13 September 2013
HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PELAYANGAN JAMBI Rts.Risky teresia Fauzi1, Oki Permana2, Yulinda Fetritura3 1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Dinas Kesehatan Provinsi Jambi 3 Dinas Kesehatan Kota Jambi 2
Latar Belakang : Prevalensi kecacingan
Hasil : Infestasi cacing siswa sekolah
pada anak sekolah dasar masih cukup
dasar di kecamatan pelayangan seberang
tinggi, yakni sekitar 60-80%.Cacing yang
kota jambi sebesar 20,7% yakni ascaris
tinggal
lumbricoides
diusus
manusia
memberikan
5,2%,trichuris
trichiura
kontribusi yang sangat besar terhadap
12,1%,ascaris lumbricoides dan trichuris
kejadian
penyakit
trichiura 1,7%,ascaris lumbricoides dan
gizi.Oleh
karena
misalnya
ini
cacing tambang 1,7%.Dengan Status gizi
bertujuan untuk mengetahui hubungan
kurus sebesar 10,3%.Tidak ada hubungan
kecacingan dengan status gizi pada siswa
yang bermakna antara kecacingan dengan
sekolah dasar.
status gizi(p=0,594).
Metode : Penelitian ini merupakan
Kesimpulan : Infestasi cacing siswa
penelitian analitik desain studi potong
sekolah dasar diKecamatan pelayangan
lintang.Penelitian dilakukan di Sekolah
seberang kota jambi sebesar 20,7%
Dasar
dengan
yang
itu
kurang
penelitian
berada
diKecamatan
infestasi
cacing
terbanyak
Pelayangan Seberang Kota Jambi yakni
trichuris trichiura.Tidak ada hubungan
SDN
yang bermakna antara kecacingan dengan
10/IV,SDN
170/IV,SDN
21/IV,SDN 4/IV,SDN 44/IV dan SDN 71/IV.Data penelitian ini diambil dengan cara
pengukuran
pemeriksaan adalah
antropometri
feses.Populasi
siswa
kelas
dan
penelitian
1-6
dengan
status gizi(p=0,594) Kata
Kunci
:Siswa
Sekolah
Dasar;Infestasi Cacing;Status Gizi PENDAHULUAN
58
Kualitas sumber daya manusia
secara
(SDM) merupakan syarat mutlak menuju
kecacingan
pembangunan di segala bidang. Status
dengan status gizi menggunakan uji
gizi merupakan salah satu faktor yang
statistik
sangat berpengaruh pada kualitas sumber
perhitungan responden
sampel yang
acak.Analisis
minimum diambil
hubungan
chi-square/fisher
dengan batas kemaknaan 0,05.
exact
test
daya manusia (SDM) Masalah gizi di Indonesia masih
merupakan masalah 1
13 September 2013
kesehatan masyarakat. Padahal masalah
penanggulangannyapun
ini bukan hanya domain kesehatan saja,
Salah satu penyakit yang dapat dikaji dan
melainkan seluruh institusi, pemerintah
memberikan gambaran besarnya masalah
maupun swasta yang berkaitan dengan
dan
pembangunan
manusia
penyakit kecacingan pada anak Sekolah
(SDM). Masalah gizi anak sekolah adalah
Dasar. Penyakit Kecacingan di Indonesia
masalah kesehatan yang menyangkut
masih merupakan masalah besar atau
masa depan dan kecerdasan. Astuti 1990
masih merupakan masalah kesehatan
Jakarta mengungkapkan adanya kaitan
masyarakat. Penyakit cacingan tersebar
antara status gizi dengan index prestasi
luas, baik di pedesaan maupun di
(IP), sebanyak 58 % murid dengan IP
perkotaan. Angka infeksi tinggi, tetapi
tergolong kurang sampai buruk terdiri
intensitas infeksi (jumlah cacing dalam
dari 48 % dengan gizi kurang serta buruk
perut) berbeda.4,5
sumber
daya
dan 10% gizi baik, tentunya ini sangat memprihatinkan.1,2,3 Menurut
Menkes
RI,
Endang
Rahayu Sedyaninsih (2011), masalah gizi dan kesehatan telah bergeser, gaya hidup berubah,
kondisi
lingkungan
juga
berubah, sudah saatnya kita melakukan penyesuaian seiring dengan perubahan yang telah dan sedang terjadi. Seharusnya
upaya
berbeda-beda.
penanggulangan
adalah
WHO tahun 2006, mengatakan bahwa kejadian penyakit kecacingan di dunia masih tinggi yaitu 1 miliar orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing Trichuris trichiura dan 740 juta orang terinfeksi cacing
Necator
americanus
dan
ancylostoma duodenale.6
bila gizi seimbang diterapkan oleh seluruh
Hasil survei kecacingan Sekolah
masyarakat, masalah gizi kurang bisa
Dasar di 27 Propinsi Indonesia menurut
dihindari dan masalah gizi lebih bisa
jenis cacing tahun 2002–2006 didapatkan
dicegah.1
bahwa
Di Indonesia gambaran berbagai
pada
tahun
2002
prevalensi
Ascaris lumbricoides 22,0%, Trichuris
penyakit telah terungkap secara lengkap
trichiura
misalnya gambaran penyakit gizi kurang,
duodenale 2,4%. Tahun 2003 prevalensi
ispa, diare, kecacingan
Ascaris lumbricoides 21,7%, Trichuris
dan lain-lain,
19,9%
trichiura
wilayah satu dengan wilayah yang lainnya
duodenale 0,6%. Tahun 2004 prevalensi
mempunyai karakteristik yang berbeda-
Ascaris lumbricoides 16,1%, Trichuris
beda.
trichiura
upaya
pendekatan
17,2%
dan
ancylostoma
namun gambaran penyakit ini antar
Sehingga
21,0%
dan
dan
ancylostoma
ancylostoma 2
13 September 2013
duodenale 5,1%. Tahun 2005 prevalensi
dari pihak orang tua, karena akibat yang
Ascaris lumbricoides 12,5%, Trichuris
ditimbulkan infeksi cacing tersebut secara
trichiura
langsung tidak dapat terlihat. Kecacingan
20,2%
dan
ancylostoma
duodenale 1,6% dan pada tahun 2006
dapat
prevalensi Ascaris lumbricoides 17,8%,
pertumbuhan dan perkembangan anak,
Trichuris
karena dapat menurunkan produktivitas
trichiura
24,2%
dan
ancylostoma duodenale 1,0%.7
berdampak
negatif
bagi
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
Menurut data kunjungan pasien Puskesmas Tamban menerangkan bahwa jumlah kasus kecacingan dari tahun 2005 – 2010 sebanyak 20 kasus dan yang terbanyak adalah anak sekolah yaitu 40%. Hasil survei cacingan di Sekolah Dasar di beberapa Propinsi pada tahun 1986-1991 menunjukkan prevalensi sekitar 60%80%, sedangkan untuk semua umur berkisar antara 40% -60%.4,5
kualitas anak di masa yang akan datang.5 Cacing-cacing menginfestasi
sering
sekolah
dengan
prevalensi yang tinggi ini adalah cacing jenis Soil transmitted helminthes
yaitu
cacing gelang (ascaris lumbricoides), cacing cambuk (trichuris trichiura), dan cacing tambang (ancylostoma duodenale dan
necator
americanus).
Kalau
di
diperhatikan dengan teliti, cacing-cacing yang
Berdasarkan survei cacingan di
anak
yang
tinggal
diusus
manusia
ini
memberikan kontribusi yang sangat besar
Sekolah Dasar di beberapa Propinsi
terhadap
tersebut cukup tinggi. Tingginya angka
misalnya kurang gizi dengan infestasi
kecacingan tersebut pada usia anak
cacing
sekolah
sering
karbohidrat dan protein diusus sebelum
bermain atau kontak dengan tanah yang
diserap oleh tubuh, kemudian penyakit
merupakan
dan
anemia (kurang kadar darah) karena
berkembangnya cacing-cacing perut dan
cacing tambang menghisap darah diusus
kebiasaan
yang
dan
Meskipun
angka
dikarenakan
tempat
mereka
tumbuh
kurang
gelang
cacing
penyakit
mengambil
cambuk
lainnya
sumber
mengganggu
masih
pertumbuhan dan perkembangan anak
tergolong tinggi, namun pencegahan dan
dimana cacing ini tidak saja mengambil
pemberantasan terhadap infeksi penyakit
zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga
tersebut belum juga dapat dilakukan
merusak
secara maksimal. Hal ini disebabkan
mengganggu
infeksi
kurang
tersebut. Anak yang terinfeksi cacingan
mendapat perhatian yang cukup, terutama
biasanya mengalami : lesu, pucat /
cacing
ini
kecacingan
higienis.
kejadian
biasanya
dinding
usus
penyerapan
sehingga zat-zat
gizi
3
13 September 2013
anemia, berat badan menurun, tidak
akibat yang terjadi tentu saja sangat
bergairah, konsentrasi belajar kurang,
fatal.10
kadang disertai batuk – batuk. Dimana secara
keseluruhan
kecacingan
gejala-gejala
adalah berbadan kurus dan
pertumbuhan terganggu (kurang gizi), kurang darah (anemia), daya tahan tubuh rendah, sering sakit, lemah dan mudah menjadi letih sehingga sering tidak hadir sekolah
dan
mengakibatkan
nilai
pelajaran turun dan drop out nya anak SD.4
Dari data awal yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Jambi, diperoleh data pada tahun 2011 sebanyak 946 kasus kecacingan yang mana angka kejadian tertinggi
terjadi
di
wilayah
kerja
Puskesmas Tahtul Yaman Seberang yaitu sebanyak 241 kasus.11 Dari data Dinas Pendidikan Kota Jambi, Sekolah yang berada di Kecamatan Pelayangan terdapat 6 Sekolah Dasar, dimana wilayah kerja
Penyakit cacing yang ditularkan
puskesmas Tahtul Yaman berada di
melalui tanah termasuk dalam keluarga
Kecamatan Pelayangan.12 Dari survei
nematoda saluran cerna. Penularan dapat
awal
terjadi melalui 2 cara, yaitu infeksi
tersebut terlihat beberapa anak yang
langsung ataupun larva yang menembus
terlihat kurus dan lingkungan di daerah
kulit. Penularan secara langsung dapat
Kecamatan Pelayangan Seberang Kota
terjadi bila telur cacing dari tepi anal
Jambi masih banyak dijumpai pemukiman
masuk ke mulut atau telur cacing tertelan
yang
melalui
lingkungan.
tangan
atau
makanan
yang
dilihat
tercemar dan penularan melalui kulit dimana telur terlebih dahulu menetas ditanah kemudian larva yang sudah berkembang menginfeksi melalui kulit.9 Antara gizi buruk dan penyakit infeksi
sesungguhnya
mempunyai
hubungan timbal balik yang sangat erat, sehingga
sering
mengidentifikasi
mana
sulit dari
dari
belum
beberapa
memenuhi
sekolah
sanitasi
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
tertarik
untuk
melakukan
penelitian terhadap siswa sekolah dasar guna mengetahui “Hubungan Kecacingan dengan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi Tahun 2013”
untuk kedua
METODOLOGI PENELITIAN
keadaan itu yang datang lebih dulu.
Penelitian ini merupakan metode
Dalam banyak kejadian terjadi sinergisitas
analitik dengan desain studi potong
antara gizi buruk dan penyakit infeksi dan
lintang (cross sectional). Penelitian ini 4
13 September 2013
dilakukan
di
Kecamatan
pelayangan
siswa yang hadir saat pengukuran,siswa
Seberang Kota Jambi dilaksanakan pada
yang mengumpulkan feses dan siswa
bulan April – Mei Tahun 2013.Sampel
yang 6 bulan terkhir tidak minum obat
pada penelitian ini adalah sebagian dari
cacing dan kriteria eksklusi yaitu siswa
jumlah Siswa Sekolah Dasar yang berada
yang tidak hadir saat pengukuran, siswa
di
58
yang tidak mengumpulkan feses, siswa
responden sesuai perhitungan Lemeshow
yang 6 bulan terakhir sudah meminum
(1997). Pemeriksaan antropometri diukur
obat cacing dan siswa dengan status gizi
dengan menggunakan timbangan digital
>2SD
merk camry untuk mengukur berat badan
dilakukan dengan melibatkan responden
dan microtoice untuk mengukur tinggi
untuk
badan, pemeriksaan tinja dilakukan di
pengumpulan
Balai Laboratorium Kesehatan Jambi.
dahulu meminta informed consent secara
Hasil
tertulis dari orang tua setiap responden.
Kecamatan
Pelayangan
pengukuran
diidentifikasi
yaitu
antropometri
dengan
tabel
Katagori
pengukuran feses.
Penelitian
antropometri peneliti
ini
dan
terlebih
HASIL DAN PEMBAHASAN Z-score
Penelitian yang dilakukan dari 58 siswa sekolah dasar, hanya 32 responden
status gizi Sangat kurus < -3 SD (IMT/U) Umur 5- 18 tahun
obesitas.
IMT/U
berdasarkan baku WHO 2005, Indeks
atau
perempuan dan 26 responden laki-laki.
-3SD → < -
Jumlah responden paling banyak berumur
2SD
8 tahun yaitu 15 responden, dengan umur
Normal
-2SD→1SD
terendah 6 tahun dan tertinggi 12 tahun.
Gemuk
>1SD→2SD
Dari hasil penelitian didapatkan Status
Obesitas
>2 SD
gizi siswa normal terdapat 52 responden
Kurus
(89,7%) dan Status gizi yang kurus Dalam analisa data status gizi normal
dan
gemuk
dikelompokkan
sebagai gizi normal (≥-2SD), sedangkan gizi
kurus
dan
sangat
terdapat 6 responden (10,3%). Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan status gizi IMT/U
kurus
dikelompokkan sebagai gizi kurus (<-
Status gizi
Frekuensi Persentase(%)
2SD). dan pemeriksaan tinja diidentifikasi
Normal
52
89,7%
sesuai telur cacing yang ditemui pada
Kurus
6
10,3%
tinja responden. kriteria inklusi yaitu
Total
58
100%
5
13 September 2013
Dari tabel diatas dapat terlihat
cacing trichuris trichiura, Didaerah tropis
bahwa sebagian besar siswa sekolah dasar
tercatat 80 persen penduduk positif
di kecamatan pelayangan berstatus gizi
sedangkan di seluruh dunia tercatat 500
baik.
juta yang terkena infeksi (menurut Brown
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan angka kecacingan.
& Belding, 1958). Tebel 4. Hubungan kecacingan dengan status gizi
Angka
Frekuensi
Persentase
kecacingan
(%)
Status Gizi
Negatif
46
79,3%
Angka
Positif
12
20,7%
Kecacin
Total
58
100%
gan
f (%)
Exact
12
(16,
(83,
(100
7%)
3%)
%)
4
42
46
(8,7
(91,
(100
%)
3%)
%)
6
52
58
(%)
(10,
(89,
(100
46
79,3%
3%)
7%)
%)
AL
3
5,2%
TT
7
12,1%
AL+
1
1,7%
positif
Positif
terinfeksi Negatif
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan jenis cacing Kecacingan
Negatif
(f)
Persentase
TT AL+
Total
1
1,7%
58
100%
Ket: K: kurus, N: Normal Dari tabel diatas hubungan antara kecacingan dengan status gizi diketahui
dari 12 anak (83,3%) dengan status gizi normal, sedangkan diantara responden
Ket : AL : Ascaris Lumbricoides. TT : Trichiura,
Total
0,594
bahwa Kecacingan terdapat sebanyak 10
CT
Trichuris
Fishers
Test
kecacingan.
Campuran
Total
10
dinyatakan
Tunggal
N
2
Dari 58 siswa terdapat 12 siswa yang
K
CT
:
Cacing
yang
negatif
kecacingan
terdapat
sebanyak 42 dari 46 anak (91,3%) dengan status gizi normal.
Tambang, f : frekuensi Dari analisa uji chi-square/Fishers Dari hasil diatas didapat jenis infeksi cacing terbanyak yaitu jenis
Exact test di dapat nilai p-value = 0,594, sehingga Ho diterima maka tidak terdapat 6
13 September 2013
hubungan
yang
signifikan
antara
kecamatan pelayangan seberang kota
Kecacingan dengan Status Gizi Pada
jambi
Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan
pemeriksaan laboratorium terdapat 12
Pelayangan Seberang Kota Jambi Tahun
siswa dari 58 responden yang terinfeksi
2013.
penyakit
Dari
penelitian
ini,
bisa
berstatus
gizi
kecacingan
baik,
pada
dimana
infeksi
memungkinkan bahwa terdapat hubungan
kecacingan tebanyak yaitu jenis trichuris
yang signifikan antara kecacingan dengan
trichiura dan tidak terdapat hubungan
status gizi apabila penelitian dilakukan
yang signifikan antara kecacingan dengan
oleh seluruh anak sekolah di kecamatan
status gizi.
pelayangan dan melakukan pengukuran
Dari
kesimpulan
diatas,
ada
status gizi tidak hanya dengan melakukan
beberapa saran yang dapat diajukan antara
pengukuran
lain:
antropometri
tetapi
juga
melakukan pemeriksaan biokimia, klinis
1.
Bagi Dinas kesehatan kota
dan biofisika serta konsumsi makanan,
Agar
statistik
pengarahan/penyuluhan
vital
dan
faktor
ekologi.
dapat
memberikan tentang
Kelemahan dari penelitian ini peneliti
pencegahan penyakit kecacingan dan
hanya mengukur status gizi dengan
menentukan
menggunakan pengukuran antropometri
dibidang
dan
mendatang khususnya dalam upaya
melakukan
penelitian
dengan
kebijakan-kebijakan kesehatan
menggunakan sampel minimum sehingga
perbaikan
memberikan hasil bahwa kecacingan tidak
masyarakat serta dapat menjalankan
ada hubungan dengan status gizi. Secara
program pemberian obat cacing 1 kali
teori selain penyakit infeksi banyak faktor
6 bulan
yang mempengaruhi status gizi baik
2.
gizi
dimasa
perorangan
dan
Bagi puskesmas tahtul yaman
secara langsung maupun tidak langsung.
Agar dapat memberikan penyuluhan
baik dari konsumsi makanan yang tidak
tentang kesehatan lingkungan dan
seimbang,status
kesehatan
perorangan,
ekonomi,
letak
higienitas
demografi/tempat
siswa
sekolah
Bagi pihak sekolah dasar di kec. pelayangan
Pada penelitian ini, sebagian besar gizi
tangan pakai sabun. 3.
KESIMPULAN DAN SARAN
status
dengan
mengajarkan cara 7 langkah mencuci
tinggal serta pola asuh anak yang tidak memadai.
individu
dasar
di
Agar dapat memberikan pengetahuan tentang
pencegahan
penyakit
kecacingan dan pentingnya gizi serta 7
13 September 2013
4.
dapat melakukan pelaksanaan Usaha
merupakan-ancaman-masa-depan-
Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah.
anak.html.
Bagi Orang tua subyek penelitian Agar dapat mengaplikasikan perilaku
kaitannya dengan ketahanan fisik
gizi seimbang terhadap anak dan
dan
dapat
(diakses
memperbaiki
sanitasi
produktivitas 14
kerja.
September
2003 2012)
lingkungan menuju arah yang lebih
.diunduh dari URL:
baik
http://repository.usu.ac.id/bitstrea
serta
dapat
memperhatikan
tingkat kebersihan, mengajarkan anak
m/123456789/3774/1/fkm-
untuk terbiasa mencuci tangan pakai
linda.pdf
sabun dengan air bersih mengalir,
3. Elmi, Status gizi dan infestasi
pemakaian alas kaki saat di luar
cacing usus pada anak sekolah
rumah,
tidak
dasar (skripsi kedokteran). Medan
bermain di tanah yang lembab dan
: Fakultas Kedokteran Universitas
kotor
Sumatra Utara; 2004
anak
serta
meminum
5.
2. Linda TM. Masalah gizi dalam
dianjurkan
dianjurkan
atau
4. Ali AR. Penyakit cacingan pada
melakukan pemeriksaan feses tiap 6
anak SD di Polewali Mandar
bulan sekali.
tahun
Bagi
obat
peneliti
cacing
untuk
lain
untuk
dapat
2006-2007.
Dinas
Kabupaten Polewali Mandar; 2008
melakukan penelitian ini dengan
(diakses 11 September 2012).
menggunakan metode case control,
Diunduh dari:
dan tidak hanya melakukan penilaian
arali2008.files.wordpress.com/200
status
9/02/gambaran-epidemiologi-
gizi
dengan
antropometri
pengukuran agar
dapat
menyempurnakan penelitian ini.
penyakit-kecacingan1.doc. 5. Depkes RI, 2006. Surat Keputusan Menteri
REFERENSI
Kesehatan
424/MENKES
Nomor
/SK/VI/2006
1. Gizi lebih merupakan ancaman
tentang Pedoman Pengendalian
masa depan anak. Depkes. 2011
Cacingan. Diakses pada tanggal
(diakses
(12 September 2012).
12
2012).Diunduh
September dari:
URL:
Diunduh dari :
http://depkes.go.id/indes.php/berit
http://www.hukor.Depkes.go.id/up
a/pressrelease/1385-gizi-lebih-
_prod_kepmenkes/KMK%20No.
8
13 September 2013
%20424%20ttg%20Pedoman%20 Pengendalian%20Cacingan.pdf
11. Anonim. Data Jenis penyakit di kota Jambi.Departemen Kesehatan
6. WHO, 2006. Soil Transmitted
Helminths.diakses pada tanggal
Kota Jambi.2011 12. Anonim. Data Sekolah Dasar di
(06 Februari 2013).
Kecamatan
Diunduh dari:
Pendidikan Kota Jambi.2012
http://www.who.int/intestinal_wor ms/en/. 7. Ginting
Pelayangan.Dinas
13. Suparyasa IDN, Bachyar B, Ibnu F. Penilaian Status Gizi. Jakarta :
A.
yang
EGC ; 2002. Hal 2-4,17-21, 36-54
kejadian
14. Beck E M. Ilmu Gizi dan Diet.
kecacingan pada anak sekolah
Yogyakarta : ANDI Yogyakarta
dasar di desa tertinggal kecamatan
dan YEM ; 2011. Hal 3-4.
berhubungan
pangururan
Faktor dengan
kabupaten
samosir
15. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu
tahun 2008 (skripsi). Medan :
Kesehatan Anak. Vol 1.15th ed.
Fakultas Kedokteran Universitas
Jakarta ; EGC; 2012. hal. 69-71,
Sumatra Utara : 2009
178
8. Held M R, Bungiro R D, Harrison
16. Narendra
BM,
Sularyo
L, Hamza I, Cappello M. Dietary
ST,Soetjiningsih
Iron Content Mediates Hookworm
Kembang
Pathogenesis In Vivo.2006. p 289-
Jakarta : EGC; 2002.hal 1,42
95.
Anak
dkk.
Tumbuh
dan
Remaja.
17. Almatsier S, Soetardjo S, Soekarti
9. Moehji, Sjahmien. Ilmu Gizi 2, Penanggulangan
Gizi
M. Gizi Seimbang Dalam Daur
Buruk.
Kehidupan. Jakarta : PT Gramedia
Jakarta : Papas Sinar Sianati
pustaka utama; 2012. Hal 82-
:2003.hal 73, 93
84,295-305
10. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
18. Sulistyoningsih H. Gizi untuk
I, Simadibrata MK, Setiati S.
Kesehatan
Penyakit cacing yang ditularkan
Yogyakarta : Graha Ilmu 2011.hal
melalui tanah. Buku Ajar Ilmu
184-6
Penyakit
Dalam.
Vol
3
.4th
Ibu
dan
Anak.
19. Proverawati A, Asfuah NS. Buku
ed.Jakarta : FKUI; 2007. hal.1764-
Ajar
Gizi
untuk
Kebidanan.
70.
Yogyakarta: muka medika; 2009. hal.138-9
9
13 September 2013
20. Soekirman.Widyakarya
nasional
Sekolah.
menteri
pangan dan gizi VIII.Jakarta,17-19
nasional,menteri
Mei.Jakarta.
kesehatan,menteri
Lembaga
ilmu
pengetahuan Indonesia.hal.129-31 21. Depkes RI,2011.Surat Keputusan Menteri
Kesehatan
Nomor
pendidikan
agama
dan
menteri dalam negeri republik indonesia.Jakarta :2004 hal 6. 29. Anonim.Pedoman
Pelaksanaan
1995/MENKES/SK/XII/2010
UKS.Kementrian Pendidikan dan
tentang
Kebudayaan
Standar
Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak . 22. Departemen
Pendidikan
Kebudayaan.Kamus
Pendidikan dan
Bahasa
2001.hal 63
Klinis.
ke-dua puluh Sembilan. Jakarrta: EGC; 2006.hal 1020
Jakarta:
EGC;2000.hal 8 25. Irianto
yang
kesehatan
mempengaruhi
manusia.Bandung
:
Yrama widya : 2009.hal.62-74 26. Prianto
Jakarta
Penelitian :
Binarupa
31. Suryatno.Menghitung
Besar
Aksara;1995.hal 66.
Penelitian
Kesehatan
Masyarakat.Semarang : Pengajar Bagian Gizi,Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP.2010
K.Parasitologi.Berbagai
penyakit
Metodologi
Sampel
24. Srisasi Gandahusada. Parasitologi
Dasar.Jakarta
30. Sastroasmoro S, Ismael S. DasarDasar
23. Kamus Kedokteran Dorlan. Edisi
jenderal
:2012.hal.15-36.
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka;
Kedokteran.3thed.
irektorat
Diunduh dari : http://suyatno.blog.undip.ac.id/file s/2010/05/MENGHITUNGBESAR-SAMPEL-
J,Tjahya
P,Darwanto.
parasitologi
kedokteran.
32. Anonim. Data Profil Puskesmas
Nematoda. Jakarta : Gramedia
Tahtul Yaman. Dinas Kesehatan
pustaka utama :2006.hal.3-22
Kota Jambi;2012
Atlas
27. Depkes Pengendalian Keputusan
RI.
Pedoman Cacingan.Surat
Menteri
Kesehatan
Nomor:424/MENKES/SK/VI.Jaka rta:2006 28. Anonim.Pembinaan
PENELITIAN.pdf
33. Anonim. Kecamatan
Pengembangan Usaha Kesehatan
Demografi
Pelayangan.Kantor
Wilayah Kecamatan Pelayangan Seberang Kota Jambi:2012 34. Festi
dan
Data
F.
Penyakit
Hubungan
Antara
Kecacingan
dengan
Status Gizi Pada Anak Sekolah 10
13 September 2013
Dasar (SD) di sekolah dasar Al Mustofa
(skripsi).
Surabaya
:
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2009 35. Faizah RN.Studi Korelasi Antara Status
Gizi
dengan
Prestasi
Akademik pada Siswa Sekolah Dasar
Negeri
Kabupaten
Cilampeni
I
Bandung(skripsi).
Bandung:Fakultas Pendidikan
Ilmu Universitas
Pendidikan Indonesia;2007 36. Jafar N.Hubungan Sosial Ekonomi dan
Infestasi
Cacing(skripsi).Makasar: Fakultas kedokteran
Universitas
Hasanudin;2008 37. Dahlan
S.
Statistik
Untuk
Kedokteran dan Kesehatan. 5thed. Jakarta:Salemba medika:2011.hal 135 38. Salam AMS. Darah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2012. hal 28
11