1
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU DISSAVING PADA IBU PKK AKTIF KECAMATAN KARANGAN, KABUPATEN TRENGGALEK Norrochman Jailani Email :
[email protected] Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Abstrak Ibu PKK menggunakan pendapatannya untuk konsumsi kebutuhan. Jika konsumsi lebih besar daripada pendapatan maka tidak ada sisa pendapatan yang dapat ditabung dan akan cenderung mengurangi tabungannya atau disebut juga perilaku dissaving. Agar tidak terjadi perilaku dissaving yang berlebihan maka diperlukan kontrol untuk mengaturnya, salah satu kontrolnya adalah religiusitas. Religiusitas secara positif berkaitan self-control.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasinya adalah ibu PKK aktif Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek dengan sampel berjumlah 213 orang diambil menggunakan teknik sampling cluster sampling. Pengumpulan data menggunakan skala religiusitas dan skala perilaku dissaving. Metode analisa data menggunakan korelasi product moment.Hasil penelitianini adalah terdapat hubungan yang bersifat negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan perilaku dissaving (r=-0,331, p=0,000), artinya jika religiusitas tinggi maka perilaku dissaving akan rendah dan sebaliknya.Sumbangan efektif variabel religiusitas kepada variabel perilaku dissaving sebesar 11%, dilihat dari koefisien determinan (r2) sebesar 0,110. Sisanya 89% merupakan variabel lain yang tidak diteliti. Kata Kunci : Religiusitas, Perilaku Dissaving. Abstract PKK’s women uses their income for consumption needs. If consumption is greater than income then there is no extra income that can be saved and will tend to reduce their savings or also called dissaving behavior. To avoid excessive dissaving behavior it is necessary to control it, one of the control is religiosity.Religiosity is positively related to self-control. This research is a quantitative study. The population is active PKK women in Karangan, Trenggalek City, with 213 peoples of sample and were taken using a cluster sampling. The data was collected using two scales, those are religiosity scale and dissaving behavior scale. Analysis methods in this study is using the product moment correlation. Based on the research that has been done can be concluded that there is a negative correlation between religiosity and dissaving behavior. The correlation is significant (r = -0.331, and p = 0.000). If the religiosity is high then the dissaving behavior will be low. Conversely, if religiosity is low then the dissaving behavior will be high. The effective contribution of religiosity variable to dissaving behavior variable is 11% seen from the determinant coefficient (r2) by 0.110. And the remaining 89% are other variables that cannot be examined. Keywords: Religiosity, Dissaving Behavior.
2
LATAR BELAKANG Pola konsumsi seseorang mencerminkan tingkat pengeluaran seseorang dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya. Pemenuhan kebutuhan ini selalu menghadapi berbagai kendala. Manusia yang merasa tidak pernah puas memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang dan jasa relatif tidak terbatas. Sedangkan pendapatan untuk membiayai pemuasan keinginan tersebut relatif terbatas. Mengingat pendapatan merupakan faktor utama yang sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku seseorang dalam melakukan kegiatan konsumsi. Mayoritas ibu-ibu di Trenggaek adalah ibu rumah tangga murni dan biasanya menerima pendapatan dari suaminya yang mayoritas bekerja sebagai petani dan pekerja proyek. Akan tetapi ada juga ibu-ibu yang memiliki pekerjaan tetap atau pun sampingan. Sehingga selain menerima pendapatan dari suaminya, mereka juga menerima pendapatan sendiri dari hasil kerjanya. Tidak jauh beda dengan ibu-ibu di daerah lain, mereka menggunakan pendapatan yang didapatnya untuk konsumsi kebutuhan yang diperlukannya. Pendapatan yang digunakan untuk konsumsi tersebut lebih banyak berasal dari pendapatan suami yang diberikan kepadanya sebagai uang belanja kebutuhan sehari-hari. Pendapatan yang diterimanya harus diatur sedemikian mungkin agar dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari. (Hasil Pengamatan, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Giang (2013), dijelaskan bahwa konsumsi buruh bangunan dipengaruhi oleh pendapatan, apabila pendapatan buruh bangunan meningkat maka pola konsumsi buruh bangunan meningkat. Penelitian serupa dilakukan oleh Danil (2013), dalam penelitiannya dijelaskan bahwa tingkat konsumsi PNS pada Kantor Bupati Kabupaten Bireuen dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.
3
Tingkat pendapatan yang diperoleh pegawai tidak seluruhnya digunakan untuk konsumsi, akan tetapi kelebihan dari kebutuhan konsumsi digunakan untuk ditabung. Ketika
tingkat
konsumsi
seseorang
mengalami
kelebihan dibandingkan
pendapatan yang diterima maka orang tersebut akan melakukan pengurangan tabungan. Menurut Winardi (1995), kelebihan konsumsi dibandingkan dengan pendapatan hingga dengan demikian mengurangi tabungan total biasa disebut sebagai dissaving. Dissaving menurut Nasution (1987) adalah kelebihan pembelanjaan konsumsi di atas pendapatan disposisi. Pendapatan disposisi dapat disebut sebagai pemasukan, jadi dissaving merupakan kelebihan pembelanjaan konsumsi individu di atas pemasukan yang didapat oleh individu tersebut. Pendapat lain menurut Katona (1951), dissaving adalah pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan. Perilaku dissaving yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah keuangan pada seseorang. Menurut Leohardo (2013), buruknya kondisi keuangan dapat mengakibatkan seseorang mengalami stres. Menurut sebuah jajak pendapat, sekitar 7 dari 10 responden mengakui “sangat stres” tentang kondisi keuangan mereka, dan hanya 1 dari 10 responden yang menyatakan bahwa mereka tidak stres tentang kondisi keuangannya. Oleh karena itu, untuk memahami dan mengendalikan perilaku dissaving masyarakat tidak cukup hanya melihat dari faktor ekonomi saja tetapi juga harus dilihat dari faktor psikologisnya. Agar tidak terjadi hal yang demikian maka diperlukan kontrol diri yang tepat, salah satu kontrol dirinya adalah religiusitas. Menurut McCullough dan Willoughby (2009), dalam penelitiannya disebutkan bahwa religiusitas secara positif berkaitan dengan self-control atau kontrol diri serta sifat-sifat seperti kesadaran dan keramahan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Desmond, Ulmer, dan Bader (2013), disebutkan bahwa religiusitas merupakan suatu hal
4
yang dapat meningkatkan kontrol diri seseorang. Semakin seseorang taat dalam menjalankan ajaran agamanya semakin individu tersebut memiliki kontrol diri yang baik di dalam dirinya. Religi dapat mengontrol segala perilaku manusia, salah satunya adalah perilaku dissaving. Perilaku dissaving sebagai salah satu cara masyarakat untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhannya sangat memerlukan suatu kontrol agar tidak terjerumus ke dalam perilaku dissaving yang berlebihan. Religi atau yang lebih sering disebut sebagai agama, sudah menjadi kebutuhan bagi umat manusia dan sangat berperan penting bagi hidup manusia salah satunya sebagai kontrol diri dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Departemen Pendidikan Nasional (2008), agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Berdasarkan kata religi tersebut kemudian muncul kata religiusitas. Sedangkan menurut Nashori dan Mucharam (2002), religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Hampir semua manusia khususnya ibu PKK memiliki agama dan keyakinan. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari pergaulan dengan manusia lainnya dan tata kaidah mengenai hal tersebut telah diatur oleh sistem yang bernama agama. Salah satu bentuk pergaulan manusia tersebut adalah kegiatan pemenuhan kebutuhan dimana dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak dapat lepas dari manusia lainnya. Memuaskan diri dengan memenuhi segala kebutuhan dengan berbelanja barang-barang yang diinginkan merupakan suatu hal yang wajar. Berdasarkan hasil penelitian Nina dan Koentjoro menunjukkan bahwa perilaku
5
keranjingan berbelanja dapat menimbulkan dampak merugikan yang berkelanjutan misalnya adanya masalah dalam keuangan keluarga. (Astuti, 2013). Frankel (Astuti, 2013) mengemukakan bahwa dibandingkan laki-laki, perempuan jauh lebih cenderung untuk membeli bukan berdasarkan kebutuhan atau membeli barang-barang yang mereka tahu tidak mereka butuhkan, menjadikan kegiatan berbelanja sebagai sebuah metode perayaan, membeli barang tanpa perencanaan dan membeli barang sesering mungkin. Ibu-ibu sebagai salah satu konsumen dengan tingkat kebutuhan yang relatif tinggi lebih cenderung melakukan kegiatan konsumsi yang lebih banyak dalam memenuhi kebutuhannya. Jika keadaan ekonominya berkecukupan tentu saja hal itu tidak akan menjadi masalah. Sebaliknya jika keadaan ekonominya kurang untuk memenuhi kebutuhannya maka akan cenderung mengurangi tabungan yang dimiliki dan berperilaku dissaving yang berlebihan sehingga harus dikontrol agar tidak terjadi perilaku dissaving yang berlebihan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara Religuisitas dengan Perilaku Dissaving pada Ibu PKK Aktif Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek”.
LANDASAN TEORI A. Perilaku Dissaving 1. Pengertian Perilaku Dissaving Menurut Katona (1951), dissaving adalah pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan. Sedangkan menurut Rosyidi (1998), dissaving juga dapat disebut dengan tabungan negatif yaitu konsumsi yang besarnya lebih besar dari pendapatan. Winardi (1995) mengemukakan bahwa dissaving adalah pengurangan tabungan yaitu kelebihan
6
konsumsi dibandingkan dengan pendapatan hingga dengan demikian mengurangi tabungan total. Sedangkan menurut Nasution (1987), dissaving adalah kelebihan pembelanjaan konsumsi diatas pendapatan disposisi. Salah satu simpanan kekayaan yang diakumulasi dengan tabungan masa lalu yang berkurang atau pinjaman yang mencadangkan penghasilan berikutnya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku dissaving adalah suatu tindakan, perbuatan, atau aktivitas pengurangan tabungan total akibat kelebihan pembelanjaan konsumsi di atas pendapatan disposable (pendapatan yang siap dibelanjakan) sehingga terjadi penurunan bersih di dalam harta individu. 2. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Dissaving Menurut Katona (1951), ada tiga macam penyebab orang melakukan perilaku dissaving, yaitu: a. Ketidakmampuan membuat kecocokkan antara harga barang penting yang dibelinya dengan pendapatannya. b. Ketidakmauannya belanja barang yang sesuai dengan pendapatannya. c. Kemauannya untuk membeli barang yang tidak biasa atau yang mahal. B. Religiusitas 1. Pengertian Religiusitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Departemen Pendidikan Nasional (2008), agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Menurut Hadikusuma
7
(Amrullah, 2008), agama sebagai ajaran yang diturunkan oleh Tuhan sebagai petunjuk bagi umat dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan Ishomuddin (Amrullah, 2008) menyebut agama sebagai suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi untuk disebut “agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka yang di dalamnya juga mengandung komponen ritual. Berdasarkan definisidefinisi yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa religi adalah keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang membimbing tindakan seseorang terhadap Tuhan, orang lain dan dirinya sendiri. Berdasarkan istilah religi kemudian didapatkan istilah religiusitas. Religiusitas menurut Mangunwijaya (1986) merupakan aspek yang telah dihayati oleh individu di dalam hati, getaran hati nurani pribadi dan sikap personal. Sedangkan menurut Nashori dan Mucharam (2002), religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan akidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan tersebut disimpulkan bahwa religiusitas dapat diartikan sebagai internalisasi agama dalam diri seseorang yang terlihat melalui pengetahuan dan keyakinan seseorang akan agamanya serta dilaksanakan dalam kegiatan peribadatan dan perilaku kesehariannya. 2. Fungsi Religi Bagi Manusia Menurut Hendropuspito (1983), fungsi religi (agama) bagi manusia meliputi beberapa hal yang diantaranya adalah sebagai berikut:
8
a. Fungsi edukatif Manusia mempercayakan fungsi edukatif pada agama yang mencakup tugas mengajar dan membimbing. b. Fungsi penyelamatan Agama dengan segala ajarannya memberikan jaminan kepada manusia keselamatan di dunia dan akhirat. c. Fungsi pengawasan sosial Agama ikut bertanggungjawab terhadap norma-norma sosial sehingga agama menyeleksi kaidah-kaidah sosial yang ada, mengukuhkan yang baik dan menolak kaidah yang buruk. d. Fungsi memupuk persaudaraan Persamaan keyakinan merupakan salah satu persamaan yang bisa memupuk rasa persaudaraan yang kuat. e. Fungsi transformatif Agama mampu melakukan perubahan terhadap bentuk kehidupan masyarakat lama ke dalam bentuk kehidupan baru. 3. Dimensi Religiusitas Glock & Stark (Ancok dan Suroso, 2004) mengemukakan beberapa dimensi religiusitas sebagai berikut: a. Dimensi keyakinan Dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui kebenaran-kebenaran doktrin tersebut.
9
b. Dimensi praktek agama Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. c. Dimensi pengalaman Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsipersepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat). d. Dimensi pengetahuan agama Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. e. Dimensi konsekuensi Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan beragama, praktek, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. C. PKK Keputusan pemerintah untuk merevitalisasi dan mengelompokkan organisasi perempuan di bawah departemen dalam federasi mengakibatkan lahirnya Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), yaitu organisasi yang mewadahi perempuan yang tidak berada di bawah departemen. Bergulirnya reformasi dan disyahkannya GBHN 1999 oleh MPR serta adanya paradigma baru pembangunan dan semangat otonomi daerah, PKK berubah menjadi sebuah organisasi yang melibatkan partisipasi perempuan dan laki-laki dalam upaya mewujudkan keluarga sejahtera. (Shalfiah, 2013). Salah satu wadah organisasi perempuan dimasyarakat Desa dan Kelurahan adalah PKK. PKK merupakan sebuah gerakan yang tumbuh dari bawah dengan perempuan
10
sebagai penggerak dan dinamisatornya dalam membangun, membina, dan membentuk keluarga guna mewujudkan kesejahteraan keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat. (Bapemas.jatimprov.go.id, 2011). Berdasarkan peran dalam kegiatan PKK, anggota PKK dibagi menjadi 2 yaitu anggota aktif dan anggota pasif. Anggota PKK aktif adalah anggota PKK yang memiliki kesadaran untuk berperan aktif dalam mengikuti semua kegiatan PKK. Sedangkan anggota PKK pasif adalah anggota PKK yang kurang memiliki kesadaran untuk berperan aktif dalam mengikuti semua kegiatan PKK atau dapat dikatakan pasif dalam mengikuti kegiatan PKK. (Muktisari.desamembangun.or.id, 2013). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa PKK adalah perempuan yang berperan sebagai penggerak dan dinamisator dalam membangun, membina, dan membentuk keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat. Baik bidang mental spiritul maupun fisik material serta peningkatan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan lingkungan hidup.
METODE Partisipan dan Desain Penelitian Partisipan dalam penelitian ini adalah 213 orang ibu PKK aktif Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, dengan karakteristik sebagai berikut : (1) ibu-ibu yang tergabung dalam kegiatan PKK Kecamatan, Karangan Kabupaten Trenggalek, (2) aktif dalam kegiatan PKK, dan (3) berusia 20 tahun ke atas. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling (area sampling). Menurut Sugiyono (2013), teknik cluster sampling (area sampling) ini
11
digunakan untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada seluruh proses penelitian (Nursalam dan Pariani, 2001). Penelitian ini tergolong pada penelitian korelasional, yang artinya penelitian hendak menguji dan menjelaskan ada tidaknya pengaruh dan korelasi antar variabel. Penelitian ini memiliki satu variabel bebas (independent) dan satu variabel terikat (dependent). Kedua variabel tersebut akan diungkap dengan menggunakan kuesioner, dimana data dari kedua variabel tersebut akan dicari pengaruhnya dan diungkap bagaimana variabel satu dan lainnya saling berkaitan, dengan menggunakan teknik statistik tertentu. Alat Ukur dan Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala yaitu skala religiusitas dan perilaku dissaving. Skala religiusitas disusun berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas menurut Glock & Stark (Ancok dan Suroso, 2004), yaitu dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, serta dimensi konsekuensi. Sedangkan skala perilaku dissaving disusun berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh Katona (1951), yaitu : (1) ketidakmampuan membuat kecocokkan antara
harga
barang
penting
yang
dibelinya
dengan
pendapatannya,
(2)
ketidakmauannya belanja barang yang sesuai dengan pendapatannya, dan (3) kemauannya untuk membeli barang yang tidak biasa atau yang mahal. Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert yang berisikan poin yang menunjukkan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Item pernyataan
12
terdiri dari item-item yang bersifat favourable yang mendukung terhadap indikator variabel yang diungkap dan item-item yang bersifat unfavourable yang menunjukkan tidak mendukung terhadap indikator variabel yang diungkap. (Azwar, 2010). Prosedur penelitian dalam penelitian ini , meliputi: (1) mendesain dan membuat alat ukur, (2) mengujicobakan alat ukur yang telah dibuat, (3) merevisi alat ukur yang telah diujicobakan, (4) melakukan penelitian dengan cara membagikan kuesioner kepada ibu PKK aktif Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, dan (5) mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengolahan data dengan metode statistik yang menggunakan software SPSS 16.0 for Windows, maka diperoleh deskripsi data variabel religiusitas mempunyai minimum sebesar 60, nilai maksimum sebesar 96, nilai rata-rata sebesar 76,50, dan nilai deviasi standar atau disebut juga nilai simpangan baku sebesar 6,319. Sedangkan variabel perilaku dissaving mempunyai minimum sebesar 25, nilai maksimum sebesar 60, nilai rata-rata sebesar 43,39, dan nilai deviasi standar atau disebut juga nilai simpangan baku sebesar 6,983. Sebelum uji analisis data yang dilakukan untuk menguji hipoesis dalam penelitian ini, maka terdapat beberapa syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu. Syarat tersebut meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Pengujian asumsi dan analisa data dilakukan dengan menggunakan bantuan software spss 16.0 for Windows. Uji normalitas dilakukan menggunakan metode statistik one sample Kolmogorov-Smirnov test dan diperoleh nilai signifikansi variabel religiusitas sebesar 0,434. Nilai tersebut lebih besar daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi dan
13
dapat dinyatakan bahwa variabel religiusias telah menyebar normal. Sedangkan nilai signifikansi variabel perilaku dissaving sebesar 0,310. Nilai tersebut lebih besar daripada 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas juga telah terpenuhi dan dapat dinyatakan bahwa variabel perilaku dissaving juga telah menyebar normal. Sedangka uji linieritas dilakukan dengan uji F. Berdasarkan uji linieritas diperoleh nilai hitung (F) sebesar 32,421. Sedangkan untuk nilai signifikansinya, yaitu 0,000 adalah kurang dari 0,050. Berdasarkan nilai signifikansi tersebut, maka dapat dikatakan terdapat hubungan yang linier antara variabel religiusitas dengan variabel perilaku dissaving. Proses pengolahan data uji statistik dilakukan menggunakan software SPSS 16.0 for Windows. Berdasarkan hasil uji statistik maka diperoleh nilai koefisien korelasi (r) = -0,331, hasil tersebut menandakan bahwa ada hubungan negatif antara kedua variable yang berarti bahwa religiusitas yang tinggi akan diikuti oleh perilaku dissaving yang rendah, sebaliknya apabila religiusitas rendah maka individu memiliki perilaku dissaving yang tinggi. Nilai probabilitas kesalahan (p) = 0,000 menunjukkan bahwa hasil uji statistik yang dilakukan dapat dikatakan sangat signifikan. Hasil penelitian ini menunjukan arah korelasi negatif yang sangat signifikan yang mengandung arti bahwa apabila variabel religiusitas tinggi biasanya akan diikuti dengan variabel perilaku dissaving yang rendah. Sebaliknya, apabila variabel religiusitas rendah maka biasanya akan diikuti dengan variabel perilaku dissaving yang tinggi. Adapun sumbangan efektif variabel religiusitas kepada variabel perilaku dissaving adalah sebesar 11% yang dilihat dari koefisien determinan (r ) sebesar 0,110. Hal ini berarti variabel religiusitas menyumbangkan 11% kepada variabel perilaku dissaving sedangkan sisanya 89% merupakan variabel lain yang tidak diteliti.
14
DISKUSI Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh dimana nilai koefisien korelasi product moment (r) = -0,331 dengan nilai signifikansi (p) = 0.000 menandakan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan perilaku dissaving pada ibu PKK aktif Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek. Hal ini berarti apabila nilai pada variabel religiusitas pada ibu PKK aktif Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, mengalami kenaikan maka variabel perilaku dissaving akan menurun, sebaliknya jika religiusitas mengalami penurunan maka perilaku dissaving akan mengalami kenaikan. Ibu PKK yang mengalami kelebihan tingkat konsumsi daripada pendapatan yang diterimanya cenderung akan mengurangi tabungan yang dimilikinya. Hal itu dikarenakan pendapatan mereka digunakan untuk konsumsi yang berlebihan sehingga mereka tidak memiliki sisa pendapatan yang dapat ditabung. Kelebihan konsumsi dibandingkan dengan pendapatan hingga dengan demikian mengurangi tabungan total biasa disebut sebagai dissaving. (Winardi, 1995). Agama sebagai fungsi pengawasan sosial ikut bertanggungjawab terhadap norma-norma sosial sehingga agama menyeleksi kaidah-kaidah sosial yang ada, mengukuhkan yang baik dan menolak kaidah yang buruk agar selanjutnya ditinggalkan dan dianggap sebagi larangan dan mengadakan pengawasan yang ketat atas pelaksanaannya. Sehingga ibu PKK dengan religiusitas yang tinggi akan dapat mengawasi dirinya agar tidak berperilaku yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah sosial yang ada. Salah satu perilaku yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah sosial adalah konsumsi yang kurang baik dengan cara berperilaku dissaving yang berlebihan.
15
Jurnal penelitian Laferrere (2005) tentang Old Age and Housing: Dissaving, Adjusting Consumption, and The Role of Children menjelaskan bahwa menabung (saving) dapat menjadi salah satu kontrol untuk mencegah sifat konsumsi yang kurang baik. Penelitian ini juga mempertimbangkan banyak dimensi tentang konsumsi rumah tangga dan tabungan. Agar tidak terjadi perilaku dissaving yang berlebihan pada ibu PKK maka diperlukan sebuah kontrol yang dapat mengatur perilaku tersebut. Salah satu kontrol yang dapat digunakan untuk mengatur perilaku dissaving yang berlebihan adalah religiusitas. Berdasarkan hasil penelitian McCullough dan Willoughby (2009), disebutkan bahwa religiusitas secara positif berkaitan dengan self-control atau kontrol diri serta sifat-sifat seperti kesadaran dan keramahan. Disebutkan juga bahwa seseorang dengan religiusitas yang lebih tinggi percaya bahwa setiap tingkah laku mereka diawasi oleh Tuhan, sehingga mereka cenderung memiliki pengawasan diri yang lebih tinggi dan pada akhirnya memunculkan kontrol diri pada dirinya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Desmond, Ulmer, dan Bader (2013), disebutkan bahwa religiusitas merupakan suatu hal yang dapat meningkatkan kontrol diri seseorang. Mereka mengatakan bahwa kontrol diri seperti otot seorang yang rajin berolahraga, maka program yang berdasarkan religiusitas dapat berfungsi sebagai media pelatihan dari “otot” kontrol diri tersebut. Semakin seseorang taat dalam menjalankan ajaran agamanya semakin individu tersebut memiliki kontrol diri yang baik di dalam dirinya. Religiusitas dapat mengontrol diri ibu PKK untuk tidak berperilaku konsumsi yang kurang baik, salah satunya adalah untuk tidak berperilaku dissaving. Ibu PKK dengan tingkat religiusitas yang rendah kurang dapat mengontrol diri sehingga akan cenderung berperilaku dissaving karena tidak mampu membuat kecocokan antara harga
16
barang penting yang dibeli dengan besar pendapatannya. Selain itu, ibu PKK dengan tingkat religiusitas yang rendah cenderung untuk membeli barang mahal yang tidak sesuai dengan pendapatannya. Sebaliknya, ibu PKK dengan tingkat religiusitas yang tinggi dengan kontrol diri yang baik akan berusaha untuk mencocokkan antara harga barang dengan pendapatan yang diterimanya. Ibu PKK dengan tingkat religiusitas yang tinggi juga akan berusaha mengontrol diri untuk membeli barang mahal yang tidak sesuai dengan pendapatannya. Sehingga perilaku dissaving pada ibu PKK dapat diminimalisir dan lebih terkontrol. Sumbangan efektif variabel religiusitas terhadap variabel perilaku dissaving pada ibu PKK aktif Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, sebesar 11% sedangkan sisanya 89% dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel lain tersebut, misalnya adalah (1) mobilitas rumah tangga dan pola hidup (Lafarrere, 2005), (2) siklus hidup yang berkaitan dengan tingkat akumulasi dan penipisan kekayaan (Bernheim, 1987), (3) gaya hidup hedonis (Nugrahaini, 2010), (4) pola pembelian yang impulsif atau impulsive buying (Andryani, 2007), dan (5) sikap penghindaran ketidakpastian atau uncertainty avoidance suatu masalah yang dialami oleh individu (Nugroho, 2010).
17
DAFTAR PUSTAKA Amrullah, N. (2008). Religiusitas dan Kecerdasan Emosional dalam Kaitannya dengan Kinerja Guru di Man 2 Banjarmasin. Thesis. Malang: UIN Malang. Ancok, D., & Suroso, F. N. (2004). Psikologi Islami, Solusi atas Problem-Problem Psikologi. Cetatakan V. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Andryani, D. (2007). Hubungan antara Pembelian Impulsif (Impulsive Buying) dengan Perilaku Berhutang (Dissaving) pada Wanita Karir. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah. Astuti, E. D. (2013). Perilaku Konsumtif dalam Membeli Barang pada Ibu Rumah Tangga di Kota Samarinda. eJurnal Psikologi. http://ejournal.psikologi.fisipunmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/09/Jurnal%20(09-06-13-04-35-44).pdf diunduh februari 2014. Azwar, S. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bapemas. (2011). Pemberdayaan & Kesejahteraan Keluarga http://bapemas.jatimprov.go.id/index.php/program/kegiatan-sosbud/345pemberdayaan-a-kesejahteraan-keluarga-pkk diakses Februari 2014.
(PKK).
Bernheim, B. D. (1987). Dissaving after Retirement: Testing the Pure Life Cycle Hypothesis. Issues in Pension Economics. University of Chicago Press. United State. http://www.nber.org/chapters/c6861.pdf diunduh Oktober 2012. Danil, M. (2013). Pengaruh Pendapatan terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Bupati Bireun. Jurnal Ekonomika Universitas Almuslim Bireun-Aceh, Vol. IV No. 7 Maret 2013. http://www.scribd.com/doc/140412594/Jurnal-PENGARUH-PENDAPATANTERHADAP-TINGKAT-KONSUMSI-PADA-PEGAWAI-NEGERI-SIPIL-DIKANTOR-BUPATI-KABUPATEN-BIREUEN diunduh Februari 2014. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Desa
Muktisari. (2013). Laporan TP PKK Desa Muktisari 2013. http://muktisari.desamembangun.or.id/dokumen/laporan-tp-pkk/ diakses Maret 2014.
Desmond S. A., Ulmer J. T., & Bader C. D. (2013). Religion, Self Control, and Substance Use. Journal of Deviant Behavior, 34:5, 384-406. London: Routledge. http://www.chapman.edu/wilkinson/_files/crassh/Badar/Religion%20and%20Selfcontrol.pdf diunduh Februari 2013. Giang, R. R. (2013). Pengaruh Pendapatan terhadap Konsumsi Buruh Bangunan di Kecamatan Pineleng. Jurnal EMBA, Vol. 1 No. 3 Juni 2013. http://www.google.com/search?sourceid=chrome&ie=UTF8&q=PENGARUH+PENDAPATAN+TERHADAP+KONSUMSI+BURUH+BA NGUNANDI+KECAMATAN+PINELENG diunduh Februari 2014. Hendropuspito, C. (1983). Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius & BPK Gunung Mulia.
18
Katona, G. (1951). Psychological Analysis of Economic Behavior. New York: McGraw – Hill Book Company, Inc. Laferrere, A. (2005). Old Age and Housing: Dissaving, Adjusting Consumption, and The Role of Children. JEL classification: D64, R21, J12. INSEE (Institut National de la Statistique et des Etudes Economiques). France. http://www.crest.fr/ckfinder/userfiles/files/Pageperso/laferrere/DissavingHousing %20prov.pdf diunduh Desember 2012. Leohardo, R. K. (2013). Bagaimana Mengurangi Stres Akibat Buruknya Keuangan. http://suksesitubebas.com/category/bagaimana-mengurangi-stres-akibatburuknya-kondisi-keuangan/ diakses Februari 2014. Mangunwijaya, Y. B. (1986). Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak. Jakarta: Gramedia. McCullough, M.E., & Willoughby, L.B. (2009). Religion, Self-Regulation, and SelfControl: Associations, Explanations, and Implications. Psychological Bulletin, Vol. 135, No. 1, 69–93. American Psychological Association. http://www.psy.miami.edu/faculty/mmccullough/Papers/Relig_self_control_bullet in.pdf diunduh Februari 2014. Nashori, F., & Mucharam, R. D. (2002). Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islami. Jogjakarta: Menara Kudus. Nasution, A. (1987). Kamus Ekonomi. Semarang: Dahara Prize. Nugrahaini, Y. T. (2009). Hubungan Gaya Hidup Hedonis dengan Perilaku Dissaving (Berhutang) pada Mahasiswa di Malang. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah. Nugroho, D. A. (2010). Hubungan antara Uncertainy Avoidance dengan Perilaku Berhutang. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah. Nursalam, & Pariani, S. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Rosyidi, S. (1998). Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Shalfiah, R. (2013). Peran Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam Mendukung Program-program Pemerintah Kota Bontang. eJurnal Ilmu Pemerintahan. http://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/08/JURNAL%20dita%20(08-26-13-12-59-15).pdf diunduh Februari 2014. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Winardi. (1995). Kamus Ekonomi. Bandung: Mandar Maju.