STUDI KOMPARASI ANTARA NILAI IQ DAN PEMAHAMAN NILAI SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI SMAN 1 CEPOGO, BOYOLALI
Skripsi ROHMAT SUYANTO K4403049
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
STUDI KOMPARASI ANTARA NILAI IQ DAN PEMAHAMAN NILAI SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI SMAN 1 CEPOGO, BOYOLALI
OLEH : ROHMAT SUYANTO K4403049
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar sarjana pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd NIP. 130 367 766
Pembimbing II
Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si NIP. 131 973 128
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
:
………………
Sekretaris
:
………………
Anggota I
:
………………
Anggota II
:
……………...
Disahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP 131 658 563
ABSTRAK Rohmat Suyanto. STUDY KOMPARASI ANTARA NILAI IQ DAN PEMAHAMAN NILAI SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA SISWA KELAS XI SMAN 1 CEPOGO, BOYOLALI. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Februari: 2009. Penelitian ini mengambil judul “Studi Komparasi Antara Nilai IQ Dan Pemahaman Nilai Sejarah Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMAN 1 Cepogo, Boyolali”. Data yang digunakan untuk keperluan analisis merupakan data primer dengan sampel sebanyak 40 responden dari 160 populasi siswa kelas XI SMAN 1 Cepogo Boyolali. Masalah yang hendak dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah (1) Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah siswa antara yang memiliki nilai IQ tinggi dan rendah, (2) apakah ada perbedaan prestasi belajar sejarah siswa antara siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah yang tinggi dan pemahaman nilai sejarah siswa yang rendah, (3) apakah ada interaksi antara nilai IQ tinggi dan rendah dan pemahaman nilai sejarah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki nilai IQ tinggi dan rendah, (2) untuk mengetahui perbedaan antara pemahaman nilai sejarah siswa yang tinggi dan pemahaman nilai sejarah siswa yang rendah terhadap prestasi belajar sejarah, (3) untuk mengetahui interaksi antara nilai IQ tinggi dan rendah dan pemahaman nilai sejarah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, penelitian ini termasuk metode komparasi atau Ex. post facto, dengan menggunakan teknik analisis varian dua jalan atau ANAVA 2 x 2. Variabel bebas yang pertama adalah nilai IQ, variabel bebas yang kedua adalah Pemahaman Nilai Sejarah dan variabel terikatnya adalah Prestasi Belajar Sejarah. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali antara siswa dengan nilai IQ tinggi dan siswa dengan nilai IQ rendah. Diketahui F hitung 17,833 dengan probalitas (signifikasi) 0,000 lebih kecil dari probalitas uji 0,05. Hal ini berarti hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima. (2) Terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali antara siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa yang memilki pemahaman nilai sejarah rendah. Diketahui F hitung 7,315 dengan probalitas (signifikasi) 0,010 lebih kecil dari probalitas uji 0,05. Hal ini berarti hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima. (3) Terdapat interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa Kelas XI SMU Negeri 1 Cepogo Boyolali. Diketahui F hitung 11,349 dengan probalitas (signifikasi) 0,002 lebih kecil dari probalitas uji 0,05. Hal ini berarti hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima.
Moto Tidak ada usaha yang sia-sia dalam sebuah perjuangan (penulis) Dalam kekuatan yang besar terdapat tanggung jawab yang besar pula (Hary Poterr)
Sregep iku biso gawe kamulyan (Filsafat jawa)
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada: · Ibu dan Bapak tercinta · Kakak tersayang · Teman-temanku semua · Teman-teman Sejarah 2003 · Almamater
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan skripsi ini. 3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Semua dosen Program Pendidikan Sejarah FKIP UNS. 7. SMA Negeri 1 Cepogo yang sudah berkenan mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian. 8. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas amal baik kepada semua pihak yang telah membantu di dalam menyelesaikan skripsi. ini dengan pahala yang setimpal. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya. Surakarta, Desember 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………
i
HALAMAN PENGAJUAN…………………………………………………
ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….
iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………......
iv
HALAMAN ABSTRAK…………………………………………………......
v
HALAMAN MOTTO……………………………………………………......
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….....
vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….......
viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………
ix
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………
xi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………......
1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………
1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………………..
6
C. Perumusan Masalah………………………………………………….
6
D. Tujuan Penelitian……………………………………………………..
6
E. Manfaat Penelitian……………………………………………………
7
BAB II KAJIAN TEORI…………………………………………………….
8
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 1. IQ (Intelegent Questiont)………………………………………………
8 8
2. Pemahaman Nilai Sejarah…………………..............................
13
3. Prestasi Belajar Sejarah………………………………………..
18
B. Penelitian yang Relevan …………………………………………..
25
C. Kerangka Berpikir……………………………………………………
26
D. Rumusan Hipotesis ………………………………………………..
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………
29
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………
29
B. Metode Penelitian…………………………………………………….
30
C. Populasi, sampel, dan Sampling …………………. …………………
33
1. Populasi………………………………………………………..
33
2. Sampel ……………………………………………………….
34
3. Teknik Pengambilan Sampel …………………………………
34
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………...
34
1. Teknik Kuisioner …………………………………………….
34
2. Teknik Dokumentasi …………………………………………
35
3. Teknik Tes……………………………………………………
36
E. Teknik Pengukuran Instrumen..………………………………………
36
1. Uji Validitas …………………………………………………..
36
2. Uji Reliabelitas ……………………………………………….
37
F. Teknik Analisis Data…………………………………………….........
39
G. Hipotesisi Analisis ……………………………………………………
39
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………....
41
A. Diskripsi Data………………………………….... ………………….
41 1. Nilai IQ......................................................................................................... 41
2. Pemahaman Nilai Sejarah.............................................................................. 43 3. Prestasi Belajar Sejarah................................................................................. 45 4. Pengkategorian Data Nilai IQ dan Pemahaman Nilai Sejarah...........
47
5. Diskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Kategori IQ dan Pemahaman Nilai Sejarah......................................................... 6. Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ Tinggi Pemahamaman
50
Nilai Sejarah Tinggi................... 7. Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ Tinggi Pemahamaman Nilai 50 Sejarah Rendah........................................ 8. Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ Rendah Pemahaman
51
Nilai Sejarah Tinggi................................................................... 9. Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ Rendah Pemahamanilai Sejarah Rendah
53
B. Pengujian Hipotesis.............................................................................
54
1. Uji Prasyarat Analisis..............................................................
54
2. Analisis Data...........................................................................
56
3. Pengujian Hipotesis.................................................................
60
C. Pembahasan Hasil Penelitian...............................................................
62
BAB V PENUTUP…………………………………………………………....
63
A. Kesimpulan……………………………………………………………
63
B. Implikasi………………………………………………………………
65
C. Saran………………………………………………………………….
65
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....
67
LAMPIRAN………………………………………………………………….
69
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Standart Binet Test ...................................................
12
Tabel 2. Data Nilai IQ..................................................................................
44
Tabel 3. Penggolongan Nilai IQ..................................................................
45
Tabel 4. Data Pemahaman Nilai Sejarah.....................................................
46
Tabel 5. Penggolongan Nilai sejarah...........................................................
47
Tabel 6. Data Prestasi Belajar Sejarah........................................................
48
Tabel 7. Penggolongan Prestasi Belajar Sejarah.........................................
49
Tabel 8. Pengkatagorian Data Penelitian....................................................
50
Tabel 9. Data Penelitian Sesuai Dengan Kategori......................................
52
Tabel 10. Diskripsi Data Prestasi Belajar Sejarah Penelitian......................
53
Tabel 11. Ringkasan hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar.........................
58
Tabel 12. Hasil variable penelitian dengan menggunakan teori Lavene.....
59
Tabel 13. Ringkasan Analisis Varian model 2x2........................................
59
Tabel 14.Pengujian Uji Lanjut Dengan Tukey HSD....................................
62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Prosentase Penggolomgan Nilai IQ.............................................. 45
Gambar 2..
Prosentase Penggolomgan Pemahaman Nilai Sejarah................. 47
Gambar 3.
Prosentase Penggolomgan Prestasi Belajar Sejarah....................... 49
Gambar 4.
Nilai Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ tinggi dan P emahaman Nilai Sejarah Rendah.................................................. 54
Gambar5.
Nilai Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ tinggi dan P emahaman Nilai Sejarah rendah................................................... 55
Gambar6.
Nilai Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ rendah dan P emahaman Nilai Sejarah tinggi..................................................... 56
Gambar7.
Nilai Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ rendah dan P emahaman Nilai Sejarah rendah................................................... 57
DAFTAR LAMPIRAN
1.Intsrumen prestasi belajar siswa...................................................................... 72 2.Angket kuisioner pemahaman pemahaman nilai sejarah................................. 80 3.Tabulasi data validitas dan reabilitas............................................................... 84 4. Tabel item soal validitas pemahaman nilai sejarah dengan SPSS.................. 86
5. Tabel reabilitas pemahaman nilai sejarah denagan SPSS................................ 98
5. Tabel item soal validitas prestasi belajar sejarah denagan SPSS................... 101 6. Tabel reabilitas prestasi belajar sejarah denagan SPSS.................................. 113 7. Diskripsi data nilai IQ, Pemahaman nilai sejarah dan prestasi belajar sejarah Siswa.............................................................................................................. 116 8. Tabel analisios varians................................................................................... 119 9 Tabel uji coba dengan tukey HSD.................................................................. 121
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur pelengkap kebutuhan hidup manusia. Tanpa pendidikan mustahil manusia akan mengalami kemajuan-kemajuan dalam hidupnya. Kemajuan pendidikan suatu negara didasarkan pada sumber daya manusia yang tersedia di negara tersebut. Dewasa ini bidang pendidikan mengalami kemajuan yang sangat pesat, terbukti banyaknya inovasi dalam bidang pendidikan. Di Indonesia, kebutuhan akan pendidikan dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945, bahkan untuk mewujudkan peningkatan pendidikan negara harus menyediakan setidaknya 20% dari APBN. Bila dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia, maka tingkat kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini di buktikan antara lain dengan data UNESCO pada tahun 2000 tentang peringkat Indeks pembangunan manusia ( Human Development Indeks) yaitu komposisi dari peringkat dari pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala. Data UNESCO tersebut menunjukkan bahwa Indeks pembangunan manusia Indonesia ( Human Develelopment Indeks) makin menurun. Di antara 174 negara di dunia Indonesia menempati urutan ke 102 pada tahun 1996, ke 99 pada tahun 1997, ke 105 pada tahun 1998, dan 109 pada tahun 1999 (www.sudarmi_blog.com / 4 Februari 2008). Berdasarkan permasalahan dan kondisi aktual pendidikan tersebut di atas maka Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah melalui Departemen Pendidikan, Pemuda Olah Raga pada tahun 2005 telah menetapkan sebuah kebijakan yang berwujud Kebijakan Umum dan Kebijakan Pelaksanaan Pembangunan. Wuwuh Setiani (2007 : 1) menjelaskan mengenai Kebijakan Pemerintah tersebut sebagai berikut : 1. Memantapkan sistem dan standar pengelolaan pada semua jenjang pendidikan. 2. Mengembangkan teknologi komunikasi informasi pendidikan dan penyelenggaraan televisi pendidikan nasional (TPN) serta pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah dan masyarakat pada semua jenjang. 3. Meningkatkan peran strategis dan kontribusi perguruan tinggi.
4. Meningkatkan daya tampung serta mutu dan relevansi pendidikan pada semua jenjang pendidikan. 5. Menyempurnakan kurikulum pedidikan nasional. 6. Meningkatkan mutu profesionalisme serta memperbaiki citra, harkat, martabat serta upaya memenuhi kebutuhan tenaga pendidik pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. 7. Meningkatkan jumlah peserta dan mengembangkan program pendidikan berkelanjutan yang berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan kemampuan kewirausahaan (Life Skills). 8. Meningkatkan pelaksanaan peneletian dan pengembangan termasuk yang berwawasan gender. 9. Meningkatkan penyajian data dan informasi pendidikan serta sosialisasi dan desiminasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan. 10. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program pendidikan, pemuda dan olahraga. 11. Meningkatkan dan memberdayakan peran dan fungsi hubungan masyarakat. 12. Menetapkan sistem pengawasan pendidikan, pemuda dan olahraga Untuk itu peningkatan dalam pembangunan pendidikan diperlukan guna mendongkrak kualitas pendidikan. Pembenahan dalam pendidikan sektor formal dan nonformal pun semakin digalakkan. Salah satu realisasi pembenahan peningkatan pembangunan pendidikan dalam sektor formal adalah penekanan dalam proses belajarmengajar. Proses ini merupakan salah satu hal terberat, pasalnya proses kegiatan belajarmengajar tidak hanya memindahkan informasi pelajaran pada siswa akan tetapi juga pelaksanaan pembinaan mental terhadap siswa untuk dapat menjadi manusia Indonesia dengan tujuan pendidikan nasional. Adapun pembenahan dalam sektor non-formal dititik beratkan pada peningkatan Sumber Daya Manusia guna menghasilkan tenaga pendidik yang lebih kreatif dan memiliki kualitas yang tinggi. Kualitas mutu pendidikan tentu tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor pendidikan itu sendiri, yaitu faktor tujuan pendidikan, pendidik atau guru, siswa, alat-alat pembelajaran atau media dan lingkungan yang mendukung. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1999 (4448) dijelaskan bahwa : Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab, serta sehat jasmani dan rohani.
Guru dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar memiliki peran yang sangat penting. Kemampuan seorang guru dalam proses belajar mengajar tersebut diharapkan dapat memberikan motivasi, mengorganisasi kegiatan belajar mengajar serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Nasution (1999: 91) menyebutkan bahwa peranan guru di dalam sekolah ini diidentikan oleh kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik. Berdasarkan paparan Nasution di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan dalam manajerial kelas sehingga mampu untuk mengendalikan dan mengontrol kelas pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Sadirman (1990 : 144) menjelaskan mengenai hubungan siswa dengan guru sebagai berikut : Disamping itu pula sebaiknya hubungan guru dan murid di dalam proses belajar mengajar merupakan factor yang sanagt menentukan keberhasilan belajar siswa atau prestasi belajar siswa. Sebaik apapun bahan pelajaran yang diberikan, sesempurna apapun bahan pelajaran yang diberikan, sesempurna apapun metode yang dipergunakan, namun jika memang itu berhubungan guru dan murid tidak harmonis atau tidak baik maka tidak akan menghasilkan out put yang kita ingingkan. Di lain pihak siswa berperan sebagai penerima harus dapat memanfaatkan kemampuan yang ada baik dari faktor internal maupun eksternal. Harmanto (1976: 12) mengatakan bahwa hal-hal yang berpengaruh terhadap proses belajar mengajar akan berpengaruh pula terhadap prestasi belajar. Pengaruh-pengaruh itu pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun salah satu faktor internal yang dimaksud adalah intelektual atau IQ. Djoko (1956 : 81) menjelaskan bahwa kemamampuan intelektual ini merupakan faktor dasar atau faktor pokok dan merupakan kesanggupan umum yang meliputi seluruh fungsi pengenalan. IQ menjadikan seorang siswa mampu untuk melakukan pengenalan terhadap obyek pembelajaran. Pada dasarnya kemampuan seorang siswa dapat dilihat dari seberapa besar nilai IQ siswa tersebut, akan tetapi antara satu siswa dengan lainnya tidak sama. Menurut David Wechsler dikutip www.balitacerdas.com / 3 Februari 2008 menjelaskan bahwa : Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Menurut David Wechsler seperti dikutip dalam www.balitacerdas.com / 3 Februari 2008 menjelaskan bahwa Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age) dengan umur kronologik (Chronological Age). Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Dalam kaitannya dengan prestasi belajar sejarah siswa, maka nilai IQ bisa menjadi patokan termudah bagi guru untuk melihat sejauh mana kemampuan seorang siswa dalam pemahaman sebuah mata pelajaran. Dalam hal ini mengacu pada pemahaman mata pelajaran sejarah. Pemahaman nilai-nilai sejarah juga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar anak didik. Pada dasarnya pemahaman ini berkaitan dengan kenyamanan siswa mempelajari mata pelajaran sejarah itu sendiri. Jika seorang anak didik merasa nyaman dan memiliki kesukaan terhadap mata pelajaran sejarah, maka hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat prestasi belajar seorang anak (www.wikipedia.com / 15 januari 2008). Kurangnya kesadaran sejarah siswa, salah satu yang menyebabkan lahirnya pemahaman nilai sejarah siswa yang negatif terhadap sejarah, terutama yang berkaitan dengan perjuangan Bangsa Indonesia. Soekarno pernah berpesan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai jasa-jasa para pahlawannya. Ini mengindikasikan bahwa pemahaman nilai-nilai sejarah sudah selayaknya ditanamkan pada anak didik (siswa), bahkan sejak dini. Sejarah merupakan salah satu rumpun ilmu humaniora. Sejarah ditulis oleh orang dalam semua peradaban dan sepanjang waktu, sebenarnya hal ini cukup menjadi bukti
bahwa sejarah itu perlu bagi kehidupan bangsa dan manusia. Pada dasarnya sejarah dibagi menjadi dua yaitu sejarah empiris dan sejarah normatif. Sejarah empiris dipergunakan untuk tujuan yang bersifat ilmiah akademik, sedangkan sejarah normatif merupakan kajian sejarah yang menyajikan substansi sejarah disusun menurut criteria normatif dan sebagai sarana pendidikan. Sartono Kartodirdjo (1984 : xvii) menjelaskan bahwa pengajaran sejarah merupakan dasar bagi pendidikan dalam masa pembangunan bangsa, terutama untuk menggembleng jiwa generasi muda, untuk membangkitkan suatu bangsa. Lebih lanjut dikatakan bahwa bangsa yang tidak mengenal sejarahnya akan kehilangan identitas atau kepribadiannya. Dari uraian Sartono Kartodirjo tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai pentingnya pengetahuan sejarah. Pengetahuan sejarah sangat berguna terutama bagi generasi muda, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi seperti sekarang ini. Pengetahuan sejarah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sejarah perjuangan bangsa. Dalam hal ini nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah sangat dperlukan siswa untuk mencapai apa yang telah menjadi tujuan pengajaran sejarah. Dari uraian masalah diatas maka peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih lanjut mengenai STUDI KOMPARASI ANTARA NILAI IQ DAN PEMAHAMAN NILAI SEJARAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 CEPOGO, BOYOLALI.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, pembahasan tentang Prestasi Belajar Sejarah Siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali di tinjau dari latar nilai IQ dan Minat pemahaman nilai sejarah ternyata bersifat komplek. Penelitian ini difokuskan pada prestasi belajar sejarah siswa SMA 1 Cepogo Boyolali terhadap nilai IQ dan Minat pemahaman nilai sejarah. Adapun pertanyaannnya berkisar tentang apakah ada perbedaan nilai IQ tinggi maupun nilai IQ rendah terhadap prestasi belajar sejarah. Demikian juga apakah ada perbedaan pemahaman nilai sejarah yang rendah dengan pemahaman nilai sejarah siswa yang tinggi terhadap prestasi belajar sejarah. Selanjutnya adakah interaksi latar belakang nilai IQ tinggi atau nilai IQ rendah dan pemahaman nilai sejarah tinggi atau pemahaman nilai sejarah rendah terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA 1 Cepogo Boyolali.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penlitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah siswa antara yang memiliki nilai IQ tinggi dan rendah? 2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar sejarah siswa antara siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah yang tinggi dan pemahaman nilai sejarah siswa yang rendah? 3. Apakah ada interaksi antara nilai IQ tinggi dan rendah dan pemahaman nilai sejarah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar sejarah siswa?
D. Tujuan Penelitian Setiap penelitian dapat dirumuskan tujuan yang hendak dicapai melalui suatu kegiatan ilmiah. Dari penelitian ini tujuan yang hendak dicapai, yaitu untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki
nilai IQ tinggi dan rendah?
2. Untuk mengetahui perbedaan antara pemahaman nilai sejarah siswa yang tinggi dan pemahaman nilai sejarah siswa yang rendah terhadap prestasi belajar sejarah? 3. Untuk mengetahui interaksi antara nilai IQ tinggi dan rendah dan pemahaman nilai sejarah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar sejarah siswa?
E. Manfaat Penelitian Setelah melakukan penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat baik bagi peneliti, para guru dan para siswa sendiri : 1. Secara Teoritis : a) Dapat memberikan gambaran tentang ada dan tidaknya pengaruh antara nilai IQ dan wawasan kesejarahan dengan prestasi belajar sejarah siswa SMA 1 Cepogo Boyolali. b) Dapat memberikan dan menambah serta mengembangkan pemahaman nilai sejarah yang berkaitan dengan pembelajaran. 2. Secara Praktis : a) Untuk memberi masukan pada pendidikan. Khususnya lembaga bimbingan dan penyuluhan di SMA N 1 Cepogo Boyolali, sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu sekolah tersebut b) Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan ada tidaknya interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar siswa SMA N 1 Cepogo Boyolali. c) Sebagai bahan informasi bagi para pembaca untuk menambah cakrawala pengetahuan tentang latar belakang etnis dan pengetahuan kesejarahan.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teoritis 1. IQ (Intelligence Quotient) a. Pengertian Semua orang tua tentunya menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak cerdas. Menurut pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung, mengolah kata-kata dan angka. Para ahli menentukan tingkat kecerdasan seorang anak secara metodik dengan IQ (Intellegent Quotient). Sebagian orang mengatakan bahwa antara inteligensi dengan IQ adalah sama, namun sebenarnya keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Menurut David Wechsler seperti dikutip www.balitacerdas.com / 3 Februari 2008 menjelaskan mengenai pengertian intelegensi sebagai berikut : Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Rachman N (1979 : 83) mengungkapkan bahwa intelegensi adalah daya untuk menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan bahanbahan pikiran yang ada menurut pikirannya. Lebih lanjut Rachman N (1979 : 83) menjelaskan bahwa pengertian lain dari intelegensi adalah mencakup kemampuan untuk memanfaatkan pengalaman agar dapat melakukan penyesuaian kepada situasi-situasi baru. Sedangkan M. Husaini (1978 : 73-74) menjelaskan pengertian lain dari intelegensi sebagai berikut : Intelegensi merupakan kecerdasan melakukan perbuatan disertai dengan pemahaman atau pengertian, perbuatan penyesuaian diri secara mental terhadap situasi dan kondisi. Jadi intelegensi adalah perbuatan yang menuntut kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan untuk persepsi biasa.
Kemampuan itu adalah kemampuan untuk mengolah lebih jauh lagi dari hal-hal yang kita amati. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional dan kemampuan untuk menggunakan daya pikirnya yang berguna dalam pemahaman terhadap situasi yang baru. IQ didefinisikan sebagai “An intelligence quotient or IQ is a score derived from one of several different standardized tests attempting to measure intelligence” (Intellegent Quotient atau IQ adalah score atau nilai yang diperoleh dari salah satu dari beberapa test yang distandarisasikan berbeda untuk mengukur kecerdasan/intelegensi) (www.wikipedia.com/ 5 Februari 2008). Sedangkan pengertian lain dari IQ adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. (www.balitacerdas.com/ 3 Februari 2008). Menurut M.Husaini (1978 : 73-74) IQ adalah nilai yang diperoleh dari perbandingan umur sebenarnya dikalikan seratus. Pendapat lain dilontarkan Dewa Ketut Sukardi (1984 : 33) yang menyatakan bahwa IQ adalah suatu jenis test psikologis yang khusus dipergunakan untuk mengukur taraf intelegensi/tingkat kecerdasan seseorang. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IQ adalah skor atau nilai hasil pengukuran intelegensi yang diperoleh dari beberapa tes, yang bertujuan untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Intelegensi Anak (IQ) Tinggi rendahnya IQ seorang anak, dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi 3 (www.pikiranrakyatonline.com/ 5 Februari 2008). 1) Faktor Genetik Menurut hasil penelitian, kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Untuk itu, tidak heran jika ayah-ibu yang cerdas, akan
melahirkan anak yang cerdas pula. Bahkan kini di luar negeri, terdapat bank sperma dari para donor pria-pria jenius 2) Faktor gizi Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat ibu hamil dan juga pada waktu bayi, yaitu pada saat sel-sel otak sedang tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari jumlah yang normal. Hal itu tentu saja akan mempengaruhi kerja otak tersebut di kemudian hari. 3). Faktor Lingkungan Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan kebutuhan mental bagi si anak. Kebutuhan mental meliputi kasih sayang, rasa aman, pengertian, perhatian, penghargaan, serta rangsangan intelektual. Kekurangan rangsangan intelektual pada masa bayi dan balita, dapat menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Hal itu sering terjadi pada bayi-bayi yang ditinggal di panti asuhan. IQ atau tingkat kecerdasan ini dianggap tidak akan berubah sampai seseorang menjadi dewasa. Namun dalam perkembangannya, ditemukan beberapa penyebab yang dapat merubah IQ seseorang (www.psikolgi_jurn.com/ 5 Februari 2008).
a). Penyebab Organo - Biologis Yaitu segala kerusakan yang terjadi pada sel-sel otak, yang bisa diakibatkan oleh penyakit, tumor otak, kecelakaan ataupun kurang gizi. Makin berat kerusakan sel-sel otak, makin berat pula gangguannya terhadap fungsi otak. b). Penyebab Psiko-Sosial Yaitu hambatan-hambatan yang disebabkan oleh lingkungan, misalnya kekurangan rangsangan mental pada bayi dan anak. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua, juga oleh faktor kemiskinan. Pada golongan sosio-ekonomi yang rendah, segala energi dari orang tua dicurahkan untuk mencukupi kebutuhan sandang dan pangan, sehingga orang tua tidak
mempuyai waktu untuk mendidik anak-anak. Kebanyakan anak-anak itu dibiarkan tumbuh sendiri dan meniru apa yang mereka lihat di lingkungannya. Hal ini berbeda dengan kalangan menengah keatas yang mempunyai banyak waktu untuk mengawasi perkembangan ana-anaknya. c). Penyebab kelainan kromosom Terjadinya kelainan kromosom dapat menyebabkan anak-anak menjadi terbelakang mentalnya. Dalam dunia kedokteran anak-anak yang menderita keterbelakangan mental termasuk dalam golongan "mongoloid". Disebut "mongoloid" karena memiliki penampilan yang lain dari umumnya, seperti bentuk tubuhnya pendek gemuk, jari tangannya pendek, matanya sipit dan ujungnya miring ke atas, hidungnya pesek, mulutnya kecil dengan ujung ke bawah. Anak-anak ini tentu saja memiliki IQ rendah . c. Penghitungan IQ Menurut Apri Sukoco (1986 : 25) mengutip pernyataan Stern, bahwa rumus yang lazim digunakan untuk mengukur IQ seseorang adalah sebagai berikut :
Usia mental (MA) X 100 % = IQ Usia sesungguhnya (CA)
Keterangan : MA = Mental Age CA = Calender Age Contoh: Misalnya seorang anak yang masih berusia 3 tahun, tetapi telah mampu berbicara seperti layaknya anak usia 4 tahun ( Empat tahun inilah yang disebut sebagai usia mental anak). Maka berdasarkan rumus di atas IQ anak tersebut adalah: 4 X 100 = 133 3
Dengan adanya rumus baku pengukuran IQ tersebut, maka memudahkan dalam menentukan berapa besar IQ seorang anak. Sedangkan untuk menentukan mana yang tergolong IQ rendah dan tinggi maka dapat dilihat dalam tabel klasifikasi dari standar Binet Test dibawah ini :
IQ Intelligence Quotient
Golongan
160 - 169 150 - 159
Very Superior
140 - 149
130 – 139 120 – 129
110 - 119
Superior
High Average
100 - 109 90 - 99
Normal or Average
80 - 89
Low Average
70 - 79
Boderline Defective
60 – 69 50 – 59 40 – 49
Mentally Defective
30 - 39
Tabel 1. Tabel Klasifikasi Standar Binet Test
2. Pemahaman Nilai Sejarah
a. Pengertian Pemahaman Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Depdikbud, 94:714) pemahaman berasal dari kata ”paham” yang berarti (1) pengertian, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran, haluan, pandangan, (4) mengerti benar (akan), tahu benar (akan), (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat awalan pe- dan akhiran –an, menjadi pemahaman yang berarti : (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan. Jadi pemahaman adalah suatu proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan. Sebagai suatu proses dan perbuatan maka dalam pemahaman ada aktivitas tertentu (aktivitas mental) yang erat kaitannya dengan apa yang dipahami. Winkel (1989:246) menyatakan bahwa pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Ia sendiri mengambil dari taksonomi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional. Bloom membaginya ke dalam tiga kategori yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pemahaman termasuk salah satu bagian dari aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek-aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan analisis, sintesis dan evaluasi. Keenam aspek di bidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berfikir dari yang terendah sampai yang tertinggi. Selanjutnya Winkel (1989:254) menjelaskan bahwa pemahaman sebenarnya merupakan proses kognitif yang merupakan gabungan antara mengetahui dan menghayati yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pemahaman secara utuh. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang paling rendah tingkatannya dan mendasari tingkat ranah selanjutnya yaitu ranah afektif dan ranah psikomotorik. Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan. Nana Sujana (1992: 24) lebih lanjut menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenar-benarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui
berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi pemaknaan ektrapolasi. Memiliki pemahaman tingkat ekstrapolasi berarti seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi-kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang berhubungan dengan implikasi dan konsekuensinya. Sejalan dengan pendapat di atas, Suke Silverius (1991; 43 – 44) menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: (1) menerjemahkan/ translation, pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan/translation, arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mepermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata-kata ke dalam gambar grafik dapat dimasukan ke dalam kategori menerjemahkan. (2) menginterpretasi/interpretation, kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama
suatu
komunikasi.
(3)
mengekstrapolasi/extrapolation,
agak
lain
dari
menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Jadi dari beberapa uraian dia atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah merupakan suatu proses, perbuatan terhadap bahan-bahan yang dipelajari. Pemahaman meletakkan pada dasar suatu kegiatan belajar, tanpa hal tersebut maka suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan tidak akan bermakna serta proses belajar yang dialami oleh individu tidak membawa hasil yang maksimal. Lebih lanjut, Suharsimi Arikunto (1999: 118) menyatakan bahwa dengan pemahaman, seorang individu diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep. Pemahaman dalam arti terakhir ini tidak hanya menghendaki seseorang mengerti, tetapi menuntut agar kita dapat menggunakan bahan-bahan yang telah dipahami dengan layak dan efektif. Selanjutnya Dilthey (1993: 54) menyatakan bahwa pemahaman adalah pengertian tentang kerja akal pikiran manusia. Akal pikiran membentuk gabungan-gabungan dan hubungan-hubungan berbagai macam peristiwa dalam bentuk sebuah pola.
Dari uraian di atas dapat disarikan bahwa pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap arti dan makna dari bahan yang dipelajari. Di dalam kaitan ini dapat dijelaskan pemahaman berarti memahami arti dan makna yang terkandung, dan bukan hanya mengahafal angka tahun dan juga peristiwa saja. Melalui pemahaman akan termotivasi untuk mengetahui, mempelajari, mengerti serta dapat menginterpretasi sesuatu obyek peristiwa. Artinya dalam diri seseorang terjadi suatu proses berfikir mengapa peristiwa itu terjadi dan apa akibat dari peristiwa itu. b. Pengertian Nilai Secara umum, lingkup pengertian nilai adalah tidak terbatas. Sebagai suatu yang ada dalam alam semesta, langsung atau tidak langsung disadari atau tidak disadari mengandung nilai-nilai tertentu. Hanya nilai macam apa yang terkandung di dalam sesuatu itu masih harus ditentukan. Multi interpretasi, bermacam interpretasi manusia tentang nilai ini melahirkan berbeda-beda cara pandang manusia baik dalam menentukan hidupnya sendiri, bermasyrakat, berbangsa maupun bernegara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud: 690) adalah sifat-sifat, halhal yang dianggap penting dan berguna bagi kemanusiaan. Selanjutnya Sastra Pratedja (1993; 8) menyebutkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dinilai positif, dihargai, dipelihara, diagungkan, dihormati, membuat orang gembira, atau puas bersyukur (kepuasan rohaniah). Sementara Mardiatmadja (1986:54) menjelaskan nilai adalah hakikat sesuatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikerjakan oleh manusia demi peningkatan kualitas hidup manusia atau pantas dicintai, dihormati, dikagumi atau yang berguna untuk sesuatu hal.Jadi nilai pada hakikatnya adalah suatu hal yang dianggap penting atau berguna bagi manusia, yang dinilai positif, dihargai, dipelihara, digunakan, dihormati dan pantas dikerjakan oleh manusia demi peningkatan kualitas hidupnya. Menurut pendapat Louis O Kattsoxf sebagaimana dikutip oleh Junaidi (1982: 15) membagi nilai menjadi empat macam arti yaitu (1) bernilai artinya berguna, (2) merupakan nilai artinya baik atau benar atau indah, (3) mengandung nilai artinya merupakan obyek atau keinginan atau sifat yang menimbulkan sikap setuju serta sesuatu predikat dan (4) memberi nilai artinya memutuskan bahwa sesuatu itu diinginkan atau menunjukkan nilai.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka nilai itu artinya, baik, benar dan indah. Nilai itu merupakan obyek atau keinginan untuk bersikap serta sesuatu yang mendorong untuk memutuskan apa yang diinginkan. Nilai di dapat dibagi menjadi beberapa macam, hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Notonegoro (1978: 51) yang membagi nilai menjadi tiga yaitu: 1. Nilai meterial, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia. 2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas. 3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam yaitu: a) Nilai kebenaran / kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (ratio, budi, cipta) b) Nilai keindahan, yang bersumber pada unsur rasa manusia (gevoel, perasaan, estetis) c) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak/kemauan manusia (will, karsa, etnic) d) Nilai religius yang merupakan nilai keTuhanan, kerohanian kehendak/ kemauan, nilai religius ini bersumber pada kepercayaan/keyakinan manusia. Jadi yang mempunyai nilai itu tidak hanya sesuatu yang berwujud benda meterial saja, tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud benda material. Bahkan sesuatu yang tidak berwujud benda material ini dapat mempunyai nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Nilai material relatif dapat diukur dengan mudah, yaitu dengan menggunakan alat-alat pengukur, seperti alat pengukur berat (kilogram), alat pengukur panjang (meter), pengukur isi (liter) dan sebagainya. Sedangkan nilai non material diukur dengan ”budi nurani manusia” karena itu lebih sulit dilakukan. Manusia yang mengadakan penilaian terhadap sesuatu yang bersifat rohaniah menggunakan budi nuraninya yang dibantu oleh inderanya. Sampai sejauhmana kemampuan dan peranan alat-alat bantu ini bagi manusia yang satu dengan yang lain berbeda, jadi hal ini tergantung kapada manusia yang mengadakan penilaian. Bagi manusia nilai dijadikan landasan, alasan atau motivasi dalam segala perbuatannya.
Jika
orang
menyatakan
perdamaian
merupakan
sesuatu
yang
bernilai,misalnya, maka ia memahami bahwa di dalam hakikat perdamaian itu terdapat nilai yang mendasari perdamaian itu sendiri(kattsoff, O Louis, 1992: 345).
Sebagai salah satu jenis keyakinan, nilai menempati posisi sentral dalam keseluruhan sistem keyakinan seseorang, merupakan ideal-ideal abstrak yang tidak terikat pada obyek sikap atau situasi khusus tertentu, namun menjadi penentu semua jenis perilaku. Selanjutnya (Rokeach, 1998; 316)juga menyatakan bahwa nilai mempunyai tiga fungsi utama bagi seseorang yaitu: (1) sebagai ukuran baku yang membantu dan mengarahkan kegiatan seseorang ; (2) sebagai cara untuk membantu pemecahan konflik dan mengambil keputusan dan ; (3) berfungsi sebagai motivasi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai itu merupakan hasil pertimbangan terhadap sesuatu. Nilai itu dihargai, dipelihara, digunakan dan dihormati, sehingga mendorong manusia yang menghayati untuk memilih mana yang penting/tidak penting, benar/tidak benar, baik/tidak baik, berguna/tidak berguna, dengan demikian nilai memberi arah untuk bersikap dan bertingkah laku seseorang.
c. Pengertian Sejarah Kata sejarah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1(Depdikbud:891) berarti silsilah; asal usul (keturunan), (2) kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat; tambo, (3) pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Menurut Muh. Yamin sebagaimana dikutip oleh Helius Syamsuddin (1996: 6) menyatakan bahwa: ”Sejarah ialah ilmu pengetahuan dengan umumnya, yang berhubungan dengan ceritera bertarikh sebagai hasil penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yang telah lampau, atau tanda-tanda yang lain. Selanjutnya Sidi Gazalba (1966; 11) menyatakan bahwa sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa lalu dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan pemahaman tentang apa yang telah berlalu itu.
Sejarah tidak hanya mencatat kejadian yang telah terjadi dan fakta peninggalan atau warisan masa lalu saja, tetapi juga menguraikan hubungan di antara rentetan peristiwa yang terjadi. Menurut Sartono Kartodirdjo (1992; 14) sejarah dapat berarti subyektif dan juga obyektif, sejarah dalam arti subyektif adalah suatu konstruk yang disusun oleh penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Uraian atau cerita itu merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup fakta-fakta yang terangkai untuk menggambarkan suatu gejala sejarah, baik proses maupun strukturnya. Selanjutnya juga dijelaskan sejarah dalam arti obyektif yang berarti menunjukkan kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, ialah proses sejarah dalam aktualitasnya sehingga kejadian tersebut hanya sekali terjadi dan tidak terulang kembali. Dari uaraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sejarah
tidak
terulang
kembali
itu
ialah
sejarah
dalam
artian obyektif, sedangkan perlunya mempelajari atau belajar dari sejarah, hal ini menunjukan sejarah dalam arti subyektif. Dari dua pengertian tersebut jelas bahwa ada sejarah yang bersifat obyektif yaitu peristiwa manusia di masa lampau dan hanya sekali terjadi, serta sejarah dalam arti subyektif yang berarti ceritera atau uraian fakta yang terangkai untuk menggambarkan gejala sejarah. Sejalan dengan pendapat Sartono Kartodirdjo, Colling Wood sebagaimana dikutip oleh Patrik Gardiner (1959; 250) menyatakan bahwa sejarah adalah suatu pengetahuan pemikiran di masa lalu yang penting dan pokok,maka dalam penulisan sejarah membutuhkan suatu penelitian mutlak dalam usaha mengetahui pemikiran orang lain sehingga tugas pokok para sejarawan adalah memikirkan dan menurunkan kembali dalam pemikiran-pemikiran serta pertimbangan-pertimbangan dari para pelaku sejarah. Menurut Taufik Abdullah (1985;13), peristiwa yang masuk sebagai peristiwa sejarah adalah peristiwa-peristiwa penting di masa lalu. Ukuran penting atau tidak penting baru dapat terbentuk setelah ”pertanyaan pokok” ditentukan oleh sejarawan yang bersangkutan. Jawaban terhadap pertanyaan apa, siapa, di mana merupakan fakta sejarah yang memungkinkan adanya sejarah secara obyektif. Jawaban-jawaban pertanyaan ”bagaimana” adalah suatu deskriptif yang disebut sejarah atau ikatan fakta-fakta. Sedangkan pertanyaan ”mengapa dan apa jadinya” merupakan pertanyaan kausalitas
sekaligus sebagai puncak studi sejarah yang sering juga disebut sejarah kritis dan menunjukkan kualitas ilmiahnya. Dari berbagai pengertian, penjelasan dan pemahaman akan masa lampau tersebut di atas dapat dijadikan sabagai cermin untuk masa kini dan dapat memprediksi masa yang akan datang. Dengan mempelajari sejarah diharapkan seseorang akan dapat menafsirkan dan memahami sebab akibat suatu peristiwa sejarah. Berdasarkan pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman nilai sejarah ini berarti kemampuan subyek untuk mempertimbangkan sesuatu, sehingga mendorong individu yang menghayati untuk memilih mana yang penting/tidak penting, benar/tidak benar, baik/tidak baik, berguna/tidak berguna, dengan demikian memberikan arah untuk bersikap dan bertingkah laku. Diharapkan bagi para siswa dengan memahami nilai-nilai sejarah dapat menumbuhkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap sejarah bangsa Indonesia, sehingga dapat berperan aktif dalam pelestarian tempat-tempat peninggalan sejarah dan mengetahui jati diri bangsanya.
3. Prestasi Belajar Sejarah Dalam pengertian secara umum, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan. Winarno Surahman (1986: 67) mengemukakan bahwa “belajar adalah memahami, berarti menghayati suatu pengalaman aktual yang akan menimbulkan respon tertentu dari pihak lain”. Sedangkan Skinner sebagaimana dikutip Barlow (1985: 92) berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkas bahwa belajar adalah a process of progresive behavior adaptation. Berdasarkan berbagai macam definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik secara potensial maupun secara aktual, dan bersifat permanen. Nana Sudjana (1995: 22) memberikan batasan “prestasi belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi
belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada di dalam diri siswa, misalnya kesehatan, ketrampilan, kemampuan, dan sebagainya. Sedangkan kondisi eksternal adalah kondisi yang ada diluar diri pribadi manusia, misalnyua ruang belajar yang bersih, sarana dan prasarana belajar yang memadai. Dewa Ketut (1993: 30) mendefinisikan prestasi belajar adalah suatu hasil maksimum yang diperoleh seseorang dalam rangka usaha mengoptimalkan dan mempotensikan diri lewat belajar”. Sedangkan Noehi Nasution (1992: 4) mendefiniskan “belajar sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan yang muncul disebabkan oleh kematangan suatu hal”. Dari pengertian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan hasil atau proses tingkah laku seseorang dalam belajar dan prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Suratinah Tirtonegoro (1994: 43) Juga mendefinisikan “Prestasi belajar sebagai hasil pengukuran dari belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu”. Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1989: 731) dijelaskan pengertian dari prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran dan ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh guru sebagai hasil dari pembelajaran tersebut. Prestasi belajar merupakan suatu hasil maksimal yang diperoleh seseorang dari usahanya dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar. Uraian tersebut di atas memberikan pengertian prestasi belajar yang dihubungkan dengan pendidikan sebagai hasil pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar sebagai hasil kegiatan belajarmengajar merupakan ukuran perubahan tingkah laku belajar yang dinilai dengan standar atau kreteria tertentu sehingga dapat digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya hasil yang dicapai. Oleh karena itu, prestasi belajar merupakan cermin hasil kegiatan belajarmengajar dengan wujud pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh. Prestasi yang
dimiliki dapat diukur lewat tes hasil belajar. Seperti halnya dijelaskan Winarno Surahmad (1986: 23) bahwa “prestasi belajar yang baik adalah hasil yang memenuhi dan dapat mencapai tujuan belajar baik ditinjau dari sudut guru maupun dari sudut siswa”. Dalam hal proses belajar-mengajar, Sumadi Suryabrata (1989: 7) menjelaskan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu dan faktor yang berasal dari dalam individu. Faktor dari dalam individu dibedakan menjadi faktor psikologis dan faktor fisiologis, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri individu dibedakan menjadi faktor sosial dan faktor non sosial. Proses belajar merupakan hasil belajar-mengajar sebagai hasil kegiatan belajarmengajar dan interaksi guru dengan siswa. Oleh karena itu, untuk pencapaian prestasi belajar yang optimal guru sebagai fasilitator dan inovator pembelajaran harus dan wajib memilih strategi pembelajaran dan penyajian materi belajar secara tepat. Slameto (1988: 85) mengamati “beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor intern dan ekstern”. Faktor intern (dalam diri anak) terdiri atas faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi, dan cara belajar. Faktor ekstern (lingkungan)yaitu faktor keluarga, sekolah dan masyarakat”. Faktor yang mempengaruhi proses belajar serta prestasi anak didik yang berasal dari dalam diri anak adalah : a. Kelainan otak. Kelainan dalam sub satrat otak akibat gangguan selama kehamilan, kesulitan pada proses persalinan dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel otak yang menganggu proses impuls syaraf b. Maturasi kepribadian. Taraf maturasi kepribadian menentukan apakah seseorang anak sudah siap belum untuk bekajar di sekolah, misalnya anak di bawah 5 tahun umurnya belum cukup matang dan mampu duduk terus terlalu lama dan dengan serius melaksanakan tugas pembelajaran yang diberikan secara tuntas dan purna c. Gangguan
pemusatan.
Keluhan
mengenai
tidak
mampu
anak
untuk
memperhatikan dan mengikuti instruksi guru juga dapat disebabkan oleh kelainan ini. Orang tua dan guru tidak mengerti mengenai kesulitan yang dialami anak tersebut, sehingga anak dianggap sebagai anak nakal dan menghukum anak tersebut.
d. Taraf kecerdasan. Anak berbakat juga dapat menjadi kendala dalam proses belajar. Metode pengajaran yang diperlukan agak berbeda dengan yang biasa. Hal ini dilakukan agar anak tidak mudah bosan. Kreativitas anak harus disalurkan, materi pengajaran harus sedapat mungkin diberikan secara stimulan sehingga dapat merangsang minat si anak. Sedangkan faktor Lingkungan sebagai kendala prestasi belajar siswa antara lain (Jan Prasetyo 1993: 92): a.
Sikap dan cara orang tua mendidik anak dalam keluarga. Jauh sebelum anak masuk sekolah, orang tua perlu mempersiapkan anaknya melalui pendidikan dirumah agar anak mencapai kesiapan belajar yang dibutuhkan. Orang tua hendaknya memberikan contoh-contoh yang baik pada anaknya karena anak cenderung meniru orangtuanya.
b.
Sikap dan cara guru mendidik anak di sekolah. Seringkali guru dalam penilaian hasil belajar, masih ditujukan untuk mencari kesalahan yang dibuat anak dan tidak berorientasi pada keberhasilan anak. Cara penilaian semacam ini tidak bersifat mendidik anak.
c.
Sistem pendidikan. Banyak masalah belajar pada anak disebabkan karena dasardasar belajar dikuasai. Kurang tepatnya sistem pengajaran yang dilakukan oleh kurikulum yang dijalankan oleh penyelenggara pendidikan. Sejarah merupakan rentetan pristiwa-pritiwa pada masa lampau. Helius
syamsudin (2004: 12) mendefinisikan “sejarah bermula dari bahasa arab syajaratun yang artinya pohon kayu. Pohon menggambarkan pertumbuhan yang terus menerus dari bumi dan daun, kembang atau bunga serta buah”. Sejarah yang berarti pohon juga berarti keturunan asal-usul atau silsilah. Selain hal tersebut pohon di sini mengandung pengertian suatu percabangan genealogis dari suatu kelompok keluarga. Situasi masyarakat waktu dulu yang berorientasi atau penonjolan peran penguasa atau raja, maka kebanyakan asal-usul yang ditulis waktu itu adalah dari kelompok orang-orang besar, sehingga yang terlihat dari sebuah silsilah tersebut adalah sifat istana sentris. Sejarah sangat berguna bagi generasi-generasi sekarang maupun mendatang. Seperti dijelaskan oleh Hill (1956: 25) dengan mempelajari sejarah secara unik dapat
memuaskan rasa ingin tahu tentang kehidupan para tokoh atau pahlawan dan juga dapat membangkitkan rasa keingintahuan tentang kehidupan manusia masa lampau. Sedangkan Nugroho Notosusanto (1979: 10) mengungkapkan bahwa “dengan mempelajari sejarah kita akan memiliki wawasan sejarah, dengan memiliki wawasan sejarah akan mengkonsepkan preses sejarah yang berguna untuk mengantisipasi masa depan”. Pelajaran sejarah disekolah dapat menopang pertumbuhan wawasan kebangsaan yang begitu fundamental bagi pembangunan bangsa. Proses belajar sebagai pemahaman dan penyadaran mampu menjadi sumber inspiratif dan pangkal tumbuhnya rasa kebangsaan yaitu semangat nasionalisme di kalangan generasi muda, apabila tanpa idealisme dan aspiratif mengenai terjemahan tanah air dan bangsanya maka generasi muda akan kehilangan jati dirinya sebagai suatu bangsa (Sartono Kartodirjo.1992: 29). Dari beberapa uraian tersebut memberikan pengertian prestasi belajar yang dikaitkan dengan pendidikan sebagai hasil pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar sebagai hasil kegiatan belajar mengajar merupakan ukuran perubahan tingkah laku belajar yang dinilai dengan standar atau kreteria sehingga dapat digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya hasil yang dicapai. Oleh karena itu, prestasi belajar merupakan cermin hasil kegiatan belajar mengajar dengan wujud pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh. Kecakapan yang dimiliki dapat diukur lewat tes hasil belajar, seperti halnya dikatakan Winarno Surahmad (1986: 23) bahwa “prestasi belajar yang baik adalah hasil yang memenuhi dan dapat mencapai tujuan belajar baik ditinjau dari sudut guru maupun dari sudut siswa”.
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian tentang pengaruh IQ terhadap prestasi belajar telah dilakukan oleh Neisser et al. (1995). Intelligence: Knowns and Unknowns. Board of Scientific Affairs of the American Psychological Association. California : California University Media. Dalam penelitian tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa anak dengan nilai tes intelegensi lebih tinggi cenderung mempelajari lebih dari apa yang diajarkan di sekolah daripada mereka yang memiliki nilai lebih kecil. Lembaga ini menyebutkan bahwa “However, this means that they explain only 25% of the variance. Successful
school learning depends on many personal characteristics other than intelligence, such as memory, persistence, interest in school, and willingness to study”. Dari penjelasan tersebut di atas di dapat bahwa IQ setidaknya menyumbang sekitar 25 % dari berbagai macam kebutuhan siswa. 75 % lainnya ditentukan oleh karateristik yang dimiliki oleh individu itu sendiri. Jadi IQ mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar seseorang. Pajaitan.S juga telah melakukan penelitian tentang pengaruh nilai IQ terhadap prestasi belajar “Studi komparasi antara nilai IQ dan motifasi belajar terhadap prestasi belajar. ( Skripsi : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.1992 ).Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara nilai IQ terhadap prestasi belajar pada taraf signifikansinya lima persen (r=0,56 > r=0,11). Terdapat hubungan yang berarti motifasi belajar terhadap prestasi belajar pada taraf signifikansi lima persen (r=0,58 > r=0,11). Terdapat hubungan yang berarti antara nilai IQ dan motifasi belajar secara bersama-sama pada taraf signifikansi lima persen (r=0,67 > r=0,11). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai IQ mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar
C. Kerangka Berpikir
1.Perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa siswa yang memiliki nilai IQ tinggi dan siswa yang memiliki IQ rendah? Prestasi belajar adalah penguasaan pengatehuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh pelajaran lazimnya ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh seseorang dari usahanya dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensikan diri lewat belajar. Sedangkan IQ adalah skor atau nilai hasil pengukuran intelegensi yang diperoleh dari beberapa tes, yang bertujuan untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang . Harmanto (1976: 12) mengatakan bahwa hal-hal yang berpengaruh terhadap proses belajar mengajar akan berpengaruh pula terhadap prestasi belajar. Pengaruhpengaruh itu pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun salah satu faktor internal yang dimaksud adalah
intelektual atau IQ. Dalam hal ini disebutkan bahwa tingkat kecerdasan sesorang berpengaruh terhadap prestasi belajar Berdasarkan uraian diatas, diduga terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa yang memiliki IQ tinggi dengan siswa yang memiliki IQ rendah. Karena diduga siswa dengan IQ tinggi cenderung lebih mudah menyerap mata pelajaran sejarah, sehingga mempunyai prestasi ynag lebih tinggi pula. 2.Perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah yang rendah? Pemahaman nilai sejarah adalah kemampuan subyek untuk memahami nilai – nilai yang terkandung dalam sejarah, sehingga menimbulkan kecintaan yang tinggi terhadap sejarah . Menurut David Wechsler seperti dikutip www.balitacerdas.com / 3 Februari 2008 menjelaskan bahwa pemahaman nilai-nilai sejarah memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pada dasarnya pemahaman ini berkaitan dengan kenyamanan siswa mempelajari mata pelajaran sejarah itu sendiri. Jika seorang anak didik merasa nyaman dan memiliki kesukaan terhadap mata pelajaran sejarah, maka hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat prestasi belajar seorang anak . Kurangnya kesadaran sejarah siswa, juga menjadi penyebab lahirnya pemahaman nilai sejarah siswa yang negatif terhadap sejarah. Berdasarkan uraian diatas diduga terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah siswa antara siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah yang tinggi dengan siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah yang rendah. Karena diduga siswa dengan pemahaman sejarah yang tinggi cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi tentang kesejarahan dan minat yang tinggi pula terhadap mata pelajaran sejarah sehingga menunjang dalam pelajaran sejarah. 3.Interaksi antara nilai IQ dan juga pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa? Nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah yang memadai akan berpengaruh terhadap semakin besarnya prestasi belajar siswa. Jadi dapat dikatakan siswa yang memiliki nilai IQ semakin tinggi cenderung memiliki prestasi belajar sejarah yang lebih tinggi pula, demikian juga siswa yang meiliki pemahaman nilai sejarah yang tinggi juga cenderung
memiliki prestasi belajar sejarah yang tinggi pula. Apa bila keduanya ada (nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah yang tinggi) pada siswa, hal itu akan mewujudkan keberhasilan dalam pembelajaran sejarah. Oleh karena itu, nilai IQ yang tinggi dan pemahaman nilai sejarah tinggi, kedua-duanya memiliki kaitan dan saling berpengaruh terhadap prestasi belajar sejarah. Sebaliknya apabila nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah yang rendah akan menghambat proses peningkatan prestasi belajar sejarah siswa.
D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir seperti tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa yang memiliki nilai IQ tinggi dan siswa yang memilki nilai IQ rendah 2. Ada perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah tinggi dan pemahaman nilai sejarah rendah 3. Terdapat interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMU Negeri 1 Cepogo, Boyolali yang beralamat di desa Paras, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Sekolah tersebut dipilih oleh peneliti karena mempunyai komponen yang bisa digunakan dalam mempermudah penelitian ini,antara lain sudah mempunyai data nilai IQ siswa. Selain itu pemilihan tempat penelitian ini dikarenakan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengambilan data karena lokasinya dekat dengan tempat tinggal peneliti.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2008, yang meliputi observasi sampai dengan selesainya penelitian ini. Jadwal Kegiatan Penelitian sebagai berikut ; Nomor
Jenis Kegiatan
Bulan
1
Penyusunan Proposal
April 2008
2
Pengkajian, Penyusunan, dan
Mei-Juni2008
Konsultasi Skripsi 3
Pengumpulan Data Penelitian
Juli- Agustus 2008
4
Pengolahan Data Penelitian
Agustus 2008-Februari 2009
5
Pengujian Hasil Penelitian
Januari 2009
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Winarno Surakhmad (1994: 139) mengungkapkan bahwa “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi, penelitian dengan tekhnik survey, dengan tekhnik interview, angket, observasi, atau dengan teknik test”. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang dengan menggunakan angket yang rnenghasilkan data kualitatif untuk kemudian ditransformasikan ke dalam data kuantitatif. Dari variable yang diteliti, penelitian ini termasuk metode komparasi Ex. Post facto. Ibnu Hadjar (1999:124) mengutarakan bahwa “Komparasi adalah suatu perhitungan statistik yang berusaha membandingkan 2 variabel atau lebih”. Penelitian Ex post Facto merupakan penelitian menguji pengaruh yang terjadi pada subyek. Hal ini merupakan pengujian sesudah fakta karena sebab dan akibat sudah terjadi atau sudah mempengaruhi variabel yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki nilai IQ tinggi dan rendah dan juga mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah rendah sekaligus mengetahui interaksi antara nilai IQ tinggi dan rendah dan pemahaman nilai sejarah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Penelitian ini akan dilakukan untuk melihat perbadaan prestasi belajar sejarah siswa yang memliki nilai IQ tinggi dan rendah serta antara siswa siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah rendah. Untuk itu, rancangan penelitian yang dianggap paling tepat adalah memakai teknik analisis varian (ANAVA) dua jalan atau ANAVA 2 X 2. Dikarenakan dapat melihat perbedaan lebih dari dua variasi sekaligus, serta bisa melihat hubungan antar variasi tersebut, maka digunakan formula table ANAVA 2X2 ANAVA 2 X 2 Variabel
B B1
A
A1
B2
A2 A
: Nilai IQ
A1
: Nilai IQ Tinggi
A2
: Nilai IQ Rendah
B
: Pemahaman Nilai Sejarah
B1
: Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi
B2
: Pemahaman Nilai Sejarah Rendah
2. Variabel Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (1993:10) “variabel penelitian termasuk penelitian deskriptif, karena penelitian dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang atau sedang terjadi”. Dengan uraian variabel-variabelnya sebagai berikut :
a. Variabel bebas 1 (X1) IQ IQ didefinisikan sebagai “An intelligence quotient or IQ is a score derived from one of several different standardized tests attempting to measure intelligence” (Intellegent Quotient atau IQ adalah score atau nilai yang diperoleh dari salah satu dari beberapa test yang distandarisasikan berbeda untuk mengukur kecerdasan/intelegensi) (www.wikipedia.com/ 5 Februari 2008). Dalam penelitian yang akan dilakukan sebagai sampel akan digunakan dua varian sampel yaitu nilai IQ tinggi dan nilai IQ rendah. Peneliti mengambil data nilai IQ dengan metode dokumentasi yaitu dengan mengisi cek list yang sudah disediakan peneliti. b. Variabel Bebas 2 (X2) Pemahaman Nilai Sejarah Pemahaman nilai sejarah ini berarti kemampuan subjek untuk mempertimbangkan sesuatu, sehingga mendorong individu yang menghayati untuk memilih mana yang penting/tidak penting, benar/tidak benar, baik/tidak baik, berguna/tidak berguna, dengan demikian memberikan arah untuk bersikap dan bertingkah laku. Pemahaman nilai sejarah menurut penelitian juga mempengaruhi prestasi siswa dalam pembelajaran. Walaupun derajat pengaruhnya kecil, namun Pemahaman nilai
sejarah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Pengembangan diri dan juga pengembangan kemampuan siswa bisa diperoleh dari pemahaman nilai sejarah. Di dalam penelitian ini, pemahaman nilai sejarah akan di klasifikasikan menjadi dua, yaitu siswa yang mempunyai pemahaman nilai sejarah tinggi dengan siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah rendah. c. Variabel Terikat (Y) adalah Prestasi Belajar Sejarah Prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar, sedangkan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan Saifudin Azwar (2002: 9) menyatakan ”tes prestasi belajar merupakan tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performa maksimal subjek dalam menguasi bahan-bahan atau materi yang diajarkan. Dalam kegiatan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes harian, tes formatif, bahkan ebtanas dan ujian masuk perguruan tinggi, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes yang peneliti adakan sendiri untuk memperoleh data dari nilai prestasi belajar siswa.
C. Populasi, Sampel dan Sampling 1. Populasi Moh Nasir (1988: 325) memberikan analisis bahwa “populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan”. Dengan kata lain populasi adalah individu-individu yang akan dijadikan obyek penelitian. Populasi menurut Sanford Laboivits yang dikutib Nawawi (1981: 57) populasi dapat diidentifikasikan sebagai subjek yang akan diteliti, yaitu orang-orang yang ingin diketahui keadaaanya. Nawawi (1998: 220) mendefiniskan “populasi sebagai keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, tumbuhan,gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karateristik tertentu sebagai sumber penelitian”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa dari kelas XI SMA N 1 Cepogo, Boyolali. Peneliti mengambil populasi kelas XI dari tiga ring kelas yang ada dikarenakan kelas XI tidak memiliki beban seperti halnya kelas XII yang menjelang ujian nasional. Selain itu kelas XI yang baru saja memasuki jenjang SMA, jadi belum
terbentuk betul karakter siswa SMA hal ini dikarena masa SMA baru saja dijalani setelah lulus dari SMP. Populasi yang ada di SMA 1 Cepogo, Boyolali untuk kelas XI sebanyak 4 kelas, baik jurusan IPA ataupun IPS. Tiap kelas terdiri dari 40 siswa maka banyaknya siswa kelas XI adalah 160 siswa 2. Sampel Agar penelitian ini efisien, maka tidak semua populasi dijadikan obyek penelitian, namun hanya pada sebagian populasi yang disebut dengan sampel. Moh Nasir (1988: 328) mendefiniskan “sampel adalah kumpulan dari unit sampling”, sedangkan Cholid Nurbuka,dkk (2003: 107) mendefiniskan “sampel adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian”. Singarimbun dan Effendi (1995) menyatakan ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetukan besarnya sampel dalam penelitian, yaitu : a. Derajat keseragaman (degree of homogeneity) dari populasi. b. Presesi (ketelitian) yang dikehendaki oleh peneliti, makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar sampel yang diambil. c. Rencana analisis. d. Tenaga, biaya dan waktu. Dengan melihat pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili terhadap seluruh populasi untuk diambil teknik-teknik tertentu. Dalam penelitian ini, penentuan sampel menggunakan teknik random sampling artinya teknik pengambilan sampel dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak. 3. Teknik pengambilan sampel Sampel yang dipilih dengan mengambil hanya sebagian saja dari populasi yang diambil secara acak (random). Masri.S (1987 : 111) menyatakan bahwa “sampel yang diambil tiap-tiap kelas seimbang dengan populasi yang ada. Besarnya sempel tidak boleh kurang dari 10% dari besarnya populasi, sedangkan peneliti lain ada yang menyatakan bahwa besarnya sampel minimal 5% dari jumlah satuan elementer populasi”. Masri S menyatakan dalam pengambilan sampel jika populasinya (N) berjumlah 160 maka jumlah sampling adalah 25 % dari total Populasi (N), maka :
n (sampel)
: 25% X N (Jumlah Populasi) : 25% X 160 siswa : 40 siswa
Maka diperlukan 40 responden atau siswa sebagai sampel dalam penelitian ini jika menurut teori masri.S dengan titik minimal. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Masri S tersebut. Yaitu dengan mengambil 25 % dari total populasi. Sampel mengambil 40 siswa yang diambil secara aca
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik kuisioner atau angket Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang akurat digunakan metode angket. Digunakan untuk mendapatkan data tentang pemahaman nilai sejarah siswa, yaitu dengan menyebar angket kepada responden. Adapun variable data yang diambil yaitu pemahaman nilai sejarah tinggi dan rendah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan tertutup. Yaitu berupa angket (kuisioner) yang daftar pertanyaanya langsung dikirim kepada orang yang ingin dimintai pendapat, keyakinan atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri. Suharsimi Arikunto
(1993:125) mengungkapkan bahwa “Jenis angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup:.. Dalam hal ini responden yang diberi suatu daftar pernyataan untuk ditanggapi dengan memilih alternative Jawaban yang disediakan. Sanapiah Faisal (1981: 9) mengungkapkan bahwa “alat pengumpul data berupa angket atau kuesioner berfungsi mewakili peneliti untuk menanyakan atau merekam Jawaban responden sehubungan dengan informasi atau keterangan yang hendak dikumpulkan”. Dalam pengukuran veriabel pemahaman nilai sejarah menggunakan 2 jenis soal pertanyaan yang bersifat positif dan pertanyaan yang bersifat negatif. Dari jumlah pertanyaan sebanyak 35 soal, ada pertanyaan yang menggunakan pertanyaan yang bersifat positif dan ada soal yang bersifat negatif. Adapun skor dalam pertanyaan adalah sebagai berikut : 1. Untuk pertanyaan yang bersifat negatif Jawaban (A) Sangat setuju diberi skor 1, (B)
Setuju diberi skor 2, (C) Ragu-ragu diberi skor 3, (D)Tidak Setuju diberi skor 4, (E) Sangat Tidak Setuju diberi skor 5 2. Untuk pertanyaan yang bersifat positif Jawaban (A) Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1, (B) Tidak Setuju diberi skor 2, (C) Ragu-ragu diberi skor 3, (D) Setuju diberi skor 4, (E) Sangat setuju diberi skor 5
2. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen atau barang-barang yang ditulis sebagai sumber data. Suharsini Arikunto (1985: 115) mengemukaan bahwa ”metode dokumentasi dapat mengunakan a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis besar kategori yang dicari, b. Cek list yaitu daftar variabel yang dikumpulkan datanya”. Penggunaan metode dokumentasi diaplikasikan pada variabel penelitian IQ. Data atau dokumentasi diambil dari nilai tes IQ
yang
sebelumnya sudah dilkakukan di sekolah tersebut.
3.Tehnik Tes Menurut Anastasi (1982:3) tes adalah seperangkat daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan atau skill seseorang Tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar pada mata pelajaran sejarah. Tes ini menggunakan tes yang dibuat penulis yaitu tes obyektif. Bentuk tes obyektif ini memberikan nilai berupa angka. Jumlah soal tes yang diberikan berjumlah 35 soal dengan skor nilai 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban yang salah.
E. Teknik Pengukuran Instrumen Uji coba instrumen dipergunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang dibuat sudah memenuhi syarat sebagai alat pengukur yang baik atau belum. Tujuan uji coba instrumen adalah mengetahui seberapa jauh alat pengukur yang telah disusun memiliki validitas dan reliabilitas yang sudah di kategorikan baik dan memenuhi persyaratan kemudian dipersiapkan untuk dibagikan kepada kelompok responden uji coba
1. Uji Validitas Arikunto (1998: 45) mengemukakan “Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Dimana instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat”. Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur. Dalam kaitannya dengan besarnya angka korelasi ini, Saifuddin Azwar (2000:153) menyebutkan bahwa “koefisien validitas yang tidak begitu tinggi, katakanlah berada di sekitar 0,50 sudah dapat diterima dan dianggap memuaskan. Namun apabila koefisien validitas ini kurang dari 0,30 maka dianggap tidak memuaskan. Jadi dapat disimpulkan bahwa item dari suatu variabel dikatakan valid jika mempunyai koefisien 0,30”. Untuk mencari validitas alat ukur dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Pearson dan dikenal sebagai rumus product moment, yaitu:
rXY =
{( N å X
N å XY - (å X )(å Y ) 2
}{
) - (å X ) 2 ( N å Y 2 ) - (å Y ) 2
}
( Suharsimi Arikunto, 1991:138) rXY
= Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X
= Skor masing-masing item
Y
= Skor total
XY
= Jumlah perkalian X dan Y
X2
= Jumlah kuadrat dari X
Y2
= Jumlah kuadrat dari Y
N
= Jumlah subyek
2. Uji realibilitas Singarimbun (1995: 68) mendefinisikan “reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan”. Untuk
mengetahui apakah alat ukur reliable atau tidak, diuji dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Sebuah instrumen dianggap telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,6. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai taraf reliabilitas tinggi, jika alat tersebut dikenakan pada kelompok yang sama memberikan hasil yang sama meskipun pada waktu yang berbeda. Untuk mengetahui reliabillitas digunakan rumus :
Di mana:
r11 =
k å ab 2 1k -1 at 2
r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan
Sab2
= jumlah varians butir
at2
= varians total (Suharsimi Arikunto, 1991:165) Berdasarkan hasil uji coba terhadap angket yang digunakan untuk mengumpulkan
data tentang pemahaman nilai sejarah, setelah dilakukan uji validitas dan juga reliabelitas didapatkan dari 32 item soal valid dan reliabel. Angket pemahaman nilai sejarah dari 35 item soal di uji cobakan dan terdapat 3 item soal yang tidak valid yaitu nomor 14, 15 dan juga nomor 17. Kedua item soal tersebut kemudian dibuang dan jumlah soal yang digunakan adalah 32 item soal. Hasil perhitungan 32 item valid pada taraf kepercayaan 5% sebesar 0,444 dan n = 32. Uji reliabelitas Pemahaman nilai sejarah dengan mengunakan ramus Alpha Cronbach didapatkan r hit sebesar 0,845 dengan rtabel : 0,444 dengan taraf kepercayaan 5%. Dengan hasil rhitung lebih besar dari rtabel maka didapatkan item soal tersebut reliabel untuk menjadi alat pengumpul data. Berdasarkan hasil uji coba terhadap test yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar sejarah, setelah dilakukan uji validitas dan juga reliabelitas didapatkan dari 32 item soal valid dan reliabel. Test prestasi belajar sejarah dari 35 item soal di uji cobakan dan terdapat 3 item soal yang tidak valid yaitu nomor 27, 29 dan juga nomor 30. Kedua item soal tersebut kemudian dibuang dan jumlah soal yang digunakan adalah 32 item soal. Hasil perhitungan 32 item valid pada taraf kepercayaan 5% sebesar
0,444 dan n = 32. Uji reliabelitas angket prestasi belajar sejarah dengan mengunakan ramus Alpha Cronbach didapatkan r hit sebesar 0,843 dengan rtabel: 0,444 dengan taraf kepercayaan 5%. Dengan hasil r
hitung
lebih besar dari r
tabel
maka didapatkan item soal
tersebut reliabel untuk menjadi alat pengumpul data. Pengambilan data variabel nilai IQ siswa menggunakan metode dokumentasi dengan menggunakan data sekolah tentang IQ masing-masing siswa. Test IQ yang dilakukan oleh sekolahan baru dilakukan 2 bulan yang lalu saat peneliti mengambil data.
F. Teknik Analisa Data Analisa data adalah proses pengorganisasian atau pengumpulan data kedalam pola, kategori, dan satuan sehingga dapat diambil menjadi satu kesatuan dari data yang telah dikumpulkan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan tehnik yang telah ditentukan. Perumusan masalah dan juga hipotesisi yang diajukan, dalam penelitian ini, mengunakana data analisis dengan mempergunakan analisis varians (ANAVA) dua jalan atau 2x2. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jasa perhitungan SPSS seri 13. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam analisis data.
G. Hipotisis statistik (Uji Statistik) Berdasarkan dari olahan data, untuk membuktikan hipotesis yang penulis ajukan maka harus dilanjutkan dengan hipotesis statistik apabila terdapat perbedaan yang signifikan dari data yang didapatkan. Dari 2 variabel penelitian yang diteliti dan rumusan hipotisis yang diajukan penulis maka ada 3 uji statistik yang harus dirumuskan yaitu ;
1. Hipotisis pertama, rumusan hipotesis statistik adalah: Ho = m1 = m 2 Tidak terdapat pengaruh antara prestasi belajar sejarah dengan IQ tinggi dan IQ rendah siswa H1 = m1 ¹ m 2 Terdapat pengaruh antara prestasi belajar sejarah dengan IQ tinggi dan IQ rendah siswa
Ket.
m1 = IQ tinggi m 2 = IQ rendah 2 Hipotesis kedua, rumusan hipotesis statistiknya adalah Ho = m1 = m 2 Tidak terdapat pengaruh antara prestasi belajar sejarah dengan pemahaman nilai sejarah tinggi dan pemahaman nilai sejarah rendah H1 = m1 ¹ m 2 Terdapat pengaruh antara prestasi belajar sejarah dengan pemahaman nilai sejarah tinggi dan pemahaman nilai sejarah rendah Ket.
m1 = Pemahaman nilai sejarah tinggi m 2 = Pemahaman nilai sejarah rendah 3.Hipotesis ketiga, rumusan hipotesis statistiknya adalah Ho = A x B = 0 Tidak terdapat pengaruh antara prestasi belajar sejarah dengan IQ tinggi dan IQ rendah siswa serta pemahaman nilai sejarah tinggi dan pemahaman nilai sejarah rendah H1 = A x B ¥ 0 Terdapat pengaruh antara prestasi belajar sejarah dengan IQ tinggi dan IQ rendah siswa serta pemahaman nilai sejarah tinggi dan pemahaman nilai sejarah rendah Ket A = Nilai IQ B = Pemahaman nilai sejarah 0 = Prestasi belajar sejarah
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Nilai IQ Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan data variabel Nilai IQ siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Nilai IQ No
Nilai IQ
No
Nilai IQ
No
Nilai IQ
No
Nilai IQ
1
124
11
86
21
95
31
120
2
95
12
106
22
118
32
106
3
113
13
110
23
91
33
118
4
112
14
96
24
95
34
106
5
104
15
95
25
100
35
86
6
112
16
103
26
88
36
110
7
95
17
91
27
111
37
95
8
108
18
102
28
120
38
95
9
92
19
122
29
105
39
86
10
98
20
101
30
114
40
120
Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai IQ tertinggi yaitu sebesar 124 dan Nilai IQ terendah sebesar 86 dengan nilai rata-ratanya adalah sebesar 103,6. Berdasarkan penggolongan IQ dari data nilai IQ siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo didapatkan data-data seperti tabel penggolongan nilai IQ sebagai berikut:
Tabel 4.2 Rentang Nilai IQ dan Penggolongannya No
Rentang Nilai IQ
Golongan
Jumlah
Persentase
Superior
5
12,50%
High Average
9
22,50%
Normal or Average
10
25,00%
Low Average
16
40,00%
40
100%
130 – 139
1
120 – 129 110 - 119
2
100 - 109 3
90 - 99
4
80 - 89 Jumlah
Berdasarkan penggolongan nilai IQ, nilai IQ siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali didapatkan nilai IQ siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo dengan golongan Low Average sebesar 16 siswa, siswa dengan golongan IQ normal sebanyak 10 siswa atau 25%, siswa dengan golongan IQ High Average adalah sebesar 9 orang atau 22,5% dan siswa dengan golongan IQ superior yaitu sebanyak 5 orang atau 12,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut: 12,50%
40,00% 22,50%
Superior High Average Normal or Average Low Average
25,00%
Grafik 4.1. Prosentase Penggolongan Nilai IQ Berdasarkan data nilai IQ siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo didapatkan nilai IQ terbanyak adalah siswa dengan golongan Low Average yaitu sebanyak 16 orang atau
40%. Dan yang paling sedikit adalah siswa dengan golongan nilai IQ Superior yaitu sebanyak 5 siswa atau 12,4%. 2. Pemahaman Nilai Sejarah Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan data variabel Pemahaman nilai sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Pemahaman Nilai Sejarah No
Pemahaman Nilai Sejarah
No
Pemahaman Nilai Sejarah
No
Pemahaman Nilai Sejarah
No
Pemahaman Nilai Sejarah
1
120
11
108
21
116
31
115
2
115
12
113
22
115
32
105
3
112
13
106
23
115
33
113
4
106
14
110
24
117
34
112
5
112
15
111
25
116
35
113
6
112
16
112
26
110
36
111
7
119
17
110
27
113
37
112
8
112
18
116
28
115
38
116
9
109
19
102
29
119
39
119
10
112
20
104
30
114
40
113
Berdasarkan tabel di atas didapatkan pemahaman nilai sejarah tertinggi yaitu sebesar 120 dan pemahaman nilai sejarah terendah sebesar 102 dengan nilai rata-ratanya adalah sebesar 112,5. Berdasarkan data pemahaman nilai sejarah di golongankan menjadi 5 golongan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Penggolongan Pemahaman nilai sejarah No
Rentang Pemahaman Nilai Sejarah
Jumlah
Persentase
1
102 – 105
3
7,50%
2
106 – 109
4
10,00%
3
110 – 113
18
45,00%
4
114 – 117
11
27,50%
5
118 - 121
4
10,00%
40
100%
Jumlah
Berdasarkan penggolongan pemahaman nilai sejarah, pemahaman nilai sejarah siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali didapatkan pemahaman nilai sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo dengan rentang antara 102 – 105 sebesar 3 siswa atau 7,5%, siswa dengan rentang antara 106 – 109 sebanyak 4 siswa atau 10%, siswa dengan rentang nilai antara 110 – 113 sebesar 18 orang atau 45 %, siswa dengan rentang nilai antara 114 – 117 sebanyak 11 siswa atau 27,5% dan siswa dengan rentang nilai antara 118 – 121 sebanyak 4 orang atau 10,00%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut: 10,00%
7,50% 10,00%
102 – 105 106 – 109 110 – 113
27,50%
114 – 117 118 - 121
45,00%
Grafik 4.2. Prosentase Penggolongan Pemahaman Nilai Sejarah Berdasarkan data pemahaman nilai sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo didapatkan pemahaman nilai sejarah terbanyak adalah siswa dengan rentang nilai antara
110 – 113 yaitu sebanyak 18 siswa atau 45%. Dan yang paling sedikit adalah siswa dengan rentang nilai antara 102 – 105 yaitu sebanyak 3 siswa atau 7,5%. 3. Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan data variabel Prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali sebagai berikut: Tabel 4.5 Data Prestasi belajar Sejarah Prestasi No
belajar
Prestasi No
Sejarah
belajar
Prestasi No
Sejarah
belajar
Prestasi No
Sejarah
belajar Sejarah
1
27
11
17
21
23
31
22
2
22
12
20
22
22
32
18
3
18
13
19
23
22
33
18
4
19
14
17
24
24
34
20
5
21
15
20
25
19
35
17
6
16
16
18
26
18
36
19
7
24
17
17
27
21
37
17
8
19
18
23
28
22
38
22
9
19
19
18
29
27
39
25
10
18
20
18
30
21
40
20
Berdasarkan tabel di atas didapatkan prestasi belajar sejarah tertinggi yaitu sebesar 27 dan prestasi belajar sejarah terendah sebesar 16 dengan nilai rata-ratanya adalah sebesar 20,18. Berdasarkan data prestasi belajar sejarah di golongankan menjadi 4 golongan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Penggolongan Prestasi belajar sejarah Rentang Prestasi belajar Sejarah
No
Jumlah
Persentase
14
35,00%
2
16 – 18 19 – 21
13
32,50%
3
22 – 24
10
25,00%
4
25 – 27
3
7,50%
40
100%
1
Jumlah
Berdasarkan penggolongan prestasi belajar sejarah, prestasi belajar sejarah siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali didapatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo dengan rentang antara 16 – 18 sebesar 14 siswa atau 35%, siswa dengan rentang antara 19 – 21 sebanyak 13 siswa atau 32,5%, siswa dengan rentang nilai antara 22 – 24 sebesar 10 orang atau 25 % dan siswa dengan rentang nilai antara 25 – 27 sebanyak 3 orang atau 7,5 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut: 7,50%
35,00% 25,00%
16 – 18 19 – 21 22 – 24 25 – 27
32,50%
Grafik 4.3. Prosentase Penggolongan Prestasi belajar Sejarah Berdasarkan data prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo didapatkan prestasi belajar sejarah terbanyak adalah siswa dengan rentang nilai antara 16 – 18 yaitu sebanyak 14 siswa atau 35%. Dan yang paling sedikit adalah siswa dengan rentang nilai antara 25 – 27 yaitu sebanyak 3 siswa atau 7,5%. 4. Pengkategorian Data Nilai IQ dan Pemahaman Nilai Sejarah
Data nilai IQ dan data pemahaman nilai sejarah kemudian dikategorikan menjadi dua yaitu kategori tinggi dan rendah. Dalam pengkategorian ini diambil nilai tengahnya yaitu data yang berada di atas rata-rata dikategorikan menjadi data tinggi dan data yang berada di bawah nilai rata-rata dikategorikan menjadi data rendah. Setelah data ditulasikan dan dijumlah maka didapatkan nilai dan kategori nilai seperti dalam tabel berikut ini: Tabel 4.7 Pengkategorian Data Penelitian No
IQ
Pemahaman
Resp.
Nilai
Kategori
Nilai
Kategori
Prestasi
1
124
Tinggi
120
Tinggi
27
2
95
Rendah
102
Rendah
18
3
113
Tinggi
115
Tinggi
22
4
112
Tinggi
115
Tinggi
22
5
104
Tinggi
113
Tinggi
20
6
112
Tinggi
115
Tinggi
22
7
95
Rendah
113
Tinggi
18
8
108
Tinggi
114
Tinggi
21
9
92
Rendah
112
Rendah
18
10
98
Rendah
106
Rendah
19
11
86
Rendah
112
Rendah
16
12
106
Tinggi
113
Tinggi
21
13
110
Tinggi
106
Rendah
19
14
96
Rendah
111
Rendah
19
15
95
Rendah
112
Rendah
19
16
103
Rendah
113
Tinggi
20
17
91
Rendah
105
Rendah
18
No Resp.
IQ Nilai
Kategori
Pemahaman Nilai
Kategori
Prestasi
18
102
Rendah
112
Rendah
20
19
122
Tinggi
119
Tinggi
27
20
101
Rendah
112
Rendah
21
21
95
Rendah
112
Rendah
18
22
118
Tinggi
116
Tinggi
23
23
91
Rendah
104
Rendah
18
24
95
Rendah
116
Tinggi
19
25
100
Rendah
112
Rendah
18
26
88
Rendah
110
Rendah
17
27
111
Tinggi
115
Tinggi
22
28
120
Tinggi
119
Tinggi
24
29
105
Tinggi
111
Rendah
20
30
114
Tinggi
116
Tinggi
23
31
120
Tinggi
117
Tinggi
24
32
106
Tinggi
112
Rendah
17
33
118
Tinggi
116
Tinggi
22
34
106
Tinggi
109
Rendah
19
35
86
Rendah
110
Rendah
17
36
110
Tinggi
115
Tinggi
22
37
95
Rendah
110
Rendah
18
38
95
Rendah
108
Rendah
17
39
86
Rendah
113
Tinggi
17
40
120
Tinggi
119
Tinggi
25
Sumber: Data penelitian Dari Variabel dan pengkategorian tersebut didapatkan data dengan pembagian sesuai kategori data sebagai berikut: Tabel 4.8 Tabel Data Penelitian sesuai dengan Kategori
Pembagian Data IQ Tinggi,
IQ Tinggi,
IQ Rendah,
IQ Rendah,
Pemahaman
Pemahaman
Pemahaman
Pemahaman
Nilai Sejarah
Nilai Sejarah
Nilai Sejarah
Nilai Sejarah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
1
27
20
18
18
2
22
17
17
18
3
22
19
19
18
4
20
19
20
17
5
22
18
6
22
18
7
24
17
8
23
18
9
23
18
10
24
19
11
21
16
12
22
20
13
22
19
14
21
21
15
27
17
16
25
19
No
5. Diskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Kategori IQ dan Pemahaman Nilai Sejarah Berdasarkan pengkategorian data prestasi belajar sejarah didapatkan data mengenai mean, medium, modus, dan standart deviasi dari masing-masing kategori seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.9 Diskripsi Data Prestasi Belajar Sejarah Penelitian
Kriteria
IQ Tinggi
IQ Tinggi
IQ Rendah
IQ Rendah
Pemahaman
Pemahaman
Pemahaman
Pemahaman
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Jumlah
16
4
4
16
Mean
23,0000
19,0000
18,5000
18,1875
Median
22,5000
19,0000
18,5000
18,0000
22,00
19,00
17,00(a)
18,00
2,00000
,81650
1,29099
1,22304
Minimum
20,00
18,00
17,00
16,00
Maksimum
27,00
20,00
20,00
21,00
Jumlah data
368,00
76,00
74,00
291,00
Responden
Mode Standar Deviasi
Sumber: Data Penelitian
6. Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ Tinggi Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi Sejumlah 40 sampel yang diteliti ternyata sebanyak 16 orang berasal dari Siswa dengan IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah tinggi. Skor prestasi belajar sejarah siswa dengan nilai IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah tinggi didapatkan skor prestasi belajar sejarah sebagai berikut: rata-rata (x) dari data tersebut adalah 23,00 dengan simpangan baku (SD) sebesar 2,00 Median (me) sebesar 22,5 dan modus (mo) sebesar 22, minimum 20 dan maksimum 27.
IQ Tinggi Pemahaman Tinggi
5
Frequency
4
3
2
1
Mean = 23.00 Std. Dev. = 2.00 N = 16
0 18.00
20.00
22.00
24.00
26.00
28.00
IQ Tinggi Pemahaman Tinggi
Grafik 4.4. Nilai Prestasi Belajar sejarah berdasarkan Nilai IQ Tinggi dan Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi
7. Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ Tinggi Pemahaman Nilai Sejarah Rendah Sejumlah 40 sampel yang diteliti ternyata sebanyak 4 orang berasal dari Siswa dengan IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah rendah. Skor prestasi belajar sejarah siswa dengan nilai IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah rendah didapatkan skor prestasi belajar sejarah sebagai berikut: rata-rata (x) dari data tersebut adalah 19,00 dengan simpangan baku (SD) sebesar 0,8165 Median (me) sebesar 19,00 dan modus (mo) sebesar 19 minimum 18 dan maksimum 20.
IQ Tinggi Pemahaman Rendah
2.0
Frequency
1.5
1.0
0.5
Mean = 19.00 Std. Dev. = 0.8165 N=4
0.0 17.50
18.00
18.50
19.00
19.50
20.00
20.50
IQ Tinggi Pemahaman Rendah
Grafik 4.5. Nilai Prestasi Belajar sejarah berdasarkan Nilai IQ Tinggi dan Pemahaman Nilai Sejarah Rendah
8. Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ Rendah Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi Sejumlah 40 sampel yang diteliti ternyata sebanyak 4 orang berasal dari Siswa dengan IQ rendah dan pemahaman nilai sejarah tinggi. Skor prestasi belajar sejarah siswa dengan nilai IQ rendah dan pemahaman nilai sejarah tinggi didapatkan skor prestasi belajar sejarah sebagai berikut: rata-rata (x) dari data tersebut adalah 18,50 dengan simpangan baku (SD) sebesar 1,29 Median (me) sebesar 18,5 dan modus (mo) sebesar 17, minimum 17 dan maksimum 20.
IQ Rendah Pemahaman Tinggi
1.25
Frequency
1.00
0.75
0.50
0.25
Mean = 18.50 Std. Dev. = 1.29099 N=4
0.00 16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
IQ Rendah Pemahaman Tinggi
Grafik 4.6. Nilai Prestasi Belajar sejarah berdasarkan Nilai IQ Rendah dan Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi
9. Prestasi Belajar Sejarah Berdasarkan Nilai IQ Rendah Pemahaman Nilai Sejarah Rendah Sejumlah 40 sampel yang diteliti ternyata sebanyak 16 orang berasal dari Siswa dengan IQ rendah dan pemahaman nilai sejarah rendah. Skor prestasi belajar sejarah siswa dengan nilai IQ rendah dan pemahaman nilai sejarah rendah didapatkan skor prestasi belajar sejarah sebagai berikut: rata-rata (x) dari data tersebut adalah 18,1875 dengan simpangan baku (SD) sebesar 1,223 Median (me) sebesar 18,0 dan modus (mo) sebesar 18 minimum 16 dan maksimum 21.
IQ Rendah Pemahaman Rendah
7
6
Frequency
5
4
3
2
1 Mean = 18.1875 Std. Dev. = 1.22304 N = 16
0 15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
IQ Rendah Pemahaman Rendah
Grafik 4.7. Nilai Prestasi Belajar sejarah berdasarkan Nilai IQ Rendah dan Pemahaman Nilai Sejarah Rendah
B. Pengujian Hipotesis 1. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis statistik parametik yang digunakan adalah uji anava, uji normalitas persebaran frekuensi skor dengan rumus Kolmogorov Smolnov, serta uji prasyarat homogenitas. Adapun hasil uji prasyarat dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas dalam hal ini dilakukan dengan cara melakukan tes pada subjek kelompok sel penelitian. Data skor Prestasi dibagi menjadi empat kolom antara lain : nilai IQ tinggi dengan pemahaman nilai sejarah tinggi, nilai IQ tinggi dengan pemahaman nilai sejarah rendah, nilai IQ rendah dengan pemahaman nilai sejarah tinggi, dan nilai IQ rendah dengan pemahaman nilai sejarah rendah.
Adapun cara ujinya
mengunakan program statistik SPSS.
pengujiannya adalah data dikatakan normal apabila
Kriteria
c2 hitung mempunyai
probabilitas (signifikansi) lebih dari 5% (0,05). Dalam uji normalitas diketahui hasil olahan menunjukkan distribusi data yang normal untuk keempat sel. Adapun hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Ringkasan hasil Uji Normalitas Prestasi belajar One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
IQ Tinggi Pemahaman Tinggi 16 23,0000 2,00000 ,191 ,191 -,121 ,766 ,601
IQ Rendah Pemahaman Tinggi 4 18,5000 1,29099 ,151 ,151 -,151 ,301 1,000
IQ Tinggi Pemahaman Rendah 4 19,0000 ,81650 ,250 ,250 -,250 ,500 ,964
IQ Rendah Pemahaman Rendah 16 18,1875 1,22304 ,248 ,248 -,189 ,994 ,277
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil perhitungan normalitas dengan teknik Kolmogorov-Smirnov didapatkan keempat sel data mempunyai probabilitas diatas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data keempat sel berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dikenakan terhadap variabel yang dibedakan. Variabel Nilai IQ yaitu nilai IQ tinggi dengan nilai IQ rendah. Pemahaman nilai sejarah yaitu pemahaman nilai sejarah tinggi dan pemahaman nilai sejarah rendah. Pengujian dilakukan dengan tes Levene mengunakan SPSS. Kreteria yang digunakan jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data penelitian adalah homogen, namun jika nilai signifikansi lebih kecil makan data penelitian tidak homogen. Tabel 4.11 Hasil perhitungan homogenitas variabel penelitian dengan mengunakan teori Lavene
a Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable: Prestasi Belajar Sejarah F ,988
df1
df2 3
36
Sig. ,409
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept+IQ+Pemahaman+IQ * Pemahaman
Pada uji Levene diperoleh signifikansi 0,409, hal ini berarti prestasi belajar mempunyai variansi yang sama atau homogen untuk kelompok nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05.
2. Analisis Data Setelah uji prasyarat analisis varians (ANAVA) dua arah yaitu uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian terpenuhi, maka syarat analisis varians telah terpenuhi, maka selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan Analisis Varians. Ringkasan perhitungan analisis varians dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.12 Ringkasan Analisis Varians model 2 x 2 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Prestasi Belajar Sejarah Source Corrected Model Intercept IQ Pemahaman IQ * Pemahaman Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 200,038a 9843,906 49,506 20,306 31,506 99,938 16743,000 299,975
df 3 1 1 1 1 36 40 39
Mean Square 66,679 9843,906 49,506 20,306 31,506 2,776
F 24,020 3546,023 17,833 7,315 11,349
Sig. ,000 ,000 ,000 ,010 ,002
Partial Eta Squared ,667 ,990 ,331 ,169 ,240
a. R Squared = ,667 (Adjusted R Squared = ,639)
a. Perbedaan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali yang berasal dari siswa yang ber-IQ tinggi dan siswa yang ber-IQ rendah Dari Analisis varians dari perbedaan prestasi belajar sejarah siswa antara siswa berasal dari siswa yang ber-IQ tinggi dan siswa yang ber-IQ rendah memberikan hasil F hitung sebesar 17,833 dengan taraf signifikansi 0,000. Sedangkan dari lampiran didapat rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan IQ tinggi adalah
sebesar 21,000 dan rat-rata nilai prestasi belajar siswa dengan nilai IQ rendah adalah sebesar 18,219. Dari perhitungan analisis varian didapatkan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 (Sig < 0,05) berarti Ho di tolak dan H1 di terima. Hipotesis satu yang menyatakan ada perbedaan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali yang ber-IQ tinggi dan siswa yang ber-IQ rendah, diterima. Hal ini menunjukkan adanya perbedaaan pengaruh prestasi belajar sejarah antara siswa dengan ber-IQ tinggi dan siswa yang ber-IQ rendah. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan IQ tinggi lebih besar dari rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan IQ rendah, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa dengan IQ tinggi lebih baik daripada siswa dengan nilai IQ rendah. b. Perbedaan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali yang berasal dari siswa yang pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa dengan pemahaman nilai sejarah rendah Dari Analisis varians dari perbedaan prestasi belajar sejarah siswa antara siswa berasal dari siswa yang pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa yang pemahaman nilai sejarah rendah memberikan hasil F hitung sebesar 7,315 dengan taraf signifikansi 0,010. Sedangkan dari lampiran didapat rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan pemahaman nilai sejarah tinggi adalah sebesar 20,50 dan ratarata nilai prestasi belajar siswa dengan pemahaman nilai sejarah rendah adalah sebesar 18,719. Dari perhitungan analisis varian didapatkan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 (Sig < 0,05) berarti Ho di tolak dan H1 di terima. Hipotesis satu yang menyatakan ada perbedaan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali yang pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa yang pemahaman nilai sejarah rendah, diterima. Hal ini menunjukkan adanya perbedaaan prestasi belajar sejarah antara siswa dengan pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa dengan pemahaman nilai sejarah rendah. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan pemahaman nilai sejarah tinggi lebih besar dari rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan pemahaman nilai sejarah rendah, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar sejarah siswa dengan pemahaman nilai sejarah tinggi lebih baik daripada siswa dengan nilai pemahaman nilai sejarah rendah. c. Interaksi Nilai IQ dan Pemahaman Nilai Sejarah yang dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali Dari hasil penelitian dalam lampiran diperoleh data prestasi belajar sejarah dari siswa dengan nilai IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah tinggi diperoleh ratarata sebesar 23,00; data prestasi belajar sejarah dari siswa dengan nilai IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah rendah diperoleh rata-rata sebesar 19,00; data prestasi belajar sejarah dari siswa dengan nilai IQ rendah dan pemahaman nilai sejarah tinggi diperoleh rata-rata sebesar 18,00 serta data prestasi belajar sejarah dari siswa dengan nilai IQ rendah dan pemahaman nilai sejarah rendah diperoleh rata-rata sebesar 18,438. Analisis varians dari Interaksi Nilai IQ dan Pemahaman Nilai Sejarah yang dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali didapatkan F hitung sebesar 11,349 dengan taraf signifikansi 0,002. Dari perhitungan analisis varian didapatkan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 (Sig < 0,05) berarti Ho di tolak dan H1 di terima. Hipotesis ketiga yang menyatakan terdapat interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali diterima. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah dengan prestasi belajar sejarah. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan nilai IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah tinggi paling besar dari keempat sel, sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa dengan nilai IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah tinggi lebih baik daripada siswa dengan nilai IQ tinggi dengan pemahaman nilai sejarah rendah; siswa dengan nilai IQ rendah dengan pemahaman nilai sejarah tinggi serta siswa dengan nilai IQ rendah dengan pemahaman nilai sejarah rendah. d. Uji Lanjut dengan Tukey HSD Dari hasil pengujian lanjut dengan Tukey HSD didapatkan data-data seperti tabel berikut ini:
Tabel 3.13 Pengujian Lanjut dengan Tukey HSD Multiple Comparisons Dependent Variable: Prestasi Nilai Sejarah Tukey HSD
(I) Kriteria Nilai IQ Tinggi Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi
Nilai IQ Tinggi Pemahaman Nilai Sejarah Rendah
Nilai IQ Rendah Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi
Nilai IQ Rendah Pemahaman Nilai Sejarah Rendah
(J) Kriteria Nilai IQ Tinggi Pemahaman Nilai Sejarah Rendah Nilai IQ Rendah Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi Nilai IQ Rendah Pemahaman Nilai Sejarah Rendah Nilai IQ Tinggi Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi Nilai IQ Rendah Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi Nilai IQ Rendah Pemahaman Nilai Sejarah Rendah Nilai IQ Tinggi Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi Nilai IQ Tinggi Pemahaman Nilai Sejarah Rendah Nilai IQ Rendah Pemahaman Nilai Sejarah Rendah Nilai IQ Tinggi Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi Nilai IQ Tinggi Pemahaman Nilai Sejarah Rendah Nilai IQ Rendah Pemahaman Nilai Sejarah Tinggi
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
2,43
,960
,072
-,16
5,02
4,76*
,960
,000
2,18
7,35
4,82*
,526
,000
3,41
6,24
-2,43
,960
,072
-5,02
,16
2,33
1,252
,262
-1,04
5,71
2,39
,960
,078
-,19
4,98
-4,76*
,960
,000
-7,35
-2,18
-2,33
1,252
,262
-5,71
1,04
,06
,960
1,000
-2,53
2,65
-4,82*
,526
,000
-6,24
-3,41
-2,39
,960
,078
-4,98
,19
-,06
,960
1,000
-2,65
2,53
Based on observed means. *. The mean difference is significant at the ,05 level.
Berdasarkan tabel diatas didapat perbedaan yang signifikan terdapat pada perlakuan data sebagai berikut: 1. Nilai IQ Tinggi Pemahaman nilai Sejarah tinggi dengan Nilai IQ rendah Pemahaman nilai Sejarah tinggi dengan nilai perbedaan rata-rata sebesar 4,76 dengan probabilitas sebesar 0,000.
2. Nilai IQ Tinggi Pemahaman nilai Sejarah tinggi dengan Nilai IQ rendah Pemahaman nilai Sejarah rendah dengan perbedaan rata-rata sebesar 4,82 dengan probabilitas sebesar 0,000.
3. Pengujian Hipotesis a. Hipotesis Pertama Hipotesis nol (Ho) : Tidak ada perbedaan prestasi belajar sejarah siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali antara siswa yang memiliki nilai IQ tinggi dan siswa yang memilki nilai IQ rendah Hipotesis alternatif (H1) : Ada perbedaan prestasi belajar sejarah siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali antara siswa yang memiliki nilai IQ tinggi dan siswa yang memilki nilai IQ rendah Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) Jika probabilitas > 0,05 maka, Ho diterima 2) Jika probabilitas < 0,05 maka, Ho ditolak Berdasarkan analisis data didapatkan F sebesar 17,833 dengan probabilitas (signifikansi) sebesar 0,000. Dengan demikian nilai probabilitas yang didapat (0,000) kurang dari probabilitas uji (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali antara siswa dengan nilai IQ tinggi dan siswa dengan nilai IQ rendah. b. Hipotesis Kedua Hipotesis nol (Ho) : Tidak ada perbedaan prestasi belajar sejarah siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali antara siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa yang memilki pemahaman nilai sejarah rendah Hipotesis alternatif (H1) :
Ada perbedaan prestasi belajar sejarah siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali antara siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa yang memilki pemahaman nilai sejarah rendah Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) Jika probabilitas > 0,05 maka, Ho diterima 2) Jika probabilitas < 0,05 maka, Ho ditolak Berdasarkan analisis data didapatkan F sebesar 7,315 dengan probabilitas (signifikansi) sebesar 0,010. Dengan demikian nilai probabilitas yang didapat (0,010) kurang dari probabilitas uji (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMU Negeri 1 Cepogo Boyolali antara siswa dengan pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa dengan pemahaman nilai sejarah rendah. c. Hipotesis Ketiga Hipotesis nol (Ho) : Tidak terdapat interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali Hipotesis alternatif (H1) : Terdapat interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) Jika probabilitas > 0,05 maka, Ho diterima 2) Jika probabilitas < 0,05 maka, Ho ditolak Berdasarkan analisis data didapatkan F sebesar 11,349 dengan probabilitas (signifikansi) sebesar 0,002. Dengan demikian nilai probabilitas yang didapat (0,002) kurang dari probabilitas uji (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali. C. Pembahasan Hasil Penelitian Pengujian hipotesis pertama, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelompok siswa yang mempunyai IQ tinggi dengan siswa yang mempunyai IQ rendah, maka dengan demikian nilai IQ mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar sejarah siswa.
Adanya perbedaan prestasi belajar siswa ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slameto (1988:85) yang mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor intern dan ekstern. Dan faktor intern ini diantaranya adalah taraf kecerdasan atau IQ. Siswa dengan IQ tinggi akan lebih mudah untuk menerima pelajaran daripada siswa dengan IQ rendah. Pengujian hipotesis kedua, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelompok siswa yang mempunyai Pemahaman nilai sejarah tinggi dengan siswa yang mempunyai pemahaman nilai sejarah rendah, maka dengan demikian pemahaman nilai sejarah mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar sejarah siswa. Adanya perbedaan prestasi belajar siswa ini sesuai dengan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dengan pemahaman nilai sejarah tinggi siswa akan lebih mudah untuk mengerjakan setiap permasalahan dalam evaluasi belajar. Siswa yang mempunyai pemahaman nilai sejarah
tinggi akan lebih banyak wawasannya dalam
menyikapi dan menjawab semua permasalahan dalam evaluasi belajar. Pengujian hipotesis ketiga menyatakan terdapat interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali diterima. Maka menunjukkan adanya interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah dengan prestasi belajar sejarah. Siswa dengan nilai IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah tinggi akan mempunyai prestasi belajar sejarah yang tinggi pula. Siswa dengan karakteristik ini akan cenderung lebih mudah dalam mengerjakan evaluasi dan pemahaman dalam pembelajaran sejarah daripada siswa dengan nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah rendah.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Secara umum penelitian ini ingin mengetahui interaksi nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali. Dengan menggunakan teknik analisis varian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Perbedaan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali yang memiliki IQ tinggi dengan siswa yang memiliki IQ rendah. Dari Analisis varians dari perbedaan prestasi belajar sejarah siswa antara siswa berasal dari siswa yang ber-IQ tinggi dan siswa yang ber-IQ rendah memberikan hasil F hitung sebesar 17,833 dengan taraf signifikansi 0,000. Dari perhitungan analisis varian didapatkan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 (Sig < 0,05) berarti Ho di tolak dan H1 di terima. Hipotesis satu yang menyatakan ada perbedaan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali yang ber-IQ tinggi dan siswa yang ber-IQ rendah, diterima. Hal ini menunjukkan adanya perbedaaan pengaruh prestasi belajar sejarah antara siswa dengan ber-IQ tinggi dan siswa yang ber-IQ rendah. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan IQ tinggi lebih besar dari rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan IQ rendah, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa dengan IQ tinggi lebih baik daripada siswa dengan nilai IQ rendah.
2. Perbedaan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali antara Siswa dengan Pemahaman Nilai Sejarah tinggi dengan siswa dengan pemahaman nilai sejarah rendah Dari Analisis varians dari perbedaan prestasi belajar sejarah siswa antara siswa berasal dari siswa yang pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa yang pemahaman nilai sejarah rendah memberikan hasil F hitung sebesar 7,315 dengan taraf signifikansi 0,010. Sedangkan dari lampiran didapat rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan 63
pemahaman nilai sejarah tinggi adalah sebesar 20,50 dan rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan pemahaman nilai sejarah rendah adalah sebesar 18,719. Dari perhitungan analisis varian didapatkan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 (Sig < 0,05) berarti Ho di tolak dan H1 di terima. Hipotesis satu yang menyatakan ada perbedaan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali yang pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa yang pemahaman nilai sejarah rendah, diterima. Hal ini menunjukkan adanya perbedaaan prestasi belajar sejarah antara siswa dengan pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa dengan pemahaman nilai sejarah rendah. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan pemahaman nilai sejarah tinggi lebih besar dari rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan pemahaman nilai sejarah rendah, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa dengan pemahaman nilai sejarah tinggi lebih baik daripada siswa dengan nilai pemahaman nilai sejarah rendah.
3. Interaksi Nilai IQ dan Pemahaman Nilai Sejarah yang dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali Analisis varians dari Interaksi Nilai IQ dan Pemahaman Nilai Sejarah yang dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali didapatkan F hitung sebesar 11,349 dengan taraf signifikansi 0,002. Dari perhitungan analisis varian didapatkan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 (Sig < 0,05) berarti Ho di tolak dan H1 di terima. Hipotesis ketiga yang menyatakan terdapat interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cepogo Boyolali diterima. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara nilai IQ dan pemahaman nilai sejarah dengan prestasi belajar sejarah. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa dengan nilai IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah tinggi paling besar dari keempat sel, sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar sejarah siswa dengan nilai IQ tinggi dan pemahaman nilai sejarah tinggi lebih baik daripada siswa dengan nilai IQ tinggi dengan pemahaman nilai sejarah rendah; siswa dengan nilai IQ rendah dengan pemahaman nilai sejarah tinggi serta siswa dengan nilai IQ rendah dengan pemahaman nilai sejarah rendah.
B. Implikasi Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh perbedaaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki IQ tinggi dengan siswa yang memiliki IQ rendah dan juga perbedaan prestasi belajar siswa antara siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah tingggi dengan siswa yang memiliki pemahaman nilai sejarah rendah.
Nilai IQ yang tinggi akan berjalan seiring dengan prestasi belajar sejarah yang tinggi pula, dan berlaku sebaliknya jika nilai IQ rendah demikian juga dengan pemahaman nilai sejarah tinggi prestasi belajar sejarah akan tinggi pula, dan juga berlaku sebaliknya apabila pemahaman nilai sejarah rendah. Dengan meningkatnya pemahaman nilai sejarah akan menambah pengetahuan siswa tentang sejarah sehingga secara otomatis akan meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa. Dari kedua variabael penelitian ini secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap terhadap prestasi belajar sejarah. Dalam analisis kedua hipotesis diterima. Hal ini berarti ada interaksi antara nilai IQ dengan pemahaman nilai sejarah terhadap prestasi belajar sejarah siswa
C. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian diajukan saran-saran sebagai berikut:
1.
Diharapkan lebih ditingkatkan lagi pemberian tugas dan penambahan materi
sendiri di rumah bagi siswa dengan IQ rendah dikarenakan terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa dengan IQ tinggi dan rendah, 2. Diharapkan pendidik untuk lebih memberikan dorongan bagi siswa untuk lebih meningkatkan pemahaman nilai sejarah mereka melalui media-media yang ada diluar jam sekolah supaya dapat meningkatkan pemahaman nilai sejarah. Karena terdapat perbedaan prestasi belajar sejarah antara siswa dengan pemahaman nilai sejarah tinggi dan siswa dengan pemahaman nilai sejarah rendah.
3. Diharapkan siswa lebih meningkatkan lagi pembelajaran di rumah dan mencari materi pembelajaran di luar sekolah melalui media lain seperti media cetak dan media elektronik serta media interne
DAFTAR PUSTAKA
lmutahar. 1997. Pengukuran perkembangan anak dalam teori dan praktek. Bandung: Eresco Anas Sudijono.1996 . Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Ary, Donald, Dkk. 1982. Pengantar Penelitian dalam pendidikan. Diterjemahkan oleh Arief Furchan. Surabaya : Usaha Nasional Budiyanto. 1997. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Dewa Ketut. 1993. Bimbingan dan penyuluhan belajar di sekolah. Surabaya: Usaha Nasional Djoko. 1956. Ilmu Medidik. Jakarta : Mutiara Harmanto, BS, Drs. 1976. Psikologi Dalam Praktek Pendidikan Belajar Berkembang. Surakarta : Stc. Helius Syamsudin. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Depdinas M. Husaini, BA. 1978. Himpunan Istilah Psikologi. Jakarta : Mutiara. Masri Singarimbun. 1995. Metodelogi penelitian survey. Jakarta: LP2ES Mohamad Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Nana Sudjana. 1995. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja karya Sartono Kartodirjo. 1992. Pendekatan ilmu sosial dalam metodologi sejarah. Jakarta: P.T. Dian rakyat Sevilla, Consuelo G, Dkk. 1993. Pengantar metodologi penelitian. Diterjemahkan oleh Alimudin Tuwu. Jakarta: UI press Sudjana. 1992. metodologi statistic. Bandung: Tarsito Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sumadi Suryabrata. 1989. Proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Jakarta: Depdikbud Widja. IG 1989. Pengantar ilmu Sejarah dalam prespektif pendidikan. Semarang: Satya wacana
Winarno Surahmad. 1998. Pengantar penelitian ilmiah. Bandung: Tarsito Wingkel, W.S. 1991. Psikologi pengajaran. Jakarta: Grasindo Artikel Internet : www.pikiranrakyat-online.com artikel dengan judul “Mempersiapkan IQ dan EQ Anak : Percuma, IQ Tinggi Jika Tak Diimbangi EQ ”. Tanggal Akses : 5 Februari 2008. www.balitacerdas.com artikel dengan judul “Intelegensi dan IQ”. Tanggal Akses 3 Februari 2008 www.sudarmi_blog.com artikel dengan judul “Peningkatan Mutu Pendidikan”. Tanggal Akses : 4 Februari 2008. www.wikipedia.com artikel dengan judul “Intelligence quotient”. Tanggal Akses : 5 Februari 2008 :