjut usia tidak bermakna sebagai hal yang mempengaruhi untuk timbulnya demensia ( pseudodemensia ). Kata Kunci : Depresi, Demensia, Lanjut Usia, Hipertensi Primer, MMSE, SDG. * Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ** Kepala bagian geriatri Imu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang
THE RELATIONSHIP OF DEPRESSION AND DEMENTIA IN ELDERLY PATIENTS WITH PRIMARY HYPERTENSION Danu Kamajaya*, Bambang Joni Karjono**
Background Hypertension affects the entire blood system, including the blood vessels in the brain. If the blood vessels of the brain is interrupted, the risk of impaired cognitive brain function increases. Impaired cognition in the elderly, particularly dementia may arise because of depression. The relationship of depression and dementia in the elderly with hypertension are complex. Elderly people with hypertension may be suffering from dementia without depression. Aim To determine the relationship between depression and dementia in the elderly with hypertension (hypertension + depression and hypertension without depression). Methods Observational study with cross-sectional design of the study, during the month of May-June 2014 in Rumah Sakit Tentara, Semarang. Depression was assessed with the geriatric depression scale (GDS), and dementia assessed with the Mini Mental StateExamination score (MMSE). Result The study was conducted on 50 elderly patients with hypertension. Elderly with depression was 28 % from total population and elderly suffering from dementia was 12% from total population. There is no difference in cognitive impairment (dementia) in elderly with hypertension among the group with depression and the group without depression ( p = 0,331 ). Correlation between depression and dementia in elderly with hypertension was very weak and not significant (r=0.033, p=0.205) and the prevalence ratio was PR = 2,571( 95% CI = 0.527 - 17.087). Conclusion The presence of depression in the elderly with hypertension as a couse of dementia ( pseudodementia ) was not significant. Keywords Depression, Dementia, Elderly, Hypertension Primer, MMSE, GDS. .
* Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University ** Section Head of Geriatrics Faculty of Medicine Diponegoro University / Dr. Kariadi Hospital Semarang
PENDAHULUAN Stuktur kependudukan secara global, Indonesia termasuk berstruktur tua. Hal tersebut terjadi sejak tahun 1950. Data UN, World Populaion Prospects : the 2010 revision, penduduk usia lanjut baik dunia, asia dan indonesia diprediksikan lebih besar dari jumlah penduduk < 15 tahun.1 Penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Data penyakit tidak menular berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010 (rumah sakit yang mengirim laporan untuk rawat jalan (RL2B) adalah 41,05% dari total jumlah RS yang teregistrasi dalam SIRS), 10 peringkat terbesar penyakit penyebab rawat jalan dari seluruh penyakit rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun dan 65+ tahun yang paling tingggi adalah hipertensi esensial.1 Hipertensi mempengaruhi seluruh sistem aliran darah termasuk pembuluh darah yang menuju otak. Jika pembuluh darah otak ini terganggu risiko terjadinya gangguan fungsi otak meningkat. Bahkan terdapat penelitian penyakit kardiovaskuler, termasuk hipertensi meningkatkan resiko demensia, dan menyarankan bahwa terapi hipertensi yang terkontrol dapat mengurangi risiko demensia di kemudian hari.2,3 Penelitain lain menunjukan dimana keadaan tekanan darah sistol di bawah 140 mmHg dan diastol dibawah 45 mmHg juga meningkatkan resiko terkena penyakit Alzheimer.4 Gangguan kognisi pada usia lanjut sendiri, khususnya demensia dapat muncul karena depresi. Gangguan kognisi karena depresi tersebut sering disebut pseudodemensia. Di antara orang tua dengan depresi, sekitar stengahnya menunjukan penurunan yang signifikan pada tes kognisi, khususnya perhatian, kecepatan psikomotor dan fungsi eksekusi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui frekuensi lanjut usia dengan hipertensi yang mengalami depresi, mengetahui frekuensi lanjut usia dengan hipertensi yang mengalami demensia, serta menganalisa hubungan antara depresi dan demensia pada lanjut usia dengan hipertensi ( hipertensi + depresi dan hipertensi tanpa depresi ).
METODE PENELITIAN Penelitian ini berjenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross-sectional yang dilakukan di poli rawat penyakit dalam Rumah Sakit Tentara Semarang. Penelitian ini menggunakan sampel 50 lanjut usia yang telah didiagnosis hipertensi dan sedang menjalani terapi. Semua lanjut usia harus dalam keadaan sadar. Hipertensi yang diambil adalah hipertensi primer. Sampel yang memenuhi kriteria delirium tidak diikut sertakan dalampenelitian ini. Penelitian ini menggunakan kuesioner Skala Depresi Geriatri ( SDG ) untuk menilai adanya depresi dan Mini Mental State Examination ( MMSE ) untuk menilai adanya demensia. Teknik pengisian kuesioner yaitu dengan wawancara kepada responden secara langsung dan atau di bantu oleh orang yang menemani berobat. Sebelum dilakukan wawancara, terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur penelitian, kemudian menandatangani informed consent apabila setuju. Depresi atau distres psikologis menyeluruh merupakan kondisi pasien yang tertekan. Untuk mengetahui pasien tersebut depresi salah satunya dengan menggunakan kuesioner Skala Depresi Geriatri ( SDG ). Skor SDG dikategorikan sebagai berikut : total nilai: 0-9 = normal; 10-30 = depresi.5 Fungsi kognitif merupakan proses berpikir dan mengamati. Pada demensia fungsi ini mengalami penurunan. Untuk menilai status fungsi kognitif seseorang salah satunya dengan menggunakan kuesioner Mini Mental Examination ( MMSE ). Skor MMSE dapat dikatergorikan menjadi baik / normal : 25 – 30, gangguan kognitif : 0 – 24.6 Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dengan software komputer. Semua data yang diperoleh prtama kali akan dilakukan analisis univariat dan disajikan secara deskriptif. Selanjutnya, hipotesis khusus akan dilakukan uji hubungan. Hubungan antara kedua variabel dilakukan uji korelatif yang sesuai dengan skala variabel dan juga diuji menggunakan uji komparatif chisquare dengan tabel 2 x 2 jika tidak memenuhi syarat dilakukan uji statistik fisher’s exact.
HASIL PENELITIAN Responden sebagian besar tidak mengalami depresi ( 72 % ). Depresi yang ditemukan pada lanjut usia hipertensi sangat sedikit ( 28 % ). Lima puluh responden hampir semuanya tidak menderita demensia ( gangguan kognitif ) pada saat itu ( 88 % ). Demensia atau gangguan kognitif yang ditemukan pada lanjut usia hipertensi sangat sedikit ( 12 % ). Hal tersebut pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Umum Lanjut Usia Hipertensi Karakteristik Jenis Kelamin - Laki - laki - Perempuan Usia - 60 – 69 - .> 70 Lanjut Usia Hipertensi dengan - Depresi - Tanpa depresi Lanjut Usia Hipertensi dengan - Demensia - Tanpa demensia Total
N(%) 14 ( 28 % ) 36 ( 72 % ) 29( 56,9 % ) 21 ( 41,2 % ) 14 ( 28 % ) 36 ( 72 % ) 6 ( 12 % ) 44 ( 88 % ) 50
Hubungan antara variabel status kognitif dan depresi pada lanjut usia dengan hipertensi primer dianalisis dengan uji komparatif serta korelatif. Analisis data didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna mengenai timbulnya demensia pada kelompok hipertensi + depresi dan hipertensi tanpa depresi dengan nilai p = 0,331. Hubungan korelasi antara depresi dan demensia pada lanjut usia hipertensi memiliki kekuatan korelasi sangat lemah r = 0,033, dan memiliki korelasi yang tidak bermakna p = 0,205. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hubungan lanjut usia hipertensi yang mengalami depersi dengan kejadian demensia ( pseudodemensia ). Status Kognitf Gangguan Kognitif Normal Lanjut Usia
Hipertensi 3 + Depresi Hipertensi Tanpa 3 Depresi Jumlah 6 RP = 2,571, 95 % IK = 0,527 -17,087
Jumlah
11
14
33
36
44
50
Jika dihitung rasio prevalensi didapatkan RP = 2,571 ( > 1 ) dengan interval kepercayaan 95 % antara 0,527 – 17,087. Hal tersebut menunjukan adanya depresi tidak bermakna sebagai hal yang mempengaruhi untuk timbulnya demensia atau dalam hal ini terjadinya pseudodemensia.
PEMBAHASAN Karakteristik reponden menurut jenis kelamin menunujukan bahwa jumlah lanjut usia hipertensi lebih banyak perempuan di bandingkan lanjut usia laki – laki dari seluruh lanjut usia yang yang menderita hipertensi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh proporsi jumlah lanjut usia perempuan yang lebih banyak dibanding jumlah lanjut usia laki – laki sesuai dengan data yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik RI tahun 2009. Data susenas 2012 menunjukan presentase lanjut usia laki – laki 6,9 % dan wanita 8,2 % dari seluruh warga negara Indonesia. 1, 7, 8 Prevalensi depresi pada lanjut usia hipertensi pada penelitian sebelumnya menenjukan jumlah yang sangat sedikit. Salah satu penelitian di Belanda menyatakan prevalensi depresi pada lanjut usia hipertensi adalah 5 %.9 Hal tersebut sama seperti yang peneliti temukan. Lima puluh sampel dari lanjut usia hipertensi sedikit yang mengalami depresi ( 28 % ). Penelitian di Inggris menunjukan demensia yang terjadi pada lanjut usia hipertensi yang menjalani terapi sangat banyak ditemukan ( 73 % ). Sampel lanjut usia di inggris tersebut setidaknya menerima salah satu terapi hipertensi.
10
Penelitian lain di Perancis menunjukan sedikit lanjut usia yang mengalami demensia pada lanjut usia hipertensi yang menjalani terapi dibandingkan dengan yang tidak menerima terapi ( 38 % ).11 Pada penelitian yang saya lakukan menunjukan jumlah demensia pada lanjut usia hipertensi sangat sedikit dari pada penelitian di Inggris ( 12 % ). Hal tersebut sama seperti yang ditemukan di Perancis bahkan jauh lebih sedikit. Hubungan depresi dan demensia sendiri hingga saat ini banyak penelitian yang saling tumpang tindih. Depresi dianggap berpengaruh dalam timbulnya demensia. Beberapa mengganggap demensia dapat timbul karena depresi dan muncul hanya sesaat yang sering disebut sebagai sindroma demensia dari depresi atau pseudodemensia.12,13 Beberapa penelitian baru memasukan depresi sebagai gejala psikologis ( behavioural and psychological symtoms ) yang merupakan hal yang umum muncul pada demensia.14,15 Depresi juga dianggap sebagai gejala prodromal dari penyakit demensia alzheimer.14,16 Data yang peneliti peroleh adanya depresi pada lanjut usia hipertensi tersebut
tidak
bermakna
sebagai
sebab
timbulnya
demensia.
Terdapat
kemungkinan depresi awal yang terdeteksi oleh skrining skala depresi geriatri tersebut belum tentu akan menimbulkan demensia ( pseudodemensia ). Sebagian besar lanjut usia depresi yang peneliti temukan masih kooperatif, bisa diajak wawancara, dan dapat menjawab pertanyaan dari kuesioner MMSE. Beberapa hal yang mungkin berpengaruh dalam timbulnya demensia dalam penelitian ini tidak diperhitungkan, misalnya : aktivitas fisik, diabetes melitus, gangguan profil lipid ( kolesterol, trigliserida, HDL, dan LDL ), serta beberapa gangguan jantung pembuluh darah lain. Berbagai hal tersebut tidak diekslusi dengan alasan sampel nantinya akan terlalu spesifik dan akan susah mendapatkan sampel jika terlalu banyak diekslusi. Berbagai hal tersebut tidak diperhitungkan dalam beberapa pengolahan data, dan mungkin mempengaruhi hasil yang ada.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan dari penelitian ini adalah : 1. Lanjut usia hipertensi sedikit yang menderita depresi ( 28 % ). 2. Lanjut usia hipertensi sedikit yang menderita demensia ( 12 % ). 3. Adanya depresi pada lanjut usia hipertensi tidak bermakna sebagai penyebab demensia ( pseudodemensia ). Saran dalam penelitian ini adalah : 1. Sampel yang dipakai hendaknya bervariasi melibatkan beberpa tipe rumah sakit. 2. Penelitian depresi dan demensia hendaknya terus dikembangkan mengingat berbagai pengertian tentang pseudodemensia mulai berganti dan hubungan keduanya masih terus dipertanyakan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Bambang Joni Karjono, Sp.PD K- Ger, Prof.Dr.dr Suprihati, M.Sc. Sp. THT – KL ( K ), dr. Bantar Suntoko Sp.PD K–R, dan pihak Rumah Sakit Tentara Semarang, serta seluruh lanjut usia yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini dan memberi masukan dalam penulisan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan : Kementrian Kesehatan RI, 2013 : 2 - 5, 9, 12.
2.
Duron E, Hanon O. Vascular risk factors, cognitve decline, and dementia : Review. Paris, France : Dove Press Jaurnal, 2008;4(2):363-381.
3.
Ligthart SA, van Charante EPM, van Gool WA, Richard E. Treatment of cardiovascular risk factors to prevent cognitive decline and dementia: a systematic review. Netherlands : Dove Press Journal, 2010; 6 : 775 – 785.
4.
Petitti DB, Crooks VC, Buckwalter JG, Chiu V. Blood pressure levels before dementia. Arch Neurol. 2005;62(1):175-176.
5.
Yesavage, J.A., Brink, T.L., Rose, T.L., Lum, O., Huang, V., Adey, M., Leirer, V.O. Development and Validation of a Geriatric Depression Screening Scale: A Preliminary Report. Journal of Psychiatric Research 1983; 17: 37-49.
6.
Rabadi MH, Rabadi FM, Edelstein L, Peterson M. Cognitively Impaired Stroke Patients Do Benefit From Admission to an Acute Rehabilitation Unit. Arch Phys Med Rhabil, 2008; 89 : 441 – 8.
7.
Komisi Nasional Lanjut Usia. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta, 2010 : 38
8.
U.S. Census Bureau, International Data Base. Mid-year Population by Older Age Groups and Sex - Custom Region – Indonesia 2010. United Stade 2010. https://www.census.gov/population/international/data/idb/region.php?N=%20 Results%20&T=2&A=separate&RT=0&Y=2010&R=123&C=ID. [ diakses 3 juli 2014]
9.
Ringoir L, Pedersen S. S, Widdershoven J. W. M. G, Pop V. J. M. Prevalence of Psychological Distress in Elderly Hypertension Patients in Primary Care. Neth Heart J 2014; 22: 71 – 76
10. Welsh J. T, Gladman J. R, Gordon A. L. The Treatment of Hypertension in People with Dementia : a systematic review of observational studies. BMC Geriatric 2014, 14 : 19 11. Duron E, Hanon O. Hypertension, Cognitive Decline and Dementia. Review Archives of Cardiovascular Diseases 2008; 101 ( 3 ) : 181 - 189 12. U.S Department of Health and Human Service. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, editor : National Institutes of Health, 2003. 13. Arie T. Pseudodementia. British Medical Journal 1983; 286(6374):1301-2. 14. Feldman HH, Jacova C, Robillard A, et al. Diagnosis and Treatment of Dementia. Review CMAJ 2008; 178 ( 7 ) : 825 – 36. 15. Linde RVD, Stephan BCM, Matthews FE, et al. Behavioural and Psychological Symtoms in The Older Population without Dementia –
Relationship with Socio-Demographics, Health and Cognition. BMC Geriatric 2010; 10 : 87. 16. Fernandes M, Gobartt AL, Balana M. Behavioural Symtoms in Patient with Alzheimer’s Disease and Their Association with Cognitive Impairment. BMC Neurology 2010; 10 : 87.