perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT ( AQ ) DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Oleh : ENDAH SETYANINGTYAS R 0107024
D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT ( AQ) DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
KARYA TULIS ILMIAH Endah Setyaningtyas R 0107024
Telah Dipertahankan dan Disetujui di Hadapan Tim Penguji KTI Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS Pada hari ............ , tanggal ........... 2011 Pembimbing Utama Nama : Drs. Suharno, M.Pd NIP : 19521129 198003 1001 Pembimbing Pendamping
...................................
Nama : M. Nur Dewi K., Amd., SST, M.Kes Ketua Penguji
...................................
Nama : S.Bambang Widjokongko, dr, M.Pd Ked,PHK NIP : 194812311976091001
................................... .
Sekretaris Nama : Ropitasari, S.SiT., M.Kes
.................................. Mengetahui,
Ketua Program Studi D IV Kebidanan FK UNS
Ketua Tim KTI
H.Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG (K) Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes NIP. 19510421 1980111 002commit to user NIP. 197802202005011001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Endah Setyaningtyas. R0107024. Hubungan Adversity Quotient dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Kebidanan Universitas Sebelas Maret. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan Adversity Quotient dengan prestasi belajar. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret, jumlah sampel sebanyak 119 responden dengan menggunakan metode simple random sampling. Alat ukur menggunakan kuesioner Adversity Quotient dan studi dokumentasi prestasi belajar. Analisis uji statistik Korelasi Product Moment dengan bantuan SPSS for Windows versi 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r hitung (0,546) lebih besar dari r tabel (pada α = 0,05, yaitu 0,195) dengan signifikansi 0,00 (p < 0,05). Berdasarkan hasil analisis, prestasi belajar dipengaruhi oleh Adversity Quotient sebesar 29,81 % dengan nilai r hitung positif menunjukkan bahwa semakin tinggi Adversity Quotient maka semakin tinggi pula prestasi belajar. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat hubungan positif dengan tingkat korelasi sedang dan signifikan antara Adversity Quotient dengan prestasi belajar. __________________________________________________________________ Kata Kunci : Adversity Quotient, Prestasi Belajar
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Adversity Quotient (AQ) dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Kebidanan Universitas Sebelas Maret”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Saint Terapan Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak atau Ibu: 1.
Prof. Dr. H. Ravik Karsidi MS, Rektor UNS
2.
Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR FINASIM, Dekan Fakultas Kedokteran UNS
3.
H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG (K), Ketua Program Studi D-IV Kebidanan FK UNS
4.
Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes, Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
5.
Drs. Suharno, M.Pd., pembimbing utama yang selalu membimbing dengan sabar dan memberikan saran serta ilmunya.
6.
M. Nur Dewi K, Amd, SST, M.Kes., pembimbing pendamping yang selalu membimbing dengan sabar dan memberikan saran serta ilmunya.
7.
Seluruh Dosen dan staf Program Studi D IV Kebidanan FK UNS yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
8.
Mahasiswa Kebidanan UNS semester 2,4,6,dan 8 yang telah bersedia menjadi subyek penelitian, dan Inabah Lovers yang selalu memberikan dukungan.
9.
Ayah, Mama, dan semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Demi perbaikan Karya sejenis mendatang, penulis memohon kritik dan saran. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Surakarta, commit to user vi
Juli 2011
Endah Setyaningtyas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya (UU Sisdiknas, 2003). Dalam rangka mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan sejalan dengan visi pendidikan nasional, Kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif ( Insan Kamil atau Insan Paripurna ) ( Kemdiknas, 2010 ). Visi pendidikan nasional bisa terwujud dan berhasil melalui proses pendidikan yang berhasil pula. Suatu proses pendidikan dikatakan berhasil apabila peserta didik dapat menyelesaikan suatu program pendidikan tepat waktunya dengan prestasi yang baik (Ahmad, 2005). Proses belajar merupakan sesuatu hal yang penting pada setiap individu karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajar. Prestasi belajar mahasiswa adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan melalui mata kuliah, lazimnya ditunjukkan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh dosen ( Poerwadarminta, 2003 ). commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Para peneliti terdahulu menguraikan bahwa prestasi belajar ditentukan oleh Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ). Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pengukuran Adversity Quotient (AQ) merupakan indeks yang lebih baik dalam mencapai kesuksesan daripada IQ, pendidikan atau bahkan keterampilan sosial. Adversity Quotient (AQ) adalah kemampuan dan ketahanan seseorang dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, hambatan, sekaligus mengubah kesulitan maupun kegagalan tersebut menjadi peluang untuk meraih tujuan atau kesuksesan (Stoltz, 2005 ). Seseorang dengan AQ tinggi akan mampu untuk menghadapi kesulitan, memotivasi diri, memiliki semangat tinggi, dan berjuang mendapatkan yang terbaik dalam hidup, mereka cenderung membuat segala sesuatu terwujud. Sedangkan seseorang dengan AQ rendah mempunyai karakteristik rendahnya tingkat motivasi, energi, kinerja, dan ketekunan (Darwin, 2007 ). Stoltz berpendapat bahwa siswa yang memiliki adversity intelligence yang tinggi akan mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta akan selalu termotivasi untuk berprestasi. Beberapa hasil penelitian terkait dengan adversity quotient dan prestasi belajar. Penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian Putri (2009) mengenai Hubungan Adversity Quotient dengan Kinerja Karyawan, dilakukan terhadap karyawan RSUD Belitang Ogan Komering Ulu Timur Sumatera Selatan sebanyak 95 responden, hasil penelitian yang diperoleh yaitu ada hubungan positif antara Adversity Quotient dan kinerja karyawan. Penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Lestari (2010) menunjukkan bahwa secara parsial dengan menggunakan uji T, bahwa variabel motivasi belajar dan minat belajar berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik. Namun pada variabel Adversity Quotient tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi akademik mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jakarta. Sedangkan secara bersama-sama dengan menggunakan uji F, bahwa variabel motivasi belajar, minat belajar dan adversity quotient berpengaruh secara signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik mahasiswa S1 akuntansi Fakultas Ekonomi di salah satu PTS di Jakarta. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Adversity Quotient (AQ) dengan prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret “.
B. Rumusan Masalah “Adakah hubungan Adversity Quotient (AQ) dengan prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret ?”
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Adversity Quotient (AQ) dengan prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui
tingkat Adversity Quotient (AQ) pada mahasiswa
kebidanan Universitas Sebelas Maret. b.Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret. c. Untuk menganalisis hubungan antara Adversity Quotient (AQ) dengan prestasi belajar
D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi yang berarti mengenai hubungan adversity quotient dengan prestasi belajar mahasiswa sehingga dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan. 2. Manfaat Aplikatif a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai pentingnya peranan adversity quotient dalam menghadapi berbagai problem dan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan dan prestasi unggul. b.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait seperti orang tua, pendidik, psikolog dan masyarakat mengenai hubungan adversity quotient dengan prestasi belajar sehingga bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
membantu meningkatkan AQ disertai dengan peningkatan prestasi belajar pula. c. Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain agar dapat menambah informasi yang ada dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Adversity Quotient a. Pengertian Adversity Quotient (AQ ) Menurut Chaplin (2006), intelligence atau quotient berarti cerdas, pandai. Binet dan Simon (dalam Napitupulu dkk, 2007) merangkum pengertian intelligence atau quotient dalam tiga komponen, yaitu kemampuan seseorang dalam mengarahkan pikiran atau tindakannya, kemampuan seseorang untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah terlanjur dilakukan dan kemampuan seseorang untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autocriticism. Menurut kamus Inggris-Indonesia (Echols dan Shadily, 2007), adversity berarti kesengsaraan, kemalangan. Paul Stoltz mendefinisikan Adversity Quotient sebagai kemampuan orang tersebut untuk berurusan dengan kemalangan hidupnya. Dengan demikian, AQ adalah ilmu tentang ketahanan manusia. Menurut Stoltz (2005), kecerdasan adversity mempunyai tiga bentuk. Pertama, AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru memahami
dan
meningkatkan
semua
segi
kesuksesan.
AQ
berlandaskan pada riset yang berbobot dan penting, yang menawarkan suatu gabungan yang praktis dan baru, yang merumuskan kembali apa commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon terhadap kesulitan. Selama ini polapola bawah sadar ini sebetulnya sudah dimiliki. Saat ini untuk pertama kalinya pola-pola tersebut diukur, dipahami, dan diubah. Ketiga, AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon seseorang terhadap kesulitan, yang akan berakibat memperbaiki efektivitas pribadi dan profesional seseorang secara keseluruhan. Dari uraian pendapat Stoltz di atas maka dapat disimpulkan bahwa adversity quotient (AQ) adalah kemampuan dan ketahanan seseorang dalam
menghadapi
kesulitan,
kegagalan,
hambatan,
sekaligus
mengubah kesulitan maupun kegagalan tersebut menjadi peluang untuk meraih tujuan atau kesuksesan (Stoltz, 2005) b. Aspek-aspek Adversity Quotient (AQ ) Stoltz (2005) menyatakan bahwa aspek-aspek dari adversity quotient (AQ) mencakup beberapa komponen yang kemudian disingkat menjadi CO2RE, antara lain: 1) Control (kendali) Control atau kendali adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan mengelola sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan di masa mendatang. Kendali diri ini akan berdampak pada tindakan selanjutnya atau respon
yang dilakukan individu
bersangkutan, tentang harapan dan idealitas individu untuk tetap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
berusaha keras mewujudkan keinginannya walau sesulit apapun keadaannya sekarang. 2) Origin (asal-usul) dan ownership (kepemilikan) Origin mengungkap sejauh mana seseorang mempermasalahkan dirinya ketika mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya, atau sejauh mana seseorang mempermasalahkan orang lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalan seseorang. Rasa bersalah yang tepat akan menggugah seseorang untuk bertindak sedangkan rasa bersalah yang terlampau besar akan menciptakan kelumpuhan. Poin ini merupakan pembukaan dari poin ownership. Ownership mengungkap sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan dan kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan tersebut. 3) Reach (jangkauan) Sejauh mana kesulitan ini akan merambah kehidupan seseorang menunjukkan bagaimana suatu masalah mengganggu aktivitas lainnya, sekalipun tidak berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi. Adversity quotient yang rendah pada individu akan membuat kesulitan merembes ke segi-segi lain dari kehidupan seseorang. 4) Endurance (daya tahan) Endurance adalah aspek ketahanan individu. Sejauh mana kecepatan dan ketepatan seseorang dalam memecahkan masalah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Sehingga pada aspek ini dapat dilihat berapa lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan itu akan berlangsung. Hal ini berkaitan dengan pandangan individu terhadap kepermanenan dan ketemporeran kesulitan yang berlangsung. Efek dari aspek ini adalah pada harapan tentang baik atau buruknya keadaan masa depan. Makin tinggi daya tahan seseorang, makin mampu menghadapi berbagai kesukaran yang dihadapinya. c. Tingkatan Adversity Quotient (AQ ) Stoltz (2005) meminjam istilah para pendaki gunung untuk memberikan gambaran mengenai tingkatan adversity quotient (AQ). Stoltz (2005) membagi para pendaki menjadi 3 bagian, yaitu : 1) Quitters (mereka yang berhenti). Tidak diragukan lagi ada banyak orang yang memilih untuk keluar menghindari kewajiban, mundur dari usahanya. Mereka ini disebut
dengan
quitters
atau
orang-orang
yang
berhenti
melanjutkan usahanya. 2) Campers (mereka yang berkemah). Kelompok individu yang kedua adalah campers atau orangorang yang mudah puas dengan hasil yang diperolehnya. Mereka tidak ingin melanjutkan usahanya untuk mendapatkan lebih dari untuk didapatkan sekarang. Disini mereka mengakhiri usahanya karena sudah merasa puas dengan hasil yang didapat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
3) Climbers (para pendaki) Climbers adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinankemungkinan dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental atau hambatan lainnya untuk menghalangi usahanya. Adapun para climber, yakni mereka yang dengan segala usaha keberaniannya menghadapi resiko untuk menuntaskan pekerjaannya. Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi AQ Menurut Stolz (2005), ada 3 faktor yang mempengaruhi adversity quotient, yaitu genetik, pendidikan dan keyakinan. Genetik yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap karakter individu tersebut. Pengaruh yang ada terkadang lebih dari yang dipikirkan. Adversity quotient termasuk salah satu karakteristik yang diturunkan dari genetik. Pendidikan yang diterapkan oleh keluarga atau orang tua juga sangat mempengaruhi kegigihan seseorang dalam menghadapi tantangan. Jika individu terus menerus dididik untuk tidak cepat menyerah saat menghadapi masalah, maka ia akan mempunyai adversity quotient yang tinggi. Sedangkan individu yang dibiarkan menyerah saat menghadapi masalah akan mempunyai adversity quotient yang rendah. Keyakinan seseorang adalah salah satu faktor yang mempengaruhi AQ, bila seseorang individu yakin bahwa dirinya dapat menyelesaikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
masalah yang dihadapi, maka ia akan semakin gigih dalam menghadapi masalah tersebut. e. Teknik-teknik untuk Meningkatkan Adversity Quotient (AQ) Stoltz
(2005)
menyatakan
bahwa
adversity
quotient
dapat
ditingkatkan atau diperbaiki dangan melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Listen atau mendengarkan respon-respon terhadap kesulitan yaitu apakah respon AQ yang tinggi atau rendah? Dan pada dimensidimensi apa respon itu paling tinggi atau paling rendah? 2) Explore atau jajaki asal usul dan pengakuan atas akibatnya Origin: Apakah kemungkinan asal usul kesulitan ini? Mengingat
asal
usulnya,
seberapa
banyaknya
yang
merupakan kesalahan sendiri? Secara khusus, apakah Anda dapat mengerjakannya dengan lebih baik lagi? Ownership: Aspek-aspek apa sajakah dari akibat-akibatnya yang harus saya akui? Apa yang tidak harus saya akui? 3) Analysis bukti-buktinya yaitu Apakah buktinya bahwa saya tidak memiliki kendali? Apakah buktinya bahwa kesulitan harus menjangkau wilayah-wilayah lain kehidupan individu? Apakah buktinya bahwa kesulitan harus berlangsung lebih lama daripada semestinya? 4) Do atau lakukan sesuatu yaitu tambahan informasi apakah yang saya perlukan? Apa yang bisa saya lakukan untuk mendapatkan sedikit kendali atas situasi ini? Apa yang bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
saya lakukan untuk membatasi jangkauan kesulitan ini? Apa yang bisa saya lakukan untuk membatasi berapa lama berlangsungnya
kesulitan
ini
dalam
keadaan
yang
sekarang? Keempat teknik ini disingkat dengan kata LEAD. Teknik kognitif dan perilaku seperti LEAD ini, efektif karena dapat mengubah sistem di otak. Pokok pikiran akan mengubah fisiologi otak, agar membiasakan otak untuk
menghadapi
dan
mengatasi
setiap
kesulitan,
dengan
mempertanyakan respon-respon distruktif terhadap peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Rangkaian LEAD didasarkan pada pengertian bahwa individu dapat mengubah keberhasilan dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan berfikir. Hasilnya adalah keuletan emosional dan berjiwa besar sebagai respon terhadap tekanan hidup sehari-hari (Stoltz, 2005). Teknik lain untuk meningkatkan adversity quotient yaitu teknik mencegah pembuatan bencana menurut Stoltz (2005): 1) Perintang a) Menggebrakkan telapak tangan ke permukaan benda yang keras sambil berteriak “STOP”! b) Memusatkan
perhatian
hubungannya
dengan
pada
kegiatan
masalah
memperhatikan benda secara detail commit to user
yang
yang
tidak
dihadapi
ada atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
c) Menaruh sebuah karet gelang di pergelangan tangan dan menjepretkan karet itu ke pergelangan tangan d) Mengubah kondisi dengan berolahraga 2) Pembingkai Ulang a) Memusatkan perhatian pada tujuan semula. “Mengapa saya melakukan ini?” b) Mengecilkan diri dengan menyadari betapa kecilnya masalahmasalah yang dihadapi dalam semesta alam yang sangat luas ini. c) Membantu orang lain yang memiliki masalah lebih besar daripada masalah sendiri Teknik ini disebut dengan teknik Stoppers, yang efektif untuk menghilangkan
jalur-jalur
syaraf
yang
destruktif,
dengan
mengeluarkan diri dari keterpurukan untuk individu menghadapi kesulitan dan meningkatkan semangat. Jadi, teknik-teknik untuk meningkatkan AQ dalam menghadapi kesulitan, yaitu: teknik LEAD (Listen, Explore, Analysis, Do) dan teknik Stoppers dengan memusatkan perhatian pada tujuan dan kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi. 2.
Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar merupakan salah satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
indikator daya serap dan kecerdasan mahasiswa yang bisa digunakan untuk menyusun dan menetapkan keputusan/ langkah kebijakan baik yang menyangkut mahasiswa, pendidik maupun institusi yang mengelola program pendidikan (Syah, 2008). Winkel (2005) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. b. Penilaian Prestasi Belajar Penilaian prestasi belajar berdasarkan tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Winkel, 2005). Tabel 2.1 Perbandingan nilai angka dan huruf Rentang Skor (skala100)
Nilai dalam skala 5 Lambang huruf
Bobot nilai mata kuliah
80-100 A 4 70-79 B 3 60-69 C 2 40-59 D 1 0-39 E 0 Sumber: Peraturan Rektor UNS. No 553/H27/PP/2009
Arti lambang Sangat baik Baik Cukup Kurang Gagal
c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor dalam dan faktor luar, sebagai berikut: 1) Faktor dalam, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologis, sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
a) Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Seorang siswa dalam keadaan segar jasmaninya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya, sebaliknya siswa yang fisiknya lelah juga akan mempengaruhi hasil belajarnya. b) Kondisi Psikologis Semua
keadaan
dan
fungsi
psikologis
tentu
saja
berpengaruh terhadap proses belajar yang juga bersifat psikologis, antara lain yaitu kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif, sebagai berikut : (1) Kecerdasan Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa sangat menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi lain sesuai macam-macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada dirinya. (2) Bakat Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisan dari orang tua. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
(3) Minat dan perhatian Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. (4) Motivasi Motivasi belajar kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Dalam belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. (5) Emosi Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam proses belajar seorang siswa akan terbentuk suatu kepribadian tertentu, atau tipe tertentu, misalnya siswa yang emosional dalam belajar, akan mudah putus asa (6) Kemampuan Kognitif Kemampuan kognitif yaitu kemampuan berfikir, menalar yang dimiliki siswa yang berkaitan erat dengan ingatan dan berfikir seorang siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
2) Faktor luar, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental, sebagai berikut : a) Faktor Lingkungan
(1)
Lingkungan alami yaitu kondisis alami yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, termasuk dalam lingkungan alami yaitu suhu, cuaca, pada waktu itu dan kejadian-kejadian yang berlangsung.
(2) Lingkungan sosial, dapat berupa manusia, wujud lain yang berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar Misalnya hubungan murid dengan guru, orang tua dengan anak, dan lingkungan masyarakat di luar sosial yang baik, mesra dapat membantu terciptanya prestasi belajar siswa. b) Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaanya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan meliputi kurikulum, program, sarana, guru atau tenaga pengajar, sebagai berikut : (1) Kurikulum Kurikulum
yang
baik,
jelas
dan
mantap
memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.
commit to user
akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
(2) Program Program pendidikan pengajaran di sekolah yang telah dirinci dalam suatu kegiatan yang telah jelas, akan mempermudah membuat rencana/program dan program yang jelas tujuannya akan membantu siswa dalam belajar. (3) Sarana Sarana atau tempat belajar siswa, termasuk di dalamnya penerangan,
gedung,
ventilasi,
yang
baik
dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Di samping itu alat-alat pelajaran, perpustakaan yang lengkap juga merupakan faktor pendukung akan keberhasilan belajar seorang siswa. (4) Guru atau Tenaga Pengajar Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktor penting terhadap keberhasilan seorang siswa dalam belajar (Slameto, 2003). 3.
Hubungan Adversity Quotient dengan Prestasi Belajar Adversity Quotient adalah kemampuan seseorang dalam berjuang menghadapi dan mengatasi masalah, hambatan atau kesulitan yang dimilikinya serta akan mengubahnya menjadi peluang keberhasilan dan kesuksesan (Stoltz, 2005). Winkel (2005) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Stoltz berpendapat bahwa siswa yang memiliki adversity quotient yang tinggi akan mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta akan selalu termotivasi untuk berprestasi. Mereka akan mengerjakan tugas sebaik mungkin, termasuk mencari informasi serta memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia dalam hidupnya. Kesimpulannya individu tersebut akan berusaha aktif bertindak, tidak hanya bersikap pasif menunggu kesempatan datang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahmi dan Rachmahana yang menemukan bahwa orang-orang memiliki adversity quotient tinggi merupakan orang-orang yang memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi dan tujuan yang diinginkan.
B. Kerangka Konsep Salah satu faktor penentu keberhasilan dan prestasi unggul yaitu Adversity quotient. Aspek-aspek dari adversity quotient (AQ) mencakup beberapa komponen yaitu Control, Origin, Ownership, Reach, dan Endurance. Control atau kendali adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan mengelola sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan di masa mendatang.
Origin
(asal-usul)
adalah
bagaimana
seseorang
mempermasalahkan dirinya ketika mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya, atau bagaimana seseorang mempermasalahkan orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalan seseorang. Ownership (kepemilikan) adalah sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan dan kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab atas kesalahan. Endurance (daya tahan) adalah sejauh mana kecepatan dan ketepatan seseorang dalam memecahkan masalah. Adversity Quotient (AQ) mempengaruhi proses dan hasil belajar, jika AQ yang tinggi diduga akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula dan sebaliknya. Prestasi belajar adalah hasil atau bukti keberhasilan yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar sesuai bobot yang dicapainya. Secara skematis hubungan antara adversity quotient dengan prestasi belajar adalah sebagai berikut: Adversity Quotient (AQ) : PRESTASI 1. Control (BELAJAR kemampuan mengendalikan peristiwa ) 2. Origin ( sumber kesulitan) dan ownership (pengakuan kesalahan ) 3. Reach (jangkauan kesulitan terhadap kehidupan individu) 4. Endurance (aspek ketahanan individu)
PROSES BELAJAR
PRESTASI BELAJAR
Faktor Internal : Fisiologis dan Psikologis Faktor Eksternal : Lingkungan dan Instrumental = diteliti = tidak diteliti
C. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Adversity Quotient yang tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar mahasiswa yang tinggi pula”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dimana variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrahman, 2008). Penelitian ini mempelajari dinamika kolerasi antara variabel-variabelnya yang bertujuan untuk mencari hubungan antara adversity quotient dengan prestasi belajar mahasiswa.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di kampus kebidanan Universitas Sebelas Maret, pada bulan Maret sampai dengan Juli 2011.
C. Populasi Penelitian 1. Dalam penelitian ini populasi target adalah semua mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas Maret, dengan jumlah 233 orang. 2. Dalam penelitian ini populasi aktual adalah
mahasiswa kebidanan
Diploma III dan Diploma IV jalur regular Universitas Sebelas Maret, dengan jumlah 196 orang.
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
D. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa D3 Kebidanan semester 2, mahasiswa D4 Kebidanan Jalur Reguler semester 4, 6 dan 8 menggunakan teknik sampling yaitu simple random sampling dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi ( Sugiyono, 2010).
E. Estimasi Besar Sampel Estimasi besar sampel menggunakan Nomogram Herry King dengan tingkat kesalahan 5 % untuk populasi 196 orang adalah 118 orang yang akan dijadikan sampel ( Sugiyono, 2010). Jumlah seluruh mahasiswa Kebidanan UNS Jalur Transfer dan Reguler adalah 233 mahasiswa. Dengan memperkirakan jumlah sampel berdasarkan tabel Nomogram Herry King,
peneliti mengambil sampel penelitian
sebanyak 119 mahasiswa diantaranya 25 dari mahasiswa semester 2, mahasiswa semester 4 sebanyak 20, mahasiswa semester 6 sebanyak 25 mahasiswa dan 49 mahasiswa semester 8.
F. Kriteria Restriksi 1. Kriteria Inklusi a. Mahasiswa program studi D4 Kebidanan UNS jalur reguler b. Mahasiswa program studi D3 Kebidanan UNS commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
2. Kriteria Ekslusi : mahasiswa yang tidak hadir ketika dilakukan pengukuran.
G. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas
: Adversity Quotient (AQ)
a. Definisi Operasional
:
Adversity
Quotient
(AQ)
adalah
kemampuan dan ketahanan seseorang dalam menghadapi kesulitan, kegagalan,
hambatan,
sekaligus
mengubah
kesulitan
maupun
kegagalan tersebut menjadi peluang untuk meraih tujuan atau kesuksesan. b. Skala Pengukuran
: skala interval
c. Alat Ukur
: Skala adversity quotient yang digunakan
adalah skala likert AQ yang disusun oleh Firmansyah dan Rahmawati (2009) dengan memodifikasi daftar pernyataan dan sebaran nomor aitem agar lebih sesuai dengan kondisi penelitian 2. Variabel Terikat a. Definisi Operasional
: Prestasi Belajar : Prestasi belajar adalah hasil atau bukti
keberhasilan yang dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar sesuai bobot yang dicapainya. Pada penelitian ini prestasi belajar merupakan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) . b. Skala Pengukuran
: skala interval
c. Alat Ukur
: Cara mengukur prestasi belajar dengan
studi dokumentasi IPK mahasiswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
H. Cara Kerja 1. Instumen a. Variabel Bebas Cara mengukur AQ dengan
mengacu pada aspek-aspek adversity
quotient menurut Stoltz (2005) yang meliputi: control, ownership, origin, reach, endurance (CO2RE). Skala adversity quotient yang digunakan adalah skala likert AQ yang disusun oleh Firmansyah dan Rahmawati (2009) dengan memodifikasi daftar pernyataan dan sebaran nomor aitem agar lebih sesuai dengan kondisi penelitian. Kuosioner adversity quotient dengan kategori pilihan jawaban “ Sangat Sesuai, Sesuai, Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai” diberikan skor 1 sampai 4 seperti tertera pada tabel berikut. Tabel 3.1 Skor Adversity Quotient Jawaban Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai Sumber : (Hidayat,2009)
Pernyataan Favourable Unfavourable 4 1 3 2 2 3 1 4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuosioner Adversity Quotient Deskriptor Kemampuan dan ketahanan seseorang dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, hambatan, sekaligus mengubah kesulitan maupun kegagalan tersebut menjadi peluang untuk meraih tujuan atau kesuksesan.
Indikator Control ( kemampuan mengendali kan peristiwa)
Origin (sumber kesulitan) dan Ownership (pengakuan kesalahan)
Reach (jangkauan kesulitan terhadap kehidupan individu) Endurance (aspek ketahanan individu)
Sub Indikator a. Mengendalikan emosi b. Ketenangan menghadapi cobaan c. Adaptasi dalam perubahan d. Membantu teman menyelesaikan permasalahan a. Keberhasilan dari usaha sendiri b. Menerima kegagalan sebagai cobaan hidup c. Bekerjasama dalam tugas kelompok d. Siap menanggung kegagalan e. Bertanggungjawab atas kesalahan a. Tetap tenang dan konsentrasi b. Semakin semangat dalam menghadapi banyak masalah c. Menyiapkan alternatif solusi a. Tidak putus asa b. Keyakinan akan solusi dari masalah c. Senang bekerja keras d. Selalu optimis e. Tidak menunda pekerjaan JUMLAH
b. Variabel Terikat commit to user
Favorable Unfavorable 1, 6, 11, 24, 30, 41 19, 21, 27, 35
Jumlah 10
7, 12, 17, 4, 8, 14, 32, 20, 25, 28, 44 31, 36, 37, 40
15
2, 15, 18, 5, 9, 33, 38, 22, 39 42
10
3, 13, 16, 10, 34, 43 23, 26, 29
9
28
16
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Cara mengukur prestasi belajar dengan studi dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa. 2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Alat ukur atau instrumentasi penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas data. Penelitian ini menggunakan 30 mahasiswa untuk uji validitas dan reliabilitas instrumen. a. Validitas Instrumen Validitas kuesioner adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu tes dikatakan valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur, untuk mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi Product Moment (Arikunto, 2006). Uji validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 17.0. Jika rhitung > rtabel maka item dikatakan valid, sedangkan jika rhitung < rtabel maka item dikatakan tidak valid. (Sugiyono, 2008). Dari 61 pernyataan dalam kuosioner yang disebar kepada 30 responden mahasiswa D3 dan D4 Kebidanan UNS pada bulan Mei, didapatkan 44 pernyataan valid yang digunakan dalam pengukuran sedangkan 17 item pernyataan yang tidak valid digugurkan atau dihilangkan karena pernyataan yang valid sudah mewakili pada tiap indikator.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
b. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas
mengandung
maksud
sejauh
mana
instrumen
menghasilkan hasil pengukuran yang dapat dipercaya (Arikunto, 2006). Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Rumus statistik yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrument yang berupa kuesioner dengan skala likert untuk jenis data interval dengan teknik Alfa Cronbach (Sugiyono, 2010). Uji reliabilitas
instrumen pada penelitian ini menggunakan bantuan
program SPSS for Windows versi 17.0. Suatu instrumen atau konstruk dikatakan reliabel
jika memberikan nilai alfa cronbach > 0,60
(Nunnally dalam Ghozali, 2005). Hasil perhitungan reliabilitas instrumen pada penelitian ini didapatkan angka 0,962 dan angka ini menunjukkan pernyataan yang diujikan reliabel.
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya : 1) Editing (memeriksa data) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan baik berupa pertanyaan, kartu atau buku register. Yang dilakukan dalam memeriksa data adalah menjumlah dan melakukan koreksi (Budiarto, 2006). 2) Coding (pemberian kode) Yaitu memberi kode pada setiap jawaban yang telah diberikan. 3) Tabulation (penyusunan data) Yaitu pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun dan didata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2006). b. Teknik Analisis Data 1) Analisis univariat Analisis univariat ini dengan tabel distribusi frekuensi dimana variabelvariabel yang ada dianalisis dengan melihat frekuensi untuk mengetahui karakteristik responden. Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah variabel adversity quotient dan prestasi belajar mahasiswa. 2) Analisis bivariat Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi. Analisis ini digunakan
untuk mengetahui berapa besar
hubungan adversity quotient dengan prestasi belajar mahasiswa dengan data kedua variabel berbentuk interval .Adapun korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS for Windows versi 17.0 (Sugiyono, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Menurut Dahlan (2009) untuk menginterpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi serta arah korelasinya. Panduan lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.3 Panduan interpretasi hasil uji hipotesis No. Parameter Nilai 1. Kekuatan 0,00-0,199 korelasi (r) 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,00 2. Nilai P P < 0,05 P > 0,05 3.
Arah korelasi
+ (positif) -(negatif)
Interpretasi Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji Tidak Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya. Berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya.
Untuk mengetahui besar kecilnya sumbangan efekktif variabel adversity quotient terhadap prestasi belajar dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut : KP = r 2 x 100% Keterangan : KP
: Nilai koefisien determinan
r
: Nilai koefisen korelasi
(Riduwan, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini membahas hubungan Adversity Quotient dengan prestasi belajar mahasiswa Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Lokasi pengambilan data pada penelitian ini berada di kampus Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS Jalan Ir. Sutami
36 A Kentingan
Jebres Surakarta. Pada tahun akademik 2010/2011 ini terdapat 5 angkatan Kebidanan yaitu D III Kebidanan FK UNS angkatan 2010 semester 2, D IV Kebidanan FK UNS Jalur Reguler angkatan 2009 semester 4, D IV Kebidanan FK UNS Jalur Reguler angkatan 2008 semester 6, D IV Kebidanan FK UNS Jalur Reguler angkatan 2007 semester 8 dan D IV Kebidanan FK UNS Jalur Transfer angkatan 2010 semester 2.
B. Hasil Analisis Data Univariat 1. Data Hasil Kuesioner Adversity Quotient Data adversity quotient pada mahasiswa semester II D III Kebidanan FK UNS serta mahasiswa semester IV, VI dan VIII DIV Kebidanan FK UNS diketahui melalui kuesioner adversity quotient yang telah disebarkan. Data yang terkumpul dari adversity quotient terdiri dari 119 responden dengan 44 item pertanyaan yang menggunakan empat alternatif jawaban dan skor 1, 2, 3 dan 4. Dari hasil skoring kuosioner tentang adversity commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
quotient diperoleh skor tertinggi 150 dan skor terendah adalah 108 dengan rata-rata skor 128,29 , standar deviasi (SD) sebesar 10,192. Distribusi frekuensi untuk skor adversity quotient tercantum pada grafik di
prosentase(%)
bawah ini : 100 80 60 40 20 0
47.6
52.4
di atas Mean
di bawah Mean
adversity quotient
Skor adversity quotient
Gambar 4.1 Adversity Quotient Mahasiswa yang mempunyai skor adversity quotient di bawah rata-rata sebanyak 52,4% (61 mahasiswa), sedangkan 47,6 % (58 mahasiswa) skor adversity quotient berada di atas rata-rata. Berdasarkan data kuesioner adversity quotient yang disebarkan kepada mahasiswa D III dan D IV Kebidanan FK UNS didapatkan beberapa hasil gambaran mengenai adversity quotient mahasiswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Gambaran mengenai adversity quotient mahasiswa pada masing-masing indikator adalah sebagai berikut: a. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Control disajikan dalam grafik di bawah ini:
Sub Indikator Control
Sub Indikator Control
sulit mengerjakan tugas kelompok karena perbedaan pola pikir Membantu teman menyelesaikan permasalahan
45.4 97.5
menghindari hal berbahaya
36.1
mengendalikan emosi
78.1
suka rutinitas tanpa perubahan
69.7
mudah adaptasi di lingkungan baru
81.5
menyeleseikan tugas dalam keadaan sakit
63.8
Ketenangan menghadapi cobaan
71.4
kehidupan ditentukan oleh tindakan sendiri
93.3
Menerima kritik
97.5 1
10
Prosentase(%)
Gambar 4.2 Distribusi frekuensi pada indikator Control Dari indikator Control (kemampuan mengendalikan peristiwa) didapatkan 97,5 % dari total mahasiswa menerima komentar negatif dari teman sebagai kritik yang membangun dan senang membantu teman yang menghadapi permasalahan. Sebanyak 36,1 % dari total mahasiswa cenderung menghindari hal yang berbahaya dan sebanyak 45,4 % merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas kelompok karena adanya perbedaan pola pemikiran. Pada aspek Control ini sebanyak 58 mahasiswa ( 48,73%) yang skornya di bawah rata-rata ( 29,32). commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
b. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Origin dan Ownership disajikan dalam grafik di bawah ini:
Sub Indikator Origin dan Ownership
Sub IndikatorOrigin dan Ownership jika ingin berhasil, harus berusaha lebih baik lagi
100
siap menanggung kegagalan
91.6 74.8
kegagalan semata-mata karena kesalahan sendiri kesalahan teman jika tugas kelompok belum selesai
92.4
berusaha memperbaiki kesalahan
96.6
siap berusaha lebih keras lagi setelah kegagala
98.3
perbaikan tindakan setelah kegagalan
97.5
mencari solusi dari permasalahan kelompok
98.3
bersedia membantu tugas kelompok yang belum selesai
93.3 78.1
keberhasilan studi oleh faktor keberuntungan
85.7
gagal ujian sebagai ujian hidup
89.9
lingkungan kondusif menyebabkan prestasi turun
49.6
puas jika hsil usaha sesuai harapa
68.9
kegagalan oleh faktor lingkungan
1
10
100
Prosentase(%)
Gambar 4.3 Distribusi frekuensi pada indikator Origin dan Ownership Pada indikator Origin (sumber kesulitan) dan Ownership (pengakuan kesalahan) didapatkan 100 % dari total mahasiswa berkeyakinan bahwa jika ingin meraih keberhasilan maka harus berusaha lebih baik lagi, dan 98,3 % mahasiswa siap untuk berusaha lebih keras setelah kegagalan yang dialami serta berusaha mencari solusi jika terjadi permasalahan dalam kelompok studi. Sebanyak 68,9 % dari total mahasiswa berpendapat bahwa kegagalan yang dialami disebabkan oleh faktor lingkungan. Berdasarkan hasil skoring aspek Origin dan Ownership, sebanyak 55 mahasiswa (46,21%) dengan skor di bawah rata-rata ( 44,98). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
c. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Reach disajikan dalam grafik di bawah ini: Sub Indikator Reach
kritikan teman membuat saya minder
83.2
Sub indikator reach
kegagalan mengerjakan tugas maksimal membuat semakin bersemangat berusaha
89
kegagalan sebelumnya akan mempengaruhi kegagalan selanjutnya
62.2
perubahan sistem pembelajaran membuat resah dalam belajar
60.5
memunculkan harapan baru ketika menghadapi kesulitan
93.3
semakin banyak masalah, semakin semangat menyelesaikannya
65.5
tetap konsentrasi meski banyak masalah
60.5
sering terbangun waktu tidur jika punya masalah berat
46.2
khawatir jika hasil usaha jauh dari harapan
93.3
fokus pada satu kegiatan
80.6 1
10 prosentase(%)
Gambar 4.4 Distribusi frekuensi pada indikator Reach Untuk indikator Reach (jangkauan kesulitan terhadap kehidupan individu), sebanyak 93,3% mahasiswa dapat memunculkan harapan baru untuk semakin bersemangat menyelesaikannya dan mahasiswa khawatir bila hasil usaha jauh dari harapan serta 46,2% mahasiswa yang sering terbangun waktu tidur ketika mempunyai masalah berat. Sebanyak
52 mahasiswa (43,69 %) dengan skor dibawah rata-rata
(29,03) pada aspek Reach ini.
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
d. Hasil distribusi frekuensi pada indikator Endurance disajikan dalam grafik di bawah ini:
Sub indikator Endurance
Sub Indikator Endurance
kelelahan menyelesaikan tugas yang berat
34.4
pesimis menghadapi perubahan sistem pembelajaran
45.4
mencari solusi dari permasalahan
98.3
berhenti membuang waktu untuk hal sia-sia
90.7
semua masalah pasti ada jalan keluarnya
99.1
senang menyeleseikan tugas dengan kerja keras
93.3
tetap berusaha walau mengalami kegagalan
5.8
jengkel terhadap aktivitas rutin
47.9
pantang menyerah
31.9 1
10
100
prosentase(%)
Gambar 4.5 Distribusi frekuensi pada indikator Endurance Indikator terakhir adalah Endurance (aspek ketahanan individu). Data penelitian
tentang
indikator
Endurance
yaitu
99,1%
mahasiswa
mengganggap bahwa semua masalah pasti ada solusinya dan 98,3% mahasiswa akan mencari solusi dari permasalahan. Namun hanya 5,8% mahasiswa yang tetap berusaha saat mengalami kegagalan. Pada aspek Endurance ini didapatkan 69 mahasiswa (57,98 %) dengan skor dibawah rata-rata ( 24,67 ). 2. Data hasil prestasi belajar Data tentang prestasi belajar diperoleh melalui dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dari hasil penelitian ini diperoleh IPK tertinggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
3,63 dan IPK terendah adalah 2,30 dengan rata-rata IPK 3,14 dan standar deviasi (SD) sebesar 0,272.
prosentase(%)
Distribusi frekuensi untuk variabel prestasi belajar tercantum pada grafik 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
48.7
51.3
Indek Prestasi Kumulatif
di atas Mean di bawah Mean Indeks Prestasi Kumulatif
Gambar 4.6 Prestasi Belajar Grafik diatas menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai indeks prestasi kumulatif di atas rata-rata sebanyak 48,7% (58 mahasiswa) dan yang mempunyai indeks prestasi kumulatif di bawah rata-rata sebanyak 51,3% (61 mahasiswa).
C. Hasil Analisis Data Bivariat Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi Korelasi
Adversity Quotient Prestasi Pearson Correlation 1 .546** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Sumber: Data Primer, 2011
119 .546** .000 119
.000 119 1 119
Nilai korelasi dari penelitian ini positif yaitu sebesar 0,546 dengan nilai commit tokoefisien user p=0,000. Berdasarkan tabel korelasi harga r, bila taraf kesalahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
ditetapkan 5 % (taraf kepercayaan 95 %) dan N = 119, maka rtabel adalah 0,195. Jadi harga rhitung lebih besar dari harga rtabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan positif dan mempunyai tingkat hubungan yang cukup antara adversity quotient dengan prestasi belajar. Selanjutnya untuk menentukan koefisien determinasi yaitu koefisien penentu besar kecilnya sumbangan variable X dan Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan berikut: Koefisien Determinasi = r2x 100% = (0,546)2 x 100 % = 29,81 % Artinya variabel adversity quotient memberikan konstribusi terhadap prestasi belajar sebesar 29,81 %
dari semua faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
A. Kendala dalam Penelitian Kendala-kendala yang dialami selama penelitian diantaranya adalah pada waktu pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari waktu luang dari responden karena kesibukan dari masing-masing responden yang sedang ujian akhir semester, ujian akhir program dan menjalani praktik klinik kebidanan. Peneliti memohon bantuan kepada satu observer untuk membantu dalam pengumpulan data agar data kuesioner cepat terkumpul. Ada beberapa data kuesioner yang belum terisi lengkap oleh karena itu peneliti menyebar kuesioner lagi kepada responden lain sehingga jumlah responden tetap sama.
B. Adversity Quotient Berdasarkan hasil penelitian terhadap
Adversity Quotient didapatkan
52,4% (61 mahasiswa) mempunyai tingkat adversity quotient di bawah skor rata-rata (128,29), sedangkan 47,6 % (58 mahasiswa) dengan skor adversity quotient berada di atas rata-rata. Mahasiswa yang mempunyai adversity quotient yang rendah cenderung kurang memanfaatkan potensi yang dimiliki, sehingga kesulitan-kesulitan dapat menimbulkan kerugian yang besar termasuk mempengaruhi proses
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
belajar dan prestasi belajar bisa menurun. Sedangkan mahasiswa yang memiliki adversity quotient yang tinggi mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi atau dapat memberikan hasil yang terbaik, serta akan selalu termotivasi untuk berprestasi. Mereka akan mengerjakan tugas sebaik mungkin, termasuk mencari informasi serta memanfaatkan peluangpeluang yang tersedia dalam hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Stoltz bahwa individu yang memiliki adversity quotient tinggi akan berusaha aktif bertindak, tidak hanya bersikap pasif menunggu kesempatan datang. Aspek-aspek dari adversity quotient (AQ) mencakup beberapa komponen yaitu Control, Origin, Ownership, Reach, dan Endurance. Untuk aspek yang pertama yaitu control, jika skor pada aspek Control (kendali) semakin rendah maka semakin besar kemungkinan manusia merasa bahwa peristiwa-peristiwa yang buruk berada di luar kendalinya dan hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk mencegah atau membatasi kerugian-kerugiannya (Stoltz, 2005). Hasil penelitian mengenai aspek control ini didapatkan 97,5 % (116 mahasiswa) menerima komentar negatif dari teman sebagai kritik yang membangun dan senang membantu teman yang menghadapi permasalahan. Sebanyak 36,1 % dari total mahasiswa cenderung menghindari hal yang berbahaya. Pada aspek Control ini sebanyak 58 mahasiswa ( 48,73%) yang skornya di bawah rata-rata ( 29,32) dan 51,37% (61 mahasiswa) mempunyai skor control diatas skor rata-rata ( 29,32). Control yang rendah memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
pengaruh yang sangat merusak terhadap kemampuan untuk mengubah situasi dan orang-orang yang sangat rendah kemampuan pengendaliannya sering menjadi tak berdaya saat menghadapi kesulitan karena meningkatkan potensi yang dapat merugikan kinerja, energi, jiwa seseorang yang mempengaruhi proses belajar. Sedangkan semakin tinggi skor control maka semakin besar kemungkinan mahasiswa bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan tetap teguh dalam niat serta gigih untuk mencari suatu penyelesaian (Stoltz, 2005). Aspek yang kedua adalah origin (asal-usul) dan ownership (kepemilikan), orang yang skor origin dan ownership rendah cenderung menempatkan rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi, mereka melihat dirinya sendiri sebagai satu-satunya penyebab atau asal-usul (origin) kesulitan tersebut. Semakin rendah skor origin maka semakin besar kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri sampai melampaui titik batas konstruktif (Stoltz, 2005). Sebaliknya, semakin tinggi skor origin maka semakin besar kecenderungan untuk menganggap sumber-sumber kesulitan itu berasal dari orang lain atau dari luar dan menempatkan peran diri sendiri pada tempat yang sewajarnya dan belajar dari tingkah laku sehingga bisa menjadi orang yang lebih cerdik, lebih cepat, lebih baik atau lebih efektif bila lain waktu menghadapi situasi serupa. Untuk skor ownership, semakin tinggi skor pengakuan atau kepemilikan maka semakin besar orang tersebut mengakui akibat-akibat dari suatu perbuatan, apa pun penyebabnya. Semakin rendah AQ dan skor dalam aspek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
ini, semakin besar kemungkinan orang menganggap diri sendiri sebagai asal mula peristiwa-peristiwa buruk yang bisa berakibat parah pada tingkat stress, ego dan motivasi, orang tersebut juga menolak pengakuan dengan menghindarkan diri dari tanggung jawab untuk menangani situasinya serta menganggap peristiwa-peristiwa yang baik sebagai keberuntungan yang diakibatkan oleh kekuatan-kekuatan dari luar (Stoltz, 2005). Hal tersebut dapat dibuktikan pada penelitian ini, yaitu 100 % dari total mahasiswa berkeyakinan bahwa jika ingin meraih keberhasilan maka harus berusaha lebih baik lagi, dan 98,3 % mahasiswa siap untuk berusaha lebih keras setelah kegagalan yang dialami serta berusaha mencari solusi. Sebanyak 74,8 % (89 mahasiswa) menganggap bahwa kegagalan yang dialami sematamata karena kesalahan sendiri dan bukan disebabkan oleh faktor lingkungan. Hasil skor pada aspek ini yaitu 64 mahasiswa (55,02%) mempunyai skor diatas rata-rata ( 44,98) dan skor tinggi pada aspek origin dan ownership. AQ mengajarkan kepada orang untuk meningkatkan rasa tanggungjawab mereka sebagai salah satu cara memperluas kendali, pemberdayaan dan motivasi dalam mengambil tindakan termasuk kendali, pemberdayaan serta motivasi dalam proses belajar yang bisa meningkatkan prestasi belajar (Stoltz,2005). Aspek ketiga yaitu reach (jangkauan) yaitu sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan. Semakin tinggi skor reach, semakin besar kemungkinan orang akan membatasi jangkauan masalahnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
pada peristiwa yang sedang dihadapi dan menjaga kesulitan supaya tetap berada di tempatnya akan membuat perasaan frustasi, kesukaran-kesukaran hidup dan tantangan hidup menjadi lebih mudah ditangani karena bisa berpikir jernih dan mengambil tindakan yang tepat. Semakin rendah skor reach, semakin besar kemungkinan orang menganggap peristiwa-peristiwa buruk sebagai bencana dengan membiarkan jangkauan kesulitan itu mengurangi kebahagiaan dan ketenangan pikiran sampai tidak berdaya untuk mengambil tindakan (Stoltz, 2005). Hasil penelitian pada aspek reach didapatkan sebanyak 93,3% (111 mahasiswa) dapat memunculkan harapan baru untuk semakin bersemangat menyelesaikan kesulitan. Sebanyak 56,31 % (67 mahasiswa) yang mempunyai skor reach berada di atas rata-rata (29,03) . Aspek yang terakhir yaitu endurance ( daya tahan). Semakin tinggi AQ dan skor endurance maka semakin besar kemungkinan memandang kesuksesan sebagai sesuatu yang berlangsung lama dan menganggap kesulitan dan penyebab-penyebab sebagai sesuatu yang bersifat sementara, cepat berlalu dan kecil kemungkinan terjadi lagi. Dengan optimisme, motivasi dan tindakan positif maka proses belajar akan berjalan lancar dan prestasi belajar bisa meningkat. Semakin rendah skor endurance maka semakin besar orang menunjukkan jenis respon yang memunculkan perasaan tak berdaya atau hilangnya harapan dan akan mempengaruhi proses belajar tidak berjalan lancar dan berpengaruh pada rendahnya prestasi belajar (Stoltz, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Hasil penelitian pada aspek endurance didapatkan 99,1% (118 mahasiswa) mengganggap bahwa semua masalah pasti ada solusinya dan 98,3% mahasiswa akan mencari solusi dari permasalahan. Namun hanya 42,02% (50 mahasiswa) yang mempunyai skor endurance di atas skor rata-rata ( 24,67 ). Pada aspek endurance ini, mahasiswa perlu meningkatkan ketahanan individu yaitu dengan senang hati menyelesaikan tugas, berhenti membuang-buang waktu untuk hal yang sia-sia, berkeyakinan bahwa semua masalah pasti ada solusi dan berusaha mencari solusinya sehingga prestasi belajar bisa meningkat juga.
C. Prestasi Belajar Berdasarkan hasil penelitian terhadap prestasi belajar dengan studi dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) diperoleh IPK tertinggi IPK tertinggi 3,63 dan IPK terendah adalah 2,30 dengan rata-rata IPK 3,14. Mahasiswa yang mempunyai IPK dibawah rata-rata sebanyak 57 mahasiswa. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah kesehatan badan, ada minat dan perhatian yang tinggi, bahan pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, motivasi belajar yang kuat, kematangan berpikir, ada kesiapan untuk belajar, cara orang tua mendidik, hubungan baik orangtua dan anak, suasana rumah dan kos yang mendukung, keadaan ekonomi keluarga dan fasilitas belajar yang mendukung, strategi belajar yang variatif sesuai kurikulum, hubungan baik pengajar dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
mahasiswa, hubungan antar mahasiswa serta kecerdasan yang baik ( Slameto, 2003). Faktor kecerdasan yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain Intelligence quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), Succesfull Intelligence (SI), Multiple Intelligence (MI) dan Adversity Quotient (AQ). Berdasarkan hasil kuosioner Adversity Quotient (AQ) didapatkan 31,93 % mahasiswa mempunyai tingkat adversity quotient di bawah skor rata-rata (128,29) dan sebanyak 68,07 % mahasiswa mempunyai tingkat adversity quotient di atas skor rata-rata.
D. Hubungan antara Adversity Quotient dan Prestasi Belajar Hasil analisis korelasi Adversity Quotient dengan prestasi belajar terdapat hubungan yang positif antara Adversity Quotient dengan prestasi belajar secara signifikan (p = 0,00) dengan koefisien korelasi (r = 0,546) dan kekuatan korelasi yang cukup sehingga dapat diartikan bahwa
Adversity
Quotient mempunyai sumbangan efektif terhadap prestasi belajar sebesar 29,81 %. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang artinya semakin tinggi skor Adversity Quotient maka semakin meningkat pula prestasi belajarnya. Hasil penelitian diatas membuktikan bahwa hipotesis diterima yaitu ada hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan tinjauan teori bahwa kecerdasan termasuk di dalamnya adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Adversity Quotient (AQ) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (Slameto, 2003). Stoltz (2005) mengatakan bahwa Adversity quotient diperlukan untuk menghadapi berbagai kesulitan yang dialami individu dengan mampu berpikir kreatif sehingga bisa menemukan cara untuk mengatasi rintangan dan mampu mencapai keberhasilan. Jadi dalam setiap situasi yang sulit dan tidak mendukung, individu yang memiliki adversity quotient tinggi mampu berpikir kreatif untuk tetap fokus belajar sehingga mendukung proses belajar berjalan lancar serta prestasi belajar bisa meningkat. Faktor keyakinan sangat mempengaruhi bagaimana respon individu terhadap kesulitan dan faktor semangat yang tangguh dan ulet akan mengoptimalkan semua potensinya dalam menghadapi kesulitan (Slotz, 2005). Semangat yang tetap tumbuh untuk sukses akan mempengaruhi tinggi rendahnya adversity quotient, individu yang memiliki adversity quotient yang tinggi senantiasa terdorong untuk mencari penyelesaian terhadap kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar maupun dalam kehidupan. Dorongan untuk mencari penyelesaian tersebut dapat menggerakkannya untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik dengan menggali segala potensi yang dimiliki tanpa batas. Dalam penelitian ini, adversity quotient
mempunyai pengaruh sebesar
29,81 % terhadap prestasi belajar sedangkan 70,19 % ditunjang oleh faktor lain. Faktor lain tersebut yaitu kondisi fisiologis yang lemah, tingkat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
kecerdasan, bakat, minat, perhatian, motivasi, emosi, kemampuan kognitif, kurikulum, program, sarana, tenaga pengajar (dosen), hubungan mahasiswa dengan dosen, masalah keluarga, dan lingkungan kost yang tidak mendukung, yang semuanya dapat mempengaruhi mahasiswa dalam belajar (Slameto, 2003). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Inda Ayu Lestari (2010) dengan judul “ Pengaruh Motivasi Belajar, Minat Belajar dan Adversity Quotient Mahasiswa Akuntansi terhadap Prestasi Akademik”. Perbedaan penelitian ini mulai dari subjek penelitiannya, variabel penelitian, analisis data dan hasil penelitian. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan di Perguruan Tinggi Negeri yang sering praktik klinik di lahan tiap akhir semester dengan kemungkinan banyak mengalami kesulitan dan masalah di lahan, sedangkan penelitian sebelumnya pada mahasiswa akuntansi di Perguruan Tinggi Swasta yang praktik kerja lapangan di semester akhir saja. Variabel penelitian ini adalah bivariat untuk menganalisis hubungan antara Adversity Quotient dan prestasi belajar secara khusus, sedangkan variabel penelitian sebelumnya adalah multivariat untuk mengetahui pengaruh Motivasi Belajar, Minat Belajar dan Adversity Quotient terhadap Prestasi Akademik. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment dengan hasil terdapat hubungan yang positif, signifikan dan korelasi sedang atau cukup antara variabel Advesity Quotient (AQ) terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
variabel prestasi belajar dengan nilai r
hitung
sebesar 0,546 dan
p= 0,00.
Analisis data penelitian sebelumnya dengan uji regresi linear ganda menggunakan uji T dan uji F bahwa secara parsial dengan uji T menunjukkan bahwa variabel motivasi belajar dan minat belajar berpengaruh signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik, tetapi variabel Adversity Quotient tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi akademik. Sedangkan secara bersama-sama dengan menggunakan uji F bahwa motivasi belajar, minat belajar dan Adversity Quotient berpengaruh signifikan terhadap pencapaian prestasi akademik mahasiswa akuntansi di salah satu PTS di Jakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai hubungan antara Advesity Quotient (AQ) dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil skoring kuosioner Advesity Quotient (AQ) menunjukkan tingkatan AQ yang masih kurang karena hanya 53 mahasiswa (44,53%) yang mempunyai tingkat adversity quotient di atas skor rata-rata (128,29), dengan AQ tertinggi 150 dan terendah 108 2. Hasil studi dokumentasi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) menunjukkan prestasi belajar yang masih kurang karena hanya 62 mahasiswa (52,1 %) yang mempunyai IPK di atas rata-rata, dengan IPK tertinggi 3,63 dan terendah 2,30 3. Terdapat hubungan yang positif, signifikan dan korelasi sedang atau cukup antara variabel Advesity Quotient (AQ) terhadap variabel prestasi belajar dengan nilai r hitung sebesar 0,546 dan p= 0,000. 4. Semakin tinggi Advesity Quotient (AQ), semakin meningkat prestasi belajar.
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
B. Saran 1. Bagi
mahasiswa
dapat
meningkatkan
Adversity
Quotient
dengan
meningkatkan aspek ketahanan individu (endurance) dengan tetap optimis dalam menghadapi setiap masalah dan mengikuti training adversity quotient atau pelatihan lainnya sehingga bisa memperlancar proses belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar. 2. Bagi orang tua bisa memberikan kontribusi dengan mendukung dan memfasilitasi anaknya untuk mengikuti training adversity quotient sehingga adversity quotient bisa meningkat dan prestasi belajar mahasiswa meningkat juga. 3. Bagi dosen dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan Adversity Quotient dengan mengadakan training adversity quotient yang diikuti oleh mahasiswa sehingga prestasi belajar mahasiswa meningkat juga. 4. Untuk peneliti selanjutnya, agar diupayakan untuk menambah variabel penelitian, misalnya bakat, minat membaca, perhatian, motivasi belajar, emosi, kurikulum, hubungan dosen dan mahasiswa, hubungan orangtua dan mahasiswa, lingkungan keluarga dan kos agar hasil yang diperoleh lebih komprehensif.
commit to user