HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG AUTISME DENGAN SIKAP PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENYANDANG AUTISTIK Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh: Futuhiyat
NIM : 0071020143
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
ISLA~
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2004
HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN ORANG TUA TENTANG AUTISME DENGAN SIKAP PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENYANOANG AUTISTIK Skripsi Oiajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh FUTUHIYAT 0071020143
Di bo·,,;ah bimbingan
Pe
Ora. Zahro
Pembimbing II
ln
Ni
Ora. Agustyawati,
ah M.Si
Nip.
Nip. 132 121 898
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1425 H/2004 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yanf:i berjudul HU13UNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANG TUA
TENTANG
AUTISME
DENGAN
SIKAP
PENERIMAAN
ORANG
TUA
TERHADAP ANAK PENYANDANG AUTISTIK telah diajukan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Agustus
2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 14 Agustus 2004 Sidang
!
Ketua Mar r,/gkap Anggota,
Dra. H. N ,
~1unaqasah,
Sekretaris Me ngkap Anggot(l,
Hartati M.Psi
Nip. 150 2
Nip. 150 238 77 Anggota,
Pengu1i I
P nguji II
M. Si
Nip. 150 238 73
Pembimbing II
Ora. Agustyawa.\L_M.Phil. Sne Nip. 150 238
I
Nip. 132 121 898
"Jfartamu dan anak,mu acfa{afz fitnafz (ujian)" "([)an sesunggufznya 'l(ami ak,an menguji /?g,mu dengan sedikjt R.f tak,utan, RJ[aparan, R.fk,urangan fzarta, jiwa, dan 6uafz6uafzan. ([)an 6eri k,aGar gem6ira{afz orang-orang yang sa6ar. (orang-orang yang sa6ar ia{afz) apa6i{a cfitimpa musi6afz, merek,a 6erk,ata "Jnnafl{{afzi 'Wa inna i{aifzi raaji'un". Sesunggufznya k,ami dari}l{{afz dan k,ami ak,an R.fm6a{i R.fpada-:Nya." (2:55-156)
S{ripsi ini {upersem6ah{an untu{a[mamater{u
untu{~[urga{u
terutama)'l6ah aan
I6u{u, muaah-muaahan s{ripsi ini aapat menjadi se6uafi fiaaiali ~ci[ untu{/i,sisifi sayang yang sampai saat ini cfi6eri/i,sin ~paaafi.Jt. rrliani(j for everytfiing, '.My
ana{penyancfang aut1Sti{aan ~[uarga mere{a - aafam usafianya mencari ~fi.icfupan yang
fe6ih 6e1111a{na aan masa aepan yang [e6ifi cerafi. r;;ooa Lucft
ll
KATA PENGANTAR
Assalamualaik11m Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji serta syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kemudahan, kesabaran, dan wal
lbu Dra. Agustiyawati, M. Phil. Sne., dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing penulis menyelesaikan skripsi.
4. lbu Atty Harun, para psikolog serta pegawai di Avanti Treatment Centre, Jakarta yang telah membantu dalam penelitian skripsi inL 5. !bu Sita Purba dan para terapis di Bintang Kecil Indonesia yang membantu penelitian penulis. 6. lbu Yusi dan para terapis di Klinik Ende Mandiri, khususnya K' Ila yang telah banyak membantu penulis mencari informasi tentang autisme dan tempat-tempat terapi autisme di sela-sela kesibukannya mengajar. 7. lbu Lilis Arofiyanti dan Mba' Ida di Pendidikan Dini An-Nur yang juga telah membantu penelitian penulis. 8. Para orangtua penyandang autistik, semoga senatiasa diberikan kesabaran dalam mendidik anak-anak mereka yang autistik.
l1l
9. K' lsma yang telah membantu di sela-sela kesibukannya mengaja;·, Mr. Asep dan K' Bowe y~nG membantu penulis dalam perhitungan statistik. 10. lbu dan Abah yang selalu memberikan do'a, dukungan, dan kasih sayang selama penulisan skripsi dan ketika penulis mengalami kebimbangan. 11. Kakak-kakak serta adik-adik penulis yang senantiasa menghibur dan memotivasi penulis di kala jenuh dengan tugas-tugas kuliah. 12. Teman-teman angkatan 2000, yang banyak membantu penulis dengan berbagi informasi. 13. Bagian Administrasi Fakultas Psikologi UIN Jakarta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan balasan yang berlipat ganda.Amiin. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya untuk lebih memahami autisme dan bagi Fakultas Psikologi umumnya.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 14 Agustus 2004
Penyusun
lV
ABSTRAKSI
Futuhiyat, Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Autisme Dengan Sikap Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Penyandang Autistik, Juli 2004. Latar Belakang: Penelitian ini didasari oleh dua alasan yaitu, (1). peningkatan jumlah penyandang autistik di Indonesia (2). gencarnya media massa memberitakan gangguan ini sehingga gangguan perkembangan ini menjadi "hantu" yang menakutkan. Pemahaman orang tua tentang autisme diasumsikan dapat membentuk sikap penerimaan orang tua terhadap ahak penyandang autistik, karena itu pemahaman tentang autisme dibutuhkan oleh para orang tua khususnya orang tua anak autistik. Tujuan: Tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh gambaran tentang hubungan antara pengetahuan orang tua tentang autisme dengan penerimaan orang tua terhadap anak autistik. Sampel: penelitian ini dilakukan di empat tempat yang berbeda dengan jumlah sampel sebanyak 17 responden. Metode: Dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala Pengetahuan orang tua dengan skala sikap penerimaan orang tua, dengan model skala Likert.
=
=
Hasil: Dari penelitian ini didapatkan hasil r hitung 0,728 dan r tabel 0.412 dengan taraf signifikansi 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan orang tua tentang autisme maka penerimaan orang tua terhadap arak penyandang autistik pun semakin tinggi. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Jaquelyn Mc Candless yang menyatakan bahwa orang tua yang memahami tentang autisme memiliki tendensi lebih terbuka untuk menerima paradigma baru di bidang pendidikan dan medis pada kasus autisme demi untuk penanganan anak mereka. Bagi orang tua, terapis, dan siapa saja yang terlibat dalam pendidikan anak autistik sebaiknya senantiasa meningkatkan pengetahuan agar lebih daµat memahami dan menerima anak autistik secara tulus. Bagi mahasiswa yang tertarik dengan autisme sebaiknya mengambil jumlah sampel yang lebih banyak agar hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan.
Bahan bacaan: 34 (1976-2004)
v
ABSTRACT
Futuhiyat, Relationship Between Parents' Knowledge Of Autism And Parents Acceptance To Autistic Child, July 2004. Background: This study was based on 2 reasons: 1. increasing autistic cases in Indonesia, 2. a lot of the mass media report about it incessantly until it becomes "somethin~/' terrible. Parents understanding about autism is assumed that can form parents acceptance to autistic child. Understanding about autism is needed by every parent especially autistic child parents. Aim: The aim of the present study was to know relationship between parents' knowledge of autism and parents acceptance to autistic child. Sample: The sample of this study was 17 subjects. Method: This study used two scales, knowledge scale and acceptance scale, and the model scale was Likert model. Findings: r = 0.728 > r table= 0.412, significant level= 0.05. In conclusion that the more parents understand about autism the more they accept. This study was supported by Jaquelyn Mc Candless' opinion who stated that the parents who understand about autism they tend to be more open to accept new paradigm in educational and in medical in autism case for healing their child. For parents, therapists, and people who involve in education of autistic child, it is suggested that they to improve their knowledge of autism in order to understand and accept autistic child sincerely. For the students who interested in autism, it is suggested to increase their sample to generalize their finding. References: 34 ( 1976-2004)
VI
DAFTAR ISi
MOTTO
ii
DEDIKASI KATA PENGANTAR
iii
ABSTRAKSI
v
DAFTAR ISi
vii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB 1
1-8
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 1 1.2. ldentifikasi Masalah ........................................................... 6 1.2.1. Pembatasan Masalah ................................................ 6 1.3.1. Perumusan Masalah .................................................. 7 1.3. Tujuan ............................................................................... 7 1.4. Manfaat .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 7 1.5. Sistematika Penulisan ........................................................ 8
BAB 2
9-53
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teori ......................... :......................................... 9 2.1.1. Pengetahuan Orang Tua........................................... 9 2.1.2. Autisme .. .. .. .. ........... .... .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . ..... .. .. .. .. .. .. . 14 2.1.3. Sikap ........................................................................ 29 2.1.4. Penerimaan Orang Tua ........................................... 39
•
2.2. Kerangka Berpikir .............................................................. 52 2.2.1 Hipotesa . .. ... .. .. ... .. .. .. .. ... ... .. .. .. ... ... .. .. ... ... ... .. .. ... .. ... .. . 53
Vil
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
54-64
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian.......................... .. .. .. .. .. 54 3.2. Pengambilan Sampel. ........................................................ 54 3.2.1. Subyek Penelitian .................................................... 54 3.2.2. Teknik Sampling ...................................................... 55 3.3. Pengumpulan Data ............................................................ 55 3.3.1. lnstrumen Pengumpulan Data .................................. 55 3.3.2. Kisi-Kisi lnstrumen ................................................... 56 3.4. Prosedur Penelitian ............................................................ 60 3.5. Analisa Data ...................................................................... 62 3.6. Pilot Study ......................................................................... 63 3.6.1. Validitas dan Reliabilitas .......................................... 63
BAB 4
PRESENTASI DAN ANALISA DATA
65-69
4.1. Gambaran Umum Responden ........................................... 65 4.2. Analisa dan Kesimpulan ..................................................... 69
BAB 5
DISKUSI DAN REKOMENDASI
70-72
4.1. Diskusi. .............................................................................. 70 4.2. Rekomendasi ..................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
VIII
DAFTAR TABEL
I. Tabel 2.1. Respon yang digunakan untuk penyimpulan sikap
2. Tabel 3.1. lndikator pengetahuan orang tua (try out) 3. Tabel 3.2. lndikator pengetahuan orang tua (revisi) 4. Tabel 3.3. lndikator penerimaan orang tua (try out) 5. Tabel 3.4. lndikator penerimaan orang tua (revisi) 6. Tabel 4.1. Jenis kelamin 7. Tabel 4.2. Usia 8. Tabel 4.3. Pendidikan 9. Tabel 4.4. Pekerjaan
10. Tabel 4.5. Permulaan mengetahui autisme 11. Tabel 4.6. lntensitas mendapatkan berita tentang autisme dalam sehari 12. Tabel 4.7. Nilai koefisien korelasi
IX
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Penyebab Autisme
x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Balakang Masalah
Anak adalah karunia. Kehadirannya disambut dengan suka cita, dan penuh harapan. Setiap orang tua menginginkan anaknya berkembang sempurna, tetapi selal:.i saja terjadi keadaan di mana anak memperlihatkan gejala masalah perkembangan sejak usia dini. Tuhan menitipkan karunia-Nyci yang tidak sempurna, yaitu individu autistik kepada beberapa hamba-Nya.
Sejak beberapa tahun terakhir ini masalah autisme mulai merebak di Indonesia. lni terlihat dengan mulai beredarnya informasi mengenai
' ."
autisme, dibukanya pusat-pusat terapi, terbentuknya yayasan-yayasan yang bergerak di bidang autisme sampai seminar-seminar nasional yang membicarakan masalah ini dengan pakar-pakar dari dalam maupun luar negeri. Sebenarnya autisme sejak tahun 1943 sudah mulai diteliti oleh · seorang psikiater bernama Leo Kanner, yang mengidentifikasi sebagai
2
suatu kondisi yang jelas dan unik (berbeda) dari kondisi yang sudah diketahui sebelumnya (Holmes, 1998).
Autisme berasal dmi kata auto yang berarti sendiri, istilah autis/autism/ autisma dipakai untuk me.'lggambarkan gejala-gejala dari anak yang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
Mengingat sifat gangguannya yang kompleks dan mengenai hampir seluruh aspek perkembangan anak, gangguan autisme tidak dapat dipandang sebagai hal yang ringan. Para penyandangnya akan mengalami gangguan pada kemampuan interaksi sosial dan komunikasi timbal balik, memiliki minat yang terbatas, menampilkan perilaku tidak wajar disertai gerakan-gerakan yang berulang tanpa tujuan (stereotipik), bahkan seringkali tampak pula adanya respon tak wajar terhadap pengalaman sensori. Secara umum gejala-gejala di alas harus sudah terlihat sebelum anak berusia 3 tahun dan gejala-gejala tersebut terus ditampilkan sepanjang hidup si anak dalam tingkatan yang bervariasi.
Secara signifikan, gangguan autisme lebih banyak terjadi pada anak lakilaki. Sebagai ilustrasi, perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang
3
didiagnosis sebagai penyandang autistik adalah 3-4 laki-laki dibanding 1 perempuan. Sejauh ini belum diketahui apa penyebabnya.
Di Amerika Serikat diperkirakan 3da sekitar 1 penyandang autistik dalam 150 kelahiran, walaupun data ini bukan data dari Indonesia tetap ada dugaan kuat bahwa prevalensi kasus gangguan autisme di Indonesia juga kurang lebih sama. Sebagai perbandingan, dari pengalaman praktek salah seorang psikiater di Jakarta, sebelum 1990-an jumlah penyandang autistik dalam setahun hanya sekitar 5 orang dan pada tahun 2000-an dalam sehari dapat terdiagnosis 3 penyandang autistik baru (Nakita: 2002).
Meningkatnya prevalensi yang terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan bahwa saat ini penyandang autistik sudah ada di setiap penjuru daerah di Indonesia. Hal yang menyedihkan adalah kurangnya tenaga ahli yang paham mengenai autisme dan tidak tersebarnya pengetahuan mengenai penanganan anak autistik, sehingga selain di kola-kola besar penanganan anak_-anak ini masih sangat minim bahkan seringkali terjadi salah diagnosa dan salah terapi.
Orang tua merupakan orang yang terdekat bagi penyandang autistik, tentunya pada saat mengetahui bahwa anak mereka menyandang
4
autisme, mereka mengalami stress dalam menghadapi kondisi tersebut. Mereka akan merasa kaget, bahkan menolak serta tidak menyangka jika harus berada dalam situasi seperti itu, dan yang pasti mereka tidak siap menghadapi hal tersebut.
Bagaimanapun kondisi anak orang tua harus menerima keadaannya dengan segala keterbatasannya dan tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk anak, karena di balik keterbatasannya pasti memiliki kelebihan. Proses perubahan sikao penerimaan orang tua ini dipengaruhi berbagai macam faktor salah satunya adalah informasi yang diterima oleh mereka, baik itu dari surat kabar cetak maupun elektronik, sesama orang tua penyandang autistik, browsing di internet, dan lain-lain.
Adriana S.Ginanjar (dalam Nakita, 2002), seorang psikolog sekaligus ibu dari seorang penyandang autistik yang menyatakan bahwa pada awalnya dia merasa tertekan, sedih, putus asa, dan malu. Usahanya yang giyih untuk menyembuhkan buah hatinya dengan terus mencari informasi tentang autisme baik dari buku-buku dan sharing dengan orang tua penyandang autistik lainnya menyebabkannya lebih bisa menerima keadaan anaknya serta lebih berempati kepadanya. Hal itu menghasilkan kemajuan pada proses terapi sang anak.
5
Orang tua yang memiliki pengetahuan tentang autisme akan lebih dapat menerima keadaan anaknya daripada orang tua yang tidak mempunyai pengetahuan tentang autisme. Pada gilirannya orang tua yang memiliki pengetahuan yang tepat tentang autisme akan dapat mengerti bagaimana keadaan seorang anak autistik baik secara fisik maupun amosinya, mereka pun akan turut serta dalam kegiatan yang melibatkan peran orang tua bagi kesembuhan anak.
Pengetahuan ini pun ditandai dengan cara membuka literatur-literatur tentang autisme, menelusuri situs-situs tentang autisme, dan bergaul dengan orang tua anak penyandang autistik lainnya, turut serta dolam memberikan pelatihan, dan tidak memaksakan anak untuk dapat mengikuti kurikulum di sekolah biasa serta berkonsultasi dengna psikolog atau dokter.
Atas dasar pemikiran di atas dan berdasarkan paparan fenomena yang terjadi, yang merupakan landasan mengapa penulis ingin melakukan penelitian
tentang
tema
"HUBUNGAN
ANTARA
PENGETAHUAN
ORANG TUA TENTANG AUTISME DENGAN SIKAP PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK PENYANDANG AUTISTIK"
6
1.2.
ldentifikasi Masalah
1.2.1.
Pembatasan masalah
Agar penelitian lebih terarah dan tidak meluas serta untuk menghindari
interpretasi yang berbeda, maka peneliti merasa perlu untuk membatasi masalah-masalah penelitian mengenai Hubungan Antara Pengatahuan Orang Tua Tentang Autisme Dengan Sikap Penerimaan Orang tua Terhadap Anak Penyandang Autistik ini dibatasi pada: 1. Autisme: gangguan tumbuh kembang pada sistem saraf otak yang berhubungan dengan interaksi sosial, kemampuan berkomunikasi, dan pola perilaku, gangguan ini mengakibatkan terisolasinya seorang anak dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas, dan minat yang obsesif, misalnya seorang anak yang senang bermain dengan air selam berjam-jam. 2. Pengatahuan Orang Tua: orang tua yang memiliki informasi dan pengalaman dengan autisme, mengetahui apa yang dimaksud dengan autisme, ciri-cirinya, dan bagaimana penanganannya. 3. Penerimaan orang tua: sikap penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik yang diindikasikan dengan memahami
7
anak apa adanya, membentuk ikatan batin dengan anak, mengupayakan alternatif penanganan, menghargai anak, ekspresi fisik, dan ekspresi verbal.
12.2.
Perumusan masalah
Adakah hubungan antara pemahaman orang tua tentang autisme dengan sikap penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik?
1.3.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh gambaran nubungan antara pemahaman tent:ing autisme dengan penerimaan orang tua terhadap anak autistik.
1.4.
Manfaat
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori-teori psikologi terutama yang berkaitan dengan informasi mengenai autisme.
8
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran umumnya bagi orang yang tertarik dengan masalah-masalah yang berkaitan dengan autisme dan juga menambah pemahaman orang tua anak autistik, terapis, pendidik, dan pengasuh tentang autisme.
1.5.
Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan; Latar Belakang Masalah, ldentifikasi Masalah;
Pembatasc.n Masalah dan Perumusan Masalah; Tujuan Penelitian,Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II: Kajian Pustaka; Deskripsi Teori: Pengetahuan Orang Tua,
Autisme, Sikap, Penerimaan Orang Tua; Kerangka Berpikir, dan Hipotesis. BAB Ill: Metodologi Penelitian; Pendekatan dan Metode Penelitian,
Pengambilan Sampel; Subyek Penelitian dan Teknik Sampling; Pengumpulan Data; lnstrumen Pengumpulan Data dan Kisi-Kisi lnstrumen; Prosedur Penelitian, Analisa Data, dan Pilot Study; Validitas dan Reliabilitas BAB IV: Presentasi dan Analisa Data; Gambaran Umum Responden,
Analisa dan Kesimpulan BAB V: Diskusi dan Rekomendasi
BAB2 KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Deskripsi Teori
2.1.1. Pemahaman orang tua
Pengetahuan adalah mengenal, mengingat, dan mereproduksi bahan pengetahuan yang pernah diberikan (Bloom dalam S.C. Utami Munandar:
1999).
Dari pernyataan itu tergambar tentang pentingnya peran aktivitas kognitif orang tua dalam menerima keadaan anak autistik.
Banyak orang tua yang memilih terapi atau melal
9
10
Dari pernyataan itu tergambar tentang pentingnya peran aktivitas kognitif orang tua dalam menerima keadaan anak autistik.
Banyak orang tua yang memilih terapi atau melakukan tindakan untuk menangani anaknya dengan dasar yang kurang kuat. Hal ini disebabkan mereka tidak memiliki dasar yang kuat dalam pemilihan terapi dengan kata lain mereka tidak memahami tentang autisme, seperti, apa, kenapa, dan bagaimana penanganannya, oleh karena itu orang tua harus memperkaya pengetahuannya mengenai autisme, terutama pengetahuan mengenai terapi yang tepat dan sesuai dengan anak. Hal ini sangat penting karena fasilitas terapi di Indonesia masih sangat terbatas dan ahlinya pun masih langka, selain itu orang tuc. pun harus menguasai terapi karena orang tua selalu bersama anak sedangkan terapis atau pengajar hanya sesaat dan saling bergantian.
Kerjasama dan pertemuan berkala antara orang tua dan terapis untuk mengevaluasi program dan mengoptimalkan terapi sangat diperlukan. Hal yang juga sangat membantu orang tua adalah bergabung dengan sesama orang tua penyandang autistik lainnya, selain dapat berbagi rasa dan pengalaman, juga dapat berbagi informasi dan pengetahuan.
11
Dari kutipan di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebaiknya kita memahami alasan-alasan tentang suatu perilaku yang terjadi karena ha! itu akan mendorong kita untuk lebih konsisten dalam penerapan suatu treatment. Konsisten dengan suatu treatment adalah suatu bentul< penerimaan terhadap suatu perilaku yang terjadi.
Berdasarkan surve11-survey rise! yang terdahulu menyatakan bahwa banyak orang tua penyandang autistik yang menunda diagnosis dan mereka sulit untuk menerima hasil diagnosis tersebut. Kesulitan-kesulitan tersebut tidak hanya menimbulkan efek berupa terhambatnya hubungan profesional orang tua, tetapi penundaan diagnosis berarti bahwa orang tua menolak bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengatasi masalah-masalah praktis di rumah. Kurangnya informasi tentang autisme dan indikator-indikator awal dari autisme akan menimbulkan kesulitan-kesulitan baru atau bahkan orang tua akan menghindari masalah tersebut.
Sebuah studi terhadap hampir 1.300 keluarga, Howlin dan Moore (dalam Patricia Howlin, 1999) menyebutkan bahwa untuk dapat menerima hasil diagnosis itu mayoritas orang tua merasa bahwa mereka menerima sedikit bantuan dan dukungan dari para ahli, namun kebanyakan dari mereka membuat hubungan dengan layanan pendidikan khusus yan~l
12
dianggap paling bermanfaat, berhubungan dengan para orang tua penyandang autistik pun dianggap sebagai hal yang membantu. Dengan kata lain pemberian diagnosis dirasakan sebagai bentuk pertolongan yang paling penting. Secara praktis anggota keluarga yang saling menunjang akan membantu mengurangi atau bahkan dapat menghindari kesulitankesulitan yang baru.
Beberapa kasus yang ada menyebutkan bahwa informasi dasar tentang autisme ini masih kurang seperti kesulitan orang tua untuk mendapatkan informasi tentang kesulitan anak sehari-hari, tetapi mereka pun menyatakan kebutuhan mereka akan informasi tentang hal-hal yang praktis. lni termasuk penjelasan tentang proses keterlibatan mereka dalam penilaian sekolah anak khusus, fasilitas lokal, dan lain- lain.
Ketidakjelasan tentang "tendensi autistik" atau "tingkah laku" ini dianggap sebagai bagian yang mengganggu, oleh karena itulah mereka akan menghargai nasehat dan membaca materi-materi yang relevan yang dapat membantu mereka memahami kesulitan-kesulitan anak yang mana mereka akan berhubungan dengan ha! tersebut dan pemahaman terhadap kesulitan-kesulitan anak autistik merupakan suatu wujud penerimaan orang tua terhadap anak.
..,.
-
13
Tidak hanya orang tua yang harus mengetahui dan memahami tentang autisme namun sebaiknya o.emua yang terlibat mengetahui dan mengerti teori tentang autisme dan juga mengerti tentang metode yang dipakai, serta cukup terampil dalam berinteraktif dengan anak. Cara yang salah dalam merespon perilaku anak autistik dapat merusak seluruh proses terapi. Pengetahuan orang tua tentang autisme ini sangat penting karena semakin mereka mengetahui biasanya semakin mudah mereka untuk dapat menerima keadaan anaknya serta semakin cepat pula mereka memberikan penanganan yang sesuai dengan anak mereka. Pengetahuan tentang autisme ini biasanya mereka dapatkan dengan membaca buku, sharing dengan orang tua penyandang autistik lainnya, media cetak dan elektronik, seminar tentang autisme atau bertanya kepada ahlinya.
Bentuk-bentuk pengetahuan orang tua tentang autisme ini di antar:mya adalah: a.
memiliki informasi dan pengalaman mengenai autisme
b.
mengetahui apa yang dimaksud dengan autisme
c.
mengetahui ciri-ciri anak autistik
d.
mengetahui dengan cara-cara apa saja kebutuhan anak autistik dapat terpenuhi (S. C. Utami Munandar: 1999).
14
2.1.2.
Autisme
Pengertian autisme
Autistic Spectrum Disorder sebelumnya dikenal dengan nama infantile autism atau Kanner's Syndrome, kondisi ini sering disebut "Classical Autism"
Definisi autisme adalah "...... impairment in social interaction: in communication and in behaviour and play, which is repetitive, stereotyped, or restricted in range of interests and activities" (DSM IV, dalam Nakita,
2002).
Dalam PPDGJ Ill (Pedoman, Penggolongan, dan Diagnosis Gangguan Jiwa Ill), autisme dikategorikan dalam gangguan perkembangan pervasif, yaitu kelainan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik (reciprocal) dan dalam pola komunikasi serta minat dan aktivitas yang terbatas, stereotipik, dan berulang (Rusdi Maslim, 2001).
Menurut Baron-Cohen (1996) autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat
15
dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.
Autism is a spectrum that encompasses a wide continuum of behavior (http://health.yahoo.com/health/dc/001526/1.html). Dengan demikian autisme didefinisikan sebagai ketidaknormalan perkembangan yang diperlihatkan dari perilaku.
Menurut J.P. Chaplin (1999) autisme adalah (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas, (3) keasy'kan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Dari beberapa definisi di alas maka peneliti mendefinisikan kembali bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang kompleks dan disebabkan oleh adanya gangguan pada otak. Autisme menyebabkan gar.gguan pada perkembangan interaksi sosial, perkembangan komunikasi fungsi sensorik dan proses belajar sendiri Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat yang obsesif.
16
Menurut J.P. Chaplin (1999) autisme adalah (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, (2) menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas, (3) keasyikan el<strim dengan pikiran dan fantasi sendiri. '
Dari beberapa definisi di alas maka peneliti mendefinisil
Jenis autisme
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, autisme dapat dibedakan menjadi dua yaitu autisme sejak bayi dan autisme regresif (Nakita, 2002). Pada autisme yang terjadi sejak bayi, anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan anak non-autistik sejal< ia bayi. Autisme regresif ditandai dengan regresi (kemunduran kembali) perkembangan. Kemampuan yang sudah diperoleh jadi hilang, yang
17
awalnya sudah sempat menunjukkan perkembangan normal sampai sekitar usia 1,5 sampai 2 tahun, tiba-tiba perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang tadinya sudah bagus, lenyap. Awalnya sudah mulai bisa mengucapkan beberapa ;:iatah kata, hilang kemampuan bicaranya. Kasus gangguan autismeyang sejak bayi bisa terdeteksi sekitar usia 6 bulan, sedangkan untuk kasus autisme regresif, orang tua biasanya mulai meyadari ketika anak berusia 1,5 sampai 2 tahun.
Umumnya orang tua baru membawa anak ke ahli saat usianya di alas dua tahun, saat anak dicurigai mengalami keterlambatan berbicara. Kemampuan komunikasi bukan satu-satunya gejala pada gangguan autisme. Pada banyak kasus, anak baru ketahuan mengalami autisme ketika sudah berumur 3-5 tahun. Keterlambatan ini berarti penundaan intervensi bagi anak yang beresiko pada ketertinggalan perkembangan anak. Bagi anak autistik, makin dini intervensi intensif diberikan, semakin besar peluang anak untuk bisa berkembang secara maksimal.
Dilihat dari jenis perilaku anak autistik dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu perilaku yang berlebihan (excessive) dan perilaku yang berkekurangan (deficient), sampai ke tingkat tidak ada perilaku (Bonny
18
seorang anak naik ke pangkuan ibunya bukan untuk mendapatkan kasih sayang melainkan untuk meraih toples kue.
ldentifikasi dan karakteristik
Penampakan fisik penyandang autistik tidak memperlihatkan kelainan fisik, namun bila cukup lama bersama mereka, terlihat bahwa mereka lebih senang sendiri/menyendiri, tidak berespons pada saat ada orang asing mendekatinya, bermain sendiri dan cara bermainnya aneh, tidak ada kontak dengan orang di sekitarnya, lebih jelas lagi melakukan stimulasi diri yang tidak dilakukan oleh anak lain seusianya (Sutadi, 2002).
Menurut DSM IV, untuk dapat didiagnosa sebagai autisme, adalah sebagai berikut: a. Anak menunjukkan minimal 6 gejala dari (1), (2), dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan 1 gejala dari (2) dan (3). 1.
Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 dari 4 gejala di bawah ini: a). Tidak mampu menjalani interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik kurang tertuju. b). Tak bisa bermain dengan teman sebaya
19
c). Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain). d). Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik. 2.
Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, minimal harus ada 1dari gejala-gejala di bawah ini: a). Perkembangan terlambat atau sama sekali tidak berkembang. Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal. b). Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi. c). Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang. d). Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru.
3.
Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang- ulang dalam perilaku, minat dan kegiatan. Minimal harus ada 1dari gejala-gejala di bawah ini: a). Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebihan. b). Terpaku pada suatu kegiatan dan rutinitas yang tak ada gunanya. c). Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
20
d). Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda. b. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam (1) bidang interaksi sosial (2) bicara dan berbahasa (3) cara bermain yang monoton dan kurang variatif. c. Bukan disebabkan oleh sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Kanak.
Etiologi
Sampai sekarang belum diketahui penyebab utama dari autisme. Diduga penyebabnya bukan karena satu hal saja tetapi lebih karena beberapa hal yang menjadi pemicu, yang akhirnya menjadi suatu rangkaian keadaan yang kemudian menjadi penyebab timbulnya autisme. Dahulu autisme diduga akibat buruknya pola asuh orang tua tetapi dugaan ini runtuh dengan ditemukannya penyebab yang lebih bersifat fisik (otak), namun demikian pola asuh dan sikap orang tua masih sangat diperlukan dalam terapi anak autistik.
Beberapa teori terakhir mengataKan bahwa faktor genetika memegang peranan penting pada terjadinya autisme. Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme, namun gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen. Bisa saja autisme tidak muncul, meski anka
21
membawa gen autisme, jadi perlu faktor pemicu lainnya. Bayi kembar satu telur akan mengalami gangguan autisme yang mirip dengan saudara kembarnya, juga ditemukan beberapa anak dalam satu keluarga besar mengalami gangguan yang sama.
Pengaruh virus seperti rubelia, toxo, herpes, jamur, nutrisi yang buruk, pendarahan, keracunan makanan, dan sebagainya pada kehamilan dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi, dan interaksi. (Baron-Cohen, 1996).
I Genetic Factors L___
l __ _
I
/
Autism (social,
con1nn1nic~tion,
(
·"·-~--\ /
Mental / Over- \ Handicap (
lap
J (slo\vcr
and obsessional \ difficulties) \
\
dcvcplo1ncnt / in aln1ost nil ~-
\,
~--------------- -·
areas)
", ------
Gambar 1 Penyebab autisme (diadaptasi dari Sri Utami Soedarsono Djamaluddin, 2004)
22
Diagnosa banding
Menurut Baron-Cohen (1996), autisme dapat dikacaukan dengan beberapa kondisi lain yang mirip, yaitu; a. Elective Mutism: yaitu suatu kondisi di mana anak menolak untuk berbicara pada situasi tertentu. b. Attachment disorder: yaitu bila anak tidak mampu mengembangkan ikatan emosional yang stabil dengan orang tuanya, biasanya karena masalah keluarga, perlakuan kejam (abuse) dan sebagainya. c. Developmental receptive language disorder: yaitu bila berbahasa mengalami keterlambatan, tetapi perkembangan sosial normal. d. Mental handicap: yaitu bila semua perkembangan termasuk perkembangan sosial mengalami keterlambatan. e. Atypical autism: yaitu bila hanya 1 atau 2 gejala yang ada, dan tidak terjadi sebeluni usia 3 tahun.
f. Asperger's syndrome: yaitu bila perkembangan inteligensi dan berbahasa cukup normal, tetapi perkembangan sosialnya abnormal. g. Rett's syndrome: terjadi pada wanita dengan gangguan neurologis seperti pergerakan tidak wajar di tangan.
23
h. Disitegrative disorder: yaitu bila perkembangan anak di semua bidang terus menurun, sesudah periode perkembangan normal.
i. Hyperkinetic disorder with stereotypies: yaitu bila anak mengalami gangguan dalam konsentrasi, mudah kikuk, gelisah, dan perilaku berulang. j. Landau Kleffner syndrome: yaitu suatu kondisi dengan karakteristik periode perkembangan bahasa yang normal dilanjutkan dengan menghilangnya berbahasa disertai epilepsi.
Pada kenyataannya ada kemungkinan seorang anak mendapat lebih dari satu diagnosa. Masalah lainnya misalnya rasa takut yang berlebihan, menyakiti diri sendiri (membanting/memukul kepala sendiri, menggigit tangan sendiri, dan sebagainya), kesulitan dalam kemandirian buang air kecil dan besar, hiperaktif, dan sindrom Gilles de la Tourette (multiple tics dengan vokalisasi yang tidak terkontrol). Kondisi-kondisi ini jarang tejadi, tapi tetap harus dipertimbangkan (Baron-Cohen, 1996).
Jenis terapi
Saal ini terdapat bermacam-macam metode terapi untuk menangani anak-anak penyandang autistik. Jenis-jenis terapi yang "ditawarkan" di seluruh dunia adalah: Behavioral Therapy, Speech Therapy, Occupational
24
Therapy, Daily Life Therapy, Farmakoterapi, Penggunaan Vitamin dan Food Suplement, Holding Therapy, Floor Time, Auditory Integration, Imitation Training Option (Son Rise), Sensory Integration Therapy, Music Therapy, Deep Pressure Therapy, Akupuntur, Dolphin Therapy, Diet CFGF, IVIG, Play Therapy, dan lain-lain. Secara garis besar ada 4 kelompok atau golongan terapi: a. Biochemical Biokimiawi, terapi food alergi, obat-obatan, suplemen, dan vitamin, dan lain-lain. b. Neurosensory SI, Auditoy Training, Daily Life Therapy, dan lain-lain. c. Psychodinamic Holding Therapy, Psikoterapi, Psikoanalisis, dan lain-lain. d. Behavioral DTT (Lovaas, dan lain-lain), behavior modification with or without aversives, teacch (Fitriani Kartawan, 2004).
Masing- masing program terapi di atas juga menggunakan pendekatanpendekatan lainnya dengan tingkatan tertentu, miisalnya ADL yang merupakan Neurosensory juga seringkali menggunakan pendekatan behavioral.
25
Pendekatan behavioral yang terkenal, karena didukung oleh banyak teoriteori ilmiah yang relevan adalah versi Discrete Trial dari Lovaas dan program TEACCH di North Carolina. Keduanya memiliki program yang terstruktur dan banyak menggunakan penguatan positif, 2 faktor yang sangat penting.
a. Terapi Perilaku Terapi perilaku adalah program mengajar yang intensif dan terstruktur, dengan sistem pengajaran satu murid-satu guru. Pelajaran yang diberikan dipecah dalam bagian- bagiannya yang paling sederhana. Bagian-bagian ini diajarkan menggunakan metode pengulangan, di mana anak diberikan stimulus (seperti "TIRUKAN" atau "LIHAT"). Respon dan perilaku yang benar dihadiahi dengan banyak penguatan positif (hadiah), jika anak melakukan respon salah, mereka diabaikan dan respon yc:ing diinginkan dibantu dengan prompt serta dihadiahi. Perilaku yang tidak diinginkan diatasi dengan cara pendekatan yang sama.
Pada awalnya, anak bisa saja diberi hadiah (makanan) karena melakukan perilaku yang mendekati respon yang benar. Poda saat anak sudah lebih menguasai pelajaran, target ditingkatkan dan hadiah makanan diganti dengan hadiah sosial (pelukan,
26
pujian, dan lain-lain). Begitu kemampuan anak lebih meningkat dan mampu melakukan generalisasi, keberhasilan itu menjadi hadiah bagi anak.
Setelah mereka menguasai keterampilan sederhana seperti duduk manis, imitasi, atensi, dan lain-lain, mereka lalu harus dapat mengkombinasikannya dalam kemampuan yang lebih kompleks ">eperti berbahasa, bermain, dan interaksi sosial. Program ini dilaksanakan dengan sistem pengajaran satu lawan satu, menghabiskan waktu pengajaran 40 jam perminggu selama setahun penuh dan tidak boleh berhenti selama 2 tahun atau lebih.
b. Terapi Sensori lntegrasi lntegrasi Sensori adalah pengorganisasian informasi melalui semua sensori yang ada (gerakan, sentuhan, penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran, body-::iwareness, dan gravitasinya) untuk menghasilkan respon yang bermakna.
Teori dan terapi lntegrasi Sensori pertama kali dicetuskan oleh Dr. A Jean Ayres pada 1974, seorang terapis okupasi yang mempunyai dasar pendidikan psikologi dan neuroscience.
27
Berdasarkan teori ini Ayres menerangkan hubungan antara perilaku anak dengan perkembangan fungsi otak. Terapi lntegrasi Sensori efektif untuk memperbaiki kemampuan pemrosesan sensori dalam otak.
c. Terapi Obat-Obatan Pemberian obat bagi anak autistik masih dalam pembicaraan pro dan kontra. Beberapa efek obat memang dapat merusak sistem saraf dan beberapa organ dalam lainnya, misalnya: hati.
Resiko terbesar yang dapat terjadi pada anak-anak adalah karena masih sensitifnya sistem saraf terhadap efek dari zat-zat asing yang dalam hal ini adalah obat. Anak yang termasuk dalam golongan yang beresiko tinggi, maka pemberian dosis tinggi harus dihindarkan semakin muda usia anak semakin tinggi resikonya, oleh karena itu dokter dan orang tua harus bekerja sama.
Obat yang diharapkan bekerja untuk merubah haruslah diketahui dengan pasti efeknya yang terjadi secara bertahan dan bertahap. Salah satu cara terbaik untuk mengetahuinya adalah dengan sistem Blind Evaluation.
28
d. Terapi Diet Bebas Casein-Gluten (CFGF-Casein Free Free) Sebuah studi di AS Menyatakan bahwa 80 % penyandang autistik mengalami alergi terhadap produk susu dan gandum. Peneli!ian menunjukkan bahwa jika tubuh tidak mampu mencerna makanan tertentu maka hal tersebut dapat mempengaruhi proses sistem saraf, yang pada beberapa anak menyebabkan !imbulnya perilaku autisme. Rise! terbaru menunjukkan bahwa makanan yang mengandunng gluten (protein pada gandum, terigu, jelai) dan kasein (protein pada produk susu dan olahannya) memang seharusnyalah dihindari untuk dikonsumsi oleh anak-anak autis!ik.
Para ahli medis di lnggris dan Norwegia telah melakukan sejumlah !es terhadap anak-anak autistik dan menemukan bahwa 50 % dari mereka !idak mampu mencerna protein dalam gluten dan casein secara sempurna menjadi asam amino. Protein yang tidak tercerna ini (peptida) kemudian dibuang melalui air seni, namun tetap sc.ja ada sedikit pep!ida yang memasuki aliran darah. Pep!ida yang tak terurai dan memasuki aliran darah dapat mengakibatkan perkembangan otak yang tidal< normal dan menciptakan efek mirip heroin. Heroin menekan kegiatan sistem
29
saraf, termasuk gcrakan- gerakan reflek seperti bernafas dan detak jantung. Heroin itu membuat si anak merasa mengantuk, tubuh terasa hangat dan merasa relaks, selain itu juga dapat menghambat sensasi rasa sakit. Heroin-heroin ini sangat adiktif dan dapat mencapai tahap racun. Ketergantungan kimiawi ini dapat berkembang sehingga membuat kita sukar untuk menghilangkan makanan-makanan yang mengandung gluten/casein. Mungkin inilah penjelasannya mengapa anak-anak autistik sangat "rakus" terhadap produk susu dan terigu
2.1.3. Sikap
Pengertian sikap
Sikap manusia atau untuk singkatnya kita sebut sikap telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli.
Sikap menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono (1996) didefinisikan sebagai berikut: kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu pada hal-hal tertentu.
30
Menurut Gerungan, sikap/attitude diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap satu hal.
Menurut J.P. Chaplin (1999), sikap/attitude adalah satu predisposisi/ kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku atau untuk bereaksi dangan satu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek/lembaga, atau persoalan tertentu.
R. Sutarto menyatakan bahwa sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus.
Dari berbagai definisi sikap di alas ada kesamaan yang dapat penulis simpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk berperilaku yang selalu diarahkan kepada suatu hal, objek, benda-benda, orang-orang, nilai-nilai, dan sebagainya, tak ada sikap yang tanpa objek sikapnya. Sikap dapat bersifat positif, dengan adanya kecenderungan tindakan mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, dan dapat pula bersifat negatif dengan kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai objek tertentu.
Sedangkan menurut Secord dan Backman (dalam Saifudin Azwar, 2003) yang berorientasi pada skema triadik. Kedua tokoh tersebut
31
mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu pada seseorang dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi) terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin Azwar, 2003). Menurut pemikiran ini sikap terbentuk dari tiga komponen yang saling berinteraksi, yaitu komponen afeksi, kognisi, dan konasi.
Untuk lebih jelas penulis menjabarkan sikap melalui ciri-ciri sebagai berikut: a. Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan hidup manusia melalui pengalamanpengalaman. b. Sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan. c. Sikap tidal< dapat berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan obJek, tak ada sikap tanpa adanya objek sikap. d. Sikap dapat bermacam-macam sesuai dengan banyaknya objek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan. e. Dalam sikap terkait juga motivasi dan perasaan, ini yang membedakan sikap dari kecakapan dan pengetahuan f.
Sikap tidak dapat menghilang, walaupun kebutuhan telah terpenuhi, berbeda dengan refleks atau dorongan (Saifudin Azwar, 2003). Dari ciri-ciri di atas jelaslah bahwa sikap berbeda
32
dengan dorongan-dorongan psikis lainnya yang turut menyusun kepribadian seseorang
Komponen sikap
Sikap mempunyai 3 komponen yang pa.ra ahli disebut sebagai skema triadik (triadic sceme) yaitu komponen afeksi, konasi, dan kognisi. Ketiga komponen ini saling terkait dengan erat, timbul teori bahwa jika kita mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap sesuatu, kita juga akan mengetahui kecenderungan perilakunya (Sarlito W. Sarwono, 1999).
Komponen sikap di atas lebih lanjut disebutkan sebagai berikut: a. Komponen afeksi, merupakan komponen yang terkait dengan masalah ernosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. b. Komponen konasi, menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan untuk berperilaku tertentu yang ada pada seseorang berkaitan dengan objek sikapnya. c. Komponen kognisi, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Hal ini terbentuk dari hal-hal yang dilihat dan diakui. Lebih jauh la\,Ji,
33
kepercayaan ini dapat membuat seseorang melakukan generalisasi terhadap hal yang belum diketahui, tapi mempunyai kesamaan dengan hal yang telah ia ketahui sebelumnya.
Ketiga komponen ini akan memberi respon terhadap objek sikap, sekalipun respon tersebut sebatas perasaan atau pemikiran, tidak sampai pada perlakuan. Kategori respon tersebut dapat terlihat lebih jelas melalui label berikut:
Tabel 2.1. Respon yang digunakan untuk penyimpulan sikap -·
.
Tipe Res pons Verbal
Non -verbal
Kategori Respons Kognitif
Afektif
K cnatif
..
Pernyataan
Pernyataan
Pernyataan
keyakinan
perasaan
mengenai objek
terhadap
sikap
objek sikap
Reaksi
Reaksi
Perilaku tampak
perseptual
fisiologis
sehub ungan
terhadap objek
terhadap
denga n objek
sikap
objek sikap
intensi perilaku
_L sikap
(d1adaptas1 dan Rosenberg & Hovland, 1960 dalam Sa1fud1n /l.zwar, 2003)
34
Mann (dalam Saifudin Azwar, 2003), mengatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan suatu predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata, akan tetapi oleh berbagai faktor ekternal lainnya. Pada dasarnya sikap memang lebih bersifat pribadi sedangkan tindakan atau kelakuan lebih bersifat umum atau sosial, karena itu tindakan lebih peka terhadap tekanan-tekanan sosial.
Pembentukan sikap
Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja melainkan terbentuk melalui suatu proses tertentu. Melalui interaksi yang dilakukan individu dengan individu lainnya dengan lingkungannya, dalam hubungan ini faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap, dapat penulis bedakan menjadi dua bagian, yaitu: a. Faktor Intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, di antaranya: 1. Pengalaman pribadi Apa yang sedang dan telah kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
35
Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif atau negatif tergantung pada berbagai faktor lain.
2. Faktor J::mosional Terkadang suatu bentuk sikap merupakan penataan yang tidak didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego dan tidak selalu dibentuk oleh situasi lingkungan atau pengalaman pribadi seseorang. Suatu contoh bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka. Prasangka adalah penilaian terhadap suatu hal berdasarkc:in fakta dan informasi yang tidak lengkap, jadi sebelum ia tahu bahwa sesuatu itu bflnar, ia sudah menetapkan pendapatnya mengenai hal tersebut dan atas dasar itulah ia membentuk sikapnya. b. Faktor Ekstern: 1. Orang lain yang dianggap penting Seseorang yang kita anggap penting, yang kita harapkan persetujuannya di setiap gerak langkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu, di
36
antaranya: orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri, suami, dan lain-lain.
2. Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Seorang ahli Psikologi Burrhuss Frederic Skinner sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Menurutnya kepribadian tidak lain adalah pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami.
3. Media Massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa baik media massa cetak maupun eletronik. Mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagi tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
37
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap peranan media massa cukup besar.
4. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, karena konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem maka tidaklah mengherankan kalau konsep tersebut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal (Saifudin Azwar, 2003).
Perubahan sikap
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1996) sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu pada hal-hal tertentu.
38
Perubahan sikap biasanya ditemui pada hal-hal yang berhubungan dangan proses pengaruh sosial yaitu bagaimana proses perasaan atau kepercayaan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh stimulus yang diterimanya dari orang lain.
Perubahan tersebut dapat terjadi dalam 2 bentuk, yaitu: a. Perubahan yang inkongruen, yaitu perubahan sikap yang berlawanan dengan sikap yang sebelumnya, jika sikap sebelumnya adalah negatif, maka sikap sesudah adanya sesuatu akan menjadi positif dan sebaliknya. b. Perubahan kongruen, yaitu perubahan yang makin menguatkan sikap, jika £ebelumnya sikap seseorang terhadap sesuatu hal negatif, maka s:kapnya akan menjadi negatif dan seterusnya.
Jenis perubahan yang pertama akan banyak terjadi pada orang yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Sebelumnya telah dikatakan bahwa ketidaktahuan seseorang akan sesuatu menjadikan seseorang bersikap negatif terhadap hal tersebut, begitupun dengan penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik.
Sesuai dengan berjalannya waktu dan banyaknya informasi yang diserap orang tua tentang autisme membuat orang tua mengetahui dan mengerial
39
sesuatu yang sebelumnya tidak diketahuinya. Hal inilah salah satunya yang dapat menimbulkan perubahan sikap pada orang tua penyandang autistik.
2.1.4.
Penerimaan orang tua
Pengertian penerimaan orang tua
Menurut J.P. Chaplin (1999) penerimaan (acceptance) adalah ditandai dengan sikap positif atau menolak
Menurut Rogers (dalam Diah Astarini Sutikno, 1993) penerimaan berarti "A warm regard for him as a person of unconditional self worth of value no matter what his condition, his behavior, or his feelings" "A respect and liking for him as a separate person, a willingness for him, posses his own feelings in his own way" "An acceptance of and regard for his attitude of the moment, no matter how positive or negative, no matter how much they may contradict other attitudes he has in the past"
Dari definisi di alas dapatlah dikatakan bahwa penerimaan merupakan dasar bagi setiap orang untuk dapat menerima kenyataan hidupnya,
40
semua pengalaman-pengalamannya, baik maupun buruk atau positif maupun negatif dengan kata lain seseorang membutuhkan situasi yang menghormati dan menghargai yang tidak disertai persyaratan. Situasi ini bisa tercapai bila seseorang merasa diterima apa adanya tanpa ada penilaian/persyaratan tertentu, oleh karena itu penerimaan dari orang tua merupakan aspek yang penting dalam kehidupan seorang penyandang autistik.
Dalam proses "menerima" ini juga disertai sikap yang positif tentunya, artinya dalam menerima seseorang atau orang lain disertai sikap yang mendukung perkembangan orang tersebut dalam mengembangkan dirinya, dan bukan berarti tidak mempedulikannya dan tidak memperhatikan kehadirannya (Markam dalam Diah Astarini Sutikno, 1993).
Jadi dapatlah disimpulkan bahwa penerirnaan orang tua adalah sikap orang tua yang menerima anaknya yang menyandang autisme dengan 2pa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan atau penilaian, selain itu juga tetap menghargai dan memahaminya sebagai individu yang berbeda C:an mendukung perkembangannya.
41
Tahap-tahap penerimaan orang tua
Pada dasarnya tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anaknya mengalami hambatan dalam perkembangannya apalagi sampai sang anak mangalami kelainan dalam tingkah lakunya seperti autisme tetapi tentunya setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya walaupun si anak menyandang autisme, namun dalam proses ke arah sana orang tua mempunyai tanggung jawab untuk dapat menerima keadaan anaknya dengan apa adanya karena penerimaan orang tua ini akan sangat berpengaruh terhadap keadaan psikologis mereka.
Perasaan orang tua menyambut kehadiran anak penyandang autisn 1e dalam kehidupan mereka biasanya pertama-tama adalah galau, tercabik antara penerimaan dan penolakan.
Tidak mudah menjalani fase ini, karena orang tua manapun ingin anaknya "baik-baik" saja. Beberapa orang tua bahkan menunda pergi ke dokter atau psikiater karena khawatir akan menerima berita buruk, sebaliknya beberapa orang tua yang sudah pergi ke dokter atau psikiater, justru mendapatkan "angin segar" yang menjerumuskan ("ah, anak laki biasa seperti ini", "nanti juga bicara sendiri" dan sebagainya). Orang tua umumnya cenderung mengikuti "angin segar" tersebut, karena secara
42
manusiawi seseorang lebih bisa menerima berita menyenangkan daripada berita tidak menyenangkan dan bukan tidak mungkin, di kemudian hari orang tua menyalahkan orang lain (termasuk dokter-nya) karena tidak diarahkan ketika sedang bingung.
Siapapun yang mendapatkan vonis keadaan tidak menyenangkan, pasti bereaksi. Pada umumnya, reaksi pertama orang.tua yang anaknya dikatakan menyandang ASD adalah tak percaya (shock). Seperti saat kita kaget, kita biasanya tidak bisa berpikir dan seolah tidak bereaksi sarna sekali.
Sebagai pasangan orang tua seringkali reaksi yang terjadi antara keduanya dapat berbeda. Dapat salah satunya mengalami rentang penolakan yang lebih panjang atas kondisi yang ada. Pasangan orang tua yang memiliki tahapan proses lebih cepat biasanya akan lebih segera pula dalam mengolah anak lebih optimal. Menurut Wardhani (2003) tahapan reaksi orang tua antara lain:
a. Shock/ terkejut Awai menyadari kondisi anak dengan segala keberadaannya, dapat terjadi dari hasil pengamatan, informasi dari bacaan yang orang tua peroleh, informasi dari orang lain atau setelah ber,ar-
43
benar mendapatkan informasi detail dengan diagnosis yang disampaikan para ahli. Reaksi pertama yang muncul adalah terkejut dalam menerima kenyataan yang ada. Periode ini relatif lamanya, karena dapat tumpang tindih dengan reaksi kelanjutan yang muncul, yaitu penolakan akan apa yang didiagnosis.
b. Penolakan Penolakan merupakan reaksi emosional. Dinamika yang terjadi adalah ketika secara rasional sesungguhnya orang tua dapat melihat dan menyadari realita keberadaan anak mereka dengan segala keterbatasannya, namun secara emosional masih kuat pengharapan akan kondisi yang disampaikan dalam diagnosa adalah salah, sehingga secara emosional menolak hal tersebut.
c. Sedih dan Marah Ketika orang tua mengedepankan kondisi ini dan setelah mengalami proses pencarian informasi ataupun pendapat berbagai ahli, bersamaan pula dengan proses internal orang tua dalam menanggapinya. Sering kali muncul perasaan sedih karena adanya perasaan bersalah pada anak dengan keadaan tersebut. Reaksi ini juga dapat berupa kecemasan yang
44
mendalam, atau sebaliknya reaksi marah l<arena masih menolak kondisi yang ada.
d. Keseimbangan Tahap ini lebih merupakan tahap penerirnaan awal mengenai keberadaan anak. Orang tua mulai dapat memahami kebutuhan yang lebih realistis, merabarasakan kondisi anak. Bila kondisi ini dapat dicapai oleh kedua orang tua bersamaan, maka akan lebih mudah dalam penatalaksanaannya, karena proses reorganisasi akan lebih optimal.
e. Reorganisasi Dalam proses ini orang tua lebih terbuka dan kooperatif untuk menerima dan menata pola pendekatan kepada anak sesuai dengan kebutuhannya. lnteraksi timbal balik antara orang tua, lingkungan, praktisi, dan pihak lain yang terkait dalam memberikan dukungan pada anak akan lebih dapat tertata. Proses inilah yang dapat membantu secara rinci dan optimal dilakukar•.
Sebelum sampai pada tahap terakhir: penerimaan, umumnya orang tua. terpaku pada persoalan "masa depan", "mengapa aku" dan "salah siapa
45
ini" . Keadaan ini cenderung memperlambat proses penanganan karern:1 umumnya lalu diikuti saling menyalahkan di antara pasangan, perasaan tak berdaya, depresi, dan seringkali berkembang menjadi stres berkepanjangan ataupun sakit secara fisik.
Dokter atau psikiater penting sekali melakukan intervensi bahkan sejak tahap ini. Orang tua yang sedang limbung dan marah, memerlukan pengarahan yang berupa informasi-informasi yang berkaitan dengan autisme. Dalam situasi ini, pengarahan dari dokter atau psikiater ini akan sangat berguna dan mau tidak mau akan mereka pertimbangkan, karena mereka merupakan pihak yang dianggap "paling tahu" mengenai persoalan anak-anak mereka. Tanpa pengarahan, fase "denial" bisa berlangsung berlarut-larut hingga tahunan, dan berakibat sangat bLiruk pada anak, orang tua, dan lingkungan.
Dinamika yang terjadi di dalam keluarga sangat memiliki pengaruh dalam penanganan penyandang autisme. Dalam kodisi ini orang tua memiliki peranan penting dalam mengelola keadaaan keluarga secara totalitas, oleh karena itu kesamaan persepsi, kondisi saling memotivasi di antara orang tua akan sangat menentukan tingkat optimalnya dalam penanganan anak, tentu hal ini merupakan kondisi ideal yang hendaknya dapat diciptakan dalam lingkungan keluarga. Pada kenyataannya tidak semua
46
keluarga memiliki dinamika ideal ini, adapun beberapa keadaan yang menjadi masalah dalam keluarga adalah "perbedaan penerapan pola asuh dan penerapan kedisiplinan (antara ayah dan ibu) ketidakmampuan dalam mengendalikan masalah perilaku anak" (Wardhani, 2003).
Proses tahapan-tahapan tersebut akan sangat mempengaruhi penanganan terhadap anak penyandang autistik, karena semakin cepat dan semakin baik orang tua dalam melewati proses tersebut akan mempercepat penanganan terhadap anaknya, selain itu penerimaan orang tua yang baik akan membuat mereka semakin manyadari bahwa banyak yang harus dilakukan untuk melakukan penyembuhan bagi anak mereka termasuk bersikap terhadap si anak.
Bentuk penerimaan orang tua
Menurut Diah Puspita, seorang psikolog bentuk penerimaan orang tua dalam penanganan individu autistik adalah: a. Memahami keadaan anak apa-adanya (positif-negatif, kelebihan dan kekurangan). Langkah ini justru yang paling sulit dicapai orang tua, karena banyak diantara orang tua "suiit" atau "enggan" menangani sendiri anaknya sehari-hari di rumah. Mereka banyak
47
mengandalkan bantuan pengasuh, pembantu, saudara dan nenek-kakek dalam pengasuhan anak (bagian dari "denial"), padahal pengasuhan sehari-hari justru berdampak baik bagi hubungan interpersonal antara anak dengan orang tuar.ya, karena membuat orang tua, b. Memahami kebiasaan-kebiasaan anak, c. Menyadari apa yang bisa dan belum bisa dilakukan anak, d. Memahami penyebab perilaku buruk atau baik anak - anak, e. Membentuk ikatan batin yang kuat yang akan diperlukan dalam kehidupan di masa depan. Sikap orang tua saat bersama anak sangat menentukan. Bila orang tua bersikap mengecam, mengkritik, mengeluh dan terus menerus mengulang-ulang pelajaran, anak cenderung bersikap menolak dan "masuk" kembali ke dalam dunianya. Ada baiknya orang tua dibantu melihat sisi positif keberadaan anak, sehingga orang tua bisa bersikap lebih santai dan "hangat" setiap kali berada bersama anak. Sikap orang tua yang positif biasanya membuat anak-anak lebih terbuka akan pengarahan dan lalu berkembang ke arah yang lebih positif pula sedangkan sikap orang tua yang menolak (langsung atau terselubung) biasanya menghasilkan individu autistik yang "sulit" untuk diarahkan, dididik dan dibina. f.
Mengupayakan alternatif penanganan sesuai kebutuhan anak.
48
Alternatif penanganan begitu banyak, orang tua tidak tahu harus memberikan apa bagi anaknya. Peran dokter di sini sangat penting dalam membantu memberikan ketrampilan kepada orang tua untuk dapat menetapkan kebutuhan anak.
Satu ha! penting yang perlu diingat oleh setiap orang tua adalah bahwa setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda dari anal< Jain. Greenspan (1998) menekankan bahwa setiap anak memiliki profil yang unik dan spesifik/ Individual is different (individu itu berbeda-beda). (http://www. puterakembara. org/rm/peran-ortu. shtml)
Sedangkan Diah Astarini Sutikno dalam skripsinya (1993) mengatakan seseorang akan rierasa diterima bila orang lain di lingkungan sekitarny2 dipersepsikannya menampilkan sikap-sikap sebagai berikut: a. Menghar9ai pendapat yang dikemukakannya. b. Menghargai secara keseluruhan apa yang ada dalam dirinya tanpa syarat, pendapat, ataupun penilaian. c. Memandang;iya sebagai orang yang berharga dan tidak mempermasalahkan kondisi, tingkah laku, ataupun perasaan yang melatarbelakanginya. d. Menghargai dan menyukainya sebagai orang yang mempunyai perasaan-perasaan sendiri.
49
e. Menghargainya secara keseluruhan tidak hanya dalam situasi tertentu £aja.
f.
Tidak memandang rendah dirinya.
g. Tidak
ber~saha
untuk menguasai dan mengaturnya.
h. Tidak mengabaikan keberadaannnya.
Yang termasuk tang9ung jawab orang tua sebagai penerimaan terhadap anaknya yang mcmyandang autisme ialah memenuhi kebutuhankebutuhan si anak, baik dari sudut organis psikologis, antara lain makanan, maupun kebutuhan-kebutuhan psikis seperti kebutuhan akan perkembangan intelektual melalui pendidikan, kebutuhan akan rasa dikasihi, dimengerti, dan rasa aman melalui perawatan, asuhan, ucaper1ucapan, dan perlakuan-perlakuan. Dengan demikian si anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah suatu gambaran kepribadian yang lebih harmonis dan lebih matang sebagaimana yang orang tua ingi11kan (.A.lex Shobur, 1998).
Menurut Dr. Bunyamin Spock (dalam Alex Shobur, 1998) "dalam melihat hubungan orang tua kepada anak-anaknya hendaknya dibedakan antara kasih sayang yang didasarkan kepada devotion dan cinta orang tua yang bertolak dari enjoyment".
50
Orang tua yang mencintai anaknya yang bercasarkan devotion didorong oleh rasa kasih sayang sebenarnya-benarnya mereka mengasihi anakanak secara tulus. Mereka siap melakukan pengorbanan yang masuk aka! dan bila perlu pengorbanan yang tidak masuk aka! sekalipun. Devction ini merupakan unsur yang paling pokok dalam cinta kasih orang tua. Begitu pula jika orang tua sudah menerima keberadaan anak penyandang autistik dengan kasih sayang yang dilandasi dengan devotion maka mereka akan melakukan apapun demi kesembuhan anaknya.
Penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik ini sangat penting untuk citra diri, karena dengan adanya penerimaan orang tua terhadap mereka, anak merasa dihargai dan dicintai sehingga citra diri mereka menjadi positif dan hal ini dapat meningkatkan kemajuan pada terapi mereka.
lntensitas terapi perilaku yang ideal adalah 40 jam dalam seminggu, jadi rata-rata 8 jam per hari, bila Sabtu dan Minggu "libur", tetapi untuk mencapai hasil terapi yang maksimal, anak harus ditangani selama dia bangun. Persyaratan ini pasti sangat berat bagi siapapun, oleh karena itu tidak mungkin terapi anak (terutama yang autistik) hanya dilakukan oleh 1 lntensitas terapi perilaku yang ideal adalah 40 jam dalam seminggu, jadi rata-rata 8 jam per hari, bila Sabtu dan Minggu "libur", tetapi untuk
51
mencapai hasil terapi yang maksimal, anak harus ditangani selama dia bangun. Persyaratan ini pasti sangat berat bagi siapapun, oleh karena itu tidak mungkin terapi anak (terutama yang autistik) hanya dilakukan oleh 1 orang saja, misalnya ibunya atau ayahnya atau bahkan pengasunnya. Jadi di samping terapi di institusi atau sekolah khusus, masih dibutuhkan penanganan di rumah yang justru lebih lama dari di sekolah, untuk itu diperlukan satu kerjasama yang baik dan terkoordinasi atau terorganisasi, serta dipantau secara intensif, agar seluruh program dapat berjalan dengan lancar dan tidak membuang waktu (wasting time).
Orang tua baik ayah maupun ibu, harus menjadi semacam organizer dari semua orang yang mau terlibat dalam penanganan anak berkelainan ini. Sebaiknya semuanya telah mendapatkan penjelasan dan memaharni tentang autisme serta metode apa yang dipakai dalam menterapi anak mereka karena proses terapi memerlukan penerapan kedisiplinan yang tinggi baik dalam metode ataupun dalam pengaturan waktunya. Pada anak yang masih berusia balita, maka terputusnya proses terapi selama satu minggu saja, sudah menyebabkan regresi atau kemunduran perilaku yang sangat banyak.
Jangka waktu terapi yang lama, juga akan mengakibatkan kebosanan dan kejenuhan. Sebaiknya jangan ada seorang pun yang berlagak "super'' dan
52
mampu menangani anak autistik sendirian. Semua yang terlibat dalam proses terapi anak yang berkelainan adalah manusia biasa. Mereka juga merupakan individu-individu yang memiliki masalah, emosi, perasaan hati, temperamen, dan kepribadian, yang walaupun mereka dianggap normal sulit mengukur sampai sejauh mana ke"normal"annya atau kedewasaan mentalnya. Terutama orang tua harus mawas diri secara sungguhsungguh, karena kita tahu bahwa autisme satah satu penyebabnya adalah faktor genetik. Jadi sedikit banyak mereka memiliki faktor genetik juga.
2.2.
Kerangka berpikir
Penyandang autistik meningkat lnformasi tentang autisme
..
meninakat
Pemahaman orang tua diasumsikan dapat membenh 1k sikap penerimaan orang tua terhadap anak anak pennyandang autistik
Adakah hubungan antara pengetahuan orang tua tentang autisme dengan sikap penerimaan orang tua terhadap - Uji diskriminasi item - Uji reliabilitas - Koefisien korelasi dari Spearman
anak penyandang autistik ?
53
2.2.1 Hipotesa
Apakah ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang autisme dengan sikap penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik
BAB3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Pendekatan dan metode penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Gay (dalam Consuelo G. Sevilla, dkk, 1993) metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Consuelo G. Sevilla, dkk, 1993).
3.2.
Pengambilan sampel
3.2.
Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah orang tua yang memiliki anak autistik yang
54
55
terdapat di 4 tempat yaitu di Ende Mandiri, Bintang Kecil Indonesia, Pendidikan Dini An-Nur, dan Avanti Treatment centre. Jumlah sampel yang diambil oleh penulis adalah 34 orang, 17 orang untuk try out dan 17 orang untuk penelitian. Penetapan jumlah sampel ini disesuaikan dengan pertimbangan waktu, tenaga, dan dana (Sutrisno Hadi, 1980).
3.2.2.
Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling, dengan pertimbangan setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama dalam penelitian ini.
3.3.
Pengumpulan data
3.3.1.
lnstrumen pengumpul data
Data dikumpulkan dari responden dengar, instrumen kuesioner dan skala model Liker! yang berisikan item-item pernyataan sehubungan dengan variabel-variabel penelitian yang ttllah dijelaskan pada bab sebelumnya.
56
3.3.2.
Kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi skala pengetahuan orang tua tentang autisme sebelum try out adalah:
Tabel 3.1. lndikator pengetahuan orang tua (try out) lndikator
No
Favourable
Unfavourable
I Jml I
I item
1.
Memiliki
informasi
dan
pengalaman 1, 2, 16, 17, 3, 4,
18.-~-~ I
tentang autisme
2.
35, 36
I
37
Mengetahui apa yang dimaksud dengan 5, 6, 20, 21,
7, 8, 22, 23,
13 I
autisme
38, 39
40, 41, 50
I I I
3.
Mengetahui ciri-ciri tentang autisme
9, 10, 24, 25,
11, 12, 26.n.p
42,43
44, 45
I '
I
4.
Mengetahui cara memenuhi kebutuhan
13,
14,
28,
15, 30, 31 34, I 14 I
anak autistik e·
--
29, 32, 33,48 46, 47, 49 25
25
-----··
Kisi-kisi pemahaman orang tua tentang autisme setelah try out adalah sebagai berikut:
i I
50 --
57
Tabel 3.2. lndikator pengetahuan orang tua (revisi)
I.
Favourable
lndikator
No
dan
informasi
Memiliki
Unfavourable
I -----1
Jml Item
1, 2, 16, 17, 3, 4, 18, 19
9
I' I
! I
36
pengalaman tentang autisme >---- - ·
2.
Mengetahui apa yang dimaksud 6, 38, 39
Mengetahui
' ! i
dengan autisme 3.
1
17
8, 23, 41, 50
I ciri-ciri
tentang
10, 25
I
-i
6
11, 26' 27' 45
!' !
autisme
I
!
'
~
I 4.
Mengetahui
cara
memenuhi 32
15, 30, 47,49
5
1,
kebutuhan anak autistik
11
16
-
·-
27
__l____
Kisi-kisi skala penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik sebelum try out:
Tabel 3.3. lndikator penerimaan orang tua (try out) No
lndikator
1.
Memahami anak apa adanya
2_
Membentuk dengan anak --
ikatan
Favourable
Unfavourable
Jml item
1, 2, 25,26,43
3,4, 27, 28
9
batin 5,6, 29, 30, 53
7, 8, 31,45
9
I
__J
58 Lanjutan label 3.3
3:---Mengupayaka_n______a_l_t_e_rn_a_ti-f~9-.-1-0-.-3-2-.4-9-.-5-2~--11-.-1-2-.-3-3.-5-1------,_9______ /
I
penanganan
1
\
I
I
1-4-.--+-M_e_n-gh_a_r-ga_i_a_n-ak------+-1-3,-1-4,-3-4,-3-5--1,1-1-5-,-1-6-,_3_6_,_4_6_,+!_10______ j
5.
Ekpresi Fisik
44
50
I
17, 18, 37, 38,
19, 20, 39, 47
19-~
54
1
~
cEkopcooi
Ve~ _
__t'·:
I 41
23 ;-:-·;-2-_.-48---+,-: · -.• 4
Kisi- kisi skala sikap penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik setelah dilakukan uji coba adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. lndikator penerimaan orang tua (revisi) lndikator No
Favourable
Unfavourable I Jml
I
j
I
lI Item
I
1-1-.---+-M-e-m-ah-am-i-an_a_k_ap-a a_d_a_n-ya-----t-2-6_ _ _ _ ______,_3_,__2_7_,2-8-------+l-4___i
I
I
I
I
2.--+--M-e_m_b-en-tu_k_lk--a-ta-n-----ba-t--,--in-----de_n_g_a_n---+---c5----,-2-9-,-30-,--5-3---+--8-.-3-1 - - - \ 6 anak
1-3----.-+-"'M----e_n_g-up_a_y_a----ka-n -------a----1te--r-n-at"'ifc+-c9'-.----1----0-.5=-2_ _ ______,r-1-1-.-12.·s-1---r
penanganan I i ,_____,_ ________________,__________._________l~__l
59 Lanjutan tabel 3.4
.
4.
13, 14, 34, 35,44
Menghargai anak
15, 16, 36, 46, 110
I
50 •
15.
..
17, 18, 37, 38, 54
Ekpresi Fisik
ii
!
I
!
I
!
17 I
I
19, 20, 39, 47 jg
21, 22, 40.41
24, 42, 48
I
22
20
-.•T
Dalam pengisian skala ini responden diminta untuk memilih satu jawaban dari lima alternatif jawaban yang telah disediakan. Sistem penilaian dari teknik Likert dalam penelitian ini adalah untuk item-ietem yang favorable maupun unfavorable berkisar antara 1 sampai 5. Rincian skor untuk itemitem favorable adalah sebagai berikut: SS
=5, S =4, R =3, TS =2, STS =
1, dan rincian skor untuk item-item unfavorable adalah sebagai berikut: SS
I
I •
J" _ _ _ _ _\•
I 6. Ekspresi Verbal ~---~--···
L_l___
I
=1, S =2, R =3, TS =4, STS =5.
Sebelum diberikan kepada subyek penelitian yang sesungguhnya, alatala! pengukuran yang akan digunakan, terlebih dahulu diujicobakan kepada orang tua anak autistik yang tidak diikutsertakan pada penelitian sesungguhnya. Alat pengukuran yang diujicobakan meliputi kuesioner, skala peengetahuan orang tua, dan skala sikap penerimaan orang tua. Pengambilan data uji coba ala! dilaksanakan pada tanggal 12 Mei sampai
42
I
•
'
I
I
60
29 Mei 2004 terhadap 17 sampel, dan penelitian dilakukan dari tanggal 1o Juni sampai 2 Juli 2004 dengen 17 sampel.
3.4. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitiannya adalah sebagai berikut:
a.
Tahap Persiapan
1. Dimutai dengan perumusan masalah . 2. Menentukan variabel yang akan diteliti. 3. Melakukan studi perpustakaan untuk mendapatkan garnbaran dan landasan teori yang tepat mengenai veriabel penelitian. 4. Menentukan, menyusun, dan rnenyiapkan alat ukur yang ak
b.
Tahap Penelitian
1. Menentukan sampel penelitian dan rnelakukan konfirmasi dengan pihak therapi.
61
2. Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan subyek untuk mengisi kuesioner dan skala penelitian. 3. Melakukan pengambilan data dengan memberikan alat ukur yang telah dipersiapkan kepada subyek penelitian.
c.
Tahap Pengolahan Data 1. Melakukan skoring terhadap setiap skala yang niasuk. 2. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan kemudian dibuat tabel data. 3. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian dan korelasi antara variabel penelitian.
d.
Tahap Pembahasan 1. Menginterpretasikan dan membahas hasil statistik berdasarkan teori. 2. Merumuskan hasil penelitian dengan menghitung data penunj,mg yang diperoleh.
62
3.5.
Analisa Data
1. Uji diskriminasi item untuk menguji kualitas item dilakukan dengan menghitung korelasi terhadap efek spurious overlap Spearman (Saifuddin Azwar, 2002): r;(x-i)
=____,,r;&x _
S,__;_ _ _ _ _ __
2
-V[s/ +-si - 2 r;xS; Sx] Keterangan: r;(x-i) = Koefisien
korelasi aitem-total setelah dikoreksi dari efek spurious
overlap r;x =Koefisien korelasi aitem-total sebelum dikoreksi S; = Deviasi standar skor aitem yang bersangkutan
Sx = Deviasi standar skor ska la
2. Uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach (Saifuddin Azwar, 2002) dengan rumus:
S/ +S/ a=2[1-
]
Sx Keterangan: S/ dan S/ S/
=Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
=Varians skor skala
63
3. Proses analisa data dari penelitian ini menggunakan (a) statistik deskriptif untuk mengolah pertanyaan-pertanyaan pendukung (b) koefisien korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara variabel X dengan variabel Y (George Ferguson, 1981 ).
P
=1-
2
6I d
N(N 2 -1)
Keterangan:
P= rho d = selisih antara peringkat X dan peringkat Y N = jumlah sampel
3.6.
Pilot Study
3.6.1.
Validitas dan Reliabilitas
Setelah dilakukan pengujian daya diskriminasi item dan reliabilitas item maka diperoleh validitas dan reliabilitas item sebagai berikut:
Validitas item pengetahuan orang tua tentang autisme terdapat 27 item yang valid dari 50 item sedangkan validitas skala penerimaan oran9 tua terhadap anak penyandang autistik terdapat 42 item yang valid dari 54 item.
64
Reliabilitas skala pengetahuan orang tua tentang autisme sebesar 0,923 sedangkan reliabilitas skalci penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik sebesar C!,954, oleh karena itu reliabilitas kedua skal8 itu baik karena nilainya hampir mendekati angka 1.
BAB4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA
4.1.
Gambaran Umum Responden
Subyek penelilian adalah orang tua anak autislik berjumlah 17 orang, di anlaranya 4 responden berjenis kelamin laki-laki dan 13 responden berjenis kelamin perempuan (lihal label 4.1 ). Tabel 4.1. Jenis kelamin No
Kategori
Jumlah
Prosenlase
1.
Laki-laki
4
23,53%
2.
Perempuan
13
76,47%
Total
17
· - - - - ·r-------
----
100%
~-------·
Berdasarkan usia subyek terdRpat 1responden berusia anlara 26-30 tahun, 8 responden berusia anlara 31-35 tahun, 5 responden berusia antara 36-40 lahun, 2 responden berusia antara 41-45 lahun, 1 responden berusia anlara 45-50 lahun (lihal label 4.2).
66
Tabel 4.2. Usia No
Kategori
Jumlah
Prosentase
2.
25-30
1
5,88%
3.
31-35
8
47,06%
4.
36-40
5
29,41%
5.
41-45
2
11,6%
6
46-50
1
Total
17
5,88% 100%
Dilihat dari jenjang pendidikan terakhir responden terdapat 4 responden adalah SMU, 3 responden adalah Diploma atau Sarjana Muda, 7 responden adalah S1, dan 3 responden adalah S2 (lihat label 4.3). Tabel 4.3. Pendidikan .
No
Kategori
Jumlah
Prosentase
1.
SMU
4
23,53%
2.
Diploma
3
3.
S1
7
4.
S2
3
Total
35
67
Berdasarkan jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini adalah 2 responden pegawai negeri, 5 responden adalah bekerja dalam bidang swasta, 4 responden bekerja sebagai wiraswasta, 6 responden adalah lain-lain (lihat tabel 4.4).
Tabel 4.4. Pekerjaan No
Kategori
Jumlah
Prosentase
1.
Pegawai Negeri
2
2.
Swasta
5
29,41%
3.
Wiraswasta
4
23,53%
4.
Lain-lain
6
35,29%
17
100%
--
-·
11,76%
.
Total
·-
·-
·-
Dilihat dari awal mengetahul autisme pada responden, 6 responden mengetahui autisme melalui teman, 2 responden mengetahui autisme melalui televisi, 1responden mengetahui autisme rnelalui internet, 6 responden mengetahui autisme melalui buku, 2 responden mengetahui autisme melalui media lainnya seperti, dokter, psikolog, dan lain-lain (lihat tabel 4.5).
68
TabP.I 4.5. Permulaan mengetahui autisme No
Jumlah
Kategori
. ......... I'....... --·- ·----··-·· .. -·-
~-
I
1-·-··· Prosentase -
1.
Teman
2.
Televisi
-·--·---
6
I I
35,29%
· -----·-·--·2
_J ..·-··--·--------· ·-·-! 11,76%
···- ···---··------
··- ··I-···-··- .. -···-·-·---·---·----
3.
Internet
1
4.
Buku
6
35,29%
5.
Lain-lain
2
11,76%
17
100%
Total
1
5,88%
Berdasarkan intensitas mendapatkan berita atau informasi tentang autisme dalam sehari adalah 2 responden tidak pernah mendc.patkan berita tentang autisme sama sekali, 5 responden mendapatkan berita autisme 1-3 kali sehari, sedangkan responden yang menjawab lainnya sebanyak 1O responden (lihat label 4.6). Tabel 4.6. lntensitas mendapatkan berita tentang autisme dalam sehari
I
No
Kategori
Jumla h
1.
Tidak sama sekali
2
2.
1-3 kali sehari
1·3.-
-- - - - - - · - - - · - - · · - - -
5
_._
Lain-lain Total
Prosentase
29,41 %
__
10
58,82%
17
100%
69
4.2.
Analisa dan Kesimpulan
Tabel 4.7. N1lai koefisien korelasi
l
-
·~~~N~~-+-~-r-h-it_u_n_g~-117
0,728
One tail test 5% 0,412
Nilai r hitung sebesar 0, 728 lebih besar daripada r label sebesar 0,412 pada taraf signifikansi 0,05, maka ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang autisme dengan sikap penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik diterima.
Pengetahuan orang tua tentang autisme berkorelasi positif dengan sikap penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan orang tua tentang autisme maka sikap penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik pun semakin tinggi.
BAB5 DISKUSI DAN REKOMENDASI
Pada bab lima ini penulis akan menyajikan diskusi mengenai hasil yang sudah dicapai dari penelitian ini serta saran apabila acla yang ingin melakukan penelitian serupa agar selanjutnya menjadi lebih baik clan data yang diperoleh lebih mendalam dan akurat.
5.1.
Diskusi
Dari hasil penelitian, terlihat adanya korelasi &ntara pengetahuan orang tua tentang autisme dengan sikap penerimaan orang tua terhadap anak penyandanng autistik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang tua yang memiliki pengetahuan tentang autisme yang baik, cenderung memiliki sikap penerimaan terhadap anak penyandang autistik.
Autisme hanya satu dari begitu banyak kelainan bawaan anak, baik yang diketahui saat anak dilahirkan atau di kemudian hari. Sebagian besar orang tua pasti bisa mengatasinya, pulih dari perasaan bersalah, mereka bisa melihat lebih jauh, bahkan ke dalam permasalahannya bahwa anak
71
autistik tetap seorang anak yang membutuhkan cinta kasih, perhatian dan disiplin.
Penerimaan orang
~ua
terhadap anak penyandang autistik dipengaruhi
oleh beberapa faktor dan di antaranya adalah pengetahuan orang tua tentang autisme itu sendiri.
Menurut Jaquelyn McCandless (2003) orang tua yang memahami tentang autisme cenderung akan mudah membuka diri untuk menerima paradigma baru di bidang pendidikan dan medis pada kasus autisme serta terus membuka cakrawala baru sehingga akan memudahkan mereka dalam hal penanganan anak mereka.
5.2.
Rekomendasi
Berdasarkan diskusi di atas, maka penulis memberikan saran-saran untuk perbaikan dan pengembangan penelitian ini lebih lanjut, yaitu:
a. Bagi mahasiswa yang tertarik untuk meneliti masalah yang sama, penulis menyarankan untuk mengambil jumlah'sampel yang lebih banyak sehingga hasil yang diperoleh dapat digeneralisasikan,
72
memperluas ruang lingkup penelitian dengan didukung teori-teori dan informasi-informasi terbaru, serta meningkatkan mutu instrumennyc:i terutama validitas dan reliabilitas item.
b. Hasil peneliiian ini memberikan masukan bagi para orang tua, terapis, dan para ahli yang menangani penyandang autistik untuk lebih meningkatkan pemahaman mereka tentang autisme dengan teori-teori dan informasi-informasi terbaru agar dapat mengkoreksi dan memperbaiki sikap yang mungkin masih belum ada atau masih kurang dalam menangani penyandang autistik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Peneliian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Sutikno, Diah Astarini. (1993). Persepsi Tentang Penerimaan Orang Tua, Konsep Oiri, dan Prestasi Be/ajar Pada Remaja Tuna Netra. Depok.: Perpustakaan Psikologi Universitas indonesia. Az.war, Saifuddin. (2003). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Az.war, Saifuddin. (2002). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Be/ajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron-Cohen, Simon dan Patrick Bolton. (1996). Autism The Facts. '· New York: Oxford University Press. Budhiman, M., Shattock, P., dan Ariani, E. {2003). Memperbaiki Metabolisme Tubuh Langkah Awai Menanggulangi Autisme (pedoman untuk orang tua). Jakarta: Majalah Nirmala. Chaplin, J.P. (1999). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Danuatmaja, Bonny. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara. Djamaluddin, Sri Utami Soedarsono. (2004). Masa/ah Autisme: Pengertian dan Penanganannya dalam Talk Show: Terapi dan Pendidikan pada Anak Penyandang Autistik. Jakarta. Fakultas Psikologi UIN Sya~if Hidayatullah. Ferguson, George. (1981). Statistical Analysis in Psychology and Education. New York: Mc Graw-Hill Syahrul, Fitriani F. (1997). Pemahaman Anak Terhadap Film Cerita Anak di Te/evisi. Depok. Perpustakaan Psikologi UI. Consuelo, G. Sevilla. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. Hadi, Sutrisno. (1980). Metodologi Research. Yogyakarta. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Handojo. (2003). Autisma. Jakarta. Bhuana llmu Populer.
Hidup di Ounianya Sendiri. Nakita: Panduan Tumbuh Kembang Balita. Februari. 2002. Holmes, David L. (1998). Autism Through The Life Span: The Eden Model. Bethesda-MD: Woodbine House. Howlin, Patricia. (1999). Autism. New York: John Wiley & Sons, Inc.
http:health.yahoo.comlhealthldc/000152611.html. Tanpa Nama. Autism. (2002). 8 April 2004. http://www.puterakembara.org/rmlperan-ortu.shtml. Dyah Puspita. Peran Keluarga Pada Penanganan lndividu Autistic Spectrum· Disorder. (2003). 8 April 2004 Kartawan, Fitriani. (2004) Jenis-Jenis Terapi Untuk Anak Autistik dalam Talk Show: Terapi dan Pendidikan pada Anak Penyandang Autistik. Jakarta. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah. Maslim, Rusdi (ed). (2001). Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta. Munandar, S.C. Utami. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak sekolah: Petunjuk Bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Richmond, Julius B. (et. al). (1976). Mental Retardation. Illinois. The American Medical Association. Shobur, Alex. (1998). Pembinaan Anak Dalam Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Siregar, Ferdina. Children With Starving Brains, Anak-Anak Dengan Otak Yang Lapar, (terj). 2003. Jakarta: Grasindo. Srihana, lsma. (2003). Pengaruh Kekonsistenan Orang Tua Dalam Menerapkan Prin.sip-Prinsip Metode ABA (Applied Behavior Analysis) Terhadap Efektivitas Terapi Metode ABA Pada Penyandang Autisme. Jakarta. Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah. Sudarsono. (1993). Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sutadi, Rudy. (et.al). (1998). Pelatihan Tatalaksana Perilaku (Metode Lovaas) dan COMPIC Pada Penyandang Autisme: Makalah Seminar dan Pelatihan. Jakarta. Yayasan Autisme Indonesia. Tak Lagi Ma/u Oengan Kondisi Anal<. Nakita: Panduan Tumbuh Kembang Balita. Februari 2002 .
Wardhani, Endang Retno. (2003). Penanganan Orang Tua Terhadap Kondisi Anak Autisme. Makalah Konfrensi Nasional Autisme Indonesia. Jakarta. Wahini, Meda dan lsmawati, Rita. (2002). Pengaruh Pola Asuh Penerimaan, Peno/akan, dan Karakteristik Orang Tua Terhadap Perilaku Anak di Perkotaan dan Pedesaan. Surabaya. Depdiknas RI UNS. Wirawan, Sarwono Sarlito. Jakarta. Bulan Bintang.
(1996).
Pengantar Umum
Psikologi.
www. News. lndosiar. comlkiat-praktis-pendidikan-anak-autis. pdf. Dy ah Puspita. Kial Praktis Mempersiapkan dan Membantu Anak Autis Mengikuti Pendidkan di Sekolah Umum. (2003). 22 Mei 2004
Assalamu'alaikum wr. Wb
Saya, Futuhiyat, adalah mahasiswi Fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta semester VIII yang sedang melakukan penelitian skripsi mengenai Hubungan Pengetahuan tentang Autisme dengan Sikap Penerimaan Orang Tua terhadap Anak Penyandang Autistik. Saya bermaksud mengetahui sejauh mana hubungan antara pengetahuan orang tua tentang autisme dengan sikap penerimaan orang tua terhadap anak penyandang autistik. Hasil penelitian ini sifatny'.l rahasia dan tidak berpengaruh apapun pada Anda, karena itu Anda tidak perlu mencantumkan nama. Saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Wassalam
Ciputat, 12 Mei 2004 Peneliti
Futuhiyat
PERNY ATAAN KESEDIAAN
Yang bertandatangan di bawah ini,
NAMA LENGKAP ALAMAT
Menyatakan bahwa, l. Saya bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh saudari Futuhiyat. 2. Data saya dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian semata.
Jakarta,
(tanda tangan)
2004
:unj uk Pengisian I. Baca dan pahami setiap pemyataan tersebut dan berilah tanda silang (X) pada pernyataan - pemyataan itu sesuai dengan kondisi Anda dan tidak ada pilihan yang salah. Adapun aiti pilihan jawaban tersebut adalah: SS = Sangat Setuju S
=
Setuju
N
=
Netral/ tidak tahu
TS
=
Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju 2. Sebelum Anda menyerahkan kembali lembaran ini harap diperik3a lagi.
tanyaan I. Jen is Kelamin : a. Laki- laki
2. Umur
: ............ th
3. Pekerjaan
: a. Pegawai Negeri
b. Perempuan
b. Swasta
c. ABRI
d. Petani
e. Nelayan
f. Wiraswasta g. Lain- lain 4. Pendidikan
: a. SD
b. SLTP
c. SMU
d. Dipl/ SM
e. SI
f S2
g. S3
5. Alamat 6. Melalui media apakah Anda pertama kali mengetahui tentang autisme a. Teman
b. Televisi
c. Internet
d. Buku
e. Lainnya, sebutkan ................ ..
7. Berapa kali dalam sehari Anda mendapatkan berita tentang autisme a. tidak sama sekali sebutkan .................. .
b.I - 3 kali
c. 4 - 5 kali
d. 6 - 8 kali
e. lainnya,
Saya selalu mengikuti seminar tentang autisme -+---------------------,---~-------~---------l---t---------J
Membeli buku- buku tentang autisme adalah suatu kebutuhan bagi saya Saya enggan mengikuti workshop tentang autisme
-t------------,------:-,---,----,------:----;-----~-----
Browsing tentang autisme di internet hanya buangbuang waktu Autisme
bukan
penyakit
yang
tidak
dapat
disembuhkan Autisme yang disandang anak saya bukanlah hal yang rnl!nakutkan Autisme menyebabkan occhan- ocehan yang keluar
--+----1
dari mulut anak saya tidak dapat dipahami
-t'-=-------------------------------------i---t-------+----- ------Terkadang
saya
berpikir bahwa
autisme
yang
disandang anak saya adalah suatu kutukan Saya selalu dapat berkomunikasi dengan anak saya walaupun terkadang hanya dengan bahasa tubuh --t---::--------------,-----:----,----:--------t---+-----+---;--------+----
Saya mampu mengatasi anak autistk pada waktu
tantrum --+-----------------------t--------+-----+-----1----~
Emosi anak yang meledak-ledak membuat saya ketakutan
1
Saya kesal jika anak saya menarik-narik baju saya di
I depan umum
~---- --------l----+---
i I -H,
-~---~--~---LJ
Pernyataan
SS
,
-- -·--..
'~
----------
N
TS
STS
Saya percaya diet kasein-gluten dapat mengurang1 taraf autisme anak saya --·
Saya yakin obat- obatan yang diberikan dokter dapat mempercepat penyembuhannya Membelikan berbagai permainan tidak merubah cara bermainnya Saya sangat antusias menyimak berita-beri:a tentang autisme yang ada di televisi akhir-akhir ini Saya selalu berperan serta aktif dalam setiap
--
perkumpulan orang tua anak penyandang autistik Walaupun saya mempunyai anak autistik tetapi saya
· -" · - - - I
enggan membeli buku-buku autisme Membicarakan tentang autisme dengan orang tua lain
---
hanya buang- buang waktu Autisme bukanlah suatu penyakit menular
- - -- · --
Menurut saya autisme adalah ha! yang menyenangkan untuk dipelajari Autisme adalah penyakit seumur hidup yang tidak dapat disembuhkan
•.
Memiliki anak autistik merupakan aib bagi keluarga Cara bermain yang monoton mendorong saya mem belikan berbagai permainan
I
________J J
s
SS
Pernyataan
N
I
TS
STS
Mengajak anak berkomunikasi seharian merupakan halyang1nenyenangkan Kata- kata "aneh" anak autistik membuat say a kesulitan memahami apa yang diinginkannya Keterlambatan berbieara pada anak saya membuat saya malu Menurut saya berkomunikasi dengan anak setiap hari
--
- - - - ·-----
adalah earn yang paling efektif Saya selalu memberikan obat-obatan yang diajurkan dokter seearn teratur pada anak saya Diet kasein- gluten yang diterapkan pada anak saya
-
---
membuat saya kesulitan untuk mengatur menu makanannya Saya
akan
memarahi
anak
saya jika
"asyik"
memainkan jari- jari dalam waktu yang la Mengajak teman-teman sebaya anak saya adalah earn
--
saya untuk membantunya bersoaialissai Membelikan berbagai permainan adalah eara yang efektif untuk mengalihkan perhatiannya dari satu minat saja Saya merasa kesulitan ketiirn mengajaknya bersosialisasi dengan anak yang normal
I
I
SS
Pernyataan
I
s
N
i-
TS
STS
Berbagi cerita dengan orang tua penyandang autistik dapat meningkatkan pemahaman saya tentang autisme
-
Say a selal u menyempatkan diri mencari situs- situs tentang autisme di internet Saya jarang membaca artikel-artikel tentang autisme Autisme
yang
saya
ketahui
bukanlah
suatu
penderitaan bagi penyandangnya
-------·--
Saya terns berintrospeksi walaupun saya tahu autisme
---.. -----··-··-·
··----------
-------··-
----------~-
~-----
tidak selalu disebabkan faKtor genetik Autisme merupakan penyakit yang membuat repot banyak orang Autisme yang disandang anak saya merupakan penderitaan bagi keluarga saya Ketika anak saya sedang "asyik" merobek- robek kertas saya akan memberikan mainan lain Kontak mata adalah ha! yang penting untuk terapi perilakunya Saya +idak peduli bila anak saya dapat melakukan kontak mata atau tidak Saya tidak tega jika melarang anak saya untuk tidak mengkonsumsi makanan yang harus dif>indarinya
--
Pernyataan -
SS
s
N
TS
STS
Saya merasa tidak perlu berkonsultasi dengan ahli gizi untuk memenuhi kebutuhan gizinya Menurut saya lingkungan keluarga saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sosialnya --
Agar lebih berkembang sosialisasinya saya akan memasukkan anak saya ke sekolah reguler
~---
Saya selalu membaca komposisi dari setiap makanan yang akan dimakan oleh anak saya
I
Menurut saya berkonsultasi dengan ahlinya saja sudah cukup untuk memahami tentang autisme ·--'----
__l_
Pernyataan
s
SS
N
TS
STS
Saya merasa senang dapat mengajar sendiri anak saya yang mengalami autisme
-
Saya rela meninggalkan karier saya agar dapat lebih memperhatikan anak saya Walaupun saya punya kesempatan mengantarkan anak, saya tetap akan menyuruh pengasuh mengantarkannya ~--
Saya akan menyewa therapist yang profesional supaya
---
karier saya tidak terhambat Keadaan anak saya yang menyandang autisme tidak
I
membuat saya malu Saya tidak pemah memberikan kritikan pada anak saya ketika dia tidak dapat melakukan sesuatu yang mudah Saya merasa bersalah dengan keadaan anak saya Kalau anak tidak dapat melakukan apa yang tel ah diajarkan
kepadanya
saya
tidak
segan-
segan
memarahinya Say a akan mencari pusat terapi yang terbai k di kola in i, walaupun mahal biayanya Saya
akan
I
menyediakan
berbagai
fasilitas
yang
dibutuhkan anak saya demi kesembuhannya Saya merasa tidak perlu memasukkan anak saya ke sekolah khusus anak autistik
- -- - - - - -
Pernyataan
s
SS
N
TS
STS
Saya tidak mau kehilangan kesempatan memakan makan favorit saya hanya karena mengikuti program diet anak Saya akan tetap mendengarkan apa yang diucapkan anak saya dengan seksama, walaupun saya tidak mengerti apa yang diucapkannya Saya tidak pernah membeda-bedakan anak saya yang normal dengan anak saya yang autistik
I
I !
Ocehan- ocehan anak autistik membuat saya terganggu ---
Saya merasa perasaan sinis ~elalu menyergap saya ketika berhadapan dengan anak saya yang autistik
--
Mencium anak adalah rutinitas saya setiap kali akan tidur Memeluk anak adalah salah satu ungkapan perasaan cinta pada anak Saya tidak pernah memeluk anak saya ketika akan pcrgi sekolah Saya tidak pernah memberikan hadiah apapun pada anak saya, walaupun dia berhasil melakukan sesuatu Saya tidak akan segan memuji anak saya "pintar" jika dia dapat melakukan sesuatu Jika anak saya dapat memakai baju sendiri, saya akan memuji dia "manis"
--- - - - · - ----- - - I
I
---~
I
+
I
s
SS
Pernyataan
N
-,
rs
STS
Menurut saya langsung memberikan contoh lebih baik daripada memberikan kata-kata pujian Menurut saya seorang anak autistik tidak perlu diberikan pujian dengan kata "hebat" Saya tidak mau mengandalkan pengasuhan anak saya
I I
pada orang lain sekalipun itu neneknya sendiri
--~ I
Dengan keterlibatan saya secara langsung dalam terapi anak,
saya
merasa
dapat
memah~mi
kebiasaanI
kebiasaan anak ---
Lebih baik saya melakukan tugas rumah tangga yang lain daripada harus menunggui anak di sekolah Mengajar anak saya yang autistik adalah hal yang membosankan Saya tidak pemah memaksa anak untuk mengulangulang materi meskipun anak belum menguasainya Sesulit apapun anak saya diajari saya tidak pernah memarahinya Saya tidak pernah punya waktu untuk bercengkrama
-
I dengan anak saya --
Saya akan menempuh penanganan secara tradisional, meskipun penanganan secara medispun tetap say a lakukan
J
----
~
--
Pernyataan c-
s
SS
TS
N
Walaupun ban yak sekolah anak autistik saya yak in
-,1
kemajuannya yang diterima anak hanya sedikit Saya
tidak
pernah
berpikir
untuk
mengisolasi
keberadaan anak saya yang autistik
''
Walaupun anak autistik selalu akan membutuhkan
---· ··-- - - - -
----!---II
bantuan orang lain tetapi saya tidak akan pernah mengatur masa depan anak saya --
Saya merasa tertekan ketika ada orang yang menanyakan
I keadaan anak saya
--
Say a tidak pernah lupa untuk membelai rambutnya sebelum tidur Jika anak saya berhasil melakukan sesuatu saya akan bertepuk tangan Menumt saya memberi ciuman pada anak bukanlah hal pen ting Memuji anak dengan kata "bagus" selalu saya lakukan
I ,--
I
jika dia dapat melakukan sesuatu yang dianggapnya sulit Saya selalu berkata "hebat" jika anak dapat makan sendiri Kata- kata pujian akan membuat anak besar kepala Saya selalu menyempatkan diri
·-
mengantar anakb
walaupun ada sopir pribadi J___
Pernyataan
-SS -- s
---
TS
N
-·--
-
--·
Say a selalu mengajak anak saya bermain di sekitar
STS
rum ah Mengeluh di hadapan anak membuat saya lebih sulit mengaJannya Saya tidak pemah menanyakan cita-cita anak saya Saya enggan mengusap punggung anak ketika dia sedih Saya malu memberikan pujian jika anak saya bukanlah orang yang menonjol Saya akan menyewa therapist yang terkenal walaupun saya harus membayar mahal Sa ya sering tidak percaya diri jika harus membawa anak
I
-
-
saya ke tempat- tempat umum Memasukkan anak ke sekolah/ pusat terapi khusus anak autistik hanya membuang-buang waktu
--
Saya rela mengikuti program diet anak saya Saya tidak pemah merasa putus asa dalam mendidik anak autistik
i
Saya akan memeluknya ketika dia tampak jenuh dengan aktivitasnya
II
' --- ___ J
__ J______
-
SS I
Pernyataan
fo
s
TS
N
STS
~ I
Saya selalu mengikuti seminar tentang autisme Membeli buku- buku tentang autisme adalah suatu
I
kebutuhan bagi saya
'). -
L
Saya enggan mengikuti workshop tentang autisme --
·-
Browsing tentang autisme di internet hanya buang-
I
---·
I
I'
buang waktu
;.
I
--
Autisme yang disandang anak saya bukanlah hal yang
\.
Terkadang
I ~
saya
berpiidr
bahwa
autisme
- --··- -----'"·----- ···-----.-·---·-----[-
yang
---L~-
I
I'
~andang anak saya ada'ah suatu kutukan -----
7.
~
!I
menakutkan ---
I
-~-
Say a mampu mengatasi anak autistk pad a waktu tantrum
s.
Emosi anak yang meledak- ledak membuat say a ketakutan
1.
Membelikan berbagai permainan tidak merubah cara
I bermainnya 10.
~-,--
Saya sangat antusias menyimak berita-berita tentang autisme yang ada di televisi akhir- akhir ini
I I I. I Saya selalu berperan serta aktif dalam setiap
I perkurnpulan orang tua anak penyandang autistik 12.
Walaupun saya mempunyai anak autistik tetapi saya
'
I 1-i
I
I '
enggan rnembeli buku- buku autisme -- I
I
i
~S
l/o
Pernyataan
13.
Membicarakan tentang autisme dengan orang tua lain
14.
~TS
ST3 I
1-t-------1---+--1
hanya buang- buang waktu
I
\
Memiliki anak autistik merupakan aib bagi keluarga ..
----1
I
I
---- -~
____,,_ · - - - - - - - - - - - - - - · - - c - - - - - - - - ----·---· -------·-- ------.. ··--·--·--- - - -
15.
Mengajak anak berkomunikasi seharian merupakan ha! yang menyenangkan
16.
I Kata- kata "aneh" anak autistik membuat saya kesuli.tan memahami apa yang diinginkannya
I 7. i Keterlambatan berbicara pada anak saya membuaT
i saya malu II
''
i-8 1-Diet !Zasein- gluten yang diterapkan pada anak·s;~y
!
/ makanannya
1
) ! -::--r----------------------,c----..;---1-----;----t----4 I9. Mengajak teman- teman sebaya anak saya adalah earn \
I
I
I saya untuk membantunya bersosialisasi W.
~ 1.
Saya selalu menyempatkan diri mencan situs-situs
I
tentang autisme di internet
I
Autisme
yang
saya
ketahui
bukanlah
suatu
penderi taan bagi penyandangnya - - - ---··
~2.
-·-f----- - - -
--·-·--1---1--·--
Saya terns berintrospeksi walaupun saya tahu autisme
I tidak selalu disebabkan faktor genetik -·----------------------·--·-r----------1-----+----+---+----1 ~3.
Autisme
yang disandang anak
penderitaan bagi keluarga saya
saya 111erupakan
J
~----~-~-
-~-----------------------
'fo
-SS
Pernyataan
r-s
-----------------------··-+-----i··--·-
14~Tsaya tidak tega jika melarang anak saya untuk tidak
STS -·-----1-----
mcngkonsumsi makanan yang harus dihindarinya ~5.
Menurut saya lingkungan keluarga saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sosialnya -·-··--·-~···-·---
26.
Saya selalu membaca komposisi dari sctiap makanan
------ ·-·--·-.,---
~--------··--
yang akan dimakan oleh anak saya
27.1
Menu~rtsaya berkonsultasi dengan ahlinya saja sudah
____lcukup untuk memahami tentang autisme
L. . ___ L____J__
-.......
J_ _ _ _
L __
-
STS
Keadaan anak say a yang menyandang autisme ticlak \ membuat saya malu '
- - - - - - - - --·--·- - - - - - - - f - - -
anak tidak dapat melakukan apa yang telah
diajarkan
kepadanya
saya
tidak
segan-
segan
rnemarahinya Saya akan mencari pusat terapi yang terbaik di kota ini, walaupun rnahal biayanya
---·- - - -
i
Say a
------ ··--- ···------·----- -- ---
. ------··--··-·- ··--···--·-
akan
mcnyediakan
berbagai
fosilitas
""'"'
-
-------- - --
------
yang
I dibutuhkan anak saya demi kesembuhannya
I Saya
----
- - - ------ - - - - , - - ------
~---
merasa tidak perlu rnemasukkan anak saya ke
I
I sekolah khusus anak aut;stik ' -I--.--------·------
I
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -------
Saya tidak rnau kehilangan kesernpatan rnemakan makan
-~~--1
favorit saya hanya karena mengikuti program diet anak
L
Saya akan tetap mendengarkan apa yang diucapkan anak saya dengan seksama, walaupun saya tidak mengerti apa
J"'' ";"' ' "'"" 1
------____l_____
Saya tidak pernah membeda- bedakan anak saya yang
~1
I
I normal dengan anak saya yang autistik
--r:c-
I0.
----TS N
saya tetap akan menyuruh pengasuh mengantarkannya
I.
----7
s
SS
Walaupun saya punya kesempatan mengantarkan anak,
,-_-1- Kala-u
),
I
Pernyataan
lo
'
_I
, ' I Ocehdn ocehan anak aut1st1k membuat saya terganggu ' "
I
I
I I
I'
I --------- -------·---
i
: ]]
-~'----------------~~_j___l____l__
I
~r·-····
l
I
-l
Pcrnyataan
-----ss ·- s --N-T TS -s·1;sl ____ ,__ ---
Sava merasa perasaan sin;s selalu menyergap saya ketika ---·-. I berhadapan dengan anak saya yar:g autistik
II
' Mencium anak adalah rutinitas saya setiap kali akan
)
I
tidur
-
-·
') . Memeluk anak adalah salah satu ungkapan perasaan
!.
).
I
'
I cinta pada anak I Saya
tidak pernah me1-;,eluk anak saya ketika akan pe1:gi
I
I ! sekolah
I
'
I I
i
1-· . ------------·---·-·-······· ......................... Saya tidak pernah 111e1nberikan hadiah apapun pada anak
--).
+-
----1I ---------·-- -'
-----------. ..... ---
__ ---- -------_,
------------
I saya, walaupun dia berhasil melakukan sesuatu '
Saya tidak akan segan memuji anak saya "pintar" jika
---·-· - - - -------- - - - · - - · - ·
dia dapat melakukan sesuatu
7. Jika anak saya dapat memakai baju sendiri, saya akan memuji dia "manis"
I
8.
Menurut saya seorang anak autistik tidak perlu diberikan
,I
pujian clengan kata "hebat" Dengan keterlibatan saya secara langsung dalam terapi.
I I anak,
saya
merasa
dapat
memahami
kebiasaan-
-----·~-·-
~·
I
kebiasaan anak
D. Lcbih baik saya melakukan tu gas rum ah tangga yang lain claripacla harus menunggui anak di sekolah
' _J__
s
SS
Pcrnyataan
01
N
TS
1-----
~I
Mengajar anak say a yang autistik adalah ha! yang
1.
STS
membosankan ----
Saya tidak pernah memaksa anak untuk mengulang-
2. I
ulang materi meskipun anak belum menguasainya I :
.
-----· - - - --·-----
Sesulit a papun anak saya diajari say a tidak pernah
3.
I memarahinya I
4.
-
Saya tidak pernah punya waktu untuk bercengkrama dengan anak saya
5.
Say a
tidak
- - ----"·
pernah
berpikir
untuk
mengisolasi
keberadaan anak saya yang autistik
---
6.
I ·--- -----·-· -----
Walaupun anak autistik selalu akan membutuhkan
-----
bantuan orang lain tetapi say a tidak akan pernah mengatur masa depan anak saya
7.
:8.
Saya merasa tertekan ketika ada orang yang menanyakan keadaan anak saya Saya tidak pernah lupa untuk membelai rambutnya sebelum tidur
:9. Jika anak saya berhasil melakukan sesuatu saya akan bertepuk tangan
-
:o.
Menurut saya memberi ciuman pada anak bukanlah hal
I pen ting I
·----·--·
---
-+
11.
ssl
Pernyataan
~o
s
N
-· Memuji anak dengan kata "bagus" selalu saya lakukan
TS
STS
-
----
jika dia dapat melakukan sesuatu yang dianggapnya sulit
;1.
Say a selalu berkata "hebat" jika anak dapat makan sendiri
,_,. '"
Kata- kata pujian akan membuat anak besar kepala
34.
Saya selalu mengajak anak saya bermain di sekitar rum ah -
35.
Saya tidak pernah menanyakan cita- cita anak saya
36.
Saya enggan mengusap punggung anak ketika dia sedih
37.
Saya malu rnernberikan pujian jika anak saya bukanlah
--··-
---···---------
orang yang menonjol - - - - ~---r-·----
------
38.
-------~
--------
~-·
Saya sering tidak percaya diri jika hams rnembawa anak saya ke tempat- ternpat umum
39.
Memasukkan anak ke sekolah/ pusat terapi khusus anak
- -------
-----~
---
autistik hanya rnernbuang- buang waktu
40.
Saya rela rnengikuti program diet anak saya
41.
Saya tidak pernah merasa putus asa dalarn rnendidik
-- - -
anak autistik ~2.
Saya akan memeluknya ketika dia tampak jenuh dengan aktivitasnya
I I I I
I
I
____ L____L_J
1
2
3
4
5
-····· SKALA PENG -·····-···· 9 10 11 8 6 7 12 13
1
5
5
3
5
5
4
2
4
4
3
3 ;:
5
4
2
3 4 5 6 7
4
5
4
4
5
5
4
5
4
4
3
3
5
4
4
5
3
4
3
4
2
2
3
2
4
4
8
2
3
3
4
4
4
--~····-
Subyek/item
·---,~·¥
17
18
19
20
21
22
23
24
4
~
5
2
3
3
2
5
3
3
5
5
4
5
5
3
5
3
4
4
2
4
4
3
4
3
4
4
Ci
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
4
5
4
5
4
5
5
5
4
5
4
0
5
4
2
2
4
5
4
2
4
5
4
4
2
5
4
4
4 4 5 4
3
3
4
4
3
2
3
5
5
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
I
15
16
--~,
5 I
14
25
4
4
4
5
5
5
5
4 5 2
4
4
4
4
4
5
4
4
4
3
2
3
4
5
4
4
5
3
4
5
3
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
4
4
3
5
4
9
3
4
5
5
5
5
2
5
4
4
5
5
4
5
2
5
3
5
5
5
4
5
5
4
10 11 12 13 14 15 16 17
4
4
5
5
4
4
2
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
2
4
4
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
1
5
5
5
5
1
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
4
5 4
4
5
4
5
2
5
2
5
4
4
4
2
5
4
3
5
3
5
5
5
4
2
5
5
4
4
4
3
4
4
1
2
5
1
1
5
4
1
4
5
4
4
5
3
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
2
4
3 3
1
2
5
4
1
4
4
4
4
5
2
1
4
4
3
5
5
5
5
2
4
1
5
4
4
4
4
5
5
2
3
4
5
4
5
5
3
5
2
4
63
74
67
70
68
74
45
72
73
69
63
53
74
67
57
73
61
72
73
80
67
70
78
63
70
35 5
36 3
37 4
38 4
39 4
40 3
41 5
42 3
43 5
4
34 5 3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
5
4
5
5
4
4
4
4
5
5
4
4
2
4
4
4
2
4
4
4
4
3
2
3
5
5
3
3
3
.---;;-
4 5
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
26 5
27 5
28 4
29 3
30 4
31 3
32 5
33 5
2
4
2
4
2
2
4
2
4
4
4
4
4
4
4
5
4
2
2
4
3
4 4
2
2
2
4 4
4 3
3
2
5 4
3
44
Total
3
45 3
46 4
47 5
48 5
49 4
50 4
4
4
4
4
4
4
4
182
5
4
5
3
4
3
5
4
212
5
4
4
3
4
5
5
211
4
4
4
4 3
4
4
4
4
188
3
5
3
2
4
3
4
3
3
177
4
4
3
4
3
4
4
4
3
182 176
205
2
4
3
4
3
4
4
4
2
4
3
3
3
2
4
2
4
4
4
4
4
4
3
4
3
2
5
4
4
4
2
4
4
2
4
3
4
4
4
4
1
4
5
4
4
4
3
3
4
4
199
2
3
2
3
2
4
4
44
4
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
231
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
195
5
4 4 5
5
4
4
5
5
3
4
5
4
5
5
4
5
5
5
5
3
5
4
5
5
5
4
235
2
5
5
5
4
2
5
3
5
5
5
4
4
5
2
5
4
5
4
5
5
4
5
4
221
3
5
4
4
3
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
4
5
3
5
5
5 5
5
5
5
208
1
4
4
5
3
1
5
4
2
5
3
5
5
4
2
1
5
5
3
5
4
4
4
3
2
177
2
4
4
4
4
2
4
4
2
5
3
4
4
4
2
1
4
5
4
4
4
4
4
4
2
174
2
5
3
3
4
2
4
2
2
4
5
5
2
4
3
4
5
5
3
4
4
3
5
5
4
192
44
74
66
65
58
49
73
64
96
76
67
68
61
66
62
62
70
79
62
70
67
6~
67
72
63
3365
4
ll.NALISA ITEM PENGETAHUAN ORANG TUA Si2
Si
riX
ri(X-i)
0.8489
0.7206
0.4023
0.3681
0.7019
0.4926
0.5762
0.5535
0.8993
0.8088
0.6119
0.5845
0.8575
0.7353
0.5379
0.5084
1.1180
1.2500
0.2204
0.1697
0.6063
0.3676
0.6670
0.6507
1.2719
1.6176
0.0545
(0.0052)
1.0326
1.0662
0.7385
0.7152
0.4697
0.2206
o.~95o
0.2747
0.6587
0.4338
0.7098
0.6939
1.3585
1.8456
0.6825
0.6462
1.3173
1.7353
0.2870
0.2288
0.8618
0.7426
(0.1138)
(0.1534)
0.8269
0.6838
(0.2208)
(0.2573)
1.2719
1.6176
0.4539
0.4045
0.6860
0.4706
0.4773
0.4518
0.8703
0.7574
0.4251
0.3908
0.6642
0.4412
0.44Q3
0.4239
0.4697
0.2206
0.5336
0.5175
0.4697
0.2206
0.1207
0.0989
0.8993
0.8088
0.2489
0.2087
1.1663
1.3603
0.3351
0.2852
0.5073
0.2574
0.4769
0.4582
0.9852
0.9706
0.2167
0.1720
0.6966
0.4853
0.6576
0.6384
1.1757
1.3824
0.4998
0.4566
0.4926
0.2426
0.4701
0.4518
0.8575
0.7353
0.3318
0.2952
0.7276
0.5294
(0.2163)
(0.2485)
0.7123
0.5074
0.3973
0.3686
1.1663
1.3603
0.1753
0.1215
0.5879
0.3456
0.5134
0.4926 0.0140
0.8314
0.6912
0.0530
9.9432
98.8676
0.4998
0.0381
0.5145
0.2647
0.1522
0.1285 0.3292
0.8269
0.6838
0.3636
0.7071
0.5000
0.2082
0.1761
0.8703
0.7574
0.4141
0.3794
0.6002
0.3603
0.4686
0.4462
0.9315
0.8676
0.3218
0.2818
1.4552
2.1176
0.5161
0.4633
0.6002
0.3603
0.1979
0.1706
0.4926
0.2426
0.2186
0.1964
0.6063
0.3676
0.2251
0.1978
0.7812
0.6103
0.4020
0.5557
0.3088
0.2588
0.3706 0.2343
0.7071
0.5000
0.4074
0.3791
0.8269
0.6838
0.2359
0.1987
0.6642
0.4412
0.6420
0.6231
0.8489
0.7206
0.6474
0.6234
21.3028
453.8088
18.2473
12.7589
DATA RELIABILITAS SKALA PENGETAHUAN ORANG TUA .
Subjek/ltem
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
4
5
4
6
6 8
3
5
2
4 5
1 1
2 2
3 3
5
5 4
3
4
3
4
5
4
4
.
...
.
10 16
11 17
12 18
5
9 15 2
5
5
4
4
3 3
3
2
4
4
4
4
4
4
5
4
5
7 10
11
8
5
5
3
4
5
4
13 19
14 23
17 27
18 30
1~
I 20 36
21 38
22 39
3
4
4
5
3
5
4
4
4
3
4
4
;
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4 5
15 25
16 26
5
5
5
5
4
5
4
4
2
4
2
4
4
2
4
4
5
4
32
23 41
24 45
25 47
26 49
27 50
4
5
4
4
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
5
4
4
4
5
5
4
4
5
4
3
5
3
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
3
2
4
3
2
3
4
5
4
2
4
3
3
5
3
3
5
2
3
3
3
2
3
2
4
4
4
4
4
4
5
3
4
4
4
3
2
4
3
4
3
3
4
4
4
4
4
3
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
3
2
4
3
4
3
3
2
2
4
4
4
3
5
5
5
4
5
2
5
3
5
5
5
5
2
5
4
4
3
4
4
1
4
3
4
4
5
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
5
4
5
5
5
5
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
2
5
4
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
5
4
5
5
5
4
4
5
3
5
5
5
4
3
5
3
4
5
3
4
4
5
5
5
5
4
4
4
3
4
2
3
1
3 1
4
5
4
4
4
4
1
4
3
5
3
5
4
1
5
4
3
2
4
4
4
4
4
2
3
1
1
4
4
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
1
4
4
4
2
4
5
4
4
2
3
4
5
4
5
4
2
5
4
4
3 5
2
4
4
4
3
5
4
72
69
63
57
73
61
72
73
78
70
44
74
58
73
67
61
66
62
70
68
72
63
5
5
5
5
63
74
67
70
74
part 1
part 2
TOTAL
X2
Reliabilitas Alpha
61 53 58 61 53 47 48 46 53 57 56 68 66 58 50 46 54 935
54 43 56 59 49 43 48 45 55 51 53 62 61 59 41 44 56 879
115 96 114 120 102 90 96 91 108 108 109 130 127 117 91 90 110 1814
13225
0.923353661
9216
12996 14400 10404 8100 9216 8281 11664 11664 11881 16900 16129 13689 8281 8100
12100 3280596
-
-
·-
----
- - -
- --
5
6
7
8
9
4
4
3
4
3
4
3 3
4
3 3
4
4
4
2 3 2
4
3
4
2
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
2 4
2 4
4
4
4
2 4
4 4
3
1 2
2 5
4
4
4
4
3
4
4
4 5
5
2 5
4
6 7 8
4 2 2
3
9 10
5 2
11 12
4
4
4
5
13
5 5
14 15
2
3 5
5 4 5
3
4
2
4
5
4
5
62
68
2 5 65
16 17
- -- - -
10
1 3
Subyek/Jter.i
-
4
11
5
---
- --
-
-- ----,--_,, ---,
.
14
15
16 ' 17 5 5
18 5
19
12 5
13 5
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
5
4
4 5
5 5 4 5
4
20
5
5
4
4 4 4
,
4
4
4
2
5 2
4
3
4
3
4
4
4
4
3
2
4
4
4
3
3
4
3
4 4
5 5
4
3
4
4
4 4
4
3
4
3
3
3
3
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4 2
4
2 2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5 5
5 5
5 5
5 5
4
5 5
5 5
5
4
5 5
5
4
5 2
4
1
5 2
2 5
2
4
4 5
.
2
4 4
5
4
4 4
5
4
4 4
4
3 4
5 2
4 5
4
4
2 2
3
5
5
2 2
3
5 5
4
4
4
4
5 74
5 78
4 71
4 73
5
5
5
2 1 4
4
4
3
4
4
4
4
2
55
72
56
4 58
5
2 2 2
1 2
4
4
3
4
4
4
2 61
4
4
57
68
2 53
4
5
5
3
2 2 4
4
4
4
4
5 5 1 2
4
4
4
4
66
72
70
67
68
5
4
5 5 5 5 3
4 4 5 5 5 4
20 26 5 2
27
28 5
29 3
21 5
22 5
23
24
4
4
4
•'
4
4
4
4
4
4
2
4 5
4
4 2
4
4
4
4
2
5
4 2 3
4 4
5
4
4 4 4 2 4
2 4
3
4
3
4
4
3
2
3
4
4
3 4
4
4
2
4 4
4 4
4
2 2
4
2
4 5
4
.4
2
4
5
5 5
4
5
2 2
5
4 5·
4
4
4 4 5
4 4
4
5 5
4 5 5
5 5
5 4
5 2 5
5 4
4
76
4 74
3 1 3 2 2 1 4 2 2 3 46
4
3 3
4 I 2 4
4
5 5 5
4 4
4
4
2 2 2
4
4
4
4
68
54
73
4
5
4
5 1 2 4 63
4
5 2 2 4 67
1 2
2 2 38
30
31
32
33
24
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
Total
5
5
4
4
5
E
4
5
5
5
5
5
5
5
5
1
4
5
5
3
3
5
5
5
5
236
2
4
4
3
4
3
5
4
4
5
4
4
4
3
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
2
3
4
4
2
4
4
4
5
4 5
206
4
4 2
4
2
2 4
2
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
5
2
5
5
2
3
4
5
2
5
5
4
2
4
4
2
4
4
4
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
5 5
4
2
5 5
5
228 211.
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
4
2
3
2
3
4
2
4
4
4
4
3
189
3
4
2
4
5
3
4
3
3
4
4
3
4
4
3
2
2
3
2
4
4
4
3
4
3
190
3
4
2
4
4
2
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
203
2
4
5
2
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
4
2
4
5
5
4
5
5
221
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
206
I
209
4
4
2
4
4
2 4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
218
5
4
2
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
3
5
5
3
5
5
5
5
5
258
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
1
5
5
5
5
5
5
5
5
5
251 253
3
5
3
4
5
3
5
5
5
5
5
5
5
2
3
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
1
4
3
3
5 4
5
1
4
5
4
5
4
3
2
3
4
4
4
1
5
4
4
3
193
2
4
4
4
2
4
3
4
4
4
5
4
4
5
4
4
3
4
4
4
4
5
4
4
5
206
2
4
2
4
4
2
4
5
5
5
5
5
5
2
4
4
4
4
2
2
2
5
4
4
4
222
48
71
57
69
66
58
68
71
72
72
76
72
71
71
68
51
58
68
67
54
67
77
73
76
73
3700
HASIL ANALISA ITEM SIKAP PENERIMAAN ORANG TUA Si Si2 riX ri(X·i) 1.1147
1.2426
0.3413
0.2943
1.0000
1.0000
0.2965
0.2532
0.9510
0.9044
0.6417
0.6145
1.2005
1.4412
0.2262
0.1723
0.4372
0.1912
0.5944
0.5810
1.0467
1.0956
0.2382
0.1915
1.0641
1.1324
0.1952
0.1470
1.0037
1.0074
0.4533
0.4150
1.1147
1.2426
0.5192
0.4798
0.7906
0.6250
0.6213
0.5980
0.9926
0.9853
(0.3317)
(0.3719)
0.8575
0.7353
0.6383
0.6137
0.5623
0.3162
0.8550
0.8478
0.6002
0.3603
0.4634
0.4411
1.0290
1.0588
0.6346
0.6046
1.0607
1.1250
0.6495
0.6195
0.7859
0.6176
0.7808
0.7659
0.5073
0.2574
0.4786
0.4601
0.6359
0.4044
0.8230
0.8131
0.4697
0.2206
0.8093
0.8015
0.7998
0.6397
0.5009
0.4722
0.4926
0.2426
0.3606
0.3405
1.0467
1.0956
(0.0910)
(0.1389)
0.6124
0.3750
0.8544
0.8464
1.0146
1 0294
0.1119
0.0650
0.5879
0.3456
0.7009
0.6866
0.9196
CJ.8456
0.5065
0.4736
0.9663
0.9338
0.8020
0.7851
0.7524
0.566?
(0.3383)
(0.3688)
1.1851
1.4044
0.5002
0.4572
0.3930
0.1544
0.6440
0.6331
1.1147
1.2426
0.0238
(0.0281)
0.7475
0.5588
0.2502
0.2172
1.1663
1.3603
0.5490
0.5094
1.1213
1.2574
0.4859
0.4446
0.6124
0.3750
0.8259
0.8165
0.7276
0.5294
0.8152
0.8033
0.7524
0.5662
0.7780
0.7636
0.8314
0.6912
0.5783
0.5517
0.5145 0.8314 1.0146 0.7276 0.7906 1.1726 0.7952 0.7906 1.0290 1.0744 1.0880 0.5145 0.5879 0.5145 0.7717
0.2647 0.6812 1.0294 0.5294 0.6250 1.3750 0.6324 0.6250 1.0588 1.1544 1.1838 0.2647 0.3456 0.2847 0.5956
21.5027
462.3676
0.5583 0.7077 0.3439 0.3078 0.7611 (0.2380) 0.4257 0.7611 0.5018 0.2761 0.4532 0.6168 0.7850 0.7108 0.6959 26.4533
0.5415 0.6875 0.3013 0.2767 0.7449 (0.2884) 0.3947 0.7449 0.4647 0.2290 0.4116 0.6016 0.7741 0.6987 0.6767 24.9320
3
2 5
3 8
4 9
5 10
6 11
1
4
4
4
3
5
3
2
• '
• '
Subjek/ltem
1
12
8 13
9 14
10 15
5
5
5
5
7
RELIABILrfAS SKALA SJKAP PENERIMAAN ORANG TUA 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 ~4 22 24 26 27 28 29 30 31 16 17 18 19 20 21
--
5
5
5
5
5
5
4 4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
3
5
5
4
4
2
2
4
4
2
2
4
25 34
26
~
4
5 2
5 4
4
4
2
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
5
4
4
2
4
5
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4
4
5
4
4
5
5
4
4
4
2
4
4
2
6
2
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
3
3
4
3
4
4 4
4
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Total
4 3
5 3 3
2 4
2
3
5 4
4
4
5 4
4
4
4 4·
5 5
4
3
4
4
4
3
4
3
3
3
4
5
3
4 4
4
4
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
2 2
3
4
4
2
5
4
2
4
5
4
4
4
4
5
5
5
4
5
5
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
2
4
2
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
2
4
4
4
2
2 5 5
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
4
2
4
4
4
4
4
5
5
5
5 5
4
5
5
5
4
5 5
5
2
4
5
5
5
5
4
5
5
5
5
1
3
5
2 2
4
4
1
2
3
5 5
5 5
5
5
5 5
5 5
2
5 5
5 5
4
5 3
5 5
5
5 5
5 5
5
5
5 5
5 5 5
4
2
3
4
5
5
4
5
1
4
1
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
2
4
4 70
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
2
72
75
76
7&
82
79
81
83
80
86
4 83
2
73
2 5 85
2 2
1
4
2 2 4
73
90
93
83
3 4 5
4
5
5
5
4
4
4
5 5
5
5
4
5
5
2 2
2
4
1
4
4
3
2
4
4
4
4
2 2
4
5
4
4
59
65
64
54
66
2 55
5
4
87
2 61
3
27 36
28 37
29 38
30 39
31 40
32
4
5
5
5
5
5
41
33 34 35 36 37 38 39 42 44 46 47 48 50 51 5
5
4
5
5
3
5
40 41 ~~ 52 53 54 5
5
part 1
part 2
TOTAL
X2
Relial>ilicas Alpha 0.954596652
5
101
94
195
38025
81
161
2592i
4
4
3
5
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
60
4
5
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
84
82
166
27556
4
4
5
4
4
5
5
3
4
5
5
5
5
5 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 117
4
87
90
177
31329
5
83
82
165
27225
3
73
74
147
21609
3
76
68
144
20736
4
82
74
156
24336
5
87
88
175
30625
4
80
74
154
23716
4
83
82
165
27225
5
102
96
198
39204
5
102
97
199
39601
5
97
96
193
37249
3
71
68
139
19321
5
70
77
147
21609
4
84
81
165
27225
115
1442
1404
2846
482512
4
4
4
2
4
4
2 '2
4
4
4
4
4
4
5
3
3
3
3
4
4
3
2
2
3
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
3
2
3
2
4
4
3
4 4
4
4
4
4 4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
4
4
2
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
4
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
3
5
5
5
5
5
3
3
4
4
5
4
5
3
3
4
4
1
5
4
3
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
2
96
97
98
100
99
101
94
103
105
2 110
5 113
4
94
5 101
113
Subyeklitem
1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
3
4
4
4
19
20
21
~2
23
24
25
26
27
4
4
4
4
4
3
4
4
4
Total 107 112 93
3
4
3
4
4
5
3
5
5
4
3
5
5
5
5
4
E
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
2
2
2
4
2
2
4
4
2
4
4
5
5
5
5
4
4
4
4
5
5
5
2
5
4
5
5
5
4
5
5
3
4
4
5
4
2
5
3
5
5
5
5
4
4
4
4
3
4
3
5
4
3
5 4
125
3
5 4
5
3
5 5
4
4
4
3
4
4
5
2
3
3
4
3
4
4
3
4
103
3
2
4
4
2 2
2
4
4
104
4
4
4
4
4
2
4
4
116
8
4 5
9
3
10 11 12 13 14 15 16 17
1
7
DATA SKALA PENGETAHUAN ORANG TUA (Revisi) 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 5 5 4 4 2 4 4 5 5 5 2 4 2 5
3 5
3
4
3
4
4
5
3
4
3
4
4
5
3
5
4
3
4
4
5
4
2
4
1
4
2
5
4
4
4
4
5
4
4
5 4
5
5 3
4
4
4
4
4
5 4
4
4
3
5
3
4
2
4
2
4
4
4
4
2
4
3
4
4
2
4
4
4
4
3
4
104
5 4
4
5
2
4
4
4
2
4
2
4
4
4
1
4
2
5
3
2
5
5
1
5
5
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
4
2
4
3
4
4
5
3
4
3
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
2
5
5
4
.5
5
2
4
134
4
5
5
4
5
4
2
2
1
3
2
4
3
2
5 5
5
5
5 5
2
5
5 3
5 4
5 4
107
4
5 4
4
4
118
3
5 5
3
4
4
5 5
5
4
3
4
3
5 5
3
3
3
3
4
4
3
2 2
5 3
2
4
5
4 4
4 5
2 4
5 5
2 4
5 4
3 2
3 4
3 4
5 5
5 5
3
112
4 1
118
3
4
1
3
1
5 5
4
2
5
2
5
109
3
4
3
3
3
4
3
4
4
3
2 3
5
4
5 4
4
4
2
106
5 4
5 4
5 4
5 4
3 4
3
5 4
5
5 4
5 2
5
5 4
2 4
3 4
5 5
3 4
109
4
4
4
126
DATA SKALA PENERIMAAN ORANG TUA (Revisi)
-
4
9
2
i 2 3 4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
3
4
4
5
4
4
5
4
4 5 5
4
4
4
4
5
5 5
5
·s
5 5
2 5 5
4
5
6
5
10
11
12
13
14
15
1
3
7
8
Subyekhtem
2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
5
4
4
4
5
5
5
4 5
5
4
4
4
3
4
4
5
4
4
5 5
5
5
5 5
5
5
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
4
4
4
4
4
4
2
5
2
5
5
5
3
4
5 5
26
27
28
29
6
3
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4
4 5 5 4
7
4
4
2
1
4
3
3
4
4
4
5
5
5
4
5
4
2 4 5
2
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4 4
5 4
5
4
5 4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
1
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
4
4
5
5
3
3 3
4 5
4
5
5 4 5 5 5 4 5 4
5
5
5
2
4
4
4
4
2
3
4
5
2
3
5
4
4
3
3
4
4
5 5 2
3
5
5
8
2
2
4
9 10 11 12 13 14 15 16 17
4
4
4
5
2
5
4 3 1
4
4
4
2
4
4
4
5
4
5 4 5
5
5
5
1
1
5
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
5
3
5
5
5
5
2 4
3
5
4
5
5
4
4
3
4
5 5
4
4
4 5 5
3
5
3
3
3
5
5
4
4
5
4
4
4
1
3
5
5
4
3
5
5
4
4
4
3
5
5
5
5
5 5
4 5
2 5
4
4
4
4
4
4
5 5 2
4
4
4
5
4
5
4
4
4
3
2
3
3
3
2
5
4 5
5
2
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
3
3
4
3
4
5 5 4
3
4
4
2
4
4
3
4
3
5
5
4
2
4
4
4
5
5
3
3
3
4
4
4
5
5
3
5
5 5
4
4
4
' 30 I 31
32
4
4
4
5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 2 5 4
4
5 5 4 5 4
4 1 4 5 4 4 4 5 4
4
33
34
35
36 4
37
38 4
39 4
40
41
42
4
4
Total
4
164
3
4
3
3
4
4
41
4
4
4
3
166
4
4
4
4
4
3
4
4
165
4
5
5
5
5
2
5
5
196
5
5
5
201
3
3
3
153
4
5
4
4
4
5
5
5 4 2
5
5
4
4
5
5
5
3
4
3
2
4
3
4
5 4
5
4
4
4
5
4
4
4
3
3
5
177
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
166
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
168
4
2
4
1
2
1
5
5
5
5
5
179
4
4
3
2
4
4
4
4
4
4
4
176
5
5
4
4
5
5
5
5
5
4
4
205
4
5
3
2
3
4
4
5
2
5
4
182
3
4
4
2
5
4
4
4
3
5
5
174
5
4
4
3
4
2
3
2
4
5
5
175
5
5
5
3
5
5
3
5
4
5
5
197
4
4
4
4
4
177
4
4
4
4
4
4
Nonparametric Correlations Correlations
Spearman's rho
pengetahuan orang tua tentang autisme
Correlation Coefficient
penerirnaan orang tua terhadap anak pennyandang
autisme
autistik
1.000
Sig. (1-tailed) N
penerimaan orang tua terhadap anak pennyandang autistik
pengetahuan orang tua tentang
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
••. Correlation is significant at the 0.01 level (Hailed).
.728" .000
17 .728*~
17 1.000
.000 17
17
DEl'AH.TEi\I EN A CAM A UNIVEl~SITAS ISLAM NEGEl~I SYAl~IF lllDAYATU!.LAl-l .J;\l(;\RTA FAKUJ;J'AS PSIJ
Nomor
: E.Psi/OT.01.7/2'JJ/V /2004
Jakarta, 12 Mei 2004
I ,an1p
Hal
: lzin Penelitian
Kepada Yth. Ketua Yayasan "ENDE MANDIRI" Jakarta Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa : Nama Tempat Tanggal Lahir Alam at ·
: Futuhiyat : Serang, 17 Februari 1982 : Komp. Cigadung Mandiri Rt. 01/ 10 Blok. I/ 6 Cadasari Pandeglang
Adalah benar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif }lidayatullah Jakarta Semester NomorPokok Tahun Akademik Program
: VIII (Delapan) : 0071020143 : 2003/ 2004 : Strata I (S-I)
Sehubungan dengan tugas ·penyelesaian skripsi yang berjudul: "Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Autisme Dengan Sikap Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Penyandang Autistik", mahasiswa tersebut memerlukan izin penelitian di lembaga Bapak/Ibu/Saudara pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/ sm:dara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuaunya. Demikian atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Saudara kami ucapkan terimakasih.
,,
Wassalamm.laikum Wr.Wb An. Dekan Pembantu Dekan
Bida~'/jkactemik
C1ht1~ l~ ' II
If,
I
Tembusan: O:kan Fokultas PslkoJo;;i
ly
, .
Dra. °4'fhrot'1) N'1hayah, M.Si
~IP. IS02331J'3
,
Nomor Lamp Hal
Jal'11ria, '18 Mei 2004
: E.Psi/OT.01.7/2.30/V /2004 : lzin Penelitian Kepada Yth. Ketua Yayasan Pendidikan Dini An-Nur Ciputat Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa : Nama TempatTanggal Lahir Alamat
: Futuhiyat : Serang, 17Februari1982 : Komp. Cigadung Mandiri Rt. 01/ 10 Blok I/ 6 Cadasari Pandeglang
Adalah benar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
,,
Semester NomorPokok Tahun Akademik Program
: VIII (Delapan) : 0071020143 : 2003/ 2004 : Strata I (S-I)
Sehubung:an dengan tugas penyelesaian skripsi yang berjudul: "Hubungan Antara Pertgetahuan Orang Tua Tentang Autisme Dengan Sikap Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Penyandang Autistik", mahasiswa tersebut memerlukan izin penelitian di lembaga Bapak/Ibn/Saudara pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan membcrikan bantuannya. Demikian atas perhatian dan bantuan Ilapak/Ibu/Saudara kami ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Wr.Wb A.n. Dekan Pembantu Dt
Citl/A1i 1n 1 1.~ IJ /
Tembusan: Dekan fokultas Psi koJo;;i
1
,
I I
Dra. 4)1hrot,,;l/N'ihayah, M5i .\<(NIP. \50238';{1'3 "
Nomor Lamp Hal
Jakarta, 18 Mei 2004
: E.Psi/OT.01.7/!13d/V /2004
: lzin Penelitian Kepada Yth. Ketua Yayasan Bintang Kecil Indonesia Ciputat Assalamualail
: Futuhiyat : Serang, 17 Februari 1982 : Komp. Cigadung Mandiri Rt. 01/ 10 Blok. I/ 6 Cadasari Pandeglang
Adalah benar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester NomorPokok Tahun Akademik Program
: VIII (Dela pan) : 0071020143 : 2003/ 2004 : Strata I (S-I)
Sehubungan dengan tugas penyelesaian skripsi yang berjudul: "I-lubungan Aniara Pengetahuan Orang Tua Tentang Autisme Dengan Sikap Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Penyandang Autistik", mahasiswa terse but memerlukan izin penelitian di !em baga Bapak/Ibu/Saudara pimpin. Oleh karena itu kami mohon kes<xliaan Bapak/Ibu/ saudara 1mtuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan banluannya. Demikian atas perhatian dan banhian Bapak/Ibu/Saudara kami ucapkan terimakasi!l. Wassalamualaikum Wr.Wb A.n. Dekan Pembantu Dekan
Bida~kaciemik
Ora.
Ternbusan: Dekan Fuku\tas Psi koloti
~01,1 l!J7!!
;
zIj..i1rotuf) N'1hayah, MSi
~IP. 1550233'1?'3
,
DEPAH.T[iVIEN ACAIVIA UNIVEH.SITAS !SLAM NEGERI SYARIF 1-11 DA YATULLAH .JAKARTA
FAKULTAS PSI KO LOG I .JI. l
Nomor Lamp Hal
~J:11\arta ~l·latan
15·119 Tclp. 743:\0(i!J i·a.\. 74.J.JO()lJ
Jakarta, 18 Mei 2004
: E.Psi/OT.01.7/230/V /2004
: Izin Penelitian Kepada Yth. Kepala Avanti Teatment Centre Jakarta Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa: Nama Tempat Tanggal Lahir Alamat
: Futuhiyat : Serang, 17 Februari 1982 : Komp. Cigadung Mandiri Rt. 01/ 10 Blok. I/ 6 Cadasari Pandeglang
Adalah benar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif J-Iidayatullah Jakarta Semester Nomor Pokok Tahun Akademik Program
: VIII (Delapan) : 0071020143 : 2003/ 2004 : Sh·ata I (S-I)
Sehubungan dengan tugas penyelesaian skripsi yang berju,lul: "Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Autisme Dengan Sikap Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Penyandang Autistik", mahasiswa tersebut memerlukan izin penelitian di lembaga Bapak/Ibu/Saudara pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/ saudarn untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya. Demikian atas perhatian dan banhian Bapak/Ibu/Saudarn kami ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb An. Dekan Pembantu De.kan Bidan(Akadernik
Tembusan: no\.-=-.t""\ t::"~\,,,\f71C Pdk,"llc.:ai
Ora. hrotJ\"N1hayah, MSi,, ~NIP. 50233ij3
Sentra Terapi Terpadu "ENDE MANDIRI" Perurnahan Kranggan Pennai TI. Merak Raya Blok AP I No. 3 Pondok Gede Bekas; Telepon: (021)8440935
0
: 20/STTEM A/VIII/2004
al
: Surat Keterangan
Kranggan, 03 Agustus 2004
ampiran
Dengan ini menyatakan bahwa, mahasiswa dengan identitas sebagai berikut: Nama
: Futuhiyat.
Fakultas
: Psikologi.
Semester
: VIII.
Pernah melakukan penelitian di Klinik Sentra Terapi Terpadu" Ende Mandiri" 1emikian surat keterangan ini, semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
PENDIDIKAN DINI AN NUR UNTUK ANAK PENYANDANG AUTISJVIA I PDD Komplek IAIN JI. Ibnu Khaldun III No. 21. Telp: 7418659 CIPUTAT-JAKARTA SELATAN
SURAT KETERANGAN No. PDNO!/SKT/08/2004 Yang bertanda tangan dibawah ini Direktur Pendidikan Dini An Nur, menerangkan bahwa: Nama NIM Fakultas Alamat
: FUTUHIYAT ~ 0071020143 : Psikologi UIN Jakarta : Komplek Cigadung Mandiri Rt. 01/10 Blok B 1/6 Cadasari Pandeglang
Bahwa nama tersebut diatas benar tel:lh. melakukan penelitian untuk penyelesaian sk.ripsi yang berjudul: "Hubungan Antara Pengetahuan Orangtua Tentang Autisme Dengan Sikap Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Penyandang Autistik". Oemikianlah surat keterang:m ini kami berikan untuk dap10t dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 5 Agustus 2004
--~ENDIDIKAN DINI .
AN NUR
-
r-
'
---------
Dra. Lilis Arofiyanti MM
:Bintang K.ieil Indon{lsia Bintang Special Needs Education Center Bintang Speech & 0. Therapy Center Indonesian Little!' Star Preschool & Early Intervention Center
SURAT KETEHANGAN No. /l'f /bl,/ l//ff-O'f.
Dengan ini menerangkan hahwa mahasiswa dengan identitas sebagai berikut: Nama
: Futuhiyat
NIM
: 0071020143
Fakultas
: Psikologi
Semester
: VJJI
Malrnsiswa
: Universitas Islam Negcri Syarif Hidayatullah Jakarta
Tclah melakukan penclitian skripsi yang bcrjudul "Hubungan Antara J'engetahuanOrang Tua Tentang Autisme Dengan Sikap Pcnerimaan Orang Tua Terhadap Anak Penyandang Autistik" di Kliuik Bintang Kecil Indonesia Special Needs Education Center & Early Intervention Center. Demikian
surat
kcterangan
sebagain1ana 111estinya.
ini
dibuat
untuk
dapat
dipergunakan
SARANA TERAPI MANDIRI
SURAT KETERANGAN No.047/SK/ATCNW04
Hal
: Keterangnn tclah menyelesaikan penelitinn.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa: N~ma
: Futuhiyat
Tempatffanggal Lahir
: Serang, 17 Pebruari J982
Ahuna!
: Komp. Cigadung Mandiri Rt.O l/l 0 Blok !/6 Cadasari Pandeglang.
Status
: Mahasiswi Fakultas Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Yang bersangkulan telah selesai melakukan penelitian yang menunjang Skripsi yang ierjudul " Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Autisme Dengan Sikap 'enerimaan Orang Tua Terhadap Anak Penyandang Autistik." Di Avanti Treatment ~entre.
lemikian Surat Keterangan
1111
saya buat untuk dapat dipergunakan
sebag~imana
1estinya.
J a rta, 06 Juli 2004 1-1 nnat Kami,
i ' · . · ' . ..
>.-·;
. ,i
,0J
,·.r \~ 1 .Y.i,,
!
",0-
!.I!~. , I
I,
~ ;.-,;..,.:..--:--
_kson R_ Sinaga, S.Sos) Kepala Klinik
Wisn1a Bayuadji Le. 2, JI. Gandaria Tengah Ill No. 44, Kcbayoran Baru Tclp 7397616 - Fax. 7397637 IAKARTA SF=I ATA'-1