HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PERAWAT PADA PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DIRUMAH SAKIT WIJAYA KUSUMA PURWOKERTO Martyarini BS1), Noor Rochmah Ida Ayu TP2) Program Studi D3 Keperawatan STIKes Harapan Bangsa Purwokerto 1) Email :
[email protected] 2) Email :
[email protected]
Abstract Hospital is a very complex medical services unit, where patients who have inpatien get intravenous therapy. Intravenous therapy is a medical therapy invasively for supplying liquids, electrolytes, nutrients and drugs through the blood vesels. One of the complications of intravenous therapy is phlebitis, so to prevent occurrence of Phlebitis needed compliance of nurses administering the infusions according to the Standard Operational Procedure. The purpose of this research is to analyze The Relationship Between Nurses Adherence at Infusion Administration Procedure and Phlebitis Incidence at Wijaya Kusuma Hospital of Purwokerto. The design of this research is a analityc observation with cross sectional approach. Sampling technique used is purposive sampling. The population of this research were patients which administration infusion at Wijaya Kusuma Hospital of Purwokerto with the total of sample were 57 respondents. Data retrieval by using the observation sheet. After the data is retrieved and then the hypothesis by using the Chi Square test. The results shows that of all the nurses which administration infusion, most do not fit Standard Operational Procedure in were not adherence category were as many as 30 (52,6%) respondents and most patients didn’t experience Phlebitis were as many as 42 (73,7%) respondents. Based on the analysis of the test results obtained the value X² of 4,717 obtained value p value of 0,030 (P value <0,05). The conclusion, there is a significant The Relationship Between Nurses Adherence at Infusion Administration Procedure and Phlebitis Incidence at Wijaya Kusuma Hospital of Purwokerto. Phlebitis is vein inflammation of the walls blood vessels, caused by irritation mechanical and chemical which can worsen the location of the stabbing. Is thereby expected Nurses are able to do intravenous therapy which is appropriate Standard Operational Procedure, so that they can minimize the Phlebitis incidence. Keywords: Keywords: Nurse Compliance, Standard Operating Procedure Infusion, Phlebitis
Adanya
1. PENDAHULUAN
terapi
intravena
sering
Undang-undang nomor 36 tahun 2009
menyebabkan terjadinya komplikasi antara lain
tentang kesehatan, mendefinisikan perawat
terjadinya flebitis, flebitis merupakan inflamasi
yaitu mereka yang memiliki kemampuan
vena yang disebabkan baik dari iritasi kimia
dan
maupun mekanik yang sering disebabkan oleh
kewenangan
keperawatan dimilikinya
melakukan
berdasarkan yang
tindakan
ilmu
diperoleh
yang melalui
pendidikan keperawatan.
komplikasi
dari
intravena
dan
dikarakteristikan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak dan teraba mengeras
Ruang rawat inap sebagai salah satu
terapi
dibagian
vena
yang
terpasang
katheter intravena (Potter dan Perry. 2010). Insiden
fasilitas pelayanan rumah sakit yang tidak
flebitis
meningkat
sesuai
terlepas dari sumber infeksi nosokomial. Hal ini
dengan lamanya pemasangan jalur intravena,
disebabkan karena perawatan pasien melibatkan
komposisi cairan atau obat yang diinjeksi
banyak pihak seperti dokter, perawat, peralatan
(terutama pH dan tonisitasnya), ukuran kanul
medis, serta petugas yang bekerja di kawasan
dan tempat pemasangan jalur intravena yang
rawat inap menjadi faktor perantara terjadinya
tidak sesuai dan masuknya mikroorganisme saat
infeksi silang antar pasien disamping faktor dari
penusukan (Brunner dan Suddarth, 2002).
lingkungan. Dalam penelitian klinis, infeksi
Menurut Depkes
nosokomial terutama disebabkan oleh kotoran
Wijayasari,
urine, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas,
Nosokomial
infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan
sebanyak (17,11%), sedangkan angka standar
septikemia (Potter dan Perry. 2010).
flebitis
United Kingdom of Central Council for Nursing,
Midwifery
and
Health
Visiting
RI
tahun
jumlah berupa
yang
2006
dikutip
kejadian flebitis
di
Infeksi Indonesia
direkomendasikan
oleh
Intravenous Nurses Sociaty (INS) adalah 5% atau kurang. Penelitian
(UKCC) menyatakan terapi melalui infus
di
mengenai
merupakan bagian integral dalam praktik
flebitis
keperawatan profesional yang tidak hanya
kejadian flebitis di RSCM Jakarta pada tahun
mengawasi masuknya infus, akan tetapi dengan
2002 dilaporkan terdapat 53.8% penderita
perkembangan
seorang
flebitis akibat pemasangan infus (Widiyanto,
perawat profesional akan terlibat pemasangan
2002), RSUD Majalaya diketahui terdapat
dan pelepasan kateter terhadap komplikasi
32,2% kasus flebitis (Deya, Sri, Afif 2011).
akibat pemasangan kateter (Royal College of
Penelitian lain yang dilakukan
Nursing, 2010).
Triyanto
ilmu
keperawatan
sebelumnya
Indonesia
dan
mengemukakan
Latifah
(2006)
angka
Handoyo, didapatkan
prosentase kejadian flebitis di bangsal bedah
RSUD
Prof
Dr.
Margono
Soekardjo
Purwokerto adalah 31, 7%. Penelitian tersebut juga
menemukan
rata-rata
2-4
2. METODE
pasien
mengalami flebitis setiap harinya.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan
Data prasurvey kejadian flebitis yang
pendekatan cross sectional. Penelitian cross
telah diperoleh pada tanggal 19 November 2013
sectional
penelitian
untuk
di peroleh dari profil Rumah Sakit Wijaya
mempelajari dinamika korelasi antara
faktor
Kusuma Purwokerto.
faktor
Data kejadian Flebitis di Rumah Sakit
adalah
resiko
suatu
dengan
efek,
dengan
cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data
Wijaya Kusuma Purwokerto
sekaligus pada suatu saat (point time approach)
a. Triwulan 1 terdapat 42 (0,044%) pasien
(Notoatmodjo,
yang terkena flebitis dari 958 pasien.
2010).
Peneliti
mengambil
desain ini karena peneliti ingin mengetahui
b. Triwulan II terdapat 83 (0,072%) pasien
hubungan kepatuhan perawat pada prosedur
yang terkena flebitis dari 1152 pasien.
tetap pemasangan infus dengan kejadian flebitis
c. Triwulan III terdapat 75 (0,058%) pasien
di Rumasakit Wijaya Kusuma Purwokerto.
yang terkena flebitis dari 1284 pasien. d. Triwulan IV terdapat 85 (0,082%) pasien yang terkena flebitis dari 1031 pasien.
Populasi dan Sampel 1.
Data kejadian Flebitis di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto. a. Triwulan I terdapat 28 (11,7%) pasien yang terkena flebitis dari 241 pasien.
Populasi Populasi penelitian
adalah atau
(Notoatmodjo, penelitian
ini
keseluruhan
objek 2010). adalah
yang
objek diteliti
Populasi
pada
pasien
yang
b. Triwulan II terdapat 38 (19,7%) pasien yang
mendapatkan terapi intravena di Ruang IGD
terkena penyakit flebitis dari 193 pasien.
dan penyakit dalam di Rumah Sakit Wijaya
c. Triwulan III terdapat 30 (10%) pasien yang
Kusuma Purwokerto yang berjumlah 132
terkena flebitis dari 439 pasien.
pasien, populasi ini diambil berdasarkan
d. Triwulan IV terdapat 33 (25%) pasien yang terkena flebitis dari 132 pasien.
data pra survey triwulan IV. 2. Sampel
Berdasarkan uraian diatas maka penulis
Sampel adalah sebagian populasi yang
merasa tertarik untuk melakukan penelitian
diambil dan keseluruhan objek yang diteliti
dengan judul
dan dianggap mewakili seluruh populasi
kepatuhan
“
Adakah
perawat
pada
hubungan
antara
prosedur
tetap
(Notoatmodjo,
2010).
sampel
yang
pemasangan infus dengan kejadian flebitis di
digunakan adalah Accidental Sampling yaitu
Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto”?
pengambilan sampel yang dilakukan dengan
mengambil kasus atau responden yang
Data
sekunder
digunakan
untuk
kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat
melengkapi dan mendukung data primer. Data
sesuai dengan konteks penelitian.
sekunder dalam penelitian ini adalah, data yang diperoleh dari hasil rekam medis tingkat kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit
Istrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas
yang
digunakan
peneliti
Wijaya Kusuma Purwokerto
dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih
Cara Pengolahan Data
mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah
a. Analisa Univariat Analisis univariat bertujuan untuk
diolah untuk pengumpulan data (Notoatmodjo,
menjelaskan
2010). Dalam
penelitian
ini
instrumen
yang
digunakan adalah lembar ceklis dan peneliti memberikan tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar dan lembar observasi diisi oleh
peneliti
yang
melakukan
observasi
langsung terhadap kejadian flebitis. Dan hasil penelitian observasi dilakukan dengan cara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk prosentase, narasi, tabulasi dan dikorelasi menggunakan
karakteristik
dan
mendeskripsikan
setiap
variabel
penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
Analisa univariat
dalam
dilakukan
penelitian
ini
untuk
memperoleh gambaran pada masing-masing variabel yang terdiri dari data umum meliputi Analisa data disajikan dalam bentuk tendensi sentral berupa mean, median dan standar deviasi. Analisa data dalam penelitian ini digunakan
untuk
mengetahui
kepatuhan
perawat pada prosedur pemasangan infus terhadap kejadian flebitis di Rumah Sakit
rumus Chi Square.
Wijaya Kusuma Purwokerto. Kemuadian dilakukan
Cara Pengumpulan Data 1. Data Primer
pernghitungan
menggunakan penilaian sebagai benikut:
Data primer merupakan data yang P
diperoleh melalui observasi pada pesien yang
N
F
100 %
mendapatkan terapi intravena di Rumah Sakit Keterangan:
Wijaya Kusuma Purwokerto. Data primer diperoleh langsung dari responden yang
P
menjadi objek dalam penelitian ini.
∑F
2. Data Sekunder
dengan
N
: Prosentasi : Jumlah skor yang didapat
: Skor tertinggi/jumlah sampel
b. Analisa Bivariat
kepercayaan), untuk melihat hasil kemaknaan
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Analisis
bivariat dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hubungan
antara
kepatuhan
perhitungan
stastistik
digunakan
batas
kemaknaan 0,05, jika ⍴ value < 0,05 maka
hasilnya bermakna Ha diterima, tetapi jika ⍴ value > 0,05 maka hasilnya tidak bermakna Ha ditolak (Notoatmodjo, 2010).
perawat pada prosedur tetap pemasangan infus di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto. bekerja
korelasi Chi-Square adalah
dengan
data
nominal
3. HASIL DAN PEMBAHASAN A.HASIL PENELITIAN
atau
Penelitian ini telah dilaksanakan
perbandingan. Peneliti akan menggunakan uji
pada bulan Mei 2014 di Rumah sakit
korelasi Chi-Square yang digunakan untuk
Wijaya Kusuma Purwokerto
mencari hubungan antara tiap variabel bebas
responden yaitu pasien yang mendapatkan
dengan variabel terikat.
terapi intravena di Ruang IGD dan
pada 57
penyakit dalam. Data hasil penelitian diperoleh Rumus Chi Square :
dari
hasil
observasi
yang
kemudian diolah dan dianalisis sebagai berikut :
Kepatuhan
Tabel
4.1
Distribusi
frekuensi
Frekuensi
Persentase (%)
27
47,4
pemasangan infus di Rumah sakit Wijaya
30
52,6
Kusuma Purwokerto.
57
100,0
kepatuhan perawat pada prosedur tetap PatuhK
e
Tidak patuh
t Jumlahe
r angan: TabeTabel
x2 = Chi Square
4.2
Distribusi
frekuensi
f0 = frekuensi yang diobservasi
angka kejadian flebitis di Rumah sakit
fh = frekuensi yang diharapan
Wijaya Kusuma Purwokerto.
Bila Chi Kuadrat hitung lebih kecil
Kejadian flebitis
Frekuensi
dari tabel, maka Ho diterima dan apabila lebih
Persentase (%)
besar atau sama dengan harga tabel maka Ho ditolak. dalam
Derajat kesalahan yang digunakan penelitian
ini
adalah
5%
(taraf
Tidak flebitis
42
73,7
Flebitis
15
26,3
Jumlah
57
100,0
tidak nyaman saat memakai sarung tangan
dalam
melaksanakan
terapi
intravena ke pasien. Tindakan pemasangan infus akan Tabel 4.3 Hubungan antara kepatuhan
berkualitas
apabila
dalam
perawat pada prosedur tetap pemasangan infus
pelaksanaanya selalu mengacu pada
dengan kejadian flebitis di Rumah sakit Wijaya
standar yang telah ditetapkan, sehingga
Kusuma Purwokerto.
kejadian Kepatuhan
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada 27 responden yang patuh
flebitis
pada
prosedur tetap pemasangan infus sebagian
Patuh
atau
berbagai
Kejadian flebitis Tidak
Perawat
infeksi
24
p
Total
x2
27
4,717
flebitis
3
0,030
besar tidak flebitis yaitu 24 orang (88,9%). (88,9%)
Pada 30 responden yang tidak patuh pada prosedur tetap pemasangan infus sebagian
Tidak
besar tidak flebitis yaitu 18 orang (60%).
patuh
18 (60,0%)
(11,1%) (100,0%) 12
30
(40,0%) (100,0%)
Kejadian flebitis pada responden dengan pemasangan infus patuh sesuai prosedur
Total
42
memiliki presentase kejadian flebitis lebih
(73,7%)
rendah yaitu 11,1%. Kepatuhan
B. PEMBAHASAN 1. Kepatuhan perawat pada prosedur tetap pemasangan infus di Rumah
Perawat
Patuh
15
57
(26,3%) (100,0%)
Kejadian flebitis Tidak flebitis 24
p
Total
x2
27
4,717
flebitis
3
0,030
sakit Wijaya Kusuma Purwokerto. Berdasarkan
hasil
(88,9%)
wawancara
dengan responden diketahui bahwa
Tidak
ketidakpatuhan
patuh
menjalankan
perawat standar
dalam
18 (60,0%)
(11,1%) (100,0%) 12
30
(40,0%) (100,0%)
operasional
prosedur ( SOP) pemasangan infus yaitu tidak memakai sarung tangan
Total
42 (73,7%)
15
57
(26,3%) (100,0%)
karena minimnya sarung tangan yang disediakan oleh pihak rumah sakit, responden juga berpendapat merasa
permasalahan akibat pemasangan infus
dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Potter dan Perry. 2010).
Adanya
Faktor yang mempengaruhi pemasangan infus yang tidak sesuai standar operasional prosedur
(SOP)
salah
satunya
adalah
kepatuhan yang bersifat sementara karena hal ini akan bertahan bila ada pengawasan. Jika pengawasan
kurang
maka
terbatas.
akan
timbul
ketidakpatuhan. Kepatuhan ini akan optimal
terapi
intravena
sering
menyebabkan terjadinya flebitis, flebitis merupakan
inflamasi
vena
yang
disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik
dan
Tanda
infeksi
pada
umumnya yaitu rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan), color (panas), dolor
jika perawat itu sendiri mengganggap hal ini
(nyeri). Adapun tanda dan gejala flebitis
bernilai positif yang akan diintegrasikan
yaitu nyeri, kekakuan vena, eritema,
melalui
keperawatan.
bengkak, hangat dan panas pada lokasi
Kepatuhan perawat yang meliputi motivasi,
peradangan. Pembengkakan pada daerah
sikap, kepedulian (caring), masa kerja, dan
flebitis merupakan reaksi peradangan pada
pendidikan, kemampuan, sikap, pengetahuan,
vena superficial yang merupakan tempat
faktor organisasi, dan lingkungan. Selain dari
pemasangan intravena (Potter dan Perry.
tindakan
asuhan
kepatuhan perawat faktor lain yang dapat menyebabkan flebitis yaitu faktor pasien itu sendiri, lamanya hari rawat, jenis cairan yang dimasukan, keterbatasan alat-alat infus, umur pasien dan pembedahan (Wahyunah, 2011).
2010). Insiden dengan
flebitis lamanya
meningkat
sesuai
pemasangan
jalur
intravena, komposisi cairan atau obat yang diinjeksi (terutama pH dan tonisitasnya),
2. Tingkat kejadian flebitis di Rumah sakit Wijaya Kusuma Purwokerto.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden dan hasil observasi kepasien diketahui kejadian flebitis yang terjdi pada pasien dikarenakan lamanya pemasangan
ukuran kanul dan tempat pemasangan jalur intravena yang tidak sesuai dan masuknya
mikroorganisme
saat
penusukan (Brunner dan Suddarth, 2002). 3. Hubungan prosedur
kepatuhan tetap
perawat
pada
pemasangan
infus
infus yang melebihi dari tiga hari, faktor
dengan kejadian flebitis di Rumah sakit
pasien itu sendiri yang tidak menjaga
Wijaya Kusuma Purwokerto.
tangan yang terpasang infus, pemilihan
Hasil
penelitian
menunjukkan
ada
nidle catheter yang tidak sesuai untuk
hubungan
pasien dikarenakan persediaannya yang
prosedur tetap pemasangan infus dengan
kepatuhan
perawat
pada
kejadian flebitis di Rumah sakit Wijaya
Kusuma Purwokerto. Dari hasil uji statistik 2
dengan uji chi square diperoleh nilai x =
dan yang tidak mengalami kejadian flebitis 55 (74,3%) responden.
4,717 dengan nilai signifikansi 0,030 lebih kecil dari nilai α (0,05).
4. KESIMPULAN
Dari hasil tersebut perawat yang tidak
patuh
standar
dalam
a. KESIMPULAN
melaksanakan
1) Kepatuhan perawat pada prosedur tetap
prosedur
pemasangan infus di Rumah sakit Wijaya
operasional
pemasangan infus sebanyak 30(52,6%).
Kusuma
Perawat yang tidak patuh kebanyakan
dalam
tidak memakai sarung tangan dan
sebanyak 30 (52,6%).
perlak pengalas, hal itu tidak sesuai standar
operasional
prosedur
pemasangan infus. Sedangkan kejadian flebitis terjadi karna faktor pasien itu sendiri yang tidak menjaga tangan yang terpasang
infus,
pemilihan
Purwokerto kategori
sebagian
tidak
patuh
besar yaitu
2) Kejadian flebitis di Rumah sakit Wijaya Kusuma Purwokerto sebagian besar tidak mengalami flebitis yaitu sebanyak 42 (73,7%). 3) Ada hubungan antara kepatuhan perawat pada prosedur tetap pemasangan infus
nidle
dengan kejadian flebitis di Rumah sakit
catheter yang tidak sesuai untuk pasien
Wijaya Kusuma Purwokerto (p value =
dikarenakan
0,030 < α 0,05).
persediaannya
yang
terbatas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Triwidyawati (2013) yang menyimpulkan bahwa
ada hubungan
antara tingkat kepatuhan perawat dalam menjalankan SOP pemasangan infus dengan
kejadian
flebitis.
Pada
responden yang tidak patuh dalam menjalankan SOP pemasangan infus di RSUD
Tugurejo
Semarang
yang
b. SARAN 1) Bagi pasien Pasien perawat
yang
tidak
menyampaikan melaksanakan
standar operasional prosedur (SOP) secara keseluruhan dalam pemasangan infus
kepada
sehingga
pihak
kejadian
rumah flebitis
sakit dapat
dicegah. 2) Bagi Rumah Sakit
berjumlah 22 responden dan yang
Dalam
patuh sebanyak 52 (74,3%), Sebanyak
pelayanan
19 (25,7%) mengalami kejadian flebitis
dapat
upaya kesehatan
meningkatkan pada
klien
hendaknya rumah sakit melakukan hal
merupakan faktor yang mempengaruhi
sebagai berikut :
kejadian flebitis pada pasien.
a) Meningkatkan perawat
profesionalisme
khususnya
5)
kepatuhan
Bagi instansi pendidikan Sebagai
masukan
perawat dalam tindakan invasif
meningkatkan
pemasangan
kesehatan, khususnya keperawatan dan
infus
terhadap
terjadinya flebitis. b) Menyiapkan
fasilitas
yang
perawat
dalam
melakukan
tindakan
asuhan
keperawatan agar
para perawat
melaksanakan
keperawatan
pendidikan
menciptakan perawat yang profesional.
dibutuhkan
dalam
mutu
untuk
sesuai
asuhan standar
5. REFERENSI American Journal of Infection Control 35(4):287. 2007. Phlebitis associated with peripheral intravenous catheters. http://eprints.qut.edu.au. Diakses Tanggal 10 November 2013.
operasional prosedur (SOP), seperti menyiapkan
handschoen
secukupnya dan fasilitas lain untuk
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
perawat yang melakukan tindakan asuhan keperawatan di rumah sakit tersebut. c) Rumah sakit dapat memberikan teguran atau sangsi kepada perawat yang tidak melaksanakan tugasnya yang
tidak
sesuai
Asrin, Triyanto, E. dan Upoyo A, S. 2006. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian phlebitis di RSUD Purbalingga. Soedirman Nursing Journal. Diakses pada tanggal 12 desember 2013.
standar
Berman
dan Snyder. 2010. Fundamental Keperawatan. Volume 1, Edisi 7. Jakarta : EGC.
Perawat harus melaksanakan
Berman
dan Snyder. 2010. Fundamental Keperawatan. Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
operasional prosedur (SOP). 3)
Bagi Perawat
standar asuhan keperawatan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan berorientasi kepada kepuasan pasien. 4)
Bagi Penelitian Selanjutnya Peneliti
selanjutnya
dapat
meneliti variabel lain seperti yang
Brenda A. B and Barbara H. 2012. Incidence and Severity of Phlebitis in Patients Receiving Peripherally Infused Amiodarone. http://ccn.aacnjournals.org/cgi/external _ref?link_type=PERMISSIONDIRECT
. Diakses pada Tanggal 10 November 2013. Brunner
dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1, Edisi 8. Jakarta : EGC.
Darmadi,
(2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika.
Darmawan Iyan, 2008. Penyebab dan Cara Mengatasi Plebitis.Diakses dari http://
[email protected]. Diakses pada tanggal 12 Desember 2013. Dougherty; Bravery, K; Gabriel, J; Kayley, J; Scales, K; & Inwood, S. (2010).Standards for infusion therapy. The RCN IV Therapy Forum. Diakses pada tanggal 12 desember 2013. Hadaway
(2006) Technology of Flushing Vascular Access Devices. Journal of Infusion Nursing. Diakses pada tanggal 12 desember 2013.
Handoyo dan Endang T. 2007. Analisis tindakan perawatan yang dilakukan pada pasien flebitis di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. The Soedirman Journal of Nursing. http: //www. Intravenoustherapy-relatedphlebitis.org Diakses pada Tanggal 10 November 2013. Handoyo, Triyanto, E. dan Latifah L. 2006. Hubungan Pengetahuan tentang Perawatan Terapi Intravena dengan Angka Kejadian Plebitis Di RSUD Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Soedirman Nursing Journal . Diakses pada tanggal 12 desember 2013.
Handoyo, Triyanto, E. dan Ryan, H. P. 2007. Upaya menurunkan skla flebitis dengan pemberian kompres hangat Di RSUD Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Soedirman Nursing Journal . Diakses pada tanggal 12 desember 2013. Herbasuki, 2006, Standar Operasional Prosedur pemasangan Infus. Ketua Asosiasi Institusi DIII Provinsi Jawa tengah. Ince M dan Erlin K. 2012. Kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional pemasangan infus terhadap flebitis. www://
[email protected]. Diakses pada Tanggal 15 Desember 2013. INS. (2006). Setting the Standard for Infusion Care.Diakses dari http://www.ins1.org.pada tanggal 12 Desember 2013. International Journal of Medical Sciences. 2009. Effect of corticosteroids on phlebitis induced by intravenous infusion of antineoplastic agents in rabbits. http: //www.medsci.org. Diakses Tanggal 10 November 2013. Medika Depkes, RI. (2008). Standar pelayanan minimal rumah sakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I. Diakses pada tanggal 12 desember 2013. Musrifatul Uliyah A. Azis Alimul Hidayayat. 2006. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarata : Salemba Medika.
Musrifatul Uliyah A. Azis Alimul Hidayayat. 2003. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rieneka Cipta. Nurjanah, D., Solechan, A., dan Kristiyawati, S. P. 2011. Hubungan antara lokasi penusukan infus dan tingkat usia dengan kejadian flebitis diruang rawat inap dewasa RSUD Tugurejo Semarang. http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/ind ek. php/ilmukeperawatan/artikel/download. Diundul tanggal 12 Dsember 2013 Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Edisi 2. Jakarta : SalembaMedika. ----------,
2011. Panitia ujian akhir Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Pasaribu. 2006. Analisis plaksanaan standar operasional prosedur pemasangan infus terhadap kejadian flebitis diruang rawat inap RS Haji Medan. Diunduh pada tanggal 12 Desember 2013. Potter
dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 3, Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
-----------------. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 1, Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika. -----------------. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 2, Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.
-----------------. 2010. Fundamental Keperawatan. Buku 3, Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika. -----------------. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC. Prosedur (SOP) di Puskesmas Kota Pekan Baru. 2008. http://www.repository.usu.ac.id. Diunduh pada tanggal 29 November 2013. Setiyohadi B, et al. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing. Smeltzer, dkk, (2004). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.Jakarta : EGC. Subyantoro, A. 2009. Karakteristik Individu, Karakteristik Pekerjaan, Karakteristik Organisasi dan Kepuasan Kerja Pengurus yang Dimediasi oleh Motivasi Kerja. http://www.puslit2.petra.ac.id/ejournal/i ndex.php/man/article/.../17661. 1774019700-1-PB.pdf. Diunduh pada tanggal 16 Oktober 2013. Supriyanto. 2008. Hubungan antara tingkat pendidikan perawat dengan kepatuhan penerapan prosedur tetap pemasangan infus di ruang rawat inap RSDM Surkarta. Skripsi S1 Keperawatan. Diakses pada tanggal 12 desember 2013. Tirolyn P. 2011. Hubungan Fungsi Manajerial Kepala Ruangan dengan Tingkat Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi
Sarjana Keperawatan (S. Kep). Diakses pada tanggal 12 desember 2013. Wayunah. 2011. Hubungan pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian flebitis dan kenyamanan pasien diruang rawat inap RSUD Indramayu. FIK.UI.SKRIPSI.www.knowledgehound.com. Diunduh pada tanggal 12 Desember 2013. WHO.
2010. Infeksi Nosokomial dan Kewadpadaan Universal. http://spiritia.or.id. Diunduh pada tanggal 20 Desember 2013.