“HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STRES PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG” *Wahyudi A zamzamy **Puji Lestari, Yunita Galih *Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **Dosen STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected] ABSTRAK Stres yang berkelanjutan pada penderita DM menyebabkan aktivitas aksis HPA meningkat, sehingga kadar kortisol meningkat yang diiringi oleh peningkatan glukosa di sirkulasi. Hormon kortisol dilain pihak juga mempengaruhi fungsi insulin terkait dalam hal sensitivitas, produksi dan reseptor, sehingga glukosa darah tidak bisa diseimbangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan stres pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus dengan jumlah sampel 86 orang menggunakan teknik simple random sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner dan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) indikator stress. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik penderita diabetes mellitus sebagian besar kategori baik (37,2%), tingkat stres pada penderita diabetes mellitus sebagian besar kategori normal (52,3%). Ada hubungan aktivitas fisik dengan tingkat stres pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,049 (α = 0,05). Sebaiknya penderita DM meningkatkan aktivitas fisik sebagai salah satu upaya mengendalikan tingkat stres. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan membuat jadwal aktivitas fisik sehari-hari. Kata Kunci : aktivitas fisik, stress, penderita diabetes mellitus Kepustakaan : 35 (2006-2015)
ABSTRACT Stress in patients with DM causes increased activity of the HPA axis, so that increased cortisol levels were accompanied by increased glucose in circulation. The hormone cortisol on the other hand also affect the function of insulin-related in terms of sensitivity, the production and the receptor, so that the blood glucose can not be balanced. The purpose of this study was to determine the
relationship of physical activity to stress in patients with diabetes mellitus in the Sumowono District of Semarang District. The study design was descriptive correlation with cross sectional approach. The study population was patients with diabetes mellitus with a sample of 86 people using simple random sampling technique. Data retrieval tool using questionnaires and 42 Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42) indicator of stress. The data analysis used frequency distribution and chi square test. The results showed physical activity of people with diabetes mellitus mostly good category (37,2%), stress levels in people with diabetes most of the normal category (52,3%). There is a relation of physical activity to the level of stress in patients with diabetes mellitus in the Sumowono District of Semarang District, with a p value of 0,049 (α = 0,05). DM patients should increase physical activity as a way to control stress levels. One effort that can be done to make the schedule of daily physical activity. Keywords : physical activity, stress, diabetes mellitus Bibliography : 35 (2006-2015) Pendahuluan Angka kejadian DM di Indonesia termasuk urutan terbesar ke-7 dunia yaitu sebesar 7,6 juta jiwa sedangkan angka kejadian penderita ulkus diabetikum sebesar 15% dari penderita DM. Bahkan angka kematian dan amputasi masih tinggi yaitu sebesar 32,5% dan 23,5% (Prastica, 2013). Kasus penderita DM terbanyak di Provinsi Jawa Tengah adalah Kabupaten Semarang yaitu 6.419 kasus untuk NIDDM dan 31 Kasus untuk IDDM (Depkes Prov Jateng, 2013). Kasus penderita DM terbanyak di Kabupaten Semarang adalah Kecamatan Sumowono yaitu 1243 kasus, diikuti Kecamatan Ambarawa yaitu 1230 kasus dan kecamatan Bergas yaitu 591 kasus (Dinkes Kab. Semarang, 2013). Diperoleh pula data dari puskesmas Sumowono, jumlah penderita diabetes terbanyak sampai bulan Desember 2015 di desa Sumowono Kecamatan Sumowono yaitu sebanyak 57 orang. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian studi korelasional.Desain ini dipilih karena peneliti mencoba untuk meneliti hubungan aktifitas fisik dengan stres penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional.Pengukuran variabel aktifitas fisik dan stres penderita diabetesdalam penelitian ini hanya dengan satu kali pada satu waktu. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, yaitu sebanyak 109 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita diabetesdi Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, sebanyak 86orang. Hasil Penelitian A. Analisis Univariat 1. Gambaran Aktivitas Fisik Penderita Diabetes Mellitus di
Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Penderita Diabetes Mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang AktivitasFisik Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Frekuensi (f) 29 32 25 86
Persentase (%) 33,7 37,2 29,1 100,0
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa aktivitas fisik penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagian besar kategori baik yaitu sebanyak 32 orang (37,2%). 2. Gambaran Tingkat Stres Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Stres pada Penderita Diabetes Mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten S Tingkat stress
Frekuensi (f)
Persentase (%)
Sedang
18
20,9
Ringan
23
26,7
Normal
45
52,3
Jumlah
86
100,0
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa tingkat stres pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagian besar kategori normal yaitu sebanyak 45orang (52,3%). B. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan tingkat stres pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan
Sumowono Kabupaten Semarang. Tabel 4.3Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Stres pada Penderita Diabetes Mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Tingkat Stres Aktivitasfisi k
Sedang f
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
%
Ringa Jumla Normal n h %
f %
24, 1 2 6,2 12 37, 5 6 24,0 4 16, 0 18 20,9 23 26, 7
12 41, 4 18 56, 2 15 60, 0 52, 45 3
10 34,5
F 7
f
p-value
%
29 100,0 32 100,0 25 100,0 86 100,0
Berdasarkan hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan tingkat stres pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, diperoleh hasil responden yang melakukan aktivitas fisik dengan kategori rendah sebanyak 29 orang dimana sebagian besar mempunyai tingkat stress kategori normal yaitu sebanyak 12 orang (41,4%). Responden yang melakukan aktivitas fisik dengan kategori sedang sebanyak 32 orang dimana sebagian besar mempunyai tingkat stress kategori normal yaitu sebanyak 18 orang (56,2%). Responden yang melakukan aktivitas fisik dengan kategori tinggi sebanyak 25 orang dimana sebagian besar mempunyai tingkat stress kategori normal yaitu sebanyak 15 orang (60,0%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai χ2hitung (9,529) 2 >χ tabel (3,84) dan pvalue sebesar0,049 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan aktivitas fisik dengan tingkat stres pada
0,049
penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Pembahasan C. Analisa Univariat 1. Gambaran Aktivitas Fisik Penderita Diabetes Mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Aktivitas fisik penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang kategori sedang yang dipengaruhi oleh faktor usia. Usia responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah usia 25-74 tahun. Pada kisaran usia tersebut, sesorang akan mengalami penurunan aktivitas yang sebelumnya mungkin mampu melakukan aktifitas yang tinggi. Aktivitas fisik seseorang sampai dewasa meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapibila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Karim,2007). Aktivitas fisik penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang kategori rendah disebabkan oleh pola makan. Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan baik kualitas dan kuantitas dapat menimbulkan gangguan pada tingkat aktivitas fisik.Pola makanmerupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena apabila pola makan dan porsi makanan lebih banyak, maka tubuh akan merasa mudah lelah, dan tidak ingin melakukan kegiatan seperti olah raga atau menjalankan aktivitas lainnya.
Menurut Karim (2007), kandungan dari makanan yang berlemak juga banyak mempengaruhi tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari ataupun berolahraga, sebaiknya makanan yang dikonsumsi dipertimbangkan kandungan gizinya agar tubuh tidak mengalami kelebihan energi namun tidak dapat dikeluarkan secara maksimal yang akhirnya bisa mengganggu aktivitas fisik sehari-hari. 2.
Gambaran Tingkat Stres Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Stres yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda, tergantung pada masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut tidak akan merasa tertekan, justru bisa memiliki motivasi atau semangat yang lebih baik, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut mudah marahmarah, frustasi, depresi hingga stres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stress pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang kategori normal sebanyak 45 orang (52,3%). Tingkat stress penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang kategori normal ditunjukkan dengan sebagian besar responden menjawab tidak pernah merasa bahwa mudah tersinggung (70,0%), sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan (72,0%) dan merasa gelisah (69,0%).
Tingkat stress penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang kategori normal didukung oleh factor mekaisme koping. Penatalaksanaan stres adalah suatu strategi yang memfasilitasi kemampuan klien untuk menghadapi stres yang dihadapi orang-orang dalam masyarakat sekarang ini secara efektif. Penatalaksanaan stres ini menekankan partisipasi aktif klien guna menngembangkan keterampilan dalam mengelola stres. Penatalaksanaan stres melibatkan indentifikasi stresor yang ada, mengevaluasi efektifitas mekanisme koping yang ada, dan mengembangkan mekanisme koping yang lebih efektif ( Christensen & Kenney, 2009). D. Analisa Bivariat Hubungan Aktivitas Fisik denganStres Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan stres pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, diperoleh hasil responden yang melakukan aktivitas fisik dengan kategori sedang sebanyak 32 orang dimana sebagian besar mempunyai tingkat stress kategori normal yaitu sebanyak 18 orang (56,2%) lebih banyak daripada kategori sedang yaitu sebanyak 2 orang (6,2%) dan kategori ringan yaitu sebanyak 12 orang (37,5%). Penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sering berkebun dan sabar dalam menghadapi gangguan
terhadap hal yang sedang dilakukan. Hal ini didukung oleh faktor hubungan seseorang dengan lingkungan sosialnya. Hubungan seseorang yang sedang bekerja dengan lingkungan sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan sosialnya(Gunawati & Hartati, 2006). Berdasarkan hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan stres pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, diperoleh hasilresponden yang melakukan aktivitas fisik dengan kategori tinggi sebanyak 25 orang dimana sebagian besar mempunyai tingkat stress kategori normal yaitu sebanyak 15 orang (60,0%) lebih banyak daripada kategori sedang yaitu sebanyak 6 orang (24,0%) dan kategori ringan yaitu sebanyak 4 orang (16,0%).Responden menyatakan rutin lari ringan sehari ± 30 menit, mencuci pakaian ± 30 menit dan menyapu ± 30 menit dan sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan. Hal ini didukung oleh factor status sosial ekonomi. Orang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Rendahnya pendapatan menyebabkan adanya kesulitan ekonomi sehingga sering menyebabkan tekanan dalam hidup (Potter & Perry, 2009). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square 2 didapatkan nilai χ hitung (9,529) >χ2tabel (3,84) dan pvalue sebesar 0,049 (α = 0,05), maka dapat
disimpulkan ada hubungan aktivitas fisik dengan stres pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang Kesimpulan 1. Aktivitas fisik penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagian besar kategori sedang yaitu sebanyak 32 orang (37,2%). 2. Tingkat stres pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang sebagian besar kategori normal yaitu sebanyak 45 orang (52,3%). 3. Ada hubungan aktivitas fisik dengan stres pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang, dengan pvalue sebesar 0,049 (α = 0,05).
Saran 1. Bagi Penderita DM Sebagai masukan dan informasi bagi penderita diabetes mellitus tentang pentingnya pengaturan tingkat stres dengan tidak melakukan aktivitas fisik yang terlalu berlebihan sehingga kadar glukosa darah dapat terkontrol. 2. Bagi Keluarga Penderita Diabetes Mellitus Sebagai masukan bagi keluarga penderita diabetes mellitus agar penderita tetap nyaman dalam kondisi sakitnya dengan membantu penderita dalam melakukan aktivitas fisik sehingga penderita tidak melakukan aktivitas fisik yang berlebihan. Dikarenakan penderita diabetes mellitus sensitif terhadap lingkungan diantaranya dengan melakukan aktivitas fisik, terutama aktivitas fisik tingkat tinggi. 3. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi puskesmas, berupa informasi-informasi tentang manfaat aktivitas fisik dalam menurunkan stress sehingga penderita diabetes mellitus tipe-2 mampu mengendalikan kadar gula darahnya.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Penerbit Rineka Christensen & Kenney, 2009. Proses
Keperawatan. EGC
Jakarta
:
Depkes Prov Jateng, 2013. Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 2013. Semarang
Depkes RI, 2006. Pengembangan Promosi Kesehatan di Daerah Melalui Dan Dekon 2006. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Dinkes Kab. Semarang, 2013. Profil kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2013. Ungaran
Gunawati & Hartati, 2006. Hubungan antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen Pembimbing utama skripsi dengan stres dalam Menyusun skripsi pada mahasiswa program Studi psikologi fakultas kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol. 3 No. 2, 2006 dibuka dari situs: http://www.undip.ac.idpada 27 November 2015 Hardjana, 2004. Stres Tanpa Distres : Seni Mengolah Stres, Yogyakarta : kanisius
Johson, 2012. Stress and open office noise. Journal of Applied Psychology, 85, 779-783 Karim
2007. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Kebiasaan Merokok Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Poliklinik RS Sanglah Denpasar. Skripsi : Denpasar. Universitas Udayana
Potter & Perry, 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC.2005
HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL
Artikel dengan judul “Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning yang Dilakukan Perawat Dengan Kesiapan Keluarga Menghadapi Pemulangan Pasien Gangguan Jiwa Di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang” yang disusun oleh: Nama
: Hidayat Ramdhani
NIM
: 010110a043
Program Studi
: Keperawatan
Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing utama skripsi program studi keperawatan STIKES Ngudi Waluyo.
Ungaran,
Februari 2016
Pembimbing I
(Zumrotul Choiriyah, S,Kep., Ns., M.Kep) NIDN : 0611067101