1
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL Mira Amalia Aisah Indati INTISARI Kesejahteraan psikologis dibutuhkan oleh semua orang dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya, dimana salah satu faktor pendukungnya adalah dukungan sosial yaitu bantuan yang diberikan oleh seseorang yang memperhatikan dan menyayangi dalam rangka meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi masalah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi kesejahteraan psikologis pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak retradasi mental ,masih memiliki suami, dengan jumlah anak lebih dari satu.Teknik pengambilan data mengguanakan metode purposive sampling.Adapun skala yang digunakan untuk kesejahteraan psikologis disuat oleh penulis dengan mengacu aspek kesejahteraan psikologis dari Ryff berjumlah 60 aitem dan skala dukungan sosial yang dimodifikasi dari skala Wulandari (2000) yang mengacu pada aspek dukungan sosial dari House yang berjumlah 45 aitem. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 11.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis pada ibu yang memiliki anak retardasi mental.Korelasi product moment dari {earsons menunjukkan angka sebesar 0,448 dengan p 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis pada ibu yang memiliki anak retardasi mental. Sehingga hipotesa penelitian diterima. Berarti bahwa keadaan ibu yang memiliki anak retardasi mental tetap merasa bahagia dan sejahtera terpenuhi karena mendapat dukungan sosial dari lingkungan sekitar khususnya suami. Kata kunci : Dukungan Sosial, Kesejahteraan Psikologis pada Ibu yang Memiliki Anak Retardasi Mental
2
PENGANTAR Kebutuhan psikologi dipenuhi dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup seseorang. Apabila seseorang telah mencukupi kebutuhan positif psikologis seperti yang diungkapkan Ryff (1989) maka orang tersebut dapat dikatakan sejahtera secara psikologis. Kesejahteraan psikologis diperlukan agar manusia didalam hidupnya bahagia, tentram dan dapat melakukan sesuatu hal yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain. Tetapi apabila manusia tidak dapat mencukupi kebutuhan psikologisnya maka akan terjadi masalah di dalam dirinya. Seseorang dikatakan dalam keadaan normal secara umum apabila memiliki hubungan yang baik dengan realitas, memiliki tingkat hubungan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, tetap bertahan dalam kondisi yang tertekan baik secara fisik maupun non fisik. (Lindgren & Byrne,1971) Kesejahteraan psikologis merupakan indikator dari kesehatan manusia, sehingga hal tersebut hendaknya dipenuhi oleh masing-masing individu terutama dalam lingkungan keluarga, seperti yang tercantum dalam Undang-undang RI nomor 2 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 12 ayat 1 bahwa kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya. Sehingga kesehatan di dalam keluarga telah menjadi hak dan tanggung jawab pada masingmasing keluarga. Hal tersebut dapat terpenuhi apabila ada kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan keadaan yang sehat, sejahtera baik fisik maupun psikologis.
3
Menjadi orang tua adalah suatu kebanggan dan harapan bagi setiap manusia.(Satiadarma, 2001), setiap orang tua menginginkan memiliki anak atau keturunan yang baik, sehat, berkualitas yang baik dan berpengetahuan baik. Dalam artian orang tua memiliki harapan yang ideal bagi anak mereka tetapi apabila tidak sesuai dengan kenyataan maka akan menimbulkan kekecewaan, misalnya memiliki anak retardasi mental, dimana retradasi mental secara umum(maslim 2002) adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap yang ditandai oleh terjadinya terhambatnya ketrampilan selama masa perkembangan sehingga mempengaruhi tingkat kecerdasan yang meliputi kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Dengan kondisi yang seperti itu diharapkan kondisi orang tua yang memiliki anak retardasi mental memiliki kesejahteraan psikologi yang baik agar dapat merawat anaknya dengan baik, sabar, ikhlas dan dapat melanjutkan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat sehingga anak tersebut memiliki kemandirian lebih baik dan dapat diterima lingkungannya . Hal tersebut tidak dapat terpenuhi sepenuhnya karena ada seorang ibu yang memiliki anak retardasi mental yang merasa malu, putus asa dan sedih hal tersebut diungkapkan oleh ibu N dan J. Ibu N yang memiliki anak tuna grahita berumur 8 tahun pada tanggal 21 Maret 2005 di SLB Bhakti Pertiwi di ruang Kepala Sekolah merasa sedih ketika teman sepermainan anaknya mengejek dan mengatakan mengapa anaknya tidak bersekolah di sekolah biasa. Mengalami kesulitan dalam komunikasi dengan anaknya. Pasrah karena sudah mencoba berbagai cara untuk menyembuhkan anaknya.
4
Hal senada juga diungkapkan Ibu J pada tanggal 14 April 2005 di kediamannya yang mempunyai anak putra yang pada umur 11 tahun sekolah di SLB C YPAALB, menceritakan tentang keadaannya yang merasa malu , putus asa dan sedih dengan keadaan anaknya. Kondisi tersebut disebabkan karena Ibu yang memiliki anak retardasi mental memiliki reaksi yang beragam terhadap anaknya menurut penelitian Hodap dan Daykens (dalam Wenar, 2000) bahwa anak retradasi mental memicu kondisi yang tidak menyenangkan misalnya depresi, duka cita bagi orang tuanya karena kondisi anaknya yang memiliki kelainan. Sikap masyarakat terhadap anak retradasi mental mempengaruhi reaksi orang tua terhadap adanya anak retradasi mental di dalam keluargamya (Maramis, 1994) sehingga diperlukan dukungan sosial untuk mengurangi beban yang dirasakan orang lain seperti contohnya pada Ibu yang memiliki anak retradasi mental . Dimana kondisi Ibu yang memiliki anak retradasi mental memerlukan tenaga ,pikiran dan biaya yang lebih besar dalam merawat anaknya sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain untuk meringankan beban yang dirasakan. Kondisi yang dirasakan ibu yang memiliki anak retardasi mental membutuhkan bantuan dan perhatian dari lingkungan sekitar sehingga dapat memenuhi kesejahteraan psikologisnya, dengan tujuan dapat merawat anak yang memiliki kebutuhan khusus sehingga mampu mandiri dan dapat diterima lingkungan sekitarnya. Dukungan sosial merupakan sumbangan yang diberikan orang lain baik berupa materi, perhatian, motivasi yang dapat mengurangi beban sehingga
5
masalah yang dihadapi dapat dijalankan dengan baik berupa dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dukungan instrumental yang diberikan oleh orang lain di sekitar kita yang memiliki perhatian kepada kita. (Smet,1994). Pengertian kesejahteraan psikologis menurut Ryff (1989) didefinisikan sebagai seberapa besar individu dapat memenuhi kriteria fungsi psikologis positf yang dikemukakan ahli psikologi yang menggambarkan tingkat kesejahteraan psikologis. Yang terdiri dari pendapat Maslow bahwa seseorang akan memiliki kesejahteraan
psikologis
apabila
dapat
menaktualisasikan
diri,
Rogers
memandang bahwa untuk mencapai kesejahteraan psikologis maka seseorang harus dapat berfungsi secara penuh, Jung mengatakan orang yang terindividuasi adalah orang yang akan mencapai kesejahteraan psikologis, dan menurut Alport orang yang matang akan memiliki kesejahteraan psikologis yang baik. Selanjutnya masih menurut Ryff (1989) dikatakan bahwa kesejahteraan psikologis di dalamnya memuat beberapa aspek yaitu : 1. Penerimaan diri Kemampuan seseorag untuk dapat menerima keadaan dirinya apa adanya dengan menyadari apa yang menjadi kekurangan dan kelebihannya dengan rasa bahagia dan sikap yang positif. 2. Hubungan yang positif dengan orang lain Kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain yang didalamnya mengandung kepercayaan, kehangatan (afeksi),
6
perhatian (empati) dan kemanfaatan, persahabatan maupun keterbukaan dan melakukan proses identifikasi. 3. Otonomi Salah satu karakteristik kualitas diri yang berhubungan dengan determinasi diri, kemandirian. 4. Penguasaan lingkungan Kemampuan seseorang untuk menentukan atau menciptakan suatu lingkungan fisik yang nyaman bagi dirinya dengan memanipulasi, mengontrol ataupun mengubah keadaan lingkungan. 5. Tujuan hidup Seseorang yang memiliki tujuan hidup maka akan selalu merasa memiliki arah ataupun bimbingan dalam menjalani kehidupannya. 6. Pengembangan kepribadian. Kemampuan
seseorang
untuk
melanjutkan
dan
mengembangkan
kemampuan potensi dirinya , dapat tumbuh dan berkembang dalam menghadapi tantangan baru yang lebih penting artinya daripada berada dalam kondisi tetap dengan semua masalah yang telah dipecahkan. Seseorang dikatakan sejahtera apabila ke enam aspek tersebut terpenuhi, tetapi tidak semua orang dapat memenuhi semua aspek diatas karena banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang, sehingga ukuran kesejahteraan psikologis antara orang yang satu dengan orang lain berbeda, sehingga bersifat subjektif.
7
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang sangat beragam, antara lain faktor kesejahteraan psikologis yang diungkapkan Duppy (dalam Mc Dowell dan Claire,1996) meliputi : Kecemasan,depresi, kesejahteraan positif, kontrol diri,daya hidup, kesehatan secara umum. Selanjutnya Notosoedirdjo & Latipun (2005) mengungkapkan bahwa kesehatan mental seseorang ditentukan melalui 3 dimensi yaitu: a. Dimensi Biologis. Meliputi susunan otak berikut perkembangannya dari lahir hingga sekarang, sistem endokrin yang berfungsi mengeluarkan hormon mengalami gangguan atau tidak. b. Dimensi Psikologis. 1. Pengalaman awal Ahli yang mengungkapkan pengalaman awal sangat berpengaruh dengan kondisi mental seseorang adalah Sigmun Freud melalui pendekatan Psikoanalisis yang terdiri dari id yang menekankan pada prinsip kesenangan, ego yang menekankan pada prinsip realitas dan superego yang menekankan pada nilai sosial dan norma yang berlaku. 2. Proses pembelajaran. Perilaku manusia merupakan hasil belajar yang meliputi pelatihan atau pengalaman. 3. Kebutuhan. Berhubungan dengan motif seseorang melakukan sesuatu.
8
C. Dimensi sosial budaya. Perilaku dan cara berpikir sehat seseorang dipengaruhi lingkungan sosialnya. Seseorang yang memiliki kesejahteraan psikologis menurut Myers (dalam Hoyer dkk, 1999) berhubungan dengan 4 karakter yaitu : Penghargaan diri yang tingi, optimis, kepribadian yang ramah, kepercayaan yang kuat mengontrol lingkungan. Menjadi ibu adalah dambaan bagi semua wanita karena ibu adalah seseorang yang menentukan awal mula perkembangan anak dimana kodratnya sebagai wanita adalah melahirkan, menyusui dan merawat anak. Cinta kasih ibu terhadap anaknya merupakan jalinan emosi yang kuat . Sifat keibuan merupakan hubungan antara ibu dengan anaknya yang merupakan satu kesatuan fisiologis yang meliputi masa hamil, kelahiran, menyusui, memelihara yang dibarengi komponen psikologis ibu yaitu rasa sayang, rasa memiliki dan merupakan kesatuan sosial (Kartono ,1992) Teldford dan Sawrey (dalam Azwar ,2002) mengemukakan retardasi mental adalah kondisi tidak tercapainya standar perilaku penyesuaian diri, kemampuan belajar, kemampuan penyesuaian sosial, dan kemampuan intelektual. Maramis (1994) mendefinisikan retardasi mental adalah keadaan dengan tingkat intelegensi dan perkembangan mental yang kurang sejak masa perkembangan yaitu sejak lahir atau masa anak-anak. Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai kondisi keterbatasan dalam kemampuan intelektual, kemampuan penyesuaian diri kemampuan belajar,
9
kemampuan komunikasi dan kemampuan psikomotorik yang dapat diketahui semenjak masa anak-anak. Kesejahteraan psikologi ibu yang memiliki anak retardasi mental adalah gambaran keadaan jiwa seorang ibu yang memiliki anak retardasi mental yang mampu memenuhi kebutuhan psikologis positif dengan baik sehingga merasa menyenangkan, memuaskan yang merupakan kenyataan dan kondisi perasaan seseorang tentang bagian dirinya walaupun memiliki anak yang memiliki keterbatasan kemampuan intelektual, kemampuan penyesuaian diri, kemampuan belajar, kemampuan psikomotorik ,yang merupakan gambaran kondisi kesehatan jiwanya dimana dalam pencapaiannya mampu mengatasi hambatan dengan baik dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan. Zautra (dalam Taylor, 1995) mendefinisikan dukungan sosial merupakan hubungan sosial yang diperoleh dari hubungan dengan orang lain yang dianggap sebagai aspek pemuasan emosional dari kehidupan yang diharapkan dapat membantu individu menanggulangi dan menghadapi keadaan yang menegangkan dan menyedihkan. Orang yang mengalami keadaan yang menegangkan membutuhkan orang lain untuk membantu mereka menghadapi dengan situasi yang menegangkan atau menyedihkan dengan diberi hiburan. Informasi yang diperoleh dari orang lain yang kita sayangi, cintai dan kita hargai dari lingkungan yang menguntungkan. Cobb (dalam Kaplan dkk, 1993) mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu kondisi dimana seseorang memiliki suatu jaringan sosial dari komunikasi, dan hubungan yang menguntungkan. Seseorang dapat merasakan menjadi bagian
10
sosialnya ketika mendapat perhatian, dukungan dari seseorang yang dihormati, dihargai, dan mencitai seseorang. Jadi pengertian dukungan sosial merupakan bantuan, dukungan yang diterima dari seseorang ketika dalam kondisi yang tidak menyenangkan berupa bantuan informasi, emosional,penghargaan dan bantuan nyata yang kita terima dari seseorang yang menyayangi, menghormati, dan memiliki perhatian di dalam lingkungannya sehingga memberikan manfaat baik materi maupun non materi Menurut House (dalam Smet,1994) aspek dukungan sosial meliputi: 1. Dukungan emosional (emotional support) Yaitu dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi atau ekspresi. 2. Dukungan instrumental (tangiable support) Yaitu dukungan yang berupa bantuan langsung biasa disebut bantuan nyata (tangible aid) atau dukungan alat (instrumental support). 3. Dukungan penghargaan (esteem support) Yaitu dukungan penghargaan terjadi apabila ada ekspresi penilaian yang positif dan penghargaan terhadap seseorang. 4. Dukungan informasi (informational supoprt) Yaitu dukungan yang berhubungan dengan informasi-informasi berharga.
11
Dukungan sosial yang diberikan oleh seseorang yang memperhatikan dan peduli dengan individu yang bersangkutan mencakup dimensi-dimensi seperti yang dikemukakan oleh Weiss (dalam Baron
& Kerr ,2003) antara lain:
kelekatan, petunjuk, bantuan nyata, melekatkan pada jaringan sosial, kesempatan untuk meneyediakan pemeliharaaan, penentraman hati yang lebih baik Seseorang yang dapat memberikan dukungan sosial berasal dari orang yang mendukung dan menyayangi seperti keluarga, teman, teman kerja, pihak profesional, dan masyarakat.(Sarafino,1994). Adanya dukungan sosial menurut Jhonson and Jhonson (1991) yang meliputi pemberian perhatian, dukungan emosi, dukungan alat, umpan balik baik dari orang lain yang memperhatikan dan mencintai pada individu yang bersangkutan baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan manfaat
antara
lain:
meningkatkan
produktivitas
kerja,
membantu
mempertahankan kondisi kesejahteraan psikologis dan penyesuaian seseorang memperkuat kondisi kesehatan fisik seseorang dan seseorang mampu memiliki ketrampilan mengatasi stres atau kondisi yang tidak menyenangkan. Hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada ibu yang memiliki anak retardasi mental adalah bahwa kondisi ibu yang memiliki anak retardasi mental seperti yang diuraikan diatas merasa sedih, putus asa, malu seperti halnya dengan penelitian yang dilakukan Hughes dan Liberman (dalamDavis, 1993) menyebutkan orang tua yang memiliki anak berkelainan 33% mengalami depresi dan kecemasan dan 31% mengalami stres . Ibu yang memiliki anak retardasi mental mengalami keadaan yang tidak menyenangkan yaitu
12
depresi, duka cita karena kekurangan yang dimiliki anaknya seperti yang diungkapkan Hodap dan Daykens (dalam Wenar,2000). Sehingga keadaan tersebut memerlukan pertolongan dari lingkungan sekitar yang memperhatikan nya berupa
dukungan sosial . Karena dukungan sosial merupakan hubungan
sosial yang diperoleh dari hubungan dengan orang lain yang dianggap sebagai aspek pemuasan emosional dari kehidupan yang diharapkan dapat membantu individu menanggulangi dan menghadapi keadaan yang menegangkan dan menyedihkan. ( Taylor,1995). Aspek kesejahteraan psikologis yang diungkapkan Ryff (1989) yaitu hubungan
positif
dengan
orang
lain
menunujukkan
adanya
hubungan
kesejahteraan psikologis dengan dukungan sosial. Karena pada dasarnya manusia menurut Adler (dalam Supratiknya, 1993) adalah makhluk sosial yang memerlukan kehadiran orang lain dalam kehidupannya yang menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya sosial diatas kepentingannya dan mengembangkan gaya hidup di atas kepentingan sosial. Dukungan sosial menyediakan sumber untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang karena dengan bantuan yang diberikan orang lain membantu seseorang untuk dapat menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dan untuk penyesuaian diri yang lebih baik, sebagai penopang ketika seseorang sedang mengalami masalah. Dukungan sosial merupakan bantuan dari seseorang yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan yang baik meliputi pemberian semangat dan
13
perhatian sehingga dapat mencegah kecemasan, meningkatkan harga diri , mencegah gangguan psikologis dan mengurangi stres. (Jhonson & Jhonson, 1991) Hipotesa yang diajukan dalampenelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis ibu yang memiliki anak retardasi mental.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini variabel tergantung yang digunakan adalah kesejahteraan psikologis Ibu yang memiliki anak retardasi mental sedangkan variable bebas adalah dukungan sosial. Peneliti menggunakan subyek Ibu yang memiliki anak retardasi mental dan memiliki anak lebih dari satu , dan masih memiliki suami dari penelitian yang dilakukan ibu yang memiliki anak retardasi mental yang bersekolah di SLBN I Yogyakarta, SLBN Pembina Yogyakarta dan SLB Wiyata Dharma III Yogyakarta, berusia 28 tahun sampai 55 tahun yang berjumlah 52 orang.. Metode penelitian menggunakan alat pengumpul data berupa skala yang terdiri dari skala kesejahteraan psikologis yang dibuat sendiri dari modifikasi aspek kesejahteraan psikologis milik Ryff yang meliputi 5 dari 6 aspek yaitu : penerimaan
diri,
pengembangan
kepribadian,
tujuan
hidup,
penguasaan
lingkungan hubungan yang positif dengan orang lain. Dan skala dukungan sosial yang mengungkapkan aspek dukungan sosial milik House yang meliputi aspek emosional, penghargaan, informasi dan instrumental, merupakan modifikasi dari skala dukungan sosial milik Wuri WN.
14
Metode yang digunakan dalam angket adalah likert yang terdiri dari empat pilihan yaitu : SS : sangat setuju, S : Setuju, TS : tidak setuju dan STS : sangat tidak setuju dengan bobot penilaian 4 sampai 1 untuk pertanyaan favorable dan 1 sampai 4 untuk pertanyaan unfavorable. Analisis data yang digunakan berdasarkan hasil yang diperoleh menggunakan uji statistic korelasi Product Moment dari Sperman rho, dengan proses analisis data menggunakan SPSS versi 11.0 for window.
HASIL PENELITIAN Dari hasil analisis korelasi antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis,diketahui koefisien korelasi product moment pearson menunjukkan nilai r = 0,448; p = 0,000 (p < 0,01), sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis ibu yang memiliki anak retardasi mental.
PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis ibu yang memiliki anak retardasi mental. Menggunakan korelasi product moment pearsons dimana nilai r= 0,448; p=0,000 (p<0,01). Hal ini sesuai dengan salah satu pendapat Jhonson and Jhonson (1991) bahwa dukungan sosial dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis seseorang yang merupakan ekspresi dari perhatian, kasih sayang, pengertian dan keterdekatan yang kesemuanya
15
mengarah pada keyakinan yang akan memperjelas identitas dari individu dan meningkatkan harga dirinya. Sumbangan efektif dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis adalah sebesar 20,1% sedangkan 79,97% adalah faktor lain. Meskipun sumbangan efektif yang diberikan dukungan sosial terhadap kesejahteraan psikologis pada ibu yang memeiliki anak retardasi mental kecil tetapi berarti bagi kesejahteraan psikologis ibu karena mereka merupakan makhluk sosial disamping makhluk individu yang memerlukan kehadiran orang lain yang mencintai dan memperhatikan nya. Jumlah anak yang dimiliki subjek adalah lebih dari satu yang tidak memiliki kebutuhan khusus, sehingga mereka memiliki harapan yang lain karena tidak hanya terpaku dengan anak retardasi mental, subyek memiliki harapan yang lain yaitu anak yang tidak mengalami retardasi mental. Nilai kesejahteraan psikologis ibu yang memiliki anak retardasi mental sebagian besar dari kategorisasi adalah tinggi yaitu 65,385%. Hal ini dikarenakan subjek dapat menerima kondisi anaknya yang mengalami retardasi mental, karena tanda-tanda retardasi mental dapat terdeteksi sejak dini sehingga ketika subjek mengetahui kelainan yang dimiliki anaknya sejak kecil mereka dapat mempersiapkan kondisi psikologisnya. Tingkat retardasi yang dimiliki anak juga mempengaruhi, dapat dikatakan bahwa tingkat retardasi mental yang dimiliki ringan dan sedang hal tersebut dapat dilihat bahwa anak tersebut mampu dididik dan dilatih di SLB tersebut sehingga subjek memiliki harapan yang lebih
16
besaragar anaknya lebih baik daripada subjek yang memiliki anak retardasi mental berat yang lebih sulit untuk didik dan dilatih. Dukungan sosial yang diberikan termasuk tinggi dapat dilihat dari hasil sebagian besar subjek memiliki kategorisasi tinggi yaitu sebesar 80,769% ini dikarenakan lingkungan subjek memberikan dukungan yang baik kepada subjek dilihat dari kondisi lingkungan subjek yang bertempat tinggal di Yogyakarta ikut mendukung kondisi yang kondusif yaitu dengan budaya “tepo saliro” yaitu saling menghargai orang lain dan budaya tolong menolong yang masih kuat, memberikan dukungan baik fisik maupun non fisik meskipun prinsip bobot,bibit dan bebet tetap berlaku Seperti yang diungkapkan Hasan dalam (Hartanti, 2002) menyatakan bahwa kehadiran orang lain didalam kehidupan pribadi seseorang tidak bersifat “dengan” sesama melainkan ”bersama” sesama atau bukannya Cogito Ergo Sum melainkan Respondeo Ergo Sum. Hal Ini dapat terjadi karena seseorang tidak mungkin memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologisnya secara sendirian. Penelitian yang dilakukan Hartanti (2002) tentang dukungan sosial bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap tingkat depresi. Dimana depresi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Sehingga dukungan sosial baik dari lingkungan internal maupun eksternal dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis bagi seorang ibu yang memiliki anak retradasi mental, sehingga berkurang beban yang dirasakan baik fisik maupun non fisik.
17
Penelitian yang dilakukan Hastuti dan Zamralita (2004) menyebutkan bahwa orang tua yang memiliki anak retradasi mental memerlukan penyesuaian diri yang meliputi berbagai perubahan baik dalam diri individu maupun lingkungan dalam menghadapi anaknya yang mencakup pada tingkah laku dan emosi anak, masalah keuangan, kemandirian anak, masa depan anak, kesempatan memperoleh pendidikan, pengasuhan yang merupakan beban bagi mereka. Penyesuaian diri dengan ligkungan dalam rangka mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Sehingga kehadiran dan dukungan yang positif dari orang lain sangat diperlukan bagi orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Tingkat pendidikan ibu juga mempengaruhi dalam mendidik anak sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai bagaimana merawat dan mendidik anak retradasi mental sehingga lebih mandiri, orang yang memiliki pengetahuan yang cukup akan mudah untuk menerima informasi dari orang lain dan mampu menyesuaikan diri dengan baik. Tingkat pendidikan subyek adalah tingkat SD dan SMP 23 orang, SMU 17 orang, Diploma empat orang dan Sarjana delapan orang. Walaupun sebagian besar subyek memiliki tingkat pendidikan SD dan SMP tetapi mereka memiliki kesejahteraan yang tinggi hal ini dikarenakan mereka tidak terpaku pada kemampuan intelektual anak dan mampu menerima keadaan anak. Seperti halnya penelitian Wortis (Hastuti dan Zamralita, 2004) faktor pendidikan orang tua mempengaruhi penerimaan diri terhadap anak retradasi mental dimana orang tua yang mampu menerima anak retradasi mental adalah dari keluarga yang berpendidikan yang cukup tinggi, tetapi apabila pada
18
keluarga yang mementingkan prestasi intelektual maka kesenjangan antara anak ideal dengan kondisi retradasi mental sangat tinggi, sebaliknya oramg tua yang memiliki intelektual sedang lebih mampu menerima keadaan anak retradasi mental baik ringan, berat atau yang sangat berat sekalipun. Karakteristik subyek adalah masih memiliki suami hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Kumolohadi (2001) bahwa dukungan sosial yang diberikan suami dapat mempengaruhi tingkat stres seorang istri karena fungsi istri sebagai Ibu rumah tangga, fungsi di dalam pekerjaannya dan fungsi sebagai anggota masyarakat. Fungsi dukungan sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, mengurangi depresi , mengurangi konflik yang dirasakan seseorang. Kesejahteraan psikologis seseorang yang satu berbeda tingkatannya dengan orang lain karena kesejahteraan psikologis bersifat subjektif. Dukungan sosial yang diberikan seseorang dapat membantu keadaan psikologis seseorang yang kesulitan misalnya pada ibu yang memiliki anak retardasi mental hal ini dikarenakan kondisi anaknya yang tidak sama dengan yang lain karena mengalami hambatan baik secara intelektual, sosial maupun fisik, kondisi tersebut sangat mempengaruhi kondisi psikologis seorang ibu karena ibu adalah orang yang mengandung, menyusui dan merawat anak walaupun peran ayah tidak kalah pentingnya dalam merawat anak tetapi ikatan emosional seorang ibu lebih kuat.Oleh karena itu keadaan ibu yang memiliki anak retardasi mental hendaknya diberi dukungan, bantuan dari lingkungan sekitar baik internal maupun eksternal sehingga mereka dapat menikmati hidup dengan lebih baik dan mampu
19
bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan lingkungannya, karena dukungan sosial memiliki hubungan yang sangat signifikan bagi ibu yang memiliki anak retardasi mental.
KESIMPULAN Penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis ibu yang memiliki anak retradasi mental. Sehingga ada hubungan antara dukungan sosial dengan kesejahteraan psikologis pada ibu yang memiliki anak retradasi mental dimana sumbangan efektif yang diberikan sebesar 20,1%
sedangkan
79,9% adalah faktor lain yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Berarti subjek dalam penelitian ini tetap maraca sejahtera dalam hidupnya walaupun memiliki anak yang mengalami retardasi mental , hal ini disebabkan adanya dukungan sosial khususnya suami.
SARAN Subyek diharapkan menjaga keadaan psikoogisnya dan hubungan yang baik dengan lingkungan sosialnya, lebih meningkatkan perannya di lingkungannya tanpa harus merasa rendah diri, tetap menjaga kondisi hati untuk selalu berpikir positif sehingga tidak membebani pikiran. Senantiasa sabar dan tawakal dalam merawat anak karena semua adalah titipan dari Allah SWT. Bagi peneliti yang lain yang akan meneliti kesejahteraan psikologis hendaknya menambah variable lain karena masih banyak faktor yang mempengaruhi,karena
20
sumbangan yang diberikan dukungan sosial kecil sehingga perlu menambahkan variable lain misalnya religiuitas, tingkat sosial ekonomi kondisi kesehatan, lebih mempersiapkan penelitian secara matang baik secara teori maupun secara teknis khususnya di lapangan karena apabila meneliti subjek yang memiliki keterbatasan atau kekurangan memerlukan pendekatan yang baik sehingga mereka dapat bekerja sama dengan kita. Peneliti hendaknya memperhatikan tingkatan retardasi mental anak sehingga bisa lebih spesifik dan mendalam.
21
Daftar Pustaka Azwar ; S. 2002. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar. Baron ; RS & Kerr ; NL. 2003. Group Process, Group Decision, Group Action 2nd.Philadelpia : Open University. Hadi ; S.2001. Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hartanti. 2002. Peran Sense of Humor dan Dukungan Sosial Pada Tingkat Depresi Penderita Dewasa Pascastroke. Surabaya: Anima Indonesian Psychological Journal.Vol 17, No. 2, 107-119. Hastuti R dan Zamralita. 2004. Penyesuaian Diri Orang Tua Yang Memiliki Anak Retradasi Mental Ringan. Jakarta: Arkhe Jurnal Ilmiah Psikologi.Vol 9 No. 2 September 2004. 90-100. Hoyer; WJ, Rybash ;JM, Roodin PA.1999. Addult Development and Aging 4th. USA : The Mc. Brow-Hill Companies. Juniawati & Wirawan; HE. 2003. Dinamika Penyesuaian Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Menuju Kesejahteraan Emosional Setelah Didiagnosis HIV. Jakarta : Arkhe Journal Ilmiah Psikologi.Th 8/No. 1/April/2003, 49-65. Jhonson; DW and Jhonson ;FP.1991.Joining Together Group Theory and Group Skills 4th edition. New York: Prentice Hall International Editions. Kartono ;K.1992.Psikologi Wanita :Mengenal Wanita Sebagai Ibu&Nenek Jilid2.Bandung : Penerbit Mandar Maju. Kumolohadi:R.2001.Tingkat Stres Dosen Perempuan UII Ditinjau Dari Dukungan Suami.Yogyakarta : Psikologika.Nomor 12 Tahun VI 2001,29-41. Lindgren ; HC and Byrne; D. 1971. Psychology: An Introduction to a Behavioral Science 3rd edition New York : Jhon Wiley & Sons Maramis; WF. 1994. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Penerbit Airlangga University Press. Maslim; R. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. McDowell ; I & Newell ; C. 1996. Meauring Health: A Guide to Rating Scale and Questionnaires 2th.New York : Oxvord University Press.
22
Notosoedirjo ; M &Latipun. 2002. Kesehatan Mental : Konsep dan Penerapan.Malang : Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang. Ryff ; CD. 1989.Happines Is Evrything, or Is It?Explorations on the Meaning of Psychological Well Being.Journal Personality and Social Psychology,Vol 57,6,1069-1081. Sarafino; EP.1994. Health Psychology:Biopsychosocial Interaction 2nd.USA: Jhon Wiley & Sonc,Inc. Satiadarma; PM.2001.Persepsi Anak Membentuk Perilaku Ana: Dampak Pygmalion Di Daalam Keluarga.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Smet; B.1994.Psikologi Kesehatan.Jakarta: Grasindo. Supratiknya; A. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta : Penerbit Kanisisus. Taylor; SE. 1995. Health Psychology. Los Angles : Mc Graw Hill.Inc. Wenar; C and Kerig; P.2000. Developmental Psychopathology :From Infancy Though Adolscence 4th. Singapore: Mc Graw Hill. ________.Undang-Undang RI nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. 1992. Jakarta : Penerbit CV Eko Jaya.
23
Identitas Penulis Nama
: Mira Amalia.
Tempat/tgl lahir
: Yogyakarta, 13 September 1983.
Alamat
: Ngangkruk, Kebondalem Kidul,, RT 01 RW X no.27, Prambanan, Klaten 57454.
No HP
: 081 328 593 436