HUBUNGAN ANTARA KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA KELAS 4 DAN 5 SD KATOLIK St. THERESIA MALALAYANG KOTA MANADO RELATIONSHIP WORM INFECTION WITH NUTRITIONAL STATUS IN GRADE 4 AND 5 ELEMENTARY SCHOOLS ST. THERESIA MALALAYANG MANADO CITY Jesica L. N. Siwy1, Alexander S. L. Bolang2, Nita Momongan3 Bidang Minat Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRACT In Indonesia there are many diseases that are health issues, one of which is infection of stomach worms or worm that is transmitted through the soil. worm infection can also occur simultaneously by several types of worms at once and can result in reduced health and nutrition. It is estimated more than 60% of children in Indonesia suffer from worm infection. The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between worm infection and nutritional status in grade 4 and 5 Elementary School St.Theresia Malalayang Manado City. This study is observational analytic cross sectional design. This study was conducted from February to April 2013. Data population of this study were all students in grade 4 and 5 SD St. Theresia Malalayang Manado. Sample size of 60 students who are determined based on inclusion and exclusion criteria. Data obtained through interviews using questionnaires, direct measurements of weight and height respondents and laboratory testing. Analysis of the nutritional status of relations with the worm using the Fisher exact test with α = 0.05 The results showed 1 student (3.3%) worm positive. Statistical test results showed no association between worm infection and nutritional status based on weight for age (ρ = 0.900), based on height for age (ρ = 0.967), weight for height (ρ = 0.967), and body mass index according to age (ρ = 0.917). It is recommended to consume worming to prevent and reduce the incidence of worm infections Keywords: Worm infections, Nutritional status
RINGKASAN Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah infeksi cacing perut atau kecacingan yang ditularkan melalui tanah. Kecacingan juga dapat terjadi secara simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus dan dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan dan gizi. Diperkirakan lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita kecacingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecacingan dengan status gizi pada siswa kelas 4 dan 5 SD St.Theresia Malalayang Kota Manado. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2013. Populasi dala penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 dan 5 SD St. Theresia Malalayang Kota Manado. Jumlah sampel sebesar 60 siswa yang ditentukan berdasarkan criteria inklusi dan ekslusi. Data diperolah melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner, pengukuran langsung berat badan dan tinggi badan responden dan uji laboratorium. Analisis hubungan kecacingan dengan status gizi menggunakan uji fisher exact dengan α = 0,05. Hasil penelitian didapatkan 1 siswa (3,3%) positif kecacingan. Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan antara kecacingan dengan status gizi berdasarkan berat badan menurut umur (ρ = 0,900), berdasarkan tinggi badan menurut umur (ρ = 0,967), berat badan menurut tinggi badan (ρ = 0,967), dan indeks massa tubuh menurut umur (ρ = 0,917). Disarankan mengkonsumsi obat cacing untuk mencegah dan mengurangi kejadian kecacingan. Kata kunci : Kecacingan, Status Gizi
1
Pendahuluan
karbohidrat dan protein, serta kehilangan darah
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama
(Depkes.
kualitas sumber daya manusia (SDM), apabila
diperkirakan
terjadi gangguan gizi pada awal kehidupan akan
Indonesia menderita kecacingan. Menurut survei
mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya.
yang pernah dilakukan oleh Sub Direktorat
Masalah kesehatan dan gizi yang dihadapi oleh
Penanggulangan dan Pencegahan Diare, Cacingan,
anak-anak sekolah adalah stunting (anak pendek),
dan ISPA, Departemen Kesehatan Jakarta di suatu
underweight (anak kurus), anemia, defisiensi
daerah terutama pada anak Sekolah Dasar (SD)
yodium, kecacingan, malaria di daerah endemik,
menyebutkan sekitar 49,5% dari 3160 siswa di 13
diare, dan infeksi saluran pernapasan, masalah
SD ternyata menderita cacingan. Siswa perempuan
kesehatan dan gizi ini umumnya terjadi pada
memiliki prevalensi lebih tinggi yaitu 51,5%
negara berkembang (Khomsan. 2012).
dibandingkan dengan siswa laki-laki yang hanya
Menurut
data
Riskesdas
tahun
2010,
2006). lebih
Menurut dari
Zulkoni
60%
(2011),
anak-anak
di
48,5% (Depkes. 2006). Tujuan penelitian ini
prevalensi anak pendek sebesar 35,6%. Prevalensi
adalah
anak
29,3%.
kecacingan dengan status gizi pada siswa kelas 4
Prevalensi anak kurus sebesar 12,2%. Prevalensi
dan 5 SD Katolik St. Theresia Malalayang Kota
anak kurus di perkotaan yaitu sebesar 11,9%. Di
Manado.
pendek
di
perkotaan
sebesar
untuk
mengetahui
hubungan
antara
Sulawesi Utara prevalensi anak pendek pada umur Metode Penelitian 6-12 tahun yaitu 27,9%, dan prevalensi anak kurus Jenis
penelitian
yang
digunakan
adalah
sebesar 7,5%. observasional analitik dengan rancangan cross Di Indonesia masih banyak penyakit yang sectional. merupakan
masalah
kesehatan,
salah
satu Penelitian ini dilakukan di SD St. Theresia
diantaranya ialah infeksi cacing perut atau Malalayang Kota Manado mulai dari bulan kecacingan
yang
ditularkan
melalui
tanah. februari sampai april 2013.
Kecacingan juga dapat terjadi secara simultan oleh Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh beberapa
jenis
cacing
sekaligus
dan
dapat siswa kelas 4 dan 5 SD St. Theresia Kota Manado
mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, dengan jumlah 175 dengan jumlah sampel yang gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya didapat berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan sebanyak 60 siswa. kerugian,
karena
menyebabkan
kehilangan
2
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui
Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi
dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
Status
Data
berdasarkan
primer
adalah
data
responden,
data
gizi
dalam 4
penelitian
indeks
ini
antropometri
dinilai yaitu
karakteristik orang tua, data tinggi badan, berat
berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U),
badan siswa dan data kecacingan. Data ini
tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan
diperoleh dari hasil wawancara pada responden
menurt tinggi badan (BB/TB), dan Indeks massa
dengan
tubuh menurut umur (IMT/U).
menggunakan
pengukuran
langsung
kuisioner, kepada
melakukan
siswa
dengan
a.
Status Gizi Responden Berdasarkan BB/U
menggunakan microtoise untuk mengukur tinggi
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
badan dengan tingkat ketelitian 0,1cm dan
status gizi responden berdasarkan BB/U
timbangan untuk mengukur berat badan dengan
terbanyak memiliki status gizi baik yaitu 54
tingkat ketelitian 0,1kg dan pemeriksaan tinja/feses
(90) siswa, yang terdiri atas 35 siswa laki-
di laboratorium. Sedangkan data sekunder adalah
laki dan 19 siswa perempuan, sedangkan 6
gambaran lokasi sekolah dan data jumlah siswa,
siswa lainnya berstatus gizi lebih.
yang diperoleh dari data registrasi yang ada di
b.
Status Gizi Responden Berdasarkan TB/U
sekolah. Data dianalisi dengan menggunakan uji
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa status
fisher exact.
gizi berdasarkan TB/U terdapat 2 (3,3%) siswa yang memiliki gizi pendek. Keduanya
Hasil Penelitian dialami oleh siswa perempuan, sedangkan 58 Berdasarkan hasil penelitian di peroleh jumlah siswa lainnya berstatus gizi normal. responden sebanyak 60 siswa. didapatkan sebagian c.
Status Gizi Responden Berdasarkan BB/TB
besar siswa berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar Hasil penelitian ini menunjukan bahwa status 37
(61,67%)
siswa,
sedangkan
berdasarkan gizi berdasarkan BB/TB terdapat 2 (3,3%)
kelompok umur responden terbanyak yaitu siswa siswa berstatus gizi kurus, kedua siswa berusia 10 tahun sebesar 32 (53,3%) siswa. tersebut berjenis kelamin laki-laki, sedangkan berdasarkan
pemeriksaan
tinja
melalui
tes 58 (96,7) siswa lainnya berstatus gizi normal.
laboratorium didapatkan 1 (3,3%) siswa yang d.
Status Gizi Responden Berdasarkan IMT/U
positif kecacingan, dengan jenis cacing tambang Hasil penelitian ini menunjukan bahwa status (Ancylostoma duodenale) dan 59 (9,67%) siswa gizi responden berdasarkan IMT/U terbanyak lainnya negatif kecacingan. memiliki status gizi normal yaitu 55 (91,7)
3
siswa, yang terdiri atas 35 siswa laki-laki dan
Tabel 2. Hubungan Antara Kecacingan dengan
20 siswa perempuan, sedangkan 5 siswa
Status Gizi berdasarkan TB/U
lainnya berstatus gizi kurus.
Kecacingan Negatif Positif Jumlah
Hubungan Kecacingan dengan Status Gizi a.
Hubungan Kecacingan dengan Status Gizi Berdasarkan BB/U
c.
Hasil uji statistik dengan fisher’s exact antara
Status Gizi TB/U Normal Pendek 57 2 1 0 58 2
ρ
Total 59 1 60
0,967
Hubungan Kecacingan dengan Status Gizi Berdasarkan BB/TB.
variabel kecacingan dan status gizi berdasarkan
Berdasarkan uji fisher’s exact diperoleh hasil ρ
BB/U didapatkan taraf signifikansi atau nilai ρ
sebesar 0,967 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini
sebesar 0,900 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
berarti tidak terdapat hubungan antara kecacingan
antara kecacingan dengan status gizi berdasarkan
dengan status gizi berdasarkan BB/U. lebih
BB/TB. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.
jelasnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 3. Hubungan Kecacingan dengan Status Tabel 1. Hubungan Antara Kecacingan dengan
Gizi Berdasarkan BB/TB
Status Gizi berdasarkan BB/U
Kecacingan Negatif Positif Jumlah
b.
Status Gizi BB/U lebih Baik 6 53 0 1 6 54
Kecacingan Ρ
Total 59 1 60
0,900
d.
Hubungan Kecacingan dengan Status Gizi
Status Gizi BB/TB
ρ
Total
Normal
Kurus
Negatif
57
2
59
Positif
1
0
1
Jumlah
59
2
60
0,967
Hubungan Kecacingan dengan Status Gizi Berdasarkan IMT/U.
Berdasarkan TB/U.
Berdasarkan uji statistik mengunakan fisher’s
Hasil uji statistik dengan fisher’s exact diperoleh
exact diperoleh hasil ρ sebesar 0,917 yang
nilai ρ sebesar 0,967 yang lebih besar dari 0,05.
nilainya
Hasil ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan
lebih
besar
dari
0,05.
Hasil
ini
menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan
antara kecacingan dengan status gizi berdasarkan
antara kecacingan dengan status gizi berdasarkan
TB/U. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.
IMT. lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.
4
Tabel 4. Hubungan Kecacingan dengan Status
tingkat sosial ekonomi orang tua siswa yang baik,
Gizi Berdasarkan IMT/U
dan juga sebagian besar siswa memahami tentang
Kecacingan
Status Gizi IMT/U Normal Kurus
personal hygine, yaitu salah satunya mencuci Total
Negatif
54
5
59
Positif
1
0
1
Jumlah
55
5
60
Ρ
tangan sebelum makan. Menurut Notoatmodjo (2007) rendahnya mutu sanitasi menjadi penyebab
0,917
terjadinya infeksi cacing. masalah ini juga timbul karena pada umur-umur ini anak sangat aktif
Pembahasan
bermain dan memiliki banyak kegiatan baik di
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang
sekolah maupun di lingkungan rumah/tetangga.
paling umum tersebar dan menjangkiti manusia di
Salah satu yang mendukung pentingnya personal
seluruh dunia. Penyakit infeksi cacing ditemukan
hygine terhadap kejadian infeksi cacing yaitu hasil
pada semua golongan umur dan jenis kelamin dan
penelitian yang dilakukan oleh Fitri dkk, 2012,
paling sering terjadi pada anak-anak (Sodikin,
dimana menurut hasil uji statistik yang dilakukan
2011). Menurut Zulkoni (2011), insiden cacing
didapatkan adanya hubungan yang bermakna
diseluruh dunia cukup tinggi. Hal ini diperkuat
antara personal hygene dengan kejadian infeksi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfath
kecacingan.
tahun 2010, Insidensi infestasi Soil Transmitted
Status gizi baik atau gizi optimal terjadi bila
Helmintes di SDN 13 Siantan Hilir adalah 33,87%.
tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
Menurut hasil penelitian ini didapatkan 1
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
(3,3%) siswa yang terinfeksi cacing tambang
pertumbuhan
(Ancylostoma duodenale). Angka tersebut sangat
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum
rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian
pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2009).
yang dilakukan oleh Kundaian pada tahun 2011
fisik,
Berdasarkan
hasil
perkembangan
penelitian
otak,
menunjukan
pada anak SD di Desa Teling Kecamatan
bahwa status gizi responden menurut BB/U tidak
Tombariri
didapatkan status gizi kurang, namun di temukan
Kabupaten
Minahasa
dimana
didapatkan hasil siswa yang positif terinfeksi
status gizi lebih sebesar 6 (10%) siswa.
cacing sebesar 11 (12,2%) siswa dan hasil
Tinggi badan merupakan salah satu indikator
penelitian yang dilakukan oleh Fitri, dkk (2012) di
gizi
SD Angola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan
prasekolah
yaitu sebesar 60 siswa dari 100 siswa yang positif
sehingga akan berdampak negatif pada saat mereka
terinfeksi cacing. Hal ini disebabkan karena
5
bangsa. di
Lebih
dari
Indonesia
36,1%
anak
tergolong
usia
pendek,
memasuki usia sekolah. Prevalensi anak pendek ini
cacing, 2 diantaranya berstatus gizi pendek, 3
semakin meningkat dengan bertambahnya umur
siswa berstatus gizi kurus berdasarkan BB/TB, dan
dan gambaran ini ditemukan baik pada jenis
5 siswa berstatus gizi kurus berdasarkan IMT/U.
kelamin laki-laki maupun perempuan (Khomsan.
Kesimpulan
2012). Status gizi berdasarkan TB/U berdasarkan
1.
Prevalensi kecacingan pada 60 responden,
hasil penelitian didapati sebesar 2 (3,3%) siswa
didapati sebanyak 1 responden (3,3%) positif
berstatus gizi pendek, dan 58 (96,7%) siswa
teridentifikasi cacing tambang (Ancylostoma
lainnya berstatus gizi normal.
duodenale).
Hasil
penelitian
status
gizi
berdasarkan
2.
Gambaran status gizi responden berdasarkan
BB/TB didapatkan 3 (5%) siswa berstatus gizi
berat badan menurut umur (BB/U) didapatkan
kurus. Hasil penelitian status gizi berdasarkan
6 (10%) siswa berstatus gizi lebih, dan 54
IMT/U diperoleh terbanyak siswa yang memiliki
(90%) siswa berstatus gizi baik.
status gizi normal dengan jumlah 55 (91,7%)
3.
Gambaran status gizi responden berdasarkan
siswa, sedangkan 5 (8,3%) siswa lainnya berstatus
tinggi badan menurut umur (TB/U) didapat 58
gizi kurus.
siswa (96,7%) memiliki status gizi normal,
Cacing dalam tubuh manusia akan hidup, mendapatkan
perlindungan
dan
dan terdapat 2 siswa (3,3%) yang berstatus
menerima
gizi pendek.
makanan dari manusia itu sebagai hospes. Cacing menyerap
nutrisi dari tubuh
ditumpanginya,
penyerapan
manusia
nutrisi
ini
4.
Gambaran status gizi responden berdasarkan
yang
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
akan
didapat 2 siswa (3,3%) berstatus gizi kurus,
menyebabkan kelemahan dan penyakit (Zulkoni.
dan 58 siswa (96,7%) berstatus gizi normal.
2011).
5.
Gambaran status gizi responden berdasarkan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak
indeks massa tubuh (IMT/U) didapat 5 siswa
terdapat hubungan antara kecacingan dengan status
(8,3%) berstatus gizi kurus, dan 55 (91,7%)
gizi yang didapat melalui uji statistik Fischer
siswa lainnya berstatus gizi normal.
Exact. Hal ini dapat dilihat bahwa diperoleh 1
6.
Tidak terdapat hubungan antara kecacingan
siswa yang terinfeksi cacing memiliki status gizi
dengan status gizi berdasarkan
baik, dan berstatus gizi normal menurut TB/U,
siswa kelas 4 dan 5 SD Katolik St. Theresia
begitu
Malalayang Kota Manado
pula
menurut
BB/TB
dan
IMT/U.
Sedangkan dari 59 siswa yang tidak terinfeksi
6
BB/U pada
7.
Tidak terdapat hubungan antara kecacingan dengan status gizi berdasarkan
8.
Fitri, Saam, Hamidy. 2012. Analisis Faktor-Faktor
TB/U pada
Risiko Infeksi Kecacingan Murid Sekolah
siswa kelas 4 dan 5 SD Katolik St. Theresia
Dasar
di
Kecamatan
Angkola
Timur
Malalayang Kota Manado.
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012.
Tidak terdapat hubungan antara kecacingan
(online)
dengan status gizi berdasarkan BB/TB pada
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIL/article/v
anak siswa kelas 4 dan 5 SD Katolik St.
iew/964/957), diakses 19 april 2013.
Theresia Malalayang Kota Manado Kementrian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan 9.
Tidak terdapat hubungan antara kecacingan Dasar 2010. Jakarta dengan status gizi berdasarkan IMT/U pada Kundaian, Umboh, Kepel. 2011. Hubungan
siswa kelas 4 dan 5 SD Katolik St. Theresia
Antara Sanitasi Lingkungan dengan Infestasi
Malalayang Kota Manado.
Cacing pada Murid Sekolah Dasar di Desa Saran Teling 1.
Kecamatan
Tombariri
Kabupaten
Perlunya pemberian obat cacing pada siswa Minahasa. yang positif terinfeksi cacing. (online)
2.
Perlunya penelitian lanjutan untuk mengetahui (http://Jkesmasfkm.unsrat.ac.id) diakses 20 april faktor-faktor lain yang mempengaruhi status 2013 gizi dan kecacingan. Khomsan. 2012. Ekologi Masalah Gizi, Pangan,
Daftar Pustaka
dan Kemiskinan. Bandung: Alfabeta.
Alfath. 2010. Insiden Infestasi Soil Tranmitted Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Helminthes Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. 13 Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara. (online)
Rampengan. 2007. Penyakit Infeksi Tropik Pada
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/vi
Anak. Jakarta: EGC
ewFile/1735/1671), diakses 19 April 2013. Sodikin. Almatsier. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
2011.
“Gangguan
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Asuhan Sistem
Keperawatan
Anak
Gastrointestinal
dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika
Depkes. 2006. Pedoman Pengendalian Cacing.
Zulkoni. 2011. Parasitologi. Yogyakarta: Nuha
Jakarta.
Medika.
7