Jurnal Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 02, 107-119
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN SOSIALISASI DENGAN KECANDUAN JEJARING SOSIAL Heny Nurmandia, Denok Wigati, dan Luluk Masluchah Fakultas Psikologi Universitas Darul ‘Ulum Jombang
Abstract: This study aims to determine the relationship between social skills with social networking addiction in adolescents in Jombang. The hypothesis of this study is "There is a relationship between social skills with social networking addiction". Samples numbered 65 adolescents aged 16-19 years from schools MAN Jombang. The sampling technique used is the quota random sampling. The independent variable in this study is social skills, while the dependent variable is social networking addiction. Hipotesis Networking Addiction is no negative relationship between social skills with social networking addiction. Statistical analysis method used is the product moment correlation technique with the following results: rxy = -0.402 to 0.001 (p <0.01) it shows there is a very significant negative correlation between the ability Socialisation with social networking addiction so the hypothesis is accepted. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial pada remaja di Jombang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial”. Sampel berjumlah 65 orang remaja berusia 16-19 tahun yang berasal dari sekolah MAN Jombang. Teknik sampling yang digunakan yaitu quota random sampling. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Kemampuan sosialisasi, sedangkan variabel tergantungnya adalah Kecanduan Jejaring Sosial. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial. Metode analisis statistik yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dengan hasil sebagai berikut : rxy = -0,402 dengan 0,001 (p < 0,01) hal menunjukkan ada korelasi negatif yang sangat signifikan antara Kemampuan Sosialasi dengan kecanduan jejaring sosial jadi hipotesis diterima. Kata kunci : Kemampuan sosialisasi, kecanduan, jejaring sosial
Pendahuluan Sejarah perkembangan Internet merupakan modus baru dalam pendistribusian informasi dan ilmu pengetahuan. Akses kejaringan ini sedangmenjadi trendbagi masyarakat. Hal ini disebabkan begitu gencarnya pemberitahuan di media massa. Media ini masih akan terus berkembang pesat. Oleh karena itu, berbagai aspek yang menyangkut mengenai pengenalan sistem, pemanfaatan dan penguasaan teknologi ini sangat patut dipelajari dan dikembangkan terus. Jaringan internet telah dibangun lebih dari 10 tahun yang
107
108
Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah
lalu dengan hanya berawal 4 buah komputer mainframe yang saling dihubungkan dengan tujuan unuk berbagi data. Pada awal tahun 80-an terdapat 213 host terdaftar. Tahun 1986, naik menjadi 2.308 host dan sekarang mencakup lebih dari 20-35 juta user. Di Indonesia sekitar 33 juta user (1997). Jaringan ini tumbuh subur secara acak denagn partisipasi luas dan merata sehingga seakan tidak ada yang mempunyai dan tidak ada yang bertanggung jawab. Di zaman globalisasi saat ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) begitu cepat, apabila tidak bisa memanfaatkannya disebut orang yang ketinggalan zaman. Menurut (Main, 2008) teknologi informasi dapat diartikan sebagai teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah serta menyebarkan informasi. Salah satu pemanfaatan TIK yang paling popular saat ini adalah internet. Dengan internet, pengguna dapat mengenal dan menjelajahi dunia, walaupun terkadang lebih dikenal dengan dunia maya. Melalui internet pengguna bisa menemukan atau mencari informasi apapun yang dibutuhkan, mulai dari informasi seseorang, perusahaan, pekerjaan, pemerintahan, pendidikan, buaya, music, gambar, film, berkomunikasi dengan video streaming, bahkan tindakan kejahatanpun bisa dilakukan di internet. Pemanfaatan internet decade terakhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Media internet tidak lagi hanya sekedar menjadi media berkomunikasi semata, tetapi juga sebagai bagian tak terpisahkan dari dunia bisnis, industri, pendidikan dan pergaulan sosial. Khusus mengenai jejaring sosial atau pertemanan melalui dunia internet, atau lebih dikenal dengan social network pertumbuhannya sangat mencengangkan. Meluasnya jaringan internet menyebabkan internet menjadi salah satu media untuk meningkatkan produktifitas dalam bekerja, meningkatkan kemampuan, sebagai sumber pustaka tanpa batas dan bahkan menjadikan internet sebagai lahan bisnis yang menggiurkan. Jejaring sosial adalah sebutan lain terhadap web community. jejaring sosial adalah tempat untuk para netter berkolaborasi dengan netter lainnya. Bentuk kalaborasi antara lain adalah saling bertukar pendapat atau komentar, mencari teman, saling mengirim email, saling member penilaian, saling bertukar file dan lain sebagainya. Intinya dari situs jejaring sosial adalah interaktifitas. Sekitar 5-10 persen orang yang mengakses internet diyakini mengidap candu. Mayoritas adalah mereka yang keranjingan game online. Mereka bisa menghabiskan waktu untuk nge-game berjam-jam tanpa makan dan minum, bahkan cenderung mengabaikan aspek lain dari kehidupan mereka sendiri. Oleh karena itu Jejaring sosial memiliki dampak signifikan pada sosialisasi. Beberapa dari perubahan ini untuk lebih baik, beberapa lebih buruk. Dengan setiap perkembangan baru dalam setiap masyarakat selalu ada akan beberapa
Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial
109
pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Setiap anggota masyarakat harus secara individual memutuskan apakah atau tidak ini pengorbanan yang sepadan dengan biaya. Pengguna yang mengalami kecanduan internet kerap memutus komunikasi dengan keluarga dan teman sebaya di dunia nyata. Hal pertama yang dilakukan saat setelah bangun tidur adalah hidupkan komputer dan segera online.Banyak yang menyadari, pengguna yang mengabaikan aktifitas sosial dan kegiatan waktu luangnya. Tapi tidak mampu keluar dari jeratan dunia virtual. Pengguna tidak bisa lagi mengendalikan konsumsinya akan internet. Situs social networking diantaranya adalah : My Space, Facebook, Windows Live Spaces, Friendster, His, Flickr, Orkut, Flixter, Multiply, Netlog dan lain sebagainya. Semenjak situs jejaring sosial banyak diminati oleh semua kalangan pengguna rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengunjungi situs tersebut, tanpa mengetahui alasan yang sesungguhnya. Facebook dan twitter juga membuat setiap orang seperti kaum remaja sekarang dan masyarakat cenderung bersifat individual. Secara logika, situs facebook dan twitter membuat kita bisa berinteraksi dengan orang lain yang belum kita kenal tetapi melalui dunia maya. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ‚Apakah ada hubungan antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial‛?. Nurfajri (2012), Internet Addiction (kecanduan internet) adalah suatu gangguan psikofisiologis yang meliputi tolerance (penggunaan dalam jumlah yang sama akan menimbulkan respon minimal, jumlah harus ditambah agar dapat membangkitkan kesenangan dalam jumlah yang sama),whithdrawal symptoms (khususnya menimbulkan termor, kecemasan, dan perubahan mood), gangguan afeksi (depresi, sulit menyesuaikan diri), dan terganggunya kehidupan sosial (menurun atau hilang sama sekali, baik dari segi kualitas maupun kuantitas). Internet Addiction diartiakan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaanya saat online. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat tidak online diinternet. Menurut profesor Barnes (1954) Jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. Jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukkan
110
Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah
jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Kecanduan internet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli jiwa bernama Ivan Goldberg. Jenis kecanduan internet ada tiga yaitu; bermain games yang berlebihan, kegemaran seksual dan e-mail/pesan teks (chatting). Sedangkan gejala-gejala kecanduan internet adalah sebagai berikut: a. Sering lupa waktu Mengabaikan hal-hal yang mendasar saat mengakses internet terlalu lama. Orang yang kecanduan internet bisa tidak makan atau minum, lupa waktu sholat, belajar, sekolah atau bekerja. b. Gejala menarik diri Seperti merasa marah, tegang, atau depresi ketika internet tidak bisa diakses. Mereka akan bete, kesal bahkan stress jika tidak bisa online karena berbagai alasan. c. Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan. Semakin lama jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengakses internet terus bertambah. d. Kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki. Mereka akan mengganti komputer atau gadget untuk mengakses internet dengan yang lebih baik dan aplikasi terbaru pasti akan terus diburu. e. Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan. Ini merupakan dampak negatif dari penggunaan Internet yang berkepanjangan. Gejala ini sama seperti gejala yang ada pada kecanduan narkoba. Dengan berkembangnya teknologi yang kian maju, dan merasuknya internet pada lapisan masyarakat, berkembang pula situs-situs jejaring sosial di kalangan masyarakat luas. Situs-situs tersebut kini sudah sangat menjamur di semua kalangan masyarakat. Mulai dari anak kecil, remaja hingga dewasa menggunakan fasilitas ini untuk berhubungan dengan teman ataupun mengenal teman baru, yang terkadang sulit untuk bertemu secara langsung. Namun penggunaan situs jejaring sosial ini juga mempunyai dampak yang baik dan buruk terhadap perkembangan psikologis pada anak tersebut. Dampak positifnya berkat situs jejaring sosial ini kita jadi lebih mudah berinteraksi dengan pengguna-pengguna lain yang memanfaatkan situs jejaring sosial ini untuk memperluas pergaulan. Pengguna dapat berhubungan dengan teman dan keluarga, dapat bertemu dan berhubungan dengan teman lama, berkenalan dengan teman dari sahabat, serta berkenalan dengan orang yang belum pernah dikenal sebelumnya. Selain itu, pengguna situs ini memiliki
Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial
111
kesempatan untuk berkomunikasi dan berbagi pengalaman, hobi, dan minat dengan orang-orang dengan latar belakang, budaya dan negara yang berbeda, bisa juga dijadikan media promosi bisnis atau sebagainya. Keunggulan dan kemudahan itulah yang membuat banyak individu hampir tiap hari menggunakan internet untuk membuka jejaring sosial. Dibalik atsmosfer positifnya ternyata tidak dapat dipungkiri bahwa jejaring sosial menyimpan pula sisi negatifnya adalah kita banyak kehilangan waktu yang bermanfaat, Kebingungan antara Dunia maya dengan Dunia Nyata, Meniru kekerasan dalam game online, kegagalan akademik, menolak untuk melakukan hal yang lain, mengikuti gaya-gaya yang didapatkannya, stress jika tidak ada internet dan efek stress yang dibawa itu menimbulkan penyakit ini yaitu aktivitas otak dan tekanan darah meningkat karena terisolir dari internet. Selain itu yang tidak kalah mengejutkan yaitu dampak biologis itu sendiri yaitu mengubah alur kerja gen, menghambat respons sistem imun, tingkat hormon, dan fungsi arteri serta memengaruhi kondisi mental. Akhirnya, hal tersebut dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia (semacam gangguan jiwa). Sosialisasi merupakan proses belajar yang dialami individu untuk mengenal dan menghayati norma dan nilai-nilai sosial sehingga terjadi pembentukan perilaku yang sesuai dengan masyarakatnya, (Ruchayati, 2012). Menurut Soekanto (2008), sosialisasi adalah suatu proses anggota masyarakat mempelajari norma-norma dan nilai-nilai sosial dimana ia menjadi anggota. Buhler (dalam Widyana, 2011) sosialisasi yaitu proses yang membentuk individu melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup serta bagaimana cara berpikir kelompoknya agar ia dapat berfungsi serta berperan dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Meskipun prosesnya berlangsung seumur hidup namun menurut Berger dan Luckmann sosialisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sosialisasi primer dan sekunder, (dalam Ruchayati 2012). a. Sosialisasi Primer Sosialisasi primer adalah proses sosialisasi yang pertama dialami individu sewaktu kecil di lingkungan keluarga. Keluarga adalah media sosialisasi pertama sebelum anak mengenal dunia luar. b. Sosialisai Sekunder Sosialisasi sekunder adalah merupakan tahap lanjutan setelah sosialisasi primer. Dalam tahap ini dikenal adanya proses desosialisasi, yaitu proses pencabutan identitas diri yang lama dan dilanjutkan resosialisasi. Resosialiasi adalah pemberian identitas baru yang didapat melalui institusi sosial.
112
Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah
Menurut Ruchayati (2012), ciri-ciri kemampuan bersosialisasi, antara lain : a. Pelakunya lebih dari 2 orang atau lebih Pelaku lebih dari 2 orang adalah interaksi sosial yang dilakukan tidak hanya dua orang saja tapi lebih dari dua orang bahkan lebih. b. Terjadinya komunikasi antara pelaku melalui kontak sosial Sebelum terjadi interaksi secara langsung pelaku sudah melakukan kontak terlebih dahulu, seperti melalui jejaring sosial, telfon, sms, dll. c. Memiliki tujuan yang jelas Interaksi sosial ini hanya untuk tujuan yang jelas dan bermanfaat tidak hanya sekedar bersosialisasi. Misalnya, Dziba’an, bersosialisasi degan tetangga, ngajar les, dll. d. Dilaksanakan melalui pola sistem sosial tertentu Keteraturan sosial akan terwujud ideal (tujuan jelas, ebutuhan yang jelas, adanya kesesuaian dan berhasil guna, adanya kesesuaian dengan kaidahkaidah sosial yang berlaku) tersebut benar-benar melandasi hubungan atau interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Sebaliknya, jika pola-pola ideal tersbut dilanggar, maka akan terjadi ketidakaturan dalam masyarakat. Sejak dikembangkan perangkat lunak Netscape pada awal dekade 1990-an, internet menjadi bagian dari gaya hidup baru di seluruh dunia. Perangakat lunak tersebut memungkinkan para pengguna internet yang semula berbasis teks ( text-based internet) untuk beralih menikmati kecanggihan pertukaran informasi berbasis gambar (graphic-based internet). Perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak komputer berbasis gambar yang sangat pesat menjadikan pengguna jasa internet menjadi semakin dimanjakan dengan tampilan, isi informasi, fasilitas, serta unjuk kerja internet. Pengguna internet dapat memanfaatkan perangkat lunak web browsing untuk mengakses beraneka ragam informasi. Keaneragaman informasi inilah yang tampaknya menjadikan mereka tahan berlama-lama di depan komputer. Mereka dapat melalukan browsing beragam informasi dari yang berkaitan dengan pekerjaan, pendidikan, hobi, bisnis, dan bahkan situs yang di kategorikan sebagai kegiatan yang dianggap negatif seperti misalnya, cybercrime (hacking, cracking, dan carding), internet gamebling, dan cybersex, atau cyberporn. Kecanduan juga diklasifikasikan menurut intensitas penggunaannya. Pratarelli dkk (1999), membagi penggunaan internet ke dalam empat model. Model pertama adalah ganguan perilaku berupa pengguaan internet secara berlebihan. Model kedua adalah penggunaan internet secara fungsional, produktif, dan bermakna. Model ketiga adalah penggunaan internet untuk mendapatkan kepuasan seksual dan atau mendapat keuntungan sosial. Pada model ketiga ini biasanya orang pemalu atau introvert menggunakan internet untuk bersosialisasi atau mengekspresikan fantasinya. Model yang terakhir
Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial
113
adalah individu yang tidak atau hanya sedikit tertarik pada internet. Model pertama adalah yang biasa kecanduan disebut kecanduan internet. Kecanduan Jejaring sosial adalah suatu kondisi kronis dalam sistem motivasi dalam perilaku mencari kesamaan sosialitas, mulai dari yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga melalui internet. Jejaring sosial merupakan struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukkan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Pada umumnya, sosialisasi merupakan hasil dari interaksi dengan orang tua, para guru, dan teman-teman. Namun demikian, media massa, teknologi informasi dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya juga bertindak sebagai agen sosialisasi yang penting. Sosialisasi masyarakat merupakan suatu proses penanaman atau mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan yang ada pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Metode Penelitian Populasi penelitian ini adalah 65 Siswa-siswi MAN Jombang. Berjenis laki-laki dan perempuan. Berusia 16-18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Random Sampling. Pada random sampling, semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian ini meliputi Variabel Tergantung nya adalah Kecanduan Jejaring Sosial. Sedangkan Variabel Bebas yaitu Kemampuan bersosialisasi Kecanduan Jejaring Sosial di ungkap dengan menggunakan teori Goldberg, ciri-ciri kecanduan jejaring sosial adalah (1). Sering lupa waktu, (2) Gejala menarik diri, (3) Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan, (4) Kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki, (5) Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan. Tabel 1 Blue Print Skala Kecanduan Jejaring Sosial Ciri - ciri Kecanduan No Favourable Unfavourable Jejaring Sosial 1. Sering lupa waktu 1,2,3,4,16,26,36,46 5,6,17,27,37,47 2. Gejala menarik diri 7,8,18,28,38,48,49,50 9,19,29,39,51 3. Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk 10,20,30,40,52,23,54 11,21,31,41 meningkatkan waktu
Σ 14 13 11
114
4.
5.
Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah
yang dihabiskan Kebutuhan akan peralatan yang lebih canggih Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan Jumlah
12,22,32,42,55,56
13,53,33,43
10
14,24,34,44,47
15,25,35,45
9
34
23
57
Dalam penelitian ini skala disusun dalam kalimat-kalimat pernyataan dan responden (subyek) diminta memberikan tanggapan dengan memberikan √ (check atau centang) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya pada subyek. Pada pernyataan Favourablerespon Sangat Setuju di skor 4, Setuju di skor 3, Kurang Setuju di skor 2, Tidak Setuju di skor 1. Pada UnFavourable respon Sangat Setuju di skor 1, Setuju di skor 2, Kurang Setuju di skor 3, Tidak Setuju 4 Hasil uji validitas (kesahihan) didapatkan hasil bahwa dari 57 item yang diuji ada 49 item yang valid, sedangkan jumlah item yang gugur sebanyak 8. Adapun item-item yang tidak valid meliputi item nomor : 13, 15, 17, 25, 29, 35, 41, 45. Indeks validitas antara 0,226 s/d 0,739. Hasil uji reliabilitas (keandalan) didapatkan hasil rtt = 0,944 dengan p = 0,000 yang berarti cukup reliabel (cukup andal). Kemampuan bersosialisasi diungkap mengacu pada pendapat Ruchayati, Ciriciri kemampuan Bersosialisasi, antara lain : (1) Pelakunya lebih dari 1 orang, (2), Terjadinya komunikasi antara pelaku melalui kontak sosial, (3) Memiliki tujuan yang jelas, (4) Dilaksanakan melalui pola sistem sosial tertentu.
No. 1. 2. 3. 4.
Tabel 2 Blue Print Skala Kemampuan Sosialisasi Ciri – ciri Kemampuan Favoureble Unfavoureble Sosialisasi Pelakunya lebih dari 1 orang 1,2,15,16,23,27 3,4,17,28,32 Terjadinya komunikasi antara 5,6,18,24,29 7,8,30,31 pelaku melalui kontak sosial Memiliki tujuan yang jelas 9,10,19,34 11,20,25,33 Dilaksanakan melalui pola 12,13,21 14,22,26,35 sistem sosial tertentu Jumlah 18 17
Σ 11 9 8 7 35
Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial
115
Hasil uji validitas (kesahihan) didapatkan hasil bahwa dari 35 item yang diuji ada 28 item yang valid, sedangkan jumlah item yang gugur sebanyak 7. Adapun item-item yang gugur meliputi item nomor : 16, 20, 22, 23, 24, 26, 27. Indeks validitas antara 0,245 s/d 0,587. Hasil uji reliabilitas (keandalan) didapatkan hasil rtt = 0,868 dengan p = 0,000 yang berarti cukup reliabel (cukup andal). Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi korelasi antara Kemampuan Sosialisasi dengan KecanduanJejaring Sosial. Hal ini berarti menguji signifikansi hubungan satu variabel bebas bergejala kontinum dengan satu variabel tergantung bergejala kontinum pula, maka model analisis statistik yang tepat untuk penelitian ini adalah Analisis KorelasiProduct Moment. Perhitungan analisis statistik ini menggunakan komputer dengan program SPS (Seri Program Statistik), Menu program : Analisis Dwivariat : Analisis Korelasi Momen Tangkar, edisi Sutrisno Hadi & Yuni Pamardiningsih, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta Hasil dan pembahasan Hasil penelitian berupa hasil analisis statistik Product Moment. Adapun hasil perhitungan analisis tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Sumber XY
r -0,402
Tabel 3 Hasil Analisis Product moment p Kesimpulan 0,001 p < 0,01
Signifikansi Sangat Signifikan
Keterangan : R : Indeks Korelasi X : Kemampuan Sosialisasi Y : Kecanduan Jejaring Sosial p : Peluang Ralat Hasil analisis didapatkan bahwa r XY= -0,402 dengan p = 0,001 (p < 0,01) hal ini menunjukkan bahwa Ada korelasi negatif yang sangat signifikan antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial. Arah negatif artinya semakin tinggi Kemampuan Sosialisasi maka semakin rendah Kecanduan Jejaring Sosial jadi hipotesis diterima. Dari hasil analisis data dengan menggunakan analisis statistik Product Moment menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial. Hal ini menunjukkan bahwa remajayang mempunyai tingkat kemampuan sosialisasi tinggi, maka semakin rendah Kecanduan Jejaring Sosial. Sehingga mudah
116
Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah
baginya mengalihkan kegiatan bermain internet dengan berinteraksi sosial pada orang lain. Sebaliknya jika remaja mempunyai Kemampuan Sosialisasi rendah, maka semakin sering remaja menggunakan Jejaring Sosial, karena baginya banyak waktu kosong dan tidak adanya kegiatan membuat remaja itu mengisi waktunya yang kosong dengan bermain Jejaring Sosial sehingga Kemampuan sosialisasi terhadap masyarakat, keluarga, teman, dan lingkungan sekitar kurang. Penelitian ini, sampai taraf tertentu mampu menyumbangkan bukti mengenai kriteria penting kecanduan jejaring sosial. Berdasarkan kriteria yang dikembangkan oleh Young (1996,1999), diperoleh delapan kriteria kecanduan internet. Menurut Beart dan Wolf (2001), setidaknya ada enam kriteria yang harus dimiliki agar seseorang dapat diklasifikasikan sebagai pecandu internet. Kriteria kecanduan internet yang dapat diuji di dalam penelitian ini adalah : 1. Pikiran yang terpreokupasi internet Bermain internet berjam-jam menimbulkan keasyikan tersendiri, perasaan senang secara berlebihan membuat seseorang menunda makan, atau makan menjadi tidak teratur. 2. Waktu penggunaan internet semakin bertambah demi pemenuhan kepuasan diri Bermain internet melebih 8 jam dalam sehari akan menyita banyak waktu, apalagi bila waktu online di mulai malam hari akan menyita waktu tidur. 3. Pernah mencoba namun gagal untuk mengendalikan, mengurangi atau berhenti menggunakan internet Bermain internet dan komputer beberapa jam akan menimbulkan kelelahan, apalagi bila melebihi 8 jam setiap harinya. Beberapa penelitian mengenai pengaruh komputer terhadap kesehatan secara berlebihan masih dalam penelitian lebih lanjut, sakit kepala, kelelahan pada mata, sakit pada sendi tangan, pegal, dsb merupakan keluhan-keluhan yang sering ditemukan pada pengguna komputer. Gangguan ini sering disebut dengan Computer Vision Syndrome (CVS) 4. Tidak tenang, moody, depresif, dan mudah teriritasi Seorang psikiater dari New York University, Dr. Joel Gold, menemukan adanya gangguan kejiwaan pada individu yang teradiktif internet, ia menyebutnya sebagai Truman Show Delusion, beberapa ahli lain menyebutnya sebagai internet delusion. Perilaku ini seperti gangguan delusi pada umumnya, individu seperti merasa dimatai-matai, berbicara sendiri menyangkut internet, pikiran yang tenggelam dengan dunia maya. 5. Aktivitas online melebihi waktu yang direncanakan Banyak individu yang teradiktif mengatakan akan bermain online hanya sebentar saja, namun mereka justru online sampai beberapa jam atau hampir setengah hari, akibatnya banyak waktu yang terbuang, sementara
Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial
117
beberapa pekerjaan lain yang semestinya dapat selesai dikerjakan akan terpakai untuk menggunakan komputer. 6. Mengalami masalah atau mempunyai resiko kehilangan hubungan pribadi, kehilangan pekerjaaan, kehilangan kesempatan pendidikan, dan kehilangan karir. Beberapa laporan menyebutkan bahwa internet adiktif telah membuat beberapa mahasiswa gagal dalam memperoleh nilai (grade) yang memuaskan, beberapa diantaranya gagal samasekali, sama halnya dengan karyawan, penurunan produktivitas kerja membuat beberapa diantara mengalami PHK. Banyak individu yang menggunakan fasilitas kantor untuk mengakses website yang sebenarnya tidak berhubungan dengan pekerjaannya selama jam kantor, akibatnya banyak pekerjaan menjadi tertangguhkan atau dikerjakan secara tidak maksimal karena waktu terpakai lebih banyak dalam menggunakan internet.Penggunaan internet tanpa batas waktu menjadi ancaman retaknya sebuah hubungan, bagaimana tidak, beberapa individu lebih tertarik dengan dunia maya dibandingkan menjalin hubungan yang nyata dengan pasangannya. Beberapa laporan menyebutkan bahwa penyebab retaknya sebuah hubungan disebabkan pasangan yang lebih asyik mendownload atau mengakses situs porno sementara pasangan tidur sendirian Pada penelitian ini dari hasil perhitungan Mean Hipotetik variabel Kemampuan Sosialisasi didapatkan MH = 70, SD = 14, sedangkan Mean Empiris didapatkan ME = 83,523 hal ini menunjukkan bahwa ME pada kategori tinggi. Artinya Kemampuan Sosialisasi remaja yang menjadi sampel penelitian tergolong pada tingkat tinggi. Pada penelitian ini dari hasil perhitungan Mean Hipotetik variabel Kecanduan Jejaring Sosial didapatkan bahwa MH = 117,5 SD = 21,16, sedangkan Mean Empiris didapatkan ME = 97,308, hal ini menunjukkan bahwa ME kategori rendah. Artinya Kecanduan Jejaring Sosial remaja yang sampel penelitian termasuk dalam tingkat rendah. Simpulan dan Saran Dari analisis data yang diperoleh, maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kemampuan sosialisasi dengan kecanduan jejaring sosial. Sehingga remaja yang sosialisasinya rendah semakin sering menggunakan jejaring sosial karena itu sebagai pengalihan remaja dan dianggap sebagai hiburan bahkan rutinitas yang harus dilakukan tanpa ada yang terlewatkan. Kemampuan sosialisasi yang tinggi akan membuat remaja tidak sampai kecanduan jejaring sosial karena remaja akan lebih mementingkan sosialisasi secara nyata dari pada hanya didunia maya.
118
Heny Nurmandia, Denok Wigati, Luluk Masluchah
Memperhatikan hasil penelitian yang telah penulis lakukan masih jauh dari sempurna baik dari segi konsep maupun hasilnya, maka saran untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian hendaknya memperhatikan variabel-variabel lain, dan mengkaji reabilitas dari kriteria kecanduan jejaring sosial agar hasilnya lebih akurat. Mengingat semakin relevannya masalah kecanduan jaringan internet ini terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa di Indonesia karena maraknya dan semakin mudahnya akses internet bagi mereka, maka perlu dilakukan kajian yang lebih komprehensif terutama mengenai instrumen, determinan, dan dampak dari kecanduan jaringan internet terhadap kemampuan verbal. Dengan demikian dapat dikembangkan pelayanan yang lebih appropriate bagi pecandu internet di kalangan pelajar dan mahasiswa pada khususnya serta anggota masyarakat lain pada umumnya.
Daftar Pustaka Apriliyah, Naning. (2010). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kemampuan Komunikasi. Skripsi. Jombang : Fakultas Psikologi Universitas Darul ‘Ulum. Asiqin, A. (2009). Dampak Penggunaan Jejaring Sosial. Diakses tanggal 25 Januari 2012 pukul 20.30 dari http:// luvyayang.wordpress.com/2009/10/ Daryanto. (2010). Teknologi Jaringan Internet. Bandung : PT. SaranaTutorial Nurani Sejahtera http://www.psikologizone.com/ragam-definisi-kecanduan/065111715 http://tiafaira.blogspot.com/2009/11/pengaruh-jaringan-sosial-terhadappara.html http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2008/11/sosialisasi-dankepribadian.html http://aminnatul-widyana.blogspot.com/2011/07/proses-sosialisasi.html http://www.ridwanforge.net/blog/jejaring-sosial-social-networking http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2008/11/sosialisasi-dankepribadian.html http:/www.psikologione.com/kasus-kecanduan-internet-meningkat-dijerman/065116833 http://akhmadfarhan.wordpress.com/2012/01/28/apakah-anda-kecanduaninternet/
Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial
119
http://rizkaamandaputri.blogspot.com/2011/11/mediasosial-telah-memainkanperan-besar.html http://ruangpsikologi.com/gangguan-kecanduan-internet http://id.shovoong.com/social-sciences/conseling/2205683-pengertiankecenderungan-kecanduan-mengakses-internet/ http://ameljunpyo.blogspot.com/2010/01/pengertian-jejaring-sosial.html http://tiafaira.blogspot.com/2009/11/pengaruh-jaringan-sosial-terhadappara.html http:/hafidznurfajri-public.blogspot.com/2012/10/internet-addction-kecanduaninternet 12.html RidjalBaidoeri, T. (2011). Sosialisasi Proses Menjadi Anggota Masyarakat.Makalah.Jombang : Fakultas Psikologi Universitas Darul ‘Ulum. Ruchayati, Siti. (2012). Blak-blakan Bahas Mapel Sosiologi SMA.Yogyakarta :Penerbit Cabe Rawit. Rinjani, H & Firmanto, A. (2013). Kebutuhan Afiliasi denagn mengakses Facebook pada remaja. Jurnal Psikologi Volume 01, No.01 75-84. Malang : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Soetjipto, Helly P. (2005). Pengujian Validitas Konstruk Kriteria KecanduanInternet. Jurnal Psikologi Volume 32, No.2 74-91. Yogyakarta : UnitPublikasi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Reber, Aftur S & Emily S.(2010). The Penguin Dictinary of Psychology (KamusPsikologi). Yogyakarta : Pustaka Belajar Widyatamma, Tim. (2010). Kamus Psikologi. Jakarta : Widyatamma