HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 2011-2012
ARTIKEL
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Ganesha Adi Turbaga 10100109031
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN BANDUNG 2013
Hubungan, PPOK, merokok ……………………………………………………………………… Ganesha
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2011-31 DESEMBER 2012 Ganesha Adi Turbaga1, Tjoekra Roekmantara2, Siti Anisa Devi Trusda3
ABSTRAK Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan salah satu penyakit paru terbanyak di negara berpopulasi besar. PPOK sangat erat hubungannya dengan kebiasaan atau aktivitas merokok karena zat-zat yang terkandung dalam rokok bisa menyebabkan kerusakan baik secara struktur maupun fungsi. Dewasa ini kebiasaan merokok sudah menjadi hal yang lazim bagi wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara merokok dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik pengambilan data menggunakan data sekunder berupa rekam medis dan pendekatan potong silang. Populasi penelitian ini berjumlah 72 subjek, diambil dari 87 subjek yang sisanya tidak memenuhi kriteria. Semua subjek digunakan untuk penelitian ini karena sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik studi populasi. Jumlah wanita dengan PPOK yaitu sebanyak 50 orang (69%) dan yang tidak menderita PPOK 22 orang (31%). Jumlah wanita yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 49 orang (68%) dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 23 orang (32%). Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan PPOK pada pasien wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012. Kata kunci : merokok, PPOK, Rotinsulu Bandung
1
Korespondensi : Ganesha Adi Turbaga Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Islam Bandung Email :
[email protected] 2 Bagian Ilmu Radiologi, 3Bagian Ilmu Paru
Hubungan, PPOK, merokok …………………….………………………………………………… Ganesha
ABSTRACT Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is one of the lung diseases in countries with large population. COPD has close relation with smoking habit because of the composition could cause structural and functional disturbances. Nowadays, smoking has become a common habit in female population. The purpose of this research is to find the correlation between smoking and Chronic Obstructive Pulmonary Disease on female in HA. Rotinsulu Hospital within January 2011 - December 2012. Design of this research is descriptive with collection of data using secondary data from medical records in cross-sectional approach. From 87 population with COPD, 30 were excluded, so there was only 72 patients fulfill the criteria. The number of female patients with COPD is 50 (69%) and female patients without COPD is 22 (31%). The number of female patients with smoking habit is 49 (68%) and female patients without smoking habit is 23 (32%). There was a significant correlation between smoking habit and Chronic Obstructive Pulmonary Disease on female in HA. Rotinsulu Hospital Bandung in within January 2011 December 2012. Keywords : smoking, COPD, Rotinsulu Bandung
PENDAHULUAN Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sulit dipecahkan. Apalagi saat ini merokok sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Survei yang diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia tahun 1990 yang dikutip oleh Saifuddin Azwar menunjukkan data pada anak-anak berusia 10-16 tahun sebagai berikut : angka perokok <10 tahun (9%), 12 tahun (18%), 13 tahun (23%), 14 tahun (22%), dan 15-16 tahun (28%). Mereka yang menjadi perokok karena dipengaruhi oleh teman-temannya sejumlah 70%, 2% diantaranya hanya coba-coba. Selain itu, menurut data survei kesehatan rumah tangga 2002 seperti yang tercatat dalam koran harian Republika tanggal 5 juni 2003, menyebutkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 75% atau 141 juta orang. Sementara itu, dari data WHO jumlah perokok di dunia ada
Hubungan, PPOK, merokok …………………….………………………………………………… Ganesha
sebanyak 1,1 miliar orang, dan 4 juta orang di antaranya meninggal setiap tahun. Di tinjau dari segi kesehatan merokok harus dihentikan karena dapat menyebabkan beberapa penyakit fatal seperti kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang dapat mengakibatkan kematian, oleh karena itu merokok harus dihentikan sebagai usaha pencegahan sedini mungkin. Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri (aktif) maupun orang disekelilingnya (pasif). Dilihat dari sisi individu yang bersangkutan, ada beberapa riset yang mendukung pernyataan tersebut. Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (Karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi kanker dan berbagai penyakit lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronkitis kronis. 1 Menurut Centers for Disease Control (CDC), merokok menyebabkan kematian hampir 174.000 wanita di Amerika Serikat setiap tahun. Rata-rata, wanita yang merokok meninggal 14,5 tahun lebih cepat dibandingkan non-perokok. Survei Centers for Disease Control (CDC) terbaru tahun 2011, menunjukkan bahwa lebih dari 1 pada 6 wanita Amerika yang berusia 18 tahun merokok. Secara umum semakin rendah tingkat pendidikan seorang wanita, semakin besar kemungkinan dia merokok. Wanita cenderung memiliki tingkat pendidikan yang rendah karena asumsi bahwa wanita kelak hanya akan menjadi ibu rumah tangga. Secara keseluruhan wanita lebih cenderung untuk merokok dibandingkan laki-laki. Kebiasaan merokok lebih populer di kalangan wanita muda dibandingkan wanita yang lebih tua. Hampir 20% dari wanita berumur 25 tahun sampai 44 tahun merokok, 16,4% Wanita berumur 18 tahun sampai 24 tahun merokok, dan 7,1% wanita 65 tahun keatas. Jika wanita usia muda terus melakukan kebiasaan merokok, ketika usia mereka bertambah akan memiliki penyakit yang berhubungan dengan kecacatan. 2
Hubungan, PPOK, merokok …………………….………………………………………………… Ganesha
Perempuan yang merokok sering dimulai pada masa remaja, dalam banyak kasus sebelum usia 18. 2 kebiasaan merokok dinilai buruk terhadap kesehatan tubuh manusia, baik yang bersifat akut ataupun kronis. Penyakit-penyakit yang dipicu dari kebiasaan merokok dapat timbul pada berbagai sistem organ di tubuh manusia, seperti : sistem pernafasan, kardiovaskular, reproduksi, syaraf, genitourinaria, dan kulit. Penelitian ini memfokuskan pada penyakit-penyakit paru yang dapat dipicu dari kebiasaan merokok khususnya Penyakit Paru Obtruktif Kronis (PPOK). Menurut Wijayakusuma (2011) kebiasaan merokok berhubungan dengan penyakit-penyakit paru yang berisiko tinggi. Seperti asma, pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis, emfisema, kanker paru dan tuberculosis paru. 3, 4
BAHAN DAN METODE Metode penelitian yang digunakan berupa deskriptif yaitu bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung Periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2012. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 72 wanita menderita PPOK dan melakukan perawatan inap di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 201131Desember 2012. Dengan menggunakan bahan catatan rekam medis pasien PPOK di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011-31 Desember. Tempatnya dilakukan pengambilan rekam medis di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011 - 31 Desember 2012. Penelitian dilakukan dalam jangka bulan April-Juli 2013.
Hubungan, PPOK, merokok …………………….………………………………………………… Ganesha
HASIL Frekuensi Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012.
Berdasarkan penelitian terhadap wanita yang dirawat di RS. HA Rotinsulu Bandung pada periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012 dapat dijelaskan karakteristik wanita yang mengalami PPOK dan yang tidak mengalami PPOK pada Tabel 1.1. berikut ini : Tabel 1.1. Frekuensi Kejadian PPOK Kejadian PPOK
(n)
(%)
PPOK
50
69%
Non PPOK
22
31%
Total
72
100%
Dari Tabel 1.1. diatas terlihat bahwa dari total pasien wanita rawat inap sebanyak 72 orang ditemukan wanita yang mengalami PPOK sebanyak 50 orang (69%) dan yang tidak mengalami PPOK sebanyak 22 orang (31%). Frekuensi Kebiasaan Merokok pada Pasien Wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012 Berdasarkan penelitian terhadap wanita rawat inap di RS. HA Rotinsulu didapatkan karakteristik wanita yang memiliki kebiasaan merokok dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok dapat dijelaskan pada Tabel 1.2. berikut ini:
Tabel 1.2. Frekuensi Kebiasaan Merokok Kebiasaan Merokok
(n)
(%)
Merokok
49
68%
Tidak Merokok
23
32%
Total
72
100%
Hubungan, PPOK, merokok …………………….………………………………………………… Ganesha
Dari tabel 1.2. diatas didapatkan pada pasien wanita rawat inap di RS. HA Rotinsulu didapatkan bahwa sebanyak 49 orang (68%) memiliki kebiasaan merokok dan 23 orang (32%) tidak memiliki kebiasaan merokok.
Hubungan Antara Merokok dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien Wanita di RS HA. Rotinsulu Bandung. Dari data sebelumnya mengenai karakteristik wanita yang PPOK dan wanita yang memiliki kebiasaan merokok dapat dicari hubungan antara kedua variabel tersebut. Hubungan antara merokok dan penyakit paru obstruktif kronis pada pasien wanita di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012 dapat dijelaskan pada tabel distribusi silang berikut :
Tabel 1.3.
Distribusi silang mengenai hubungan penyakit paru obstruktif kronis dengan kebiasaan merokok Kejadian PPOK PPOK
Total
Nilai p
Non PPOK
n
%
n
%
n
Ya
40
56
9
13
49
Tidak
10
13
13
18
23
Total
50
69
22
31
72
Merokok
*)
Chi Square Test
0,003
α=0,05
Berdasarkan tabel 1.3. diatas tampak bahwa angka kejadian wanita PPOK yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 40 orang (56%) dan wanita PPOK yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 10 orang (13%). Hubungan antara angka kejadian wanita PPOK dengan kebiasaan merokok secara statistik bermakna karena p< α yaitu sebesar p< 0,003.
Hubungan, PPOK, merokok …………………….………………………………………………… Ganesha
PEMBAHASAN Jumlah pasien wanita dengan PPOK di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung pada periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012 lebih banyak daripada pasien wanita tanpa PPOK. Hal ini terjadi karena lebih banyak pasien yang memiliki kebiasaan merokok. Secara teori merokok dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru, peradangan paru, fibrosis dan hipersekresi mukus yang dapat menyebabkan terhambatnya proses bernafas. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Setiyanto pada tahun 2008 bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor terpenting dalam terjadinya PPOK. Pada penelitian tersebut ditemukan 109 pasien PPOK dengan kebiasaan merokok dari total 120 pasien dengan PPOK. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia bahwa PPOK merupakan penyakit yang sering terjadi pada orang yang mempunyai kebiasaan merokok. Semakin tinggi tingkat frekuensi merokok maka akan semakin meningkatkan risiko untuk tejadinya PPOK.5 Jumlah pasien wanita yang merokok di Rumah Sakit HA. Rotinsulu Bandung pada periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012 lebih banyak dari yang tidak merokok. Menurut survei yang dilakukan oleh CDC pada tahun 2011 hal ini bisa terjadi karena wanita yang pernah merokok pada usai muda cenderung akan merokok kembali pada usia tua. Selain itu faktor pendidikan yang rendah pada wanita juga turut mempengaruhi kebiasaan merokok pada wanita.
2
Peningkatan angka perokok wanita yang lebih tinggi dibandingkan pada pria
menumbulkan kekhawatiran yang lebih tinggi untuk terjadinya PPOK pada wanita. Kebiasaan merokok bisa menyebabkan PPOK karena kandungan rokok yang berbahaya seperti Nikotin, Karbon monoksida dan Tar yang dapat menyebabkan inflamasi, kerusakan parenkim paru, hipersekresi mukus dan fibrosis yang bersifat kronis dan progresif. 1, 6 Pada penelitian yang dilakukan di RS. HA Rotinsulu pada wanita rawat inap pada periode 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2012 menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna
Hubungan, PPOK, merokok …………………….………………………………………………… Ganesha
antara kebiasaan merokok dengan PPOK. Hal ini menguatkan teori yang dikemukakan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok merupakan faktor utama terjadinya PPOK. Penilitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayakusuma pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok berhubungan dengan penyakit-penyakit paru yang berisiko tinggi seperti asma, pneumonia, PPOK, emfisema, kanker paru dan tuberculosis.19
SIMPULAN Jumlah wanita dengan PPOK yaitu sebanyak 50 orang (69%) dan yang tidak mengalami PPOK sebanyak 22 orang (31%). Jumlah wanita yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 49 orang (68%) dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 23 orang (32%). Terdapat hubungan yang bermakna antara Kebiasaan merokok dengan PPOK. Didapatkan hasil bahwa wanita yang memiliki kebiasaan merokok lebih besar risiko untuk mengalami PPOK sebesar 5,7 kali lipat.
UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada institusi, dosen dan jajaran staf Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung, pihak rekam medis, pegawai ruang anak dari HA. Rotinsulu Bandung yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
PERTIMBANGAN MASALAH ETIK Aspek etik yang tersinggung pada penelitian ini adalah kerahasiaan pasien. Maka peneliti akan menjaga kerahasiaan pasien dengan tidak mencantumkan nama pasien.
DAFTAR PUSTAKA 1. Prasetya D. Pengaruh Negatif Rokok bagi Kesehatan di Kalangan Remaja. Jakarta 2012. 2. Satcher, David. Women and Smoking. An epidemic of smoking-related cancer and disease in women. 2012.
Hubungan, PPOK, merokok …………………….………………………………………………… Ganesha
3. Kusuma H. Rokok : Penyebab gangguan paru dan pembuluh darah. Available from : http://www.itokindo.org
4. Departemen Kesehatan R.I. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif. 2008 5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 2003. 6. Amonia : Sifat, pH dan Kegunaannya. [diakses pada tanggal 28 Feb 13]. Tersedia di : http://bumbata.co/18207/amonia-sifat-kimia-ph-dan-kegunaannya/