HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN MINAT BACA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
Skripsi Oleh RAHMAT WAHYU HIMAWAN K 8404040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN MINAT BACA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009
Oleh RAHMAT WAHYU HIMAWAN K 8404040
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 8 Januari 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs.HM.Haryono,M.Si
Dra.Hj.Siti Rochani,CH.M.Pd
NIP.19510101 198103 1 005
NIP.19540213 198003 2 001
3
PENGESAHAN
Skripsi ini telah di pertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jum’at Tanggal : 8 Januari 2010
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. H.MH.Sukarno M,Pd
...............................
Sekretaris
: Drs. Slamet Subagya M,Pd
................................
Anggota I
: Drs.HM.Haryono,M.Si
...............................
Anggota II
: Dra.Hj.Siti Rochani,CH.M.Pd
...............................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah,M.Pd NIP.19600727 198702 1 001
4
ABSTRAK Rahmat Wahyu Himawan. HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN MINAT BACA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Januari 2010. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara : 1). Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa 2). Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa 3). Pola Asuh Orang Tua dan Minat Baca Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Penelitian ini menggunakan metode deskripstif kuantitatif korelasional. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI Ilmu Sosial Al Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2008/2009 sejumlah 197 siswa, dengan jumlah sampel yang diambil adalah 40 siswa. Sampel diambil dengan teknik cluster sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket dan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik korelasional dengan teknik regresi linier ganda dengan bantuan komputer seri program statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua (X1) dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y), dengan rx1y = 0,387 dan p < 0,050 yaitu 0,013 < 0,050 , sehingga hipothesis pertama, “ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar sosiologi siswa”, dapat diterima. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat baca (X2) dengan prestasi belajar sosiologi siswa (Y), dengan rx2 y = 0,306 dan p < 0,15 yaitu 0,052 < 0,15 sehingga hipothesis kedua diterima “ada hubungan positif yang cukup signifikan antara minat baca dengan prestasi belajar sosiologi siswa”,. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua (X1) dan minat baca siswa (X2) secara bersama-sama dengan prestasi belajar sosiologi siswa (Y), dengan rx1x2 y = 0,544, dan F = 7,760, p < 0,050 yaitu 0,002 < 0,050 sehingga hipothesis ketiga “ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dan minat baca dengan prestasi belajar sosiologi siswa”, diterima.
5
ABSTRACT
Rahmat Wahyu Himawan. THE CORRELATION BETWEEN PARENTING AND STUDENT’S READING INTEREST ON THE STUDENT’S ACHIEVEMENT OF SOCIOLOGY SUBJECT AT THE ELEVENTH GRADE OF SOCIAL PROGRAM IN AL ISLAM 1 SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2008/2009. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. January 2010. This research is aimed at knowing there is significant correlation between: 1). Parenting and student’s achievement of sociology subject 2). Reading interest and student’s achievement of sociology subject 3). Parenting and student’s reading interest on student’s achievement of sociology subject at the eleventh grade of social program in Al-Islam 1 Surakarta in the academic year 2008/2009. Descriptive quantitative correlation method is used in this research. The population of this research is the eleventh grade of social program in Al-Islam 1 Surakarta in the academic year 2008/2009, it consist of 197 students. The sample uses in this research is 40 students. Cluster random sampling is used to get the sample. Technique of collecting data in this research uses questionnaire and documentation. Technique of analyzing the data uses correlation statistic analysis with multiple linier regressions by using statistic series program (SPS 2000) from Sutrisno Hadi and Yuni Pamardiningsih. Based on the result of this research, there is a positive correlation between parenting (X1) and student’s achievement of sociology subject (Y), rx1y = 0,387 and p < 0,050 it is 0,013 < 0,050, so, the first hypothesis is “there is a positive correlation between Parenting and student’s achievement of sociology subject”, it is significant. There is a positive correlation between reading interest (X2) and student’s achievement of sociology subject (Y), rx2y = 0,306 and p < 0,15 it is 0,052 < 0,015, so, the second hypothesis is significant “there is a positive correlation between reading interest and student’s achievement of sociology subject”. There is a positive correlation between parenting (X1) and reading interest (X2) on student’s achievement of sociology subject (Y), rx1x2y = 0,544, and F = 7,760, p < 0,50 is 0,002 < 0,050, so, the third hypothesis is “there is a positive correlation between parenting and reading interest on student’s achievement of sociology subject”, it is significant.
6
MOTTO
” Kekuatan sebenarnya dari buku adalah untuk menjerat pikiran agar melakukan pemikirannya sendiri”
( Christoper Morley )
” Didiklah anakmu,maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan mendatangkan suka cita kepadamu”
( Henry N Siahaan )
”Barangsiapa menginginkan dunia maka ia harus dengan ilmu,barangsiapa menginginkan akhirat maka ia harus dengan ilmu dan barangsiapa menginginkan keduanya maka harus dengan ilmu ”
( HR.Umar Ibnu Abdul Aziz)
7
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya yang tidak seberapa ini sebagai bagian kecil ungkapan rasa terima kasihku untuk : v Ayah dan Ibu tercinta atas do’a,cinta kasih dan sayang,dorongan,serta perhatiannya selama ini v Kakakku tersayang yang selalu membantu v Adikku tercinta atas dorongan dan doanya. v Saudara dan keluargaku. v Sahabat-sahabatku,yang selalu mendukung,membantu dalam persahabatan yang erat v Almamater yang kubanggakan .
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti memperoleh bantuan dari berbagai pihak selama persiapan, pelaksanaan sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang muncul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah,M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS. 2. Drs.Syaiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS. 3. Drs.H MH. Sukarno,M.Pd, Ketua Program Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP UNS. 4. Drs.HM Haryono,M.Si Pembimbing I sekaligus merangkap sebagai Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Dra.Hj.Siti Rochani,CH.M.Pd Pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan,bimbingan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs.Riyanto, Kepala Sekolah SMA Al-Islam 1 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Ahsannudin,S.Pd, wakasek kurikulum yang telah membantu memberikan dan mempersiapkan data-data yang dibutuhkan penulis. 8. Dra.Diniyah, guru BK yang telah membantu dalam menyebarkan angket penelitian untuk masing-masing siswa kelas XI Sos I sampai dengan kelas XI Sos 5. 9. Dra. Dwi Wahyuni, guru kelas XI yang telah membantu dalam perolehan data penelitian.
9
10. Bpk/Ibu dosen Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP UNS. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Walaupun disadari skripsi ini masih banyak kekurangan, namun diharapkan bisa bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika. Terima kasih.
Surakarta, 8 Januari 2010
Penulis
10
DAFTAR ISI
JUDUL ..........................................................................................................
i
PENGAJUAN ...............................................................................................
ii
PERSETUJUAN ...........................................................................................
iii
PENGESAHAN..............................................................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
v
ABSTRACT....................................................................................................
vi
MOTTO .........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xvi
BAB I.
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Permasalahan .......................................................
1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................
5
C. Pembatasan Masalah .....................................................................
6
D. Perumusan Masalah ......................................................................
7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ..........................................................................
8
BAB II.
LANDASAN TEORI ..................................................................
10
A. Tinjauan Pustaka ...........................................................................
10
1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar...........................................
11
a. Pengertian Prestasi................................................................
11
b. Pengertian Belajar.................................................................
12
c. Pengertian Prestasi Belajar....................................................
13
d. Ciri-ciri Belajar.....................................................................
14
e. Fungsi Prestasi Belajar.........................................................
16
f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar...........
17
11
g. Cara Mengukur Prestasi Belajar..........................................
25
2. Tinjauan Tentang Minat Baca...................................................
26
a. Pengertian Minat Baca........................................................
26
b. Pentingnya Minat Baca.......................................................
31
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca.................
34
d. Unsur-unsur Minat Baca.....................................................
35
e. Usaha Yang Menumbuhkan Minat Baca............................
38
f. Lingkungan Yang Mempengaruhi Timbulnya Minat Baca....................................................................................
40
g. Teknik-teknik Meningkatkan Minat Baca.........................
42
h. Cara Mengukur Minat Baca..............................................
44
3. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua................................
45
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua.....................................
45
b. Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua........................................
46
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Tertentu.............................................................................
49
d. Cara Mengukur Pola Asuh Orang Tua.............................
52
B. Kerangka Berpikir .........................................................................
52
C. Perumusan Hipothesis ....................................................................
55
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................
56
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................
56
1. Tempat Penelitian ......................................................................
56
2. Waktu Penelitian ........................................................................
56
B. Macam-macam Variabel ..............................................................
56
C. Metode Penelitian .........................................................................
57
D. Populasi dan Sampel ......................................................................
60
1. Populasi .................................................................. ..................
60
2. Sampel...................................................... .................................
60
E. Teknik Pengambilan Sampel..........................................................
62
F. Teknik Pengumpulan Data.............................................................
63
1. Metode Dokumentasi..................................................................
63
12
2. Metode Angket...........................................................................
64
G. Teknik Analisis Data......................................................................
70
BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................
75
A. Deskripsi Data .............................................................................
75
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data...........................................
79
C. Pengujian Hipothesis ...................................................................
84
D. Kesimpulan Pengujian Hipothesis ................................................
87
E. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................
89
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..........................
92
A. Kesimpulan .................................................................................
92
B. Implikasi ......................................................................................
92
C. Saran ............................................................................................
94
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
95
LAMPIRAN....................................................................................................
98
CURRICULUM VITAE................................................................................
161
BAB V.
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi.................................................... 56 Tabel 2. Penghitungan Jumlah Sampel Penelitian............................................... 61 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Sosiologi Siswa.................. 75 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Angket Pola Asuh Orang Tua...................... 77 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Angket Minat Baca Siswa........................... 78 Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y)................... 80 Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Pola Asuh Orang Tua (X1).................................. 71 Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Minat Baca Siswa (X2)........................................ 52 Tabel 9. Rangkuman Hasil Analisis Linearitas X1 Terhadap Y.......................... 83 Tabel 10. Rangkuman Hasil Analisis Linearitas X2 Terhadap Y........................ 83 Tabel 11. Matriks Interkorelasional Analisis Regresi........................................... 84 Tabel 12. Koefisien Beta Dan Korelasi Parsial..................................................... 86 Tabel 13. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Model Penuh................................. 86 Tabel 14. Perbandingan Bobot Prediktor-Model Penuh....................................... 87
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Tentang Hubungan Variabel Independent Dengan Variabel Dependent...................................... Gambar 2. Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Siswa (Y)..........................
55 76
Gambar 3. Grafik Histogram Pola Asuh Orang Tua (X1).................................. 77 Gambar 4. Grafik Histogram Minat Baca Siswa (X2)........................................ 79
15
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar media untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi selanjutnya, tetapi harus dapat mengembangkan kualitas manusianya sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal sesuai dengan hak dan dukungan serta lingkungan sesuai dengan potensinya. Dengan pendidikan inilah dapat melahirkan generasi penerus yang dijiwai nilai sosial, nilai budaya, nilai religius dan nilai kepribadian bangsa. Pendidikan merupakan proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan tingkah laku. Melalui pendidikan siswa di sekolah diharapkan dapat mencapai perkembangan optimal, sehingga nantinya dapat ditunjukkan dengan tercapainya suatu prestasi pendidikan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai raport yang dicapai siswa. Prestasi pendidikan dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui kemampuan siswa, karena tidak semua memiliki situasi belajar yang sama. Proses pendidikan merupakan hal yang kompleks, siswalah yang menentukan terjadi atau tidaknya proses belajar tersebut. Dalam belajar siswa menghadapi masalah secara intern maupun ekstern. Jika siswa tidak bisa mengatasi maka siswa tersebut tidak dapat belajar dengan baik sehingga prestasi pendidikan rendah. Menurut pandangan umum sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat mengubah tingkah laku siswa berkembang menjadi lebih baik dan lebih terarah. Keberhasilan pendidikan tidak hanya sekedar ditentukan oleh pendidikan di lingkungan sekolah, tetapi diperlukan kerjasama yang baik antara pendidikan keluarga, sekolah dan pendidikan di masyarakat. Diantara tiga tempat pendidikan ini, keluargalah merupakan pendidik yang pertama dan utama, karena kesibukan
yang dilakukan
1
keluarga,
maka keluarga
16
menyerahkan pendidikan anak kepada sekolah. Disinilah peranan keluarga dan sekolah dalam menyalurkan fungsi pendidikan kepada anak-anak, sehingga pendidikan yang dilakukan di sekolah maupun di dalam keluarga berperan memberikan bimbingan belajar, baik yang dilakukan oleh guru maupun oleh orang tua kepada siswa merupakan faktor penting yang dapat mengarahkan anak pada kehidupan yang akan datang. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri individu yang meliputi aspek fisiologis, misalnya kesehatan tonus yaitu kesehatan mata dan telinga, sedangkan aspek psikologis, misalnya intelegensi, sikap, minat, bakat dan motivasi. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu yang meliputi aspek lingkungan sosial misalnya keluarga, termasuk didalamnya adalah orang tua, masyarakat, lingkungan sekolah (teman sebaya, guru), media masa dan sebagainya dan aspek lingkungan non sosial, seperti (sarana dan prasarana) belajar, tempat belajar dan peralatan penunjang belajar. Salah satu yang termasuk faktor eksternal yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa adalah pola asuh orang tua, mengingat orang tua adalah lingkungan masyarakat yang terdekat yang berhubungan langsung dengan anak dan sebagian besar waktu anak dihabiskan bersama orang tua, maka bentuk pola asuh orang tua sangat diperlukan anak dalam mengatasi kesulitan hidupnya terutama yang berhubungan dengan prestasi belajarnya. Tanpa dorongan dan rangsangan orang tua maka perkembangan dan prestasi belajar anak akan terhambat dan menurun. Pola asuh orang tua juga dapat mempengaruhi perilaku anak. Dalam interaksi keluarga, pola asuh orang tua berperan dalam menanamkan dan memberitahukan kepada anak-anaknya tentang nilai, norma, yang berlaku yang harus dimengerti, dipahami, bahkan ditaati oleh anak. Jenis pola asuh orang tua pada umumnya ada 3 macam, hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock alih bahasa Meitasari Tjandrasa (1999:205) yang menyatakan “Orang tua dalam mengasuh anak-anaknya dapat menggunakan
17
cara otoriter, liberal dan demokratis “. Dalam menanamkan nilai-nilai pada anak masing-masing orang tua mempunyai metode yang berbeda-beda dalam menerapkan pola asuh. Pola asuh orang tua merupakan faktor yang paling banyak
memberikan
sumbangan
dalam
menentukan
perkembangan
kepribadian anak. Oleh karena itu keberhasilan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak tergantung dari bagaimana cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh anaknya. Dengan pola asuh orang tua yang demokratis anak dapat belajar secara efektif yang akhirnya dapat mencapai prestasi belajar yang baik. Dengan adanya pola asuh orang tua yang diterapkan dalam keluarga secara tepat sangat berguna bagi anak sebagai upaya preventif agar anak terhindar dari kesulitan belajar. Minat merupakan masalah yang penting dalam pendidikan, terlebih jika dikaitkan dengan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Minat pada diri seseorang memberikan gambaran dalam kegiatannya untuk mencapai tujuan. Ada seseorang yang berminat pada suatu obyek, adapula seseorang yang kurang berminat pada suatu obyek termasuk di dalamnya aktivitas membaca. Dengan mengetahui minat seseorang maka dapat menentukan kegiatan apa yang
akan
dipilih. Jadi minat antara yang satu dengan yang lain
menunjukkan perbedaan. Menurut Hurlock alih bahasa Meitasari Tjandrasa (1999:205) menyatakan “Interest are sources of motivation which drive people to do what they want to do when they are freee to choose”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Sedangkan Muhibbin Syah (2003: 136) "Minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu". Dari batasan tersebut dapat dikatakan bahwa minat adalah perasaan senang, ketertarikan dan keinginan untuk memiliki suatu obyek yang diinginkan. Minat
baca merupakan faktor
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Kegiatan membaca merupakan hal yang penting bagi siswa, karena dengan membaca siswa memperoleh ilmu
pengetahuan dari bacaan yang di baca, selain
bisa itu
18
siswa juga memperoleh ilmu pengetahuan yang didapat dari guru yang memberi materi pelajaran di ruang kelas. Minat baca tumbuh dari kesadaran siswa terhadap kebutuhan akan pentingya informasi untuk memperluas pengetahuan, pembinaan minat baca merupakan hal yang sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi siswa. Pembinaan minat baca dapat diwujudkan dalam pengadaan fasilitas perpustakaan, taman bacaan di lingkungan sekolah, bedah buku dan pameran atau promosi buku terlebih didukung dengan adanya sistem belajar mandiri, menjadikan minat baca sebagai salah satu bentuk kemandirian siswa dalam belajar. Kegiatan membaca bukan suatu kegiatan yang spontan dilakukan oleh siswa, akan tetapi ada hubungannya dengan minat baca. Minat baca tumbuh dari masing-masing individu atau siswa. Karena dengan adanya minat baca yang tinggi akan meningkatkan kegemaran membaca pada diri siswa. Kurang adanya minat baca membuat siswa tidak sanggup untuk membaca dengan baik. Kenyataan ini akan menghalangi siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Membaca merupakan aktivitas berpikir yang kompleks, terdiri dari sejumlah kegiatan untuk memahami kata-kata atau kalimat yang ditulis oleh pengarang, menginterpretasikan konsep-konsep pengarang dan akhirnya mengevaluasi
konsep-konsep
pengarang
serta
menyimpulkannya.
Kemampuan membaca setiap siswa berbeda-beda tergantung beberapa faktor diantaranya tingkatan kelas, kecerdasan, keadaan fisik, keadaan emosi, hubungan sosial seseorang, latar belakang pengalaman yang dimiliki, sikap, aspirasi, dan kebutuhan-kebutuhan hidup seseorang dan sebagainya. Pembinaan dan kemampuan membaca seseorang harus dimulai atas dasar evaluasi terhadap kemampuan membaca individu yang bersangkutan, untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan membaca yang lebih baik, maka pembaca harus mampu menghubungkan dengan pengetahuan,faktor-faktor atau informasi yang dimilikinya. Apabila siswa telah mempelajari sesuatu yang baik maka siswa akan puas dengan hasil bacaannya, karena telah mencapai tujuan dari membaca. Terpecahkannya masalah yang sedang dihadapi, memperoleh fakta baru atau informasi baru, dan pengetahuan baru yang pada
19
akhirnya siswa telah merasa memperoleh manfaat yang maksimal dari bacaannya. Ada perbedaan minat antara siswa yang satu dengan yang lainnya, ada siswa yang berminat tinggi dan ada siswa yang berminat rendah, sehingga aktivitas yang dilakukan berbeda pula tergantung tinggi rendahnya minat yang ada pada diri siswa. Minat memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran dalam pengembangan potensi individu yang dapat mencapai prestasi yang optimal, apabila didukung oleh adanya minat. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Minat merupakan peran penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Dengan demikian minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk membaca, termasuk penguasaan mata pelajaran Sosiologi pada siswa. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis memandang perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. ”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas muncul berbagai masalah yang perlu diidentifikasi, berbagai masalah tersebut menjadi pusat perhatian peneliti untuk diteliti. Masalah yang perlu diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bentuk pola asuh orang tua mempunyai peranan penting dalam memberikan dorongan kepada anak untuk meningkatkan prestasi belajar. 2. Kesibukan orang tua yang tinggi dalam bekerja menyebabkan intensitas perhatian orang tua kepada anak menurun, hal ini dapat menyebabkan prestasi belajar anak turun. 3. Setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda, sehingga menyebabkan tingkat prestasi belajar yang berbeda-beda pula.
20
4. Setiap siswa memiliki intensitas minat membaca yang berbeda-beda, sehingga menyebabkan tingkat prestasi belajar yang berbeda-beda pula. 5. Siswa yang memiliki minat baca kurang memperoleh prestasi belajar yang rendah di sekolah. 6. Prestasi belajar mata pelajaran Sosiologi bisa tercermin dari kemauan siswa dalam menerima pelajaran Sosiologi baik melalui penyampaian maupun pemberian tugas. 7. Orang tua mempunyai peranan penting dalam memberikan bimbingan pendidikan dan dorongan kepada anak untuk selalu membaca. 8. Masih banyak siswa sekolah yang memiliki kesadaran yang rendah terhadap pentingnya membaca guna peningkatan prestasi belajar di sekolah.
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini terbatas pada hubungan antara pola asuh orang tua dan minat baca dengan prestasi belajar Sosiologi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta. Dengan demikian masalah akan memiliki ruang lingkup yang jelas dan terarah serta memudahkan dalam memilih hal-hal yang perlu di kemukakan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pola asuh orang tua merupakan bentuk atau cara yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik, mengasuh, serta membimbing, anaknya yang dianggap paling sesuai dengan cita-citanya dalam mengantarkan anaknya menjadi anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat, dan negara yang diwujudkan dalam berinteraksi dengan anaknya. 2. Minat baca adalah kecenderungan jiwa seseorang yang tertarik dan merasa senang membaca, sehingga berkeinginan untuk melakukan aktivitas membaca yaitu suatu aktivitas kompleks fisik dan mental dalam memahami bahasa tulis.
21
3. Prestasi belajar Sosiologi adalah penilaian kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai siswa pada mata pelajaran Sosiologi.
D. Perumusan Masalah Sebelum mengemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini, perlu terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian arti masalah itu sendiri.” Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkan masalah harus dapat dirasakan sebagai tantangan yang mesti dilalui (tentang jalan mengatasinya) apabila kita akan berjalan terus masalah akan menampakkan diri sebagai rintangan “.(Winarno Surakhmad, 2004:34). Dari penjelasan di atas mengenai pengertian masalah dapat diketahui bahwa seorang peneliti diharapkan terpusat pada suatu permasalahan dan harus mampu mengkaji dan menjawab permasalahan tersebut. Sesuai dengan judul dan latar belakang masalah yang telah diutarakan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA AlIslam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 ?. 2. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 ?. 3. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dan Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 ?
E. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin penulis capai adalah : 1. Mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
22
2. Mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. 3. Mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dan Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
F. Manfaat Penelitian Suatu penelitian diharapkan mempunyai manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan prestasi belajar anak di sekolah. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sedang diangkat. c. Secara umum hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan memperkaya wawasan serta ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu pendidikan, psikologi, dan sosiologi keluarga. d. Untuk menambah referensi bacaan bagi penulis maupun pembaca selain dari bangku perkuliahan dan buku. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan juga meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kepada anak didik. b. Bagi Guru Memberikan masukan kepada guru untuk selalu memperhatikan perkembangan anak didiknya karena di sekolah merupakan tempat berkembangnya anak yang kedua setelah keluarga serta dengan
23
berbagai usaha pendidikan yang memperhatikan kondisi anak sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. c. Bagi Orang Tua 1) Menjadikan bahan masukan bagi para orang tua untuk memberikan perhatian, pengawasan, dan bimbingan yang terarah kepada anak agar dapat menumbuhkan semangat kesadaran minat baca guna peningkatan prestasi belajar di sekolahnya. 2) Sebagai bahan referensi dalam memilih cara pola asuh yang tepat dan benar di dalam keluarga dalam rangka mendidik anak agar lebih berprestasi di bidang akademis maupun non akademis. d. Bagi Perguruan Tinggi 1) Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi bacaan bagi rekan-rekan mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta yang akan melaksanakan penelitian sejenis. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta agar memperhatikan minat baca mahasiswa, dengan memperbaiki fasilitas membaca di perpustakaan agar mahasiswa lebih tertarik pada aktivitas membaca. e. Bagi Pemerintah / Depdikbud 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada pemerintah agar memberikan pengarahan kepada instansi terkait mengenai pentingnya minat baca pada siswa yang dapat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pemerintah agar mengarahkan instansi terkait untuk memberitahukan pada masyarakat tentang pentingnya pola asuh orang tua yang pada anak dapat membantu mencerdaskan kehidupan bangsa.
24
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka Mata Pelajaran Sosiologi di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat berhasil dengan baik dan maksimal bila didasari oleh minat dari dalam siswa itu sendiri serta didukung oleh bagaimana penerapan bentuk atau pola asuh orang tua dari masing-masing orang tua siswa itu dalam keluarga. Berbagai faktor dapat mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin Syah (2003:132). “ Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar”. Faktor Internal yaitu faktor dari dalam diri individu yang meliputi aspek fisiologis, misalnya kesehatan tonus yaitu kesehatan mata dan telinga, sedangkan aspek psikologis, misalnya intelegensi, sikap, minat, bakat dan motivasi. Faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu yang meliputi aspek lingkungan sosial misalnya keluarga, termasuk di dalamnya adalah orang tua, masyarakat,lingkungan sekolah (teman sebaya, guru), media masa dan sebagainya dan aspek lingkungan non sosial, misalnya bangunan fisik rumah, bangunan fisik sekolah, fasilitas (sarana dan prasarana) belajar, tempat belajar, peralatan belajar dan alam. Sedangkan faktor pendekatan belajar meliputi pendekatan tinggi, sedang dan rendah. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka untuk mencapai pemecahan masalah perlu dikaji teori-teori yang relevan dan memiliki hubungan dengan pokok permasalahan. Sebagai landasan dan dasar pemikiran dengan permasalahan tersebut. Adapun kajian teori yang relevan dengan variabel-variabel yang sedang diteliti di dalam penelitian ini meliputi pola asuh orang tua, minat baca, dan prestasi belajar anak.
10 25
1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar a) Pengertian Prestasi Pendidikan merupakan salah satu wadah untuk mencapai prestasi, meskipun dalam mencapai prestasi tidak harus dalam bidang pendidikan. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Prestasi juga dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai. Hasil yang telah dicapai oleh siswa tersebut, bisa prestasi dalam bidang akademik maupun prestasi non akademik. Prestasi akademik berupa hasil ujian akhir semester atau Ujian Akhir Nasional (UAN), dimana siswa yang memiliki prestasi di sekolahnya akan merasa bangga dengan prestasi yang diraihnya. Menurut WS. Winkel (2004:162), mengungkapkan “Prestasi adalah suatu bukti keterampilan yang telah dicapai pendapat diatas menjelaskan bahwa prestasi merupakan indikator yang dapat diketahui secara jelas dan nyata sebagai suatu hasil usaha dari kegiatan yang telah dilaksanakan “. Zainal Arifin (1991:3) menyatakan “ Prestasi adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal “. Sedangkan Nanang Fatah (1996:27) “Prestasi itu berupa tingkah laku yang diarahkan pada tercapainya standart of excellently, yaitu seseorang yang memiliki need dan achievement tinggi selalu mempunyai pola pikir tertentu ketika merencanakan untuk melakukan sesuatu”. Prestasi adalah ”hasil yang telah dicapai siswa dalam belajar” (Saifuddin Azwar 2000: 13). Pendapat tersebut diperkuat oleh Winkel yang menyatakan ” prestasi harus menampakkan hasil belajar ” (Winkel, 2004:460). Sehingga dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa prestasi bukan hanya prestasi belajar dari hasil belajar yang telah dicapai siswa namun juga prestasi dalam bekerja dengan memperoleh hasil dari bekerja dengan ulet. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari upaya yang telah dilakukan seseorang dapat berupa prestasi belajar atau prestasi bekerja. Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian prestasi mengandung unsur:
26
(1)
Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang.
(2)
Hasil usaha dari proses yang telah dilakukan seseorang.
(3)
Prestasi dapat dicapai dengan belajar dan bekerja.
b) Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu hal yang penting dari keseluruhan proses pendidikan, karena belajar merupakan kegiatan pokok dalam proses tersebut. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi oleh proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar akan membawa perubahan dalam diri yang belajar baik berupa pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku. Menurut Slameto (2003:2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan
berinteraksi
dengan
sebagai
hasil
lingkungannya“.
pengalamannya Sedangkan
sendiri
menurut
dalam Ngalim
Purwanto (2002:85) “ Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dimana perubahan terjadi relatif mantap serta menyangkut kepribadian fisik maupun psikis“. Sumadi Suryabrata (2002: 232) menyatakan “Belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun konseputal), bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan dari kecakapan baru, bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)”. Menurut Muhibbin Syah (2003: 92) “Belajar dapat ditanggapi sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Menurut Sardiman AM (2001: 28) bahwa “Belajar sebagai upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk menuju perkembangan pribadi yang seutuhnya menyangkut unsur cipta, rasa, karsa dan ranah afektif, kognitif dan psikomotorik”. Pada intinya belajar adalah perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dengan lingkungan.
27
Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa pengertian belajar mengandung unsur : (1) Adanya suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. (2) Perubahan tersebut nantinya akan mempengaruhi pola pikir individu dalam berbuat dan bertindak. (3) Perubahan yang diharapkan adalah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
ketangkasan,
keterampilan,
kecakapan,
kebiasaan
maupun sikap mental sehari-hari. (4) Hasil penilaian tersebut akan memberikan gambaran mengenai hasil dari perubahan. c) Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa merupakan hasil usaha siswa dalam belajarnya, prestasi tersebut dapat mengukur seberapa tinggi hasil dari belajar siswa yang dapat merubah dirinya dengan kecakapan baru, latihan, dan pengalaman. Dalam pembahasan lebih lanjut, dan untuk memperkuat pendapat tersebut, maka akan dijelaskan pengertian prestasi belajar dengan mengutip berbagai pendapat dari para ahli. Prestasi belajar menurut Pendapat Ruslan A .Gani (1986:18) mengemukakan : “ Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dituntut dalam belajar sedikitnya menyangkut tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, dengan demikian prestasi belajar harus mencerminkan sekurang-kurangnya tiga aspek tersebut“. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil pengertian bahwa prestasi belajar merupakan suatu tingkah laku yang berbeda yang menuju ke arah yang lebih baik. Prestasi belajar menurut Mochtar Buchori (1995:94)“ Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajarnya baik berupa angka-angka atau huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing siswa dalam perilaku tertentu“. Pendapat tersebut dapat diartikan prestasi belajar sebagai proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, yang berupa angka, huruf, atau tindakan yang tercermin dalam hasil yang telah
28
dicapainya. Pendapat lain diungkapkan Sutratinah Tirtonegoro (1994:43) bahwa “ Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, atau huruf yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu “. Prestasi belajar dinyatakan dalam simbol angka atau huruf dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan
pengertian-pengertian
tersebut
di
atas
dapat
disimpulkan pengertian prestasi belajar mengandung unsur : (1) Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan dan diadakan evaluasi yang meliputi segi-segi kognitif, afektif dan psikomotorik. (2) Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka atau huruf dalam periode tertentu. (3) Perubahan tingkah laku bisa terjadi karena adanya kecakapan baru atau kemampuan yang diperoleh seseorang bukan karena adanya proses pertumbuhan melainkan karena adanya kegiatan belajar. d) Ciri-Ciri Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan, namun tidak setiap perubahan yang terjadi dalam individu merupakan hasil dari proses belajar. Suatu perubahan dapat dikatakan sebagai suatu proses belajar apabila memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Slameto (2003:3) ciri-ciri proses belajar adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Perubahan yang terjadi secara sadar. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Berdasarkan ciri-ciri belajar tersebut di atas, untuk lebih jelasnya
akan penulis uraikan satu-persatu sebagai berikut :
29
1) Perubahan terjadi secara sadar. Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut timbul karena adanya usaha yang dilakukan individu tersebut. 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara berkesinambungan atau terjadi secara terus menerus. Perubahan yang terjadi bersifat dinamis, artinya perubahan yang dialami akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang lainnya, hal ini akan berguna bagi proses belajar yang selanjutnya. 3) Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif Perubahan dalam belajar akan terjadi secara terus-menerus, siswa yang aktif belajar akan memperoleh manfaat dari buku yang dibacanya. Semakin banyak siswa membaca, maka siswa tersebut akan mengalami perubahan dalam hidupnya menuju ke hal yang lebih baik, yaitu mencapai prestasi yang maksimal. Dalam perbuatan belajar perubahanperubahan tersebut senantiasa bertambah dan menuju pada sesuatu yang lebih baik daripada sebelumnya. Sehingga semakin banyak kegiatan belajar yang dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang akan diperoleh. 4) Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara. Hasil dari proses belajar adalah terjadinya suatu perubahan. Perubahan yang terjadi sebagai akibat belajar tidak bersifat sementara waktu tetapi bersifat permanen atau tetap. Kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak akan hilang begitu saja tetapi akan terus dimiliki dan akan berkembang apabila terus digunakan dan dilatih. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan adanya tujuan yang akan dicapai, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan tersebut nantinya dapat bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Dalam mencapai tujuan yang diharapkan
30
individu harus berusaha semaksimal mungkin dalam belajarnya agar nantinya dapat mencapai perubahan yang diinginkannya yaitu perubahan dalam tingkah laku maupun perubahan yang lainnya. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang dialami seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku, sedangkan perubahan meliputi sikap, keterampilan, pengetahuan dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan itu nantinya akan berpengaruh dalam pola hidup individu
yang
bersangkutan,
perubahan
tersebut
mencakup
keseluruhan tingkah laku dalam dirinya. e) Fungsi prestasi belajar bagi siswa Prestasi belajar memiliki peranan serta fungsi yang penting bagi siswa yang berada di bangku sekolah. Hal ini terjadi karena prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama. Menurut Zainal Arifin (1990:3) menguraikan fungsi utama prestasi belajar tersebut antara lain : 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh peserta didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dengan inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan pembangunan masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
31
Dilihat dari fungsi prestasi belajar sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, maka betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar anak didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok,prestasi belajar tidak diperoleh secara perorangan maupun secara kelompok namun mencakup keseluruhan berhasil tidaknya proses belajar mengajar tersebut. f) Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Seseorang mengalami proses belajar, agar berhasil sesuai dengan tujuannya maka, perlu kiranya untuk memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil prestasi belajar tersebut. Dalam belajar ada berbagai macam faktor-faktor yang mempengaruhi hasil prestasi belajar. Faktorfaktor tersebut tentunya bertujuan untuk memberi motivasi terhadap siswa agar selalu belajar. Menurut pendapat Slameto (2003:54) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah : 1) Faktor Intern ( dari dalam ) meliputi : a) Faktor Jasmaniah meliputi : (1) Faktor kesehatan (2) Cacat tubuh b) Faktor Psikologis meliputi : (1) Intelegensi (2) Perhatian (3) Minat (4) Bakat (5) Motif (6) Kematangan (7) Kesiapan c) Faktor Kelelahan 2) Faktor Ekstern ( dari luar ) meliputi : a) Faktor Keluarga, yaitu : (1) Cara orang tua mendidik (2) Relasi antar anggota keluarga (3) Suasana rumah (4) Keadaan ekonomi keluarga (5) Pengertian orang tua (6) Latar belakang kebudayaan b) Faktor Sekolah, yaitu : (1) Metode mengajar (2) Kurikulum (3) Relasi guru dengan siswa (4) Disiplin sekolah
32
c) Faktor Masyarakat, yaitu : (1) Kegiatan siswa dalam masyarakat (2) Bentuk kehidupan masyarakat Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut, agar lebih jelas akan penulis uraikan sebagai berikut : 1) Faktor Intern Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, yang terdiri dari dua faktor : a) Faktor Jasmaniah (1) Faktor Kesehatan Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk, kurang darah atau gangguan-gangguan fungsi alat inderanya serta alat tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik harus mengusahakan kesehatan badannya tetap terjaga dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. (2) Cacat tubuh Cacat tubuh merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat dapat berupa buta sebagian, atau gangguan penglihatan sebagian, gangguan pendengaran, patah kaki, patah tangan, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar siswa, siswa yang cacat belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu khusus agar dapat terhindar atau mengurangi pengaruh dari kecacatannya itu.
33
b) Faktor Psikologis Dalam faktor psikologis, terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi belajar, faktor tersebut adalah sebagai berikut: a) Intelegensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapai dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara afektif, mengetahui
relasi
dan
mempelajarinya
dengan
cepat.
Intelegensi juga merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu sesuai dengan kehendaknya dengan cara tertentu. Tingkat intelegensi memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa yang memiliki sifat intelegensi tinggi akan berhasil prestasinya daripada yang mempunyai intelegensi yang rendah. b) Perhatian Siswa agar mendapat hasil belajar yang baik, maka harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbul kebosanan, sehingga ia tidak suka belajar lagi. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobinya. c) Minat Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar, karena bila bidang studi yang dipelajari tidak sesuai denang minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan
34
belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa merasa segan untuk belajar karena ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bidang studi yang menarik siswa akan lebih mudah untuk dipelajari dan dipahami. d) Bakat Bakat adalah kemampuan yang berasal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu, yang hanya dengan sedikit rangsangan atau motivasi dapat berkembang dengan baik. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil pelajaran akan lebih baik karena senang belajar dan pasti selanjutnya akan lebih giat dalam belajarnya. e) Motif Dalam proses belajar harus diperhatikan motivasi yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik, mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Motif di atas dapat juga ditanamkan pada diri siswa dengan cara memberikan latihan yang dipengaruhi oleh lingkungan. f) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis dan lain-lain. g) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk merespon atau mereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan
35
juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kesiapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. h) Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat
dengan
lemah
lunglainya
tubuh
dan
timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Kelelahan rohani dapat terlihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan,
sehingga
minat
dan
dorongan
untuk
menghasilkan sesuatu itu hilang. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dijabarkan bahwa kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dan selalu menjaga kondisi kesehatan tubuhnya. 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar di kelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut : a) Faktor Keluarga (1) Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anaknya, besar pengaruhnya terhadap semangat belajar anaknya. Hal ini karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang, kesabaran, pengertian, dan perhatian kemungkinan besar akan berhasil dalam mendidik anaknya. Kebebasan yang diberikan kepada anak-anaknya dalam bergaul serta dorongan-dorongan yang
36
positif dalam perkembangan anak, akan membawa dampak yang positif dalam kehidupan anak. Akan tetapi perlu digaris bawahi
bahwa
kebebasan
bergaul
tersebut
merupakan
kebebasan bergaul yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab artinya bahwa anak diberi kebebasan bergaul dengan siapapun akan tetapi mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk baginya. Sedangkan orang tua yang otoriter atau kurang perhatian dan kasih sayangnya kepada anak dan tidak memberi contoh-contoh yang baik kepada anak-anaknya maka orang tua tersebut tidak akan berhasil dalam mendidik anak-anaknya kecuali kesadaran dan kedewasaan dari anak-anaknya itu sendiri. (2) Relasi antar anggota keluarga. Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Pada saat anak sedang belajar sebaiknya keluarga memberikan suasana yang kondusif dan tidak mengganggu anak yang sedang belajar. Apabila anak tidak paham dengan bacaan atau buku-buku yang sedang ia pelajari, maka anggota keluarga yang lain siap memberi penjelasan jika anak bertanya. (3) Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga, pada saat anak belajar. Situasi rumah yang harmonis dan nyaman membuat anak betah tinggal dan belajar dirumah,sehingga dengan suasana rumah yang nyaman anak bisa konsentrasi dalam belajarnya. Suasana rumah ini dibutuhkan tempat yang baik,
37
damai, tenang dan membangkitkan motivasi untuk belajar siswa. (4) Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku dan lain-lain. (5) Pengertian orang tua Anak belajar perlu didorong atau dimotivasi dan diberi perhatian dari orang tua. Bila anak sedang belajar sebaiknya jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah, terkadang anak menjadi lemah semangat dan kewajiban orang tua harus memberi motivasi dan perhatian juga pengertian. (6) Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Karena itu, perlu ditanamkan kebiasaan yang baik kepada anak untuk belajar. Latar belakang kebudayaan juga dapat mempengaruhi belajar anak. Sebab, latar belakang kebudayaan juga berpengaruh terhadap watak dan sikap anak yang berbeda-beda. 3) Faktor Sekolah a) Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam proses belajar-mengajar. Mengajar itu sendiri adalah menyajikan bahan pelajaran oleh guru untuk siswanya agar siswa itu dapat menerima, menguasai dan mengembangkannya. Metode belajar tertentu yang telah diterapkan oleh guru diharapkan mampu memotivasi siswa untuk lebih giat belajar tanpa adanya rasa mudah jenuh dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun belajar di rumah.
38
b) Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian adalah menyajikan bahan
pelajaran
agar
siswa
menerima,
menguasai,
dan
mengembangkan bahan pelajaran itu. Dahulu masih menggunakan kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) sedangkan sekarang menggunakan Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).Kurikulum yang berubah-ubah dapat mempengaruhi belajar siswa, dan siswa dituntut untuk aktif dalam berlangsungya proses belajar-mengajar selain mendapatkan bahan atau materi dari guru. c) Relasi guru dengan siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Relasi guru dengan siswa yang berjalan dengan baik sangat mempengaruhi berhasilnya proses belajar-mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Kerjasama antar guru dan siswa sangat diharapkan karena dengan adanya relasi yang baik antara keduanya dapat menghasilkan suatu proses belajar-mengajar. d) Relasi siswa dengan siswa. Terkadang siswa juga mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan bagi siswa lainnya, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan batin akan diasingkan dari kelompok teman-temannya akibatnya makin memperparah dan merasa terganggu belajarnya. e) Disiplin sekolah Kedisiplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa di dalam sekolah maupun belajarnya. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib siswa di dalam mengikuti pelajaran. Misalnya siswa yang terlambat masuk kelas diberi sanksi kredit. Sistem kredit ini
39
diberikan oleh pihak sekolah yang ditangani oleh guru BK (Bimbingan Konseling) yang telah ditunjuk khusus untuk menangani siswa yang bermasalah di sekolah. Siswa yang skor kreditnya sudah sampai batas yang telah ditentukan maka siswa tersebut akan diberi sanksi mulai dari pemberian skorsing (tidak boleh mengikuti pelajaran dalam jangka waktu tertentu) hingga dikeluarkan oleh pihak sekolah jika masalah yang dibuatnya fatal. 4) Faktor Masyarakat. a) Kegiatan siswa dalam masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan dirinya, akan tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat terlalu banyak, misal berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan, maka prestasi siswa dapat menurun. b) Bentuk Kehidupan Masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar akan berpengaruh tidak baik kepada anak yang berada di sekitarnya, jadi perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh positif terhadap anak sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. g) Cara Mengukur Prestasi Belajar Seberapa jauh kemampuan yang telah diperoleh siswa dapat dilihat dari prestasi belajar. Prestasi belajar dapat diukur melalui evaluasi. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:232) ”Evaluasi berarti sebagai proses sistematis menetapkan nilai tentang sesuatu hal, seperti obyek, unjuk kerja, kegiatan, hasil, tujuan atau hal lain, berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian ”. Sedangkan Menurut Oemar Hamalik (1999:259) ” Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informal untuk menilai (assess) keputusankeputusan yang dibuat dalam merancang sesuatu sistem pengajaran”. Berdasarkan pendapat di atas evaluasi belajar diselenggarakan melalui
40
tes. Cara melakukan evaluasi dapat dilakukan sebelum atau sesudah penyampaian materi. Evaluasi yang diberikan pada siswa ada berbagai macam jenisnya. Muhibbin Syah (2003:143) menyebutkan berbagai macam dari yang sederhana sampai yang kompleks, antara lain : 1) Pretest dan post test. Pretest dilakukan secara rutin pada setiap memulai materi baru. Tujuannya untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa mengenai bahan yang disajikan. Evaluasi ini berlangsung singkat dan sering tidak memerlukan instrumen tertulis. Postest dilakukan pada setiap akhir penyajian materi dengan tujuan untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas terhadap materi yang telah diajarkan. 2) Evaluasi prasyarat Evaluasi ini hampir sama dengan pretest dengan tujuan untuk mengidentifikasikan penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan. 3) Evaluasi diagnostik Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. 4) Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran dengan tujuan memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yaitu mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Hasil diagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial atau perbaikan. 5) Evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi.
2. Tinjauan Tentang Minat Baca a. Pengertian Minat Baca Minat yang terdapat pada setiap individu berbeda-beda . Minat pada diri seseorang memberikan gambaran dalam kegiatannya untuk mencapai tujuan. W.S Winkel (2004:188) “Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang
41
studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu “ Menurut Hilgard dalam Slameto (2003:57) memberi rumusan tentang minat adalah sebagai berikut “ is persisting tendency to pay attention to an enjoy some activity or content “ Bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk
memperhatikan
dan
mengenang
beberapa
kegiatan,
diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Sedangkan Muhibbin Syah (2003:136) menyatakan “Minat
(interest ) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Pendapat lain
diungkapkan Slameto (2003:180) “
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh “. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Minat seseorang dapat menentukan kegiatan apa yang akan dipilih. Jadi minat antara yang satu dengan yang lain menunjukkan perbedaan. Sebagaimana pendapat Sardiman AM (2001:74) yang memberikan pengertian minat sebagai berikut : ” Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada suatu obyek (biasanya disertai dengan perasaan senang ), karena itu merasa ada kepentingan dengan obyek tersebut ”. Minat dapat timbul karena adanya kebiasaan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bernard
yang
dikutip
oleh
Sardiman
AM
(2001:74)
mengungkapkan “ Minat timbul tidak secara tiba-tiba / spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja “. Pendapat tersebut dikuatkan oleh pendapat Marksheffel yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal (2001:192) memberikan pendapatnya mengenai minat adalah sebagai berikut :
42
1) Minat bukan hasil pembawaan manusia, tetapi dapat dibentuk dan diusahakan, dipelajari dan dikembangkan. 2) Minat itu bisa dihubungkan untuk maksud-maksud tertentu untuk bertindak. 3) Secara sempit, minat itu di asosiasikan dengan keadaan sosial seseorang dan emosi seseorang. 4) Minat itu biasanya membawa inisiatif dan mengarah kepada kelakuan atau tabiat manusia. Minat juga dapat muncul karena adanya rasa keingintahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Weber yang dikutip oleh Muhibbin Syah
(2003:136) “ Minat bergantung pada banyak faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan “.
Sedangkan pendapat Kartini Kartono (1990:182) memberikan pengertian “Minat merupakan momen dari kecenderungan yang terarah secara intensif kepada satu obyek yang dianggap penting. Minat ini erat berkaitan dengan kepribadian, dan selalu mengandung unsur afektif / perasaan, kognitif, dan kemauan “. Berdasarkan berbagai definisi tentang minat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian minat mengandung unsur: (1) Adaya kecenderungan tertarik atau senang terhadap sesuatu. (2) Minat dapat dibentuk, dipelajari dan dikembangkan, sehingga minat bukan merupakan pembawaan. (3) Minat dapat timbul karena adanya kebiasaan. Secara ideal seorang anak harus mempunyai minat untuk sesuatu agar ia belajar dengan sungguh-sungguh. Besar kecilnya minat akan sangat berpengaruh pada sikap seseorang terhadap suatu aktivitas. Begitu pula dalam hal membaca. Orang sebagai hobi atau bagian dari kesibukannya sehari-hari. Bagi para siswa, minat membaca merupakan suatu sikap yang sangat dibutuhkan anak mereka dalam belajar. Dengan minat baca pada diri siswa kemungkinan akan dapat memotivasi mereka untuk belajar mandiri sehingga dapat membantunya untuk meraih prestasi belajar yang maksimal.
43
Kegiatan membaca dapat memperkaya pengetahuan seseorang, secara sederhana pengertian membaca yang di definisikan oleh Joko D. Muktiono (2003: ) “Sebagai proses mengambil makna dari bahasa tulis“. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Nurhadi ( 1995:340 ) sebagai berikut “Membaca adalah mengindentifikasikan simbol-simbol dan mengasosiasikannya dengan makna “. Membaca juga dapat diterjemahkan sebagai proses mengidentifikasi dan komperehensi yang menelusuri pesan yang disampaikan melalui sistem bahasa tulis. Kegiatan membaca merupakan kegiatan memahami sebuah tulisan. Mulyono Abdurrohman (1999:200) memberikan pengertian mengenai hakikat membaca sebagai berikut : ” Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbolsimbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup memahami bacaan ”. Dengan membaca seseorang akan mendapatkan pengertianpengertian baru, menambah pengetahuan, mendapatkan ide-ide baru, memperluas pandangan. Sehingga nantinya mereka memiliki kecerdasan dan peradaban yang tinggi yang berguna bagi dirinya dan berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Sebagaimana pendapat beberapa ahli yang memberikan definisi membaca dengan difokuskan pada fungsi membaca. Menurut Mortimer J Adler yang dikutip oleh Prana D. Wijaya & Ahmad S. Harjasujana (1996:3) membuat definisi membaca “ Adalah sebagai alat utama yang harus dimiliki orang yang menghendaki kehidupan yang baik“. Pengertian lain tentang definisi membaca yang diungkapkan oleh Roger Farr dalam Prana D. Wijaya & Ahmad S. Harjasujana (1996:3) “Memandang kegiatan membaca sebagai jantungnya pendidikan lebih jelas lagi membaca itu bisa diumpamakan urat nadinya pendidikan, ini berarti bahwa tak ada kegiatan mendidik tanpa ada membaca “.
44
Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca mengandung unsur : (1)
Merupakan aktivitas fisik dan mental dalam memahami bahasa tulis.
(2)
Aktivitas fisik dalam membaca berhubungan dengan indera penglihatan.
(3)
Aktivitas
mental
dalam
membaca
mencakup
ingatan
dan
pemahaman. Siswa yang gemar membaca dapat memperlancar kegiatan belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya, oleh karena itu pengajar perlu membimbing siswa agar gemar untuk membaca. Menurut pendapat Suyatmi (1996:2) menyatakan “Minat membaca adalah suatu keadaan yang muncul akibat adanya keinginan yang besar untuk melakukan kegiatan membaca didasari oleh rasa keinginan yang besar dari dirinya maupun dari luar dirinya“. Kebiasaan membaca dapat membantu seseorang memperoleh informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari dan untuk efektivitas bagi kelancaran dan peningkatan prestasi serta menjadi kemampuan dasar yang sangat penting artinya demi kemajuan masyarakat dan individu. Kegemaran membaca tidak akan tumbuh dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan melalui proses belajar. Oleh karena itu, untuk mengembangkan minat baca, siswa dibimbing agar tidak merasakan belajar sebagai suatu kewajiban melainkan sebagai suatu kebutuhan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan minat membaca adalah suatu keadaan yang muncul akibat adanya keinginan yang besar untuk melakukan kegiatan membaca dan untuk mencapai suatu tujuan. Pada dasarnya minat baca antara individu satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Berbagai hasil penyelidikan empiris menunjukkan bahwa di hampir semua jenis sekolah, motif membaca adalah sebagai hiburan dan sebagai media informasi .
45
Berdasarkan berbagai definisi tentang minat dan membaca tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian minat membaca mengandung unsur: (1)
Ketertarikan dan rasa senang pada aktivitas membaca.
(2)
Adanya kepuasan tersendiri setelah melakukan aktivitas membaca.
(3)
Timbulnya minat baca bisa terjadi karena adanya kebiasaan membaca.
(4)
Adanya pemahaman terhadap suatu bacaan.
(5)
Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai setelah melakukan aktivitas membaca. Minat membaca siswa terbagi menjadi dua yaitu minat membaca
spontan dan minat membaca terpola. Minat membaca spontan yaitu kegiatan membaca yang dilakukan atas kemauan atau inisiatif spontan siswa sendiri tanpa dorongan atau perintah pihak luar. Sedangkan yang dimaksud dengan membaca terpola adalah kegiatan membaca yang terjadi karena faktor dari luar, seperti perintah dari guru. b. Pentingnya Minat Baca Minat merupakan sumber motivasi yang menyebabkan individu itu berhubungan
secara aktif dengan
segala sesuatu
yang menarik
perhatiannya. Minat seseorang ditunjukkan oleh perilaku atau sikapnya sehingga dapat dikatakan bahwa semua perilaku dipengaruhi oleh minat. Menurut pendapat Hurlock yang dikutip oleh Meitasari (1999:114 -116) pentingnya minat adalah sebagai berikut : 1) Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. 2) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak. 3) Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Agar lebih jelasnya akan penulis uraikan pengertian dari masingmasing pentingnya minat tersebut : 1) Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang.
46
Seseorang akan gemar membaca apabila aktivitas tersebut didasari adanya minat atau ketertarikan. Adanya minat untuk membaca tersebut akan menimbulkan kegiatan membaca dengan perasaan senang, apabila ia melakukan aktivitas membaca. Perasaan senang ini yang akhirnya membuat kegiatan membaca bukan menjadi beban namun
merupakan
aktivitas
yang
menggembirakan.
Hal
ini
menjadikan mereka lebih mudah dalam mempelajari materi yang dibacanya. 2) Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak Adanya membaca, maka seseorang dapat membuka wawasan dan pengetahuan yang mendukung tercapainya aspirasi yang diinginkan. Bentuk dan aspirasi anak berkembang dengan baik, jika anak tersebut memiliki minat yang tinggi terhadap belajarnya, terutama dalam hal minat baca dan minat yang ia miliki. Dengan banyak membaca, anak memperolah ilmu pengetahuan dan wawasan yang baru, terkadang anak juga dapat mengembangkan aspirasi-aspirasi yang ada dari buku atau referensi yang ia baca dan dapat mengerti serta memahami isi bacaan dan dapat mencapai tujuan yang ia harapkan. 3) Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar Seseorang memiliki minat membaca yang tinggi cenderung memiliki motivasi yang kuat untuk belajar, sehingga akan lebih mudah meraih prestasi yang tinggi. Seseorang memiliki minat yang tinggi untuk belajar, karena ia menyadari tanpa adanya minat terhadap sesuatu terutama buku-buku atau referensi yang harus ia pelajari, maka ia akan merasa kesulitan dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki minat yang tinggi terhadap minat bacaan merupakan sumber motivasi yang kuat untuk memahami atau belajar tentang hal yang ia sukai atau minati. Seseorang yang tidak memiliki minat yang tinggi terhadap sesuatu hal ( dalam hal ini belajar ), maka ia akan sulit untuk berubah dan mencapai prestasi yang lebih baik.
47
Frekuensi membaca yang tinggi dapat meningkatkan pengetahuan siswa, serhingga hal ini mempengaruhi kematangan daya pikirnya. Oleh karena
itu
kegiatan
membaca
digunakan
sebagai
sarana
untuk
meningkatkan pengetahuan bagi siswa, jalan untuk mengumpulkan datadata,
dapat
membandingkan
sumber-sumber,
dan
untuk
mengorganisasikan pengetahuan. Menurut Mangunhardjo (1994:25) ada beberapa manfaat apabila seseorang memiliki minat untuk membaca, antara lain : 1) Adanya minat membaca, maka cara gaya dan sikap menjadi dipercaya. Makin mampu melihat kemungkinan dan pilihan serta dapat bertindak dengan pemikiran lebih matang. 2) Adanya minat membaca, maka budi kita akan dilatih bekerja karenanya dipertajam dan berfungsi makin baik. 3) Adanya minat membaca, maka ilmu pengetahuan kita bertambah karena pandangan kita diperluas dan dijernihkan. Agar lebih jelasnya akan penulis uraikan hal-hal tersebut diatas sebagai berikut : 1) Adanya membaca, maka cara gaya dan sikap dapat dipercaya. Seringnya kita membaca, maka kita akan mengalami perubahan dalam cara bergaya maupun dalam sikap kita sehari-hari. Hal ini terjadi, karena wawasan kita luas sehingga kita bisa meningkatkan kepercayaan kepada orang lain, dan kita mampu memilih hal yang positif bagi kebaikan kita sendiri. 2) Dengan membaca, maka budi kita akan dilatih bekerja karenanya dipertajam dan lebih baik. Kegemaran membaca dengan rasa senang, akan sangat mendukung kita untuk lebih suka membaca buku-buku yang nantinya bermanfaat bagi diri kita sendiri. Kegemaran membaca buku-buku dapat meningkatkan cara berfikir dalam menghadapi persoalan kehidupan masyarakat. Jika buku yang kita baca positif, maka dapat melatih budi kita untuk bertindak yang baik dalam masyarakat. 3) Adanya minat membaca, maka ilmu pengetahuan kita bertambah karena pandangan kita diperluas dan dijernihkan. Banyak membaca
48
buku-buku
atau
referensi,
maka
kita
akan
mendapatkan
pengetahuan atau informasi yang baru. Apabila kita mampu menelaah isi buku yang dibaca dengan baik dan bisa menjalankan sesuai yang diinginkan oleh penulis, maka kita akan lebih mudah dalam bertindak di dalam kehidupan masyarakat. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Baca Menumbuhkan minat siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi minat. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh jika dalam diri siswa memiliki kondisi yang baik. Menurut Dimyati Mahmud (1990:69) “Minat seseorang dipengaruhi oleh keadaan jasmaninya, status mental, perasaan, dan lingkungan sosialnya “. Berdasarkan
pendapat
tersebut
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi minat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Lingkungan Sosial Timbulnya minat sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan itu dapat berupa lingkungan pergaulan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman belajar dan lingkungan sekitarnya yang dapat membuat siswa berminat terhadap suatu bacaan. Minat membaca akan muncul apabila lingkungan yang ada di sekitar individu mendukungnya. Misal, lingkungan
keluarga
sangat
berpengaruh
dalam
membantu
menumbuhkan minat membaca dengan cara menyediakan buku dan fasilitas belajar lainnya. 2) Perasaan Perasaan seseorang kadang tidak stabil. Perubahan perasaan seseorang juga sangat berpengaruh terhadap munculnya minat untuk melakukan aktivitas. Seseorang akan berminat membaca manakala perasaannya senang atau gembira. Sebaliknya, seseorang yang perasaannya benci, bosan, atau sedih tidak akan menarik perhatian atau minat terhadap suatu hal atau aktivitas termasuk membaca.
49
3) Status Mental Status mental seseorang berhubungan dengan keadaan batinnya. Aktivitas membaca seseorang membutuhkan suasana yang tenteram, tenang dan damai serta tidak terbebani batinnya. Karena dengan keadaan tersebut orang akan tertarik sehingga menimbulkan minat untuk membaca. Sebaliknya, jika kondisi seseorang kacau atau ketakutan menyebabkan seseorang tersebut tidak memiliki ketertarikan ataupun minat untuk membaca. 4) Keadaan Jasmani Keadaan jasmani mempunyai pengaruh dalam melakukan aktivitas atau kegiatan. Seseorang akan memiliki minat untuk membaca apabila keadaan jasmaninya sehat. Sebaliknya, apabila seseorang dalam keadaan jasmani yang sakit, ia akan malas melakukan sesuatu kegiatan, termasuk kegiatan membaca karena jasmaninya lemah. d. Unsur-Unsur Minat Baca Unsur-unsur minat menyangkut 5 (lima) aspek kegiatan psikis yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan bertalian yang tidak dapat dipisahkan. Aspek-aspek tersebut antara lain : perhatian, kemauan, kesadaran, motivasi,dan perasaan senang. 1) Motivasi Motivasi erat kaitannya dengan minat. Motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat. Seseorang memiliki minat terhadap bidang tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan timbul motivasi untuk mempelajari bidang tersebut. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik (1992:173) “ Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai. “ Sebagaimana yang diungkapkan oleh
50
Dimyati & Mujiono (2002:42) bahwa “ Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.” Menurut Gleitman dalam Muhibbin Syah (2003:136)“ Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme ( baik hewan maupun manusia ) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.“ Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer untuk bertingkah laku secara terarah). Motivasi merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap suatu kegiatan, demikian halnya dengan kegiatan membaca. Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang bersifat internal maupun eksternal akan menyebabkan seseorang kurang bersemangat dalam melakukan suatu kegiatan. 2) Perasaan Senang Seseorang yang merasa senang biasanya langsung menghayati apakah suatu obyek baginya berharga / bernilai atau tidak. Bila obyek itu dihayati sebagai sesuatu yang berharga, maka timbullah perasaan senang. Perasaan senang merupakan salah satu komponen dalam bersikap positif terhadap belajar, sikap positif dan perasaan senang meruoakan salah satu komponen dalam bersikap positif terhadap belajar, sikap positif dan perasaan senang itu memberikan semangat dan energi batin untuk berusaha semaksimal mungkin. Demikian halnya dengan siswa yang mempunyai minat baca, siswa tersebut akan merasa senang dan berantusias untuk melakukan aktivitas membaca. 3) Kemauan Kemauan merupakan dorongan keinginan pada setiap manusia untuk membentuk dan merealisasikan diri, dalam pengertian , mengembangkan
segenap
bakat,
dan
kemampuannya
serta
meningkatkan taraf kehidupan. Menurut pendapat Kartini Kartono (1990:104) “ Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. “
51
“Kemauan merupakan tindakan mencapai tujuan secara kuat. Kemauan seseorang timbul karena adanya (i) keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan. (ii) pengetahuan tentang cara memperoleh tujuan. (iii) energi dan kecerdasan, dan (iv) pengeluaran energi yang tepat untuk mencapai tujuan.” (Dimyati & Mujiono 2002:90) Apabila seseorang sudah menetapkan satu keputusan tentang minatnya untuk dikerjakan, maka timbul kemampuan pada diri seseorang untuk bertindak dan melaksanakan keputusan itu. Seorang siswa yang ingin memperoleh prestasi yang diinginkannya akan berusaha mengembangkan kemampuannya dan hal ini dapat diperoleh dengan membaca. Dengan adanya minat baca akan menimbulkan kemauan dalam diri siswa tersebut untuk melaksanakan aktivitas membaca untuk memperoleh tujuan yang hendak dicapainya. 4) Perhatian Perhatian erat kaitannya dengan minat individu. Bila individu telah mempunyai minat terhadap suatu objek, maka terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan, secara otomatis perhatian itu timbul. Menurut Gazali dalam Slameto (2003:56) “ Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal atau sekumpulan objek)”. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bimo Walgito (2004:98) mengenai perhatian adalah sebagai berikut : ” Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek. Kalau individu sedang memperhatikan suatu benda misalnya, ini berarti bahwa seluruh aktivitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan kepada benda tersebut ”. Menurut Kartini Kartono (1990:111) “ Perhatian itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang meyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek “.
52
Dengan demikian minat yang ada pada individu menimbulkan perhatian individu tersebut untuk melakukan kegiatan yang dapat mendukung minatnya. Seperti halnya dengan siswa yang mempunyai minat baca sangat besar akan menjadikan kegiatan membaca sebagai obyek kegiatan yang menjadi perhatiannya. Semakin tinggi minat terhadap buku bacaan maka semakin tinggi pula perhatiannya dalam membaca. 5) Kesadaran Seseorang disebut berminat terhadap suatu objek apabila orang itu memiliki kesadaran. Dengan adanya kesadaran akan suatu kebutuhan akan menimbulkan dorongan untuk bertindak, sehingga kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Begitu pula pada individu yang belajar. Mereka belajar dilandasi oleh kesadaran untuk meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Dengan kesadaran tersebut maka akan dapat menumbuhkan minat individu tersebut untuk banyak membaca, karena dengan banyak membaca akan dapat menambah wawasannya serta memperluas pengetahuannya. Tumbuhnya minat baca pada diri seseorang yang dilandasi dengan penuh kesadaran akan tahu arti pentingnya membaca bagi keberhasilan belajarnya. Menjadikan aktivitas membaca sebagai kegiatan yang tak terpisahkan dari kesibukannya sehari-hari. Begitu pula dengan minat baca yang ada pada diri peserta didik, minat baca tumbuh sebagai akibat dari kesadaran mereka untuk meraih prestasi belajar yang maksimal di sekolah e. Usaha Yang Menumbuhkan Minat Baca Siswa Kegiatan membaca di sekolah sangat erat hubungannya dengan perpustakaan sekolah. Salah satu tugas guru pustakawan dalam rangka memfungsikan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar adalah dengan menumbuhkan minat baca siswa. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh guru pustakawan untuk menumbuhkan minat baca siswa
53
sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibrahim Bafadal (2001:203205).Usaha-usaha tersebut antara lain adalah sebagai berikut : 1) Memperkenalkan buku-buku. Pada cara ini guru pustakawan memperkenalkan buku-buku terutama yang tersedia di perpustakaan sekolah. Cara ini dapat dilakukan bekerja sama dengan guru-guru bidang studi. Selain guru bidang studi, guru pustakawan juga bisa secara langsung memperkenalkan buku-buku kepada murid-murid yang sedang mengunjungi perpustakaan sekolah. Dalam memperkenalkannya bisa secara kelompok, dalam arti murid-murid terlebih dahulu dikumpulkan kira-kira lima sampai sepuluh orang, dan setelah kumpul barulah buku-buku mulai diperkenalkan. Apabila bukubuku yang diperkenalkan tersedia di perpustakaan sekolah alangkah baiknya selain diperkenalkan secara lisan juga ditunjukkan bukunya. 2) Memperkenalkan riwayat hidup tokoh-tokoh. Untuk menumbuhkan minat baca siswa guru pustakawan dapat menjelaskan riwayat hidup tokoh-tokoh nasional dan internasional. Yang perlu ditekankan pada waktu memperkenalkan adalah kegigihan tokoh-tokoh tersebut dalam hal membaca, belajar mandiri untuk menambah pengetahuan hingga menjadi tokoh yang besar dan masyhur. 3) Memperkenalkan hasil-hasil karya sastrawan. Dalam memperkenalkan tokoh-tokoh khususnya sastrawan, guru pustakawan sambil menyebutkan hasil-hasil karyanya. Sastrawansastrawan Indonesia banyak sekali hasil-hasil karyanya dan semuanya dapat diperkenalkan kepada murid-murid satu-persatu sejak balai pustaka sampai dengan angkatan terakhir ini. Sekali lagi perlu ditekankan di sini bahwa berhasil atau tidaknya menumbuhkan minat baca, baik dengan cara memperkenalkan buku-buku riwayat hidup tokoh-tokoh terkenal, maupun hasil-hasil karya terbaik para satrawan,
tidak
hanya
bergantung
kepada
materi
tetapi
cara
penyampaiannya, bagaimana cara guru atau pustakawan berusaha memberikan pesan khusus pada murid-murid, sehingga mereka tergugah dalam mendorong hatinya untuk membaca buku-buku. Cara lain untuk memperkenalkan buku perpustakaan di sekolah juga bisa dilakukan melalui pameran buku. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim Bafadal (2001:205) yang mengungkapkan “Terdapat usaha lain sebagai pendekatan memperkenalkan buku-buku perpustakaan sekolah
54
adalah dengan menyelenggarakan “ display “ dan “ pameran buku “. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : Display berarti mengatur buku-buku secara khusus yang lebih menyolok dan menarik. Biasanya yang di “ display ” buku-buku baru, dengan tujuan selain memperkenalkan buku-buku baru juga sebagai usaha memberikan stimulus tertentu kepada murid-murid. Oleh sebab itu agar kegiatan “display” ini benar-benar dapat merangsang murid-murid maka buku-buku yang di “ display “ harus diatur sedemikian rupa dengan kombinasi warna, tipuan sinar, artistik susunan, sehingga koleksi yang biasa menjadi koleksi yang sangat menarik. Pameran buku adalah kegiatan memvisualisasikan buku agar diketahui oleh murid-murid. Pameran buku ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan perpustakaan sekolah kepada murid-murid, guruguru, dan anggota sekolah lainnya. Apabila pameran buku ini dijadikan sebagai pendekatan untuk memperkenalkan buku-buku, maka yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah tempat dan waktu. Tempat yang dipilih untuk kegiatan pameran harus tempat yang cukup luas, strategis, ramai, dan aman. Sedangkan waktunya harus sesuai dengan pengunjung. Biasanya pameran buku diselenggarakan pada hari-hari besar, seperti Hardiknas, Hari Kartini, Hari Buku Internasional, Hari Peringatan Ulang Tahun Sekolah, dan sebagainya. f. Lingkungan Yang Mempengaruhi Timbulnya Minat Baca Mengingat
sedemikian
besarnya
peranan
membaca
dalam
kehidupan maupun dalam keberhasilan bagi pelajar maka sudah seharusnya minat baca perlu ditumbuhkan sedini mungkin, karena usaha ini tidak akan menuju sasaran jika tidak mendapatkan dukungan lingkungan. Menurut Oemar Hamalik (1999:103) “ Lingkungan adalah sesuatu dari sekitar yang bermakna atau memberikan pengaruh terhadap individu baik positif ataupun negatif “. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lingkungan adalah keluarga, sekolah,dan masyarakat. 1) Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama, artinya lingkungan keluarga memberikan andil yang cukup tinggi dalam rangka menimbulkan minat baca. Motivasi dan dorongan
55
dalam membaca tak jarang ditimbulkan oleh adanya kebiasaan dan contoh dari keluarga. Dalam keluargalah minat dan kebiasaan dalam membaca mulai disulut. Jika dalam sebuah keluarga tidak terdapat teladan dalam kegiatan membaca dan mencintai buku, benih-benih kecintaan membaca dalam diri anak-anak sulit untuk tumbuh subur, Oleh karena itu seharusnya keluarga menciptakan iklim yang menumbuhkan minat baca bagi anak, misalnya memberi keteladanan membaca, melakukan pengawasan, memberi perhatian ketika anak sedang membaca dan menyediakan buku / bacaan yang bermutu. 2) Lingkungan Masyarakat Kondisi lingkungan masyarakat juga sangat menentukan dalam rangka menumbuhkan minat baca. Lingkungan ini turut memberikan pengaruh melalui keadaan lingkungan masyarakat dan juga fasilitas-fasilitas yang ada yang mendukung siswa untuk melakukan aktivitas membaca. Akan tetapi sering dijumpai adanya hal yang negatif di lingkungan masyarakat
yang kurang menguntungkan
bagi
pelajar dalam
mengembangkan minat baca. Misalnya banyaknya bacaan yang kurang bermutu, buku bacaan porno dan buku bacaan yang kurang sehat. Untuk itu siswa seharusnya selektif dalam memilih fasilitas yang disediakan masyarakat dalam rangka pengembangan minat baca. 3) Lingkungan Sekolah Selain lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, sekolah merupakan
tempat pendidikan formal yang berkewajiban
secara moral untuk membina dan mendidik anak-anak dalam rangka menumbuhkan minat baca. Peranan sekolah dalam membantu mengembangkan minat baca bagi siswa yaitu dengan menyediakan perpustakaan dengan koleksi buku-buku yang mendukung materi pelajaran, dan memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu gemar membaca.
56
g. Teknik-Teknik Meningkatkan Minat Baca Berbagai teknik dapat digunakan untuk meningkatkan minat baca seperti apa yang diungkapkan oleh Joko D. Muktiono (2003:164-168), teknik-teknik tersebut antara lain adalah : 1). Bacalah buku-buku hebat sepanjang masa 2). Bacalah buku tentang tokoh yang kita kagumi 3). Cobalah membaca buku yang sedang ramai dibicarakan 4). Perdalam mana yang kurang 5). Bereksperimenlah dengan minat baca kita 6). Jangan merasa kecil hati 7). Rencanakan jadwal membaca 8). Hadirilah acara-acara yang berkaitan dengan buku, seminar, pameran, atau bursa buku murah 9). Jangan malas mengunjungi toko buku. 10). Jadilah anggota perpustakaan 11). Bacalah referensi buku-buku baru di berbagai penerbitan Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : 1). Bacalah buku-buku hebat sepanjang masa. Ada daftar panjang bukubuku hebat yang dipercaya mempengaruhi banyak orang atau menginspirasikan revolusi suatu negara atau bahkan mengubah dunia. 2). Bacalah buku tentang tokoh yang kita kagumi (jika tokoh tersebut pernah menulis buku atau ditulis tentangnya dalam sebuah buku). Wajar bila kita ingin mengetahui lebih banyak tentang jalan hidup, karya atau pikiran dari tokoh-tokoh yang kita kagumi. Keingintahuan inilah yang akan lebih memotivasi kita untuk membaca buku-buku. 3). Cobalah membaca buku yang sedang ramai dibicarakan. Bisa jadi karena bukunya kontroversial, penulisnya wanita muda yang cantik atau alasan lain karena film yang berdasar buku tersebut sedang populer. 4). Perdalam mana yang kurang. Jika kita merasa kurang memahami satu bidang, carilah buku-buku yang membahasnya dengan gamblang. 5). Bereksperimenlah dengan minat baca kita. Jika selama ini kita hanya suka sekali-sekali membaca buku-buku ekonomi, mengapa sekali-kali
57
tidak mencoba buku pengembangan diri ( self-improvement ). Siapa tahu minat baca kita terpacu justru dengan buku-buku bertema lain. 6). Jangan merasa kecil hati jika hanya sanggup membaca novel-novel fiksi belaka macam seri Wiro Sableng karya Bastian Tito, buku-buku horor lokal karya Abdullah Harahap atau bahkan komik anak-anak. Teruskan kesukaan tersebut. 7). Rencanakan jadwal membaca. Misalkan untuk bulan ini kita merencanakan
membaca
buku-buku
psikologi
populer
atau
pengembangan diri untuk meningkatkan semangat kita yang mulai kendor. Bulan berikutnya kita ingin membaca karya sastra kontenporer dunia. Jangan berhenti merencanakan meskipun misalnya kita jarang bisa melaksanakan. 8). Hadirilah acara-acara yang berkaitan dengan buku, seminar, pameran, atau bursa buku murah. Dalam acara-acara semacam itu bukan hanya buku-buku yang akan kita temui, namun juga orang-orang yang gemar akan buku. Perkenalan dan pembicaraan tentang buku dengan mereka bisa jadi memberi kita informasi tambahan tentang buku dengan mereka bisa jadi memberi kita informasi tambahan tentang buku-buku dan meningkatkan minat kita sendiri untuk membaca. 9). Jangan malas mengunjungi toko buku. Barangkali ada satu atau dua buku baru disana yang sangat penting bagi kebutuhan kita. Minat membaca kita pun bisa jadi akan meningkat drastis melihat banyak pilihan tema-tema yang menjadi perhatian kita, atau barangkali bukubuku lainnya dengan gambar-gambar sampul yang terpampang menghadap kita akan tampak menarik bila kita melihatnya dipajang di toko buku. 10). Jadilah anggota perpustakaan. Meskipun kita sulit menemukan waktu dan sering malas meluangkan waktu dan sering malas menyelesaikan sebuah buku untuk dibaca, tetaplah berkunjung dan jika perlu meminjam. Godaan membaca akan tinggi jika di sekitar kita selalu ada buku-buku pilihan yang menanti dibaca.
58
11). Bacalah referensi buku-buku baru di berbagai penerbitan (majalah, tabloid, Koran dan lain-lain). Jangan pernah ketinggalan informasi tentang buku-buku baru. Semakin sering kita melakukannya, semakin banyak kita tahu buku-buku baru yang terbit. Dari sebagian yang diresensi pasti ada yang menarik perhatian kita. h. Cara-cara Mengukur Minat Baca Minat baca yang dimiliki oleh seseorang tidak dapat langsung diketahui begitu saja. Untuk mengetahui minat seseorang diperlukan suatu cara yang tepat. Munandir (1996: 45) menyatakan bahwa cara yang digunakan untuk mengetahui minat adalah sebagai berikut: 1) Menganalisa aktivitas yang ditunjukkan seseorang 2) Menanyakan secara langsung kepada orang yang bersangkutan 3) Menggunakan tes dari daftar minat. Penjelasan dari pendapat di atas lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut: 1) Menganalisa aktivitas yang ditunjukkan seseorang. Cara ini dilaksanakan dengan menggunakan catatan komulatif. Artinya, apabila aktivitas membaca yang dilakukan atau banyak dilakukan, maka menunjukkan orang tersebut memiliki minat membaca. 2) Menanyakan langsung kepada orang yang bersangkutan Cara semacam ini dilakukan dengan jalan bertanya langsung kepada orang yang bersangkutan. Misalnya menanyakan apakah siswa sangat berminat untuk membaca buku-buku Sosiologi. Cara ini cukup mempunyai nilai atau bobot untuk dapat mengetahui minat membaca siswa, meskipun jawaban yang diberikan mungkin masih bersifat sementara saja.
59
3) Menggunakan tes dari daftar minat Cara ini pada umumnya digunakan untuk mengetahui minat baca seseorang pada waktu tertentu. Diharapkan dengan cara seperti ini,dapat diketahui seberapa besar minat baca seseorang. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada tiga cara untuk mengetahui minat baca seseorang. Yang pertama dapat diketahui dengan menganalisa aktivitas membacanya, yang kedua dengan langsung bertanya pada seseorang yang bersangkutan dan yang terakhir bisa juga diketahui dari daftar minat sebuah tes. 3. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama untuk anak belajar berinteraksi. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah praktek dalam mengasuh anak. Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi salah satu diantaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anakanaknya. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua selalu dinilai dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua ini secara sadar atau tidak sadar diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Dalam mengasuh anak-anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Disamping itu orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tetentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan puteraputerinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya. Menurut Nanik Iswanti (2004:7) “Pola asuh adalah cara yang digunakan orang tua dalam mendidik anak-anaknya yang dianggap paling
60
sesuai dengan cita-citanya dalam menghantarkan anaknya menjadi anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat, dan negara“. Orang tua dalam penelitian ini adalah ayah, ibu, atau yang bertanggung jawab dalam perkembangan kepribadian anak. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:791) “Pola berarti cara kerja, bentuk (struktur yang relatif tetap)” . Asuh atau mengasuh artinya menjaga (merawat, membimbing,
anak).
Mengasuh
juga
membimbing
pengertian
membimbing yang meliputi membantu dan melatih supaya dapat berdiri sendiri. Interaksi antara anak denagn orang tua adalah sangat penting, dengan kata lain pola asuh orang tua akan mempengaruhi perilaku anaknya. Dalam interaksi tersebut orang tua menanamkan dan memberitahukan kepada anak-anaknya tentang nilai, norma, yang berlaku yang harus dimengerti, dipahami, bahkan ditaati oleh anak. Berdasarkan berbagai definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pola asuh orang tua mengandung unsur: (1)
Adanya upaya dari orang tua membimbing dan mendidik anak menjadi anak yang berguna.
(2)
Adanya upaya dari orang tua menanamkan nilai dan norma yang berlaku sehingga harus dimengerti, dipahami dan ditaati oleh anak.
(3)
Pola asuh orang tua yang baik dapat menghantarkan anak mencapai cita-cita anak.
b. Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua Pola asuh orang tua merupakan faktor yang paling banyak memberikan sumbangan dalam menentukan perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu keberhasilan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak tergantung dari bagaimana cara yang digunakan orang tua dalam mengasuh anaknya. Menurut Hurlock alih bahasa Meitasari Tjandrasa (1992:205) menyebutkan “Orang tua dalam mengasuh anakanaknya dapat menggunakan cara otoriter, liberal dan demokratis “. Dalam menanamkan nilai-nilai pada anak masing-masing orang tua mempunyai
61
metode dalam menerapkan bimbingan atau menerapkan pola asuh yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya pola asuh tersebut dapat penulis jelaskan sebagai berikut : 1) Pola Asuh Otoriter Dalam pola asuh otoriter orang tua dianggap paling benar. Menurut Suhartin (1980:72) “Otoriter adalah sikap mau menang sendiri, sikap paling betul dalam mendidik “. Orang tua
selalu
menggunakan teknik serba memerintah, akibatnya anak merasa rendah diri. Karena sikap orang tua yang selalu mengatur menyebabkan anak tidak dapat menentukan pilihan sesuai dengan keinginannya, dan dalam pergaulan sehari-hari ia cenderung menyendiri. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter, memiliki ciri sebagai berikut; kaku, tegas, suka menghukum, kurang ada kasih sayang serta simpatik. Hal ini sesuai dengan pendapat Terry (Kartini Kartono 1983:45) yang menyatakan “ Pendidikan keluarga otoriter selalu didasarkan pada perintah-perintah dan tindakan yang sifatnya memaksa “.Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anak. Orang tua tidak mendorong serta memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mandiri dan jarang memberi pujian. Hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab seperti anak dewasa. Contohnya orang tua mengharuskan anak untuk menuruti segala perintahnya, jika melanggar maka anak akan dihukum. 2) Pola asuh bersifat permisif / liberal (laissez faire) Merupakan pola asuh yang dilaksanakan secara bebas. Menurut Syamsul Yusuf (2002:52) “ Perilaku orang tua yang liberal memiliki sikap “acceptance” yang tinggi namun kontrolnya rendah dan memberi kebebasan pada anak untuk menyatakan dorongan dan keinginan “. Pola percaya diri dan suka mendominasi. Contoh pola asuh yang liberal yaitu orang tua memberi kebebasan pada anak dalam memilih
62
teman, pakaian dan sekolah tanpa memberi pertimbangan terlebih dahulu antara mana yang baik dan mana yang buruk mana yang pantas dan mana yang tidak. Sedangkan menurut Suhartin (1980:72) “ Pola asuh liberal merupakan suatu sikap masa bodoh, membiasakan anak tanpa bimbingan sama sekali “. Orang tua mempunyai anggapan tentang masa depan anak ditentukan oleh anak itu sendiri tanpa campur tangan orang tua. Orang tua yang memliki pola asuh liberal memberikan pada anak untuk berbuat sekehendaknya dan lemah dalam melaksanakan disiplin pada anak, orang tua bersikap longgar atau bebas, bimbingan terhadap anak cenderung kurang. Pola asuh ini cenderung mengakibatkan anak melakukan perilaku menyimpang lebih besar. 3) Pola Asuh Demokratis Pola pendidikan demokratis merupakan sistem pendidikan yang diterapkan di dalam keluarga dimana keputusan diambil bersamasama. Menurut Hurlock alih bahasa Meitasari Tjandrasa (1992:94) : “Pola asuh demokratis ditandai ciri-ciri anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya, anak diakui keberadaannya oleh orang tua, anak dilibatkan dalam mengambil keputusan. Orang tua memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak. Mereka selalu mendengarkan keluhan dan pendapat anak-anaknya “. Orang tua dalam pola asuh ini berusaha menyeimbangkan antara batas-batas yang jelas dan lingkungan rumah yang baik untuk tumbuh. Serta memberi bimbingan tetapi tidak mengatur upaya berprestasi mendapatkan dorongan dan pujian. Contoh pola asuh demokratis yaitu anak diberi kebebasan dalam memilih sekolah namun dengan pertimbangan-pertimbangan dari orang tua. Menurut Kartini Kartono (1983:66) mengemukakan : “ Dalam pola asuh secara demokratis dan rasional dimana anak akan berani bersikap tegas sesuai dengan tanggung jawabnya sendiri. Anak akan menolak bila sesuatu yang dihadapi tidak benar dan bukan tanggung jawabnya namun ia sadar dan bertanggung jawab bila memang sudah menjadi kewajibannya. Dalam pola
63
pendidikan demokratis dapat menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri yang bertanggung jawab “. Berdasarkan kedua pendapat di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pola asuh orang tua yang demokratis merupakan bentuk pola asuh yang dapat menumbuhkan anak yang memiliki kemampuan sosialisasi yang baik dengan lingkungan sekitarnya. c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Orang Tua Menggunakan Pola Asuh. Anak yang baru lahir diibaratkan seperti kertas putih bersih yang belum terdapat coretan, sehingga perlu diisi dengan berbagai pengalaman. Dalam masa perkembangannya anak memerlukan bantuan dari orang dewasa khususnya orang tua. Menurut Markum A. H (2004:49) “Orang tua dalam mengasuh anaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain : budaya, agama, kepercayaan, dan kebiasaan masyarakat, kepribadian orang tua dan pola asuh yang dialami orang tua dimasa kecil“. Orang tua memiliki peranan yang besar dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya. Kegiatan ini dapat ditunjukkkan dari pola mengasuh anak-anaknya. Orang tua dalam mengasuh anak-anaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Sedangkan menurut T.O Ihromi (1999:54) : “ Dalam mengasuh anak orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : menyamakan dengan pola asuh yang dipergunakan oleh orang tua mereka dulu, menyamakan pola asuh yang dianggap paling baik oleh masyarakat sekitarnya, usia dari orang tua, kursus-kursus konsep peranan orang tua, jenis kelamin anak, usia anak”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa orang tua dalam mengasuh anak-anaknya dipengaruhi oleh dua belas faktor antara lain : budaya, agama, pola asuh yang dialami orang tua dimasa kecil dulu, kebiasaan dan kepercayaan, usia orang tua, kursus-kursus, jenis kelamin orang tua, status sosial ekonomi, konsep peranan orang tua, jenis kelamin anak, usia anak, kondisi anak.
64
Faktor-faktor tersebut dapat penulis jelaskan satu-persatu sebagi berikut : 1) Budaya Merupakan cara hidup masyarakat dimana individu tersebut tinggal. Kebudayaan ini mempunyai aspek material (rumah, perlengkapan hidup, dan hasil-hasil teknologi lainnya) dan aspek non material (nilainilai, pandangan hidup, norma, adat-istiadat, dan sebagainya). 2) Agama Orang tua dalam mengasuh anaknya biasanya dipengaruhi oleh ajaran agama yang dianut, karena keyakina orang tua bahwa ajaran agama yang dianutnya baik untuk diterapkan atau diajarkan pada anakanaknya. 3) Pola asuh yang dialami orang tua dimasa kecil Bila orang tua menganggap bahwa pola asuh orang tua mereka yang terbaik, maka ketika mempunyai anak mereka kembali memakai pola asuh yang mereka terima. Sebaliknya, bila mereka menganggap bahwa pola asuh orang tua mereka dahulu salah, biasanya mereka memakai pola yang berbeda. Misalnya kalau dulu mereka mendapat pola yang otoriter dari orang tua mereka, sekarang mereka menggunakan pola yang demokratis atau permisif terhadap anak-anaknya. 4) Kebiasaan dan kepercayaan Menyamakan pola asuh yang dianggap paling baik oleh masyarakat di sekitarnya. Pilihan ini terutama dilakukan oleh orang tua yang usianya masih muda dan kurang pengalaman. Mereka dipengaruhi oleh apa yang dianggap baik oleh masyarakat sekitarnya daripada oleh keyakinannya sendiri. 5) Usia Orang tua Orang tua yang usianya masih muda cenderung untuk memilih pola asuh yang demokratis atau permisif dibanding dengan mereka yang sudah lanjut usia.
65
6) Kursus-kursus Orang dewasa yang telah mengikuti kursus persiapan perkawinan, kursus kesejahteraan keluarga atau kursus pemeliharaan anak, akan lebih mengerti tentang anak dan kebutuhan-kebutuhannya, sehingga mereka cenderung untuk menggunakan pola asuh yang demokratis. 7) Jenis kelamin orang tua Pada umumnya wanita lebih mengerti tentang anak oleh karena itu wanita lebih demokratis terhadap anaknya dibandingkan dengan pria. 8) Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi juga mempengaruhi orang tua dalam menggunakan pola asuh mereka bagi anak-anaknya. 9) Konsep peranan orang tua Konsep peranan orang tua. Orang tua yang tradisional cenderung lebih menggunakan pola yang otoriter dibandingkan orang tua yang lebih modern. 10) Jenis kelamin anak Orang tua juga memberlakukan anak-anak mereka sesuai dengan jenis kelaminnya, misalnya terhadap anak perempuan, mereka harus menjaga lebih ketat sehingga menggunakan pola asuh yang otoriter, sedang anak laki-laki cenderung lebih permisif atau demokratis, atau mungkin juga sebaliknya. 11) Usia anak Pada umumnya pola yang otoriter sering digunakan pada anak-anak kecil, karena mereka belum mengerti secara pasti mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang salah dan mana yang benar, sehingga orang tua kelihatan lebih sering memaksa atau menekan. 12) Kondisi anak Bagi anak-anak yang agresif, lebih baik menggunakan pola asuh yang otoriter, sedang anak-anak yang mudah merasa takut dan cemas lebih cepat digunakan pola yang demokratis.
66
d. Cara Mengukur Pola Asuh Orang Tua Dalam penelitian ini variabel pola asuh orang tua akan diukur dengan menggunakan angket. Namun sebelum angket disusun, harus dibuat indikator-indikatornya, yaitu sebagai berikut : 1) Pola Asuh Otoriter (a) memaksakan kehendak (b) bersikap kaku dan keras (c) tanpa ada konsultasi 2) Pola Asuh Permisif atau (Laissez Faire) (a) kebebasan (b) tidak ada aturan (c) tidak ada kontrol 3) Pola Asuh Demokratis (a) menerima pendapat, kritik dan saran (b) bekerja sama (c) mempertimbangkan keputusan Setelah indikator-indikator terbentuk, maka selanjutnya setiap indikator akan dijabarkan ke dalam item-item pertanyaan yang berfungsi untuk mengukur variabel pola asuh orang tua. B. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan cara penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan dan juga kerangka pemikiran adalah bagian (alur pemikiran yang logis dan sistematis) untuk menggambarkan keterkaitan atau pengaruh antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini variabel yang akan dijelaskan adalah variabel independen ( variabel bebas) dan variabel dependen ( variabel terikat ). Variabel tersebut diantaranya : 1. Pola Asuh Orang Tua (X 1 ) ( variabel bebas I ) 2. Minat Baca (X 2 ) (variabel bebas II ) 3. Prestasi Belajar Sosiologi (Y) (variabel terikat)
67
Untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah tercapai dapat dilakukan dengan melihat prestasi belajar yang diraih siswa. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan atau hasil yang dicapai seseorang dalam proses berinteraksi dengan individu dan lingkungan yang dapat diketahui dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan adanya evaluasi dapat diketahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang dilakukan melalui pengukuran baik berupa test maupun non test. Semua siswa dan guru sebagai pengajar menginginkan tercapainya prestasi belajar yang optimal. Karena prestasi belajar yang optimal merupakan indikasi kelancaran dalam proses belajar mengajar. Manusia sebagai mahluk sosial, tidak dapat terlepas dari lingkungan. Lingkungan yang banyak memberikan sumbangan dari kemungkinan terbesar terhadap kemajuan belajar dan perkembangan anak adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan tempat yang paling mendasar pertama dan utama dalam pendidikan anak. Faktor keluarga tersebut meliputi pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga, perhatian orang tua, bimbingan orang tua, keutuhan keluarga dan sebagainya. Dalam penelitian ini Pola asuh orang tua (X 1 ), sebagai variabel bebas diperkirakan memiliki hubungan positif yang signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y) bagi siswa. Campur tangan orang tua seperti sikap orang tua yang bisa menerima, mengarahkan, memperingatkan, menasehati, memberikan dorongan serta menerapkan suatu bentuk atau pola asuh dalam keluarga secara benar maka akan dapat memberikan pengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak untuk selalu berprestasi dalam bidangnya. Selain itu sikap orang tua yang selalu menjaga hubungan orang tua dan anak juga memberikan contoh yang baik kepada anak membuktikan bahwa orang tua peduli dan memberikan harapan-harapan yang baik tentang masa depan dan dapat memacu anak untuk lebih giat dalam belajar. Berbeda halnya jika orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan, orang tua acuh tak acuh dimungkinkan terjadinya kesulitan dalam belajar yang menyebabkan prestasi
68
belajar rendah. Orang tua turut bertanggung jawab atas kemajuan studi anaknya. Selain faktor keluarga yaitu bentuk atau pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga, ada juga faktor yang lain yang berhubungan dengan proses belajar yaitu faktor intern yang ada di dalam diri anak berupa Minat Baca. Minat Baca (X 2 ) sebagai variabel bebas diperkirakan mempunyai hubungan positif yang signifikan dalam peningkatan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y) bagi siswa. Prestasi belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat, sebab minat merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam berbagai kegiatan termasuk dalam kegiatan membaca. Minat baca secara tidak langsung akan membangkitkan dan menumbuhkan perhatian siswa pada suatu mata pelajaran tertentu, begitu pula pada mata pelajaran Sosiologi. Adapun minat yang kuat dapat memungkinkan pemusatan pikiran dan juga menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar. Minat yang timbul antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda. Ada siswa yang mempunyai minat yang tinggi, ada yang memiliki minat yang rendah. Besarnya minat dapat ditentukan dari aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Demikian pula untuk mencapai prestasi belajar mata pelajaran Sosiologi yang optimal dan memuaskan diperlukan adanya minat yang kuat dari siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Pola asuh orang tua (X 1 ) ,sebagai variabel bebas I dan minat baca (X 2 ), sebagai variabel bebas II dimungkinkan memiliki hubungan positif yang signifikan dalam peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Sosiologi (Y) bagi siswa. Dengan adanya pola asuh orang tua yang diterapkan dalam keluarga secara tepat sangat berguna bagi anak sebagai upaya preventif agar anak terhindar dari kesulitan belajar. Dengan adanya minat baca yang kuat dalam diri siswa akan dapat dimungkinkan pemusatan pemikiran dan juga menimbulkan kesenangan dalam melakukan aktivitas membaca, maka bentuk atau pola asuh yang diterapakan oleh orang tua dalam keluarga dan tingginya
69
minat baca dapat dimungkinkan membantu anak untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Model kerangka berpikir antar variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel independen
Variabel dependen
Pola Asuh Orang Tua (X 1 )
Prestasi Belajar Sosiologi (Y) Minat Baca (X 2 ) Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
C. Perumusan Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2002:67). Berdasarkan landasan teori tersebut di atas maka dugaan sementara atau hipothesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. 2. Ada hubungan positif yang signifikan antara Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. 3. Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua Dan Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.
70
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sesuai dengan judul
yang telah dikemukakan, maka penelitian
dilaksanakan di SMA Al-Islam 1 Surakarta yang beralamatkan di jalan Honggowongso No. 94 Surakarta 57149 Telepon (0271) 713342. No. Fax. 710883 2. Waktu Penelitian Penelitian mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan terhitung mulai bulan Juni 2009 sampai bulan Januari 2010, dengan langkah-langkah sebagai berikut : Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi No
Kegiatan
Bulan Juni
1 2 3 4 5 6
Juli
Agustus
Sept
Oktober
Nov
Des
Penyusunan Proposal Perizinan Penyusunan Instrumen Pengumpulan Data Analisis Data Penulisan laporan
B. Macam-Macam Variabel Variabel merupakan atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara nilai satu dengan yang lainnya dalam kelompok. Menurut Sugiyono (2005:3) “Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati”. Sedangkan menurut Manase Malo dalam Sudarwan Danim (2000:61), “Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai”. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah suatu simbol yang menggunakan angka atau nilai terhadap sesuatu yang memiliki variasi nilai. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah : 56 71
Januari
a.
Pola Asuh Orang Tua sebagai variabel independen/bebas I (X1) Pola asuh orang tua pada dasarnya merupakan sikap dan kebiasaan orang tua yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara dan membesarkan anak. Sikap dan kebiasaan ini cenderung mengarah pada pola tertentu yang selaras dengan wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua sebagai pimpinan dalam sebuah keluarga.
b.
Minat Baca sebagai variabel independen/bebas II (X2) Minat baca adalah suatu keadaan yang muncul akibat adanya keinginan yang besar dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan membaca dan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c.
Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi sebagai variabel dependen/terikat (Y). Prestasi Belajar Sosiologi adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa khususnya dalam hal ini pada mata pelajaran Sosiologi.
C. Metode Penelitian Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk memperoleh kebenaran secara ilmiah yang dilakukan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Untuk memperoleh suatu kebenaran, suatu penelitian perlu menggunakan metode ilmiah yang tepat, agar hasil yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai seorang peneliti dituntut untuk dapat memilih dan menetapkan metode penelitian yang tepat. Metode penelitian yang kurang tepat dapat mengakibatkan hasil penelitian yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Metodologi berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi (2003:1) mengemukakan “Metodologi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan,sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari,
72
mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan”. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1995:24) menyatakan “Ilmu yang memperbincangkan tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan disebut metode penelitian atau metodologi research”. Metode penelitian merupakan faktor yang mendukung keberhasilan suatu penelitian. Kartini Kartono (1990:20) menyatakan ”Metode penelitian adalah cara-cara berpikir dan berbuat, yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002: 150) menjelaskan “Metode penelitian adalah cara yang dipergunakan
oleh
peneliti
dalam
mengumpulkan
data
penelitiannya”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data dan mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian adalah ilmu pengetahuan tentang prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencari suatu kebenaran yang mencakup teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi penelitian sangat diperlukan oleh seorang peneliti untuk melakukan suatu penelitian. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam suatu penelitian. Menurut Winarno Surakhmad (2004:29), “Ada tiga macam metode penelitian, yaitu: 1. Penelitian Historis 2. Penelitian Deskriptif 3. Penelitian Eksperimen” Untuk memperjelas pengertian metode tersebut, akan diuraikan secara lebih lanjut sebagai berikut; 1. Metode Penelitian Historis Metode penelitian historis adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta-fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Metode
73
ini digunakan untuk penelitian yang bertujuan meneliti sesuatu yang terjadi pada masa lampau. 2. Metode Penelitian Deskriptif Metode penelitian deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggunakan keadaan suatu subyek atau obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode penelitian deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan faktafakta, yang bertujuan agar dapat membuat deskripsi, gambar-gambar atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 3. Metode Penelitian Eksperimen Metode penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara membandingkan berbagai peristiwa dimana terdapat fenomena tertentu. Metode ini digunakan pada penelitian-penelitian dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat atau memperoleh suatu hasil dan mempunyai tujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa kondisi terhadap suatu gejala. Sesuai dengan permasalahan yang ada, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang merupakan cara untuk memecahkan masalah yang terjadi pada masa sekarang. Menurut Hadari Nawawi (1995: 63) pengertian metode deskriptif adalah: “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya”.
Berdasarkan pernyataan tersebut
metode dalam penelitian deskriptif berarti
mengungkap
fakta pada masa
sekarang dengan penggambaran subyek dan obyek penelitian. Ciri-ciri pokok metode penelitian deskriptif sebagaimana diungkapkan Winarno Surakhmad (2004: 139) adalah: “1) Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada sekarang dan masalah yang aktual, 2) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (karena
74
metode ini sering disebut metode analitik)”. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa dalam metode penelitian deskiptif masalah yang ada adalah pada masa sekarang kemudian data yang diperoleh dianalisis. Berdasarkan pernyataan di atas, alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan yang akan diteliti merupakan permasalahan yang ada pada masa sekarang dan aktual. 2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. 3. Hasil dari penelitian ini nantinya suatu gambaran hasil penelitian secara sistematis, nyata dan tepat yang sesuai fakta yang ada.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Dalam suatu penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu obyek penelitian yang sering disebut dengan populasi. Sebelum menentukan populasi, perlu kiranya diketahui tentang pengertian populasi. Menurut Sutrisno Hadi (2001:102), “Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai satu sifat yang sama”. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1995:141), “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhtumbuhan, dan gejala yang memiliki karakteristik tertentu dalam ilmu pengetahuan”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang ada dalam wilayah penelitian tertentu dan mempunyai sifat, kualitas serta karakteristik yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI ilmu sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari 5 kelas sejumlah 197 siswa. 2. Sampel Dalam suatu penelitian tidak semua anggota populasi dapat diteliti. Hal ini dikarenakan besarnya jumlah populasi dan adanya keterbatasan dalam diri peneliti. Untuk itu perlu ditetapkan sampel untuk membatasi jumlah populasi dan
75
dapat mewakili populasi tersebut. Menurut Winarno Surakhmad (2004:93), ”Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Menurut Sanafiah Faisal (2003:57), “Sampel adalah sebagian dari
populasi
yang
diambil
sebagai
representasi
atau
wakil
populasi
bersangkutan”. Sutrisno Hadi (1994:221) menyatakan, “Sampel adalah bagian obyek yang diteliti, untuk menetapkan besarnya sampel, langkah-langkah yang dilakukan adalah apabila subyeknya kurang atau lebih dari 100, maka sampel yang diambil 20% sampai 25%”. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian individu yang menjadi anggota populasi yang di peroleh dengan cara-cara tertentu untuk menjadi wakil dari populasi yang diteliti. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas maka dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas XI ilmu sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008\2009 berjumlah 40 siswa yaitu kelas XI, dengan perhitungan seperti tabel dibawah ini :
Tabel 2. Penentuan Sampel Kelas
Jumlah Siswa
%
Sampel
XI - 1
40
20 %
8
XI - 2
39
20 %
7.8
XI - 3
40
20 %
8
XI – 4
39
20 %
7.8
XI – 5
39
20 %
7.8
Jumlah
197
-
39.4 dibulatkan menjadi 40 siswa
76
E. Teknik Pengambilan Sampel Sampel ialah sebagian individu yang menjadi anggota populasi yang diperoleh dengan cara tertentu untuk dijadikan sebagai wakil populasi. Sampel yang Representatif (dapat mewakili populasi) diperoleh dengan cara/teknik yang dinamakan dengan Sampling. Sampling adalah suatu cara yang digunakan dalam pengambilan sampel. Sutrisno Hadi (2000:75) mengemukakan pada dasarnya teknik pengambilan sampel dibagi menjadi dua, yaitu : a. Teknik Random Sampling Prosedur Random Sampling meliputi: 1) Cara Undian, yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan undian 2) Cara Ordinal, yaitu dengan memilih nomor genap/ganjil atau kelipatan angka tertentu. 3) Cara Randomisasi, yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan tabel bilangan Random. b. Teknik Non Random Sampling 1) Proporsional Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari populasi yang terdiri atas sub-sub populasi yang tidak homogen. 2) Stratified Random Sampling, yaitu pengambilan sampel apabila populasi terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat. 3) Purposive Random Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. 4) Quota Random Sampling, yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pada quantum. 5) Double Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar. 6) Area Probability, yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area/wilayah. 7) Cluster Sampel, yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Dalam penelitian ini digunakan teknik cluster sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pada kelompok yang ada dalam populasi. Pengambilan sampel dengan cara undian dilakukan peneliti dengan memberi nomor pada setiap kelas dari populasi. Kemudian dibuat gulungan kertas yang telah berisi nomor tersebut dimasukkan kedalam kaleng kosong dan dikocok-
77
kocok. Setelah itu dilakukan penarikan suatu gulungan kertas yang kemudian dijadikan sampel penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam suatu penelitian karena data yang telah terkumpul akan dijadikan dasar untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk mendapatkan data yang sebenarnya dari suatu obyek penelitian, maka harus menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik pengumpulan data dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Test 2. Non Test, terdiri dari : a. Angket/Koesioner (Questionnaires) b. Wawancara (Interview) c. Observasi (Observer) d. Skala Bertingkat (Rating Scale) e. Dokumentasi. (Documentation) (Suharsimi Arikunto, 2002:127) Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, dengan maksud agar teknik satu dapat melengkapi teknik yang lain karena mengingat setiap teknik mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Adapun teknik pokok/utama pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi dan angket. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut : 1. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi sering digunakan dalam pengumpulan data. Menurut Burhan Bungin (2005:144) adalah “ Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan, dan sebagainya”. Sedangkan dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto
(2002:148) “ Metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”. Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
78
bahwa teknik dokumen adalah teknik dengan menggunakan dokumentasi dapat berupa dokumen pribadi atau resmi sebagai sumber data. Kelebihan dari menggunakan metode dokumentasi diungkapkan Hadari Nawawi (1995: 133) adalah sebagai berikut :
a. Bisa menghemat waktu b. Sumber data bisa diperoleh dengan mudah sebab datanya sudah tersedia. c. Bila ada kekeliruan mudah untuk diperbaiki kembali karena data mudah untuk dicari kembali. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data prestasi belajar Sosiologi yang tercantum dalam raport Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA AlIslam I Surakarta Tahun 2008/2009. 2. Metode Angket
a. Pengertian Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden. Pengertian angket menurut Kartini Kartono (1990: 210) adalah : “Angket adalah suatu penyelidikan mengenai sesuatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum yang dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir yang dilakukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan tertulis sepenuhnya”.
Pendapat lain diungkapkan Burhan Bungin (2005: 123) yaitu“ Angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden”. Berdasarkan pendapat di atas maka disimpulkan bahwa angket adalah teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun peneliti secara sistematis dan harus dijawab secara tertulis oleh responden. b. Macam-macam Angket
79
Macam-macam angket dibedakan menjadi
beberapa golongan.
Menurut Burhan Bungin (2005: 123-125) angket dibedakan menjadi : 1)
Angket langsung tertutup, adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut.
2) Angket langsung terbuka, adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang keadaan yang dialami sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti. 3) Angket tak langsung tertutup, adalah bentuk angket dikonstruksikan dengan maksud untuk menggali atau merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal obyek dan subyek tertentu serta data tersebut tidak dimaksud perihal mengenai diri responden bersangkutan. Disamping itu, alternatif jawaban telah disiapkan sehingga responden tinggal memilih jawaban mana yang sesuai untuk dipilih. 4) Angket tak langsung terbuka, adalah bentuk angket dikonstruksi dengan ciri-ciri yang sama dengan angket terbuka, serta disediakan kemungkinan atau alternatif jawaban , sehingga responden memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai.
Berdasarkan pendapat tersebut angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung tertutup dimana alternatif jawaban yang akan yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut. Alasan peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa angket adalah : 1. Dengan menggunakan angket dapat menghemat tenaga, waktu dan biaya. 2. Lebih mudah untuk mendapatkan data secara obyektif dari responden. 3. Angket penggunaanya sistematis dan terencana.
Seorang peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan menggunakan angket terlebih dahulu harus mempersiapkan dan menyusun angket. Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan tujuan pengukuran
80
Tujuan pengukuran dan instrumen ini adalah untuk memperoleh data tentang pola asuh orang tua dan minat membaca siswa SMA AL-Islam I Surakarta
. 2. Menyusun matriks spesifikasi variabel/ menyusun indikator Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas permasalahan yang dituangkan dalam instrumen termasuk batasan variabel yang akan diteliti. 3. Menyusun kisi-kisi instrumen Penyusunan kisi-kisi instrumen dengan tujuan agar dalam menyusun butirbutir item angka dapat menyebar pada seluruh variabel. 4. Merumuskan item instrumen Pada saat merumuskan item instrumen dengan menggunakan kata-kata yang menunjukkan tindakan yang sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. 5. Menentukan skala setiap alternatif jawaban. Skala sikap untuk alternatif jawaban menggunakan skala sikap 0 sampai dengan 4. Untuk jawaban a mempunyai nilai 4, jawaban b mempunyai nilai 3, jawaban c mempunyai nilai 2 , jawaban d mempunyai nilai 1, dan jawaban e mempunyai nilai 0. 6. Uji coba instrumen Uji coba instrumen dilaksanakan untuk mengetahui kelemahan instrumen yang dibuat dan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas. Uji coba instrumen dilakukan SMA Al-Islam I Surakarta yaitu para siswa kelas XI Ilmu Sosial yaitu sebanyak 40 siswa. Tujuan diadakan try-out terhadap angket adalah untuk mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui sejauh mana responden mengalami kesulitan didalam menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat validitas dan reabilitas. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut :
81
a) Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan dalam angket yang diujicobakan dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya. Menurut Saifuddin Azwar (2000:5), “Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:144), “Validitas adalah suatu ukuran yang mewujudkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Jadi guna mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen penelitian, maka perlu diadakan uji validitas. Ada beberapa jenis validitas menurut Saifuddin Azwar (2000:45), yaitu : “Validitas isi, validitas konstruk (construct validity) dan validitas berdasar kriteria (criterian-related validity)”. Untuk lebih jelasnya dijelaskan sebagai berikut : 1) Validitas Alat Pengukur Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat valid atau kesahihan alat pengukur. Saifudin Azwar (2003:5), berpendapat: Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. (…). Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut. Sedangkan Nasution (2003:74) mengemukakan, “Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu”. Nasution (2003:75) mengemukakan “validitas ada macammacamnya” , yaitu: (a) Validitas isi. Dengan validitas isi dimaksud bahwa isi atau bahan yang diuji atau dites relevan dengan kemampuan, pengetahuan, pelajaran
82
pengalaman atau latar belakang orang yang diuji. Validitas isi diperoleh dengan mengadakan sampling yang baik, yakni memilih item-item yang representatif dari keseluruhan.
(b) Validitas prediktif. Dengan validitas prediktif dimaksud adanya kesesuaian antara ramalan (prediksi) tentang kelakuan seseorang dengan kelakuannya yang nyata. Diharapkan bahwa suatu tes mempunyai nilai prediktif yang tinggi, artinya apa yang diramalkan oleh tes itu tentang kelakuan seseorang memang terbukti dari kelakuan orang itu. ( c) Validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk ini digunakan bila kita sangsikan apakah gejala yang dites hanya mengandung lebih dari satu dimensi, maka validitas tes itu dapat diragukan. Keuntungan validitas konstruk ini ialah bahwa kita mengetahui komponen-komponen sikap atau sifat yang diukur dengan tes itu. Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan jenis validitas konstruk (construct validity) yaitu untuk menunjukkan seberapa jauh tes mengukur sifat/konstruk yang hendak diukur. Langkahlangkah yang ditempuh dalam uji validitas yaitu : (a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur (b) Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden (c) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban (d) Menghitung korelasi antar skor tiap item dengan skor total dengan rumus korelasi product moment. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson yaitu sebagai berikut :
rxy =
å XY -(å X )(å Y ) [(N å X 2 )-(å X 2 )]éêë N å Y 2 (å Y )2 ùúû N
Keterangan : rxy = Koefisien Korelasi Antara Variabel X Dan Y N = Jumlah Sampel X = Skor Masing-Masing Item
83
Y = Skor Total (Suharsimi Arikunto, 2002:14).
Jika p < 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran valid atau sahih, sebaliknya jika p > 0,050 maka hasil pengukuran tidak valid atau gugur. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan bantuan komputer Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih maka dapat diketahui untuk variabel pola asuh orang tua (X1) terdapat 9 item soal yang tidak valid/ gugur dari sejumlah 40 item soal, yaitu soal nomor 34, 35, 36, 37, 39, 40, 42, 43 dan 44. Untuk variabel minat baca siswa (X2) tidak terdapat item soal yang tidak valid/ gugur. Dalam penelitian ini soal yang tidak valid/ gugur tidak dimasukkan dalam perhitungan analisis data. b) Uji Reliabilitas Selain harus valid, suatu angket atau koesioner juga harus memenuhi syarat reliabel. Reliabel artinya dapat dipercaya dan diandalkan. Suharsimi Arikunto (2002:154) menyatakan “Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data”. Ada dua jenis reliabilitas yaitu : (1) Reliabilitas Stabilitas Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama/serupa untuk setiap orang atau unit yang diukur setiap saat. Menyangkut penggunaan indikator yang sama, definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data yang sama setiap saat dan mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas stabilitas, setiap kali unit diukur skornya harus sama pada waktu yang berbeda. (2) Reliabilitas Ekuivalen Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda dalam waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indikator
84
pengumpulan data dan atau pengamat-pengamat. (Michael H. Walizer dan Paul L. Wienir (alih bahasa : Arief S Sardiman, 1991:107) Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menggunakan jenis reliabilitas stabilitas karena bertujuan untuk mengukur ukuran yang sama pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas diterapkan pada ketiga variabel dalam penelitian ini yaitu pola asuh orang tua sebagai variabel bebas I (X1), minat baca variabel bebas II (X2), prestasi belajar mata pelajaran sosiologi sebagai variabel terikat (Y). Untuk
mengukur
tingkat
reliabilitas
atau
keterandalan
instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu sebagai berikut : 2 n é å SI ù r11 = ê1 ú n - 1 êë SI 2 úû
Keterangan : r 11 = Indeks Reliabilitas Instrumen SI 2 = Variansi Butir Ke 1 n
= Butir Soal (Suharsimi Arikunto, 2002:168)
Jika p < 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran reliabel, sebaliknya jika p > 0,050 maka hasil pengukuran tidak reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan bantuan komputer Seri Program Statistik (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih, diperoleh data dari variabel pola asuh orang tua (X1) adalah: rtt = 0,957 dengan p = 0,000, karena 0,000 < 0,050 maka hasil pengukuran try out X1 adalah reliabel. Untuk variabel minat baca siswa (X2) diperoleh data: rtt = 0,959 dengan p = 0,000, karena 0,000 < 0,050 maka hasil pengukuran try out Y adalah reliabel.
G. Teknik Analisis Data
85
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang dilakukan dalam penelitian untuk membuktikan hipotesis yang diajukan selanjutnya untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh melalui analisis data tersebut. Teknik analisis data yang penulis gunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi ganda, dengan alasan sebagai berikut : 1. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel prediktor dan satu variabel kriterium 2. Permasalahan yang akan diselesaikan adalah mencari hubungan. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Menyusun tabulasi data dari pola asuh orang tua (X 1 ), minat baca (X 2 ) dan prestasi belajar mata pelajaran sosiologi (Y) agar memudahkan dalam perhitungan. 2. Melakukan uji prasyarat analisis data a. Uji Normalitas Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang di analisis mempunyai sebaran (berdistribusi) normal atau tidak. Dalam pengujian ini digunakan rumus Chi Kuadrat, sebagai berikut :
X 2 = å[
f 0 - fh) 2 ] fh
Keterangan : fo = frekuensi yang diperoleh dari sampel fh = frekuensi yang diharapkan sebagai pencerminan frekuensi populasi X2 = Chi Kuadrat. (Sudjana, 1996:332) b. Uji Linearitas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus yang digunakan yaitu: 1) JK(G) =
å x1[å y 2 -
(å y ) 2 N
]
2) JK(TC) = JK(S) - JK(G) 3) dk(G) = N - K
86
4) dk(TC) = K – 2 5) RJK(TC) = 6) RJK(G) = 7) F hit =
JK - (TC ) dk (TC )
JK (G ) dk (G )
RJK (TC ) RJK (G )
Keterangan : JK (G)
= Jumlah Kuadrat Galat
JK (TC)
= Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
dk (G)
= Derajat Kebebasan Galat
dk (TC)
= Derajat Kebebasan Tuna Cocok
RJK (G)
= Kuadrat Tengah Galat
RJK (TC) = Kuadrat Tengah Tuna Cocok. (Sudjana, 1996:332) c. Uji Independensi Uji Independensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas X1 dan X2.
rx1 x2 =
N å X 1 X 2 - (å X 1 )(å X 2 )
{N å X
2 1
}{
- (å X 1 ) N å Y 2 - (å Y ) 2
2
}
Keterangan : rx1 x2
= Koefisien Korelasi X1 dan X2
X1
= Variabel Pertama
X2
= Variabel Kedua
N
= Menyatakan Jumlah Data Observasi ( Suharsimi Arikunto, 2002 : 124 )
3. Uji Hipotesis Uji ini menggunakan uji regresi yang meliputi : a. Menghitung koefisien korelasi antara X1 dengan Y menggunakan rumus :
87
rxy 1 =
N å X 1Y - (å X 1 )(å Y )
{N å X
2 1
}{
- (å X 1 ) N å Y 2 - (å Y ) 2
2
}
b. Menghitung koefisien korelasi antara X2 dengan Y menggunakan rumus : rxy 2 =
N å X 2Y - (å X 2 )(å Y )
{N å X
2 2
}{
- (å X 2 ) N å Y2 - (å Y ) 2
2
2
}
c. Menghitung koefisien korelasi ganda antara prediktor X1 dan X2 dengan Y menggunakan rumus sebagai berikut : Ry(1,2) =
a1 å X 1Y + a 2 å X 2Y
åY
2
Keterangan : Ry(1,2) = Koefisien Korelasi Antara Y Dengan X1 dan X2 a1
= Koefisien Prediktor X1
a2
= Koefisien Prediktor X2
∑X1Y = Jumlah Produk Antara X1 Dengan Y ∑X2
= Jumlah Produk Antara X2 Dengan Y
∑Y
= Jumlah Kuadrat Kriterium Y (Sutrisno Hadi, 1995:25)
4. Uji Signifikansi Untuk menganalisis Ry(1,2) signifikan atau tidak digunakan rumus Freg yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1995:26) sebagai berikut : Freg =
R 2 ( N - m - 1) m(1 - R 2 )
Keterangan : Freg
= Koefisien Regresi
N
= Jumlah Sampel
R
= Pengaruh Antara Variabel Secara Bersama- Sama X1 Dan X2 Terhadap Y
M
= Jumlah Kelompok Sampel Penelitian
88
Hasil perhitungan tersebut kemudian disesuaikan dengan tabel F, sehingga diperoleh Ftabel atau Ft. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Freg > Ft maka hipotesis dapat diterima kebenarannya tetapi jika Freg < Ft maka hipotesis tidak dapat diterima. 5. Sumbangan Relatif (SR) Untuk menghitung besarnya sumbangan relatif X1 dan X2 terhadap Y digunakan rumus sebagai berikut : SR X1 % =
a1 å X 1Y
SR X2 % =
a 2 å X 2Y
JK reg
JK reg
x 100%
x 100%
Keterangan : SR % X1 = Sumbangan Relatif Prediktor X1 Terhadap Y SR % X2 = Sumbangan Relatif Prediktor X2 Terhadap Y JKreg
= Jumlah Kuadrat Regresi. (Sutrisno Hadi, 2000:23)
6. Sumbangan Efektif (SE) Untuk menghitung besarnya sumbangan efektif antar variabel digunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1995:46) sebagai berikut : SE % X1
= SR % X1 x R2
SE % X2
= SR % X2 x R2
SE % X1 X2 = SE % X1 + SE % X2 Keterangan : SE % X1
= Sumbangan Efektif X1 Terhadap Y
SE % X2
= Sumbangan Efektif X2 Terhadap Y
SE % X1 X2
= Sumbangan Efektif X1 Dan X2 Terhadap Y
89
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Deskripsi data merupakan gambaran hasil pengumpulan data dari variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : 1. Pola Asuh Orang Tua sebagai variabel bebas pertama (X1). 2. Minat Baca Siswa sebagai variabel bebas kedua (X2). 3. Prestasi Belajar Sosiologi Siswa sebagai variabel terikat (Y). Ketiga data tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini : 1. Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Prestasi Belajar Sosiologi Siswa dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor prestasi belajar mata pelajaran sosiologi, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) Skor tertinggi
= 85
(2) Skor terendah
= 65
(3) Simpangan rata-rata
= 3,65
(4) Simpangan baku
= 4,56
(5) Median
= 74,50
(6) Modus
= 72
(7) Mean
= 74,75
Adapun distribusi frekuensi data tentang prestasi belajar sosiologi siswa dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Variat
f
Fx
fx2
f%
fk %-naik
84,5-89,5
2
170
14450
5
100
79,5-84,5
7
561
44961
17
95
74,5-79,5
11
837
63717
27,5
77,5
69,5-74,5
18
1288
92200
45
50
64,5-69,5
2
134
8986
5
5
Total
40
2990
224314
100
-
75 90
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel Y dapat diketahui bahwa data prestasi belajar siswa yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 69,5 74,5 yaitu sebanyak 18 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 64,5 – 69,5 dan 84,5 – 89,5 yaitu sebanyak 2 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut : Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Siswa (Y)
18
Frekuensi
20 15
11 7
10 2
5
2
0 64,5-69,5
69,5-74,5
74,5-79,5
79,5-84,5
84,5-89,5
Interval
Gambar 2. Grafik Histogram Data Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y)
Prestasi belajar sosiologi yang dimiliki siswa kelas XI ilmu sosial SMA Al-Islam I Surakarta berada pada kategori rendah. Hasil ini berdasarkan data frekuensi terbanyak pada interval 69,5-74,5 yaitu 18 responden.
2. Pola Asuh Orang Tua sebagai variabel bebas pertama (X1). Pola Asuh Orang Tua dalam penelitian ini adalah variabel bebas pertama (X1). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor pola asuh orang tua, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) Skor tertinggi
= 106
(2) Skor terendah
= 75
(3) Simpangan rata-rata
= 6,55
(4) Simpangan baku
= 8,25
(5) Mean
= 94,48
(6) Median
= 96,81
(7) Modus
= 99
91
Adapun distribusi frekuensi data Pola Asuh Orang Tua dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Angket Pola Asuh Orang Tua Variat
f
Fx
fx2
f%
fk %-naik
102,5- 109,5
7
728
75722
17,5
100
95,5-102,5
16
1576
155290
40
82,5
88,5-95,5
7
652
60740
17,5
42,5
81,5-88,5
5
432
37334
12,5
25
74,5-81,5
5
391
30591
12,5
12,5
Total
40
3779
100
-
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X1 dapat diketahui bahwa data pola asuh orang tua yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 95,5102,5 yaitu sebanyak 16 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 74,5 – 81,5 dan 81,5 – 88,5 yaitu sebanyak 5 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut : Distribusi Frekuensi Variabel Pola Asuh Orang Tua (X1)
Frekuensi
20
16
15 10
5
5
74,5-81,5
81,5-88,5
7
7
5 0 88,5-95,5
95,5-102,5 102,5-109,5
Interval
Gambar 3. Grafik Histogram Pola Asuh Orang Tua (X1) Bentuk atau pola asuh orang tua yang dimiliki oleh masing-masing keluarga siswa kelas XI ilmu sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta berada pada
92
kategori tinggi. Hasil ini berdasarkan data frekuensi terbanyak pada interval 95,5 – 102,5 yaitu 16 responden. 3. Minat Baca Siswa Minat Baca Siswa dalam penelitian ini adalah variabel bebas kedua (X2). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor minat baca, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Skor tertinggi
= 83
(2) Skor terendah
= 60
(3) Simpangan rata-rata
= 4,79
(4) Simpangan baku
= 5,98
(5) Mean
= 72,83
(6) Median
= 72,83
(7) Modus
= 72
Adapun distribusi frekuensi data tentang minat baca dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5. Distribusi frekuensi skor angket minat baca siswa Variat
f
fx
fx2
f%
fk %-naik
79,5-84,5
5
404
32650
12,5
100
74,5-79,5
11
857
66783
27,5
87,5
69,5-74,5
12
864
62216
30
60
64,5-69,5
8
543
36869
20
30
59,5-64,5
4
245
15017
10
10
Total
40
2913
213535
100
-
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X2 dapat diketahui bahwa data minat baca yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 69,5 – 74,5 yaitu sebanyak 12 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 59,564,5 yaitu sebanyak 4 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut :
93
Distribusi Frekuensi Variabel Minat Baca (X2)
Frekuensi
15
11
12 8
10 5
4
5 0 79,5-84,5
74,5-79,5
69,5-74,5
64,5-69,5
59,5-64,5
Interval
Gambar 4. Grafik Histogram Minat Baca Siswa (X2). Minat Baca yang dimiliki siswa kelas XI ilmu sosial SMA Al-Islam I Surakarta berada pada kategori sedang . Hasil ini berdasarkan frekuensi tertinggi terletak pada interval 69,5 – 74,5 sebanyak 12 responden.
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada lampiran selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipothesis yang dirumuskan. Syarat analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data harus berdistribusi normal dan variabel bebas harus linier terhadap variabel terikat. Hasil uji persyaratan analisis data dapat diperinci antara lain sebagai berikut : 1. Uji Normalitas Jika p > 0,050 maka data yang diperoleh berdistribusi normal dan apabila p < 0,050 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal. a) Uji Normalitas variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y) Pada uji normalitas variabel Y ( prestasi belajar sosiologi siswa ),langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y, kemudian dilakukan perhitungan dengan langkah dan rumus sebagai berikut :
94
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y) Klas
fo
fh
fo-fh
(fo-fh)2
10
0
0,33
-0,33
0,11
fo - fh 2 ) fh 0,33
9
2
1,11
0,89
0,80
0,72
8
1
3,17
-2,17
4,70
1,48
7
9
6,37
2,63
6,93
1,09
6
8
9,03
-1,03
1,06
0,12
5
6
9,03
-3,03
9,17
1,02
4
12
6,37
5,63
31,72
4,98
3
1
3,17
-2,17
4,70
1,48
2
1
1,11
-0,11
0,01
0,01
1
0
0,33
-0,33
0,11
0,33
40
40
0
-
11,55
Total Rerata
= 74,750
Kai kuadrat = 11,554
S.B = 4,562
(
p = 0,240
db = 9
Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel Y di atas, dapat di peroleh hasil sebagai berikut:
c 2 = 11,554 p = 0,240 Hasil perhitungan tersebut menunjukkan p > 0,050 yaitu 0,240 > 0,050, maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah p > 0,050 kesimpulannya normal. b) Uji Normalitas Variabel Pola Asuh Orang Tua (X1)
95
Pada uji normalitas variabel X1 (Pola Asuh Orang Tua), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1, kemudian dilakukan perhitungan dengan langkah dan rumus sebagai berikut : Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Pola Asuh Orang Tua (X1) Klas
fo
fh
fo - fh
(fo-fh)2
10
0
0,33
-0,33
0,11
( fo - fh) 2 fh 0,33
9
0
1,11
-0,11
1,23
1,11
8
3
3,17
-0,17
0,33
0,01
7
9
6,37
2,63
6,93
1,09
6
13
9,03
3,97
15,78
1,75
5
5
9,03
-4,03
16,22
1,80
4
5
6,37
-1,37
1,87
0,29
3
1
3,17
-2,17
4,70
1,48
2
4
1,11
2,89
8,36
7,55
1
0
0,33
-0,33
0,11
0,33
Total
40
40
0
-
15,73
Rerata
= 94,475
Kai Kuadrat = 15,731
S.B. = 8,252
p = 0,073
db = 9
Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel X1 di atas dapat diperoleh hasil sebagai berikut : c 2 = 15,731 p
= 0,073
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan p > 0,050, yaitu 0,073 > 0,050 maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah p > 0,050 kesimpulannya sebaran normal. c) Uji Normalitas variabel Minat Baca (X2)
96
Pada uji normalitas variabel X2 (Minat Baca), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2, kemudian dilakukan perhitungan dengan langkah dan rumus sebagai berikut :
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Minat Baca Siswa (X2)
Klas
fo
fh
fo - fh
(fo-fh)2
10
0
0,33
-0,33
0,11
( fo - fh) 2 fh 0,33
9
0
1,11
-1,11
1,23
1,11
8
2
3,17
-1,17
1,36
0,43
7
13
6,73
6,63
43,98
6,91
6
5
9,03
-4,03
16,22
1,80
5
8
9,03
-1,03
1,06
0,12
4
7
6,73
0,63
0,40
0,06
3
2
3,17
-1,17
1,36
0,43
2
3
1,11
1,89
3,58
3,23
1
0
0,33
-0,33
0,11
0,33
Total
40
40
0
-
14,74
Rerata
= 72,825
Kai Kuadrat = 14,740
S.B. = 5,982
p = 0,098
db = 9
Berdasarkan perhitungan tabel uji normalitas sebaran variabel X2 di atas, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: c2 = 14,740 p = 0,098 Hasil perhitungan tersebut menunjukkan p > 0,050 yaitu 0,098 > 0,050 maka dapat dinyatakan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini sesuai dengan kaidah p > 0,050 kesimpulannya normal. 2. Hasil Uji Linieritas
97
Jika p > 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier dan apabila p < 0,050 maka korelasinya tidak linier. a) Uji linearitas X1 dengan Y Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linieritas X1 dengan Y adalah membuat tabel rangkuman analisis linieritas sebagai berikut : Tabel 9. Rangkuman Analisis Linieritas X1 terhadap Y
Sumber
derajat
Regresi
Ke 1
Residu
R2
db
var
F
p
0,150
1
0,150
6,710
0,013
0,850
38
0,22
-
-
Regresi
4.7. Rangkuman KeTabel 2 0,153 Analisis 2 Linearitas 0,077X1 terhadap 3,354 Y 0,045
Beda
Ke 2 - Ke 1
Residu
0,003
1
0,003
0,847
37
0,023
0,149
0,703
Korelasinya Linier
Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linieritas seperti tersebut di atas, (Untuk selengkapnya terdapat dalam lampiran hal ....) setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai berikut: F = 0,149 p = 0,703 Berdasarkan tabel analisis linieritas X1 dengan Y diperoleh hasil F = 0,149 dan p = 0,703 maka dapat disimpulkan bahwa korelasinya linier, yang artinya apabila prediktor (X1) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y ) akan naik sebesar satu tingkat juga. b) Uji Linieritas X2 dan Y Langkah pertama yang dilakukan untuk mengetahui uji linieritas X2 dengan Y adalah membuat tabel rangkuman analisis linieritas sebagai berikut : Tabel 10. Rangkuman Analisis Linieritas X2 terhadap Y Sumber
derajat
R2
db
var
F
p
98
Regresi
Ke 1
Residu
0,02
1
0,002
0,063
0,799
0,998
38
0,026
-
-
Regresi
Ke 2
0,021
2
0,011
0,402
0,677
Beda
Ke 2 - Ke 1
0,020
1
0,020
0,741
0,601
0,979
37
0,026
-
-
Residu
Korelasinya Linier Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linearitas seperti tersebut di atas, (untuk selengkapnya terdapat dalam lampiran hal … ) setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai berikut : F = 0,741 p = 0,601 Berdasarkan tabel analisis linearitas X2 dengan Y diperoleh hasil F = 0,741 dan p = 0,601 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, yang artinya apabila variabel prediktor (X2) naik satu tingkat, maka variabel kriterium (Y) akan naik sebesar satu tingkat juga.
C. Pengujian Hipothesis Setelah syarat–syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah hipothesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda menggunakan komputer seri SPSS program analisis butir (validitas dan reliabilitas instrumen) edisi Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2000 versi IBM/IN. Berdasarkan perhitungan uji hipothesis diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Hasil Perhitungan Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y, dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat tabel kerja matriks interkorelasi analisis regresi sebagai berikut :
99
Tabel 11. Matriks Interkorelasional Analisis regresi r
X1
X2
Y
X1
1,000
-0,180
0,387
p
0,000
0,267
0,013
X2
-0,180
1,000
0,306
p
0,267
0,000
0,052
y
0,387
0,306
1,000
p
0,013
0,052
0,000
1) Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y Ho : Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi. Ha : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar sosiologi. Setelah membuat tabel kerja, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus yang digunakan. Perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : rx1 y = 0,387 p
= 0,013
Karena p = 0,013, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipothesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya signifikan antara X1 dengan Y, karena r < 0,050 yaitu 0,013 < 0,050. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak. 2) Koefisien korelasi sederhana antar X2 dengan Y Ho : Tidak ada hubungan antara minat baca dengan prestasi belajar sosiologi. Ha : Ada hubungan antara minat baca dengan prestasi belajar sosiologi.
100
Setelah membuat tabel kerja, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus yang digunakan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil : rx2 y = 0,306 p
= 0,052
Karena p = 0,052, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipothesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya cukup signifikan antara X2 dengan Y, karena p < 0,15 yaitu 0,052 < 0,15. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak.
2. Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y Tabel 12. Koefisien Beta Dan Korelasi Parsial X
Beta ( b)
SB ( b)
r-parsial
t
p
0
29,359560
1
0,252605
0,076272
0,472
3,312
0,002
2
0,295580
0,105213
0,414
2,809
0,008
Galat Baku = 3,931 Korelasi R = 0,544
Tabel 13. Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh
Sumber Variasi
JK
db
RK
F
R2
p
101
Regresi Penuh
239,811
2
119,906
7,760
0,296
0,002
Variabel X1
121,791
1
121,791
7,882
0,150
0,008
Variabel X2
118,020
1
118,020
7,638
0,145
0,009
Residu Penuh
571,689
27
15,541
-
-
-
Total
811,500
39
-
-
-
-
Setelah membuat Tabel kerja dan dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus, diperoleh hasil sebagai berikut : R
= 0,544
p
= 0,002
F
= 7,760
Berdasarkan hasil p =0,002 , maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipothesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan hasilnya signifikan antara X1 dengan X2, dengan p < 0,050 yaitu 0,002< 0,050 .
3. Hasil perhitungan sumbangan masing-masing variabel X1 dan X2 dengan Y
Tabel 14. Perbandingan Bobot Prediktor - Model Penuh Variabel Korelasi
Lugas
Korelasi
Parsial
Koefisien
Determinasi
X
r xy
p
r par-xy
p
SD Relatif % SD Efektif %
1
0,387
0,013
0,472
0,002
50,786
15,008
2
0,306
0,052
0,414
0,008
49,214
14,543
Total
-
-
-
-
100,00
29,552
102
Berdasarkan tabel perbandingan bobot prediktor model penuh tersebut di atas, maka diperoleh sumbangan determinasi yaitu sumbangan relatif dan sumbangan efektif dari masing-masing prediktor yang bisa dijelaskan sebagai berikut : 1) Sumbangan Relatif (SR) variabel Pola Asuh Orang Tua (X1) dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 50, 786 %. Sedangkan Sumbangan efektif (SE) variabel Pola Asuh Orang Tua (X1) dengan variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 15,008 %. 2) Sumbangan Relatif (SR) variabel Minat Baca (X2) dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 49,214 %. Sedangkan Sumbangan Efektif (SE) Minat Baca (X2) dengan variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 14,543 %. 3) Sumbangan Relatif (SR) variabel Pola Asuh Orang Tua (X1) dan variabel Minat Baca (X2) dengan variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar. 100 %. Sedangkan sumbangan Efektif (SE) variabel Pola Asuh Orang Tua (X1) dan variabel Minat Baca (X2) dengan variabel Prestasi Belajar Sosiologi (Y) sebesar 29,552 %.
D. Kesimpulan Pengujian Hipothesis Setelah melakukan uji hipothesis, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Hipothesis pertama Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel tentang matriks interkorelasi analisis regresi tersebut di atas maka, diperoleh rx1y = 0,387 dan p = 0,013, maka berpedoman pada kaidah uji hipothesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi dihasilkan bahwa Pola Asuh Orang Tua (X1) mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y), karena p < 0,050. Dengan demikian hipothesis peneliti yang berbunyi : “Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2008/2009”, dapat diterima.
103
2. Hipothesis kedua Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx2
y
= 0,306 dan p = 0,052,
maka berpedoman pada kaidah uji hipothesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi dihasilkan bahwa Minat Baca (X2) mempunyai hubungan positif yang cukup signifikan dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y), karena p < 0,15. Dengan demikian hipothesis peneliti yang berbunyi: “Ada hubungan positif yang signifikan antara Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam I Surakarta tahun ajaran 2008/2009”, dapat diterima. 3. Hipothesis Ketiga Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx1x2 y = 0,544, p = 0,002 dan F = 7,760 maka berpedoman pada kaidah uji hipothesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi dihasilkan bahwa Pola Asuh Orang Tua (X1) dan Minat Baca (X2) secara bersama-sama mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y), karena p < 0,050. Dengan demikian hipothesis peneliti yang berbunyi: “Ada hubungan posistif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua dan Minat Baca dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun ajaran 2008/2009”, dapat diterima.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipothesis kemudian dilakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil analisis data sebagai berikut : 1. Hubungan Antara Variabel X1 dengan Y Hipothesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009” diterima, karena rx1y = 0,387 dan p = 0,013. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang
104
signifikan antara Pola Asuh Orang Tua (X1) dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y). Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat bahwa bentuk atau pola asuh orang tua berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi. Dalam kehidupan anak selama di rumah yang paling bertanggung jawab akan perkembangan anak adalah orang tua. Orang tua dapat membimbing anak menentukan pilihan dan membuat penyesuaian diri dengan lingkungan yang akan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya perhatian, bimbingan, pengawasan, pemberian motivasi atau dorongan dari orang tua, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Semua faktor-faktor pendukung tersebut akan membuahkan hasil belajar anak yang optimal. 2. Hubungan Antara Variabel X2 dengan Y Hipothesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara Minat Baca Dengan Prestasi Belajar Sosiologi siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009” diterima, karena rx2 y = 0,306 dan p = 0,052. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang cukup signifikan antara Minat Baca (X2) dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y). Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat minat baca berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi seorang siswa. Seseorang yang memiliki minat baca akan memiliki pengetahuan yang luas dari buku-buku yang di baca, hal ini berhubungan dalam proses keberhasilan belajar mengajar dan pendidikan siswa di sekolah. Membaca buku pelajaran sosiologi dapat memperluas pengetahuan siswa pada mata pelajaran sosiologi
sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar sosiologi siswa. 3. Hubungan antara Variabel X1 dan X2 secara bersamaan dengan Y Hipothesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua Dan Minat Baca Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI Ilmu Sosial SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009” diterima, karena rx1x2 y = 0,544 p = 0,002 dan F = 7,760. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dan minat baca terhadap prestasi belajar sosiologi.
105
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar seorang anak akan tercapai apabila orang tua menerapkan pola asuhnya secara benar dalam keluarga, dalam hal ini kaitannya dengan penciptaan kondisi yang kondusif mendukung kegiatan belajar di rumah. Pola asuh orang tua merupakan faktor eksternal yang berhubungan dengan prestasi belajar anak. Adanya penerapan pola asuh yang tepat yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga mendorong siswa untuk selalu bergairah dalam belajarnya karena ditunjang dengan kondisi lingkungan keluarga yang kondusif, stabil serta fasilitasfasilitas pendukung belajar yang memadai akan menimbulkan dampak positif terhadap dorongan untuk selalu belajar, anak akan selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar. Semakin orang tua memberikan perhatian yang lebih dan dorongan dalam belajar kepada anak maka anak akan lebih aktif untuk belajar dan mencari sumber belajar atau buku yang lain, hal ini berhubungan dengan prestasi belajarnya yang dicapai, semakin tinggi minat anak untuk membaca karena didukung oleh kondisi keluarga yang selalu menciptakan suasana belajar maka semakin besar keingintahuannya, hal berhubungan dengan prestasi belajarnya di sekolah. Minat baca berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi siswa dapat dijelaskan apabila siswa memiliki minat baca (sebagai faktor internal) yang tinggi terhadap mata pelajaran sosiologi maka pengetahuannya tentang pelajaran sosiologi lebih baik, sehingga prestasi belajar sosiologi yang diperoleh bisa optimal. Sehingga dengan adanya dorongan untuk membaca dari dalam diri siswa dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar akan mencapai prestasi belajar yang tinggi pula khususnya pada mata pelajaran sosiologi. Pola asuh orang tua dan minat baca memiliki hubungan dengan prestasi belajar sosiologi siswa. Dengan adanya pola asuh yang diterapkan orang tua dalam keluarga secara benar kepada anak serta minat baca siswa yang tinggi, maka prestasi belajar mata pelajaran sosiologi akan menjadi baik.
.
106
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua (X1) dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa (Y), dengan rx1y = 0,387 dan p < 0,050
yaitu 0,013 < 0,050 , sehingga hipothesis pertama, “ada hubungan
positif yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar sosiologi siswa”, dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk atau pola asuh orang tua berdampak pada meningkatnya prestasi belajar sosiologi. 2. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara minat baca (X2) dengan prestasi belajar sosiologi siswa (Y), dengan rx2 y = 0,306 dan p < 0,15 yaitu 0,052 < 0,15 sehingga hipotesis kedua “ada hubungan positif yang cukup signifikan antara minat”, diterima. Hal ini menunjukkan bahwa minat baca siswa berhubungan dengan pencapaian prestasi belajar siswa. Dengan memiliki minat baca maka prestasi belajar akan semakin meningkat. 3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua (X1) dan minat baca siswa (X2) secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa (Y), dengan rx1x2 y = 0,544, dan F = 7,760, p < 0,050 yaitu 0,002 < 0,050 sehingga hipotesis ketiga “ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua dan minat baca dengan prestasi belajar siswa”, diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua dan minat baca siswa berhubungan dengan pencapaian prestasi belajar siswa.
B. Implikasi Berdasarkan
kesimpulan
penelitian
di
atas,
maka
selanjutnya
dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
107
1. Adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar, maka memberikan gambaran akan pengasuhan orang tua kepada anak agar lebih memperhatikan kondisi anak dengan menjaga hubungan baik antara orang tua dan anak sehingga tercipta suasana yang nyaman guna mendukung 92potensi yang dimiliki. Apalagi dalam suatu anak untuk dapat mengembangkan keluarga jika sudah tercipta suasana pengasuhan yang baik, maka anak akan menjadi tenang dan nyaman untuk belajar. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai permulaan yang baik dalam pembentukan motivasi belajar dalam diri seorang anak. 2. Adanya hubungan yang cukup signifikan antara minat baca dengan prestasi belajar sosiologi. Apabila siswa memiliki minat baca terhadap buku-buku dari mata pelajaran sosiologi maka pengetahuannya tentang pelajaran sosiologi akan
lebih baik, sehingga prestasi belajar sosiologi yang diperoleh bisa
optimal. Dorongan untuk membaca dari dalam diri siswa dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar akan mencapai prestasi belajar yang tinggi pula khususnya pada mata pelajaran sosiologi. 3. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, memberikan implikasi bahwa pencapaian prestasi belajar yang optimal tidak saja berasal dari faktor intern pada diri siswa, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ekstern, dalam hal ini adalah pola asuh orang tua dan juga minat baca siswa. Perlunya orang tua memberikan pengasuhan yang sesuai kepada anak dalam keluarga sebagai langkah awal pembentukan motivasi belajar anak memang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua, sebab perkembangan anak tidak terlepas dari peran orang tua. Anak yang berasal dari keluarga yang cara pengasuhannya sesuai (demokratis) menjadikan anak dan orang tua dalam bersikap tidak kaku (luwes) berkembang positif sesuai dengan kemampuan yang dimiliki berupa anak yang mempunyai rasa percaya diri tinggi banyak inisiatif, kreatif, selalu optimis. Karena lingkungan yang ada , mendukung anak untuk belajar dengan tenang sehingga dalam proses pendidikan belajar anak tidak terganggu yang akhirnya dapat memunculkan dan memperlihatkan motivasi belajarnya. Pola asuh orang tua dan minat baca memiliki hubungan dengan prestasi belajar
108
sosiologi siswa. Dengan adanya pola asuh yang diterapkan orang tua dalam keluarga secara benar kepada anak serta minat baca siswa yang tinggi, maka prestasi belajar mata pelajaran sosiologi akan menjadi baik C. Saran 1. Bagi orang tua Bagi orang tua, hendaknya menerapkan pola asuh terhadap anak yang dapat mendukung terciptanya suasana belajar yang kondusif. Orang tua memberikan perhatian dalam membimbing putra-putrinya baik yang menyangkut belajar, kondisi psikologis, hubungan dengan masyarakat serta pandangannya terhadap masa depan termasuk pekerjaan. 2. Bagi anak a.
Kepada anak atau siswa hendaknya berupaya meningkatkan minat baca agar prestasi belajar dapat dicapai optimal.
b.
Anak hendaknya mematuhi bimbingan orang tua dan melakukan hubungan yang baik di dalam keluarga, sehingga kesulitan dalam belajar dapat dipecahkan atau dibicarakan dengan sesama anggota keluarga.
c.
Hendaknya anak menyadari pentingnya suatu prestasi dalam dunia pendidikan sehingga dapat memotivasi dirinya untuk selalu berprestasi.
3. Bagi sekolah a. Kepala sekolah 1). Hendaknya Kepala Sekolah dapat membina hubungan yang lebih erat dengan pihak orang tua yang pada akhirnya orang tua lebih mudah untuk dihimbau agar lebih memperhatikan pola asuh yang diberikan pada anak. 2) Hendaknya kepala sekolah dapat memberikan pengarahan pola belajar yang baik kepada guru perihal keberhasilan prestasi belajar siswa. 3) Hendaknya Kepala Sekolah memberikan fasilitas belajar yang mendukung siswa untuk dapat meningkatkan minat membaca. b. Guru 1) Hendaknya guru dapat memperhatikan atau memantau perkembangan belajar siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga perkembangan prestasi belajar siswa dapat diketahui.
109
2)
Hendaknya guru dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan minat baca agar prestasi dapat diperoleh secara maksimal.
110
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta. Andi Offset. Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Predana Media. Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya. Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hadari Nawawi. 1995. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : UGM. Hurlock B. Elizabet. (Yang diterjemahkan oleh Mead Meitasari Tjandrasa). 1992 . Psikologi Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga. _____________.(Yang diterjemahkan oleh Isti Widayanti dan Soejarwo). 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Ibrahim Bafadal. 2001. Ayo Membaca. Jakarta : Rajawali. Joko D. Muktiono. 2003. Aku Cinta Buku : Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak. Jakarta : Elex Media Komputindo. Kartini Kartono. 1983. Seri Psikologi Terapan dan Bimbingan Remaja di SMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta : Rajawali. _____________. 1990. Pengantar Metodologi Research. Bandung : Mandar Maju. ______________.1990. Psikologi Umum. Bandung : Mandar Maju. Mangunhardjo. AM. 1994. Teknik Menambah dan Mengembangkan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta : Kanisius. Mardalis 2002. Metodologi Penelitian : Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta : Bumi aksara press.
111
Markum AH. 2004. Psikologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara press. Meitasari Tjandrasa. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Michael H. Walizer dan Paul L. Wienir (Terjemahan : Arif Sukadi Sardiman). 1991. Metode dan Analisis Mencari Hubungan. Jakarta : Erlangga. Mochtar Buchori. 1995. Pengantar Psikologi Pendidikan. Bandung : Jermare. Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya. Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Munandir .1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta” Depdikbud. Nanang Fatah. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nanik Iswanti. 2004. Hubungan Antara Asuhan Orang Tua Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa SLTP SLB D YPAC Cabang Sragen TA. 2002/2004. UNS. Nasution S. 2003. Metodologi Research. Jakarta : Bumi Aksara. Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nurhadi. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang : IKIP Semarang Press. Oemar Hamalik. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
112
____________.1999. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Prana D. Iswara dan Ahmad S. Harjasujana. 1996. Kebahasaan dan Membaca Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta Dirjen Dikdasmen. Ruslan A. Gani. 1986. Psikologi Pendidikan . Bandung : Alumni. Saifudin Azwar. 2005. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sanapiah Faisal. 2003. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta.: PT Raja Grafindo Persada. Sardiman AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sudarwan Danim. 2000. Teknik Remaja Rosdakarya.
dan Prosedur Penelitian .Bandung :
Sudjana. 1996. Metodologi Statistik. Bandung : Tarsito. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2002 .Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta. Suhartin Citrobroto. 1980. Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini. Jakarta : Bina Aksara. Sumadi Suryabrata. 2004. Metode Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sutratinah Tirtonegoro. 1994. Anak Super Normal dan Pendidiknya. Jakarta : Bina Aksara. Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Research : Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi. Yogyakarta : Andi Offset.
113
____________. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta. : Andi Offset. ____________. 2001. Metode Research Jilid 3. Yogyakarta : Andi Offset. Suyatmi. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya. Syamsul Yusuf. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. Rosdakarya. T. O. Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Winarno Surakhmad. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung : Tarsito W.S.Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Eresco. Zainal Arifin .1990. Evaluasi Instruksional, prinsip, Teknik, Prosedur. Remaja Rosdakarya : Bandung. _____________. 1991. Evaluasi Instruksional. Remaja Rosdakarya : Bandung.
114