HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG BATAS AKHIR MASA STUDI
Retno Kasih Kusumastuti Sonny Andrianto
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial kecemasan menjelang batas akhir masa studi pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin rendah tingkat kecemasannya. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa UII angkatan 1999 dan sebelumnya yang masih aktif kuliah dan sudah tutup teori. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecemasan adalah modifikasi dari Setiawan (2005) dan skala dukungan sosial adalah modifikasi dari Winahyu (1998). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS 11.00 for windows untuk menguji apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan menjelang batas akhir masa studi. Korelasi Product moment dari Pearson menunjukkan korelasi r = - 0,473 yang artinya ada hubungan negatife yang signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan menjelang batas akhir masa studi. Jadi hipotesis penelitian ini diterima. Kata Kunci : Dukungan Sosial, Kecemasan.
xiv
Pengantar
Beberapa perguruan tinggi di Indonesia banyak yang telah menerapkan aturan yang berkaitan dengan pembatasan batas masa studi pada mahasiswanya, aturan tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 Bab III tentang Beban dan Masa Studi (pasal 5,ayat 1) yang menyatakan beban studi program sarjana sekurang-kurangnya 144 (seratus empat puluh empat) SKS dan sebanyak-banyaknya 160 (seratus enam puluh) SKS yang dijadwalkan untuk delapan semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari delapan semester dan selama-lamanya 14 semester setelah pendidikan menengah. Universitas Islam Indonesia (UII) juga telah menerapkan aturan pembatasan masa studi pada semua fakultas, meskipun ada perbedaan aturan antara kelompok ilmu eksakta dan kelompok ilmu sosial dalam hal jangka waktu penyelesaian masa studi. Seperti pada kelompok ilmu eksakta diterapkan aturan sembilan tahun masa studi, dan kelompok ilmu sosial menerapkan delapan tahun masa studi. Jika para mahasiswa tidak dapat mnyelesaikan studinya hingga waktu yang ditetapkan, maka para mahasiswa tersebut akan mendapat sanksi berupa drop out (DO). Aturan semacam itu jelas membuat para mahasiswa yang mendekati batas akhir masa studinya menjadi cemas, karena mereka tidak tahu apakah mereka dapat menyelesaikan studinya sesuai batas waktu yang ditentukan atau tidak.Aturan tersebut diterapkan agar mahasiswa dapat lebih terprogram dalam menjalani kuliahnya dan selesai tepat waktu. Mahasiswa juga dituntut untuk
xv
membuat perencanaan studi yang baik, dan lebih mendahulukan kepentingan studinya daripada aktivitas-aktivitas yang bersifat non akademik. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada beberapa mahasiswa, bahwa beberapa mahasiswa mengalami kecemasan, karena semakin dekatnya batas akhir waktu studinya, sementara mereka merasa tidak mampu untuk menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Beberapa mahasiswa yang penulis wawancarai memang tidak terlalu mengalami kecemasan semacam itu, karena mereka telah bekerja atau berkeluarga, atau kurangnya tuntutan dari lingkunganya untuk menyelesaikan studinya. Namun sebagian besar responden yang penulis wawancarai menyatakan bahwa mereka merasakan cemas dan khawatir dengan hal itu. Dapatlah disimpulkan bahwa kecemasan dalam menghadapi batas akhir masa studi merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh para mahasiswa lama. Seorang individu atau mahasiswa akan berkurang kecemasannya jika mendapat motivasi, dorongan, dukungan untuk segera menyelesaikan studinya baik dari keluarga maupun lingkugannya. Johnson dan johnson (1991) menyimpulkan bahwa dukungan sosial berhubungan dengan berkurangnya kecemasan, depresi, gangguan umum dan simptom-simptom gangguan tubuh bagi orang yang mengalami stres dalam pekerjaan. Lebih lanjut Johnson dan Johnson (1991) menyatakan bahwa cara yang paling efektif dalam mengatur kecemasan, yang dapat menjadi stressor bagi seseorang adalah dengan menggunakan sistem dukungan sosial, yaitu melibatkan orang lain yang menaruh perhatian dan simpatik
xvi
Cohen & Syme (1985), mengemukakan manfaat dukungan sosial tergantung pada ketepatan dukungan yang diberikan ketika menghadapi situai yang mendukung dan mengatakan dukungan sosial dapat bersumber dari orangorang yang memiliki hubungan yang berarti dengan individu, misalnya: keluarga saudara teman dekat,pasangan hidup rekan kerja dan tetangga. Sumber dukungan sosial dari keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh individu. Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil dimana di dalamnya terdapat struktur yang lengkap yang sangat berpengaruh terhadap dukungan perkembangan mahasiswa. Teman juga merupakan sumber dukungan yang penting buat mahasiswa setelah keluarga, karena didalam lingkungan kampus ada interaksi sosial yang dapat memberikan suport bagi mahasiswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan dengan variabel penelitian ini adalah penelitian oleh Winahyu (1998). Penelitian tersebut menggunakan dukungan sosial sebagai variabel bebas dan rasa malu sebagai variabel tergantung. Berkaitan dengan variabel tergantung, terdapat beberapa penelitian yang menggunakan kecemasan sebagai variabel tergantung, terdapat beberapa
penelitian
yang
menggunakan
kecemasan
sebagai
variabel
tergantungnya adalah penelitian yang dilakukan Prasetyo (2005) menggunakan efikasi diri sebagai varaibel bebas dan kecemasan mendapatkan pekerjaan sebagai variabel variabel tergantung. Penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, karena penelitian ini mengkombinasikan antara dukungan sosial
xvii
sebagi variabel bebas dan kecemasan menjelang batas akhir masa studi sebagai variabel tergantung. Kecemasan Kecemasan dapat di artikan sebagai sebagai suatu ketakutan yang samar, berasal dari adanya konflik dalam diri individu. Branca (1969) mendefinisikan kecemasan sebagi perasaan yang tidak menyenangkan yang menyertai rasa frustasi dan ketidakjelasaan tentang masa depan dan pengharapan tentang rasa sakit, kegagalan atau ancaman kegagalan. Rasa cemas muncul tanpa disadari, tidak dapat diputuskan kapan rasa itu muncul dan sekali hal itu terjadi sulit untuk menghentikannya (Talls,1995). Darajat (1968), mengatakan bahwa kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur aduk yang terjadi ketika individu memberikan perhatian dan tanggung jawab twerhadap segala sesutu yang dicemaskan Terdapat beberapa teori yang membahas tentang kecemasan. Secara umum, terdapat empat pendekatan utama (Kowalski, 2000), yaitu: psikodinamika, expresive-behavioral theories, biologis, dan kognitif. 1. Psikodinamika Psikodinamika mengacu pada teori-teori psikoanalisa Freud. Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan afektif yang tidak menyenangkan, yang muncul dari ketidaksadaran.Untuk menghadapi kecemasan yang dialami, orang akan mengembangkan mekanisme pertahanan diri yang mungkin bersifat adaptif (yaitu kecemasan yang realistik) atau maladaptif (yaitu kecemasan neurotik).
xviii
2. Teori Expressive-Behavioral Teori ini menyatakan bahwa kecemasan merupakan suatu perpaduan dari sejumlah emosi yang saling terpisah-pisah, dimana yang paling menonjol adalah rasa takut. Emosi-emosi lain yang paling sering berkombinasi dengan takut, hingga menimbulkan kecemasan adalah kemarahan, rasa bersalah, rasa malu, dan ketertarikan. 3. Teori Biologis Gray (Kowalski, 2000) menyatakan bahwa kecemasan muncul karena dipicu oleh aktivasi dari behavioral inhibition system (BIS). BIS menghambat perilaku, sebagai respon dari stimulus-stimulus yang mengancam. Orang yang mempunyai kecenderungan tinggi untuk cemas, mempunyai BIS yang sangat reaktif. 4. Teori Kognitif Dari berbagai teori kognitif yang membahas tentang kecemasan, yang paling terkemuka adalah teori appraisal (penilaian). Proses penilaian terdiri dari dua tahap, yaitu penilaian primer, dimana individu menilai kadar ancaman yang ditampilkan oleh lingkungan; dan penilaian sekunder, dimana individu mengevaluasi kemampuanya untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut. kecemasan adalah perasaan katakutan atau ketegangan yang dialami seseorang, sebagai akibat dari keadaan-keadaan yang menekan. Kecemasan merupakan keadaan emosi individu yang muncul karena adanya tekanan dan ancaman terhadap dirinya. Kecemasan berkaitan pula dengan konflik pribadi individu yang merupakan hasil hubungan interpersonal individu. Meskipun menyebabkan individu pada kondisi yang tidak menyenangkan, kecemasan
xix
memiliki arti penting sebagai peringatan bagi individu agar mengetahui adanya bahaya yang mengancam dirinya. White dan Watt (1989) menyatakan bahwa kecemasan bisa disebabkan oleh berbagai hal yang dapat dibagi menjadi 3 ( tiga ) golongan besar, yaitu : a. Adanya objek, situasi, hasil, gagasan dan sebagainya yang mengancam harga diri atau nilai-nilai seseorang. b. Kebutuhan untuk menanggulangi situasi dengan cara mempertahankan konsep diri atau nilai-nilai c. Keragu-raguan apakah dapat menangani situasi dengan baik. Kecemasan yang dialami individu akan ditampilkan dalam bentuk gejalagejala. Kecemasan dalam bentuk gejala, menurut Supratiknya (1995) terdiri dari empat aspek psikologis yang merupakan reaksi-reaksi kecemasan yang nampak pada gejala- gejala kejiwaan, yakni: a. Perasaan tak menentu, biasanya perasaan ini senantiasa diliputi ketegangan dan munculnya perasaan was-was. b. Mudah tersinggung (terlalu peka), perasaan seperti ini disertai emosi-emosi kuat dan sangat tidak stabil, dan mudah marah. c. Sulit berkonsentrasi, biasanya ditandai dengan sulitnya mengambil sebuah keputusan, serba takut salah dalam bertindak d. Kurang percaya diri, reaksi seperti ini di tandai dengan timbulnya perasaan tidak mampu, malu, dan minder.
xx
Dukungan Sosial Identifikasi Variabel Penelitian Manusia merupakan mahluk sosial, dan dua kebutuhan sosial dasar manusia adalah kebersamaan atau merasa memiliki dan dimiliki, dan dua kebutuhan untuk memperoleh dukungan atau sama lainnya. (Selain mengadakan kontak-kontak sosial manusia juga membutuhkan dukungan dari orang lain dalam mengantisipasi dan menghadapi suatu masalah. Lazarus (1991) menyatakan bahwa manusia tidak didesain untuk hidup sendiri. Selama hidupnya manusia saling bergantung dengan orang lain, tidak hanya untuk sebagian besar kepuasaan pribadi, tapi juga untuk kelangsungan hidupnya. Setiap orang hidup dalam jaringan sosial yang saling menguntungkan dan bergantung dalam keseharian maupun dimasa kritis, orang mempunyai kebutuhan akan sistem bantuan yang saling menguntungkan dan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Kebanyakan bantuan tersedia dalam keluarga atau antar teman dan akan terasa dalam krisis seperti dalam situasi keseharian atau bahkan lebih (Parry, 1990). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial bersumber dari keluarga mempunyai peran penting dalam perkembangan kepribadian anak, pelatih dalam membawakan diri, bersikap dan bertingkah laku serta melakukan pendekatan semuanya akan diperhatikan dan dicontoh oleh anak didiknya dan teman satu tim adalah sumber dukungan karena teman memberikan rasa senang, semangat dan dukungan selama waktu berlatih House dan Kahn (1985) menyebutkan bentuk-bentuk dukungan sosial yaitu adanya dukungan emosional berupa penghargaan, cinta, kepercayaan, perhatian
xxi
dan kesediaan untuk mendengarkan; dukungan informatif yaitu nasehat, sugesti, arahan langsung dan informasi; dukungan instrumental yaitu berupa bantuan uang, kesempatan dan modifikasi lingkungan; bantuan penilaian yaitu umpan balik dan membandingkan dengan orang lain. Thoits (1986) mengatakan bahwa dukungan sosial bersumber dari orangorang yang memiliki hubungan yang berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, saudara dan tetangga. Sumber-sumber dukungan sosial adalah keluarga dan teman. Broophy, dkk (Rahayu, 2000) mengatakan bahwa guru dan teman adalah sumber dukungan sosial. Dengan demikian maka sumber dukungan sosial yang mempengaruhi mahasiswa dapat diperoleh dari keluarga, teman-teman. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dukungan sosial terdiri dari dukungan emosional, dukungan informative, dukungan instrumental dan penilaian terhadap individu.
Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan kecemasan Menjelang Batas Akhir Masa Studi Peraturan yang dibuat oleh Pendidikan Tinggi tentang pembatasan masa studi membuat mahasiswa termotivasi untuk segera menyelesaikan studinya tepat waktu. Aturan semacam itu diterapkan supaya para mahasiswa lebih terprogram dalam menjalani kuliahnya, serta dapat menyelesaikan studinya lebih tepat waktu. Dengan aturan semacam itu pula, mahasiswa juga dituntut untuk senantiasa membuat manajemen dan perencanaan studi yang baik, serta lebih memberikan
xxii
prioritas pada studinya daripada aktivitas-aktivitas lainya yang bersifat non akademik. Hal tersebut dapat juga membuat mahasiswa menjadi cemas karena apakah mereka mampu meyelesaikan sudinya tepat waktu.terutama mahasiswa yang telah melewati batas akhir masa studinya dan terancam drop out. Rasa cemas muncul tanpa disadari, tidak dapat diputuskan kapan rasa itu muncul dan sekali hal itu terjadi sulit untuk menghentikannya (Talls,1995). Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur aduk yang terjadi ketika individu memberikan perhatian dan tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dicemaskan (Darajat,1968). Johnson dan Johnson (1991) menyebutkan dukungan sosial sebagai pemberian bantuan seperti materi, emosi dan informasi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan sosial juga dimaksudkan dengan adanya keberatan dan ketersediaan orang-orang yang berarti atau yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima dan menjaga individu menggunakan sumber-sumber psikologis yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian apabila seorang mahasiswa mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang yang bermakna dalam hidupnya, yaitu keluarga dan temanteman serta dosen, maka tingkat kecemasan yang dialaminya ketika menghadapi batas akhir masa studinya akan berkurang. Sebaliknya apabila seorang mahasiswa kurang mendapatkan dukungan sosial dari orang-orang yang bermakna dalam
xxiii
hidupnya tersebut, maka kecemasan yang di alaminya ketika menghadapi batas akhir masa studinya cenderung meningkat.
Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang akan diuji melalui penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kecemasan menjelang batas akhir masa studi. Semakin tinggi dukungan sosial, semakin rendah tingkat kecemasanya. sebaliknya semakin rendah dukungan sosial semakin tinggi tingkat kecemasanya menjelang batas akhir masa studi.
Identifikasi Variable Penelitian Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Tergantung
: kecemasan
2. Variable bebas
: Dukungan sosial
Subyek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa UII angkatan 1999 dan sebelumnya yang masih aktif kuliah dan sudah tutup teori.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Kecemasan dan Skala Dukungan Sosial. Skala ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana harga diri dan dukungan sosial yang dimiliki subyek.
xxiv
1. Skala Kecemasan Skala kecemasan yang digunakan untuk penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri, merupakan modifikasi dari skala kecemasan yang digunakan oleh Setiawan (2005) yang disusun berdasarkan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan oleh Supratiknya (1995), yaitu aspek psikologis.Yakni : 1. Perasaan tak menentu, 2. Mudah tersinggung, 3. Sulit berkonsentrasi, 4. Kurang percaya diri. Skala ini terdiri dari 55 aitem, yang terbagi atas 32 buah aitem favorable dan 23 buah aitem unfavorable. Aitem favorable adalah aitem yang memihak atau mendukung pada atribut yang hendak diukur, sedangkan aitem unfavorable adalah aitem yang menentang atau menolak atribut yang hendak diukur. Aitem yang favorable adalah aitem yang mengandung nilai-nilai yang mendukung suatu pernyataan tertentu. Nilai yang diberikan adalah sebagai berikut: a. Sangat Setuju (SS)
:1
c. Tidak Setuju(TS)
:3
b. Setuju (S)
:2
d. Sangat Tidak Setuju (STS) : 4
Aitem yang unfavorable adalah aitem yang mengandung nilai-nilai yang tidak mendukung suatu pernyataan tertentu. Nilai yang diberikan adalah sebagai berikut: a. Sangat Setuju (SS)
:4
c. Tidak Setuju (TS)
b. Setuju (S)
:3
d. Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
xxv
:2
Dari keseluruhan jawaban subyek, kemudian diperoleh skor-skor dari tiap aitem. Keseluruhan skor tersebut kemudian dijumlahkan. Skor total yang di peroleh menunjukkan tinggi rendahnya kecemasan 2. Skala Dukungan Sosial Skala dukungan sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi dari Skala Dukungan Sosial yang disusun oleh Winahyu (1998). Skala ini disusun berdasarkan empat aspek yaitu: dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan instrumental, dan dukungan penilaian Skala ini terdiri atas 40 aitem yang terbagi dalam 20 aitem favorabel dan 20 aitem unfavorabel. Aitem favorable adalah aitem yang memihak atau mendukung pada atribut yang hendak diukur, sedangkan aitem unfavourable adalah aitem yang menentang atau menolak atribut yang hendak diukur. Aitem yang favorable adalah aitem yang mengandung nilai-nilai yang mendukung suatu pernyataan tertentu. Nilai yang diberikan adalah sebagai berikut: a. Sangat Setujug (SS)
:4
c. Tidak Setuju (TS)
:2
b. Setuju (S)
:3
d. Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
Aitem yang unfovorable adalah aitem yang mengandung nilai-nilai yang tidak mendukung suatu pernyataan tertentu. Nilai yang diberikan adalah sebagai berikut: a. Sangat Setuju (SS)
:1
c. Tidak Setuju (TS)
b. Setuju (S)
:2
d. Sangat Tidak Setuju (STS) : 4
xxvi
:3
Dari keseluruhan jawaban subyek, kemudian diperoleh skor-skor dari tiap aitem. Keseluruhan skor tersebut kemudian dijumlahkan. Skor total yang di peroleh menunjukkan tinggi rendahnya dukungan sosial.
Metode Analisis Data Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan tehnik korelasi product moment dengan program SPSS for Windows versi 11.0.
Pembahasan Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara variabel dukungan sosial dengan variabel kecemasan. Angka koefisien korelasi sebesar rxy = - 0,473 dengan p= 0,00 (p<0,01) menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut terbukti, artinya semakin tinggi dukungan sosial yang dimiliki seorang mahasiswa, maka semakin rendah kecemasan yang dimiliki oleh seorang mahasiswa. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial dukungan sosial yang dimiliki seorang mahasiswa, maka semakin rendah ke kecemasan yang dimiliki mahasiswa tersebut. Di berlakukannya aturan oleh Pendidikan Tinggi tentang pembatasan masa studi telah membuat mahasiswa menjadi cemas yaitu adanya pemikiran pada diri mereka apakah mereka mampu menyelesaikan studinya tepat waktu atau tidak, terutama mahasiswa yang telah melewati batas akhir masa studinya dan terancam drop out. Rasa cemas muncul tanpa disadari, tidak dapat diputuskan
xxvii
kapan rasa itu muncul dan sekali hal itu terjadi sulit untuk menghentikannya (Talls,1995). Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur aduk yang terjadi ketika individu memberikan perhatian dan tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dicemaskan. Namun bisa juga sebaliknya, rasa cemas tersebut justru dapat menghambat individu dalam aktivitasnya, temasuk aktivitas dalam rangka penyelesaian studinya. La Rocco, dkk(dlm Watson & De Bortali Tregerathon.1984) bahwa dukungan sosial berhubungan dengan berkurangnya kecemasan, depresi, gangguan umum dan simtom-simtom gangguan tubuh bagi orang yang mengalami stres dalam pekerjaan. Sebaliknya rendahnya dukungan sosial berhubungan dengan penyalahgunaan obat, perilaku menyimpang dan bunuh diri. Hal ini bisa dipahami, bahwa kurangnya dukungan sosial pada diri seseorang dapat meningkatkan kadar kecemasan pada diri orang tersebut. Dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti dengan diri seseorang, yaitu keluarga, teman, dan dalam konteks mahasiswa, dosen. (Thoits,1986). Dengan demikian apabila dukungan sosial yang bersumber dari keluarga dan teman-teman, serta dosen diberikan pada mahasiswa tersebut, maka tingkat kecemasan pada mahasiswa yang telah melewati batas masa studinya dan terancam drop out akan berkurang.
xxviii
Kesimpulan
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kecemasan menjelang batas akhir masa studi diterima. Ada hubungan negatif antara dukungan sosial dengan kecemasan menjelang batas akhir masa studi, artinya, semakin tinggi dukungan sosial, semakin rendah kecemasan menjelang batas akhir masa studi. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang dimiliki mahasiswa, semakin tinggi pula kecemasan menjelang batas akhir masa studi.
xxix
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG BATAS AKHIR MASA STUDI
Oleh : Retno Kasih Kusumastuti Sonny Andrianto
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006
xxx
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KECEMASAN MENJELANG BATAS AKHIR MASA STUDI PADA MAHASISWA UII
Telah Disetujui Pada Tanggal:
________________________
Dosen Pembimbing,
(Sonny Andrianto S.Psi,.M.si)
xxxi