HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN IBU SERTA KEBIASAAN MENCUCI TANGAN TERHADAP INSIDEN DIARE BALITA DI JAKARTA TIMUR Albert Tony Lopolisa dan Trevino Aristakus Pakasi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta, 10430, Indonesia
[email protected]
Abstrak Diare merupakan penyebab kematian kedua pada balita di seluruh dunia, dengan presentase sekitar 17 %. Satu dari lima balita meninggal akibat diare setiap tahunnya yang diakibatkan kurangnya cairan tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berperan terhadap insiden diare balita. Pengumpulan data berlangsung dari 1 Maret 2011 sampai 1 April 2012, metode polygonal random sampling digunakan untuk mencari sampel. Dari 2401 responden yang mengisi kuisioner dengan lengkap dan 466 keluarga memiliki anak balita, sebanyak 73 balita (15,7%) terkena penyakit diare selama dua minggu terakhir. Mayoritas ibu memberikan oralit sebagai tindakan pengobatan utama diare. Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,001) antara tingkat pendidikan ibu dan kebiasaan mencuci tangan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu (p=0,649), tingkat pengetahuan ibu (p=0,124), kebiasaan memberi ASI (p=0,031), pengetahuan akan oralit (p=0,000), kebiasaan mencuci tangan ibu (p=0,529) dan antara tingkat pendidikan kepala keluarga (p=0,708) dengan insiden diare balita. Semakin tinggi pendidikan ibu, akan merubah pola pikir agar menjadi lebih sehat. Pendidikan dan pengetahuan orangtua yang tidak didukung kebiasaan baik, serta cara mencuci tangan yang tidak benar mempunyai sedikit peran untuk mengurangi insiden diare. Kata Kunci: Pendidika; Pengetahuan; Cuci tangan; Diare.
Relationship between Parent’s Formal Education, Mother’s Knowledge and Handwashing Behaviour with Diarrhea Incidence in East Jakarta Abstract Diarrhea has been the second top leading cause of death among infants around the world, for about 17%. One of five children dies because of diarrhea, due to the loss of body fluid. The goal of this research is to know the relationship between factors that counts with diarrhea incidence of infants. Data collection had started from March 1st until April 1st, 2012, polygonal random sampling method was used to get the sample. From 2401 respondent that fills the questionare 466 families are having infants in their home, and as many as 73 infants (15,7 %) had diarrhea for the last two weeks. Majority of the mother are giving the QRS (36,69%) for the main treatment for diarrhea. Significant result showed up between the mother’s knowledge and the handwashing behaviour (p=0,001). Furthermore, no significant relation between mother’s formal educational level (p=0,649), mother’s knowledge (p=0,124), breastfeed behaviour(p=0,031), knowledge about the oral rehydrate solution(p=0,000) and the householder’s educational level (p=0,708) with the diarrhea incidence. Mother’s formal educational level counts for a change in the way of thinking, to become more healtier. Education and the knowledge without a change of a good lifestyle, and right way of handwashing have so little effects in decreasing the diarrhea incidence. Keyword: Education; Knowledge; Handwashing; Diarrhea.
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
Pendahuluan Diare merupakan penyebab kematian kedua pada balita di seluruh dunia, dengan presentase sekitar 17% dari seluruh penyakit pada balita. Tercatat satu dari lima balita meninggal akibat diare setiap tahunnya, yaitu dengan total hampir mencapai sembilan juta kematian.1 Penyebab utama kematian balita tersebut adalah kurangnya cairan tubuh atau dehidrasi. Sangat disayangkan oleh WHO bahwa hanya berkisar 39% dari balita yang menderita diare mendapatkan perawatan yang tepat.2 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi diare di Jakarta adalah 8,0%. Balita masih tetap menduduki urutan pertama yang terkena diare, berkisar 16,7%. Angka kematian akibat diare tiap tahunnya untuk bayi (usia 29 hari-11 bulan) adalah 31,4% dan dan anak balita (usia 12-59 bulan) adalah 25,2%.3 Dari laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008, angka kematian balita di Indonesia adalah 41 balita tiap 1000 kelahiran. Pelayanan kesehatan di Indonesia cenderung hanya menangani kasus diare dengan memberikan asupan ASI dan hanya sebagian kecil yang memberikan Oral Rehydration Therapy (Oralit), paket Oral Rehydration Salt (ORS).2 DKI Jakarta tercatat menjadi kota yang mempunyai angka penanganan diare dengan oralit yang paling sedikit, yakni 10,6%. Penelitian menunjukkan bahwa pada anak-anak setelah diberikan kampanye cara cuci tangan yang baik dan benar, terbukti dapat menurunkan insiden diare sebesar 40%.3 Peneliti ingin mengetahui apakah pengetahuan mencuci tangan tersebut berhubungan dengan insiden diare balita di Jakarta. Pengetahuan tersebut khususnya dibutuhkan oleh seorang ibu yang sedang menyusui atau merawat anaknya. Selain itu peneliti ingin juga mengetahui faktor yang dapat menyebabkan diare pada anak balita. Faktor faktor lainnya yang ingin dilihat sebagai pajanan adalah tingkat pengetahuan ibu dan pendidikan kedua orang tua. Penelitian ini dilakukan di Jakarta Timur sebagai daerah administrasi kota yang terpadat di Jakarta, yang tentu saja memudahkan transmisi penyebab diare, sehingga hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk keperluan intervensi kepada masyarakat.
Tinjauan Pustaka Diare didefinisikan oleh WHO sebagai buang air besar berbentuk cairan lebih dari tiga kali per hari, atau lebih sering, dari kebiasaan buang air besar pada individu normal. Diare dapat ditemukan pada seluruh lapis masyarakat dan dari berbagai rentang umur. Penyebab penyakit
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
diare ini secara umum adalah mencakup sebagian besar patogen pada umumnya yaitu bakteri, virus dan protozoa. 4,5,6 Definisi dan penggolongan secara mutlak diare tidak dapat diberikan, dikarenakan variasi pola makan dan saluran cerna dari masing-masing individu adalah berbeda. Apabila seseorang buang air besar melebihi 250gr dengan konsistensi air mencapai 75-95%, dapat dipastikan orang tersebut menderita diare. Dampak dari diare pada orang dewasa adalah kekurangan cairan (dehidrasi) yang dapat mencapai 14L. Apabila keadaan dehidrasi ini terjadi pada anakanak dan balita, akan dapat membahayakan keselamatan jiwa.7,8 Penyakit diare pada umumnya disebabkan oleh transmisi agen infeksius yang berasal dari kotoran dan masuk kedalam sistem pencernaan (transmisi faecal-oral). Bagaimanapun juga, jalur transmisi dan jumlah koloni bakteri atau organisme yang dapat menyebabkan gejala secara klinis berbeda-beda pada tiap orang. Seorang induvidu yang sudah memakan agenagen infeksius tersebut belum tentu bermanifestasi sebagai diare9 Penggunaan oralit sebagai penanggulangan diare sangatlah dianjurkan, namun pada daerahdaerah tropis seperti Indonesia, sebuah aturan khusus berlaku. Oralit harus dibuat langsung, sesegera mungkin apabila kasus diare terjadi. Hal ini dikarenakan larutan oralit dengan komposisi di atas mempunyai kecenderungan tidak stabil apabila berada di tempat yang panas Bubuk untuk pengenceran dapat ditemukan dalam bentuk sachet untuk 200 ml, 500 ml. Obat lainnya adalah zinc sulfate, yang diminum dalam bentuk cairan ataupun tablet dalam 10 mg per unit. Harus diperhatikan bahwa penggunaan zinc sulfate sebagai penanggulangan diare akut hanyalah sebagai pelengkap obat oralit. Obat diare simptomatik lainnya seperti codein, yang berbentuk tablet 30 mg.10 Pada saat seorang anak bayi menderita diare, pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah tetap memberikan asupan makanan, tetap memberikan ASI apabila sang bayi masih menyusui, memberikan oralit sebagai tindak lanjut diare akut, ataupun membaya sang bayi ke dokter agar dapat diberikan pertolongan lanjutan.11. Persentase balita dibawah dua tahun yang terus mendapatkan ASI ketika diare adalah 94,90%.3 Apabila pendidikan ibu semakin tinggi, maka kesadaran mencuci tangan akan lebih tinggi, tindak lanjut yang diberikan akan lebih baik, dan pengetahuan tentang diare, insiden diare akan lebih rendah.12 Motivasi dan proses sampai terjadinya perubahan perilaku dibahas didalam teori model transtheoretical. Terdapat lima tahapan yang berlaku, dan setiap proses tersebut dipengaruhi
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
oleh berbagai aspek, yakni precontemplation, contemplation, persiapan aksi, aksi dan maintenance.
13
Tahapan pengetahuan didalam individu mempunyai enam tingkatan yakni
tahu, paham, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.14 Kemauan dan kesadaran individu turut memegang peran agar terciptanya perubahan sikap tersebut.15 Health belief model merupakan teori yang paling banyak digunakan saat ini.16 Teori ini berdasarkan pada kebiasaan kesehatan akan ditentukan oleh kepercayaan atau pesepsi mengenai sebuah penyakit, dan bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kejadian penyakit. terdapat empat persepsi yang menyusun model ini yakni perceived seriousness, percecived susceptibility, perceived benefits, perceived barriers .17 Contohnya adalah penggunaan alkohol untuk mencegah terjadinya penyakit.18 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross-sectional. Penelitian dilakukan di Jakarta Timur tanggal 1 Maret 2011 sampai 1 April 2012 dengan sumber data primer berupa kuesioner. Responden yang akan dimasukkan dalam penelitian dipilih dengan cara polygonal random sampling, yaitu pengacakkan dengan menggunakan aplikasi Google Map dan Arc View. Pengacakan akan memakai pertimbangan luas daerah berbanding dengan jumlah rumah yang terlihat di GPS. Setelah mendapatkan responden, pengumpulan data dilakukan door to door. Kriteria inklusi mencakup keluarga yang yang tinggal menetap di Jakarta Timur, yang memiliki balita berusia 0-5 tahun pada saat wawancara, responden bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi adalah ketika balita tidak tinggal satu rumah dengan sang ibu. Indikator yang dinilai akan ditanyakan dalam delapan poin penilaian utama yakni (1) pendidikan terkahir ibu dan (2) kepala keluarga, (3) kapan mencuci tangan, (4) apakah mengetahui diare, (5) pernahkah balita mendapatkan diare, (6) tindakan ibu terhadap diare, (7) apakah pernah mendengar oralit dan (8) apakah melanjutkan ASI bila diare. Definisi operasional yang digunakan adalah (1) Diare: buang air besar berbentuk cairan lebih dari tiga kali per hari, atau lebih sering, dari kebiasaan buang air besar pada individu normal. (2) Pendidikan ibu: tinggi (perguruan tinggi), menengah (tamat SMP hingga SMA), rendah (tidak bersekolah hingga tamat SD). Dan (3) kebiasaan mencuci tangan: baik (4 sampai 5 poin), Cukup (2 sampai 3 poin), buruk (0 sampai 1 poin). Selanjutnya interpretasi data dilakukan dengan uji hipotesis chi square, apabila nilai p < 0.05, penelitian dianggap bermakna, apabila nilai p > 0.05, penelitian dianggap tidak bermakna.
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
Hasil Penelitian Didapatkan sebanyak 466 ibu rumah tangga yang menjadi subjek penelitian. Insidens diare pada balita adalah sebesar 15,7% dengan mayoritas pendidikan ibu dan kepala keluarga adalah pendidikans sedang sebesar 72,3% dan 71,0%. Walaupun mayoritas ibu mengetahui definisi diare (91,2%%) dan oralit (94,6%), namun hanya 74,8% ibu yang masih tetap memberikan ASI apabila anaknya diare. Hanya 14,6% ibu yang mencuci tangan sering. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 1.
Tabel 1. Gambaran Diare Balita, Pengetahuan Ibu dan Pendidikan Keluarga di Jakarta Timur Frekuensi Variabel Kategori n % Insiden diare
Tingkat pendidikan Ibu
Pendidikan kepala keluarga
Pengetahuan ibu Dengar oralit Masih memberi asi dan masih menyusui
Cuci tangan
Tidak Pernah Pernah Rendah Menengah Tinggi Rendah Menengah Tinggi Tidak tahu Tahu Tidak pernah Pernah Tidak Ya Buruk Cukup Baik
393 73 58 337 71 36 331 99 41 425 16 450 49 146 135 263 68
84,3 15,7 12,4 72,3 15,2 7,7 71,0 21,2 8,8 91,2 3,4 96,6 25,9 74,8 29,0 56,4 14,6
Gambar 1 Perbandingan Tindakan Pengobatan yang akan Dipilih Ibu apabila Balita Mengalami Diare
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
Dari 71 ibu yang berpendidikan tinggi, tampak peningkatan kebiasaan mencuci tangan secara baik yakni sebesar 29,6%. Data dapat dilihat dari tabel 2. Tabel 2. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kebiasaan Mencuci Tangan Kebiasaan mencuci tangan Variabel Kategori Uji Kemaknaan* Buruk Cukup Baik n % n % n % Rendah 22 37,9 32 55,2 4 6,9 Tingkat pendidikan ibu Menengah 100 29,7 194 57,6 43 12,8 p=0,001 Tinggi 13 18,3 37 52,1 21 29,6 *Uji kemaknaan menggunakan chi square
Pada uji Fisher's Exact Test tidak terdapat hubungan antara seorang ibu yang memiliki pengetahuan tentang diare terhadap pemberian tetap memberikan ASI yang terangkum dalam tabel 3. Tabel 3. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Mengenai Diare Dengan Pemberian ASI serta Pengetahuan Mengenai Oralit Pengetahuan Ibu Variabel
Kategori
Masih memberi ASI dan masih menyusui
Tidak tahu
Tahu
Uji Kemaknaan
n
%
n
%
Tidak
6
12,2
43
87,8
Ya
5
3,4
141
96,6
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
p=0,031*
Tidak Tahu 5 Tahu 11 *Uji kemaknaan menggunakan Fisher’s Exact Test Oralit
12,2 2,6
36 414
87,8 97,4
p=0,000**
Tingkat pendidikan ibu yang semakin tinggi tidak mempunyai hubungan yang bermakna untuk mencegah insiden diare. Masih banyak balita masih menderita diare walaupun tingkat pendidikan ibu dan kepala keluarga, khususnya ayah, tinggi. Dari mayoritas tingkat pendidikan, yakni menengah, sekitar 16% bayi yang masih menderita diare, dua kali lipat dibandingkan angka yang diberikan oleh Riskesdas.3 Sejumlah 16,7% balita masih menderita diare walaupun ibu mengetahui tentang diare dan cara penularannya. Kebiasaan mencuci tangan yang baik tidak menunjukkan perubahan pada insiden diare, karena masih banyak insiden diare di antara ibu-ibu yang mempunyai kebiasaan mencuci tangan dari yang baik sampai buruk. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4. Tabel 4. Hubungan antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, dan Kebiasaan Mencuci Tangan Ibu dengan Insiden Diare Insiden diare Variabel
Kategori
Rendah Tingkat pendidikan ibu Menengah Tinggi Tidak tahu Pengetahuan ibu Tahu Buruk Kebiasaan mencuci tangan Cukup Baik Rendah Tingkat pendidikan kepala Menengah keluarga Tinggi *Uji kemaknaan menggunakan Chi Square
Tidak pernah
Pernah
n
%
n
%
50 281 62 38 355 115 218 60 32 277 84
86,2 83,4 87,3 92,7 83,5 85,2 82,9 88,2 88,9 83,7 84,8
8 56 9 3 70 20 45 8 4 54 15
13,8 16,6 12,7 7,3 16,5 14,8 17,1 11,8 11,1 16,3 15,2
Uji kemaknaan*
p=0,649 p= 0,124 p= 0,529
p=0,708
Pembahasan Tingkat pendidikan ibu dan kebiasaan mencuci tangan. Keberhasilan dari pendidikan untuk merubah kebiasaan mencuci tangan dapat dikarenakan berhasilnya dua aspek, yakni persiapan menuju kepada tindakan, ataupun tindakan sampai dengan pemeliharaan
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
(maintenance). Pendidikan mungkin saja telah menerapkan persiapan dan tindakan yang baik, dan didukung dengan lingkungan yang menjaga kebiasaan mencuci tangan.19 Tingkat pendidikan ibu dan insiden diare. Penelitian oleh Caruso mengatakan bahwa faktor pendidikan ibu ditinjau penting. Walaupun mayoritas ibu yang tinggal di Jakarta Timur saat ini mempunyai pendidikan yang setingkat SMA, besar kemungkinan informasi dan cara pendidikan yang diberikan dapat berbeda pula. Peneliti melihat faktor keberadaan ayah, sesuai dengan penelitian Fuchs dimana ayah mempunyai peran untuk mengendalikan tindakan yang dilakukan ibu, baik tindakan pencegahan, dan penanganan diare. 20,21 Hussain dan Smith menyatakan bahwa ibu yang tidak beraktivitas di rumah, akan meningkatkan risiko balita terkena diare.22 Penelitian oleh Eralita menyebutkan bahwa pengetahuan ibu yang merupakan faktor yang lebih bermakna daripada pendidikan sang ibu, dan hal yang lebih berpengaruh adalah gaya hidup ibu tersebut.23 Tingkat pengetahuan ibu dan pemberian ASI serta pengetahuan mengenai oralit. Seorang ibu yang tidak dibekali pengetahuan lebih akan asupan cairan sebagai tata laksana kehilangan cairan, dapat menerapkan pola pikir yang salah. Ibu dapat berpikir bahwa apabila diberikan cairan, maka anak akan mengalami diare lagi. Kenyataan yang terjadi adalah balita akan mengalami dehidrasi yang dapat mengarah kepada kegagalan tumbuh. Ibu sudah dibekali pengetahuan akan diare dan dehidrasi, akan tahu bahwa penganganan yang tepat adalah memberikan asupan cairan, salah satunya adalah oralit. Pengetahuan akan obat-obatan tersebut akan sangat membantu mensukseskan program MDGs yakni menekan angka kematian balita.24 Tingkat pengetahuan ibu dan insiden diare. Aspek sering luput dari seorang ibu adalah pengetahuan akan kebersihan diri keluarga, akses air minum yang bersih, dan vaksinasi. Liu, didalam penelitiannya menambahkan, seorang ibu yang telah mendapatkan pengetahuan yang cukup, tidak akan cukup untuk mempromosikan kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Dibutuhkan pemberdayaan dan pemikiran dari diri sendiri bahwa hal tersebut akan berhasil.25 Dapat terjadi komunikasi yang tidak baik, kurangnya antusiasme warga sekitar untuk mengurangi tingkat insiden diare pada balita juga dapat mengurangi keberhasilan edukasi. Edukasi apabila diberikan dengan cara yang tidak baik akan memberikan dampak yang tidak signifikan. Hal tersebut diutarakan oleh Elder didalam penelitiannya, dimakna kampanye dan
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
edukasi yang diberikan tidak akan cukup untuk memberikan perubahan karena cara penyampaian juga memegang peranan penting.25,26 Kebiasaan mencuci tangan dan insiden diare. Penelitian dari Oswald menunjukkan bahwa umumnya ibu dan anak akan mencuci tangan setelah 15 menit setelah kontak dengan daerah anal, dan hasil menunjukkan bahwa ibu lebih sering mencuci tangannya daripada anaknya.27 Ibu yang mencuci tangannya tidak mempunyai hubungan yang bermakna untuk mencegah diare dapat disebabkan karena anak yang ia jaga telah terkontaminasi. Meskipun tangan ibu telah bersih, apabila ia memegang tangan sang anak dan memberikan makanan, maka anak tersebut dapat berpotensi terkena diare.28 Faktor lainnya adalah cara untuk mencuci tangan, volume air yang kurang, tidak menggunakan sabun, sumber mata air dan lingkungan yang buruk. Penelitian menyebutkan bahwa faktor penggunaan air yang sedikit dapat disebabkan oleh kurangnya status ekonomi pada keluarga itu. Penelitian Oswald menyebutkan bahwa ibu sering mencuci tangannya bersamaan dengan saat ia mencuci pakaian, alat-alat makanan dan makanan itu sendiri. Persepsi lainnya yang terjadi di Peru adalah hanya dengan air saja, maka tangan sudah bersih.27 WHO menyebutkan bahwa 1/3 dari kejadian diare dapat diturunkan oleh keberadaan fasilitas sanitasi yang baik. 28 Pendidikan kepala keluarga dan insiden diare. Pada lingkungan keluarga yang mempunyai tingkat sosioekonomi yang rendah, pendidikan justru akan ditekankan kepada pihak suami/pihak pria. Seorang wanita tidak akan diutamakan didalam menempuh jenjang pendidikan karena ia akan bekerja di dalam rumah, dan mengurus kebutuhan sehari-hari. Penelitian Oleh Danh di Vietnam mendukung bahwa pendidikan kepala keluarga berhubungan dengan pekerjaannya, apabila pekerjaan seorang kepala keluarga semakin baik, semakin banyak pula pemasukan keluarga tersebut. Seorang ibu dan ayah yang merencanakan untuk mempunyai anak terakhir dan tidak akan menambah anak lagi juga dapat menekan insiden diare, hal ini dikarenakan kesediaan dan kesiapan sang ibu dan ayah yang matang untuk mengasuh sang balita. Faktor yang mempengaruhi kesiapan tersebut adalah pendidikan sang ayah, maupun ibu.20 Liu mengatakan bahwa faktor yang menentukan hubungan antara insiden diare balita dan keluarga akan dipengaruhi oleh karakter sosiodemografis dan kepercayaan serta norma yang berlaku saat itu.25
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
Metode pemilihan responden. Metode pemilihan responden yang dipilih dalam riset Riskesdas adalah dengan menggunakan cluster random sampling yang menggunakan blok sesnsus dari Badan Pusat Statistik (BPS). Pengambilan data diambil di daerah perkotaan dan pedesaan, dan dengan mengambil data sebanyak 315.000 yang termasuk didalamnya adalah 2800 blok sensus, masing-masing 25 rumah tangga dan dengan perkiraan sebanyak 4,5 individu per rumah.30 Terdapat beberapa perbedaan yang jelas terlihat, seperti (1) Perbedaan jumlah insiden diare pada balita, yang mencapai 15,7%, sedangkan menurut Riskesdas hanya sebesasr 8% di Jakarta. (2) Terdapat perbedaan jumlah ibu pada tingkat pendidikan, pada penelitian ini terdapat mayoritas pendidikan menengah, dan berjumlah 337 ibu (72,3%). Sedangkan menurut data dari BPS, hanya 51,9% ibu yang memiliki tingkat pendidikan menengah. (3) Perbedaan tindakan pemberian ASI berdasarkan riset kami, berjumlah 74,8% saja dibandingkan dengan survei mordibilitas diare, yakni sebesar 94,9%. (4) Perbedaan tindakan pemberian oralit yang berkisar 37% dengan survei Riskesdas sebesar 10,6%. Perbedaan riset ini dan Riskesdas dapat terjadi akibat perbedaan cara pemilihan sampel, beberapa variabel dapat berubah seiring dengan waktu pengambilan, serta perbedaan tempat spesifik untuk penelitian yang dipilih, dikarenakan riset ini dapat memilih responden yang tidak tinggal didalam rumah atau tempat tinggal yang terdaftar secara sah menurut BPS, seperti rumah yang terpencil didalam gang sempit, rumah yang tidak mempunyai jalan yang bagus dan terlihat jelas, serta kasus lain seperti dibawah jembatan dan perbatasan RT/RW.
Kesimpulan Dari 2401 responden yang mengisi kuisioner dengan lengkap, hanya terdapat 466 (19,4%) responden yang memenuhi kriteria inklusi (memiliki anak balita). Masih banyak balita yang menderita diare selama dua minggu terakhir, yakni mencapai 15,7%. Penanganan utama yang diberikan oleh ibu adalah memberikan oralit, namun masih dirasa kurang (36,69 %). Pendidikan ibu yang semakin tinggi akan memberikan dampak pada perilaku mencuci tangan ibu, sangat disayangkan masih 14,6% penduduk yang melakukan tindakan cuci tangan yang baik, dan ditambah lagi kita tidak mengetahui apakah tindakan tersebut sudah benar dilaksanakan atau tidak. Pendidikan ibu dan ayah, pengetahuan dan kebiasaan mencuci tangan ibu ternyata tidak memberikan perubahan didalam insiden diare balita, karena insiden tersebut cenderung konstan untuk tiap lapisan.
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
Ayah sebagai kepala keluarga pada umumnya, dan memberikan contoh perilaku pada keluarga ternyata tidak dapat mencegah insiden tersebut dikarenakan kurangnya waktu untuk menjaga anak. Ibu yang mempunyai pengetahuan dan pendidikan serta mencuci tangannya tidak dapat mencegah insiden tersebut dapat dikarenakan faktor lain seperti lingkungan yang kotor, cara mencuci tangan yang baik, kurang membiasakan mencuci tangan pada anak. Dan sangat disayangkan masih terdapat beberapa ibu yang kurang mengetahui mengenai diare, oralit, dan tata laksana diare yang baik yakni tetap memberikan ASI Saran Terdapat banyak faktor lain selain pendidikan, pengetahuan, kebiasaan mencuci tangan dari ibu maupun ayah, yang menyebabkan terjadinya insiden diare. Perlu diadakan peran aktif masyarakat untuk terus lebih sering mencuci tangan dan membersihkan alat dan barang yang rentan sebagai media kontaminasi agen infeksi. Dikarenakan masih sangat banyak bayi yang diare, diharapkan pemerintah juga lebih perhatian kepada sisi tumbuh kembang bayi yang mengalami diare. Dan mengadakan penyuluhan mengenai kebersihan dan cara mencuci tangan yang baik dan benar. Pemerintah dapat melakukan riset berikutnya dengan menggunakan metode polygonal random sampling yang telah kami lakukan, dengan harapan homogenitas seluruh data dan menjangkau daerahdaerah khusus yang sebelumnya tidak dijangkau. Selain itu, perlu diadakan riset mengenai cara cuci tangan yang baik dan benar, yang meliputi penggunaan air cuci tangan yang mengalir atau tidak beserta sumbernya, penggunaan sabun ketika mencuci, dan pengetahuan cara mencuci tangan yang baik dan benar.
Daftar Pustaka 1
Walker CLF, Friberg IK, Binkin N, Young M, Walker N, Fontaine O, et al. Scaling Up
Diarrhea Prevention and Treatment Interventions: A Lives Saved Tool Analysis. PLOS Med . 2011 mar 22; [dikutip 1 Agustus 2011]; diunduh dari: http://www.plosmedicine.org/article/ info:doi/10.1371/journal.pmed.1000428 2
UNICEF/WHO. Diarrhea: Why children are still dying and what can be done. [dikutip 16
agustus 2011]; diunduh dari URL: http://7pointplan.org/diarrhoea-why-children-are-stilldying-and-what-can-be-done.pdf 3
Departemen Kesehatan RI. Situasi DIARE di Indonesia. Riskesdas. Jakarta,2011. Buletin
jendela data dan Informasi kesehatan volume 2, Triwulan 2, 2011.
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
4
Fewtrell L, Kaufmann RB, Kay D, Enanoria W, Haller L, Colford JM Jr. Water, sanitation,
and hygiene interventions to reduce diarrhoea in less developed countries: a systematic review and meta-analysis. Lancet Infect Dis. 2005;5:42-52. 5
Curtis V, Cairncross S. Effect of Washing Hands with Soap on Diarrhoea Risk in the
Community: A systematic review. lancet infect dis. 2003;3:275-81 6
Luby SP, Agboatwalla M, Feikin DR, Painter J, Billhimer W, Altaf A, et al. Effect of
Handwashing on Child Health: A randomised controlled trial. lancet infect dis. 2005;366:22533 7
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi: Sistem Saraf. 7th ed. Jakarta: EGC;
2007 8
Sherwood L. Human Physiology: From Cells to System. 7th ed. Belmont CA:
Thomson/Brooks/Cole; 2007 9
Rehydration Project. Diarrhoea [internet]. 2011 jun 1; [dikutip 3 Agustus 2011]; diunduh
dari: http://rehydrate.org/diarrhoea/index.html 10
WHO. WHO Model Lists of Essential Medicines [internet]. 2009 Maret; [dikutip 4 Agustus
2011];
diunduh
dari:
http://www.who.int/selection_medicines/
committees/expert/17/sixteenth_adult_list_en.pdf 11
Wulandari AP. Hubungan antara faktor lingkungan dan faktor Sosiodemografi dengan
kejadian diare pada balita di desa Blimbing kecamatan sambirejo kabupaten sragen tahun 2009. Surakarta: UMS; 2009 12 13
Widyastuti P. Epidemiologi Suatu Pengantar. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2005 Prochaska, J. O., & Velicer, W.F. The Transtheoretical Model of health behavior change.
American Journal of Health Promotion, 12, 38-48. 2007. 14
Agusniarti, DW. Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Penanganan Diare pada Balita
[internet]. 2008. Diunduh dari URL http://www.scribd.com/doc/58621470/ HubunganPengetahuan-Dan-Sikap-Ibu-Dengan-Kejadian-Diare-Pada-Balita 15
Notoadmojo S. Dr, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Penerbit
Andi Offset, Yogyakarta:1993. 16
Glanz K, Rimer B K, Lewis FM. (Eds.). Health Behavior and Health Education(3rd ed).
2002. San Francisco: Jossey-Bass. 17
Becker, M. H. (Ed.). The Health Belief Model and personal health behavior. 2004.
Thorofare, NJ. 18
Ejemot RI, Ehiri JE, Meremikwu MM, Critchley JA. Hand washing for preventing
diarrhoea. Cochrane Database Syst Rev. 2008; 1: CD004265. PMID:18254044
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014
19
Trunnell E P, george L W JR. Using behavior change theories to enhance hand hygiene
behavior.2008. Education for health, vol. 18, no. 1, march 2005; 80 – 84. 20
Caruso B, Stephenson R, Leon J. Maternal behavior and experience, care access, and
agency as determinants of child diarrhea in bolivia. 2010. Rev panam salud publica. 2010 december; 28(6): 429–439. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pmc/articles/pmc3142664/ 21
Fuchs S C, Victora C G. Risk and prognostic factors for diarrheal disease in brazilian
infants: a special case-control design application. Cad. Saúde pública [serial on the internet]. 2002
june
[dikutip
24
Maret
2012]
;
18(3):
773-782.
Diunduh
dari:
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=s0102-311x2002000300026&lng=en 22
Hussain, T. M. & Smith, J. F., 1999. The relationship between maternal work and other
socio-economic factors and child health in bangladesh. Public health, 113:299-302. 23
Eralita. Corelation of environmental sanitation,womens knowledge and behavior to the
acute diarrhea in underfives children of pahandut subdistrict, palangkaraya city [internet]. 2011.
[dikutip
1
Maret
2012]
Yogjakarta
http://www.ph-
gmu.org/test/wisuda/publikasi/online/foto_berita/eralita.pdf.pdf 24
WHO. Diarrhoeal disease [internet]. 2009. [dikutip 4 Agustus 2011] Diunduh dari URL
Http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/index.html 25
Liu J. Maternal beliefs and behaviors in the prevention of childhood diarrhea in dar es
salaamm,
tanzania.
Stanford
university.
2009.
Diunduh
dari
URL:
http://
studentaffairs.stanford.edu/sites/default/files/haas/files/jessie%20liu%20thesis 26
Elder JP, Ayala GX, Harris S. Theories and intervention approaches to health-behavior
Change in primary care.1999. American journal of preventive medicine 17(4): 275-284. 27
Oswald W, Hunter G, Lescano A, Cabrera L, Leontsini E, Gilman R, et al. Direct
observation of hygiene in a Peruvian shantytown: not enough handwashing and too little water. Tropical Medicine & International Health [serial on the Internet]. (2008, Nov). [dikutip 24 Maret 2012]; 13(11): 1421-1428. 28
WHO. 10 facts on sanitation[internet].2011. [dikutip 4 Agustus 2011] Diunduh dari URL
http://www.who.int/features/factfiles/sanitation/en/index.html#m 29
Danh NN. Private and public determinants of early child health in vietnam. 2009. Young
lives student paper. Diunduh dari URL http://www.younglives. org.uk/files/studentpapers/private-and-public-determinants-of-early-child-health-in-vietnam 30
Departemen Kesehatan RI. Metode Penelitian. Riskesdas [internet]. 2010. [dikutip 5 Mei
2012].
Diunduh
dari
URL
http://www.riskesdas.litbang.
depkes.go.id/2010/index.php?option=com_content&view=article&id=47&Itemid=57
Hubungan Antara..., Albert Tony Lopolisa, FK UI, 2014