1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati (biodiversity) yang tinggi, termasuk keanekaragaman hayati lautnya. Salah satu organisme laut yang banyak dijumpai di hampir seluruh pantai di Indonesia adalah makroalga. Makroalga sebagian besar hidup di perairan laut. Untuk dapat tumbuh, makroalga tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup (Marianingsih, dkk., 2013). Studi alga laut di Indonesia pernah dilakukan oleh Rumpius pada tahun 1750 di perairan Ambon. Pengkajian secara intensif dilaksanakan pada ekspedisi “Siboga” pada tahun 1899-1900 oleh Weber-Van Bosse di perairan bagian Indonesia. Ekspedisi ini berhasil mendeskripsikan 782 spesies alga makro di antaranya 196 Chlorophyta, 134 Phaeophyta dan 452 Rhodophyta (Anggadiredja et al., 2009). Makroalga memiliki banyak manfaat dan peranan, secara ekologi makroalga memiliki fungsi didaerah pesisir sebagai tempat perlindungan bagi organisme lain dan juga sebagai sumber makanan bagi organisme sekitarnya. Aslan (1998) menambahkan bahwa makroalaga juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan dan obat-obatan. Hal ini diperkuat oleh Indriani (2003) bahwa kandungan yang terdapat pada makroalga dapat dimanfaatkan sebagai kosmetik dan farmasi.
2
Pacitan merupakan daerah dengan kawasan pantai yang begitu luas, Kabupaten Pacitan bukan hanya menarik untuk berwisata namun juga cocok untuk lokasi perlindungan biota laut. Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat daya. Kab. Pacitan terletak di antara 110º 55'111º 25' Bujur Timur dan 7º 55'- 8º 17' Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.389,8716 Km² atau 138.987,16 Ha. Luas tersebut sebagian besar berupa perbukitan yaitu kurang lebih 85 %, gunung-gunung kecil lebih kurang 300 buah menyebar diseluruh wilayah Kabupaten Pacitan, sedang selebihnya merupakan dataran rendah berupa kawasan pantai. Wilayahnya berbatasan dengan Kab. Ponorogo di utara, Kab. Trenggalek di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kab. Wonogiri (Jawa Tengah) di barat (Pacitankab, 2007). Perairan Pantai masih sangat ideal untuk penelitian, karena jauh sumber pencemaran dan pemukiman penduduk. Penelitian Makroalga selama ini hanya terbatas pada parameter ekologis, kepadatan dan dominasi Makroalga di beberapa pesisir pantai. Menurut Allison (2004) bahwa topik yang sama banyak dilakukan di daerah subtropik (Kadi A.,2009). Penelitian keragaman, kepadatan dan pola penyabaran Makroalga ini masih jarang dilakukan di pantai Pidakan Kabupaten Pacitan. Hal ini pula yang menjadi pertimbangan untuk melengkapi data Makroalga tentang keragaman, kepadatan dan pola penyebaran yang dilakukan di perairan dalam kondisi biofisik yang berbeda. Di Indonesia data Keragaman, kepadatan Makroalga belum terpola di beberapa perairan Pulau kecil maupun besar, karena kehadiran Makroalga di beberapa perairan masih banyak yang belum teridentifikasi.
3
Pantai Pidakan Kabupaten Pacitan yang kondisi pantainya berupa pantai yang berkarang dan berpasir serta letaknya jauh dari perkampungan merupakan habitat yang cocok bagi pertumbuhan Makroalga. Disamping untuk tujuan wisata, banyak masyarakat sekitar pantai yaitu Dusun Godek Kulon, Desa Jetak, Kec. Tulakan
yang terletak dekat pantai Pidakan, bermata pencaharian dengan
memanfaatkan kekayaan laut, namun mereka tidak banyak mengetahui keberadaan dan pemanfaatan Makroalga. Sumber belajar adalah semua jenis sumber yang ada di sekitar kita yang memungkinkan kemudahan terjadinya proses belajar (Asyhar,2012). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar tidak banyak mengalami kesulitan, mengingat biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup yang obyek dan persoalannya banyak terjadi di lingkungan alam sekitar (Afriyani,2005). Tumbuhan tingkat rendah yaitu Makroalga diajarkan di sekolah mulai tingkat Sekolah Menegah Pertama sampai perguruan tinggi pada jurusan tertentu terutama jurusan biologi. Di Sekolah Menengah Atas pengajaran Makroalga atau biasa disebut Protista mirip tumbuhan
berdasarkan lampiran Permendikbud
No.59 tahun 2013 tentang Kurikulum SMA-MA, tercantum dalam Kompetensi Dasar : 3.5 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan protista berdasarkan ciri umum kelas dan peranannya dalam kehidupan melalui pengamatan secara teliti dan 4.5 Merencanakan dan melaksanakan pengamatan tentang ciri-ciri dan peranan Protista dalam kehidupan dan menyajikan hasil pengamatan dalam bentuk model/chart/gambar.
4
Adanya pembaruan kurikulum tersebut diharapkan sekolah mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan pendidikan secara optimal. Penggunaan alam sekitar sebagai sumber belajar sangatlah tepat dalam kurikulim 2013 masa kini. Obyek serta persoalan-persoalan biologi banyak ditemukan disekitar kita, seperti pemanfaatan Makroalga hal ini sangatlah baik bila dijadikan sebagai sumber belajar khususnya pada pendidikan yang berdekatan dengan kawasan pantai dan laut. Berdasarkan hal tersebut maka pengenalan obyek biologi berupa Makroalga secara langsung melalui sumber belajar pada siswa menjadi sebuah keharusan dalam pembelajaran biologi. Menurut Afriyani (2005), banyak yang dapat dikaji dari lingkungan, dimana lingkungan merupakan laboratorium alam yang mempunyai peranan sangat penting bagi anak didik sebagai sumber belajar. Sumber pembelajaran yang digunakan guru hendaknya inovatif dengan sajian yang menarik minat peserta didik untuk mempelajari materi di dalamnya. Sumber belajar bisa
berupa media cetak yang meliputi : buku ajar, modul,
majalah ilmiah, handout, work book (Arief, 2006). Handout merupakan bahan ajar yang dituangkan secara ringkas yang berguna sebagai pegangan dalam pembelajaran. Dengan adanya handout guru membantu peserta didik dalam mengikuti pembelajaran secara lebih terarah dan terfokus, karena handout adalah sejenis kisi-kisi materi ajar yang akan disampaikan guru. Hal ini karena handout berisi pokok-pokok pikiran utama dari materi ajar yang disampaikan. Terkait dengan pembuatan Handout yang inovatif, salah satu alternatifnya bisa
5
dicantumkan beberapa gambar yang mengarah pada materi ajar. Selain menambah daya tarik guru dan siswa dalam mempelajari materi ajar, penggunaan gambar dalam handout juga akan mempermudah guru maupun siswa dalam mempelajari objek terkait. Beradasarkan uraian di atas dan mengigat bahwa Makroalga sangat berperan penting bagi ekosistem perairan, serta pada saat ini penelitian tentang Makroalga di kawasan pantai wisata Pidakan masih belum dilakukan maka perlu dilakukan penelitian sehingga nantinya diharapkan dapat memberikan gambaran sebagian kekayaan Makroalga di pantai Pidakan serta pemanfaatanya sebagai sumber dan media belajar biologi di sekolah. Sehubungan dengan kepentingan tersebut
maka
dilakukan
penelitian
dengan
judul:
“Identifikasi
Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Makroalga di Daerah Pasang Surut Pantai Pidakan, Kabupaten Pacitan Sebagai Sumber Belajar”.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana keanekaragaman spesies Makroalga yang ditemukan di daerah pasang surut pantai Pidakan, Kabupaten Pacitan? 2. Bagiamana pola penyebaran populasi Makroalga di daerah pasang surut pantai Pidakan, Kabupaten Pacitan ? 3. Bagaimana pemanfaatan makroalga yang ditemukan di pantai Pidakan Kabupaten Pacitan sebagai sumber belajar biologi di SMA ?
6
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui keanekaragaman spesies Makroalga yang ditemukan di daerah pasang surut pantai Pidakan, Kabupaten Pacitan. 2. Untuk mengetahui pola penyebaran dari populasi Makroalga di pantai Pidakan , Kabupaten Pacitan. 3. Memanfaatkan hasil identifikasi jenis makroalga di pantai Pidakan Kabupaten Pacitan sebagai sumber belajar biologi SMA khususya tentang materi protista mirip tumbuhan.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian identifikasi keanekaragaman dan pola penyebaran dapat dimanfaatkan sebagai refrensi maupun tinjauan bagi penelitian yang lebih mendalam berkenaan dengan makroalga di pantai Pidakan Kabupaten Pacitan maupun keanekaragaman makroalga di perairan pantai lain. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidikan Manfaat bagi pendidikan adalah memberikan variasi sumber belajar dalam pembelajaran biologi di sekolah, dari hasil identifikasi ini akan dimanfaatkan sebagai sumber belajar berupa handout Makroalga. b. Bagi Peneliti Manfaat bagi peneliti adalah dapat mengetahui tipe pantai yang dapat di identifikasi kebaradaan Makrolga, juga dapat menambah
7
pengalaman dan mengembangkan wawasan terkait tentang penelitian tersebut. Melengkapi data Makroalga tentang keragaman, kepadatan dan pola penyebaran yang dilakukan di perairan yang berbeda di Indonesia. c. Bagi Masyarakat Manfaat bagi masyarakat adalah data penelitian ini dapat sebagai sumber informasi keanekaragaman hayati tentang Makrolaga di pantai Pidakan, Kabupaten Pacitan yang memiliki manfaat dan nilai jual yang tinggi salah satunya dari Class Phaeophyceae dan Rhodopyceae.
1.5 Batasan penelitian 1. Identifikasi dilakukan dengan teknik indentifikasi Simpson, 2006 yaitu bisa dilakukan dengan 5 kegiatan yaitu menggunakan kunci identifikasi, deskripsi berdasarkan literatur, specimen pembanding, foto atau gambar serta institusi yang berkompenten. 2. Daerah studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daerah pasang surut maksimal yang berada di pantai Pidakan yaitu ± 100 m dengan garis tepi pantai 3 Km. Pada derah pengamatan dibuat beberapa 5 stasiun dalam 1 stasiun terdiri dari 3 transek jalur. Setiap transek jalur pada tiap pengamatan dibuat sebanyak 6 plot. Tiap plot dibuat dengan ukuran 2x2 m2, jarak antar plot masing-masing 10 m, dengan jarak antar transek 25 m, 3. Parameter ekologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan parameter kepadatan absolut, kepadatan relatif, frekuensi absolut, frekuensi relatif, luas penutupan absolut, luas penutupan relatif indeks nilai
8
penting, dan indeks keanekaragaman dari populasi makrolaga yang terdapat di pantai Pidakan. 4. Indeks keanekaragaman jenis menggunakan Indeks Shannon-Wiener (H’) dan Evennes (E). Indeks keanekaragaman jenis ini digunakan untuk menyatakan struktur komunitas Makroalga. 5. Parameter pola penyebaran didasarkan pada Indeks Morisita yaitu = 1 (pola
penyebaran
acak/random),
nilai
<
1
(pola
penyebaran
merata/uniform), dan > 1 (pola penyebaran berkelompok/clumped). 6. Faktor lingkungan abiotik dalm penelitian ini meliputi suhu air laut, pH air laut, salinitas, intensitas cahaya dan jenis substrat. 7. Pemanfaatan sumber belajar dilakukan dengan menyusun handout pembelajaran dengan melakukan uji kelayakan kepada salah satu guru SMA.
1.6 Definisi Operasional 1. Identifikasi yaitu pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang atau benda sehingga kita dapat menetapkan dan mempersamakan keterangan tersebut dengan acuan yang telah ditetapkan, dengan kata lain bahwa dengan identifikasi kita dapat mengetahui identitas seseorang atau suatu benda dan dengan identitas tersebut kita dapat mengenal seseorang dengan membedakan dari lain (Simpson, 2006). Pada penelitian ini identifikasi dimaksudkan menentukan nama jenis dan klasifikasi makroalga yang ditemukan berdasarkan ciri
9
morfologi dari warna untuk menentukan pada kelas dan bentukan thallus yang dimiliki. 2. Keanekaragaman adalah keseluruhan keanekaragaman makhluk yg diperlihatkan suatu daerah mulai dari keanekaragaman genetika, jenis, dan ekosistemnya. 3. Makroalga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang hidup di perairan baik tawar maupun laut, tetapi jumlah yang melimpah banyak hidup di laut. Cara hidupnya sebagai benthos yaitu hidup melekat dalam dasar laut. 4. Pasang surut adalah naik turunya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu tertentu. Salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap
kehidupan
biota
laut,
khususnya
di
wilayah
pantai
(Romimohtarto,2001) 5. Sumber belajar adalah semua jenis sumber yang ada di sekitar kita yang memungkinkan kemudahan terjadinya proses belajar (Asyhar,2012). 6. Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan dan sifat makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan).