HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN SCREEN TIME DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA-SISWA SMP KRISTEN EBEN HAEZAR 2 MANADO Tara Sefanya Kairupan* *Program Pasca Sarjana Program Study Ilmu Kesehatan Masyarakat ABSTRACT Nutritional problems in the society is closely related to the behavior and lifestyle in childhood and adolescence period. There are many factors that may influence the nutritional status including physical activity. Along with the development of various modern devices, electronic media, as well as many motor vehicles, the society are introduced to inactive lifestyle. This inactive lifestyle may endanger life and responsible for the development of various health problems. One form of inactivity is the use of screen media (screen time). The purpose of this study was to describe the associations between physical activity and screen time with nutritional status in children and adolescents. This was a cross-sectional study with 88 samples taken from Eben Haezar Christian Junior High School 2 Manado. The nutritional data were collected by anthropometric measurement and categorized based on body mass index (BMI) z-score, while physical activity and screen time data using recall questionnaire and interview. Statistical analysis was performed using Spearman Rank correlation method. This research found that 22.7% had excess nutritional status and 14.8% had obesity. The average metabolic value of physical activity was 347.11 MET-hour/week. There were 26,1% who did not meet physical activity recommendation by WHO and 93.2% did not meet AAP screen time daily recommendation. Spearman Rank analyses showed a significant correlation which was very strong between physical activity and nutritional status (p=0.000; r=-0.705), also between nutritional status and the time spent in low intensity activities (p=0.000; r=0.609), moderate activities (p=0.000; r=-0.471) and vigorous activities (p=0.000; r=-0.445). There was also a significant correlation between the achievement level of WHO physical activity recommendation with nutritional status (p=0.000; r=-0.390). There was no significant correlation found between screen time or the achievement level of AAP daily screen time recommendation with nutritional status. The total MET-hour/week of physical activity was related to nutritional status. Time used to perform light intensity activities was directly correlated to the nutritional status, while the time spent in doing moderate and vigorous activity were inversely correlated with nutritional status. No relationship found between screen time and nutritional status. Based on this results, children and adolescents are suggested to increase their activity level according to the WHO recommendation. Keywords: Physical Activity, Screen Time, Nutritional Status, Children, High School, Health Policy. ABSTRAK Masalah gizi yang berkembang di masyarakat sangat erat hubungannya dengan perilaku dan gaya hidup pada masa kanak-kanak dan remaja. Salah satu faktor perilaku yang dapat mempengaruhi status gizi antara lain adalah faktor aktivitas fisik. Seiring dengan berkembangnya berbagai sarana modern, media elektronik, serta kendaraan bermotor, masyarakat semakin semakin diperkenalkan pada pola hidup tidak aktif. Perilaku inaktif dapat membahayakan kesehatan dan bertanggung jawab terhadap berkembangnya berbagai masalah kesehatan termasuk obesitas. Salah satu bentuk perilaku inaktif adalah penggunaan screen media (screen time). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara aktivitas fisik dan screen time dengan status gizi pada anak dan remaja. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang terhadap 88 sampel dari SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado. Data status gizi didapatkan melalui pengukuran antropometri dan dibagi berdasarkan z-skor indeks massa tubuh, sedangkan aktivitas fisik dan screen time diukur melalui wawancara menggunakan kuesioner. Analisis statistik dilakukan menggunakan uji korelasi rank Spearman. Dari hasil penelitian ditemukan 22,7% responden memiliki status gizi lebih dan 14,8% obesitas. Rata-rata responden memiliki nilai metabolik 347,11 MET-jam/minggu. Terdapat 26,1% responden yang tidak memenuhi rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO. Screen time melebihi rekomendasi AAP ditemukan pada 93,2% responden. Hasil uji rank Spearman, ditemukan korelasi yang signifikan antara total MET-jam/minggu aktivitas fisik dengan status gizi (p=0,000; r=0,705), serta antara status gizi dengan waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas ringan (p=0,000; r=0,609), aktivitas sedang (p=0,000; r=-0,471), dan berat (p=0,000; r=0,445) dengan status gizi. Terdapat juga korelasi yang signifikan antara tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik dengan status gizi (p=0,000; r=-0,390). Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara screen time dan tingkat capaian screen time menurut AAP dengan status gizi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat MET-jam/minggu aktivitas fisik berhubungan dengan status gizi. Waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas ringan berbanding lurus dengan status gizi, sedangkan waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas sedang dan berat berbanding terbalik
45
dengan status gizi. Tidak terdapat hubungannya antara screen time dengan status gizi. Berdasarkan hasil penelitian ini, anak-anak dan remaja disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik intensitas sedang dan berat sesuai rekomendasi WHO. Kata kunci: Aktivitas Fisik, Screen Time, Status Gizi, Anak, Sekolah Menengah, Kebijakan Kesehatan.
46
PENDAHULUAN Masalah gizi saat ini telah menjadi perhatian global. Sebagian besar negara-negara maju dan berkembangmengalami peningkatan masalah gizi lebih dan obesitas(Khan, 2006; WHO, 2008). Masalah gizi yang berkembang di masyarakat sangat erat hubungannya dengan perilaku dan gaya hidup pada masa kanakkanak dan remaja (Dietz & Gortmaker, 2001; Sabin & Shield, 2008). Sekitar 80% obesitas pada masa kanak-kanak dan remajaakan terus berkembang menjadi obesitas pada saat dewasa dan semakin sulit untuk diubah (Schwarz, 2012). Salah satu faktor perilaku yang dapat mempengaruhi status gizi antara lainialahfaktor aktivitas fisik (Schutz & Maffeis, 2002; Dwyer et al, 2008).Seiring dengan berkembangnya berbagai sarana modern, media elektronik, dan kendaraan bermotor,masyarakat semakin semakin diperkenalkan pada pola hidup tidak aktif. Di Amerika Serikat, sekitar 23,1% remaja cenderung inaktif atau tidak pernah melakukan rekomendasi WHO untuk melakukan aktivitas intensitas sedang atau berat selama 60 menit setiap harinya (Eaton et al, 2009; WHO, 2010). Perilaku inaktif ini memberikan dampak yang serius bagi masyarakat (WHO, 2010; USHHS, 1996, 2001). Salah satu bentuk perilaku inaktifialahpenggunaan screen media (screen time) seperti menonton televisi atau video,bermain komputer,danbermain permainan video (Boone et al, 2007; Wong & Leatherdale, 2009).Tren penggunaan mediamedia tersebut saat ini telah menyebabkan anak-anak dan remaja menjadi semakin lama semakin tidak aktif (Council of Sport Medicine and Fitness and Council on School Health, 2006). Di Sulawesi Utara secara khusus, studi-studi yang mempelajari tentang hubungan antara aktivitas fisik dan screen timedengan status gizi masih kurang(Masoara, 2009; Tendean, 2011). Studi-studi seperti ini pada dasarnya sangat penting sebagai landasan perencanaan promosi kesehatan terutama dalam rangka pengendalian masalah gizi. Pengendalian masalah gizi perlu dilakukan sejak dini dalam hal ini pada masa anak-anak atau remaja.Lokasi SMP Kristen Eben Haezar 2 Manadodipilih karena dapat mewakili kelompok umur yang menjadi target penelitian yaitu anak-anak dan remaja. Sebagai sekolah swasta, siswa-siswanya sebagian besar berasal
dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, sehingga paparan teknologi media informasi seperti televisi, komputer, permainan video, dan berbagai media lain diperkirakan cukup tinggi. METODE Penelitian ini merupakan penelitian analitikobservasional dengan rancangan potong lintang. Lokasi penelitian yang dipilih yaituSMP Kristen Eben Haezar 2 Manado yang berlokasi di Jl. 14 Februari Teling Atas Manado.Penelitian inidilaksanakan selama 2 bulan, mulai daribulan Februari 2012 sampai dengan bulanApril 2012. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado. Jumlah siswa SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado ialah sebanyak 404 siswa. Berdasarkan , jumlah minimum sampel untuk diteliti ialah sebanyak 88 siswa. Untuk mempertahankan respons rate, maka jumlah sampel minimal di atas ditambah 10% menjadi 88 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sistematikdimanabanyaknya sampel dari masing-masingtingkatan kelas ditentukan secara proporsional. Instrumen Penelitian yang digunakan yaitu : 1. Kuesioner yang memuat pertanyaanpertanyaan mengenai karakteristik umum, sosioekonomi rumah tangga,aktivitas fisik, dan screen time dari responden. 2. Timbangan badan injakdigital merek SECA dengan ketelitian 0,1 kg. 3. Mikrotoa dengan ketelitian 0,1 cm. 4. Alat tulis menulis, komputer, mesin pencetak, dan mesin fotokopi.
47
HASIL Distribusi responden berdasarkan status gizidapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Distribusi Responden BerdasarkanKategori Status Gizi (IMT/U) Laki-laki Perempuan Total Status Gizi (IMT/u) N % n % N Normal (-2SD s/d 1SD) 27 58,7 28 66,7 55 Gemuk (>1SD s/d 2SD) 7 15,2 13 30,9 20 Obesitas (>2SD) 12 26,1 1 2,4 13 46 100 42 100 88 Total Aktivitas fisik berdasarkan total MET-jam/minggu dapat dilihat pada Tabel 2.
%Total 62,5 22,7 14,8 100
Tabel 2. Deskripsi Statistik Aktivitas Fisik Berdasarkan Nilai MET-jam/minggu Komponen Nilai MET-jam/minggu Nilai rata-rata (mean) 347,11 Nilai tengah (median) 337,73 Nilai minimum 257,64 Nilai maksimum 585,15 Gambaran aktivitas fisik berdasarkan waktu yang digunakan sehari-hari untuk melakukan aktivitas intensitas sedang dan berat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Deskripsi Statistik Aktivitas Fisik Berdasarkan Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Intensitas Sedang dan Berat Aktivitas Sedang Aktivitas Berat Komponen (jam/hari) (jam/hari) Nilai rata-rata (mean) 1 jam 59 menit 58 menit Nilai tengah (median) 1 jam 47 menit 50 menit Nilai minimum 34 menit 6 menit Nilai maksimum 4 jam 53 menit 5 jam 22 menit Distribusi responden berdasarkan tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Rekomendasi Aktivitas Fisik Capaian Rekomendasi1,2 n % Tidak memenuhi kedua rekomendasi 23 26,1 Memenuhi salah satu rekomendasi 34 38,6 Memenuhi seluruh rekomendasi 31 35,2 Total 88 100 minimal 7x/minggu melakukan ≥10 menit aktivitas sedang dengan total waktu 60 menit/hari. minimal 3x/minggu melakukan ≥10 menit aktivitas berat. Sekitar 26,1% tidak memenuhi rekomendasi aktivitas fisik WHO sehari-harinya. Gambaran screen time responden dapat dilihat pada Tabel 5. 1 2
Tabel5. Deskripsi StatistikScreen Time Komponen Nilai rata-rata (mean) Nilai tengah (median) Nilai minimum Nilai maksimum
Nilai screen time (jam/hari) 5 jam 19 menit 5 jam 33 menit 28 menit 10 jam 21 menit 48
Distribusi responden menurut tingkat capaian rekomendasi screen time menurut AAP dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Responden BerdasarkanScreen Time Screen Time n Screen Time Total 0 – 2 jam sehari 6 > 2 jam sehari 82
% 6,8 93,2
Televisi atau Video 0 – 2 jam sehari > 2 jam sehari
33 55
37.5 62.5
Permainan Video 0 – 2 jam sehari > 2 jam sehari
79 9
89.8 10.2
Komputer/Laptop 0 – 2 jam sehari 32 36.4 > 2 jam sehari 56 63.6 Dari hasil penelitian terlihat bahwa mayoritas responden (82 siswa atau 93,2%) memiliki screen time yanglebih dari rekomendasi AAP yakni lebih dari 2 jam/hari. Hasil uji korelasi antara total MET-jam/minggu melakukan aktivitas fisik dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antaraTotal MET-jam/minggu dengan Status Gizi Status Gizi Total MET-jam/minggu Koefisien 1,000 -0,705** korelasi Status Gizi Sig. (2-tailed) . 0,000 n 88 88 Koefisien -0,705** 1,000 korelasi Total METSig. (2-tailed) 0,000 . jam/minggu n 88 88 **Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed). Hubunganantara komponen waktu (jam/hari) yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas ringan, sedang, dan berat dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 8.
49
Tabel 8. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Waktu Melakukan Aktivitas Fisik Intensitas Ringan, Sedang, dan Berat dengan Status Gizi Total Frekuensi Total Frekuensi Total Frekuensi Status Gizi Aktivitas AktivitasSedang Aktivitas Ringanper hari per hari Beratper hari Koef.korelas 1,000 i Sig. (2Status Gizi . tailed) n 88 Koef.korelas .0,609** 1,000 Total Frekuensi i Aktivitas Ringan Sig. (20,000 . tailed) per hari n 88 88 Koef.korelas -0,471** -0,790** 1,000 Total Frekuensi i Aktivitas Sedang Sig. (20,000 0,000 . tailed) per hari n 88 88 88 Koef.korelas -0,445** -0,649** 0,163 1,000 Total Frekuensi i Aktivitas Berat Sig. (20,000 0,000 0,129 . tailed) per hari n 88 88 88 88 **Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed). Berdasarkan tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO, hasil tabulasi silang antara aktivitas fisik dengan status gizi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tabulasi Silang antara Tingkat Capaian Rekomendasi Aktivitas Fisik Menurut WHO dengan Status Gizi Status Gizi Komponen Total Normal Gemuk Obesitas Tidak memenuhi rekomendasi 6 11 6 23 Memenuhi salah satu rekomendasi 24 6 4 34 Memenuhi semua rekomendasi 25 3 3 31 55 20 13 88 Total Hubungan antara tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO dengan status giziberdasarkan uji rank Spearmandapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Capaian Rekomendasi Aktivitas Fisik Menurut WHO dengan Status Gizi Status Gizi Aktivitas Fisik Koefisien korelasi 1,000 -0,390** Sig. (2-tailed) . 0,000 Status Gizi n 88 88 Koefisien korelasi -0,390** 1,000 Capaian 0,000 . Rekomendasi Sig. (2-tailed) Aktivitas n 88 88 Fisik **Korelasi signifikan pada tingkat 0,01 (2-tailed).
50
Uji korelasi rank Spearman antara screen time dalam total jam/hari dan status gizi dapat dilihat pada tabel 15.Setelah dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi rank Spearman, maka hasilnya tidak ditemukan adanya korelasi yang signifikan (p=0,158) antara komponen-komponen screen time, baik total screen time secara umum maupun komponen-komponen pembentuknya (frekuensi penggunaan screen media tertentu)dengan status gizi. Tidak ada korelasi yang signifikan pula (p=0,567) antara tingkat capaian rekomendasi screen time menurut AAP dengan status gizi. PEMBAHASAN 1. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi Pengukuran aktivitas fisikpada siswasiswa SMP Eben Haezar 2 dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data aktivitas fisik 3 bulan terakhir. Hasil wawancara kemudian diisi dalam formulir yang sebelumnya telah disusun berdasarkan teori yang ada dan hasil survei awal pada beberapa siswa untuk menentukan jenis kegiatan yang sering dilakukan. Hasil diskusi meliputi berbagai kegiatan sekolah dan kegiatan di luar sekolah. Kegiatan sekolah termasuk kegiatan belajar di kelas, kegiatan olahraga, kegiatan waktu istirahat, akomodasi pergi dan pulang sekolah, kegiatan ekstrakurikuler (termasuk study club, studi klinik, sanggar seni, sanggar bahasa, basket, futsal, bulutangkis, marching band, dan catur), serta kegiatan kompetisi sekolah. Kegiatan di luar sekolah termasuk les, olahraga, pekerjaan rumah, rekreasi, akomodasi kegiatan di luar sekolah, aktivitas agama, aktivitas bermain dan menonton, serta waktu tidur. Status gizi merupakan efek jangka panjang dari aktivitas fisik. Dalam mencari pola aktivitas fisik anak perlu untuk mempertimbangkan jangka waktu ini. Berdasarkan penelitian dari Nemet et al (2005), perbedaan berat badan yang bermakna sebagai efek dari aktivitas fisik sudah dapat dilihat dalam jangka waktu 3 bulan. Selain itu, terdapat kemungkinan pelaporan yang berlebihan dari aktivitasaktivitas fisik tertentu yang hanya dilakukan beberapa kali dalam waktu 1
bulan atau 3 bulan apabila hanya ditanyakan dalam waktu 1 minggu (Elder et al, 2003). Inilah dasar pada penelitian ini dipilih untuk menilai aktivitas fisik selama 3 bulan terakhir. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi, maka dalam penelitian ini aktivitas fisik dianalisis berdasarkan 3 sudut pandang yaitu 1) total METjam/minggu melakukan aktivitas fisik, 2) waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas ringan, sedang dan berat per hari (jam/hari) serta 3) tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO; yang kemudian dihubungkan dengan status gizi responden. Berdasarkan hasil analisis dengan uji korelasi antara total MET-jam/minggu dengan status gizi, ditemukan adanya korelasi yang signifikan dengan keeratan sangat kuat yang saling berbanding terbalik (r=-0,705) antara kedua variabel tersebut, dengan kata lain semakin tinggi variabel aktivitas fisik maka variabel status gizi cenderung semakin rendah ataupun sebaliknya semakin rendah variabel aktivitas fisik rendah maka variabel status gizi cenderung semakin tinggi. Perlu diingat bahwa hasil ini tidak menunjukkan hubungan kausalitas, karena dapat terjadi hubungan dua arah. Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik, dari penelitian ini juga ditemukan korelasi yang signifikan dengan tingkat keeratan cukup yang berbanding lurus (r=0,609) antara waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas ringan (<3 MET) dengan status gizi, artinya semakin lama waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas ringan, status gizi seseorang cenderung semakin tinggi (gemuk dan obesitas) ataupun sebaliknya dan berlaku dua arah. Ditemukan juga korelasi yang signifikan dengan tingkat keeratan cukup yang berbanding terbalik (r=-0,471) antara waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas sedang (3-6 MET) dengan status gizi, serta ada korelasi yang signifikan dengan tingkat keeratan cukup yang berbanding terbalik (r=-0,445) antara waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas berat (>6 MET) dengan status 51
2.
gizi. Dengan kata lain semakin lama waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas intensitas sedang dan berat, maka status gizi cenderung semakin rendah (normal) ataupun sebaliknya dan berlaku dua arah. Berdasarkan hasil uji korelasi antara tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO dengan status gizi, ditemukan korelasi yang signifikan antara tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO dengan status gizi dengan tingkat keeratan kurang dan berbanding terbalik (r=-0,390). Dengan kata lain, semakin memenuhi rekomendasi aktivitas fisik maka status gizi cenderung semakin rendah (normal) ataupun sebaliknya dan berlaku dua arah. Hasil-hasil di atas konsisten dengan berbagai studi deskriptif, intervensi, maupun penelitian kebijakan lainnya, baik yang dilakukan pada remaja maupun pada dewasa. Mushtaq et al (2011) menemukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh. Hubungan antara screen time dengan status gizi Selain aktivitas fisik, penelitian ini juga mencari hubungan antara screen time dan status gizi. Dari keseluruhan data yang terkumpul didapatkan nilai rata-rata screen time siswa mencapai 5 jam 19 menit/hari. Durasi screen time terpanjang didapatkan 10jam 23 menit/hari. The American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan waktu screen time anak yakni maksimum 2 jam/hari. Dalam penelitian ini, hanya 6,8% responden yang memenuhi rekomendasi tersebut, sedangkan 93,2% sisanya tidak. Temuan screen time yang tinggi pada populasi ini kemungkinan didukung oleh status kepemilikan media elektronik dalam keluarga. Dari total 88 responden, mayoritas responden (73,9%) memiliki seluruh media elektronik ditanyakan dalam wawancara (televisi, alat pemutar VCD/DVD, permainan video, maupun komputer dan/atau laptop); 12,1% sisanyamemiliki satu atau beberapa dari keempat media elektronik tersebut. Persentase kepemilikan televisi mencapai 97,7%, alat pemutar VCD/DVD mencapai 92%, alat permainan video 79,5%, serta komputer dan/atau laptop 94,3%. Sekolah
juga mendukung penggunaan media elektronik terutama komputer atau laptop melalui kebijakan sekolah untuk menyediakan sarana konektivitas internet nirkabel untuk siswa. Tampak bahwa kemudahan untuk menggunakan media elektronik telah tersedia dimana-mana baik dalam rumah tangga hingga sekolah. Kedua tempat ini merupakan tempat utama anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Sirard et al (2010) meneliti mengenai hubungan antara media elektronik yang tersedia di dalam rumah dengan screen time dan menemukan bahwa kepemilikan media elektronik berkorelasi dengan screen time media elektronik yang dimiliki tersebut. Kemudahan untuk menggunakan media elektronik ini dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif. Media elektronik penting dalam proses pendidikan dan perkembangan anak, namun dapat merugikan apabila digunakan melebihi batas. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap anak dan remaja Amerika Serikat diketahui bahwa 7 dari 10 anak memiliki televisi dalam kamar dan 50% memiliki juga alat permainan video dalam kamar. Sekitar dua per tiga anak-anak usia 8-18 tahun mengaku menonton televisi selama makan dan sebagian menyalakan televisinya hampir seharian penuh. Rata-rata, anak dan remaja usia 8-18 tahun menghabiskan lebih dari 7 jam per hari menggunakan media hiburan (televisi, permainan video, dan komputer) yakni mencapai 53 jam per minggu (USHHS, 2010). Perilaku screen based activity yang berlebihan ini dapat membahayakan kesehatan dan bertanggung jawab terhadap berkembangnya masalah obesitas, penyakit, hingga kematian(USHHS, 1996; WHO, 2008). Hingga saat ini, penelitian-penelitian terkait perilaku inaktif dan screen time terhadap status gizipada anak dan remaja telah banyak dilakukan dan sebagian besar menemukan hubungan antara keduanya. Boone et al (2007) menemukan bahwa screen time yang rendah berkorelasi dengan prevalensi obesitas yang rendah. Kurangnya korelasi antara screentime dan status gizi dalam penelitian ini dapat 52
disebabkan oleh berbagai penyebab. Pertama, walaupun beberapa faktor telah terkontrol secara tidak langsung (misalnya umur dan jenis kelamin (terkontrol melalui kategori IMT/U), status sosioekonomi (terkontrol melalui homogenitas status sosioekonomi populasi dari sekolah swasta), penyakit dan program penurunan berat badan melalui penentuan sampel), namun selain itu masih terdapat berbagai faktor-faktor lainnya yang tidak dikontrol dan dapat mempengaruhi status gizi termasuk faktor genetik, asupan energi, dan faktor-faktor lain yang telah dibahas sebelumnya. Selain itu, kekurangan dari desain penelitian secara potong lintang yang terbatas dalam melihat perubahan status gizi dari responden akibat perilaku screen time-nya sehingga kemungkinan akibat kronik dari screen time yangbaru akan terlihat ketika bertambah dewasa tidak dapat diamati. Selain itu seseorang bisa saja memiliki screen time yang tinggi namun tetap melakukan aktivitas fisik yang sedang dan berat sesuai rekomendasi pada hari yang sama (Boone, 2007). Selain berkontribusi terhadap gizi lebih dan obesitas, screen time dapat pula menyebabkan akibat yang berlawanan dengan membuat frekuensi dan porsi makan anak menjadi berkurang, namun belum ada penelitian yang mendukung hal ini. Faktor ini dibuktikan dalam analisis tambahan antara waktu aktivitas fisik intensitas sedang dan berat dengan screen time (lampiran 6). Hasilnya tidak ditemukan adanya korelasi yang signifikan antara waktu aktivitas fisik sedang maupun berat dengan screen time. Ini menunjukkan bahwa seorang anak dapat saja memiliki screen time yang tinggi dan secara bersamaan juga memiliki waktu aktivitas fisik sedang dan berat yang tinggi dan sebaliknya. Faktor bias juga dapat berpengaruh, dimana responden gagal dalam mengingat atau menyampaikan waktu screen time-nya dengan benar sehingga mempengaruhi hasil analisis. Berbagai faktor ini dapat menjadi alasan tidak ditemukannya korelasi antara screen time dan status gizi pada penelitian ini.
SIMPULAN Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,000) antara aktivitas fisik dan status gizi dengan keeratan relatif yang sangat kuat (r=-0,705). Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,000) antarawaktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatanintensitas ringan (r=0,609), kegiatan-kegiatan intensitas sedang (r=-0,471) dan kegiatan-kegiatan intensitas berat (r=0,445) dengan status gizi. Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,000) antara tingkat capaian rekomendasi aktivitas fisik dengan status gizi (r=-0,390). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara screen time(p=0,158) maupun capaian rekomendasi AAP (p=0,567) dengan status gizi. SARAN 1. Bagi sekolah a. Memantau status gizi siswa-siswa secara berkala. b. Meningkatkan kegiatan-kegiatan olahraga maupun permainanpermainan yang memberikan peluang bagi siswa-siswa untuk bergerak aktif. c. Memberikan penyuluhan kepada para siswa dan orangtua tentang manfaat aktivitas fisik intensitas sedang hingga berat, manfaat gaya hidup aktif secara fisik di sekolah dan di rumah sesuai dengan rekomendasi WHO, serta mengurangiscreen time agar sekurang-kurangnya tidak mengganggu waktu mereka untuk melakukan aktivitas intensitas sedang dan berat sehari-harinya. 2. Bagi masyarakat a. Membiasakan pola hidup aktif secara fisik serta mengurangi screen time. b. Orang tua memberikan teladan pola hidup aktif secara fisik pada anak, menyediakan sarana dan prasarana olahraga serta waktu khusus yang memberikan kesempatan anak-anak untuk lebih banyak melakukan aktivitas intensitas sedang dan berat. 3. Bagi pembuat kebijakan a. Pemerintah pusat maupundaerah khususnyakota Manado diharapkan menyediakan sarana dan prasarana umum yang kondusif untuk mengembangkan pola hidup aktif secara fisik, serta 53
mempertimbangkan pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan screen time pada anak dan remaja. b. Dinas kesehatan dan pendidikan daerah diharapkan dapat bekerjasama dengan sekolah-sekolahuntuk mengadakan pemeriksaan status gizi secara berkala, memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, serta mengembangkan program-program yang menunjang. 4. Bagi penelitian di masa depan a. Dapat dilakukan penelitian kasuskontrol, longitudinal maupun intervensi mengenai aktivitas fisik, screen time, dan status gizi untuk dapat memperoleh hubungan yang lebih jelas dan akurat. b. Dapat dilakukan penelitian lanjut untuk merancang suatu rekomendasi baru tentang aktivitas fisik dan screen time yang sesuai untuk penduduk Sulawesi Utara khususnya kota Manado. c. Dapat dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik ataupun screen time sebagai dasar kebijakan dan program intervensi dan di masa mendatang. DAFTAR PUSTAKA Boone, J.E., Gordon-Larsen, P., Adair, L.S., and Popkin, B.M. 2007. Screen time and physical activity during adolescence: longitudinal effects on obesity in young adulthood. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 4:26(18). DOI:10.1186/1479-5868-4-26. Council on Sports Medicine and Fitness and Council on School Health. 2006. Active living: prevention of childhood obesity through increased physical activity. Pediatrics 117:1834-42. DOI: 10.1542/peds.2006-0472. Dietz, W.H.and Gortmaker, S.L. 2001. Preventing obesity in children and adolescent. Annual Review of Public Health 22:337-53.DOI: 10.1146/annurev.publhealth.22.1.337. Dwyer, G.M., Higgs, J., Hardy, L.L., and Baur, L.A. 2008. What do parents and preschool staff tell us about young children's physical activity: a
qualitative study. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 5:66. DOI:10.1186/1479-5868-5-66. Eaton, D.K., Kann, L., Kinchen, S., Shanklin, S., Ross, J., Hawkins, J., Harris, W.A., Lowry, R., McManus, T., Chyen, D., Lim, C., Whittle, L., Brenner, N.D., and Wechsler, H. 2010. Youth risk behavior surveillance – United States, 2009. Morbidity and Mortalilty Weekly Report – Surveillance Summaries 59:SS-5. Diakses dari: http://www.cdc.gov/mmwr/pdf/ss/ss59 05.pdf, pada tanggal 16 April 2012. Elder, J.P., Baquero, B., Arrendondo, E., and McKenzie, T. 2003. Self-reported physical activity recall, pedometer counts, and EMA with MexicanAmerican Women. San Diego University. Diakses dari: http://dccps.cancer.gov/hprb/realtime/ppt_ presentations_092003/pdfs/elder_presentation.pdf, pada tanggal 28 April 2012. Masoara, K. 2009. Screen Time Rate Siswa Gizi Lebih dan Gizi Normal di SD Negeri 11 Kota Manado. Karya Tulis Ilmiah Sarjana (tidak dipublikasi). Manado: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Mushtaq, M.U., Gull, S., Mushtaq, K., Shahid, U., Shad, M.A., and Akram, J. 2011. Dietary behaviors, physical activity, and sedentary lifestyle associated with overweight and obesity, and their socio-demographic correlates, among Pakistani primary school children.International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity 8:130(1-13). DOI:10.1186/1479-5868-8-130. Nemet, D., Barkan, S., Epstein, Y., Friedland, O., Kowen, G., and Eliakim, A. 2005. Short- and long-term beneficial effects of a combined dietary−behavioral−physical activity intervention for the treatment of childhood obesity.Pediatrics 115:e443. DOI: 10.1542/peds.2004-2172. Sabin, M.A.and Shield, J.P.H. 2008. Childhood obesity. In Karbonits, M. (Ed.), Obesity and Metabolism. London: Karger. 54
Schutz, Y.and Maffeis, C. 2002. Physical activity.In Burniat, W., Cole T., Lissau, I. Poskitt, E. (Eds.), Child and Adolescent Obesity: Causes and Consequences, Prevention, and Management. New York: Cambridge University Press. Schwarz, S.M. 2012. Obesity in Children. Medscape reference. Diakses dari: http://emedicine.medscape.com/article/ 985333, pada tanggal 9 April 2012. Sirard, J.R., Laska, M.N., Patnode, C.D., Farbakhsh, K., and Lytle, L.A. 2010. Adolescent physical activity and screen time: associations with the physical home environment. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity7:82(19). DOI: 10.1186/1479-5868-7-82. Tendean, A.L. 2011. Skripsi: Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Semester 1 Universitas Sam Ratulangi (tidak dipublikasikan). Manado: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Wong, S.L.and Leatherdale, S.T. 2009. Association between sedentary behavior, physical activity, and obesity: inactivity among active kids.Prevention of Chronic Disease 6(1):A26. Diakses dari:http://www.cdc.gov/pcd/issues/20 09/jan/07_0242.htm,pada tanggal 11 April 2012. World Health Organization (WHO). 2008. Facts Sheet No. 311: Obesity and Overweight. Geneva. Diakses dari:http://www.who.int/mediacentre/f actsheets/fs311/en/index.html,pada tanggal 6 November 2011. World Health Organization (WHO). 2010. Global Recommendations on Physical Activity for Health. Geneva: WHO Press. Diakses dari: http://whqlibdoc.who.int/publications/ 2010/9789241599979_eng.pdf, pada tanggal 6 November 2011.
55