HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS CLEANING SERVICE DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh: NOVITA RATNASARI J 410 120 055
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS CLEANING SERVICE DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Oleh NOVITA RATNASARI J 410 120 055
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Sabtu, 6 Agustus 2016 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji: 1.
dr. Hardjanto, MS, Sp.OK
(
)
(
)
(
)
(Ketua Dewan Penguji) 2.
Tarwaka, PGDip, Sc, M. Erg (Anggota I Dewan Penguji)
3.
Bejo Raharjo, SKM, M. Kes (Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Suwaji, M. Kes NIP. 195311231983031002
ii
HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PETUGAS CLEANING SERVICE DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Oleh Novita Ratnasari1, dr. Hardjanto2, Sri Darnoto3 1 Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
[email protected] 23 Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Petugas cleaning service secara umum melakukan kegiatan pemeliharaan kebersihan yang sama setiap harinya. Namun masing-masing dari petugas tidak selalu mendapatkan tugas yang sama dikarenakan adanya tugas tambahan. Tugas tambahan yang tidak menentu membuat beban kerja dari masing-masing petugas berbeda. Beban kerja yang semakin meningkat dapat menurunkan efektifitas kerja, pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh, sehingga timbullah adanya gejala kelelahan. Apabila gejala kelelahan ini terus berlanjut maka kinerja akan menurun dan kesalahan kerja akan meningkat hingga berujung pada terjadinya kecelakaan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada petugas cleaning service di rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan crosssectional. Populasi penelitian ini adalah petugas cleaning service di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta sebanyak 61 orang. Pemilihan sampel dengan purposive sampling sebanyak 37 orang. Hasil penelitian dengan uji statistik Rank spearman menunjukkan (p=0,000) dengan nilai r=0,716. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja dengan tingkat hubungan kuat pada petugas cleaning service di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kata kunci
: Beban kerja, Cleaning service , Kelelahan kerja, Rumah sakit.
Abstract The cleaning service in generally do the same cleaning maintenance every day. But each of the officers did not always get the same task due to the additional tasks. Erratic Additional tasks make workload of each official different. Workload with the increasing could reduce the effectiveness of our work , the reduction of the capacity of work and resiliency of the body , so there arose to be exhausted. When fatigue symptoms it goes on and performance will decline and work errors will increase until it ends with the occurrence of a work accident. The purpose of this research is to find the relationship between workload with work fatigue of the cleaning service in PKU Muhammadiyah Surakarta hospital. The methodology it uses analytic observational design by approach cross-sectional. The population research is the cleaning service as many as 61 people in PKU Muhammadiyah Surakarta Hospital. An election samples with purposive sampling about 37 people. The result with statistical tests use the rank spearman showed that is no link between workload with work fatigue (p=0,000) of the cleaning service in PKU Muhammadiyah Surakarta hospital.
Keywords: workload, cleaning service, work fatigue, hospital.
1
1.
PENDAHULUAN
Bekerja merupakan bagian paling mendasar dari manusia dimana ada sesuatu yang hendak dicapai dan berharap aktivitas kerja yang dilakukan akan membawa suatu keadaan yang lebih memuaskan dari keadaan sebelumnya. Seseorang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan itu dapat bermacam-macam, berubah dan berkembang dan sering kali tidak disadari oleh pelakunya (Anoraga, 2009). Lingkungan kerja merupakan beban tambahan bagi para pekerja. Dalam lingkungan kerja terpat beban kerja yang merupakan aktivitas yang dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik, mental, maupun sosial yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap pekerja memiliki beban kerja yang berbeda tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti berat beban yang diangkat, frekuensi mengangkat dan kondisi lingkungan kerja. (Depkes, 2003). Dalam pelaksanaan kerja sehari-hari pada kenyataannya banyak karyawan yang overloaded karena banyaknya tuntutan kerja, sehingga menjadi lelah dan mempunyai kecenderungan untuk melakukan kesalahan pada pekerjaan yang dilakukannya pada waktu yang lama tanpa ada istirahat. Hal inilah yang seringkali menjadi penyebab munculnya beban kerja atau workload yang akan mempengaruhi perfomansi kerja. Perfomansi kerja yang menurun akibat kelelahan bisa menyebabkan penurunan produksi dan peningkatan kecelakaan kerja. (Winarsunu, 2008). Menurut Waluyo (2013), di Amerika lebih dari 6200 orang meninggal atau diatas 6,5 juta terluka akibat kecelakaan kerja. Ini berarti lebih dari 8 kasus per 100 pekerja mengalami kecelakaan pada saat bekerja. Sedangkan menurut Schultz dalam Winarsunu (2008), pada beberapa industri yang memberlakukan 10 jam kerja dilaporkan pada 8 jam pertama kegiatan produksi masih berjalan dengan baik namun pada 2 jam berikutnya angka kecelakaan meningkat. Hal ini diperkirakan karena 2 jam menjelang akhir pekerjaan, pekerja mengalami kelelahan. Petugas cleaning service adalah orang yang bertanggung jawab dalam tugas pemeliharaan dan pelayanan kebersihan di suatu tempat, perkantoran atau institusi baik pemerintah maupun swasta. Secara umum petugas cleaning service di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta memiliki tugas membersihkan setiap ruangan yang ada di area rumah sakit seperti menyapu, mengepel, membersihkan kaca dan bagian yang berdebu atau kotor dan mengangkut sampah non medis yang ada di area rumah sakit.
2
Beban kerja yang dialami oleh petugas cleaning service merupakan beban kerja fisik karena memerlukan energi yang cukup untuk melakukan pekerjaannya. Petugas cleaning service melakukan kegiatan pemeliharaan kebersihan yang sama setiap harinya. Namun masing-masing dari petugas tidak selalu mendapatkan tugas yang sama dikarenakan adanya tugas tambahan seperti mengantarkan makanan untuk seluruh karyawan di rumah sakit, mengangkat galon, membersihkan ruang operasi sebelum dan sesudah dilakukan operasi, membantu pelayanan kantor seperti mengantar surat dan menyiapkan aula untuk keperluan rapat, menjadi petugas pos (pengantar orang sakit). Tugas tambahan yang tidak menentu inilah yang membuat beban kerja dari masing-masing petugas berbeda. Berdasarkan survei awal yang dilakukan dengan metode wawancara dan observasi pada bulan Maret 2016 terhadap petugas cleaning service sebanyak 13 orang dengan rata-rata usia 25-36 tahun yang melakukan pekerjaan seperti menyapu, mengepel, membersihkan toilet, membersihkan kaca dan membuang sampah di gedung lama Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta mengalami adanya rasa mengantuk, sering menguap, lemas, pusing sakit kepala dan kaku pada bagian tubuh tertentu. Kondisi tersebut merupakan tanda/gejala kelelahan. Pekerjaan yang diterima setiap petugas berbeda. Hal ini mengakibatkan beban kerja yang diterima pada setiap orang menjadi berbeda. Ada kemungkinan gejala kelelahan yang dirasakan pada setiap orang berbeda dikarenakan beban kerja masing-masing orang yang berbeda. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Oktaviana (2007) menunjukkan adanya hubungan signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja, hal serupa juga ditemukan pada penelitian Wati MZ (2011), diketahui ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja serta penelitian Syavina (2013) menunjukkan adanya hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada petugas cleaning service. Beberapa gejala kelelahan yang diakibatkan karena beban kerja yang semakin meningkat dapat menurunkan efektifitas kerja dan dapat mengakibatkan pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh sehingga timbullah adanya gejala kelelahan. Kelelahan dapat dihindarkan dengan adanya istirahat, namun jika terus dipaksakan maka kelelahan akan semakin bertambah sehingga kinerja semakin menurun dan kesalahan dalam bekerja semakin meningkat. Kesalahan kerja yang terus meningkat dapat mengakibatkan adanya kecelakaan kerja. Berdasarkan uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Petugas Cleaning service di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada petugas cleaning service di 3
Rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik responden, untuk mengukur beban kerja yang dialami petugas cleaning service
di Rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, untuk mengukur tingkat
kelelahan kerja yang dialami oleh petugas cleaning service di Rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, dan menganalisis hubungan antara beban kerja dan kelelahan kerja pada petugas cleaning service di Rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. 2.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian Analitik Observasional dengan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian dilakukan di unit kebersihan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Yang dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh petugas cleaning service yang bekerja di rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dengan jumlah keseluruhan 61 orang petugas. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan metode purposive sampling dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 37 orang petugas cleaning service laki-laki. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran tingkat kelelahan pekerja dan karakteristik responden. Sedangkan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja. Penelitian ini menggunakan uji statistik Rank.Spearman. 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Kelompok Umur (tahun) < 40 tahun ≥ 40 tahun Jumlah Status Gizi Normal Gemuk Tingkat Ringan Jumlah Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Ringan Sedang Jumlah Kelelahan Kerja Rendah Sedang Jumlah
4
Jumlah 17 20 37
Persentase 45,9 % 54,1 % 100 %
29 8 37
78,4 % 21,6 % 100 %
24 13 37
64,9 % 35,1 % 100 %
18 19 37
48,6 % 51,4 % 100 %
3.1.1 Umur Berdasarkan tabel 1 tentang distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kelompok umur diketahui bahwa, kelompok umur paling banyak yaitu ≥ 40 tahun dengan persentase 54,1% sedangkan kelompok umur paling sedikit ditunjukkan pada < 40 tahun dengan persentase 45,9%. Grandjean (1995) mengatakan bahwa kondisi umur berpengaruh terhadap kemampuan kerja fisik atau kekuatan otot seseorang. Kemampuan fisik maksimal seseorang dicapai pada umur antara 25–39 tahun dan akan terus menurun seiring dengan bertambahnya umur. Sedangkan menurut Nurmianto (2005), diketahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi menurun sesudah usia 40 tahun atau lebih. Selain itu pada usia 40 tahun berpeluang besar untuk mendapatkan resiko nyeri punggung akibat beban kerja. Tenaga kerja berumur 40-50 tahun akan lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan tenaga kerja yang relatif lebih muda. Selain itu, penurunan kekuatan otot pada tenga kerja berumur tua akan menyebabkan kelelahan otot akibat dari terjadinya akumulasi asam laktat dalam otot. (Setyawati, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Atiqoh, dkk (2011) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan signifikan antara usia dengan kejadian kelelahan pada pekerja di CV Aneka Garment di Gunungpati Semarang dengan nilai (p=0,000) dan penelitian yang dilakukan oleh Damopoli, dkk (2012) pada hasil hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja bongkar muat “sejahtera” di pelabuhan Samudera Bitung dengan hasil (p=0,000) yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel umur dengan variabel kelelahan kerja. Sehingga umur dapat dikatakan sebagai faktor yang dapat memperngaruhi kelelahan kerja. 3.1.2 Status Gizi Berdasarkan tabel 1 tentang distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan status gizi dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal sebanyak 29 orang dengan persentase 78,4% sedangkan status gizi paling sedikit yaitu gemuk tingkat ringan sebanyak 8 orang dengan persentase 21,6%. Status gizi normal sangat membantu tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Kebutuhan gizi yang tercukupi akan menghasilkan energi sehingga tenaga kerja tidak akan kekurangan energi yang dapat menyebabkan terjadinya kelelahan. Apabila asupan kalori tidak sesuai dengan kebutuhannya maka tenaga kerja tersebut akan merasa lebih cepat lelah, dibandingkan dengan tenaga kerja dengan asupan gizi yang memadai. (Syavina, 2015). Petugas cleaning service bukan merupakan pekerja angkat angkut yang cenderung lebih banyak membutuhkan asupan gizi tinggi dan kemampuan fisik yang lebih besar. Sebagian besar pekerja memilki status gizi normal yang dapat dikatakan bahwa petugas cleaning service di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta memiliki status gizi yang baik sehingga imunitas yang dimiliki juga baik, hal ini dikarenakan Rumah Sakit PKU 5
Muhammadiyah Surakarta memberikan fasilitas makan untuk petugas pada saat jam istirahat dengan memperhatikan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh petugas dalam melakukan pekerjaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Faiz (2014) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian operator SPBU di Kecamatan Ciputat dengan nilai (p=0,257) dan penelitian Mauludi (2010) yang juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja di proses produksi kantong semen PBD di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Bogor dengan nilai (p=0,642). 3.1.3 Beban Kerja Berdasarkan tabel 1 tentang distribusi frekuensi responden berdasarkan beban kerja, dapat diketahui bahwa beban kerja responden berdasarkan penghitungan denyut nadi paling banyak adalah responden dengan tingkat beban kerja ringan sebanyak 24 orang dengan persentase 64,9% dan beban kerja responden berdasarkan penghitungan denyut nadi paling sedikit adalah responden dengan tingkat beban kerja sedang sebanyak 13 orang dengan persentase 35,1%. Beban kerja juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja selain umur dan status gizi. Beban kerja adalah beban yang diterima pekerja untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya seperti memikul, mengangkat, berlari dan lain-lain. Beban kerja diukur dengan menggunakan perhitungan denyut nadi per menit. Menurut Nurmianto (2005), konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung yang berbeda-beda, tingginya pembebanan otot statis serta semakin sedikitnya otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja dapat meningkatkan denyut jantung. Dengan demikian denyut jantung dipakai sebagai indeks beban kerja. 3.1.4 Kelelahan Kerja Berdasarkan Tabel 1 tentang distribusi frekuensi responden berdasarkan kelelahan kerja dapat diketahui bahwa distribusi kelelahan kerja paling banyak adalah responden dengan tingkat kelelahan kerja sedang sebanyak 19 orang dengan persentase 51,4 % dan distribusi kelelahan kerja paling sedikit adalah responden dengan tingkat kelelahan ringan sebanyak 18 orang dengan persentase sebesar 48,6%. 3.2
Analisis Bivariat Tabel 2. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Dengan Uji Rank Spearman Correlation Coefficient
p value
Beban kerja 0,716 Kelelahan kerja
6
0,000
Berdasarkan hasil uji statistik hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerjadengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman dapat diketahui nilai p value sebesar 0,000. Berdasarkan pada kriteria yang ada, hubungan antara dua variabel signifikan sebesar 0,000<0,05 sehingga Ha diterima hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja sedangkan besarnya koefisien korelasi didapatkan hasil sebesar 0,716 yang masuk dalam rentang antara 0,60-0,799 yang merupakan kategori tingkat hubungan kuat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Koesyanto (2008) tentang Hubungan Antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Mengajar Pada Guru Sekolah Dasar SeKecamatan Semarang Barat Tahun Ajaran 2006/2007, dapat diketahui nilai (p=0,000) artinya terdapat hubungan signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja dan ditunjukkan pula dengan nilai (r=0,626) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat sehingga semakin ringan beban kerja maka akan semakin ringan tingkat kelelahan kerja. 4
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 37 orang petugas cleaning service di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, dapat disimpulkan bahwa: 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia dan status gizi adalah sebagai berikut: 4.1.1
Sebagian besar responden memiliki usia ≥ 40 tahun (54,1%) dan paling sedikit pada usia < 40 tahun (45,9%).
4.1.2 Sebagian besar responden memiliki status gizi normal (78,4%) dan sebesar (21,6%) responden memiliki status gizi tidak normal yang dalam hal ini adalah status gizi gemuk tingkat ringan. 4.2 Responden yang memiliki beban kerja ringan sebanyak 24 orang (64,9%) dan responden yang memiliki beban kerja sedang sebanyak 13 orang (35,1%). 4.3 Responden dengan tingkat kelelahan rendah sebanyak 18 orang (48,6%) dan responden dengan tingkat kelelahan sedang sebanyak 19 orang (51,4%). 4.4 Terdapat hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada petugas cleaning service di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dengan p value sebesar 0,000. Adapun saran yang dapat diberikan peneliti: 4.5 Diharapkan waktu kerja dapat diatur dengan adanya rotasi kerja/rolling shift sehingga tidak selalu petugas yang bekerja di pagi hari akan terus bekerja di pagi hari begitu pula petugas yang bekerja di siang dan malam hari sehingga tidak mempercepat terjadinya kelelahan. Shift kerja dapat diatur dimana tenaga kerja bekerja 5 hari hari per minggu dengan pergantian 3 shift serta libur 2 hari sesuai dengan kebijakan rumah sakit.. 4.6 Memanfaatkan fasilitas kursi yang telah tersedia di rumah sakit agar dapat digunakan sewaktu-waktu untuk beristirahat apabila dirasakan adanya kelelahan dan mengupayakan 7
adanya peregangan saat merasakan adanya keluhan kelelahan saat bekerja untuk menghindari kelelahan yang berlanjut dan mengurangi ketegangan otot. 4.7 Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan metode dan instrumen lain untuk mengukur beban kerja dan kelelahan kerja atau dengan menambahkan variabel lain seperti sikap kerja. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P. 2009. Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Atiqoh, J., Wahyuni, I., Lestantyo, D. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan Di CV. Aneka Garment Gunungpati Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 2. No. 2. Februari 2014:119-126. Budiono, S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes Dan Keselamatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Cahyani, D.W. 2012. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Buruh Angkut. [Skripsi Ilmiah]. Damopoli Marco, L., Josephus, J., Ratag, B. 2012. Hubungan Antara Umur Dan Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Samudera Bitung. Jurnal KesehataN Masyarakat Sam Ratulangi Manado. Departemen Kesehatan RI. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengawasan Norma K3. 2016. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Kementrian Tenaga Kerja Republik Indonesia. Faiz, N. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Operator SPBU Di Kecamatan Ciputat Tahun 2014. [Skripsi Ilmiah]. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Grandjean, E. 1995. Fitting the Task to the Man, 4thedt. London: Taylor & Francis Inc. Koesyanto, H. 2008. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Mengajar Pada Guru Sekolah Dasar Se-Kecamatan Semarang Barat Tahun Ajaran 2006/2007. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 3. No. 2. Januari-Juni 2008: 115-125. Kuswana, S.W. 2015. Mencegah Kecelakaan Kerja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mauludi Moch, N. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada Pekerja Di Proses Produksi Kantong Semen PBD (Paper Bag Division) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup Bogor Tahun 2010. [Skripsi Ilmiah]. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurmianto, E. 2005. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasi. Jakarta: PT Guna Widya. 8
Oktaviana, A. 2007. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Mengajar Pada Guru Sekolah Dasar Sekecamatan Gabus Grobogan Tahun 2006. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Setyawati, L. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books. Soeharto. 2004. Buku Pintar Kesehatan Penyakit Jantung. Jakarta: Arcan. Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suma’mur, PK. 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Agung.
PT. Toko Gunung
Suma’mur, PK. 2009. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto. Supariasa, I., Bachyar B., Ibnu F. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Susila, S. 2015. Metodologi Penelitian Cross Sectional. Klaten: Bossscript. Syavina, M. 2013. Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Petugas Cleaning Service Di RSUD Kota Semarang Tahun 2013. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Tarwaka., Bakri S., Sudiajeng L. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. Tarwaka. 2015. Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press. Waluyo, M. 2013. Psikologi Industri. Jakarta: Akademia Permata. Wati MZ., Murleni. 2011. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Karyawan Laundry Di Kelurahan Warungboto Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Jurnal Kesmas. Vol. 5. No. 3. September 2011:162-232. Winarsunu, T. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press.
9