HUBUNGAN BERAT PLASENTA DENGAN BERAT BADAN LAHIR DI RUMAH BERSALIN MUTIARA BUNDA PADANG TAHUN 2012 Etri Yanti*, Rofina Sari
ABSTRAK Plasenta adalah organ yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan kehamilan dan memegang peranan penting dalam perkembangan janin, karena plasenta berperan untuk pertukaran O2 dan transfer nutrisi dalam pertumbuhan janin. Kegagalan fungsi dan struktur plasenta sangat menentukan pertumbuhan janin dan berat badan janin. Berat plasenta saling berkorelasi positif dengan berat badan lahir bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat plasenta dengan berat badan lahir di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah desktiptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang pada tanggal 25 Maret sampai tanggal 29 Mei tahun 2012. Sasaran penelitian adalah semua ibu hamil yang partus di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang. Sampel diambil secara accidental sampling dengan teknik pengumpulan data melalui observasi yaitu menggunakan lembar observasi, berat plasenta ditimbang dengan timbangan Analog sedangkan berat badan lahir ditimbang dengan timbangan bayi. Kemudian data dianalisai secara univariat dan bivariat dengan Chi-Square. Hasil penelitian didapat 28 (93.3%) berat plasenta normal, 2 (6.7%) berat plasenta rendah, 27 (90%) berat lahir normal, 2 (6.7%) berat badan lahir rendah dan 1 (3.3%) berat badan lahir besar. Dari 2 plasenta yang beratnya rendah semuanya (100%) dengan berat badan lahir rendah. Dari 28 plasenta yang beratnya normal 27 (96.4%) dengan berat lahir normal dan 1 (3.6%) dengan berat lahir besar dengan ρ value< 0.05 yaitu ρ = 0,000 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara berat plasenta dengan berat badan lahir. Berdasarkan hasil penelitian diatas diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan dan perawat dapat memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil, dan mencatat hasil pengukuran berat plasenta lahir pada catatan medik ibu yang melahirkan untuk meningkatkan kesehatan bayi. Untuk peneliti selanjutnya sebagai data dasar untuk melakukan penelitian berikutnya. Untuk ibu hamil agar dapat meningkatkan status gizi selama kehamilan untuk mencegah terjadinya BBLR dan BPLA. Kata Kunci : Plasenta, Berat badan lahir, Abnormal Alamat Korespondensi Etri Yanti, SKp, M.Biomed STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang Telp. 0751 - 442295
PENDAHULUAN Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin antara lain yaitu: faktor janin diantaranya kelainan janin, faktor etnik dan ras diantaranya disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan, serta faktor kelainan kongenital yang berat pada bayi sehingga seringkali mengalami retardasi pertumbuhan sehingga berat badan lahirnya rendah. Selain itu faktor maternal juga mempengaruhi pertumbuhan janin, faktor tersebut diantaranya konstitusi ibu yaitu jenis kehamilan ganda ataupun tunggal, serta keadaan lingkungan ibu. Faktor plasenta juga mempengaruhi pertumbuhan janin yaitu besar dan berat plasenta, tempat melekat plasenta pada uterus, tempat insersi tali pusat, kelainan plasenta (Sistiarani, 2008) Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak. Kualitas bayi baru lahir juga dapat diketahui melalui pengukuran berat badan bayi setelah dilahirkan (Sistiarani, 2008). Plasenta memegang peranan penting dalam perkembangan janin dan kegagalan fungsi plasenta dapat mengakibatkan gangguan pertumubuhan janin dan berat badan janin. Fungsi dan struktur plasenta sangat menentukan pertumbuhan janin. Berat plasenta saling berkorelasi positif dengan ukuran bayi dan ada hubungan yang signifikan secara statistik antara berat plasenta dengan berat badan lahir bayi ( Asgharnia et al., 2008 ). Berat plasenta relatif lebih besar pada bayi aterm dibandingkan bayi prematur. Berat plasenta berkorelasi dengan berat bayi lahir rendah yaitu rata rata berat plasenta prematur 469
gram dan pada bayi aterm 502,4 gram ( Jaya et al., 1994). Fungsi plasenta adalah memberi makan kepada janin, ekskresi hormon, respirasi janin, tempat pertukaran O₂ dan CO₂ antara janin dan ibu, membentuk hormon estrogen, menyalurkan berbagai antibodi dari ibu, sebagai barrier terhadap janin dari kemungkinan masuknya mikroorganisme atau kuman (Sulistyawati, 2011: 49). Bagian-bagian dari plasenta ikut aktif dalam mentransfer, memproses dan mensintesis zat-zat makanan dalam pengaruh hormon ibu, janin dan plasenta.udara dan air berdifusi bebas menembus plasenta. Ibu yang malnutrisi yang berasal dari golongan sosial ekonomi rendah, mempunyai plasenta yang lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang gizinya baik.Dari berbagai penelitian penurunan berat plasenta berkisar 14-50%, jumlah DNA juga menurun, rasio protein/DNA menurun, pemukaan villous berkurang, akibatnya pertukaran darah janin-ibu juga menurun. Berat badan lahir ada korelasi yang bermakna dengan beratnya plasenta (Soetjiningsih, 1995: 100).Berat bayi tidak dipengaruhi oleh hemoglobin ibu, yang merupakan salah satu faktor penentu status kesehatan ibu, melainkan oleh berat plasenta (Giussani, 2001 dalam Dewi, 2011: 1). Plasenta dapat memprediksi kesehatan bayi saat masih dalam kandungan maupun di masa depan, oleh karena itu setiap bayi yang sehat pasti berawal dari plasenta yang sehat (Kliman & Segel, 2003 dalam Dewi, 2011: 1). Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta terutama luas permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus juga transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vaskular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan pertumbuhan janin. Sebagai fetomaternalorgan, maka unsur
janin memberikan kontribusi lebih besar dalam pembentukan plasenta yang mempengaruhi dimensi plasenta, terutama berat plasenta (Lestari, 2006). Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%38% dan lebih sering terjadi di negaranegara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30% (Arif, 2011). Jumlah BBLR di Indonesia diperkirakan mencapai 350 ribu bayi setiap tahunnya ( Depkes RI, 2009). Di Provinsi Sumatera Barat jumlah bayi yang lahir dengan BBLR sebanyak 1025 atau 1,30% dari seluruh jumlah bayi yang terlahir pada tahun 2006 (Vionalita, 2008). Sedangkan jumlah BBLR di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2008 adalah 1492,12%. Jumlah BBLR di kota padang pada tahun 2007 berjumlah 0,31%, pada
tahun 2008 berjumlah 98,75% (Depkes RI, 2009). Berarti mengalami kenaikan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian deskriptif memberikan gambaran hubungan antara berat plasenta dengan berat badan lahir, dengan pendekatan crosssectional. Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang tanggal 25 Maret sampai tanggal 29 Mei tahun 2012.Sasaran penelitian ini adalah semua ibu hamil yang partus di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang pada tanggal 25 Maret sampai 29 Mei tahun 2012 yang berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel adalah Accidental sampling. Instrumen yang digunakan timbangan analog untuk berat plasenta dan timbangan bayi untung menimbang berat bayi. Setelah data terkumpul, kemudian diklasifikasikan dalam beberapa kelompok menurut variasi yang ada kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dideskripsikan dengan menggunakan skala yang telah ditetapkan. Analisa Univariat dengan rumus distribusi frekuensi dan analisa bivariate dengan ujiChi-Square ini dengan batas kepercayaan 95% (α = 0,05)
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1.Distribusi Frekuensi Berat Plasenta Berat Plasenta Rendah Normal Besar Jumlah Berdasarkan tabel.1 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar (93.3%) berat plasenta di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang Tahun 2012 normal. Plasenta adalah organ yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan kehamilan, karena plasenta berperan untuk pertukaran O2 dan transfer nutrisi dalam pertumbuhan janin. Struktur dan fungsi plasenta akan sangat menentukan pertumbuhan janin. Untuk pertumbuhan janin dibutuhkan penyaluran zat asam, 21 asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin dan pembuangan CO2 serta sisa metabolisme janin ke peredaran darah ibu (Wiknjosastro, 2005 dalam Surinati, 2011). Plasenta ibu yang tidak mendapat makanan yang adekuat, seringkali berisi lebih sedikit sel yang ukurannya lebih kecil dan kurang mampu menyintesis nutrien yang dibutuhkan janin.Ibu harus diberi penjelasan tentang efek nutrisi tidak adekuat pada perkembangan janin (Bobak, 2004). Plasenta bukan hanya sekedar organ untuk transport makanan yang sederhana, tetapi juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang masuk dan proses lain atau resintesis sebelum mencapai janin. Suplai zat-zat makanan kejanin yang sedang tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan, mensintesis dan transport zat-zat makanan menentukan suplai makanan ke janin
f 2 28 0 30
% 6.7 93.3 0 100
(Kliman & Segel, 2003 dalam Surinati, 2011). Menurut analisa peneliti berat plasenta mencerminkan perkembangan plasenta, fungsi dan berkorelasi dengan usia ibu, gestasional usia, riwayat diabetes ibu, preeklamsia, berat lahir dan paritas. Plasenta memegang peran penting dalam perkembangan janin normal dan kegagalan plasenta untuk mendapatkan berat badan dan insufisiensi fungsinya dapat mengakibatkan gangguan janin. Adanya berat plasenta yang normal disebabkan karena ibu yang selalu menjaga asupan gizi yang seimbang selama kehamilan.Menjaga asupan gizi selama kehamilan sangat penting dilakukan oleh ibu karena asupan gizi sangat menentukan pertumbuhan plasenta untuk dapat melakukan fungsinya yaitu memberikan asupan makanan ke janin.Berat plasenta yang kecil atau rendah dapat mengindikasikan adanya kekurangan asupan gizi ke plasenta sehingga terjadi kekurangan nutrisi plasenta yang pada akhirnya mengganggu fungsinya sebagai nutritif sehingga terjadi BBLR dan berat plasenta lahir abnormal (BPLA). Hal ini didukung oleh data rata-rata penambahan berat badan ibu partus selama kehamilan yang didapat peneliti dari Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang pada tanggal 25 Maret sampai 29 Mei 2012 yaitu dari data demografi didapatkan 13,08 kg. Rata-rata penambahan berat badan ibu yang memiliki berat plasenta normal dan berat badan lahir normal selama kehamilan adalah
13,28 kg. Sedangkan penambahan berat badan ibu yang memiliki berat plasenta rendah dan berat badan bayi rendah adalah 10,25 kg. Menurut Bobak (2004) dalam bahwa plasenta ibu yang tidak mendapat makanan yang adekuat, akan berisi lebih sedikit sel yang ukurannya lebih kecil dan kurang mampu menyalurkan dan menyintesis nutrisi yang dibutuhkan janin, dari teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa plasenta yang mendapatkan cukup makanan akan memberikan atau menyalurkan makanan atau nutrisi yang cukup kepada janin, namun apabila plasenta kurang mendapat makanan dari ibu maka plasenta akan berukuran lebih kecil dan kurang mampu menjalankan fungsinya sebagai nutritif karena antara janin dan plasenta terjadi kompetisi untuk
Tabel 2 .Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Berat Badan Lahir Rendah Normal Besar Jumlah Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar (90%) berat badan lahir di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang normal. Berat badan lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran , ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir (Muslihatun, 2010: 2).Berat badan bayi lahir dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berat badan lahir rendah (BBLR) dan berat badan lahir normal (BBLN) (Sistiarani, 2008).Menurut Dewi (2011: 2) berat badan bayi normal adalah 2.500-4.000 gram. Menurut Rukiyah & Yulianti (2010: 2) berat badan bayi normal adalah 2.500-4.000 gram. Menurut analisa peneliti berat badan lahir bayi normal disebabkan oleh
mendapatkan makanan, karena plasenta juga merupakan sebuah organ yang terdiri dari sel-sel yang membutuhkan nutrisi untuk berkembang sesuai umur kehamilan serta untuk melaksanakan fungsinya sebagai nutritif bagi janin selama didalam uterus. Adanya berat plasenta yang tidak proporsional atau rendah dapat menunjukkan pasokan gizi buruk ke plasenta, atau hipoksia mengakibatkan pembatasan pertumbuhan plasenta dan pembatasan pertumbuhan janin yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap berat badan lahir dan lainnya. Menurut Oxorm & Forte (2003) bahwa bayi yang mengalami Retardasi Pertumbuhan Intrauterin plasentanya cenderung kecil, kurangnya berat plasenta sebanding dengan berat bayi. Serta pada bayi yang lahir prematur plasentanya kecil.
f 2 27 1 30
% 6.7 90.0 3.3 100
tercukupinya status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.Status gizi yang adekuat sebelum dan selama kehamilan memberikan peluang bagi ibu untuk memberikan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan janin dalam masa pertumbuhannya melalui plasenta. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR).
Pertumbuhan janin tergantung pada nutrisi yang baik dari ibu ke janin oleh karena itu dibutuhkan perfusi uterus yang baik sehingga akan berpengaruh terhadap kelahiran berat badan bayi .Selama kehamilan, rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Pada ibu hamil dengan anemia misalnya terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta.Fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang
janin (Cunningham et al., 2005).Ibu hamil dengan anemia sangat berhubungan dengan berat badan lahir. Menurut analisa peneliti lahirnya bayi yang berat badannya kurang dari 2500 dari ibu yang mengalami anemia selama kehamilan sangat wajar, sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hilli (2009) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang linier antara anemia ibu hamil dengan berat badan bayi lahir. Karena anemia pada ibu hamil akanmenyebabkan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Tabel 3. Hubungan Berat Plasenta Dengan Berat Berat Badan Lahir Normal Besar Total % f % f % Rendah 0 0 0 0 2 100 Normal 27 96.4 1 3.6 28 100 Besar 0 0 0 0 0 Jumlah 27 90.0 1 3.3 30 100 ρ value = 0,000 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat dari mengakibatkan gangguan pertumubuhan 2 plasenta yang beratnya rendah semuanya janin dan berat badan janin.Fungsi dan (100%) dengan berat badan lahir rendah. struktur plasenta sangat menentukan Dan dari 28 plasenta yang beratnya normal pertumbuhan janin (Asgharnia et al., 2008). terdapat 27 plasenta (96,4%) dengan berat Berat plasenta relatif lebih besar badan lahir normal dan 1 plasenta (3,6%) pada bayi aterm dibandingkan bayi dengan berat badan lahir besar. Secara prematur. Berat plasenta berkorelasi dengan statistik dengan uji Chi-Square berat bayi lahir yaitu rata rata berat plasenta menunjukkan nilai ρ value = 0,000 (ρ< prematur 469 gram dan pada bayi aterm 0.05) yang berarti ada hubungan antara berat 502,4 gram ( Jaya et al., 1994). Plasenta plasenta dengan berat badan lahir. dapat memprediksi kesehatan bayi saat Berat plasenta saling berkorelasi masih dalam kandungan maupun di masa positif dengan ukuran bayi dan ada depan, oleh karena itu setiap bayi yang sehat hubungan yang signifikan secara statistik pasti berawal dari plasenta yang sehat antara berat plasenta dengan berat badan (Kliman & Segel, 2003 dalam Lestari, lahir bayi (Asgharnia et al., 2008).Berat 2006). badan lahir ada korelasi yang bermakna Menurut analisa peneliti, berat plasenta dengan beratnya plasenta (Soetjiningsih, sangat menentukan berat badan lahir, 1995: 100).Plasenta memegang peranan apabila berat plasenta normal maka berat penting dalam perkembangan janin dan badan lahir juga akan normal. Berat plasenta kegagalan fungsi plasenta dapat sangat menentukan berat janin, karena Berat Plasenta
Rendah f % 2 100 0 0 0 0 2 6.7
plasenta merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan janin dan sebaliknya. Walaupun demikian hubungan antara berat plasenta dengan berat badan lahir juga tidak terlepas dari nutrisi dari ibu, status nutrisi ibu berhubungan dengan penambahan berat badan ibu selama kehamilan. Apabila status nutrisi ibu selama kehamilan tercukupi, maka akan mampu memberikan nutrisi yang cukup bagi plasenta dan janin. Dan dikarenakan fungsi plasenta sebagai penyalur makanan dari ibu ke janin sangat tergantung dari nutrisi ibu selama kehamilan. Seperti yang disebutkan oleh Bobak (2004) dalam bukunya bahwa plasenta ibu yang tidak mendapat makanan yang adekuat, seringkali berisi lebih sedikit sel yang ukurannya lebih kecil dan kurang mampu menyintesis nutrien yang dibutuhkan janin. Hal ini akan berdampak terhadap sel-sel tubuh janin yang tidak dapat berkembang dengan baik yang akhirnya akan menyebabkan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram. Hal ini sejalan dengan teori yang di sebutkan oleh Oxom & Forte (2003) di dalam bukunya Patologi dan Fisiologi Persalinan bahwa bayi yang mengalami Retardasi Pertumbuhan Intrauterinplasentanya cenderung kecil, kurangnya berat plasenta sebanding dengan berat bayi. Serta pada bayi yang lahir prematur plasentanya kecil. Dari data demografi yang didapat peneliti dari Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang, didapatkan bahwa rata-rata penambahan berat badan ibu yang partus di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang pada tanggal 25 Maret sampai 29 Mei 2012 adalah 13,08 kg. Rata-rata penambahan berat badan ibu yang memiliki berat plasenta normal dan berat badan lahir normal selama kehamilan adalah 13,28 kg. Sedangkan penambahan berat badan ibu yang memiliki berat plasenta rendah dan berat badan bayi
rendah adalah 10,25 kg. Penambahan berat badan ibu yang normal selama kehamilan adalah 11,5-16 kg. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Berat Plasenta Dengan Berat Badan Lahir Di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang Tahun 2012, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Sebagian besar (93.3%) berat plasenta normal di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang Tahun 2012 2. Sebagian besar (90.0%) berat badan lahir normal di Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang Tahun 2012 3. Ada hubungan antara berat plasenta dengan berat badan lahirdi Rumah Bersalin Mutiara Bunda Padang Tahun 2012. Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan : 1. Bagi Responden Diharapkan kepada responden untuk dapat meningkatkan asupan nutrisi selama kehamilan pada kehamilan selanjutnya karena fungsi plasenta sebagai penyalur makanan ke janin sangat tergantung kepada status nutrisi ibu selama kehamilan, sehingga plasenta dapat menjalankan fungsinya sebagai nutritif dan kejadian BBLR dapat dihindari. 2. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan dan perawat untuk dapat terus meningkatkan pelayanan dan memberikan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya status nutrisi kepada ibu hamil selama kehamilan. Perlu menjadi perhatian terhadap pemeriksaan dan merekam atau mencatat hasil pengukuran berat plasenta lahir pada catatan medik ibu yang melahirkan sebagai bahan bukti masa depan anak, oleh karena kita dapat mencegah risiko
bagi kehidupan bayi dan meningkatkan kesehatan bayi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda seperti penambahan berat badan ibu, gizi ibu terhadap berat badan lahir. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Benson, Ralph. C. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Bobak , L. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom, K.D. 2005.Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC. Dokja, My. 2008. Uri (Plasenta), (online), (http://mydoja.blogspot.com/2011/12 /uri-placenta.html), diakses tanggal 29 November 2011. Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC.
Buku Ajar Edisi 11.
Henderson, Christine. 2005. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Hilli A. L. 2009, The Effect of Maternal Anaemia on Cor Blood Haemoglobin & Newborn Birth Weight; 2010 Kabala Journal of Medical, 2 ( 8-9). (online)
(http://www.uobabylon.edu.iq/), diakses tanggal 23 Juni 2012. Janthanapan,M.,Ounjai Kor Anantakul, Alam Gester, 2006, Placental Weight and Its Ratio to Birth Weight in Normal Pregnancy at Songkhlanagarind Hospital, 2006 Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Neonatus, Bayi dan Yogyakarta: Fitramaya.
Asuhan Balita.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rukiyah, Ai Yeyeh & Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Anak. Jakarta: EGC.
Kembang
Stright, Barbara R. 2004. Panduan Belajar: Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC. Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Depkes RI., 2009. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, Jakarta : Depkes RI