NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP SUMBERSUMBER STRES KERJA DENGAN SIKAP PELAYANAN PERAWAT TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM HIDAYATULLAH YOGYAKARTA
Oleh: INDRI SETYORINI BAGUS RIYONO
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP SUMBER-SUMBER STRES KERJA DENGAN SIKAP PELAYANAN PERAWAT TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM HIDAYATULLAH YOGYAKARTA
Telah Disetujui Pada Tanggal
________________________
Dosen Pembimbing Utama
(Bagus Riyono, Drs., MA)
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP SUMBER-SUMBER STRESS KERJA DENGAN SIKAP PELAYANAN PERAWAT TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM HIDAYATULLAH YOGYAKARTA Indri Setyorini Bagus Riyono
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara persespi terhadap sumber-sumber stres kerja dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien. Semakin tinggi persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja, semakin buruk sikap pelayanan perawat terhadap pasien. Sebaliknya semakin rendah persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja, semakin baik sikap pelayanan perawat terhadap pasien. Subjek dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah metode simple random sampling. Adapun skala yang digunakan adalah skala persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Northcraft (Bachroni dan Asnawi, 1999) dan skala sikap pelayanan mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Departemen Kesehatan RI (2007). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS for window versi 13.0. Untuk menguji apakah terdapat hubungan antara stres kerja dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien. Korelasi product moment dari Perason menunjukkan korelasi sebesar r1 = -0,463 yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek pekerjaan itu sendiri dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien. Jadi hipotesis penelitian diterima. Korelasi product moment dari Perason menunjukkan korelasi sebesar r2 = -0,483 yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek peran dalam organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien. Jadi hipotesis penelitian diterima. Korelasi product moment dari Perason menunjukkan korelasi sebesar r4 = -0,448 yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek iklim organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien. Jadi hipotesis penelitian diterima. Korelasi prosuct moment terhadap r3 (perkembangan karir), r5 (hubungan dalam organisasi) dan r6 (hubungan dengan pihak luar organisasi) tidak dapat dianalisis, karena uji normalitas memiliki sebaran yang tidak normal.
Kata kunci : Persepsi Terhadap Sumber-sumber Stres Kerja, Sikap Pelayanan
A. PENGANTAR Rumah sakit adalah institusi produk jasa, maka elemen yang harus dianut dalam produk jasa adalah costumer focus, yaitu segala segala aktivitas harus dikoordinasi untuk memuaskan pelanggan. Jadi alangkah pentingnya sebuah institusi produk jasa mengutamakan kepuasan pelayanan terhadap klien atau pasien (Tjiptono, 1996). Perawat adalah tenaga medis yang bertanggung jawab merawat dan mengawasi pasien sekaligus membantu tim dokter dalam melakukan pengobatan. Tugas lain perawat adalah memastikan bahwa segala kebutuhan pasien akan jasa pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit dapat terpenuhi dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Nuralita dan Hadjam (2002) menunjukkan bahwa pasien yang mengalami rawat inap dapat menimbulkan persoalanpersoalan psikologis bagi pasien. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor, yaitu dari segi penyakit si pasien, prosedur medis, dan juga pelayanan dari pihak rumah sakit yang salah satunya adalah perawat. Untuk mengatasi kecemasan tersebut perlu adanya upaya untuk membangun pandangan yang positif pada diri pasien. Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan di rumah sakit memiliki peranan dalam membantu pasien mengatasi kecemasan. Layanan keperawatan yang ramah serta didukung oleh sikap menaruh minat dan tampilan yang baik, akan membuat pasien lebih tenang dan nyaman selama berada di rumah sakit sehingga kecemasan yang timbul dapat berkurang. Keluhan terhadap sikap perawat juga dialami oleh Ari (2006) ketika menjenguk pamannya yang sedang rawat inap di RS Sunan Kalijaga Demak,. Ari
mengeluhkan sikap dan tutur kata perawat yang dinilai judes, bahkan ada yang menyakitkan hati. Ari berharap RS Sunan Kalijaga Demak ini terus meningkatkan mutu dan kinerjanya, khususnya sikap dari perawat sehingga mampu mencapai exceed customer satisfaction bukan sekedar meet customer satisfaction. Sikap meliputi rasa suka atau tidak suka, penilaian dan reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, situasi, dan mungkin aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial (Atkinson, dkk, 1993) Dalam menjalankan pekerjaannya tersebut seorang karyawan dapat mengalami stres.
Bila karyawan mengalami stres dalam bekerja maka akan
menggangu pekerjaannya, karena stres dapat mempengaruhi pandangan karyawan terhadap pekerjaannya dan lingkungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan perilaku kerja karyawan, dalam hal ini adalah pelayanan yang diberikan karyawan. Apabila karyawan mengalami stres maka pelayanan yang diberikan tidak akan optimal, bahkan mungkin akan menimbulkan sikap yang negatif. Stres dapat mengakibatkan tidak adanya semangat dan gairah dalam bekerja. Karyawan menjadi malas dalam melakukan pekerjaannya. Maka hal ini mengakibatkan akan terjadinya ketidakpuasan konsumen. Pada akhirnya mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Stres itu sendiri menurut Chaplin adalah suatu keadaan tertekan, baik fisik maupun psikis, Schult & Schult menyatakan bahwa stres kerja merupakan gejala psikologis yang dirasakan mengganggu dalam melaksanakan tugas sehingga dapat mengancam eksistensi diri dan kesejahteraannya (Bachroni dan Asnawi, 1999).
Persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja adalah suatu proses psikologis karyawan dalam melakukan pemilihan, pemahaman dan penginterpretasian terhadap hasil penginderaan tentang gambaran mengenai suatu kondisi yang menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik yang tercipta dimana faktor yang berkaitan dengan pekerjaan berinterkasi dengan faktor didalam diri karyawan sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku kerjanya. Stres dapat terjadi dimana saja dan kapanpun tanpa disadari kehadirannya. Northcraft (Bachroni dan Asnawi, 1999) menyatakan bahwa ada beberapa persepsi terhadap sumber-sumber stres di tempat kerja yang berkaitan dengan individu yaitu kondisi organisasi, tuntutan sosial dan keluarga, dan karateristik kepribadian. Dari sisi organisasi sumber stres meliputi: a. Pekerjaan itu sendiri yaitu beban kerja yang terlalu sedikit atau terlalu berat, kondisi lingkungan fisik yang jelek, tekanan waktu dan sebagainya. b. Peran dalam organisasi yaitu apakah karyawan merasakan conflict role, role of ambiguity, besarnya tanggung jawab, partisipasi dalam organisasi dan pengambilan keputusan. c. Perkembangan
karir
yaitu
apakah
karyawan
merasa overpromotion,
underpromotion, kurangnya rasa aman dalam pekerjaan dan sebagainya d. Iklim organisasi meliputi konsultasi kurang efektif, hambatan dalam perilaku dan politik dalam organisasi. e. Hubungan dalam organisasi yaitu sejauh mana hubungan yang kurang baik antara karyawan-pimpinan, karyawan-karyawan, anatar pimpinan itu sendiri.
f. Hubungan organisasi dengan pihak luar yaitu bagaimana kesesuaian anatara tuntutan keluarga dengan tuntutan organisasi dan minat antara pribadi dengan kebijakan organisasi. Hasil survey yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat propinsi di Indonesia mengalami stress kerja, sering pusing, lelah, tidak bias beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif memadai. Namun, perawat di RS swasta dengan gaji lebih baik ternyata mengalami stres kerja lebih besar dibandingkan perawat di RS Pemerintah yang berpenghasilan lebih rendah (Rachmawati, 2007). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah stres sangat mengganggu dalam pekerjaan karyawan khususnya dalam bidang pelayanan. Dampak atau akibat dari stres akan mengakibatkan perubahan pada karyawan yaitu dari reaksi fisik, emosi, pikiran dan perilaku karyawan dan reaksi-reaksi tersebut merupakan komponen dari sikap yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku. Emosi marah, sulit berkonsentrasi, susah untuk tersenyum merupakan contoh negatif dari sikap dan hal ini dikarenakan stres dari karyawan. Sikap pelayanan yang negatif dari karyawan ini dapat menimbulkan ketidakpuasan pada pelanggan. Dari uraian diatas, maka muncul sebuah pertanyaan “ Aspek dari persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja manakah yang paling berhubungan menurunkan sikap pelayanan perawat terhadap pasien?”
TINJAUAN PUSTAKA Sikap Pelayanan Azwar (1995) menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran, Pertama, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Ketiga, sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Robbins (2003) mengatakan sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai objek, orang atau peristiwa. Sejalan dengan itu Daft (2002) menyebutkan sikap adalah evaluasi kognitif, dan afektif yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak dengan cara tertentu. Kotler (1997) mengatakan jasa/pelayanan adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Sejalan dengan itu, Zithml dan Bitner (Yazid, 2001) jasa adalah mencakup semua aktivitas ekonomi yang output-nya bukanlah produk atau
konstruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama (simultan), dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk yang secara prinsip intangible (kenyamanan, hiburan, kecepatan, dan kesehatan) bagi pembeli pertamanya. Sikap pelayanan itu sendiri pada dasarnya adalah merupakan sikap dengan objek sikapnya adalah pelayanan. Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, maka sikap pelayanan adalah suatu bentuk evaluasi kognitif, afektif dan konatif baik yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap pelayanan. Persepsi Terhadap Sumber-sumber Stres Kerja Robbins (2001) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar dapat memberikan makna bagi lingkungan mereka. Chaplin (2002) mengatakan persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Sejalan dengan itu, Muchlas (2005) mengatakan bahwa persepsi merupakan proses kognitif yang kompleks yang dapat memberikan gambaran yang unik tentang dunia yang sangat berbeda dengan realitasnya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses kognitif individu, baik itu proses organisasi, pengenalan objek, serta penafsiran kesan-kesan dengan bantuan indera sehingga dapat memberi pandangan yang unik dan berbeda pada setiap individu tentang dunia. Robbins (2003) mengatakan stres adalah kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constraints)
atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Sumber-sumber stres kerja adalah suatu kondisi yang menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik yang tercipta dimana faktor yang berkaitan dengan pekerjaan berinteraksi dengan faktor didalam diri karyawan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap sumbersumber stres kerja adalah suatu proses psikologis karyawan dalam melakukan pemilihan, pemahaman dan penginterpretasian terhadap hasil penginderaan tentang gambaran mengenai suatu kondisi yang menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik yang tercipta dimana faktor yang berkaitan dengan pekerjaan berinterkasi dengan faktor didalam diri karyawan sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku kerjanya. Hipotesis Sesuai dengan acuan teori diatas, maka dapat ditarik suatu hipotesis yaitu : 1.
Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek pekerjaan itu sendiri dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta.
2.
Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek peran dalam organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta.
3.
Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek perkembangan karir dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta.
4.
Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek iklim organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta.
5.
Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek hubungan dalam organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta.
6.
Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek hubungan dengan pihak luar organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta.
B. METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel-variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 1. Variabel tergantung
: Sikap Pelayanan
2. Variabel bebas
: Persepsi Terhadap Sumber-Sumber Stres Kerja Definisi Operasional
1.
Sikap Pelayanan
Sikap pelayanan sebagai suatu bentuk evaluasi kognitif, afektif dan konatif baik yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap pelayanan.Sikap pelayanan diukur dengan skala sikap pelayanan yang meliputi tiga komponen
sikap yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif, yang dikaitkan dengan aspek-aspek yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI (Purwanto, 2007) yaitu aspek penerimaan, aspek perhatian, aspek komunikasi, aspek kerjasama, dan aspek tanggung jawab. 2.
Persepsi Terhadap Sumber-Sumber Stres Kerja
Persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja adalah suatu proses psikologis karyawan dalam melakukan pemilihan, pemahaman dan penginterpretasian terhadap hasil penginderaan tentang gambaran mengenai suatu kondisi yang menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses pikiran dan kondisi fisik yang tercipta dimana faktor yang berkaitan dengan pekerjaan berinterkasi dengan faktor didalam diri karyawan sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku kerjanya. Persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja ini diukur dengan skala stres kerja diambil berdasarkan faktor yang dikemukakan oleh Northcraft (Bachroni dan Asnawi, 1999) yang meliputi pekerjaan itu sendiri, peran dalam organisasi, perkembangan karir, hubungan dalam organisasi, iklim organisasi, dan hubungan organisasi dengan pihak luar. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah perawat di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah simple random sampling, artinya memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk menjadi anggota sampel.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua alat ukur yaitu alat ukur sikap pelayanan dan stres kerja. 1. Alat ukur sikap pelayanan Dalam pengambilan data sikap pelayanan maka digunakan metode angket. Secara terperinci skala sikap pelayanan disusun berdasarkan aspek dasar keperawatan yang digunakan dalam rangka pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Aspek penerimaan b. Aspek perhatian c. Aspek komunikasi d. Aspek kerjasama e. Aspek tanggung jawab 2. Alat ukur persepsi terhdapa sumber-sumber stres kerja Dalam pengambilan data persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja maka digunakan metode angket. Secara terperinci persepsi terhadap sumbersumber stres kerja yang digunakan dalam rangka pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Pekerjaan itu sendiri b. Peran dalam organisasi c. Perkembangan karir d. Iklim organisasi e. Hubungan dalam organisasi
f. Hubungan dengan pihak luar organisasi Skala yang digunakan adalah skala likert. Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala questionare tertutup. Dengan bentuk skala semacam ini subjek telah diberi beberapa alternatif jawaban dan subjek diminta untuk memilih salah satunya. Masing-masing aitem tersebut memiliki empat alternatif jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju(TS), Sangat Tidak Setuju (STS), dan masing-masing alternatif jawaban tersebut mempunyai skor yang berbeda-beda. Skor pada aitem-aitem favourable berjalan dari angka 3 menuju 0, sedangkan skor pada aitem-aitem unfavourable bergerak dari angka 0 menuju 3. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah korelasi product moment (r) dari Pearson. Alasan menggunakan korelasi product moment karena penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas (x) dengan variabel tergantung (y) (Azwar, 1995). Berdasarkan teknik korelasi product moment, apabila didapatkan koefisien korelasi yang signifikan, berarti terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Sebaliknya apabila koefisien korelasi tidak signifikan, berarti tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan bantuan program SPSS for window versi 13.0.
C. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Deskripsi Data Penelitian Hipotetik Variab Aspek el Xma Xmi Mean x n 24 0 12 Persep a. si Pekerj Terhad aan ap itu Sumbe sendir ri Sumbe b. 27 0 13,5 r Stres Peran Kerja dalam organi sasi 21 0 10,5 c. Perke mbang an karir 24 0 12 d. Iklim organi sasi 9 0 4,5 e. Hubun gan dalam organi sasi 15 0 7,5 f. Hubun gan denga n pihak luar organi sasi Sikap 213 0 106,5 Pelayanan
SD
Empirik Xmi Mean n 5 9,6458
4
Xma x 18
SD
4,5
18
2
9,8125
2,43 779
3,5
11
5
8,5625
1,44 261
4
20
5
9,4375
2,62 4281
1,5
4
0
2.3333
1,17 298
2,5
7
0
4,6042
1,30 040
35,5
207
134
163,62 50
19,4 8445
2,46 239
Tabel 2 Kriteria Kategorisasi Skala Persepsi Terhadap Sumber-Sumber Stres Kerja Aspek Pekerjaan Itu Sendiri Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi % Sangat Tinggi 18 < X 0 0 Tinggi 14 <X ≤ 18 2 4,167 Sedang 10 <X ≤ 14 13 27,083 Rendah 6 <X ≤ 10 28 58,333 sangat Rendah X≤6 5 10,417 Tabel 3 Kriteria Kategorisasi Skala Persepsi Terhadap Sumber-Sumber Stres Kerja Aspek Peran Dalam Organisasi Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi % Sangat Tinggi 20,25 < X 0 0 Tinggi 15,75 <X ≤ 20,25 1 2,083 Sedang 11,25 <X ≤ 15,75 12 25 Rendah 6,75 <X ≤ 11,25 32 66,667 sangat Rendah X ≤ 6,75 3 6,25 Tabel 4 Kriteria Kategorisasi Skala Persepsi Terhadap Sumber-Sumber Stres Kerja Aspek Perkembangan Karir Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi % Sangat Tinggi 15,75 < X 0 0 Tinggi 12,25 <X ≤ 15,75 0 0 Sedang 8,75 <X ≤ 12,25 23 47,917 Rendah 5,25 <X ≤ 8,75 22 45,833 sangat Rendah X ≤ 5,25 3 6,25 Tabel 5 Kriteria Kategorisasi Skala Persepsi Terhadap Sumber-Sumber Stres Kerja Aspek Iklim Organisasi Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi % Sangat Tinggi 20,25 < X 0 0 Tinggi 15,75 <X ≤ 20,25 1 2,083 Sedang 11,25 <X ≤ 15,75 6 12,5 Rendah 6,75 <X ≤ 11,25 38 79,167 sangat Rendah X ≤ 6,75 3 6,25 Tabel 6 Kriteria Kategorisasi Skala Persepsi Terhadap Sumber-Sumber Stres Kerja Aspek Hubungan Dalam Organisasi Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi % Sangat Tinggi 6,75 < X 0 0 Tinggi 5,25 <X ≤ 6,75 0 0 Sedang 3,75 <X ≤ 5,25 5 10,417 Rendah 2,25 <X ≤ 3,75 23 47,917 sangat Rendah X ≤ 2,25 20 41,667
Tabel 7 Kriteria Kategorisasi Skala Persepsi Terhadap Sumber-Sumber Stres Kerja Aspek Hubungan Dengan Pihak Luar Organisasi Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi % Sangat Tinggi 11,25 < X 0 0 Tinggi 8,75 <X ≤ 11,25 0 0 Sedang 6,25 <X ≤ 8,75 3 6,25 Rendah 3,75 <X ≤ 6,25 36 75 sangat Rendah X ≤ 3,75 9 18,75 Tabel 8 Kriteria Kategorisasi Skala Sikap Pelayanan Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi % Sangat Tinggi 159,75 < X 22 45,833 Tinggi 124,25 <X ≤ 159,75 26 54,167 Sedang 88,75 <X ≤ 124,25 0 0 Rendah 53,25 <X ≤ 88,75 0 0 sangat Rendah X ≤ 53,25 0 0 Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linearitas, maka dilakukan analisis data penelitian menggunakan teknik analisis Product Moment Karl Pearson (r). Tanda ’–’ menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi terhadap sumber-sumber stress kerja dengan sikap pelayanan berpola negatif, dalam arti semakin tinggi perspesi terhadap sumber-sumber stres kerja maka semakin rendah sikap pelayanan dan sebaliknya. a. Hubungan antara pekerjaan itu sendiri dengan sikap pelayanan Hasil pengujian hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara pekerjaan itu sendiri dengan sikap pelayanan r adalah -0,463 dengan p = 0,00 (p<0,01). Angka r menunjukkan korelasi yang cukup kuat antara stres kerja dengan sikap pelayanan, karena terletak antara 0,401-0,600 (Triton , 2006). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pekerjaan itu sendiri dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Dengan demikian hipotesis yang diajukan
peneliti diterima. Sementara itu koefisien determinasi (r2) yang diperoleh dari nilai r adalah sebesar 0,214, hal tersebut menunjukkan bahwa sumbangan pekerjaan itu sendiri terhadap sikap pelayanan adalah sebesar 21,4%, sedangkan 78,6% lainnya merupakan sumbangan faktor-faktor lain diluar pekerjaan itu sendiri.. b. Hubungan antara peran dalam organisasi dengan sikap pelayanan Hasil pengujian hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara peran dalam organisasi dengan sikap pelayanan r adalah -0,483 dengan p = 0,00 (p<0,01). Angka r menunjukkan korelasi yang cukup kuat antara stres kerja dengan sikap pelayanan, karena terletak antara 0,401-0,600 (Triton , 2006). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara pekerjaan itu sendiri dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Sementara itu koefisien determinasi (r2) yang diperoleh dari nilai r adalah sebesar 0,233, hal tersebut menunjukkan bahwa sumbangan peran dalam organisasi terhadap sikap pelayanan adalah sebesar 23,3%, sedangkan 76,7% lainnya merupakan sumbangan faktor-faktor lain diluar peran dalam organisasi. c. Hubungan antara perkembangan karir dengan sikap pelayanan Hasil pengujian hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara perkembangan karir dengan sikap pelayanan tidak dapat dibuktikan karena dari hasil uji normalitas didapatkan bahwa perkembangan karir memiliki sebaran tidak normal, sehingga tidak dapat dianalisis. Hasil tersebut menunjukkan tidak ada
hubungan antara perkembangan karir dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti tidak diterima. d. Hubungan antara iklim organisasi dengan sikap pelayanan Hasil pengujian hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara pekerjaan itu sendiri dengan sikap pelayanan r adalah -0,448 dengan p = 0,00 (p<0,01). Angka r menunjukkan korelasi yang cukup kuat antara stres kerja dengan sikap pelayanan, karena terletak antara 0,401-0,600 (Triton , 2006). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara iklim organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Sementara itu koefisien determinasi (r2) yang diperoleh dari nilai r adalah sebesar 0,201, hal tersebut menunjukkan bahwa sumbangan iklim organisasi terhadap sikap pelayanan adalah sebesar 20,1%, sedangkan 79,9% lainnya merupakan sumbangan faktor-faktor lain diluar iklim organisasi. e. Hubungan antara hubungan dalam organisasai dengan sikap pelayanan Hasil pengujian hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara hubungan dalam organisasi dengan sikap pelayanan tidak dapat dibuktikan karena dari hasil uji normalitas didapatkan bahwa hubungan dalam organisasi memiliki sebaran tidak normal, sehingga tidak dapat dianalisis. Hasil tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara hubungan dalam organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti tidak diterima.
f. Hubungan antara hubungan dengan pihak luar organisasai dengan sikap pelayanan Hasil pengujian hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara hubungan dengan pihak luar organisasi dengan sikap pelayanan tidak dapat dibuktikan karena dari hasil uji normalitas didapatkan bahwa hubungan dengan pihak luar organisasi memiliki sebaran tidak normal, sehingga tidak dapat dianalisis. Hasil tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara hubungan dengan pihak luar organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti tidak diterima.
D. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, hanya tiga hipotesis yang dapat diterima, yaitu : 1. Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek pekerjaan itu sendiri dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 2. Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek peran dalam organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 3. Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek iklim organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta.
Tiga hipotesis yang lain tidak dapat diterima, dikarenakan uji normalitas sebaran tidak normal, hipotesis yang tidak diterima yaitu : 1. Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek perkembangan karir dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 2. Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek hubungan dalam organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 3. Ada hubungan negatif antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek hubungan dengan pihak luar organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Dalam hal ini diperoleh hasil analisis data bahwa : 1. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap sumbersumber stres kerja aspek pekerjaan itu sendiri dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 2. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap sumbersumber stres kerja aspek peran dalam organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 3. Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek perkembangan karir dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta.
4. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap sumbersumber stres kerja aspek iklim organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 5. Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek hubungan dalam organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 6. Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek hubungan dengan pihak luar organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Dari hasil hipotesis yang menyatakan semakin tinggi persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja yang meliputi pekerjaan itu sendiri, peran dalam organisasi dan iklim organisasi
persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja
diikuti semakin rendahnya sikap pelayanan, hal ini dikarenakan pasien tentu sangat mengharapkan pelayanan yang baik. Sugiarto (Nuralita dan Hadjam, 2002) mjengungkapkan bahwa layanan yang baik adalah layanan yang sangat memperhatikan individu sebagai pribadi yang unik dan menarik. Untuk itu layanan yang baik inidisesuaikan dengan konsep pribadi yang meliputi unsurunsur kepribadian, penampilan, sikap dan perilaku, yaitu ramah, sopan dan penuh hormat, yakin, rapi, ceria, senang memaafkan, senang bergaul, senang belajar dari orang lain,senang pada kewajaran dan menyenangkan orang lain. Sikap meliputi rasa suka atau tidak suka, penilaian dan reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, situasi, dan
mungkin aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial (Atkinson, dkk, 1993) Dalam menjalankan pekerjaannya tersebut seorang karyawan dapat mengalami stres. Bila karyawan mengalami stres dalam bekerja maka akan mengganggu pekerjaannya, karena stres dapat mempengaruhi pandangan karyawan terhadap pekerjaannya dan lingkungan kerjanya sehingga akan mempengaruhi sikap dan perilaku kerja karyawan, dalam hal ini adalah pelayanan yang diberikan karyawan. Apabila karyawan mengalami stres maka pelayanan yang diberikan tidak akan optimal, bahkan mungkin akan menimbulkan sikap yang negatif. Stres dapat mengakibatkan tidak adanya semangat dan gairah dalam bekerja. Karyawan menjadi malas dalam melakukan pekerjaannya. Maka hal ini mengakibatkan akan terjadinya ketidakpuasan konsumen. Pada akhirnya mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Stres itu sendiri menurut Chaplin adalah suatu keadaan tertekan, baik fisik maupun psikis, Schult & Schult menyatakan bahwa stres kerja merupakan gejala psikologis yang dirasakan mengganggu dalam melaksanakan tugas sehingga dapat mengancam eksistensi diri dan kesejahteraannya (Bachroni dan Asnawi, 1999). Asuhan keperawatan yang bermutu yang akan menghasilkan sikap pelayanan yang baik akan dapat dipenuhi tergantung dari beberapa faktor, yaitu : apabila perawat diberikan kewenangan utuh untuk mendesain, mengatur, melaksanakan, dan mengevaluasikan pelayanan keperawatan yang diberikan; pelayanan keperawatan diberikan dalam lingkungan kerja praktik keperawatan professional; kualifikasi dan jumlah tenaga keperawatan memadai; tersedianya
sarana dan prasarana yang dapat memperlancar kegiatan keperawatan seperti peralatan medik (obat-obatan, set infus, katater, dll), peralatan keperawatan (alat tenun cukup, materi pencegahan infeksi, nosokomial, dll), peralatan pendukung keperawatan (formulir rencana keperawatan, dll); diberlakukannya sistem penghargaan (promosi dan kompensasi) memadai yang memungkinkan perawat tidak harus berpikir tentang kepentingan diri, pendidikan, dan masa depan karirinya. Hal-hal tersebut diatas bila tidak dipenuhi maka merupakan aspekaspek dari persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja. Peneliti juga melakukan analisis untuk mengetahui berapa besar sumbangan efektif variabel bebas dalam mempengaruhi variabel tergantung. Hasil analisis pekerjaan itu sendiri terhadap sikap pelayanan menunjukkan bahwa r square= 0,214 yang mana hal ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi variabel persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja dengan aspek pekerjaan itu sendiri memberi sumbangan efektif sebesar 21,4% terhadap sikap pelayanan. Hasil analisis peran dalam organisasi terhadap sikap pelayanan menunjukkan bahwa r square= 0,233 yang mana hal ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi variabel persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja dengan aspek peran dalam organisasi memberi sumbangan efektif sebesar 23,3% terhadap sikap pelayanan. Hasil analisis iklim organisasi terhadap sikap pelayanan menunjukkan bahwa r square= 0,201 yang mana hal ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi variabel persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja dengan aspek iklim organisasi memberi sumbangan efektif sebesar 20,1% terhadap sikap pelayanan. Hasil koefisien determinasi persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja memberi
sumbangan efektif sebesar 64,8% (21,4% + 23,3% + 20,1%), sedangkan sisanya 35,2% merupakan sumbangan faktor-faktor lain diluar persepsi terhadap sumbersumber stres kerja. Sumbangan yang paling besar diberikan persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja adalah peran dalam organisasi sebesar 23,3%. Rice (Rini, 2008) mengatakan karyawan stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu apa yang diharapkan oleh manajemen. Manajemen Rumah Sakit tidak memiliki garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi dan misi yang seringkali tidak dikomunikasikan pada seluruh karyawannya, yang berakibat sering muncul rasa ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi, sehingga akan mengurangi sikap pelayanan yang diberikan. Berdasarkan hasil kategorisasi didapatkan bahwa skor persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja berdasarkan tiap aspek berada dalam kategori rendah, dan skor sikap pelayanan berada dalam kategori tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja yang terjadi pada perawat di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta berada pada kategori rendah, sedangkan sikap pelayanan perawat berada pada posisi yang tinggi. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan, manajemen Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta baru-baru inimulaimenerapkan sistem pemberian bonus kepada perawat yang mampu memberikan layanan yang baik, terutama bagi perawat yang mampu mengerjakan tugasnya sesuai dengan waktu yang dibebankan kepadanya dan dengan hasil kerja yang memuaskan. Stimulasi bonus dari pihak manajemen kemungkinan mampu memberikan semangat kepada
karyawan, sehingga karyawan berlomba-lomba untuk menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin. Tidak ada sesuatu yang sempurna, demikian juga dengan penelitian ini terdapat kekurangan, yaitu dalam hal pengisian angket. Peneliti tidak menunggui langsung atau diberi waktu khusus oleh pihak Rumah Sakit dikarenakan alasan pekerjaan, sehingga konsentrasi subjek penelitian dalam mengisi angket terpecah antara pekerjaan dan pengisian angket. Peneliti diharuskan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak Rumah Sakit.
E. KESIMPULAN Dari hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap sumbersumber stres kerja aspek pekerjaan itu sendiri dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 2. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap sumbersumber stres kerja aspek peran dalam organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 3. Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek perkembangan karir dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 4. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap sumbersumber stres kerja aspek iklim organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta.
5. Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek hubungan dalam organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. 6. Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap sumber-sumber stres kerja aspek hubungan dengan pihak luar organisasi dengan sikap pelayanan perawat terhadap pasien di Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta. Hipotesis satu, hipotesis dua dan hipotesis empat dapat diterima, sedangkan hipotesis tiga, hipotesis lima dan hipotesis enam tidak diterima, dikarenakan hasil uji normalitas sebarannya tidak normal, sehingga tidak dapat dianalisis. Dapat disimpulkan juga besar sumbangan efektif variabel bebas dalam mempengaruhi variabel tergantung. Hasil analisis menunjukkan bahwa : 1. Koefisien determinasi (r2) yang diperoleh dari nilai r adalah sebesar 0,214, hal tersebut menunjukkan bahwa sumbangan pekerjaan itu sendiri terhadap sikap pelayanan adalah sebesar 21,4%, sedangkan 78,6% lainnya merupakan sumbangan faktor-faktor lain diluar pekerjaan itu sendiri. 2. Koefisien determinasi (r2) yang diperoleh dari nilai r adalah sebesar 0,233, hal tersebut menunjukkan bahwa sumbangan peran dalam organisasi terhadap sikap pelayanan adalah sebesar 23,3%, sedangkan 76,7% lainnya merupakan sumbangan faktor-faktor lain diluar peran dalam organisasi. 3. Koefisien determinasi (r2) yang diperoleh dari nilai r adalah sebesar 0,201, hal tersebut menunjukkan bahwa sumbangan iklim organisasi
terhadap sikap pelayanan adalah sebesar 20,1%, sedangkan 79,9% lainnya merupakan sumbangan faktor-faktor lain diluar iklim organisasi.
F. SARAN Penulis mengajukan beberapa saran praktis yang ditujukan kepada : 1. Perawat Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka perawat harus betulbetul mengetahui, memahami serta menghayati kode etik profesi serta tugas dan tanggung jawab profesinya. Perawat harus yakin akan kemampuan dirinya dan yakin dengan profesi yang telah dipilihnya. dengan demikian diharapkan perawat akan senantiasa ikhlas dan rela dalam melaksanakan tugas mulianya, sehingga tidak terdapat beban batin yang menjadi konsekuensi dari profesinya. Seorang perawat perlu membentuk sikap-sikap yang baik dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, terus memelihara dan meningkatkan kemauan untuk bekerja keras demi keberhasilan organisasi. Perawat juga perlu meningkatkan prestasi kerjanya, sebagai timbal balik atas semua penghargaan yang telah diberikan oleh pihak Rumah Sakit selama ini. 2. Rumah Sakit Dalam masa pengabdian perawat, pihak Rumah Sakit diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang tugas-tugas perawat, juga tentang suka duka profesi tersebut dilapangan. Lebih memperhatikan dan memenuhi kebutuhan karyawan. Suasana yang kondusif dapat meningkatkan sikap pelayanan dan mengurangi stres kerja pada perawat.
3. Peneliti selanjutnya Dalam penelitian ini, subjek penelitian tidak diberikan waktu khusus dalam pengisisan angket. Hal ini dapat menjadi rekomendasi bagi peneliti selanjutnya untuk melibatkan diri dalam pengsisian angket. Diharapkan peneliti dapat membuat pernyataan-pernyataan dalam skala yang dapat lebih mengungkap fakta yang terjadi di lapangan sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Ari, 2006. Perawat RS Sunan Kalijaga. http://www.suaramerdeka.com.27/6/07 Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E. dan Bem, D. J. 1994. Pengantar Psikologi Jilid II. Batam: Interaksara Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia: Sikap dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty Bachroni, M dan Asnawi, S. 1999. Stres Kerja. Buletin Psikologi. Tahun VII, No. 2, hal 28-39 Daft, R. L. 2002. Manajemen Jilid II. Jakarta: Erlangga Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo Muchlas, M. 1991. Stres Dan Kepuasan Kerja. Yogyakarta: Dian Nusantara Nuralita, A dan Hadjam, M.N.R. 2002. Kecemasan Pasien Rawat Inap Ditinjau dari Persepsi Tentang Layanan Keperawatan di Rumah Sakit. Anima, Indonesian Psychological Journal, 2, 17, 150-160. Purwanto, S. 2007. Kualitas Pelayanan Keperawatan. http://klinis.wordpress.com/2007/12/28 Rachmawati, E. 2008. Kesehatan. http://www.kompas.com/2008/08/16 Robbins, S. P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks Tjiptono, F. 1996. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Triton, P. B. 2006. SPSS 13.0 Terapan. Yogyakarta: Andi Yazid. 2001. Pemasaran Jasa. Yogyakarta: Ekonisia Ekonomi UII