Daftar Isi
1. Pendahuluan 2. Allah Itu Bukan Alif Lam Lam Ha 3. Ada Allah yang Meliputi Segala Sesuatu 4. Allah yang Deket Banget 5. Amnesia Dosa 6. Belilah Hamba dan Lunasi dengan Keridhoan Mu 7. Berbisik Kepada Allah 8. Berjumpa Allah (Liqoulloh) 9. Bertemu Semu 10. Cuci Otak Untuk Mengenal Allah 11. Tuhan, Engkau Dekat di Hati 12. Desiran Ruhani 13. Detik Awal Masuknya Hawa Nafsu ke Relung Hati 14. Di Atas Sang Diri 15. Dzikir yang Sekedar Komat Kamit 16. Hati Hanya lah Alat 17. Hening 18. Jalan Hidayah 19. Jebakan Perasaan 20. Jiwa Ini Terhijab Oleh Wanita 21. Kalimat Takbir yang Latah dan Dusta 22. Kenapa Ga Dari Dulu Ya... Saya Mendekat Kepada Allah 23. Kesaksian Diri 24. Labirin Hawa Nafsu 25. Melepaskan Keterikatan Keinginan 26. Melihat Makna 27. Melukis Langit 28. Di Telapak Tangan Nya Aku Merindu 29. Memiliki Kehilangan Dengan Kembali Ke Allah 30. Memendam Cinta di Pelabuhan Rindu 31. Pengajian yang Bikin Ngantuk 32. Merayakan Kehidupan 33. Warna Warni Dunia yang Fana 34. Tentang Aku 35. Penutup 36. Sumber Referensi 37. Biografi Penulis
Hati Hanya Lah Alat Banyak yang bilang bahwa pusat dari semua kecerdasan adalah HATI padahal kalau kita mau membahasnya menurut al qur’an sebenarnya bukan hati. Karena hati itu masih alat dalam mengatur atau mengendalikan sang diri. Hati tempatnya sedih, gelisah, kecewa, marah, dan juga bahagia, senang, cinta, rindu, dan sebagainya. Hati memiliki ruangan-ruangan tersendiri saat merasakan sensasi yang didapatkan. Saat sedih berarti ruangan hati sedih yang dipakai dan begitu pula seterusnya. Hati dalam bahasa arab itu kalbu, yang artinya bolak-balik. Jadi kalau kita menempatkan hati sebagai pusat diri, pusat kecerdasan atau pusat kesadaran maka ia akan dibolak-balik oleh keadaan hatinya. Perhatikanlah ayat ini, Bahkan pada manusia itu diatas dirinya (nafs) ada yang tahu (bashiroh) (al qiyamah:14) Diatas diri yakni tubuh dan hati itu ada yang tahu (bashiroh). Bashiroh atau ruhani adalah yang sebenarnya yang mengendalikan alat-alat diri ini. Sebagai contoh, saat anda mengatakan ini HP ku secara otomatis HP dan aku itu terpisah atau saat anda mengatakan ini tubuh ku berarti tubuh dan aku itu terpisah. Cobalah amati keluar masuknya nafas, amati hati dan perasaan serta pikiran anda. Cobalah pula anda perhatikan gejolak emosi anda ketika marah atau senang. Semakin lama, anda akan semakin jelas siapa yang mengamati dan apa yang diamati. Sang pengamat bukanlah yang diamati. Yang diamati bukanlah diri yang mengamati. Berarti diri bukan jantung, bukan perasaan, bukan pikiran. Anda adalah sesuatu yang tersendiri tidak tercampur dengan luar diri anda. Anda adalah yang selalu ada dan terjaga setiap saat. Yang tidak pernah terpengaruh atas sensasi hati dan pikiran anda. Anda adalah pribadi yang hening dan tetap. Untuk melatihnya, lakukanlah berikut ini: Pejamkan mata dan amatilah dengan kesadaran diri Amati pergerakan ruhani dari ujung kaki bergerak ke perut Dan katakan bahwa ini perut tapi AKU bukan perut Bergerak ke dada bahwa ini dada tapi AKU bukan dada AKU berada diatas tubuh dan hati Aku penguasa diri, mampu mengendalikan gerak tubuh dan perasaan hati Relakan sang ruhani meluncur kepada Yang Maha Tak Terhingga Ucapkanlah Ya.. Allah… Ya.. Allah.. Ya.. Allah… Pasrahkan sang ruhani menuju Allah yang Maha Tak Terhingga..
Detik Awal Masuknya Hawa Nafsu Ke Relung Hati
Mengurai Makna Dalam derap langkah kehidupan yang penuh dengan onak duru hawa nafsu yang mengelabui hati yang sering bolak-balik. Kadang melakukan yang baik dan kadang pula melakukan yang buruk. Kondisi hati tak menentu karena belum bias menjinakkan hawa nafsu dalam kuasa kendali sang ruhani. Pahami dengan jelas makna ‘mengendalikan hawa nafsu’, yakni mampu mengontrol laju hawa nafsu yang ada direlung hati. Karena adanya ia bukan untuk dihilangkan namun dikendalikan agar jinak dan tunduk. Hawa nafsu akan tak terkendali saat mengikuti laju geraknya dengan terus menerus. Gerakannya membabi buta, penuh dengan emosi negatif, dan menawarkan kenikmatan sesaat.
Ragamnya Jenis-jenis Hawa Nafsu Sombong adalah gerak hawa nafsu akan keAkuan diri, marah pun hawa nafsu yang kasar, pelit adalah cinta dunia yang menggila nafsu akan harta, dusta pun tipu-tipu orang lain dan Tuhan, dan apapun gerakkan yang didominasi oleh hawa nafsu atau dorongan diri kearah negatif yang buruknya memburukkan diri sendiri dan orang lain.
Detik Awal Masuknya Hawa Nafsu ke Relung Hati Berawal dari kondisi dimana hati menangkap dan menerima hawa nafsu maka ia akan mendominasi hati dan mengalir ke seluruh anggota tubuh. Setelah hawa nafsu masuk direlung hati, dominasinya menguatkan dorongan untuk mengikuti segala perintah hawa nafsu, kemudian digiring untuk menikmati dengan kesenangan yang menipu. Jika dia sadar terhadap kesalahan dirinya, dia akan menyegerakan ‘bertaubat’ dengan penuh kesungguhan. Namun jika dia lupa dan lalai, dia menganggap bahwa hawa nafsu ini sebagai kebahagiaan dan tidak mau mengubah dirinya untuk kembali ke Allah.
Strategi Mengendalikan Hawa Nafsu menggunakan Kesambungan ke Allah (Shilatun) 1. Minta Ampun ke Allah (Istighfar) dan Memaafkan Diri karena mengikuti hawa nafsu, 2. Jadilah pengamat relung hati, amati hati dengan Kesadaran Sang Diri 3. Jaga kesambungan hati ke Allah dan mintalah bimbingan Nya
Strategi Mengendalikan Hawa Nafsu menggunakan NLP (Neuro Linguistic Programming) 1. Persepsi posisi diri yang ke tiga 2. Amati hawa nafsu dan ubahlah gambarnya dengan mempermainkan ‘submodalitas’ (contoh: buat gambarnya menjadi hitam putih, mengecil, volume suaranya mengecil) 3. Sugesti diri dengan kalimat: ‘Saya Mampu Mengendalikan Diri Untuk Berfikir dan Bertindak Lebih Positif’ 4. Tarik nafas ucapkan ‘Ya Allah’ dan seiring dengan buang nafas ucapkan ‘Huuu’
Di Atas Sang Diri Kenalilah diri Anda dengan Puasa karena di sana ada RUHANI yang menatap penuh kesadaran akan adanya sang Diri. Puasa adalah menahan dari hawa un nafs (hawa-dorongan dan un nafs-sang diri) artinya puasa sebagai perisai ruhani untuk tetap mejadi yang sejati dalam kelanggengan di alam ketaatan. Balil insanu ‘ala nafsihi basirah (al qiyamah:14) Artinya: Bahwa ditiap manusia itu ada basirah (ruhani) diatas sang diri. Perhatikanlah saat berpuasa, meskipun sang diri lapar dan dahaga menghampiri namun ada Ruhani yang menahan dalam kesadaran bahwa ‘saya harus menahan makan dan minum’. Ruhani tidak butuh makan, minum, tidur, atau apapun karena ruhani hanya butuh kembali kepada Allah. Puasa hakikatnya mengembalikan kita kepada fitrah. Fitrah yang mengikuti kehendak Allah. Fitrah yang berada didalam ketetapan Allah yang maha meliputi. Maka pahamilah posisi Ruhani mu saat berpuasa, disana engkau sedang dalam keadaan di atas sang diri. Menatap diri yang penuh oleh pergolakan pikiran, hati dan farji (kemaluan/syahwat) Kalau ruhani mu sudah aktif maka pengajaran Allah melalui ilham baik pun menjadi terang dan begitu nyata. Sehingga ketaatan itu mudah dan terasa ringan untuk dilakukan, seperti ketaatan yang dilakukan oleh planet-planet yang berputar pada orbitnya, tanaman yang tumbuh mengikut kemauan sang Hidup (al Hayyu) Ketaatan itu begitu indah jika dilakukan dengan penuh suka cita tanpa harus memakai ilmu atau doktrin, hanya mengikuti kehendak Sang Meliputi (al Muhith) sehingga ruhani ini dikuasai oleh Allah.