HUBUNGAN ANTARA KONDISI STRESS DENGAN PERSEPSI KESULITAN TIDUR PADA MAHASISWA
Rosmawati Dwi Wuryani Dra. Sri Kusrohmaniah M.si
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara stress terhadap persepsi kesulitan tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.dugaan awal, ada hubungan yang positif antara stress dengan persepsi kesulitan tidur pada mahasiswa. Semakin tinggi stress yang dialami seseorang, maka semakin tinggi pula seseorang mengalami kesulitan tidur. Analisis yang digunakan untuk meguji hipotesis dalam penelitian ini adalah korelasi product moment ( r ) dari Pearson. Berdasarkan teknik korelasi product moment, apabila didapatkan koefisien korelasi yang signifikan, berarti terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Sebaliknya apabila koefisien korelasi tidak significant, berarti tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan bantuan program SPSS Windows versi 11.0. Hasil analisis data menunjukkan ada hubungan positif antara variabel kondisi stress dengan variabel kesulitan tidur insomnia. Koefisien korelasi sebesar r = 0.402 (p<0.01) menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut terbukti, artinya semakin tinggi skor kondisi stress seseorang maka semakin tinggi pula skor skala kesulitan tidur insomnia dari individu tersebut. Sebaliknya semakin rendah skor kondisi stress seseorang, makin rendah pula skor kesulitan tidur insomnia. Semakin tinggi stress yang dialami seseorang, maka semakin tinggi pula seseorang mengalami kesulitan tidur. Kata Kunci : Hubungan antara stress dengan persepsi Kesulitan tidur pada mahasiswa
1
PENGANTAR
A.
Latar Belakang Permasalahan
Sebagian orang bisa tidur dengan nyenyak merupakan anugerah, tetapi bagi orang yang mengalami kesulitan tidur akan sulit untuk mendapatkan anugrah untuk tidur nyenyak, karena mengidap gangguan yang biasa disebut sulit tidur. Seseorang dianggap memiliki gangguan tidur apabila seseorang mengalami kesulitan tidur dalam beberapa hari. Apabila gangguan tidur tersebut terjadi dalam kurun waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan akan mengakibatkan kekebalan tubuh menurun akibat kekurangan tidur atau jadwal yang terganggu akibat gangguan tidur insomnia yang menyerang. Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek dokter. Kesulitan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah, gangguan tidur juga dialami oleh anak-anak, orang tua, orang dewasa, maupun para lanjut usia. (Japardi, 2004) Tuntutan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen bagi seorang mahasiswa memang dibutuhkan. Tidak sedikit mahasiswa yang terganggu pola tidurnya karena untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen menuntut mahasiswa menyelesaikan dengan waktu yang ditentukan bahkan tidak jarang membuat mahasiswa merubah pola tidurnya yang sebelumnya termasuk normal yaitu enam sampai delapan jam sehari dan dapat memulai tidur dengan mudah. Hal tersebut seperti dialami oleh W yang mengalami kesulitan tidur
2
setelah ia mengambil matakuliah skripsi, menurut keterangan yang diberikan ia menjadi sering cemas dan takut bila hasil skripsinya tidak memuaskan sehingga hal itu berpengaruh pada pola tidurnya yang sebelumnya mudah untuk tidur menjadi sulit untuk memulai tidur. Ia berpendapat bahwa gangguan tidur itu datang setelah banyaknya tekanan yang ia hadapi beberapa tahun ini. (wawancara pada 15/04/06). Pada mahasiswa tingkat semester awal mahasiswa biasanya tugas-tugas serta kegiatan yang di berikan oleh dosen belum begitu banyak, beda halnya dengan mahasiswa yang mulai memasuki semester empat atau lima, pada semester ini mahasiswa sudah mulai mendapatkan matakuliah praktikum untuk jurusan tekhnik atau kedokteran. Seperti yang dirasakan oleh A salah satu mahasiswa kedokteran Universitas Gajah Mada, sebelumnya ia mempunyai pola tidur yang normal namun setelah semester tiga dimana ia merasakan bahwa tugastugas kampus seperti praktikum yang menuntut selesai dengan waktu yang kadang sangat singkat menurutnya, belum lagi masalah-masalah di luar akademik yang membutuhkan tenaga dan pikiran yang cukup. Hal tersebut tidak jarang memembuatnya menjadi merubah pola tidur yang normal delapan jam pada umumnya menjadi terputus-putus yaitu tiga jam di malam hari dan sisanya tidur di siang hari, itu pun jika ada waktu luang. Seorang mahasiswa lain, N, menyatakan ketika dirinya mulai memasuki semester tengah atau tiga, ia mulai mengalami gangguan pada pola tidur yang pada awalnya terbiasa tidur pukul 21.00 WIB namun kini hanya bisa memejamkan mata ketika pukul 02.00 dini hari. Ia merasakan hal tersebut awalnya tidak terlalu ia fikirkan, namun pada akhirnya ia merasa bahwa
3
kesehatannya mulai menurun dan keluhan disiang hari seperti rasa mengantuk yang teramat sangat sehingga mengganggu aktivitasnya barulah ia sadar bahwa ada yang tidak wajar. Ia merasa tuntutan tugas yang di berikan dosen membuat ia harus menyelesaikan tugasnya tepat waktu, belum lagi matakulaiah skripsi yang membuatnya ekstra berfikir agar mendapat nilai yang memuaskan karena matakuliah ini yang menjadi penentu apakah ia dapat lulus atau tidak. Japardi (2004) menurut beberapa penelitian, gangguan tidur berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan berkendara dibandingkan orang yang cukup tidur. Lumbantobing (2004) mengatakan bahwa, kebutuhan manusia untuk tidur pada bayi 13-16 jam berfungsi untuk pertumbuhan bayi, anak 8-12 jam berfungsi untuk perkembangan otak anak-anak untuk ketahanan memori, dewasa 6-9 jam untuk menjaga kesehatan, usia lanjut 5-8 jam untuk menjaga kondisi fisik karena usia yang semakin senja mengakibatkan sebagian anggota tubuh tidak dapat berfungsi optimal, maka untuk mencegah adanya penurunan kesehatan dibutuhkan energi yang cukup dengan pola tidur yang sesuai. Sebuah kasus di bahwa ini adalah berkaitan dengan gangguan tidur yang di akses dalam situs http//www.alaydrusbgr.com (di akses 14/11/05) menyatakan bahwa orang yang mengalami kanker hati di sebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah tidur terlalu malam dan bangun terlalu siang. Dalam situs http\\www.e-psikologi.com (diakses 12/07/05) diceritakan banyak yang mengeluh tentang gangguan tidur sebagai contoh Titi (30 th), selama dua tahun terakhir baru bisa tidur menjelang subuh disaat menjelang ujian semester, Rudy (19) yang sempat diduga kecanduan narkotika karena selalu tertidur bahkan ketika ujian,
4
sedangkan Rani, (25) akhir-akhir ini harus menyeret tubuhnya dari tempat tidur setiap bangun pagi. Weekend-lah yang membebaskan derita Rani karena saat libur ia bisa bangun siang sepuasnya. Dalam htt\\Hanyawanita.com (diakses 12/07/05) Beberapa orang mengalami masalah gangguan tidur, seperti kasus yang di dapat dari hasil wawancara penulis dengan DS yang mengalami kesulitan tidur (10/05/2005) saat ia mengalami masalah yang bersifat pribadi seperti masalah keuangan, karena kiriman uang orang tua yang telat datang sehingga ia harus berfikir ekstra untuk mencari jalan keluar memenuhi kebutuhan pangannya sampai uang kiriman berikutnya datang, juga masalah pribadi lainnya seperti bertengkar dengan kekasihnya. Sedangkan A kuliah pada fakultas kedokteran yang awalnya ia memiliki pola tidur normal namun, mengalami kesulitan tidur setelah mendapat tugas setiap harinya yang harus selesai dengan waktu yang sudah ditentukan oleh dosen, belum lagi masalah hubungan sosialnya dengan lingkungan kost yang masih baru memerlukan adaptasi yang baik untuk menciptakan susasana yang mendukung untuk belajar dan mengerjakan tugas kampusnya secara baik. Mahasiswa termasuk salah satu kelompok yang rentan dengan kondisi stress karena sebagai mahasiswa banyak pekerjaan kampus yang menuntut mahasiswa untuk berfikir untuk melatih kecerdasan mereka dalam suatu bidang untuk bekal setelah lulus nanti dan juga agar mereka dapat bersaing untuk menghadapi persaingan di dunia kerja kelak setelah mereka memulai usaha atau suatu pekerjaan yang membutuhkan keahlian dalam bidang tertentu. Masalah lain yang sering dialami oleh mahasisiwa adalah maslah pribadi yang sedikit banyak bisa
5
memicu kondisi stress seseorang meningkat seperti, masalah keluarga, masalah hubungan sosialnya dengan teman-temannya, masalah kiriman uang yang kadang telat atau kiriman yang habis sebelum waktunya. Menurut Rafknowladge (2004), kesulitan tudur/ insomnia ringan biasanya dipicu oleh stress, suasana ramai atau berisik, perbedaan suhu udara, perubahan lingkungan sekitar, masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur, efek samping pengobatan. Menurut situs http//www.nusaindah.com (di akses 25/03/05). Kesulitan tidur kesulitan tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya Faktor Psikologi seperti stres yang berkepanjangan. Sedangkan menurut Kartono (2000) menyatakan bahwa kesulitan tidur bisa disebabkan karena stress mendadak. Rasmun (2004), mengatakan bahwa stress intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah, stress sosial akan mengganggu hubungan individu terhadap kehidupan. Stress memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual, stress dapat mengancam keseimbangan fisiologis. Stress emosi dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain. Stress menurut Sarafino (1990) adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasai dengan sumber-sumber daya system biologis, psikologis dan social dari seseorang. Refleksi fisiologis terhadap stress tubuh bereaksi terhadap stressor dengan memulai seurutan kompleks respon bawaan terhadap ancaman yang dihayati. Jika ancaman dapat dipecahkan dengan segera, respon darurat tersebut menghilang,
6
dan keadaan fisiologis kita dapat di pecahkan dengan segera, respon darurat tersebut menghilang dan keadaan fisiologis kita dapat kembali normal. Jika situasi stress terus terjadi, timbulah respons internal yang lainnya saat kita berupaya beradaptasi dengan stressor kronis. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka di asumsikan bahwa tuntutantuntutan tugas sebagai mahasiswa semester empat membuat mereka mengalami gangguan tidur seperti kesulitan tidur sedangkan sebelum mereka mengalami tuntutan yang berat, tidur adalah sesuatu yang mudah bagi mereka. Berdasarkan pemaparan di atas juga diasumsikan bahwa kwalitas tidur yang tidak baik dipengaruhi oleh emosi seseorang yang tidak baik, seperti rasa cemas, frustasi, stress, pikiran yang negatif. Pada mahasiswa banyak pekerjaan atau tugas yang harus dihadapi apalagi mendekati semester terakhir di mana mahasiswa diwajibkan untuk menyelesaikan tugas akhirnya yaitu skripsi, hal ini menyebabkan perubahan pola tidur diantaranya adalah kesulitan tidur. B.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara stress dengan persepsi kesulitan tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. C. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kesulitan tidur dan hubungannya dengan stress. Manfaat praktis hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan pemahaman dan kesadaran pada berbagai pihak, khususnya para mahasiswa untuk selalu bisa
7
menyelesaikan masalahnya jangan sampai terjadi stress pada diri mahasiswa agar dapat mencetak prestasi yang baik tanpa ada kendala seperti stress dan kesulitan tidur.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala psikologi. Metode pengumpulan data menggunakan skala yang terdiri dari dua alat ukur, yaitu skala stress dan skala kesulitan tidur insomnia. Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala questionare tertutup, dengan bentuk skala semacam ini, subjek telah diberi beberapa alternatif jawaban, dan subjek diminta untuk memilih salah satunya. Berikut ini adalah penjelasan dari skala-skala tersebut: 1.
Skala kesulitan tidur insomnia Jumlah aitem dalam skala ini adalah 26 buah terdiri dariAitem-aitem dalam
skala ini terdiri dari aitem favourable dan aitem unfavourable. Aitem favourable adalah aitem yang mendukung aspek yang akan diukur, sedangkan aitem unfavourable adalah aitem yang menentang atau menolak aspek yang hendak di ukur. Masing-masing aitem tersebut memiliki empat alternatif jawaban, yaitu; Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, Sangat Tidak Sesuai dan masing-masing alternatif jawaban tersebut mempunyai skor yang berbeda-beda. Skor pada aitem favourable berjalan dari angka empat menuju satu sedangkan skala unfavourable bergerak dari angka satu menuju angka empat.
8
2.
Skala Stress Untuk skala stress menggunakan aspek yang diambil dari teori Christian
untuk mengungkap apakah subjek menderita stress. Jumlah dalam item ini yaitu 50, dimana masing-masing aitem tersebut memiliki empat alternatif jawaban, yaitu; Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai, Sangat Tidak Sesuai dan masingmasing alternatif jawaban tersebut mempunyai skor yang berbeda-beda. Skor pada aitem favourable berjalan dari angka empat menuju satu sedangkan skala unfavourable bergerak dari angka satu menuju angka empat.
HASIL PENELITIAN
Hasil uji asumsi yang mencakup uji normalitaas dan linearitas dilakukan sebelum dilakukan uji hipotesis. 1.
Uji Asumsi Uji asumsi dilakukan meliputi uji normalitas dan uji linearitas. a.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov. Dari uji normalitas yang dilakukan dapat diketahui bahwa skor subjek pada kedua alat ukur memiliki sebaran normal. Variabel kesulitan tidur insomnia menunjukkan K-S-Z = 0.542, dan variabel kondisi stress K-S-Z = 0.623, (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa skala konsisi stress dengan kesulitan tidur insomnia berdistribusi normal.
9
b.
Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas variabel kondisi steress dan kesulitan tidur insomnia. Dari uji linearitas yang dilakukan dapat diketahui bahwa ada hubungan yang segaris atau linear antara kondisi steress dan kesulitan tidur insomnia F = 13.660, (p>0.05) p = 2.036, (p>0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa skala konsisi stress dengan kesulitan tidur insomnia adalah linear 2.
Analisis hasil Analisis hasil uji hipotesis secara singkat dapat dilihat pada tabel deskripsi
data penelitian yang berisikan fungsi-fungsi dasar yang disajikan secara lengkap pada table 1 : Tabel 1 Deskripsi Data Penelitian Hipotetik Variabel
Empirik
x min x max Mean
SD x min x max
Mean SD
Kondisi stress
38
152
95
19
64
115
87.20
10.39
Kesulitan tidur/ Insomnia
26
104
65
13
41
78
63.10
7.71
a.
Skala kesulitan tidur insomnia Skala kesulitan tidur insomnia terdiri dari duapuluh enam aitem dan di beri
skor minimum 1 dan maksimum 4. rentang minimum-maksimum 41-78 dengan jarak sebaran sebesar 37. dengan demikian satuan deviasi standarnya bernilai S = 7.71 sedangkan M hipotetik = 65 dan M empirik = 63.10. dalam analisis ini, peneliti membagi skala kesulitan tidur insomnia menjadi lima, yaitu :
10
Skore
Tabel 2. Kategorisasi Kesulitan tidur insomnia Kategori Jumlah Prosentase
X < 88.4
Sangat Tinggi
19
19 %
72,8 < X < 88,4
Tinggi
20
20 %
57,2 < X < 72,8
Sedang
11
11 %
41,6 < X < 57,2
Rendah
0
0%
X > 41,6
Sangat Rendah
0
0%
Data dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa kesulitan tidur insomnia subjek sebagian besar tergolong sangat tinggi (19 %), tinggi (20%) dan sedang (11%). b.
Skala kondisi stress Skala kesulitan tidur insomnia terdiri dari tigapuluh aitem dan di beri skor
minimum 1 dan maksimum 4. rentang minimum-maksimum 64-115 dengan jarak sebesar 51. dengan demikian satuan deviasi standarnya bernilai S = 10,39 sedangkan M hipotetik = 95 dan M empirik = 87,20. dalam analisis ini, peneliti membagi kriteria menjadi lima, yaitu : Tabel 3. Kategorisasi Kondisi stress Skore
Tingkatan
Jumlah
Prosentase
X<129.2
Sangat Tinggi
9
9%
106.4<X<129.2
Tinggi
16
16 %
83.6<X<106.4
Sedang
23
23 %
60,8<X<83.6
Rendah
2
2%
X>60.8
Sangat Rendah
0
0%
11
Data di atas menunjukkan bahwa tingkat kesiapan tidur berkualitas sebagian besar tergolong sangat tinggi (9 %), tinggi (16%) dan sedang (23%), Rendah(2 %) 3.
Uji Hipotesis Hasil analisis dengan menggunakan analisis produck moment dengan
bantuan SPSS 11.00 for windows, diperoleh bahwa koefisien korelasi kondisi stress dengan kesulitan tidur insomnia adalah rxy = 0, 402; dengan p = 0,002 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kondisi stress dengan kesulitan tidur insomnia, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi stress dengan kesulitan tidur insomnia diterima ditunjukkan dengan nilai RZ = 0,162. Sumbangan efektif variabel bebas (kondisi stress) terhadap variabel tergantung (kesulitan tidur insomnia) adalah16.2 % yang ditunjukkan dengan RZ= 0.162.
PEMBAHASAN
Hasil analisis data menunjukkan ada hubungan positif antara variabel kondisi stress dengan variabel kesulitan tidur insomnia. Koefisien korelasi sebesar r = 0.402 (p<0.01) menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut terbukti, artinya semakin tinggi skor kondisi stress seseorang maka semakin tinggi pula skor skala kesulitan tidur insomnia dari individu tersebut. Sebaliknya semakin rendah skor kondisi stress seseorang, makin rendah pula skor kesulitan tidur
12
insomnia. Sumbangan efektif variabel bebas (kondisi stress) terhadap variabel tergantung (kesulitan tidur) adalah16.2 % yang ditunjukkan dengan RZ= 0.162. Nashori (2005) kualitas tidur yang dialami seseorang memberikan pengaruh terhadap kendali dirinya. Seseorang yang tidur dengan waktu yang cukup dengan kualitas tidur yang memadai akan menjadi pribadi yang bersuasana hati positif, waspada, dan persepsi yang benar terhadap berbagai stimulus. Karenanya, ia tetap dapat mengendalikan dirinya secara optimal. Dengan kendali diri yang optimal itu, ia tidak akan terjebak dalam perilaku yang negatif dan destruktif (seperti seks bebas, agresivitas, dan sebagainya). Khavari (2000) menyatakan, tidur yang baik merupakan kunci untuk merasa nyaman dan bahagia. Tidur yang buruk sebaliknya, dapat mengakibatkan perasaan lelah, mudah marah, bahkan menjadi penyebab terjadinya depresi klinis. Wong (1995) mengatakan, penderita kesulitan tidur insomnia selalu merasa tidak enak badan, gelisah, menjadi tidak sabaran karena tidak tidur, merasa frustasi dan kurang percaya kepada kemampuan alami mereka untuk dapat tertidur bahkan bila mereka mengantuk sekalipun. Sedangkan kesulitan tidur insomnia situasional biasanya didasari oleh situasi tertentu yang sedang dialami seseorang seperti merasa gelisah, stress, dan cemas tentang apa yang akan terjadi adalah penyebab gangguan tidur/ insomnia yang khas. Stress adalah penyebab umum dari gangguan tidur/insomnia. Tubuh manusia secara otomatis memiliki mekanisme pertahanan diri akibat dari respon stress yang dihadapi, jika merasakan hal seperti cemas dan sedih dalam waktu yang sama maka seseorang tidak lagi merasa mungantuk, otak
13
bersiaga penuh, tidak dapat beristirahat dan siap menghadapi tantangan. Sebenarnya ia memperbesar dan melebih-lebihkan stress, sehingga stress yang di alami menempati bagian di setiap pikiran. Raeksi psikologis berguna selama seseorang tidak menderita karenanya, tetapi bila harus menghadapi stress berkalikali, kita dapat menderita gangguan jiwa misalnya gangguan tidur insomnia kronis, kecemasan, serangan rasa panik, agorophobia,dan bahkan alkoholisme (Wong,1995) Menurut Rafknowladge (2004) insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh stress, suasana ramai/berisik, perbedaan suhu udara, perubahan lingkungan sekitar, masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur, efek samping pengobatan. Dijelaskan pula bahwa stress adalah pemicu utama bagi seseorang untuk mengalami kesulitan tidur insomnia. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa stress pada mahasiswa, akan mengakibatkan kesulitan tidur insomnia. Semakin tinggi tingkat stress seseorang maka semakin tinggi pula kesulitan tidur insomnia yang di derita. Sebaliknya, semakin rendah tingkat stress mahasiswa maka semakin kecil pula kemungkinan terkena kesulitan tidur insomnia. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa ulasan para pakar yang dapat menjelaskannya. Hasil analisis data menunjukkan bahwa mahasiswa Jurusan Kedokteran Universitas Islam Indonesia, kesulitan tidur insomnia berada dalam kategori tinggi dan sangat tinggi, sedangkan untuk tingkatan stress masuk dalam kategori sedang dan tinggi. Hal ini juga berarti rata-rata para mahasiswa kedokteran tersebut memiliki tingkat stress yang sedang dan tinggi, dan rata-rata mengalami
14
kesulitan tidur insomnia. Semakin tinggi stress yang dialami seseorang, maka semakin tinggi pula seseorang mengalami kesulitan tidur. Sebesar 16,2% faktor stress yang mempengaruhi kesulitan tidur pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, sedangkan 85% kesulitan tidur insomnia dipengaruhi oleh faktor lain
diantaranya a. problem psikiatri yang biasanya, adalah gejala paling umum dari awal depresi, cemas, eorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur b. sakit fisik seperti sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat c. faktor lingkungan seperti lingkungan yang bising seperti lingkungan di dekat lintasan pesawat jet, lintasan kereta api, pabrik d. Gaya hidup seperti minum- minuman beralkohol, merokok, minum kopi, minum obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur. Kekurangan pada penelitian ini adalah terbatasnya subjek hanya pada jurusan kedokteran saja. Akan lebih baik jika penelitian mengambil subjek dari jurusan lain seperti mahasiswa jurusan tekhnik, farmasi, atau SMU karena mereka memiliki kondisi stress yang berbeda.
15
PENUTUP
A. Kesimpulan Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara kondisi stress seseorang dengan kesulitan tidur insomnia diterima. Ada hubungan positif antara kondisi stress dengan kesulitan tidur/ insomnia. Artinya semakin tinggi skor kondisi stress yang dialami oleh seseorang maka semakin tinggi pula skor tingkat kesulitan tidur insomnianya. Yang berarti, semakin baik kondisi stress seseorang maka semakin rendah pula potensi untuk menderita kesulitan tidur insomnia. B. Saran 1.
Untuk mahasiswa Untuk para mahasiswa kedokteran yang memiliti tuntutan tugas yang cukup
tinggi dibandingkan dengan jurusan lainnya sebaiknya mengatur jam kegiatan untuk dapat menyelesaikan berbagai macam tuntutan yang di berikan dosen seperti tugas-tugas praktikum, ujian yang hamper lebih sering di bandingkan dengan fakultas lain, diperlukan waktu yang cukup untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan energi manusia. Sebaiknya juga lebih memperhatikan kesehatan fikiran dengan belajar menanggulangi masalah dengan baik seperti meminta bantuan pada ahlinya untuk masalah yang bersifat pribadi, sedangkan untuk masalah akademik bisa dengan mengadakan kelompok belajar dengan sesame jurusan untuk meringankan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen.
16
2.
Untuk peneliti selanjutnya Sebaiknya peneliti selanjutnya mengambil data dari pihak yang lebih
berkompetin dengan bantuan pihak terkait untuk mendapatkan subjek yang lebih spesifik seperti para penderita insomnia yang dapat digali penyebab lainnya yang mengakibatkan gangguan tersebut terjadi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alkaf Idrus (2005). Mengobati Stress dengan Zikir dan Doa. Alina Press. Semarang Azwar, S. MA. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka pelajar . Jogjakarta Azwar, S. MA. 2006. Reliabilitas dan Validitas. Pustaka pelajar . Jogjakarta Charles R Noback & Robet J. Demarest “anatomi susunan syaraf manusia” edisi 2 jakarta 1993. Christian, M. 2005. Jinakan Stress kiat hidup sehat bebas tekanan. Media Inc. Bandung. Fokpal Asmawi Ed. 2004. 15 Penyebab Stress. Darusalam. Yogyakarta. Gregson Olga & Looker Terry 2004. Managing Stress mengatasi stress secara mandiri. BACA, Yogyakarta. Gunawan L dr. 2001. Insomnia Gangguan Sulit Tidur. Kanisius, Yogyakarta. Hadi,S. 1990. Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Ando Ofset. Handoyo Seger, 2001. Stress pada masyarakat Surabaya. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal penelitian. Hawari Dadang.1997. Al Qur’an Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. PT.Dana Bakti Primayasa, Solo. Japardi Iskandar . Gangguan tidur. Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatra Utara. Dalam www.google.com.25/03/05. Kartono, K. & Gulo, D. 2000. Kamus psikologi. Bandung: Pionir Jaya,CV. Khavari, K. 2000. Spiritual Intelegence. Ontario. White Mountain Publication. Lumantobing. 2004. Gangguan tidur. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
18
Maas. Jemes B. Dr.2002. Power Sleep. Mizan Media Utama (MMU). Bandung. Maslim Rusdi. Dr. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta. Nashori, F. 2004. Hubungan Antara Kualitas Tidur dan Kendali Diri Mahasiswa. Sripsi (Tidak Diterbitkan) Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Prijosaksono Aribowo dan Sembel Roy, 2002. Mengatasi insomnia. www.SinarHarapan.com.25/03/05 Rafknowledge 2004. Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Gramedia, Jakarta. Rasmun, SKp.,M.Kep. 2004. Stress, Koping dan Adaptasi. Sagung Seto. Jakarta. Tama Reza Adetya, 2005. Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Suasana Hati. Laporan Penelitian Tina, 2003. Psikologi Abnormal “Pengertian stress” BAB 6. Hand out. (Tidak diterbitkan) Yogyakarta. Wilkinson Greg. 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Stress Gejala Pemahaman, Pengobatan, Daya Tahan, Menolong Diri, Gaya hidup. Dian Rakyat. Jakarta . Wong Moses. 1995. Tidur tanpa obat. Pelanduk Publication. Malaysia. … … … ,. Info Kesehatan. www.nusaindah.tripoid.com. 25/03/06. … … … ..Jagoan 01/08/05.
Begadang
Karena
19
Insomnia.
htt\\Hanyawanita.com.