HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI DI SMAN 1 TONGKUNO KECAMATAN TONGKUNO KABUPATEN MUNA SULAWESI TENGGARA Megawati Sabula
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Kesehatan Masyarakat ABASTRACT Introduction Incidence of premenstrual syndrome is high enough, almost 75 % of women experience premenstrual syndrome. In the United incidence reaches 70-90 % and Japan at 95 %. In Indonesian the number of events around 70-90 % premenstrual syndrome is caused by factors including food intake in consumption. Objectives The aim of this research to know association between macro nutrient intake, micro nutrient and premenstrual syndrome in Tongkuno Senior high school 1 Tongkuno district Muna regency southeast Sulawesi 2014. Methods This was analytic survey with cross sectional design. The population was all students of Tongkuno senior haigh school 1 as many as 344 students. The number of sample was 77 respondents and sampling technique was proportional random sampling. Results Research analysis result using Chi square test showed that there was association between protein (p=0,048), fat (p=0.031), carbohydrate (p=0,025), pyridoxine (p=0,001), vitamin C (p=0,046), and premenstrual syndrome. Meanwhile, there was not relationship between potassium intake and premenstrual syndrome. Conclusion Protein,fat, carbohydrate, pyridoxine, vitamin C related to premenstrual syndrome. Meanwhile, potassium intake has no association with premenstrual syndrome. It is recommended that information about the premenstrual syndrome can be administered integrated with reproductive health through school health activity and consume foods that contain macro and micro nutrients. Keyword : Premenstrual syndrome, Macro nutrient, Micro nutrient
Email:
[email protected]
Daftar Pustaka : 30 (1975-2014)
Page 1
Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang sama, secara mendadak meningkat saat memasuki usia remaja. Peningkatan pertumbuhan mendadak ini disertai dengan perubahan-perubahan hormonal, kognitif, dan emosional. Semua perubahan ini membutuhkan zat gizi secara khusus (Soetardjo dkk, 2011). Pada remaja putri yang sedang menstruasi akan mengalami perubahan hormonal. Hal ini dapat menyebabkan beberapa remaja putri sering mengeluh ketidak nyamanan pada tubuh, nyeri, merasa depresi, mudah marah, sensitif, dan berbagai kendala emosi lainnya. Istilah ini dikenal dengan Pre Menstrual Syndrome (PMS) yang terjadi menjelang menstruasi. PMS adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang dengan keluarnya darah menstruasi serta dialami oleh banyak wanita sebelum awitan setiap siklus menstruasi (Ernawati dkk, 2013). PMS atau sindrom menjelang menstruasi merupakan suatu keadaan dimana sejumlah gejala terjadi secara rutin dan berhubungan dengan siklus menstruasi; gejala biasanya timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika menstruasi dimulai (Devi dkk, 2010). Angka kejadian PMS cukup tinggi, yaitu hampir 75% wanita usia subur di seluruh dunia mengalami pramenstruasi sindrom. Di Amerika kejadiannya mencapai 70-90%, Swedia sekitar 6185%, Maroko 51,2%, Australia 85%, Taiwan 73%, dan Jepang mencapai 95% yang mengalami sindrom pramenstruasi. Negara Indonesia sendiri angka kejadiannya
sekitar 70-90%. Penelitian sebelumnya tentang PMS yang di lakukan di Surakarta menyebutkan 70% mengalami PMS (Ernawati dkk, 2013). Satu dari sepuluh penduduk mengonsumsi mi instan ≥1 kali per hari. Provinsi yang mengonsumsi mi instan ≥1 kali per hari diatas rata-rata nasional adalah Sulawesi Tenggara (18,4%), Sumatera Selatan (18,2%), Sulawesi Selatan (16,9%), Papua (15,9%), Kalimantan Tengah (15,6%), Maluku (14,8%) dan Kalimantan Barat (14,8%) (RISKESDAS, 2013).
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional study Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi dengan kejadian sindrom pramenstruasi di SMAN 1 Tongkuno Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Populasi dalam penelitian ini adalah Populasi penelitian adalah semua Siswi SMAN 1 Tongkuno sebanyak 344 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 77 responden yang diambil secara proportional Random Sampling. Tabel 1 menunjukkan bahwa Remaja putri paling banyak menderita Sindrom pramenstruassi sebanyak 72 orang (93,5%),dan yang tidak sindrom yaitu sebanyak 5orang (6,5%).
Email:
[email protected]
Page 2
Tabel 1 Distribusi Remaja Putri Menurut Kejadian Sindrom Pramenstruasi Di SMAN 1 Tongkuno 2014 Pramenstruasi Sindrom Tidak Sindrom Sindrom Jumlah
n 5 72 77
% 6,5 93,5 100,0
Tabel 2 menunjukkan bahwa asupan protein sebagian besar remaja putri kurang dari kebutuhan yaitu sebanyak 62 orang (80,5%).dan asupan lemak sebagian besar remaja putri kurang dari kebutuhan yaitu sebanyak 72 orang (93,5%). Sedangkan asupan karbohidrat sebagian besar remaja putri kurang dari kebutuhan yaitu sebanyak 64 orang (83,1%). Tabel 2 Distribusi Remaja Putri Menurut Asupan Zat Gizi Makro Di SMAN 1 Tongkuno 2014 Asupan Zat gizi Cukup Kurang Jumlah
Protein N % 15 19.5 62 80.5 77 100
Lemak n % 5 93.5 72 6.5 77 100
Karbohidrat n % 13 16.9 64 83.1 77 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa asupan vitamin B6 remaja putri kurang dari kebutuhan yaitu sebanyak 67 orang (87%),asupan vitamin C sebagian besar remaja putri kurang dari kebutuhan yaitu sebanyak 75 orang (97,4%), Asupan kalium remaja putri kurang dari kebutuhan yaitu sebanyak 71 orang (92,2%).asupan kalsium sebagian besar remaja putri kurang dari kebutuhan yaitu sebanyak 74 orang (96,1%).
Tabel 3 Distribusi Remaja Putri Menurut Asupan Zat Gizi Mikro Di SMAN 1 Tongkuno 2014 Gizi Mikro Vit. B6
Vit. C
Kalium
Kalsium
supan zat Gizi
n
%
n
%
n
%
n
%
Cukup
10
13
2
6
7,8
3
3,9
Kurang
67
87
75
2,6 97, 3
71
92
74
96
Jumlah
77
100
77
100
77
100
77
100
Tabel 4 menunjukan 62 siswi kurang asupan protein, lebih banyak status gizi kurang sebanyak 60 (96,8%) yang mengalami sindrom pramentruasi dibandingkan status gizi baik sebanyak 2 (20%) yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi. Siswi yang cukup asupan protein yang tidak mengalami sindrom sebanyak 3 (3,2%) dan yang mengalami sindrom sebanyak 12 (80%). Hasil analisis statistik diperoleh nilai ρ (0.048) < 0,05, ini berarti ada hubungan antara asupan protein dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Tabrl 4 Hubungan antara Asupan Protein dengan Sindrom Pramenstruasi Di SMAN 1 Tongkuno 2014 Asupan Protein Kurang Cukup Jumlah
Sindrom n 60 12 72
% 96,8 80 93,5
Tidak Sindrom n % 2 3,2 3 20 5 23,2
Total n 62 15 77
Nilai ρ % 100,0 100,0 100,0
0.04 8
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 65 siswa kurang asupan karbohidrat, lebih banyak yang mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 63 (96,9%) dibandingkan yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 2 (3,1%). Siswi yang cukup asupan protein yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak
Email:
[email protected]
Page 3
3 (25%) dan mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 9 (75%). Hasil analisis statistik diperoleh nilai ρ (0.025) < 0,05, ini berarti ada hubungan antara asupan protein dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Tabel 5 Hubungan Antara Karbohidrat Dengan Sindrom Pramenstruasi Di SMAN 1 Tongkuno 2014
Karboh idrat Kurang Cukup Jumlah
Sindrom n 63 9 72
% 96,9 75 93,5
Tidak Sindrom N % 2 3,1 3 25 5 6,5
Total n 65 12 77
Nilai ρ
% 100,0 100,0 100,0
0.025
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 74 siswi kurang asupan lemak, lebih banyak yang mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 69 (95,8%) dibandingkan yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 3 (4,2%). Siswi yang cukup asupan lemak yang tidak mengalami sindrom pramentruasi 2 (40%) dan mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 3 (60%). Hasil analisis statistik diperoleh nilai ρ (0.031) < 0,05, ini berarti ada hubungan antara asupan Lemak dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Tabrl 6 Hubungan Antara Asupan Lemak dengan Sindrom Pramenstruasi Di SMAN 1 Tongkuno 2014
Asupan Lemak Kurang Cukup Jumlah
Sindrom n 69 3 72
% 95,8 60 93,5
Tidak Sindrom n % 3 4,2 2 40 5 6,5
Total n 72 5 77
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 67 siswi kurang asupan vitamin B6, lebih banyak yang mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 65 (97%) dibandingkan yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 2 (3%). Siswi yang cukup asupan vitamin B6 yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi 3 (30%) dan yang mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 7 (70%). Hasil analisis statistik diperoleh nilai ρ (0.001) < 0,05, ini berarti ada hubungan antara asupan vitamin B6 dengan kejadian sindrom pramenstruasi.
% 100,0 100,0 100,0
Tabel 7 Hubungan Antara Asupan Vitamin B6 Dengan Sindrom Pramenstruasi Di SMAN 1 Tongkuno 2014 Asupan Vitami n B6 Kurang Cukup Jumlah
Sindrom n 65 7 72
% 97 70 93,5
Tidak Sindrom n % 2 3 3 30 5 6,5
Total n 67 10 77
Nilai ρ
% 100,0 100,0 100,0
0.00 1
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 75 siswi kurang asupan vitamin C, lebih banyak yang mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 71 (94,7%) dibandingkan yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 4 (5,3%). Siswi yang cukup asupan vitamin C yang tidak mengalami sindrom pramentruasi 1 (50%) dan yang mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 1 (50%). Hasil analisis statistik diperoleh nilai ρ (0.011) < 0,05, ini berarti ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kejadian sindrom pramenstruasi.
Nilai ρ
0.031
Email:
[email protected]
Page 4
Tabel 8 Hubungan Antara Asupan Vitamin C Dengan Sindrom Pramenstruasi Di SMAN 1 Tongkun 2014 Asupan Vitamin C
Sindrom
Tidak Sindrom n %
n
%
Kurang
71
94,7
4
5,3
Cukup
1
50
1
Jumlah
72
93,5
5
50 63, 5
Total n 7 5 2 7 7
Nilai ρ
% 100,0
0.011
100,0 100,0
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 71 siswi kurang asupan Kalium, lebih banyak yang mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 68 (95,8%) dibandingkan yang tidakalami sindrom pramenstruasi sebanyak 3 (4,2%). Siswi yang cukup asupan Kalium yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi 2 (33,3%) dan yang mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 4 (66,7%). Hasil analisis statistik diperoleh nilai ρ (0.046) < 0,05, ini berarti ada hubungan antara asupan vitamin kalium dengan kejadian sindrom pramenstruasi.
Tabel 9 Hubungan Antara Asupan Kalium Dengan Sindrom Pramenstruasi Di SMAN 1 Tongkuno 2014 Asupan Kalium Kurang Cukup Jumlah
Sindrom n 68 4 72
% 95,8 66,7 93,5
Tidak Sindrom n % 3 4,2 2 33,3 5 6,5
Total n 71 6 77
sebanyak 69 (93,2%) dibandingkan yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 5(6,8%). Siswi yang cukup asupan kalsium yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi 0 (0%) dan yang mengalami sindrom pramenstruasi sebanyak 3 (100%). Hasil analisis statistik diperoleh nilai ρ (1,000) > 0,05, ini berarti tidak ada hubungan antara asupan calcium dengan kejadian sindrom pramenstruasi.
% 100,0 100,0 100,0
Nilai ρ
0.046
Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 74 siswi kurang asupan kalsium, lebih banyak yang mengalami sindrom pramenstruasi
Tabel 10 Hubungan Antara Asupan Kalsium Dengan Sindrom Pramenstruasi Di SMAN 1 Tongkuno 2014 Asupan Kalsium
Sindrom
Tidak Sindrom n %
n
%
Kurang
69
93,2
5
6,8
Cukup
3
100
0
0
Jumlah
72
93,5
5
6,5
Total n 7 4 3 7 7
Nilai ρ
% 100,0 100,0
1,000
100,0
PEMBAHSAN a.
Gizi Makro
Hubungan antara Asupan Protein dengan sindrom pramenstruasi. Asupan protein yang kurang dapat menyebabkan sindrom pramenstruasi di sebabkan asupan protein berperan penting dalam menurunkan kadar hormone estrogen yang dapat menyebabkan gejala sindrom pramenstruasi berupa pembengkakan pada payudara. Hal ini di dukung dengan hasil food frequensi tentang sumber makanan yang tinggi protein sangad jarang di konsumsi oleh remaja putrid SMAN 1 Tongkuno seperti , daging ayam yang di konsumsi hanya sekitar 10,4% dari total responden sedangkan daging sapi hanya 1,3%, dan
Email:
[email protected]
Page 5
daging kambing dan bebek 100% jarang dikonsumsi. Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai sumber protein dapat mengurangi kejadian sindrom pramenstruasi. Studi pada wanita penderita sindrom pramenstruasi di Denmark yang dilakukan Deutch (1995), menyatakan bahwa sayur-sayuran, buahbuahan dan kacang-kacangan mengandung rendah lemak tetapi banyak mengandung asam lemak omega-3 yang relatif cukup besar yang dapat mengurangi gejala sindrom pramenstruasi. Hubungan antara asupan lemak dengan kejadian sindrom pramentruasi Hal ini di karenakan menurut Simon (2003). Mengkonsumsi makanan rendah lemak dapat menurunkan keluhan nyeri perut dan pembengkakkan pada penderita sindrom pramenstruasi . Menurut London et al. (1987), konsumsi rendah lemak dapat mencegah terjadinya sindrom pramenstruasi. Sependapat dengan Mayo (1997), yang merekomendasi kan konsumsi rendah lemak pangan hewani dapat mencegah terjadinya sindrom pramenstruasi. Wanita yang mengeluarkan darah cukup banyak ketika menstruasi, membutuhkan konsumsi daging untuk mempertahankan level besi. Hubungan antara asupan karbohidrat dengan kejadian sindrom pramentruasi Makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, kentang, jagung, gandum,dan oat membantu meringankan gejala sindrom pramenstruasi terutama berkaitan dengan mood (Mommies, 2005). Mommies,(2005).Karbohidrat dapat meringankan gejala sindrom pramenstruasi karena karbohidrat berperan dalam meningkatkan gula darah. Ketika tingkat
gula darah turun, tubuh mengeluarkan adrenalin yang menghentikan efektifitas hormon progesteron yang membantu penyembuhan gula darah . Gizi Mikro Hubungan asupan Vitamin B6 dengan kejadian Sindrom pramentruasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak kejadian sindrom pramenstruasi pada responden yang asupan Vitamin B6 kurang Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai ρ (0,001) < 0,05, ini berarti ada hubungan antara asupan Vitamin B6 dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Impi (2004). Vitamin B6 dibutuhkan untuk mengontrol produksi zat serotonin pada otak. Semakin tinggi tingkat komsumsi vitamin B6 maka kejadian sindrom pramentruasinya semakin sedikit . Hubungan Asupan Vitamin C dengan kejadian Sindrom Pramenstruasi Memperbanyak makan makanan yang berserat seperti sayur sayuran dan buah buahan dapat mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi seperti sakit kepala dan nyeri perut (Simon, 2003). Sayur sayuran dan buah buahan selain mengandung serat kasar, juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang dapat menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi.Hasil penelitian di Jepang menunjukkan bahwa konsumsi makanan mengandung rendah serat ditemukan hubungan yang nyata dengan keluhan nyeri perut (Nagata, 2005). Studi pada wanita penderita sindrom pramenstruasi di Denmark yang dilakukan Deutch (1995),
Email:
[email protected]
Page 6
menyatakan bahwa sayur-sayuran, buahbuahan dan kacang-kacangan mengandung rendahlemak tetapi banyak mengandung asam lemak omega-3 yang relatif cukup besar. Asam lemak omega-3 dapat menurunkan rasa sakit yang ditimbulkan saat menjelang menstruasi.
banyak terdapat pada bahan pangan sumber hewani. Dari sebuah studi diketahui bahwa wanita yang rutin menambah suplemen kalsium (1000 mg/hari) atau magnesium (250mg/hari) pada pola makannya, lebih kecil beresiko mengalami PMS.
Hubungan Asupan Kalium Dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak kejadian sindrom pramenstruasi pada responden yang asupan kalium kurang Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai ρ (0,046) < 0,05, ini berarti ada hubungan antara asupan kalium dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Memperbanyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium dapat mengurangi fluid retention, dan diet serat tinggi untuk mencegah sembelit yang sering terjadi bersamaan dengan PMS. Hubungan asupan kalsium dengan kejadian sindrom pramenstruasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak kejadian sindrom pramenstruasi pada responden yang asupan kalsium kurang Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai ρ (0,642) > 0,05, ini berarti tidak ada hubungan antara asupan kalsium dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Hal ini berbanding terbalik dengan (London 2001) bahwa Wanita yang mengkonsumsi makanan rendah kandungan, mineral besi, kalsium, dan magnesium memiliki resiko terkena sindrom pramenstruasi lebih tinggi dibandingkan wanita yang mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung mineral besi, kalsium dan magnesium. Mineral besi, kalsium dan magnesium
Kesimpulan Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Hubungan asupan zat gizi dengan kejadian sindrom pramenstruasi , maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Gizi makro Ada hubungan antara asupan protein, lemak, dan karbohidrat dengan kejadian sindrom pramenstruasi di SMAN 1 Tongkuno. Gizi mikro Ada hubungan antara asupan Vitamin B6, Vitamin C, Potasium dengan kejadian sindrom pramenstruasi di SMAN 1 Tongkuno dan tidak ada hubungan antara klasium dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Saran Berdasarkan simpulan di atas maka disarankan : Gizi makro Diharapkan agar mengkonsumsi makanan yang dapat menunjang kesehatan
Email:
[email protected]
Page 7
dengan kandungan zat gizi makro serpeti tinggi protein, karbohidrat dan rendah lemak yang mencukupi terutama pada masa sebelum menstruasi Gizi Mikro Diharapkan agar mengkonsumsi makanan yang dapat menunjang kesehatan dengan kandungan zat gizi mikro serpeti vitamin dan mineral (Sayur, buah) yang mencukupi terutama pada masa sebelum menstruasi dan membiasakan untuk beraktivitas olahraga secara teratur (2-5 kali seminggu) agar dapat meminimalkan gejalagejala PMS. DAFTAR PUSTAKA 1. Andira, Dita. (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A Plus Books. 2. Elvira dan Sylvia D.2010. Sindrom PraMenstruasi Normalkah ?. Jakarta : FKUI 3. Keputusan mentri kesehatan republic Indonesia No.1995/menkes/sk/XII/2010 Ttentang Standar Antropometri Penilaan status Gizi Anak . 2010. Jakarta : Direktorat Bina Gizi. 4. Kusmiran,E.2013.Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. 5. London RS., Bradley, Chiamori. 1983. The effect of alpha-tocopherol on premenstrual symptomatology: a doubleblind study. Journal American
7. Notoatmodjo S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. 8. Owen JA. 1975. Physiology of the menstrual cycle. American Journal of 9. Path, ernaa francin, dkk. 2004. Gizi dalam kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC 10. Pawensuri, Esse Puji, dkk. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 10. Makassar : STIK Makassar. 11. Saepudin M. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media. 12. Simon, H. 2003. Premenstrual syndrome. Associate Profesor of Medicine, Harvard Medical School; Physician, Massachusetts General Hospital. A.D.A.M. Inc. 13. Soertadjo S, dkk,2011, Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 14. Widajanti L, 2010. Survey konsumsi gizi. Semarang: BP UNDIP Semarang.
6. Nagata CK. Hirokawa, N. Shimizu dan H. Shimizu. 2005. Associations of menstrual pain with intake of soy, fat dan dietary fiber in Japanese women. European Journal of
Email:
[email protected]
Page 8