HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Yuli Kusumawati, Dwi Astuti dan Ambarwati Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS Jl A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57102
Abstract The effective expedient to surpass health problems is to care of health, to promote health and to prevent illnesses by doing healthy behavior. But it has not been realized and done well by most Indonesian people. Because of the lack of education, it becomes one of the causes of the low awareness to environmental health. This observational research with cross sectional approach used sample as many as 175 family leaders. The result obtained is family leaders who have elementary education is equal to 69.1% and secondary education is equal to 30.9%. The family leaders who have the environmental health knowledge with middle categories is equal to 57.7%, while the family leaders with healthy and hygiene life behavior is equal to 44.6% and low category is equal to 11.4%. Statistical test shows that there is relation of family leader’s education and knowledge of environmental health with the p-value equal to 0.001. Suggestion given to related parties in this case is Health Department, to increase the health knowledge in general continuously and environmental health especially through health promotion effort simultaneously. Key words : Education, Knowledge, Hygiene, Healthy Behaviors
PENDAHULUAN Tujuan menuju
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, pembangunan
Indonesia
perilaku,
lingkungan,
pelayanan
kesehatan dan keturunan. Hasil penelitian di
dan
negara maju, di antara faktor tersebut, yang
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
mempunyai andil paling besar terhadap status
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
kesehatan adalah ling-kungan. Di negara
yang optimal, yang salah satunya ditandai oleh
berkembang, perilaku mempunyai kontribusi
penduduknya hidup dalam lingkungan dan
yang lebih besar. Oleh karena itu, sebenarnya
dengan perilaku yang sehat (Depkes, 1999).
perilaku akan mem-pengaruhi pula kondisi
Dalam
lingkungan yang ada di sekitar manusia.
kesadaran,
mewujudkan
masyarakat pembangunan
yang lebih
2010
yaitu
adalah
meningkatkan
Sehat
kesehatan
kemauan
derajat
kesehatan
optimal
tersebut,
diarahkan
pada
perubahan perilaku masyarakat. Menurut Blum dalam Notoatmodjo (1997) derajat kesehatan seseorang ataupun
Sebagian
besar masalah
kesehatan,
dalam hal ini penyakit yang timbul pada manusia, disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat.
Penyakit
menular
seperti
demam
berdarah dan diare, lebih sering terjadi karena
Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga ... (Yuli Kusumawati, dkk)
47
perilaku
masyarakat
menjaga
orang itu sendiri, pengaruh orang lain yang
kebersihan diri dan lingkungannya, sehingga
dapat mendorong untuk berperilaku baik atau
menjadi
buruk, maupun kondisi lingkungan
tempat
kurang
perkembangbiakan
dan
sekitar
sumber penularan penyakit. Demikian pula
yang dapat mendukung terhadap berubahnya
penyakit-penyakit
perilaku.
tidak
menular,
seperti
kekurangan dan kelebihan zat gizi, kecelakaan
Perilaku
terhadap
lingkungan
ke-
dan lain sebagainya, juga lebih disebabkan
sehatan (environmental health behavior) adalah
karena perilaku manusia sendiri.
respon seseorang terhadap lingkungan sebagai
Selama ini upaya yang dilakukan masyarakat
untuk
mengatasi
masalah
determinan kesehatan
kesehatan lingkungan
manusia. ini
Perilaku
meliputi
:
(1)
kesehatan (penyakit), masih banyak berori-
Perilaku
entasi pada penyembuhan penyakit. Dalam
termasuk di dalamnya komponen, manfaat,
arti apa yang dilakukan masyarakat dalam
dan penggunaan air bersih untuk kepentingan
bidang kesehatan hanya untuk mengatasi
kesehatan, (2) Perilaku sehubungan dengan
penyakit yang telah terjadi atau menimpanya,
pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-
di mana hal ini dirasa kurang efektif karena
segi
banyak mengeluarkan biaya.
penggunaannya,
Upaya
(3)
Perilaku
bersih,
teknik
dan
sehubungan
sebenarnya
limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem
adalah dengan memelihara dan mening-katkan
pembuangan sampah dan air limbah yang
kesehatan serta mencegah penyakit dengan
sehat, serta dampak pembuangan limbah yang
berperilaku hidup sehat, namun hal ini
tidak baik, (4) Perilaku sehubungan dengan
ternyata
rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,
belum
efektif
pemeliharaan,
air
dengan limbah, baik limbah padat maupun
masalah
lebih
higiene,
dangan
dalam
mengatasi
yang
sehubungan
kesehatan
disadari
dan
dilakukan
sepenuhnya oleh masyarakat.
pencahayaan,
Menurut Budiharjo (2003), berdasarkan beberapa
survei
di
dinas
kesehatan,
masyarakat yang berperilaku hidup sehat
lantai
dan
sebagainya,
(5)
Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang
nyamuk
(vektor),
dan
sebagainya (Notoatmodjo, 1993).
masih kurang dari 10%. Kurangnya perilaku
Menurut hasil penelitian Zaahara yang
hidup sehat itu mengundang munculnya
dilakukan di Bekasi (2001), status sosial
kebiasaan-kebia-saan
di
ekonomi yang meliputi (1) jenis pekerjaan, (2)
itu
pendidikan, (3) pemilikan aset dan (4) prestise
cenderung mengabaikan keselamatan diri dan
berupa penghormatan masyarakat dilihat dari
lingkungan, sehingga memudahkan terjadinya
kedudukan formal, informal maupun lembaga
penularan penyakit (Suara Merdeka, 2003).
adat dan agama mempunyai hubungan positif
masyarakat.
Perilaku
tidak
sehat
Kebiasaan-kebiasaan
termasuk
dan signifikan dengan perilaku hidup sehat
dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh banyak
ibu dalam keluarga. Makin tinggi status sosial
faktor.
ekonomi ibu, maka makin tinggi pula atau
48
hidup sesorang,
Faktor tersebut dapat berasal dari
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 1, Juni 2008 Hal 47-56
semakin baik perilaku hidup sehat ibu, dan
berhubungan dengan kesehatan di masyarakat,
sebaliknya semakin rendah tingkat sosial
(2) Dinas kesehatan Surakarta sebagai bahan
ekonomi ibu makin buruk perilaku hidup
pertimbangan dalam perencanaan promosi
sehatnya. Zaahara (2001) mengemukaan pula
kesehatan, khususnya peningkatan perilaku
bahwa ada hubungan positif sikap terhadap
hidup sehat.
kebersihan lingkungan dengan perilaku hidup sehat ibu dalam keluarga. Sikap seseorang
METODE PENELITIAN
terhadap sesuatu hal akan positif apabila
Penelitian
didukung
dengan
pengetahuan
atau
Explanatory
ini
termasuk yaitu
research
penelitian
untuk
meng-
pemahaman yang baik akan hal tersebut.
hubungkan variabel bebas yaitu pendidikan
Makin positif sikap ibu terhadap kebersihan
kepala keluarga dan pengetahuan kepala
lingkungan, maka makin tinggi pula kualitas
keluarga
perilaku hidup sehat ibu, dan sebaliknya
dengan variabel terikat yaitu perilaku hidup
makin negatif sikap ibu terhadap kebersihan
bersih dan sehat. Rancangan dalam penelitian
lingkungan, maka makin buruk pula perilaku
ini
hidup sehatnya dalam keluarga.
pendekatan,
Berdasarkan
survei
pendahuluan
tentang
adalah
variabel
cross
kesehatan
sectional
karena
terikat
lingkungan
dengan
variabel
diambil
model
bebas
pada
dan waktu
diperoleh data dari Puskesmas Kratonan
bersamaan.sekaligus pada saat itu (point Time
Surakarta bahwa pada akhir tahun 2003 di
Approach) (Pratiknya, 2000)
penyakit-
Populasi penelitian ini adalah semua
penyakit yang berhubungan dengan kondisi
kepala keluarga yang tinggal menetap di
lingkungan dan perilaku yang tidak sehat
Kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan,
masih tinggi, antara lain diare sebesar 5,4 %
Surakarta dengan jumlah 1820 KK.
dan ISPA sebesar 39 %, angka ini lebih besar
Sampel yang akan diambil dihitung dengan
dibandingkan dengan target Indonesia Sehat
mempertimbangkan
2010 yakni untuk ISPA 28 %.
proporsi terjadinya penyakit akibat lingkungan
Kelurahan
Joyotakan
tercatat
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pendidikan kepala keluarga
jumlah populasi
dan
yang kurang sehat dengan rumus Sugiarto (2000) :
dan pengetahuan kepala keluarga tentang 1820.(1,96)2. (0,4).(0,6)
kesehatan lingkungan dengan peri-laku hidup bersih dan sehat di Kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
oleh
(1)
Pemerintah
n= 1820 . (0,07)2 + (1,96).(0,4).(0,6) n = 170,5 171
kota
Surakarta dalam hal ini Kelurahan Joyotakan
berdasarkan
perhitungan
sebagai bahan informasi dan pertimbangan
responden sebanyak 175 KK dan pengambilan
dalam melaksanakan kegi-atan-kegiatan yang
sampel menggunakan
Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga ... (Yuli Kusumawati, dkk)
tersebut, Stratified
maka Random.
49
Variabel Penelitian
Pengolahan data dilakukan melalui
1. Variabel bebas : (a). Pendidikan kepala
tahapan Editing, Coding, Entry, Cleanning dan
sukses
Tabulating. Selanjutnnya analisis data, meliputi
pendidikan formal yang ditempuh oleh
analisis univariat dengan nilai statistik dan
keluarga,
yaitu
jumlah
tahun
kepala keluarga dalam satuan tahun dan (b). Pengetahuan kesehatan lingkungan kepala keluarga, yaitu Pemahaman kepala
dalam bentuk frekuensi dan nilai-nilai statistik, dan analisis bivariat menggunakan uji statistik korelasi Rank Spearman dengan signifikansi 5%
keluarga tentang kesehatan lingkungan rumah
yang
kuasioner
diukur
menggunakan
pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian diper-oleh
kesehatan
lingkungan dan dihitung melalui total skor jawaban yang benar.
adanya variasi tingkat pendidikan kepala keluarga yakni antara 0 tahun (tidak sekolah) sampai 17 tahun (sarjana). Menurut Keputusan
2. Variabel terikat : Perilaku hidup bersih dan
Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No.0306 /
sehat, yaitu tindakan yang dilakukan oleh
V/ 1995, tentang pelaksanaan wajib belajar
kepala
pendidikan dasar adalah 9 tahun, maka
keluarga
menggunakan
yang
diukur dengan
kuesioner
perilaku
dan
Data yang dikumpulkan meliputi data primer (umur KK, Pekerjaan, Pendidikan, Pengetahuan
Kesehatan
Ling-kungan,
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat KK, dan data sekunder dari kantor kelurahan. Intrumen
penelitian,
menggunakan
kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai identitas
kepala
keluarga,
pengetahuan
tentang kesehatan ling-kungan dan perilaku hidup bersih dan sehat yang meliputi indikator perilaku hygiene dan sanitasi lingkungan. Masing-masing terdiri dari 20 pertanyaan yang dikembangkan
oleh
peneliti
berdasarkan
indikator PHBS tanan rumah tangga menurut departemen
kesehatan.
Skor
ditentukan
dengan jumlah jawaban benar dibagi jumlah pertanyaan dikali 100, sehingga skor minimal 0 dan maksimal 100.
pendidikan responden dapat dikategorikan dalam
dihitung melalui total skor.
50
HASIL DAN PEMBAHASAN
tabel
1.
Gambaran
responden
berdasarkan tingkat pendidikan dari penelitian ini diperoleh hasil pada tabel 2 bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar yaitu sebanyak 113 orang dengan persentase 64,4% sedangkan responden yang berpendidikan lanjutan sebanyak 53 orang dengan persentase 30,3% dan masih terdapat kepala keluarga yang tidak sekolah yaitu sebanyak 9 orang (5,1%). Tingkat pengetahuan kepala keluarga tentang
kesehatan
penelitian
ini
lingkungan
diperoleh
melalui
dalam hasil
wawancara dan diukur dengan menggunakan skor jawaban responden. Adapun skor ratarata sebesar 56,63. Setelah dikategorikan dalam tiga
tingkatan
pengetahuan
berdasarkan
kemampuan menjawab dari 20 pertanyaan dalam
kuesioner,
tingkat
pengetahuan
respoden dapat dilihat pada tabel 1.
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 1, Juni 2008 Hal 47-56
Tabel 1. Distribusi Pendidikan, Pengetahuan dan PHBS Responden Variabel
Frekuensi (N=175)
Persentase (%)
9 113 53
5,1 64,6 30,3
31 101 43
17,7 57,7 24,6
20 77 78
11,4 44,0 44,6
Pendidikan Tidak sekolah Dasar Lanjutan Pengetahuan Kurang Sedang Baik PHBS Kurang Sehat Cukup Sehat Sehat
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat
tepat, pemberantasan vektor penyakit yang
diketahui bahwa tingkat pengetahuan kepala
tidak membahayakan penghuni rumah. Untuk
keluarga
Pengetahuan yang dikategorikan kurang yakni
sebagian
tentang besar
kesehatan
dikatakan
lingkungan yakni
bahwa kepala keluarga biasanya hanya dapat
sebanyak 101 dengan persentase 57,7%, yang
menyebutkan syarat secara fisik saja, sedang
dikatakan
kurang
persentase
sebanyak
17,7%,
dikategorikan
sedang,
baik
31
dengan
syarat sanitasi lingkungan dan bagaimana
sedangkan
yang
memelihara kondisi sanitasi lingkungan tidak
sebanyak
43
dengan
persentase 24,6%. Hasil
disebutkan atau kurang tepat. Gambaran perilaku hidup bersih dan
wawancara
kepala
sehat yang diperoleh dengan wawancara
keluarga menunjukkan bahwa penge-tahuan
terhadap responden pada penelitian ini, skor
kesehatan lingkungan yang baik, yakni kepala
rata-ratanya 70,81 skor minimalnya 30 dan
keluarga yang dapat menyebutkan syarat-
skor maksimal 100.
syarat rumah sehat dengan tepat, baik secara
berdasarkan 20 pertanyaan perilaku yang
fisik
meliputi
seperti
adanya
dengan
ventilasi,
fungsi
9
Setelah dikategorikan
indikator
perilaku
yang
penerangan alami, menjaga kelembaban ruang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan
maupun
dan 7 indikator lingkungan dalam tatanan
syarat
penggunaan
sanitasi
sarana
meliputi cara
rumah tangga menurut Depkes (2003), maka
pembuangan limbah yang benar dan menjaga
perilaku yang sehat adalah t 70 skor jawaban,
kebersihannya,
cukup sehat adalah antara 35 sampai 65 skor
cara
air
yang
bersih,
pembuangan
sampah
Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga ... (Yuli Kusumawati, dkk)
51
jawaban dan kurang sehat adalah < 35 skor
Perilaku yang termasuk kategori cukup
jawaban. Hasil kategori dapat dilihat pada
sehat, selain melakukan kebersihan terhadap
tabel 2.
dirinya, juga sudah mulai melakukan tindakan Pada tabel dapat diketahui bahwa
dalam kesehatan lingkungan, seperti menjaga
responden yang berperilaku hidup bersih dan
kebersihan rumah dan halaman, menguras bak
sehat sebanyak 78 dengan persentase 44,6%,
mandi
dan
yang
membersihkan saluran limbah secara teratur.
perilakunya kurang sehat yakni sebanyak 20
Sedangkan untuk perilaku yang termasuk
dengan persentase 11,4%.
kategori
masih
terdapat
responden
dan
tempat
sehat,
penampungan
ditunjukkan
oleh
air,
kepala
Perilaku kepala keluarga yang kurang
keluarga yang telah melakukan tindakan
sehat, berdasarkan hasil wawancara hanya
meliputi menjaga kesehatan/kebersihan badan
mencakup
terhadap
termasuk tidak merokok dan berolah raga
kebersihan dirinya, seperti mandi dan gosok
teratur, menjaga kesehatan lingkungan, dan
gigi, buang air besar di jamban, yang sudah
menciptakan kondisi kesehatan lingkungan
merupakan kebiasaan dan keperluan hidup.
rumah dengan benar yang mencakup cara
Sedangkan untuk cuci tangan sebelum makan
membuang sampah dengan memisah sampah
dan setelah BAB belum menjadi kebiasaan
basah dan kering, menjaga kelembaban dan
yang harus dilakukan, disamping itu perilaku
pencahayaan rumah serta memberantas vektor
yang kurang sehat juga mencakup perilaku
penyakit
merokok, tidak pernah melakukan olah raga
membahayakan penghuni rumah.
dan
apa
belum
yang
dilakukan
mencakup
perilaku
dengan
tepat
dan
tidak
terhadap
kesehatan lingkungannya.
1 0 0
8 0
6 0
4 0 P e n d id ik a n
M e a n
a k h ir K K
2 0 S k o r P e n g e ta h u a n lin g
0 1 0
2 0 1 5
4 0 3 0
5 0 4 5
S k o r P e r ila k u
6 0 5 5
7 0 6 5
7 6 7 5
8 5 8 0
K e s
K K
9 5 9 0
1 0 0
H id u p B e r s ih d a n S e h a t
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
52
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 1, Juni 2008 Hal 47-56
Grafik di atas memperlihatkan bahwa
kesadaran
menjaga
kesehatan
lingkungan
semakin lama tahun pendidikan akhir formal
termasuk penerapan prinsip-prinsip hidup
yang dialami kepala keluarga diikuti dengan
sehat.
naiknya skor perilaku hiduap bersih dan sehat.
Kondisi kesehatan lingkungan tempat
Demikian pula untuk pengetahuan tentang
tinggal akan sangat mempengaruhi kesehatan
kesehatan lingkungan, semakin tinggi skor
penghuninya. Tidak hanya kondisi fisik yang
pengetahuan diikuti naiknya skor perilaku.
harus baik, melainkan juga kondisi kebersihan
Hasil uji statistik Rank Spearman pada
yang harus dijaga dengan baik dan dilakukan
taraf kesalahan 5% menyimpulkan adanya
secara teratur dan benar.
hubungan antara pendidikan kepala keluarga
perilaku hidup sehat masyarakat yang pada
dengan perilaku hidup bersih dan sehat nilai p
umumnya kurang positif dalam air kurang
sebesar 0,001. Hasil penelitian ini sesuai
benar, karena tidak sesuai dengan nilai-nilai
dengan
yang
hidup bersih dan sehat, ini terjadi karena
mengemukakan bahwa status sosial ekonomi
masyarakat belum termotivasi berdasarkan
yang
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai sehat.
penelitian didalamnya
Zaahara
(2000)
termasuk
pendidikan
Pendapat bahwa
mempunyai hubungan dengan perilaku hidup
Oleh
sehat.
lingkungan perlu pemahaman yang baik, Adanya keterkaitan antara pendidikan
kepala keluarga dengan perlaku hidup bersih dan
sehat
mempunyai
eksponensial
dengan
hubungan
tingkat
itu,
pengetahuan
kesehatan
sehingga tumbuh kesadaran untuk berperilaku yang sehat.
yang
kesehatan.
karena
Dalam penelitian ini, kepala keluarga dianggap
sebagai
orang
pertama
dalam
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
keluarga yang sangat menentukan kondisi
mudah menerima konsep hidup sehat secara
rumah tangga, termasuk kondisi lingkungan
mandiri, kreatif dan berkesinambungan.
rumah. Selain itu kepala keluarga dapat
Menurut kesehatan
Hadiyanto
lingkungan
(2003)
kondisi
di Indonesia
yang
menjadi sumber informasi dan bina suasana (social
support)
yang
dapat
memberikan
kurang baik, karena kurangnya kesadaran
informasi dan melakukan edukasi dalam
kesehatan lingkungan yang diperparah dengan
memelihara
perilaku masyarakat
dalam memandang
tangga dan menerapkan cara-cara hidup sehat.
pentingnya kesehatan lingkungan. Tingkat
Secara teori menurut WHO (1992)
pendidikan
yang
lingkungan
rumah
mendukung,
pengetahuan dapat membentuk keyakinan
merupakan salah satu penyebab rendahnya
tertentu sehingga sesorang berperilaku sesuai
kesadaran kesehatan lingkungan. Semakin
dengan keyakinan tersebut. Perilaku yang
baik tingkat pendidikan formal, maka semakin
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
baik pengetahuan tentang kesehatan, sehingga
daripada perilaku yang tidak didasari oleh
akan
pengetahuan. Dengan pengetahuan kesehatan
mematangkan
pengetahuan
kurang
kesehatan
pemahaman
kesehatan
tentang
lingkungan
dan
lingkungan
yang
baik
Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga ... (Yuli Kusumawati, dkk)
diharapkan
dapat
53
meningkatkan sikap positif dan kesadaran
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
masyarakat akan pentingnya menciptakan
dengan nilai p masing-masing sebesar 0,001.
kondisi lingkungan yang
sehat, sehingga
dapat memutus rantai penularan penyakit
Saran Berdasarkan
melalui lingkungan serta berperilaku hidup
hasil
keluarga
ini,
bersih dan sehat agar tidak mudah tertular
pengetahuan
penyakit.
kesehatan lingkungan rumah dan pemukiman belum
kepala
penelitian
tentang
memadai, maka diharapkan kepada
KESIMPULAN DAN SARAN
petugas
Kesimpulan
Kesehatan untuk lebih meningkatkan upaya-
Pendidikan kepala keluarga sebagian
upaya
sanitasi promosi
puskesmas kesehatan
dan secara
Dinas terus
besar yakni 64,1% adalah pendidikan dasar,
menerus, sehingga masyarakat lebih paham
pengetahuan kesehatan lingkungan sebagian
akan
kepala keluarga termasuk kategori sedang
menjaga
yakni sebesar 57,7%, sedangkan responden
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
yang berperilaku sehat sebesar 44,6%. Ada
kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat
hubungan antara pendidikan dan pengetahuan
diturunkan.
arti
pentingnya kesehatan
menciptakan
lingkungan,
dan
sehingga
kesehatan lingkungan kepala keluarga dengan
DAFTAR PUSTAKA Budihardja, 2004, Perilaku Hidup Sehat Masyarakat Kurang, http://www.suaramerdeka.com, Semarang, diakses tanggal 7 Juni 2004. Depkes RI, 1999, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indoenesia Sehat 2010, Depkes RI, Jakarta. Depkes RI, 2003, Penelitian PHBS Gambaran Perilaku Hidp Bersih dan Sehat dan Tatanan Rumah Tangga di Lima Provinsi Proyek Kesehatan Keluarga dan Gizi tahun 2003, http://www.promosikesehatan.com/program/research/index.php?, Jakarta, diakses tanggal 7 Juni 2004. Hardiyanto, 2003, Rendah Kesadaran Kesehatan Lingkungan, http://www.suaramerdeka.com/hrian/0305/25/kol3.htm, Semarang, diakses tanggal 25 Januari 2004 Notoatmodjo, S, 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta. Notoatmodjo, S, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Pratiknya, AW., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. WHO, 1992, Pendidikan Kesehatan (terjemahan), ITB Press, Bandung.
54
Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. I, NO. 1, Juni 2008 Hal 47-56
Zaahara, T, D, 2001, Upaya Peningkatan Perilaku Hidup Sehat Dalam Keluarga Dalam Rangka Pembangunan Keluarga Sejahtera, http://www.Depdiknas.go.id/jurnal/30/ upaya_peningkatan_perilaku_hidup.htm, Jakarta, diakses tanggal 14 Januari 2004.
Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga ... (Yuli Kusumawati, dkk)
55