KETERKAITAN SCREEN TIME, AKTIVITAS FISIK, ASUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PADA SISWA SD GADOG 03 BOGOR
YUDA PRAMADHAN
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keterkaitan Screen Time, Aktivitas Fisik, Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi Pada Siswa SD Gadog 03 Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2016 Yuda Pramadhan NIM I14110100
ABSTRAK YUDA PRAMADHAN, Keterkaitan screen time, aktivitas fisik, asupan zat gizi dengan status gizi dan tingkat kecukupan energi pada siswa SD Gadog 03 Bogor. Dibimbing oleh KATRIN ROOSITA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis screen times, aktivitas fisik, asupan zat gizi dan hubungannya terhadap status gizi dan kecukupan energi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode wawancara dan pengisian kuesioner secara mandiri yang dilakukan di Sekolah Dasar (SD) 03 Gadog Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, pada Bulan Agustus sampai September 2015. Contoh pada penelitian ini sebanyak 56 anak kelas empat di SD 03 Gadog. Asupan zat gizi dan aktivitas fisik berkorelasi signifikan (p<0.05) dengan Tingkat Kecukupan Energi (TKE). Screen time, aktivitas fisik, dan asupan zat gizi yang baik berpengaruh signifikan (p<0.05) dengan TKE yang baik. Aktivitas fisik dan asupan zat gizi yang baik berpengaruh signifikan (p<0.05) terhadap status gizi (IMT/U) yang baik. Sementara itu TKE yang kurang berpengaruh signifikan (IMT/U) terhadap status gizi yang baik. Kata kunci: anak sekolah, screen time, aktivitas fisik, asupan zat gizi, tingkat kecukupan zat gizi, status gizi.
ABSTRACT YUDA PRAMADHAN, The Association of screen Time, physical activity, nutrients intake with energy adequacy level and nutritional status at Gadog 03 Elementary School Bogor. Supervised by KATRIN ROOSITA. This study aimed to analyze screen time, physical activity, nutrients intake and its relationship with energy adequacy level and nutritional status. This study used cross sectional design and interview method which was conducted at SD 03 Gadog in Sukajadi Village, Tamansari Subdistrict, Bogor District, during the period of August to September 2015. The subject of this study were 56 students of fourth grade at SD 03 Gadog. The result of this study showed that lower physical activity and higher nutrients intake was significantly (p<0.05) correlated with high energy adequacy level. Higher screen time and nutrients intake, with lower physical activity significantly (p<0.05) influenced higher energy adequacy level. Lower physical activity and energy adequacy significantly (p<0.05) influenced higher nutritional status (BMIZ). Meanwhile, higher energy intake significantly (p<0.05) influenced higher nutritional status (BMIZ) Keyword: school children, screen time, physical activity, energy adequacy level, nutritional status.
KETERKAITAN SCREEN TIME, AKTIVITAS FISIK, ASUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PADA SISWA SD GADOG 03 BOGOR
YUDA PRAMADHAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul : Keterkaitan Screen Time, Aktivitas Fisik, Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi Pada Siswa SD Gadog 03 Bogor Nama : Yuda Pramadhan NIM : I141100100
Disetujui oleh
Dr. Katrin Roosita. SP. M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Disetujui :
i
PRAKATA Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah “Keterkaitan Screen Time, Aktivitas Fisik, Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi dan Tingkat Kecukupan Energi Pada Siswa SD Gadog 03 Bogor”. Ucapan terima kasih disampaikan kepada: 1. Ibu Dr. Katrin Roosita, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dan memberi saran kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan saran kepada penulis terkait skripsi ini. 3. Ayah Dasawan dan Ibu Euis Yuliarti selaku orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa penulis selama penyelesaian skripsi ini. 4. Teman-teman GM 48 Rafsan, Iqbal, Kustarto, Fahmi, Elma, Netta, Okta, Tika, Vero, Anis, Arif, Zul, Indah, Fiqah, Bibah, Rifka yang telah memantu proses penyelesaian skripsi ini. 5. Alumni SMAN 6 Jakarta Annisa, Dendy, Yasin, Barata, Edo, Fania, Ines, Dyah yang telah mendukung selama ini. 6. Seluruh pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala doa, dukungan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan selama ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Atas bantuan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih.
Bogor, Februari 2016
Yuda Pramadhan
ii
iii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE PENELITIAN
5
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
5
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
5
Pengolahan dan Analisis Data
6
Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN
10 11
Karakteristik Contoh
11
Karakteristik Orang Tua
11
Screen Time
12
Aktivitas Fisik
14
Asupan Zat Gizi
15
Tingkat Kecukupan Energi (TKE)
16
Status Gizi
18
Pengaruh Antara Variabel Terhadap Tingkat Kecukupan Energi
18
Pengaruh Antara Variabel Terhadap Status Gizi IMT/U
20
SIMPULAN DAN SARAN
23
Simpulan
23
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
26
iv
DAFTAR TABEL 1. Variabel, jenis data, dan cara pengumpulan data
6
2. Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik
8
3. Variabel, kategori, dan dasar kategori untuk variabel penelitian
9
4. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin contoh
11
5. Sebaran contoh berdasarkan uang saku contoh
11
6. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua contoh
12
7. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita contoh
12
8. Sebaran contoh berdasarkan kategori Screen Times
13
9. Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL) contoh
14
10. Rata-rata asupan zat gizi contoh pada hari libur dan sekolah serta nilai PValue uji beda.
16
11. Sebaran contoh berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi (TKE) contoh
17
12. Sebaran contoh berdasarkan status gizi contoh (Z-score IMT/U)
18
13. Hasil uji regresi linear berganda terhadap tingkat kecukupan energi contoh 18 14. Nilai P-Value uji hubungan terhadap tingkat kecukupan energi contoh.
19
15. Sebaran rata-rata variabel berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi.
20
16. Hasil regresi linear berganda terhadap status gizi contoh
20
17. Nilai P-Value uji hubungan variabel terhadap status gizi contoh.
21
18. Sebaran nilai rata-rata variabel berdasarkan status gizi IMT/U.
22
DAFTAR GAMBAR
1.
Kerangka pemikiran keterkaitan Screen Times , asupan zat gizi, aktivitas fisik, dengan Tingkat Kecukupan Gizi dan status gizi
4
2.
Screen Time contoh berdasarkan hari
14
3.
Nilai PAL contoh berdasarkan hari
15
4.
TKE contoh berdasarkan hari
17
v
DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil uji hubungan statistika dan normalitas menggunakan SPSS
26
2. Hasil uji Paired Sample T test Screen Time menggunakan SPSS
27
3. Hasil uji Paired Sample T test TKE menggunakan SPSS
28
4. Hasil uji Paired Sample T test asupan energi menggunakan SPSS
28
5. Hasil uji Paired Sample T test asupan protein menggunakan SPSS
28
6. Hasil uji Paired Sample T test asupan lemak menggunakan SPSS
28
7. Hasil uji Wilcoxon Rank PAL menggunakan SPSS
28
8. Hasil uji Wilcoxon Rank asupan karbohidrat menggunakan SPSS
29
9. Model Summary hasil uji regresi linear variabel dependent TKE
29
10. Koefisien hasil uji regresi linear variabel dependent TKE
28
11. Model Summary hasil uji regresi linear variabel dependent z-score IMT/U 29 12. Koefisien hasil uji regresi linear variabel dependent z-score IMT/U
29
13. Koefisien korelasi hasil uji multi kolinearitas pada uji regresi variabel dependent TKE
30
14. Nilai tolerance dan VIF hasil uji multi kolinearitas pada uji regresi variabel dependent TKE
30
15. Koefisien korelasi hasil uji multi kolinearitas pada uji regresi variabel dependent z-score IMT/U
30
16. Nilai tolerance dan VIF hasil uji multi kolinearitas pada uji regresi variabel dependent z-score IMT/U
31
vi
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih menghadapi masalah gizi ganda pada anak usia sekolah yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Data Riskesdas pada anak umur 6-18 tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang secara nasional sebesar 12.1%, 12.2 %, dan 11.2%, sedangkan untuk wilayah Jawa Barat sebesar 9.6%, 10.2 %, dan 8.5%. Tidak jauh berbeda dengan data gizi kurang Riskesdas, prevalensi gizi lebih secara nasional sebesar 7.95%, 9.2%, dan 8%, sedangkan untuk wilayah Jawa Barat sebesar 6%, 8.5%, dan 8.8% pada tahun 2007, 2010, dan 2013 secara berurutan. Masalah gizi ganda pada anak usia sekolah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya interaksi asupan zat gizi, aktivitas fisik, genetik, Screen Time, dan lain-lain secara jangka panjang (Boone et al. 2007). Screen Time merupakan durasi yang dihabiskan untuk kegiatan di depan layar seperti menonton televisi, menggunakan komputer, laptop, handphone dan bermain video game (Houghton et al. 2015). American Academy of Pediatrict (2001) menyatakan, Screen Time terbagi menjadi dua kategori yaitu Low Screen Time (LST) yang berdurasi kurang dari 2 jam/hari dan High Screen Time (HST) yang berdurasi lebih besar sama dengan 2 jam/hari. Kategori low Screen Time merupakan anjuran Screen Time yang direkomendasikan (AAP 2001). Houghton et al. (2015) menambahkan, pada tahun 2009 anak berusia 8-18 tahun di Amerika Serikat menghabiskan rata-rata 7,5 jam perhari untuk Screen Time. Tingginya durasi Screen Time berhubungan dengan kemunculan masalah status gizi pada anak (Boone et al. 2007). Selain durasi Screen Time, tingkat aktivitas fisik yang baik juga dapat menjaga status gizi dan kesehatan dalam jangka panjang (Boone et al. 2007). Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi WHO (2010). FAO/WHO/UNU (2001) mengelompokkan tingkat aktivitas fisik menjadi 3 kelompok yaitu ringan 1.401.69, sedang 1.70-1.99, dan berat 2.00-2.40. Neto et al. (2014) menyatakan, 28.8% anak di daerah perkotaan dan 12.51% anak di daerah pedesaan di Brazil tidak memenuhi anjuran tingkat aktivitas fisik sedang sampai tinggi. Aktivitas fisik yang baik dalam jangka panjang dapat menjaga status gizi karena menyumbang 5-40% pengeluaran energi (Horsch et al. 2015). Perlu adanya keseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi untuk menjaga status gizi yang baik. Asupan zat gizi tergambar melalui tingkat kecukupan yang dibagi menjadi 5 kelompok menurut Departemen Kesehatan (1996) yaitu (1) defisit tingkat berat (<70% AKG); (2) defisit tingkat sedang (7079% AKG); (3) defisit tingkat ringan (80-89% AKG); (4) normal (90-119% AKG); dan (5) lebih (≥120% AKG). Sanchez et al. (2007) menyebutkan, bahwa 80% anak umur 11-15 tahun memiliki resiko masalah gizi yang disebabkan oleh faktor asupan zat gizi dan aktivitas fisik. Asupan zat gizi dan gaya hidup anak seperti aktivitas fisik dan Screen Time sangat berhubungan dengan sosial ekonomi orang tua (Moestue & Huttly 2007). Sekiyama et al. (2012) menambahkan, pola makan pada anak dapat berubah
2
sesuai dengan budaya dan faktor sosial ekonomi keluarga. SD Gadog 03 yang berlokasi di Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor merupakan desa binaan IPB yang memiliki tingkat sosial ekonomi sedang dan rendah serta status gizi kurang pada anak umur 7-12 tahun (Sekiyama et al. 2012). Penelitianpenelitian sebelumnya lebih banyak melihat hubungan antara faktor diatas di lingkungan perkotaan yang memiliki tingkat sosial ekonomi tinggi, namun belum diketahui hubungannya di Desa Sukajadi.Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai hubungan Screen Time, aktivitas fisik, dan asupan terhadap status gizi dan tingkat kecukupan energi di SD Gadog 03 Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Screen Time, aktivitas fisik, asupan zat gizi terhadap status gizi dan tingkat kecukupan energi pada siswa SD 03 Gadog dengan tujuan khusus sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga contoh 2. Menganalisis Screen Time, aktivitas fisik, asupan zat gizi, tingkat kecukupan energi dan status gizi contoh. 3. Menganalisis perbedaan aktivitas fisik, asupan zat gizi, Screen Time, tingkat kecukupan zat gizi contoh pada saat hari sekolah dan hari libur. 4. Menganalisis hubungan Screen Time dengan status gizi dan tingkat kecukupan zat gizi contoh. 5. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan status gizi dan tingkat kecukupan zat gizi contoh. 6. Menganalisis hubungan asupan zat gizi contoh dengan status gizi dan tingkat kecukupan zat gizi contoh.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai Screen Time, aktivitas fisik, asupan zat gizi serta kaitannya dengan tingkat kecukupan energi dan status gizi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada para orangtua dan pihak terkait untuk melakukan evaluasi dan perbaikan hidup agar memenuhi rekomendasi kesehatan.
3
KERANGKA PEMIKIRAN Anak-anak merupakan representatif dari kebiasaan, pendidikan orangtua, dan gaya hidup tahap awal. Pada tahap ini anak-anak rentan terhadap perilaku hidup yang kurang sehat yang dipengaruhi oleh asupan zat gizi, aktivitas fisik, dan Screen Time. Jika tidak dilakukan perubahan, perilaku tersebut akan terbawa sampai dewasa dan dapat mempengaruhi status gizi secara langsung. Perilaku anak yang kurang sehat tersebut dipengaruhi oleh karakteristik anak dan tingkat sosial ekonomi keluarga yang membentuk kebiasaan anak. Sosial ekonomi keluarga meliputi tingkat pendidikan dan pendapatan orangtua, sedangkan karakterisitik anak meliputi jenis kelamin dan uang saku anak. Jenis kelamin dan uang saku anak berpengaruh terhadap kecenderungan anak mengkonsumsi pangan dan menghabiskan waktunya untuk melakukan kegiatan dalam sehari (Houghton et al. 2015). Pada anak laki-laki dan perempuan memiliki metabolisme yang berbeda dalam responnya terhadap makanan yang dikonsumsi dan dampak penggunaan energi dari hasil aktivitas sehari (FAO/WHO/UNU 2001). Tingkat pendidikan orangtua dan pendapatan orangtua berkaitan dengan pengetahuan orangtua terhadap perilaku hidup sehat dan kepeduliannya terhadap keluarga serta implementasinya. Orangtua yang memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan yang tinggi akan lebih menerapkan pola hidup sehat dan pola makan yang baik kepada anaknya. Kepedulian terhadap pola hidup sehat ditunjukkan dengan adanya peraturan penggunaan televisi dan alat elektronik lainnya (Tandon et al. 2012). Penggunaan televisi dan alat elektronik lainnya (Screen Time) berkaitan status gizi dan aktivitas fisik. Durasi Screen Time tentu saja dipengaruhi akses terhadap informasi dan akses terhadap instrumen Screen Time. Screen time yang tinggi mempengaruhi tingkat aktivitas fisik yang lebih rendah dan pola makan yang kurang baik sehingga dalam jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi (AAP 2001). Aktivitas fisik tidak hanya dipengaruhi oleh Screen Time. Orang yang memiliki tingkat aktivitas fisik tinggi bisa saja menghabiskan waktu istirahatnya dengan Screen Time (Neto et al. 2014). Aktivitas fisik yang baik dapat menjaga keseimbangan energi, apabila dilakukan secara rutin dalam jangka panjang dapat menjaga status gizi dan status kesehatan yang baik. Keseimbangan asupan dan penggunaan energi yang baik tergantung terhadap asupan zat gizi yang baik. asupan energi yang tidak sesuai kebutuhan sehari akan menggeser keseimbangan energi menjadi kurang atau berlebih. Ketidakseimbangan antara asupan dan penggunaan energi dalam jangka panjang mempengaruhi status gizi atau kesehatan seseorang (Hill et al. 2012). Aktivitas fisik, Screen Times, asupan zat gizi saling berhubungan yang akan mempengaruhi keseimbangan energi yang diukur melalui tingkat kecukupan energi (TKE). TKE dalam jangka panjang akan mempengaruhi status gizi dan status kesehatan seseorang (Hill et al. 2012). Selengkapnya kerangka pemikiran disajikan pada gambar 1.
4
Karakteristik contoh: Jenis kelamin Uang saku
Sosial Ekonomi Keluarga Pendidikan orang tua Pendapatan orang tua
Akses Terhadap Informasi
Asupan Zat Gizi
Screen Time
Aktifitas Fisik
Angka Kecukupan Energi
Tingkat Kecukupan Energi
Status Gizi
Status kesehatan
Gambar 1 Kerangka pemikiran keterkaitan Screen Times , asupan zat gizi, aktivitas fisik, dengan Tingkat Kecukupan Gizi dan status gizi
Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang berhubungan tetapi tidak diteliti : Hubungan antar variabel yang diteliti : Hubungan antar variabel yang tidak diteliti
5
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian kerjasama antara peneliti dari Tokyo University dan Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dengan tema Program Pemberian Makan Siang Anak Sekolah di SD Gadog 03 Bogor. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengumpulan data paparan dan outcome dalam satu waktu untuk menggambarkan karakteristik dari sampel dan hubungan antar variabel. Pemilihan tempat dilakukan di SD Gadog 03 di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus hingga September 2015. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa sekolah dasar negeri (SDN) Gadog 03 kelas 4. Contoh penelitian dipilih secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan kriteria inklusi adalah siswa yang bersedia berpartisipasi pada penelitian ini hingga selesai. Adapun kriteria eksklusinya adalah siswa yang mengalami sakit TBC. Pemilihan anak sekolah dasar kelas 4 karena dapat diajak berkomunikasi dengan baik, mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di dalam wawancara, dan belum mengalami pubertas. Sebanyak 68 murid yang terdaftar di kelas 4 SDN Gadog 03 diikutsertakan dalam penelitian ini dan sebanyak 56 dijadikan contoh penelitian. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data recall asupan makanan dan aktivitas fisik 1 x 24 jam sebanyak dua hari pada hari sekolah dan hari libur pada saat program pemberian makan siang anak sekolah berlangsung. Data sekunder yang diperoleh, berupa karakteristik contoh (jenis kelamin, dan uang saku), karakteristik keluarga (pendidikan orang tua, besar keluarga, dan pendapatan orang tua), dan data antropometri ( tinggi badan dan berat badan). Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Data sekunder didapatkan dari penelitian Dr. Makiko Sekiyama dan Dr. Katrin Roosita yang berlangsung bersamaan dengan penelitian ini meliputi data karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan antropometri. Peneliti berperan sebagai enumerator dibantu oleh 6 orang rekan mahasiswa tingkat akhir Departemen Gizi Masyarakat. Wawancara dilakukan di SDN Gadog 03.
6
Tabel 1 Variabel, jenis data, dan cara pengumpulan data No Variabel data Data Sekunder 1 Karakteristik contoh
2
Karakteristik keluarga
3
Antropometri
Jenis Data
Wawancara kepada Usia contoh Jenis kelamin Uang saku Pendidikan orang tua Wawancara kepada contoh Pekerjaan orang tua Pendapatan orang tua Besar keluarga Berat badan Tinggi badan
Data Primer 4 Screen Time
Cara pengumpulan data
Durasi menghabiskan waktu di depan layar elektronik
5
Konsumsi pangan
Rincian pangan sehari
6
Aktivitas fisik
Nilai Physical Activity Level (PAL)
Pengukuran langsung dengan timbangan digital dan microtoise Wawancara dengan metode recall 1x24 jam pada hari sekolah dan hari libur Wawancara dengan metode recall 1x24 jam pada hari sekolah dan hari libur Wawancara dengan metode recall 1x24 jam pada hari sekolah dan hari libur
Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan diolah secara statistik dan deskriptif. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 for Windows dan Statistical Program for Social Science (SPSS for windows versi 16.0). Pengolahan data dimulai dengan editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data antropometri berupa berat badan dan tinggi badan diolah dengan menggunakan program WHO AnthroPlus 2007. Data konsumsi pangan yang dikonsumsi dalam gram/URT dikonversi ke dalam nilai energi dan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Nilai energi dan zat gizi yang dikonsumsi secara umum dirumuskan sebagai berikut: KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: KGij = Kandungan energi/zat gizi i pada makanan j Bj = Berat makanan j yang dikonsumsi Gi = Kandungan zat gizi i dalam makanan j menurut DKBM BDD = Persentase bagian makanan yang dapat dikonsumsi
7
Nilai energi dan zat gizi yang dikonsumsi kemudian dikonversikan menjadi nilai tingkat kecukupan energi dan zat gizi. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi ditentukan dengan rumus sebagai berikut: TKGj = (Kj/AKG) x 100% Keterangan: TKG = Tingkat kecukupan energi/zat gizi j Kj = Konsumsi zat gizi aktual j AKGi = Angka kecukupan energi/gizi j Tingkat kecukupan gizi dinyatakan dalam persen. Klasifikasi tingkat kecukupan gizi terdiri dari defisit berat (<70% AKG), defisit sedang (70-79% AKG), defisit ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG) dan kelebihan (≥120% AKG) (Depkes 1996). Penelitian ini menggunakan penetapan interval kelas menurut Slamet (1993) untuk mengkategorikan variabel uang saku dan pendapatan orang tua. Rumus perhitungan interval kelas sebagai berikut
Keterangan: IK = Interval Kelas NT = Nilai Tertinggi = Nilai Terkecil NK JK = Jumlah Kelas Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan contoh dan lama waktu melakukan aktivitas fisik dalam sehari. Berbagai aktivitas fisik memiliki nilai Physical Activity Ratio (PAR). FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa PAR merupakan jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu. PAL (Physical Activity Level) merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal/kap/hari) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Kemudian PAL (tingkat aktivitas fisik) dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan FAO/WHO/UNO (2001) yaitu ringan (1.4-1.69), sedang (1.7-1.99), dan berat (≥1.99). PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : PAL PAR
= Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) = Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per menit)
8
Tabel 2 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik Aktivitas Tidur Mandi/berpakaian/berdandan Makan Memasak Ibadah/sholat Sekolah/belajar/mengerjakan tugas Pekerjaan RT umum Mengepel Menyetrika/mencuci piring Mencuci baju Menyapu Naik mobil/bus/angkot Berjalan tanpa beban Bermain laptop/internet Aktivitas di waktu luang Mengobrol/diskusi Nonton tv/film Ke pesta Ke pasar/berbelanja Duduk Membaca Basket Sepak bola/futsal Berenang Voli Tenis/badminton Mendengarkan musik Bermain game Bersepeda Berdiri/bawa beban Sumber: FAO/WHO/UNU (2001)
Energi yang dikeluarkan (PAR) 1 2.3 1.4 2.1 1.4 1.3 2.8 4.4 1.7 2.8 2.3 1.2 3.5 1.8 1.4 1.4 1.64 1.4 4.6 1.2 2.5 6.95 8 1.3 6.06 5.8 1.57 1.75 5.6 2.2
Pengukuran Screen Times dilakukan dengan menjumlahkan durasi contoh menghabiskan waktu menonton televisi, bermain komputer dan telepon genggam. Kemudian durasi Screen Times di kategorikan menjadi Low Screen Times (<120menit/hari) dan High Screen Times (≥120 menit/hari) sesuai dengan ketentuan AAP (2001). Data yang didapat dari masing-masing variabel dalam penelitian ini dikategorikan berdasarkan hasil pengukurannya. Berikut adalah rincian pengkategorian dari masing-masing variabel.
9
Tabel 3 Variabel, kategori, dan dasar kategori untuk variabel penelitian No 1
Variabel Jenis kelamin
2
Pendidikan orang tua
3
Pendapatan perkapita
4
Uang Saku Anak
5
Tingkat Kecukupan Energi
6
Screen Time
7
Aktivitas fisik
8
Status Gizi Anak
Kategori 1. Laki-laki 2. Perempuan 1. Tidak Sekolah 2. Tidak Tamat SD 3. SD/sederajat 4. SMP/sederajat 5. SMA/sederajat 6. Perguruan tinggi/sederajat 1. Dibawah garis kemiskinan (≤271.970) 2. Diatas garis kemiskinan (>271.970) 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi 1. Defisit tingkat berat : <70% AKG 2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKG 3. Kurang : 80-89 % AKG 4. Baik : 90-119% AKG 5. Lebih : ≥120% AKG 1. Low Screen Time (≤2 Jam) 2. High Screen Time (>2 Jam)
Dasar Kategori
1. Sangat Ringan (<1.40) 2. Ringan (1.40-1.69) 3. Sedang (1.7-1.99) 4. Berat (2.00-2.40) 1. Sangat kurus (z < -3 SD) 2. Kurus (-3 SD ≤ z < -2 SD) 3. Normal (-2 SD ≤ z < +1 SD) 4. Gemuk (+1 SD ≤ z < +2 SD) 5. Obese ( z > +2 SD)
WHO/FAO/UNU (2001)
BPS (2013)
BPS (2013)
Sebaran Data
Depkes (1996)
AAP (2001)
WHO (2007)
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan aplikasi Statistical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for windows. Uji statistik yang dilakukan antara lain analisis deskriptif karakteristik contoh, karakteristik keluarga, asupan zat gizi, Screen Time, Tingkat kecukupan gizi, aktivitas fisik, dan status gizi contoh. Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk melihat distribusi data sehingga dapat dilakukan uji statistik selanjutnya. Uji beda dilakukan antara data contoh siswa pada hari sekolah dan hari libur pada variabel asupan zat gizi, durasi Screen Time , aktivitas fisik tingkat kecukupan energi dan status gizi. Data yang tidak tersebar normal dianalisis dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks, sedangkan yang tersebar normal menggunakan uji beda Paired Sample T-Test. Analisis hubungan dilakukan status gizi dengan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, asupan zat gizi, durasi Screen Time, aktivitas fisik, dan tingkat kecukupan energi dengan menggunakan uji pearson jika kedua variabel yang diuji tersebar normal, atau menggunakan uji spearman jika terdapat variabel yang tidak tersebar normal.
10
Definisi Operasional Aktivitas Fisik pergerakan tubuh seseorang melalui otot rangka yang memerlukan energi Asupan energi dan zat gizi adalah jumlah energi dan zat gizi yang didapatkan karena mengonsumsi makanan dan minuman. Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal menetap bersama dalam satu atap dan hidup dari penghasilan yang sama. Contoh adalah siswa kelas 4 SD Gadog 03 yang mengikuti penelitian Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berat dalam satuan luas tubuh yang menggambarkan status gizi seseorang, dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m). Karakteristik contoh adalah informasi dari contoh yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan uang saku Karakteristik keluarga adalah informasi dari contoh mengenai keadaan keluarga yang terdiri dari pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan besar keluarga. Pendapatan perkapita adalah total penghasilan keluarga selama sebulan dibagi jumlah anggota keluarga. Pendidikan orang tua adalah durasi dalam tahun pendidikan formal yang ditempuh atau ditamatkan orang tua. Screen Time adalah total waktu yang dihabiskan untuk aktivitas didepan layar media elektronik dalam satu hari seperti menonton televisi, bermain game console, menggunakan komputer, laptop dan handphone. Status gizi keadaan yang dipengaruhi oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi, serta hal lainnya yang mempengaruhi berat badan dan tinggi badan. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi adalah nilai yang menggambarkan persentase perbandingan asupan energi dan zat gizi aktual contoh dengan rekomendasi dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG) menurut usia, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis.
11
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh terdiri dari jenis kelamin contoh dan uang saku contoh. Data didapatkan melalui hasil wawancara kepada contoh dan orangtua contoh. Sebagian besar contoh (55,36%) berjenis kelamin laki-laki dan sisanya (44,64%) perempuan (Tabel 4). Perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap penggunaan energi dalam metabolisme dan energi yang dikeluarkan dalam aktivitas fisik sehingga berpengaruh dalam status gizi seseorang dalam jangka panjang ( Boone et al. 2007 ). Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Contoh Laki-laki Perempuan Total
n 31 25 56
% 55.36 44.64 100
Uang saku contoh dikelompokkan berdasarkan sebaran data uang saku contoh ke dalam 3 kategori sesuai dengan teori Slamet (1993) yaitu rendah (≤ Rp 3000), sedang (Rp 4 000–Rp 6 000), dan tinggi ( Rp 7 000-Rp 10 000). Sebaran uang saku contoh Rp1 000-Rp 10 000 dengan rata rata uang saku contoh sebesar Rp 4 508±2 344. Proporsi terbesar uang saku contoh (41.07%) pada kategori uang saku rendah (≤ Rp 3 000) (Tabel 5). Hal tersebut diduga karena pendapatan orangtua contoh harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah tangga lainnya. Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan uang saku Kelompok Uang Saku Contoh Rendah (≤ Rp 3 000) Sedang (Rp 4 000 – Rp 6 000) Tinggi (Rp 7 000 – Rp 10 000) Total
n 23 20 13 56
% 41.07 35.71 23.21 100
Karakteristik Orang Tua Pendidikan Tabel 6 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua. Proporsi pendidikan terbesar untuk ayah dan ibu dari contoh adalah tamatan SD (51.79% dan 64.29%) data pendidikan orangtua contoh ini lebih rendah daripada data hasil penelitian Nasution (2014) pada anak sekolah dasar di Kota Bogor sebagian besar orang tua contoh memiliki tingkat pendidikan lulusan SMA/sederajat yaitu 48.8% untuk ayah dan 45.6% untuk ibu.
12
Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua Pendidikan Orang Tua Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat Tamat SMP/Sederajat Tamat SMA/ Sederajat Perguruan Tinggi Total
Ayah n 3 15 29 5 4 0 56
Ibu % 5.36 26.79 51.79 8.93 7.14 0 100
n 4 12 36 2 2 0 56
% 7.14 21.43 64.29 3.57 3.57 0 100
Rata rata lama waktu pendidikan orangtua contoh adalah 5.82±2.56 tahun untuk ayah dan 5.48±2.21 tahun untuk ibu. Hasil ini lebih tinggi dibanding dengan penelitian Sekiyama et al. (2012) terhadap orang tua di Desa yang sama pada tahun 2001 yaitu 4.8±2.8 tahun untuk ayah dan 3.6±2.8 tahun untuk ibu. Peningkatan ini karena adanya program wajib belajar yang diterapkan pemerintah. Orangtua dengan pendidikan yang tinggi diharapkan memiliki pengetahuan mengenai gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak yang lebih baik sehingga pengetahuannya mengenai makanan yang memenuhi syarat gizi lebih tinggi (Madanijah et al. 2005). Hardy et al. (2012) menambahkan, orang tua dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung memiliki anak yang mengalami resiko masalah gizi yang tinggi. Pendapatan Rata-rata pendapatan perkapita contoh sebesar Rp 436 225 ± 240 089 dengan kisaran pendapatan perkapita contoh Rp 100 000 – Rp 1 060 000. Sebagian besar contoh (73.21 %) memiliki pendapatan perkapita diatas garis kemiskinan (Tabel 7). Tabel 7. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan perkapita Pendapatan Perkapita Dibawah garis kemiskinan Kabupaten Bogor ≤ Rp.271 970 Diatas garis kemiskinan Kabupaten Bogor > Rp.271 970 Total
n 15 41 56
% 26.79 73.21 100
Garis kemiskinan didapatkan berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat (2013). Tingkat pendapatan berhubungan dengan munculnya faktor resiko permasalahan gizi pada anak yaitu kurangnya aktivitas fisik, tingginya durasi Screen Time, dan konsumsi pangan yang kurang sehat (Tandon et al. 2012). Hal itu berkaitan dengan terbatasnya pilihan dalam pemenuhan kebutuhan gizi dan alokasi penggunaan pendapatan untuk memenui kebutuhan. Screen Time Sebagian besar contoh (87.50%) dalam penelitian ini memiliki waktu Screen Time yang tidak sesuai anjuran (≥120 menit) dalam sehari (Tabel 8).
13
Pada hari sekolah lebih banyak anak yang sesuai anjuran screen times (<120 menit) dalam sehari (20%) dibanding saat hari libur (13%). Tabel 8. Sebaran contoh berdasarkan kategori Screen Times Hari Kategori Screen Times Sesuai Anjuran (< 120 menit) Tidak Sesuai Anjuran (≥120menit) Total
Libur N 7 49 56
% 13 88 100
Sekolah N 11 45 56
% 20 80 100
Gabungan (Libur+Sekolah) N % 7 12.50 49 87.50 56 100
Hasil penelitian ini menunjukkan persentase contoh dengan durasi Screen Time yang tidak sesuai anjuran lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Neto et al. (2014). Pada penelitian Neto et al. (2014) menunjukkan bahwa 65.14% anak umur 7-10 tahun di rural tidak sesuai anjuran Screen Time 120 menit dalam sehari. Tingginya proporsi contoh yang memiliki waktu Screen Times tidak sesuai anjuran Screen Times dalam sehari diduga karena lemahnya pengawasan orangtua dan kurangnya pengetahuan orangtua terhadap efek yang ditimbulkan oleh Screen Times yang berlebihan. Tandon et al. (2012) menyatakan, keluarga yang memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah cenderung akan membiarkan anaknya menghabiskan Screen Times lebih banyak karena merasa anaknya lebih aman bermain di dalam rumah. Rata-rata durasi Screen Times gabungan hari libur dan sekolah contoh yaitu sebesar 225±95 menit. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata contoh memiliki durasi Screen Time yang tidak sesuai anjuran. Rentang sebaran Screen Time contoh adalah 30 – 413 menit dalam sehari. Durasi Screen Time terpanjang pada penelitian ini adalah 413 menit sedangkan durasi Screen Time terpendek adalah 30 menit. Rata-rata durasi Screen Time dalam penelitian ini juga lebih tinggi dari penelitian Nasution (2014) yang menunjukkan rata rata Screen Time anak SD di kota Bogor sebesar 168 menit dan juga lebih tinggi dari penelitian Hougton et al.(2015). Perbedaan hasil penelitian ini diduga disebabkan oleh perbedaan waktu dan wilayah penelitian sehingga terdapat perbedaan gaya hidup dan pola asuh terhadap anak yang mengakibatkan perbedaan rata-rata Screen Times contoh. Rata-rata durasi Screen Time contoh pada hari libur sebesar 261±131 menit lebih tinggi daripada rata-rata durasi Screen Time pada hari sekolah (188±100 menit). Uji beda terhadap durasi Screen Time contoh pada hari libur dan hari sekolah berbeda nyata, diketahui dari hasil uji beda (Paired T-test) p<0.05 (Gambar 2). Perbedaan tersebut diduga karena pada hari libur kegiatan yang dapat dilakukan contoh lebih banyak tidak terbatas karena harus bersekolah sehingga dapat menghabiskan waktu lebih lama di depan layar televisi. Sebagian besar contoh menghabiskan durasi Screen Time hanya dengan menonton televisi terkait dengan terbatasnya akses untuk penggunaan komputer dan telepon genggam pada lokasi penelitian.
14 300
261
250 188
200
150 100 50 0 Libur
Sekolah
Waktu Screen Time (menit) Gambar 2 Screen Time contoh berdasarkan hari AAP (2001) menganjurkan durasi Screen Time termasuk untuk hiburan tidak melebihi 120 menit dalam sehari. Pada anak dibawah 2 tahun dianjurkan untuk tidak terpapar media elektronik sama sekali dan lebih dianjurkan untuk berinteraksi dengan orang disekitarnya. Durasi Screen Times yang berlebihan dalam jangka panjang dapat menimbulkan beberapa gangguan yang diakibatkan oleh konten yang terdapat di dalamnya seperti berkurangnya perhatian, gangguan makan dan tidur, serta obesitas. Seiring dengan perkembangan jaman yang menuntut penggunaan media elektronik dalam setiap kegiatan maka diperlukan penelitian lebih lanjut serta kebijaksanaan pengguna dalam memanfaatkan media elektronik agar efek Screen Time yang berlebihan dapat dihindari. Aktivitas Fisik Sebagian besar contoh (58.93%) memiliki rata-rata tingkat aktivitas fisik (PAL) gabungan hari libur dan sekolah ringan (Tabel 9). Proporsi contoh dengan tingkat aktivitas fisik sedang dan tinggi masing-masing adalah 23.21% dan 17.89%. Tabel 9. Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik (PAL) Hari Tingkat aktivitas fisik Ringan Sedang Tinggi Total
Libur n 31 10 15 56
% 55.36 17.86 26.79 100
Sekolah n 38 16 2 56
% 67.86 28.57 3.57 100
Gabungan (Libur+Sekolah) n % 34 58.93 13 23.21 10 17.86 56 100
Rata-rata nilai PAL gabungan pada hari libur dan sekolah contoh sebesar 1.70±0.30. Rentang PAL rata-rata gabungan pada hari sekolah dan libur contoh adalah 1.29-2.59. Aktivitas fisik yang dilakukan sebagian besar contoh adalah jalan kaki. Jarak antara rumah contoh ke sekolah yang cukup jauh serta belum tersedianya akses transportasi yang baik sehingga jalan kaki cukup besar mempengaruhi aktivitas fisik contoh. Bersepeda dan pencak silat juga merupakan aktivitas yang cukup
15
banyak dilakukan subjek, namun tidak dilakukan oleh semua subjek seperti jalan kaki. Rata-rata nilai PAL contoh pada saat libur tergolong sedang (1.78±0.45) sedangkan nilai PAL contoh pada hari sekolah tergolong rendah (1.62±0.24) (Gambar 3). Pada hari libur sebanyak 44.64% contoh memenuhi anjuran aktivitas fisik sedang sampai tinggi lebih tinggi dibanding pada hari sekolah yang hanya sebesar 32.14% contoh memenuhi anjuran aktivitas fisik sedang sampai tinggi (Tabel 9). Hasil uji beda (Wilcoxon) menunjukkan PAL contoh pada hari libur dan hari sekolah keduanya berbeda nyata (p<0.05). Perbedaan nilai PAL diduga karena pada hari libur contoh lebih memiliki waktu untuk melakukan kegiatan atau bermain di luar rumah seperti bersepeda, berenang dan lain-lain sedangkan, pada hari sekolah kegiatan contoh terbatas karena harus bersekolah dan belajar dirumah. 1,80
1,78
1,75 1,70 1,62
1,65 1,60 1,55 1,50 Libur
Sekolah
Nilai PAL Gambar 3 Nilai PAL contoh berdasarkan hari Asupan Zat Gizi Asupan rata-rata energi, protein, lemak karbohidrat gabungan hari libur dan sekolah contoh masing-masing 1528±372 kalori, 37.8±11.9 gram, 39.8±13.8 gram, dan 377±269.5 gram. Data asupan zat gizi ini lebih tinggi dari penelitian Sekiyama et al. (2012) untuk anak 7-12 tahun di Desa Sukajadi yaitu energi 1464 kalori, protein 29.1 gram, lemak 30.7 gram dan karbohidrat 267.8 gram. Namun, sedikit lebih rendah dari penelitian Deni dan Dwiriani (2009), protein (41.3 gram) dan lemak (41.5 gram). Perbedaan asupan zat gizi contoh dengan hasil penelitian Deni dan Dwiriani (2009) diduga karena perbedaan wilayah sehingga diduga terjadi perbedaan asupan akibat perbedaan gaya hidup dan contoh lebih senang mengkonsumsi jajanan dibanding konsumsi makanan utama yang hanya 2 kali dalam sehari (Sekiyama et al 2012).
16
Tabel 10. Rata-rata asupan zat gizi contoh pada hari libur dan sekolah serta nilai P-Value uji beda. Asupan Zat Gizi Energi Protein Lemak Karbohidrat
Libur
Sekolah
1421±404 36.1±12 43.2±18.7 364.5±280.5
1635±469 39.5±16.5 36.4±17 391.3±259.8
Gabungan (Libur+Sekolah) 1528±372 37.8±11.9 39.8±13.8 377.9±269.5
P Value 0.001 0.077 0.029 0.203
Rata-rata asupan energi contoh pada hari libur (1421±404 kalori) lebih rendah dibanding dengan rata-rata asupan energi saat hari sekolah (1635±469kalori). Hasil uji beda Paired T-test menunjukkan rata-rata asupan antara hari libur dan hari sekolah berbeda nyata (p<0.05). Rata-rata asupan protein contoh pada hari libur lebih rendah (36.1±12gram) dibanding rata-rata asupan protein pada hari sekolah (39.5±16.5gram). Hasil uji beda Paired T-test menunjukkan rata-rata asupan protein pada saat hari libur dan hari sekolah tidak berbeda nyata (p>0.05). Rata-rata asupan lemak contoh pada hari libur (43.2±18.7gram) lebih tinggi dibanding pada hari sekolah (36.4±17gram). Setelah dilakukan uji beda antara rata-rata asupan lemak pada hari libur dan hari sekolah berbeda nyata, diketahui dari hasil uji beda(Paired T-test) p<0.05. Rata-rata asupan karbohidrat contoh pada hari libur (364.5±280.5gram) lebih rendah dibanding pada saat hari sekolah (391.3±259.8gram). Hasil uji beda Wilcoxon menunjukkan rata-rata asupan karbojidrat hari libur dan hari sekolah tidak berbeda nyata (p>0.05). Sebagian besar keseluruhan asupan zat gizi contoh pada saat hari libur lebih rendah dari hari sekolah, kecuali asupan lemak. Hal tersebut diduga pada hari sekolah contoh mendapatkan asupan tambahan dari intervensi pemberian makan siang anak sekolah berupa satu kali makanan utama lengkap. Makanan tambahan tersebut diduga berkontribusi terhadap asupan zat gizi contoh sehari. Pada hari libur subjek lebih memilih untuk mengkonsumsi jajanan seperti gorengan daripada makanan utama sehingga diduga meningkatkan asupan lemaknya pada hari libur. Tingkat Kecukupan Energi (TKE) Tabel 11 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan TKE. Proporsi terbesar TKE contoh pada gabungan hari libur dan sekolah dalam penelitian ini adalah cukup (32.14%) dengan rata-rata TKE 88.48% ± 28.62. Rentang sebaran TKE contoh adalah 39.63% - 190.56%. Sebanyak 55.36% contoh memiliki TKE dalam kategori kurang – defisit berat.
17
Tabel 11. Sebaran contoh berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi (TKE) Hari Tingkat Kecukupan Energi Defisit Berat < 70 Defisit Sedang 70-79 Kurang 80-89 Baik 90-119 Lebih ≥120 Total
Sekolah n 14 7 8 17 10 56
Libur
% 25.00 12.50 14.29 30.36 17.86 100
N 22 8 4 15 7 56
% 39.29 14.29 7.14 26.79 12.5 100
Rata-Rata (Libur+Sekolah) N % 14 25.00 10 17.86 7 12.50 18 32.14 7 12.50 56 100
Rata-rata TKE penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Deni dan Dwiriani (2009) pada anak sekolah dasar di Kota Bogor yang memiliki rata-rata TKE sebesar 82.2%. Hasil tersebut diduga perbedaan wilayah penelitian yang dapat mempengaruhi bedanya makanan dan jajanan yang dikonsumsi contoh. Camara et al. (2015) menyatakan, konsumsi pangan pada anak dipengaruhi oleh adat dan kebiasaan lingkungan tempat tinggalnya. Kurangnya asupan yang berakibat pada rendahnya TKE diduga disebabkan oleh contoh yang lebih senang mengkonsumsi jajanan daripada makanan pokok. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Sekiyama et al. (2012) yang menyatakan, 40% asupan energi pada anak umur 7-12 tahun di Desa Sukajadi berasal dari cemilan atau jajanan dan anak yang lebih banyak mengkonsumsi cemilan atau jajanan memiliki asupan energi yang lebih sedikit daripada anak yang mengkonsumsi cemilan atau jajanan lebih sedikit. Hasil rata-rata TKE contoh pada saat libur sebesar 82.70%±29.9 sedangkan rata-rata TKE contoh pada hari sekolah lebih tinggi (94.26%±33.01) (Gambar 4). Pada hari sekolah sebanyak 25.00% contoh tergolong dalam defisit berat, sedangkan pada hari libur bertambah menjadi 39.29% yang tergolong dalam kategori defisit berat. Hasil uji beda Paired T-test menunjukkan TKE contoh pada hari libur dan hari sekolah berbeda nyata (p<0.05). Perbedaan TKE pada hari sekolah dan hari libur diduga karena pada saat hari sekolah dilakukan intervensi program pemberian makan siang anak sekolah sehingga asupan anak lebih baik di banding pada saat hari libur. 100,00 94,26
95,00
90,00 85,00
82,70
80,00 75,00 Libur
TKE (%)
Sekolah
Gambar 4 TKE contoh berdasarkan hari
18
Status Gizi Sebagian besar contoh (83.93%) memiliki status gizi normal (Tabel 12). Rata rata z-score IMT/U pada penelitian ini sebesar (-0.17)±0.95. Hasil penelitian ini sedikit lebih tinggi dari data Sekiyama et al. (2012) pada anak umur 7-12 tahun memiliki rata-rata status gizi z-score IMT/U sebesar (-0.47)±0.61. Perbedaan hasil penelitian diduga disebabkan karena perbedaan waktu penelitian sehingga terjadi perbaikan status gizi pada anak usia sekolah di Desa Sukajadi. Tabel 12. Sebaran contoh berdasarkan status gizi contoh (Z-score IMT/U) Z-Score IMT/U Normal (-2 SD) – (+0.99 SD) Gemuk (+1 SD) – (+2 SD) Obese >+2 SD Total
n 47 8 1 56
% 83.93 14.29 1.79 100
Tidak ditemukan contoh dengan status gizi kurus dan sangat kurus dalam penelitian ini. Terdapat kecenderungan contoh memiliki status gizi gemuk (16.08%) yang bisadijadikan perhatian agar dapat dicegah supaya tidak bertambah di kemudian hari. Pencegahan merupakan langkah yang paling baik dalam menanggulangi masalah gizi ganda (WHO/FAO/UNU 2001). Karena status gizi merupakan interpretasi interaksi multifaktoral secara jangka panjang seperti, konsumsi pangan, aktivitas fisik, Screen Time, genetik, ketersediaan makanan, dan lain-lain sehingga memerlukan perhatian yang menyeluruh dan bertahap ( Boone et al. 2007 ). Desa Sukajadi memiliki prevalensi stunting yang tinggi pada anak usia sekolah (Sekiyama et al. 2012). Kondisi stunting pada anak akan mempengaruhi interaksi antara berat badan dan IMT anak tersebut, sehingga pada anak stunting akan lebih mudah mengalami peningkatan IMT akibat adanya pertambahan berat badan dibanding pada anak dengan tinggi badan yang normal. Pengaruh Antara Variabel Terhadap Tingkat Kecukupan Energi Hasil uji regresi linear berganda untuk semua variabel yang diteliti pada penelitian ini dengan tingkat kecukupan energi (TKE) contoh disajikan pada Tabel 13. Hasil uji pengaruh 10 variabel terhadap tingkat kecukupan energi hanya durasi Screen Times, tingkat aktivitas fisik (PAL), dan asupan energi yang berpengaruh secara signifikan. Tabel 13. Hasil uji regresi linear berganda terhadap tingkat kecukupan energi contoh Model ST PAL Asupan Energi
B -0.042 -44.744 0.054
Signifikan 0.008 0.000 0.000
R
Adjusted R Square
0.939
0.874
19
Uji pengaruh yang dilakukan adalah metode backward mengeliminasi variabel yang tidak signifikan dan menghasilkan nilai R= 0.943. Nilai R dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara 3 variabel terhadap status gizi contoh tergolong kuat karena hubungan yang kuat ketika nilai R>0.5 dan mendekati 1. Model persamaan hasil regresi adalah y = 91.351 – 0.042 durasi Screen Times – 44.744 tingkat aktivitas fisik (PAL) + 0.054 asupan energi. Persamaan ini berarti setiap kenaikan durasi Screen Times sebesar 1 menit akan menurunkan tingkat kecukupan energi sebesar 0.042%. Apabila contoh mengalami kenaikan tingkat aktivitas fisik (PAL) sebesar 1.00 akan menurunkan tingkat kecukupan energi sebesar 44.744%. peningkatan asupan energi sebesar 1 kalori akan meningkatkan tingkat kecukupan energi sebesar 0.054%. Signifikansi ketiga variabel adalah tingkat aktivitas fisik (0.000), durasi Screen Times (0.008), dan asupan energi (0.000). Nilai koefisien determinan (Adjusted R Square) pada uji regresi ini adalah 0.874 yang berarti bahwa 3 variabel yang diujikan mempunyai hubungan terhadap tingkat kecukupan energi sebesar 87.4% dan 12.6% lainnya diduga dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Tidak terjadi multikolinearitas dalam model ini. Tidak terdapat nilai VIF diatas 10 dan nilai tolerance dibawah 0.10 dari hasil uji multikolinear pada model persamaan ini. Pada matriks korelasi menunjukkan pair-wise correlation antar variabel dibawah 0.80 yang menunjukkan tidak adanya multikolinear dalam model persamaan (Janie 2012). Aktivitas fisik berkorelasi signifikan dengan TKE (p<0.05). Hubungan keduanya cukup kuat bersifat negatif (-0.626) yang berarti setiap penurunan aktivitas fisik akan meningkatkan TKE Pernyataan diatas diperkuat dengan semakin rendahnya aktivitas fisik seiring dengan meningkatnya TKE (Tabel 15). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pernyataan Hill et al. (2012) aktivitas fisik yang tinggi akan membutuhkan keluaran energi yang tinggi sehingga mengurangi simpanan energi di dalam tubuh. Horsch et al. (2015) menambahkan, berkurangnya asupan makanan merupakan dampak dari aktivitas fisik yang bisa menghilangkan stress sehingga mengurangi nafsu makan dalam jangka pendek. Tabel 14. Nilai P-Value uji hubungan terhadap tingkat kecukupan energi contoh. Variabel Uang Jajan Contoh Pendapatan Perkapita Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu Screen Time Aktivitas Fisik Asupan Energi Asupan Protein Asupan Lemak Asupan Karbohidrat
P Value 0.777 0.207 0.217 0.739 0.999 0.000 0.000 0.000 0.000 0.048
Koefisien Korelasi -0.039 -0.171 -0.168 -0.046 0.000 -0.626 0.837 0.571 0.715 0.266
Terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara konsumsi energi,protein, lemak, karbohidrat terhadap TKE contoh. Hubungan terhadap variabel TKE bersifat positif yaitu 0.837 pada energi, 0.571 pada protein, 0.715 pada lemak dan 0.266 pada karbohidrat yang berarti semakin tingginya asupan zat gizi akan
20
meningkatkan TKE contoh. Hal tersebut karena manusia dapat mendapatkan energi dari protein, lemak dan karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energi harian individu (Hill et al. 2012). Tabel 15. Sebaran rata-rata variabel berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi. Variabel PAL Screen Times (menit) Asupan Energi (kkal) Asupan Protein (gram) Asupan Lemak (gram) Asupan Karbohidrat (gram) Pendapatan Perkapita (Rupiah) Pendidikan Ayah (tahun) Pendidikan Ibu(tahun)
Defisit Berat 2.02 185 1160 33.5 30.3 277
Defisit Sedang 1.82 236.3 1426 33.6 37.2 409
437896 6.57 5.36
Kurang
Cukup
Lebih
1.55 300 1516 37.3 38.8 397
1.53 232.3 1664 38.5 40.8 408
1.51 191.4 2078 51.22 60.71 438
473652
548928
432592
276047
6.50 6.30
4.57 5
5.50 4.89
5.43 6.57
Terdapat kecenderungan peningkatan rata-rata asupan zat gizi seiring dengan peningkatan kategori TKE (Tabel 15). PAL contoh semakin menurun seiring dengan peningkatan kategori TKE. PAL sebagai penentu kebutuhan energi seseorang maka jika diasumsikan dengan asupan yang sama, PAL yang semakin rendah akan meningkatkan TKE seseorang. Sebaliknya, jika diasumsikan dengan PAL yang sama maka asupan yang semakin tinggi akan meningkatkan TKE seseorang. Pengaruh Antara Variabel Terhadap Status Gizi IMT/U Hasil uji regresi linear berganda untuk semua variabel yang diteliti pada penelitian ini dengan status gizi contoh disajikan pada Tabel 16. Hasil uji pengaruh 11 variabel terhadap status gizi menunjukkan, hanya tingkat aktivitas fisik (PAL), TKE, dan asupan energi yang berpengaruh secara signifikan. Tabel 16. Hasil regresi linear berganda terhadap status gizi contoh Model PAL TKE Asupan Protein
B -1.425 -0.021 0.035
Signifikan 0.012 0.010 0.003
R
Adjusted R Square
0.424
0.132
Uji pengaruh yang dilakukan adalah metode backward menghasilkan nilai R= 0.424 dan mengeliminasi variabel yang tidak signifikan berpengaruh. Nilai R dapat diinterpretasikan bahwa hubungan antara 3 variabel yang signifikan berpengaruh terhadap status gizi contoh tergolong kurang kuat karena hubungan yang kuat ketika nilai R>0.5 dan mendekati 1. Model persamaan hasil regresi adalah y = 2.840 – 1.425 tingkat aktivitas fisik – 0.021 TKE + 0.035 asupan protein. Persamaan ini berarti setiap kenaikan tingkat aktivitas fisik sebesar 1.00 akan menurunkan angka z-score IMT/U
21
sebesar 1.425. Apabila contoh mengalami kenaikan TKE sebesar 1% akan menurunkan angka z-score IMT/U sebesar 0.021. peningkatan asupan protein sebesar 1 gram akan meningkatkan angka z-score IMT/U sebesar 0.035. Pernyataan ini sejalan dengan WHO (2008) yang menyatakan, kurang aktivnya seseorang dan semakin tingginya asupan makanan tinggi energi seseorang akan memicu terjadinya peningkatan status gizi menuju pada obesitas. Namun pernyataan ini tidak sesuai dengan pernyataan WHO/FAO/UNU (2001) yang menyatakan, bahwa semakin tingginya TKE akan mengarah terhadap terjadinya gizi lebih atau obesitas. Hasil ini diduga karena data yang dikumpulkan secara cross sectional atau pengambilan data dalam satu waktu sedangkan status gizi bisa digambarkan secara baik dalam jangka panjang. Selain itu diduga terjadi faktor lain yang terlibat dalam mempengaruhi TKE dan status gizi seperti riwayat kesehatan subjek sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menggambarkan pengaruh keduanya secara baik. Signifikansi ketiga variabel adalah tingkat aktivitas fisik (0.012), TKE (0.010), dan asupan protein (0.003). Nilai koefisien determinan (Adjusted R Square) pada uji regresi ini adalah 0.132 yang berarti bahwa 3 variabel yang signifikan berpengaruh mempunyai hubungan terhadap status gizi sebesar 13.2% dan 86.8% diduga dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti status kesehatan dan pola asuh subjek. Tidak terjadi multikolinearitas dalam model ini. Tidak terdapat nilai VIF diatas 10 dan nilai tolerance dibawah 0.10 dari hasil uji multikolinear pada model persamaan ini. Pada matriks korelasi menunjukkan pair-wise correlation antar variabel dibawah 0.80 yang menunjukkan tidak adanya multikolinear dalam model persamaan (Janie 2012). Tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara variabel terhadap status gizi IMT/U contoh (Tabel 17). Hal tersebut diduga karena status gizi merupakan hasil dari interaksi jangka panjang berbagai faktor (Boone et al. 2007), sehingga hubungan satu variabel terhadap status gizi dalam jangka pendek akan sulit terlihat. Penelitian ini yang bersifat cross sectional dengan metode pengambilan data paparan dan outcome dalam satu waktu sehingga data yang ditunjukkan menggambarkan kondisi jangka pendek atau hanya pada saat data diambil. Selain itu status gizi contoh yang sebagian besar normal sehingga efek dari perbedaan tiap variabel masing-masing individu tidak sensitif terlihat Tabel 17. Nilai P-Value uji hubungan variabel terhadap status gizi contoh. Variabel Uang Jajan Contoh Pendapatan Perkapita Pendidikan Ayah Pendidikan Ibu Screen Time Aktivitas Fisik Tingkat Kecukupan Energi Asupan Energi Asupan Protein Asupan Lemak Asupan Karbohidrat
P Value 0.998 0.396 0.782 0.824 0.155 0.435 0.387 0.486 0.333 0.834 0.742
Koefisien Korelasi 0.000 0.116 0.038 -0.030 0.192 -0.106 -0.118 0.095 0.132 0.029 0.045
22
Kecenderungan Screen Times terhadap status gizi tidak memiliki hubungan yang signifikan (Tabel 17). Hill et al. (2012) menyatakan, tubuh memiliki pengaturan terhadap keseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi sehingga ketidak seimbangan antara asupan dan pengeluaran energi dalam jangka pendek dapat diatasi dan tidak terlalu berdampak terhadap status gizi seseorang. Tabel 18. Sebaran nilai rata-rata variabel berdasarkan status gizi IMT/U. Variabel PAL Screen Times (menit) Tingkat Kecukupan Energi (%) Asupan Energi (kkal) Asupan Protein (gram) Asupan Lemak (gram) Asupan Karbohidrat (gram) Pendapatan Perkapita (Rupiah) Pendidikan Ayah (tahun) Pendidikan Ibu(tahun)
Normal
Gizi Lebih
1.73 217.65 88.61 1507 37 39.5 382.4 440519 5.8 5.53
1.58 260.78 87.76 1645 41.8 41.14 354.33 413796 6 5.22
23
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar contoh dari murid kelas 4 SD 03 Gadog berjenis kelamin laki-laki (55,36%) dan sisanya (44,64%) perempuan. Rata rata uang saku contoh sebesar Rp 4 508. Proporsi terbesar pendidikan ayah dan ibu contoh adalah tamatan SD (51.79% dan 64.29%). Rata-rata pendapatan perkapita contoh sebesar Rp 436 225. Sebagian besar contoh (87.50%) memiliki durasi Screen Time tidak sesuai anjuran Screen Time dalam sehari dengan rata-rata durasi Screen Time 225 menit. Sebagian besar contoh memiliki PAL ringan (58.93%) dengan rata-rata 1.70±0.30. Proporsi terbesar TKE adalah cukup (32.14%) dengan rata-rata 88.48%. Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat rata-rata contoh sebesar 1528 kalori, 37.8 gram, 39.8 gram, dan 377 gram. Sebagian besar contoh memiliki status gizi normal (83.93%) dengan rata rata z-score IMT/U sebesar (-0.17). Rata-rata Screen Time pada hari libur lebih tinggi dari hari sekolah. Ratarata PAL saat libur dan sekolah adalah 1.78 dan 1.62. Rata-rata tingkat kecukupan energi pada saat libur lebih rendah dari hari. Rata-rata asupan energi pada hari libur dan sekolah 1421 kalori, dan 1635 kalori. Rata-rata asupan protein contoh pada hari libur dan sekolah adalah 36.1gram dan 39.5 gram. Rata-rata asupan lemak contoh pada hari libur dan sekolah adalah 43.2 gram dan 36.4 gram. Rata-rata asupan karbohidrat contoh pada hari libur dan sekolah adalah 364.5 gram dan 391.3 gram. Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dan asupan zat gizi dengan tingkat kecukupan energi (p<0.05). Hubungan aktivitas fisik dan TKE bersifat negatif. Hubungan terhadap asupan zat gizi dengan TKE bersifat positif. Hasil uji pengaruh regresi linear berganda menunjukkan kenaikan durasi Screen Times sebesar 1 menit menurunkan TKE sebesar 0.042%. Apabila contoh mengalami kenaikan PAL sebesar 1.00 dan 1 kalori asupan energi akan menurunkan TKE sebesar 44.744% dan 0.054%. Hasil uji pengaruh regresi linear berganda menunjukkan setiap kenaikan PAL sebesar 1.00 akan menurunkan angka z-score IMT/U sebesar 1.425. Apabila contoh mengalami kenaikan tingkat kecukupan energi sebesar 1% akan menurunkan angka z-score IMT/U sebesar 0.021. peningkatan asupan protein sebesar 1 gram akan meningkatkan angka z-score IMT/U sebesar 0.035. Saran Rendahnya aktivitas fisik, asupan zat gizi, dan tingkat kecukupan disertai tinggi nya durasi screen times merupakan faktor resiko yang masih terdapat pada anak-anak di SD 03 Gadog Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari dan Kabupaten Bogor. Promosi mengenai aktivitas fisik yang baik dan penggunaan alat elektronik yang bijak perlu lebih digiatkan. Edukasi terkait konsumsi pangan yang baik perlu dilakukan, seperti pemenuhan gizi seimbang melalui makanan yang lengkap melalui poster dan edukasi gizi di sekolah atau kepada orangtua.
24
DAFTAR PUSTAKA [AAP] American Academy of Pediatrics. 2001. Media and Children [Internet]. [Diunduh 2015 Mei 19]. Tersedia pada: https://www.aap.org/enus/advocacy-and-policy/aap-health-initiatives/pages/media-andchildren.aspx#sthash.W1iST6dd.dpuf Andrade Neto F, Eto FN, Pereira TSN, Carletti L, Molina MdC. 2014. Active and sedentary behaviours in children aged 7 to 10 years old : the urban and rural context, Brazil. BMC Public Health. 14:1174 1471-2458/14/1174 [BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan Keluarga Berencana Sejahtera. Jakarta (ID): BKKBN Boone JE, Gordon-Larsen P, Adair LS, Popkin BM. 2007. Screen time and physical activity during adolescence: longitudinal effects on obesity in young adulthood. Int J Behav Nutr Phys Act. 4:26 doi:10.1186/1479-5868-426. [BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2013. Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat, Tahun 2012-2013 [Internet]. [Diunduh 2016 Februari 22]. Tersedia pada: http://jabar.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/49 . 2013. Konsep Sosial dan Kependudukan [Internet]. [Diunduh 2015 Oktober 13. Tersedia pada: http://bps.go.id/Subjek/view/id/28#subjekViewTab1|accordion-daftarsubjek1 Camara S, Guillain BDL, Heude B, Charle MA, Botton J, Plancoulaine S, Forhan Anne, Cubizolles MJS, Molina PD, Lioret S. 2015. Multidimensionality of the relationshi between social status and dietary pattern in early childhood: longitudinal results from the French EDEN mothe-child cohort. Int J Behav Nutr Phys Act. DOI 10.1186/s12966-015-0285-2. [Depkes] Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID) : Depkes. [FAO/WHO/UNU] Food and Agriculture Organization/ World Health Organization/ United Nations University. 2001. Energy Requirement of Children and Adolescents [Internet]. [Diunduh pada 19 Mei 2015]. Tersedia pada : http:www.fao.org Hardy LL, Grunsheit A, Khambalia A, Bell C, Wolfenden L, Milat AJ. 2012. Cooccurrence of obsogenic risk factors among adolescents. J Adolesc Health. 265-271 doi:10.1016/j.jadohealth.2011.12.017. Hill JO, Wyatt HR, Peters JC. 2012. Energy balance and obesity. Circ. 126(1):126-132. Doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.111.087213. Horsch A, Wobmann M, Kriemler S, Munsch S, Borloz S, Balz S, Balz A, Marques-Vidal P, Borghini A, Puder JJ. 2015. Impact of physical activity on energy balance, food intake and choice in normal weight and obese children in the setting of acute social stress: a randomized controlled trial. BMC Public Health. 15:12 DOI 10.1186/s12887-015-0326-7 Houghton S, Hunter SC, Michael Rosenberg, Wood L, Zadow C, Martin K, Shilton T. 2015. Virtually impossible: limiting Australian children and
25
adolescents daily screen based media use. BMC Public Health. 15:5 14712458/15/5. Janie DNA. 2012. Statistik Deskriptif & Regresi Linear Berganda Dengan SPSS. Semarang (ID) : Semarang University Press. Madanijah S, Syarief H, Karyadi D, Aunuddin, Patmonodewo S. 2005. Model pendidikan “GI-PSI-SEHAT” bagi ibu serta dampakanya bagi perilaku ibu, lingkungan pembelajaran, konsumsi pangan dan status gizi anak usia dini. Media Gizi & Keluarga. Desember 2005, 29(2) :1-13 Moestue H, Huttly S. 2007. Adult education and child nutrition: the role of family and community. J Epidemiol Community Health. 62:153–159. Doi:10.1136/Jech.2006.058578 Nasution IN. 2014. Screen time, asupan lemak dan serat serta status gizi siswa sekolah dasar di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. . 2010. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. . 2013. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Sanchez A, Norman GJ, Sallis JF, Calfas KJ, Cella J, Patrick K. Patterns and correlates of physical activity and nutrition behaviours in adolescents. Am J Prev Med. 32(2): 124-130 Sekiyama M, Roosita K, Ohtsuka R. 2012. Snack foods conumption contributes to poor nutrition of rural children in West Java, Indonesia. Asia Pac J Clin Nutr. 21 (4):558-567. Singgih S. 2008. Panduan Lengkap SPSS 16.0. Jakarta (ID) : PT Elex Media Komputindo. Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo (ID) : Dabara Publisher. Tandon PS, Zhou C, Sallis JF, Cain KL, Frank LD, Saelens BE. 2012. Home environment relationships with children’s physical activity, sedentary time, and screen time by socioeconomic status. Int J Behav Nutr Phys Act. 9:88. [WHO] World Health Organization 2000. Obesity: Preventing and Managing the Global Epedemic. Geneva WHO Technical Report Series. . 2005. Body Mass Indeks (BMI) [Internet]. [Diunduh pada 1 Juli 2015]. Tersedia pada: http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html . 2008. Facts Sheet No. 311: Obesity and Overweight [Internet]. [Diunduh pada 1 Juli 2015]. Tersedia Pada: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/# . 2015. Facts Sheet No. 385 : Physical Activity [Internet]. [Diunduh pada 3 Desember 2015]. Tersedia Pada : http://www.who.int/topics/physical_activity/en/
26
LAMPIRAN Lampiran 1 hasil uji hubungan statistika dan normalitas menggunakan SPSS Correlations Z_Score_IMTU TKE_FAO_Ave Z_Score_IMTU
Correlation
1
Sig. (2-tailed) Uang_Jajan Size_Keluarga Pendidikan_Ayah Pendidkan_Ibu ST_Ave PAL_Ave TKE_FAO_Ave
kons_e_ave P_ave L_ave
-.118 .387
Correlation
.000
Sig. (2-tailed)
.998
.777
Correlation
.058
-.076
Sig. (2-tailed)
.670
.575
Correlation
.038
-.168
Sig. (2-tailed)
.782
.217
Correlation
-.039
-.030
.046
Sig. (2-tailed)
.824
.739
Correlation
.192
.000
Sig. (2-tailed)
.155
.999
Correlation
-.106
Sig. (2-tailed)
.435
.000
Correlation
-.118
1
Sig. (2-tailed)
.387
Correlation
.095
Sig. (2-tailed)
.486
Correlation
.132
Sig. (2-tailed)
.333
Correlation
.029
-.626
.837
**
**
.000 .571
**
.000 .715
**
Sig. (2-tailed)
.834
.000
Correlation
.045
.266
Sig. (2-tailed)
.742
.048
.116
-.171
Sig. (2-tailed) .396 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.207
Kh_ave
Pendapatan_perkapita Correlation
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*
27
Tes Normalitas Kolmogorov-Smirnova Statistic Z_Score_IMTU Uang_Jajan ST_Libur ST_Sekolah PAL_Libur PAL_Sekolah Pendapatan Size_Keluarga Pendidikan_Ayah Pendidkan_Ibu ST_Ave PAL_Ave TKE_FAO_Sekolah TKE_FAO_libur TKE_FAO_Ave kons_E_sekolah kons_e_libur kons_e_ave P_sekolah L_sekolah KH_sekolah P_libur L_libur KH_libur P_ave L_ave Kh_ave
df
.103 .151 .063 .069 .155 .114 .154 .252 .311 .336 .097 .129 .095 .081 .079 .098 .088 .062 .185 .109 .259 .089 .076 .189 .114 .100 .162
Shapiro-Wilk Sig.
56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Statistic *
.200 .003 .200* .200* .002 .069 .002 .000 .000 .000 .200* .020 .200* .200* .200* .200* .200* .200* .000 .092 .000 .200* .200* .000 .066 .200* .001
df
.961 .927 .988 .981 .896 .954 .897 .859 .841 .746 .981 .914 .926 .969 .956 .967 .980 .982 .817 .895 .717 .970 .974 .753 .900 .950 .881
Sig. 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
.065 .002 .842 .542 .000 .034 .000 .000 .000 .000 .508 .001 .002 .167 .041 .133 .456 .563 .000 .000 .000 .180 .259 .000 .000 .021 .000
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 2 hasil uji Paired Sample T test Screen Time menggunakan SPSS Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair ST_Libur 1 ST_Sekolah
72.446
Std. Std. Error Deviation Mean 137.996
18.440
Lower 35.491
Upper
t
df
109.402 3.929 55
Sig. (2tailed) .000
28
Lampiran 3 hasil uji Paired Sample T test TKE menggunakan SPSS Paired Differences
Pair TKE_FAO_Sekolah 1 - TKE_FAO_libur
Std. Error Mean
Std. Deviation
Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
Sig. (2df tailed)
t
1.15629E1 26.28691 3.51274 4.52318 18.60254 3.292 55
.002
Lampiran 4 hasil uji Paired Sample T test asupan energi menggunakan SPSS Paired Differences
Mean Pair kons_E_sekolah 1 kons_e_libur
214.143
95% Confidence Interval of the Difference
Std. Error Mean
Std. Deviation 460.539
Lower
61.542
90.810
Upper
t
Sig. (2df tailed)
337.476 3.480 55
.001
Lampiran 5 hasil uji Paired Sample T test asupan protein menggunakan SPSS P_libur P_sekolah a
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-1.766 .077
a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Lampiran 6 hasil uji Paired Sample T test asupan lemak menggunakan SPSS Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair L_libur 1 L_sekolah
6.82500
Std. Deviation 22.79615
Std. Error Mean
Lower
3.04626
.72015
Upper
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
a
-2.631 .009
df
12.92985 2.240 55
Lampiran 7 hasil uji Wilcoxon Rank PAL menggunakan SPSS PAL_Sekolah - PAL_Libur
t
Sig. (2tailed) .029
29
Lampiran 8 hasil uji Wilcoxon Rank asupan karbohidrat menggunakan SPSS KH_libur - KH_sekolah a
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-1.273 .203
a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Lampiran 9 Model Summary hasil uji regresi linear variabel dependent TKE
Model
R
1
.939
Adjusted R Square
R Square g
.881
Std. Error of the Estimate
.874
10.15197
a. Predictors: (Constant), kons_e_ave, ST_Ave, PAL_Ave
Lampiran 10 koefisien hasil uji regresi linear variabel dependent TKE Unstandardized Coefficients Model
B
7 (Constant)
Std. Error
Beta
t
Sig.
91.351
13.104
-.042
.015
-.139
-2.769 .008
-44.744
5.030
-.465
-8.896 .000
.054
.004
ST_Ave PAL_Ave
Standardized Coefficients
kons_e_ave
6.971 .000
.705 14.095 .000
a. Dependent Variable: TKE_FAO_Ave
Lampiran 11 Model Summary hasil uji regresi linear variabel dependent z-score IMT/U Model
R
1
.424 a.
R Square g
Adjusted R Square
.180
Std. Error of the Estimate
.132
.88852
Predictors: (Constant), TKE_FAO_Ave, P_ave, PAL_Ave
Lampiran 12 koefisien hasil uji regresi linear variabel dependent z-score IMT/U Unstandardized Coefficients Model 7
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
(Constant)
2.840
1.254
2.265
.028
PAL_Ave
-1.425
.546
-.444 -2.608
.012
.035
.013
-.021
.007
P_ave TKE_FAO_Ave
a. Dependent Variable: Z_Score_IMTU
.432
2.673
.010
-.642 -3.132
.003
30
Lampiran 13 koefisien korelasi hasil uji multi kolinearitas pada uji regresi variabel dependent TKE Pendapatan_perk ST_A P_av Kh_a PAL_A L_av TKE_FAO_ apita ve e ve ve e Ave
Model 1 Correlatio Pendapatan_perk ns apita
1.000 -.034 .039 -.243
.065
.340
.345
-.034 1.000 -.094
.364 .017
.179
.468
-.155
.028 -.188 1.000
-.112 .248
-.285
.364 -.180 -.112
1.000 .213
.661
.017 -.468
.248
-.213
1.00 0
-.590
.179 -.155 -.285
.661
.590
1.000
ST_Ave P_ave
.039 -.094
Kh_ave
-.243
PAL_Ave
.065
L_ave
-.340
TKE_FAO_Ave
.345
.028
1.00 -.188 0
-.180
Lampiran 14 nilai tolerance dan VIF hasil uji multi kolinearitas pada uji regresi variabel dependent TKE Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
1 (Constant) ST_Ave
.912
1.097
PAL_Ave
.838
1.193
kons_e_ave
.913
1.095
a. Dependent Variable: TKE_FAO_Ave
Lampiran 15 koefisien korelasi hasil uji multi kolinearitas pada uji regresi variabel dependent z-score IMT/U kons_e_a ST_Av Pendapatan_perka Kh_av PAL_A P_av L_av ve e pita e ve e e
Model 1 Correlatio kons_e_ave ns ST_Ave Pendapatan_perka pita Kh_ave PAL_Ave P_ave L_ave a. Dependent Variable: TKE_FAO_Ave
1.000
-.081
-.081 1.000
.262 -.352 -.121
.067 -.251 -.573
.107
.326 -.046 .172
.262
-.121
1.000 -.237
-.205 .028 -.293
-.352
.107
-.237 1.000
.076 -.134 .280
.067
.326
-.205
-.251
-.046
-.573
.172
.076
.028 -.134 -.293
.280
1.000 -.117 .200 -.117
1.00 -.412 0
.200 -.412
1.00 0
31
Lampiran 16 nilai tolerance dan VIF hasil uji multi kolinearitas pada uji regresi variabel dependent z-score IMT/U Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Pendidikan_Ayah
.612
1.635
Pendidkan_Ibu
.658
1.520
ST_Ave
.836
1.197
PAL_Ave
.423
2.366
P_ave
.445
2.247
L_ave
.265
3.768
Kh_ave
.815
1.226
Pendapatan_perkapita
.745
1.342
TKE_FAO_Ave
.204
4.890
a. Dependent Variable: Z_Score_IMTU
32
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada 9 Februari 1994 dari Ayah Dasawan dan ibu Euis Yuliarti. Penulis adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di TK Birrul Amin pada tahun 1998-1999. Penulis melanjutkan pendidikan di SDN Cipete Selatan 01 Pagi pada tahun 1999-2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 68 Jakarta pada tahun 2005-2008 dan di SMAN 6 Jakarta pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN tulis di Departemen Gizi Masyaraka Fakultas Ekologi Manusia. Selama kuliah penulis aktif pada organisasi kampus sebagai kepala departemen Pengembangan Budaya Olahraga dan Seni (PBOS) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA). Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan di kampus yaitu Masa Perkenalan Departemen (MPD) sebagai koordinator lapangan divisi tata tertib, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) sebagai kepala divisi tata tertib, Ecology Sport and Art Event (Espent) sebagai Steering Committee, Familiarity Night (FAMNIGHT) sebagai kepala divisi fasilitas dan properti, International Symposium on Food and Nutrition (ISFAN) sebagai staf divisi konsumsi dan logistik. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor selama 2 bulan. Penulis pernah menjalani Internship Dietetics (ID) selama 1.5 bulan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM). Penulis pernah terlibat sebagai enumerator penelitian mengenai pemberian makan siang anak sekolah (School Lunch Feeding).