HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI PADA PENYANDANG PASCA KECELAKAAN DI PANTI SOSIAL BINADAKSA BUDI PERKASA PALEMBANG Desy Arisandy Dosen Universitas Bina Darma Jalan A. Yani No. 12 Palembang Surel:
[email protected] Abstract :This study aimed to investigate relationship between self esteem with adjustment self on disabel post accident at social home Binadaksa Budi Perkasa Palembang.Dependent variable in this study is adjustment self, while self esteem an independent variable. This research uses a scale of adjustment self and self esteem. This research uses quantitative methods. The sample used random sampling methode. The results of this research showed a significant relationship between self esteem with adjustment self on disabel post accident at social home Binadaksa Budi Perkasa Palembang with a value of r = 0.816, F = 127.155, p = 0.000 for the results ofsignificance (p) 0.000 mean value of p <0.01. So otherwise there is a very significant relationship. Peer group contributes to adjustment self of 66.5%. Thus there are another 33.5% contributed by another factors that could trigger adjustment self on disabel post accident at social home Binadaksa Budi Perkasa Palembang. Keywords: Adjustment self, self esteem Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Harga diri dan penyesuaian diri pada penyandang pasca kecelakaan di panti sosial Binadaksa Budi Perkasa Palembang. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyesuaian diri, sementara harga diri sebagai variabel harga diri. Penelitian ini menggunakan skala penyesuaian diri dan harga diri. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sampel yang dalam penelitian menggunakan metode random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara Harga diri dan penyesuian diri pada peyandang pasca kecelakaan di Panti Sosial Binadaksa Budi Perkasa Palembang dengan nilai r = 0.816, F = 127.155, p = 0.000 karena hasil signifikansi (p) 0.000 berarti nilai p < 0.01 sehingga dinyatakan ada hubungan yang sangat signifikan. Peran harga diri terhadap peningkatan penyesuian diri sebesar 66.5%. dengan demikian masih terdapat 33.5% faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi munculnya penyesuian diri pada peyandang pasca kecelakaan di Panti Sosial Binadaksa Budi Perkasa Palembang. Kata kunci: Penyesuian diri, harga diri
Hubungan Antara Harga Diri Dengan Penyesuaian Diri ...... (Desy)
17
fungsinya yang normal.Kondisi ini dapat
1. PENDAHULUAN Setiap individu memiliki keunikan
disebabkan penyakit, kecelakaan, atau dapat
dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia
juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir
yang sama persis. Sekian banyak manusia,
(somantri, 2007).
ternyata masing-masing memiliki keunikan
Sebagian
tersendiri.
Seorang
individu
adalah
besar
penyandang
tunadaksa sejak kecil akan mengalami
perpaduan antara faktor genotip dan fenotip.
perkembangan
Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan
tunadaksa
dalam pembentukan karakteristik yang khas
Sedangkan penyandang tunadaksa
dari seseorang. Faktor genotif adalah faktor
mengalami ketunadaksaan setelah besar
yang dibawa individu sejak lahir, ini
mengalaminya sebagai
merupakan
mendadak, disamping penyandang tunadaksa
faktor
keturunan.
Kalau
emosi
secara
sebagai
utuh
bertahap.
suatu hal
yang
yang
karakter sifat yang dibawa sejak lahir,
kehidupan sebagai individu yang normal,
dirinya juga memiliki ciri fisik dan karakter
sehingga keadaan tunadaksa dianggap suatu
atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
kemunduran dan sulit untuk diterima oleh
lingkungan
anak yang bersangkutan (Somantri, 2007).
fenotip).
Istilah
pernah
yang
seseorang individu memiliki ciri fisik atau
(faktor
bersangkutan
dan
anak
menjalani
lingkungan merujuk pada lingkungan fisik
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian
dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik
mengenai
seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan
tunadaksa setelah besar, dimana penyandang
sosial, merujuk pada lingkungan dimana
yang mengalami tunadaksa setelah besar
individu melakukan interaksi dengan orang
merasakan
lain, misalnya melakukan interaksi dengan
menerima
anggota
dan
kenyataannya tidak dapat hidup normal
kelompok sosial yang lebih besar. hal ini
seperti dulu, keadaan ini dapat menimbulkan
berpengaruh oleh faktor bawaan (genotip)
resiko bertambah munculnya kesulitan untuk
dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
berinteraksi
sekitarnya, karena ini berkaitan erat dengan
keluarga,
dengan
terus-menerus
teman,
yang
dapat
membentuk penyesuaian diri yang baik. Individu
yang
dimaksud
perlakuan
adalah
penyandang
yang mengalami
ketidaksiapan keadaannya
dan
diri
sekarang
pandangan
untuk yang
masyarakat
terhadap penyandang tunadaksa. Sebenarnya
penyandang tunadaksa dimana tunadaksa
kondisi sosial yang positif
berarti, suatu keadaan rusak atau terganggu
kecenderungan untuk menetralisasi akibat
sebagai
atau
keadaan tunadaksa tersebut. Oleh sebab itu
hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam
nampak atau tidak tampaknya keadaan
18
akibat
gangguan
bentuk
menunjukan
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 17-26
tunadaksa itu merupakan faktor yang penting
terdapat keseimbangan antara pemenuhan
dalam
kebutuhan dengan tuntutan lingkungan, dan
penyesuaian
diri
penyandang
tunadaksa dengan lingkungannya.
tercipta keselarasan antara individu dan
Penyandang tunadaksa berada di tengah-tengah
kelompok
dapat
Menurut Soeparwoto dkk (2001) ciri-
berperan dalam mematangkan dirinya untuk
ciri penyesuaian diri diantaranya adalah
menjadi pribadi yang positif sehingga dapat
sebagai berikut: a). Kemampuan menerima
menyesuaikan diri disetiap kondisi dan
dan memahami diri sebagaimana adanya, b).
situasi tertentu, namun kelainan-kelainan
Kemampuan
kepribadian tidak lain adalah kelainan-
kenyataan lingkungan diluar dirinya secara
kelainan
yang
objektif, c). Kemampuan bertindak sesuai
mengakibatkan kekurangmampuan individu
dengan potensi kemampuan yang ada pada
dalam menjalani kebutuhan sehari-harinya
dirinya dan kenyataan objektif diluar dirinya,
Sobur (2009). Dalam hal ini memerlukan
d). Memiliki perasaan aman yang memadai,
peran lingkungan yang baik, namun tidak
tidak lagi dihantui oleh rasa cemas atau
semua lingkungan menjadi faktor pendukung
ketakutan dalam hidupnya serta mudah
pembentukan penyesuaian diri yang baik
dikecewakan oleh keadaan sekitarnya, e).
tetapi ada kalanya menjadi penghambat
Rasa hormat terhadap sesama dan mampu
proses
diri
bertindak toleran, f). Bersikap terbuka dan
individu, jadi hal ini berkaitan antara
mampu menerima umpan balik, g). Memiliki
individu
kestabilan psikologis terutama kesetabilan
dari
penyesuaian
pembentukan
dengan
yang
realitas.
diri
penyesuaian
individu
lainnya
dan
individu dengan lingkungannya. Individu
penyandang
menerima
dan
menilai
emosi, h). Mampu bertindak sesuai dengan tunadaksa
norma yang berlaku.
memerlukan penyesuaian diri yang baik
Penyandang
tunadaksa
dipanti
untuk dapat melakukan kegiatan dengan
kurang memiliki rasa percaya diri dengan
lancar, tetapi jika individu tersebut merasa
kemampuan yang ada pada dirinya baik itu
kaku akan keadaan dan lingkungan yang
secara
sekarang maka dapat menyebabkan kesulitan
akademik, penyandang tunadaksa dipanti
individu untuk melalui kegiatan sehari-
lebih suka mengurung diri dikamar, selalu
harinya dengan tuntas. Menurut Ghufron,
melawan akan aturan panti yaitu menghindar
dkk (2010) menyatakan penyesuaian diri
saat ada jam belajar dipanti yaitu pada saat
adalah
dalam
jam komputer, penjahitan, otomotif, suka
menghadapi tuntutan-tuntutan, baik dari
membolos, dan tidak peduli akan sanksi
dalam diri maupun dari lingkungan sehingga
yang akan diberikan.
kemampuan
individu
keterampilan
maupun
prestasi
19
Penyandang panti juga memiliki perasaan takut dan khawatir dengan keadaan
melamun jika tidak ada perintah dari pengurus panti.
yang dimilikinya, seperti lingkungan kurang mau
menerima
dirinya.
Pada
saat
Sama halnya dengan penyesuaian diri yang didalam panti, diluar lingkungan panti
penyandang tunadaksa melakukan magang
penyandang tunadaksa
memiliki rasa cemas dimana penyandang
keluar panti jika tidak ada keperluan
panti
kebanyakan
mendesak seperti pergi ke toko untuk
orang normal seperti sering dicemooh orang
membeli kebutuhan, penyandang lebih suka
lain dan dianggap remeh, hal ini lah yang
didalam panti dari pada keluar panti
membuat remaja panti tidak mau melakukan
sehingga hal itu membuat mereka kesulitan
aktivitas diluar panti lebih suka berada
dalam beradaptasi dengan lingkungan diluar
didalam daripada diluar.
panti.
diperlakukan
dengan
juga tidak mau
Antara sesama penyandang panti
Penyandang tunadaksa panti kurang
sering terjadi permasalan seperti mudah
dapat menjalin hubungan yang baik antara
tersinggung dengan ucapan penyandang
sesama penghuni panti lain apalagi dengan
tunadaksa lainnya, suka mencuri barang-
orang diluar panti. Ini terlihat kurangnya rasa
barang teman sepanti . Diluar lingkungan
empati antara sesama penghuni panti terlihat
panti, penyandang malas mengikuti kegiatan
dari jarangnya melakukan aktivitas bersama,
yang dilakukan oleh masyarakat seperti kerja
tidak saling membantu antar penghuni panti
bakti
yang lainnya dalam hal piket atau kegiatan
lingkungan,
mendapat
undangan
perkumpulan remaja-remaja di lingkungan
belajar.
Pada
saat
ada
petugas
panti
masyarakat selalu tidak dihadiri.
penyandang tunadaksa panti lebih banyak
Penyandang tunadaksa panti kurang
menghindar dengan cara tidur atau pun
mampu membuka dan menerima umpan
keluar panti dengan cara diam-diam, hal ini
balik yang diberikan oleh pengurus panti
pun terlihat juga pada saat keluarganya
seperti
datang
dalam
melakukan
pekerjaan
ataupun
ada
luar
yang
maka
penyandang
penyandang tunadaksa panti tidak mau
berkunjung
mandiri seperti mencuci piring setelah
tunadaksa
makan, selalu di perintah terlebih dahalu
pengunjung tersebut. Sehingga kurangnya
dalam
informasi
bekerja,
tunadaksa
di
memperlihatkan dimilikinya
hanya
sehingga panti
penyandang tidak
kemampuan bisa
berdiam
kepanti,
orang
bersikap
dari
luar,
cuek
hal
terhadap
ini
dapat
dapat
mengakibatkan keterampilan yang dimiliki
yang
tidak bisa berjalan dengan optimal.
dan
Dalam
hal
mengekspresikan
perasaannya penyandang tunadaksa lebih 20
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 17-26
banyak
memendam
perasaan
tersebut
jarang masuk sekolah, sering bolos pada jam
sendirian dari pada berbagi cerita dengan
pelajaran,
teman sesama panti, ini terlihat dari tingkah
malasnya bertanya kepada petugas panti,
laku penyandang tunadaksa yang suka
kurang mau mengerjakan tugas keahlian
sendirian di tempat sepi hanya untuk menulis
yang diberikan petugas panti seperti tidak
diary untuk mencurahkan isi hatinya, serta
mau mengikuti olah vokal, kurangnya
terdapat
kemauan untuk mengikuti pembelajaran
coretan-coretan
pada
dinding
nilai
yang
kerajinan
dirasakannya baik terhadap keadaan fisiknya
merupakan bekal mereka untuk melanjutkan
maupun
kehidupan diluar sana. Hal ini dapat
dan
orang-orang
dimana
menurun,
kamarnya yang berisi keluhan-keluhan yang
lingkungan
tangan
terus
berdampak
perasan penyandang tunadaksa yang kurang
membatasi diri dalam pergaulannya dengan
beruntung dan menyesali keadaannya. Hal
teman-temannya, selalu memposisikan diri
ini kebanyakkan tidak diketahui oleh petugas
yang dibelakang merasa kurang mampu
panti ataupun teman sendiri. Tetapi ada juga
sehingga menarik diri, jika ada kegiatan, dan
penyandang
yang
cenderung ikut-ikutan saja, merasa takut
mengekspresikan perasaannya dengan cara
dalam berkompetisi, karena merasa tidak
membenturkan kepala ke dinding kamarnya
memiliki kemampuan sama sekali. Selain itu
dikarenakan tidak diberi izin pulang sebelum
adanya ucapan yang selalu keluar dari
jadwal yang telah ditentukan, serta ada yang
keluarga bahwa mereka itu individu yang
memukul meja bahkan membanting pintu
memiliki kekurangan dari individu lain, ini
jika
menambah penilaian negatif dalam diri
sedang
merasa
marah,
bahkan
melampiaskan kemarahannya dengan teman
penyandang
itu
disekitarnya, keluhan-keluhan itu berupa
tunadaksa
pada
semua
panti
penyandang panti.
yang sama sekali tidak mengetahui apa
Berdasarkan
uraian
salahnya, melampiaskan kemarahan dengan
observasi
wawancara
orang lain.
beberapa
penyandang
dan
penulis
hasil dengan
tunadaksa
pasca
Penyandang panti selalu menilai
kecelakaan di panti sosial Budi Perkasa
dirinya secara negatif dimana penyandang
Palembang di atas, penulis tertarik untuk
tunadaksa
meneliti apakah ada hubungan antara harga
menganggap
dirinya
sebagai
manusia yang tidak berguna, tidak diterima
diri
dilingkungan
penyandang tunadaksa pasca kecelakaan di
kesehariannya
masyarakat,
sehingga
kurang
dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya ini terlihat dari sering datang terlambat dan
dengan
penyesuaian
diri
pada
panti sosial Budi Perkasa Palembang. Tujuan Penelitianuntuk melihat hubungan antaraharga diri dengan 21
penyesuaian diri pada penyandang tunadaksa
mereka sesuai dengan kemampuan si anak
pasca kecelakaan panti sosial Binadaksa
penyandang
Budi Perkasa Palembang.
penyandang tunadaksa dapat meneriama
tunadaksa
sehingga
anak
1. Manfaat Teoritis
keadaan dirinya, memiliki rasa percaya diri,
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah
merasa dihargai sehingga anak penyandang
untuk memberikan sumbangan informasi,
tuna daksa dapat beradaptasi dilingkungan
khususnya mengenai harga diri terhadap
tempatnya berada.
penyesuaian
diri
pada
penyandang
2. METODE PENELITIAN
tunadaksa pasca kecelakaan di panti sosial
2.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Binadaksa
1. Variabel Tergantung
Budi
Perkasa,
memperkaya
dan
akan
pengetahuan
dan
2. Variabel Bebas
Psikologi sosial.
2.2
Definisi
: Harga Diri Operasional
2. Manfaat Praktis
Penelitian
1. Bagi Penyandang Tunadaksa Pasca
1. Penyesuaian Diri
khususnya
mengalamiamputasi
yang
kaki
dan
Penyesuaian
berinteraksi
masukan
maupun
penyandang
Variabel
diri
adalah
kemampuan individu penyandang tunadaksa
tanggan, Untuk dapat memberikan kepada
Penyesuaian
Diri
perkembangan ilmu psikologi khususnya
kecelakaan
:
terhadap ekternal
yang
dihadapinya.
Penyesuaian
harus
diri
penyesuaian diri yang disusun oleh penulis
keterbatasa
sendiri, berdasarkan Ciri-ciri penyesuaian
walaupun
mempunyai
harga
secara fisik.
diri
2. Bagi Pengajar
menurut
diukur
internal
tunadaksa bahwa dalam pergaulan mempunyai
diri
tuntutan
dengan
Soeparwoto,
dkk
skala
(2001)
ditandai dengan,(a) Kemampuan menerima
Dapat dijadikan bahan pertimbangan
dan
memahami
diri
sebagaimana
untuk menerapkan dukungan yang positif
adanya,(b)Kemampuan
bagi
dengan
menilai kenyataan lingkungan diluar dirinya
peningkatan harga diri pada remaja yang
secara objektif, (c) Kemampuan bertindak
dapat membantu dalam penyesuaian sosial
sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada
terrhadap lingkungannya.
pada dirinya dan kenyataan objektif diluar
anak-anaknya
sehubungan
3. Bagi Orang Tua Manfaat
bagi
orang
tua
dapat
menerima
dan
diriny,(d) Memiliki perasaan aman yang 50 memadai, tidak lagi dihantui oleh rasa cemas
dijadikan ilmu dalam menghadapi anak
atau ketakutan dalam hidupnya serta tidak
penyandang tunadaksa dan memperlakukan
mudah
22
dikecewakan
oleh
keadaan
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 17-26
sekitarnya,(e)Rasa hormat terhadap sesama
adalah sebagian individu yang diselidiki dan
dan mampu bertindak toleran,(f) bersikap
dapat mewakili populasi. Populasi dalam
terbuka dan mampu menerima umpan
penelitian ini adalah penyandang tunadaksa
balik,(g)Memiliki
psikologis
pascakecelakaan (amputasi kaki dan tangan)
emosi,(h)Mampu
di panti sosial budi perkasa palembang.
bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
Populasi dalam penelitian ini yang akan
2. Harga Diri
dijadikan
terutama
kestabilan
kestabilan
Harga individu
diri
merupakan
penyandang
penilaian
tunadaksa
pasca
sampel
setiap
penyandang
pascakecelakaan
Palembang
karakteristik
dirinya
yang
menggunakan
teknik random sampling sederhana yaitu,
kecelakaan di panti sosial Budi Perkasa terhadap
dengan
tunadaksa
yang
sebagai
memenuhi
populasi
memiliki
diungkapkan dalam sikap yang dapat bersifat
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
positif dan negatif. Bagaimana individu
sampel (Usman dan Akbar, 2003).
menilai tentang dirinya akan mempengaruhi
1. Uji Hipotesis
perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Harga
Setelah terpenuhinya uji linieritas
diri dalam hal ini akan diukur dengan skala
dan uji normalitas, kemudian dilakukan uji
harga diri yang dibuat sendiri oleh penulis,
hipotesis.
berdasarkan berdasarkan Tambunan (Danny,
digunakan dalam penelitian ini adalah
2001)
dalam
analisis regresi sederhana digunakan untuk
pembentukan harga diri, yaitu: (a) Percaya
mengukur hubungan antara Harga diri
diri,(b) Mempunyai penghargaan terhadap
dengan
diri,(c) Yakin akankemampuan diri, (d)
tunadaksa pasca kecelakaan di Panti sosial
Mempunyai rasa berguna dan rasa kehadiran
Budi
dirinya diperlukan di dunia.
mengetahui sumbangan variabel Harga diri
ada
4
karakteristik
2.3 Hipotesis
Perhitungan
penyesuaian
Perkasa
statistik
diri
Palembang,
yang
penyandang
serta
untuk
diri terhadap variabel Penyesuaian diri
Ada hubungan antara Harga diri dan
penyandang Tunadaksa pasca kecelakaan di
penyesuaian diri pada penyandang pasca
Panti Sosial Budi Perkasa Palembang.
kecelakaan di panti sosial bina daksa
Semua analisis dalam penelitian ini akan
binadaksa budi perkasa Palembang.
menggunakan Program Statistical Package
2.4Populasi dan Sampel Penelitian
for Social Science (SPSS) versi 17.0 For
Menurut Azwar (2005) populasi
windows
didefinisikan sebagai kelompok subjek yang
3. HASIL
hendak dikenai generalisasi hasil penelitian,
A. Hasil Uji Coba Alat Ukur
sedangkan sampel menurut Hadi (2004) 23
Berdasarkan data yang diperoleh
tunadaksa Budi Perkasa Palembang maka
melalui tahap uji coba alat ukur, selanjutnya
harga diri dalam penyesuaian diri semakin
di lakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
baik, dan sebaliknya semakin negatifharga
Perhitungan untuk menguji validitas dan
diri penyanang tunadaksa pasca kecelakan di
reliabilitas terhaap skala di lakukan dengan
panti
bantuan fasilitas komputer program SPSS
Palembang
(Statistical Package For Sosial Science)
penyesuaian diri semakin buruk.
Versi 17.00.
sosial
maka
Budi
harga
Perkasa
diri
dalam
4. KESIMPULAN
B. Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan
Binadaksa
A. Kesimpulan hasil
perhitungan
Berdasarkan
pembahasan
statistuk diperoleh bahwa besarnya koefisien
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
korelasi antara variabel Harga diri dan
sebagai berikut : ada hubungan yang sangat
penyesuaian diri adalah r = 0.816 dengan
signifikan antara harga diri dan penyesuaian
F=127.155 dan p=0.000 dimana p<0.01. Hal
diri pada penyandang cacat pasca kecelakaan
ini menunjukkan bahwa ada hubungan
di panti sosial Tunadaksa Budi Perkasa
positif yang sangat signifikan antara harga
Palembang.
diri dan penyesuaian diri pada penyandang
sumbangan efektif yang diberikan oleh
cacat pasca kecelakaan di panti sosial
variabel
Tunadaksa Budi Perkasa
Palembang.
penyesuaian diri penyandang cacat pasca
Selanjutnya, besarnya sumbangan efektif
kecelakaan di panti sosial Tunadaksa Budi
yang diberikan oleh variabel harga diri
Perkasa Palembang adalah sebesar 66.5%.
terhadap variable penyesuaiana diri adalah
DAFTAR PUSTAKA
sebesar 66.5% (R²=0.665). Hal ini berarti bahwa ada 33.5% variabel lain yang juga berpengaruh terhadap variabel penyesuaian diri namun tidak diteliti oleh penulis. C. Pembahasan Berdasarkan penelitian ini, maka jelas bahwa harga diri sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri. Ada hubungan yang sangat signifikan antara
harga
Selanjutnya,
diri
terhadap
besarnya
variable
Agustiani. 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Bumi Aksara. Ali, M. 2005. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Ali & Ansori.2009. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Cetakan keduabelas. Jakarta.PT. Rineka Cipta.
harga diri dengan penyesuaian diri, dimana semakin positif harga diri penyandang tunadaksa pasca kecelakaan di panti sosial 24
Artikel. Remaja Tuna daksa.Diunduh Dalam Laman http://cakpu.com.Pada Hari Rabu. Tanggal 09 Februari 2011. Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 17-26
Azwar, S. 2009. Metode Penelitian. Cet -6. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Cet 7. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________ .2006. Reliabilitas & Validitas. Cet-6. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia. Fatoni. 2009. Hubungan antara prilaku over protective orang tua dengan penyesuaian diri untuk siswa internasional asia Chicago. Skripsi. (tidak diterbitkan) Diunduh dalam laman http://www.google.co.id. Pada hari Rabu. 2011.
Tanggal
23
Februari
Branden, Nathaniel. 2005. The power of self Esteam ( kekuatan Harga Diri )Dukungan Sosial & Harga Diri pada pembantu Rumah Tangga. di Yogyakarta. Skripsi. (tidak diterbitkan)
Febriasari. 2007. Hubungan antara dukungan sosial dengan penyusaian diri remaja dipanti asuhan Al-Bisri Semarang. Skripsi. (tidak diterbitkan) Diunduh dalam laman
Pada hari Rabu. Tanggal 23 Februari 2011.
http://www.google.co.id. Pada hari Rabu. Tanggal 09 Februari 2011.
Breacht, G.2000. Mengenal dan Mengembangkan Harga Diri. Jakarta: PT. Prenhallindo. Chaeruni. 1995. Hubungan antara berpikir positif dan harga diri dengan daya tahan terhadap stres pada remaja di SMA N 1 Cirebon. Skripsi (tidak diterbitkan). Cirebon. Diunduh dalam laman http://www.google.co.id. Pada
Ghufron, M & Risnawati, R. 2010. Teoriteori Psikologi. Yogyakarta: AR-RUSZZ MEDIA Hadi,S. 2000. Statistik jilid. 2. Yogyakarta: Andi Offset. ______. 2004. Statistik. Jilid. 2. Yogyakarta : Andi Offset. ______. 2006, Metologi Research. Jilid. 1. Yogyakarta: Andi offset. Ibrahim. 2010. Perbedaan penyesuaian diri antara polisi polentas dengan polisi reskrim Surabaya. Skripsi. (tidak diterbitkan). Diunduh dalam laman
hari Rabu. 2011.
Tanggal
09
Februari
Cristia, M. 2007. Hubungan Iner Voice dan Self-Esteem. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Skripsi (tidak diterbitkan). Diunduh dalam laman http://www.google.co.id. Pada hari Rabu. Tanggal 09 Februari 2011.
Danny,P.2001. Harga diri. Diunduh pada laman (http://dannypaijo.blogspot.com/2009/0 3/harga-diri.html). Pada hariSenin. Pada tanggal 25April 2011. Danuri & Tidja. 1991. Adaptasi vs Ajusment Jurnal. Diunduh Dalam Laman Http://dianahertati.blogspot.com/200911-01 arcive.Hmtl. Pada Tanggal 15 April 2011.
http://www.google.co.id. Pada hari Jum’at. Tanggal 15 April 2011.
Kartono, K. 2000. Psikologi Remaja. Bandung: Mandar Maju. Kristiyani. Veronika. Setija, Sih, Utami dan Sumijati, Sri. 1998. PenyesuaianDiri Pembantu Rumah Tangga Wanita Ditinjau Dari PersepsiTerhadap Efektifitas Komunikasi Dengan Majikan Dan Rasa Aman. Skripsi. (tidak diterbitkan). Diunduh dalam laman http://www.google.co.id. Pada hari Jum’at. Tanggal 15 April 2011.
Koentjoro.1998.Perbedaan Harga diri Remaja di daerah penghasil pelacuran & bukan pelacuran. Fakultas Psikolosi 25
UGM. Skripsi. (tidak Diunduh dalam
diterbitkan) laman
http://www.google.co.id. Pada hari Jum’at. Tanggal 05 Maret 2011.
Puspitasari. 2001.Harga diri dengan pelangaran norma kedisiplinan sekolah pada remaja. Yogyakarta. Skripsi. (tidak diterbitkan). Diunduh dalam laman http://www.google.co.id. Pada hari Jum’at. 2011.
Tanggal
05
Lembaga Autis Di Kota Malang. Skripsi. (tidak diterbitkan). Malang. Diunduh Dalam Laman http://www.infoskripsi.com.Hari Rabu, tanggal 25 januari 2011. Wahyuni. 2007. Self Esteem Remaja. Diunduh dalam laman http://dannypaijo.blogspot.com/.Pada hari Jum’at.Tanggal 15 April 2011.
Maret
Restianigsih. 2001. Hubungan Harga diri dan motivasi berprestasi pada siswa SMU negeri 3 Palembang. Skripsi. Tidak di terbitkan. Robin. 2005. Self Estrem Deplopment Across The lifespan.Corrent Directions in Psychologist. Somantri. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama. Santrock, JW.2002. Live Span Develepment (Perkembangan MasaHidup). Jilid 1 edii ke 5. Terjemahan Juda amanik & Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga
Welly. 1999. Perbedaan harga diri antara keluarga yang utuh dengan keluarga yang tidak utuh pada 100 siswa SMA di Oshi. Skripsi. (tidak diterbitkan). Diunduh dalam laman http://www.google.co.id. Pada hari Rabu. Tanggal 23 Februari 2011.
Widia, A. 2005.Hubungan antara harga diri dengan self image pada karyawan PT. Pertamina Surabaya. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surabaya. Diunduh dalam Laman http://www.infoskripsi.com. Hari Rabu, Tanggal 15 April 2011.
Siregar, A. 2006. Harga diri para Remaja Obesitas.http//www.di gitallibary,USU.ac.id.15 April 2011. Siswanto.2007. Kesehatan Mental. Yogyakarta. Andi Sobur, A.2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Soeparwoto dkk. 2001. Psikologi Perkembangan. Semarang: UNNES Press Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Tambunan, R.2001. Harga Diri Remaja. Jurnal Psikologi dan Masyarakat. Diunduh Dalam Lamaran htpp://www.epsikologi.com/remaja/htm. Tanggal 16 januari 2011 Widodo, T. 2008. Penyesuaian Diri Ibu Yang Memiliki Anak Autis Pada 26
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.9 No.1 Juli 2015: 17-26