HIJAMAH (BEKAM) MENURUT HADITS NABI SAW. (Studi Tematik Hadits)
SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-I) Dalam Ilmu Ushuluddin
Disusun oleh: OKO HARYONO NIM. 4102063
FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
i
HIJAMAH (BEKAM) MENURUT HADITS NABI SAW. (Studi Tematik Hadits)
SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-I) Dalam Ilmu Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadits (TH)
oleh: OKO HARYONO NIM. 4102063
Semarang, 17 Januari 2008 Disetujui oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. H. Zuhad, MA. NIP. 150 228 023
Sri Purwaningsih, M.Ag NIP. 150 285 977
ii
PENGESAHAN Skripsi Saudara : Oko Haryono, Nomor Induk Mahasiswa : 4102063 dengan judul “Hijamah (Bekam) Menurut Hadits Nabi SAW. (Studi Tematik Hadits)” Telah dimunaqosyahkan Oleh Dewan Penguji Fakultas UshuluddinInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang, Pada tanggal : 30 Januari 2008 dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan Program studi Strata Satu (S.I) guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Ushuluddin. Semarang, 30 Januari 2008 Pembantu Dekan III / Ketua Sidang
Dr. H. Yusuf Suyono, MA NIP. 150 203 668 Pembimbing I
Penguji I
Dr. H. Zuhad, MA. NIP. 150 228 023
Hasan Asy’ari Ulamai M.Ag NIP. 150 274 616
Pembimbing II
Penguji II
Sri Purwaningsih, M.Ag NIP. 150 285 977
Muhtarom, M.Ag NIP. 150 279 716 Sekretaris Sidang
Zainul Adfar, M Ag NIP. 150 321 620
iii
MOTTO
ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺍﳌﺜﲎ ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﺍﺑﻮ ﺍﲪﺪ ﺍﻟﺰﺑﲑﻯ ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﻋﻤﺮﻭﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰉ ﺣﺴﲔ ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﷲ ُ ﺰ ﹶﻝ ﺍ ﻧﺎ ﹶﺃ ﻣ:ﻋﻄﺎﺀ ﺑﻦ ﺭﺑﺎﺡ ﻋﻦ ﺃﰉ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ (ﷲ ِﺷﻔﹶﺎ ًﺀ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ُ ﺰ ﹶﻝ ﺍ ﻧﺍ ًﺀ ﺇ ﱠﻻ ﹶﺍﺩ Artinya : Bercerita kepada kami Muhammad bin Mutsanna, bercerita kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, Bercerita kepada kami Amru bin Sa'id bin Abi Husaini, Bercerita kepada kami Atha' bin Abi Rabah, dari Abi Hurairah RA. Dari Nabi SAW. Bersabda : “Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit melainkan Allah juga menurunkan obat(nya).” (HR. Al-Bukhari).1
1
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Ibnul Mughirah bin Bardasbah alBukhari al-Ja'fi, Shahih Bukhari, Kitab at-Tib, Jilid VII, (Semarang : Toha Putra, Tth.), Hlm. 12.
iv
PERSEMBAHAN Keberhasilan Skripsi ini, aku persembahkan kepada : Ayah serta Ibunda yang telah mendidik, membimbing serta mengasihiku sejak kecil hingga aku menyelesaikan studi ini, aku ucapkan beribu terimakasih atas segala bimbingan, dan segala sumbangannya, baik berupa materi maupun non materi serta maafkan anakmu ini yang tidak bisa berbhakti dengan sepenuh hati. Ayah serta Ibundaku kini aku sudah menyelesaikan akademiku. Bapak mertua dan Ibu mertua yang telah memberikan motivasi dalam bentuk materi maupun non-materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Istriku tersayang "Heni Susmitha" yang selalu setia mendampingiku di waktu suka maupun duka, dan yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini. Adik-adikku yang tersayang (Umi Ruaifah, Tri Nur Azizah, Henri Sahab, Restu Maulana) terimakasih atas do'a serta nasehatmu sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini. Keluarga Besar UKM Jam'iyyah Hamalah Al-Qur'an (JHQ) Fakultas Ushuluddin pengurus dan anggotanya, terimakasih atas saran dan kritiknya dan segala bantuannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Keluarga Besar Teater Metafisis Fakultas Ushuluddin pengurus dan anggotanya, terimakasih atas saran dan kritiknya dan segala bantuannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kepada Kawan (Mas Mawardi, Oni, Simon, Kholil, Umam, Kamal, Fuad, Iink, Azis) yang telah banyak membantu saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim Segala puji bagi ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang atas limpahan taufiq dan hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Hijamah (Bekam) menurut Hadist Nabi Saw (Studi Tematik Hadist) ini, disusun guna memperoleh gelar sarjana strata satu (SI) pada ilmu Ushuluddin Jurusan Tafsir dan hadist Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam menyusun skripsi ini penulis dapat melakukan bimbingan dan saran-saran serta bantuan dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Yang terhormat bapak DR. H Abdul Muhaya, M. A, selaku dekan Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. 2. Bapak DR. H Zuhad, M. A., dan Ibu Sri Purwaningsih, M. Ag, selaku dosen dan asisten pembimbing yang telah meluangkan waktu tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusun skripsi ini. 3. Ayahanda dan ibunda tercinta, serta istriku tersayang yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam bentuk materi maupun non-materi, sehingga penulis dapat menyelesaikan program Strata Satu (S.I) jurusan Tafsir dan Hadits di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang. 4. Bapak dan ibu selaku pimpinan perpustakaan yang telah memberikan ijin dan layanan kepustakaan sehingga terwujud penyusunan skripsi. 5. Para dosen pengajar di lingkungan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Tidak terlupakan juga almamater dan pendidikan waktu kecil dan teman-teman yang memberikan support untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini, yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
Pada akhirnya penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis tetap berharap semoga skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi serta para pembaca pada umumnya.
Semarang,17 Januari 2008
Penulis
vii
ABSTRAKSI Hadits atau disebut juga dengan sunnah di samping membahas tentang aturanaturan, petunjuk yang berkaitan dengan kehidupan akhirat, di dalamnya juga mencakup pembahasan tentang masalah keduniawian, misalnya hadits-hadits tentang pengobatan. Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa sesungguhnya penyakit yang diderita oleh seseorang, niscaya memiliki obat. Termasuk obat dan cara pengobatan yang Rasulullah ajarkan kepada ummatnya adalah hijamah (bekam), bahkan dikatakan sebagai sebaikbaik pengobatan. Bekam adalah metode terapi klasik yang kini kembali muncul dan menjadi tren. Pelatihan bekam dan prakteknya menarik minat banyak dokter setelah kajian-kajian ilmiah di berbagai negara di dunia membuktikan efektifitas metode terapi klasik ini. dalam mengobati dan memperingan berbagai keluhan penyakit, khususnya karena bekam memiliki kedudukan istimewa dalam tradisi pengobatan Nabi hingga beliau memberi keistimewaan dalam banyak hadits. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hadits-hadits tentang hijamah (bekam) dan memahami hadits tersebut, memahami pesan moral hadits tentang hijamah (bekam) khususnya yang kontradiktif (bertentangan), untuk mengetahui bagaimana implikasi hijamah (bekam) pada kondisi sosio kultural sekarang ini. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan metode tematik (maudhu’i). Setelah data terkumpul data diolah dan di analisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan analisis kontekstual. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, bahwa bekam pada masa Nabi seperti yang termuat dalam hadist-hadist perintah anjuran untuk bekam tidak memuat atau menguraikan caranya secara jelas akan tetapi dalam hadits tersebut mengindikasikan jenis bekam basah (dengan sayatan) ini sesuai dengan ungkapan dalam hadits Nabi "syartatun mihjam" yang berarti sayatan bekam. Dalam hadits tersebut menjelaskan tentang keutamaan, waktu-waktu yang efektif, dan titik-titik bekam. Menanggapi tentang hadits yang kontradiktif (bertentangan) secara tekstual yaitu berkaitan dengan hadits yang menyatakan batal puasa orang yang membekam dan yang dibekam, menurut penulis bahwa berbekam pada saat berpuasa tidak membatalkan puasa, konteks hadits tersebut menyatakan bahwa yang batal adalah pahala puasanya, karena yang membekam dan yang dibekam sedang asyik membicarakan kejelekan orang lain (ghibah), Menanggapi tentang hadits yang kontradiktif (bertentangan) secara tekstual berkaitan dengan status profesi hajim (tukang bekam) adalah kotor (haram) dikhawatirkan dalam proses bekamnya menggunakan benda-benda yang haram, diantaranya adalah minyak anjing dan sejenisnya, sehinga kalimat yang digunakan dalam satu riwayat adalah "syarrul kasbi mahrul baghyi wa tsamanul kalbi wa kasbul hijami". Kata kasbul hijami disesajajarkan dengan tsamanul kalbi, merupakan indikasi bahwa praktek bekam tidak lepas dari praktek yang diharamkan, selagi mengunakan barang-barang yang diharamkan syara’. Jadi pada dasarnya profesi bekam tidak dilarang yang dilarang adalah jika pada praktek bekam mengunakan barang-barang yang diharamkan syara’. Implikasi hijamah (bekam) pada kondisi sosio kultural sekarang mempunyai implikasi yang positif di masyarakat. yaitu dalam hal menyembuhkan penyakit, selain efektif dan efesien, dari segi biaya juga terjangkau. Selain itu, tali silaturrahmi antara
viii
satu dengan yang lainnya menjadi erat kembali. Pengaruh bekam pada kondisi sosio kultural sekarang ini sangat besar baik dalam hal menyembuhkan penyakit maupun dalam hal lainnya termasuk di dalamnya adalah menarik perhatian para peneliti. Bahwa bekam ini menjadi perhatian besar di Negara Eropa dan Amerika. Terapi bekam ini cukup populer diantaranya pada perguruan tinggi dan akademi yang mengajarkan kurikulum pengobatan alternatif.
ix
TRANSLITERASI Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah huruf-huruf Arab dengan hurufhuruf latin beserta perangkatnya. Pedoman transliterasi dalam skripsi ini meliputi a. Konsonan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
HURUF ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ﻩ ء ي
NAMA HURUF alif ba ta tsa jim hā khā dāl dzal rā zā sin syin shād dhād thā zhā ‘ain ghāin fā qāf kāf lam mim nun wawu hā hamzah yā
x
SIMBOL Tidak dihentikan b t ts j h kh d dz r z s sy sh dh th zh ‘ gh f q k l m n w h ….’ y
b. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf/transliterasinya berupa huruf dan tanda baca, contoh :
ﻗﺎﻝdibaca qala ﻗﻴﻞdibaca qila ﻳﻘﻮﻝdibaca yaqulu c. Ta Marbuthah Transliterasi yang menggunakan : Ta marbuthah yang mati atau mendapatkan harakat sukun, transliterasinya h. Contoh : ﻃﻠﺤﺔdibaca talhah 1. Sedangkan pada kata yang terakhir dengan ta marbuthah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbuthah itu ditransliterasikan dengan h. Contoh :
ﺍﻻﻃﻔﺎﻝ ﺭﻭﻇﺔ
dibaca raudah al-atfal
d. Kata Sandang Transliterasi kata sandang dibedakan menjadi dua macam 1. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Contoh : ﺍﻟﺮﺣﻴﻢdibaca ar-Rahimu 2. Kata sandang diikuti huruf qomariyah Kata sandang yang diikuti huruf qomariyah ditransliterasikan sesuai degan bunyinya. Contoh : ﺍﳌﻠﻚdibaca al-Maliku
xi
e. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf, ditulis terpisah, hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazimnya dirangkaikan dengan kata lain. Karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh :
ﺳﺒﻴﻼ ﺍﻟﻴﻪ ﺍﺳﺘﻄﺎﻉ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺍﺯﻗﲔ ﺧﲑ ﳍﻮ ﺍﷲ ﻭﺍﻥ
dibaca Man istatha’a ilaihi sabila dibaca Wa innallaha lahuwa khairur raziqin
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….i PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………………….ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………..iii HALAMAN MOTTO……………………………………………………………….….iv HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………….…...v KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..vi ABSTRAKSI…………………………………………………………………………..viii PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………………………x DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..xiii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………1 B. Pokok Masalah…………………………………………………………………..5 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………...5 D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………............6 E. Metodologi Penelitian……………………………………………………………8 F. Sistematika penulisan…………………………………………………………..10 BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG HIJAMAH (BEKAM) A. Pengertian Hijamah (Bekam)….……………………………………………….12 B. Macam-macam Hijamah (Bekam)……………………………………………...17 BAB III. HIJAMAH (BEKAM) DALAM HADITS NABI SERTA PRAKTEK HIJAMAH PRA KENABIAN DAN PASCA KENABIAN A. Hadits-Hadits tentang Hijamah (Bekam)……………………………………....26 1. Beberapa Hadits yang mendukung Hijamah (bekam)……………………26 a. Hadits tentang keutamaan hijamah (bekam)…………………………...26 b. Hadist tentang waktu yang efektif untuk berbekam (hijamah) dan titik-titik bekam……………………….30
xiii
2. Hadits-Hadits tentang Hijamah yang kontradiktif (bertentangan) secara tekstual…………………………..35 a. Hadits tentang berbekam (hijamah) pada saat berpuasa………………..35 b. Hadits tentang Status profesi Hajim (tukang bekam)…………………..42 B. Praktek Hijamah Pra kenabian dan Pasca kenabian……………………………44 BAB IV. ANALISIS A. Hijamah (Bekam) yang sesuai dengan Hadits Nabi SAW…………….……….50 B. Implikasi hijamah (bekam) pada kondisi sosio kultural sekarang ini…………54 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………………………….59 B. Saran-saran……………………………………………………………………..61 C. Penutup…………………………………………………………………………62 Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH Al-Qur’an yang secara harfiyah bisa dimaknai sebagai “Bacaan yang sempurna”, merupakan suatu nama pilihan dari Allah yang sungguh tepat. Selain satu sisi al-Qur’an merupakan sebuah dokumen bagi semua ummat Nabi Muhammad SAW, di sisi lain kitab ini juga merupakan petunjuk bagi ummat manusia (Hudal linnas). Oleh sebab itulah, tak ayal jika ummat Islam menyebutnya selain sebagai pedoman hidup, juga meripakan dokumen serta petunjuk bagi ummat Islam sedunia.1 Selain al-Qur’an yang sering dijadikan sebagai dokumen dan petunjuk bagi perjalanan hidup di dunia adalah al-Hadits yang merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua, hadits seringkali dijadikan rujukan dalam berbagai aspek kehidupan karena itu hadits nabi SAW. memiliki fungsi yang berkaitan dengan AlQur’an itu sendiri yaitu sebagai penjelas dan penjabar Al-Qur’an.2 Berkaitan dengan itu, ada satu jalan untuk mencapai keridhaan Allah SWT. Dan bisa mendapatkan kecintaannya yaitu mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. dan berjalan di atas sunnah beliau sebagimana Allah SWT. berfirman dalam surat Ali Imran ayat : 31 :
ª!$#uρ 3 ö/ä3t/θçΡèŒ ö/ä3s9 öÏøótƒuρ ª!$# ãΝä3ö7Î6ósム‘ÏΡθãèÎ7¨?$$sù ©!$# tβθ™7Åsè? óΟçFΖä. βÎ) ö≅è% ∩⊂⊇∪ ÒΟ‹Ïm§‘ Ö‘θàxî Artinya : “Katakanlah (Muhammad) jika kamu (benar-benar) mencintai Allah SWT. ikutilah aku, niscaya Allah SWT. akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu (QS. Ali Imran : 31).3 1
Fazlur Rahman, Tema-tema Al-Qur’an,Terj. Annas Wahyudin, (Bandung : Pustaka, 1983), hlm. 1. 2 Hasbi As Syidiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988), Cet. Ke-8, hlm. 178-179. 3 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya ; (Semarang : Toha Putra, 1989), Juz III, hlm. 80.
1
Hadits atau yang disebut juga dengan sunnah adalah : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW. baik perkataan, perbuatan maupun ketetapan.4 Nabi Muhammad SAW. yang selain dinyatakan sebagai Rasulullah, juga dinyatakan sebagai manusia biasa. Dalam sejarah bahwa Nabi Muhammad SAW. berperan dalam banyak fungsi antara lain sebagai Rasulullah, kepala Negara, pemimpin masyarakat, panglima perang, hakim dan pribadi. Al-Hadits yang merupakan sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW. mengandung petunjuk yang pemahaman dan penerapan perlu dikaitkan dengan peran Nabi Muhammad SAW. tatkala hadits itu terjadi. Segi-segi yang berkaitan erat dengan diri Nabi Muhammad SAW. dan suasana yang melatarbelakangi ataupun terjadinya Al-Hadits tersebut mempunyai kedudukan penting dalam pemahaman suatu hadits yang harus diketahui. Mungkin suatu hadits tertentu lebih tepat dipahami secara tersurat (tekstual) sedang Al-Hadits lainnya lebih tepat dipahami secara tersirat (kontekstual). Pemahaman dan penerapan Al-Hadits secara tekstual dilakukan bila Al-Hadits yang bersangkutan setelah dihubungkan dengan segi-segi yang berkaitan denganya, misalnya : latar belakang terjadinya, tetap menuntut pemahaman sesuai apa yang tertulis dalam teks al-hadits yang bersangkutam.5 Hadits atau disebut juga dengan sunnah di samping membahas tentang aturan-aturan, petunjuk yang berkaitan dengan kehidupan akhirat, di dalamnya juga mencakup pembahasan tentang urusan keduniawian, misalnya haditshadits tentang pengobatan. Rasulullah menjelaskan bahwa sesungguhnya penyakit yang diderita oleh seseorang, niscaya memiliki obat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
4
Subkhi As-salih, Membahas Ilmu-ilmu Hadits, Alih bahasa Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1995), Cet. II, hlm. 15. 5 HM. Suhudi Ismail, Hadits Nabi yang tekstual dan kontekstual,(Jakarta : Bulan Bintang, 1994), Cet. I, hlm. 6.
2
ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺍﳌﺜﲎ ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﺍﺑﻮ ﺍﲪﺪ ﺍﻟﺰﺑﲑﻯ ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﻋﻤﺮﻭﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺃﰉ ﺣﺴﲔ :ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﻋﻄﺎﺀ ﺑﻦ ﺭﺑﺎﺡ ﻋﻦ ﺃﰉ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ 6
(ﷲ ِﺷﻔﹶﺎ ًﺀ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ُ ﺰ ﹶﻝ ﺍ ﻧﺍ ًﺀ ﺇ ﱠﻻ ﹶﺍﷲ ﺩ ُ ﺰ ﹶﻝ ﺍ ﻧﺎ ﹶﺃﻣ
Artinya : Bercerita kepada kami Muhammad bin Mutsanna, bercerita kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, Bercerita kepada kami Amru bin Sa'id bin Abi Husaini, Bercerita kepada kami Atha' bin Abi Rabah, dari Abi Hurairah RA. Dari Nabi SAW. Bersabda : “Tidaklah Allah menurunkan satu penyakit melainkan Allah juga menurunkan obat(nya).” (HR. AlBukhari). Termasuk obat dan cara pengobatan yang Rasulullah ajarkan kepada umatnya adalah Hijamah (bekam).sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
ﺣﺪﺛﲎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮ ﲪﻦ ﺃﺧﱪ ﻧﺎ ﺷﺮﻳﺢ ﺑﻦ ﻳﻮﻧﺲ ﺃﺑﻮ ﺍﳊﺎ ﺩﺙ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺮﻭﺍﻥ ﺑﻦ ﺳﺠﺎﺡ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻠﻢ ﺍﻷﻓﻄﺴﻰ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﲑ ﻋﻦ ﺇﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﺍﻟﺸﻔﺎﺀ ﰱ ﺛﻼﺛﺔ ﰱ ﺷﺮﻃﺔ ﳏﺠﻢ: ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ 7 (ﻰ ﺍﻣﱴ ﻋﻦ ﺍﻟﻜﻰ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯﺍﻭﺷﺮﺑﺔ ﻋﺴﻞ ﺍﻭ ﻛﻴﻪ ﺑﻨﺎﺭ ﻭﺍ Artinya : Berkata kepada saya Muhammad bin Abdurrahman, memberi kabar kepada kami Syari’ bin Yunus Abul Hadits, berkata kepada kami Marwan bin Sujaj, berkata kepada kami Salim Al-Aftas dari Said bin Jabir, dari Ibnu Abbas RA. dari Nabi SAW. bersabda : “Obat itu terdapat pada tiga hal, pada Sayatan pembekam, atau meminum madu, atau alat penyetrikaan (sundutan api), dan aku melarang umatku dari penyetrikaan.”(HR. Bukhari)
Bahkan Hijamah (bekam) dikatakan sebagai sebaik-baik pengobatan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. : 6
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Ibnul Mughirah bin Bardasbah al-Bukhari al-Ja'fi, Shahih Bukhari, Kitab at-Tib, Jilid VII, (Semarang : Toha Putra, Tth.), hlm. 12. 7
Ibid., hlm. 12.
3
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳛﻲ ﺑﻦ ﺃﻳﻮﺏ ﻭﻗﺘﻴﺒﺔ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﻭﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺇﲰﻌﻴﻞ ﻳﻌﻨﻮﻥ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ ﻋﻦ ﲪﻴﺪ ﻗﺎﻝ ﺳﺌﻞ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﻛﺴﺐ ﺍﳊﺠﺎﻡ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﺣﺘﺠﻢ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺣﺠﻤﻪ ﺃﺑﻮ ﻃﻴﺒﺔ ﻓﺄﻣﺮ ﻟﻪ ﺑﺼﺎ ﻋﲔ ﻣﻦ ﻃﻌﺎﻡ ﺇﻥ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﺎ ﺗﺪﺍﻭﻳﺘﻢ ﺑﻪ ﺍﳊﺠﺎﻣﺔ ﺍﻭﻫﻮ: ﻭﻛﻠﻢ ﺃﻫﻠﻪ ﻓﻮﺿﻌﻮﺍ ﻋﻨﻪ ﻣﻦ ﺧﺮﺍﺟﻪ ﻭﻗﺎﻝ 8 (ﻣﻦ ﺃﻣﺜﻞ ﺩﻭﺍﺋﻜﻢ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya : Bercerita kepada kami Yahya bin Ayub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ali bin Hajr, berkata kepada kami Isma'il Ya'nun bin Ja'far, dari Humaid, Ia berkata : Annas bin Malik pernah ditanya tentang pekerjaan membekam, maka Ia berkata : "Rasulullah SAW. pernah berbekam dan yang membekam beliau adalah Abu Thaibah, beliau memerintahkan agar Abu Thaibah diberi dua sha' makanan dan berbicara kepada keluarganya, maka mereka membebaskan pajaknya. Kemudian beliau bersabda :" Sebaik-baik obat yang kamu gunakan untuk berobat adalah berbekam atau berbekam adalah obat yang paling baik bagimu." (HR. Muslim).
Bekam adalah metode terapi klasik yang kini kembali muncul dan menjadi tren. Pelatihan bekam dan prakteknya menarik minat banyak dokter setelah kajian-kajian ilmiah diberbagai negara di dunia membuktikan efektifitas metode terapi klasik ini dalam mengobati dan memperingan berbagai keluhan penyakit. Khususnya karena bekam memiliki kedudukan istimewa
dalam
tradisi
pengobatan
Nabi
hingga
beliau
memeberi
keistimewaan dalam banyak hadits.9 Berkaitan dengan hal di atas di Indonesia pada saat sekarang ini juga banyak sekali bermunculan pengobatan hijamah (bekam) ini. Mereka mengatakan bahwa hijamah (bekam) adalah merupakan pengobatan cara Nabi, pengobatan yang merupakan sunnah Nabi, mungkin karena banyak sekali hadits-hadits yang mebahas tentang hijamah (bekam) ini. Mereka ingin 8
Imam Abil Husaini Muslim bin Hujaj Ibnu Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi, Jamius Shahih, Kitab Masaqah, Jilid I, (Bairud, Darul Fikr, Tth.), hlm. 39. 9
DR. Aiman Al-Husaini, Bekam Mu’jizat Pengobatan Nabi SAW., Terj. M. Misbah, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2005), hlm. 11.
4
menghidupkan kembali sunnah Nabi yang sudah lama ditinggalkan oleh umat Islam. Melihat fenomena di atas penulis sangat tertarik untuk meneliti hijamah (bekam) ini. Yaitu berkaitan dengan pemahaman hadits-hadits tentang hijamah (bekam), kemudian penulis fokuskan kepada pemahaman terhadap Hadits-hadits tentang hijamah yang kontradiktif (berlawanan) secara tekstual untuk mengambil pesan moral yang ada di dalamnya. Di samping itu penulis juga membahas bagaimana implikasi hijamah terhadap sosio kultural sekarang yang berawal dari pandangan Nabi tentang hijamah (bekam) dalam berbagai aspek kehidupan dan ibadah. Atas pertimbangan dan alasan di atas mengilhami penulis untuk menyusun skripsi ini dengan judul," HIJAMAH (BEKAM) MENURUT HADITS NABI SAW.
(STUDI
TEMATIK
HADITS)".
B. POKOK MASALAH Dari gambaran di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana memahami hadits-hadits tentang hijamah (bekam) khususnya yang kontradiktif (bertentangan) secara tekstual? 2. Bagaimana Implikasi hijamah (bekam) pada kondisi sosio kultural sekarang ini?
C. TUJUAN PENELITIAN Berawal dari judul, latar belakang dan permasalahan tersebut, maka tujuan peneliti adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hadits-hadits tentang hijamah (bekam) dan memahami pesan moral hadits tentang hijamah (bekam) khususnya yang kontradiktif (bertentangan) secara tekstual. 2. Untuk mengetahui bagaimana implikasi hijamah (bekam) pada kondisi sosio kultural sekarang ini?
5
D. TINJAUAN PUSTAKA Sejauh pengetahuan penulis, ada beberapa karya ilmiah yang mengkaji masalah hijamah (bekam), maka di bawah ini penulis akan memaparkan beberapa kajian yang telah diteliti oleh peneliti lain yang nantinya untuk dijadikan sandaran teori dan sebagai perbandingan dalam mengupas berbagai permasalahan ini. Diantaranya penulis paparkan sebagai berikut : Dalam buku karya Ibnu Qayyim al-Jawziyyah yang berjudul “Attibun Nabawi” (Pengobatan cara Nabi), beliau memaparkan dan menjelaskan hadits-hadits Nabi yang berkaitan dengan petunjuk Nabi dalam hal pengobatan, baik itu pengobatan dengan obat-obatan alamiah maupun perawatan pengobatan Ilahi dan Rohani, di samping itu juga dijelaskan tentang indikasi obat-obatan, makanan tertentu yang disebutkan oleh Nabi SAW. Pengobatan dengan obat-obatan alamiah yang dipaparkan oleh Ibnu Qayyim al-Jwziyyah diantaranya adalah hijamah (bekam) di situ dipaparkan tentang petunjuk Nabi dalam pengobatan dengan madu, hijamah (bekam), dan membakar dengan besi. Kemudian juga dipaparkan hadits-hadits tentang waktu-waktu yang tepat untuk berbekam (hijamah). Penulis juga menemukan karya ilmiah yang lain berjudul “Pedoman penyembuhan penyakit menurut ajaran Rasulllah SAW.” Karya M. Halabi Hamdi, diantara yang di bahas dalam buku tersebut adalah petunjuk Nabi tentang penyembuhan secara natural dan tradisional, diantaranya adalah penyembuhan dengan metode bekam (hijamah). Kemudian dalam buku yang berjudul “Bekam Cara Pengobatan menurut sunnah Nabi SAW.” yang diterjemahkan oleh : M. Abdul Ghaffar,EM. dari kitab Manhajus Salamah Fiimaa Warada Fil Hijamah, Karya DR. Muhammad Musa Alu Nashr. Di dalam bukunya beliu memaparkan lebih dari 40 hadits di beberapa bab mengenai keutamaan bekam, bagian-bagian posisi berbekam, waktu-waktu dan syarat-syaratnya. Selain itu beliau
juga
kelebihannya
menyebutkan serta
beberapa
kebutuhan
ummat
6
manfaat
hijamah
padanya
(bekam)
sekarang
ini.
dan Pada
pembahasannya dilampirkan pula beberapa gambar yang memperjelas bagianbagian posisi bekam sekaligus mengenalkannya. Di dalam buku yang berjudul “Bekam Mu’Jizat Pengobatan Nabi SAW.” yang diterjemahkan oleh Nuhammad Misbah dari kitab Mu’jizat Assyifa’ bi Al Hijamah wa Kasat Al Hawa’ , karya DR. Aiman Al Husaini, dijelaskan beberapa metode bekam Islami, dikombinasikan dengan beberapa metode bekam dalam pengobatan China dan Asia, serta memformulasikannya dengan metode modern yang fleksibel dan sekaligus tidak berbeda jauh dari pengalaman dan keyakinan masa lalu yang telah banyak di buktikan oleh berbagai penelitian. Di situ juga dipaparkan hadits-hadits tentang bekam (hijamah) serta animo para dokter untuk mempelajari seni bekam dan caracara pelaksanaannya dengan berpijak pada dasar-dasar yang sehat. Kemudian di dalam Buku Karya Ust. Fatahilah seorang pakar dan praktisi Bekam, yang berjudul “Keampuhan Bekam, Pencegahan dan Penyembuhan penyakit Warisan Rasulullah.” Di dalam bukunya dijelaskan tentang hidup sehat cara Islami, kemudian juga dijelaskan tentang pengertian bekam, sejarah bekam, menfaat bekam bagi kesehatan, macam-macam bekam, alat-alat bekam, titik-titik bekam, waktu untuk berbekam,di situ juga dipaparkan beberapa hadit tentang bekam. Setelah penulis melihat beberapa karya ilmiah di atas, di situ juga membahas tentang hijamah yang akan di bahas oleh penulis dalam penelitian ini, akan tetapi ada perbedaan antara karya ilmiah diatas dengan penelitian ini. Dalam karya ilmiah di atas menjelaskan bahwa hijamah adalah merupakan pengobatan menurut sunnah Nabi, dengan disertai oleh beberapa hadits sebagai landasan atau dasar. Akan tetapi dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan kepada pemahaman terhadap hadits-hadits tentang hijamah (bekam) khususnya yang kontradiktif (berlawanan) secara tekstual, untuk menggali pesan moral yang ada di balik hadits tersebut. Di samping itu penulis juga membahas bagaimana implikasi hijamah terhadap sosio kultural sekarang yang berawal dari pandangan Nabi tentang hijamah (bekam) dalam berbagai aspek kehidupan dan ibadah.
7
E.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai hijamah (bekam) menurut hadits Nabi SAW. ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian ini bukanlah penelitian lapangan, sebaliknya penelitian ini merupakan penelitian literature murni atau penelitian kepustakaan (Library reseach). 1. Sumber Data Dalam pengumpulan data ini di ambil dari beberapa sumber sebagai berikut : a. Sumber Primer, yaitu “ Informasi yang secara langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap
pengumpulan dan
penyimpanan data, sumber semacam ini dapat disebut juga dengan data atau informasi dari satu orang ke orang lain.10 Adapun sumber primer kajian ini adalah kitab hadits (kutubut tis’ah) yang memuat hadits-hadits tentang hijamah (bekam). b. Sumber Sekunder, yaitu “ Informasi yang secara tidak langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang ada
padanya
atau
suatu
buku-buku
yang
berkaitan
dengan
permasalahan.” Sumber data yang digunakan dalam kajian ini adalah : Buku-buku, Karya Ilmiah, Artikel-Artikel, Majalah dan lain-lain yang berkaitan dengan tema yang dibahas dalam penelitian ini. 2. Metode Pengumpulan Data a. Metode Tematik (maudhu’iy) Metode Tematik (maudhu’iy) adalah “menafsirkan Al-Qur’an (ayat-ayat Al-Qur’an) sesuai dengan tema yang telah ditetapkan atau tafsira yang mengkaji masalah-masalah khusus ayat-ayat Al-Qur’an dengan masalah yang dibahas.11 Menurut Abd. al-Hayy al-Farmawi, metode tematik atau maudhu’iy adalah “Menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai 10
Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung : Angkasa, 1993), hlm. 42. 11 M. Rifai, Mengapa Tafsir Al-Qur’an Di butuhkan (Semarang : Wicaksana, t.th.), hlm. 119.
8
maksud yang sama, dalam arti sama-sama membicarakan satu topik masalah yang menyusunnya berdasarkan kronologi serta sebab tunnya ayat tersebut.12 Menurut M. Baqir al-Shadr sebagaimana yang dikutip Muhammad Nur Ikhwan, mendefinisikan metode maudhu’iy adalah “Metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur’an dengan cara memilih sebuah pokok masalah yang mempunyai tujuan satu, kemudian dikaji dari berbagai sudut pandang”.13 Untuk pendekatan maudhu’iy pada hadits tidak jauh beda dengan pendekatan maudhu’iy pada tafsir, sehingga dalam pendekatan ini peneliti berusaha menghimpun hadits-hadits tentang hijamah (bekam) yang mempunyai maksud sama, dalam arti sama-sama membicarakan satu topik masalah kemudian penulis memberi keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan.
3. Metode Analisis Data a. Deskriptif Analisis Deskriptif Analisis adalah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan, juga menafsirkan data yang ada serta menginterpretasikan data yang ada.14 Dalam hal ini penulis memaparkan data yang ada yaitu berupa hadits-hadits Nabi tentang hijamah (bekam) dan mengklasifikasikan juga menafsikannya. Dalam mengklasifikasikan hadits tentang hijamah tersebut penulis melihat bahwa terdapat Hadits-hadits yang mendukung hijamah dan haditshadits yang memandang negatif hijamah (Hadits-hadits yang kontradiktif secara tekstual).
12
Abd. Al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’I : Suatu Pengantar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 36. 13 M. Nur Ichwan, Memasuki Dunia Al-Qur’an, (Semarang : Lubuk Karya, 2001), hlm.. 266. 14 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1985), hlm. 139.
9
b. Analisis Kontekstual Analisis kontekstual adalah “Metode yang menghasilkan atau memadukan perkembangan masa lampau, kini dan mendatang. Metode ini digunakan untuk data Al-Qur’an dan Hadits sebagai sentral dan terapan masa lampau, kini, dan masa yang akan datang.15 Sehingga makna yang tersirat dari ayat dari ayat Al-Qur’an dan Hadits dengan berawal dari pengertian kontekstual. Metode Analisis kontekstual ini penulis gunakan dalam memahami
hadits-hadits
tentang
hijamah
(bekam),
karena
bagaimanapun untuk memahami hadits harus mengetahui konteks pada saat hadits itu turun, baik mengenai asbabul wurudnya maupun culture ataupun setting social, kemudian penulis kaitkan pada saat sekarang dan masa yang akan datang, kemudian dalam hal ini penulis lebih memfokuskan kepada pemahaman terhadap hadits-hadits tentang hijamah (bekam) yang kontradiktif.
F.
SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini di susun secara sistematis dan terperinci, terdiri dari Bab dan sub Bab yaitu sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Pokok Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika penulisan
BAB II. Membicarakan Gambaran umum tentang Hijamah (bekam) sebagai landasan teori pada penelitian ini, yang mencakup Pengertian Hijamah, Macam-macam Hijamah.
BAB III. Berbicara tentang Hijamah (Bekam) Dalam Hadits Nabi Serta Praktek Hijamah Pra Kenabian Dan Pasca Kenabian. Sub A. Membahas Hadits-Hadits tentang Hijamah mencakup 1. Beberapa Hadits yang 15
M. Nur Ichwan, op.cit, hlm. 69-70.
10
mendukung hijamah (bekam), yang membahas : Hadits tentang keutamaan hijamah (bekam), Hadits tentang waktu-waktu yang efektif untuk hijamah (bekam) dan titik-titik hijamah (bekam). 2. HaditsHadits tentang Hijamah yang kontradiktif (bertentangan) secara tekstual, yang meliputi : Hadits tentang berbekam pada saat berpuasa, Hadits tentang Status profesi sebagai hajim (tukang bekam). Kemudian Sub B. membahas Praktek Hijamah Pra kenabian dan Pasca kenabian.
BAB IV. Analisis, yang membahas tentang Hijamah (Bekam) yang sesuai dengan Hadits Nabi SAW. dan Implikasinya pada kondisi sosio kultural sekarang ini.
BAB V. Penutup, mencakup kesimpulan dan saran-saran.
11
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG HIJAMAH (BEKAM)
A. Pengertian Hijamah (Bekam) 1. Secara etimologi Secara etimologi kata hijamah memiliki dua makna: Pertama : Kata Hijamah berasal dari kata hajama merupakan kata kerja yang berarti menyedot. Misalnya seperti kalimat hajama tsadya ummihi berarti anak menghisap susu ibunya. dengan demikian yang dimaksud dengan hijamah adalah menyedot sejumlah darah dari tempat tertentu (dengan tujuan mengobati satu organ tubuh atau penyakit tertentu). Demikian makna populer seperti yang dijelaskan dalam kitab Mu’jam Lisan Al-Arab. Kedua : terambil dari kata hajjama yang berarti mengembalikan sesuatu pada volumenya yang asli dan mencegahnya untuk berkembang. Dengan demikian yang dimaksud dengan hijamah adalah menghentikan penyakit agar tidak berkembang.1 Sedangkan dalam kamus Arab-Indonesia disebutkan bahwa secara etimologis
berbekam
berasal
dari
kata:
ﻳﺤﺠﻢ – ﺣﺠﻤﺎ- ﺣﺠﻢ
yang berarti membekam orang sakit. Sedangkan bentuk nounnya adalah
اﻟﺤﺠﻤﺔYang mempunyai arti pekerjaan membekam, sedangkan isim failnya adalah ﺣﺎﺟﻢyang berarti tukang bekam.2 Adapun aktifitas berbekam adalah berasal dari kata اﺣﺘﺠﻢ ,sementara media bekam disebut اﻟﻤﺤﺠﻤﺔdan badan yang dibekam disebut
ﻣﺤﺠﻢ3
1
Dr. Aiman Al-Husaini, “Bekam Mukjizat Pengobatan Nabi SAW”, Alih Bahasa Muhammad Misbah” (Jakarta: Pustaka Azzan, 2005), Cet. II., hlm. 15 2 Mahmud Yunus, “Kamus Arab Indonesia”, (Jakarta: Hida Karya Agung,tth), hlm. 9798 3 A. W. Munawir, “Kamus Munawir Arab Indonesia Terlengkap”, (Surabaya: Pustaka Progresif, tth) hlm. 240
12
2. Hijamah Menurut Istilah Ada beberapa istilah yang dipakai dalam bentuk terapi yang satu ini, Diantaranya; Hijamah istilah dalam bentuk bahasa arab, bekam istilah melayu, cupping istilah dalam bahasa Inggris, ghu-sha dalam bahasa cina, cantuk dan kop istilah yang dikenal orang Indonesia. Al-hijamah adalah sebutan awal yang dipakai adalah terapi jenis ini, setelah itu muncul istilah-istilah yang digunakan untuk memudahkan dalam penyebutan dan pemahaman disetiap bangsa. Istilah Al-hijamah berasal dari bahasa arab yang artinya “pelepasan darah kotor”. Terapi ini merupakan pembersihan darah dan angin, dengan mengeluarkan sisa toksid dalam tubuh melalui permukaan kulit dengan cara menyedot. Alat yang digunakan dalam melakukan cantuk terbuat dari tanduk kerbau atau sapi, gading gajah, bambu, gelas, atau dengan alat vakum yang bersih dan higinies.4 Kata hijamah juga bisa disebut dengan cupping therapy (terapi gelas) kaitanya dengan bekam kering. Bisa juga kita sebut cupping therapy ala Islam, apabila kita ingin mengaitkan terapi ini dengan masyarakat arab atau kaum muslimin, atau cara therapy (pengobatan) yang dilakukan Nabi kita yang mulia Nabi MuhammadSAW, bisa juga kita sebut Blood Letting (penyedotan darah) dan penyebutan ini berkenaan dengan bekam basah untuk menyedot darah yang rusak. Terapi ini juga bisa kita sebut cupping and blood letting (terapi bekam dan penyedotan darah) bila kita ingin menggabungkan antara operasi bekam kering dan bekam basah, juga bisa kita sebut sebagai terapi gelas disertai operasi irisan untuk menunjuk kepada prick (bekam tusukan).5 Bekam merupakan suatu teknik pengobatan, berdasarkan tradisi (sunnah) Rosulullah Saw yang telah lama dipraktekkan oleh manusia sejak zaman dahulu kala, kini pengobatan ini dimodernkan dan telah disesuaikan serta mengikuti kaidah-kaidah ilmiah, dengan menggunakan suatu alat yang praktis dan efektif serta efek samping. Teknik pengobatan bekam adalah 4
Ust. Fatahillah, “Keampuhan Bekam (Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Warisan Rosulullah)”, (Jakarta: Qultum Media, 2007) cet.II., hlm. 21 5 Dr. Aiman Al_Husaini., op. cit., hlm.16
13
suatu proses membuang darah kotor (toksin-racun) yang berbahaya dari dalam tubuh, melalui permukaan kulit.6 Kulit adalah organ yang terbesar dalam tubuh manusia, karena itu banyak toksin/racun yang berkumpul di sana. Dengan berbekam dapat membersihkan darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Inilah suatu detoksifikasi (proses pengeluaran racun) yang sangat berkesan serta tidak ada efek sampingnya. Berbekam sangat berkesan untuk melegakan atau menghapus kesakitan memulihkan fungsi tubuh serta memberi seribu harapan pada penderita untuk terus beriktiar mendapat kesembuhan.7 Bekam mulai terkenal pada zaman Mesir kuno, meskipun prakteknya sudah dilakukan sejak zaman Rosulullah, bahkan Rosulullah SAW sendiri telah melakukan pengobatan melalui berbekam. Perkembangan bekam dalam upaya penyembuhan terdapat dua versi, versi pertama dalam bukunya Aiman yang brjudul bekam mukjizat pengobatan Nabi Muhammad SAW dijelaskan bahwa peramu obat dari China yang bernama Xi Hung (341-281 SM.) adalah orang pertama yang menggunakan bekam. Ia menyedot darah dengan melukai bagian tubuh yang dituju, kemudian menghisap darah dari tempat tersebut dengan gelas yang terbuat dari tanduk binatang (seperti banteng dan sapi). Ia menggunakan cara ini juga untuk menghilangkan penyakit bisul dan koreng. Mengingat hubungan bekam dengan tanduk hewan, maka dalam masyarakat China bekam disebut Jiaofa yang berarti metode tanduk. Dalam babat leluhur kerajaan Tang disebutkan bahwa terapi dengan bekam
6
Toksin adalah endapan racun/ zat kimia yang tidak dapat diuraikan oleh tubuh kita. Toksin ini berada pada hampir setiap orang, toksin-toksin ini berasal dari pencernaan udara, maupun dari makanan yang banyak yang mengandung zat pewarna, zat pengembang, penyedap rasa, pemanis, pestisida sayuran dan lain-lain. 7 Berbekam dapat menghilangkan rasa sakit di bahu dan tenggorokan jika dilakukan pada bagian kuduk, juga dapat menghilangkan rasa sakit pada bagian kepala, seperti : muka, gigi, telinga dan hidung jika penyakit itu disebabkan oleh terjadinya penyumbatan pada darah atau rusaknya jaringan darah. Lihat: Dr. Indah Sy,. A. Su’udi, “Menjadi Dokter Muslim” Metode Ilahiah, Alamiah dan ilmiah, (Surabaya: PT. Java Pustaka, 2006), hlm.20-21
14
digunakan untuk penyakit paru-paru (atau yang sejenisnya). Pada masa yang relatif lebih modern di masa kerajaan Kouei-Yang.8 Pada zaman Mesir kuno, di mana kehidupan mereka mempunyai aktifitas berdagang yang tidak hanya antar suku tapi juga menjangkau ke berbagai bangsa. Perjalanan jauh dan cukup melelahkan, membuat kondisi tubuh merasa tidak nyaman, maka mereka berupaya untuk mengurangi rasa sakit di bagian anggota tubuhnya yang dirasa sakit, dengan mengeluarkan cairan-cairan darah yang dianggap mempengaruhi keseimbangan atau metabolisme tubuhnya. Alhasil, cara tersebut memberikan dampak yang positif terhadap anggota tubuh yang dirasakan tidak nyaman. Tindakan ini merupakan metode pembersihan darah yang tidak saja memberikan kenyamanan, keseimbangan dan menjaga metabolisme tubuh. Akan tetapi merupakan salah satu cara untuk penyembuhan penyakit dengan cara pelepasan/pengeluaran darah dari anggota tubuh.9 Ada empat cara pengeluaran darah yang dilakukan: 1. Pembedahan Melalui Arteri Pembedahan arteri adalah pengeluaran darah bersih yang diproduksi jantung untuk dialirkan keseluruh tubuh.pembedahan ini sangat baik membantu metabolisme tubuh, karena memberi rangsangan kepada tubuh untuk memproduksi sel darah baru. 2. Pembedahan Melalui Vena Pembedahan vena adalah pengeluaran darah dari seluruh tubuh yang akan mengalir balik ke jantung. Hal ini sangat membantu kerja jantung dalam proses pembersihan darah. 3. Pembedahan Permukaan Kulit Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia dan paling banyak berkumpulnya toksid (racun), maka cara inilah yang paling popular dalam pengeluaaran toksid. Endapan-endapan racun yang berasal dari makanan yang mengandung zat pewarna, penyedap, pengawet, pemanis 8
Aiman Al-Husaini, op.cit., hlm. 17-18 Ust. Fatahillah, “Keampuhan Bekam (Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Warisan Rosulullah)”, (Jakarta: Qultum Media, 2007) cet.II., hlm.22. 9
15
serta pencemaran udara, dan pestisida untuk menyemprot hama tanaman/sayuran. Sisa-sisa racun tersebut banyak berkumpul dipermukaan bawah kulit, yang semuanya sangat membahayakan tubuh manusia. Inilah salah satu cara detoksifikasi yang sangat berkesan dan tidak ada efek samping. Oleh karena itu, metode ini sangat dikenal dan dianjurkan sejak zaman Rosulullah SAW hingga saat ini, yang dikenal dengan al-hijamah atau bekam. Perkembangan sains dan teknologi menjadikan cara pengobatan ini lebih praktis, efektif dan higienis serta mengikuti kaidahkaidah yang telah diilmiahkan, sehingga memudahkan setiap orang untuk melakukan terapi ini. 4. Penyedotan Dengan Lintah Meskipun cara ini mendekati dengan pembedahan kulit, tetapi terapi ini menggunakan lintah yang ditempelkan pada organ tubuh yang sakit atau titik-titik tertentu, yang terjadi pembekuan darah. Lintah ditempelkan pada permukaan kulit untuk kemudian menghisap darah yang dianggap mengganggu peredaran darah dari seluruh tubuh. Lintah akan berhenti menghisap darah apabila tubuh sudah tidak dapat menampung darah lagi dan lintah tersebut akan mati dengan sendirinya. Pada zaman dahulu metode-metode seperti itu banyak dilakukan karena merupakan cara pelepasan darah yang sangat penting dalam menjaga, merawat dan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Hippocrates (460-377 SM), Celsus (53 SM-7 Motivasi berprestasi), Aulus Cornelius Gallen (200-300 M) adalah manusia yang memopulerkan cara pelepasan darah di zamannya. Pembedahan selalu dilakukan pada lengan, badan, di atas Occipital (bagian belakang kepala), Auricular (telinga), bagian depan kepala, atau bagian tubuh yang dirasakan sakit, dalam melakukan pengobatan tersebut, jumlah darah yang keluar cukup banyak. Sehingga, tidak jarang pasien pingsan. Cara ini juga sering dilakukan orang-orang Romawi,
16
Greek, Byzantium, Itali, dan para rahib yang meyakini akan keberhasilan dan kasiatnya.10 B. Macam-macam Hijamah (Bekam) Kemajuan teknologi menjadikan alat bekam lebih mudah dan praktis dalam menggunakannya. Sehingga, kreatifitas cara menerapkan alatnya pun disesuaikan dengan kebutuhan dalam mencari kesembuhan terhadap rasa sakit yang dirasakan. Pada awalnya bekam hanya dikenal dengan dua cara. Yaitu, bekam basah dan bekam kering. Tapi sekarang, selain dari macam bekam tersebut, masyarakat juga mengenal bekam seluncur dan tarik. Macam-macam bekam yang telah dikenal masyarakat diantarannya: 1. Bekam Basah (wet cupping) Bekam basah adalah bekam yang menggunakan goresan pada kulit setelah meletakkan gelas udara, dengan tujuan menyedot sejumlah darah yang stagnan di tempat tertentu.11 Metode pembekaman ini merupakan cara pengeluaran darah statis atau darah kotor yang dapat membahayakan tubuh jika tidak dikeluarkan. Bekam basah merupakan bekam kering yang mendapatkan tambahan perlakuan, yaitu darahnya dikeluarkan dengan cara disayat pada daerah yang dibekam. Hal itu termasuk jenis al-fashdu lokal yang digunakan oleh kedokteran modern di beberapa bidang. Khususnya sebelum ditemukannya banyak obat pada pertengahan kedua abad ke-20. dan dengan demikian,bekam sangat bermanfaat sekaligus penunjang bagi obat-obat yang lain.12 - Caranya: 1. Lakukan pemijatan dan urut seluruh anggota badan dengan minyak but-but, zaitun, dan minyak habbatussauda, selama -/+ 5-10 menit,
10
Ibid., hlm. 23 Aiman Al-Husaini, op.cit., hlm. 60. 12 DR. Muhammad Musa Alu Nashr, Bekam Cara Pengobatan Menurut Sunnah Nabi SAW., (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2005). hlm. 35-36 11
17
agar peredaran darah menjadi lancar. Sehingga hasil pengeluaran toksid lebih optimal. 2. Hisap/vacuum dengan gelas kaca pada permukaan kulit yang sudah ditentukan titik-titiknya, 3-5 kali pompa. Biarkan selama 2-3 menit untuk memberikan kekebalan pada kulit saat dilakukan penyayatan. 3. Lepas gelas kaca tersebut, kemudian basuh permukaan kulit dengan alcohol. Lakukan penyayatan atau torehan dengan pisau bedah (blade surgical)
atau
jarum
(lancing),
sayatan
disesuakan
dengan
diameter/lingkaran gelas kaca tersebut. Hisap/vacuum kembali 3-5 kali pompa dan biarkan selama 3-5 menit sambil dipanaskan dengan infrafil. 4. Buang darahnya dan tampung pada mangkok kecil, kemudian lakukan pembekaman lagi di tempat yang sama. Biarkan selama 2-3 menit. Lakukan hal ini maksimal lima kali pembekaman diwaktu dan hari yang sama. 5. Bekas sayatan/torehan diberi anti seftic atau minyak but-but, agar tidak terjadi infeksi dan lukanya cepat sembuh. Hindaari terkena air selama 1-2 jam. 6. Pembekaman dapat dilakukan setiap hari pada titik yang berbeda dan berikan jangka waktu 2-3 pekan pada titik yang sama. 7. Sebaiknya dilakukan diagnosa terlebih dahulu sebelum dilakukan pembekaman.13 Metode pembekaman seperti ini sangat dianjurkan Rosulullah SAW, karena sangat efektif dalam penyembuhan berbagai penyakit. Alasan ini dikuatkan dengan Hadits Rasulullah SAW.
ﺣﺪﺛﲎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮ ﲪﻦ ﺃﺧﱪ ﻧﺎ ﺷﺮﻳﺢ ﺑﻦ ﻳﻮﻧﺲ ﺃﺑﻮ ﺍﳊﺎ ﺩﺙ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺮﻭﺍﻥ ﺑﻦ ﺳﺠﺎﺡ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻠﻢ ﺍﻷﻓﻄﺴﻰ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﲑ ﻋﻦ ﺇﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ 13
Ust. Fatahillah, op.cit., hlm. 43
18
ﺍﻟﺸﻔﺎﺀ ﰱ ﺛﻼﺛﺔ ﰱ ﺷﺮﻃﺔ ﳏﺠﻢ: ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ 14 (ﻰ ﺍﻣﱴ ﻋﻦ ﺍﻟﻜﻰ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯﺍﻭﺷﺮﺑﺔ ﻋﺴﻞ ﺍﻭ ﻛﻴﻪ ﺑﻨﺎﺭ ﻭﺍ Artinya : Berkata kepada saya Muhammad bin Abdurrahman, memberi kabar kepada kami Syari’ bin Yunus Abul Hadits, berkata kepada kami Marwan bin Sujaj, berkata kepada kami Salim Al-Aftas dari Said bin Jabir, dari Ibnu Abbas RA. dari Nabi SAW. bersabda : “Obat itu terdapat pada tiga hal, pada Sayatan pembekam, atau meminum madu, atau alat penyetrikaan (sundutan api), dan aku melarang umatku dari penyetrikaan.”(HR. Bukhari) Manfaat bekam basah (al-hijamah) Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari melakukan bekam basah, di antaranya: 1. Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat meningkatkan aktifitas saraf tulang belakang (vetebra) 2. Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan pengapuran pada pembulu darah (arteriosclerosis). 3. Menghilangkan rasa pusing-pusing, memar dibagian kepala, wajah, migrain dan sakit gigi. 4. Menghilangkan kejang-kejang dan keram yang terjadi pada otot. 5. Memperbaiki permeabilitas pembuluh darah. 6. Sangat bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia, dan angina pectoris. 7. Membantu dalam pengobatan mata. 8. Bagi wanita, dapat membantu mengobati gangguan rahim dan berhentinya haid. 9. Menghilangkan sakit bahu, dada dan punggung. 10. Membantu mengatasi kemalasan, lesu dan banyak tidur. 11. Dapat menyembuhkan penyakit encok dan reumatik. 12. Dapat mengatasi gangguan kulit, alergi, jerawat, dan gatal-gatal. 13. Dapat mengatasi radang selaput jantung dan radang ginjal. 14
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Ibnul Mughirah bin Bardasbah al-Bukhari al-Ja'fi, Shahih Bukhari, Kitab at-Tib, Jilid VII, (Semarang : Toha Putra, Tth.), hlm. 12.
19
14. Mengatasi keracunan. 15. Dapat menyembuhkan luka bernanah dan bisul.15 Konsep bekam basah berpijak pada pemahaman bahwa darah yang "rusak" merupakan sumber penyakit dan terganggunya kesehatan. Apa yang dimaksud dengan darah rusak? Di dalam darah terdapat sel-sel darah merah yang telah tua (maksudnya lemah dan telah melewati usia 120 hari), endapanendapan darah, serta berbagai unsur negatif yang sampai kedalam darah melalui berbagai cara, termasuk pengaruh obat-obatan dan polusi kimiawi yang beraneka ragam. Darah yang rusak ini berputar mengikuti sirkulasi darah, dan ia cenderung mengendap dan berkumpul di tempat-tempat tertentu di bagian atas punggung. Karakternya adalah aliran lemah dan gerak darah lambat pada pundak dan dua urat leher, serta di bagian-bagian tubuh lainnya.16 Ketika seseorang terbebas dari darah yang rusak dan stagnan ini, maka tubuh terbebas dari ampas-ampas negatif yang tidak dibutuhkan tubuh yang dapat menghambatnya. Selanjutnya, semakin kuat pula aliran darah yang bersih dan mengandung sel-sel darah merah keseluruh organ tubuh, sehingga dapat menyegarkannya. Tubuh kembali memperoleh keseimbangan alaminya, serta vitalitas dan kekebalan tubuhnya semakin meningkat. Pada tataran lain, kondisi tersebut menciptakan keseimbangan aliran kekuatan di dalam tubuh. Para tabib China meyakini bahwa terjadinya sumbatan pada aliran-aliran ini dapat mengakibatkan penyakit, karena kesehatan menuntut adanya pancaran kekuatan melalui aliran-alirannya yang khusus.17 2. Bekam Kering (Dry Cupping) Bekam kering adalah bekam dengan cukup meletakkan gelas udara di atas bagian tubuh tertentu (biasanya di punggung) yang bisa melancarkan aliran darah.18
15
Ustd Fatahilah, op.cit., hlm. 45 Aiman Al-Husaini, op.,cit., hlm. 39-40 17 Ibid., hlm. 41 18 Ibid., hlm. 60. 16
20
Metode ini hanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri atau melenturkan otot-otot, terutama pada punggung atau badan bagian belakang. Tindakan ini dilakukan untuk penyakit ringan. -
caranya :
1. Massage/urut seluruh badan bagian belakang dengan minyak but-but atau minyak zaitun, selama 5 menit. 2. Hisap/vakum pada gelas kaca pada permukaan kulit dan pada titik-titik yang sudah ditentukan. Hal ini sebaiknya dilakukan 3-5 kali pompa dan biarkan selama 10-15 menit. 3. Lepas gelas kaca tersebut dan massage/urut kembali bekas bekam dengan minyak but-but dan zaitun selama 2-3 menit. -
Manfaat bekam kering:
1. Mengatasi masalah masuk angin. 2. Menghilangkan rasa sakit pada paru-paru yang kronis. 3. Menahan derasnya darah haid dan hidung mimisan. 4. Meringankan rasa sakit dan mengurangi penumpukan darah. 5. Melenturkan otot-otot yang tegang 6. Radang urat syaraf dan radang sumsum tulang belakang. 7. Pembengkakan Liver 8. Radang ginjal dan 9. Wasir.19 Bekam kering ini juga dimungkinkan juga untuk menggantikan metode pengobata autohemotherapy pada anak-anak atau orang yang sulit ditemukan urat venanya karena usia yang sudah tua. Autohemotherapy (memindahkan dari urat vena orang yang sakit dan dimasukan lagi dengan cara disuntikan kedalam urat vena itu sendiri) adalah cara yang umum dalam menghilangkan alergi.20 3. Bekam Meluncur
19 20
Ustd. Fatahillah, op.cit., hlm. 46 DR. Muhammad Musa Alu Nashr, op. cit., hlm. 35
21
Metode ini sebagai pengganti kerokan yang dapat membahayakan kulit karena dapat merusak pori-pori. Tindakan ini bermanfaat untuk membuang angin pada tubuh, melemaskan otot-otot, dan melancarkan peredaran darah. - Caranya : 1. Massage/urut seluruh badan bagian belakang dengan minyak but-but, minyak zaitun, atau habbatussauda secukupnya sebagai pelumasan. 2. Hisap/vakum dengan gelas kaca pada permukaan kulit 1-3 kali pompaan. Kemudian gerakan gelas kaca tersebut keseluruh tubuh bagian belakang dengan perlahan-lahan, sampai nampak kemerahan. Hal ini cukup dilakukan selama 2-3 menit. 3. Lepas gelas kaca tersebut dan massage/urut dengan minyak but-but dan zaitun selama 2-3 menit. 4. Bekam Tarik Model ini hanya menghilangkan rasa nyeri atau penat di bagian dahi, kening, dan bagian yang pegal-pegal. - Caranya : Dengan menyedotkan gelas kaca secukupnya di dahi atau di bagian yang pegal, kemudian ditarik berulang-ulang sampai kulit menjadi kemerahan. Tindakan ini dapat dilakukan sendiri atau dengan rileks.21 Sebelum berbekam seseorang hendaknya harus memperhatikan waktu yang tepat dan waktu yang baik untuk bekam adalah pada pertengahan bulan, karena darah kotor berhimpun dan lebih terangsang (darah sedang pada puncak gejolak). Anas Bin Malik r.a. menceritakan bahwa: “Rosulullah SAW biasa melakukan hijamah pada pelipis dan pundaknya. Beliau melakukannya pada
hari
ketujuhbelas,
kesembilan
belas
atau
keduapuluhsatu.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad). Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan penjagaan diri terhadap penyakit. Adapun untuk pengobatan penyakit, maka harus dilakukan kapanpun pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini imam Ahmad melakukan bekam pada hari apa saja ketika 21
Ustd. Fatahillah, op.cit., hlm. 48
22
diperlukan. Hal ini berdasarkan ucapan Rosulullah SAW: “jangan sampai mengalami ketidaksetabilan darah, karena itu bisa mematikan.”22 Disamping
memperhatikan
waktu
yang
paling
tepat
untuk
melaksanakan bekam maka seseorang ahli bekam dan pemakai bekam sebagai pengobatan harus memperhatikan larangan dalam berbekam. Adapun beberapa keadaan yang harus dihindari dan merupakan lawan dari aspek kegunaan bekam dengan sayatan adalah infeksi kulit, infeksi umum dan diabetes. Berlaku juga pada beberapa orang yang mempunyai struktur tubuh lemah,23 orang tua renta yang sakit tanpa daya dan upaya. Penderita tekanan darah sangat rendah (dianjurkan minum habbatus sauda’), penderita sakit kudis. Penderita diabetes mellitus. Perut wanita yang sedang hamil. Wanita yang sedang haid. Orang yang sedang minum obat pengencer darah. Penderita leukemia, thrombosit, alergi kulit serius. Orang yang sangat letih/kelaparan/kenyang/kehausan/gugup.24 Dan juga pada saat dikhawatirkan berlangsungnya pendarahan yang terus menerus ditempat penyayatan yang disebabkan oleh adanya beberapa gangguan dalam masa pendarahan dan pengumpulan (bleeding time and clotting time) dan (protombin), hal tersebut terjadi pada beberapa penyakit, seperti, himophilia dan gagal liver.25 Anggota bagian tubuh yang tidak boleh dibekam : Mata, telinga, hidung, mulut, putting susu, alat kelamin dan dubur. Area tubuh yang banyak simpul limpa. Area tubuh yang dekat pembulu besar. Bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang dan jaringan luka.26 Tidak disenangi oleh para ahli bekam untuk melakukan bekam pada saat sedang kenyang, karena hal itu akan mengakibatkan penyumbatan darah atau penyakit parah lainya, apalagi makanan yang dikonsumsi terlalu berat dan kasar.
22
Indah Sy,. A. Su’udi, op.cit., hlm.24 DR. Muhammad Musa Alu Nashr, op.cit., hlm. 37 24 Indah Sy,. A. Su’udi, op.cit., hlm. 25 25 DR. Muhammad Musa Alu Nashr, op.cit.,hlm. 37 26 Indah Sy,. A. Su’udi, op.cit. hlm. 26 23
23
Imam Asy-Syuyuti menukilkan dari ibnu Umar, bahwa berbekam dalam keadaan perut kosong itu adalah paling baik karena dalam hal itu terdapat kesembuhan. Sedangkan apabila dilakukan pada saat kenyang dapat menimbulkan penyakit. Maka disarankan bagi yang hendak berbekam tidak makan-makanan berat 2-3 jam sebelumnya. Apabila berbekam yang pada siang hari, waktu yang paling baik dilaksanakan adalah pukul 14.00 atau 15.00 dan seharusnya itu dilakukan seusai mandi, kecuali pada orang yang darahnya kental, maka harus mandi air hangat terlebih dahulu, hingga tubuhnya menghangat, baru kemudian dilakukan pembekaman.27 Penyembuhan melalui bekam ini tidak hanya dilakukan oleh laki-laki, tetapi juga boleh dilakukan oleh wanita. Dari jabir bin 'Abdillah r.a. bahwa Ummu Salamah pernah meminta izin kepada Rosulullah SAW., untuk berbekam, lalu Nabi SAW., menyuruh Abu Thayyibah agar membekam Ummu Salamah. Jabir bercerita, "Aku kira beliau bersabda: 'Dia (Abu Thayyibah adalah saudara persusuan Ummu Salamah atau dia masih kecil (belum baligh) yang belum mimpi basah.28 Dari 'Abbad bin Manshur, dia bercerita: " Aku pernah mendengar Ikrimah mengatakan: 'Ibnu ' Abbas pernah memiliki pembantu tiga orang tukang bekam. ' Dua diantaranya mendidihkan air untuknya dan untuk keluarganya, sementara satu dari mereka membekam dan membekam keluarga. Abu Abbas Al-Qurthubi mengatakan: "Permintaan izin Ummu Salamah kepada Nabi Saw untuk berbekam adalah dalil bahwa wanita tidak sepatutnya melakukan suatu pengobatan terhadap dirinya sendiri atau yang semisalnya, kecuali atas izin suaminya, karena adanya kemungkinan hal itu akan menjadi penghalang bagi haknya atau mengurangi tujuannya. Jika dalam amalan-amalan Sunnah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt tidak boleh dikerjakan oleh seorang wanita kecuali seizin suaminya, maka akan lebih tepat baginya untuk tidak melakukan pendekatan lainya, kecuali jika 27 28
DR. Muhammad Musa Alu Nashr, op. cit., hlm. 37-38 Ibid., hlm. 77
24
keadaan sangat darurat, baik karena takut akan kematian atau sakit yang sangat parah. Yang terakhir ini tidak lagi memerlukan izin, karena ia telah termasuk ke dalam hal yang wajib dilakukan. Selain itu bekam dengan yang semakna dengannya yang memerlukan keterlibatan orang lain, maka harus ada izin dari suami, agar suami bisa melihat siapa yang boleh melakukan hal tersebut dan tindakan yang boleh dilakukan. Tidakkah engkau mengetahui bahwa Nabi Saw pernah memerintahkan Abu Thayyibah untuk membekam Ummu Salamah ketika beliau mengetahui terdapat persaudaraan yang menjadi jalinan sebab antara keduanya boleh melakukan hal tersebut, sebagaimana yang dikatakan perawi: 'Aku kira dia (Abu Thayyibah) adalah saudara persusuan atau anak yang masih kecil yang belum bermimpi (basah/baligh). Tidak diragukan lagi bahwa memperhatikan hal tersebut merupakan hal yang wajib saat terjadi kasus seperti itu. Jika tidak terjadi hal seperti itu lalu keadaan darurat memaksa untuk meminta bantuan orang lain yang sudah tua, maka hal tersebut diperbolehkan, karena (untuk) memilih mudharat yang lebih ringan.29Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan: " Hukum mengobati wanita oleh pria diambil dari hadits tersebut melalui qiyas. Hukum tersebut tidak berlaku sebelum hijab, atau seorang wanita melakukan bekam meminta izin dengan dibantu oleh suami atau mahramnya. Sedangkan hukum meminta izin maka dibolehkan bagi laki-laki asing untuk melakukan pengobatan ketika dalam keadaan darurat, dengan hanya melakukan hal yang dibutuhkan saja, berkaitan dengan pandangan, sentuhan tangan, dan lainlain.30
29
Dilihat dari segi fiqih, di dalam hadits tersebut terkandung makna yang menunjukan bahwa seorang mahram diperbolehkan melihat beberapa bagian dari wanita mahramnya yang tidak boleh dilihat oleh laki-laki asing. Demikian juga anak-anak, karena seringnya, bekam pada wanita itu dilakukan pada bagian yang tidak boleh dilihat oleh laki-laki asing, misalnya bagian tengkuk, kepala, dan kedua betis. 30 Ibid., hlm. 78
25
BAB III HIJAMAH (BEKAM) DALAM HADITS NABI SERTA PRAKTEK HIJAMAH PRA KENABIAN DAN PASCA KENABIAN
A. Hadits-Hadits Tentang Hijamah (Bekam) Beberapa redaksi hadits tentang hijamah atau berbekam hasil dari penelusuran sembilan kitab hadits yang tergabung dalam kutub tis’ah berjumlah kurang lebih 95 hadits, penulis paparkan sebagai berikut : 1. Penggunaan kata ﺍﳊﺠﺎﻣ ﹶﺔberjumlah 14 hadits 2. Penggunaan kata ﺍﳊﺠﺎﻣ ﹸﺔberjumlah 9 hadits 3. Penggunaan kata ﺍﳊﺠﺎﻣ ِﺔberjumlah 18 hadits 4. Penggunaan kata ﻢ ﺠ ﺣ berjumlah 12 hadits 5. Penggunaan kata ﻡ ﺎﺤﺠ ﺍﹾﻟberjumlah 16 hadits 6. Penggunaan kata ﳏﺠﻢberjumlah 9 hadits 7. Penggunaan kata اﺣﺘﺠﻢberjumlah 14 hadits Kemudian setelah hadits-hadits tersebut telah terkumpul, penulis memilah dan mengklasifikasikannya menjadi beberapa pembahasan yaitu : pertama, haditshadits yang mendukung hijamah (bekam), kedua, hadits-hadits yang kontradiktif (bertentangan) secara tekstual. 1. Beberapa Hadits Yang Mendukung Hijamah (Bekam) a. Hadits tentang keutamaan hijamah (bekam) -
Hadits riwayat Bukhari
ﺣﺪﺛﲎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮ ﲪﻦ ﺃﺧﱪ ﻧﺎ ﺷﺮﻳﺢ ﺑﻦ ﻳﻮﻧﺲ ﺃﺑﻮ ﺍﳊﺎ ﺩﺙ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺮﻭﺍﻥ ﺑﻦ ﺳﺠﺎﺡ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻠﻢ ﺍﻷﻓﻄﺴﻰ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﲑ ﻋﻦ ﺇﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ 26
ﺍﻟﺸﻔﺎﺀ ﰱ ﺛﻼﺛﺔ ﰱ ﺷﺮﻃﺔ ﳏﺠﻢ: ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ 1 (ﻰ ﺍﻣﱴ ﻋﻦ ﺍﻟﻜﻰ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯﺍﻭﺷﺮﺑﺔ ﻋﺴﻞ ﺍﻭ ﻛﻴﻪ ﺑﻨﺎﺭ ﻭﺍ Artinya : Berkata kepada saya Muhammad bin Abdurrahman, memberi kabar kepada kami Syari’ bin Yunus Abul Hadits, berkata kepada kami Marwan bin Sujaj, berkata kepada kami Salim Al-Aftas dari Said bin Jabir, dari Ibnu Abbas RA. dari Nabi SAW. bersabda : “Obat itu terdapat pada tiga hal, pada Sayatan pembekam, atau meminum madu, atau alat penyetrikaan (sundutan api), dan aku melarang umatku dari penyetrikaan.”(HR. Bukhari) - Hadits riwayat Muslim
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳛﻲ ﺑﻦ ﺃﻳﻮﺏ ﻭﻗﺘﻴﺒﺔ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﻭﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺇﲰﻌﻴﻞ ﻳﻌﻨﻮﻥ ﺑﻦ ﺟﻌﻔﺮ ﻋﻦ ﲪﻴﺪ ﻗﺎﻝ ﺳﺌﻞ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﻋﻦ ﻛﺴﺐ ﺍﳊﺠﺎﻡ ﻓﻘﺎﻝ ﺍﺣﺘﺠﻢ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺣﺠﻤﻪ ﺃﺑﻮ ﻃﻴﺒﺔ ﻓﺄﻣﺮ ﻟﻪ ﺑﺼﺎ ﻋﲔ ﻣﻦ ﻃﻌﺎﻡ ﺇﻥ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﺎ ﺗﺪﺍﻭﻳﺘﻢ ﺑﻪ ﺍﳊﺠﺎﻣﺔ ﺍﻭﻫﻮ: ﻭﻛﻠﻢ ﺃﻫﻠﻪ ﻓﻮﺿﻌﻮﺍ ﻋﻨﻪ ﻣﻦ ﺧﺮﺍﺟﻪ ﻭﻗﺎﻝ 2 (ﻣﻦ ﺃﻣﺜﻞ ﺩﻭﺍﺋﻜﻢ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya : Bercerita kepada kami Yahya bin Ayub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ali bin Hajr, berkata kepada kami Isma'il Ya'nun bin Ja'far, dari Humaid, Ia berkata : Annas bin Malik pernah ditanya tentang pekerjaan membekam, maka Ia berkata : "Rasulullah SAW. pernah berbekam dan yang membekam beliau adalah Abu Thaibah, beliau memerintahkan agar Abu Thaibah diberi dua sha' makanan dan berbicara kepada keluarganya, maka mereka membebaskan pajaknya. Kemudian beliau bersabda :" Sebaik-baik obat yang kamu gunakan untuk berobat adalah berbekam atau berbekam adalah obat yang paling baik bagimu." (HR. Muslim).
Penjelasan hadist :
1
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Ibnul Mughirah bin Bardasbah al-Bukhari al-Ja'fi, Shahih Bukhari, Kitab at-Tib, Jilid VII, (Semarang : Toha Putra, Tth.), hlm. 12. 2 Imam Abil Husaini Muslim bin Hujaj Ibnu Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi, Jamius Shahih, Kitab Masaqah, Jilid I, (Bairud, Darul Fikr, Tth.), hlm. 39.
27
Dalam hadist pertama Nabi SAW mengakhirkan penyebutan kay dan melarang umatnya dari cara pengobatan ini, karena pengobatan ini mengandung unsur penyiksaan dan lainnya. Kemudian mendahulukan bekam daripada madu dan kay, ini berkaitan dengan pengobatan yang paling baik sebagaimana disebutkan dalam hadist yang kedua "sesungguhnya sebaik-baik obat yang kamu gunakan untuk berobat adalah bekam atau berbekam adalah obat yang paling baik bagimu. " 3. Kemudian ucapan Nabi SAW "Syartatun" berarti sayatan atau goresan, kemudian "Mihjam" berarti tempat goresan bekam. Mihjam bisa berarti alat yang digunakan untuk mengumpulkan darah bekam. Ada juga yang mengartikan Mihjam adalah gelas yang digunakan untuk menghimpun bagian yang di bekam, dan di tempat itu pula darah terhimpun. Kata tersebut adalah bentuk jamak sedangkan bentuk tunggalnya adalah al-Mihjamah. Menanggapi hadits yang pertama, menurut Dr. Muhammad Alu Nasr dalam bukunya "Bekam cara pengobatan menurut Sunnah Nabi SAW." Berpendapat bahwa Nabi tidak bermaksud memfokuskan pengobatan pada tiga hal itu, karena kesembuhan itu bisa juga melalui hal lainnya. Hanya saja beliau menyebutkan ketiganya sebagai pokok penyembuhan. Karena berbagai penyakit yang disebabkan oleh imti'aliyah (kelebihan/kesenakan), baik itu berupa darah, cairan empedu, lendir, maupun melancholia, dan cara penyembuhan penyakit yang berkenaan dengan darah itu adalah dengan mengeluarkan darah. Bekam itu disebut secara khusus karena banyak digunakan oleh bangsa Arab dan sudah akrab di kalangan mereka. Kemudian Nabi menyebutkan pengobatan madu, karena pada madu terdapat banyak sekali khasiatnya seperti yang dirangkum oleh Imam al-Baghdadi dan juga selainnya, dimana mereka mengatakan : "membersihkan berbagai macam substansi merugikan yang mungkin menumpuk dalam pembuluh-pembuluh darah dan usus, serta mencegah zat-zat reduksi yang merusak, menyuci kotoran perut, serta menghangatkannya secara normal. Juga dapat membuka pembuluh darah,
3
Shihab al Badri Yasin, Bekam Sunnah Nabi & Mukjiizat Medis, Penerj. Abu Umar Basyir dkk, (Solo: Al-Qowan , 2005 ) cet, II, hlm, 10-11
28
menguatkan lambung, liver, ginjal, kandung kemih, serta berbagai macam saluran pembungan dan masih banyak khasiat lainnya . 4 Adapun sabda Beliau mengenai al-kay (sundutan api) menempati urutan terakhir sebagai cara pengobatan. Rasulullah melarang hal tersebut. Padahal terdapat kesembuhan padanya cara pengobatan terakhir ini dilarang karena menimbulkan rasa sakit yang luar biasa lagi sangat berbahaya. Oleh karena itu di dalam pepatahnya, bangasa arab mengungkapkan : "Obat terakhir adalah al-kay (sundutan api). 5 Dalam buku Bekam Cara Pengobatan Menurut Sunnah Nabi SAW. Shihab Al-Badri Yasin mengutip pendapat Al'Allamah Al-Albani r.a berkomentar dalam Muukhtasor 'sy-Syama'ili l-Muhammadiyyah, "Pernyataan ini ditujukan kepada penduduk Hijaz dan penduduk negeri-negeri beriklim panas yang keadaannya seperti mereka. Perintah berbekam itu berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan zaman, tempat, dan karakter''. Menurut Shihab Al-Badri Yasin bahwa komentar beliau ini masih bisa diperdebatkan : Pertama : Meski pernyataan Nabi di atas bisa jadi mengandung isyarat untuk penduuduk Hijaz, akan tetapi redaksi hadist tersebut bersifat umum seluruh umat, tidak dikhususkan bagi penduduk Hijaz dan penduduk negeri-negeri beriklim panas yang kesadaannya mirip dengan mereka. Kedu : Istilah hijamah (bekam) mengandung makna fashd (mengeluarkan darah dari tubuh), sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama dan dikuatkan oleh penjelasan dalam
Ath-Thibbun-Nawawi oleh Ibnul Qoyyum. Diriwayatkan dari
Nabi SAW bahwa beliau bersabda :
(( ))ﺧﲑ ﻣﺎ ﺗﺪﺍﻭﻳﺘﻢ ﺑﻪ ﺍﳊﺠﺎ ﻣﺔ ﻭﺍﻟﻔﺼﺪ Artinya : "Sebaik-baiknya obat yang kalian gunakan adalah bekam dan 'fashd'. " Dalam hadist lain :
4
DR. Muhammad Musa Alu Nashr, Bekam Cara Pengobatan Menurut Sunnah Nabi SAW., (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2005). hlm. 69 5 Ibid., hlm. 71
29
(( ))ﺧﲑ ﺍﻟﺪﻭﺍﺀ ﺍﳊﺠﺎ ﻣﺔ ﻭﺍﻟﻔﺼﺪ Artinya : " Sebaik-baik obat adalah bekam dan 'fashd'.''6 Bila dikatakan bahwa bekam hanya diperuntukkan bagi penduduk negaranegara berudara panas, sedangkan fashd adalah untuk penduduk Negara-negara berudara dingin, maka bisa diketahui bahwa salah satu makna bekam adalah fashd. Berdasarkan hal itu, maka pernyataan Nabi SAW, "Sebaik-baik yang kalian gunakan untuk berobat", merupakan pernyataan yang ditujukan kepada seluruh umat. Namun, sebenarnya bekam sendiri bukan cara pengobatan yang khusus untuk para penduduk negeri-negeri beriklim panas, demikian pula fashd tidak hanya berlaku untuk para penduduk negeri-negeri beriklim dingin. Hal itu disebabkan beberapa alas an, salah satunya adalah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Kitabu ath-Thibb dari Jabir r.a yang berkata, "Nabi SAW pernah mengutus seorang dokter kepada Ubay, lantas dokter itu 'memutus' salah satu uratnya." Maksud "memutus urat" di sini adalah pengobatan dengan metode fashd. Padahal Ubay adalah penduduk Madinah yang beriklim panas. Bekam juga bermanfaat bagi orang berbadan kurus, sedangkan fashd lebih bermanfaat bagi yang berbadan gemuk. Di samping itu, bagi anak-anak bekam bermanfaat daripada fashd.7 b. Hadist tentang waktu yang efektif untuk berbekam (hijamah) dan titiktitik bekam 3. Hadist tentang waktu berbekam -
Hadist Riwayat Abu Dawud
,ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﺗﻮﺑﺔ ﺍﻟﺮﺑﻴﻊ ﺑﻦ ﻧﺎﻓﻴﻊ ﺛﻨﺎ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﳉﻤﺤﻲ ﻋﻦ ﺳﻬﻴﻞ ﻣﻦ ﺍﺣﺘﺠﻢ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠىﺎﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻗﺎﻝ,ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ ﻋﻦ ﺃﰊ ﻫﺮﻳﺮﺓ 6
Fashd (Venesection) adalah melukai urat vena tertentu dengan menggunakan pisau bedah dengan cara dan ukuran terntu untuk mengeluarkan darah sabagi pengobatan. ( membuka pembuluh halus darah)., Shihab al Badri Yasin, op.cit., hlm. 7 _ 7 Ibid., hlm. 8
30
8
(ﺑﺴﺒﻊ ﻋﺸﺮﺓ ﻭﺇﺣﺪﻯ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻛﺎﻥ ﺷﻔﺎﺀ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺩﺍﺀ )ﺭﻭﺍﻩ ﺃﰉ ﺩﺍﻭﺩ
Artinya :"Bercerita kepada kami Abi Taubah Ar-Rabi bin Nafi bercerita kepada kami Sa'id bin Abduurrahman Al-Jamhiyu dari sahil, dari bapaknya, dari abi hurairah berkata, Rasulullah SAW. Bersabda :" Barangsiapa berbekam pada tanggal tujuh belas, sembilan belas dan dua puluh satu, maka ia akan menyembuhkan semua penyakit". (H.R. Abu Dawud) -
Hadist Riwayat Imam Ahmad bin Hambal
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺣﺪ ﺛﲎ ﺃﺑىﺜﻨﺎ ﻳﺰﻳﺪ ﺃﺧﱪ ﻧﺎ ﻋﺒﺎﺩ ﺇﺑﻦ ﻣﻨﺼﻮﺭ ﻋﻦ ﻋﻜﺮﻣﺔ ﻋﻦ ﺧﲑ ﻳﻮﻡ: ﺇﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ 9 (ﲢﺘﺠﻤﻮﻥ ﻓﻴﻪ ﺳﺒﻊ ﻋﺸﺮﺓ ﻭﺗﺴﻊ ﻋﺸﺮﺓ ﻭﺍﺣﺪﻯ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﲪﺪ Artinya :"Bercerita kepada kami Abdullah, bercerita kepada saya, bapak saya, bercerita kepada kami Abad Ibnu Mansur dari Ikrimah dari Ibnu Abbas R.A. dari Nabi SAW, bersabda : sebaik-baik bekam yang kalian lakukan adalah hari ketujuh belas dan kedua puluh satu (H.R. Ahmad bin Hambal). -Hadits Riwayat Ibnu Majjah
ﺍﳊﺠﺎ ﻣﺔ ﻋﻠﻰ: ﲰﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ: ﻗﺎﻝ ﺇﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺍﻟﺮﻳﻖ ﺃﻣﺜﻞ ﻭﻫﻲ ﺗﺰﻳﺪ ﰱ ﺍﻟﻌﻘﻞ ﻭﺗﺰﻳﺪ ﻓىﺎﳊﻔﻆ ﻭﺗﺰﻳﺪ ﺍﳊﺎ ﻓﻆ ﺣﻔﻆ ﻓﻤﻦ ﻛﺎﻥ ﳏﺘﺠﻤﺎ ﻓﻴﻮﻡ ﺍﳋﻤﻴﺲ ﻋﻠﻰ ﺍﺳﻢ ﺍﷲ ﻭﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍ ﺍﳊﺠﺎﻣﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﳉﻤﻌﺔ ﻭﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺒﺖ ﻭﻳﻮﻡ ﺍﻷﺣﺪ ﻭﺍﺣﺘﺠﻤﻮﺍ ﻳﻮﻡ ﺍﻹﺛﻨﲔ ﻭﺍﻟﺜﻼﺛﺎﺀ ﻭﺍﺟﺘﻨﺒﻮﺍ ﺍﳊﺠﺎﻣﺔ ﻳﻮﻡ
8
Abi Dawud Sulaiman bin Al-Aslasy as-Sijistani, " Sunan Abi dawud Kitab At-Tib, Bab Mata Tastatibul Hijamah, (Bairut : Darul Fikr, 675 H), hlm, 220 9
Imam Ahmad bin Hambal, " Musnad Imam Ahmad bin hambal ". (Bairut : Darul Fikr, tth.) Jilid . hlm .254
31
ﺍﻷﺭﺑﻌﺎﺀ ﻓﺈﻧﻪ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﺍﻟﺬﻯ ﺃﺻﻴﺐ ﻓﻴﻪ ﺇﻳﻮﺏ ﺑﺎﻟﺒﻼﺀ ﻭﻣﺎ ﻳﺒﺪﻭ ﺟﺬﺍﻡ ﻭﻻ ﺑﺮﺹ ﺍﻻ 10 (ﰱ ﻳﻮﻡ ﺍﻷﺭﺑﻌﺎﺀ ﺃﻭﻟﻴﻠﺔ ﺍﻷﺭﺑﻌﺎﺀ )ﺭﻭﺍﻩ ﺇﺑﻦ ﳎﺎﻩ Artinya : Ibnu Umar berkata, Bahwa Rasulullah SAW. bersabda : "Berbekam sebelum sarapan adalah paling ideal, ia meningkatkan kemampuan menghafal, menambah kuat hafalan orang yang sudah hafal. Barang siapa berbekam hendaklah berbekam pada hari kamis nama Allah SWT. Hindarilah berbekam pada hari jum'at, hari sabtu dan hari ahad. Tetapi berbekamlah pada hari senin, selasa, karena hari itu Ayyub disembuhkan dari bala'. Hindari pula pada hari rabu, karena hari rabu adalah hari ketika Ayyub terkena bala'.tidak pernah muncul kusta dan vitiligo (belang) kecuali pada hari rabu dan malam rabu." (HR. Ibnu Majjah). Penjelasan Hadits : Imam Ibnul Qoyyum berpendapat, "Hadist-hadist ini sesuai dengan apa yang telah disepakati oleh para dokter, bahwa waktu yang baik untuk berbekam adalah pada waktu menjelang petang, lalu tepat pada waktu petang hingga waktuwaktu berikutnya, bila kebutuhan akan bekam mendesak, maka bisa dilakukan pada semua hari, mulai dari awal hingga akhir bulan". Al-Khilal berkata, "Ismah bin Isham mengabarkan kepadaku, bahwa Hanbal berkata, 'Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal dibekam disaat tekanan darah beliau sedang tinggi."11 Pengarang al-Qonun Fith Thibb (Undang-undang Pengobatan), Ibnu Sina, mengatakan Penggunaan Bekam tidak dianjurkan pada awal bulan Qomariah, karena cairan-cairan dalam tubuh kurang aktif bergerak dan tidak normal. Juga tidak dianjurkan pada akhir bulan, karena cairan-cairan itu berkurang. Yang baik ialah pada pertengahan bulan, karena cairan-cairan dalam tubuh bergolak dan mencapai puncak penambahannya, karena bertambahnya cahaya dari rembulan." Masih menurut Ibnu Sina, waktu bekam yang baik adalah pada siang hari antara
10
Al Hafid Abi Abdillah Muhammad Yazid al-Qazwini Ibnu Majjah, Sunan Ibnu Majjah,Kitab at-Tib, (Bairut :Darul Fikr, Tth.), hlm. 1154 11 Ibnu Qoyyim al-Jawziyah, Pengobatan Cara Nabi (at-Tibun Nabawi), Penerj. Mudzakir AS. (Bandung : Pustaka, 2002), Cet. II, hlm : 48.
32
pukul 2 hinggal pukul 3. sebaiknya berendam di air terlebih dahulu, lalu berjemur, baru kemudian diobati dengan bekam.12 Ibnu Hajar Asqolani berkata: karena hadits–hadits ini tidak sahih maka Hanbal bin Ishaq berkata: bahwasanya hanya Ahmad bin Hanbal melakukan bekam kapan pun ketika darah kita normal dan kapanpun waktunya. "Namun demikian, waktu yang paling baik dan tepat adalah seperti yang disampaikan oleh Rasullulah SAW sebagai petujuk pada kita. Telah disebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah SAW melakukan bekam dibagian kepala ketika beliau sedang dalam keadaan ihram, lantaran sedang menderita sakit kepala (mungkin semacam migrain). Juga disebutkan bahwa beliau pernah melakukan bekam setelah makan daging kambing yang telah di bubuhi racun. Juga disebutkan bahwa beliau melakukan bekam di bagian punggung telapak kaki bagian atas, ketika beliau jatuh dari kuda. Dari beberapa hadits tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa Rasulullah SAW biasanya melalukan bekam ketika sakit, tanpa hars melihat kapan waktunya, tanpa harus menunggu hingga tiba waktu tertentu. Sebab, jika harus menunggu, niscaya beliau akan berbekam sesudah selesai masa ihram. 13
4. Hadist Tentang Titik-titik Bekam (Hijamah) -
Hadist Riwayat Tirmidzi :
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻘﺪﻭﺱ ﺑﻦ ﳏﻤﺪ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﻋﺎ ﺻﻢ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳘﺎﻡ ﻭﺟﺮﻳﺮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ: ﺑﻦ ﺣﺎﺯﻡ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺍﺛﻨﺎ ﻗﺘﺎﺩﺓ ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﻗﺎﻝ ﳛﺘﺠﻢ ﰱ ﺍﻷﺧﺪ ﻋﲔ ﻭﺍﻟﻜﺎﻫﻞ ﻭﻛﺎﻥ ﳛﺘﺠﻢ ﻟﺴﺒﻊ ﻋﺸﺮﺓ ﻭﺗﺴﻊ ﻋﺸﺮﺓ ﻭﺇﺣﺪﻯ 14 (ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ 12 Muhammad Halabi Hamdi,Amin Abdul Fatah, Amin Kulli, Pedoman Penyembuhan Penyakit menurut ajaran Rasulullah SAW (Jogjakarta. : Absolut, 2005), hlm. 218 13
Ibid., hlm. 221 Abu Isa Muhammad Ibnu Saurah Al-Mutawafi "Sunan Tirmidzi, Kitab. At-Tib (Beirut, Darur Fikr, tth) Jilid IV hlm 10 14
33
Artinya : Bercerita kepada kami Abdul Quddus bin Muhammad, bercerita kepada kami Amr bin Asyim, bercerita kepada kami Hamam dan Jarir bin Hazim berkata : Bercerita kepada kami Qatadah dari Anas berkata : Bahwa Nabi SAW, pernah berbekam pada Akhda'ain dan bahu beliau. Beliau biasa berbekam pada hari ketujuh belas, kesembilan belas dan kedua puluh satu. (H.R.Tirmidzi). -
Hadist Riwayat Bukhari
ﺣﺪﺛﲎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺑﺸﺎﺭ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺇﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻋﻦ ﻫﺸﺎﻡ ﻋﻦ ﻋﻜﺮﻣﺔ ﻋﻦ-5700 ﺇﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻗﺎﻝ ﺍﺣﺘﺠﻢ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻓىﺮﺃﺳﻪ ﻭﻫﻮﳏﺮﻡ ﻣﻦ ﻭﺟﻊ (ﻛﺎﻥ ﺑﻪ ﲟﺎﺀ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﳊﻲ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﻭﻗﺎﻝ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﻮﺍﺀ ﺃﺧﱪ ﻧﺎ ﻫﺸﺎﻡ ﻋﻦ ﻋﻜﺮﻣﺔ ﻋﻦ ﺇﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺍﻥ-5701 ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺍﺣﺘﺠﻢ ﻭﻫﻮﳏﺮﻡ ﻓىﺮﺃﺳﻪ ﻣﻦ ﺷﻘﻴﻘﺔ ﻛﺎﻧﺖ 15 (ﺑﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ Artinya : 5700-Bercerita kepada saya Muhammad bin Basyar, bercerita kepada kami Ibnu Abi 'Adiyi dari Hisyam dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata : "Nabi SAW. Berbekam di kepala ketika beliau sedang ihram karena sakit yang dirasakannya yaitu dengan menggunakan media air ada yang mengatakan dengan kulit unta. 5701-Berkata Muhammad bin Sawa' Memberi kabar kepada kami Hisyam dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW. Telah berbekam di kepala ketika beliau sedang ihram karena sakit yang dirasakannya " (HR. Bukhari) Penjelasan Hadits : Kedua hadits di atas menurut Syihab Badri Yasin menegaskan bahwa Nabi melakukan bekam disejumlah titik yang paling masyhur dan yang paling rutin adalah pada akhda'ain dan tengkuk. Yang dimaksud akhda'ain adalah dua urat di
15
Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail, Op.cit., hlm. 15.
34
samping leher.16 Berbekam pada akhda'ain bermanfaat untuk mengatasi sakit di bagian kepala dan wajah. Adapun tengkuk adalah bagian atas punggung. Konon berbekam di tengkuk bermanfaat menyembuhkan sakit kepala bahu dan tenggorokan.17 Mengenai hadist yang kedua yaitu tentang berbekamnya Rasulullah pada kepala dalam kondisi ihram, Ibnu Hajar Asqolani berpendapat bahwa kata syaqiqah dibaca dengan menggunakan huruf syin dan qaf, yang berarti rasa sakit kepala sebelah atau pening. Ahli kesehatan menyatakan bahwa itu bagian dari penyakit yang bersifat temporer, yang disebabkan oleh bau yang tidak sedap, pergantian cuaca/iklim panas dan dingin hingga merasuk ke selaput otak, sehingga tidak mendapatkan penawarnya maka yang trejadi adalah rasa sakit yang tak terhingga.18 Dan penyebab sakit kepala adalah banyak sekali, di antaranya adalah sebagaimana telah disebutkan diatas, atau karena pembengkan aliran darah atau syaraf, bahkan bau yang menyengat juga dapat menyebabakan sakitnya kepala. Demikian juga dengan hubungan seksual yang hiperaktif tanpa kendali (melampaui batas), atau perut kosong, terkena terik sinar matahari atau terlalu banyak bicara, hal tersebut dapat menyebabkan sakitnya kepala. Ketika hal tersebut melanda pada manusia (tubuh), yang terjadi adalah rasa demam, mengigau, susah, merasa lapar, dan sakit. Akhirnya yang terjadi di kepala laksaan dipukul dengan benda yang sangat keras. Penyebab
lainnya
juga
dikarenakan
adanya
penyumbatan
pada
pembuluhotak atu sehabis memikul beban yang berat dan diletakkan di kepala, atau karena pakaian yang dipakai terlalu panas (tidak dapat menyerap keringat) atau karena cuaca dingi/air yang sangat dingim. Para ulama hadits sepakat bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa : Rasulullah SAW telah berbekam di kepalanya dalam kondisi
16
Akhda'ain adalah dua urat di samping kiri dan kanan leher, kadang-kadang posisinya agak tersembunyi. 17 Shihab al Badri Yasin, op.cit.,hlm. 27 18 Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul Bahri, (Beirut : Darul Fikr, tth. ) juz X, hlm. 149
35
masih ihram."Merupakan hadist yang dapat dipertanggung jawabkan. Hal tersebut dapat dilihat dari riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa'i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dari jalur Ma'mar dari Qatadah. Riwayatnya adalah: "Nabi berbekam dipundak depan dari rasa sakit, sedangkan Nabi sedang berihram," Semua perawi tersebut adalah mempunyai tingkat validitas tinggi (shahih). 19 2. Hadist-hadist tentang Hijamah yang kontardiktif (bertentangan) secara tekstual a. Hadist tentang berbekam (hijamah) pada saat berpuasa -
Hadist riwayat Abu Dawud
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳏﻤﻮﺩ ﺑﻦ ﺧﺎﻟﺪ ﺛﻨﺎ ﻣﺮﻭﺍﻥ ﺛﻨﺎ ﺍﳍﻴﺜﻢ ﺑﻦ ﲪﻴﺪ ﺃﺧﱪﻧﺎ ﺍﻟﻌﻼﺀ ﺇﺑﻦ ﺍﳊﺮﺙ ﻋﻦ ﳏﻜﻮﻝ ﻋﻦ ﺇﺑﻦ ﺃﲰﺎﺀ ﺍﻟﺮﺣﻲ ﻋﻦ ﺛﻮﺑﺎﻥ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ 20 ( ﺃﻓﻄﺮ ﺍﳊﺎﺟﻢ ﻭﺍﶈﺠﻮﻡ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ: Artinya : Bercerita kepada kami Mahmud bin Kholid, bercerita kepada kami Marwan, bercerita kepada kami Al-Haitsam bin Hamid, memberi khabar kepada kami Al-Ala' Ibnu Harits, dari Mahkul dari ibnu Asmair rahyi dari Sauban dari Nabi SAW, bersabda :”Batallah orang yang melakukan bekam dan yang di bekam (Hijamah).”(HR. Abu Dawud).
-
Hadist riwayat Bukhori
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﺑﻮ ﻣﻌﻤﺮ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﺍﺭﺙ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻳﻮﺏ ﻋﻦ ﻋﻜﺮﻣﺔ ﻋﻦ ﺇﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ 21 (ﻗﺎﻝ ﺍﺣﺘﺠﻢ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻭﻫﻮ ﺻﺎﺋﻢ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ Artinya : Bercerita kepada kami Abu Ma'mar, bercerita kepada kami Abdul Warits bercerita kepada kami Ayyub dari Ikrimah dari Ibnu Abbas 19
. Ibid., hlm.154 Abu Dawud Sulaiaman bin Al-As'asy as-Sijistani , op. cit.,jilid I, hlm.530 21 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail, op. cit.,jilid 7 hlm. 14 20
36
berkata :" Rasulullah SAW, berbekam dalam keadaan puasa.” (HR. Bukhari). Asbabul Wurud Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan al-Turmudzi dari Syadad Ibnu Aus bahwa Rasulullah SAW, pernah datang kepada seseorang di kota Baqi'. Orang tersebut rupa-rupanya sedang ihtijam (berbekam), beliau kemudian menggandeng saya. Saat itu kebetulan bertepatan dengan tanggal 18 Ramadhan, beliau lalau bersebada :" Batallah orang yang melalkuakan bekam dan yang dibekam". Diriwayatakan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitab Syu'abul Iman dari jalur Ghayyats bin Kallub al-Kufi,22 dan Madhrof bin Samurah bin Jundab, dari ayahnya, dia berkata : " Pada suatu saat Rasulullah SAW, lewat dihadapan tukang bekam (Hajim). Hal itu terjadi paad bulan Ramadhan, dua orang yang melalukan bekam itu rupa-rupanya sedang asyik sambil membicarakan kejelekan orang lain (Ghibah). Maka Nabi Bersabda :" Batallah orang yang melakukan bekam dan yang dibekam. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Abbas, beliau berkata: "Sesungguhnya Rasulullah SAW, pernah melakukan bekam dalam keadaan puasa dan ihram, lalu beliau pingsan. Ibnu Abas kemudian berkata :" Oleh karenanya berbekam (hijamah) itu dimakruhkan begi orang-orang yang berpuasa. 23 Penjelasan Hadist Jika penulis melihat beberapa Asbabul Wurud di atas, ada beberapa hal yang menyebabkan batal puasanya bagi orang yang melakukan bekam dan yang dibekam. 1. Orang yang melakukan bekam dan yang dibekam sedang asyik sambil membicaraka kejelakan orang lain. Jadi yang batal adalah pahala puasanya, karena ghibah (membicarakan kejelekan orang lain).
22
. Menurut al-Baihaqi, perawi yang bernama. Ghayayts, Majhul artinya statusnya tidak diketahui secara jelas. Dengan demikian riwayat asbabul wurud tersebut dhoif. 23 . Prof. Dr. H. Said Aqil Husin Munawar, MA & Abdul Mustaqim, MAG. " Asbabul Wurud,(Studi, Kritis Hadist Nabi pendekatan Sosio Historis, Kontekstual), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, cet I, hlm.107-108
37
2. Dikhawatirkan ketika orang berpuasa berbekam kondisi tubuhnya akan melemah dan pingsan karena banyak mengeluarkan darah sehingga akan membatalkan puasanya. Seperti yang pernah terjadi pada Nabi SAW, ketika berbekam pada waktu puasa dan ihram. Menurut pendapat Ibnu Hajjar al-Asqalani dalam kitab "Fathul Bahri" bahwa adanya pencegahan untuk berbekam pada siang hari disebabkan karena sedang puasa, hal ini dikhawatirkan karena ada sisa-sisa makanan yang masuk ketika proses berbekam. Pendapat ini dipelopori oleh Madzhab Malik ini dikhawatirkan antara ketika pembekam melakukan proses bekam mungkin sambil mengunyah sesuatu dan hasil kunyahannya diusapkan dibagian yang dibekam, makaitu membatalkan puasa, sedangkan sebelum atau sesudah bekam pihak yang dibekam diberikan ramuan yang harus diminum atau obat khusus, sehingga tidak merasa sakit. Maka itu adalah membatalkan puasa, selama bekam dilakukan siang hari saat berpuasa. 24 Menurut pendapat Ibnul Qayyim al-Jawziyah berkenaan dengan kbolehan berbekam bagi orang yang berpuasa, termuat di dalam Shahih Bukhori : "adalah Rasulullah SAW berbekam, sedang beliau berpuasa". Namun apakah dengan begitu beliau berbuka atau tidak, merupakan masalah lain. Jawaban yang benar adalah ahwa berbekam berarti berbuka puasa, karena ucapan ini shahih dari Rasulullah saw tanpa seorangpun yang menentangnya. Yang paling shahih untuk dijadikan sebagai lawannya adalah hadits berbekam beliau ketika beliau sedang berpuasa. Akan tetapi yang menunjukkan bahwa puasa itu tidak batal ada empat : 1. Puasa itu fardhu (selama bulan Ramadhan) 2. Beliau bermukim 3. Beliau tidak menderita penyakit yang memerlukan berbekam 4. Hadits ini datang kemudian dari ucapan beliau : "Batal puasa orang yang membekam dan berbekam". Apabila keempat premise ini telah dikonfirmasikan, maka mungkinlah untuk menyimpulkan perbuatan Nabi saw bahwa berbekam tidak membatalkan 24
. Ahmadbin Ali bin Ibnu Hajajr Al-Asqolani, op. cit.,hlm. 149-154
38
puasa. Jika tidak, maka tidak ada yang menghalangi bahwa puasa itu puasa sunat yang diperbolehkan untuk keluar darinya baik dengan berbekam maupun dengan perbuatan yang lain. Atau puasa itu puasa Ramadhan, akan tetapi beliau sedang berpergian. Atau puasa itu puasa Ramadhan dan beliau bermukim, tetapi dituntut keperluan ; sebagaimana keperluan orang sakit untuk berbuka. Atau puasa itu fardhu Ramadhan dan beliau bermukim, tanpa dituntut keperluan; dan inilah asal hukumnya.25 Para fuqaha dalam buku-buku mereka telah mencantumkan hadits-hadits yang berkaitan dengan bekam dan puasa. Mereka menarik kesimpulan hukum dari hadist-hadits tersebut, diantaranya ada yang berkesimpulan bahwa bekam membatalkan puasa, ada yang memakruhkannya, dan ada yang membuat kesimpulan –kesimpulan berbeda. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang berjudul Haqiqatu sh-Shiyam (Hakikat Puasa), beliau mengatakan, "Para ulama berbeda pendapat mengenai bekam, apakah ia membatalkan puasa ataukah tidak?". Kemudian beliau berpendapat bahwa bekam membatalkan puasa, karena keshohihan hadits-hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW mengenai sabda beliau :
(())أﻓﻄﺮ اﻟﺤﺎﺟﻢ واﻟﻤﺤﺠﻮم Artinya : Orang-orang yang membekam dan dibekam, batal puasa." Kemudian beliau mengikuti pendapat Imam Ahmad, Ishaq bin Rohawah, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnul Mundzir bahwa bekam membatalkan puasa. Langkah beliau ini ikuti pula oleh Ibnul Qoyyim, Ibnul Baz dan lain-lain. Beliau menyebutkan bahwa Ahmad dan para ulama lain membawakan hadits, "Beliau pernah berbekam ketika sedang ihram dan sedang berpuasa," kemudian mereka melemahkan tambahan "dan sedang berpuasa", tambahan ini tidak kuat. IbnuQoyyim menguatkannya, sampai-sampai,
dalam Zada
al-Ma'ad, ia
mengatakan tentang hadits Tirmidzi (1/149), "Beliau berbekam ketika sedang 25
Ibnu Qoyyim al-Jawziyah, op.cit. hlm.50.
39
berpuasa," bahwa hadits ini tidak shohih, tetapi para ulama mengatakan, "Sesungguhnya, tambahan yang mereka lemahkan itu shohih dalam riwayat Bukhori (1/484), tetapi dengan redaksi, " Beliau berbekam ketika sedang ihrom dan beliau berbekam ketika sedang berpuasa".26 Adapun hadits Tirmidzi, " Be;iau berbekam ketika sedang puasa", yang oleh Ibnul Qoyyim dikatakan tidak shohih, maka Al-Hafizh mengomentarinya dalam AL-Fath (IV/155)," hadits ini shohih, tidak diragukan lagi". Ringkasan ulasan Ibnu Taimiyah r.a mengenai persoalan ini adalah sebagaimana ucapan beliaua," Pendapat yang dinyatakan oleh Imam Ahmad ini merupakan pendapat yang disepakati oleh dua Syaikh, yakni Bukhori dan Muslim. Karena itu, keduanya tidak sepakat meriwayatkan hadits yang di dalamnya disebutkan
tentang
berbekam
periwayatannya adalah
ketika
berpuasa.
Yang
mereka
sepakati
beerbekamnya orang yang sedang ihram. Tetapi
sebagaian ulama membantahnya dengan mengatakan bahwa Bukhori telah menguatkan riwayat tentang 'berbekam ketika berpuasa' pula dari jalur Wahib dari Ayyub, dari Ikrimah (1/484) dan dari jalan 'Abdul Warits (IV/53)." Kemudian Ibnu Taimiyyah r.a. mengatakan bahwa hadits tentang batalnya puasa orang yang membekam dan dibekam, me-nasakh hadits yang menyatakan bahwa beliau berbekaam dalam keadaan ihram dan puasa, karena alasan-alasan tertentu. 27 "Berbekamnya beliau dalamkeadaan puasa tidak dijelaskan dalam ihram yang mana", demikian menurut Ibnu Qoyyim. Kemudian ia menguatkan bahwa berebekamnya beliau itu terjadi dalam ihram ketika melaksanakan umroh qolbiyah atau umroh hudaiyah (yakni tahun keenam atau ketujuh hijriah). Beliau juga mengatakan, "Hadits batalnya puasa orang yang membekam dan dibekam terjadi pada tahun kedelapan hijriah". Maksud ucapan beliau adalah bahwa hadits tentang batalnya puasa orang yang mebekam dan dibekam itudiucapkan oleh Nabi belakangan dibandingkan hadits tentang berbekam,
26
Shihab al Badri Yasin, op.cit., hlm. 47 Ibid., hlm. 48
27
40
dinyatakan pada tahun 8 hijriah, sedangkan hadist yang menyatakan beliau berbekam ketika ihram dan puasa terjadi pada tahun ke 6 atau ke 7 hijriah.28 Pendapat Ibnu Taimiyah di bantah oleh Syihab al-Badri Yasin beliau mendapati dalam Nailu-l-Anthur, "Syafi'i dan Ibnu Abdul Barr mengatakan bahwa hal itu terjadi pada waktu Haji Wada tahun ke 10 hijriah. Berbeda dari apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyyah, hadits ini shohih dilhat dari sisi sejarah. Karena itu,berbekamnya beliau ketika berpuasa justru me-nasakh larangan beliau tentang berbekam ketika berpuasa." Hal itu dikuatkan oleh paragraf berikut ini : Imam Ibnu Taimiyah mengatakan, 'Tidak seorang pun meriwayatkan sebuah redaksi yang shohih bahwa beliau memberikan rukhsoh untuk berbekam sesudah itu. "Saya katakan, kalimat ini secara gamblang, menjelaskan alasan Imam Ibnu Taimiyah r.a, yaitu beliau belum mengetahui hadits Abu Sa'id AlKudri r.a mengenai adanya rukhsoh tersebut, yang riwayatnya shohih. Saya yakin, andaikata beliau mengetahui hadits ini (karena beliau tidak meyinggung hadits ini dalam ulasan beliau), tentulah beliau memiliki pendapat lain. Bukti di-Nasakh-nya hadits tentang batalnya puasa orang yang membekam dan yang dibekam adalah : Pertama : Hadits Ibnu Abbas di muka yang telah disebutkan, "beliau berbekam ketika sedang berpuasa." Kedua : Hadits Abu Sa'id Al-Kudri yang berkata, "Rasulullah SAW memberikan rukhsoh mengenai berbekamnya orang yang berpuasa."(HR. Daruquthni (239) dan lain-lain dengan isnad shahih, sebagaimana disebutkan dalam al-Fath, IV/155). Para ulama' mengatakan bahwa hadits ini harus diikuti, karena rukhsoh ini tentu di berikan setelah sebelumnya ada penekanan mengenai batalnya puasa dengan bekam, baik itu puasa orang yang membekam maupun yang dibekam, sehingga dikatakan oleh Ibnu Hazm dan lain-lain.29 Al-Hafizh dalam Al-Fath mengatakan, "Jumhur ulama mengatakan bahwa puasa tidak batal dengan berbekam." Al-Hafizh juga menyebutkan bahwa Ummul Mukminin, Ummu Salamah juga pernah berbekam dalam keadaan berpuasa. 28 29
Ibid., hlm. 49 Ibid., hlm. 50
41
Dalam shohihu l-Bukhori juga disebutkan riwayat dari Sa'd bin Abi Waqqosah dan Zaid bin Arqom bahwa mereka pernah berbekam, sedangkan mereka puasa. Malik berkata dalam Al-Muwaththo', Kitabu sh-Shoum, "Berbekam tidak dimakruhkan bagi orang yang berpuasa kecuali bila dikhawatirkan kondisi fisiknya melemah. Andaikata bukan karena itu, tentulah dia tidak dimakruhkan. Andaikata ada orangberbekam di bulan Ramadhan, kemudian keadaanya tetap segar bugar tidak perlu berbuka membatalkan puasa, maka saya berpendapat tidak ada masalah baginya dan saya tidak akan menyuruhnya mengganti puasanya di hari ia berbekam, karena dimakruhkannya berbekam hanya disebabkan resiko yang ditimbulkannya terhadap puasa.30 Menurut Dr. Muhammad Musa Alu Nashr mengutip pendapat Dr. Nasimi mengatakan bahwa :"Jumhur ulama diantaranya penganut madzhab Hanafi, Syafi'i dan Maliki berpendapat bahwa bekam dan al-fashdu tidak mebatalkan puasa berdasarkan apa yang diriwayatkan dari Annas r.a., dia bercerita awal makruhkannya bekam bagi orang yang berpuasa adalah ketika Jafar bin Abi Thalib berbekam sedang dia dalam keadaan berpuasa, ketika Nabi SAW, melintasnya maka beliau bersabda :" Kedua orang ini telah batal puasa". Setelah itu Nabi memberikan keringanan berbekam bagi orang yang berpuasa. Sementara Anas sendiri pernah berbekam ketika berpuasa. Para penganut madzhab Hanafi memakruhkan al-fashdu dan bekam bagi orang yang berpuasa juka hanya akan membuatnya lemah. Juga dimakruhkan oleh para penganut madzhab Syafi'i jika tidak ada kebutuhan mendesak untuk itu. Sedangkan penganut madzhab Maliki mengatakan: Dimakruhkan melakukan bekam dan al-fashdu bagi orang yang sedang berpuasa jika pelakunya dalam keadaan sakit dan ragu (curiga) akan bertambahnya penyakit setelah dibekam, tambahan yang menuntutnya harus berbuka (tidak berpuasa). Jika dia mengetahui bisa terbebas dari hal tersebut,maka dibolehkan melakukan keduanya, sebagaiaman keduanya dibolehkan bagi orang yang sehat saat mengetahui keselamatan atau masih meragukannya.
30
Ibid., hlm..52
42
Jumhur ulama memberikan jawaban atas hadits tersebut dan makna yang terkandung di dalamnya, bahwa hal itu telah mansukh (dihapus) dengan dalil hadits-hadits yang mereka jadikan hujjah, yang secara jelas menyatakan adanya nasakh (penghapusan), dan menafikan beberapa jalan Syadad bin Aus, bahwa hal itu berlaku pada masa pembebasan kota Makkah tahun ke delapan. Sementara Ibnu Abbas menemani Nabi SAW. ketika beliau berihram pada haji Wada tahun kesepuluh.31 b. Hadits tentang status profesi Hajim (Tukang Bekam) -
Hadits Riwayat Tirmidzi
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﺭﺍﻓﻊ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ ﺃﺧﱪ ﻧﺎ ﻣﻌﻤﺮ ﻋﻦ ﳛﻲ ﺑﻦ ﺍﰉ ﻛﺜﲑ ﻋﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﻗﺎﺭﻅ ﻋﻦ ﺍﻟﺴﺎﺋﺐ ﺑﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﻋﻦ ﺭﺍﻓﻊ ﻋﻦ ﺧﺪ ﻳﺞ ﺍﻥ ﻛﺴﺐ ﺍﳊﺠﺎﻡ ﺧﺒﻴﺚ ﻭﻣﻬﺮ ﺍﻟﺒﻐﻰ: ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ 32 (ﺧﺒﻴﺚ ﻭﲦﻦ ﺍﻟﻜﻠﺐ ﺧﺒﻴﺚ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ Artinya : Bercerita kepada kami Muhammad bin Rafi, bercerita kepada kami Abdur Rozaq, memberi khabar kepaad kami Ma'mar dari Yahya bin Abi Katsir, dari Ibrahim bin Abdillah bin Qaridh dari Saibin Yazid, dari Rafi bin Khadij bahwa Rasulullah bersabda : "Profesi berbekam, pelacuran, hasil penjualan anjing adalah kotor (najis,maksudnya haram) (H.R. Tirmidzi). -
Hadits Riwayat Muslim
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺇﺳﺤﻖ ﺑﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻭﻋﺒﺪ ﺑﻦ ﲪﻴﺪ ﻭﺍﻟﻠﻔﻆ ﻟﻌﺒﺪ ﻗﺎﻝ ﺃﺧﱪ ﻧﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ ﺣﺠﻢ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ: ﺃﺧﱪﻧﺎ ﻣﻌﻤﺮ ﻋﻦ ﻋﺎﺻﻢ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﻌﱯ ﻋﻦ ﺇﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻗﺎﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻋﺒﺪ ﻟﺒﲎ ﺑﻴﺎﺿﺔ ﻓﺄﻋﻄﺎﻩ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺃﺟﺮﻩ ﻭﻛﻠﻢ
31 32
DR. Muhammad Musa Alu Nashr, op.cit.,hlm. 98. Abu Isa Muhammad Ibnu Saurah Al-Mutawafi, op.cit., jilid III hlm. 574.
43
ﺳﻴﺪﻩ ﻓﺨﻔﻒ ﻋﻨﻪ ﻣﻦ ﺿﺮﻳﺒﺘﻪ ﻭﻟﻮﻛﺎﻥ ﺳﺤﺘﺎ ﱂ ﻳﻌﻄﻪ ﺍﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ 33 (ﺳﻠﻢ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya : "Bercerita kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Abdul Hamid dan mengenai perkataan Abid memberi kabar kepada kami Abdur Razaq memberi kabar kepada kami Ma'mar dari Ashim dari Sya'bi dari Ibnu Abbas, ia berkata : "Nabi SAW pernah berbekam kepada budaknya Bani Bayadhah, kemudian beliau memberi upah kepadanya dan berbicara kepada tuannya. Maka pajaknya diringankan. Andaikata upah membekam itu haram pasti beliau tidak memberikannya".(H.R. Muslim) Penjelasan Hadits Menurut
ulama
ahli
hadits
tekstualis,
hadist
yang
pertama
menunjukkan bahwa hasil usaha berbekam itu adalah haram. Hadist itu mansukh atau dibatalkan oleh hadist yang kedua. Hadist yang kedua menunjukkan bahwa boleh mengambil upah atau hasil usaha berbekam dan kemudain Nabi SAW, mempraktekkannya sendiri. Dan hadist ini me-nasakh atau membatalkan hadist yang terdahulu diaats yang mengharamkannya. Praktek Nabi SAW pada hadist yang kedua terjadi belangkangan dari hadist yang pertama.34 Menurut pendapat Imam Nawawi dalam Syarah Muslim mengatakan bahwa adanya pendapat yang menyatakan profesi pembekam merupakan pekerjaan yang keji, dikhawatirkan dalam proses bekamnya menggunakan benda-benda yang haram, diantaranya adalah minyak anjing dan sejenisnya, sehinga kalimat yang digunakan dalam satu riwayat adalah "syarrul kasbi mahrul baghyi wa tsamanul kalbi wa kasbul hijami". Kata kasbul hijami disesajajarkan dengan tsamanul kalbi, merupakan indikasi bahwa praktek bekam tidak lepas dari praktek yang diharamkan, selagi mengunakan barang-
33
Imam Abil Husaini Muslim, op. cit. Jilid I, hlm. 39 . Dr. Izzuddin Husain as-Syekh, Menyikapi Hadist-hadist saling bertentangan" (Hadist Nasikh & Mansukh),( Jakarta : Pustaka Firdaus, 2004), cet I, hlm. 19 34
44
barang yang diharamkan syara. Inilah mengapa profesi bekam sangat dibenci.35 Akan tetapi ulama klasik dan kontemporer berpendapat bahwa profesi bekam tidaklah dilarang, baik orang yang merdeka maupun budak, demikian juga dengan obat yang harus diminum/ dimakannya. Pendapat ini populer di kalngan madzhab Ahmad. Berkaitan dengan hal tersebut, ulama (fuqaha) hadits tidak memporbolehkan orang merdeka untuk menjadi pembekam, mereka berpegangan pada hadist berikutnya, yaitu riwayat Ibnu Abbas, bahwasannya
Nabi
meminta
untuk
dibekam
dan
memberinya
upa
kepadapembekam tersebut, maka para sahabat bertanya apakah hal tersebut dil;arang ? Akhirnya orang tersebut tidak menerima upahnya ". Inilah yang dijadikan landasan bahwa usaha atau dorongan untuk mencapai akhlak mulia, karena dari masalah tersebut ada sinyelemen pembedaan antara orang merdeka dengan budak, yang mana orang merdeka tidak diperbolehkan untuk profesi bekam sedangkan budak diperbolehkan. Hal ini dikhawatirkan adanya eksploitasii dari orang berjouis terhadap orang proletar. 36
B. Praktek Hijamah (Bekam) Pra Kenabian dan Pasca Kenabian Terapi dengan menyedot sejumlah darah dari tubuh (blood letting) merupakan ide terapi sangat kuno yang dipraktikkan sebelum zaman masehi, dan ide tersebut berasal dari China. Peramu obat dari China yang bernama Xi Hung (341-281 SM.) adalah orang pertama yang menggunakan bekam. Ia menyedot darah dengan melukai bagian tubuh yang dituju, kemudian menghisap darah dari tempat tersebut dengan gelas yang terbuat dari tanduk binatang (seperti banteng dan sapi). Ia menggunakan cara ini juga untuk menghilangkan penyakit bisul dan koreng. Mengingat hubungan bekam dengan tanduk hewan, maka dalam masyarakat China bekam disebut Jiaofa yang berarti metode tanduk. Dalam
35 36
Imam Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, Juz IX,t.th. , hlm. 231 Ibid., hlm. 234
45
babat leluhur kerajaan Tang disebutkan bahwa terapi dengan bekam digunakan untuk penyakit paru-paru (atau yang sejenisnya).37 Di Yunani muncul seorang dokter yang dijuluki"Bapak kedokteran", yaitu Hiprokratos (460-377 SM.). Dialah yang menggagas teori empat komposisi (cairan). Ia meyakini bahwa kesehatan tubuh tergantung kepada keseimbangan antara empat cairan yaitu darah, air liur, cairan empedu kuning dan cairan empedu hitam. Ia meyakini bahwa setiap setiap cairan ini melambangkan satu unsur pada alam. Berdasarkan teori ini, orang-orang yang melakukan terapi penyedotan darah membuat satu penafsiran ilmiah terhadap metode terapi mereka.mereka meyakini bahwa penyedotan sejumlah darah pasien dapat merealisasikan keseimbangan yang disebutkan Hippokratos, yang pada gilirannya dapat menjamin kesembuhan. Diantara dokter yang meyakini kebenaran teori Hippokratos adalah dokter Galenos (200-300 M) yang menjadi dokter pribadi kebanykan keluarga ningrat pada emperium Romawi. Galenos berhasil menemukan banyak masalah medis yang benar tetapi ia juga menemukan banyak masalah medis yang tidak benar. Galenos adalah pakar ilmu antomi yang berhasil mengungkapkan urat syaraf bahwa ia mengandung darah bukan udara sebagaimana yang diyakini pada periode tersebut. Terapi utama yang diikuti Galenos terhadap para pasiennya berpijak pada prinsip mengeluarkan sejumlah darah dari tubuh mereka (blood letting). Ia melakukan terapi ini dengan cara yang sangat berbahaya, yaitu dengan memotong salah satu pembuluh darah pasien dan mengeluarkan sejumlah darah. Akibatnya, sebagian pasien mengalami pendarahan hebat, dan sebagian yang lain mengalami infeksi parah ditempat luka. Galenos menyakini bahwa keluarnya nanah dari tempat luka yang sebenarnya diakibatkan kuman dan infeksi sebagai bertanda baik akan tercapainya kesembuhan. Meskipun penyedotan darah yang keliru tersebut tidak membuahkan hasil namun metode tersebut
37
Dr. Aiman Al-Husaini, “Bekam Mukjizat Pengobatan Nabi SAW”, Alih Bahasa Muhammad Misbah” (Jakarta: Pustaka Azzan, 2005), Cet. II,. hlm. 17-18
46
tetap dijalankan dalam waktu yang lama. Tidak seorang pun berani menentang metode tersebut, karena Galenos berkuasa ditengah masyarakatnya.38 Bekam mulai terkenal Pada zaman Mesir kuno, di mana kehidupan mereka mempunyai aktifitas berdagang yang tidak hanya antar suku tapi juga menjangkau keberbagai bangsa. Perjalanan jauh dan cukup melelahkan, membuat kondisi tubuh merasa tidak nyaman, maka mereka berupaya untuk mengurangi rasa sakit dibagian anggota tubuhnya yang dirasa sakit, dengan mengeluarkan
cairan-cairan
darah
yang
dianggap
mempengaruhi
keseimbangan atau metabolisme tubuhnya. Alhasil, cara tersebut memberikan dampak yang positif terhadap anggota tubuh yang dirasakan tidak nyaman. Tindakan ini merupakan metode pembersihan darah yang tidak saja memberikan kenyamanan, keseimbangan dan menjaga metabolisme tubuh. Akan tetapi merupakan salah satu cara untuk penyembuhan penyakit dengan cara pelepasan/pengeluaran darah dari anggota tubuh. Ada empat cara pengeluaran darah yang dilakukan: 1. Pembedahan Melalui Arteri Pembedahan arteri adalah pengeluaran darah bersih yang diproduksi jantung untuk dialirkan keseluruh tubuh.pembedahan ini sangat baik membantu metabolisme tubuh, karena memberi rangsangan kepada tubuh untuk memproduksi sel darah baru. 2. Pembedahan Melalui Vena Pembedahan vena adalah pengeluaran darah dari seluruh tubuh yang akan mengalir balik ke jantung. Hal ini sangat membantu kerja jantung dalam proses pembersihan darah. 3. Pembedahan Permukaan Kulit Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia dan paling banyak berkumpulnya toksid/racun, maka cara inilah yang paling popular dalam pengeluaaran toksid. Endapan-endapan racun yang berasal dari makanan yang mengandung zat pewarna, penyedap, pengawet, pemanis serta pencemaran udara, dan pestisida untuk menyemprot hama 38
Ibid., hlm. 22.
47
tanaman/sayuran. Sisa-sisa racun tersebut banyak berkumpul dipermukaan bawah kulit, yang semuanya sangat membahayakan tubuh manusia. Inilah salah satu cara detoksifikasi yang sangat berkesan dan tidak ada efek samping. Oleh karena itu, metode ini sangat dikenal dan dianjurkan sejak zaman Rosulullah SAW hingga saat ini, yang dikenal dengan al-hijamah atau bekam. Perkembangan sains dan teknologi menjadikan cara pengobatan ini lebih praktis, efektif dan higienis serta mengikuti kaidahkaidah yang telah diilmiahkan, sehingga memudahkan setiap orang untuk melakukan terapi ini. 4. Penyedotan Dengan Lintah Meskipun cara ini mendekati dengan pembedahan kulit, tetapi terapi ini menggunakan lintah yang ditempelkan pada organ tubuh yang sakit atau titik-titik tertentu, yang terjadi pembekuan darah. Lintah ditempelkan pada permukaan kulit untuk kemudian menghisap darah yang dianggap mengganggu peredaran darah dari seluruh tubuh. Lintah akan berhenti menghisap darah apabila tubuh sudah tidak dapat menampung darah lagi dan lintah tersebut akan mati dengan sendirinya. Pada zaman dahulu metode-metode seperti itu banyak dilakukan karena merupakan cara pelepasan darah yang sangat penting dalam menjaga, merawat dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.39 Penggunaan bekam telah tersebar di antara masyarakat Arab dan kaum muslimin. Disebutkan bangsa Asyuriyyun termasuk bangsa Arab yang paling banyak menggunakan bekam. Ketika muncul, terapi bekam tidak hanya menjadi sebatas sarana terapi, melainkan telah menjadi sunnah setelah didukung dan sebagian aspeknya telah diundang-undangkan oleh Rasul kita yang mulia SAW. Dalam operasi bekam digunakan gelas-gelas yang terbentuk dari tanduk sapi atau terbuat dari tembikar. 40 Penyembuhan dengan bekam telah menyebar diberbagai pejuru dunia, di timur dan barat, seperti di Cina, India, Eropa, dan Amerika sejak beberpa 39
Ust. Fatahillah, “Keampuhan Bekam (Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Warisan Rosulullah)”, (Jakarta: Qultum Media, 2007) cet.II., hlm. 23. 40 Dr. Aiman Al-Husaini, “Bekam Mukjizat Pengobatan…,op.cit., hlm. 22
48
abad yang lalu, metode bekam mempunyai peranan yang sangat dominan dan menjadi rujukan ilmiah sampai pertengahan abad ke 19 M. Bekam masuk ke daratan Eropa melalui Spanyol ketika para sarjana medis muslim dan bukubuku karya mereka menjadi rujukan pertama dalam bidang kesehatan. 41 Selama abad ke 20 mulailah muncul gelas-gelas kaca, pengembangan yang khusus digunakan untuk operasi bekam. Gelas tersebut memiliki istimewa dengan kaca tebal dan anti pecah. Munculnya gelas-gelas model ini mendorong popularitas bekam karena gelas yang digunakan sebelumnya terbuat tembikar atau keramik yang mudah pecah, dan gelas yang terbuat dari bambu tidak bisa digunakan secara berulang karena ia tidak bisa dibersihkan dan diseterilkan. Konsep pengunaan gelas berpijak pada upaya untuk mengarahkan sumber sumbu api di dalamnya untuk menyedot oksigen dan menimbulakn ruang hampa (hot cupping). Dan pada akhir abad ke 20 muncul model gelas yang lebih canggih yang dilengkapi pompa tangan untuk menyedot udara dari gelas dan dilengkapi dengan keran untuk menutup. Keran tersebut dapat dibuka kembali setelah operasi bekam selesai, agar udara dapat mengalir ke dalam gelas sekali lagi, hingga gelas dapat dilepas dari badan dengan mudah. Setelah itu muncul gelas yang dilengkapi dengan pompa listrik untuk membuat penghampaan udara. Saat ini telah timbul perhatian besar terhadap terapi bekam, serta berbagai kajian dan referensi yang mengupas metode-metode bekam dengan dasar ilmiah. Jasa-jasa penyelenggar terapi bekam pun telah menajmur di banyak Negara setelah masyarakat semakin menerima metode terapi yang unik ini.42
41 42
Muhammad Halabi Hamdi,Amin Abdul Fatah, Amin Kulli, op.cit., hlm. 214.. Dr. Aiman Al-Husaini, op.cit., hlm. 23.
49
BAB IV ANALISIS
A. Hijamah (Bekam) Yang Sesuai dengan Hadits Nabi SAW. Hijamah (bekam) sudah dikenal ribuan tahun yang lalu, sejak zaman nabi Musa a.s., dan berkembang keseluruh dunia pada saat ini. Bahkan Rosulullah sendiri telah melakukan pengobatan dengan cara berbekam, karena dinilai
sangat
efektik,
dan
banyak
manfaatnya,
sehingga
Rosulullah
menganjurkan kepada umatnya untuk berbekam. Hal itu menandakan betapa cintanya Nabi Muhammad kepada umatnya mengenai kesehatan. Perintah bekam ini langsung dari malaikat. dan ketika diisra'kan Rosulullah diperintahkan supaya umatnya melakukan bekam. Hal itu termuat di dalam sunan ibnu Majah, dari hadits Jubarah Ibnul-Mughallis, dan dia adalah seorang yang dha'if, dari katsir ibnu salim, dia berkata : Aku telah mendengar Anas ibnu Malik mengatakan : telah berkata Rosulullah Saw: "Aku tidak melewati orang-orang pada malam aku diisra'kan, kecuali mereka mengatakan: 'Wahai Muhammad, perintahkanlah kepada umatmu untuk berbekam' ". Dan AtTirmidzi meriwayatkan di dalam Jami'nya, dari Ibnu Abbas, hadits ini. Dan mengatakan di dalamnya: "Lakukanlah olehmu berbekam wahai Muhammad".1 Berangkat dari hadist tersebut menandakan bahwa metode penyembuhan dengan cara bekam telah diajarkan dan ditunjukkan oleh Rosulullah SAW. petunjuk itu termuat dalam hadist-hadist Nabi, diantaranya meliputi : Metode, keutamaan, waktu-waktu-waktu yang efektif, dan titik-titik bekam. Menurut penulis mengenai metode atau cara berbekam adalah sebagaimana bekam yang telah dilakukan pada masa sekarang. Namun pada masa sekarang sudah berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi baik dari segi alatnya maupun dari jenis-jenis bekam itu sendiri. Pada masa Nabi bekam yang telah dilakukan hanyalah bekam basah (bekam dengan sayatan), ini
1
Ibnu Qayyim al-Jawziyyah, Pengobatan cara Nabi (terj), (Bandung : Pustaka, 1992), hlm. 43-44
50
sesuai dengan ungkapan dalam hadits Nabi "Syartatun Mihjam" yang berarti sayatan bekam. DR Musa Alu Nasr dalam bukunya yang berjudul Bekam cara pengobatan menurut sunnah Nabi, mengutip pendapat dr. 'Adil al-Azhari mengatakan bahwa Rujukan-rujukan linguistik dan kitab-kitab hadits Nabawi menunjukkan bahwa bekam yang populer di kalangan masyarakat Arab pada masa Jahiliyah dan juga pada awal-awal Islam, khususnya pada masa Nabi adalah bekam dengan menggunakan pisau atau silet. Tidak ada nash-nash yang secara gamblang menyebutkan adanya bekam kering (tanpa sayatan) pada kedua masa tersebut. Hanya saja, penyedotan darah yang ada mengisyaratkan makna bekam yang memungkinkan untuk digambarkan sebagai bekam tanpa sayatan.2 Alat bekam yang digunakan pada zaman dahulu biasanya berasal dari alat apa saja yang berongga yang memiliki dua mulut atau lubang. Bisa juga dari tanduk, tanduk sapi misalnya, di mana lubang atau mulut yang lebih besar diletakkan di bagian yang menyentuh kulit, tempat bekam, kemudian pembekam akan menyedot melalui lubang yang kedua dengan menggunakan mulutnya. Dengan sedotan ini, kevakuman udara yang terjadi di dalam alat bekam itu akan menarik sehingga terjadi pergolakan darah yang disebabkan oleh bertambahnya tekanan internal dibandingkan tekanan yang berasal dari luar. Lalu darah keluar dari urat yang lembut dan tampak seperti memar. Hal itu akan meringankan atau menghilangkan terjadinya congestion (kesenakan) yang ada di daerah pembekaman. Ditambah lagi dengan berbagai reaksi balik lain yang memiliki pengaruh sangat jelas dalam menghilangkan rasa sakit dan meringankan kesenakan. Jika pembekam menempelkan alat bekam pada kulit setelah penyayatan (sayatan kecil) dengan pisau bedah ataupun alat tajam apapun, maka hal itu akan mempercepat keluarnya darah dari tubuh melalui tempat-tempat penyayatan. Dan hal itu akan mencegah terjadinya pembekuan pada luka sayatan (yang kecil) dan melancarkan keluarnya darah.3
2
DR. Muhammad Musa Alu Nashr, Bekam Cara Pengobatan menurut Sunnah NabiSAW., Penerj. M. Abdul Ghoffar, (Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi'I, 2005), hlm. 20. 3 Ibid., hlm. 19.
51
Kemudian menyatakan
hal
mengenai tersebut
keutamaan dalam
hijamah
hadits-haditsnya
(bekam),
Nabi
telah
seperti
hadits
yang
diriwayatkan dalam Shahih Muslim, bahwa Nabi pernah bersabda : "Sesungguhnya sebaik-baik obat yang kamu gunakan untuk berobat adalah bekam atau berbekam adalah obat yang paling baik bagimu." Menurut penulis hadits tersebut menjelaskan bahwa di dalam bekam terdapat kebaikan dan manfa'at untuk menyembuhkan penyakit. Disamping itu Nabi juga menunjukkan waktu-waktu yang efektif untuk berbekam yang dijelaskan dalam hadits-haditsnya. Dalam buku yang berjudul Keampuhan bekam karya ustad Ahmad Fatahilah mengatakan bahwa jika di perhatikan pada hadits-hadits tersebut, maka sangat ditekankan untuk menjaga kesehatan dengan melakukan bekam setiap bulannya pada pertengahan bulan, hal ini dikarenakan pada waktu-waktu tersebut terjadi bulan purnama dan air laut pasang. Ini dapat mengindikasikan bahwa kondisi darah sedang memuncakdan dapat meyebabkan penyakit. Perlu ditekankan bahwa berbekam adalah pengeluaran racun/toksid dalam tubuh sehingga peredaran darah menjadi lancar dan mendatangkan kesembuhan. Berarti apabila kondisi sedang sakit maka tidak mengapa untuk melakukan bekam pada hari yang tidak dianjurkan seperti hari rabu, jum'at, sabtu dan ahad.4 Menurut penulis tentang pemilihan waktu setiap bulannya dalam berbekam adalah untuk mencegah datangnya penyakit dan menjaga kesehatan. Sementara untuk penyembuhan penyakit, bekam dapat dilakukan kapan saja saat dibutuhkan. Kemudian mengenai titi-titik bekam (area bekam), Nabi juga memberikan petunjuk dalam hal tersebut, Nabi pernah melakukan bekam di sejumlah titik atau area bekam yang paling masyhur dan yang paling rutin adalah pada akhda'ain dan Tengkuk. Yang dimaksud akhda'ain adalah dua urat di samping leher. Kemudian titik bekam yang lain yang pernah dilakukan oleh
4
Ustd. Ahmad Fatahilah, Keampuhan Bekam (Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Wrisan Rasulullah, (Jakarta :Qultum Media, 2007), cet. II, hlm. 84
52
Nabi adalah di kepala untuk menyembuhkan penyakit migrain (sakit kepala sebelah) yang beliau rasakan, itu terjadi pada saat beliau sedang ihram. Kemudian dalam hadits Nabi tentang hijamah (bekam) ini, terdapat beberapa hadits yang kontradiktif (bertentangan) secara tekstual yaitu berkaitan dengan berbekam pada saat berpuasa dan profesi bekam. Mengenai hal tersebut penulis dapat mengambil beberapa pesan dengan melihat asbabul wurud dan beberapa pandapat para ulama’, penulis akan memaparkannya sebagai berikut : 1. Hadits berbekam pada saat puasa Jika penulis melihat beberapa beberapa asbabul wurud yang menyatakan batal puasa orang yang membekam dan yang dibekam, penulis dapat
mengambil pesan dari hadits tersebut. Pertama, Orang yang
melakukan bekam dan yang dibekam sedang asyik sambil membicaraka kejelakan orang lain. Jadi yang batal adalah pahala puasanya, karena ghibah (membicarakan kejelekan orang lain). Ke dua, dikhawatirkan ketika orang berpuasa berbekam kondisi tubuhnya akan melemah dan pingsan karena banyak mengeluarkan darah sehingga akan membatalkan puasanya. Seperti yang pernah terjadi pada Nabi SAW, ketika berbekam pada waktu puasa dan ihram. Jadi menurut penulis bahwa berbekam pada saat berpuasa tidak membatalkan puasa, konteks hadits di atas menyatakan bahwa yang batal adalah pahala puasanya, karena ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), akan
tetapi
hukumnya
makruh,
dalam
rangka
berhati-hati
karena
dikhawatirkan setelah berbekam kondisi akan lemah dan menjadikan batal puasanya. 2. Hadits Tentang Status Profesi Hajim (tukang bekam) Mengenai hadits yang menyatakan bahwa hasil usaha bekam itu kotor (haram), hadits itu telah mansukh atau dibatalkan oleh hadits yang ke dua. Hadits yang ke dua menunjukkan bahwa boleh mengambil upah atau hasil usaha bekam dan kemudian Nabi mempraktekkannya sendiri. Dan hadits ini me-nasakh atau membatalkan hadits yang terdahulua yang mengharamkannya.
53
Praktek Nabi SAW pada hadits ini terjadi belakangan dari hadits yang mengharamkan hasil usaha bekam. Menurut pendapat Imam Nawawi dalam Syarah Muslim mengatakan bahwa adanya pendapat yang menyatakan profesi pembekam merupakan pekerjaan yang keji, dikhawatirkan dalam proses bekamnya menggunakan benda-benda yang haram, diantaranya adalah minyak anjing dan sejenisnya, sehinga kalimat yang digunakan dalam satu riwayat adalah "syarrul kasbi mahrul baghyi wa tsamanul kalbi wa kasbul hijami". Kata kasbul hijami disesajajarkan dengan tsamanul kalbi, merupakan indikasi bahwa praktek bekam tidak lepas dari praktek yang diharamkan, selagi mengunakan barangbarang yang diharamkan syara’. Inilah mengapa profesi bekam sangat dibenci.5 Sesuai dengan hal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya profesi bekam tidak dilarang yang dilarang adalah jika pada praktek bekam mengunakan barang-barang yang diharamkan syara’.
B. Implikasi Hijamah (bekam) pada Kondisi Sosio-Kultur Sekarang Ini Pengobatan dengan cara berbekam telah berlangsung sebelum masa rosulullah, bahkan pada masa Rosulullah sendiri, diteruskan para shahabat, berlanjut pada masa tabiin-tabiin, dan berkembanglah pada masa sekarang ini. Alat yang digunakan sangat sederhana sekali, yaitu dengan tanduk kerbau atau sapi, bahkan ada yang memakai lintah untuk berbekam, metode ini dipakai oleh para pedagang pada zaman mesir kuno, tapi metode tersebut tidaklah tepat untuk digunakan pada masa sekarang. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka alat yang digunakan untuk berbekam mulai berkembang, tidak lagi menggunakan tanduk kerbau dan sapi, tapi sekarang telah menggunakan alat serba modern yaitu gelas-gelas kaca yang melmiliki keistimewaan dengan kaca tebal dan anti pecah, cara kerja gelas tersebut dibantu dengan sumber sumbu api untuk menyedot oksigen dan menimbulkan ruang hampa, kemudian muncul model 5
Imam Nawawi, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, Juz IX,t.th. , hlm. 231
54
gelas yang lebih canggih yang dilengkapi dengan pompa tangan untuk menyedot udara dari gelas dan dilengkapi dengan keran untuk menutup, keran tersebut dapat dibuka kembali setelah operasi bekam selesai agar udara dsapat mengalir kedalam gelas, hingga gelas dapat dilepas dari badan dengan mudah. Setelah itu muncul gelas yang dilengkapi dengan pompa listrik untuk membuat penghampaan udara.6 Metode tersebut menjadikan masyarakat berani berobat dangan cara berbekam, karena memiliki cara yang sangat efektif dan efisien. Dan pengobatan dengan cara bekam ini sangat berpengaruh dan disambut baik oleh masyarakat. Rahasia pengobatan Nabi telah terbukti sampai sekarang ketika manusia sudah panik mencari kesembuhan, tenaga medis sudah berusaha dengan maksimal sedangkan pasien sudah tidak sabar lagi menahan penderitaan biaya pengaobatan yang tinggi, dan efek samping yang membayangi, maka masyarakat pun mulai mencari cara alternatif atau terapi alternatif dalam berobat. Hingga saat ini banyak yang menawarkan pengobatan alternatif banyak pasien yang berdatangan meskipun ada juga yang merasa tidak cocok, karena .dirasakan ada sesuatu yang aneh atau tidak rasional. Untuk pengobatan bekam, sebenarnya tidak pantas dikatakan sebagai pengobatan alternatif, karena Rosulullah SAW yang memberikan garansi sedangkan beliau sebagai suri tauladan. Baginda Rosulullah SAW mengajarkan kepada umatnya cara menjaga kesehatan dan penyembuhan, sebagaimana sabda beliau tentang terapi bekam.7 Di Tempat klinik herba Ust. Fatahilah Terapi bekam ini telah terbukti keampuhannya dalam penyembuhan berbagai penyakit diantaranya:. 1. Penyakit Ginjal Pada tanggal 28 September, di klinik Herba datang seorang pasien bernama Sholahuddin. Ia seorang petugas di rumah sakit besar di 6
DR. Aiman Al Husaini, Bekam Mu’jizat Pengobatan Nabi SAW., Terj. M. Misbah, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2005) , hlm. 22-23 7 Utd Ahmad Fatahilah, op.cit., hlm. 28
55
jakarta. Ia mengeluh karena telah divonis untuk melakukan operasi ginjal yang mengarah pada cuci darah. Singkatnya klinik Herba melakukan
terapi
bekam.
Sebelum
pembekaman,
dilakukan
pemijatan/seluruh badan terlebih dahulu. Terapi dilakukan seminggu sekali dan pasien di anjurkan untuk minum ramuan alami yang terdiri dari madu, nigela propolis (habatush shaudah dan air liur lebah), dan spirulina (ganggang hijau laut). Alhamdulillah, selama tiga minggu dilakukan terapi menunjukan hasil yang menggembirakan. Kemudian pada tanggal 26 oktober 2005, ia melakukan uji laboraturium pada urin. Hasilnya sangat mengembirakan, ia dinyatakan sembuh oleh dokter yang menanganinya. Akhirnya ia belajar tentang pengobatan Nabi dan sekarang membuka praktek terapi bekam. 2. Hepatitis Setiap kasus akan menambahkan keyakinan pada setiap manusia atas kehebatan pengobatan bekam.di klinik Herba telah membantu beberapa pasien yang menderita penyakit hepatitis. Untuk penyakit ini, pasien diharuskan mempunyai peralatan bekam sendiri, contoh yang dipaparkan oleh klinik herba adalah pasien yang bernama Wahyu, seorang anak muda berusia 24 tahun dan menderita hepatitis C, selain sebagai maha siswa ia juga sebagai petugas di rumah sakit besar di jakarta. Ia cukup lama menderita penyakit tersebut. Alhamdulillah, setelah dilakukan terapi bekam setiap seminggu sekali selama dua bulan dan minum ramuan alami madu, nigela, propolis dan spirulina, ia merasakan perubahan sangat baik. Sambil di terapi, ia juga ikut belajar dan magang di klinik herba itu. Sekarang ia membuka praktek bekam bersama keluarganya. Dan masih banyak penyakit yang telah disembuhkan melalui terapi bekam di klinik herba ini , Pak Soleh (penyakit yang dideritanya adalah Ginjal dan Keram Perut), lalu Ibu Mardinis berusia 58 tahun menderita penyakit lumpuh, bapak Effendi Mursid berusia 61 tahun menderita penyakit darah tinggi dan vertigo. Bapak M. Syahri 54 tahun mederita
56
penyakit kaki gajah, pasangan suami istri Ade dan Itha lama belum mendapatkan keturunan, sementara si A telah di Vonis menderita penyakit jantung, dan Pak.Acim mengidap penyakit stroke, Alhamdulillah semua pasien yang menderita penyakit tersebut telah sembuh dengan melakukan terapi bekam. Jika penulis melihat hal di atas, tidaklah berlebihan jika pengobatan melalui bekam mempunyai implikasi yang positif di masyarakat. Selain efektif dan efesien, dari segi biaya juga terjangkau. Selain itu, tali silaturrahmi antara satu dengan yang lainnya menjadi erat kembali. Kemudian selain implikasi tersebut ada pengaruh yang lain dari pengobatan bekam ini terhadap kondisi sekarang, bahwa bekam ini menjadi perhatian besar di Negara Eropa dan Amerika. Terapi bekam ini cukup populer diantaranya pada perguruan tinggi dan akademi yang mengajarkan kurikulum pengobatan alternatif dan pengobatan pelengkap serta di banyak pengobatan dengan berbagai sarananya. Ilmu kedokteran warisan Nabi ini ternyata di dunia medis barat sudah lebih populer dibandingkan masyarakat muslim. Buku “The connective Tissue as The Phisical Medium fir Conduction of healing Energy in Cupping Therapeutic Method”di tulis oleh Kohler D (1990). Ia menjelskan, betapa jaringan-jaringan penghubung di dalam tubuh manusia merupakan media fisik untuk menghantarkan suatu energi. Apabila terjadi gangguan dalam jaringan tersebut, maka metabolisme tubuh tidak seimbang dan tubuh akan merasa tidak nyaman. Bekam merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kesembuhan. Kemudian pada tahun 1985 Thomas W. Enderson menulis buku yang berjudul “100 Deseases Treated by Cupping Method”. Ia menegaskan bahwa bekam dapat menyembuhkan 100 penyakit.8 Setelah penulis melihat hal tersebut bahwa implikasi bekam dalam kondisi sosio kultural sekarang ini 8
Ibid., hlm. 41
57
sangat besar baik dalam hal
penyembuhan terhadap penyakit maupun dalam hal lainnya termasuk di dalamnya adalah menarik perhatian para peneliti.
58
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis yang telah penulis kemukakan sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Hijamah (bekam) yang sesuai dengan hadits Nabi Saw Hadist-hadist yang memuat perintah anjuran untuk bekam tidak memuat atau menguraikan cara-caranya secara jelas akan tetapi dalam hadits tersebut mengindikasikan bahwa jenis bekam tersebut adalah bekam basah bekam (dengan sayatan) ini sesuai dengan ungkapan dalam hadits Nabi "Syartatun Mihjam" yang berarti sayatan bekam. Dalam hadits tersebut menjelaskan tentang keutamaan, waktu-waktu yang efektif, dan titik-titik
bekam.
Menanggapi
tentang
hadits
yang
kontradiktif
(bertentangan) secara tekstual yaitu berkaitan dengan hadits yang menyatakan
batal puasa orang yang membekam dan yang dibekam,
menurut penulis bahwa berbekam pada saat berpuasa tidak membatalkan puasa, konteks hadits tersebut menyatakan bahwa yang batal adalah pahala puasanya, karena yang membekam dan yang dibekam sedang asyik membicarakan kejelekan orang lain (ghibah), ada juga yang berpendapat hukumnya makruh, dalam rangka berhati-hati karena dikhawatirkan setelah berbekam kondisi akan lemah dan menjadikan batal puasanya. Menanggapi tentang hadits yang kontradiktif (bertentangan) secara tekstual berkaitan dengan Status Profesi Hajim (tukang bekam) adalah kotor (haram) dikhawatirkan dalam proses bekamnya menggunakan benda-benda yang haram, diantaranya adalah minyak anjing dan sejenisnya, sehinga kalimat yang digunakan dalam satu riwayat adalah "syarrul kasbi mahrul baghyi wa tsamanul kalbi wa kasbul hijami". Kata kasbul hijami disesajajarkan dengan tsamanul kalbi, merupakan indikasi bahwa praktek bekam tidak lepas dari praktek yang diharamkan, selagi mengunakan barang-barang yang diharamkan syara’. Inilah mengapa
59
profesi bekam sangat dibenci. Jadi pada dasarnya profesi bekam tidak dilarang yang dilarang adalah jika pada praktek bekam mengunakan barang-barang yang diharamkan syara’. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka alat yang digunakan untuk berbekam mulai berkembang, tidak lagi menggunakan tanduk kerbau dan sapi, tapi sekarang telah menggunakan alat serba modern yaitu gelas-gelas kaca yang melmiliki keistimewaan dengan kaca tebal dan anti pecah, cara kerja gelas tersebut dibantu dengan sumber sumbu api untuk menyedot oksigen dan menimbulkan ruang hampa, kemudian muncul model gelas yang lebih canggih yang dilengkapi dengan pompa tangan untuk menyedot udara dari gelas dan dilengkapi dengan keran untuk menutup, keran tersebut dapat dibuka kembali setelah operasi bekam selesai agar udara dsapat mengalir kedalam gelas, hingga gelas dapat dilepas dari badan dengan mudah. Setelah itu muncul gelas yang dilengkapi dengan pompa listrik untuk membuat penghampaan udara. 2. Implikasi hijamah (bekam) pada kondisi sosio kultural sekarang Pengobatan melalui bekam mempunyai implikasi yang positif di masyarakat. yaitu dalam hal menyembuhkan penyakit, Selain efektif dan efesien, dari segi biaya juga terjangkau. Selain itu, tali silaturrahmi antara satu dengan yang lainnya menjadi erat kembali. Pengaruh bekam pada kondisi sosio kultural sekarang ini sangat besar baik dalam hal menyembuhkan penyakit maupun dalam hal lainnya termasuk di dalamnya adalah menarik perhatian para peneliti. Bahwa bekam ini menjadi perhatian besar di Negara Eropa dan Amerika. Terapi bekam ini cukup populer diantaranya pada perguruan tinggi dan akademi yang mengajarkan kurikulum pengobatan alternatif dan pengobatan pelengkap serta di banyak pengobatan dengan berbagai sarananya. Ilmu kedokteran warisan Nabi ini ternyata di dunia medis barat sudah lebih populer dibandingkan masyarakat muslim. Buku “The connective Tissue as The Phisical Medium fir Conduction of healing
60
Energy in Cupping Therapeutic Method”di tulis oleh Kohler D (1990). Ia menjelaskan, betapa jaringan-jaringan penghubung di dalam tubuh manusia merupakan media fisik untuk menghantarkan suatu energi. Apabila terjadi gangguan dalam jaringan tersebut, maka metabolisme tubuh tidak seimbang dan tubuh akan merasa tidak nyaman. Bekam merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kesembuhan. Kemudian pada tahun 1985 Thomas W. Enderson menulis buku yang berjudul “100 Deseases Treated by Cupping Method”. Ia menegaskan bahwa bekam dapat menyembuhkan 100 penyakit.
B. Saran-Saran Kaum muslimin jarang sekali yang mau mendalami ilmu kedokteran warisan Nabi SAW. yang sangat lengkap. Diantara sebagian kedokteran warisan Nabi yang dilupakan itu adalah bekam (hijamah). Bahkan mendengarpun belum pernah, malahan ilmu bekam diserahkan ke dunia barat, sehingga mereka melakukan penelitian dan pembuktian terusmenerus, yang akhirnya mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari, walaupun mereka tidak menamakannya dengan bekam, tetapi tetap memakai
prinsip
kerja
bekam,
yaitu
menyedot
darah
dan
mengumpulkannya, kemudian mengeluarkannya, tentunya dengan tehnik dan teknologi canggih. Ketika kaum muslimin mengetahui hal ini, mereka terheran-heran dan mengagung-agungkan bahwa itulah metode pengobatan barat yang canggih. Padahal, ketahuilah bahwa itu adalah ilmu yang mereka tinggalkan dan diserahkan kepada orang-orang barat, seperti yang disampaikan Imam Syafi'i yang menyayangkan keteledorang kaum muslimin terhadap ilmu kedokteran. Beliau mengatakan : "Mereka (kaum muslimin) mengabaikan sepertiga ilmu dan menyerahkannya kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani." Maka skripsi yang berjudul "HIJAMAH (BEKAM) MENURUT HADITS NABI SAW. (Studi Tematik Hadits) ini penulis persembahkan kepada pembaca untuk
61
memperkenalkan salah satu metode pengobatan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. kepada kaum muslimin dan telah terbukti dalam mengobati berbagai penyakit. Kemudian yang perlu diingat bahwa hijamah (bekam) hanyalah sarana untuk mengobati penyakit, akan tetapi pada hakekatnya yang menyembuhkan adalah hanya Allah SWT.
C. Penutup Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan berkah, rahmat, hidayah dan nikmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun dalam bentuk yang sederhana. Penulis sadar, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Demi kesempurnaan skripsi ini penulis mengharapkan kritikan, saran yang sifatnya membangun dari pembaca yang budiman. Mudah-mudahan hasil yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.
62
DAFTAR PUSTAKA
A. Su’udi, Dr. Indah Sy,., “Menjadi Dokter Muslim” Metode Ilahiah, Alamiah dan ilmiah, (Surabaya: PT. Java Pustaka, 2006. Abdillah Muhammad, Imam Abi bin Ismail bin Ibrahim Ibnul Mughirah bin Bardasbah al-Bukhari al-Ja'fi, Shahih Bukhari, Kitab at-Tib, Jilid VII, Semarang : Toha Putra, Tth. Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani, Fathul Bahri, juz X, Beirut : Darul Fikr, t.th. Ahmad, Imam bin Hambal, " Musnad Imam Ahmad bin hambal ". Bairut : Darul Fikr, t.th. Al Hafid Abi Abdillah Muhammad Yazid al-Qazwini Ibnu Majjah, Sunan Ibnu Majjah, Kitab at-Tib, Bairut :Darul Fikr, t.th. al-Farmawi, Abd. Al-Hayy, Metode Tafsir Maudhu’I : Suatu Pengantar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994. Al-Husaini, Aiman, DR,. Bekam Mu’jizat Pengobatan Nabi SAW., Terj. M. Misbah, Jakarta : Pustaka Azzam, 2005. Ali, Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung : Angkasa, 1993. al-Jawziyah, Ibnu Qoyyim, Pengobatan Cara Nabi (at-Tibun Nabawi), Penerj. Mudzakir AS, Bandung : Pustaka, 2002. Alu Nashr, DR. Muhammad Musa, Bekam Cara Pengobatan Menurut Sunnah Nabi SAW., (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2005. As Syidiqi, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta : Bulan Bintang, 1988. As-salih, Subkhi, Membahas Ilmu-ilmu Hadits, Alih bahasa Tim Pustaka Firdaus, Cet. II, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1995. Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya ; Juz III, Semarang : Toha Putra, 1989. Fatahillah, Ust., “Keampuhan Bekam (Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Warisan Rosulullah)”, cet.II, Jakarta: Qultum Media, 2007.
Halabi Hamdi, Muhammad, Amin Abdul Fatah, Amin Kulli, Pedoman Penyembuhan Penyakit menurut ajaran Rasulullah SAW (Jogjakarta. : Absolut, 2005. Husain as-Syekh, Dr. Izzuddin, Menyikapi Hadist-hadist saling bertentangan" (Hadist Nasikh & Mansukh), cet I, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2004. Husaini Muslim, Imam Abil bin Hujaj Ibnu Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi, Jamius Shahih, Kitab Masaqah, Jilid I, Bairud, Darul Fikr, Tth. Husin Munawar, Prof. Dr. H. Said Aqil, MA & Abdul Mustaqim, MAG. " Asbabul Wurud,(Studi, Kritis Hadist Nabi pendekatan Sosio Historis, Kontekstual), cet I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Ichwan, M. Nur, Memasuki Dunia Al-Qur’an, Semarang : Lubuk Karya, 2001. Ismail, HM. Suhudi, Hadits Nabi yang tekstual dan kontekstual, Cet. I, Jakarta : Bulan Bintang, 1994. Muhammad, Abu Isa Ibnu Saurah Al-Mutawafi "Sunan Tirmidzi, Kitab. At-Tib, Jilid IV, Beirut, Darur Fikr, t.th. Munawir, A. W., “Kamus Munawir Arab Indonesia Terlengkap”, Surabaya: Pustaka Progresif, t.th. Nawawi, Imam, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, Juz IX, t.th. Rahman, Fazlur, Tema-tema Al-Qur’an,Terj. Annas Wahyudin, Bandung : Pustaka, 1983. Rifai, M., Mengapa Tafsir Al-Qur’an Di butuhkan, Semarang : Wicaksana, t.th. Sulaiman, Abi Dawud bin Al-Aslasy as-Sijistani, " Sunan Abi dawud Kitab At-Tib, Bab Mata Tastatibul Hijamah, Bairut : Darul Fikr, 675 H. Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito, 1985. Yasin, Shihab al Badri, Bekam Sunnah Nabi & Mukjiizat Medis, cet, II. Penerj. Abu Umar Basyir dkk, Solo: Al-Qowan , 2005. Yunus, Mahmud, “Kamus Arab Indonesia”, Jakarta: Hida Karya Agung, t.th.
Biodata Penulis
Nama
: Oko Haryono
TTL
: Kendal, 17 Mei 1982
Nomer Induk Mahasiswa
: 4102063
Jurusan
: Tafsir dan Hadits (TH)
Pendidikan Formal
:
1. SDN Kalirejo 4, Kangkung, Kendal 2. MTS NU 01 Cepiring, Kendal 3. MAN Kendal 4. IAIN Walisongo Semarang Fak. Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadits.
Pendidikan Non Formal
:
1. Pond.Pest. “An-Nur” Kersan, Tegorejo Pegandon, Kendal (KH. Subhan Noor) 2. Pond. Pest. Post Modern “Songgo Langit”(KH. Abu Ahmadi)
Pengalaman Organisasi
:
1. Ketua UKM Jam’iyyah Hamalah Al-Qur’an (JHQ) Fak. Ushuluddin 2005 2. BEM-J Tafsir Hadits (Dep. Hubungan Luar) 2005 3. PMII Rayon Ushuluddin (Bdang Bakat Minat) 2004 4. Teater Metafisis Fak. Ushuluddin 2004 5. MAHATMA (Maju Sehat Bersama) 2006