http://karyailmiah.polnes.ac.id
HUBUNGAN ANTARA LAMA WAKTU PEMBELAJARAN DAN KEMAMPUAN BAHASA INGGRIS MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA Noor Fachman Tjetje dan Ratna Wulaningrum (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak
NOOR FACHMAN TJETJE DAN RATNA WULANINGRUM : Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda memperoleh matakuliah bahasa Inggris selama 6 semester berturut-turut. Dengan pertemuan yang rutin di setiap semester, diharapkan kemampuan bahasa Inggris dan TOEFL mahasiswa memperoleh hasil yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan proses pembelajaran bahasa Inggris dengan nilai TOEFL mahasiswa. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda dengan data-data penelitian adalah nilai TOEFL dan lama waktu mengikuti pendidikan. Diduga dengan semakin lamanya mahasiswa mengikuti proses pembelajaran bahasa Inggris, maka nilai TOEFL pun akan semakin baik. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis data-data penelitian adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara proses pembelajaran bahasa Inggris dengan nilai TOEFL mahasiswa. Hal ini ditunjukkan bahwa mahasiswa semester akhir memperoleh nilai TOEFL yang lebih baik dibandingkan mahasiswa semester awal baik dari nilai minimum, nilai maksimum maupun nilai mean. Dengan demikian terdapat bukti bahwa lama waktu proses belajar matakuliah bahasa Inggris akan dapat meningkatkan kemampuan TOEFL mahasiswa. Kata Kunci:
Kemampuan bahasa Inggris, TOEFL
PENDAHULUAN Kemampuan berbahasa asing, terutama Bahasa Inggris, saat ini semakin penting untuk dikuasai seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi. Lulusan perguruan tinggi dituntut memiliki keahlian bahasa asing yang baik di samping kompetensi bidang ilmu mereka. Hal ini dikarenakan semakin luasnya kegiatan bisnis unit usaha yang melibatkan perusahaan-perusahaan multinasional serta berbagai informasi terkini yang disajikan dalam
Riset / 2231
Bahasa Inggris. Sebagai contoh, di bidang akuntansi saat ini telah dirumuskan suatu standar pelaporan keuangan yang bersifat internasional (IFRS) yang isinya ditulis menggunakan Bahasa Inggris. Agar dapat memahami apa yang terdapat di dalam standar internasional tersebut, maka mahasiswa/lulusan akuntansi dituntut menguasai Bahasa Inggris agar tidak terjadi interpretasi yang salah/keliru dalam memahami setiap standar yang disajikan. Tuntutan dunia kerja terhadap kualitas serta semakin ketatnya persaingan untuk memperoleh kerja mengharuskan alumni/calon lulusan suatu perguruan tinggi memiliki
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
keterampilan Bahasa Inggris baik pasif maupun aktif. Keterampilan tersebut meliputi aspek reading comprehension, listening, dan structure. Hal ini sangat ditekankan terutama dengan diwajibkannya mahasiswa lulus TOEFL sebagai syarat kelulusan di perguruan tinggi. Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda membekali mahasiswa dengan memberikan matakuliah bahasa Inggris selama 6 (enam) semester. Diharapkan dengan semakin banyaknya waktu pertemuan untuk belajar bahasa Inggris, maka kemampuan mahasiswa akan semakin meningkat serta memperoleh nilai TOEFL yang baik untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan perguruan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama waktu pembelajaran bahasa Inggris dengan kemampuan bahasa Inggris (yang diwakili oleh nilai TOEFL) mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda. TINJAUAN PUSTAKA a. Penelitian Terdahulu Marzuki (2008) melakukan penelitian tentang kemampuan reading TOEFL like test mahasiswa semester V dengan hasil bahwa permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam mengerjakan tes TOEFL bagian reading adalah disebabkan karena kurangnya keterampilan mahasiswa membaca teks berbahasa Inggris. Lebih lanjut, peneliti menyarankan agar para staf pengajar membantu meningkatkan keterampilan mahasiswa dengan memberikan pengenalan teknik, cara dan strategi penguasaan kosakata melalui latihan-latihan serta mestimulasi mahasiswa agar tidak merasa sulit atau takut mengerjakan soal-soal TOEFL. Penelitian lain dilakukan oleh Komari (2008) yang mengukur kemampuan bahasa Inggris mahasiswa tingkat akhir Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) berdasarkan skor TOEFL. Hasil penelitian menunjukkan baha secara umum kemampuan bahasa Inggris mahasiswa tingkat akhir USTJ masih relatif rendah dengan kisaran skor antara 350-450. Untuk hasil yang didapatnya tersebut, peneliti menyarankan agar terdapat peran yang saling mendukung antara pengambilan kebijakan akademik, peran staf pengajar serta motivasi dari mahasiswa agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris (skor TOEFL) mahasiswa. Amri (2004) melakukan penelitian mengenai cara meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris melalui learning strategies. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan
JURNAL EKSIS Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
learning strategies dengan prestasi belajar bahasa Inggris mahasiswa Politeknik Negeri Lhokseumawe. Di mana mahasiswa yang memiliki prestasi bagus dalam bahasa Inggris memilih indirect strategies pada jenis metacognitive strategies. Selain itu, peneliti juga menemukan bukti bahwa peranan dosen dalam membantu mahasiswa yang lemah dalam bahasa Inggris merupakan faktor yang sangat penting. Evaluasi penggunaan sumber bahan pengajaran (bukubuku) juga perlu dilakukan untuk melihat apakah buku yang digunakan mengandung atau memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri dengan learning strategies yang mereka miliki. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa penelitian di atas adalah bahwa pengembangan kemampuan bahasa Inggris mahasiswa merupakan proses yang berkelanjutan dan melibatkan beberapa pihak. Mahasiswa tidak hanya mendapat keharusan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka, tetapi mereka juga berhak untuk memperoleh proses pembelajaran dan sumber bahan ajar yang baik agar dapat memperoleh hasil yang diinginkan (kemampuan bahasa Inggris yang baik). b. Jenis-jenis TOEFL Salah satu alat ukur kemampuan bahasa Inggris yang secara umum dikenal selama ini adalah skor TOEFL. Hal ini menjadi acuan bagi perguruan tinggi untuk menetapkan syarat kelulusan dan/atau mengikuti ujian akhir salah satunya adalah mahasiswa diharuskan mencapai skor minimum 400 pada TOEFL like test. Test of English as a Foreign Language (TOEFL) adalah tes untuk mengukur tingkat kemampuan bahasa Inggris seseorang yang bahasa aslinya bukan bahasa Inggris. Ditinjau dari cara dan alat yang dipergunakan dalam pelaksanaan tes, TOEFL dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu (Komari, 2008:48): a. Paper-based Toefl (PBT), yaitu tes yang dilaksanakan dengan menggunakan alat tulis (pensil 2b), kertas lembar soal dan lembar jawaban. b. Computer-based Toefl (CBT), yaitu tes TOEFL yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu komputer tanpa mengguanakan alat tulis maupun lembar soal atau lembar jawaban. Seluruh soal terdapat dalam komputer dan jawaban juga dilakukan langsung di komputer tersebut. c. Internet-based Toefl (iBT), yaitu tes TOEFL yang dilakukan dengan menggunakan internet. Secara umum terdapat kesamaan antara CBT dan iBT, baik dari aspek yang diujikan, jumlah
Riset / 2232
http://karyailmiah.polnes.ac.id soal, waktu yang tersedia untuk mengerjakan soal, cara mengerjakan soal, serta skala skor. Perbandingan antara PBT dan CBT/iBT secara ringkas disajikan pada tabel berikut:
2. Section Two: Structure and Written Expression. Bagian ini mengukur kemampuan seseorang dalam memahami dan mengenali kalimat bahasa Inggris yang benar. Bagian ini terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu berupa sentence completion dan error identification. 3. Section Three: Reading Comprehension. Bagian ini mengukur kemampuan seseorang dalam memahami teks bahasa Inggris. Beberapa kurun waktu terakhir ini kemampuan bahasa Inggris seseorang dimasukkan dalam kategori baik apabila memperoleh skor TOEFL minimal > 500. Untuk bisa mendapatkan skor tersebut, seseorang harus mampu menjawab soal dengan benar pada section one sebesar 58% (minimal 29 dari 50 soal yang tersedia), section two sebesar 65% (minimal 26 nomor dari 40 soal yang tersedia), serta pada section three sebesar 66% (minimal 33 nomor dari 50 soal yang tersedia).
Dilihat dari segi pengakuan dan pemanfaatannya, TOEFL dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: 1. International Toefl/Official Toefl. Skor tes ini berlaku dan diakui di seluruh institusi di berbagai belahan dunia. 2. Institutional Toefl. Skor TOEFL ini hanya berlaku/diakui oleh beberapa institusi. TOEFL jenis ini biasanya digunakan sebagai syarat untuk melamar beasiswa, melanjutkan pendidikan pada institusi tertentu, melamar pekerjaan, dan lain-lain. 3. Local Toefl (Toefl prediction/Toefl like). Skor TOEFL ini hanya berlaku dan diakui secara internal oleh institusi penyelenggara, meskipun ada juga institusi lain yang menggunakannya sebagai skor prediksi. Jenis TOEFL ini dapat diselenggarakan setiap saat dan dengan biaya yang relatif lebih murah. Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini akan menggunakan paper-based TOEFL (PBT) dengan kategori Local TOEFL (TOEFL prediction/TOEFL like) untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris mahasiswa.
METODE PENELITIAN a. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda semester awal dan semester akhir. Sementara sampel penelitian adalah seluruh mahasiswa semester awal dan semester akhir yang telah mengikuti tes TOEFL. b. Teknik Pengumpulan Data Data-data penelitian yang digunakan sebagai bahan analisis penelitian ini adalah data skor TOEFL mahasiswa untuk tahun akademik 2011/2012. c. Teknik Analisis Data
c. Aspek-aspek yang Diujikan dalam TOEFL Paper-based TOEFL terdiri dari 3 bagian (section), yaitu sebagai berikut: 1. Section One: Listening Comprehension. Bagian ini mengukur kemampuan seseorang memahami bahasa Inggris lisan.
Riset / 2233
Mahasiswa Politeknik Negeri Samarinda akan dinyatakan lulus TOEFL jika mereka berhasil mencapai nilai 400 untuk mahasiswa D3 dan 420 untuk mahasiswa D4. Jika mahasiswa belum memenuhi nilai minimum, maka mereka diwajibkan untuk mengikuti kembali tes TOEFL hingga mereka memperoleh nilai yang disyaratkan.
Analisis data dilakukan secara deskriptif. Data yang ada dikelompokkan berdasarkan angkatan (tahun penerimaan) mahasiswa yang meliputi nilai TOEFL mahasiswa. Kedua nilai TOEFL mahasiswa semester awal dan semester akhir akan diperbandingkan untuk memperoleh gambaran apakah terdapat perbedaan nilai TOEFL (sebagai pengukur dari kemampuan bahasa Inggris) mahasiswa, jika terdapat perbedaan maka hal ini dapat berarti bahwa lama waktu mahasiswa mengikuti proses pembelajaran bahasa Inggris
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
akan berpengaruh terhadap kemampuan bahasa Inggris mahasiswa. PEMBAHASAN Deskripsi Data Deskripsi untuk data penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok mahasiswa, yaitu mahasiswa semester awal dan mahasiswa semester akhir. Data TOEFL mahasiswa semester awal disajikan pada tabel berikut:
Jumlah mahasiswa semester awal yang menjadi sampel adalah sebanyak 86 orang, jumlah tersebut adalah yang mengikuti tes TOEFL pada tahun 2011/2012. Nilai TOEFL minimum mahasiswa semester awal adalah 310 sementara nilai maksimum TOEFL yang berhasil diperoleh adal 493. Nilai mean TOEFL untuk mahasiswa semester awal adalah sebesar 387,49. Deviasi standar nilai TOEFL mahasiswa semester akhir tidak besar yaitu hanya 9,5% (36,818) dan tidak lebih dari 20% dari mean. Statistik deskriptif TOEFL mahasiswa semester akhir disajikan pada tabel sebagai berikut:
untuk jumlah mahasiswa semester akhir sebanyak 107 orang. Deviasi standar nilai TOEFL mahasiswa semester akhir tidak besar (tidak lebih dari 20% dari mean, yaitu sekitar 13,16%) menunjukkan variasi yang kecil. Penelitian ini dilakukan untuk mencari bukti pengaruh lama waktu belajar bahasa Inggris mahasiswa dengan kemampuan bahasa Inggris mahasiswa (diwakili oleh skor TOEFL). Idealnya, semakin lama seseorang belajar dan mengikuti proses pembelajaran bahasa Inggris maka kemampuan mereka terhadap bahasa Inggris tersebut juga akan semakin meningkat. Hasil dari deskripsi data di bagian 4.1. menunjukkan bahwa statistik deskriptif untuk nilai TOEFL mahasiswa semester awal dan semester akhir memiliki nilai yang cukup berbeda, di mana nilai-nilai untuk kelompok mahasiswa semester akhir lebih tinggi dibandingkan mahasiswa semester awal. Nilai minimum TOEFL mahasiswa semester awal adalah 310 sementara mahasiswa akhir memperoleh nilai minimum TOEFL 333. Nilai maksimum TOEFL mahasiswa semester awal adalah 493, sementara nilai maksimum TOEFL mahasiswa semester akhir 580. Terakhir, nilai mean TOEFL mahasiswa semester awal 387,49 sementara mahasiswa semester akhir memperoleh nilai mean TOEFL 460,33. Hasil deskripsi data menujukkan bahwa semakin lama mahasiswa mengikuti proses pembelajaran bahasa Inggris maka kemampuan bahasa Inggris mahasiswa juga akan semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dari hasil nilai mean mahasiswa semester akhir yang lebih tinggi daripada mahasiswa semester awal. PENUTUP Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah lama waktu belajar bahasa Inggris akan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda. Kemampuan bahasa Inggris diukur dengan melihat nilai TOEFL mahasiswa. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok mahasiswa, yaitu mahasiswa semester awal dan mahasiswa semester akhir.
Nilai TOEFL mahasiswa semester akhir berkisar antara 333 (nilai minimum) dan 580 (nilai maksimum), dengan nilai mean sebesar 460,33
JURNAL EKSIS Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357
Hasil penelitian yang bersifat deskripsi ini menunjukkan bahwa nilai TOEFL mahasiswa semester awal lebih rendah dibandingkan mahasiswa semester akhir, baik dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum maupun nilai mean. Dengan demikian dapat dilihat adanya hubungan antara lama waktu belajar dan kemampuan bahasa Inggris mahasiswa.
Riset / 2234
http://karyailmiah.polnes.ac.id Saran Penelitian ini bersifat deskripsi dan bersifat umum. Analaisis dibatasi dengan data lama waktu belajar dan kemampuan bahasa Inggris yang dilakukan terhadap mahasiswa semester awal dan semester akhir di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat diperbaiki dengan melakukan beberapa penelitian-penelitian selanjutnya. Salah satu keterbatasan penelitian ini adalah peneliti tidak melakukan pengamatan terhadap sampel selama mereka berada di semester awal dan selanjutnya pada saat mereka di semester akhir. Nilai di periode yang berbeda (tahun pertama dan tahun terakhir) tersebut dapat dijadikan data yang lebih valid tentang peningkatan kemampuan bahasa Inggris seseorang. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengakomodir hal tersebut sehingga dapat memperbaiki keterbatasan yang ada di dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Amri,
Mustika. 2004. Penggunaan Learning Strategies serta Hubungannya dengan Prestasi Belajar Bahasa Inggris. Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Komari.
2008. Kemampuan Bahasa Inggris Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Sains dan Teknologi Jayapura berdasarkan Score TOEFL. Jurnal DINAMIS Vol. 2 No. 12 Desember 2008, hal. 47–51.
Marzuki,
Dony. 2008. Keterampilan Reading TOEFL Like Test Mahasiswa Semester V Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol. 3 No. 2 Desember 2008, hal. 95105.
Santoso, Singgih. 2004. SPSS Statistik Parametrik, PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta. Susanti, Ratna. 2002. Penguasaan Kosa Kata dan Kemampuan Membaca Bahasa Inggris. Jurnal Pendidikan Penabur No. 01 Maret 2002, hal. 87–93. Wijirahayu, Suciana. 2007. Keterkaitan antara Strategi dalam Belajar Bahasa dengan Kemampuan Berbahasa Inggris Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Islam Vol. X No.2 Desember 2007, hal. 153–162.
Riset / 2235
JURNAL EKSIS
Vol.8 No.2, Agustus 2012: 2168 – 2357