GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012
HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI DESA PUCANGMILIRAN TULUNG KLATEN Ifana Nashruna, Maryatun, Riyani Wulandari Sekolah TinggiIlmu Kesehatan (STIKES) ‘Aisyiyah Surakarta
ABSTRAK Latar Belakang ; Sindrom pramenstruasi merupakan gejala fisik dan emosi yang dialami sebelum menstruasi. Salah satu penyebabnya adalah penurunan kadar endorphin selama fase luteal. Olahraga dapat meningkatkan produksi endorphin, sehingga olahraga direkomendasikan sebagai salah satu treatment untuk mengurangi sindrom pramenstruasi, selain karena penurunan kadar endorphin, sindrom pramenstruasi juga disebabkan karena obesitas (Indeks Massa Tubuh ≥25). Semakin meningkat Indeks Massa Tubuh (IMT) akan meningkat pula keluhan sindrom pramenstruasi. Tujuan; Mengetahui hubungan aktivitas olahraga dan obesitas dengan kejadian sindrom pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten. Metode; penelitian non eksperimen dengan metode analitik menggunakan rancangan Cross Sectional. Pengambilan sampel menggunakan Cluster Random Sampling, dengan jumlah sampel penelitian 119 responden, sedangkan instrumen penelitian menggunakan timbangan, meteran dan cheklist. Analisa bivariat menggunakan uji Chi Square dan pada analisa multiviariat menggunakan uji Regresi Logistik. Hasil: Hasil uji bivariat membuktikan bahwa aktivitas olahraga berhubungan dengan kejadian sindrom pramenstruasi (pvalue 0.008), dan obesitas berhubungan dengan kejadian sindrom pramenstruasi (pvalue 0.044) sedangkan pada uji multivariat membuktikan bahwa aktivitas olahraga (0.004) dan obesitas (0.020) dengan variabel kejadian sindrom pramenstruasi Phitung > Ptabel adapun variabel yang paling dominan mempengaruhi kejadian sindrom pramenstruasi adalah aktivitas olahraga dengan pvalue 0.004. Simpulan; Ada hubungan antara aktivitas olahraga dan obesitas dengan kejadian sindrom pramenstruasi di desa Pucangmiliran Tulung Klaten. Kata Kunci : aktivitas olahraga, obesitas, sindrom pramenstruasi Defisiensi endorphin merupakan salah satu
A. PENDAHULUAN Prevalensi
Sindrom
Pramenstruasi
penyebab Sindrom Pramenstruasi (PMS)
(PMS) cukup tinggi, yaitu terjadi pada sekitar
(Saryono, 2009:22). Endorphin dibuat dalam
70-90% wanita pada usia subur dan lebih
tubuh yang terlibat dalam sensasi euphoria
sering ditemukan pada wanita berusia 20-40
dan nyeri. Olahraga dapat membuat hormon
tahun. Wanita yang pernah melahirkan akan
endorphin muncul yang membuat perasaan
semakin berisiko lebih tinggi menderita
menjadi tenang dan santai (relax) (Elvira,
Sindrom Pramenstruasi (PMS) (Saryono,
2010:30).
2009:17-35).
Penyebab
Pramenstruasi
(PMS)
pasti belum
Sindrom
Angka kejadian sindrom pramenstruasi
diketahui.
di Virginia pada 10,3% perempuan obesitas
Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
65
GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 (BMI≥30) mempunyai risiko mengalami
cluster
sindrom pramenstruasi tiga kali lebih besar
pengambilan sampel yang dilakukan dengan
dibanding perempuan nonobesitas (Masho et
cara randomisasi dalam dua tahap, yaitu
al,
randomisasi
2005:33).
Menjaga
berat
badan
random
sampling,
yaitu
teknik
untuk
menentukan
sampel
kemudian
randomisasi
untuk
merupakan salah satu penanganan sindrom
daerah
pramenstruasi, karena berat badan yang
menentukan orang yang ada di wilayahnya
berlebihan
dari populasi cluster yang terpilih.
dapat
meningkatkan
risiko
menderita Sindrom Pramenstruasi (PMS) (Widayati, 2007:72). Data
yang
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
diperoleh
di
Desa
25% dari jumlah populasi. Dari perhitungan
Pucangmiliran pada Desember 2010 tercatat
tersebut didapatkan sampel sejumlah 119
jumlah penduduk sebanyak 4.043 jiwa,
responden dari 477 populasi penelitian
dengan penduduk yang berjenis kelamin
tersebut.
perempuan sebanyak 2.019 jiwa. Jumlah perempuan
yang berumur 20-40 tahun
C. HASIL PENELITIAN
tercatat sebanyak 477 jiwa. Berdasarkan
Penelitian dilakukan untuk mengetahui
survey pendahuluan yang dilakukan di Desa
hubungan aktivitas olahraga dan obesitas
Pucangmiliran Tulung Klaten pada tanggal 3
dengan kejadian sindrom pramenstruasi di
Mei 2011 kepada 20 perempuan dengan
Desa Pucangmiliran Tulung Klaten. Sampel
mengukur IMT (Indeks Massa Tubuh)
sebanyak 119 responden yang sesuai dengan
didapatkan data prevalensi overweight dan
kriteria
obesitas sebesar 25%, terdiri dari overweight
Penelitian dilakukan tanggal 10 sampai 14
10% dan obesitas 15% dan menyebarkan
Juli 2011, dengan hasil penelitian sebagai
kuesioner didapatkan 15% atau 3 dari 20
berikut:
perempuan melakukan olahraga 3-5 kali
1. Analisa Univariat
dalam seminggu. Angka kejadian Sindrom Pramenstruasi (PMS) adalah 70%.
inklusi yang
sudah
ditetapkan.
Hasil penelitian didapatkan dari 119 responden di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten, sebagian besar responden dengan umur 21-25 tahun, 31-35 tahun,
B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk jenis
dan 36-40 tahun dengan masing-masing
penelitian analitik. Metode pendekatan yang
sebanyak 31 responden (26,1%) dan
digunakan
adalah
sebagian kecil responden dengan umur
metode cross sectional. Pengambilan sampel
26-30 tahun sebanyak 26 responden
dari penelitian ini menggunakan teknik
(21,8%).
dalam
penelitian
ini
Karakteristik
responden
Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
66
GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 berdasarkan
aktivitas
olahraga,
51
responden (42,9%) melakukan aktivitas olahraga secara rutin dan 68 responden
Tabel 1 Cross Tabulation Hubungan Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten
(57,1%) tidak melakukan aktivitas olahraga secara rutin. Sebagian besar responden
Sindrom Pramenstruasi Total
Aktivitas Olahraga
Ya
melakukan olahraga 1 kali dalam 1 minggu. Sebagian besar responden tidak melakukan aktivitas olahraga secara rutin
Tidak
Tidak rutin Rutin
46 22
% 38,7 18,5
F 22 29
% 18,5 24,4
F 68 51
% 57,1 42,9
Total
68
57,1
51
42,9
119
100
Sumber: Data Primer diolah tahun 2011
setiap minggu. Sebagian besar responden melakukan
aktivitas
dengan
Hasil penelitian pada tabel 1
waktu
kurang dari 20 menit. Sebagian besar
menunjukkan
responden melakukan aktivitas dengan
terhadap
sampai
pramenstruasi.
berkeringat.
Karakteristik
aktivitas
olahraga
kejadian
sindrom
Sebagian
besar
obesitas
responden tidak melakukan aktivitas
(33,6%)
olahraga secara rutin dan mengalami
mengalami obesitas dan 79 responden
Sindrom Pramenstruasi (PMS), yaitu
(66,4%)
sebanyak 46 responden (38,7%) dari
responden
berdasarkan
didapatkan
40
responden
tidak
Karakteristik
mengalami
obesitas.
responden berdasarkan
Sindrom
Pramenstruasi
didapatkan
68
responden
(PMS) (57,1%)
mengalami sindrom pramenstruasi dan
68 responden (57,1%). Tabel 2 Hasil Uji Chi Square Hubungan Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten
51 responden (42,9%) tidak mengalami CI 95%
sindrom pramenstruasi.
2
2. Analisa Bivariat
χ
OR
P
7.149
2.756
0.008
Lower 1.300
Upper 5.845
Sumber: Data Primer diolah tahun 2011
a. Hubungan Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten
Hasil analisa statistik dengan menggunakan
Chi
Square
pada
derajat kebebasan (df) 1 dan taraf Hubungan dengan
Aktivitas
Kejadian
Olahraga
signifikansi 95% didapatkan hasil
Sindrom
pvalue 0.008 < 0.05 dan χ2 hitung
Pramenstruasi di tunjukkan pada table
(7.149) > χ2
berikut.
menunjukkan ada hubungan yang
tabel (3.841) hal ini
bermakna antara hubungan aktivitas
Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
67
GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 Tabel 4 Hasil Uji Chi Square Hubungan Obesitas dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten
olahraga dengan kejadian Sindrom Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten. Odd Ratio (OR) 2.756
CI 95%
yang berarti bahwa responden yang tidak
rutin
berpeluang
melakukan
olahraga
mengalami
sindrom
χ2
OR
P
4.067 2.275 0.044
Lower 1.015
Upper 5.101
Sumber: Data Primer diolah tahun 2011
pramenstruasi 2.756 kali lebih besar Hasil analisa statistik dengan
dibandingkan dengan responden yang
menggunakan
rutin melakukan olahraga.
Chi
Square
pada
derajat kebebasan (df) 1 dan taraf signifikansi 95% didapatkan hasil
b. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten
pvalue 0.044 < 0.05 dan χ2 hitung (4.067) > χ2 tabel (3.841) hal ini menunjukkan ada hubungan yang
Tabel 3 Cross Tabulation Hubungan Obesitas dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten
bermakna antara hubungan obesitas dengan
Tulung Klaten. Odd Ratio (OR) 2.275 Total
Ya
Ya Tidak Total
F 28 40 68
yang berarti bahwa responden yang
Tidak F % 12 12 39 32,8 51 42,9
% 23,5 33,6 57,1
F % 40 33,6 79 66,4 11 100 9 Sumber: Data Primer diolah tahun 2011
Hasil penelitian pada tabel 4.8 menunjukkan terhadap
hubungan kejadian
pramenstruasi.
obesitas
mengalami
responden yang tidak obesitas.
3.
Analisa Multivariat Tabel 5 Hasil Analisa Multivariat Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten
sindrom besar
Sindrom
Variabel
Pramenstruasi (PMS), yaitu sebanyak
Olahraga
40
Obesitas
responden
(33,6%)
dari
68
mengalami
lebih besar dibandingkan dengan
obesitas
Sebagian
berpeluang
sindrom pramenstruasi 2.275 kali
responden tidak mengalami obesitas dan
Sindrom
Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran
Sindrom Pramenstruasi Obesitas
kejadian
1.169
Signifik an 0.004
Exp (B) 3.220
1.022
0.020
2.779
B
CI 95% Lower Upper 1.459
7.103
1.178
6.556
Sumber: Data Primer diolah tahun 2011
responden (57,1%).
Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
68
GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 Tabel 4.10 dan persamaan di atas menunjukkan B (betha, koefisien regresi logistik)
untuk variabel
aktivitas
sebesar
olahraga
1.169
D. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Hasil
penelitian
menunjukkan
dengan parameter positif, artinya
sebagian besar responden dengan umur
dengan adanya olahraga yang tidak
21-25 tahun, 31-35 tahun, dan 36-40
rutin menaikkan risiko terjadinya
tahun dengan masing-masing sebanyak
sindrom
(B)
31 responden (26,1%). Umur sangat
sebesar 3.220 artinya responden yang
mempengaruhi kedewasaan seseorang.
tidak
pramenstruasi.
rutin
berpeluang
Exp
melakukan
olahraga
Mubarak
(2007)
mengalami
kejadian
bertambahnya
umur
menyatakan seseorang
akan
sindrom pramenstruasi 3.220 kali
terjadi perubahan pada aspek fisik dan
lebih besar dibandingkan dengan
psikologis (mental). Pertumbuhan pada
responden yang rutin
fisik secara garis besar ada empat
melakukan
olahraga.
kategori perubahan. Pertama, perubahan
Tabel 4.10 dan persamaan diatas
ukuran,
kedua,
perubahan
proporsi,
menunjukkan B (betha, koefisien
ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, dan
regresi logistik)
untuk variabel
keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Hal ini
obesitas
1.022
dengan
terjadi akibat pematangan fungsi organ.
parameter positif, artinya dengan
Pada aspek psikologis atau mental, taraf
adanya obesitas menaikkan risiko
berpikir seseorang semakin matang dan
terjadinya
sindrom
pramenstruasi.
dewasa.
Exp
sebesar
2.779
sebesar
(B)
artinya
Saryono (2009) menyatakan Sindrom
responden yang obesitas berpeluang
Pramenstruasi (PMS) terjadi pada wanita
mengalami sindrom
pramenstruasi
di dalam awal usia 20-40 tahun, dan akan
2.779 kali lebih besar dibandingkan
berakhir dengan menopause. Gejala dapat
dengan
meningkat
responden
yang
tidak
obesitas.
periode
wanita
tersebut mengalami perubahan hormonal
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
selama
aktivitas
berpengaruh
olahraga
terhadap
sindrom pramenstruasi.
drastis,
seperti
pubertas,
setelah
lebih
kehamilan, penghentian pemakaian alat
kejadian
kontrasepsi oral, atau bahkan setelah periode menstruasi yang tidak teratur (Nurlaela et al, 2008). Elvira (2010) menyatakan
Sindrom
Pramenstruasi
Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
69
GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 (PMS) dapat dialami oleh semua wanita
olahraga 1 kali dalam 1 minggu, tetapi
dari pada masa remaja hingga dewasa
yang rutin melakukan olahraga hanya 51
dan akan berhenti setelah menopause.
responden (42,9%). Hal ini menunjukkan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian
responden tidak rutin dalam melakukan
besar responden dengan umur 21-40
olahraga setiap minggu, hanya sebagian
tahun, dan sebagian besar mengalami
kecil yang rutin melakukan olahraga.
Sindrom
Hal
Waktu atau lamanya olahraga sebagian
tersebut sesuai dengan teori di atas,
besar responden melakukan dalam waktu
bahwa Sindrom Pramenstruasi (PMS)
< 20 menit, sedangkan responden yang
dapat terjadi pada wanita yang masih
rutin
dalam masa subur.
selama 20-30 menit, dan sebagian besar
Pramenstruasi
(PMS).
2. Hubungan Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi (PMS)
melakukan
olahraga
rata-rata
responden melakukan olahraga sampai berkeringat. Olahraga
merupakan
salah
satu
Hasil penelitian menunjukkan sebagian
treatment yang direkomendasikan untuk
besar responden tidak melakukan aktivitas
mengatasi sindrom pramenstruasi (PMS).
olahraga secara rutin, yaitu sebanyak 68
Hasil penelitian Nurlaela et al (2008)
responden (57,1%). Aktivitas olahraga
yang melakukan studi deskriptif terhadap
diukur berdasarkan rutinitas dan lama
wanita yang rutin melakukan olahraga
melakukan olahraga. Aktivitas olahraga
senam aerobik, menunjukkan wanita
diukur berdasarkan rutinitas tiap minggu
yang rutin melakukan aerobik setiap
dan lamanya dalam melakukan olahraga.
minggu
Berdasarkan takaran yang dikeluarkan oleh
Pramenstruasi (PMS) lebih sedikit dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
pada wanita yang tidak rutin.
mengalami
Sindrom
frekuensi latihan olahraga dapat dilakukan
Hasil
3-5 kali dalam seminggu dalam waktu 20-
aktivitas
30 menit. Sedangkan Nurlaela et al (2008)
sindrom pramenstruasi, hasil penelitian
melakukan pengukuran terhadap aktivitas
menunjukkan
olahraga pada masyarakat umum, rutinitas
melakukan
diukur berdasarkan aktivitas rutin minimal 1
mengalami
kali setiap minggu dengan waktu 15-60
Pramenstruasi (PMS) dari pada wanita
menit.
yang tidak rutin melakukan olahraga.
Hasil
penelitian
penelitian olahraga
menunjukkan
terhadap
wanita olahraga kejadian
kejadian
yang
rutin
lebih
sedikit Sindrom
menunjukkan
Hasil analisa data menunjukkan nilai Odd
sebagian besar responden melakukan
Ratio (OR) 2.756 yang berarti bahwa
Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
70
GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 responden yang tidak rutin melakukan
Douglas (2002) olahraga merupakan
olahraga berpeluang mengalami kejadian
treatment yang baik untuk menurunkan
sindrom pramenstruasi 2.756 kali lebih
atau mengurangi Sindrom Pramenstruasi
besar dibandingkan dengan responden
(PMS).
yang rutin melakukan olahraga. Hasil
prosentase wanita yang mengalami gejala
penelitian ini menunjukkan gejala yang
sindrom
pramenstruasi
(PMS)
lebih
sama terhadap hasil penelitian yang
banyak
pada
yang
malas
dilakukan oleh Nurlaela et al (2008)
melakukan olahraga.
tersebut.
Douglas
(2002)
wanita
menyatakan
3. Hubungan Obesitas dengan Kejadian
Peneliti
melakukan
uji
statistik
Sindrom Pramenstruasi (PMS)
dengan menggunakan chi square test hubungan
Hasil
antara variabel olahraga dengan kejadian
sebagian
sindrom pramenstruasi. Hasil analisa
mengalami obesitas, yaitu sebanyak 79
statistik menunjukkan
responden (66,4%). Obesitas merupakan
untuk
mengetahui
dugaan
pvalue 0.008 <
2
2
penelitian besar
menunjukkan
responden
tidak
0.05 dan χ hitung (7.149) > χ tabel
faktor risiko terhadap kejadian sindrom
(3.841)
pramenstruasi
hal
ini
membuktikan
ada
hubungan
yang
bermakna
antara
kelebihan
hubungan
aktivitas
olahraga
dengan
mengalami
(PMS). berat
Orang
yang
badan
berisiko
kejadian
sindrom
kejadian sindrom pramenstruasi di Desa
pramenstruasi (PMS), konsumsi atau
Pucangmiliran Tulung Klaten.
masukan karbohidrat yang berlebihan
Hasil penelitian ini didukung dengan
dapat meningkatkan risiko terjadinya
penelitian yang dilakukan oleh Nurlaela
sindrom pramenstruasi (PMS). Penelitian
et al (2008) yang menunjukkan adanya
Masho et al (2005) menyebutkan intake
hubungan signifikan aktivitas olahraga
karbohidrat
dengan kejadian sindrom pramenstruasi,
meningkatkan risiko kejadian sindrom
karena
aktivitas
pramenstruasi (PMS). Penelitian Cross et
dapat
al (2001) menyatakan wanita dengan
meningkatan produksi dan pelepasan
kelebihan masukan karbohidrat rentan
endhorphin. Endhorphin terlibat dalam
dengan kenaikan berat badan dan berisiko
sensasi
mengalami
olahraga
dengan
melakukan
secara
euphoria,
teratur
sehingga
dapat
membuat perasaan menjadi tenang dan santai (relax) (Saryono, 2009). Hasil yang sama juga
dikemukakan oleh
yang
berlebihan
dapat
Sindrom
Pramenstruasi
penelitian
menunjukkan
(PMS). Hasil
hubungan obesitas terhadap kejadian
Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
71
GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian
Hasil
tersebut
didukung
dengan
ini menunjukkan wanita yang obesitas
penelitian
atau kelebihan berat badan lebih banyak
Puspitorini et al (2007) tentang obesitas
yang
sebagai
mengalami
Pramenstruasi
kejadian
(PMS)
Sindrom
dibandingkan
yang
dilakukan
faktor
risiko
oleh
terjadinya
Premenstrual Syndrome. Hasil penelitian
dengan wanita yang tidak mengalami
ini
obesitas. Odd Ratio (OR) 2.275 yang
merupakan
berarti bahwa responden yang obesitas
Premenstrual Syndrome, karena semakin
berpeluang mengalami kejadian sindrom
meningkatnya Body Mass Index (BMI)
pramenstruasi 2.275 kali lebih besar
maka akan meningkat pula keluhan
dibandingkan dengan responden yang
Premenstrual Syndrome. Beberapa teori
tidak
menerangkan bahwa wanita obesitas
obesitas.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
faktor
risiko
terjadinya
didukung oleh penelitian yang dilakukan
cenderung
oleh Masho et al (2005) yang berjudul
Sindrom Pramenstruasi (PMS).
Obesity as a risk factor for premenstrual
lebih
obesitas
Penyebab
banyak
Sindrom
mengalami
Pramenstruasi
syndrome (obesitas sebagai faktor risiko
(PMS) secara pasti belum diketahui,
terjadinya sindrom pramenstruasi) pada
namun
perempuan di Virginia. Hasil penelitian
hormonal
menunjukkan
bahwa
ovarium
perempuan
obesitas
pada
10,3%
(BMI≥30)
adanya
fluktuasi
dua
yaitu
hormon
steroid
seperti
alloprenanolone
jalur di
progesteron-
dan
hormon
yang
mempunyai risiko mengalami sindrom
berperan dalam pengendalian susunan
pramenstruasi
saraf pusat dan sistem neurotransmiter
tiga
kali
lebih
besar
seperti GABA dan serotonin terbukti
dibanding perempuan nonobesitas. Peneliti
melakukan
uji
statistik
berperan
dalam
timbulnya
gejala
dengan menggunakan chi square test
Sindrom Pramenstruasi (PMS). Kadar
untuk
hubungan
serotonin di otak akan menurun apabila
antara variabel obesitas dengan kejadian
Body Mass Index (BMI) semakin tinggi,
sindrom pramenstruasi. Hasil uji statistik
karena serotonin berhubungan dengan
dengan hasil pvalue 0.044 < 0.05 dan χ2
reaksi
mengetahui
dugaan
2
neurotransmitter
yang
hitung (4.067) > χ tabel (3.841) hal ini
mengendalikan akses rangsangan kepada
menunjukkan
yang
Hipothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA).
obesitas
Apabila terjadi disfungsi pada aksis HPA,
dengan kejadian sindrom pramenstruasi
maka melalui manifestasi tertentu akan
bermakna
ada
antara
hubungan hubungan
di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten. Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
72
GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 muncul gejala Premenstrual Syndrome
Pramenstruasi 2.779 kali lebih besar
(PMS) (Puspitorini et al, 2007)
dibandingkan dengan responden yang
4. Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi (PMS)
tidak obesitas. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas olahraga lebih berpengaruh terhadap
Hasil
analisa
multivariat
ini
digunakan untuk mengetahui hubungan aktivitas olahraga dan obesitas dengan kejadian Sindrom Pramenstruasi di Desa Pucangmiliran Tulung Klaten. Pada tabel 4.10
menunjukkan
hasil
analisa
multivariat dengan menggunakan regresi logistik dengan hasil koefisien regresi logistik untuk variabel aktivitas olahraga sebesar 1.169 dan variabel obesitas sebesar 1.022. Hasil analisa regresi tersebut menunjukkan variabel olahraga merupakan
variabel
yang
paling
berpengaruh terhadap kejadian Sindrom Pramenstruasi (PMS). Hasil
penelitian
kejadian
sindrom pramenstruasi. Olahraga lebih berpengaruh terhadap kejadian Sindrom Pramenstruasi (PMS). Nurlaela
et
al
(2008)
menyatakan
yang
teratur dan
aktivitas olahraga berkelanjutan
berkontribusi
untuk
meningkatkan produksi dan pelepasan endhorpin. Endhorpin memerankan peran dalam pengaturan endogen. Wanita yang mengalami
kejadian
sindrom
pramenstruasi terjadi karena kelebihan estrogen,
kelebihan
estrogen
dapat
dicegah dengan meningkatnya endhorpin. Hal ini membuktikan olahraga yang teratur dapat menurunkan risiko Sindrom
menunjukkan
peluang kejadian terjadinya
sindrom
pramenstruasi (PMS) lebih besar pada wanita yang tidak melakukan olahraga rutin daripada wanita yang obesitas. Peluang kejadian dapat dilihat dari nilai Exp (B). Hasil penelitian menunjukkan responden yang tidak rutin melakukan olahraga berpeluang mengalami sindrom pramenstruasi 3.220 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang rutin melakukan olahraga. Sedangkan pada obesitas responden yang obesitas berpeluang mengalami kejadian Sindrom
Pramenstruasi (PMS). Pada wanita yang jarang melakukan olahraga secara teratur hormon
estrogen
sehingga Sindrom
akan
lebih
kemungkinan
tinggi
terjadinya
Pramenstruasi (PMS)
lebih
besar. Hasil penelitian Masho et al (2005) menyatakan obesitas sebagai faktor risiko terjadinya sindrom pramenstruasi tetapi tidak signifikan berpengaruh. Walaupun mengalami
obesitas
tetapi
apabila
melakukan
olahraga
secara
teratur
sindrom pramenstruasi akan menurun. Hal ini lebih memperkuat dugaan bahwa
Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
73
GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 aktivitas olahraga lebih kuat berpengaruh
kejadian Sindrom Pramenstruasi (PMS) di
terhadap kejadian Sindrom Pramenstruasi
Desa Pucangmiliran Tulung Klaten, dapat
(PMS).
diambil kesimpulan sebagai berikut: (1)
Penelitian yang dilakukan oleh Silva
Aktivitas olahraga yang dilakukan oleh
et al (2006) juga menyatakan hal yang
responden
sama,
fisik
responden tidak melakukan olahraga secara
menurunkan risiko terjadinya Sindrom
teratur atau tidak rutin melakukan aktivitas
Pramenstruasi (PMS). Hal ini disebabkan
olahraga. (2) Sebagian besar responden tidak
penurunan
tetapi
mengalami obesitas. (3) Ada hubungan
walaupun olahraga atau aktivitas fisik
bermakna antara aktivitas olahraga dengan
yang
tetap
kejadian sindrom pramenstruasi. (4) Ada
mempunyai risiko terjadinya sindrom
hubungan bermakna antara obesitas dengan
pramenstruasi apalagi pada wanita yang
kejadian
sindrom
kelebihan berat badan dan kurang nutrisi.
olahraga
merupakan
peningkatan
terjadinya
teratur
semua
aktivitas
ovulasi,
wanita
menunjukkan
sebagian
besar
pramenstruasi.Aktivitas faktor
yang
lebih
berpengaruh dibandingkan dengan obesitas terhadap kejadian sindrom pramenstruasi.
E. SIMPULAN Penelitian untuk mengetahui hubungan aktivitas olahraga dan obesitas dengan
DAFTAR PUSTAKA Cross, G.B., Marley, J., Miles, H., Willson, K. 2001. Changes In Nutrient Intake During the Menstrual Cycle of Overweight Women with Premenstrual Syndrome. British Journal of Nutrition. 85(4): 475-482. Elvira, S.D. 2010. Sindrom Pra-Menstruasi Normalkah?. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Masho, S.W., Adera, T., South-Paul, J. 2005. Obesity As A Risk Factor For Premenstrual Syndrome. Journal of Psychosomatic Obstetrics & Gynecology. 26(1):33–39. Mubarak. 2007. Promosi Kesehatan, Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurlaela, E., Widyawati, Prabowo, T. 2008. Hubungan Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi. Jurnal Ilmu Keperawatan. 3(1):1-5.
Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
74
GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012 Puspitorini, M.D., Hakimi, M., Emilia, O. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Premenstrual Syndrome Pada Mahasiswa Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Kudus. Berita Kedokteran Masyarakat. 23(1):6-11. Saryono, Sejati, W. 2009. Sindrom Premenstruasi Mengungkap Tabir Sensitifitas Perasaan Menjelang Menstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika. Silva, C.M.L.D., Gigante, D.P, Carret,M.L.V., Fassa, A.G. 2006. Population Study of Premenstrual Syndrome. Rev Saude Publica. 40(1):1-9. Widayati, R.S. 2007. Diet Penanganan Sindrom Pramenstruasi. Gaster. 3(1):69-73.
Hubungan Aktivitas Olahraga dan Obesitas…
75