HIDUP YANG BERKUALITAS DAN BERMAKNA KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN ANAK *) (Suatu Perspektif Kewarganegaraan) Oleh : Y. Haris Nusarastriya**)
Pendahuluan Berbicara perlindungan anak dari perspektif kewarganegaraan sangat erat kaitannya dengan perspektif hukum karena pembicaraan dari perspektif kewarganegaraan ini melibatkan hubungan antara negara dan warga negara sebagai pendukung tertib hukum negara. UndangUndang perlindungan anak merupakan produk hukum yang ditetapkan negara untuk melindungi anak. Asas yang dipakai sebagai penyelenggaraan perlindungan adalah Pancasila dan UUD 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak. Siapa yang harus melindungi anak? Jawabannya semua pihak yaitu keluarga, masyarakat dan pemerintah (negara). Semua pihak harus menjalankan UU karena sifatnya mengikat semua yaitu pemerintah, masyarakat, warga negara termasuk anggota keluarga. Untuk itu pemahaman mengenai hal ini akan berkontribusi pada penciptaan hidup yang berkualitas bagi keluarga termasuk keluarga kristen di GKJ Salatiga Utara. Perspektif kewarganegaraan Warganegara merupakan salah satu unsur pokok negara dan menjadi pendukung tertib hukum negaranya, sehingga warganegara juga terikat oleh undang-undang dan aturan yang ditetapkan negara. Semua warga negara selaku pendukung hukum wajib menjunjung tinggi hukum. Hubungan warga negara dengan negara dapat dilihat dari dua sisi, pertama negara sebagai bentuk masyarakat dan kedua sebagai gejala hukum. Di dalam negara, warganegara memiliki hubungan horisontal dan vertikal. Hubungan horisontal yaitu dengan sesama warga negara, sedangkan hubungan vertikal yaitu hubungannya dengan Tuhan. Di dalam kehidupan negara ada segi-segi kehidupan warganegara yang tidak diatur oleh negara, misalnya kehidupan keluarga. Namun karena anggota keluarga juga sebagai warga negara maka UU perlindungan anak yang ditetapkan negara harus diperhatikan dalam kehidupan keluarga. Tentang hidup berkualitas Bagaimana hidup yang berkualitas dilihat dari perspektif kewarganegaraan? Hidup yang berkualitas menurut Lickona (1991:51) berkaitan dengan kualitas pribadi. Kualitas pribadi yang dimaksud yaitu : pribadi yang tahu tentang apa yang baik, mau berbuat baik dan nyata bertindak baik (Good character consists of knowing the good, desiring the good, and doing the good). Kualitas pribadi ini merupakan hasil proses pembentukan yang dimulai dari sejak dini (anakanak) di dalam keluarga, masyarakat dan negara.
Berdasarkan perspektif kewarganegaraan tersebut dikenal adanya tiga kompetensi yang harus dimiliki warga negara agar disebut warga negara yang baik, yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), kecakapan kewarganegaraan (civic skill), dan watak kewarganegaraan (civic disposition). “Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara. Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan dengan materi atau substansi yang harus diketahui warga negara. Komponen kedua
(Civic skill) kecakapan kewarganegaraan Civic skill (kecakapan
kewarganegaraan), termasuk dalam komponen ini ialah ketrampilan intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan luas, efektif dan bertanggungjawab antara lain adalah ketrampilan berpikir kritis. Ketrampilan berpikir kritis meliputi mengidentifikasi, menggambarkan mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah-masalah publik. Komponen ketiga Kewarganegaraan)
yaitu Watak Kewarganegaraan Civic disposition (Watak
mengisyaratkan
pada
karakter
publik
maupun
privat.
Watak
kewarganegaraan berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang baik di rumah, sekolah, masyarakat. Persepsi (Negara) Indonesia Terhadap Anak Persepsi negara Indonesia yang dimaksud yaitu sebagaimana tercermin melalui UU perlindungan anak. Siapa anak itu? Anak diakui sebagai karunia Tuhan dimana dalam diri anak itu melekat harkat dan martabat sebagai manusia. Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 Tahun (termasuk yang ada dalam kandungan). Anak juga dilihat sebagai penerus/generasi yang memiliki peran menjadi tulang punggung negara dan bangsa. Oleh karena itu konsekuensinya bagi negara anak harus mendapat kesempatan untuk berkembang dan tumbuh secara optimal baik fisik maupun non fisik dan sosial. Selain itu diperlukan upaya perlindungan bagi anak agar mendapat kesejahteraan melalui pemenuhan hak-hak secara tidak diskriminatif. Terlebih dari itu negara menjamin kesejahteraan dengan melakukan perlindungan anak sebagai bentuk jaminan terhadap Hak Asasi Manusia. Hak-Hak Anak dan Perlindungannya Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan (UU Perlindungan anak: Ps:4). Berbicara mengenai kehidupan yang berkualitas tidak bisa dilepaskan dengan jaminan terhadap perlindungan anak. Mengapa? Karena perlindungan anak bertujuan menjamin terpenuhinya hakhak anak agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang sehingga berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (UU Perlindungan anak Ps:3)
Untuk menciptakan hidup yang berkualitas, maka dilakukan
karena
ancaman
terhadap
anak
sering
perlindungan kepada anak harus terjadi
di
masyarakat,
maupun
keluarga/kehidupan rumah tangga. Hal-hal yang mungkin terjadi adalah kekerasan, eksploitasi, diskriminasi, penelantaran, penyalahgunaan dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sengketa bersenjata, pelibatan dalam kerusuhan sosial, pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan dan diskriminasi. Oleh karena itu perlindungan dari hal itu perlu dilakukan agar anak dapat tumbuh dan hidup wajar. Negara, pemerintah, masyaraakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. (UU Perlindungan anak Ps:20) Perlu diperhatikan ungkapan yang menyatakan : ”Anak anda 100% anak anda sampai usia lima tahun, setelah itu, ia telah menjadi anak dari lingkungan. (Tedjo: 2010:13). Memang anak merupakan suatu bagian dari sistem keluarga yang pertumbuhan dan perkembangannya mendapatkan pengaruh terutama dari keluarga kemudian dari luar lingkungan keluarga, mulai dari lingkungan mikro, messo, lingkungan exo dan lingkungan makro, sehingga jika ada penyimpangan yang terjadi pada individu merupakan suatu hasil pengaruh sistem keluarga dan lingkungan luarnya Skema:1 Lingkungan Anak
Lingkungan Keluarga
Keluarga
Lingkungan luar keluarga
Anak
L
Ling. Messo
Lingkungan mikro (teman)
(Masyarakat Sekitar)
Ling. Mikro (Teman) Lingkungan Exo- global
Saat ini pendidikan karakter baru menjadi perhatian pemerintah karena ternyata karakter sangat menentukan eksistensi bangsa dan negara. Anak perlu dilindungi melalui pendidikan baik di dalam keluarga, masyarakat dan negara supaya karakternya dapat dibentuk dan diarahkan untuk menjadi karakter yang baik (good character). Pendidikan baik di dalam keluarga, sekolah sangat besar tanggung jawabnya dalam ikut membentuk karakter anak sebagai generasi penerus.
”Pendidikan” ialah bantuan yang diberikan orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar dia mencapai kedewasaan. Bantuan yang diberikan oleh pendidik itu berupa pendampingan, yang menjaga agar anak didik belajar hal-hal yang positip, sehingga sungguhsungguh menunjang perkembangan. (Winkel, W.S, 2009). (Bronfen Brenner dalam teorinya tentang family ecology and the child development dalam Kardiman (2009) Pada skema di bawah ini dipaparkan mengenai hakikat manusia kaitannya dengan beberapa unsur karakternya yang dapat dipakai sebagai refleksi untuk kegiatan agar kehidupan terarah pada kehidupan yang berkualitas dan bermakna. Skema :2 Hakikat Manusia dan Pengembangan Potensinya Kecerdasan spiritual
Kecerdasan sosial
Mahkluk Ciptaan Tuhan
Makhluk Individu:
Makhluk Sosial:
Memiliki sifat individu
Memiliki sifat sosial HAKIKAT
Tanggungjawab Individu Makhluk Jasmani/berraga
Tanggungjawab sosial Makhluk Rohani/berjiwa
MANUSIA
Pribadi unik/ memiliki kebebasan dan kreativitas untuk berkreasi/inovasi
Olah: Pikir/Akal: Logika
Olah raga Karakter Pribadi yang unik
Seni/Perasaan: Estetika -Karsa: Etika
Kecerdasan verbal-linguistik Kecerdasan matematis –logis, Kecerdasan visual-spasial, Kecerdasan Kinestetik-jasmani,
Kritis, kreatif, jujur, beriman- taqwa, peduli, bertanggungjawab, sehat, bersih, cerdas, berani, empati, simpati, sopan, menghargai perbedaan, pendapat, kerja keras, rela berkorban, dlsb.
Kecerdasan musikal-ritmik, Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan interpersonal atau
Daftar Pustaka ”sosial”,
Branson M.S. ( 1998). “ The Role of Civic Education”, Calabasas: CEE. Kecerdasan natural. Kardiman (2009) “Membangun Kembali Karakter Bangsa Melalui Situs-Situs Kewarganegaraan, Acta Civicus Vol. 2, No.2 April.
Langeveld,M.J.1965. Pengantar Pedagogik Teoritis. (terjem: I.P. Simanjuntak: Beknopte Theoretische Paedagogiek) Bandung: Bapemsi. Lickona, Ths. (1992). Educating for Character, Bantam trade paperback edition USA, A Bantam Book Publishing History Sunarto dan Hartono, B. Agung. (2008). Perkembangan Peserta Didik, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan PT. Rineka Cipta. UU Perlindungan Anak Winkel, W.S. (2009) Psikologi Pengajaran , Yogyakarta, Media Abadi