Saya Senantiasa Mengutamakan Kesehatan Penderita
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
www.rsudrsoetomo.jatimprov.go.id
HIDUP SEHAT HINDARI KANKER Koordinasi Monitoring & Evaluasi RSUD Dr. Soetomo / 02
Perawakan Pendek Pada Anak / 08
Prosedur Pengiriman Jenazah Ke Luar Negeri / 22 Januari 2015 Vol.19 No. 1
t: Inser 05 g . o N I n UU R014 tenta n 2 tur Sipil u h a T para A ra Nega ISSN : 14106450
Survey Verifikasi Akreditasi RS Versi KARS 2012 Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 16-17 Desember 2014 Oleh Surveyor : Alzarita Arbain, M.Kes dan Susihar, M.Kep
1
2
3
4
5
6 1. Sambutan pembukaan oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo. 2. Suasana verifikasi di Ruang Loka Widya. 3. Surveyor telusur di Ruang K3RS. 4. Telusur di Instalasi Rawat Jalan. 5. Surveyor telusur di Instalasi Radioterapi. 6. Telusur di Irna Medik.
daftar isi januari 2015 Vol. 19 No. 1
BERITA UTAMA
02
Koordinasi Monitoring & Evaluasi RSUD Dr. Soetomo
06
ARTIKEL KESEHATAN 1. Mengenal Tanda-tanda Kusta 2. Perawakan pendek pada anak : Bisakah diobati ? 3. Aplikasi Alat Timer Turning Schedule (TTS) 4. Peran Vitamin D pada Asma Bronkiale
15 SEPUTAR SOETOMO
1. 2. 3. 4.
22
Seputar Soetomo Perubahan Pelayanan di IGD Peringatan HUT Dharma Wanita & Hari Ibu Lomba Budaya Malu
SEKILAS INFO
26 RUANG WANITA • Rainbow Satay • Cup Puding Isi Buah Saus Susu
27
COVER : RUANG UNIK & LUCU
28
kuis mimbar
Pelepasan balon oleh Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo di Halaman Gedung Negara Grahadi Jl. Gubernur Soeryo Surabaya sebagai tanda Peringatan Hari Kanker Sedunia Tahun 2015 didampingi Ketua Panitia Hari Kanker Sedunia di Surabaya Tahun 2015 Hendrian Dwi Koloso, dr, SpM dan Sekdaprov. Jatim Dr. H. Akhmad Sukardi, MM Rabu, 5 Pebruari 2015.
Dari Redaksi ’HIDUP SEHAT HINDARI KANKER’ adalah tema Hari Kanker Sedunia 4 Pebruari 2015 ini, yang kita jadikan tema Majalah Mimbar Januari 2015 ini yang dapat dilihat kegiatannya dalam gambar di sampul depan dan belakang. Kami muat sebagai insert mengenai UU RI No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), agar kita yang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat mengetahui adanya perubahan mulai Tahun 2015 ini menjadi ASN. Berita utama mengenai Koordinasi, Monitoring & Evaluasi RSUD Dr. Soetomo menambah wawasan kita akan RS kita yang tercinta ini. Artikel Kesehatan, Seputar Soetomo, Sekilas Info, Tokoh, Ruang Wanita, Ruang Unik & Lucu tetap kita sajikan dan dapat menarik pembaca. Selamat membaca dan mengisi Kuis Mimbar sebagai selingan waktu dan obat anti pikun.
Susunan Redaksi Pelindung : Dodo Anondo, dr, MPh - Direktur RSUDD Dr. Soetomo Penasehat : Drs. Pungky Hendriastjarjo, MAk - Wakil Direktur Umum dan Keuangan • Dr. Kohar Hari Santoso, dr., SpAn, KIC, KAP - Wakil Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan • Dra. Sri Widayati, Apt, SpFRS - Wakil Direktur Penunjang Medik • Bangun Trapsila Purwaka, dr., SpOG(K) - Wakil Direktur Pendidikan Profesi & Penelitian. Pimpinan Redaksi : Sunarso Suyoso, dr., Sp.KK(K) - Kepala Instalasi PKRS & Humas Wakil Redaksi : Didi Aryono Budiyono, dr., Sp.KJ(K) - Wakil Kepala Instalasi PKRS & Humas
Prosedur Pengiriman Jenazah ke Luar Negeri
Dewan Redaksi : Roestiniadi Djoko Soemantri, dr., Sp.THT (K) • Pranawa, dr., Sp.PD.KGH, Agus Hariyanto, dr., SpA (K), Syaiful Islam, dr., Sp.S, Dr. Esti Handayani, dra. Apt.MARS • Rahayu Warni Kusasih, SKM • Rama Krishna, SKM • Tutik Murniati, SE. • Ruri Mustikarani, S.Sos • Yasta Dwi Amanda, SKM
37
Tata Usaha : Widyowati, Zainal Mutakin, S.Sos, Susana Shinta A. Alamat : Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6 - 8 Surabaya • Telp. 5501086, 5501088, 5501123 • eMail:
[email protected] • Website: www.rsudrsoetomo.jatimprov.go.id • Foto-foto : ZM
TOKOH
Bambang Dwiantoro, Drs
Redaksi menerima sumbangan foto atau karangan, berupa tulisan ilmiah, pengalaman kerja, ide cerita, anekdot, suka duka dan lain-lain yang menyangkut kesehatan. Redaksi berhak mengurangi atau menambah, tanpa mengubah isi. januari 2015 mimbar 1
berita utama
KOORDINASI MONITORING DAN EVALUASI Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Wakil Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan A. PENDAHULUAN Monitoring dan evaluasi adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam rangka melakukan Akuntabilitas Kinerja organisasi maupun perseorangan. Data & Laporan yang ada menjadi dasar dalam merencanakan Program Kegiatan serta Penyusunan Anggaran. Upaya ini harus dilakukan guna menghindari penggunaan Anggaran untuk hal hal yang tidak terkait dengan Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo. Untuk dapat melakukan Monitoring & Evaluasi atas aktivitas berbagai unit kerja di Lingkungan RSUD Dr. Soetomo butuh mengenal kesatuan yang ada di RSUD Dr. Soetomo. Secara umum kegiatan dan personalia RSUD Dr. Soetomo diorganisasikan dalam : I. Struktural II. Fungsional Di samping Struktural dikenal juga satuan organisasi Komite, Tim, Panitia, Pusat dan Gedung. Ada baiknya didiskusikan satu persatu agar ada kesamaan faham sehingga terbentuk pola standar pengorganisasian dan tata kelola rumah sakit yang harmonis. B. STRUKTURAL Struktural adalah para Pejabat Struktural beserta Staf yang bekerja dalam rangka Manajemen RSUD Dr. Soetomo. Yang saat ini dikenal adanya Direksi, Bidang / Bagian dan Seksi/ Sub Bagian. Saat ini ada 11 Bidang / Bagian di RSUD Dr. Soetomo : 1. Bidang Pelayanan Medik 2. Bidang Pelayanan Diagnostik & Khusus 3. Bidang Keperawatan 4. Bidang Perbekalan dan Peralatan Medik 5. Bidang Pemasaran dan Rekam Medik 6. Bidang Pendidikan & Pelatihan 7. Bidang Penelitian dan Pengembangan 8. Bagian Tata Usaha 9. Bagian Kepegawaian 10. Bagian Keuangan 11. Bagian Perencanaan Program. Para Kepala Bidang membawahi para Kepala Seksi/ Sub bagian. Ada sebanyak 26 Kepala Seksi / Sub bagian, yakni : • Bidang Pelayanan Medik 1. Seksi IRNA & IRJ 2. Seksi Rawat Darurat , Intensif & Invasif • Bidang Pelayanan Diagnostik & Khusus 1. Seksi Pelayanan Khusus 2. Seksi Pelayanan Diagnostik • Bidang Keperawatan 1. Seksi Pelayanan Keperawatan 2. Seksi Pengembangan Mutu Keperawatan • Bidang Perbekalan dan Peralatan Medik 1. Seksi Perbekalan Medik 2. Seksi Peralatan Medik • Bidang Pemasaran dan Rekam Medik 2 mimbar januari 2015
1. Seksi Pemasaran 2. Seksi Rekam Medik • Bidang Pendidikan & Pelatihan 1. Seksi Pendidikan Klinik 2. Seksi Pendidikan dan Pelatihan Profesi 3. Seksi Pelatihan • Bidang Penelitian dan Pengembangan 1. Seksi Penelitian 2. Seksi Pengembangan. • Bagian Tata Usaha 1. Sub bagian Umum & Rumah Tangga 2. Sub bagian Perlengkapan & Aset 3. Sub bagian Perundangan dan Ketertiban • Bagian Kepegawaian 1. Sub bagian Administrasi Pembinaan Pegawai 2. Sub bagian Formasi Kepegawaian • Bagian Keuangan 1. Sub bagian Penerimaan 2. Sub bagian Akutansi 3. Sub bagian Verifikasi 4. Sub bagian Perbendaharaan • Bagian Perencanaan Program. 1. Sub bagian Perencanaan Program & Anggaran 2. Sub bagian Evaluasi & Pelaporan Mungkin ada yang melihat kebutuhan untuk mereorganisasi struktur manajemen yang ada, akan tetapi lebih lengkap dan konkret kalau dibentuk Tim Perumus Reorganisasi untuk merumuskan Organisasi dan Tata Kelola RSUD agar miskin Struktur tapi kaya Fungsi. Orientasinya efektivitas dalam merespon permasalahan dalam menghadirkan jasa kepada masyarakat secara efisien dalam pembiayaan di era JKN dengan tarif INA CNGs. C. FUNGSIONAL Pengorganisasian tenaga profesional atau fungsional di Rumah Sakit dikelompokkan dalam Instalasi dan SMF. Perawat misalnya, mereka ada dalam kesatuan di Instalasi atau unit kerja di bawahnya. Apoteker dan asisten apoteker dalam kesatuan Instalasi Farmasi. Tenaga Medik atau Dokter tidak menetap pada satu Instalasi atau unit kerja. Seorang dokter kadang bekerja di Poliklinik, kadang di Ruang perawatan atau mungkin juga di ruang tindakan atau kamar operasi. Oleh karenanya dokter di kelompok pada kesatuan Staf Medik Fungsional (SMF) atau Kesatuan Staf Medik (KSM). Instalasi yang sudah ada Di RSUD Dr. Soetomo sangat banyak sehingga bisa terlewatkan tidak tercatat. Secara umum Instalasi dapat dikelompokkan menjadi 2 yakni ; I. Instalasi Pelayanan Langsung II. Instalasi Penunjang Pelayanan. I. Instalasi Pelayanan Langsung 1. Instalasi Rawat jalan (IRJ) 2. Instalasi Gigi & Mulut
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Instalasi Paliatif & Bebas Nyeri Instalasi Rehabilitasi Medik Instalasi Hemodialisa Instalasi Rawat Intensif & Reanimasi (IRIR) Instalasi rawat Inap Anak (IRNA Anak) Instalasi rawat Inap Obstetri & Ginekologi (IRNA Obgyn) 9. Instalasi rawat Inap Medik (IRNA Medik) 10. Instalasi rawat Inap Bedah (IRNA Bedah) 11. Instalasi rawat Inap Jiwa (IRNA Jiwa) 12. Instalasi Rawat Darurat (IRD) 13. Instalasi Bedah Pusat (IBP) 14. Instalasi Diagnostik Intervensi Kardiovaskular (IDIK) 15. Instalasi Invasif Urogenital (IIU) 16. Instalasi Anestesi 17. Instalasi Radiologi 18. Instalasi Patologi klinik 19. Instalasi Patologi anatomi 20. Instalasi Mikrobiologi 21. Instalasi Radioterapi 22. Instalasi Transfusi Darah (ITD) 23. Instalasi Bank Jaringan dan sel 24. Instalasi Kedokteran Forensik. 25. Instalasi GRIU Graha Amerta Beberapa Instalasi tersebut ada yang terdiri sedemikian banyak unit kerja yang diampu. Sebagai contoh : Instalasi rawat inap Medik (IRNA Medik) terdiri dari : 1. Ruang Pandan Wangi 2. Ruang pandan 1 3. Ruang Pandan 2 4. Ruang Rosela 1 5. Ruang Rosela 2 6. Ruang Palm 1 7. Ruang Palm 2 8. Ruang Kemuning 1 9. Ruang Kemuning 2 10. Ruang Seruni 11. Ruang Seruni A 12. Ruang Seruni B 13. Ruang UPIPI 14. Ruang Camelia 15. Ruang Isolasi Khusus (RIK) 16. Unit EMG & EEG 17. Unit Ekhokardiografi 18. Unit USG Medik 19. Unit Onkologi Hematologi 20. Unit Endoskopi 21. Unit OK Paru 22. Unit Laboratorium Paru 23. Unit Sleep Disorder (dalam penataan) Bandingkan dengan Instalasi Transfusi Darah dengan 3 Unit Pelayanan : 1. Unit Pelayanan Transfusi 2. Unit Pelayanan Donor 3. Unit Pelayanan Apheresis. Oleh karenanya patut difikirkan rentang kendali yang efektif dengan melakukan pemecahan Instalasi atau sebaliknya juga dilakukan penggabungan beberapa Instalasi dengan aktivitas yang “serumpun” menjadi satu Instalasi. Patut dibentuk Tim Khusus yang merumuskan akan hal tersebut sehingga tercipta pengelolaan Unit unit kerja di RSUD Dr. Soetomo secara efektif dan efisien berorientasi pada Customer dan keharmonisan budaya
kerja. Data kinerja harian Unit Kerja dari masing masing Instalasi dirangkum secara bulanan, triwulan serta tahunan. Secara umum jenis pelayanan dari unit unit kerja dapat digolongkan sebagai berikut ; a. Pelayanan Rawat Jalan b. Pelayanan Rawat Darurat c. Pelayanan Rawat Inap d. Pelayanan Rawat Sehari e. Pelayanan Pembedahan & Tindakan invasif. f. Pelayanan MDG’s (Ponek, HIV, Tb) g. Pelayanan Diagnostik h. Pelayanan Pengembangan i. Pelayanan Lain lain Format apa yang harus dilaporkan oleh Instalasi tergantung jenis pelayanan dari unit kerja yang ada dibawah kendalinya. Jenis Pelayanan rawat jalan di RSUD Dr. Soetomo dilakukan oleh beberapa Instalasi atau Unit kerja antara lain: A. Instalasi Rawat Jalan , à 26 URJ à108 Klinik B. Instalasi Gigi & Mulut. C. Instalasi Paliatif. D. Poliklinik di Upipi E. UMC (Unit Medical Check Up) F. Unit Rawat Jalan Instalasi GRIU, à 20 Klinik. Demikian pula satu Instalasi yang menyelenggarakan berbagai jenis pelayanan. Sebagai contoh Instalasi GRIU Graha Amerta yang menyelenggarakan pelayanan : 1. Pelayanan Rawat Jalan / Poliklinik 2. Pelayanan Rawat Inap (lantai 2 hingga 7) 3. Pelayanan Rawat Sehari (Hemosialisa , ODS, ODC ,Medical Check up) 4. Pelayanan Pembedahan (kamar Tindakan GRIU) II. Instalasi Penunjang Pelayanan. 1. Instalasi Farmasi (IFRS) 2. Instalasi Gizi 3. Instalasi Sterilisasi & Binatu (ISB) 4. Instalasi Pemeliharaan Sarana Medik (IPSM) 5. Instalasi Sanitasi & Lingkungan (ISL) 6. Instalasi Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (Inst. PKRS) 7. Instalasi Teknologi Infomasi 8. Instalasi Kerjasama Pembiayaan Kesehatan Instalasi penunjang pelayanan menjadi wadah Kesatuan bagi tenaga profesional sesuai ilmu keprofesian yang dimilikinya. Ahli Gizi misalnya, menerapkan keilmuan gizi untuk mendukung kesembuhan pasien. Apoteker dan asisten apoteker bekerja dari sudut pandang Ilmu farmasi untuk mendukung kesembuhan pasien. Peran belanja obat , alat kesehatan, makanan pasien diserahkan pada manajemen - Unit Layanan Pengadaan. Tentu saja spesifikasi kebutuhan akan logistik medik harus jelas dan detail agar memenuhi kebutuhan medik. Kebutuhan obat dalam rangka pelayanan harus mengacu pada Formularium Nasional. Apabila tidak terakomodir dalam Formularium Nasional maka RS melengkapi dalam Formularium Rumah Sakit yang disusun oleh KFT. Oleh karenanya Formulasi kebutuhan dalam bentuk Formularium yang mengakomodir kebutuhan SMF dengan dikoordinasikan dalam Komite Farmasi dan Terapi adalah suatu Kebutuhan. Di sisi lain biaya investasi rumah sakit untuk pengadaan obat hanya dengan 1 original , 1 “me too” 50 % lebih efisien dibandingkan 1 original dengan 3 “me too”. januari 2015 mimbar 3
berita utama Kepala Instlasi Penunjang Pelayanan melaporkan Kinerja Individual anggota (sesuai laporan tenaga profesional) maupun kinerja pelayanan sesuai macam aktivitas pelayanan yang dilakukan. Laporan Kinerja Instalasi ........................ Bulan ......... Tahun ......... No
Kegiatan
Total Kegiatan
Volume kegiatan
Keterangan
100 %
* form dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. Laporan Kinerja individu sesuai dengan format SKP (sasaran kerja pegawai) D. SMF Untuk RSUD Dr. Soetomo dan rumah sakit pendidikan dilakukan pengelompokkan dokter dalam SMF sesuai rumpun ilmu yang ditekuni. Seperti Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Kesehatan Mata, Neurologi, Ortopedi dan sebagainya. SMF atau Staf Medik Fungsional adalah unit fungsional Rumah Sakit. Di rumah sakit pendidikan seperti RSUD Dr. Soetomo, SMF seringkali diidentikan dengan Unit kerja dari Fakultas Kedokteran yang dengan sebutan Departemen. SMF dan Departemenn bagai dua sisi dari sekeping “mata uang”. Departemen adalah unit kerja atau kesatuan dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, sedangkan SMF adalah bagian dari RSUD Dr. Soetomo. Namun demikian ada juga SMF yang bukan merupakan Departemen dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. SMF yang saat ini ada di RSUD Dr. Soetomo (mohon maaf kalau salah menyebutkan) : 1. SMF Ilmu Kesehatan Anak 2. SMF Ilmu Penyakit Dalam 3. SMF Pulmonolgi 4. SMF Kardiologi 5. SMF Obstetri & Ginekologi 6. SMF Ilmu Kesehatan Mata 7. SMF Telinga Hidung, Tenggorokan & Kepala leher. 8. SMF Bedah 9. SMF Ortopedi & Traumatologi 10. SMF Urologi 11. SMF Bedah Plastik & Rekonstruksi 12. SMF Bedah Saraf 13. SMF Anestesiologi 14. SMF Neurologi 15. SMF Psikiatri 16. SMF Patologi Klinik 17. SMF Patologi Anatomi 18. SMF Mikrobiologi 19. SMF Radiologi 20. SMF Radioterapi 21. SMF Kedokteran Fisik & Rehabilitasi 22. SMF Kedokteran Forensik 23. SMF Andrologi 24. SMF Gigi & Mulut 25. SMF Dokter Umum E. KOMITE KOMITE Di samping Struktural dan Fungsional dibentuk pula Komite yang memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan pembahasan dan memberikan rekomendasi terkait sesuatu 4 mimbar januari 2015
Permasalahan. Yang disebut dalam Undang Undang Rumah Sakit adalah Komite Medik. Komite Medik bertugas untuk hal hal terkait tenaga medik (dokter). Sesuai dengan permenkes , Permasalahan yang diampu Komite Medik menyangkut Kredensial, Etika dan Mutu Profesi sebagaimana Sub Komite yang dimilikinya. Dapatlah disimak bahwa sebuah Komite bersifat sebagai “Brain Tank” untuk Direksi. Sedangkan eksekusinya diserahkan pada Struktural yang terkait atau kalau tidak ada maka dibentuk Tim. Pembentukan Tim beranggota wakil dari berbagai Kesatuan Organisasi secara “ex officio” atau personal yang memiliki kompetensi untuk permasalahan yang dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan Tugas Tim. Kebutuhan untuk pembentukan Tim bisa sangat luas dari berbagai peran dan masalah yang dihadapi. F. INDIKATOR
Tiap Instalasi melaporkan Kinerja Personal dari setiap Pegawai yang bekerja di Instalasi. Format laporan Tenaga Fungsional digunakan untuk mencatat kinerja masing masing pegawai sesuai profesi / keahlian masing masing. Profesi Tehnik Bulan Tahun No
LAPORAN KINERJA TENAGA FUNGSIONAL : Dokter / Keperawatan / Farmasi / Sanitasi / : ................... : ......................... : ......................................... Jenis Aktivitas
Volume aktivitas
Bobot Aktivitas
Bobot Profesi
Jumlah Point
TOTAL
• Tabel dapat diperpanjang sesuai kebutuhan Jenis aktivitas adalah macam kegiatan yang dilakukan oleh profesi masing masing. Volume aktivitas adalah jumlah kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu 1 bulan. Konfirmasi atas jumlah ini dapat dilakukan dengan “log book” masing masing dilengkapi no identifikasi barang atau no RM (untuk pasien) yang ditangani. Tiap jenis aktivitas diberi bobot untuk menjadi faktor perkalian dari masing maisng aktivitas. Bobot profesi adalah pembobotan yang diberikan untuk profesi dengan
membanding urutkan semua profesi yang bekerja di rumah sakit. Sebagaimana diketahui bahwa disamping dokter, keperawatan. Farmasi dan Gizi ada sekitar 22 keahlian lain yang bekerja di rumah sakit. Laporan kinerja dokter dilakukan oleh Ka SMF dengan mengklarifikasi “log book” tiap dokter. LAPORAN KINERJA TENAGA FUNGSIONAL Profesi : Dokter / Keperawatan / Farmasi / Sanitasi / Tehnik : ................... Bulan : ......................... Tahun : ......................................... No
Jenis Aktivitas
1
Memeriksa pasien di Poli Visite pasien Ruangan Melakukan Operasi kecil Melakukan Operasi Sedang TOTAL
2 3 4
Volume aktivitas
Bobot Aktivitas
Bobot Profesi
Jumlah Point
• Tabel dapat diperpanjang sesuai kebutuhan Untuk Pegawai / Karyawan struktural dilakukan pengukuran kinerja dilakukan dengan TAPKIN (penetapan kinerja) Ka Instalasi juga melaporkan kinerja unit kerja / ruangan dalam lingkup kerjanya sesuai jenis pelayanan yang dilakukan. • 10 Diagnosa terbanyak • Jumlah Pasien berdasar asal tempat tinggal • Jumlah pasien menurut umur • Jumlah pasien menurut jenis kelamin • Jumlah kunjungan pasien rawat jalan • Jumlah pasien rawat darurat berdasar tingkat kegawatan • Jumlah Pasien IRD tiap SMF/ Divisi berdasar cara bayar. • Jumlah Pasien IRD tiap SMF/ Divisi berdasar tingkat kegawatan. • Jumlah pasien rawat inap tiap ruang menurut cara bayar • Jumlah Hari Rawat berdasar kelas perawatan • BOR (Beds Occupancy Rate) berdasar kelas perawatan • ALOS (Average Lenghth of Stay) berdasar kelas perawatan • TOI (turn Over Interval) berdasar kelas perawatan • BTO (bed Turn Over) berdasar kelas perawatan • Jumlah pasien menurut kondisi saat pulang. • Jumlah Pasien Rawat Sehari • Jumlah Tindakan operasi di tiap Kamar Operasi • Jumlah Tindakan Invasif / Intervensi / Anestesi • Jumlah Pemeriksaan Diagnostik sesuai jenis pemeriksaan. Tiap Instalasi juga memanatau masalah PMKP (peningkatan mutu & keselamatan pasien) di unit kerja masing masing. Dari indikator PMKP yang dihimpun menjadi dasar untuk membuat Program PMKP di Instlasi / unit kerja masing masing. Indikator PMKP tersebut menyangkut area klinis, manajerial, JCI library dan 6 sasaran keselamatan pasien.
Untuk Struktural melaporkan Penetapan Kinerja (TAPKIN)
kinerjanya
sesuai
Laporan Kinerja Ka Bid/Bag, Ka Sie/SubBag No
Kode rekening
Uraian belanja / Kegiatan
Alokasi Anggaran
Realisasi Triwulan ini Kegiatan Anggaran
% serapan
Total
INDIKATOR MUTU AREA KLINIS Pemanatauan Asesmen pasien Mutu Pelayanan laboratorium Mutu Pelayanan Radiologi dan diagnostic imaging Mutu Prosedur bedah Mutu Penggunaan antibiotik dan medikasi lain Laporan Medication errors dan near misses; Laporan Penggunaan Anestesi dan sedasi Lapotran Penggunaan darah dan produk darah Laporan Ketersediaan, konten dan penggunaan Rekam Medik Laporan Pencegahan & Pengendalian Infeksi Laporan Penelitian klinis INDIKATOR MUTU AREA MANAJERIAL Laporan Pengadaan rutin Alkes & Obat (IAM1) Laporan Pelaporan aktivitas RS (IAM2) Laporan Manajemen Risiko (IAM3) Laporan Manajemen SDM (IAM4) Laporan Harapan & Kepuasan Pasien (IAM5) Laporan Harapan & Kepuasan Staf (IAM6) Laporan Manajemen Keuangan (IAM8) Laporan Dx & Geografi (IAM7) Laporan K3RS (IAM9) Indikator JCI library/ Audit Laporan Forum Audit Clinical Pathway & INA CBG dari Komite Medik , maupun Audit Keperwatan dari Komite Keperawatan maupun Ka Sie Mutu Keperawatan adalah suatu keniscayaan. Indikator Keselamatan Pasien . Laporan Identifikasi pasien Laporan Pelaksanaan Komunikasi SBAR & TBAK Laporan Pemantauan terkait High Alert Drugs Laporan Safe Surgery Save life Laporan Pencegahan & Kejadian Resiko Pasien jatuh Laporan Pengurangan Risiko Infeksi. Tampaknya data dan Laporan terkait Indikator ini sedemikian banyak, namun kalau dicermati bahwa masing masing Instalasi / Unit kerja mengumpulkan data sesuai aktivitas yang dilakukan. Oleh karenanya penataan data dokumen menjadi sangat penting dan tanpa data maka tidak ada Laporan yang bisa disajikan. Dan tanpa Laporan maka kegiatan kita menjadi tidak memiliki arah yang jelas menuju Visi yang akan kita capai. Ayo kita tingkatkan mutu RSUD Dr. Soetomo agar kita dapat turut bangga memakmurkan bangsa & negara Republik Indonesia. januari 2015 mimbar 5
artikel kesehatan
MENGENAL TANDA-TANDA KUSTA
dr. Medhi Denisa Alinda SpKK - Divisi Lepra SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin
M
orbus Hansen adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi dan dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang dan testis. Di Indonesia pasien kusta diperoleh terdapat di hampir seluruh propinsi tetapi area hiperendemis ada pada pulau Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua. Data dari WHO pada tahun 2010, tercatat 17.012 kasus baru kusta di Indonesia dengan angka prevalensi 7,22 per 100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2011, tercatat 19.371 kasus baru kusta di Indonesia dengan angka prevalensi 8,03 per 100.000 penduduk dan Indonesia merupakan negara dengan prevalensi kusta yang tinggi menempati urutan ketiga didunia setelah India dan Brazil. Masalah yang banyak timbul adalah masalah klinis yaitu mayoritas ditemukannya pasien kusta tipe multibasiler, kusta pada anak, disabilitas dan masalah sosial yang ditemui yaitu stigma di masyarakat Indonesia. Gambaran Klinis Penyakit Kusta Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun, dan disebabkan oleh kuman Mycobakterium lepraeyang menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Diagnosis kusta diperoleh satu dari tanda kardinal sebagai berikut : 1. Bercak kulit yang mati rasa (bercak kulit dapat berbentuk bercak putih/ hipopigmentasi dan bercak kemerahan/ eritematus yang mati rasa/ anastesia 2. Penebalan saraf tepi dengan gangguan saraf (gangguan fungsi sensoris yaitu mati rasa, gangguan fumgsi motoris yaitu kelemahan otot/ kelumpuhan dan gangguan fungsi otonom yaitu kulit kering) 3. Ditemukannya M.leprae atau bakteri tahan asam pada pemeriksaan bakteriologis yang berasal dari kerokan jaringan kulit Cara penularan penyakit kusta masih belum diketahui secara pasti. Penularan diduga melalui saluran pernafasan, atau melalui kontak kulit. Apabila pasien sudah didiagnosis kusta maka berikutnya harus ditentukan tipe atau klasifikasinya yang bertujuan untuk menentukan pengobatan, prognosis dan komplikasi serta identifikasi pasien yang kemungkinan besar akan mengalami kecacatan. Kuman penyebab kusta pertama kali ditemukan oleh GH Armauer Hansen pada tahun 1873 kemudian pada tahun 1953 penyakit kusta diklasifikasikan oleh Madrid yaitu menjadi tipe lepromatosus, tipe tuberkuloid, indeterminate dan borderline. Pada tahun 1966 muncul klasifikasi RidleyJopling menjadi 5 kelompok yaitu : TT - BT – BB – BL – LL. Dan pada tahun 1982 WHO mengeluarkan penyederhanaan klasifikasi menjadi 2 kelompok yaitu Multibasiler (MB) dan Pausibasiler (PB). Penentuan klasifikasi / tipe penyakit menurut WHO adalah sebagai berikut : TANDA UTAMA Bercak kusta Penebalan saraf tepi yang disertai ganggu an fungsi (kurang/mati rasa, atau kelemahan otot yang dipersarafi saraf yang bersangkutan) Sediaan apusan 6 mimbar januari 2015
PB Jumlah 1-5 Hanya satu saraf
MB Jumlah > 5 Lebih dari satu saraf
BTA negatif
BTA positif
Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi penyakit kusta adalah sebagai berikut : Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan 1. Bercak (makula) mati rasa a. Ukuran b. Distribusi c. Konsistensi d. Batas e. Kehilangan rasa pada bercak
PB Kecil dan besar Unilateral atau bilateral simetris Kering dan kasar Tegas Selalu ada dan jelas
f. Kehilangan kemampuan berkeringat, rambut rontok pada bercak 2. Infiltrat a. Kulit
Selalu ada dan jelas
b. Membran mukosa (hidung tersumbat, perdarahan di hidung) 3. Ciri-ciri
Tidak pernah ada
4. Nodulus 5. Deformitas
Tidak ada
Central healing (penyembuhan di tengah) Tidak ada Terjadi dini
MB Kecil-kecil Bilateral simetris Halus, berkilat Kurang tegas Biasanya tidak jelas, jika ada terjadi pada yang sudah lanjut Biasanya tidak jelas, jika ada terjadi pada yang sudah lanjut Ada, kadang-kadang tidak ada Ada, kadang-kadang tidak ada - punched out lesion - madarosis - ginekomastia - hidung pelana - suara sengau Kadang-kadang ada Biasanya simetris, terjadi lambat
Klasifikasi Ridley dan Jopling mengelompokkan kusta berdasarkan 5 kelompok yaitu dari gambaran klinis, bakteriologis, histopatologis dan imunologis. Adapun klasifikasinya adalah : • Tipe Tuberkuloid (TT) Lesi kulit bisa satu atau beberapa, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas dan pada bagian tengah dapat ditemukan lesi yang regresi atau central healing.Lesi nampak kering disebabkan karena kerusakan saraf otonom, kasar, dan tidak berambut. Lesi dapat disertai dengan hilangnya rangsang sensoris terutama rasa nyeri dan rangsang terhadap suhu. Penebalan saraf perifer biasanya dapat dipalpasi dekat dengan lesi kulit. Adanya infiltrasi tuberkuloid dan tidak adanya kuman merupakan tanda terdapatnya respons imun yang adekuat terhadap kuman kusta.
Gambar 1. MH tipe tuberkuloid • Tipe Borderline Tuberkuloid (BT) Lesi kulit menyerupai tipe tuberkuloid.Jumlah lesi dapat satu atau beberapa, tetapi gambaran hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skuama tidak sejelas tipe
tuberkuloid.Ukuran lesi lebih kecil dibandingkan dengan tipe TT dan batasnya tegas namun tidak teratur.Lesi biasanya terletak dekat saraf perifer yang menebal. Adanya gangguan saraf tidak seberat tipe tuberkuloid, dan biasanya asimetris.Pembesaran dan nyeri saraf dapat dikeluhkan. Reaksi tipe 1 dan neuritis kadang dapat muncul sebagai wujud eksaserbasi akut pada lesi kulit. Pemeriksaan hasil histopatologi menunjukkan gambaran granuloma epiteloid pada dermis, namun limfosit yang mengelilingi tidak sebanyak pada tipe TT. Sel Langhans dapat ditemukan di sekitar granuloma.
Gambar 2. MH tipe BT • Tipe Borderline Leprosy (tipe BB) Merupakan tipe yang tidak stabilcenderung mudah berpindah ke tipe BT atau BL, lesinya tendensi simetris. Permukaan lesi dapat mengkilat, batas lesi kurang jelas. Lesi berupa makula, batas lesi kurang jelas dengan jumlah lesi lebih banyak daripada BT. Didapatkan lesi yang disebut dengan punched out lession yang merupakan ciri khas tipe ini yaitu hipopigmentasi pada bagian tengah, dengan batas jelas. Gangguan saraf dapat terasa terutama pada lesi. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan gambaran makrofag menyerupai sel-sel epiteloid dalam granuloma yang berbeda, limfosit jumlahnya sedikit dan tersebar, tidak ditemukan sel raksasa
Gambar 4. MH tipe BL • Tipe Lepromatous Leprosy (tipe LL) Pada awal tipe LL, lesi yang muncul berupa makula atau papula eritematus dengan batas tidak jelas yang tersebar di ekstremitas dan badan secara simetris. Permukaan lesi mengkilap dan halus, dan keluhan anestesi jarang didapatkan. Pembesaran saraf tepi tidak didapatkan. Seiring perkembangan penyakit, maka jumlah dan besar lesi meningkat, dan muncul nodul. Keluhan yang sering muncul buntu hidung disertai perdarahan dan edema kaki. Pada tipe LL yang lebih lanjut, wajah bengkak disertai penebalan hidung dan cuping telinga, yang bisa disebut facies leonina. Gejala lanjut yang dapat ditemukan hilangnya alis (madarosis), saddle nose, sterilitas dan ginekomastia. Manifestasi dari kerusakan nervus perlahan muncul. Kehilangan sensorik pada area simetris dan pertama kali dideteksi pada area ekstensor, pada permukaan lengan, kaki, tangan dan telapak kaki. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan gambaran sel makrofag foamy padat di dermis. Infiltrasi limfosit tidak didapatkan atau minimal. Pada LL lanjut, akan nampak sel lepra yaitu makrofag foamy yang dikelilingi oleh kuman M.leprae bentuk globi.
Gambar 5. MH tipe LL Gambar 3. MH tipe BB • Tipe Borderline lepromatous (tipe BL) Lesi dimulai dengan makula. Awalnya hanya dalam jumlah sedikit dan cepat menyebar ke seluruh badan. Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya. Walaupun masih kecil, papul dan nodul lebih tegas dengan distribusi lesi yang hampir simetris. Jumlah lesi kulit lebih sedikit dibanding tipe LL dan belum terdistribusi simetris. Lesi bagian tengah tampak normal dengan pinggir dalam infiltrat lebih jelas dibandingkan dengan pinggir luarnya, dan beberapa plak tampak seperti punched out. Tandatanda kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan hilangnya rambut lebih cepat muncul dibandingkan dengan tipe LL.Pemeriksaan histopatologis memberikan gambaran proliferasi histiosit difus dengan diferensiasi mengarah pada sel epiteloid. Sel foamy tidak ditemukan dan jumlah limfosit minimal.
Hal terpenting pada pasien kusta adalah pencegahan dini agar masalah klinis yang dihadapi dapat dihindari yaitu keterlambatan diagnosis sehingga mayoritas pasien dengan multibasiler, kusta pada anak dan disabilitas dan kualitas kehidupan pasien kusta harus baik. Referensi : 1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta: Bakti Husada; 2007. 2. Makino M, Matsuoka M, Goto M, Hatano K. Leprosy : Science working toward dignity. Japan; Tokai University Press; 2011. p. 122-30. 3. Prakoeswa CRS, Agusni I, Listiawan MY, editors. Kapita Selekta Penatalaksanaan Morbus Hansen Terkini. Surabaya; Dept/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin; 2013. 4. Hastings RC, Gillis TP, Krahenbuhl JL, Franzblau SG. Leprosy. 1998; 1(3):330-45 5. Bryceson A, Pfaltzgraff. Leprosy Medicine in the Tropies. 3rd ed. Churchill Livingstone. New York USA.1990 januari 2015 mimbar 7
artikel kesehatan
PERAWAKAN PENDEK PADA ANAK: BISAKAH DIOBATI? Penulis: Nur Rochmah, dr, SpA. Staf Ilmu Kesehatan Anak RS dr Soetomo-FK Universitas Airlangga Surabaya
“Apakah ada kriteria untuk dilakukannya pemeriksaan khusus atau lanjut pada perawakan pendek?“ Ada, yaitu antara lain
tinggi badan di bawah persentil 3 atau -2SD,
kecepatan pertumbuhan di bawah persentil 25 atau laju pertumbuhan <4cm/tahun (usia 3 – 12 tahun)
dan perkiraan tinggi dewasa di bawah mid parental height. “Bagaimana terapi pada perawakan pendek ini?” Terapi disesuaikan dengan underlying disease yang diderita. Pada kekurangan hormone pertumbuhan maka dapat diberikan terapi injeksi hormone pertumbuhan ini.
P
erawakan pendek merupakan keluhan yang sering diutarakan oleh orang tua saat konsultasi di poli endokrin anak. Penderita terkadang mendapat perlakuan negative (bullying) dari orang sekitarnya. Hal ini tentu saja memberi dampak psikologis pada penderita mulai dari minder, menarik diri dari lingkungan dan depresi. “Apakah yang dimaksud perawakan pendek? “ Perawakan pendek atau short stature adalah tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut atau kurva NCHS. “Apa saja penyebabnya?” Perawakan pendek dapat disebabkan karena berbagai kelainan endokrin maupun non endokrin. Penyebab terbanyak adalah kelainan non endokrin seperti penyakit infeksi kronik, gangguan nutrisi, kelainan gastrointestinal, penyakit jantung bawaan dan lain lain. Perawakan pendek dapat merupakan salah satu bentuk malnutrisi. Data WHO menunjukkan tinggi anak Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan tinggi anak dari negaranegara lain. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, prevalensi anak balita pendek (stunting) 35,6 % atau turun 1,2 % dibandingkan 2007 (36,8 %); “Dapatkah dilakukan deteksi dini perawakan pendek ini?” Ya. Pemantauan tinggi badan berkala sangat penting untuk menilai normal tidaknya pertumbuhan anak. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan diperlukan untuk pemberian terapi lebih awal, sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Pengukuran tinggi badan, berat badan harus diukur dan dipantau berkala, minimal pada waktu waktu berikut yaitu : - Umur < 1 tahun : saat lahir, 1,2,4,6,9,12 bulan - Umur 1 – 2 tahun : setiap 3 bulan - Umur > 3 – 21 tahun : setiap 6 bulan Beberapa variasi normal perawakan pendek yang fisiologis yaitu perawakan pendek familial dan constitutional delay of growth and puberty. 8 mimbar januari 2015
“Apakah indikasi terapi hormone pertumbuhan itu?” Beberapa kelompok pasien telah disetujui untuk mendapat terapi hormone pertumbuhan, antara lain pada kass sebagai berikut: - Defisiensi hormon pertumbuhan
- Sindrom Turner
Anak - IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) atau KMK (Kecil Masa Kehamilan)
- Gagal ginjal kronik
- Sindrom Prader Willi
- Idiopathic short stature “Apa yang dipantau selama mendapat terapi?” Terapi hormon dihentikan bila lempeng epifisis telah menutup atau respon tidak adekuat terhadap terapi yaitu pertambahan kecepatan pertumbuhan tidak sesuai yang diharapkan. Bila dijumpai kelainan perawakan pendek yang patologis harap dirujuk ke divisi Endokrinologi Anak untuk penanganan subspesialistik lebih lanjut.
Gambar dikutip dari http://medicastore.com/ penyakit/3079/Perawakan_Pendek.html Sumber : Depkes RI, SPM IDAI 2010
PERSI AWARDS 2014
APLIKASI ALAT TIMER TURNING SCHEDULE (TTS) TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DALAM UPAYA MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA DEKUBITUS Erfandi Ekaputra, S.Kep.Ns.ETN Perawat Poli Bedah Lantai 3 Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.Soetomo Surabaya
P
ada era globalisasi banyak permasalahan dan kasus khususnya dalam penanganan luka dan menuntut kita petugas kesehatan untuk lebih kreatif dalam memberikan pelayanan perawatan pada masyarakat. Dari data yang ada bahwa luka dekubitus merupakan kasus yang paling besar pada waktu tertentu (WOCN, 2004). Pada tingkat asia, menurut Suriadi, 2008 bahwa insiden luka dekubitus di Indonesia sebesar 33,3% dan tertinggi diantara Negara ASEAN. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa dari sekitar 306 kasus luka pertahun, luka dekubitus ada pada peringkat ketiga sebesar 13,1% setelah luka diabetes dan luka bakar (PerdanakusumaDS, 2007). Di Rumah sakit Dr.Soetomo Surabaya program mobilisasi sudah dilaksanakan dengan pemberian jadwal mobilisasi pada pasien tetapi hasilnya belum optimal, beberapa permasalahan, antara lain : 1. Keluarga/pasien harus selalu fokus untuk melihat dan membaca jadwal yang tersedia. 2. Kertas jadwal program terkadang hilang sehingga menghambat program latihan mobilisasi pasien 3. Pelaksanaan masih dibebankan pada pasien dan keluarga 4. Tidak praktis tempat Permasalahan di atas, dapat menciptakan sebuah mimpi yang akhirnya menjadi bukti nyata. Maka terciptalah sebuah alat yang diberi nama Timer Turning Schedule (TTS) dengan konsep 4 M (Mudah, Murah, Menarik dan Multi fungsi). A. TINJAUAN PUSTAKA • Pengertian Luka Dekubitus Menurut (Chapman, 1986, hal.106); Suatu daerah kerusakan selluler yang terlokalisasi, baik akibat tekanan langsung pada kulit, sehingga menyebabkan “iskemia tekanan” maupun akibat kekuatan gesekan sehingga menyebabkan stess mekanik terhadap jaringan. • Turning Schedule Merupakan jadwal yang dibuat dalam bentuk jam sebagai pengingat bagi perawat dan keluarga saat waktu melakukan pergantian posisi mobilisasi dengan tujuan untuk mengurangi resiko terjadinya luka dekubitus bagi pasien (Pieper et al, 1997, 1998).
• Jam Timer/Weker Merupakan jam yang digunakan untuk menentukan waktu dan dilengkapi dengan alarm/bunyi untuk memanggil dan mengingatkan seseorang.
B. KERANGKA KONSEPTUAL DAN KERANGKA KERJA
januari 2015 mimbar 9
artikel kesehatan Berdasarkan hasil wawancara bahwa sebanyak 90% metode TTS dapat memberikan kemudahan bagi pasien dibandingkan Non TTS. F. KESIMPULAN Penggunaan Alat Timer Turning Schedule (TTS) dalam manajemen pasien dengan luka dekubitus : Mempermudah keluarga untuk mengadopsi perawatan luka Mempercepat proses penyembuhan luka G. PEMBUKTIAN Sebelum Setelah
C. METODOLOGI • Desain penelitian ini adalah Eksperimental (Trial Klinik) • Populasi adalah semua pasien yang mengalami kelumpuhan, keadaan lemah, pasien dengan kesadaran baik dan terdapat luka dekubitus. • Besar sampel = 14 pasien • Pengukuran score menggunakan Pengkajian “DESIGN” dari Sanada • Analisis Data : Menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test yaitu untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. dengan komputerisasi dan menggunakan SPSS. D. HASIL
E. PEMBAHASAN Tabel 1 : Menunjukkan adanya penurunan score secara angka sebelum dan sesudah perlakuan (TTS dan Non TTS). Dan terdapat penurunan jumlah total score rerata pada sesudah perlakuan antara yang menggunakan TTS dan Non TTS (TTS = 4,0 dan Non TTS = 6,4). Dari gambar trens perubahan score, pada TTS menunjukkan penurunan tajam dibawah garis rerata dibandingkan Non TTS diatas garis rerata. 10 mimbar januari 2015
H. CARA MEMBUAT TTS DAN APLIKASI • Persiapan Alat 1. Gunting 2. Lem 3. Kertas yang sudah ada gambar turning schedule 4. Jam Weker (cari yang mudah dilepas kaca depannya) • Cara membuat TTS 1. Siapkan jam weker , coba alat timernya apakah berfungsi dengan baik atau tidak 2. Buka kaca depan jam weker secara hati-hati dan pastikan tidak merusak semua komponen jam . 3. Siapkan kertas yang sudah terdapat gambar turning schedule kemudian gunting kertas sesuai dengan bentuk lingkaran pada jam weker . 4. Kertas dipasang lem kemudian pasang tepat ditengah jarum jam weker kemudian ratakan kertas dengan tangan agar tidak mengganggu kerja jarum jam. 5. Kemudian pasang kaca depan jam weker, pasang bateri jam . 6. Alat TTS sudah jadi, gampang kan. 7. Silahkan mencoba.
APLIKASI TTS
1. Siapkan alat TTS dan perhatikan : warna dan posisi pasien pada jam memulai (Hijau=Terlentang(Back),Mera h=Mika,Kuning=Miki )
2. Apabila pasien membutuhkan alarm/timer untuk mengingat, maka putar tombol dibelakang yang bertanda bel dan letakkan jarum timer pada posisi 2 jam berikutnya, misalnya mulai awal mobilisasi jam 11 maka 2 jam berikutnya jam 1/13.
4th edition, 2001, Silver Chain Foundation 3. Dealey Carol, The Care Of wound Guide For Nurse, Third Edition, 2005, Blackwell Publishing Ltd 4. Parkway Group health carePTE Ltd, Wound Care Manual, Second Edition, 1997 5. Formulary Of Wound Management Product, A Guide For Health Care Staff, Ninth Edition 6. Baranoski S.Ayello EA.Wound Care Essentials Practice Principles. Philadelphia : Lippincott William &Willkin :2003.p.79-90. 7. Dealey C The Care Of Wound. A Guide For nurses.Oxford :Blackwell Science Ltd; 1994.p.7-27 8. Kerstein MD. The Scientific Basis Of Healing. Adv Wound Care 1997;10 ;30 ;36 9. Wound Care Made Incredible easy. Philadelphia:Lippincott William &Wilkin :2003:p.71,126 10. Suryadi, Manajemen Luka, STIKEP Muhammadiyah, 2007. 11. Nursalam, Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, 2003, Penerbit Salemba Medika 12. Erfandi Ekaputra, Evolusi Managemen Luka, Menguak 5 Keajaiban Moist Dressing, 2013, Penerbit Trans Info Media Jakarta 13. David S. Perdanakusuma, Upaya Menjawab Tantangan Permasalahan Hulu-Hilir Luka Dan Keloid, 2009, Universitas Airlangga, Surabaya.
Ingredian paling penting adalah, angkat bokong dan lakukan sesuatu. Cuma sesederhana itu saja. Banyak orang punya ide, tapi hanya sedikit yang memutuskan untuk melakukan sesuatu tentang itu sekarang. Bukan besok, bukan minggu depan, tapi hari ini. Entrepreneur sejati adalah doer. (Nolan Bushnell) Saran hadiah : untuk musuh, maaf. Untuk penentang, toleransi. Untuk sahabat, hati anda. Untuk pelanggan, pelayanan. Untuk semua orang, kemurahan hati. Untuk setiap anak, contoh yang baik. Untuk diri sendiri respek. (Oren Arnold)
3. Pergantian posisi berikutnya, lakukan seperti petunjuk nomer 2. Daftar Pustaka 1. Bryant Ruth. A. Nix Denise p,Acut & Chronic Wound Current Management Concept, Third Edition, 2007, Mosby Elsevier 2. Carville Keryln, Wound Care Manual Revised & expanded
Salah satu menjadi juara adalah dengan bertindak seperti juara. Anda harus belajar cara menang dan tidak lari ketika kalah. Semua pernah gagal dan pernah meraih sukses, anda harus hati-hati agar tidak kehilangan percaya diri atau menjadi terlalu percaya diri. (Nancy Kerrigan)
artikel kesehatan
Peran Vitamin
pada Asma Bronkiale
Oleh : Astu Anindya Jati dan Arief Bakhtiar - SMF Penyakit Paru
A
sma Bronkiale adalah adalah salah satu penyakit kronis yang kerap dijumpai dengan prevalensi yang makin meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Data WHO menunjukkan pada tahun 2011 ada 235-330 Juta penderita asma di seluruh dunia.1,2,3 Menurut definisi dari Global Iniative for Asthma (GINA), Asma Bronkial adalah kelainan inflamasi kronis yang berkaitan dengan saluran nafas yang hiperesponsif yang ditandai dengan rasa sesak, sempit di dada, suara nafas mengi, dan batuk.4 Vitamin D adalah nutrien sekaligus hormon sekosteroid yang didapat dari secara eksogen dari makanan yang difortifikasi, minyak ikan, kuning telur, maupun endogen melalui mekanisme fotosintetik (Ultraviolet B) di kulit yang mengubah 7-dehidrokolesterol menjadi pre vitamin D3.1,5,6,7 Mekanisme efek vitamin D pada asma bronkial belum sepenuhnya jelas namun disebutkan keterlibatan regulasi genomik dan non genomik melalui pengendalian respons inflamasi imun alamiah dan adaptif dan peningkatan sitokin-sitokin anti-inflamasi dan mekanisme antimikrobial sebagai pemicu asma.8,9 Pada studi-studi observasional tentang hubungan vitamin D dengan asma masih ditemukan hasil yang inkonsisten dan pada beberapa clinical trial dengan suplementasi vitamin D justru tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.10,11 PATOFISIOLOGI ASMA Pada asma bronkial terjadi inflamasi lokal pada mukosa dan hiper-reaktivitas dari saluran nafas bagian bawah. Inflamasi dapat menyebabkan perubahan patologis di saluran nafas berupa peningkatan sekresi mukus, edema, infiltrasi sel-sel radang, kerusakan sel epitel, hipertrofi otot polos dan fibrosis pada lapisan submukosa.12,13 Asma dapat dipicu oleh infeksi virus, udara dingin, kelelahan dan alergen yang dapat berupa serbuk sari (pollen), asap, debu rumah atau bulu binatang. Alergen yang terhirup masuk akan ditangkap oleh sel dendritik yang berada di epitel saluran nafas.12,13 Kerusakan epitel akan menyebabkan hilangnya fungsi barrier sehingga memudahkan penetrasi alergen, kehilangan enzim neural endopeptidase, faktor relaksan EDRF dan paparan terhadap syaraf sensoris yang kesemuanya akan memicu refleks neural hiper-reaktifitas dari saluran nafas, bronkokonstriksi via aktivasi asetilkolin dan neuropeptida pada reseptor muskarinik.12,13,14 VITAMIN D Vitamin D adalah nutrien sekaligus hormon yang berperan terutama pada metabolisme tulang dengan meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfor di usus. Vitamin D merupakan vitamin larut lemak dengan efek biologik yang luas meliputi modulasi sistem imun, regulasi fungsi neurovaskuler, diferensiasi seluler, sekresi insulin dan tekanan darah 1,3,15,16 Nutrisi yang mengandung vitamin D dapat didapatkan terbatas per 100 g pada Minyak liver ikan Tuna (5 juta IU), minyak liver ikan kod (23.000 IU), Ikan salmon (168-1380 12 mimbar januari 2015
IU), Halibut (188-1094 IU), Jamur Morel (166-252 IU), telur/ kuning telur (28-480 IU), daging ayam (0-12 IU), Daging sapi (0-38 IU), Fortifikasi vitamin D pada susu (42-79 IU), Keju (102-1000 IU), corn flakes/sereal (87-189 IU), margarin, yoghurt, suplemen.1,4,16 Sinar Ultraviolet B (UVB) dengan panjang gelombang 290-315 nm akan membuka cincin B dari 7-dehidrokolesterol menjadi previtamin D3. Isomerisasi termal non enzimatik akan mengubah previtamin D3 menjadi vitamin D3. Vitamin D3 akan mengalami 2x hidroksilasi yang pertama di liver menjadi 25-hidroksi vitamin D3 oleh enzim 25-hidroksilase (CYP27A1), 12-hidroksivitamin D3 adalah yang paling banyak terukur di dalam serum terhidrolisir kembali di renal atau organ lokal menjadi bentuk aktif 1,25-dihidroksivitamin D3 (kalsitriol) oleh enzim (25(OH)D3)-1α-hidroksilase (CYP27B1). Kalsitriol berikatan dengan Reseptor Vitamin D (VDR) membentuk heterodimer dengan reseptor X-retinoid (RXR) lalu menempel pada regio promoter gen VDRE yang terdapat di berbagai jaringan maupun sel. Metabolisme vitamin D di kulit dipengaruhi oleh melanin, umur, lemak dan faktor-faktor yang mempengaruhi pajanan seperti penggunaan tabir surya,aktivitas indoor dsb.2,5,6,10,16,17
VITAMIN D SEBAGAI IMUNOMODULATOR Proses inflamasi yang terjadi pada asma berlangsung kompleks meliputi respons imun alamiah maupun adaptif dapat berlangsung akut, subakut dan kronik yang ditandai oleh edema saluran nafas, hipersekresi mukus, hiperplasia sel otot polos dan hipereaktivitas bronkus dan remodelling saluran nafas. 1.25(OH)D3 (Kalsitriol) mempunyai efek sebagai imunomodulator. Reseptor vitamin D terdapat pada sel-sel yang berkaitan dengan sistem imun yaitu limfosit T CD4+ dan CD8+, Limfosit B, Neutrofil, Sel Penyaji Antigen, Makrofag dan sel dendritik. Secara umum mekanisme imunologis vitamin D terhadap asma meliputi (1) Pengendalian repons imun alamiah dan adaptif, (2) Memicu mekanisme regulasi dari sistem imun
(3) Induksi langsung mekanisme antimikrobial sebagai salah satu pencetus asma.18 STUDI TERKAIT ASOSIASI VITAMIN D DAN ASMA Potensi efek imunomodulasi vitamin D terhadap asma yang tampak pada studi dasar mendorong lebih lanjut studi observasional (cohort, cross-sectional) dan eksperimental (RCT) pada manusia. Terdapat 3 macam kelompok populasi yang diteliti yaitu pada wanita hamil beserta bayi yang dikandung, anak-anak usia sekolah dan orang dewasa. Peningkatan prevalensi asma dapat dikaitkan dengan faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan adalah pajanan nutrisi saat anak masih berada di kandungan. Deveraux dkk, melalui kuisioner mengukur jumlah intake vitamin D pada wanita hamil lalu secara kohort prospektif mencatat kejadian wheezing sampai anak usia pra sekolah. Pada akhir studi disimpulkan antara kuintil intake tertinggi dan terendah terhadap risiko wheezing terdapat hubungan yang negatif dengan nilai OR 0.33 (95% CI, 0.11–0.98).19,20 Penelitian cohort dari Carrol, Gale dan Morales mengukur konsentrasi 25(OH)D atau kalsidiol pada darah ibu. Carrol menemukan setiap kenaikan 35 nmol/L 25(OH)D akan menurunkan 50% kemungkinan asma pada ibu namun tidak memukan hubungannya dengan penurunan risiko infeksi dan asma pada anak. Sementara Morales menemukan peningkatan kadar kalsidiol pada ibu berhubungan dengan penurunan risiko infeksi pada anak. Gale menemukan hal yang berbeda bahwa peningkatan kadar kalsidiol diatas 75 nmol/L justru akan meningkatkan risiko dermatitis atopik.19,20 Beberapa RCT telah dilakukan oleh Urashima dkk yang membandingkan anak-anak usia sekolah (6-15 th) di Jepang. Selama musim dingin yang diberikan vitamin D3 1200 IU/hari vs plasebo. didapatkan hasil bahwa suplementasi vitamin D3 dihubungkan dengan penurunan eksaserbasi dibandingkan dengan plasebo (RR 0,17). Studi oleh Majak dkk, dilakukan RCT pada 48 anak yang baru didiagnosis dengan asma dan mendapat terapi 800 µg budesonide inhalasi. Pada kelompok yang mendapat tambahan suplementasi 500 IU/hr vitamin D3, terdapat risiko eksaserbasi lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (4:11).19,20 Penemuan ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D pada anak kemungkinan mempunyai efek terapeutik yang menguntungkan. Sejumlah studi cross-sectional pada orang dewasa juga menunjukkan hubungan antara status vitamin D dan kontrol terhadap asma. Merujuk pada data NHANES, Keet dkk meneliti subyek diatas 6 tahun dan menemukan penurunan 10 ng/mL kalsidiol dihubungkan dengan 20% peningkatan kemungkinan terjadi wheezing dan 8% untuk asma. Penurunan kadar kalsidiol pada studi lain juga berhubungan dengan peningkatan risiko eksaserbasi, perawatan darurat di sentra kesehatan, penurunan faal paru, peningkatan hiperesponsifitas saluran nafas terhadap metakolin dan penurunan respons glukokortikoid.21,22 Sebuah studi lama (1934) dari Rappaport menemukan suplementasi dengan vitamin D2 menyebabkan perbaikan pada 96% pasien asma dan alergi musiman. namun studi RCT terbaru (VIDA trial) dari Castro dkk pada 408 pasien dengan asma simtomatik dan kadar serum 25(OH)D dibawah 30 ng/mL. pemberian vitamin D3 yang ditambahkan pada ciclesonide inhalasi ternyata tidak menurunkan tingkat eksaserbasi(HR 0.9[95%CI,0,6-1.3). Namun didapatkan perbedaan yang kecil pada dosis keseluruhan ciclesonide untuk kontrol harian asma.11,19 Sebuah meta-analisis dari 10 studi dilakukan oleh Zhang
dkk dan didapatkan hasil. Prevalensi defisiensi vitamin D <20ng/mL secara signifikan lebih besar pada kelompok kasus subyek dengan asma daripada kontrol [RR = 1.59, 95%CI = 1.07-2.36]. Namun insufisiensi vitamin D (<30ng/ mL) tidak secara signifikan berhubungan dengan asma.22 RINGKASAN Penelitian eksperimental dan studi-studi observasional pada manusia sebagian besar menunjukkan efek yang menguntungkan dari vitamin D terhadap asma dan morbiditas asma.Mekanisme yang paling konsisten menurut penelitian yaitu melalui pencegahan dari infeksi virus dan peningkatan respons dari steroid. Studi juga menunjukkan kesempatan untuk intervensi dini vitamin D pada anak khususnya pada populasi dengan defisiensi vitamin D <20ng/mL. Namun rekomendasi definitif suplementasi vitamin D sebagai pencegahan dan terapi adjuvan untuk asma masih belum dapat diberikan mengingat masih banyak kelemahan pada studi observasional, hasil yang inkonsisten, faktor perancu, heterogenitas data, perbedaan batasan defisiensi dan waktu pengambilan sampel vitamin D. beberapa RCT menunjukkan vitamin D kurang mempunyai efek terapeutik sehingga studi uji coba klinis (double blind RCT) yang lebih besar menunjukkan hubungan sebab akibat lebih lanjut perlu lebih banyak lagi dilakukan. DAFTAR PUSTAKA 1. Litonjua AA and Weiss ST. Is vitamin D deficiency to blame for the asthma epidemic?. 2007. J Allergy Clin Immunol. Nov;120(5):1031-5 2. Korn S, Hübner M, Jung M et al. Severe and uncontrolled adult asthma is associated with vitamin D insufficiency and deficiency. Respir Res. Feb 22 2013;14:25. doi: 10.1186/1465-9921-14-25 3. El Aaty HEA, El Aziz AAA, El Habasy MM et al. Assessment of Serum Vitamin D in Patients with Bronchial Asthma. 2014. Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis. 4. Huang H, Porpodis K, Zarogoulidis P et al. Vitamin D in asthma and future perspectives. Drug Design, Development and Therapy 2013:7 1003–1013 5. Guillot X, Semerano L, Saidenberg-Kermanac’h N et al. Vitamin D and inflammation.Joint Bone Spine. 2010 Dec;77(6):552-7 6. Poon AH, Mahboub B, Hamid Q et al. Vitamin D deficiency and severe asthma. Pharmacol Ther. 2013 Nov;140(2):148-55 7. Shebl RE, Shetera SM, Elgabry M et al. 2013. Vitamin D and phenotypes of bronchial asthma. Egyptian Journal of Chest Diseases and Tuberculosis. 2013. 62, 201–205 8. Dimeloe S, Nanzer A, Ryanna K et al. Regulatory T cells, inflammation and the allergic response-The role of glucocorticoids and Vitamin D. J Steroid Biochem Mol Biol. May 31 2010;120(2-3):86-95 9. Columbo M, Panettieri RA Jr, Rohr AS. Asthma in the elderly: a study of the role of vitamin D.Allergy Asthma Clin Immunol. 2014 Sep 5;10(1):48 10. Van Belle TL, Gysemans C, Mathieu C. Vitamin D in autoimmune, infectious and allergic diseases: a vital player?. Best Pract Res Clin Endocrinol Metab. 2011 Aug;25(4):617-32 11. Castro M, King TS, Kunselman SJ et al. Effect of vitamin D3 on asthma treatment failures in adults with symptomatic januari 2015 mimbar 13
artikel kesehatan asthma and lower vitamin D levels: the VIDA randomized clinical trial. JAMA. 2014 May;311(20):2083-91 12. Barnes PJ. Asthma. in Harrison’s principles of internal medicine 18th edition. editor : Dan Longo, Anthony Fauci, Dennis Kasper. Chapter 254. New York, McGrawHill, Medical Pub. Division. ebook version. 2011. ISBN : 007174889X / 9780071748896 13. Alangari AA. Corticosteroids in the treatment of acute asthma. Ann Thorac Med. 2014 Oct;9 (4):187-92 14. McPhee Stephen J, Hammer Gary D, Chapter 9 : Pulmonary Disease in Patophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine, 6th edition. 2010. McGraw-Hill Companies, Inc. EBook Version 15. De Tena G, Debek EH, Gutierrez H et al. The role of vitamin D in chronic obstructive pulmonary disease, asthma and other respiratory diseases. Arch Bronconeumol. 2014 May;50(5):179-84 16. Bendik I, Friedel A, Roos FF et al. Vitamin D: a critical and essential micronutrient for human health. Front Physiol.2014 Jul 11;5:248. doi: 10.3389/ fphys.2014.00248. eCollection 2014
17. Herr C, Greulich T, Koczulla RA et al. The role of vitamin D in pulmonary disease: COPD, asthma, infection, and cancer. Respir Res. 2011 Mar 18;12:31. doi: 10.1186/1465-9921-12-31 18. Muehleisen B, Gallo RL. Vitamin D in allergic disease: shedding light on a complex problem. J Allergy Clin Immunol. 2013 Feb;131(2):324-9 19. Brown SD, Calvert HH, Fitzpatrick AM. Vitamin D and asthma.Dermatoendocrinol. 2012 Apr 1;4(2):137-45 20. Paul G1, Brehm JM, Alcorn JF et al. Vitamin D and asthma.Am J Respir Crit Care Med. 2012 Jan 15;185(2):124-32 21. Sharief S1, Jariwala S, Kumar J, Muntner P. Vitamin D levels and food and environmental allergies in the United States: results from the National Health and Nutrition Examination Survey 2005-2006. J Allergy Clin Immunol. 2011 May;127(5):1195-202 22. Zhang LL, Gong J, Liu CT. 2014. Genet Mol Res.13(3):7607-16. doi: 10.4238/2014. February.13.10
Workshop Midface Fracture, Surabaya 21-22 Desember 2014 Duduk, Kiri-Kanan: Dr. Iwan Sidharta, SpB, Dr. Sahudi, SpB(K)KL, Dr. Maryono Dwi Wibowo, SpB(K)KL, Dr. Dwi Hari Susilo, SpB(K)KL, Prof. Martatko Marmowinoto, dr., SpB(K)Onk,KL, Prof. Sunarto Reksoprawiro, dr., SpB(K)Onk,KL, Dr. Yoga Wijayahadi, SpB(K)KL, Urip Murtedjo, dr., SpB(K)KL, Dr. Hendrick Chandra, SpB, Dr. Suharyo, SpB. Berdiri, Baris Pertama, Kiri-Kanan: Dr. Bella Barus, SpB, Dr. Sugeng Pranoto, SpB, Dr. Donald Aronggear, SpB, Dr. Moch. Aleq Sander, SpB, Dr. M Ali Yusni, SpB, Dr. I Gusti Ngurah Virgiandhy, SpB, Dr. Fransiscus Arifin, SpB, Dr. Windhy Pramono, SpB, Dr. Jan F. Tahalele, SpB. Berdiri, Baris Kedua, Kiri-Kanan: Dr. Gagak Ismanoe, SpB, Dr. Wahyu Nurchalamsyah, SpB, Dr. Win Teki Sendy, SpB, Dr. Arif Dharmawan, SpB, Dr. Andry Adysaputra, SpB.
14 mimbar januari 2015
seputar soetomo
DARURAT T A W A G SI A L A ST IN I D N A N PERUBAHAN PELAYA
Sertifikat Akreditasi RS versi 2012 Tingkat Paripurna.
Sehubungan dengan kelulusan akreditasi RSUD Dr. Soetonio Surabaya, maka terdapat rekornendasi terkait pelayanan gawat darurat antara lain : 1. Penambahan Ruang Buffer/Ruang Penyangga Ruang Buffer/Ruang Penyangga adalah ruang rawat inap low care dengan 20 tempat tidur yang disediakan bagi pasien yang telah selesai menjalani penanganan/tindakan gawat darurat dan kondisi pernafasan serta hemodinamik stabil baik, tidak memerlukan observasi ketat tetapi terdapat indikasi untuk rawat inap namun tempat tidur di rawat inap belum tersedia. (berdasarkan SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Nomor 188.4/10663/301/2014 tanggal 14 Oktober 2014) 2. Perubahan Nama Instalasi Rawat Darurat (IRD) menjadi Instalasi Gawat Darurat (IGD) Berdasarkan rekomendasi KARS Pusat yang mengacu pada Kepmenkes No 856 tahun 2009 tentang Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit, maka dilakukan perubahan nama Instalasi Rawat Darurat (IRD) menjadi Instalasi Gawat Darurat (IGD). (berdasarkan SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Nomor 188.4/12726/301/2014 tanggal 4 Desember 2014). januari 2015 mimbar 15
seputar soetomo
Tampak kiri pemberian cindera mata pada acara studi bandingAkreditasi RSUD Ibnu Sina Gresik ke RSUD Dr. Soetomo pada Senin 22 Desember 2014 dan kanan penandatangan MOU Jaringan penguat Sinyal antara RSUD Dr. Soetomo dengan PT. Mega Inti Gemilang pada tanggal 22 Januari 2015.
Mahasiswa STIKES Dr. Soetomo melakukan studi lapangan melihat penyuluhan yang dilakukan di IRNA Obsgyn pada 8 Desember 2014. Foto kanan, tampak Direktur dan Urip Murtedjo, dr., saat konferensi pers Persiapan Siaga Natal 2014 dan Tahun Baru 2015 pada tanggal 24 Desember 2014.
Panitia Halal Bihalal dan Panitia Hari Lahir RSUD Dr. Soetomo ke 76 foto bersama pada acara pembubaran panitia, Rabu 24 Desember 2014. 16 mimbar januari 2015
Peringatan HUT Dharma Wanita Persatuan ke-15 dan Hari Ibu ke-86 Dengan Tema : Dharma Wanita Persatuan Tanggung Jawab : Tantangan Perempuan di Era Globalisasi, Kamis 18 Desember 2014
Tampak kiri HUT Dharma Wanita Persatuan (DWP) ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Ketua DWP RSUD Dr. Soetomo dan Ketua DWP FK. Unair didampingi Direktur RSUD Dr. Soetomo dan Dekan FK. Unair. Tampak kanan pada acara tersebut diadakan lomba memakai Hijab tanpa cermin dan merias wajah tanpa cermin.
Pada kesempatan tersebut dilakukan pemberian beasiswa kepada 37 putra dan putri pegawai RSUD Dr. Soetomo dan FK Unair
Para pemenang Lomba, foto bersama panitia. januari 2015 mimbar 17
seputar soetomo
Serah terima kembar siam Citra Fariza Ramadhani & Nezya Fazira Ramadhani dari RSUD Dr. Soetomo kepada Pemda Kabupaten Kediri pada Senin 24 Nopember 2014. Dengan identitas perempuan, MRS 17 Juli 2013, lahir 14 Juli 2013 di RS Gambiran Kediri, setelah menjalani pemeriksaan dan perawatan di RSUD Dr. Soetomo dengan diagnosa kembar siam Tharacoabdominophagus diputuskan dalam rapat pleno Tim Kembar Siam RSUD Dr. Soetomo (23 September 2014) kembar siam yang tidak mungkin dipisahkan, pasien kembar siam ini dirawat sepanjang masa (dirujuk kembali ke Kabupaten Kediri untuk dirawat bersama oleh RSUD Kabupaten Kediri/ Puskesmas dan Bidan).
Penyerahan bayi laki-laki atas nama Satria Ramadhan berusia 7 bulan kepada Dinas Sosial Provinsi Jatim untuk mendapatkan pemeliharaan lebih lanjut karena setelah dilakukan perawatan di RSUD Dr. Soetomo sejak tanggal 22 September s/d 8 Desember 2014 telah dinyatakan sehat dan boleh keluar RS oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo Dodo Anondo, dr, MPH pada 23 Desember 2014.
Tim IAEA (International Atomic Energy Agency) Austria datang ke Instalasi Radioterapi dalam rangka melakukan audit QUATRO (Quality Assurance Team for Radiation Oncology) selama 5 hari (26-30 Januari 2015), mereka akan melakukan audit secara keseluruhan mulai dari SDM, pelayanan, hingga sarana prasarana. Tim audit terdiri dari 3 orang yaitu Prof. Dr. Gunther Hartmann, Dr. Vedang Murthy dan Dr. Glentin Louis. 18 mimbar januari 2015
p
p
omo diundang RSUD Dr. Soet Tim Bulutangkis l Cup 2 dalam ica ed Soebandi M di dalam kejuaraan 50 dan Hari Ja ringati HKN ke n Jember te rangka mempe pa bu Ka di di ke 40 n pada 23 RSD Dr. Soeban pat juara Harapa . dengan menda m Nope ber 2014
Penyerahan SK CPNS formasi kh usus kepada 25 dokte r di lingkungan RS UD Dr. Soetomo pada apel Pagi Se nin 24 Nopember 2014. Dan 33 dokter pa da Senin 12 Janu ari 2015.
Dalam rangka memperingati 15 Tahun PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba) RSUD Dr. Soetomo – FK Unair Direktur RSUD Dr. Soetomo Dodo Anondo, dr, MPH menyerahkan penghargaan kepada 11 pejuang PPRA; Prof. Karjadi Wirjoatmodjo, dr, SpAn-KIC (Alm), Prof. Widjoseno Gardjito, dr, SpB, SpU(K)(Alm), Prof. Dr. Djoko Roeshadi, dr, SpB, SpOT(K)(Alm), Assoc.Prof.Dra.Erni P.Kolopaking, MPPM, Apt, Dr. Slamet Riyadi Yuwono, dr, DTM&H, MARS, Prof. Dr.dr.Med Paul Tahalele, dr, SpB, SpBTKV(K), Prof. Bambang Permono, dr, SpA(K), Prof. Dr. Ismoedijanto, dr, DTM&H, SpA(K), Prof. Dr. Kuntaman, dr, MS, SpMK(K), Hari Paraton, dr, SpOG(K), dan Prof. Usman Hadi, dr, PhD, SpPD-KPTI pada Rabu 26 Nopember 2014 di Ruang Loka Widya Husada RSUD Dr. Soetomo. januari 2015 mimbar 19
seputar soetomo
Lomba Gelar Budaya Kerja Konvensi Mutu-XIII RSUD Dr. Soetomo dalam rangka mewujudkan budaya kerja melalui peningkatan mutu & keselamatan pasien untuk mempertahankan Akreditasi menuju standar JCI pada Rabu 19 Nopember 2014.
RSUD Dr. Soetomo mengikuti jalan sehat bareng Gubernur Jatim Soekarwo dalam rangka memperingati HUT ke 43 KORPRI tahun 2014 dengan start dan finish di Grahadi Surabaya, pada Jum’at 21 Nopember 2014
20 mimbar januari 2015
Lomba Budaya Malu Aparatur Pelaksanaan Lomba Budaya Malu pada tanggal 4-19 Desember 2014 dengan criteria : 1) Berpakaian rapi dan memakai atribut lengkap, 2) Tidak terlambat masuk kantor dan pulang tepat waktu, 3) Bekerja dengan tanggung jawab, 4) Sikap, perilaku dan komunikasi baik dan 5) Dapat bekerja sama Pemenangnya sebagai berikut :
Moh. Faizi, dr, SpA (K) SMF Ilmu Kesehatan Anak Kategori Dokter DPJP
Yanuar Satrio, dr SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Kategori Dokter PPDS
Restiningsih, S.Keb.Bd Irna Obgyn Kategori Keperawatan
Drs. Bambang Dwiantoro Instalasi Gawat Darurat Kategori Administrasi Pelayanan
Isdiah Primawati, drg IKPK Kategori Administrasi Penunjang
Imam Mu’if, SKM Bagian Rengram Kategori Administrasi Struktural
Para pemenang mendapat piagam penghargaan, medali dan uang, tampak Direktur RSUD Dr. Soetomo, Dekan FK Unair dan Wadir Penunjang Medik mengalungkan medali. januari 2015 mimbar 21
sekilas info
PROSEDUR PENGIRIMAN JENAZAH KE LUAR NEGERI Nola Margaret Gunawan, HariadiApuranto Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya Abstrak Kematian adalah suatu siklus yang pasti terjadi pada setiap orang di manapun di seluruh muka bumi. Seiring dengan meningkatnya aktivitas serta mobilitas manusia, saat ini sudah umum ditemui seseorang yang tidak tinggal dan bekerja di negara asalnya, tetapi di luar negaranya selama puluhan tahun. Namun, saat seseorang meninggal, sering pula ia ingin dikubur di tempat kelahirannya atau bila dikremasi, abunya dibawa ke tempat kelahirannya. Pada keadaan ini, mengirim jenazah atau abu (human remains) keluar negeri tidak dapat dihindari. Sebagaimana proses pengiriman kargo pada umumnya, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi saat akan mengirim human remains keluar negeri. Pada karya tulis ini akan dibahas tata cara pengiriman jenazah ke luar negeri. Kata kunci: human remains, luarnegeri.
Pembahasan Secara medis, penyebab kematian dapat terjadi akibat penyakit, tua, kekerasan (ruda paksa) atau keracunan.Dilihat dari caranya, kematian dapat dibagi menjadi kematian wajar dan kematian tidak wajar. Kematian wajar adalah kematian yang terjadi akibat ketuaan atau penyakit. Kematian tidak wajar adalah kematian yang terjadi akibat suatu peristiwa pembunuhan, bunuh diri, serta kecelakaan. Suatu kematian disebut wajar jika orang tersebut berada dalam perawatan seorang dokter, diagnosis penyakitnya telah diketahui dan kematiannya diduga karena penyakitnya tersebut. Pada kematian yang terjadi dalam perawatan di Rumah Sakit atau dalam perawatan seorang dokter, pada umumnya dokter dapat memastikan bahwa kematian tersebut kematian wajar. Pada kasus ini dokter yang memeriksa pasien terakhir kali atau dokter yang merawat dapat langsung memberikan surat keterangan kematian dan jenazahnya dapat langsung diserahkan pada keluarganya. Setiap kematian yang terjadi akibat kekerasan atau keracunan termasuk kematian yang tidak wajar. Cara kematian pada kematian tidak wajar adalah pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan. Pada kasus kematian tidak wajar, kasusnya hendaknya segera dilaporkan ke penyidik, sesuai dengan pasal 108 KUHAP. Adapun yang termasuk dalam kategori kasus yang harus dilaporkan ke penyidik adalah: 1. Kematian yang terjadi di alam tahanan atau penjara, 2. Kematian terjadi bukan karena penyakit dan bukan karena hukuman mati, 3. Adanya penemuan mayat di mana penyebab dan informasi mengenai kematiannya tidak ada, 4. Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa kemungkinan kematian akibat perbuatan melanggar hukum, 5. Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi kematiannya mengindikasikan kematian akibat bunuh diri, 22 mimbar januari 2015
6. Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter, 7. Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak dapat memastikan penyebab kematiannya. Pada kasus kematian tidak wajar, setelah selesai dilakukan pemeriksaan bedah jenazah atau otopsi barulah pengawetan jenazah bisa dilakukan serta dikeluarkan surat keterangan kematian (formulir A). Bila kematian tersebut terjadi pada warga negara asing, maka sebelum otopsi dilakukan, dokter yang akan memeriksa harus terlebih dahulu menghubungi perwakilan negara asal jenazah yang bersangkutan untuk menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan. Setelah seluruh prosedur pemeriksaan selesai dilakukan, bila jenazah tersebut akan dikirim keluar negeri, diperlukan persiapan teknis maupun administratif terhadap jenazah itu sendiri, peti jenazah yang akan digunakan serta kelengkapan surat-surat yang diperlukan. Syarat-syarat pengangkutan jenazah keluar negeri adalah: 1. Jenazah harus diawetkan dengan formalin 10% sebanyak kira-kira 12 liter. 2. Dimasukkan dalam peti logam, misalnya seng, timah dll. 3. Alas peti logam dilapisi bahan absorbent, misalnya serbuk gergaji. 4. Peti logam ditutup rapat dan disolder. 5. Peti logam ini kemudian dimasukkan ke dalam peti kayu yang tebalnya kira-kira minimal 3 sentimeter dan diusahakan jangan sampai peti logam bergerak. Dimensi dari peti ini harus disesuaikan agar dapat masuk ke pintu pesawat. 6. Peti kayu ini dipaku dengan sekrup, dengan jarak masing-masing 20 sentimeter. 7. Peti kayu ini kemudian diperkuat dengan melingkarinya memakai plat dari logam. 8. Kemudian peti dimasukkan kedalam peti barang yang terbuat dari kayu. 9. Peti yang berisi jenazah ini harus diletakkan di bagian dari kapal atau pesawat terbang yang jauh dari makanan atau minuman dan tidak menghalangi lalul alang dari penumpang atau awak kapal. 10. Harus ada proses verbal yang sah dari polisi tentang pemasukan jenazah tersebut. 11. Harus ada keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa jenazah tersebut tidak meninggal karena penyakit menular. 12. Semua surat-surat keterangan yang bersangkutan harus disertakan dengan jenazah untuk ditandatangani oleh dokter pelabuhan. Dokumen dari dokter yang harus disertakan pada jenazah yang akan dikirim ke luar negeri adalah: 1. Surat keterangan kematian (formulir A), 2. Surat keterangan bahwa jenazah meninggal bukan karena penyakit menular, 3. Surat keterangan pengawetan jenazah (embalming). Bila yang dikirim adalah abu jenazah, maka abu
Kesimpulan Seiring dengan semakin majunya peradaban manusia, maka mobilitas orang dan barang antar negara tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini membawa konsekuensi berupa semakin banyaknya warga negara yang tinggal dan bekerja bukan di negara asalnya. Sering pula dijumpai bahwa orang tersebut akhirnya meninggal di luar negara asalnya sehingga untuk pemakaman jenazahnya harus melalui beberapa prosedur agar jenazahnya atau abu jenazahnya dapat dikirim ke negara asalnya. Dari pihak dokter atau rumah sakit, yang perlu dilakukan adalah pengawetan jenazah serta mengeluarkan surat keterangan kematian (formulir A), surat keterangan bahwa jenazah meninggal bukan karena penyakit menular dan surat keterangan pengawetan jenazah.
tersebut harus dimasukkan ke dalam tabung abu jenazah yang disegel. Siapa yang menyegel tabung abu jenazah ini tergantung pada aturan tiap negara (bila yang meninggal adalah orang Indonesia di luar negeri, yang menyegel adalah petugas kedutaan besar atau konsulat jenderal RI di luar negeri), tetapi minimal ada perwakilan negara tersebut yang menyaksikan proses penyegelan jenazah.
DaftarPustaka 1. Algozi, AM. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2010. 2. Atmadja DS. Tata Cara Dan Pelayanan Pemeriksaan Serta Pengawetan Jenazah Pada Kematian Wajar. (http:// tatacaraembalming.blogspot.com/) 3. Konsulat Jenderal RI Frankfurt am Main. Surat Keterangan. (http://www.kjriffm.de/index.php?option=com_content &view=category&layout=blog&id=17&Itemid=23&lang =id) 4. http://bakiruntokri.blogspot.com/2010/01/cargohandling.html
Pada akhirnya, semua operasi bisnis bisa dirangkum menjadi tiga kata : orang, produk, dan profit. Jika tak punya orang yang baik, kita tak bisa berbuat banyak untuk meraih dua yang lainnya. (Lee Lococca) Pemimpin besar dihormati bukan karena kekuasaan, tapi karena apa yang telah dilakukan. (Pepatah Kuno) Pekerjaan besar biasanya diberikan kepada orang-orang yang telah membuktikan bisa mengerjakan pekerjaan kecil. (Ralph Waldo Emerson)
Hari Besar Kesehatan NO 1 2 3 4 5 6
TANGGAL 15 Januari 25 Januari 27 Januari 04 Pebruari 11 Pebruari 24 Maret
KETERANGAN Hari Kanker Anak Sedunia Hari Gizi Hari Kusta Se-Dunia Hari Kanker Se-Dunia Hari Penyakit Se-Dunia Hari Tuberkolosis Se-Dunia Sumber :
Kalender Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011 Kalender 2013, Tabloid Gaya Hidup Sehat, edisi XIII-41, 4 Januari 2013 januari 2015 mimbar 23
tokoh
Diawal tahun 2015 Mimbar menampilkan sosok tokoh yang menjadi pemenang lomba budaya malu aparatur dengan kategori terbaik administrasi pelayanan di Unit Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo.
BAMBANG DWIANTORO Drs.
Pemenang Lomba Budaya Malu Aparatur - Unit Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo RIWAYAT PEKERJAAN Mulai bekerja di RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 1995 dengan status tenaga honorer dan ditempatkan di IGD pada bagian keuangan tepatnya di bagian loket pembayaran Ruang Observasi Intensif Lt.3 dengan jadwal jam kerja : Dinas Shift ( Pagi / Sore / Malam ) Delapan tahun kemudian ( Tahun 2003 ) dirotasi pada bagian loket pembayaran VK Bersalin dan Bayi ( Obsgyn / Nicu ) IRD Lt.2 tetapi pada tahun 2005 dengan adanya efisiensi karyawan pada bagian keuangan maka semua pembayaran tindakan/perawatan di IGD dipusatkan diloket Lt.1 Pada tahun 2008 diangkat sebagai Calon Pegawai Negri Sipil dan setahun kemudian 2009 mendapat SK PNS dengan Pangkat / Golongan : Penata Muda/ IIIa dan sejak itu ditempatkan oleh kepala IGD pada bagian Staf Kepegawaian 24 mimbar januari 2015
IGD sekaligus mendapat tugas sebagai koordinator PKRS/ HUMAS di IGD sampai sekarang. PENGALAMAN SELAMA BEKERJA DI RSUD. DR. SOETOMO Bekerja dilingkungan pelayanan seperti di IGD bila dibandingkan dengan administrasi perkantoran yang pada umumnya duduk dibelakang meja berhadapan dengan komputer, serius dengan internet dan ditemani dengan telepon genggam dll. tampak adanya perbedaan dimana dibagian pelayanan, saya dapat mempelajari berbagai macam watak/ karakter dan prilaku serta tingkat emosi dari keluarga pasien yang ada di IGD secara langsung tetapi itu semua memberikan hikmah tersendiri bagi saya karena ini menambah wawasan pengetahuan serta bekal untuk pendewasaan diri.
Sukanya : • Bekerja di IGD saya merasa nyaman karena rasa kekeluargaan sangat terasa tampak seperti team yang solid dimana muncul solidaritas yang tinggi antara dokter, perawat, staf ruangan dan bahu membahu dalam me- laksanakan kegiatan serta bekerja dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. PENDIDIKAN • Bersyukur karena kepala IGD selalu memfasilitasi dan • Lulus SD di Surabaya, 25 Mei 1982 memberi semangat pada kegiatan kami yang rutin • Lulus SMP di Surabaya, 15 Mei 1985 seperti Senam Aerobic untuk -kebugaran dan kesehatan • Lulus SMA di Surabaya, 20 Mei 1988 karyawan IGD yang diadakan rutin setiap Selasa & Jum’at • Lulus Kuliah di Surabaya, 8 Maret 1993 mulai jam 06.00 dan kegiatan Jum’at Bersih yang S1 Administrasi Negara Universitas Dr. Soetomo di laksanakan sekali dalam sebulan untuk menjaga Surabaya kebersihan serta keindahan lingkungan yang diikuti oleh segenap karyawan IGD. RIWAYAT HIDUP Dukanya : Saya dilahirkan di Surabaya tgl 05 Maret 1969 di Rumah • Sering merasa tidak dihiraukan saat memberikan Sakit Simpang yang merupakan cikal bakal IGD saat ini, penjelasan pada rekan –rekan kerja serta para bertempat tinggal di sana sampai sekitar tahun Delapan pengunjung IGD tentang larangan merokok / bebas Puluhan sebelum berubah menjadi Mall Delta Plaza. Dua asap rokok dilingkungan Rumah Sakit. bersaudara dengan kakak laki-laki saya yang juga PNS • Merasa prihatin apabila melihat rekan-rekan kerja kita dan berdinas di Poli Gigi RSUD Dr. Soetomo. Bapak saya yang dalam menjalankan tugas tidak bisa maksimal bernama H. Soedarmo perawat OK RS. Simpang sampai karena menderita sakit. Purna Tugas dari OK IGD Lt.5 tahun 1995. Pada tanggal 27 Oktober 1995 menikah dengan PESAN-PESAN Sulistyaningsih yang kini berpropesi sebagai ibu rumah • Bekerjalah dengan disiplin, taat dan patuh pada aturan tangga dan saya dikaruniai 2 orang putra, yang pertama serta hati yang ikhlas juga penuh rasa tanggung jawab bernama Hamzah Setyantoro yang masih kuliah di Stikes dan selalu tabah dalam menghadapi rintangan sehingga Yayasan RS. Dr. Soetomo dan adiknya bernama Fardhan semua akan terselesaikan dengan baik. Falah masih duduk dikelas enam SDN. Ngagel Rejo 5 • Jangan pernah menyerah untuk selalu berbuat kebaikan Surabaya. selama kita punya kemauan untuk berubah menjadi baik, Allah pasti akan memberikan jalan yang terbaik. SUKA DUKA SELAMA DALAM BEKERJA • Ciptakan suasana kerja yang nyaman, menyenangkan Selama bekerja di IGD RSUD Dr. Soetomo banyak dengan rasa kekeluargaan dan kebersamaan. sekali suka duka yang saya alami diantaranya : • Janganlah lupa bekerja dibidang pelayanan, Salam, Senyum dan Sapa tidak boleh ditingglkan.
Berbekal pengalaman bekerja dibidang pelayanan , serta ditambah pengalaman selama enam tahun disektor swasta ( 1988 sampai 1994 ) yang menerapkan sistem target, tanggung jawab dan kedisiplinan yang tinggi maka saya dapat menerapkan mana yang terbaik untuk diaplikasikan di dalam tugas sehari-hari.
Selalu mendampingi kegiatan penyuluhan kepada keluarga pasien di IGD.
Aktif dalam kegiatan Senam Aerobic di IGD.
januari 2015 mimbar 25
ruang wanita
CUP PUDING ISI BUAH SAUS SUSU
RAINBOW SATAY (3 porsi ) BAHAN : A. Bahan Sate : 225 g singkong putih kupas 30 g gula pasir 6 g mentega 3 sdm tepung susu fullcream Daun pandan wangi Pewarna makanan warna hijau, orange, merah, ungu (sesuai keinginan) B. Bahan Isi : 60 g kacang hijau kupas 15 g gula pasir 3 sdm tepung susu fullcream C. Pelengkap (aduk jadi satu lalu kukus 15 menit) 30 gr kelapa parut Garam secukupnya Daun pandan wangi CARA MEMBUAT : 1. BAHAN ISI : • Rebus kacang hijau bersama pandan wangi hingga matang dan air tinggal sedikit • Kacang hijau yang telah matang ditiriskan • Haluskan kacang hijau yang telah ditiriskan bersama gula pasir • Setelah halus tambahkan tepung susu, aduk-aduk hingga tercampur rata • Bagi menjadi tiga bagian 2. SATE : • Kukus singkong bersama daun pandan hingga matang (kurang lebih 15 menit) • Haluskan singkong yang masih panas bersama mentega dan gula pasir, lalu tambahkan tepung susu. • Bagi adonan menjadi empat bagian, masing-masing diberi pewarna makanan yang berbeda-beda. Adukaduk menggunakan tangan yang terbungkus plastik hingga warna benar-benar tercampur rata. 3. Pipihkan masing-masing adonan sate yang telah diberi warna dengan ketebalan sekitar 0.5 cm, dan panjang sekitar 8 cm lebar sekitar 6 cm. 4. Letakkan lembaran pertama diatas plastik, lapisi atasnya dengan adonan isi, lalu tutup dengan lembaran kedua (warna berbeda) dan lapisi kembali dengan adonan isi, lakukan terus hingga lembaran adonan warna habis. 5. Potong tumpukan adonan warna-warni menjadi tiga bagian dengan lebar sekitar 2 cm 6. Potong lagi masing-masing tumpukan adonan yang telah dipotong menjadi tiga menjadi empat bagian 7. Tusukkan masing-masing bagian pada tusukan sate. 8. Hidangkan diatas piring yang telah diberi taburan kelapa parut. 9. Sajikan Kandungan Zat Gizi : Energi : 304.2 kkal, Protein : 6.9 g, 26 mimbar januari 2015
Lemak : 7.4 g, Karbohidrat : 54 g
Bahan Cup Puding : 60 g Tepung susu fullcream 2 sdm Agar-agar bubuk 1 sdm Jeli bubuk rasa melon 30 g Gula pasir 2 sdm Jeli balls 200 ml air Bahan Isi : 50 g Melon (dibentuk bulat kecil) 20 g Nenas (dipotong kecil) 30 g Strowberi (dipotong kecil) 30 g Buah kiwi (dipotong kecil) 30 ml Sirup melon Bahan Saus : 2 sdm Tepung susu fullcream 20 g Gula pasir 7,5 g Tepung Maizena 150 cc Air
(3 porsi )
Cara Membuat : 1. Campur agar-agar bubuk, jeli bubuk dan gula pasir, masak dengan 150 ml air sambil diaduk di atas api sedang hingga mendidih, setelah api dimatikan masukkan tepung susu (yang sudah dicairkan dengan 50 ml air matang), lalu tambahkan Jeli balls aduk hingga merata. 2. Tuangkan ke dalam gelas kaca (volume 200 ml) hingga ½ bagian, lalu tekan ke dalamnya dengan gelas lainnya yang lebih kecil diamkan hingga dingin (kemudian keluarkan gelas yang lebih kecil) dan dinginkan kembali. 3. Siapkan buah melon (kupas dan bentuk bulat-bulat kecil), nenas, strawbery dan buah kiwi (kupas dan potong kecilkecil), sisihkan. 4. Buat saus dengan cara rebus gula pasir dengan 100 ml air sambil diaduk di atas api kecil, sebelum mendidih masukkan tepung maizena yang sudah dicairkan dengan 20 ml air, aduk kembali hingga mengental dan matang, matikan api, setelah itu masukkan tepung susu (yang sudah dicairkan dengan ±30 ml air matang), aduk hingga rata dan sisihkan. 5. Ambil mangkuk masukkan buah melon, nenas, strowberi dan buah kiwi aduk, tuangkan sirup melon dan aduk kembali hingga rata, lalu sisihkan. 6. Ambil cup puding isikan campuran buah dan terakhir siram saus susu di atasnya, hias dan sajikan. Kandungan Zat Gizi : Energi : 237 kkal, Protein : 5.0 g,
Lemak Karbohidrat
: 4 g, : 45.6 g
Resep oleh : Tim Gizi RSUD Dr. Soetomo
ruang unik & lucu PASIENKU SAYANG PASIENKU MALANG “Salah Dzikir” Suatu harl dihari ke-3 bulan puasa Ramadhan, dengan penuh semangat aku bekerja menuju ruang rawat inap penyakit dalam di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Walau badan agak capek karena disamping mempersiapkan makan sahur untuk keluarga, aku pada rninggu pertama Ramadhan aku mendapat tugas dinas subuh di Unit Produksi Makanan Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Tapi ..,.. semua itu tidak aku hiraukan, karena niatku bekerja adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, sehingga aku akan tetap menjalanl hari-hariku dengan penuh suka cita. Sesampai diruang rawat inap ternpatku bekerja, Aku segera mengucapkan salam pada karyawan yang aku temui .......Dingin rasanya hati ini. Saat menuju rneja kerjaku, aku harus melewati lorong / galeri yang dipakai untuk rneletakkan pasien dengan ekstra bed. Pada saat itu ada dua pasien ekstra bed yang diternpatkan ditorong. Sebelum aku melewati lorong, dari jarak jauh sebenarnya telah terdengar suara gaduh dari pasien yang berteriakteriak tidak jelas, dan hal itu sudah biasa bagi kami yang bekerja di ruang rawat inap. Pada saat aku melewati dua pasien ekstra bed, baru aku ketahui bahwa yang berteniak-teriak adalah salah satu pasien dengan ekstra bed. Kalimat yang diteriakkan adalah ibuuuk ....... ibuuuk. .......... ibuuuk dan kalimatkalirnat jorok yang tidak pantas untuk diucapkan. Pada saat melewati pasien ekstra bed kedua yang tampaknya lebih tenang ternyata sama saja tidak sehat kejiwaannya, karena ternyata dia sedang berkata : “Ono setan... ono rambutan, ono setan .... ono rambutan, ono setan ono rambutan ...... ..dst” dengan padangan mata kosong melihat kedepan sambil tidur dikasur. Melihat kejadian itu geli rasanya hatiku, karena yang satu berteriak-teriak jorok tapi yang satunya sebenarnya mau berdzikir tapi yang diucapkan salah “ono setan ono rambutan” hahahaha ................hhmrnmmm ............namanya juga gangguan jiwa. Oalah.... Pasienku sayang, pasienku malang. Suci Purwati, S.Gz - Instalasi Gizi TEMANKU KEBANGETAN Sebagal orang tua tentu merasa senang, apabila memiliki seorang putra maupun putri dapat menyelesaikan studinya tepat waktu, aku memiliki seorang putra semester VI (enam) mahasiswa D3 Akademi Keperawatan (Akper) di Surabaya, sebagai syarat akhir dalam menempuh ujian TA, ia harus mengikuti pelatihan / praktek di rumah sakit, kebetulan putraku, mendapat giliran praktek di Ruang Mata RSUD Dr. Soetomo, aku merasa senang dan bangga ikut mensuport kegiatan tersebut. Saking senangnya aku pernah menitipkan pada Teman Perawat Senior di Ruang Mata, agar putraku dibimbing dan diarahkan menjadi seorang perawat yang baik, namun apa yang terjadi” Temanku menanyai putraku yang aneh-aneh” contohnya” Apa benar kamu putra Bapak ini ? kok gak ganteng seperti Ayahmu”, Sore hari setelah pulang dari tempat praktek, aku didamprat o!eh anakku, katanya ”Ayah ngomong opo sama temannya” Waduh kebangetan Temanku, Agung Ponijo, S.Sos. Bidang Perbekalan dan Peralatan Medik
“TIDAK USAH REPOT” Kejadian ini berawal pada saat acara Halal Bil Halal 1435 H dan pelepasan Purna Tugas Instalasi Gizi Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya tahun 2014. Setelah selesai acara, Asep (salah satu panitia) diberikan tugas untuk mengantarkan Dr. A (penceramah pada acara tersebut) sampai ke tempat parkir. Begitu dekat dengan mobil : Dr A : (sambil menyalakan remote mobil)” Ditaruh di jok belakang saja dik Asep : “iya Dok” (membuka pintu dan menaruh bingkisan di jok belakang). Kemudian berpamitan pada Dr A. Asep : Ass wr wb, mari Dok” Dr A : Tiba-tiba menoleh dan memanggil. “Dik, tunggu sebentar “ (sambil merogoh saku bajunya. Asep : Berbailk dan berguman dalam hati (“Wah....apa mau dapat angpao ya ?) spontan nyeletuk: “Tidak usah repot Dok, terima kasih “ (dengan wajah tersipu-sipu) Dr A : “ Oh... ini lho, saya ingin memberi kartu nama, siapa tahu ada yang ingin mengundang saya” Asep : Senyum senyum sendiri menerima kartu nama tersebut” iya Dok, terima kasih banyak” dengan berguman (“Wah, saya kira dapat angpao... hehe he... Kok GR ya ..”) Nuning Hartiana W, SKM - Instalasi Gizi KERUPUK BLEK.. Siang hari di Poli OTI sedang berkumpul, beberapa staf dan dokter untuk makan siang. Kebetulan di Poli OTI ada seorang dokter wanita (dokter N) yang berasal dari Kepulauan Natuna, sebingga kurang begitu paham bahasa jawa. Terjadilah percakapan antara dokter N dengan seorang perawat : Dr. N : Mbak, kalo makan rujak gini enaknya pake krupuk Perawat : itu dokter, di atas kulkas ada krupuk blek Dokter N : sambil mencari berkata” mana mbak nggak ada yang blek” Perawat : “ada kok” sambil mendekati membantu mencarikan. “lhaaaa ini krupuk bleknya” Dokter N : ini kan wamanya bukan blek (hitam) mbak, krem..... Semua tertawa, karena dokter tersebut tidak tau kalau knupuk yang dimaksud blek adalah krupuk uwel yang warnanya krem dan biasanya di masukan blek (kaleng dalam bahasa jawa) bukan krupuk yang warnanya hitam. Perawat : kalau di jawa krupuk blek maksudnya krupuk yang ditempatkan dikaleng / blek, bukan krupuk yang wamanya hitam Dr. .N : hahaaaaa......sambil makan dia terpingkal - pingkal. Poli OTI januari 2015 mimbar 27
kuis mimbar
Tebak Siapa Dia
?
?
? Tulis nama lengkap dan unit kerjanya !!!
ak : bat 6 minggu eja redaksi paling lam dim ai mp sa hir ak ter • Jawaban terbitan setelah terbit. majalah “Mimbar” mumkan pada diu ng na me Pe • berikutnya. di ganggu gugat. mutlak tidak dapat njukkan • Keputusan juri sendiri dengan menu mengambil hadiah rus ha ng na me Pe • 88 kartu identitas. PKRS Telp. 1086-10 di kantor Instalasi il mb dia t pa da h • Hadia pada Jam kerja. . 75.000,Hadiah sebesar Rp
Ketentuan meneb
Su Doku Teka-Teki abad ini :
Kita dipersilahkan mengisi kotak-kotak itu dengan angka mulai dari 1 sampai 9. Syaratnya tidak boleh ada pengulangan angka di dalam satu kolom, juga di dalam satu baris, serta didalam setiap kotak parsial 3 x 3. Sebagai patokan awal, beberapa kotak telah diisi dengan angka-angka pembuka, kita kemudian melanjutkan.
8
5
3
7 9
4
5
9
Jawaban Su Doku 3
1
9
5
7
2
6
8
4
4
8
6
3
9
1
7
5
2
7
2
5
4
8
6
3
1
9
8
6
3
7
2
5
9
4
1
1
7
4
9
3
8
2
6
5
5
9
2
6
1
4
8
3
7
6
5
8
2
4
9
1
7
3
2
3
1
8
5
7
4
9
6
9
4
7
1
6
3
5
2
8
1
5
Pemenang Su Doku : Pemenangnya :
1. Nova Rozidah Ruang Neonatus (Bayi) RSUD Dr. Soetomo 2. Abdul Malik SMF Bedah RSUD Dr. Soetomo
Jawaban “Kuis Mimbar” Vol. 18, No.4 : Tebak Siapa Dia: Sutrisno Suwito Purna Tugas Poli Onkologi RSUD Dr. Soetomo
Pemenangnya :
1. Aris Waluyo Banpol PP RSUD Dr. Soetomo 2. Renny Rachmawati, SE Bagian TU Bedah H RSUD Dr. Soetomo
28 mimbar januari 2015
6
7
3 2
4
3 7
3 8
9 7
5 2
6
8 6
1
5
Angket Berhadiah Artikel apa yang paling anda senangi pada edisi Mimbar edisi ini : 1. ...................................................................... ...................................................................... 2. ...................................................................... ...................................................................... Pemenang Angket Berhadiah : 1. Suprihatin Poli Jiwa II - RSUD Dr. Soetomo (Artikel Kesehatan ) 2. Dwi Fatma Ganifiati Bag. Perlengkapan & Aset RSUD Dr. Soetomo (Sekilas info & Tokoh)
7
1
6
2
3
7
9
8
1. Masyarakat Jawa Timur menandatangani Deklarasi Grahadi 2015 ”Hidup Sehat Hindari Kanker” merupakan komitmen seluruh elemen masyarakat bertepatan dengan peringatan World Cancer Day (Hari Kanker Sedunia) di Halaman Gedung Negara Grahadi Jl. Gubernur Soeryo Surabaya, Rabu 4 Pebruari 2015. Komitmennya berisi 3 hal yaitu : 1) melakukan dan memasyarakatkan gaya hidup untuk mencegah kanker, 2) bersedia melaksanakan dan memasyarakatkan deteksi dini, 3) meningkatkan kualitas hidup bagi penderita kanker dan keluarganya. 2. Laporan Ketua Panitia oleh Hendrian Dwi Koloso, dr, SpM, 3. Sambutan Sambutan Ketua Yayasan Kanker Indonesia Cabang Jatim oleh Dra. Hj. Nina Soekarwo, Msi 4. Penyerahan Deklarasi oleh Heru Purwanto, dr, SpB(K)Onk. 5. Penandatanganan Deklarasi 6. Edukasi pasien kanker di Poli Onkologi, 7. Edukasi di Instalasi Rawat Jalan, 8. Edukasi di Pusat Diagnostik Terpadu, 9. Edukasi di Ruang Kemoterapi Sukardje, 10. Membagi leaflet ke masyarakat di depan Grahadi, 11. Di depan Taman Bungkul dan 12. di Jl. Polisi Istimewa Raya Darmo
4
5 10
11
12