HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS (PFC&EFC) DENGAN TINGKAT STRESS PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN SKRIPSI
OLEH: IKA RATNA WULANDARI 802010053
TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015
i
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Coping Stress (PFC &EFC) dengan Tingkat Stress pada mahasiswa UKSW. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui coping stress PFC atau EFC yang lebih banyak digunakan oleh subjek penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada korelasi yang signifikan antara Coping Stress (PFC &EFC) dengan Tingkat Stress pada mahasiswa. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, baik laki-laki maupun perempuan, yang sedang mengerjakan skripsi (yang masa studinya lebih dari 4 tahun) Subjek penelitian secara keseluruhan berjumlah 83 mahasiswa. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling . Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Korelasi Person Product Moment menunjukkan korelasi antara Coping Stres EFC (emotion focus coping) dengan Stres diperoleh hasil r = 0.892 dengan sig = 0.000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara EFC (emotion focus coping) dengan Stres serta koefisien korelasi antara Coping Stres PFC (problem focus coping) dengan Stres adalah r = 0.880 dengan sig = 0.000 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara PFC (problem focus coping) dengan stres. Hal tersebut membuhktikan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara Coping Stress (PFC &EFC) dengan Tingkat Stress pada mahasiswa dapat diterima.
Kata Kunci : Emotion Focus Coping (EFC), Problem Focus Coping (PFC), Stres.
ii
Abstract This researh is intend to find out relation between Coping Stress (PFC & EFC) and Stress level on student at UKSW Beside that, this research is intend to find out wich coping stress PFC or EFC is usually used by research subject. The hypothesis is there is significant relation between Coping Stress (PFC & EFC) and Stress level on student. The subject of this research is the students of Information Technology Faculty at Satya Wacana University Salatiga. The subject is male or female student wich still on thesis ( more than 4 years study). The subject is 83 students. Sampling using Purposive sampling method. Hypothesis result wich using korelasi person product moment shows relation between coping stress EFC (Emotion Focus Coping) alasysis is r = 0.892 and sig = 0.000 wich mean there is significant relation between EFC (Emotion Focus Coping) with stress also coefficient relation between Coping stress PFC (Problem Focus Coping) and stress is r = 0.880 and sig = 0.000 wich mean there is significant relation between PFC (Problem Focus Coping) with stress. By that result the hypothesis wich tell there is positive relation between coping stress with stress level on student is acceptable. Key Word : Emotion Focus Coping (EFC), Problem Focus Coping (PFC), Stress.
iii
1
Latar Belakang Di era teknologi dan globalisasi ini seseorang dituntut untuk selalu dapat meningkatkan kemampuan dan keahliannya secara profesional agar dapat menyesuaikan diri dalam persaingan dunia global. Salah satunya dalam hal pendidikan, karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Seperti yang kita ketahui bahwa suatu pendidikan yang baik tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Disiplin, kreativitas, dan dimilikinya etos kerja yang tinggi (dalam Nadjmun, 1998) kesuksesan seseorang. Seseorang dikatakan mempunyai kualitas sumber daya manusia yang tinggi jika dapat menunjukkan karakteristik tersebut. Sehubungan dengan manusia yang berkualitas ditinjau dari segi pendidikan maka mahasiswa mempunyai kewajiban untuk membuat skripsi atau tugas akhir. Penulisan skripsi merupakan syarat seorang mahasiswa untuk mendapatkan gelar kesarjanaan khususnya untuk gelar S -1. Skripsi merupakan laporan riset atau sering disebut sebagai laporan penelitian. (Derry & Jubilee, 2006). Karya ilmiah ini ditulis sebagai hasil kegiatan akademik berupa penelitian ilmiah yang dapat berbentuk penelitian experimental, teoritis, analisis komputasi, penelitian pustaka dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan sebagai latihan bagi para mahasiswa untuk menuangkan hasil kegiatan penelitian dalam suatu karya tulis secara sistematis dan metodologis. (Prayoto, 1991) Berdasarkan wawancara dengan beberapa mahasiswa, dalam mengerjakan skripsi mahasiswa mengalami beberapa kesulitan seperti menentukan judul skripsi, malas merevisi skripsi, kesulitan menuangkan ide kedalam tulisan atau kata-kata, mencari bahan atau
2
jurnal, dosen pembimbing yang sulit ditemui, serta waktu yang dimiliki untuk mengerjakan skripsi. Kesulitan-kesulitan ini memicu timbulnya stress pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi tersebut. Hasil wawancara tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nooreza (2011), yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres dalam pengerjaan skripsi adalah pengambilan data yang sulit, pencarian literatur yang terlalu banyak, pengolahatan data yang memakan banyak waktu, sulit mendapatkan subyek, dan lain-lain. Keadaan-keadaan yang timbul diatas dapat secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam pengerjaan skripsi karena saat stres tubuh individu akan mengaktifkan respon melawan dan menghindar yang akibatnya individu akan mengeluarkan banyak energi yang dapat menyebabkan keletihan baik secara mental maupun fisik dan biasanya keadaan ini akan ditandai dengan adanya penurunan produktivitas, sulit berkonsentrasi, rentang perhatian yang berkurang, kemampuan individu untuk mengingat informasi menjadi sangat terbatas dan pengambilan keputusan yang terpengaruh (Somerville,2003). Stress ataupun perasaan tertekan yang timbul pada mahasiswa akibat menunda mengerjakan tugas, mencari referensi ataupun belajar ketika akan mendekati ujian dapat diatasi dengan strategi yang dinamakan coping (Atkinson dkk, 2001). Coping yang dilakukan tiap mahasiswa berbeda-beda. Ada yang menggunakan problem focused coping (PFC) , dilakukan dengan cara menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stress secara langsung dan ada juga yang menggunakan emotion focused coping (EFC) lebih mengarah pada usaha untuk mempertahankan keseimbangan afeksinya dengan mengatur respon emosional terhadap stressor agar mahasiswa tersebut merasa lebih baik.
3
Pemilihan strategi coping ini akan dipengaruhi oleh bentuk permasalahan yang dihadapi dan siapa yang mempunyai permasalahan, karena setiap orang mempunyai tingkat ketahanan stres yang berbeda-beda. Menurut Cohen dan Lazarus (dalam Folkman 1984), tujuan melakukan coping adalah untuk mengurangi hal-hal yang membahayakan dari situasi dan kondisi lingkungan, meningkatkan kemungkinan untuk pulih, menyesuaikan diri terhadap kejadian-kejadian negatif yang dijumpai dalam kehidupan nyata, mempertahankan keseimbangan emosional, meneruskan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, serta mempertahankan citra diri positif. Pada akhirnya harapan individu melakukan coping adalah untuk menghasilkan sesuatu yang baik dan lebih produktif. Coping tidak dapat dikatakan sesuai atau tidak sesuai, salah atau benar, baik atau buruk karena suatu strategi mungkin efektif pada situasi tertentu tetapi tidak pada situasi lain. Demikian pula efektivitas coping ditentukan oleh bagaimana tuntutan internal dan eksternal terhadap situasi tersebut. Individu cenderung untuk menggunakan problem focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurut individu tesebut dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu cenderung menggunakan emotion focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus & Folkman, 1984). Kemungkinan ada hubungannya antara lamanya mahasiswa mengerjakan skripsi dengan pemilihan coping stress yang mereka gunakan, dapat dilihat pada mahasiswa Fakultas Pendidikan TI dan Ilmu Komputer (UKSW). Berdasarkan data dari Biro Administrasi Akademik UKSW pada Mei 2014, mahasiswa Fakultas pendidikan TI dan Ilmu Komputer yang terdaftar aktif kuliah pada tahun 2013-2014 dengan masa studi lebih dari lima tahun sebanyak 518 mahasiswa, dan jumlah kelulusan pada tahun 2013 dan 2014
4
hanya berjumlah 3 orang mahasiswa, dari data yang di dapat tersebut sebagian besar mahasiswa merasa tidak sanggup mengerjakan skripsi yang sedang mereka jalani, mereka lebih memilih untuk melupakan hal yang berhubungan dengan skripsi dan mencoba untuk menenagkan pikiran dan hati mereka dengan melakukan hal lain, bahkan ada juga yang tidak menghiraukan skripsinya lagi. Penelitian
lain
adalah
penelitian
Munawaroh
(2001)
dalam
penelitiannya
menyimpulkan bahwa strategi EFC sebesar 55,16%, strategi Coping Stress PFC yang digunakan Coping Stress melalui 41,5% mahasiswa yang menyusun skripsi dan strategi MALC sebesar 17,76%. Yaitu strategi EFC lebih banyak digunakan sebesar 32,78%. Penelitian Munawaroh bertentangan dengan penelitian Sinaga (2005)
yang
menyimpulkan bahwa mahasiswa yang mengalami stress akibat kesulitan dalam penyusunan skripsi sebanyak 84,3% melaukan Coping Stress dengan problem focused coping (PFC) dengan mempelajari cara yang baru dan 15,7% Coping Stress melalui emotional focused coping (EFC) bahwa perilaku yang cenderung mengatur emosi berkaitan dengan situasi kejadian. Yaitu strategi PFC lebih banyak digunakan sebesr 59,03% . Oleh karena itu, dari fenomena yang telah dijelaskan dan dari wawancara yang telah dilakukan, penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan antara Coping Stress (PFC dan EFC) dengan Tingkat Stress pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Fakultas Pendidikan TI dan Ilmu Komputer Universitas Kristen Satya Wacana”.
5
Hipotesis Ho : - Tidak ada korelasi antara PFC (Problem Focused Coping) dengan Tingkat Stress Mahasiswa Skripsi - Tidak ada korelasi antara EFC (Emotion Focused Coping) dengan Tingkat Stress Mahasiswa Skripsi Hi : - Ada korelasi antara PFC (Problem Focused Coping) dengan Tingkat Stress Mahasiswa Skripsi - Ada korelasi antara EFC (Emotion Focused Coping) dengan Tingkat Stress Mahasiswa Skripsi Tinjauan Pustaka Pengertian Stress Menurut Lazarus dan Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntunan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai memiliki potensi membahayakan dan tidak terkendali. Sementara itu, McGrath dan Wedford (1997) menjelaskan stres sebagai kondisi fisik dan psikologis suatu organisme yang berada di ambang batas kekuatan adaptifya. Menurut Lazarus dan Folkman (1986) stres memiliki tiga bentuk yaitu : 1) Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga stressor 2) Respon, stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti jantung berdebar, gemetar, pusing, takut, dan cemas.
6
3) Proses yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi. Hambatan Penyusunan Skripsi dan Aspek Stres Dalam Penyusunan Skripsi Kemampuan dasar mahasiswa yang kurang, intensitas bimbingan oleh pembimbing yang kurang, birokrasi penelitian, kebijakan lembaga, keterbatasan fasilitas dapat menjadi faktor penghambat dalam proses pengerjaan skripsi (Pranata, 2005). Stres menurut Lazarus (1994) adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan kehidupan sesorang. Potter & Perry (2002) mengatakan bahwa stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut stressor. Stressor merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan dan menunjukan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural. Terdapat empat aspek stres menurut Hardjana (1994) yaitu : a) Aspek biologis Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami mahasiswa seperti sakit kepala, sakit punggung, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan dan gangguan kulit. b) Aspek intelektual Kondisi stres dapat mengganggu proses berpikir mahasiswa. Gangguan proses berpikir cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi, sulit membuat keputusan, produktivitas menurun, kehilangan rasa humor, mutu kerja rendah.
7
c) Aspek emosional Kondisi stres yang mengganggu kestabilan emosi individu. Mahasiswa yang mengalami stres akan menunjukan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, gugup, muda tersinggung, gelisah, harga diri rendah, gampang menyerang orang, merasa sedih dan depresi. d) Aspek interpersonal Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku mahasiswa sehari-hari sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal seperti mendiamkan orang lain, senang mencari kesalahan orang lain, menutup diri secara berlebihan, dan kehilangan ras percacaya diri. Coping Stress Menurut Giller (Anam, 2005, h.116) bahwa terjadinya efek atau pengaruh dari pengalaman traumatik merupakan hasil dari kemampuan individu dalam mengatasi atau mengelola stres. Saat stres dapat ditangani dengan baik dan efektif, maka akan membuat individu tersebut dapat bertahan dan tidak larut dalam masalah yang dihadapinya sehingga dapat meminimalkan efek untuk terjadinya gangguan psikologis yang lebih parah. Sebaliknya, apabila stres yang dialami tidak ditangani dengan baik maka akan memicu untuk terjadinya gangguan. Metode yang dapat digunakan untuk mengatasi atau mengelola stres sangat bervariasi, salah satunya adalah coping. Lazarus (Garmezy dan Rutter, 1983, h.15) menjelaskan bahwa coping adalah suatu usaha individu yang berorientasi pada tindakan untuk mengendalikan, menguasai, menerima, mengurangi
dan memperkecil
kemungkinan pengaruh lingkungan terhadap tuntutan internal dan konflik-konflik yang telah melampaui kemampuan individu tersebut.
8
Menurut Erikson (Newman, 1981, h.18), coping adalah usaha aktif individu untuk mengatasi stres dan menciptakan cara baru dalam menghadapi situasi baru dalam setiap tahap perkembangan. Coping juga merupakan usaha individu untuk mengurangi stres atau tekanan perasaan yang terjadi karena hal-hal atau masalah-masalah yang tidak terpecahkan (Shin dkk, 1984, h.864). Lazarus dan Folkman (Smet, 1994, h. 143) menggambarkan coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan, baik itu yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan dengan sumber-sumber daya yang korban gunakan dalam menghadapi situasi yang penuh stres. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa copingadalah usaha individu untuk mengelola tuntutan (baik tuntutan yang berasal dari dalam individu maupun dari lingkungan) dengan cara mengendalikan, menguasai, menerima, memperkecil atau mengembangkan emosi dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan.
Jenis-Jenis Coping Stress Lazarus dan Folkman (1984) mengungkapkan terdapat dua jenis coping stres yaitu: 1.
Problem-Solving Focused Coping
Dimana individu secara aktif mencari
penyelesaian dari masalah untuk
menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres sebagai berikut: a) Planful Problem Solving, individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stres, dengan melibatkan tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
9
b) Confrontative coping, individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi. c) Seeking Social Support, yaitu usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara hati-hati, bertahap dan analitis. Pada mekanisme ini individu tidak menggunakan unsur emosional dalam menghadapi masalah melainkan melakukan analisa. 2. Emotion-Focused Coping Dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan sebagai berikut: a) Seeking Social Support (For Emotional Reason), adalah suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi masalahnya dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa simpati dan perhatian. b) Positive Reinterpretation,respon dari suatu individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah (hikmah). c) Acceptance,berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah, karena dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan masalahnya. d) Denial
(avoidance),pengingkaran,
suatu
cara
individu
dengan
berusaha
menyanggah dan mengingkari dan melupakan masalah yang ada pada dirinya. Individu menggunakan kedua strategi tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari.
10
Faktor yang menentukan coping mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada individu itu sendiri dan sejauh mana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh: seseorang cenderung menggunakan PFC dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan, sebaliknya ia akan cenderung menggunakan EFC ketika dihadapkan pada masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang tergolong berat seperti kanker. Cara individu
menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik/energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Coping Stress 1. Kesehatan Fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar 2. Keyakinan atau pandangan positif. Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib yang
mengerahkan individu pada
penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe : PFC 3. Keterampilan Memecahkan masalah. Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingindicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
11
4. Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya 5. Materi . Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli. Menurut Lazarrus dan Folkman (1984) Strategi coping menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan perkataan lain strategi coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984). Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauh mana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Perbedaan Penggunaan Coping Stress (PFC) dan (EFC) dalam Penyusunan Skripsi Menyelesaikan skripsi atau karya ilmiah merupakan suatu keharusan bagi seorang mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 pada Perguruan Tinggi. Sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan ketika mengerjakan skripsi, seperti menentukan judul skripsi, malas merevisi skripsi, kesulitan menuangkan ide kedalam tulisan atau kata-kata, mencari bahan atau jurnal, dosen pembimbing yang sulit ditemui, serta waktu yang dimiliki
12
untuk mengerjakan skripsi. Kesulitan-kesulitan ini memicu timbulnya stress pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi tersebut. Karena stress dapat mempengaruhi kondisi fisik maupun psikologis seseorang. Akibat dari respon melawan dan menghindar yang diakibatkan stres, stres yang timbul tersebut seringkali menyebabkan individu melakukan penundaan (Burka dan Yuen, dalamFibrianti 2009). Penundaan yang dilakukan mahasiswa dalam mengerjakan skripsi termasuk ke dalam prokrastinasi akademik. Stress yang dapat menimbulkan penundaan atau prokrastinasi tersebut dapat di atasi dengan Coping Stress.Coping yang dilakukan tiap mahasiswa berbeda-beda. Ada yang menggunakan problem focused coping (PFC) , dilakukan dengan cara menghadapi masalah yang menjad penyebab timbulnya stress secara langsung dan ada juga yang menggunakan emotion focused coping (EFC) lebih mengarah pada usaha untuk mempertahankan keseimbangan afeksinya dengan mengatur respon emosional terhadap stressor agar mahasiswa tersebut merasa lebih baik
13
METODE PENELITIAN Partisipan Penelitian ini dilakukan di Universitas Kristen Satya Wacana. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif Fakultas Teknologi Informasi yang yang masa studinya lebih dari 5 tahun dan sudah mengerjakan skripsi lebih dari dua semester. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 518 mahsiswa yang aktif menurut data yang didapat dari Biro Administrasi. Dan dalam penelitian ini yang akan diambiil sebagai subjek ialah perwakilan dari angkatan mahasiswa 2006, 2007, 2008, 2009 Fakultas Teknologi Inforrmasi Universitas Kristen Satya Wacana. Hasil perhitungan jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi dengan menggunakan rumus Slovin adalah sebanyak 83 mahasiswa. Dengan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, memilih sampel dari mahasiswa yang diharapkan mempunyai informasi yang akurat. Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan pengambilan data, dilakukan survei awal untuk memperoleh informasi tentang data mahasiswa Fakultas Teknologi Informai yang sedang mengerjakan skripsi. Data diperoleh dari Biro Administrasi Universitas Kristen Satya Wacana pada tanggal 22 Mei 2014. Pengumpulan data dengan menyebarkan angket dilakukan pada tanggal 28 November 2014 – 5 Januari 2015, peneliti membagikan angket atau kuesioner kepada responden yang sesuai dengan kriteria.
14
Alat Pengumpulan Data Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan skala Coping Stress PFC dan skala Coping Stress EFC yang dikembangkan oleh Folkman dan Lazarus (1984) yang telah diadaptasi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 17 item yang terbagi ke dalam 3 dimensi Problem Focused Coping dan 15 item yang terbagi ke dalam 4 dimensi Emotion Focused Coping. Partisipan akan diminta untuk menjawab berdasarkan 4 pilihan jawaban yang tersedia, yaitu: "Sangat Tidak Setuju", "Tidak Setuju","Setuju" dan "Sangat Setuju". Sedangkan skala untuk variabel Stress yang dikembangkan oleh Hardjana (1994) yang telah diadaptasi oleh penulis. Skala ini terdiri dari 29 aitem total yang terbagi ke dalam 4 dimensi Stress. Partisipan akan diminta untuk menjawab berdasarkan 4 pilihan jawaban yang tersedia, yaitu: "Sangat Tidak Setuju", "Tidak Setuju","Setuju" dan "Sangat Setuju". Uji coba alat menghasilkan 17 item PFC, 15 item EFC dan 29 item yang bertahan dengan standar daya diskriminasi item dinilai berdasar item-total correlation pada program SPSS v.21sebesar > 0,3. Dengan tingkat kepercayaan PFC sebesar 0,977, EFC sebesar 0,982 dan Stress sebesar 0,799. HASIL PENELITIAN Uji Normalitas Uji Normalitas menggunakan Kolmogrovov-Smirnov pada program SPSS v.21. Data dikatakan normalbila memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05).
15
Tabel 1. Hasil uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test EFC PFC N 83 83 Normal Mean 37.0602 42.9639 Parametersa,b Std. Deviation 5.72830 8.79224 Most Extreme Absolute .090 .090 Differences Positive .053 .090 Negative -.090 -.083 Test Statistic .090 .090 Asymp. Sig. (2-tailed) .091c .095c
Stres 83 72.4699 12.29846 .055 .051 -.055 .055 .200c,d
Hasil uji normalitas pada tabel menunjukan bahwa variabel coping stress efc memiliki koefisien Kolmogrovov-Smirnov Test sebesar 0,90 dengan probabilitas p) atau signifikansi sebesar 0,91, sedangkan untuk variabel coping stress pfc memiliki koefisien Kolmogrovov-Smirnov Test sebesar 0,90 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,95. Dan variabel stress memiliki koefisien Kolmogrovov-Smirnov Test sebesar 0,055 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,2. Dengan demikian variabel memiliki distribusi yang normal yaitu p > 0,05. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel beba berhubungan dengan variabel terikat atau tidak. Untuk perhitungannya, uji linearitas dilakukan dengan menggunakan SPSS v.21 for windows yang dapat dilihat pada tabel berikut.
16
Tabel 2. Hasil uji linearitas efc dengan stress ANOVA Table
EFC * STRES
Between Groups
(Combined) Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
Sum of Squares 2537.181 2174.642
df 37 1
Mean Square F Sig. 68.572 15.585 .680 2174.642 494.237 .000
362.539
36
10.071
198.000 2735.181
45 82
4.400
2.289
.073
Berdasarkan hasil analisis hasil uji linearitas yang menggunakan table Anova nilai Deviation from linearity maka dapat diketahui variabel emotion focused coping dan stress diperoleh nilai F beda sebesar 2.289 dengan signifikansi p = 0,73 (p > 0.05) yang menunjukan hubungan antara variabell emotion focused coping dengan stress adalah linier. Tabel 3. Hasil uji linearitas pfc dan stress ANOVA Table
PFC * STRES
Between Groups
(Combined) Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
Sum of Squares 6007.102 5200.683
df 37 1
Mean Square 162.354 5200.683
F Sig. 10.275 .057 329.126 .019
806.419
36
22.401
1.418 .133
711.067 6718.169
45 82
15.801
Berdasarkan hasil analisis hasil uji linearitas yang menggunakan table Anova nilai Deviation from linearity maka dapat diketahui variabel problem focused coping dan stress
17
diperoleh nilai F beda sebesar 1.418 dengan signifikansi p = 0,133 (p > 0.05) yang menunjukan hubungan antara variabel problem focused coping dengan stress adalah linier. Analisis Deskriptif EFC (Emotion Focus Coping) Tabel 4. Kriteria Skor EFC No 1. 2. 3. 4.
Interval 15 ≤ x≤ 26,25 26,25≤ x <37,5 37.5 ≤ x<48,75 48,75≤ 60
Kategori Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Mean 36.76
N 12 27 31 13 83
Jumlah SD =5,775 Min =25 Max = 47
Presentase (%) 14.45 32.54 37.35 15.66 100%
Bila dilihat dari data tersebut, menunjukan nilai terendah (minimun) 15, nilai tertinggi (maksimum) 60, dengan standar deviasi sebesar 5,775 dan mean 36.76. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa
sebagian besar subjek berada pada kategori tinggi sebesar
37.35%. PFC (Problem Focus Coping) Tabel 5. Kriteria Skor PFC No Interval Kategori Mean N 1. 17 ≤x ≤ 29.75 Sangat Rendah 16 2. 29.75 ≤ x < 42.5 Rendah 26 3. 42.5 ≤ x < 55.25 Tinggi 42.73 23 4. 52.25 ≤ x < 68 Sangat Tinggi 18 Jumlah 83 SD =9,051 Min =26 Max = 60
Presentase (%) 19.27 31.33 27.72 18.68 100%
Bila dilihat dari data tersebut, menunjukan nilai terendah (minimun) 167 nilai tertinggi (maksimum) 68, dengan standar deviasi sebesar 9,051 dan mean 42.73. Dari tabel
18
di atas juga dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek berada pada kategori rendah dengan persentase sebesar 31.33%. Stress Tabel 6. Kriteria Skor Stress No Interval Kategori Mean N 1. 29 ≤ x ≤ 50,75 Sangat Rendah 14 2. 50,75 ≤ x < 72,5 Rendah 72.47 27 3. 72.5 ≤ x < 94,25 Tinggi 31 4. 94,25 ≤ x < 116 Sangat Tinggi 11 Jumlah 83 SD = 12.298 Min =40 Max = 99
Presentase (%) 16.86 31.53 37.34 13.52 100%
Bila dilihat dari data tersebut, menunjukan nilai terendah (minimun) 29, nilai tertinggi (maksimum) 116, dengan standar deviasi sebesar 12.298 dan mean 72.47. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 37.34%. Hasil Analisis Data Perhitungan data analisis dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS v.21 for windows. Hasil korelasi antara emotion focused coping dengan stress pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut ini
19
Tabel 7. Hasil uji koreasi efc dengan stress EFC EFC
Pearson Correlation
STRES
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
STRES 1
.892**
83
.000 83
.892**
1
Sig. (2-tailed) .000 N 83 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
83
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi anatara emotion focused coping dengan stress pada mahasiswa sebesar 0,892 dengan sig = 0,000 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan positif signifikan antara emotion focused coping dan stress. Dengan begitu semakin besar emotion focused coping maka semakin besar stres mahasiswa hal ini dikarenan hubungan emotion focused coping dan stres adalah sangat kuat, signifikan dan searah. Dan hasil korelasi antara problem focused coping dengan stress pada mahasiswa dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 8. Hasil uji korelasi pfc dengan stress PFC PFC
Pearson 1 Correlation Sig. (2-tailed) N 83 STRES Pearson .880** Correlation Sig. (2-tailed) .000 N 83 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
STRES .880** .000 83 1 83
20
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi anatara problem focused coping dengan stress pada mahasiswa sebesar 0,880 dengan sig = 0,000 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan positif signifikan antara problem focused coping dan stress. Dengan begitu semakin besar problem focused coping maka semakin besar stres mahasiswa hal ini dikarenan hubungan problem focused coping dan stres adalah sangat kuat, signifikan dan searah. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan koefisien korelasi (r) emotion focus coping dan stress sebesar 0,892 dengan signifikansi 0,000 (p <0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara emotion focus coping dengan stress pada mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi. Artinya semakin tinggi emotion focus coping mahasiswa semakin tinggi pula stress mereka. Dan didapatkan koefisien korelasi (r) problem focus coping dan stress sebesar 0,880 dengan signifikansi 0,000 (p <0.05), hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara problem focus coping dengan stress pada mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi. Maka semakin tinggi problem focus coping mahasiswa semakin tinggi pula stress mereka. Dengan demikian, dinyatakan dalam penelitian ini H0 ditolak dan H1 diterima.Karena baik emotion focus coping maupun problem focus coping memiliki korelasi positif signifikan dengan stress. Dapat disimpulkan bahwa baik EFC (emotion focus coping) atau PFC (problem focus coping) mampu memediasi stres yang terdapat pada mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi yang sedang menyusun skripsi. Ini juga dapat
21
berarti bahwa mahasiswa yang menganggap skripsi sebagai permasalahan yang sangat internal akan menjadikan EFC (emotion focus coping) sebagai coping dari stres dan mahasiswa yang menganggap skripsi sebagai suatu tantangan yang harus dihadapai akan memilih PFC (problem focus coping) guna mempercepat waktu studi. Hal ini sesuai dengan Taylor (1995) yang mengatakan bahwa setiap individu akan berusaha mengatasi stress dengan strategi dan cara yang berbeda-beda , namun memiliki tujuan yang sama yaitu mempertahankan keseimbangan emosinya, mempertahankan keseimbangan self image positif, mengurangi tekanan lingkungan atau menyesuaikan diri terhadap penilain negatif dan tetap melanjutkan hubungan yang memuaskan diri sendiri serta orang lain.
22
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara coping stress emotion focus coping terhadap stres dan coping stress problem focus coping terhadap stres pada mahasiswa fakultas teknologi informasi yang sedang mengerjakan skripsi. Hal ini dapat terjadi karena setiap mahasiswa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pemasalahan yang dalam penelitian ini adalah skripsi sehingga setiap mahasiswa dapat menyesuaikan diri baik dengan menggunakan emotion focus coping dan problem focus coping sebagai coping terhadap stres. Saran Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang diperoleh penulis maka dikemukan saran sebagai berikut : 1. Bagi Fakultas Teknologi Informasi Berdasarkan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi cenderung menggunkan EFC (emotional focus coping) ketika mengerjakan skripsi, maka bagi fakultas diperlukan untuk membantu mahasiswa dengan menyediakan wadah pendidikan atau kelompok belajar yang membantu mahasiswa dalam mennyelesaikan masalah terkait skripsi. 2. Bagi Mahasiswa Mahasiswa yang merasa lebih memilih emotion focus coping maka mereka harus berusaha melawan dan menghadapi masalah tersebut dengan positif, terus berusaha mencari jalan keluar, karena jika mahasiswa merasa pasrah dan lebih memilih untuk
23
melupakan masalah tersebut terutama yang berkaitan dengan skripsi maka mahasiswa akan lebih lama berkuliah dan tidak dapat memperoleh gelar sarjananya secara cepat. 3. Bagi Penelitian Mendatang Bagi penelitian mendatang dapat mengembangkan dan meneliti mengenai lama waktu pengerjaan skripsi pada mahasiswa dengan yang memilih emotion focus coping dan problem focus coping sebagai suatu mekanisme coping stres. Dan juga melakukan pengontrolan terhadap variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, seperti adanya bias variabel PFC pada variabel EFC.
24
DAFTAR PUSTAKA Anzwar, S. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, Saifuddin.(2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Atkinson, R.L., Atkinson, R.C. (1997). Pengantar Psikologi : Introduction To Psychology Eight Edition. Jakarta:Penerbit Erlangga Dempsey. (2002). Riset Kepwrawatan : Buku Ajar dan Latihan. Jakarta : EGCs Derry, I., & Jubile Enterprise. (2006). Membuat skripsi dengan openoffice.org writer 2.0. Jakarta:PT Elex Media Komputindo Ferrari, J.R., Jhonson, J.R, McCown, W.G. (1995). Procrastination And Task Avoidance: Theory, Research, And Treatment. New York: Plenum Press Fibrianti, Irmawanti Dwi. (2009). Hubungan Antara Dukungan Social Orangtua Dengan Prokrastinasi Akademik Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Fakultas Psikologi . Universtias Diponegoro Semarang. Folkman, S. & Lazarus, R.S. (1984). Personal Control, Stress and Coping Process: A Theoretical Analysis. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 46, 839 852. Garmezy dan Rutter. (1983). Stress, coping, and development in children Gunawati & Hartati, (2006). Hubungan antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen Pembimbing utama skripsi dengan stres dalam Menyusun skripsi pada mahasiswa program Studi psikologi fakultas kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol. 3 No. 2 Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta : Andi Munawaroh. (2001). Coping Stres Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi. Fakultas Psikologi Univeritas Gunadarma Nooreza, Rizky (2011). Gambaran Stress dan Prokrastinasi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UI yang Mengerjakan Skripsi Di Atas Semester ke-8. Fakultas Psikologi. Unversitas Indonesia. Potter & Perry (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
25
Prayoto, dkk. (1991). Pedoman penyelesaian skripsi program S1FMIPA UGM. Jogjakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Unoversitas Gadja Mada. Sarjan, M. (2009). Penulisan proposal peneltian skripsi. Fakultas Pertanian UNRAM. Shin, M., Rosario, M., Morch, H. and Chestnut, D.E. (1984). Coping With JobStress and Burn Out in the Human Services. Journal of Personality and Social Psychology. 46, 4, 864-876. Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT.Grasindo Sinaga, Mawar, A. (2005). Coping Stres Mahasiswa Psikologi Salatiga. Fakultas Psikologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Somerville, Paul. (2003). National Safety. National Safety Council of Australia Taylor, S. E. (1995). Helath psychology.Singapore: Mcgraw-Hill.