HUBUNGAN ANTARA CHRONOTYPE DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI DI SMAN 1 BOYOLALI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Oleh:
FAISAL AFGHANIY J 500 130 013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
HUBUNGAN CHRONOTYPE DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI DI SMAN 1 BOYOLALI ABSTRAK Setiap orang menunjukkan perbedaan yang bermakna pada orientasi ritme sirkadiannya. Chronotype mengacu pada preferensi individu dalam memilih jam tidur, terbagi menjadi tipe pagi dan juga tipe malam. Saat ini Chronotype muncul sebagai salah satu indikator dalam menilai pengaruhnya terhadap hasil pencapaian akademik seorang siswa. Untuk membuktikan adanya hubungan antara Chronotype dengan prestasi belajar pada siswa di SMAN 1 Boyolali. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional dan teknik sampling Purposive Sampling. Sebanyak 71 siswa kelas XI di SMAN 1 Boyolali dan telah memenuhi kriteria restriksi. Kuesioner dan nilai raport digunakan sebagai alat ukur. Analisis data menggunakan Uji Chi-Square menggunakan Program SPSS versi 23. Responden yang memiliki Chronotype pagi dan berprestasi sebanyak 29 siswa (41%), sedangkan responden yang memiliki Chronotype pagi dan kurang berprestasi sebanyak 9 siswa (13%). Selain itu, responden yang memiliki Chronotype malam dan berprestasi sebanyak 11 siswa (15%). Sedangkan responden yang memiliki Chronotype malam dan kurang berprestasi sebanyak 22 siswa (31%). Terdapat hubungan antara Chronotype dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI di SMAN 1 boyolali. Kata Kunci : chronotype, irama sirkadian, prestasi belajar, pelajar. ABSTRACT Each individual presents significant difference regarding their circadian rhythm preference. Chronotype refers to individual preference in selecting hours of sleep, divided into morning and night type. Currently, chronotype emerges as one of the indicators in assessing the impact of the result of a student’s academic achievement. Aim/Objective to prove the correlation between chronotype and student’s achievement in class XI of SMAN 1 Boyolali. Analytical observational research with Cross Sectional approach and Purposive Sampling technique. 71 students of class XI of SMAN 1 Boyolali have been selected after considering the restriction criteria. Questionnaire and grades are used as measuring instrument. Data analysis is executed by Chi-Square test using SPSS Program version 23. 29 students (41%) are the respondents whose chronotypes are morning achieve well academically, while 9 students (13%) achieve less than average. On the other hand, 11 students (15%) are the respondents whose chronotypes night achieve well academically, 22 students (31%) achieve less than average. There is correlation between chronotype with the student achievement in class XI of SMAN 1 Boyolali. Keywords : chronotype, circadian rhythm, achievement, students.
1
1. PENDAHULUAN Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversibel, yang ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respons terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga (Kaplan dan Sadock, 2010). Tiap orang memerlukan tidur dalam porsi yang cukup. Sebagian orang membutuhkan enam jam waktu untuk tidur, dan sebagian lainnya sembilan jam. Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa tidur lebih lelap dan lebih berkesinambungan bila tidur dalam periode waktu yang relatif teratur dan kontinue (Rafknowledge, 2004). Tidur merupakan suatu fenomena alami dan juga merupakan kebutuhan fisiologis bagi setiap manusia dan berkaitan erat dengan ritme sirkadian (Guyton dan Hall, 1997). Chronotype pagi – malam adalah salah satu pembahasan utama dalam ritme sirkadian (Roenneberg et al, 2003) dan hal itu lebih dapat dipahami sebagai ciri kepribadian seseorang (Diaz-Moralez, 2007). Morningness-eveningness, juga bisa disebut "Chronotype", adalah karakteristik individu yang sebagian besar mengacu pada preferensi diwaktu tidur, jenis pagi memilih untuk tidur sekitar 2 jam lebih awal daripada tipe malam (Mecacci dan Zani, 1983). Klasifikasi Chronotype terbagi menjadi dua tipe, yakni pagi dan juga malam. Secara umum, dapat dikatakan bahwa seseorang dengan tipe pagi akan bangun lebih pagi dan juga tidur lebih awal. Sementara itu seseorang dengan tipe malam akan tidur lebih larut, dan bangun terlambat. Kinerja terbaik seseorang dengan tipe pagi adalah dipagi hingga sore hari, sementara seseorang dengan tipe malam adalah dimalam hari (Kanterman, 2013). Chronotype pagi – malam mencerminkan perbedaan individual dalam pola perilaku dari ritme sirkadian siklus tidur terjaga, yang menunjukkan adanya variasi sirkadian seseorang. Chronotype pagi (relatif “tepat waktu” terhadap acuan jam eksternal) merupakan perilaku gaya hidup yang lebih menyehatkan daripada tipe malam (Díaz-Morales dan Sánchez-López, 2008). Salah satu fenomena dari irama sirkadian adalah adanya pergeseran pola perilaku dari dan atau ke tipe malam, ataupun sebaliknya sebanyak dua kali selama hidup disetiap individu. Pertama-tama, terjadi pergeseran ke arah tipe
2
malam selama usia pubertas (Randler dan Frech, 2006). Dan yang kedua, terjadi pergeseran kembali kearah tipe pagi pada akhir masa remaja, yang dapat dilihat sebagai penanda biologis akhir masa remaja (Roenneberg et al., 2003). Beberapa dekade terakhir, penelitian epidemiologi mengungkapkan bahwa jumlah anak remaja yang mengalami gangguan tidur semakin meningkat. Siswa SLTP dan SMA menunjukkan prevalensi gangguan tidur yang bervariasi mulai dari 15,3% hingga 39,2%, bergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami (Ohida et al., 2004). Menurut Kohyama (2010), ada beberapa penyebab kurangnya tidur pada remaja usia SMA, yakni penggunaan handphone (42,4%), TV dan video (38,8%), kesulitan untuk tidur (27,1%). Pada kenyataannya, Chronotype ini menjadi salah satu prediktor dalam pencapaian prestasi akademik seeorang pelajar. Pada tipe malam menunjukkan hasil yang buruk, sedangkan pada tipe pagi didapatkan hasil yang baik. (Randler dan Frech, 2006). Tentu saja hal ini beralasan, sebab seseorang dengan tipe malam harus menyesuaikan dirinya dengan jam sosial yang berlaku di lingkungannya. Sedangkan di Indonesia, secara keseluruhan tingkatan pendidikan mulai dari SD, SMP, dan SMA serempak memulai jam belajar-mengajarnya pada pukul 07.00 WIB. Menurut data rata-rata nilai Ujian Nasional tingkat SMA/MA tahun ajaran 2014/2015 tingkat Kota atau Kabupaten se-Provinsi Jawa Tengah, didapatkan persentase kelulusan di Kabupaten Boyolali sebanyak 56,02%. Angka ini termasuk rendah, mengingat rata-rata persentase kelulusan Ujian Nasional SMA/MA di Provinsi Jawa Tengah berkisar diantara 64,02%. Kabupaten Boyolali memiliki persentase angka kelulusan dibawah rata-rata setelah Kabupaten Cilacap (56.83%), Kabupaten Grobogan (57.38%), Kabupaten Rembang (57.64%), Kabupaten Wonosobo (57.65%), dan Kabupaten Banjarnegara (59.38%) (Puspendik-Kemdikbud, 2015). Berdasarkan pola jam sekolah di Indonesia, gaya hidup dan pola aktivitas remaja diluar jam sekolah, diperkirakan gangguan tidur merupakan masalah yang banyak dialami oleh remaja. Tentu hal ini dapat berdampak pada kualitas hidup remaja tersebut. Dalam hal ini, peneliti berkeinginan untuk meneliti
3
apakah ada atau tidaknya hubungan antara Chronotype dengan prestasi belajar pada siswa di SMAN 1 Boyolali, Kab. Boyolali. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Pengukuran terhadap variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek) dilakukan sekali dan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Boyolali, Kab. Boyolali pada bulan November 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Boyolali sebanyak 925 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Boyolali pada tahun 2016. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling. Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel untuk penelitian observasional analitik tidak berpasangan dihitung dengan rumus sebagai berikut :
n
[
√
(
)
√
(
)
(
)
]
Keterangan : n
: jumlah sampel
Zα
: deviat α
= 1,96
Zβ
: deviat β
= 1,282
π1
: proporsi standar (pustaka)
π2
: proporsi standar (clinical judgement) = 0,531
π
:
=
= 0,571
= 0,02
Berdasarkan perhitungan sampel dengan menggunakan rumus tersebut, hasil yang didapatkan adalah 32,125. Uji hipotesis dua kelompok tidak berpasangan harus dikalikan 2, sehingga hasilnya 32,125 × 2 = 64,25 ≈ 64.
4
Jadi, besar sampel minimal yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah 64 orang. Namun, peneliti mengantisipasi tentang adanya kemungkinan sampel yang drop out, maka peneliti menggunakan koreksi besar sampel menggunakan rumus : Keterangan : n
: jumlah sampel yang dihitung
f
: perkiraan proporsi drop out
n’
𝑛
(
𝑓)
Dengan penggunaan rumus diatas, maka didapatkan jumlah sampel yang direncanakan adalah : n’ =
(
)
maka n’ =
(
)
n’ = 71,11 ≈ 71 orang. Kriteria inklusi terdiri dari siswa - siswi kelas XI di SMAN 1 Boyolali dan lulus LMMPI. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu tidak bersedia menjadi responden dan menjalani perawatan medis lebih dari tiga bulan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Chronotype. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah prestasi belajar. Sedangkan variabel perancu dalam penelitian ini adalah siswa mengalami kesulitan tidur tetapi mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Skala pengukuran Chronotype berupa skala ordinal, tipe malam nilainya ≤ 78 tipe pagi nilainya ≥ 79. Skala pengukuran prestasi belajar siswa berupa skala ordinal, berprestasi jika ≥ nilai rata-rata kelas (86,71) dan kurang berprestasi jika < nilai rata-rata kelas (86,71). Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang akan digunakan, yaitu data
identitas
responden,
skala
L-MMPI,
Morningness-Eveningness
Questionnaire, dan nilai rapor. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji analisis statistik Chi Square dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 23 for Windows.
5
ALUR PENELITIAN SISWA SMAN 1 BOYOLALI Kriteria Ekslusi
Kriteria Inklusi
SAMPLE
1. Morningness-Eveningness Questionnaire 2. Nilai Rapor
PAGI
Berprestasi
MALAM
Kurang berprestasi
Berprestasi
Kurang berprestasi
ANALISIS STATISTIK DENGAN PENDEKATAN CHI-SQUARE MENGGUNAKAN SOFTWARE SPSS 23 FOR WINDOWS.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia No.
Usia
Frekuensi
Persentase
1. 2.
14 Tahun 15 Tahun
1 8
1% 11 %
3.
16 Tahun
50
71 %
4.
17 Tahun
11
17 %
71
100 %
Jumlah
(Sumber: Data Primer November 2016)
6
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Boyolali berusia 16 tahun (71%). Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Chronotype No.
Chronotype
Jumlah
Persentase
1.
Tipe Pagi
38
54%
2.
Tipe Malam
33
46%
71
100%
Jumlah
(Sumber: Data Primer November 2016) Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa sebagian responden yang memiliki Chronotype tipe pagi sebanyak 38 siswa (54%), dan sebagian responden lainnya memiliki Chronotype tipe malam sebanyak 33 siswa (46%). Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar No.
Prestasi Belajar
Jumlah
Persentase
1.
Berprestasi
40
56%
2.
Kurang Berprestasi
31
44%
71
100%
Jumlah
(Sumber: Data Primer November 2016) Berdasarkan tabel diatas. didapatkan bahwa jumlah siswa yang berprestasi sebanyak 40 siswa (56%), sedangkan jumlah siswa yang kurang berprestasi sebanyak 31 siswa (44%). Tabel 4. Cross Table Hubungan Chronotype dengan Prestasi Belajar Berdasarkan Kronotipe * Berdasarkan Prestasi Crosstabulation Count Berdasarkan Prestasi Berprestasi Berdasarkan Chronotype
Total
Tipe Pagi
29 (41%)
Kurang Berprestasi 9 (13%)
Tipe Malam
11 (15%)
22 (31%)
33
40 (56%)
31 (44%)
71 (100%)
Total
7
38
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki Chronotype pagi dan berprestasi sebanyak 29 siswa (41%), sedangkan responden yang memiliki Chronotype pagi dan kurang berprestasi sebanyak 9 siswa (13%). Selain itu, responden yang memiliki Chronotype malam dan berprestasi sebanyak 11 siswa (15%). Sedangkan responden yang memiliki Chronotype malam dan kurang berprestasi sebanyak 22 siswa (31%). Tabel 5. Analisis Data Statistik Uji Chi-Square Hubungan Antara Chronotype dengan Prestasi Belajar Value
Chi-Square Tests df Asymptotic Significance (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exac t Sig. (1sided )
Pearson Chi-Square 13,265a 1 ,000 Continuity 11,575 1 ,001 b Correction Likelihood Ratio 13,670 1 ,000 Fisher's Exact Test ,000 ,000 Linear-by-Linear 13,078 1 ,000 Association N of Valid Cases 71 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,41. b. Computed only for a 2x2 table
Berdasarkan tabel diatas, dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai Asymptotic Significance sebesar 0,000. Karena nilai Asymptotic Significance 0,000 < 0,05 maka terdapat hubungan yang sangat bermakna pada hubungan antara Chronotype dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI di SMAN 1 Boyolali. 3.2 PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki Chronotype pagi sebanyak 38 siswa (54%), dan sebagian responden lainnya memiliki Chronotype malam sebanyak 33 siswa (46%). Hal ini didukung dengan pernyataan bahwa anak-anak
8
cenderung
memiliki Chronotype pagi dibandingkan kelompok usia lainnya (Carskadon et al., 1998). Salah satu fenomena ritme sirkadian adalah terjadinya pergeseran Chronotype, biasanya sebanyak dua kali pada setiap individu. Pertama, terjadinya pergeseran kearah tipe malam (eveningness) selama usia awal pubertas (Randler dan French, 2006). Kedua, terjadi pergeseran kembali kearah tipe pagi (morningness) pada akhir masa remaja. Setelah melewati fase remaja akhir, kebanyakan individu secara bertahap akan berada pada tipe pagi (morningness) (Roenneberg et al., 2003). Namun, hal ini juga mungkin terjadi karena dipicu oleh faktor-faktor sosial dan juga lingkungan (Witmann et al., 2006). Berdasarkan tabel prestasi belajar siswa, didapatkan hasil bahwa sejumlah 40 siswa (56%) berprestasi, sedangkan siswa yang kurang berprestasi sejumlah 31 siswa (44%). Banyaknya jumlah siswa yang memiliki prestasi buruk diakibatkan karena disini peneliti mendapatkan responden dari kelas XI jurusan MIPA, dimana pada jurusan MIPA ratarata nilai raport siswa lebih tinggi jika dibandingkan dengan jurusan lainnya. Dalam hal ini, peneliti menggolongkan siswa kedalam kelompok siswa berprestasi dan kurang berprestasi berdasarkan rata-rata nilai raport satu semester sebelumnya, yakni raport kelas X pada semester dua. Sedangkan hasil yang dilihat pada tabel silang antara Chronotype dengan prestasi belajar menunjukkan bahwa responden yang memiliki Chronotype pagi dan berprestasi sebanyak 29 siswa (41%), sedangkan siswa yang memiliki Chronotype pagi namun kurang berprestasi sebanyak 9 siswa (13%). Selain itu, pada siswa yang memiliki Chronotype malam dan juga berprestasi sebanyak 11 siswa (15%). Sedangkan siswa yang memiliki Chronotype malam namun kurang berprestasi sebanyak 22 siswa (31%). Kemudian pada hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Chronotype dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI di SMAN 1 Boyolali. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa seseorang dengan Chronotype pagi memiliki prestasi belajar yang baik, sedangkan
9
pada seseorang dengan Chronotype malam cenderung memiliki prestasi belajar yang buruk (Giannotti et al., 1997). Pada penelitian ini juga didapatkan responden yang memiliki Chronotype pagi namun kurang berprestasi sebanyak 9 siswa (13%). Hal ini terjadi karena dalam menerima pelajaran ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, yakni faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti faktor fisiologis (keadaan fisik), faktor psikologis, dan faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti keadaan lingkungan dan sarana pembelajaran (Suryabrata, 2012). Selain itu, dalam penelitian ini peneliti mendapatkan responden siswa kelas XI MIPA, yang terdiri dari kelas XI MIPA 1, XI MIPA 3, dan XI MIPA 5 dimana standar nilai yang digunakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan jurusan lainnya. Peneliti menggolongkan siswa dalam kelompok prestasi baik maupun buruk berdasarkan pada rata-rata nilai raport siswa pada satu semester sebelumnya, yakni pada kelas X semester dua. Peneliti juga menemukan responden yang memiliki Chronotype malam namun berprestasi sebanyak 11 siswa (15%). Hal ini disebabkan karena beberapa siswa memiliki gaya belajarnya masing-masing. Salah satunya ada yang memilih waktu belajar pada malam hari hingga larut malam, sehingga berdampak pada kemampuan kognitif yang baik pada siswa tersebut. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Chronotype dengan prestasi belajar pada siswa kelas XI di SMAN 1 Boyolali. Umumnya seseorang yang memiliki Chronotype pagi cenderung memiliki prestasi yang baik. Namun sebaliknya, seseorang dengan Chronotype malam cenderung memiliki prestasi yang buruk (Giannotti et al., 1997). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wolfson dan Carskadon pada siswa SMA yang tidurnya kurang, mempunyai masalah akademik dan nilai buruk. Sedangkan siswa yang tidurnya cukup, dilaporkan nilai akademiknya lebih tinggi dan bagus. Chronotype juga dianggap sebagai salah satu indikator yang dapat mempengaruhi hasil 10
pencapaian akademik seorang siswa. Penelitian terbaru juga menjelaskan tentang hubungan statistik yang bermakna antara Chronotype dan prestasi belajar (Randler dan Frech, 2006). Pada penelitian ini, peneliti juga menemukan adanya keterbatasan dalam penelitian. Yakni peneliti tidak dapat mengendalikan faktor perancu seperti siswa yang kesulitan tidur tetapi mempunyai movitasi belajar yang tinggi. PERSANTUNAN Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dr. Yusuf Alam Romadhon, M. Kes., Dr. Rh. Budi Muljanto, Sp. KJ, Dr. Erna Herawati, Sp. KJ yang telah membimbing, memberikan saran serta nasihat kepada penulis dalam skripsi ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga skripsi ini dapat bermanfaat. DAFTAR PUSTAKA Azwar, S., 2006. Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Carvalho, F.G., Hidalgo, M.P., Levandovski, R., 2014, Differences in circadian patterns between rural and urban populations: An epidemiological study in countryside, Chronobiology International, Early Online: 1–8, (2014) Cavallera, G. M., & Giudici, S., (2008). Morningness and eveningness personality: A survey in literature from 1995 up till 2006. Personality and Individual Differences, 44, 3–21.doi:10.1016/j.paid.2007.07.009 Díaz-Morales, J. F., (2007). Morning and evening-types: Exploring their personality styles. Personality and Individual Differences, 43, 769–778. Díaz-Morales, J.F., & Sánchez-López, M.P., (2008). Morningness eveningness and anxiety among adults: A matter of sex/gender? Personality and Individual Differences, 44, 1391-1401. Djamarah, S. B., 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Guyton., 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC Hakim, Thursan., 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Suara. Horne, J. A., & Ostberg, O., (1976). A self-assessment questionnaire to determine morningness eveningness in human circadian rhythms. International Journal of Chronobiology, 4(2), 97–110. Kaplan & Sadock., 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC Kantermann, T., 2013, Circadian Biology: Sleep-Styles Shaped by Light-Styles, Current Biology Vol 23 No 16 R690. Didapat dari: http://dx.doi.org/10.1016/j.cub.2013.06.065
11
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan., 2015. Rata-Rata Nilai Tingkat Kota/Kabupaten Ujian Nasional SMA/MA Tahun Pelajaran 2014/2015. Diakses dari http://un.kemdikbud.go.id/r-hasilun.html# (18 Juni 2016). Kohyama, J., (2009). A newly proposed disease condition produced by light exposure during night: Asynchronization. Brain & Development, 31, 255– 273.. Mecacci, L., Zani, A., Rocchetti, G., Lucioli, R., 1986. The relationship between morningness-eveningness, aging and personality. Personality and Individual Differences 7, 911-913. Ohida T, Osaki Y, Doi Y, Tanihata T, Minowa M, Suzuki K, dkk. An epidemiologic study of self-reported sleep problems among Japanese adolescents. Sleep., 2004;27:978-85. Didapat dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15453558. Diunduh pada 12 Mei 2009. Rafknowledge., 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo Randler, C., & Frech, D., (2006). Correlation between morningness-eveningness and final school leaving exams. Biological Rhythm Research, 37, 233–239. doi:10.1080/09291010600645780 Roenneberg, T., Wirz-Justice, A., Merrow, M., 2003. Life between Clocks: Daily Temporal Patterns of Human Chronotypes, Journal of Biological Rhythms, Vol. 18 No. 1, February 2003 80-90 doi: 10.1177/0748730402239679 Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia; dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC Slameto., (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suryabrata, S., 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Syah, M., 2010. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Wade, C. Travis, C., 2007. Psikologi Edisi 9. Penerbit Erlangga Winkel, W. S., 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo Wittmann, M., Dinich, J., Merrow, M., Roenneberg, T., 2006, Social Jetlag: Misalignment of Biological and Social Time, Chronobiology International, 23(1&2): 497–509, (2006)
12