NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA FANATISME POSITIF TERHADAP KLUB SEPAKBOLA DENGAN MOTIVASI MENJADI SUPORTER
Disusun oleh Arif Tri Handoko Sonny Andrianto
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
Fanatisme yang dimiliki oleh seseorang, seringkali berpengaruh pula pada tingkah lakunya dalam menunjukkan sikap fanatiknya tersebut , tak terkecuali tingkah laku yang konstruktif maupun tingkah laku yang destruktif. Dengan alasan memiliki rasa fanatik yang tinggi, seseorang lantas berusaha semaksimal mungkin untuk menunjukkan sikapnya tersebut dengan berbagai cara. Sepakbola sebagai salah satu cabang olahraga merupakan olahraga prestasi yang dipengaruhi faktor teknis dan non teknis. Kedua faktor tersebut perlu diperhatikan karena untuk dapat mencapai keberhasilan, tidak dapat hanya menggantungkan pada faktor teknis saja tetapi juga faktor non teknis. Dukungan dari suporter merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu tim pada sebuah pertandingan, bahkan dalam sepakbola dikenal istilah dukungan dari suporter dapat dikatakan sebagai pemain kedua belas yang mampu memberi tenaga dan semangat yang lebih kepada para pemain dilapangan. Oleh sebab itu, peranan suporter cukup berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu tim sepakbola. Kehadiran penonton akan membuat setiap pemain lebih termotivasi untuk memperlihatkan kemampuannya. Atmosfer sepak bola nasional lebih bergairah dengan kehadiran perkumpulan suporter di dalam stadion. Lebih atraktif dan jelas motivasi pemain setiap bermain lebih berlipat. (http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0905/07)
Dinamika cabang olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang ini, di Indonesia tergolong sangat unik. Bagaimana tidak, meskipun hingga saat ini cabang sepakbola belum mampu memberikan prestasi yang membanggakan bagi bangsa Indonesia, seperti cabang bulu tangkis misalnya, namun antusiasme penonton dan pendukung sepakbola hampir diseluruh tanah air bisa dikatakan luar biasa. Hal seperti diatas merupakan sebuah fenomena menakjubkan yang sulit ditemui dinegara-negara lain, bahkan dinegara dengan tradisi sepakbola yang sudah maju seperti Italia atau Inggris misalnya. Antusiasme penonton yang luar biasa itu sering diwujudkan dalam berbagai macam bentuk. Ada yang diwujudkan dengan spanduk-spanduk dan poster-poster, tari-tarian, cat muka, sorak sorai dan pemakaian kaus tim. Semuanya dilakukan untuk mendukung tim kesayangannya.
Dalam penelitian ini, peneliti lebih berfokus kepada fanatisme positif dari para suporter sepakbola. Jika disimpulkan dari penjelasan diatas maka suporter yang memiliki fanatisme yang positif akan memberikan bentuk dukungannya dengan caracara yang kreatif seperti aktif bernyanyi dan berkreasi untuk membangkitkan semangat pemain tim kesayangnnya. Kehadiran suporter dalam jumlah yang besar pun akan turut memeriahkan pergelaran kompetisi itu sendiri. Dengan fanatisme yang positif dari para suporter, maka olahraga sepakbola akan semakin menarik untuk dilihat tidak hanya oleh para pria namun juga oleh wanita, baik itu melihat langsung di stadion ataupun melalui televisi karena selain melihat aksi pertandingan juga dapat dihibur oleh aksi dan kreasi para suporter itu sendiri.
Fanatisme adalah keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap suatu ajaran baik itu politik, agama dan sebagainya, dalam penelitian ini dikaitkan dengan fanatisme terhadap klub sepakbola. (Sudirwan,1988). Chaplin (1997) mengartikan motivasi sebagai suatu energi yang mengorganisasi perilaku secara terpelihara, terarah pada tujuan tertentu yang ditimbulkan oleh suatu ketegangan dalam diri individu sebagai faktor penggerak dari organisme. Jika dihubungkan dengan penelitian ini, maka energi yang mengorganisasi perilaku suporter tersebut diarahkan hanya untuk memberikan dukungannya terhadap satu klub sepakbola saja. Mengenai keaslian topik, dalam kaitanya dengan variabel tergantung, penulis mendapatkan laporan penelitian yang menggunakan fanatisme sebagai variabelnya. Keduanya merupakan penelitian kualitatif. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Daly (2002) yaitu ” Reflection on Fanaticism (Cerminan pada Fanatisme)” . Yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Perkinson (2002)
yaitu “Fanaticism: Flight from fallibility (Fanatisme : Terbang dari kekeliruan)”.
Berkaitan dengan variabel bebas, terdapat penelitian terdahulu yang menggunakan motivasi sebagai variabelnya walupun bukanlah mengarah kepada motivasi suporter. Pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Mahony, Nakazawa, Funk, James dan Gladden (2002) tentang “ Motivational Factors Influencing the Behaviour of J.League Spectators (Faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi penonton J.League)”. Yang kedua adalah penelitian oleh Bernthal &
Graham (2003) yang berjudul “The Effect of Sport Setting on Fan Attendance Motivation (Efek dari Seting Olahraga pada Motivasi Kehadiran Penggemar)”.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kuantitaif yang menggunakan motivasi menjadi suporter sebagai variabel bebas dan fanatisme positif sebagai variabel tergantungnya. Bisa disimpulkan bahwa topik penelitian yang diangkat oleh penulis pada saat ini adalah asli dan belum pernah diteliti oleh peneliti yang lain sebelumnya. TINJAUAN PUSTAKA A. Fanatisme Positif terhadap Klub Sepakbola 1. Pengertian Fanatisme Kata fanatisme berasal dari dua kata yaitu fanatik dan isme. “fanatik” sebenarnya berasal dari bahasa Latin “fanaticus”, yang dalam bahasa Inggrisnya diartikan sebagai frantic atau frenzeid. Artinya adalah gila-gilaan, kalut, mabuk atau hingar bingar. Dari asal kata ini, tampaknya kata fanatik dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang melakukan atau mencintai sesuatu secara serius dan sungguh-sungguh ( Hidayatullah, 1995). Sedangkan “isme” dapat diartikan sebagai suatu bentuk keyakinan atau kepercayaan. Jadi, dari dua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fanatisme adalah keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap suatu ajaran baik itu politik, agama dan sebagainya dalam hal ini terhadap klub sepakbola. (Sudirwan,1988).
Analisa
dalam minat penggemar pada klub yang sukses terutama sekali
tergantung pada klub yang penuh reputasi, karena penggemar akan mengalami hal yang sama dengan kesuksesan yang dirasakan tim mereka dengan ikut berpartisipasi langsung. Logika yang membenarkan sikap fanatik sebagai imbalan atas kesuksesan didasarkan atas dua, asumsi yaitu ( a) sikap fanatik dapat menolong pendapatan klub pada pokoknya, dan ( b) bahwa praktek sosial dari sikap fanatik tertentu dihapuskan di dalam perubahan sepak bola bukanlah dalam diri individu sebagai pusat dari rasa fanatik. Bagaimana mereka berhubungan dengan kekuatan sosial lain dan perubahan dalam kehidupan, dan bagaimana mereka dapat menyesuaikan diri dengan ke keadaan baru. Kemungkinan lain adalah rasa fanatik itu dapat meningkatkan minat akan partisipasinya dalam kegiatan sepak bola. ( Taylor& Nash, 1999). Fanatisme olahraga ada di mana-mana dan mengambil berbagai bentuk. Lebih dari itu, ini merupakan sebuah pembenaran sejarah. Guttmann (Nathan ,1999 ) mengungkapkan
bahwa
dalam
Sports
Spectators,
banyak
orang
sudah
mengidentikkan diri mereka dengan olahraga yang mereka mainkan, tetapi ada juga yang mengidentikkan dengan olahraga yang mereka lihat dan mereka baca. Sebagai tambahan seperti pengetahuan keluarga dan tradisi keagamaan, fanatisme olahraga sering diteruskan dari satu generasi kepada generasi yang berikutnya. 2. Aspek-aspek Fanatisme terhadap klub Sepakbola Adapun aspek-aspek fanatisme menurut Goddard (2001) diantaranya adalah: a. Besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan. Fanatisme terhadap satu jenis aktivitas tertentu merupakan hal yang wajar. Dengan fanatisme, seseorang
akan mudah memotivasi dirinya sendiri untuk lebih meningkatkan usahanya dalam mendukung klub favoritnya. b. Sikap pribadi maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut . Hal ini merupakan suatu esensi yang sangat penting mengingat ini adalah merupakan jiwa dari memulai sesuatu yang akan dilakukan tersebut. c. Lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan
tertentu. Dalam melakukan
sesuatu haruslah ada perasaan senang dan bangga terhadap apa yang dikerjakannya. Sesuatu itu lebih bermakna bila yang berbuat mempunyai kadar kecintaan terhadap apa yang dilakukannya. d. Motivasi yang datang dari keluarga juga mempengaruhi seseorang terhadap bidang kegiatannyanya. Selain hal-hal diatas, dukungan dari keluarga juga sangat mempengaruhi munculnya fanatisme. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Fanatisme
Menurut Haryatmoko (2003) ada empat faktor yang dapat menumbuhkan fanatisme yaitu :
a. Memperlakukan kelompok tertentu sebagai ideologi. Hal ini terjadi kalau ada kelompok yang mempunyai pemahaman eksklusif dalam pemaknaan hubunganhubungan sosial tersebut.
b. Sikap standar ganda.Artinya, antara kelompok organisasi yang satu dengan kelompok organisasi yang lain selalu memakai standar yang berbeda untuk kelompoknya masing-masing, c.Komunitas dijadikan legitimasi etis hubungan sosial. Sikap tersebut bukan sakralisasi hubungan sosial, tetapi pengklaiman tatanan sosial tertentu yang mendapat dukungan dari kelompok tertentu. d.Klaim kepemilikan organisasi
oleh kelompok tertentu. Pada sikap tersebut,
seseorang seringkali mengidentikkan kelompok sosialnya
dengan organisasi
tertentu yang berperan aktif dan hidup dimasyarakat. B. Motivasi menjadi suporter 1. Pengertian motivasi menjadi suporter Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat, atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia ( Kartono,1981). Menurut Friendlander (Anastasia, 1989) jika motivasi dijelaskan dengan menggunakan teori hierarki kebutuhan Maslow maka dapat dijelaskan bahwa individu yang memiliki peranan yang lebih kecil dalam suatu kegiatan cenderung menekankan nilai-nilai kelompok. Jika teori diatas dihubungkan dengan suporter maka ,nilai-nilai kelompok tersebut adalah misalnya seperti rasa aman dan hubungan baik dengan rekan sesama suporter dan pemain bola. Graham (1976) mengartikan suporter sebagai individu maupun kelompok yang hadir pada suatu pertandingan olahraga dengan tujuan menunjukkan
dukungannya kepada salah satu tim yang bertanding dan merasa memiliki keterikatan dengan klub tersebut. Suporter ini biasanya memiliki rasa kecintaan yang lebih dibandingkan penonton biasa yang hadir dilapangan. Maka dari berbagai pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan motivasi menjadi suporter adalah sesuatu yang mendorong individu untuk bisa menjadi bagian dalam komunitas kelompok yang memberikan dukungannya baik fisik maupun mental kepada suatu klub sepakbola dengan tujuan yang sudah ditentukan, dimana dorongan tersebut merupakan perpaduan dari stimulus-stimulus yang hadir baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. 2. Aspek-aspek motivasi menjadi suporter
Adapun aspek-aspek dari motivasi menurut Huitt (1999) ada tiga yaitu :
a. Direction adalah sesuatu yang menjadi arah atau tujuan individu untuk melakukan atau berpartisipasi dalam sesuatu hal.
Terdapat lima hal didalamnya antara lain :
(1) menyadari kebutuhan-kebutuhan kita sebagai manusia (to become aware of our human needs);
(2) menyadari akan kemampuan diri (to become aware of the "possible self") yang dapat dalam bentuk visions dan dreams (Levenson dalam Huitt, 1999);
(3) membuat pilihan (the exercise of volition);
(4) menentukan tujuan (the setting of goals for the directions that have been choosen),
(5) membuat perencanaan belajar (to develop plans that can turn visions and goals b. Energizing, yaitu: adanya kebutuhan untuk pengembangan diri dan selfdetermination. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat ditingkatkan atau terhalang oleh konsep diri dan harga diri seseorang. Dengan kata lain, konsep diri dan harga diri seseorang dapat meningkatkan atau menghalangi pengembangan diri dan selfdetermination seseorang.
c. Persistence, yaitu ketahanan diri seseorang dalam melaksanakan komitmen awalnya. Persistensi merupakan subkomponen ketiga setelah direction dan energizing. Huitt (1999) lebih jauh menjelaskan bahwa persistensi dipengaruhi oleh karakteristik seseorang (tingkat motivasi berprestasi, harapan, tingkat harga diri, pengalaman kegagalan, dihargai karena usaha seseorang (atau being praised for effort rather than ability, dan lain sebagainya).
C. Dinamika Psikologis Antara Motivasi menjadi suporter dengan Fanatisme Positif terhadap Klub Sepakbola Fanatisme meliputi faktor-faktor antara lain sikap standar ganda yang akan memunculkan prasangka-prasangka sosial dan dapat memperkeruh hubungan antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, menjadikan komunitas sebagai legitimasi etis hubungan sosial yang mana pengklaiman tatanan sosial biasanya mendapat dukungan dari kelompok tertentu, dan klaim kepemilikan organisasi oleh seseorang maupun sekelompok orang dengan cara mengidentikkan kelompok sosialnya dengan organisasi tertentu (Haryatmoko, 2003). Menurut Ghazali (1998), pandangan bahwa setiap klub yang difavoritkan masing-masing kelompok suporter adalah yang paling hebat sebenarnya wajar-wajar saja dan merupakan sesuatu yang sudah semestinya. Sebab setiap kelompok suporter membutuhkan kepastian tentang reputasi yang ditawarkan oleh klub yang ia favoritkan tersebut. Mcfarland (1979) mengatakan bahwa proses motivasi digambarkan sebagai lingkaran, yang dimulai dengan ketegangan atau dorongan, individu benar-benar sadar akan kebutuhan yang tak terpenuhi. Kemudian diikuti dengan adanya keresahan dan pencarian arti kebutuhan. Akhirnya, kebutuhan mempunyai tingkatan pemenuhan, atau tujuan ditetapkan kembali dan kepuasan akan dicapai. Proses akan utuh bila individu mengevaluasi tingkat kepuasan yang diperoleh dan membuat keputusan mengenai tingkah laku berikutnya. Pada diri seorang suporter sepakbola tingkat pemenuhannya adalah jika individu tersebut dapat menjadi bagian dari suatu wadah suporter dimana bila ia sudah berada didalamnya maka ia akan secara maksimal memberikan segala usahanya dengan cara mendukung klub yang ia favoritkan tersebut. Kepuasan akan timbul bilamana klub yang difavoritkan itu mampu berprestasi maksimal dan ini sudah dapat dikatakan sebagai tolak ukur dari bentuk pengorbanannya dalam mendukung klub kesebelasannya itu selama ini
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti mengajukan pertanyaan : “ Apakah seseorang yang termotivasi untuk menjadi suporter dapat membuatnya memiliki fanatisme yang positif terhadap klub sepakbola tertentu?”. Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ada hubungan antara motivasi menjadi suporter dengan fanatisme positif.
METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Terdapat beberapa variabel dalam penelitian ini, yaitu: Variabel Tergantung : Fanatisme Positif Variabel Bebas
: Motivasi menjadi suporter B.Definisi Operasional
1. Fanatisme
Fanatisme merupakan keyakinan atau kepercayaan yang terlalu kuat terhadap suatu ajaran ataupun pemahaman baik itu politik, agama dan sebagainya dan menganggap bahwa yang ia yakini itu lebih unggul dari ajaran lainnya . (Sudirwan, 1988).
2. Motivasi menjadi suporter
Motivasi menjadi suporter diartikan menurut suatu dorongan baik itu yang berasal dari dalam maupun dari luar individu untuk ikut serta dalam suatu komunitas pendukung klub sepakbola secara aktif.
C. Subjek Penelitian Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah para penonton sepakbola yang menyaksikan pertandingan di stadion pada saat kompetisi divisi utama PSIM Mataram dengan tidak memandang umur, tingkat pendidikan ataupun status ekonomi. Jumlah subyek yang direncanakan untuk diteliti adalah lebih dari 50 orang. D. Metode Pengumpulan Data Dalam pelaksanaan pengumpulan data ini, penulis menggunakan dua cara, yaitu menggunakan skala fanatisme dan skala motivasi suporter yang diadaptasi dari skala likert sebagai alat pengumpul data primer, sedangkan cara lain sebagai alat bantu yaitu observasi langsung selama pertandingan. Skala Fanatisme yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan pada aspekaspek fanatisme dari Goddard (2001), seperti : a. besarnya minat dan kecintaan pada satu jenis kegiatan b. sikap pribadi maupun kelompok terhadap kegiatan tersebut c. lamanya individu menekuni satu jenis kegiatan tertentu
d. dukungan dari keluarga terhadap kegiatan individu. Skala motivasi menjadi suporter juga disusun sendiri oleh peneliti yang didasarkan pada aspek-aspek motivasi dari Huitt (1999) seperti : a. direction, yaitu yang menjadi arah atau tujuan individu untuk melakukan atau berpartisipasi dalam sesuatu hal b. energizing, yaitu kebutuhan untuk pengembangan diri dan self-determination c.persistence yaitu
ketahanan diri seseorang dalam melaksanakan komitmen
awalnya. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang distribusi butir skala
fanatisme, lihat tabel 1 berikut : Tabel 1 Distribusi Butir Skala Fanatisme Butir Favourable
Butir Unfavourable
Aspek 1. Besarnya minat dan kecintaan 2. Sikap pribadi dan kelompok 3. Lamanya individu menekuni kegiatan 4. Dukungan dari keluarga
Nomor Butir 1,3,5,7,9,11.
Jlh 6
Nomor Butir 2,4,6,8,10.
Jlh 5
13,15,17,19,21.
5
12,14,16,18,20,22.
6
23,25,27,29,31.
5
24,26,28,30.
4
33,35,37,39.
4
32,34,36,38,40.
5
20
Jumlah
20 40
Jumlah Total
Sementara itu untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang distribusi butir skala motivasi menjadi suporter, lihat tabel 2 berikut : Tabel 2 Distribusi Butir Skala Motivasi menjadi suporter Butir Favourable
Butir Unfavourable
Aspek 1. Direction 2.Energizing 3.Persistensi
Nomor Butir 1,3,5,7,9,11. 13,15,17,19,21,23,25. 27,29,31,33,35,37,39. Jumlah Total
Jlh 6 7 7 20
Nomor Butir 2,4,6,8,10,12. 14,16,18,20,22,24,26. 28,30,32,34,36,38,40. Jumlah
Jlh 6 7 7 20 40
E.Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas Cara seleksi butir yang digunakan dalam penelitian ini adalah menguji korelasi antara skor butir dengan skor total. Dalam hal ini, koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan kesesuaian antara fungsi butir dengan fungsi ukur instrumen secara keseluruhan, Prosedur ini disebut validasi butir dengan menggunakan kriteria internal, sering pula dikatakan sebagai validasi dengan pendekatan internal consistency ( Azwar, 1986). 2. Reliabilitas Uji reliabilitas dalam penelitian dalam penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara 0,000 hingga 1,000
tidak ada patokan pasti, namun semakin besar koefisien reliabilitas maka akan semakin baik (Azwar,1986). F. Metode Analisis Data Pada penelitian ini, data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan program SPSS seri 13.0 for Windows.Berdasarkan hipotesis yang diajukan maka metode analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment dari Pearson. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis diamana sumber data dari dua variabel tersebut adalah sama yaitu berasal dari skala yang dikerjakan oleh suporter. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A.Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Subjek dalam penelitian ini adalah para penonnton pertandingan sepakbola kompetisi PSIM Mataram yang menyaksikan langsung di stadion saat pertandingan berlangsung. 2.Persiapan a). Persiapan Administrasi Peneliti diijinkan menyebarkan skala penelitian berkat surat rekomendasi yang diberikan oleh Pengda PSSI DIY. Untuk perizinan kepada komunitas Slemania dan Brajamustinya sendiri hanya diutarakan secara lisan dengan menunjukkan Surat ijin penelitian yang dibawa dari kampus peneliti serta menerangkan maksud dan tujuan penelitian kepada para Pengurus Slemania dan Brajamusti.
b) Persiapan Alat Ukur 1. Skala Motivasi menjadi Suporter Skala Motivasi menjadi Suporter dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek aspek motivasi dari Huitt (1999). Uji coba skala try-out motivasi menjadi suporter berlangsung pada hari kamis tanggal 20 juli 2006 untuk suporter Slemania yang dilaksanakan di stadion Tridadi Sleman. Sedangkan untuk para suporter Brajamusti berlangsung pada hari sabtu tanggal 22 juli 2006 dilaksanakan di lapangan alun-alun utara. Jumlah keseluruhan skala motivasi suporter yang disebar sebanyak 60 bundel skala dengan rincian 30 bundel skala disebar untuk slemania pada tanggal 20 juli 2006 dan 30 bundel sekala sisanya disebar untuk brajamusti pada tanggal 22 juli 2006. Jumlah skala yang diisi oleh subyek yang memenuhi kriteria dan dapat dianalisis sebanyak 52 buah, dan sebanyak 8 bundel skala tidak layak dianalisa karena tidak lengkap dalam pengisiannya. Hasil yang diperoleh dari analisis korelasi Product Moment dengan menggunakan SPSS 13,0 for windows pada 40 butir skala motivasi menjadi suporter yang baru , diperoleh koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0,302 sampai dengan 0,596 dengan koefisien validitas lebih besar atau sama dengan ? 0,300. Ada 15
aitem (4,8,14,15,16,21,22,25,26,30,31,32,36,38,39,40) skala motivasi menjadi
suporter yang berada dibawah koefisien validitas 0,300 sehingga dinyatakan gugur, sedangkan 25 dari total 40 butir aitem lainnya dinyatakan sahih karena berada diatas koefisien validitas 0.300 .
Berdasarkan analisis dengan SPSS 13,0 for windows tersebut, diperoleh koefisien Alfa Cronbach’s sebesar 0,865. Hal ini menunjukkan bahwa skala motivasi menjadi suporter tersebut layak digunakan sebagai alat ukur penelitian dan skala motivasi suporter ini termasuk skala yang reliable dengan nilai alpha yang cukup tinggi . Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran uji validitas butir dan reliabilitas skala motivasi suporter. Selanjutnya butir-butir sahih disusun kembali dalam skala motivasi menjadi suporter yang siap digunakan dalam penelitian. Tabel 4. Distribusi Butir Penelitian Skala Motivasi menjadi Suporter Aspek 1. Direction 2.Energizing 3.Persistensi
Nomor Butir Favourable 1,3,5,7,9,11. 13,17,19,,23. 27,29,33,35,37. Total Aitem Sahih
Nomor Butir Unfavourable 2,6,10,12. 14,18,20,24. 28,34.
Jumlah 10 8 7 25
2. Skala Fanatisme terhadap Klub Sepakbola Skala Fanatisme terhadap klub sepakbola yang baru disusun sendiri oleh peneliti masih menggunakan aspek-aspek fanatisme menurut Goddard (2001) yang berisi 40 aitem. Uji coba skala penelitian Fanatisme terhadap klub sepakbola yang baru ini berlangsung sama dengan waktu penyebaran skala motivasi menjadi suporter. Hasil yang diperoleh dari analisis korelasi Product Moment dengan menggunakan SPSS 13,0 for windows pada 40 butir skala Fanatisme terhadap klub sepakbola, diperoleh koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0,309 sampai
dengan 0,600
dengan koefisien validitas ? 0,300 .Ada 10 aitem (3,9,12,13,14,23,31,32,36,39) skala Fanatisme terhadap klub sepakbola yang berada dibawah koefisien validitas 0,300 sehingga dinyatakan gugur, sedangkan 30 dari total 40 aitem lainnya dinyatakan sahih karena berada diatas koefisien validitas ? 0.300. Berdasarkan analisis dengan SPSS 13,0 for windows tersebut, diperoleh koefisien Alfa Cronbach’s sebesar 0,864. Hal ini menunjukkan bahwa skala Fanatisme terhadap klub sepakbola tersebut layak digunakan sebagai alat ukur penelitian dan skala ini termasuk skala yang reliable dengan nilai alpha yang cukup tinggi . Tabel 6. Distribusi Butir Penelitian Skala Fanatisme terhadap klub sepakbola
Aspek 1. Besarnya minat dan kecintaan 2. Sikap pribadi dan kelompok 3. Lamanya individu menekuni kegiatan 4. Dukungan dari keluarga
Nomor Butir Favourable 1,5,7,11
Nomor Butir Unfavourable 2,4,6,8,10
Jumlah
15,17,19,21.
16,18,20,22
8
25,27,29.
24,26,28,30
7
33,35,37.
34,38,40.
6
Total Aitem Sahih
9
30
B. Laporan Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal Agustus 2006 secara accidental sampling, dengan menggunakan surat izin dari PSSI pengda Yogyakarta,
pada saat pertandingan kompetisi divisi utama PSIM antara kesebelasan Hizbul Wathan (HW) melawan kesebelasan Sinar Mataram (SM) tanggal 11 agustus 2006 dan dilanjutkan lagi pada saat pertandingan MAS melawan Altarkid tanggal 12 agustus 2006 yang berlokasi di stadion Kridosono. Penyebaran skala ini dimulai dari tanggal 11 agustus 2006. Setiap eksemplar skala terdiri dari Skala I ( Motivasi menjadi suporter ) dan Skala II ( Fanatisme terhadap klub sepakbola). Skala dilengkapi dengan penjelasan mengenai prosedur pengisian skala, sehingga diharapkan subjek dapat mengisi skala sesuai prosedur dan dilengkapi dengan data identitas subyek seperti nama dan umur. Skala disebar sebanyak 2 kali. Total skala yang disebar berjumlah 80 eksemplar, 79 eksemplar kembali kepada peneliti, dan hanya 77 yang dapat dianalisa. Skala yang tidak dapat dianalisa disebabkan karena adanya butir – butir yang tidak diisi. C. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Statistik Deskripsi Gambaran umum data penelitian dapat dilihat pada tabel deskripsi data penelitian yang meliputi variabel Motivasi menjadi suporter dan Fanatisme terhadap klub sepakbola berikut ini :
Tabel 7 Deskripsi Statistik Data Penelitian
Variabel Xmin Motivasi menjadi Suporter Fanatisme terhadap klub Sepakbola
Hipotetik Xmax Mean
Empirik Xmax Mean
Xmin
SD
25
100
62,5
66
102
85,58
8,01
30
120
75
73
119
94,75
8,44
a. Hipotetik Xmin
= jumlah aitem x skor minimal
Xmax
= jumlah aitem x skor maksimal
Mean
=
X min ? X max 2
b. Empirik Nilai X min, X max, mean dan SD empirik dapat dilihat pada output hasil analisis SPSS 13.0 for windows. a) Motivasi menjadi Suporter Berdasarkan sebaran empirik dari skor skala Motivasi menjadi suporter maka subjek penelitian bisa dikelompokkan menjadi tiga, seperti pada tabel berikut ini : Tabel 8.Kriteria Kategorisasi Motivasi menjadi suporter Kategorisasi
Norma
Jumlah Subyek
%
Rendah
X < 50
0
0%
Sedang
50 = X < 75
7
9.1 %
Tinggi
75 = X
93
90,9%
Keterangan : µ =
(25 x 4) ? (25 x1) 2
= 62,5 s =
(25 x4) ? (25 x1) 6
= 12,5 Dari tabel diatas, didapati bahwa subjek penelitian ini berada dalam kategori tinggi dengan dengan rentang 75= X. Ini berarti motivasi subyek untuk menjadi suporter sangat tinggi. b) Fanatisme terhadap klub sepakbola Berdasarkan sebaran empirik dari skor skala Fanatisme terhadap klub sepakbola maka subjek penelitian bisa dikelompokkan menjadi tiga, seperti pada tabel berikut ini : Tabel 9 Kriteria Kategorisasi Fanatisme terhadap klub sepakbola Kategorisasi
Norma
Jumlah Subyek
%
Rendah
X< 60
0
0%
Sedang
60 = X < 90
19
24,7 %
Tinggi
90 = X
57
75,3 %
Keterangan : µ =
(30 x 4) ? (30 x1) 2
= 75 s =
(30 x4) ? (30 x1) 6
= 15 Dari tabel diatas, didapati bahwa subjek penelitian ini berada dalam kategori tinggi dengan dengan rentang 90 = X. Ini berarti fanatisme subyek terhadap klub sepakbola kesayangannya sangat tinggi. 2. Hasil Uji Asumsi Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas sebagai syarat untuk menentukan uji hipotesis. Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 12.00 for windows. a)
Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah setiap variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan pada variabel Motivasi menjadi suporter dan Fanatisme terhadap klub sepakbola dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS 13.0 for windows. Data dikatakan normal apabila nilai p > 0,05. Dari hasil analisis diperoleh sebaran skor variabel Motivasi menjadi suporter adalah normal
(KS-Z = 0,868 ; p = 0,439), dan untuk variabel Fanatisme terhadap klub sepakbola juga normal ( KS-Z = 0,420 ; p = 0,994). b)
Uji linieritas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel Motivasi menjadi suporter Dan Fanatisme terhadap klub sepakbola. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik means linearity dari program SPSS 13.0 for windows. Data dikatakan linear apabila p linearity < 0,05 dan p deviation from linearity > 0,05. Dari hasil diperoleh hasil yang linear ( p linearity = 0,02 dan p deviation from linearity = 0,765)
3. Hasil Uji Hipotesis Syarat untuk melakukan uji hipotesis adalah harus memenuhi uji asumsi yaitu uji normalitas (data normal) dan uji linearitas ( data linier). Pada penelitian ini diperoleh hasil yang normal dan linear maka uji hipotesis pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan teknik Uji Korelasional Pearson. Hasil analisis menunjukkan besarnya koefisien antara variabel Motivasi menjadi suporter dan Fanatisme terhadap klub sepakbola adalah r = 0,377 dengan p = 0,01 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara Motivasi menjadi suporter dengan Fanatisme terhadap klub sepakbola. Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini diterima.
Nilai koefisien determinasi (R Squared) sebesar 0,142 menunjukkan bahwa sumbangan efektif variabel motivasi menjadi suporter terhadap fanatisme klub sepakbola adalah sebesar 14,2 %. D. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sigifikan pada fanatisme positif terhadap klub sepakbola dengan motivasi menjadi suporter. Angka koefisien korelasi sebesar r = 0,377 (p < 0,05) menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut terbukti, artinya semakin tinggi motivasi menjadi suporter yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula skor skala fanatisme positif dari individu tersebut. Hal ini berarti, semakin tingi pula fanatisme positif yang dimiliki individu tersebut. Sebaliknya, semakin rendah motivasi menjadi suporter seseorang, semakin rendah pula skor fanatisme positif individu tersebut. Hal ini berarti, semakin rendah rendah pula fanatisme positif yang dialami individu tersebut. Berdasarkan analisis di atas, dapat pula disimpulkan bahwa individu yang memiliki motivasi menjadi suporter yang tinggi, maka semakin tinggi pula fanatisme positif yang dimilikinya. Sebaliknya, individu yang motivasi menjadi suporternya rendah, semakin rendah pula rasa fanatisme positifnya. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa ulasan para pakar yang dapat menjelaskanya. Hal ini jika dihubungkan dengan teori Maslow (1988) mengenai hirarki kebutuhan hidup manusia, alasan seseorang memilih menjadi suporter klub sepakbola adalah untuk terpenuhinya kebutuhan tingkat ketiga, yaitu ingin memiliki dimiliki dan cinta. Mereka bersemangat untuk berinteraksi dalam wadah suporter guna
terbukanya peluang membina persahabatan, memperoleh pengakuan, memiliki identifikasi kelompok dan rasa memiliki sesuatu tujuan bersama. Bahkan pada beberapa individu sudah merambah ke pemenuhan kebutuhan tingkat empat, yaitu kebutuhan terhadap penghargaan, rasa bangga karena memiliki keahlian, prestasi dan prestise dan pemenuhan tingkat kelima dari piramida Maslow, yaitu kebutuhan untuk aktualisasi diri. Jumlah bobot sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel motivasi menjadi suporter pada fanatisme positif adalah 14,2 %, sehingga masih ada 85,2 % variabel-variabel lain yang dapat memberikan bobot sumbangan efektif terhadap fanatisme positif, untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Dengan teori fanatisme, hal ini mungkin saja bisa dipengaruhi oleh aspek-aspek fanatisme yang lain seperti besarnya minat dan kecintaan pada kegiatan,
sikap pribadi maupun kelompok
terhadap kegiatan maupun lamanya individu menekuni kegiatan. Kelemahan penelitian ini adalah, seluruh subyek penelitian berasal dari pencinta klub sepakbola PSIM dan Brajamusti, sehingga, karakteristiknya bersifat homogen. Akan lebih baik jika penelitian ini juga melibatkan suporter dari komunitas-komunitas suporter yang lain, agar bisa digeneralisasikan secara lebih baik pada seluruh populasi. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fanatisme positif terhadap klub sepakbola dengan
motivasi menjadi suporter. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi untuk menjadi suporter mempengaruhi tingkat fanatisme positif seseorang terhadap klub sepakbola.
2.Saran Berdasarkan proses dan hasil penelitian, dikemukakan beberapa hal yang dapat disarankan. Saran tersebut antara lain :
a. Saran bagi kelompok suporter Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat fanatisme menjadi suporter dalam penelitian ini termasuk dalam kategori sangat tinggi. Para pemimpin kelompok suporter
diharapkan untuk bisa selalu mengendalikan para anggota
kelompoknya dalam memberikan dukungan terhadap klub kesayangannnya b.Saran bagi PSSI PSSI sebagai lembaga yang mewadahi sepakbola nasional harus lebih meningkatkan mutu dan kualitas dari seluruh aspek pertandingan bahkan juga diharapkan dapat menjalin kerjasama yang positif dan kontinyu dengan para komunitas-komunitas suporter c. Saran bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah subyek penelitian sehingga didapat kesimpulan yang bersifat umum. Penelitian yang berhubungan dengan dunia suporter sepakbola masih sangat jarang. Peneliti lain dapat mengembangkan penelitian ini dengan menghubungkannya dengan variabel-variabel yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Aryanto, A.C. 2004. Slemania.or.id.
Wajah Suporter Sepakbola Indonesia. dari http:/www.
Apriadi, L. 2006. Tidak Ada Lagi Omar Bakrie di PSSI, dikutip dari situs http://www.bolanews.com/kolom/12052.php Azwar,
S, 1986. Reliabitas Yogyakarta:Liberty
dan
Validitas,
Interpretasi
dan
Komputasi.
Bandura, A. 1988. Social Foundation of Thought and Action : A social Cognitive Theory. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall Benthal, J & Graham, P. 2003. The Effect of Sport Setting on Fan Attendance Motivation. Journal of Sport Behavior, Vol. 26 Brookfield, S. B. (1994) 'Self directed learning' in YMCA George Williams College ICE301 Adult and Community Education Unit 2: Approaching adult education, London: YMCA George Williams College Chaplin, J. P. 1997. Kamus lengkap psikologi. Jakarta : Rajawali Pers Daly, W. 2002. Reflection on Fanaticism. A Review of General Semantic, Vol.59 Daniel,T.L & Esser, J.K.1980. Intrinsic Motivation as Influenced by Reward, Task, Interest, and Task Structure. Journal of Applied Psychology, 65,566-573 Ermina & Susetyo, K,S.2001. Aremania, Kemasan Apik Fanatisme. Bandung: PT Davaprastha Amrta Ghazali, M.1998. Suporter dan Fanatisme. Jakarta : Pustaka Jaya Gibson, J.L., Ivancevich, J.M & Donnely, J.H.1984. Organizational (Terjemahan : Djoerban Wahid). Jakarta : Erlangga Goddard, H.2001. Civil Religion. New York : Cambridge University Press. Graham.1976. Psychology of Sport. New Jersey : Prentice Hall Gunawan, W,A.1998 .Why affirmation fail. Terjemahan. Bandung. Penerbit Angkasa
Hadi, S.1987. Statistik Jilid II. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Haryatmoko.2003. Mencari Akar Fanatisme Ideologi, Agama, atau Pemikiran. Jakarta : Ghalia Indonesia Hidayatullah. 1995. Sikap Fanatik dalam Beragama. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat Huitt.1999. Social Foundations. New York: Harder & Brothers Indiati, J. 1994. Membenahi Fanatisme Beragama. Surabaya : Usaha Nasional Kartono, K.1981. Psikologi Sosial Untuk Manajemen dan Organisasi. Jakarta : C.V. Rajawali Knowless, M. 1975. Informal Adult Education, Self-Direction and Andragony. New York: Association Press. Mahony, D., Nakazawa, M., Funk,D., James, D & Gladden, J. 2002. Motivational Factor Influencing the Behaviour of J. League Spectators. Sport Management Review, 5, 1-24. Maslow, A. 1988. Social Psychology. Boston : Houghton Mcflin co. Nathan, D. 1999. Loving a Team is for Keeps: Notes on American Sport Fandom. Miami University Press. Perkinson, H. J. 2002. Fanaticism: Flight from Fallibility. A Review of General Semantic , Vol. 48. Petri, H.L.1981. Motivation Theory and Research. California : Wadsworth, inc Poerwadarminta, W. J. S. 1982. Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Prihandono, B. 2005. Jauh dari Semangat Rekonsiliasi. dikutip dari http://www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=8. Room, V. 1964. Psikologi Sosial. Terjemahan : Michael Adryanto. Jakarta : Erlangga Sudirwan, A. 1988. Fanatisme Agama dalam politik. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Taylor, J & Nash, S. 1999. The Sociology of English Football in the 1990s: Fandom, Business and Future Research. London : Macmillan. Winardi. 2001. Fanatisme, Tafsir Wacana Totaliter. Jakarta : Bumi Aksara Wahyu, M. 2005. Perkumpulan Suporter : Bagaikan buah simalakama. Bandung: Ashoka Indonesia. Wonterbuch, W. 1997. Ideology and Conciousness. Dikutip dari situs http: //www.progind.net/modules/wfsection/article.php?articleid=8 - 37k http:www. slemania.or.id http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0905/07 http://www.sinarharapan.co.id/berita/0509/17/taj01.html. http://djarum_super.com http://indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=216848