HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME AKADEMIK DENGAN HARGA DIRI PADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 14 KLATEN
Oleh: Gilang Kusuma Wardhana 802008106
TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
i
i
ii
ii
iii
iii
iv
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME AKADEMIK DENGAN HARGA DIRI PADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH 14 KLATEN
Oleh: Gilang Kusuma Wardhana Ratriana Y.E Kusumiati Enjang Wahyuningrum
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
iv
v
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine correlation between selfesteem and academic optimism on students of Muhammadiyah 14 Junior High School Klaten. Subjects in this study were all students of Muhammadiyah 14 Junior High School Klaten. Data collection techniques in this study conducted by distributing questionnaires to respondents consisted of 48 students. In this study to measure self-esteem using State Self-Esteem Scale (SSES), while measurement of academic optimism using Student Academic Optimism Scale. Data analysis techniques in this study using assumptions test, descriptive analysis and inferential analysis using Pearson's Product-Moment Correlation test. Results from this study show that significant positive correlation between self-esteem and academic optimism on students of Muhammadiyah 14 Junior High School Klaten with correlation coefficient (r) of 0,469 and significance of 0,000 (p <0.01). Determinant coefficient (r2) of (0,469)2 is 21,996 %, which means influence of self-esteem on academic optimism of 21,996 % and there still 78,004 % other variables that influence academic optimism on students of Muhammadiyah 14 Junior High School Klaten.
Keywords: self-esteem, academic optimism, students of Junior High School.
v
vi
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan harga diri dengan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada responden sebanyak 48 responden. Dalam penelitian ini pengukuran harga diri menggunakan State Self-Esteem Scale (SSES), sedangkan pengukuran optimisme akademik menggunakan Skala Student Academic Optimism. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi, analisis deskriptif dan analisis interfensial dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif signifikan antara harga diri dengan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,469 dan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01). Koefisien determinan (r2) sebesar (0,469)2 yaitu 21,996 % artinya pengaruh harga diri terhadap optimisme akademik sebesar 21,996 % dan masih terdapat 78,004 % variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.
Kata kunci: harga diri, optimisme akademik, siswa SMP.
vi
1
PENDAHULUAN Remaja merupakan periode kehidupan yang penting dimana pada masa ini terjadi perkembangan fisik yang cepat dan disertai dengan perkembangan mental yang cepat pula (Hurlock, 2004). Siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten merupakan remaja transisi dari SD ke SMP. Transisi ini dianggap dapat menimbulkan masalah bagi seseorang karena transisi yang terjadi tidak hanya mengenai peralihan tingkat pendidikan, tetapi juga peralihan dari masa anak-anak ke remaja. Kesadaran remaja yang mendalam mengenai diri membuat remaja mampu melakukan penilaian atau evaluasi terhadap diri (Santrock, 2002). Oleh karena itu, sebelum memasuki masa remaja penting bagi remaja untuk mengembangkan harga dirinya. Menurut Santrock (2002) harga diri (self-esteem) merupakan dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Papalia, Olds, & Feldman (2008) menyatakan harga diri merupakan pendapat atau penilaian seseorang yang membuat dirinya menjadi berharga. Fenomena yang terjadi pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten, menurut Guru Bimbingan Konseling SMP Muhammadiyah 14 Klaten, banyak siswa yang memiliki penghargaan diri yang rendah, sehingga terbawa godaan yang banyak ditawarkan oleh lingkungan teman-teman sebayanya, yang pada akhirnya akan terjadi perilaku-perilaku negatif. Burns (dalam Sandha, Hartati & Fauziah, 2012) menyimpulkan bahwa individu dengan self-esteem (harga diri) rendah menunjukkan perilaku berbeda dengan individu yang memiliki self-esteem tinggi. Cohen (dalam Hapsari, 2007) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung lebih percaya diri dalam hidupnya dibandingkan
1
2
orang yang mempunyai harga diri yang rendah. Hecht (2013) menyatakan bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi merasa yakin, mampu, layak dan cenderung memiliki optimisme yang tinggi. Harga diri dapat memberikan pengaruh pada optimisme siswa (Bagana, Raciu & Lupu, 2011). Dalam studinya, Seligman (dalam Sukardi, 2006) membuktikan bahwa sikap optimis bermanfaat untuk memotivasi seseorang di segala bidang kehidupan. Seligman (dalam Sukardi, 2006) menyatakan bahwa optimisme berpengaruh terhadap kesuksesan di dalam pekerjaan, sekolah, kesehatan, dan relasi sosial. Dalam dunia pendidikan, optimisme mempunyai peranan penting untuk mencapai prestasi akademik. Optimisme akademik dapat memberi pengaruh positif terhadap siswa dalam meraih prestasi akademik yang baik di sekolahnya (Adams & Forsyth, 2011). Optimisme akademik adalah kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil positif dari segi personal terkait dengan pengalaman akademis di masa kini dan masa depan (Toor, 2009). Pada penelitian sebelumnya, Toor (2009) menemukan adanya hubungan positif antara optimisme akademik dengan harga diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Tennessee. Penelitian Bagana, Raciu & Lupu (2011) adanya hubungan positif antara optimisme dengan harga diri pada siswa SMA di Bucharest, Romania. Selain itu Hutz, Midgett, Pacico, Bastianello & Zanon (2014) juga menemukan adanya hubungan positif antara optimisme dengan harga diri pada mahasiswa di Amerika dan mahasiswa di Brasil.
2
3
Berdasarkan paparan sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara optimisme akademik dengan harga diri pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.
LANDASAN TEORI Pengertian Harga Diri Menurut Santrock (2002) harga diri merupakan dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Harga diri merupakan penilaian dan penghargaan seseorang terhadap dirinya (Sandha, Hartati & Fauziah, 2012). Cohen (dalam Hapsari, 2007) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung lebih percaya diri dalam hidupnya dibandingkan orang yang mempunyai harga diri yang rendah. Papalia, Olds, & Feldman (2008) menyatakan harga diri merupakan pendapat atau penilaian seseorang yang membuat dirinya menjadi berharga. Frey & Carlock (dalam Anindyajati & Karima, 2004) menambahkan bahwa harga diri merupakan penilaian baik itu penilaian positif, negatif, netral, maupun ambigu terhadap diri sendiri. Heatherton & Wyland (2003) menyatakan bahwa harga diri adalah respon emosional dari pengalaman orang sebagai perenungan dan evaluasi mengenai berbagai hal tentang diri mereka sendiri. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa harga diri merupakan respon emosional dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri sebagai penilaian seseorang terhadap dirinya baik itu penilaian positif, negatif, netral, maupun ambigu terhadap diri sendiri.
3
4
Dimensi Harga Diri Adapun dimensi harga diri menurut Heatherton & Wyland (2003) yaitu: a. Performance self-esteem Performance mengacu pada rasa seseorang tentang kompetensi umum dan termasuk kemampuan intelektual, kinerja sekolah, kapasitas regulasi diri, rasa percaya diri, efikasi dan pribadi (Heatherton & Wyland, 2003). b. Social self-esteem Social self-esteem mengacu pada bagaimana orang percaya orang lain mempersepsikan diri mereka (Heatherton & Wyland, 2003). c. Appearance self-esteem Appearance self-esteem mengacu pada bagaimana orang melihat tubuh fisik mereka, dan termasuk hal-hal seperti keterampilan atletik, daya tarik fisik, citra tubuh, serta stigma fisik dan perasaan tentang ras dan etnis (Heatherton & Wyland, 2003).
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Harga Diri Menurut Coopersmith (dalam Anindyajati & Karima, 2004), ada beberapa faktor yang memengaruhi harga diri, yaitu: a. Penerimaan atau penghinaan terhadap diri Individu yang merasa dirinya berharga akan memiliki penilaian yang lebih baik atau positif terhadap dirinya dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami hal tersebut.
4
5
b. Kepemimpinan atau popularitas Penilaian atau keberartian diri diperoleh seseorang pada saat ia harus berperilaku sesuai dengan tuntutan yang diberikan oleh lingkungan sosialnya yaitu kemampuan seseorang untuk membedakan dirinya dengan orang lain atau lingkungannya. Pada situasi persaingan, seseorang akan menerima dirinya serta membuktikan seberapa besar pengaruh dan kepopulerannya. Pengalaman yang diperoleh pada situasi itu membuktikan individu lebih mengenal dirinya, berani menjadi pemimpin, atau menghindari persaingan. c. Keluarga – Orangtua Keluarga dan orangtua memiliki porsi terbesar yang mempengaruhi harga diri, ini dikarenakan keluarga merupakan modal pertama dalam proses imitasi. Alasan lainnya karena perasaan dihargai dalam keluarga merupakan nilai yang penting dalam mempengaruhi harga diri. d. Keterbukaan – Kecemasan Individu cenderung terbuka dalam menerima keyakinan, nilai-nilai, sikap, moral dari seseorang maupun lingkungan lainnya jika dirinya diterima dan dihargai. Sebaliknya seseorang akan mengalami kekecewaan bila ditolak lingkungannya.
Pengertian Optimisme Akademik Corsini (2002) mengemukakan bahwa optimisme adalah sikap positif yang memandang bahwa segala sesuatu merupakan hal yang terbaik. Optimisme adalah bagaimana seseorang bersikap positif terhadap suatu keadaan (Sukardi, 2006).
5
6
Optimisme merupakan kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari segi dan kondisi yang baik, serta mengharapkan hasil yang paling memuaskan (Saphiro, dalam Hasan, Lilik, & Agustin, 2013). Optimisme adalah kontrol keyakinan yang melibatkan proses berpikir menghubungkan berpikir positif dan mempertahankan sikap positif terhadap peristiwa kehidupan dan situasi (Carver & Scheier, dalam Robinson & Snipes, 2009). Dalam hubungannya dengan proses belajar di sekolah, menurut Toor (2009) optimisme akademik mirip dengan optimisme pada umumnya, namun dengan pengecualian yaitu fokus optimisme akademik lebih kepada domain kehidupan akademik. Optimisme akademik adalah kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil positif dari segi personal terkait dengan pengalaman akademis di masa kini dan masa depan (Toor, 2009). Optimisme akademik dapat memberi pengaruh positif terhadap siswa dalam meraih prestasi akademik yang baik di sekolahnya (Adams & Forsyth, 2011). Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa optimisme akademik merupakan kontrol keyakinan atau sikap positif individu dalam mengharapkan hasil positif dari segi personal terkait dengan pengalaman akademisnya di masa kini dan masa depan yang dapat memberi pengaruh positif terhadap siswa dalam meraih prestasi akademik yang baik di sekolahnya.
Dimensi Optimisme Akademik Adams & Forsyth (2011) mengembangkan alat ukur untuk mengukur optimisme akademik siswa yaitu Student Academic Optimism. Menurut Adams &
6
7
Forsyth (2011) ada tiga dimensi untuk mengukur optimisme akademik siswa, yaitu: a. Student academic self-efficacy, yaitu keyakinan siswa tentang diri mereka sendiri terkait kegiatan akademiknya. b. Student trust in teachers, yaitu keyakinan siswa terhadap guru sekolah mereka. c. Home academic press, yaitu keyakinan siswa terhadap dukungan orangtua mereka dalam hal akademik.
Faktor Yang Dapat Memengaruhi Optimisme Vinacle (dalam Hasan, Lilik, & Agustin, 2013) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang dapat memengaruhi optimisme, yaitu: a. Faktor egosentris, yaitu berupa sifat-sifat yang dimiliki tiap individu yang didasarkan pada fakta bahwa tiap pribadi adalah unik dan berbeda dengan pribadi lain seperti minat, percaya diri, harga diri dan motivasi. b. Faktor etnosentris, yaitu berupa
sifat-sifat
yang
dimiliki
oleh
suatu
kelompok atau orang lain yang menjadi ciri khas dari kelompok atau jenis lain yang berupa keluarga, status sosial, jenis kelamin, agama dan kebudayaan.
Hubungan Antara Optimisme Akademik Dengan Harga Diri Papalia, Olds, & Feldman (2008) menyatakan harga diri merupakan pendapat atau penilaian seseorang yang membuat dirinya menjadi berharga.
7
8
Individu yang memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya lebih percaya diri dalam menentukan sikap apa yang harus dilakukan. Hal ini berarti harga diri memungkinkan untuk menentukan tingkat optimisme seseorang. Hecht (2013) menyatakan bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi merasa yakin, mampu, layak dan cenderung memiliki optimisme yang tinggi. Optimisme adalah kontrol keyakinan yang melibatkan proses berpikir menghubungkan berpikir positif dan mempertahankan sikap positif terhadap peristiwa kehidupan dan situasi (Scheier & Carver, dalam Robinson & Snipes, 2009). Vinacle (dalam Hasan, Lilik, & Agustin, 2013) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi optimisme yaitu faktor egosentris dan faktor etnosentris. Faktor egosentris yaitu berupa sifat-sifat yang dimiliki tiap individu yang didasarkan pada fakta bahwa tiap pribadi adalah unik dan berbeda dengan pribadi lain, salah satunya adalah harga diri (self-esteem). Heatherton & Wyland (2003) menyatakan bahwa harga diri adalah respon emosional dari pengalaman orang sebagai perenungan dan evaluasi mengenai berbagai hal tentang diri mereka sendiri. Evaluasi siswa mengenai diri mereka sendiri dalam bentuk positif inilah yang nantinya dapat membuat dirinya menjadi optimis dalam hal kegiatan akademis. Dalam hubungannya dengan proses belajar di sekolah, Toor (2009) mendefinisikan optimisme akademik sebagai kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil positif dari segi personal terkait dengan pengalaman akademis di masa kini dan masa depan. Berne dan Savary (dalam Pepi, Luisa, & Alesi, 2006) menyebutkan bahwa individu yang memiliki harga diri yang tinggi
8
9
adalah individu yang mengenal dirinya sendiri dengan segala keterbatasannya dan merasa tidak malu atas kekurangan yang ada pada dirinya. Kekurangan yang dimiliki adalah sebuah kenyataan yang harus diterima dan bukan sebagai penghambat untuk maju dan berkembang. Menurut Heatherton & Wyland (2003), individu yang memiliki performance harga diri tinggi memiliki kepercayaan bahwa diri mereka cerdas dan mampu. Hal tersebut dapat membuat diri siswa memiliki optimisme yang tinggi dalam proses belajar di sekolah. Berdasarkan paparan sebelumnya, maka harga diri siswa menentukan seberapa besar usaha yang akan dicurahkan dan seberapa lama siswa akan tetap bertahan
dalam
menghadapi
hambatan
atau
pengalaman
yang
tidak
menyenangkan dalam kegiatan akademik di sekolah. Apabila kesulitan dialami oleh siswa yang meragukan dirinya sendiri, maka usaha-usaha untuk mengatasinya akan mengendur atau bahkan dihentikan sebab ia merasa pesimis. Sebaliknya, siswa yang memiliki harga diri yang tinggi, ia akan mengerahkan usahanya lebih besar dalam kegiatan akademis sebab ia merasa optimis.
Hipotesis Hipotesis yang hendak diuji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Ho
: rxy ≤ 0 Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara optimisme akademik dengan harga diri pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.
9
10
H1 : rxy > 0 Terdapat hubungan positif dan signifikan antara optimisme akademik dengan harga diri pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.
METODE PENELITIAN Partisipan Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 14 Klaten yang terletak Jl Ringroad Ngentak Klaten, Jawa Tengah. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 48 responden.
Prosedur Sampling Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012). Alasan peneliti mengambil sampling jenuh, karena jumlah populasi kecil. Dalam penelitian ini akan digunakan jumlah sampel yang sama dengan populasi yaitu 48 responden SMP Muhammadiyah 14 Klaten, yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas VII sebanyak 13 siswa, kelas VIII sebanyak 15 siswa dan kelas IX sebanyak 20 siswa.
Pengukuran Penelitian ini akan dilakukan dengan cara membagi angket pada subyek yaitu SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Skala optimisme akademik berdasarkan
10
11
tiga dimensi optimisme akademik siswa menurut Adams & Forsyth (2011) yaitu : student academic self-efficacy, student trust in teachers dan home academic press. Skala pengukuran optimisme akademik dalam penelitian ini diadaptasi berdasarkan Skala Student Academic Optimism milik Adams & Forsyth (2011) yang berisi 12 item. Skala harga diri berdasarkan dimensi harga diri menurut Heatherton & Wyland (2003) yaitu : performance self-esteem, social self-esteem dan physical self-esteem. Skala pengukuran harga diri dalam penelitian ini diadaptasi berdasarkan State Self-Esteem Scale (SSES) milik Heatherton & Polivy (1991) yang berisi 20 item. Alternatif pilihan jawaban untuk setiap item Skala Student Academic Optimism dan State Self-Esteem Scale (SSES) yang tersedia, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), serta Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun skoring Skala Student Academic Optimism dan State Self-Esteem Scale (SSES) untuk favourable adalah : satu (1) untuk Sangat Tidak Setuju (STS), dua (2) Tidak Setuju (TS), tiga (3) untuk Setuju (S), dan empat (4) untuk Sangat Setuju (SS). Sebaliknya untuk unfavourable adalah : empat (4) untuk Sangat Tidak Setuju (STS), tiga (3) untuk Tidak Setuju (TS), dua (2) untuk Setuju (S), dan satu (1) untuk Sangat Setuju (SS). Uji daya diskriminasi item dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 17.0. Azwar (2012) menyatakan bahwa semua korelasi item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan, sedangkan item yang kurang dari 0,30 diinterprestasikan sebagai item yang memiliki daya beda rendah. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total
11
12
kurang dari 0,3, maka butir pernyataan dalam instrumen penelitian ini dinyatakan gugur. Pada uji daya diskriminasi item angket harga diri siswa, dari 20 item terdapat 17 item lolos uji yang yang memiliki daya beda ≥ 0,30 dan 3 item dinyatakan gugur yang memiliki daya beda < 0,30. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Uji Daya Diskriminasi Item Harga Diri No Aspek Favourable Unfavorable Jumlah Item Lolos Uji 1 Performance 1, 9*, 14. 4, 5, 18, 19. 6 self-esteem 2 Social self2, 8*, 10, 13, 15, 17, 20. 6 esteem 3 Appearance 3, 6, 11, 12*. 7, 16. 5 self-esteem 17 Total Item Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur Pada uji daya diskriminasi item angket optimisme akademik siswa, dari 12 item terdapat 11 item lolos uji yang yang memiliki daya beda ≥ 0,30 dan 1 item dinyatakan gugur yang memiliki daya beda < 0,30.. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
No 1 2
Tabel 2. Hasil Uji Daya Diskriminasi Item Optimisme Akademik Aspek Favourable Jumlah Item Lolos Uji Student academic selfefficacy Student trust in teachers
1, 2, 3, 4*.
3
5, 6, 7, 8.
4
3
Home academic press 9, 10, 11, 12. Total Item Keterangan: Tanda (*) menunjukkan nomor item yang gugur
12
4 11
13
Pengujian reliabilitas alat ukur menggunakan patokan Azwar (2012) yang menyatakan bahwa minimal koefisien konsistensi internal paling tidak setinggi 0,80. Perhitungan reliabilitas hanya dilakukan pada item yang sudah teruji daya diskriminasinya. Berdasarkan uji reliabilitas, angket harga diri reliabel dengan koefisien konsistensi internal sebesar 0,857. Sedangkan angket optimisme akademik juga reliabel dengan koefisien konsistensi internal sebesar 0,859. Hasil uji reliabilitas dari item yang lolos ke dalam uji daya diskriminasi item dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Perhitungan Realibilitas Angket No Instrumen Koefisien Reliabilitas 1 Angket Harga Diri 0,857 2 Angket Optimisme Akademik 0,859
Teknik Analisis Data Sebelum melakukan analisis korelasi, peneliti melakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji asumsi dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah memenuhi asumsi analisis sebagai syarat untuk melakukan analisis dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Uji Normalitas yang digunakan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang dihitung dengan bantuan program SPSS 17.0. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan anova dengan bantuan program SPSS 17.0. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Product Moment dari Pearson dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0.
13
14
HASIL PENELITIAN Hasil Uji Normalitas Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dihitung dengan bantuan program SPSS 17.0. Data berdistribusi normal, jika angka signifikansi (Sig) > 0,05. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Harga Diri N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
48 47.33 7.755 .093 .049 -.093 .643 .802
Optimisme Akademik 48 33.15 5.497 .135 .056 -.135 .937 .344
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada Tabel 4, variabel harga diri siswa memiliki koefisien sebesar 0,643 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,802. Variabel optimisme akademik siswa memiliki koefisien sebesar 0,937 dengan probabilitas (p) atau signifikasi sebesar 0,344. Dengan demikian kedua variabel memiliki distribusi yang normal karena p > 0,05.
Hasil Uji Linieritas Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0, hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.
14
15
Tabel 5 Hasil Uji Linieritas Sum of Squares Optimisme Between Groups Akademik * Harga Diri
Mean Square
df
(Combined)
697.696
Linearity
312.373
Deviation from Linearity
385.323
23 16.753
722.283
23 31.404
Within Groups Total
1419.979
24 29.071
F
Sig.
.926
.575
1 312.373 9.947
.004
.533
.930
47
Berdasarkan hasil uji linearitas pada Tabel 5, maka dapat diketahui bahwa variabel harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,533 dengan signifikansi p = 0,930 (p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara variabel harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten adalah linier.
Hasil Deskriptif a. Harga Diri Kategori untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel harga diri, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Rendah dan Sangat Rendah. Skor maksimum diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah soal, yaitu: 4 x 17 item lolos uji beda item = 68 dan skor minimum diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 17 item lolos uji beda item = 17, jadi diperoleh interval sebagai berikut:
15
16
Kategorisasi untuk tinggi rendahya hasil pengukuran variabel harga diri dapat dilihat pada tabel 6.
No 1. 2. 3. 4.
Tabel 6 Kategorisasi Skala Harga Diri Interval Kategori Mean N 55,25 ≤ x ≤ 68 Sangat Tinggi 42,5 ≤ x < 55,25 Tinggi 47,33 29,75 ≤ x < 42,5 Rendah 17 ≤ x < 29,75 Sangat Rendah Total Standar Deviasi = 7,755 Min = 26
Prosentase
6 12,5 % 30 62,5 % 10 20,84% 2 4,16 % 48 100% Max = 61
Keterangan : x = Skor pola asuh permisif; N = Jumlah Subjek.
Berdasarkan
Tabel
6
dapat
diketahui
bahwa
6
siswa
SMP
Muhammadiyah 14 Klaten memiliki skor harga diri yang berada pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 12,5 %, 30 siswa memiliki skor harga diri yang berada pada kategori tinggi dengan prosentase 62,5 %, 10 siswa memiliki skor harga diri yang berada pada kategori rendah dengan prosentase 20,84 %, 2 siswa memiliki skor harga diri yang berada pada kategori sangat rendah dengan prosentase 4,16 %. Rata-rata skor harga diri yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten sebesar 47,33 berada pada kategori tinggi. Skor harga diri yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten bergerak dari skor minimum sebesar 26 sampai dengan skor maksimum sebesar 61 dengan standar deviasi 7,755.
b. Optimisme Akademik Kategori untuk menentukan tinggi rendahya hasil pengukuran variabel optimisme akademik, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Rendah dan Sangat Rendah. Skor maksimum diperoleh dengan cara mengkalikan skor tertinggi 16
17
dengan jumlah soal, yaitu: 4 x 11 item lolos uji beda item = 44 dan skor minimum diperoleh dengan cara mengkalikan skor terendah dengan jumlah soal 1 x 11 item lolos uji beda item = 11, jadi diperoleh interval sebagai berikut:
Kategorisasi untuk tinggi rendahya hasil pengukuran variabel optimisme akademik dapat dilihat pada tabel 7.
No 1. 2. 3. 4.
Tabel 7 Kategorisasi Skala Optimisme Akademik Interval Kategori Mean N Prosentase 35,75 ≤ x ≤ 44 Sangat Tinggi 17 35,42 % 27,5 ≤ x < 35,75 Tinggi 33,15 22 45,9 % 19,5 ≤ x < 27,5 Rendah 8 16,6 % 11 ≤ x < 19,25 Sangat Rendah 1 2,08 % Total 48 100% Standar Deviasi = 5,497 Min = 19 Max = 43
Keterangan : x = Skor pola asuh permisif; N = Jumlah Subjek.
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa 17 siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten memiliki skor optimisme akademik yang berada pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 35,42 %, 22 siswa memiliki skor optimisme akademik yang berada pada kategori tinggi dengan prosentase 45,9 %, 8 siswa memiliki skor optimisme akademik yang berada pada kategori rendah dengan prosentase 16,6 %, 1 siswa memiliki skor optimisme akademik yang berada pada kategori sangat rendah dengan prosentase 2,08 %. Rata-rata skor optimisme akademik yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14 17
18
Klaten sebesar 33,15 berada pada kategori tinggi. Skor optimisme akademik yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten bergerak dari skor minimum sebesar 19 sampai dengan skor maksimum sebesar 43 dengan standar deviasi 5,497.
Hasil Uji Korelasi Dalam penelitian ini uji korelasi antara harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0, hasilnya dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Hasil Uji Pearson Product Moment Optimisme Akademik
Harga Diri Harga Diri
Pearson Correlation
1
Sig. (1-tailed)
.469** .000
N 48 Optimisme Pearson Correlation .469** Akademik Sig. (1-tailed) .000 N 48 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
48 1 48
Dari hasil perhitungan uji korelasi antara harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 < α (0,01) maka H1 diterima. Artinya terdapat hubungan positif signifikan antara harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi (r) yang positif sebesar 0,469. Berdasarkan hasil tersebut, ditunjukkan oleh koefisien determinan (r2) sebesar (0,469)2 yaitu 21,996 %, artinya kontribusi harga diri 18
19
siswa terhadap optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten sebesar 21,996 %, dan berarti masih terdapat 78,004 % variabel-variabel lain yang mempengaruhi optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.
PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian tentang hubungan antara harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten, maka didapatkan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) sebesar 0,469 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara antara harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Dengan demikian dinyatakan dalam penelitian ini yaitu H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya semakin tinggi harga diri siswa, maka akan semakin tinggi pula optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah harga diri siswa, maka semakin rendah pula optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari Toor (2009), Bagana, Raciu & Lupu (2011), serta Hutz, Midgett, Pacico, Bastianello & Zanon (2014) yang menemukan adanya hubungan positif signifikan antara harga diri dengan optimisme akademik. Siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten merupakan remaja. Erikson (dalam Hurlock, 2004) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas-ego remaja. Hal yang sangat menonjol pada periode ini adalah kesadaran yang mendalam mengenai diri (self), dimana remaja mulai meyakini
19
20
akan adanya kemauan, potensi dan cita-cita. Kesadaran remaja yang mendalam mengenai diri ini membuat remaja mampu melakukan penilaian atau evaluasi terhadap diri (Santrock, 2002). Oleh karena itu, sebelum memasuki masa remaja penting bagi remaja untuk mengembangkan harga dirinya. Heatherton & Wyland (2003) menyatakan bahwa harga diri adalah respon emosional dari pengalaman orang sebagai perenungan dan evaluasi mengenai berbagai hal tentang diri mereka sendiri. Hecht (2013) menyatakan bahwa individu yang memiliki harga diri tinggi merasa yakin, mampu, layak dan cenderung memiliki optimisme yang tinggi. Corsini (2002) mengemukakan bahwa optimisme adalah sikap positif yang memandang bahwa segala sesuatu merupakan hal yang terbaik. Dalam hubungannya dengan proses belajar di sekolah, Toor (2009) mendefinisikan optimisme akademik sebagai kecenderungan umum untuk mengharapkan hasil positif dari segi personal terkait dengan pengalaman akademis di masa kini dan masa depan. Vinacle (dalam Hasan, Lilik, & Agustin, 2013) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi optimisme yaitu faktor egosentris dan faktor etnosentris. Faktor egosentris salah satunya adalah harga diri (self-esteem). Heatherton & Wyland (2003 mengemukakan tiga dimensi harga diri yaitu : performance self-esteem, social self-esteem dan physical self-esteem. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan adanya hubungan positif signifikan antara harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten.
20
21
Pertama, melalui dimensi performance self-esteem. Orang yang memiliki performance harga diri tinggi memiliki kepercayaan bahwa diri mereka cerdas dan mampu (Heatherton & Wyland, 2003). Siswa yang memiliki harga diri yang tinggi tidak akan gelisah dan cemas dalam mengerjakan tugas-tugas dalam deadline waktu yang sempit, karena mereka memiliki kepercayaan bahwa diri mereka cerdas dan mampu dalam menjalani pembelajaran. Dalam hal inilah maka siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten dapat memiliki optimisme akademik yang tinggi. Kedua, melalui dimensi social self-esteem. Orang yang memiliki social self-esteem tinggi, mereka mampu mengatasi secara efektif tantangan dan umpan balik negatif, dan mereka hidup di dunia sosial di mana mereka percaya bahwa orang menghargai dan menghormati mereka (Heatherton & Wyland, 2003). Melalui social self-esteem, siswa dapat mengatasi secara efektif tantangan dan umpan balik negatif dan mereka percaya bahwa orang lain menghargai dan menghormati mereka, dalam hal inilah maka siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten dapat memiliki optimisme akademik yang tinggi. Ketiga, melalui dimensi appearance self-esteem. Orang yang memiliki appearance self-esteem yang rendah cenderung lebih depresi, memiliki rasa rendah diri, kesepian, dan merasa terasing di lingkungannya (Heatherton & Wyland, 2003). Individu yang memiliki harga diri yang baik akan mampu menghargai dirinya sendiri, menerima diri, tidak menganggap rendah dirinya, melainkan mengenali keterbatasan dirinya sendiri dan mempunyai harapan untuk maju dan memahami potensi yang dimilikinya (Coopersmith, dalam Anindyajati
21
22
& Karima, 2004). Oleh sebab itulah siswa yang memiliki appearance self-esteem yang tinggi akan cenderung terhindar dari depresi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dalam hal inilah siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten dapat memiliki optimisme akademik yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan sumbangan efektif sebesar 21,996 %, artinya kontribusi harga diri siswa terhadap optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten sebesar 21,996 %, dan berarti masih terdapat 78,004 % variabel-variabel lain yang mempengaruhi optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten, seperti misalnya: minat, motivasi, status sosial, jenis kelamin dan budaya.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan positif signifikan antara antara harga diri dan optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. 2. Rata-rata skor harga diri yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten sebesar 47,33 berada pada kategori tinggi. Rata-rata skor optimisme akademik yang diperoleh siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten sebesar 33,15 berada pada kategori tinggi. 3. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan sumbangan efektif sebesar 21,996%, artinya kontribusi harga diri siswa terhadap optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten sebesar 21,996 %, dan berarti
22
23
masih terdapat 78,004 % variabel-variabel lain yang mempengaruhi optimisme akademik pada siswa SMP Muhammadiyah 14 Klaten. Saran yang dapat diajukan peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi pihak guru Diharapkan guru sebagai pendidik siswa di sekolah agar guru tahu akan kebutuhan siswa terutama mereka yang bermasalah dengan kepribadiannya serta juga mendorong siswanya untuk meningkatkan harga dirinya, sehingga optimisme akademik siswa dapat lebih meningkat lagi. 2. Bagi pihak orangtua Orangtua diharapkan memberikan dukungan sosial bagi anaknya untuk meningkatkan harga dirinya, sehingga dengan demikian optimisme akademik anaknya dapat lebih meningkat. 3. Untuk penelitian selanjutnya Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang harga diri dan optimisme akademik, maka disarankan untuk menyertakan variabelvariabel lain, seperti misalnya: minat, motivasi, status sosial, jenis kelamin dan budaya.
23
24
DAFTAR PUSTAKA Adams, C.M & Forsyth, P.B. (2011). Student academic optimism: confirming a construct. A paper submitted for presentation at the 2011 Annual Meeting of The American Educational Research Association New Orleans, LA. New Orleans, Louisiana, USA: AERA Online Paper Repository. Anindyajati, M & Karima, C.M. (2004). Peran harga diri terhadap asertivitas remaja penyalahgunaan narkoba (penelitian pada remaja penyalahguna narkoba di tempat-tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba). Jurnal Psikologi. Volume 2 No. 1, Juni. Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bagana, E., Raciu, A., & Lupu, L. (2011). Self esteem, optimism and exams’ anxiety among high school students. Procedia - Social and Behavioral Sciences Journal. Volume 30. p. 1331 – 1338. Corsini, R. J. (2002). The dictionary of psychology. New York: BrunnerRoutledge. Hapsari, R.M & Retnaningsih. (2007). Perilaku asertif dan harga diri pada karyawan. Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1, Desember. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Hasan, A., Lilik, S., & Agustin, R.W. (2013). Hubungan antara penerimaan diri dan dukungan emosi dengan optimisme pada penderita diabetes mellitus anggota aktif persadia (persatuan diabetes indonesia) cabang surakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa. Volume 2, No 2. p 60-74. Heatherton, T. F & Wyland, C. L. (2003). Assessing self-esteem. Positive Psychological Assessment: A Handbook of Models and Measures. Washington, DC, US: American Psychological Association. Heatherton, T. F. & Polivy, J. (1991). Development and validation of a scale for measuring state self-esteem. Journal of Personality and Social Psychology. Washington, DC: American Psychological Association, Inc. Volume 60, No 6,. p. 895-910. Hecht, D. (2013). The neural basis of optimism and pessimism. Experimental Neurobiology Journal. Volume 3. p. 173-199. Hurlock, E.B. (2004). Psikologi perkembangan (suatu pendekatan sepanjang. rentang kehidupan). Jakarta: Erlangga. Hutz, C.S., Midgett, A., Pacico, J.C., Bastianello, M.R., & Zanon, C. (2014). The relationship of hope, optimism, self-esteem, subjective well-being, and
24
25
personality in brazilians and americans. Psychology Journal. Volume 5. Scientific Research Publishing Inc. p 514-522. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development (psikologi perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Pepi, A., Luisa, F., & Alesi, M. (2006). Personal conceptions of intelligences, self esteem and school achievement in italian and portuguese students. Journal Adolescence. Winter, Volume 41, No 164. p. 615-31. Robinson, C., & Snipes, K. (2009). Hope, optimism and self-efficacy: a system of competence and control enhancing african american college students academic well-being. Multiple Linear Regression Viewpoints Journal. Volume 35 No 2. p 16-26. Sandha, T.P, Hartati, S & Fauziah, N. (2012). Hubungan antara self esteem dengan penyesuaian diri siswa tahun pertama SMA krista mitra Semarang. Jurnal Psikologi Empati. Volume 1 No 1. Semarang: Fakultas Psikologi Undip. Santrock, J. W. (2002). Life span development (perkembangan masa hidup). Jilid 1: Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Sukardi, F.E.W. (2006). Korelasi antara optimisme dan prestasi akademik siswa sd santa maria kelas 6 di cirebon. Jurnal Psikologi Vol. 4 No. 1, Juni 2006. p 55-71. Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung : Alfabeta. Toor, S.F. (2009). Optimism and achievement: a domain-specific and withinconstruct investigation. Doctoral Dissertations. Knoxville: University of Tennessee.
25