HASIL-HASIL MUKTAMAR KE-33 NU
Jombang, Jawa Timur 1-5 Agustus 2015 M 16-20 Syawal 1436 H
HASIL-HASIL MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA Copyright ©2016 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama xvi + 411 hlm 14,8 x 21 cm PENGARAH Drs. H. Slamet Effendy Yusuf. M.Si Drs. H. M. Imam Aziz Dr. Ir. H. A Helmy Faishal Zaini PENYELARAS AKHIR Robikin Emhas, SH, MH Dr. H. Juri Ardiantoro Agus Susanto PENYUSUN MATERI H. Sarmidi Husna Muhammad Yunus EDITOR Dr. Rumadi H. Andi Najmi Fuaidi H. Mahbub Ma’afi LAYOUT & COVER Nurdin Penerbit: Lembaga Ta’lif wan Nasyr PBNU Jl. Kramat Raya 164, Jakarta Pusat 10430 Telp. (021) 3914013 Fax. (021) 3914014 Email:
[email protected] Website: http://www.nu.or.id Cetakan II : Januari 2016
~ii~
Pengantar Penerbit ِ َّ ب ِْس ِم الل َّالر ْ ٰ َح ِن َّالر ِح ِمي Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, akhirnya buku Hasil-hasil Muktamar ke33 Nahdlatul Ulama tahun 2015 yang berisi: Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), Program-program, Bahtsul Masail, dan Rekomendasi telah selesai disusun dan diterbitkan. Isi buku ini merupakan haluan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2015-2020 dan pengurus NU di semua tingkat untuk menjalankan roda organisasi dan membimbing umat, khususnya sebagai Jam’iyah yang mengusung aqidah Islam Ahlussunah wal Jama’ah an-Nahdliyyah. Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU berusaha menghadirkan buku Hasil-hasil Muktamar Ke-33 NU ini dalam bentuk yang mudah dibaca dan dapat dipahami. Semoga penerbitan buku ini dapat menjadi rujukan dan haluan bagi organisasi dan warga NU untuk mencapai cita-cita organisasi untuk berkhidmat pada agama, masyarakat, bangsa dan dunia. Tim Penyusun penerbitan buku ini telah berusaha sebaik mungkin untuk menghadirkan buku ini secepat-cepatnya sehingga dapat dengan segara menjadi panduan organisasi, tetapi beberapa kendala teknis membuat penerbitan ini sedikit terlambat. Oleh karena itu, jika ada kekurangan baik dalam hal substansi materi maupun teknis penulisan, kami berharap ada masukan demi perbaikan buku ini. Akhirnya, penyusun berharap buku ini memberi manfaat yang maksimal bagi gerak langkah organisasi Nahdlatul Ulama. ~iii~
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penerbitan buku ini, mulai dari PBNU, Tim LTN, dan pihak-pihak lain baik pribadi maupun institusi. Mohon maaf jika masih terdapat kekurangan. Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 4 November 2015 Dr. H. Juri Ardiantoro Ketua LTN PBNU
~iv~
~v~
~vi~
Sambutan Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ِ َّ ب ِْس ِم الل َّالر ْ ٰ َح ِن َّالر ِح ِمي Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dapat menerbitkan hasil-hasil Muktamar NU, yang merupakan keputusan tertinggi organisasi, dalam bentuk buku yang ada di hadapan pembaca. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, pembawa risalah Islamiyyah. Penerbitan Hasil-Hasil Muktamar Nahdlatul Ulama, termasuk di dalamnya AD/ART Nahdlatul Ulama, program kerja, dan juga hasil Bahtsul Masail ini saya anggap bisa menjadi salah satu langkah menginformasikan sekaligus sosialisasi kepada pengurus, warga Nahdliyin maupun masyarakat lainnya tentang ke-NU-an dan aturan-aturan yang menjadi guidens dalam organisasi Nahdlatul Ulama. Himpunan Hasil Muktamar Nahdlatul Ulama yang dihasilkan dari Muktamar ke-33 tahun 2015 di Jombang Jawa Timur ini merupakan hasil jerih payah dan perasan keringat intelektual para ulama dan pengurus NU baik pusat maupun daerah. Walaupun memang hasil Muktamar tersebut tidak hanya AD/ART ini saja, tapi masih banyak lagi hasil-hasil keputusan lainnya dari berbagai komisi di Muktamar, misalnya bahtsul masail diniyah, dan lainnya. Sebagai organisasi sosial keagamaaan, AD/ART NU tentulah mengarah kepada harakah ishlahiyyah (gerakan perbaikan) karena NU sendiri merupakan jam’iyah ishlahiyyah (organisasi perbaikan). ~vii~
Gerakan perbaikan tersebut meliputi langkah taqwiyatul ummah (penguatan umat) secara tawassuthiy (moderat), tathawwuriy (dinamis) dan manhajiy (metodologis). Dan langkah himayatul ummah (melindungi dan menjaga ummat) secara layyin (halus), tathawwu’ (sukarela) dan tawaddud-tarahum (cinta kasih). Dengan terbitnya buku ini, atas nama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, terkhusus kepada tim perumus dan Lembaga Ta’lif wanNasyr PBNU yang sudah memprakarsai upaya baik ini. Semoga bermanfaat Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 24 Muharram 1437 H 6 November 2015 M Rais ’Aam Ttd Dr. KH. Ma’ruf Amin
~viii~
~ix~
~x~
Sambutan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ِ َّ ب ِْس ِم الل َّالر ْ ٰ َح ِن َّالر ِح ِمي Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah, Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama telah selesai digelar. Muktamar yang diselenggarakan di tanah pusara para pendiri NU, tanah Jombang, pada 1-5 Agustus 2015, menjadi momentum bersejarah. Muktamar ini, tidak sekedar menjadi momentum menziarahi pusara para ulama, namun juga menggali kembali gagasan-gagasan utama tentang organisasi yang mengusung faham Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Menggali gagasan-gagasan para Kiai, sekaligus juga mencari teladan dengan konteks yang lebih segar dan sesuai dengan tantangan masa kini. Pemikiran-pemikiran Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Bisri Syansuri, Kiai Wahid Hasyim dan Kiai Abdurrahman Wahid menjadi mutiara di antara pemikiran-pemikiran ulama Nusantara. Muktamar NU di Jombang, juga menghadirkan gagasan-gagasan yang lebih segar, terutama untuk masa depan organisasi. Secara fundamental, apa yang menjadi sistem regenerasi pemimpin sudah dirumuskan secara tepat. Selama ini, kepemimpinan Kiai merupakan model kepemimpinan berbasis akhlak dan uswah (keteladanan). Sistem regenerasi pemimpin, dengan sistem Ahlul Halli wal ‘Aqdi merupakan langkah penting bagi Nahdlatul Ulama, untuk menciptakan model regenerasi pemimpin yang jernih dan matang, dalam hal ini sesuai dengan standar pemimpin ideal di jajaran Syuriah. Demikianlah, ~xi~
meskipun dengan proses yang demikian alot dan dukungan dari berbagai Kiai, akhirnya sistem Ahlul Halli wal ’Aqdi menjadi bagian penting bagi sistem kepemimpinan Nahdlatul Ulama di masa depan. Selain itu, Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama juga menghasilkan rumusan-rumusan strategis, baik itu dalam bahtsul masail, sistem organisasi dan pelbagai rekomendasi untuk perbaikan Nahdlatul Ulama, serta bangsa Indonesia. Tentu saja, apa yang menjadi musyawarah dan dialog dalam Muktamar, tidak hanya dimaksudkan untuk warga Nahdliyyin dan organisasi (jam’iyyah), namun juga menjadi pemikiran bagi kemaslahatan bangsa Indonesia. Ini membuktikan, Nahdlatul Ulama sejak awal didirikan jelas untuk mengukuhkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Demikianlah, penerbitan buku ini menjadi langkah penting dari Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) yang menjadi representasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, dalam bidang penerbitan dan sosialisasi nilai-nilai Aswaja di lintas media. Semoga, buku hasil Mukmatar ke-33 NU ini membawa manfaat yang besar dan kemaslahatan yang luas, tidak hanya bagi warga Nahdliyin, namun juga warga muslim Indonesia dan dunia. Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Jakarta, 23 Muharram 1437 H
5 November 2015 M
Ketua Umum Ttd Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA ~xii~
DAFTAR ISI
Pengantar Penerbit....................................................................... iii Sambutan Rais ‘Aam PBNU........................................................ vii Sambutan Ketua Umum PBNU.................................................. xi Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama............................................. 1 Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama............................ 37 Khittah Nahdlatul Ulama............................................................ 95 Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah .............................. 105 1. Hukum Mengingkari Janji Bagi Pemimpin Pemerintahan. 109 2. Hukum Asuransi BPJS......................................................... 115 3. Pembakaran dan Penenggelaman Kapal Asing yang Melanggar Hukum................................................................ 123 4. Pemakzulan (Pemberhentian) Pemimpin......................... 132 5. Advokat dalam Tinjauan Fiqh............................................. 136 6. Eksploitasi Alam Secara Berlebihan................................... 139 7. Hukum Alih Fungsi Lahan.................................................. 143 Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Maudlu’iyyah ......................... 149 1. Metode Istinbath al-Ahkam dalam NU............................. 153 2. Khashaish Ahlus Sunnah Wal Jama’ah an-Nahdliyyah... 172 3. Hukuman Mati dan HAM................................................... 182 4. Pasar Bebas (Free Trade)...................................................... 186 5. Utang Luar Negeri................................................................ 193
~xiii~
Komisi Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyyah................. 199 1. Perlindungan Umat Beragama Melalui Undang-Undang. 206 2. Pelaksanaan Pendidikan Agama di Sekolah (Perbaikan PP No. 55 Tahun 2007)..................................... 220 3. Penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah yang Murah dan Berkualitas...................................................................... 229 4. Sumber Daya Alam untuk Kesejahteraan Rakyat............ 241 5. Memperpendek Masa Tunggu Calon Jamaah Haji dan Pengelolaan Keuangan Haji......................................... 249 6. Perlindungan TKI dan Pencatatan Nikah bagi TKI Beragama Islam di Luar Negeri........................................... 260 7. Perbaikan Pengelolaan BPJS Kesehatan............................ 268 Komisi Program........................................................................... 279 1. Model Perencanaan Program Nahdlatul Ulama.............. 283 2. Analisis External NU........................................................... 284 2.1. Nasional...................................................................... 284 a. Kependudukan........................................................ 284 b. Kesehatan................................................................. 288 c. Ekonomi................................................................... 292 d. Pendidikan............................................................... 298 e. Budaya dan Politik.................................................. 305 f. Lingkungan Hidup.................................................. 312 g. Kehidupan Beragama-Berbangsa......................... 313
~xiv~
2.2. Internasional.............................................................. 317 a. Konflik Internasional.............................................. 317 b. Gerakan Lintas-Batas Negara................................ 319 c. Meningkatnya Propaganda Anti-Aswaja............. 320 3. Analisis Internal NU............................................................ 322 3.1. Nilai-Nilai Perjuangan Kemasyarakatan dan Kebangsaan.......................... 322 a. Landasan Berfikir dan Bertindak.......................... 322 b. Mabadi Khoiri Ummah.......................................... 324 3.2. Kekuatan NU............................................................. 328 3.3. Capaian Program...................................................... 331 3.4. Pembenahan Ke Depan............................................ 336 4. Visi/Cita-Cita NU................................................................. 337 5. Misi......................................................................................... 337 6. Tujuan..................................................................................... 338 7. Program Dasar; Arah dan Hasil yang Diharapkan.......... 338 7.1. Program Penguatan dan Penyebaran Ajaran Aswaja......................................................................... 338 7.2. Program Pengembangan Kualitas SDM NU......... 342 7.3. Peningkatan Kesejahteraan dan Keadilan Warga.. 353 7.4. Penguatan Organisasi, Kelembagaan dan Jaringan 360 8. Rekomendasi......................................................................... 365
~xv~
Komisi Rekomendasi................................................................... 369 1. Keumatan............................................................................... 377 2. Kebangsaan............................................................................ 379 3. Internasional.......................................................................... 389 Lampiran Susunan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Masa Khidmat 2015-2020
~xvi~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
ANGGARAN DASAR NAHDLATUL ULAMA
~1~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA NOMOR: 002/MNU-33/VIII/2015 TENTANG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA NAHDLATUL ULAMA بسم اهلل الرحمن الرحيم MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA Menimbang : a. Bahwa Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyah Diniyah Islamiyah dalam sejarahnya selama ini mampu mengikat para anggotanya menjadi perkumpulan kekuatan sosial keagamaan yang besar dan tangguh dan oleh karenanya yang besar dan tangguh dan oleh karenanya perlu memelihara dan meningkatkan khidmahnya sesuai dengan tujuan didirikannya yang dirumuskan dalam khittah 1926; b. Bahwa Nahdlatul Ulama yang bertujuan untuk memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kesejahteraan umat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945; c. Bahwa untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan Nahdlatul Ulama, diperlukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai dasar dan pedoman yang mengikat kepada pengurus dan warga Nahdlatul Ulama dalam menjalankan khidmahnya;
~2~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Mengingat
:
a. Keputusan Muktamar XXXIII Nahdlatul Ulama Nomor 001/ MNU- 33/VIII/2015 Peraturan Tata Tertib Muktamar XXXIII; b. Keputusan Muktamar XXVII Nahdlatul Ulama Nomor 002/ MNU-27/1984 jo. Keputusan Munas Alim Ulama Nomor II/ MAUNU/1401/4/1983 tentang Pemulihan Khittah Nahdlatul Ulama 1926; Memperhatikan : a. Amanat Presiden Republik Indonesia dan Khutbah Iftitah Pejabat Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada pembukaan Muktamar tanggal 16 Syawal 1436 H/1 Agustus 2015 M; b. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa khidmad 2010-2015 pada Sidang Pleno II Muktamar ke 33 Nahdlatul Ulama tanggal 18 Syawal 1436 H/3 Agustus 2015 M. c. Laporan dan pembahasan Hasil Sidang Komisi Organisasi yang disampaikan pada Sidang Pleno III Muktamar pada tanggal 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M. d. Ittifak Sidang Pleno III Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama pada tanggal 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M; Dengan senantiasa memohon taufiq, hidayah serta ridlo Allah SWT:
~3~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA TENTANG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA NAHDLATUL ULAMA; Pertama: Isi beserta uraian perincian sebagaimana dimaksud oleh keputusan ini terdapat dalam naskah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama beserta Muqaddimah al-Qanunil Asasy sebagai pedoman untuk melaksanakan tata organisasi dalam mencapai tujuan dan cita-cita Nahdlatul Ulama; Kedua : Mengamanatkan kepada Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, Pengurus Cabang Istimewa, Pengurus Majelis Wakil Cabang, Pengurus Ranting, dan Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama untuk menaati segala peraturan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama; Ketiga: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan sampai dengan adanya keputusan baru yang ditetapkan oleh permusyawaratan setingkat; Ditetapkan di : Jombang, Jawa Timur Pada tanggal : 19 Syawal 1436 H / 4 Agustus 2015 M
~4~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA PIMPINAN SIDANG PLENO III
Drs. KH. Ahmad Ishomuddin, MAg Ketua KH. Yahya Cholil Staquf Sekretaris
~5~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
ون اْألَس ِ م َقدِّمةُ اْل َقانُ ِ ضةُ اْلعُلَ َماء» اس ِّي لِ َج ْم ِعيَّ ِة «نـَْه َ ُ َ َ بِس ِم ِ الرِحْي ِم الر ْحَ ِن َّ اهلل َّ ْ
هلل الَّ ِذي نـَّزَل الْ ُفرقَا َن علَى عب ِد ِه لِي ُكو َن لِْلعالَ ِم ِ اَ ْلم ُد ِ ك و ِْ َ ِْ َ َْ َ ِ َ َ ْمةَ َو َعلَّ َمهُ ِ َْ ني نَذ ًيراَ .وآتَاهُ اهللُ الْ ُم ْل َ َ الك َ الكْمةَ فـََق ْد أ ِ ت ؤ ـ ي ن م .و اء ش ي ُوتَ َخيـًْرا َكث ًريا . ْ مَّا َ َ ُ َ َ ْ ُْ َ َ ِ ال تَعاَ َل :يآ أَيـُّها النَِّب إِنَّا أَرس ْلن َ ِ ِ ِ ِ ِِ ِِ ِ اجا ُمنِ ًريا. قَ َ َ َ ُّ ْ َ َ اك َشاه ًدا َوُمبَشًِّرا َونَذ ًيرا َوَداعيًا إ َل اهلل بإ ْذنه َوسَر ً (األحزاب)46-45/ ِ الِكْم ِة والْمو ِعظَِة ْ ِ ِ أ ُْدعُ إِ َل سبِْي ِل ربِّ َ ِ ك ُه َو أ َْعلَ ُم ِبَ ْن َح َس ُن إِ َّن َربَّ َ الَ َسنَة َو َجاد ْلُ ْم بِالَِّ ْت ه َي أ ْ ك ب ْ َِ َ َ ْ َ َ ِ ض َّل َع ْن َسبِْيلِ ِه َوُه َو أ َْعلَ ُم بالْ ُم ْهتَديْ َن( .النمل)125/ َ فـبشِّر ِعب ِاد الَّ ِذين يست ِمعو َن الْ َقوَل فـيتَّبِعو َن أَحسنه .أُولَئِ ِ ك ُه ْم أُولُو ك الَّذيْ َن َه َد ُاه ُم اهللَُ .وأُولَئِ َ َ ََ ْ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ ْ ََ ُ ْ ْ َ َ ُ اْألَلْب ِ اب ( .الزمر)18-17/ َ هلل الَِِّذي َل يـت ِ الم ُد ِ ك ِف الْم ْل ِ ك َوَلْ يَ ُك ْن لَهُ َوِلٌّ ِم َن ُّ َّخ ْذ َولَ ًدا َوَلْ يَ ُك ْن لَهُ َش ِريْ ٌ الذ ِّل َوَكبـِّْرهُ َوقُ ِل َْ ْ ْ َْ ُ تَ ْكبِيـًْرا ( .الكهف)111/ َن ه َذا ِصر ِ صا ُك ْم السبُ َل فـَتـََفَّر َق بِ ُك ْم َع ْن َسبِْيلِ ِهَ .ذالِ ُك ْم َو َّ اط ْي ُم ْستَ ِقْي ًما فَاتَّبِعُ ْوهَُ .والَ تـَتَّبِعُ ْوا ُّ َِوأِ َّ ََّ َ به لَ َعل ُك ْم تـَتـَُّق ْو َن ( .األنعام)153/ ٍ ِ َطيعواْ اهلل وأ ِ يآ أَيـُّها الَّ ِذين آمنُواْ أ ِ الر ُس َ َطيعُواْ َّ ول َوِأ ُْوِل ِاأل َْم ِر من ُك ْم فَِإن تـَنَ َاز ْعتُ ْم ِف َش ْيء فـَُرُّدوهُ ُ َ َِ َِ َ ِ َ َ اهلل والْيـوِ ِ ِ ِ ِ ِ َح َس ُن تَأْ ِويالً( .النساء(59/ أ و ر ـ ي خ ك ل ذ ر اآلخ م ب ن و ن م ؤ ـ ت م نت ك ن إ الر ُسول َ ُ َ إ َل اهلل َو َّ ُ ْ ُْ ُ َ َ ٌْ َ ْ َ َْ ِ ِ ِ ك ُه ُم الْ ُم ْفلِ ُحو َن. ُّور الَّذي أُنْ ِزَل َم َعهُ أ ُْولَئِ َ فَالَّذيْ َن َآمنُواْ بِه َو َعَّزُروهُ َونَ َ صُروهُ َواتـَّبـَعُواْ الن َ (األعراف)157/ والَّ ِذين ج ُاؤا ِمن بـع ِد ِهم يـ ُقولُو َن ربـَّنَا ا ْغ ِفر لَنَا و ِإلخوانِنَا الَّ ِذين سبـ ُقونَا بِا ِإلميَ ِ ان َوالَ َْت َع ْل ِف َ ََ َ َ ِ َ ِ ِ َْ ْ َ ِ َ ِْ َ ْ َ يم( .احلشر(10/ ح ر وف ؤ ٌ ين َآمنُوا َربـَّنَا إن َ َّك َرُ َ ٌ قـُلُوبِنَا غالًّ للَّذ َ َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َوأُنـْثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقـَبَائِ َل لِتـََع َارفُوا إِ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم ِعْن َد يَآ ِأَيـَُّها الن ُِ ِ ِ يم َخبريٌ ( .ا حلجرات)13/ اهلل أَتـَْقا ُك ْم إ َّن اهللَ َعل ٌ ِ ِ ِِ ِ ِ ور ( .الفاطر)28/ إَّنَا َيْ َشى اهللَ م ْن عبَاده الْعُلَ َماءُ إ َّن اهللَ َع ِز ٌيز َغ ُف ٌ ِ ِِ ِ ضى َْنبَهُ َوِمنـْ ُه ْم َم ْن يـَْنتَ ِظُر َوَما ني ِر َج ٌ اه ُدوا اهللَ َعلَْيه فَ ِمنـْ ُه ْم َم ْن قَ َ م َن الْ ُم ْؤمن َ ص َدقُوا َما َع َ ال َ ~~6
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
بَ َّدلُوا تـَْب ِديالً( .األحزاب)23/
يآ أَيـُّها الَّ ِذين آمنواْ اتـَُّقواْ اهلل وُكونُواْ مع َّ ِ ِ ني( .التوبه)119 َ َُ الصادق َ َ َ َ َ ََ ِ ِ ل( .لقمان)15/ اب إِ ََّ يل َم ْن أَنَ َ َواتَّب ْع َسب َ
اسأَلُواْ أ َْهل ِّ الذ ْك ِر إِن ُكنتُ ْم الَ تـَْعلَ ُمو َن( .األنبياء)7/ فَ ْ َ ك بِِه ِع ْل ٌم( .اإلسراء)36/ س لَ َ َوالَ تـَْق ُ ف َما لَْي َ
ِِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ فَأ ََّما الَّ ِذ ين ِِف قـُلُوب ْم َزيٌِْغ فـَيَتَّبِعُو َن َما تَ َشِابَهَ مْنهُ ابْت ِغَاءَِ الْفتـْنَة َوابْتغَاءَ تَأْ ِويله َوَما يـَْعلَ ُم تَأْ ِويلَهُ َ ِ الراس ُخو َن ِف الْع ْل ِم يـَُقولُو َن َآمنَّا بِه ُكلٌّ ِّم ْن عْند َربـِّنَا َوَما يَ َّذ َّك ُر إِالَّ أُولُو اْألَلْبَاب( .آل إِالَّ اهللُ َو َّ عمران)7/ ومن يشاقِ ِق َّ ِ ِ ِ ِِ صلِ ِه ََ ْ َ َ الر ُس ْوَِل م ْن بـَْعد َما تـَبـَيَّ َ لَهُ ا ْلَُدى َويـَتَّبِ ْع َغيـَْر َسبِْي ِل الْ ُم ْؤمن ْ َ ي نـَُولِّه َما تـََوَّل َونُ ْ ت َمصيـًْرا ( .النساء(115/ اء س و َّم َ َ َ ْ َج َهن َ
واتـَُّقوا فِتـنَةً الَ تُ ِ َن اهلل َش ِديْ ُد الْعِ َق ِ اب( .األنفال)25/ صْي َ َّ ب الَّ ِذيْ َن ظَلَ ُم ْوا ِمْن ُك ْم َّ َ ْ ْ خآصةً َو ْاعلَ ُم ْوا أ َّ َ ِ َّ ِ َّار ( .هود )113: ين ظَلَ ُموا فـَتَ َم َّس ُك ُم الن ُ وال تـَْرَكنُوا إ َل الذ َ
ِ َّ ِ الِ َج َارةُ َعلَيـَْها َمالَئِ َكةٌ ِغالَ ٌظ َّاس َو ْ ين آَ َمنُوا قُوا أَنـُْف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْم نَ ًارا َوقُ ُ يَِا أَيـَُّها الذ َ ود َها الن ُ صو َن اهللَ َما أ ََمَرُه ْم َويـَْف َعلُو َن َما يـُْؤَمُرو َن( .التحرمي(6/ ش َد ٌاد الَ يـَْع ُ َوالَ تَ ُك ْونواُ َكالَّ ِذيْ َن قَالُْوا َِس ْعنَا َوُه ْم الَ يَ ْس َمعُ ْو َن( .األنفال)21/
الص ُّم الْبك َّ ِ إِ َّن َشَّر الدَّو ِّ ِ ِ ين الَ يـَْع ِقلُ ْو َن( .األنفال)22/ َ ْم الذ َ اب عْن َد اهلل ُّ ُ ُ
ِ ك ُه ُم َولْتَ ُك ْن ِمْن ُك ْم أ َُّمةٌ يَ ْدعُو َن إِ َل ْ الَِْي َويَأْ ُمُرو َن بِالْ َم ْعُروف َويـَنـَْه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر َوأُولَئِ َ الْ ُم ْفلِ ُحو َن( .آل عمران)104/ يد الْعِ َق ِ اب. َوتـََع َاونُوا َعلَى الِْ ِّب َوالتـَّْق َوى َوالَ تـََع َاونُوا َعلَى اْ ِإل ِْث َوالْعُ ْد َو ِان َواتـَُّقوا اهللَ إِ َّن اهللَ َش ِد ُ ( املائدة(2/ يآ اَيـُّها الَّ ِذيْن آمنـوا ْ ِ صابُِرْوا َوَرابِطُْوا َواتـَُّق ْوا اهللَ لَ َعلَّ ُك ْم تـُْفلِ ُح ْو َن( .آل عمران)200/ َ َ اصبُْوا َو َ َ َ ُْ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ي قـُلُ ْوبِ ُك ْم َو ْاعتَص ُم ْوا بَْب ِل اهلل َجيـًْعا َوالَ تـََفَّرقـُْوا َواذْ ُكُروا ن ْع َمةَ اهلل َعلَْي ُك ْم إِ ْذ ُكْنتُ ْم أ َْع َداءً فَأَلَّ َ ف بـَْ َ ~~7
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
َصبَ ْحتُ ْم بِنِ ْع َمتِ ِه إِ ْخ َوانًا ( .آل عمران)103/ فَأ ْ
الصابِ ِريْ َن ( .األنفال) 46/ اصِبُْوا إِ َّن اهللَ َم َع َّ ب ِرْيُ ُك ْم َو ْ َوالَ تـَنَ َازعُ ْوا فـَتـَْف َشلُ ْوا َوتَ ْذ َه َ
َخ َويْ ُك ْم َواتـَُّق ْوا اهللَ لَ َعلَّ ُك ْم تـُْر َحُْو َن( .احلجرات(10/ ي أ َصلِ ُح ْوا بـ إَِّنَا الْ ُم ْؤِمنـُْو َن إِ ْخ َوةٌ فَأ ْ َ ْ َ َ َش َّد تـثْبِيتًا وإِ ًذا َلتـيـنَ ِ ِِ َجًرا َع ِظْي ًما َْ ُ اه ْم م ْن لَ ُدنَّا أ ْ َولَ ْو أَنـَُّه ْم فـََعِلُ ْوا َما يـُْو َعِظُْو َن به لَ َكا َن َخيـًْرا َلُ ْم َوأ َ َ ْ َ اه ْم صَراطًا ُم ْستَقْي ًما (.النساء(67-66/ َوَلََديـْنَ ُ ِ ِ ِ ِِ ي ( .العنكبوت)69/ اه ُد ْوا فيـْنَا لَنـَْهديـَنـَُّه ْم ُسبـُلَنَا َوإِ َّن اهللَ لَ َم َع الْ ُم ْحسن ْ َ َوالَّذيْ َن َج َ
ِ ِ صلُّ ْوا َعلَْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِْي ًما. صلُّ ْو َن َعلَى النِ ِّ إِ َّن اهللَ َوَمآلئ َكتَهُ يُ َ َّب يَآ أَيـَُّها الَّذيْ َن َآمنـُْوا َ (األحزاب)56/
ِ ِ اه ْم يـُْن ِف ُق ْو َن( .الشورى)83/ استَ َجابـُْوا لَِرِّبِ ْم َوأَقَ ُام ْوا َّ الصالََة َوأ َْمُرُه ْم ُش ْوَرى بـَيـْنـَُه ْم َومَّا َرَزقـْنَ ُ َوالَّذيْ َن ْ والَّ ِذين اتـَّبـعوهم بِِإحس ٍ ان َر ِض َي اهللُ َعنـْ ُه ْم( .التوبة(10/ َ ْ َ َُ ْ ُ ْ ْ َ
أ ََّما بـَْع ُد :
ِ ِ ال ف َوقَ ْد قَ َ اع َوالتـََّع ُار َ َح ٌد َمنـَْف َعتَهَُ .كْي َ ف َِواْ ِال ِّتَ َاد َوالتَّآلُ َ فَِإ َّن اْ ِال ْجِت َم َ ف ُه َو اْ ْ ألم ُر الَّذي الَ َْي َه ُل أ َ صلَّى اهللُ َعلَيه َو َسلَّم: َر ُس ُ ول اهلل َ ِ ِ الم ِ ِ ِ ف ِّ ب ِم َن الْغَنَ ِم. اعة فَِإ َذا َش َّذ الشَّاذُّ منـْ ُه ْم ا ْختَطََفْتهُ الشَّْيطَا ُن َك َما َيْتَط ُ يَ ُد اهلل َم َع َْ َ َ الذئْ ُ (ذكره احلافظ السيوطي يف كتابه)
ضى لَ ُك ْم أَ ْن تـَْعبُ ُد ْوهُ َوالَ تُ ْش ِرُك ْوا بِِه َشْيئًا َوأَ ْن ضى لَ ُكِ ْم ثَالَثًا َويَكَْرهُ لَ ُك ْم ثَالَثًا فـَيـَْر َ إِ َّن اهللَ يـَْرِ َ ِ ِ ِ َّ ِ ال اص ُح ْوا َم ْن َوالهُ اهللُ أ َْمَرُك ْمَ .ويَكَْرهُ لَ ُك ْم قْي ٌل َوقَ َ تـَْعتَص ُم ْوا بَِْبل اهلل َجيـًْعا َوِالَ تـََفَّرقـُْواَ ،وأَ ْن تـَنَ َ اعةُ الْ َمال. َوَكثـَْرةُ ُّ الس َؤال َوإِ َ ضَ ِ ال رس ُ ِ اج ُشوا َع ْن أَِب ُهَريـَْرةَ َر ِض َي اهللُ َعْنهُ قَ َ ول اهلل َ اس ُدوا َوالَ تـَنَ َ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َِسلَّ َمَ :لِ َِتَ َ ال :قَ َ َ ُ ض ُك ْم َعلَى بـَْي ِع بـَْع ٍ ضَ .وُك ْونـُْوا عبَ َاد اهلل إ ْخ َوانًا( .رواه مسلم) ضوا َوالَ تَ َدابـَُرْوا َوالَ يَبِ ْع بـَْع ُ َوالَ تـَبَا َغ ُ قال الشاعر: اَِّنَا اْالَُّمةُ الْو ِحي َدةُ َك ِْ ض ِاء س * ِم َوأَفـَْر ُاد َها َكاْأل ْ َع َ َ ْ ال ْ ~~8
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
ض ٍو لَه و ِظيـ َفةُ صْن ٍع * الَ تـرى ِْ استِ ْغنَ ٍاء ال ْس ُم َعْنهُ ِف ْ ُك ُّل عُ ْ ُ َ ْ َ ََ َن الْ َفرد الْو ِ ِ ِ ِ َوِم َن الْ َم ْعلُ ْوِم أ َّ اح َد الَ يُْ ِك ُن أَِ ْن يَ ْستَ ِق َّل َن الن َّاس الَ بُ َّد َلُِْم م َن اْ ِال ْجت َم ِاع َوالْ ُم َخالَِطَة أل َّ ِ ْ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ضظٌَّر بُ ْك ِم الضَُّرْوَرِة إِ َل اْال ْجت َم ِاع الَّذي َْيل اجاتِِه ،فـَُه َو ُم ِبَ ِمْي ِع َح الَيـَْر َويَ ْدفَ ُع ب إِ َل أ َُّمته ْ ْ َ ُ ٍِ الضيـر .فَاْ ِال ِّت ِ ب بِبـع ِ اجتِ َماعُ َها ض َها ِ َوتَ َ َُ اد َو ْارتبَا ُط الْ ُقلُ ِْو ِ َْ ضافـُُرَهاِ َعلَى أِ َْم ٍر َواحد َو ْ َعنـَْها ِالشٍََّّر َوِ ٍََّْ ِ ِ اب ب َس أ م َه أ ن م الس َع َادة َوأَقـَْوى َد َواعى الْ َم َحبَّة َواْمل َوَّدة. َّ َعلَى َكل َمة َواح َدة ْ َ ِّ ْ َ َ ِ ِ ِ ِ ُسس ِ ت الْعِباد وانـتَ َشر الْعِمرا ُن وتـ َقد ِ ك ت الْ َم َمال ُ َوَك ْم بهِِ عُ ِّمَرتِ البِالَ ُد َو َس َاد َِ ُ َ ْ َِ ِْ َ ََِِ َ َّمِ ِّت ِاْألََّْوِطَا ُن َوأ ِّ َ ِ ضائ ِل املساَل ُ اص ُل إ َل َغ ِْي َذل َ ك م ْن فـََوائد اْالتَاد الذي ُه َو أ َْعظَ ُم الْ َف َ ك َوَكثـَُرِ التـََّو ُ ُ وس ِّهلَت َ ِ ِ َسبَاب َوالْ َو َسائل. أل ا ت َم ْ َوأ ْ َُ ْ ول ِ اهلل صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم بـي أَصحابِِه ح َّت َكأَنـَّهم ِف تـو ِّاد ِهم وتـر ُِ اح ِه ْم َخى َر ُس ُ َوقَ ْد أ َّ َ ْ َ ْ ْ ُ َ ُ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ك الَ َسد ب ْ اعى لَهُ َسائ ُر ْ الُ َّمى َو َّ اصلِه ْم َج َس ٌد َواح ٌد إ َذا ا ْشتَ َكى عُ ْ الس ْهر ،فَب َذال َ ض ٌو مْنهُِ ِتَ َد َ َوتـََو ُ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ص ُرْوا م و ، د ال ب ل ا ا و ح ت ت ـ ف ا و ك ال م م ل ا ا و خ و د ف م ه د د ع ة ل ق ع م م ه و د ع ى ل ع م ه ـ ت ر ص ن ت ْ ْ َ َ َ ْ َ َ َّ ُ ْ َ َ َ َ ََْ ُ ْ َ َ َ َ َّ َكانَ ْ ُ ْ َ ُُ ْ ِ َ َِ ُ ِّ ِ ْ َ َ ِ ِ ك. ص َار َوَمد ُّْوا ظالَ َل الْع ْمَرانَ ، ك َو َس َّهلُ ْوا الْ َم َسال َ وشيَّ ُدوا الْ َم َمال َ اْأل َْم َ ال تعاىل« :وآتـَيـْنَاهُ ِم ْن ُك ِّل َشْي ٍئ َسبَبًا». قَ َ َح َس َن ِف الْ َم َق ِال: فَـلِلَّ ِه َد ُّر َم ْن قَ َ ال َوأ ْ ِ جيـًْعا يا بـ ََّ ِ آح ًادا. ب َوالَ تـَتـََفَّرقُوا َ ُك ْونـُْوا َ َ ُ ن إ َذا َعَرا * َخطْ ٌ تَأْ ِ ت أَفـَْر ًادا. اجتَ َم ْع َن تَ َك ُّسًرا * َوإِ َذا افـْتـََرقْ َن تَ َك َّسَر ْ اح إِ َذا ْ ىب الْق َد ُ َ
وقَ َ ِ ِ ت أَح ًدا بِالْ ِفرقَِة خيـرا الَ ِمن اْأل ََّولِي والَ ِمن اْ ِ ِ آلخ ِريْ َن. ال َعل ٌي َِكَّرَم اهللُ َو ْج َههُ :إ َّن اهللَ ِ َلْ يـُْؤِِ َ َِ ْ َ ًْ ِ َ ِ ْ َ َِ َ َّ ت ب ْم أ َْه َوائـُُه ْم فَالَ يـََرْو َن ل ْل َمنـَْف َعة الْ َع َّامة َمَالًّ َوالَ َم َق ًاما ب لع و م ه ـ ب و ل ـ ق ت ق ر ف ـ ت ا ذ إ م و ق ل ا َن ل ْ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ِْ َّح َد ًةُ ْب ُلُ ْآحاد َاُْ ْ ،متَ ِمعِي أَجسادا ،م ْف ِتقِي قـلُوبا وأَهواءَْ ،تسبـهم َِ جيـًْعا َوالَ يَ ُك ْونـُْو َن أ َُّمةً ُمت َ ْ َِ ً ْ َ ْ َ ً ُ َ ْ َ ُ ْ ً َ ْ َ ًِ َ ُُ ْ ِ السبَ ِاع، ص ُارْوا َك َما قْي َلَ :غنَ ًما ُمتَبَدِّدةً ف صحراء ،قَ ْد أَحاطَ ت بَا أَنـَْواعُ ِّ َوقـُلُ ْوبـُُه ْم َش َّتَ ،وِ َ ِ صَل إِلَيـهاْ َ،وَالََْ ب َّد ِمن َأَ ْن يْ ِ السباع َل ي ِ ِ َّ ص َل إِلَيـَْها يـَْوًما َما، َن ل ا م إ ، ة فـَبـََقاءُ َها ُم َّد ًة َسال َم ً َّ ِ ِّ َ َِ ِ َ ْ َْ ِ َ ُ ْ َ ِ ِ ِ ِ ِ َوإِ َّما ِل َّ ب َغاصبًا احَةُ إ َن ِّ اع أ ََّدتْهُ اَلْ ُمَز َ ىل الْقتَ السبَ َ ب فَريْ ٌق فَريـًْقا ،فـَيَصيـُْر الْغَال ُ ال بـَيـْنـََهِِ ٍا ،فـَيـَ ْغل ُ َ ِ ي َغاص ٍ ب َو َسارق. ب َسا ِرقًا ،فـَتـََق ُع الْغَنَ ُم بـَْ َ َوالْ َم ْغلُ ْو ُ ِ جي ِع اْأل َْزم ِ ف و ِْ ِ فَالتـََّفُّر ُق سبب الض ُّْع ِ ان .بَ ْل ُه َو َْملَبَةُ الْ َف َس ِاد َوَم ِطيَّةُ ال ْذالَنَ .واِلْ َف ْش ِل ِف َ ْ َ َ ِ َ َ ُِ ٍ ِ ِ الَر ِ الْ َك َساد َوَد اب َوالد ت ِف ِّما ِرَ ،وَداهيَةُ اْ َلعا ِر َو َّ اعيَةُ َْ الشتَّا ِر .فَ َك ْم مِْن َعائالَت َكبِيـَْرٍة َكانَ ْ َ ِ ِ ٍ ِ ٍِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ب التـَّنَ ُازِع َو َسَرى ت آهلَةً بأ َْهل َها َح َّت إ َذا َدبَّ ْ َر َغد م َن اْ َلعْيِِش َوبـُيـُْوت َِكثيـَْرة َكانَ ْ ت فْيه ْم َع َقار ُ ت بـُيـُْوتـُُه ْم َخا ِويَةً َصبَ َح ْ َخ َذ منـْ ُه ُم الشَّْيطَا ُن َمأْ َخ َذهُ تـََفَّرقـُْوا َش َذ َر َم َذ َر فَأ ْ ُسُّ َها ِف قـُلُ ْوب ْمَ ،وأ َ ~~9
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
َعلَى عُُرْو ِش َها.
ِ ضع ِ ِ ِ ِ ف واْ ِالفِْت ِاق وإِ َّن اْلب ِ اط َل قَ ْد يـَْق َوى ص َح َعل ٌّيِ َكَّرَم اهللُ َو ْج َههُ« :إِ َّن اْحلَ َّق يَ ْ ُ ُ َوقَ ْد أَفْ َ ف باْال ْختالَ َ َ َ َ بِاْ ِال ِّتَ ِاد َواْ ِالتـَِّفاق». ِ الملَ ِة فَمن نَظَر ِف ِمر ِآة التـَّوا ِري ِخ وتَصفَّح َغيـر قَلِي ٍل ِمن أَحو ِ ُّه ْوِر ال ِاْأل َُم ِمَ .وتـََقلَّبَ ِات الد ُ ْ َ ْ َ ِ َ َ ِ َْ ْ ْ ْ َوبِ ُْ ْ َ ِْ َ َ ِ الدثـوِر ،رأَى أ َّ وما حصل َلا إ َل ه َذا ُّ ت َن عَّزها الَّذي َكانَت م ْغموسةً فيه ،وفَخرها الَّذي تـلَفَّع َِبَو ِاشَي ِه َوََْم َدَها الَّ ِذي تـ َقنـَّعُْت بِِهَ ،وَتلَّت بَِِسربالِِه ،إَِّنَا هْو َثَْرةُُ ْماَ تـعلََّْقتَبِِه َْ َ ،وتََ َّس َكت َبِأَ ْذَيالِْهِ ْ َ ِ َ َ ْ َ ِ َ َّ ْ َ َ ْ َ َ ْ ْ َ ُ َ َ َ ََ ْ َ َت أَفْ َك ُارُه ْم. ت ِو ْج َهتـُُه ْمَ ،وتـََواطَأ ت َكلِ َمتـُُه ْم َواتـََّف َق ت أَهواء هم واجتَمع ْ من أَنـَّهم قَد ات َد ْ ْ صيـنًا ِف ِح ْفظِ فَ َْكا َن ُه َْذا أَقـوىَ ع ِام ٍل َِْف ُإِ ْعُالَِْء َسْطْ َوتَِِم ْ وأَ ْكبـر نَ ِ ص ٍي ِف نُصرِتِم ،و ِحصنًا ح ِ َ َْ َ َ َ ْ َ ََ ْ َْ ْ َ ْ َ ْ ال أ َْع َداءُ ُه ْم ِمنـْ ُه ْم َمَر ًاما ،بَ ْل يُطَأْ ِط ُؤ َن ُرُؤ َس ُه ْم ِلَْيبَتِ ِه ْم إِ ْكَر ًاما َش ْوَكتِ ِه ْم َو َسالََم ِة َم ْذ َهبِ ِه ْم .الَ تـَنَ ُ ب اهللُ َشْ ًسا تَ ْش ِرفَ ْةَ ،والَ بـَلَّ َغ اهللُ َع ُد َّوَها أَنـَْو َارَها. َويـَبـْلُغُ ْو َن َشأْ ًوا َع ِظْي ًما ،تِْل َ ك أ َُّمةٌ الَ َغيَّ َ اع ِة أ َْه ِل َم َذ ِاه ِ ب اْالَئِ َم ِة ْال َْربـََع ِة ،أَنـْتُ ْم السن َِّة َواْجلَ َم الس َادةُ ْالَتْ ِقيَآءُ ! ِم ْن أَِْه ِل ُّ فـَيَآ أَيـَُّها اْلعُلَ َمآءُ َِو َّ َ ِ ِ ِ ِ ْ السنَد إلَْي ُك ْم َوتـَْنظُُرْو َن َع َّم ْن تَأ ُخ ُذ ْو َن ِّصال َّ قَِ ْد أ َ َخ ْذ ُتُ اْلعُلُ ْوَم م َّْن قـَبـْلَ ُك ْم َوَم ْن قـَبـْلَ ُك ْم م َّْن قـَبـْلَهُ بات َِ ِ ِ َّ َ َ َ َ ت أ ن م ف ا، اب و ـ ب أ ن م ال إ ت و ـ ي ـ ب ل ا ا و ت ؤ ـ ت ال و ا ه ـ ب ا و ـ ب أ و ا ه ـ ت ـ ن ز خ م ت ـ ن أ ف ، م اها ِم ْن َغ ِْي أَبـَْو ِابَا ُسِّ َي ديـْنَ ُك ْ َ ُْ ْ َ َ َ َُ َ َْ َُ ِ َ َ ُِْ ُ ْ ُ ُْ َ ْ َْ َ َ َ ْ َ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ اضوا بَار اْلف َ ِ ِ السنَن َوأ ََرَز الْ ُم ْؤمنـُْو َن الْ ُمحق ُّْو َن َخ ُذوا باْلب َد ِع ُد ْو َن ُّ تَ ،وأ َ َسارقًاَ .وإ َّن قـَْوًما قَ ْد َِخ ُ ْ َِ ِ فَ ،و َعَّرفُوا الْ ُمْن َكَر السارقـُْو َن ُكلُّ ُه ْم ،فـََقلَّبُوا ْ أَ ْكثـَُرُه ْم َوتَ َشد َ َّق الْ ُمْبتَدعُ ْو َن َّ الََقائ َقَ ،وأَنْ َكُروا الْ َم ْع ُرْو َ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ لى لى َذال َ ك بَ ْل َعملُوا َجْعيَّةً َع َ يَِ ْدعُ ْو َن إ َل ِكتَِاب اهلل َولَْي ُِسواِ مْنهُ ف َش ْيءَ ،وُهِْم َلْ يـَْقتَصُروا َع َ ِ الش ْق َوةَُ ،وَلْ يَ ْس َمعُوا قـَْوَل ت َعلَْيه َّ ت ب َذال َ ت ْل َ ك َكبـَْوةٌ َوانـْتَ َح َل إلَيـَْها َم ْن َغِلَبَ ْ ك الْ َم َِسالك فـََعظُ َم ْ ِ ِ ِ ِ ِ َّ َّ َّ ِ َّ ْ ي ي يَ َدي َّ الس َ اعة َكذاب ْ َ صلى اهللُ َعلَْيه َو َسل َم :فَانْظُُروا َع َّم ْن تَأ ُخ ُذ ْو َن ديـْنَ ُك ْم إن بـَْ َ َر ُس ْول اهلل َ الَ تـَْب ُكوا َعلَى الدِّيْ ِن إِ َذا َولِيَهُ أ َْهلُهُ َوابْ ُكوا َعلَى الدِّيْ ِن إِ َذا َولِيَهُ َغيـُْر أ َْهلِ ِه( .حديث صحيح رواه أمحد و احلاكم) الَطَّ ِ ال« :يـَْه ِد ُم اْ ِال ْسالَ َم ِج َد ُال الْ ُمنَافِ ِق اب َر ِض َي اهللُ َعْنهُ َحْي ص َد َق عُ َم ُر بْ ُن ْ ث قَ َ ُ َولََق ِْد َِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ ِ ْ ي الاهلي وَْتريف اْلغَال ال الْمبطلي وتَأويل ْ بِالْكتَاب»َ .وأَنـْتُ ُم اْ َلع ُد ْو ُل الذيْ َن يـُنـُْف ْو َن انْتح َ ان َمن َش ُاءْ ِم ْن َ خَْل ِق ِه َْ .وأَنـتَُم ال ْطََّائَِفَةُ الَِّْتَ ِف قـوْلَِهِ ِ ِ ب اْ َلعالَ ِم ْ َ َّ ِبُ َّج ِة َر ِّ َْ ي ال ِت َج َعلَ َها َعلَِى لِ َس َ ْ َ ْ َ ِ ِ َ ْ ُ ضُّرُه ْم َم ْن نَ َاوأ َُه ْم َح َّت صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم« :الَ تـََز ُال طاَئ َفةٌ م ْن أ َُّم ِ ْت َعلَى ْ الَ ِّق ظَاهريْ َن الَ يَ ُ يأَِْت أَمر ِ اهلل». َ َ ُْ فـهلُّموا ُكلُّ ُكم ومن تبِع ُكم ِ ُّع َف ِاء َواألَقْ ِويَ ِاء إِ َل َه ِذ ِه اْجلَ ْمعِيَّ ِة جيـًْعا ِم َن اْل ُف َقَر ِاء َواْألَ ْغنِي ِاء والض الََْمب ُارَك ِة الْم ْوسَوَم ِةْ َِبَمعِيَِّْة َ«نـهضةُ اْلعلَماءِ » .واد َخلُو َها بِالَْمحبَّ ِة واْل ِود ِاد واْألُلْ َف ِة واْ ِال ِّتادِ َ َ َُِ َ ِ َِ ْ ُ ْ َ َ ْ ٍ ِ َْ َ ِ ُ َ ٍ َ ْ ٍُ ْ َِ َ َ ِ َ ٍَ َ ان َوإِنـََّها ُح ْل َوةٌ بِأَفـَْو ِاه صالَ ٍح َوإ ْح َس ِّصال بأَرو ٍاح وأَجساد .فَإنـَّها َجعيَّةُ ع ْدل وأَمان وإ َواْالت َ صْةٌَ علَ َى َْغ َالَ ِص ِم اْألََ ْشرا ِرْ .وعلََي ُكم بَِالَتـَّناصَِح ِْف َذالِ ك َو ُح ْس ِن التـََّع ُاو ِن َعلَى َما غ ار َ اْأل ِْ َخيَ ِ ُ ِ َّ ٍ َ ٍ ٍَِ َ َ ٍْ ْ ِ ٍ َ ُ ِ ٍ ك بَْوعظَة َشافيَة َوَد ْع َوة ُمتَالَفيَة َو ُح َّجة قَاضيَة. ُهنَال َ ~~10
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
ال رسو ُل ِ صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم اهلل اص َد ْع ِبَا تـُْؤَم ُر لِتـَنـَْق ِم َع الْبِ َدعُ َع ْن أ َْه ِل الْ َم َد ِر َو ْ الَ َج ِر ،قَ َ َو ْ َ ُ ْ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ وس َّ ك فـََعلَْيه لَ ْعنَةُ َص َحاب فـَْليُظْهر الْ َعالُ ع ْل َمهُ فَ َم ْن َلْ يـَْف َع ْل َذال َ ت أَو الْب َدعُ «إَِِذا ظَ َهَر ِالْفَُِ بأ ْ ُ ِ اهلل َوالْ َمالَئ َكة َوالن ِ «وتـََع َاونُوا َعلَى الِْ ِّب َوالتَّـ ْق َوى»( .املائدة)2/ ي»َ .وقَ َ َّاس أ ْ َجَع ْ َ ال تـََع َالَ : ال سيِّ ُدنَا علِي َكَّرم اهلل وجهه :فـلَيس أَح ٌد وإِ ِن ا ْشتَ َّد علَى ِرضا ِ ال ِف الْ َع َم ِل اهلل ِحر صهُ َوطَ َ َوقَ َِ َ ِ ِ َ ٌ ِ َِ ُ َ ْ َ ُ َ ْ ِ َ َ َ اع ِة .ولَ ِكن َِمن و َِ اهلل علَى الْعِبادِ ب ح ُْقوُِق ِ ِ اج اجتَِه ُ َ ْ َ ادهُ ِببَال ِغ َحقيـَِْقِة َما اهللُ أ َْهلُهُ مَِن ِالطَّ َ َ ْ ْ َ ِ ُ ْ ِ ِ الَ ِّق َمْنزلَتُ ُه م ظ ع ن إ و ؤ ر ام س ي ل و م ه ـ ن ـ ي ـ ب ق ال ة ام ق إ ى ل ع ن او ع ـ ت ال و م ه د ه ج غ ل ـ ب ب ة ح ي َّص ِ تف ْ ْ َ َ َ ُ ِّ َّ ْ َ ُ ُ ٌ َ َ َ َ ْ َُ ْ َ ْ َ ِْ ُ َ ِ َ َ ْ الن ْ َ ْ ُ ْ ِْ َ َ َ ِ َ ِ َ صغََّرتْ ُه ن إ و ؤ ر ام ال و ، ِّه ق ح ن م اهلل ه ل ح ا م ى ل ع ن او ع ـ ي ن أ وتـ َقدَّم َ َ َ ٌ ْ ت ِف الدِّيْ ِن فَضيـْلَتُهُ بَِف ْوق ْ َُ َ َ َ َ َ َالنـَُُّفو َس ْ وافـتحمْته الْعيـو ُن بَِفو ٍق أَ ْن يعِي علَى َذالِ ك أَوَ يُـعا َنُ علَْي ِه َ،فَالتـَّعَاو ُن ْ ُهو اَلَّ ِذي َعلَيهِ ْ ُِ َ َْ َ َ ُ ُ ُْ ْ ِ ُ ْ َ َ َ ْ َُ َ ْ َ ُ َُ ْ َ ْ ت الْ َعَزائِ ُم َوا ْلِ َم ُم ِال ْعتِ َق ِاد الْ َع ْج ِز َع ْن ُمطَ َارَد ِة الْ َع َو ِادي .فَ َم ْن اع َد َم َد ُار نظَ ِِام ِاْأل َُم ِم ،إِ ْذ ِلَ ْوالَهُ لَتـََق َ ت َعْي َشتُهُ. وهنِّئَ ْ ت َس َع َادتُهُ َوطَابَ ْ ت فْيه ُدنـْيَاهُ َوآخَرتَهُ فـََق ْد َك ُملَ ْ تـََع َاونَ ْ ت َحيَاتُهُُ ، السق ِ َح ُد بن عب ِد ِ ت َد َوائُِرَها، اجتَ َم َع ت بَ َشائُِرَهاَ ،و الرابِطَةُ قَ ْد َسطَ َع قَ َ َّاف :إِنـََّها َّ اهلل َّ ال َّ ْ ْ السيِّ ُد أ ْ َ ِ ْ ُ َْ ْ ِ ِ ِ ِ ي ،أ َْو ض ْو َن! ُك ْونُوا م َن َّ ت َع َِم ِائُرَها فَأَيْ َن تَ ْذ َهبـُْو َن َعنـَْها ِ،أَيْ َن تَ ْذَِِهبـُْو َن ،أَيـَُِّها الْ ُمِْعر ُ استـََقِ َام ْ السابق ْ َ َو ْ ِ ِ ِ َّ ِ َ ال ن م ا و ن و ك ت ن أ م ك ا ي إ و ، ي ق ح ال ال ن م ف ع: ر ا و ق ب ع ي ر ف ـ ت ال ن ا س ل م ك ي اد ن ـ ي ـ ف ي ف ال ِ ْ ُ ُ ْ َ َ َّ ُ ْ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ َ َُ ْ ْ َ ُ َّْ ْ َ َ َ الََ َ ، الَوالِ ِ رُ ِ ف َوطُبِ َع َعلَى قـُلُ ْوبِِ ْم فـَُه ْم الَ يـَْف َق ُه ْو َن ( .التوبة) 17/ َ ضوا بأَ ْن يَ ُك ْونُوا َم َع ْ َ اهلل إِالَّ الْ َقوم اخل ِ فَالَ يأْمن مكْر ِ اس ُرْو َن( .األعراف)99/ ُْ َ ََُ َ َ
ِ اب( .آل عمران)8/ ك َر ْحَةً إِن َ ب لَنَا ِم ْن لَ ُدنْ َ َّك أَنْ َ ت الْ َوَّه ُ َربـَّنَا الَ تُِز ْغ قـُلُ ْوبـَنَا بـَْع َد إ ْذ َه َديـْتـَنَا َوَه ْ َربـَّنَا فَا ْغ ِف ْرلَنَا ُدنـُْوبـَنَا َوَكف ِّْر َعنَّا َسيِّئَاتِنَا َوتـََوفـَّنَا َم َع اْألَبـَْرا ِر ( .ال عمران)193/
ِ ِ ِ ف الْ ِميـَْع َاد( .آل عمران)194/ ك َوالَ ُتْ ِزنَا يـَْوَم الْقيَ َام ِة إِن َ َربـَّنَا َوآتِنَا َما َو َع ْدتـَنَا َعلَى ُر ُسل َ َّك الَ ُتْل ُ
~~11
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
MUKADDIMAH AL-QAANUNIL ASAASY *)
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Quran kepada hambaNya agar menjadi pemberi peringatan kepada sekalian umat dan menganugerahinya hikmat serta ilmu tentang sesuatu yang Ia kehendaki. Dan barangsiapa dianugerahi hikmah, maka benar-benar mendapat keberuntungan yang melimpah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Wahai Nabi, Aku utus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan penyeru kepada (Agama) Allah serta sebagai pelita yang menyinari.” “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana, peringatan yang baik dan bantulah mereka dengan yang lebih baik. Sungguh Tuhanmulah yang mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya. Dan Dia Maha mengetahui orang-orang yang mendapat hidayah.” “Maka berilah kabar gembira hamba-hambaKu yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang paling baik darinya. Merekalah orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal.” “Dan katakanlah: Segala puji bagi Allah yang tak beranakan seorang anakpun, tak mempunyai sekutu penolong karena ketidakmampuan. Dan agungkanlah seagung-agungnya.” “Dan sesungguhnya inilah jalanKu (AgamaKu) yang lurus. Maka ikutilah Dia dan jangan ikuti berbagai jalan (yang lain) nanti akan mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Demikianlah Allah memerintahkan agar kami semua bertaqwa.” ~12~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, serta Ulil Amri di antara kamu, kemudian jika kamu berselisih dalam satu perkara, maka kembalikanlah perkara itu kepada Allah dan Rasul, kalau mau benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu lebih bagus dan lebih baik kesudahannya.” “Maka orang-orang yang beriman kepadaNya (Kepada Rasulullah) maka memuliakannya, membantunya dan mengikuti cahaya (AlQur’an) yang diturunkan kepadanya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansor) pada berdoa : Ya Tuhan ampunilah kami dan saudarasaudara kami yang telah mendahului kami beriman dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orangorang yang beriman : Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. “Wahai manusia, sesungguhnya Aku telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa kepada Allah di antara kamu semua.” Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambahambaNya hanyalah Ulama. “Diantara orang-orang yang mukmin ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, lalu di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada yang menunggu mereka sama sekali tidak pernah merubah (janjinya ).” “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan beradalah kamu bersama orang-orang yang jujur.” “Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.“ ~13~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
“Maka bertanyalah kamu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahuinya.” “Janganlah kami mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” “Adapun orang-orang yang dalam hati mereka terdapat kecenderungan menyeleweng, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mustasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan mencari cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui taqwilnya kecuali Allah. Sedang orang-orang yang mendalam ilmunya mereka mengatakan, “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mustasyabihat itu, semuanya dari sisi Tuhan kami.” Dan orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran (daripadanya). “Barang siapa menentang Rasul setelah petunjuk yang jelas padanya dan dia mengikuti selain ajaran ajaran orang mukmin, maka Aku biarkan ia menguasai kesesatan yang telah dikuasainya (terus bergelimang dalam kesesatan) dan Aku masukkan mereka ke neraka Jahanam. Dan neraka Jahanam itu adalah seburukburuknya tempat kembali.” “Takutlah kamu semua akan fitnah yang benar-benar tidak hanya khusus menimpa orang-orang dzalim di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat dahsyat siksaNya” “Janganlah kamu bersandar kepada orang-orang dzalim, maka kamu akan di sentuh api neraka.” “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kamu dan keluarga kamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, di atasnya berdiri malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan kepada mereka.” ~14~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang mengatakan “Kami mendengar”. Padahal mereka tidak mendengar.” “Sesungguhnya seburuk-buruk makhluk melata, menurut Allah, ialah mereka yang pelak (tidak mau mendengar kebenaran) dan bisu (tidak mau bertanya dan menuturkan kebenaran) yang tidak berfikir.” “Dan hendaklah ada di antara kamu, ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran. Dan mereka itulah orang orang yang beruntung.” “Dan saling tolong-menolong kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa; janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat dahsyat siksanya.” “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kami dan kuatkanlah kesabaranmu serta berjaga-jagalah (menghadapi serangan musuh diperbatasan). Dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat keberuntungan.” “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan lalu Allah merukunkan antara hati-hati kamu, kemudian kamupun (karena nikmatNya) menjadi orang-orang yang bersaudara.” “Dan janganlah kamu saling bertengkar, nanti kami jadi gentar dan hilang kekuatanmu dan tabahlah kamu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang tabah.” “Sesungguhnya orang-orang itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu dirahmati.” ~15~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
“Kalau mereka melakukan apa yang dinasehatkan kepada mereka, niscaya akan lebih baik bagi mereka dan memperkokoh (iman mereka). Dan kalau memang demikian, niscaya Aku anugerahkan kepada mereka pahala yang agung dan Aku tunjukan mereka jalan yang lempang.” “Dan orang-orang yang berjihad dalam (mencari) keridloanKu, pasti Aku tunjukan mereka kejalanKu, sesungguhnya Allah benarbenar bersama orang-orang yang berbuat baik,” “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuknya dan bersalamlah dengan penuh penghormatan.” “Dan (apa yang ada disisi Allah lebih baik dan lebih kekal juga bagi) orang-orang yang mematuhi seruan Tuhan mereka, mendirikan shalat dan urusan mereka (mereka selesaikan) secara musyawarah antara mereka serta terhadap sebagaian apa yang Aku rizqikan, mereka menafakahkannya.” “…. Dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka (Muhajirian dan Anshar) dengan baik, Allah ridla kepada mereka.” Amma ba’du Sesungguhnya pertemuan dan saling mengenal persatuan dan kekompakan adalah merupakan hal yang tidak seorangpun tidak mengetahui manfaatnya. Betapa tidak, Rasulullah SAW benarbenar telah bersabda yang artinya: “Tangan Allah bersama jama’ah. Apabila di antara jama’ah itu ada yang memencil sendiri, maka syaithanpun akan menerkamnya seperti serigala menerkam kambing.” “Allah Ridho kamu sekalian menyembahNya menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.“
~16~
dan
tidak
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Kami sekalian berpegang teguh kepada tali (agama) Allah seluruhnya dan tidak bercerai berai; Kamu saling memperbaiki dengan orang yang di jadikan Allah sebagai pemimpin kamu. Dan Allah membenci bagi kamu; saling membantah, banyak tanya dan menyia- nyiakan harta benda’’ “Janganlah kamu saling dengki, saling menjerumuskan, saling bermusuhan, saling membenci dan janganlah sebagian kamu menjual atas kerugian jualan sebagian yang lain, dan jadilah kamu, hamba-hamba Allah, bersaudara.” Suatu umat bagaikan jasad lainnya, orang-orangnya ibarat anggota anggota tubuhnya, setiap anggota punya tugas dan perannya. Seperti dimaklumi, manusia tidak dapat bermasyarakat, bercampur dengan yang lain, sebab seorangpun tak mungkin sendirian memenuhi segala kebutuhan-kebutuhannya. Dia mau tidak mau dipaksa bermasyarakat, berkumpul yang membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak keburukan dan ancaman bahaya daripadanya Karena itu, persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain saling bantu menangani satu perkara dan seiasekata adalah merupakan penyebab kebahagiaan yang terpenting dan faktor paling kuat bagi menciptakan persaudaraan dan kasih sayang. Beberapa banyak negara-negara yang menjadi makmur, hambahamba menjadi pemimpin yang berkuasa, pembangunan merata, negeri-negeri menjadi maju, pemerintahan ditegakkan, jalan-jalan menjadi lancar, perhubungan menjadi ramai dan masih banyak manfaat lain dari hasil persatuan merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan sebab dan sarana paling ampuh. Rasulullah SAW telah mempersaudarakan sahabat-sahabatnya sehingga mereka (saling kasih, saling menyayangi dan saling menjaga hubungan) tidak ubahnya satu jasad; apabila satu anggota tubuh mengeluh sakit seluruh jasad ikut merasa demam dan tidak dapat tidur. ~17~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
Itulah sebabnya mereka menang atas musuh mereka, kendati jumlah mereka sedikit. Mereka tundukkan raja-raja, mereka taklukan negeri-negeri, mereka buka kota-kota, mereka bentangkan payung-payung kemakmuran, mereka bangun kerajaan-kerajaan dan mereka lancarkan jalan-jalan. Firman Allah SWT “ Wa aatainaahu min kulli sya’in sababa” “Dan Aku telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu.” Benarlah kata penyair yang mengatakan dengan bagusnya, “Berhimpunlah anak-anakku bila Kegentingan datang melanda, jangan bercerai-berai, sendiri-sendiri, cawan-cawan enggan pecah bila bersama ketika bercerai, satu-satu pecah berderai“ Sayidina Ali karamallahu wajhah berkata “ Dengan perpecahan tak ada satu kebaikan dikaruniakan Allah kepada seseorang baik dari orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang datang belakangan “ Sebab, satu kaum apabila hati-hati mereka berselisih dan hawa nafsu mereka mempermainkan mereka, maka mereka tidak akan melihat sesuatu tempatpun bagi kemaslahatan bersama. Mereka bukanlah bangsa yang bersatu tapi hanya individu-individu yang berkumpul dalam arti jasmani belaka. Hati dan keinginankeinginan mereka saling selisih. Engkau mengira mereka menjadi satu, padahal hati mereka berbeda-beda.
~18~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Mereka telah menjadi seperti kata orang “Kambing-kambing yang berpencaran di padang terbuka. Berbagai binatang buas telah mengepungnya. Kalau sementara mereka tetap selamat, mungkin karena binatang buas belum sampai kepada mereka (dan pasti suatu saat akan sampai kepada mereka), atau karena saling berebut, telah menyebabkan binatang-binatang buas itu saling berkelahi sendiri antara mereka. Lalu sebagian mengalahkan lain. Dan yang menangpun akan menjadi perampas dan yang kalah menjadi pencuri. Si kambingpun jatuh antara si perampas dan si pencuri. Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman. Bahkan pangkal kehancuran dan kemacetan, sumber keruntuhan dan kebinasaan, dan penyebab kehinaan dan kenistaan. Betapa banyak keluarga-keluarga besar, semula hidup dalam keadaan makmur, rumah- rumah penuh dengan penghuni, sampai satu ketika kalajengking perpecahan merayapi mereka, bisanya menjalar meracuni hati mereka dan Syaithan pun melakukan perannya, mereka kocar-kacir tak karuan. Dan rumah-rumah mereka runtuh berantakan. Sahabat Ali karamallahu wajhah berkata dengan fasihnya: “Kebenaran dapat menjadi lemah karena perselisihan dan perpecahan dan kebathilan sebaliknya dapat menjadi kuat dengan persatuan dan kekompakan.” Pendek kata siapa yang melihat pada cermin sejarah, membuka lembaran yang tidak sedikit dari ikhwal bangsa-bangsa dan pasang surut zaman serta apa saja yang terjadi pada mereka hingga pada saat-saat kepunahannya, akan mengetahui bahwa kekayaan yang pernah menggelimang mereka, kebanggaan yang pernah mereka sandang, dan kemuliaan yang pernah menjadi perhiasan mereka, tidak lain adalah karena berkat apa yang secara kukuh mereka ~19~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
pegang, yaitu mereka bersatu dalam cita- cita, seia-sekata, searah setujuan, pikiran-pikiran mereka seiring. Maka inilah faktor paling kuat yang mengangkat martabat dan kedaulatan mereka, dan benteng paling kokoh bagi menjaga kekuatan dan keselamatan ajaran mereka. Musuh-musuh mereka tak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka, malahan menundukkan kepala, menghormati mereka karena wibawa mereka, dan merekapun mencapai tujuantujuan mereka dengan gemilang. Itulah bangsa yang mentarinya dijadikan Allah tak pernah terbenam senantiasa memancar gemilang, dan musuh-musuh mereka tak dapat mencapai sinarnya. Wahai Ulama dan para pemimpin yang bertaqwa di kalangan Ahlussunah wal Jamaah dan keluarga mazhab imam empat anda sekalian telah menimba ilmu-ilmu dari orang-orang sebelum anda, orang-orang sebelum anda menimba dari orang-orang sebelum mereka, dengan jalan sanad yang bersambung sampai kepada anda sekalian. Dan anda sekalian selalu meneliti dari siapa anda menimba ilmu agama anda itu. Maka dengan demikian, anda sekalian penjaga-penjaga ilmu dan pintu gerbang ilmu-ilmu itu. Rumah-rumah tidak dimasuki kecuali dari pintu-pintu siapa yang memasukinya tidak lewat pintunya, disebut pencuri. Sementara itu segolongan orang yang terjun ke dalam lautan fitnah; memilih bid’ah dan bukan sunah-sunah Rasul dan kebanyakan orang mukmin yang benar hanya terpaku. Maka para ahli bid’ah itu seenaknya memutar balikkan kebenaran, memungkarkan makruf dan memakrufkan kemungkaran . Mereka mengajak kepada kitab Allah, padahal sedikitpun mereka tidak bertolak dari sana. Mereka tidak berhenti sampai di situ, malahan mereka mendirikan perkumpulan pada perilaku mereka tersebut. Maka kesesatanpun ~20~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
semakin jauh. Orang-orang yang malang pada memasuki perkumpulan itu. Mereka tidak mendengar sabda Rasulullah SAW. “Fandhuru ‘amman ta’khuzuuna dienakum” “Maka lihatlah, dan telitilah dari siapa kamu menerima ajaran agamamu itu.” “Sesungguhnya menjelang hari Kiamat, muncul banyak pendusta.” Janganlah kau menangisi agama ini bila ia berada dalam kekuasaan ahlinya. Tangisilah agama ini bila ia berada di dalam kekuasaan bukan ahlinya.” Tepat sekali sahabat Umar bin Khatab radliallahu ‘anhu ketika berkata “Agama Islam hancur oleh perbuatan orang munafiq dengan Al-Qur’an” Anda sekalian adalah orang-orang yang lurus yang dapat menghilangkan kepalsuan ahli kebathilan, penafsiran orang-orang yang bodoh dan penyelewengan orang-orang yang over acting; dengan hujjah Allah, Tuhan semesta alam, yang diwujudkan melalui lisan orang ia kehendaki. Dan Anda sekalian kelompok yang disebut dalam sabda Rasulullah SAW. “Anda sekelompok dari umatku yang tak pernah bergeser selalu berdiri tegak di atas kebenaran, tak dapat dicederai oleh orang yang melawan mereka, hingga datang putusan Allah.” Marilah Anda semua dan segenap pengikut Anda dari golongan para fakir miskin, para hartawan, rakyat jelata dan orang-orang kuat, berbondong-bondong masuk jam’iyyah yang diberi nama “ Jam’iyyah Nahdlatul Ulama ini.” Masuklah dengan penuh kecintaan, kasih sayang, rukun, bersatu dan dengan ikatan jiwa raga.
~21~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
Ini adalah Jam’iyyah yang lurus, bersifat memperbaiki dan menyantuni. Ia manis terasa di mulut orang-orang yang baik dan bengkal (jawa kolod) di tenggorokan orang-orang yang tidak baik. Dalam hal ini hendaklah Anda sekalian saling mengingatkan dengan kerjasama yang baik, dengan petunjuk yang memuaskan dan ajakan memikat serta hujjah yang tak terbantah. Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang. Rasulullah SAW bersabda : “Apabila fitnah-fitnah dan bid’ahbid’ah muncul dan sahabat-sahabatku dicaci maki, maka hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan semua orang.” Allah SWT telah berfirman : “Wa taawanuu ‘alalbirri wattaqwa” “Dan saling tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa kepada Allah.” Sayyidina Ali karamahullahu wajhah berkata : “Tak seorangpun (betapapun lama ijtihadnya dalam amal) mencapai hakikat taat kepada Allah yang semestinya. Namun termasuk hak-hak Allah yang wajib atas hambahambanNya adalah nasehat dengan sekuat tenaga dan saling bantu dalam menegakkan kebenaran di antara mereka.” Tak seorangpun (betapapun tinggi kedudukannya dalam kebenaran, dan betapapun luhur derajat keutamaannya dalam agama), dapat melampaui kondisi membutuhkan pertolongan untuk memikul hak Allah yang di bebankan kepadanya. Dan tidak seorangpun (betapapun kerdil jiwanya dan pandanganpandangan mata merendahkannya) melampaui kondisi dibutuhkan bantuannya dan dibantu untuk itu.” ~22~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(Artinya tak seorangpun betapapun tinggi kedudukannya dan hebat dalam bidang agama dan kebenaran yang dapat lepas tidak membutuhkan bantuan dalam pelaksanaan kewajibannya terhadap Allah, dan tak seorangpun, betapapun rendahnya, tidak dibutuhkan bantuannya atau diberi bantuan dalam melaksanakan kewajibannya itu. Pent). Tolong-menolong atau saling bantu pangkal keterlibatan umatumat. Sebab kalau tidak ada tolong-menolong, niscaya semangat dan kemauan akan lumpuh karena merasa tidak mampu mengejar cita cita. Barang siapa mau tolong-menolong dalam persoalan dunia dan akhiratnya, maka akan sempurnalah kebahagiannya, nyaman dan sentosa hidupnya. Sayyidina Ahmad bin Abdillah AS- Saqqaf berkata : “Jam”iyyah ini adalah perhimpunan yang telah menampakkan tanda-tanda menggembirakan, daerah-daerah menyatu, bangunan-bangunannya telah berdiri tegak, lalu kemana kamu akan pergi? Kemana? “Wahai orang orang yang berpaling, jadilah kamu orangorang yang pertama, kalau tidak orang-orang yang menyusul masuk (Jam’iyyah ini). Jangan sampai ketinggalan, nanti suara penggoncang akan menyerumu dengan goncangan-goncangan: “Mereka (orang-orang munafiq itu) puas bahwa mereka ada bersama orang-orang yang ketinggalan (tidak termasuk ikut serta memperjuangkan agama Allah). Hati mereka telah dikunci mati, maka merekapun tidak bisa mengerti. “Tiada yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi”
~23~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau memberi hidayah kepada kami, anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisiMu; sesungguhnya Engkau Maha Penganugerah. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, hapuskanlah dari diri kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkan kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, karuniakanlah kami apa yang Engkau janjikan kepada kami melalui utusan-utusanMu dan jangan hinakan kami dari hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji.
~24~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
BAB I NAMA, KEDUDUKAN DAN STATUS Pasal 1 (1) Perkumpulan/Jam’iyah disingkat NU.
ini
bernama
Nahdlatul
Ulama
(2) Nahdlatul Ulama didirikan oleh ulama pondok pesantren di Surabaya pada tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M untuk waktu yang tak terbatas. Pasal 2 Nahdlatul Ulama berkedudukan di Jakarta, Ibukota Negara Republik Indonesia yang merupakan tempat kedudukan Pengurus Besarnya. Pasal 3 (1) Nahdlatul Ulama sebagai Badan Hukum Perkumpulan bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial. (2) Nahdlatul Ulama memiliki hak-hak secara hukum sebagai Badan Hukum Perkumpulan termasuk di dalamnya hak atas tanah dan aset-aset lainnya. BAB II PEDOMAN, AQIDAH DAN ASAS Pasal 4 Nahdlatul Ulama berpedoman kepada Al-Qur’an, As-Sunnah, AlIjma’, dan Al-Qiyas. Pasal 5 Nahdlatul Ulama beraqidah Islam menurut faham Ahlusunnah wal Jama’ah dalam bidang aqidah mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi; dalam ~25~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
bidang fiqh mengikuti salah satu dari Madzhab Empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali); dan dalam bidang tasawuf mengikuti madzhab Imam al-Junaid al-Bagdadi dan Abu Hamid al-Ghazali. Pasal 6 Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, Nahdlatul Ulama berasas kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. BAB III LAMBANG Pasal 7 Lambang Nahdlatul Ulama berupa gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak melingkari di atas garis khatulistiwa yang terbesar di antaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah garis khatulistiwa, dengan tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia ke sebelah kiri, dan ada huruf “N” di bawah kiri dan “U” di bawah kanan, semua terlukis dengan warna putih di atas dasar hijau.
BAB IV TUJUAN DAN USAHA Pasal 8 (1) Nahdlatul Ulama adalah perkumpulan / jam’iyyah diniyyah islamiyyah ijtima’iyyah (organisasi sosial keagamaan Islam) untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat dan martabat manusia.
~26~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(2) Tujuan Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal Jama’ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta. Pasal 9 Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana Pasal 8 di atas, maka Nahdlatul Ulama melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut: a. Di bidang agama, mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal Jama’ah. b. Di bidang pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang takwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, serta berguna bagi agama, bangsa dan negara. c. Di bidang sosial, mengupayakan dan mendorong pemberdayaan di bidang kesehatan, kemaslahatan dan ketahanan keluarga, dan pendampingan masyarakat yang terpinggirkan (mustadl’afin). d. Di bidang ekonomi, mengupayakan peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan kerja/usaha untuk kemakmuran yang merata. e. Mengembangkan usaha-usaha lain melalui kerjasama dengan pihak dalam maupun luar negeri yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khairu Ummah.
~27~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
BAB V KEANGGOTAAN, HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 10 (1) Keanggotaan Nahdlatul Ulama terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan. (2) Ketentuan untuk menjadi anggota dan pemberhentian keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 11 Ketentuan mengenai hak dan kewajiban anggota serta lain-lainnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VI STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI Pasal 12 Struktur Organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari : 1. Pengurus Besar. 2. Pengurus Wilayah. 3. Pengurus Cabang/Pengurus Cabang Istimewa. 4. Pengurus Majelis Wakil Cabang. 5. Pengurus Ranting. 6. Pengurus Anak Ranting. Pasal 13 Untuk melaksanakan tujuan dan usaha-usaha sebagaimana dimaksud Pasal 8 dan 9, Nahdlatul UIama membentuk perangkat organisasi yang meliputi: Lembaga, Badan Khusus dan Badan Otonom yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan organisasi Jam’iyah Nahdlatul Ulama. ~28~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
BAB VII KEPENGURUSAN DAN MASA KHIDMAT Pasal 14 (1) Kepengurusan Nahdlatul Ulama terdiri dari Mustasyar, Syuriyah dan Tanfidziyah. (2) Mustasyar adalah penasehat yang terdapat di Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang/ Pengurus Cabang Istimewa, dan pengurus Majelis Wakil Cabang. (3) Syuriyah adalah pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama. (4) Tanfidziyah adalah pelaksana. (5) Ketentuan mengenai susunan dan komposisi kepengurusan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 15 (1) Pengurus Besar Nadhlatul Ulama terdiri dari : a. Mustasyar Pengurus Besar. b. Pengurus Besar Harian Syuriyah. c. Pengurus Besar Lengkap Syuriyah. d. Pengurus Besar Harian Tanfidziyah. e. Pengurus Besar Lengkap Tanfidziyah. f. Pengurus Besar Pleno. (2)
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama terdiri dari : a. Mustasyar Pengurus Wilayah. b. Pengurus Wilayah Harian Syuriyah. c. Pengurus Wilayah Lengkap Syuriyah. d. Pengurus Wilayah Harian Tanfidziyah. e. Pengurus Wilayah Lengkap Tanfidziyah. f. Pengurus Wilayah Pleno.
~29~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(3)
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama terdiri dari : a. Mustasyar Pengurus Cabang. b. Pengurus Cabang Harian Syuriyah. c. Pengurus Cabang Lengkap Syuriyah. d. Pengurus Cabang Harian Tanfidziyah. e. Pengurus Cabang Lengkap Tanfidziyah. f. Pengurus Cabang Pleno.
(4) Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama terdiri dari: a. Mustasyar Pengurus Cabang. b. Pengurus Cabang Harian Syuriah. c. Pengurus Cabang Lengkap Syuriah. d. Pengurus Cabang Harian Tanfidziyah. e. Pengurus Cabang Lengkap Tanfidziyah. f. Pengurus Cabang Pleno. (5) Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama terdiri atas: a. Mustasyar Pengurus Majelis Wakil Cabang. b. Pengurus Majelis Wakil Cabang Harian Syuriyah. c. Pengurus Majelis Wakil Cabang Lengkap Syuriyah. d. Pengurus Majelis Wakil Cabang Harian Tanfidziyah. e. Pengurus Majelis Wakil Cabang Lengkap Tanfidziyah. f. Pengurus Majelis Wakil Cabang Pleno. (6) Pengurus Ranting Nadhlatul Ulama terdiri atas: a. Pengurus Ranting Harian Syuriyah. b. Pengurus Ranting Lengkap Syuriyah. c. Pengurus Ranting Harian Tanfidziyah. d. Pengurus Ranting Lengkap Tanfidziyah. e. Pengurus Ranting Pleno.
~30~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(7) Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama terdiri dari: a. Pengurus Anak Ranting Harian Syuriyah. b. Pengurus Anak Ranting Lengkap Syuriyah. c. Pengurus Anak Ranting Harian Tanfidziyah. d. Pengurus Anak Ranting Lengkap Tanfidziyah. e. Pengurus Anak Ranting Pleno. (8) Ketentuan mengenai susunan dan komposisi pengurus diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 16 (1) Masa khidmat kepengurusan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 adalah lima tahun dalam satu periode di semua tingkatan, kecuali Pengurus Cabang Istimewa selama 2 (dua) tahun. (2) Masa jabatan pengurus Lembaga dan Badan Khusus disesuaikan dengan masa jabatan Pengurus Nahdlatul Ulama di tingkat masing-masing. (3) Masa Khidmat Ketua Umum Pengurus Badan Otonom adalah 2 (dua) periode, kecuali Ketua Umum Pengurus Badan Otonom yang berbasis usia adalah 1 (satu) periode. BAB VIII TUGAS DAN WEWENANG Pasal 17 Mustasyar bertugas dan berwenang memberikan nasehat kepada Pengurus Nahdlatul Ulama menurut tingkatannya baik diminta ataupun tidak. Pasal 18 Syuriyah bertugas dan berwenang membina dan mengawasi pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi sesuai tingkatannya. ~31~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
Pasal 19 Tanfidziyah mempunyai tugas dan wewenang menjalankan pelaksanaan keputusan-keputusan organisasi sesuai tingkatannya. Pasal 20 Ketentuan tentang rincian wewenang dan tugas sesuai pasal 17, 18 dan 19 diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB IX PERMUSYAWARATAN Pasal 21 (1) Permusyawaratan adalah suatu pertemuan yang dapat membuat keputusan dan ketetapan organisasi yang diikuti oleh struktur organisasi di bawahnya. (2) Permusyawaratan di lingkungan Nahdlatul Ulama meliputi Permusyawaratan Tingkat Nasional dan Permusyawaratan Tingkat Daerah. Pasal 22 Permusyawaratan tingkat nasional yang dimaksud pada pasal 21 terdiri dari: a. Muktamar b. Muktamar Luar Biasa c. Musyawarah Nasional Alim Ulama d. Konferensi Besar Pasal 23 Permusyawaratan tingkat daerah yang dimaksud pada pasal 21 terdiri: a. Konferensi Wilayah b. Musyawarah Kerja Wilayah ~32~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
c. Konferensi Cabang/Konferensi Cabang Instimewa d. Musyawarah Kerja Cabang/Musyawarah Kerja Cabang Istimewa e. Konferensi Majelis Wakil Cabang f. Musyawarah Kerja Majelis Wakil Cabang g. Musyawarah Ranting h. Musyawarah Kerja Ranting i. Musyawarah Anak Ranting j. Musyawarah Kerja Anak Ranting Pasal 24 (1) Permusyaratan di lingkungan Badan Otonom Nahdlatul Ulama meliputi permusyawaratan Tingkat Nasional dan Tingkat Daerah. (2) Permusyawaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) pasal ini terdiri dari: a. Kongres b. Rapat Kerja (3) Permusyawaratan Badan Otonom merujuk kepada dan tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan-Peraturan Organisasi Nahdlatul Ulama dan Peraturan-Peraturan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (4) Badan Otonom harus meratifikasi hasil permusyawaratan Nahdlatul Ulama. Pasal 25 Ketentuan lebih lanjut mengenai permusyawaratan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
~33~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
BAB X RAPAT-RAPAT Pasal 26 Rapat adalah suatu pertemuan yang dapat membuat keputusan dan ketetapan organisasi yang dilakukan di masing-masing tingkat kepengurusan. Pasal 27 Rapat-rapat di lingkungan Nahdlatul Ulama terdiri dari: 1. Rapat Kerja. 2. Rapat Pleno. 3. Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. 4. Rapat Harian Syuriyah. 5. Rapat Harian Tanfidziyah. 6. Rapat-rapat lain yang dianggap perlu. Pasal 28 Ketentuan lebih lanjut tentang rapat-rapat sebagaimana tersebut pada pasal 27 akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB XI KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 29 (1) Keuangan Nahdlatul Ulama digali dari sumber-sumber dana di lingkungan Nahdlatul Ulama, umat Islam, maupun sumber-sumber lain yang halal dan tidak mengikat. (2) Sumber dana Nahdlatul Ulama diperoleh dari: a. Uang pangkal. b. Uang I’anah Syahriyah c. Sumbangan d. Usaha-usaha lain yang halal. ~34~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(3) Ketentuan penerimaan dan pemanfaatan keuangan yang termaktub dalam ayat 1 (satu) dan ayat 2 (dua) pasal ini diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 30 Kekayaan organisasi adalah inventaris dan aset organisasi yang berupa harta benda bergerak dan/atau harta benda tidak bergerak yang dimiliki/dikuasai oleh Organisasi/Perkumpulan Nahdlatul Ulama. BAB XII PERUBAHAN Pasal 31 (1) Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah oleh Keputusan Muktamar yang sah yang dihadiri sedikitnya dua pertiga dari jumlah Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang/Pengurus Cabang Istimewa yang sah dan sedikitnya disetujui oleh dua pertiga dari jumlah suara yang sah. (2) Dalam hal Muktamar yang dimaksud ayat 1(satu) pasal ini tidak dapat diadakan karena tidak tercapai quorum, maka ditunda selambat-lambatnya 1 (satu) bulan dan selanjutnya dengan memenuhi syarat dan ketentuan yang sama Muktamar dapat dimulai dan dapat mengambil keputusan yang sah. BAB XIII PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 32 (1) Pembubaran Perkumpulan/Jam’iyah Nahdlatul Ulama sebagai suatu organisasi hanya dapat dilakukan apabila mendapat persetujuan dari seluruh anggota dan pengurus di semua tingkatan. ~35~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(2) Apabila Nahdlatul Ulama dibubarkan, maka segala kekayaannya diserahkan kepada organisasi atau badan amal yang sepaham dengan persetujuan dari seluruh anggota dan pengurus di semua tingkatan. BAB XIV PENUTUP Pasal 33 Naskah “Khittah Nahdlatul Ulama” merupakan bagian tak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.
*) Mukaddimah Al-Qaanunil Asaasy oleh Rais Akbar Jam’iyyah
Nahdlatul Ulama, KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. (Diterjemahkan oleh KH. A. Mustofa Bisri, Rembang, Menjelang Muktamar ke-27 NU)
~36~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
ANGGARAN RUMAH TANGGA NAHDLATUL ULAMA
~37~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
ANGGARAN RUMAH TANGGA NAHDLATUL ULAMA
الرِحي ِم َّ الر ْحَ ِن َّ بِ ْس ِم اللَّ ِه BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Keanggotaan Nahdlatul Ulama terdiri dari: a. Anggota biasa adalah setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam, baligh, dan menyatakan diri setia terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi. b. Anggota luar biasa adalah setiap orang yang beragama Islam, baligh, menyetujui akidah, asas dan tujuan Nahdlatul Ulama namun yang bersangkutan bukan warga negara Indonesia. c. Anggota kehormatan adalah setiap orang yang bukan anggota biasa atau anggota luar biasa yang dinyatakan telah berjasa kepada Nahdlatul Ulama dan ditetapkan dalam keputusan Pengurus Besar.
BAB II TATACARA PENERIMAAN DAN PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN Pasal 2 (1) Anggota biasa diterima melalui Pengurus Anak Ranting dan/ atau Pengurus Ranting setempat.
~38~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(2) Anggota biasa yang berdomisili di luar negeri diterima melalui Pengurus Cabang Istimewa. (3) Apabila tidak ada Pengurus Anak Ranting dan/atau Pengurus Ranting di tempat tinggalnya maka pendaftaran anggota dilakukan di Ranting terdekat. (4) Anggota biasa disahkan oleh Pengurus Cabang. Pasal 3 (1) Anggota luar biasa di dalam negeri diterima dan disahkan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama setempat. (2) Anggota luar biasa yang berdomisili di luar negeri diterima dan disahkan oleh Pengurus Cabang Istimewa setempat. (3) Apabila tidak ada Pengurus Cabang Istimewa di tempat tinggalnya maka penerimaan dan pengesahan dilakukan di Pengurus Cabang Istimewa terdekat. Pasal 4 (1) Anggota kehormatan diusulkan oleh Pengurus Cabang, Pengurus Cabang Istimewa atau Pengurus Wilayah kepada Pengurus Besar. (2) Pengurus Besar menilai dan mempertimbangkan usulan sebagaimana tersebut dalam ayat 1 pasal ini untuk memberikan persetujuan atau penolakan. (3) Dalam hal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memberikan persetujuan, maka kepada yang bersangkautan diberikan surat keputusan sebagai anggota kehormatan. Pasal 5 (1) Seseorang dinyatakan berhenti dari keanggotaan Nahdlatul Ulama karena: a. Permintaan sendiri b. Diberhentikan
~39~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(2) Seseorang berhenti karena permintaan sendiri mengajukan secara tertulis kepada Pengurus Anak Ranting dan/atau Pengurus Ranting dimana dia terdaftar. (3) Seseorang diberhentikan karena dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya sebagai anggota atau melakukan perbuatan yang mencemarkan dan menodai nama baik Nahdlatul Ulama. (4) Ketentuan mengenai prosedur penerimaan dan pemberhentian keanggotaan yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. BAB III KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA Pasal 6 (1) Anggota biasa berkewajiban: a. Menjaga dan mengamalkan Islam faham Ahlu Sunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah. b. Mengembangkan nilai-nilai kebangsaan dan mempertahankan serta menegakkan prinsip bernegara NKRI. c. Memupuk dan memelihara Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah dan Ukhuwah Basyariyah. d. Mempertahankan keutuhan keluarga dalam bidang agama, budaya dan tradisi. e. Setia dan bersungguh-sungguh mendukung dan membantu segala langkah organisasi serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diamanahkan kepadanya. f. Membayar i’anah yang jenis dan jumlahnya ditetapkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
~40~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(2) Anggota luar biasa dan anggota kehormatan berkewajiban menjaga nama baik organisasi, bersungguh-sungguh mendukung dan membantu segala langkah organisasi serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diamanahkan kepadanya. Pasal 7 (1) Anggota biasa berhak: a. Mendapatkan pelayanan keagamaan. b. Mendapatkan pelayanan dasar dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, informasi yang sehat, perlindungan hukum dan keamanan. c. Berpartisipasi dalam musyawarah, memilih dan dipilih menjadi pengurus atau menduduki jabatan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku. d. Menjalankan tradisi dan adat-istiadat selama tidak bertentangan dengan ajaran Ahlu Sunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah. e. Mendapatkan perlindungan diri dan keluarganya dari pengaruh paham-paham yang bertentangan dengan ajaran Ahlu Sunnah wal Jama’ah An-Nahdliyah. f. Mendapatkan Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama (KARTANU). (2) Anggota luar biasa mempunyai hak sebagaimana hak anggota biasa kecuali hak memilih dan dipilih. (3) Anggota kehormatan mempunyai hak sebagaimana hak anggota luar biasa kecuali hak mendapatkan Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama (KARTANU). (4) Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa Nahdlatul Ulama tidak diperkenankan merangkap menjadi anggota organisasi sosial keagamaan lain yang mempunyai akidah, asas, dan tujuan yang berbeda atau merugikan Nahdlatul Ulama. ~41~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
BAB IV TINGKATAN KEPENGURUSAN Pasal 8 Tingkatan kepengurusan dalam organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari: a. Pengurus Besar (PB) untuk tingkat Nasional dan berkedudukan di Jakarta, Ibukota Negara. b. Pengurus Wilayah (PW) untuk tingkat Propinsi dan berkedudukan di wilayahnya. c. Pengurus Cabang (PC) untuk tingkat Kabupaten/Kota dan berkedudukan di wilayahnya. d. Pengurus Cabang Istimewa (PCI) untuk Luar Negeri dan berkedudukan di wilayah negara yang bersangkutan. e. Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) untuk tingkat Kecamatan dan berkedudukan di wilayahnya. f.
Pengurus Ranting (PR) untuk tingkat Kelurahan/desa.
g. Pengurus Anak Ranting (PAR) untuk kelompok dan/atau suatu komunitas. Pasal 9 (1) Pembentukan Wilayah Nahdlatul Ulama diusulkan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (2) Pembentukan Wilayah diputuskan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. (3) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memberikan Surat Keputusan masa percobaan kepada Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama.
~42~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(4) Pengurus Besar mengeluarkan Surat Keputusan Penuh setelah melalui masa percobaan selama 2 (dua) tahun. (5) Pengurus Wilayah berfungsi sebagai koordinator Cabangcabang di daerahnya dan sebagai pelaksana Pengurus Besar untuk daerah yang bersangkutan. Pasal 10 (1) Pembentukan Cabang Nahdlatul Ulama diusulkan oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang melalui Pengurus Wilayah kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (2) Pembentukan Cabang Nahdlatul Ulama diputuskan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. (3) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memberikan Surat Keputusan masa percobaan kepada Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama. (4) Pengurus Besar mengeluarkan Surat Keputusan Penuh setelah melalui masa percobaan selama 1 (satu) tahun. (5) Dalam hal-hal yang menyimpang dari ketentuan ayat (1) diatas disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk dan luasnya daerah atau sulitnya komunikasi dan atau faktor kesejarahan, pembentukan Cabang diatur oleh kebijakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dengan memperhatikan prinsip kebersamaan dan kesatuan. Pasal 11 (1) Pembentukan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama dilakukan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atas permohonan sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) orang anggota. (2) Pembentukan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama diputuskan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. ~43~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(3) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama memberikan Surat Keputusan masa percobaan kepada Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama. (4) Pengurus Besar mengeluarkan Surat Keputusan Penuh setelah melalui masa percobaan selama 1 (satu) tahun. Pasal 12 (1) Pembentukan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama diusulkan oleh Pengurus Ranting kepada Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama. (2) Pembentukan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama diputuskan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. (3) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama memberikan Surat Keputusan masa percobaan kepada Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama. (4) Pengurus Cabang mengeluarkan Surat Keputusan penuh setelah melalui masa percobaan selama 6 (enam) bulan. Pasal 13 (1) Pembentukan Ranting Nahdlatul Ulama diusulkan oleh Pengurus Anak Ranting melalui Majelis Wakil Cabang kepada Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama. (2) Pembentukan Ranting Nahdlatul Ulama diputuskan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. (3) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama memberikan Surat Keputusan masa percobaan kepada Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama. (4) Pengurus Cabang mengeluarkan Surat Keputusan penuh setelah melalui masa percobaan selama 6 (enam) bulan. ~44~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Pasal 14 (1) Pembentukan Anak Ranting Nahdlatul Ulama dapat dilakukan jika terdapat sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) anggota. (2) Pembentukan Anak Ranting Nahdlatul Ulama diusulkan oleh anggota melalui Ranting kepada Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama. (3) Pembentukan Anak Ranting Nahdlatul Ulama diputuskan oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. (4) Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama memberikan Surat Keputusan masa percobaan kepada Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama. (5) Pengurus Majelis Wakil Cabang mengeluarkan Surat Keputusan penuh setelah melalui masa percobaan selama 3 (tiga) bulan. Pasal 15 Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pembentukan kepengurusan Organisasi yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. BAB V PERANGKAT ORGANISASI Pasal 16 Perangkat organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari: (1) Lembaga. (2) Badan Otonom. (3) Badan Khusus. ~45~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
Pasal 17 (1) Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan/atau yang memerlukan penanganan khusus. (2) Ketua Lembaga ditunjuk langsung dan bertanggung jawab kepada pengurus Nahdlatul Ulama sesuai dengan tingkatannya. (3) Ketua Lembaga dapat diangkat untuk maksimal 2 (dua) kali masa jabatan. (4) Pembentukan dan penghapusan Lembaga ditetapkan melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah pada masing-masing tingkat kepengurusan Nahdlatul Ulama. (5) Pembentukan Lembaga di tingkat Wilayah, Cabang dan Cabang Istimewa, disesuaikan dengan kebutuhan penanganan program. (6) Lembaga meliputi : a. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama disingkat LDNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan agama Islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jama’ah. b. Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama disingkat LP Maarif NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pendidikan dan pengajaran formal. c. Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama disingkat RMINU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan. d. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama disingkat LPNU bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul ~46~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Ulama di bidang pengembangan ekonomi warga Nahdlatul Ulama. e. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama disingkat LPPNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan dan pengelolaan pertanian, kehutanan dan lingkungan hidup. f. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama disingkat LKKNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang kesejahteraan keluarga, sosial dan kependudukan. g. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama disingkat LAKPESDAM NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengkajian dan pengembangan sumber daya manusia. h. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama disingkat LPBHNU, bertugas melaksanakan pendampingan, penyuluhan, konsultasi, dan kajian kebijakan hukum. i. Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama disingkat LESBUMI NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan seni dan budaya. j. Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama disingkat LAZISNU, bertugas menghimpun, mengelola dan mentasharufkan zakat dan shadaqah kepada mustahiqnya. k. Lembaga Wakaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama disingkat LWPNU, bertugas mengurus, mengelola serta mengembangkan tanah dan bangunan serta harta benda wakaf lainnya milik Nahdlatul Ulama. l. Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama disingkat LBMNU, bertugas membahas masalah-masalah ~47~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
maudlu’iyyah (tematik) dan waqi’iyyah (aktual) yang akan menjadi Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. m. Lembaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama disingkat LTMNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan dan pemberdayaan masjid. n. Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama disingkat LKNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang kesehatan. o. Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama disingkat LFNU, bertugas mengelola masalah ru’yah, hisab dan pengembangan iImu falak. p. Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama disingkat LTNNU, bertugas mengembangkan penulisan, penerjemahan dan penerbitan kitab/buku serta media informasi menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah. q. Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama disingkat LPTNU, bertugas mengembangkan pendidikan tinggi Nahdlatul Ulama. r. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama disingkat LPBI NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dalam pencegahan dan penanggulangan bencana serta eksplorasi kelautan. Pasal 18 (1) Badan Otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan. (2) Pembentukan dan pembubaran Badan Otonom diusulkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ditetapkan dalam Konferensi Besar dan dikukuhkan dalam Muktamar. ~48~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(3) Badan Otonom berkewajiban menyesuaikan dengan akidah, asas dan tujuan Nahdlatul Ulama. (4) Badan Otonom harus memberikan laporan perkembangan setiap tahun kepada Nahdlatul Ulama di semua tingkatan. (5) Badan Otonom dikelompokkan dalam kategori Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu, dan Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya. (6) Jenis Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu adalah: a. Muslimat Nahdlatul Ulama disingkat Muslimat NU untuk anggota perempuan Nahdlatul Ulama. b. Fatayat Nahdlatul Ulama disingkat Fatayat NU untuk anggota perempuan muda Nahdlatul Ulama berusia maksimal 40 (empat puluh) tahun. c. Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama disingkat GP Ansor NU untuk anggota laki-laki muda Nahdlatul Ulama yang maksimal 40 (empat puluh) tahun. d. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia disingkat PMII untuk mahasiswa Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga puluh) tahun. e. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama disingkat IPNU untuk pelajar dan santri laki-laki Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 27 (dua puluh tujuh) tahun. f. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama disingkat IPPNU untuk pelajar dan santri perempuan Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 27 (dua puluh tujuh) tahun. (7) Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya: a. Jam’iyyah Ahli Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah disingkat JATMAN untuk anggota Nahdlatul Ulama pengamal tharekat yang mu’tabar.
~49~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
b. Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh disingkat JQH untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi Qori/Qoriah dan Hafizh/Hafizhah. c. Ikatan Sarjana Nahdlalul Ulama disingkat ISNU adalah Badan Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada kelompok sarjana dan kaum intelektual. d. Serikat Buruh Muslimin Indonesia disingkat SARBUMUSI untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai buruh/karyawan/tenaga kerja. e. Pagar Nusa untuk anggota Nahdlatul Ulama yang bergerak pada pengembangan seni bela diri. f. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama disingkat PERGUNU untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai guru dan/atau ustadz. g. Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai nelayan. h. Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdlatul Ulama disingkat ISHARINU untuk anggota Nahdlatul Ulama yang bergerak dalam pengembangan seni hadrah dan shalawat. (8) Ketentuan mengenai perangkat Organisasi yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. Pasal 19 (1) Badan khusus adalah perangkat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang memiliki sruktur secara nasional berfungsi dalam pengelolaan, penyelenggaraan dan pengembangan kebijakan Nahdlatul Ulama berkaitan dengan bidang tertentu (2) Ketua Badan khusus ditunjuk langsung dan bertanggung jawab kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ~50~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(3) Ketua Badan Khusus dapat diangkat untuk maksimal 2 (dua) kali masa khidmat (4) Pembentukan dan penghapusan badan khusus ditetapkan melalui rapat harian syuriah dan tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (5) Pembentukan Badan khusus di tingkat Wilayah diusulkan oleh Pengurus Wilayah, dan disahkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (6) Pembentukan Badan Khusus di tingkat cabang diusulkan oleh Pengurus Cabang dan disahkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (7) Ketentuan lebih lanjut berkaitan dengan Badan Khusus akan diatur dalam Peraturan organisasi Pasal 20 Pengurus Nahdlatul Ulama berkewajiban membina, mengayomi dan dapat mengambil tindakan organisatoris terhadap Lembaga, Badan Khusus dan Badan Otonom pada tingkat masing-masing. BAB VI SUSUNAN PENGURUS BESAR Pasal 21 (1) Mustasyar Pengurus Besar terdiri dari beberapa orang sesuai dengan kebutuhan. (2) Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, beberapa Rais, Katib ‘Aam dan beberapa Katib. (3) Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan A’wan.
~51~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
Pasal 22 (1) Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, beberapa Ketua, Sekretaris Jenderal, beberapa Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan beberapa Bendahara. (2) Pengurus Lengkap Tanfidziyah terdiri dari Pengurus Harian Tanfidziyah, Ketua Lembaga Pusat dan Ketua Badan Khusus. Pasal 23 Pengurus Pleno terdiri dari Mustasyar, Pengurus Lengkap Syuriyah, Pengurus Lengkap Tanfidziyah dan Ketua Umum Badan Otonom tingkat pusat. BAB VII SUSUNAN PENGURUS WILAYAH Pasal 24 (1) Mustasyar Pengurus Wilayah terdiri dari beberapa orang sesuai dengan kebutuhan. (2) Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais, beberapa Wakil Rais, Katib dan beberapa Wakil Katib. (3) Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan A’wan. Pasal 25 (1) Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara. (2) Pengurus Lengkap Tanfidziyah terdiri atas Pengurus Harian Tanfidziyah, Ketua Lembaga tingkat Wilayah, dan Ketua Badan Khusus.
~52~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Pasal 26 Pengurus Pleno terdiri dari Mustasyar, pengurus Lengkap Syuriyah, pengurus Lengkap Tanfidziyah, Ketua Badan Otonom, dan Ketua Badan Khusus tingkat Wilayah. BAB VIII SUSUNAN PENGURUS CABANG DAN PENGURUS CABANG ISTIMEWA Pasal 27 (1) Mustasyar Pengurus Cabang dan Pengurus Cabang Istimewa terdiri dari beberapa orang sesuai dengan kebutuhan. (2) Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais, beberapa Wakil Rais, Katib dan beberapa Wakil Katib. (3) Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan A’wan. Pasal 28 (1) Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara. (2) Pengurus Lengkap Tanfidziyah terdiri atas Pengurus Harian Tanfidziyah, Ketua Lembaga di tingkat Cabang dan Ketua Badan Khusus Tingkat Cabang. Pasal 29 Pengurus Pleno terdiri dari Mustasyar, Pengurus Lengkap Syuriyah, Pengurus Lengkap Tanfidziyah, Ketua Badan Otonom dan Ketua Badan Khusus Tingkat Cabang.
~53~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
BAB IX SUSUNAN PENGURUS MAJELIS WAKIL CABANG Pasal 30 (1) Mustasyar Pengurus Majelis Wakil Cabang terdiri dari beberapa orang sesuai dengan kebutuhan. (2) Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais, beberapa Wakil Rais, Katib dan beberapa Wakil Katib. (3) Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan A’wan. Pasal 31 Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara. Pasal 32 Pengurus Pleno terdiri dari Mustasyar, pengurus Lengkap Syuriyah, Pengurus Harian Tanfidziyah dan Ketua Badan Otonom tingkat Majelis Wakil Cabang. BAB X SUSUNAN PENGURUS RANTING Pasal 33 (1) Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais, beberapa Wakil Rais, Katib dan beberapa Wakil Katib. (2) Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan A’wan.
~54~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Pasal 34 Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara. Pasal 35 Pengurus Pleno terdiri dari pengurus Lengkap Syuriyah, pengurus Harian Tanfidziyah dan Ketua Badan Otonom tingkat ranting.
BAB XI SUSUNAN PENGURUS ANAK RANTING Pasal 36 (1) Pengurus Harian Syuriyah terdiri dari Rais, beberapa Wakil Rais, Katib dan beberapa Wakil Katib. (2) Pengurus Lengkap Syuriyah terdiri dari Pengurus Harian Syuriyah dan A’wan. Pasal 37 Pengurus Harian Tanfidziyah terdiri dari Ketua, beberapa Wakil Ketua, Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara. BAB XII SUSUNAN PENGURUS BADAN OTONOM Pasal 38 (1) Susunan kepengurusan Badan Otonom diatur dalam Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Badan Otonom. (2) Pengesahan susunan kepengurusan Badan Otonom atas dasar rekomendasi Pengurus NU sesuai tingkatannya masing-masing. ~55~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
BAB XIII SYARAT MENJADI PENGURUS Pasal 39 (1) Untuk menjadi Pengurus Harian Anak Ranting Nahdlatul Ulama harus sudah terdaftar sebagai anggota Nahdlatul Ulama. (2) Untuk menjadi Pengurus Ranting harus sudah menjadi Pengurus Anak Ranting dan/atau anggota aktif sekurangkurangnya 2 tahun. (3) Untuk menjadi Pengurus Majelis Wakil Cabang harus sudah pernah menjadi Pengurus MWCNU atau Pengurus Badan Otonom atau Pengurus Harian Ranting. (4) Untuk menjadi Pengurus Cabang harus sudah pernah menjadi pengurus harian atau pengurus harian lembaga tingkat Cabang, dan/atau pengurus harian di tingkat MWC, dan/atau pengurus harian Badan Otonom tingkat cabang serta sudah pernah mengikuti pendidikan kaderisasi. (5) Untuk menjadi Pengurus Wilayah harus sudah pernah menjadi pengurus harian atau pengurus harian lembaga tingkat Wilayah, dan/atau pengurus harian di tingkat cabang, dan/atau pengurus harian badan Otonom tingkat wilayah serta sudah pernah mengikuti pendidikan kaderisasi. (6) Untuk menjadi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama harus sudah pernah menjadi pengurus harian atau pengurus harian lembaga PBNU, dan/atau pengurus harian di tingkat wilayah, dan/atau pengurus harian badan Otonom tingkat pusat serta sudah pernah mengikuti pendidikan kaderisasi. (7) Terkait dengan persyaratan kaderisasi akan diberlakukan secara efektif tiga tahun setelah muktamar. (8) Ketentuan mengenai syarat menjadi pengurus yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi ~56~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
BAB XIV PEMILIHAN DAN PENETAPAN PENGURUS Pasal 40 (1) Pemilihan dan penetapan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sebagai berikut: a. Rais ‘Aam dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli wal ‘Aqdi. b. Ahlul Halli wal ‘Aqdi terdiri dari 9 orang ulama yang ditetapkan secara langsung dalam muktamar. c. Kriteria ulama yang dipilih menjadi Ahlul Halli wal ’Aqdi adalah sebagai berikut: beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah, bersikap adil, ‘alim, memiliki integritas moral, tawadlu’, berpengaruh dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin yang munadzdzim dan muharrik serta wara’ dan zuhud. d. Wakil Rais ‘Aam ditunjuk oleh Rais ‘Aam terpilih. e. Ketua Umum dipilih secara langsung oleh muktamirin melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam Muktamar, dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lisan atau tertulis dan mendapat persetujuan dari Rais ‘Aam terpilih. f. Wakil Ketua Umum ditunjuk oleh Ketua Umum terpilih. (2) Rais ‘Aam terpilih, Wakil Rais ‘Aam, Ketua Umum terpilih dan Wakil Ketua Umum bertugas melengkapi susunan Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dengan dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang mewakili zona Indonesia bagian timur, Indonesia bagian tengah dan Indonesia bagian barat. (3) Mustasyar dan A’wan ditetapkan oleh Pengurus Harian Syuriyah.
~57~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(4) Ketua Lembaga dan Badan Khusus ditetapkan oleh Pengurus Tanfidziyah. (5) Pengurus Harian Tanfidziyah bersama Ketua Lembaga menyusun kelengkapan Pengurus Lembaga dan Badan Khusus. Pasal 41 (1) Pemilihan dan penetapan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama sebagai berikut: a. Rais dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli wal ‘Aqdi. b. Ahlul Halli wal ‘Aqdi terdiri dari 7 orang ulama yang yang ditetapkan secara langsung dalam Konferensi Wilayah. c. Kriteria ulama yang dipilih menjadi Ahlul Halli wal ‘Aqdi adalah sebagai berikut: beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah Annahdliyah, bersikap adil, ‘alim, memiliki integritas moral, tawadlu’, berpengaruh dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin yang munadzdzim dan muharrik serta wara’ dan zuhud. d. Ketua dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam Konferwil, dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lisan atau tertulis dan mendapat persetujuan dari Rais terpilih. (2) Rais dan Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dengan dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang mewakili zona. (3) Ketua Lembaga ditetapkan oleh Pengurus Tanfidziyah. (4) Pengurus Harian Tanfidziyah bersama Ketua Lembaga menyusun kelengkapan Pengurus Harian Lembaga. (5) Pengurus Harian Tanfidziyah merekomendasikan pengurus Badan Khusus Tingkat Wilayah kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ~58~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Pasal 42 (1) Pemilihan dan penetapan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama sebagai berikut: a. Rais dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli wal ‘Aqdi. b. Ahlul Halli wal ‘Aqdi terdiri dari 5 orang ulama yang ditetapkan secara langsung dalam Konferensi Cabang. c. Kriteria ulama yang dipilih menjadi Ahlul Halli wal ‘Aqdi adalah sebagai berikut: beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah, bersikap adil, ‘alim, memiliki integritas moral, tawadlu’, berpengaruh dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin yang munadzdzim dan muharrik serta wara’ dan zuhud. d. Ketua dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam Konfercab, dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lisan atau tertulis dan mendapat persetujuan dari Rais terpilih. (2) Rais dan Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dengan dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang mewakili zona. (3) Ketua Lembaga ditetapkan oleh Pengurus Tanfidziyah. (4) Pengurus Harian Tanfidziyah bersama Ketua Lembaga menyusun kelengkapan Pengurus Harian Lembaga. (5) Pengurus Harian Tanfidziyah merekomendasikan pengurus Badan Khusus Tingkat Cabang kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Pasal 43 (1) Pemilihan dan penetapan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama sebagai berikut: ~59~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
a. Rais dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli wal ‘Aqdi. b. Ahlul Halli wal ‘Aqdi terdiri dari 5 orang ulama yang ditetapkan secara langsung dalam Konferensi Cabang. c. Kriteria ulama yang dipilih menjadi Ahlul Halli wal ’Aqdi adalah sebagai berikut: beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah, bersikap adil, ‘alim, memiliki integritas moral, tawadlu’, berpengaruh dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin yang munadzdzim dan muharrik serta wara’ dan zuhud. d. Ketua dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam Konferensi Cabang Istimewa, dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lisan atau tertulis dan mendapat persetujuan dari Rais terpilih. (2) Rais dan Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dengan dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang mewakili zona. (3) Ketua Lembaga ditetapkan oleh Pengurus Tanfidziyah. (4) Pengurus Harian Tanfidziyah bersama Ketua Lembaga menyusun kelengkapan Pengurus Harian Lembaga. (5) Pengurus Harian Tanfidziyah merekomendasikan pengurus Badan Khusus Tingkat Cabang Istimewa kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Pasal 44 (1) Pemilihan dan penetapan Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama sebagai berikut: a. Rais dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli wal ‘Aqdi. b. Ahlul Halli wal ‘Aqdi terdiri dari 5 orang ulama yang ditetapkan secara langsung dalam Konferensi Majelis Wakil Cabang. ~60~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
c. Kriteria ulama yang dipilih menjadi Ahlul Halli wal ’Aqdi adalah sebagai berikut: beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah, bersikap adil, ‘alim, memiliki integritas moral, tawadlu’, berpengaruh dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin yang munadzdzim dan muharrik serta wara’ dan zuhud. d. Ketua dipilih secara langsung oleh Konferensi MWC melalui melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam Konferensi MWC, dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lisan atau tertulis dan mendapat persetujuan dari Rais terpilih. (2) Rais dan Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dengan dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang mewakili zona. Pasal 45 (1) Pemilihan dan penetapan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama sebagai berikut: a. Rais dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli wal ‘Aqdi. b. Ahlul Halli wal ‘Aqdi terdiri dari 5 orang ulama yang ditetapkan secara langsung dalam Musyawarah Ranting. c. Kriteria ulama yang dipilih menjadi Ahlul Halli wal ’Aqdi adalah sebagai berikut: beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah, bersikap adil, ‘alim, memiliki integritas moral, tawadlu’, berpengaruh dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin yang munadzdzim dan muharrik serta wara’ dan zuhud. (2) Ketua dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam Musyawarah Ranting dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lisan atau tertulis dan mendapat persetujuan dari Rais terpilih.
~61~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(3) Rais dan Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dengan dibantu oleh beberapa anggota mede formatur yang dipilih dari dan oleh peserta Musyawarah Ranting. Pasal 46 (1) Pemilihan dan penetapan Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama sebagai berikut: a. Rais dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat dengan sistem Ahlul Halli wal ‘Aqdi. b. Ahlul Halli wal ‘Aqdi terdiri dari 5 orang ulama yang ditetapkan secara langsung dalam Musyawarah Anggota. c. Kriteria ulama yang dipilih menjadi Ahlul Halli wal ’Aqdi adalah sebagai berikut: beraqidah Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah, wara’ dan zuhud, bersikap adil, ‘alim, memiliki integritas moral, tawadlu’, berpengaruh dan memiliki pengetahuan untuk memilih pemimpin. (2) Ketua dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam Musyawarah Anggota dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lisan atau tertulis dan mendapat persetujuan dari Rais terpilih. (3) Rais dan Ketua terpilih bertugas melengkapi susunan Pengurus Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. Pasal 47 Ketentuan mengenai pemilihan dan penetapan pengurus yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
~62~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
BAB XV PENGISIAN JABATAN ANTAR WAKTU Pasal 48 (1) Apabila Rais ‘Aam berhalangan tetap, maka Wakil Rais ‘Aam menjadi Pejabat Rais ‘Aam. (2) Apabila Wakil Rais ‘Aam berhalangan tetap, maka Rais ‘Aam atau Pejabat Rais ‘Aam menunjuk salah seorang Rais untuk menjadi Wakil Rais ‘Aam. (3) Apabila Rais ‘Aam dan Wakil Rais ‘Aam berhalangan tetap dalam waktu yang bersamaan, maka Rapat Pleno Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menetapkan Pejabat Rais Aam dan Pejabat Wakil Rais ‘Aam. (4) Apabila Mustasyar, Rais Syuriyah, Katib ‘Aam, Katib, dan A’wan berhalangan tetap maka pengisiannya ditetapkan melalui rapat Pengurus Besar Harian Syuriyah dan disahkan dengan Surat Keputusan Pengurus Besar. Pasal 49 (1) Apabila Ketua Umum berhalangan tetap, maka Wakil Ketua Umum menjadi Pejabat Ketua Umum. (2) Apabila Wakil Ketua Umum berhalangan tetap, maka Ketua Umum atau Pejabat Ketua Umum menunjuk salah seorang Ketua untuk menjadi Wakil Ketua Umum. (3) Apabila Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum berhalangan tetap dalam waktu yang bersamaan, maka Rapat Pleno Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menetapkan Pejabat Ketua Umum dan Pejabat Wakil Ketua Umum. (4) Apabila Ketua Tanfidziyah, Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, dan Bendahara berhalangan tetap maka pengisiannya ditetapkan melalui ~63~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
Rapat Pengurus Besar Harian Tanfidziyah dan disahkan dengan Surat Keputusan Pengurus Besar. (5) Apabila Ketua Lembaga atau Ketua Badan Khusus berhalangan tetap maka pengisiannya diusulkan oleh Pengurus Harian Lembaga atau Ketua Badan Khusus yang bersangkutan, ditetapkan melalui Rapat Harian Tanfidziyah dan disahkan dengan Surat Keputusan Pengurus Besar. (6) Apabila anggota Pengurus Lembaga atau anggota Badan Khusus berhalangan tetap maka pengisiannya diusulkan oleh Pengurus Harian Lembaga atau Badan Khusus yang bersangkutan dan disahkan Pengurus Besar. Pasal 50 Apabila Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, Pengurus Cabang Istimewa, Pengurus Majelis Wakil Cabang, Pengurus Ranting, dan Pengurus Anak Ranting berhalangan tetap maka proses pengisian jabatan tersebut disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam ketentuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 48 dan 49 Anggaran Rumah Tangga ini.
BAB XVI RANGKAP JABATAN Pasal 51 (1) Jabatan Pengurus Harian Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap dengan: a. Jabatan pengurus harian pada semua kepengurusan Nahdlatul Ulama; dan/atau
tingkat
b. Jabatan pengurus harian Lembaga dan Badan Otonom; dan/atau c. Jabatan Pengurus Harian Partai Politik; dan/atau ~64~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
d. Jabatan Pengurus Harian Organisasi yang berafiliasi kepada Partai Politik; dan/atau e. Jabatan Pengurus Harian Organisasi Kemasyarakatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip perjuangan dan tujuan Nahdlatul Ulama. (2) Jabatan Pengurus Harian Lembaga Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap dengan Jabatan Pengurus Harian Lembaga lainnya dan Badan Khusus pada semua tingkat kepengurusan. (3) Jabatan Ketua Umum Badan Otonom Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap dengan: a. Jabatan pengurus harian pada semua kepengurusan Badan Otonom lainnya;
tingkat
b. Jabatan Pengurus Harian Lembaga dan/atau Badan Khusus; c. Jabatan Pengurus Harian Partai Politik; d. Jabatan Pengurus Harian Organisasi yang berafiliasi kepada Partai Politik. (4) Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, Ketua Umum, dan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar; Rais dan Ketua Pengurus Wilayah, Rais dan Ketua Pengurus Cabang tidak diperkenankan mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan jabatan politik. (5) Yang disebut dengan Jabatan Politik dalam Anggaran Rumah Tangga ini adalah Jabatan Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota, DPR RI, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. (6) Apabila Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, Ketua Umum, dan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar mencalonkan diri atau dicalonkan, maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri atau diberhentikan. ~65~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(7) Apabila Rais dan Ketua Pengurus Wilayah, Rais dan Ketua Pengurus Cabang mencalonkan diri atau dicalonkan, maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri atau diberhentikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (8) Ketentuan mengenai rangkap jabatan yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi BAB XVII PENGESAHAN DAN PEMBEKUAN PENGURUS Pasal 52 (1) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama disahkan oleh Rais ‘Aam dan Ketua Umum. (2) Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang dan Pengurus Cabang Istimewa disahkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (3) Pengurus Cabang disahkan oleh Pengurus Besar dengan rekomendasi Pengurus Wilayah. (4) Pengurus Majelis Wakil Cabang disahkan oleh Pengurus Cabang. (5) Pengurus Ranting disahkan oleh Pengurus Cabang dengan rekomendasi Pengurus Majelis Wakil Cabang. (6) Pengurus Anak Ranting disahkan oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang dengan rekomendasi Pengurus Ranting. Pasal 53 (1) Pengurus Harian Lembaga dan Badan Khusus ditetapkan dalam Rapat Harian Tanfidziyah dan disahkan dengan Surat Keputusan Pengurus Nahdlatul Ulama pada tingkatannya. (2) Pengurus Harian Badan Khusus disahkan dengan Surat Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. ~66~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(3) Pengurus Lengkap Lembaga dan Badan Khusus disusun dan disahkan oleh Pengurus Harian Lembaga dan Badan Khusus yang bersangkutan. Pasal 54 (1) Pengurus Harian Badan Otonom Pusat disahkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (2) Pengurus Harian Badan Otonom di tingkat Wilayah dan Cabang disahkan oleh Pengurus tingkat pusat Badan Otonom yang bersangkutan, dengan rekomendasi dari Pengurus NU pada tingkatannya. Pasal 55 (1) Pengurus Besar dapat membekukan Kepengurusan Wilayah, Kepengurusan Cabang dan Kepengurusan Cabang Istimewa melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah Pengurus Besar. (2) Pengurus Cabang dapat membekukan Kepengurusan Majelis Wakil Cabang dan Kepengurusan Ranting melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah Pengurus Cabang. (3) Pengurus Majelis Wakil Cabang dapat membekukan Kepengurusan Anak Ranting melalui Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah Majelis Wakil Cabang. Pasal 56 Ketentuan mengenai pengesahan dan pembekuan pengurus serta tatacara pelantikan kepengurusan yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
~67~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
BAB XVIII WEWENANG DAN TUGAS PENGURUS Pasal 57 (1) Mustasyar bertugas memberikan arahan, pertimbangan dan/atau nasehat diminta atau tidak baik secara perorangan maupun kolektif kepada Pengurus menurut tingkatannya. (2) Syuriyah bertugas merumuskan kebijakan umum organisasi, mengarahkan dan mengawasi Tanfidziyah serta melakukan konsolidasi Syuriyah pada tingkat dibawahnya. (3) Tanfidziyah bertugas merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan organisasi berdasarkan kebijakan umum organisasi yang ditetapkan oleh Muktamar dan Syuriyah. Pasal 58 (1) Kewenangan Rais ‘Aam adalah: a. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan umum Organisasi. b. Mewakili Pengurus Besar Nahdlatul Ulama baik keluar maupun ke dalam yang menyangkut urusan keagamaan baik dalam bentuk konsultasi, koordinasi, maupun informasi. c. Bersama Ketua Umum mewakili Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam hal melakukan tindakan penerimaan, pengalihan, tukar-menukar, penjaminan, penyerahan wewenang penguasaan atau pengelolaan dan penyertaan usaha atas harta benda bergerak dan/atau tidak bergerak milik atau yang dikuasai Nahdlatul Ulama dengan tidak mengurangi pembatasan yang diputuskan oleh Muktamar baik di dalam atau di luar pengadilan. d. Bersama Ketua Umum menandatangani keputusankeputusan strategis Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. ~68~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
e. Bersama Ketua Umum membatalkan keputusan perangkat organisasi yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama. (2) Tugas Rais ‘Aam adalah: a. Mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan keputusankeputusan Muktamar dan kebijakan umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. b. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi tugastugas di antara Pengurus Besar Syuriyah. c. Bersama Ketua Umum memimpin pelaksanaan Muktamar, Musyawarah Nasional Alim Ulama, Konferensi Besar, Rapat Kerja, Rapat Pleno, Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. d. Memimpin Rapat Harian Syuriyah dan Rapat Pengurus Lengkap Syuriyah. Pasal 59 (1) Kewenangan Wakil Rais ‘Aam adalah: a. Menjalankan kewenangan Rais ‘Aam apabila Rais ‘Aam berhalangan. b. Bersama Rais ‘Aam memimpin, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan kebijakan umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (2) Tugas Wakil Rais ‘Aam adalah: a. Membantu tugas-tugas Rais ‘Aam. b. Mewakili Rais ‘Aam apabila berhalangan. c. Melaksanakan bidang tertentu yang ditetapkan oleh dan atau bersama Rais ‘Aam.
~69~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
Pasal 60 (1) Kewenangan Rais adalah: a. Menjalankan wewenang Rais ‘Aam dan atau Wakil Rais ‘Aam ketika berhalangan b. Merumuskan pelaksanaan bidang khusus masingmasing. (2) Tugas Rais adalah: a. Membantu tugas-tugas Rais ‘Aam dan atau Wakil Rais ‘Aam b. Mewakili Rais ‘Aam dan atau Wakil Rais ‘Aam apabila berhalangan c. Melaksanakan bidang khusus masing-masing. Pasal 61 (1) Kewenangan Katib ‘Aam adalah: a. Merumuskan dan mengatur pengelolaan kekatiban Pengurus Besar Syuriyah. b. Bersama Rais ‘Aam, Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal menandatangani keputusan-keputusan strategis Pengurus Besar. (2) Tugas Katib ‘Aam adalah: a. Membantu Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam dan Rais-Rais dalam menjalankan wewenang dan tugasnya. b. Merumuskan dan Mengatur manajemen administrasi Pengurus Besar Syuriah. c. Mengatur dan mengkoordinir pembagian tugas di antara Katib Pasal 62 (1) Katib mempunyai kewenangan sebagai berikut: a. Melaksanakan kewenangan Katib ‘Aam apabila berhalangan; ~70~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
b. Mendampingi Rais-rais sesuai bidang masing-masing. (2) Katib mempunyai tugas sebagai berikut: a. Membantu tugas Katib ‘Aam; b. Mewakili Katib ‘Aam apabila berhalangan; c. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan Katib ‘Aam. Pasal 63 A’wan memberi masukan dan membantu pelaksanaan tugas Pengurus Besar Syuriyah. Pasal 64 (1) Wewenang Ketua Umum adalah sebagai berikut: a. Mewakili Pengurus Besar Nahdlatul Ulama baik ke luar maupun ke dalam yang menyangkut pelaksanaan kebijakan organisasi dalam bentuk konsultasi, koordinasi maupun informasi. b. Merumuskan kebijakan khusus Organisasi. c. Bersama Rais ‘Aam mewakili Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam hal melakukan tindakan penerimaan, pengalihan, tukar-menukar, penjaminan, penyerahan wewenang penguasaan/ pengelolaan, dan penyertaan usaha atas harta benda bergerak dan atau tidak bergerak milik atau yang dikuasai Nahdlatul Ulama dengan tidak mengurangi pembatasan yang diputuskan oleh Muktamar baik di dalam atau di luar pengadilan. d. Bersama Rais ‘Aam menandatangani keputusan strategis organisasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. e. Bersama Rais ‘Aam membatalkan keputusan perangkat organisasi yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama. f. Bersama Rais/Katib dan Sekretaris Jenderal menandatangani surat-surat keputusan biasa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. ~71~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(2) Tugas Ketua Umum adalah sebagai berikut: a. Memimpin, mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan Muktamar dan kebijakan umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. b. Memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi tugastugas di antara Pengurus Besar Tanfidziyah. c. Bersama Rais ‘Aam memimpin pelaksanaan Muktamar, Musyawarah Nasional Alim Ulama, Konferensi Besar, Rapat Kerja, Rapat Pleno, Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah. d. Memimpin Rapat Harian Tanfidziyah dan Rapat Pengurus Lengkap Tanfidziyah. Pasal 65 (1) Kewenangan Wakil Ketua Umum adalah: a. Menjalankan berhalangan.
kewenangan
Ketua
Umum
apabila
b. Membantu Ketua Umum memimpin, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan kebijakan umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (2) Tugas Wakil Ketua Umum adalah: a. Membantu tugas-tugas Ketua Umum. b. Mewakili Ketua Umum apabila berhalangan. c. Melaksanakan bidang tertentu yang ditetapkan oleh dan atau bersama Ketua Umum. Pasal 66 (1) Kewenangan Ketua-ketua adalah: a. Menjalankan wewenang Ketua Umum dan atau Wakil Ketua Umum apabila berhalangan. b. Merumuskan dan menjalankan bidang khusus masingmasing. ~72~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(2) Tugas Ketua-ketua adalah: a. Membantu tugas-tugas Ketua Umum. b. Menjalankan tugas-tugas Ketua pembidangan yang ditetapkan.
Umum
sesuai
Pasal 67 (1) Kewenangan Sekretaris Jenderal adalah: a. Merumuskan dan mengatur pengelolaan kesekretariatan Pengurus Besar Tanfidziyah. b. Merumuskan naskah rancangan peraturan, keputusan, dan pelaksanaan program Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. c. Bersama Rais ‘Aam, Ketua Umum dan Katib ‘Aam menandatangani surat-surat keputusan strategis Pengurus Besar. (2) Tugas Sekretaris Jenderal adalah: a. Membantu Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Ketuaketua dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. b. Merumuskan manajemen administrasi, memimpin dan mengkoordinasikan Sekretariat. c. Mengatur dan mengkoordinir pembagian tugas di antara Wakil Sekretaris Jenderal. d. Bersama Rais/Katib dan Ketua Umum menandatangani surat-surat keputusan biasa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Pasal 68 (1) Kewenangan Wakil Sekretaris Jenderal adalah: a. Melaksanakan kewenangan Sekretaris Jenderal apabila berhalangan b. Mendampingi Ketua-Ketua sesuai bidang masingmasing. ~73~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
c. Bersama Rais/Katib dan Ketua Umum/Wakil Ketua Umum/Ketua menandatangani surat-surat biasa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (2) Tugas Wakil Sekretaris Jenderal adalah: a. Membantu tugas-tugas Sekretaris Jenderal. b. Mewakili Sekretaris Jenderal apabila berhalangan c. Melaksanakan tugas khusus yang diberikan Sekretaris Jenderal. Pasal 69 (1) Kewenangan Bendahara Umum adalah: a. Mengatur pengelolaan keuangan Pengurus Besar. b. Melakukan pembagian tugas kebendaharaan dengan bendahara. c. Bersama Ketua Umum menandatangani surat-surat penting Pengurus Besar yang berkaitan dengan keuangan. (2) Tugas Bendahara Umum adalah: a. Mendapatkan sumber-sumber pendanaan organisasi; b. Merumuskan manajemen dan melakukan pencatatan keuangan dan asset; c. Membuat Standard Operating Procedure (SOP) keuangan; d. Menyusun dan merencanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Rutin, dan anggaran program pengembangan atau rintisan Pengurus Besar; e. Menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk kepentingan auditing keuangan. Pasal 70 (1) Prinsip-prinsip pokok tentang wewenang dan tugas pengurus sebagaimana diatur dalam pasal-pasal dalam bab ini berlaku secara mutatis mutandis (dengan sendirinya) untuk seluruh tingkat kepengurusan. ~74~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(2) Ketentuan mengenai wewenang dan tugas pengurus yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. BAB XIX KEWAJIBAN DAN HAK PENGURUS Pasal 71 (1) Pengurus Nahdlatul Ulama berkewajiban: a. Menjaga dan menjalankan amanat dan ketentuanketentuan organisasi. b. Menjaga keutuhan organisasi kedalam maupun keluar. c. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara tertulis dalam permusyawaratan sesuai dengan tingkat kepengurusannya. (2) Pengurus Nahdlatul Ulama berhak: a. Menetapkan kebijakan, keputusan dan peraturan organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. b. Memberikan arahan dan dukungan teknis kepada Lembaga, Badan Khusus dan Badan Otonom untuk meningkatkan kinerjanya. BAB XX PERMUSYAWARATAN TINGKAT NASIONAL Pasal 72 (1) Muktamar adalah forum permusyawaratan tertinggi di dalam organisasi Nahdlatul Ulama. (2) Muktamar membicarakan dan menetapkan: ~75~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
a. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang disampaikan secara tertulis; b. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; c. Garis-garis Besar Program Kerja Nahdlatul Ulama 5 (lima) tahun; d. Hukum atas masalah keagamaan dan kemasyarakatan; e. Rekomendasi Organisasi; f. Ahlul Halli Wal Aqdi; g. Memilih Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (3) Muktamar dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sekali dalam 5 (lima) tahun. (4) Muktamar dihadiri oleh : a. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. b. Pengurus Wilayah. c. Pengurus Cabang/Cabang Istimewa. (5) Muktamar adalah sah apabila dihadiri oleh dua pertiga jumlah Wilayah dan Cabang/Cabang Istimewa yang sah. Pasal 73 (1) Muktamar Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila Rais ’Aam dan atau Ketua Umum Pengurus Besar melakukan pelanggaran berat terhadap ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (2) Muktamar Luar Biasa dapat diselenggarakan atas usulan sekurang-kurangnya 50 persen plus satu dari jumlah Wilayah dan Cabang. (3) Muktamar Luar Biasa dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (4) Ketentuan tentang peserta dan keabsahan Muktamar Luar Biasa merujuk kepada ketentuan Muktamar. ~76~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Pasal 74 (1) Musyawarah Nasional Alim Ulama merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah Muktamar yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Besar. (2) Musyawarah Nasional Alim Ulama membicarakan masalahmasalah keagamaan yang menyangkut kehidupan umat dan bangsa. (3) Musyawarah Nasional Alim Ulama dihadiri oleh anggota Pengurus Besar Pleno dan Pengurus Syuriyah Wilayah. (4) Musyawarah tersebut dapat mengundang Alim Ulama, pengasuh Pondok Pesantren dan Tenaga Ahli, baik dari dalam maupun dari luar Pengurus Nahdlatul Ulama sebagai peserta. (5) Musyawarah Nasional Alim Ulama juga dapat diselenggarakan atas permintaan sekurang-kurangnya separuh dari jumlah Wilayah yang sah. (6) Musyawarah Nasional Alim Ulama tidak dapat mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Muktamar dan tidak memilih Pengurus baru. (7) Musyawarah Nasional Alim Ulama diadakan sekurangkurangnya 2 (dua) kali dalam masa jabatan Pengurus Besar. Pasal 75 (1) Konferensi Besar merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah Muktamar yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Besar. (2) Konferensi Besar membicarakan pelaksanaan keputusankeputusan Muktamar, mengkaji perkembangan dan memutuskan Peraturan Organisasi. (3) Konferensi Besar dihadiri oleh anggota Pleno Pengurus Besar dan Pengurus Wilayah. ~77~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(4) Konferensi Besar tidak dapat mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan Muktamar dan tidak memilih Pengurus baru. (5) Konferensi Besar adalah sah apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah Wilayah. (6) Konferensi Besar diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam masa jabatan Pengurus Besar. Pasal 76 Ketentuan mengenai permusyawaratan tingkat nasional yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
BAB XXI PERMUSYAWARATAN TlNGKAT DAERAH Pasal 77 (1) Konferensi Wilayah adalah forum permusyawaratan tertinggi untuk tingkat Wilayah. (2) Konferensi Wilayah membicarakan dan menetapkan: a. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama yang disampaikan secara tertulis; b. Pokok-Pokok Program Kerja Wilayah 5 (lima) tahun merujuk kepada Garis-Garis Besar Program Kerja Nahdlatul Ulama; c. Hukum atas masalah keagamaan dan kemasyarakatan; d. Rekomendasi Organisasi; e. Ahlul Halli Wal ‘Aqdi; f. Memilih Ketua Pengurus Wilayah. (3) Konferensi Wilayah dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama sekali dalam 5 (lima) tahun. ~78~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(4) Konferensi Wilayah dihadiri oleh : a. Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama. b. Pengurus Cabang. (5) Untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan organisasi Konferensi Wilayah dapat dihadiri oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang. (6) Konferensi Wilayah sah apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah Cabang di daerahnya. Pasal 78 (1) Musyarawah Kerja Wilayah merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah Konferensi Wilayah yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah. (2) Musyarawah Kerja Wilayah membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan Konferensi Wilayah dan mengkaji perkembangan organisasi serta peranannya di tengah masyarakat. (3) Musyarawah Kerja Wilayah dihadiri oleh anggota Pleno Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang. (4) Musyarawah Kerja Wilayah sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Cabang. (5) Musyarawah Kerja Wilayah diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam masa jabatan Pengurus Wilayah. (6) Musyawarah Kerja Wilayah tidak dapat melakukan pemilihan Pengurus. Pasal 79 (1) Konferensi Cabang adalah forum permusyawaratan tertinggi untuk tingkat Cabang (2) Konferensi Cabang membicarakan dan menetapkan: ~79~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
a. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama yang disampaikan secara tertulis. b. Pokok-Pokok Program Kerja 5 (lima) tahun merujuk kepada Pokok-Pokok Program Kerja Wilayah dan GarisGaris Besar Program Kerja Nahdlatul Ulama; c. Hukum atas masalah keagamaan dan kemasyarakatan; d. Rekomendasi Organisasi; e. Ahlul Halli Wal ‘Aqdi; f. Memilih Ketua Pengurus Cabang. (3) Konferensi Cabang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama sekali dalam 5 (lima) tahun. (4) Konferensi Cabang dihadiri oleh : a. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama. b. Pengurus Majelis Wakil Cabang. (5) Untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan organisasi konferensi Cabang dapat dihadiri oleh Pengurus Ranting. (6) Konferensi Cabang sah apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah Majelis Wakil Cabang di daerahnya. Pasal 80 (1) Musyarawah Kerja Cabang merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah Konferensi Cabang yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Cabang. (2) Musyarawah Kerja Cabang membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan Konferensi Cabang dan mengkaji perkembangan organisasi serta peranannya di tengah masyarakat. (3) Musyarawah Kerja Cabang dihadiri oleh anggota Pleno Pengurus Cabang dan Pengurus Majelis Wakil Cabang. ~80~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(4) Musyarawah Kerja Cabang sah apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah Majelis Wakil Cabang. (5) Musyarawah Kerja Cabang diadakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dalam masa jabatan pengurus Cabang. (6) Musyawarah Kerja Cabang tidak dapat melakukan pemilihan Pengurus. Pasal 81 (1) Konferensi Majelis Wakil Cabang adalah forum permusyawaratan tertinggi untuk tingkat Majelis Wakil Cabang (2) Konferensi Majelis Wakil Cabang membicarakan dan menetapkan: a. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama yang disampaikan secara tertulis; b. Pokok-Pokok Program Kerja 5 (lima) tahun merujuk Pokok-Pokok Program Kerja Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang; c. Hukum atas masalah keagamaan dan kemasyarakatan pada umumnya; d. Rekomendasi Organisasi; e. Ahlul Halli Wal Aqdi; f. Memilih Ketua Pengurus Majelis Wakil Cabang. (3) Konferensi Majelis Wakil Cabang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama sekali dalam 5 (lima) tahun. (4) Konferensi Majelis Wakil Cabang dihadiri oleh: a. Pengurus Majelis Wakil Cabang. b. Pengurus Ranting. ~81~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(5) Untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan organisasi Konferensi Majelis Wakil Cabang dapat dihadiri oleh Pengurus Anak Ranting. (6) Konferensi Majelis Wakil Cabang sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Ranting di daerahnya. Pasal 82 (1) Musyarawah Kerja Majelis Wakil Cabang merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah Konferensi Majelis Wakil Cabang yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Majelis Wakil Cabang. (2) Musyarawah Kerja Majelis Wakil Cabang membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan Konferensi Majelis Wakil Cabang dan mengkaji perkembangan organisasi serta peranannya di tengah masyarakat. (3) Musyarawah Kerja Majelis Wakil Cabang dihadiri oleh anggota Pengurus Majelis Wakil Cabang Pleno dan Pengurus Ranting. (4) Musyarawah Kerja Majelis Wakil Cabang sah apabila dihadiri oleh lebih dari ½ (setengah) jumlah peserta sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini. (5) Musyarawah Kerja Majelis Wakil Cabang diadakan sekurangkurangnya 3 (tiga) kali dalam masa jabatan pengurus Majelis Wakil Cabang. (6) Musyawarah Kerja Majelis Wakil Cabang tidak dapat melakukan pemilihan Pengurus. Pasal 83 (1) Musyawarah Ranting adalah tertinggi untuk tingkat Ranting.
forum
permusyawaratan
(2) Musyawarah Ranting membicarakan dan menetapkan: ~82~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
a. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama yang disampaikan secara tertulis b. Pokok-Pokok Program Kerja 5 (lima) tahun merujuk kepada Pokok-Pokok Program Kerja Pengurus Cabang dan Majelis Wakil Cabang. c. Hukum atas masalah keagamaan dan kemasyarakatan. d. Rekomendasi Organisasi e. Ahlul Halli Wal Aqdi f. Memilih Ketua Pengurus Ranting. (3) Musyawarah Ranting dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama sekali dalam 5 (lima) tahun. (4) Musyawarah Ranting dihadiri oleh : a. Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama. b. Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama. (5) Musyawarah Ranting sah apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah Anak Ranting di daerahnya. Pasal 84 (1) Musyarawah Kerja Ranting merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah Musyawarah Ranting yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Ranting. (2) Musyarawah Kerja Ranting membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan Konferensi Ranting dan mengkaji perkembangan organisasi serta peranannya di tengah masyarakat. (3) Musyarawah Kerja Ranting dihadiri oleh anggota Pengurus Ranting Pleno dan utusan Pengurus Anak Ranting. (4) Musyarawah Kerja Ranting sah apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (setengah) jumlah peserta sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini. ~83~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(5) Musyarawah Kerja Ranting diadakan sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam masa jabatan pengurus Ranting. (6) Musyawarah Kerja Ranting tidak dapat melakukan pemilihan Pengurus. Pasal 85 (1) Musyawarah Anggota adalah forum permusyawaratan tertinggi untuk tingkat Anak Ranting. (2) Musyawarah Anggota membicarakan dan menetapkan: a. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama yang disampaikan secara tertulis; b. Pokok-Pokok Program Kerja 5 (lima) tahun merujuk kepada Pokok-Pokok Program Kerja Pengurus Majelis Wakil Cabang dan Ranting; c. Hukum atas masalah keagamaan dan kemasyarakatan; d. Rekomendasi Organisasi; e. Ahlul Halli Wal Aqdi; f. Memilih Ketua Pengurus Anak Ranting. (3) Musyawarah Anggota dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama sekali dalam 5 (lima) tahun. (4) Musyawarah Anggota dihadiri oleh : a. Pengurus Anak Ranting. b. Anggota Nahdlatul Ulama. (5) Musyawarah Anggota sah apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota di wilayahnya. Pasal 86 (1) Musyawarah Kerja Anggota merupakan forum permusyawaratan tertinggi setelah Musyawarah Anggota yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Pengurus Anak Ranting. ~84~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(2) Musyawarah Kerja Anggota membicarakan pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah Anggota dan mengkaji perkembangan organisasi serta peranannya di tengah masyarakat. (3) Musyawarah Kerja Anggota dihadiri oleh anggota Pleno Pengurus Anak Ranting. (4) Musyawarah Kerja Anggota sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah anggota. (5) Musyawarah Kerja Anggota diadakan sekurang-kurangnya lima kali dalam masa jabatan pengurus Anak Ranting. (6) Musyawarah Kerja Anggota tidak dapat melakukan pemilihan Pengurus. Pasal 87 Ketentuan mengenai permusyawaratan tingkat daerah yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. BAB XXII PERMUSYAWARATAN BADAN OTONOM Pasal 88 Permusyawaratan Badan Otonom diatur tersendiri dan dimuat dalam Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Badan Otonom yang bersangkutan. BAB XXIII RAPAT-RAPAT Pasal 89 (1) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Lengkap Syuriyah dan Tanfidziyah, Pengurus harian Lembaga dan Badan Khusus. ~85~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
(2) Rapat Kerja Nasional membicarakan perencanaan, penjabaran dan pengendalian operasional keputusan-keputusan Muktamar. (3) Rapat Kerja Nasional diadakan satu kali dalam setahun. (4) Rapat Kerja Nasional yang pertama diadakan selambatlambatnya tiga bulan setelah Muktamar. Pasal 90 (1) Rapat Pleno adalah rapat yang dihadiri oleh Mustasyar, Pengurus Lengkap Syuriyah, Pengurus Harian Tanfidziyah, Ketua Badan Khusus, Ketua Lembaga dan Ketua Badan Otonom. (2) Rapat Pleno diadakan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali. (3) Rapat Pleno membicarakan pelaksanaan program kerja. Pasal 91 (1) Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah dihadiri oleh Pengurus Besar Harian Syuriyah dan Pengurus Besar Harian Tanfidziyah. (2) Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah diadakan sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan sekali. (3) Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah membahas kelembagaan Organisasi, pelaksanaan dan pengembangan program kerja. Pasal 92 (1) Rapat Harian Syuriyah dihadiri oleh Pengurus Harian Syuriyah dan dapat mengikutsertakan Mustasyar. (2) Rapat Harian Syuriyah diadakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali. (3) Rapat Harian Syuriyah membahas kelembagaan Organisasi, pelaksanaan dan pengembangan program kerja. ~86~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Pasal 93 (1) Rapat Harian Tanfidziyah dihadiri oleh Pengurus Harian Tanfidziyah. (2) Rapat Harian Tanfidziyah diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sekali. (3) Rapat Harian Tanfidziyah membahas kelembagaan Organisasi, pelaksanaan dan pengembangan program kerja. Pasal 94 Rapat-rapat lain yang dianggap perlu adalah rapat-rapat yang diselenggarakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. Pasal 95 Ketentuan mengenai rapat-rapat yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi BAB XXIV KEUANGAN DAN KEKAYAAN Pasal 96 Sumber keuangan Nahdlatul Ulama diperoleh dari: a. Uang pangkal adalah uang yang dibayar oleh seseorang pada saat mendaftarkan diri menjadi anggota. b. Uang i’anah syahriyah adalah uang yang dibayar anggota setiap bulan. c. Sumbangan adalah uang atau barang yang berupa hibah, hadiah dan sedekah yang diperoleh dari anggota Nahdlatul Ulama dan atau simpatisan yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. d. Usaha-usaha lain adalah badan-badan usaha Nahdlatul Ulama dan atau atas kerjasama dengan pihak lain. ~87~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
Pasal 97 (1) Kekayaan Nahdlatul Ulama dan perangkat organisasinya berupa dana, harta benda bergerak dan atau harta benda tidak bergerak harus dicatatkan sebagai kekayaan organisasi Nahdlatul Ulama sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. (2) Perolehan, pengalihan, dan pengelolaan kekayaan serta penerimaan dan pengeluaran keuangan Nahdlatul Ulama diaudit setiap tahun oleh akuntan publik. (3) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dapat memberikan kuasa atau kewenangan secara tertulis kepada Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, Pengurus Cabang Istimewa, Pengurus Majelis Wakil Cabang, Lembaga, Badan Khusus, Badan Otonom dan atau Badan Usaha yang dibentuk untuk melakukan penguasaan dan atau pengelolaan kekayaan baik berupa harta benda bergerak dan atau harta benda tidak bergerak. (4) Segala kekayaan Nahdlatul Ulama baik yang dimiliki atau dikuasakan secara langsung atau tidak langsung kepada lembaga, Badan Khusus, badan otonom, badan usaha atau perorangan yang ditunjuk atau dikuasakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan dan kemanfaatan Nahdlatul Ulama dan atau Perangkat Organisasinya. (5) Kekayaan Nahdlatul Ulama yang berupa harta benda yang bergerak dan atau harta benda yang tidak bergerak tidak dapat dialihkan hak kepemilikannya dan atau menjaminkan kepada pihak lain kecuali atas persetujuan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (6) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tidak dapat mengalihkan harta benda bergerak dan atau harta benda tidak bergerak yang diperoleh atau yang dibeli oleh perangkat organisasi NU tanpa persetujuan pengurus perangkat organisasi yang bersangkutan. ~88~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
(7) Apabila karena satu dan lain hal terjadi pembubaran atau penghapusan perangkat organisasi NU maka seluruh harta bendanya menjadi milik Nahdlatul Ulama. Pasal 98 (1) Uang pangkal dan uang i’anah syahriyah yang diterima dari anggota Nahdlatul Ulama digunakan untuk membiayai kegiatan organisasi/perkumpulan dan dimanfaatkan dengan perimbangan sebagai berikut: a. 40% untuk membiayai kegiatan Anak Ranting b. 20% untuk membiayai kegiatan Ranting. c. 15% untuk membiayai kegiatan Majelis Wakil Cabang. d. 10% untuk membiayai kegiatan Cabang/Cabang Istimewa. e. 10% untuk membiayai kegiatan Wilayah. f. 5% untuk membiayai kegiatan Pusat. (2) Uang dan barang yang berasal dari sumbangan dan usahausaha lain dipergunakan untuk kepentingan organisasi/ perkumpulan. (3) Kekayaan organisasi/perkumpulan yang berupa inventaris dan aset dipergunakan untuk kepentingan organisasi/ perkumpulan. Pasal 99 Ketentuan mengenai keuangan dan kekayaan yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
~89~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
BAB XXV LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 100 (1) Pengurus Nahdlatul Ulama di setiap tingkatan membuat laporan pertanggungjawaban secara tertulis di akhir masa khidmatnya yang disampaikan dalam permusyawaratan tertinggi pada tingkatannya. (2) Laporan pertanggungjawaban Pengurus Nahdlatul Ulama memuat: a. Capaian pelaksanaan program yang telah diamanatkan oleh permusyawaratan tertinggi pada tingkatannya. b. Pengembangan kelembagaan Organisasi. c. Keuangan organisasi d. Inventaris dan aset organisasi. Pasal 101 (1) Pengurus Besar menyampaikan laporan perkembangan organisasi secara berkala dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama, Konferensi Besar, Rapat Kerja dan Rapat Pleno. (2) Pengurus Wilayah menyampaikan laporan perkembangan organisasi secara berkala kepada: a. Pengurus Besar. b. Musyawarah Kerja Wilayah dan Rapat Pleno (3) Pengurus Cabang menyampaikan laporan perkembangan organisasi secara berkala kepada: a. Pengurus Besar dan Pengurus Wilayah. b. Musyawarah Kerja Cabang dan Rapat Pleno. (4) Pengurus Majelis Wakil Cabang menyampaikan laporan perkembangan organisasi secara berkala kepada: ~90~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
a. Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang. b. Musyawarah Kerja Majelis Wakil Cabang dan Rapat Pleno. (5) Pengurus Ranting menyampaikan laporan perkembangan organisasi secara berkala kepada: a. Pengurus Cabang dan Pengurus Majelis Wakil Cabang. b. Musyawarah Kerja Ranting dan Rapat Pleno. (6) Pengurus Anak Ranting menyampaikan laporan perkembangan organisasi secara berkala kepada Rapat Anggota, Pengurus Ranting dan Majelis Wakil Cabang. Pasal 102 Pengurus Lembaga, Badan Khusus dan Badan Otonom menyampaikan laporan pelaksanaan program setiap akhir tahun kepada Pengurus Nahdlatul Ulama pada tingkatan masingmasing. Pasal 103 Ketentuan mengenai laporan pertanggungjawaban yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi
~91~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
BAB XXVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 104 (1) Segala sesuatu yang belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi, Peraturan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan atau Surat Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. (2) Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat diubah dalam Muktamar. (3) Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Jombang, 4 Agustus 2015 M 19 Syawal 1436 H
~92~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
SIDANG KOMISI ORGANISASI Ketua : Dr. H. Aji Hermawan Sekretaris : Dra. Hj. Lilis Nurul Husna Tim Perumus: Dr. H. Aji Hermawan (PBNU) Dra. Hj. Lilis Nurul Husna (PBNU) KH. Sholeh Hayat (PWNU Jawa Timur) H. Mujib Imron (PCNU Pasuruan) KH. Abdullah Syamsul Arifin (PCNU Jember) Drs. Ulyas Taha, MPd (PWNU Sulawesi Utara) H. Yulius Kahar (PCNU Kota Pekan Baru) Dr. Mahsun (PWNU Jawa Tengah) KH. Miftah Faqih (PBNU) H. Hisyam Said Budairi (PBNU) Alfina Rahil Ashidiqi (PBNU) Disahkan Pada Sidang Pleno ke-3 Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama Ketua Sekretaris
: KH. Ahmad Ishomuddin, M.Ag : KH. Yahya Cholil Staquf
~93~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
~94~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
KHITTAH NAHDLATUL ULAMA
~95~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
KHITTAH NAHDLATUL ULAMA
ِ َّ ب ِْس ِم الل َّالر ْ ٰ َح ِن َّالر ِح ِمي الل َو َل تَت َّ ِب ْع أَه َْوا َء ُ ْه َ َّعا ُ َّ اب ِبلْ َح ِّق م َُص ِّدقًا ل ِّ َما ب َ ْ َي يَدَ يْ ِه ِم َن ْال ِكتَ ِاب َو ُمهَ ْي ِمنًا عَلَ ْي ِه فَ ْاح ُك بَيْنَ ُم ِب َما أَ َنز َل َ ََوأَ َنزلْنَا ِإل َ ْي َك ْال ِكت ْ ُ ك َج َعلْنَا ِم ٍّ ُ َجا َءكَ ِم َن الْ َح ِّق ِل الل ل َ َج َعلَ ُ ْك ُأ َّم ًة َوا ِحدَ ًة َولٰ َ ِكن ل ِّ َي ْبلُ َو ُ ْك ِف َما آتَ ُ ْك فَ ْاست َ ِب ُقوا ُ َّ شعَ ًة َو ِمنْ َا ًجا َول َ ْو َشا َء ْ ِ نك ِ َّ َات إ َِل ِ الْخ َْي الل َو َل تَت َّ ِب ْع ُ َّ ) َوأَ ِن ْاح ُك بَيْنَ ُم ِب َما أَ َنز َل٤٨( ون َ نت ِفي ِه َ ْتتَ ِل ُف ْ ُ الل َم ْرجِ ُع ُ ْك َ ِجي ًعا فَ ُينَبِّئ ُُك ِب َما ُك الل أَن يُ ِصيبَ ُم ِب َب ْع ِض ُذن ُوبِ ِم ُ َّ ُالل ِإل َ ْي َك فَإِن ت ََول َّ ْوا فَا ْع َ ْل أَن َّ َما ُي ِريد ُ َّ أَه َْوا َء ُ ْه َوا ْح َذ ْر ُ ْه أَن ي َ ْف ِت ُنوكَ عَن ب َ ْع ِض َما أَ َنز َل )٤٩( ون َ َوإ َِّن َك ِثريًا ِّم َن النَّ ِاس ل َ َف ِاس ُق Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu KitabKitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukanNya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik (QS. Al-Maidah: 48-49). ~96~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
1. Mukaddimah Nahdlatul Ulama didirikan atas kesadaran dan keinsyafan bahwa setiap manusia hanya bisa memenuhi kebutuhannya bila bersedia untuk hidup bermasyarakat, manusia berusaha mewujudkan kebahagiaan dan menolak bahaya terhadapnya. Persatuan, ikatan bathin, saling bantu-membantu dan kesatuan merupakan prasyarat dari tumbuhnya tali persaudaraan (alukhuwah) dan kasih sayang yang menjadi landasan bagi terciptanya tata kemasyarakatan yang baik dan harmonis. Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah diniyah adalah wadah bagi para ulama dan pengikut-pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 M dengan tujuan untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menganut salah satu madzhab empat, masingmasing Abu Hanifah An-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, serta untuk mempersatukan langkah para ulama dan pengikutpengikutnya dalam melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa dan ketinggian harkat dan martabat manusia. Nahdlatul Ulama dengan demikian merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, berakhlak mulia, tentram, adil dan sejahtera. Nahdlatul Ulama mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. Inilah yang kemudian disebut Khittah Nahdlatul Ulama. 2. Pengertian a. Khittah Nahdlatul Ulama adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan.
~97~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
b. Landasan tersebut adalah faham Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan Indonesia, meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan. c. Khittah Nahdlatul Ulama juga digali dari intisari perjalanan sejarah khidmahnya dari masa ke masa. 3. Dasar-Dasar Faham Keagamaan NU a. Nahdlatul Ulama mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran agama Islam: Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’ dan Al-Qiyas. b. Dalam memahami, manafsirkan Islam dari sumbersumbernya di atas, Nahdlatul Ulama mengikuti faham Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menggunakan jalan pendekatan (al-madzhab): 1) Di bidang aqidah, Nahdlatul Ulama mengikuti Ahlussunnah Wal Jama’ah yang dipelopori oleh Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Imam Manshur al-Maturidzi. 2) Di bidang fiqih, Nahdlatul Ulama mengikuti jalan pendekatan (al-madzhab) salah satu dari madzhab Abu Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I dan Imam Ahmad bin Hanbal. 3) Di bidang tasawuf, mengikuti antara lain Imam al-Junaidi al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali serta imam-imam yang lain. c. Nahdlatul Ulama mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fitri, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia. Faham keagamaan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti ~98~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
suku maupun bangsa dan tidak bertujuan menghapus nilainilai tersebut. 4. Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama Dasar-dasar pendirian keagamaan Nahdlatul Ulama tersebut menumbuhkan sikap kemasyarakatan yang bercirikan pada: a. Sikap Tawassuth dan I’tidal Sikap tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah kehidupan bersama. Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim). b. Sikap Tasamuh Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan. c. Sikap Tawazun Sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyertakan khidmah kepada Allah SWT, khidmah kepada sesama manusia serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang. d. Amar Ma’ruf Nahi Munkar Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama; serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.
~99~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
5. Perilaku yang Dibentuk oleh Dasar Keagamaan dan Sikap Kemasyarakatan Nahdlatul Ulama Dasar-dasar keagamaan (angka 3) dan kemasyarakatan (angka 4) membentuk perilaku warga Nahdlatul Ulama, baik dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi yang: a. Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran Islam. b. Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. c. Menjunjung tinggi sifat keikhlasan dan berkhidmah serta berjuang. d. Menjunjung tinggi persaudaraan (al-ukhuwah), persatuan (al-ittihad) serta kasih-mengasihi. e. Meluhurkan kemuliaan moral (al-akhlaq al-karimah) dan menjunjung tinggi kejujuran (ash-shidqu) dalam berfikir, bersikap dan bertindak. f. Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada bangsa dan negara. g. Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT. h. Menjunjung tinggi ilmu-ilmu pengetahuan serta ahliahlinya. i. Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa kemaslahatan bagi manusia. j. Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong memacu dan mempercepat perkembangan masyarakatnya. k. Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. ~100~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
6. Ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan Nahdlatul Ulama Sejak berdirinya Nahdlatul Ulama memilih beberapa bidang utama kegiatan sebagai ikhtiar mewujudkan cita-cita dan tujuan berdirinya, baik tujuan yang bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan. Ikhtiar-ikhtiar tersebut adalah: a. Peningkatan silaturahim/komunikasi/relasi-relasi antar ulama (Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan: mengadakan perhoeboengan diantara oelama-oelama jang bermadzhab). b. Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan / pengkajian / pendidikan. (Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan: Memeriksa kitab-kitab sebeloemnya dipakai oentoek mengadjar, soepadja diketahoei apakah itoe daripada kitab-kitab assoennah wal djama’ah ataoe kirabkitab ahli bid’ah; memperbanjak madrasah-madrasah jang berdasar agama Islam). c. Peningkatan penyiaran Islam, membangun sarana-sarana peribadatan dan pelayanan sosial. (Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan: Menjiarkan agama Islam dengan djalan apa sadja jang halal; memperhatikan hal-hal jang berhoeboengan dengan masdjid-masdjid, soeraoe-soeraoe dan pondok-pondok, begitoe djoega dengan hal ikhwalnya anak-anak jatim dan orang fakir miskin). d. Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui kegiatan yang terarah. (Dalam Statoeten Nahdlatoel Oelama 1926 disebutkan: Mendirikan badan-badan oentoek memajoekan oeroesan pertanian, perniagaan dan peroesahaan jang tiada dilarang oleh sjara’ agama Islam). Kegiatan-kegiatan yang dipilih oleh Nahdlatul Ulama pada awal berdiri dan khidmahnya menunjukkan pandangan dasar yang peka terhadap pentingnya terus-menerus membangun hubungan dan komunikasi antar para ulama sebagai pemimpin ~101~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
masyarakat; serta adanya keprihatinan atas nasib manusia yang terjerat oleh keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan. Sejak semula Nahdlatul Ulama melihat masalah ini sebagai bidang garapan yang harus dilaksanakan melalui kegiatankegiatan nyata. Pilihan akan ikhtiar yang dilakukan mendasari kegiatan Nahdlatul Ulama dari masa ke masa dengan tujuan untuk melakukan perbaikan, perubahan dan pembaharuan masyarakat, terutama dengan mendorong swadaya masyarakat sendiri. Nahdlatul Ulama sejak semula meyakini bahwa persatuan dan kesatuan para ulama dan pengikutnya, masalah pendidikan, dakwah Islamiyah, kegiatan social serta perekonomian adalah masalah yang tidak bisa dipisahkan untuk mengubah masyarakat yang terbelakang, bodoh, dan miskin menjadi masyarakat yang maju, sejahtera, dan berakhlak mulia. Pilihan kegiatan Nahdlatul Ulama tersebut sekaligus menumbuhkan sikap partisipatif kepada setiap usaha yang bertujuan membawa masyarakat kepada kehidupan yang maslahat. Sehingga setiap kegiatan Nahdlatul Ulama untuk kemaslahatan manusia dipandang sebagai perwujudan amal ibadah yang didasarkan pada faham keagamaan yang dianutnya. 7. Fungsi Organisasi dan Kepemimpinan Ulama di Dalamnya Dalam rangka kemaslahatan ikhtiarnya, Nahdlatul Ulama membentuk organisasi yang mempunyai struktur tertentu dengan fungsi sebagai alat untuk melakukan koordinasi bagi terciptanya tujuan yang telah ditentukan, baik itu bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan. Karena pada dasarnya Nahdlatul Ulama adalah Jam’iyyah Diniyah yang membawa faham keagamaan, maka Ulama sebagai mata rantai pembawa faham Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah, selalu ditempatkan sebagai pengelola, pengendali, pengawas dan pembimbing utama jalannya organisasi. ~102~
Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU~
Sedang untuk melaksanakan kegiatannya, Nahdlatul Ulama menempatkan tenaga-tenaga yang sesuai dengan bidangnya guna menanganinya. 8. NU dan Kehidupan Bernegara Sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan bangsa Indonesia, Nahdlatul Ulama senantiasa menyatukan diri dengan perjuangan Nasional Bangsa Indonesia. Nahdlatul Ulama secara sadar mengambil posisi aktif dalam proses perjuangan mencapai dan memperjuangkan kemerdekaan, serta ikut aktif dalam penyusunan UUD 1945. Keberadaan Nahdlatul Ulama yang senantiasa menyatukan diri dengan perjuangan bangsa, menempatkan Nahdlatul Ulama dan segenap warganya selalu aktif mengambil bagian dalam pembangunan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah SWT. Oleh karenanya, setiap warga Nahdlatul Ulama harus menjadi warga Negara yang senantiasa menjunjung tinggi Pancasila dan UUD 1945. Sebagai organisasi keagamaan, Nahdlatul Ulama merupakan bagian tak terpisahkan dari umat Islam Indonesia yang senantiasa berusaha memegang teguh prinsip persaudaraan (ukhuwwah), toleransi (at-tasamuh), kebersamaan dan hidup berdampingan dengan sesama warga negara yang mempunyai keyakinan/agama lain untuk bersama-sama mewujudkan citacita persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh dan dinamis. Sebagai organisasi yang mempunyai fungsi pendidikan Nahdlatul Ulama berusaha secara sadar untuk menciptakan warga Negara yang menyadari akan hak dan kewajibannya terhadap bangsa dan negara. Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah secara organisatoris tidak terikat dengan organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan manapun juga. Setiap warga Nahdlatul Ulama adalah warga negara yang mempunyai hak-hak politik yang dilindungi oleh undang-undang.
~103~
~Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga NU
Di dalam hal warga Nahdlatul Ulama menggunakan hakhak politiknya harus melakukan secara bertanggung jawab, sehingga dengan demikian dapat ditumbuhkan sikap hidup yang demokratis, konstitusional, taat hukum dan mampu mengembangkan mekanisme musyawarah, dan mufakat dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama. 9. Khatimah Khittah Nahdlatul Ulama merupakan landasan dan patokan dasar yang perwujudannya dengan izin Allah SWT, terutama tergantung kepada semangat pemimpin warga Nahdlatul Ulama. Jam’iyyah Nahdlatul Ulama hanya akan memperoleh dan mencapai cita-cita jika pemimpin dan warganya benarbenar meresapi dan mengamalkan Khittah Nahdlatul Ulama ini. Ihdinashiraathal Mustaqim. Hasbunallah Wani’mal Wakil, Ni’mal Maulaa Wani’man Nashir.
~104~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU~
BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH AL-WAQI’IYYAH NAHDLATUL ULAMA
~105~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA NOMOR: 005/MNU-33/VIII/2015 TENTANG BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH AL-WAQI’IYYAH NAHDLATUL ULAMA
بسم اهلل الرحمن الرحيم
MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA Menimbang : a. Bahwa menjadi tugas Muktamar sebagai forum tertinggi dalam organisasi Nahdlatul Ulama untuk membahas masalah-masalah yang berkembang di masyarakat dari sudut pandang ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat agar dapat menjadi pedoman dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kesejahteraan umat; b. Bahwa Nahdlatul Ulama sebagai perkumpulan atau Jam’iyah Diniyah Islamiyah yang bergerak di bidang agama, pendidikan, sosial, kesehatan, pemberdayaan ekonomi umat dan berbagai bidang yang mengarah kepada terbentuknya khaira ummah, perlu secara terus-menerus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas dan kuantitas khidmahnya dengan berdasarkan ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat; c. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a dan b tersebut di atas, Muktamar ke-33 perlu menetapkan Hasil Bahtsul Masail ad-Diniyah al-Waqi’iyah;
~106~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU~
Mengingat : a. Keputusan Muktamar XXVII Nahdlatul Ulama Nomor 002/ MNU-27/1984 jo. Keputusan Munas Alim Ulama Nomor II/ MAUNU/1401/4/1983 tentang Pemulihan Khittah Nahdlatul Ulama 1926; b. Keputusan Muktamar XXXIII Nahdlatul Ulama Nomor 001/ MNU-33/VIII/2015 Peraturan Tata Tertib Muktamar XXXIII; Memperhatikan : a. Khutbah Iftitah Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada pembukaan Muktamar ke 33 Nahdlatul Ulama tanggal 16 Syawal 1436 H/1 Agustus 2015 M; b. Laporan dan pembahasan Hasil Sidang Komisi Bahtsul Masail ad-Diniyah al-Waqi’iyah yang disampaikan pada Sidang Pleno III Muktamar pada tanggal 19 Syawal 1436 H./4 Agustus 2015 M. c. Ittifak Sidang Pleno III Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama pada tanggal 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M; Dengan senantiasa memohon taufiq, hidayah serta ridlo Allah SWT: MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA TENTANG BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH ALWAQI’IYYAH; Pertama : Isi beserta uraian perincian sebagaimana dimaksud oleh keputusan ini terdapat dalam naskah Hasil-hasil Bahtsul ~107~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
Masail ad-Diniyah al-Waqi’iyah sebagai pedoman dalam memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat dan mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kesejahteraan umat; Kedua : Mengamanatkan kepada Pengurus dan warga Nahdlatul Ulama untuk menaati segala Hasil-hasil Bahtsul Masail adDiniyah al-Waqi’iyah ini; Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal;
Ditetapkan di : Jombang, Jawa Timur Pada tanggal : 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M
MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA PIMPINAN SIDANG PLENO III
Drs. KH. Ahmad Ishomuddin, MAg Ketua
KH. Yahya Cholil Staquf Sekretaris
~108~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU~
HASIL SIDANG KOMISI BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH AL-WAQI’IYYAH
I. HUKUM MENGINGKARI JANJI BAGI PEMIMPIN PEMERINTAHAN Deskripsi : Dalam ajaran Islam, meminta jabatan merupakan hal yang tercela, lebih-lebih bagi orang yang tidak mempunyai kapabilitas yang memadai, karena jabatan merupakan amanah yang pasti dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. Namun, karena sifat ambisius dan rasa cinta kepada jabatan ajaran agama tersebut banyak diabaikan. Faktanya, untuk tujuan mendulang suara rakyat dalam masa kampanye para calon pemimpin pemerintahan baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif seringkali mengumbar beragam janji yang menggiurkan. Setelah jabatan itu tercapai, karena berbagai sebab belum tentu pemimpin pemerintahan itu mampu untuk menepati janji-janjinya, padahal janji adalah hutang yang harus ditepati. Sementara itu tidak ada mekanisme formal dari suatu institusi resmi yang mampu menagih janji-janji tersebut. Karena itu, acapkali rakyat pemilih merasa kecewa sehingga enggan menaatinya, padahal Islam mengajarkan agar pemimpin wajib ditaati.
~109~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
Pertanyaan: 1. Bagaimana status dan hukum janji yang disampaikan oleh pemimpin pada saat pencalonan untuk menjadi pejabat publik, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif ? 2. Bagaimana hukum mengingkari janji-janji tersebut? 3. Bagaimana hukum tidak menaati pemimpin yang tidak menepati janji?
Jawaban : 1. Status janji yang disampaikan oleh calon pemimpin pemerintahan / pejabat publik, baik eksekutif, legistatif maupun yudikatif dalam istilah fiqh ada yang masuk kategori al-wa’du (memberikan harapan baik) dan ada yang masuk kategori al-‘ahdu (komitmen). Adapun hukumnya dapat diperinci sebagai berikut : a. Apabila janji itu berkaitan dengan tugas jabatannya sebagai pemimpin rakyat baik yang berkaitan dengan program dan maupun pengalokasian dana, sedangkan ia menduga kuat bakal mampu merealisasikannya maka hukumnya mubah (boleh). Sebaliknya jika ia menduga kuat tidak akan mampu untuk merealisasikannya maka hukumnya haram (tidak boleh). b. Jika yang dijanjikan tersebut dari dana pribadi dan diberikan sebagai imbalan agar ia dipilih maka hukumnya haram, karena masuk dalam kategori janji riswah. 2. Apabila janji-janjinya tersebut sesuai dengan tugasnya dan tidak menyalahi prosedur maka wajib ditepati. 3. Pemimpin yang tidak menepati janji harus diingatkan meskipun, selama menjadi pemimpin yang sah tetap harus ditaati.
~110~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
Referensi : الموسوعة الفقهية الكويتية: [عهد]؛ التعريف :العهد يف اللغة الوصية ،يقال :عهد إليه إذا أوصاه ،والعهد :األمان واملوثق والذمة واليمني ،وكل ما عوهد اهلل عليه ،وكل ما بني العباد من املواثيق فهو عهد ،والعهد :العلم ،يقال :هو قريب العهد بكذا أي قريب العلم به ،وعهدي بك مساعدا للضعفاء :أين أعلم ذلك .وال خيرج املعىن االصطالحي عن املعىن اللغوي. احلكم التكليفي :أوجب اإلسالم الوفاء بالعهد ،والتزمه رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم يف مجيع عهوده حتقيقا لقوله تعاىل{:وأوفوا بعهد اهلل إذا عاهدمت} [سورة النحل ]91 :ونفى الدين عمن ال عهد له فقال صلى اهلل عليه وسلم :ال دين ملن ال عهد له [أخرجه أمحد] .ومن صور التزامه العهد وفاؤه بالوثيقة اليت عقدها لليهود عندما هاجر إىل املدينة، وصلح احلديبية وغريمها( .ج ، 31ص .)34-33 [الوعد] الوعد يدل على ترجية بقول والوعد يستعمل يف اخلري حقيقة ويف الشر جمازا والوعد العهد والعدة ليس فيها إلزام الشخص نفسه شيئا اآلن وإمنا هي كما قال ابن عرفة :إخبار عن إنشاء املخرب معروفا يف املستقبل والفرق بني ما يدل على االلتزام وما يدل على العدة هو ما يفهم من سياق الكالم وقرائن األحوال والظاهر من صيغة املضارع :الوعد مثل :أنا أفعل إال أن تدل قرينة على االلتزام كما يفهم من كالم ابن رشد وذلك مثل ما لو سألك مدين أن تؤخره إىل أجل كذا فقلت :أنا أؤخرك فهو عدة ولو قلت :قد أخرتك فهو التزام (.ج ،6ص )146 [عقد]؛ التعريف :العقد يف اللغة الربط والشد والضمان والعهد ..ويف االصطالح يطلق العقد على معنيني: المعنى العام :وهو كل ما يعقده (يعزمه) الشخص أن يفعله هو أو يعقد على غريه فعله على وجه إلزامه إياه كما يقول اجلصاص ،وعلى ذلك فيسمى البيع والنكاح وسائر عقود املعاوضات عقودا ألن كل واحد من طريف العقد ألزم نفسه الوفاء به؛ ومسي اليمني على املستقبل عقدا ألن احلالف ألزم نفسه الوفاء مبا حلف عليه من الفعل أو الرتك؛ وكذلك العهد واألمان؛ ألن معطيها قد ألزم نفسه الوفاء هبا ،وكذا كل ما شرط اإلنسان على نفسه يف شيء يفعله يف املستقبل فهو عقد ،وكذلك النذور وما جرى جمرى ذلك .ومن هذا اإلطالق العام قول األلوسي يف تفسري قوله تعاىل {أوفوا بالعقود} حيث قال :املراد هبا يعم مجيع ما ألزم اهلل عباده وعقد عليهم من التكاليف واألحكام الدينية وما يعقدونه فيما بينهم من عقود األمانات واملعامالت وحنومها مما جيب الوفاء به. المعنى الخاص :وهبذا املعىن يطلق العقد على ما ينشأ عن إرادتني لظهور أثره الشرعي يف احملل ،قال اجلرجاين :العقد ربط أجزاء التصرف باإلجياب والقبول .وهبذا املعىن عرفه الزركشي بقوله :ارتباط اإلجياب بالقبول االلتزامي كعقد البيع والنكاح وغريمها( .ج ،30ص )199 – 198 [إخالف] التعريف :من معاين اإلخالف يف اللغة عدم الوفاء بالعهد ،قال الزجاج :والعقود أوكد من العهود إذ العهد ~~111
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
صلَه به كما يعقد احلبل باحلبل .وال خيرج إلزام والعقود إلزام على سبيل اإلحكام واالستيثاق ،من َ «ع َق َد الشيء بغريه»َ :و َ استعمال الفقهاء عن املعىن اللغوي املذكور. احلكم التكليفي :لإلخالف—علىالتفرقة بني العهد والوعد—يكون إخالف العهد حراما ،أما اإلخالف بالوعد فقد قال النووي :وقد أمجع العلماء على أن من وعد إنسانا شيئا ليس مبنهي عنه فينبغي أن يفي بوعده ،وهل ذلك واجب أم مستحب؟ فيه خالف بينهم ،ذهب الشافعي وأبو حنيفة واجلمهور إىل أنه مستحب فلو تركه فاته الفضل وارتكب املكروه كراهة تنزيه شديدة ولكن ال يأمث ،وذهب مجاعة إىل أنه واجب ،قال اإلمام أبو بكر بن العريب املالكي :أجل من ذهب إىل هذا املذهب عمر بن عبد العزيز ،قال :وذهبت املالكية مذهبا ثالثا أنه إن ارتبط الوعد بسبب كقوله: تزوج ولك كذا أو احلف أنك ال تشتمين ولك كذا أو حنو ذلك وجب الوفاء ،وإن كان وعدا مطلقا مل جيب ،واستدل من مل يوجبه بأنه يف معىن اهلبة واهلبة ال تلزم إال بالقبض عند اجلمهور ،وعند املالكية :تلزم قبل القبض .هذا ،وإن من وعد ويف نيته اإلخالف فهو آمث قطعا ،ويصدق عليه أنه على شعبة من النفاق لقوله صلى اهلل عليه وسلم« :آية املنافق ثالث ،إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا اؤمتن خان»( .اجلزء ،2ص.)326-325 تفسير الطبري وأَوفُوا بِعه ِد اللَّ ِه إِ َذا عاه ْد ُت وَل تـنـ ُقضوا ْال َْيا َن بـع َد تـوكِ ِ يد َها َوقَ ْد َج َع ْلتُ ُم اللَّهَ َعلَْي ُك ْم َك ِف ًيل إِ َّن اللَّهَ يـَْعلَ ُم َما َ َ ْ َ َْ ُ َ ْ َْ َ َْ َْ تـَْف َعلُو َن ()91 والصواب من القول يف ذلك أن يقال :إن اهلل تعاىل أمر يف هذه اآلية عباده بالوفاء بعهوده اليت جيعلوهنا على أنفسهم، حبق مما ال يكرهه اهلل .وجائز أن تكون وهناهم عن نقض األميان بعد توكيدها على أنفسهم آلخرين بعقود تكون بينهم ّ نزلت يف الذين بايعوا رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم بنهيهم عن نقض بيعتهم حذرا من قلة عدد املسلمني وكثرة عدد املشركني ،وأن تكون نزلت يف الذين أرادوا االنتقال حبلفهم عن حلفائهم لقلة عددهم يف آخرين لكثرة عددهم ،وجائز أن تكون يف غري ذلك .وال خرب تـَثْبُت به احلجة أهنا نزلت يف شيء من ذلك دون شيء ؛ وال داللة يف كتاب وال حجة ِ ن هبا ،وال قول يف ذلك أوىل باحلق مما قلنا لداللة ظاهره عليه ،وأن اآلية كانت قد نزلت لسبب من عقل ّ أي ذلك عُ َ كل ما كان مبعىن السبب الذي نزلت فيه(.ج / 17ص)282 يف ا عام هبا احلكم ويكون األسباب، ًّ ّ إحياء علوم الدين مث إذا فهم مع ذلك اجلزم يف الوعد فال بد من الوفاء إال أن يتعذر ،فإن كان عند الوعد عازماً على أن ال يفي فهذا هو النفاق .وقال أبو هريرة :قال النيب صلى اهلل عليه وسلم « ثالث من كن فيه فهو منافق،وإن صام وصلى وزعم أنه مسلم :إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا ائتمن خان وقال عبد اهلل بن عمرو رضي اهلل عنهما :قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم« :ربع من كن فيه كان منافقاً ومن كانت فيه خلة منهن كان فيه خلة من النفاق حىت يدعها :إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا عاهد غدر وإذا خاصم فجر» ،وهذا ينزل على عزم اخللف أو ترك الوفاء من غري عذر ،فأما من عزم على الوفاء فعن له عذر منعه من الوفاء مل يكن منافقاً وإن جرى عليه ما هو صورة النفاق ،ولكن ~~112
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
ينبغي أن حيرتز من صورة النفاق أيضاً كما حيرتز من حقيقته ،وال ينبغي أن جيعل نفسه معذوراً من غري ضرورة حاجزة فقد روي أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم كان وعد أبا اهليثم بن التهيان خادماً؛ فأتى بثالثة من السىب فأعطى اثنني وبقي واحداً ،فأتت فاطمة رضي اهلل عنها تطلب منه خادماً وتقول :أال ترى أثر الرحى بيدي؟ فذكر موعده أليب اهليثم فجعل يقول «:كيف مبوعدي أليب اهليثم؟ » فآثره به على فاطمة -ملا كان قد سبق من موعده له -مع أهنا كانت تدير الرحى بيدها الضعيفة ..وقد قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم « :ليس اخللف أن يعد الرجل الرجل ويف نيته أن يفي » ،ويف لفظ آخر «:إذا وعد لرجل أخاه ويف نيته أن يفي فلم جيد ،فال إمث عليه »( .ج ،2 .ص)329 . الحديث الشريف وعن أيب هريرة رضي اهلل عنه قال :قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم«:ثالثة ال يكلمهم اهلل يوم القيام وال ينظر إليهم وال يزكيهم وهلم عذاب أليم :رجل على فضل ماء بالفالة مينعه من ابن السبيل; ورجل بايع رجال بسلعة بعد العصر فحلف له باهلل :ألخذها بكذا وكذا ،فصدقه وهو على غري ذلك; ورجل بايع إماما ال يبايعه إال للدنيا ،فإن أعطاه منها وىف وإن مل يعطه منها مل يف » .متفق عليه. كشاف اصطالحات الفنون والعلوم الر ّشوة بالكسر ما يعطيه رجل شخصا حاكما أو غريه ليحكم له أو حيمله على ما يريد( .ج ،1ص.)863 األشباه والنظائر [القاعدة اخلامسة تصرف اإلمام على الرعية منوط باملصلحة] هذه القاعدة نص عليها الشافعي وقال « :منزلة اإلمام من الرعية منزلة الويل من اليتيم » ،قلت :وأصل ذلك ما أخرجه سعيد بن منصور يف سننه قال :حدثنا أبو األحوص عن أيب إسحاق عن الرباء بن عازب قال :قال عمر رضي اهلل عنه « :إين أنزلت نفسي من مال اهلل مبنزلة وايل اليتيم، إن إحتجت أخذت منه فاذا أيسرت رددته ،فان استغنيت استعففت» . ومن فروع ذلك .. :أنه ال جيوز له أن يقدم يف مال بيت املال غري األحوج على األحوج.قال السبكي يف فتاويه :فلو مل يكن إمام فهل لغري األحوج أن يتقدم بنفسه فيما بينه وبني اهلل تعاىل إذا قدر على ذلك؟ ملت إىل أنه ال جيوز. واستنبطت ذلك من حديث « :إمنا أنا قاسم واهلل املعطي » .قال :ووجه الداللة أن التمليك واإلعطاء إمنا هو من اهلل تعاىل ال من اإلمام ،فليس لإلمام أن ميلك أحدا إال ما ملكه اهلل ،وإمنا وظيفة اإلمام القسمة ،والقسمة ال بد أن تكون بالعدلومن العدل تقدمي األحوج والتسوية بني متساوي احلاجات ،فإذا قسم بينهما ودفعه إليهما علمنا أن اهلل ملكهما قبل الدفع(.ج ،1ص .)122 - 121
~~113
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
الحديث الشريف َي ِْ ِ ِ َعن طَا ِرِق بْ ِن ِشه ٍ اب ،أ َّ ال: ض ُل؟ قَ َ ض َع ِر ْجلَهُ ِف الْغَْرِز ،أ ُّ ال َهاد أَفْ َ صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َوقَ ْد َو َ َن َر ُج ًل َسأ ََل النِ َّ َّب َ َ ْ « َكلِمةُ ح ٍّق ِعْن َد س ْلطَ ٍ ان َجائٍِر» .حديث صحيح أخرجه السنن الكربى للنسائي. َ َ ُ األحكام السلطانية للماوردي فصل :واجبات األمة حنو اخلليفة .واذا قام االمام مبا ذكرناه من حقوق األمة فقد أدى حق اهلل تعاىل فيما هلم وعليهم، ووجب له عليهم حقان الطاعة والنصرة مامل يتغري حاله( .ص)42 . الفقه اإلسالمي وأدلته: وال جيوز اخلروج عن الطاعة بسبب أخطاء غري أساسية ال تصادم نصا قطعيا سواء أكانت باجتهاد أم بغري اجتهاد حفاظا على وحدة األمة وعدم متزيق كياهنا أو تفريق كلماهتا ،قال عليه الصالة والسالم«:ستكون هنات وهنات— أىغرائب وفنت وأمور حمدثات—فمنأراد أن يفرق أمر هذه األمة وهى مجيع فاضربوه بالسيف كائنا من كان » .وقال عليه الصالة والسالم أيضا« :من أتاكم وأمركم مجيع على رجل واحد ،يريد أن يشق عصاكم أو يفرق مجاعتكم فاقتلوه» ، « أميا رجل خرج يفرق بني أمىت فاضربوا عنقه» ،روامها مسلم عن عرفجة -إىل أن قال -وإذا أخطأ احلاكم خطأ غري أساسى ال ميس أصول الشريعة وجب على الرعية تقدمي النصح له باللني واحلكمة واملوعظة احلسنة ،قال عليه الصالة والسالم«:الدين النصيحة» ،قلنا :ملن يا رسول اهلل؟ قال «:هلل ولرسوله ولكتابه وألئمة املسلمني وعامتهم» ،وقد خص رسول اهلل على إسداء النصح واجملاهرة بقول احلق فقال« :أفضل اجلهاد كلمة حق عند سلطان جائر» « ،من رأى منكم منكرا فليغريه بيده ،فإن مل يستطع فبلسانه ،فإن مل يستطع فبقلبه ،وذلك أضعف اإلميان » ،فإن مل ينتصح وجب الصرب لقوله عليه الصالة والسالم « :من رأى من أمريه شيأ فكره فليصرب فإنه ليس أحد يفارق اجلماعة شربا، فيموت إال مات ميتة جاهلية» (.ج ،6ص)705-703
~~114
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU~
II. HUKUM ASURANSI BPJS Deskripsi : BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) adalah badan hukum yang dibentuk dengan UndangUndang untuk menyelenggarakan program jaminan sosial yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014. Adapun azas asuransi BPJS adalah kemanusiaan, manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan prinsip: kegotong-royongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan wajib dan dana amanat. Dan program-programnya, meliputi : jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib ~115~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran. Adapun iuran peserta yang bukan pekerja adalah sebesar: Rp.25.500, Rp.42.500, dan Rp.59.500 sesuai dengan kelasnya masing- masing. Adapun bagi anggota yang terlambat membayar iuran, maka: Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Pekerja Penerima Upah dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan, yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak oleh Pemberi Kerja. BPJS berwenang menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang. Investasi bertujuan untuk pengembangan aset, tentunya dengan ketentuan yang disepakati. Instrumen investasi dana dialokasikan di berbagai lini, diantaranya : saham di bursa efek, real estate, tanah, bangunan dan alokasi investasi lainya.
Pertanyaan: 1. Bagaimana hukum setoran BPJS di bank konvensional ?
2. Apakah konsep Jaminan Kesehatan Nasional dan BPJS sesuai dengan syariah Islam? 3. Bolehkah pemerintah mewajibkan keikutsertaan rakyat pada program BPJS ? 4. Apakah boleh pemerintah menerapkan denda kepada peserta atas keterlambatan membayar iuran yang di sepakati ? 5. Bagaimana hukum investasi dana yang dilakukan oleh BPJS di berbagai sektor ? ~116~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU~
Jawaban : 1. Selama ini dana BPJS disetorkan di bank konvensional, dalam Keputusan Munas Alim Ulama di Bandar Lampung Pada Tanggal 16-20 Rajab 1412 H/21-25 Januari 1992 M telah diputuskan bahwa menurut NU hukum bank konvensional adalah khilaf : halal, mubah, syubhat. 2. BPJS sesuai dengan syariat islam dan masuk dalam aqad ta’awun 3. Pemerintah boleh mewajibkan kepada semua warga negara mengikuti program BPJS, dengan catatan bagi yang miskin biaya ditanggung oleh pemerintah. 4. Boleh bagi yang mampu membayar 5. Pada dasarnya investasi diperbolehkan demi memenuhi kebutuhan dana kesehatan, namun jika investasi pada sektor yang jelas haramnya atau masih diragukan kehalalannya maka hukumnya haram.
Referensi : 1. Al-Qur’an (2 : (( َوت َ َع َاونُو ْا ع ََل الرب والتقوى َو َال ت َ َع َاونُو ْا ع ََل اإلمث والعدوان )) ( املائدة 2. Hadits (( املُؤْ ِم ُن للْ ُمؤْ ِم ِن َكل ُبنْيَ ِان ي َُش ُّد ب َ ْعضُ ُه: - صىل هللا عليه وسمل- قَا َل َر ُسول هللا: قَا َل، - ريض هللا عنه- عن أَيب موىس- ) 2585( 20/8 ومسمل، ) 2446 ( 169/3 البخاري. ُمتَّ َفقٌ عَلَي ِه. ب َ ْعضَ اً )) و�شبَّ َك ب َ ْ َي َأصا ِب ِع ِه نني يف ت ََواد ِ ِّْه وتَ َر ُاح ْهم َ (( َمث َُل املُؤْ ِم: - صىل هللا عليه وسمل- قَا َل َر ُسول هللا: قَا َل، عن النعامن بن بشري ريض هللا عهنام- ومسمل، ) 6011( 11/8 البخاري. َمث َُل اجلَ َس ِد ِإ َذا ا�شْتَ َك ِمنْ ُه عُضْ ٌو ت َدَ اعَى َ ُل َسائِ ُر اجلَ َس ِد ِب َّلسهَ ِر واحلُ َّمى )) ُمتَّ َفقٌ عَلَي ِه، َوت َ َع ُاط ِف ْهم ) 2586 ( 20/8 ~117~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
ول َّ ِ -ع َِن النُّ ْع َم ِان ْب ِن ب َِش ٍري ،قَا َل :قَا َل َر ُس ُ ُون َك َر ُجلٍ َوا ِح ٍد إ ِِن ا�شْتَ َك َر ْأ ُس ُه ،ت َدَ اعَى َسائِ ُر الل َص َّل َّ ُ الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل )) :الْ ُمؤْ ِمن َ السهَ ِر(( أخرجه مسمل ( ، 2000/4رمق )2586 الْ َج َس ِد ِبلْ ُح َّمى َو َّ -وعن أَيب موىس -ريض هللا عنه ، -قَا َل :قَا َل رسول هللا -صىل هللا عليه وسمل َّ (( : -إن ْ يِّني ِإ َذا ْأر َملُوا يف الغ َْز ِو األش َع ِر َ ابلس ِوي َّ ِة فَه ُْم ِم ِّن َوأنَ ِمنْ ُ ْم )) متفقٌ عَلَ ْي ِه ،أَ ْو قَ َّل َط َعا ُم ِع َيا ِله ِْم ابملَد ِينَ ِة َ َ ،ج ُعوا مَا َك َن ِع ْندَ ُ ْه يف ث َ ْو ٍب َوا ِح ٍد َّ ُ ،ث ا ْقت َ َس ُمو ُه بَيْنَ ُ ْم يف إنَ ٍء َواح ٍد َّ (أخرجه :البخاري ،) 6842 ( 181/3ومسمل ) 2500 ( 171/7 َ -ح َّدثَنَا أَبُو عَا ِم ٍر ْ َال ْش َع ِر ُّي َوأَبُو ُك َريْ ٍب َ ِجي ًعا ع َْن أَ ِب ُأ َسا َم َة قَا َل أَبُو عَا ِم ٍر َح َّدثَنَا أَبُو ُأ َسا َم َة َح َّدث َ ِن ُب َريْدُ ْب ُن َع ْب ِد ِ هللا ْب ِن أَ ِب ُب ْر َد َة ُوس قَا َل قَا َل َر ُس ُ ول ِ يِّني ِإ َذا أَ ْر َملُوا ِف الْغ َْز ِو أَ ْو قَ َّل َط َعا ُم ِع َيا ِله ِْم ِبلْ َم ِدينَ ِة َ َج ُعوا مَا َك َن ِع ْندَ ُ ْه ِف ع َْن َج ِّد ِه أَ ِب ُب ْر َد َة ع َْن أَ ِب م َ هللا إ َِّن ْ َال ْش َع ِر َ َ ث َ ْو ٍب َوا ِح ٍد ُ َّث ا ْقت َ َس ُمو ُه بَيْنَ ُ ْم ِف إِنَ ٍء َوا ِح ٍد ِب َّلس ِوي َّ ِة فَه ُْم ِم ِّن َوأنَ ِمنْ ُ ْم (حصيح مسمل ج 12ص )300 يِّنيَ ،وفَ ِض َيل اهممَ .و ِف َه َذا الْ َح ِديث فَ ِض َيل ْ َال ْش َع ِر َ -قَ ْوهل( :إ َِّن ْ َال ْش َع ِر َ يِّني ِإ َذا أَ ْر َملُوا ِف الْغ َْزو إ َِل آ ِخره) َم ْع َن (أَ ْر َملُوا) فَ ِ َن َط َع ْ شء ِع ْند ِقلَّهتَا ِف الْ َح َضَّ ُ ،ث ي َ ْق ِسمَ ،ولَي َْس الْ ُم َراد بِ َ َذا الْ ِق ْس َمة الْ َم ْع ُروفَة الس َفرَ ،وفَ ِض َيل َجْعهَا ِف َ ْ ْالِيثَار َوالْ ُم َو َاساةَ ،وفَ ِض َيل َخلْط ْ َال َزْواد ِف َّ ْ ْ ْ اهتم ِبل َم ْو ُجو ِد( .رشح ِف ُكتُب الْ ِف ْقه ب ُ ُ ضهم ب َ ْعضً ا َوم َُو َاس ْ ِشو ِطهَاَ ،و َمنَ َعهَا ِف ِّالرب َ ِو َّيتَ ،و ْاش ِتَاط ال ُم َو َاساة َوغ َ ْيهَاَ ،و ِإن َّ َما ال ُم َراد ُهنَا إ َِب َحة ب َ ْع ْ مسمل للنووي ج 8ص)270 -قَا َل :قَا َل َر ُسولِ ِ َس ع ََل هللا« :م َْن نَفَّ َس ع َْن مُؤْ ِم ٍن ُك ْرب َ ًة ِم ْن ُك َر ِب ادلُّ ن ْ َيا ،نَفَّ َس ّ ُ الل َع ْن ُه ُك ْرب َ ًة ِم ْن ُك َر ِب ي َ ْو ِم الْ ِقيَا َم ِةَ .وم َْن ي َّ َ الل ِف ع َْو ِن الْ َع ْب ِد مَا َك َن الْ َع ْبدُ ِف ع َْو ِن أَ ِخيهِ. ً ِ ِ ِ ِ ِ الل ِف ادلُّ ن ْ َيا َواآلخ َرةَ .و ّ ُ الل عَلَ ْي ِه ِف ادلُّ ن ْ َيا َواآلخ َرةَ .وم َْن َس َ َت م ُْسلامَ ،س َ َت ُه ّ ُ َس ّ ُ ُم ْع ِ ٍ س ،ي َّ َ (حصيح مسمل ج 17ص )19 3. Tafsir al-Baghawi { َوت َ َع َاونُوا } أي :ليعني بعضمك بعضا { ،ع ََل الْ ِ ِّب َوالتَّ ْق َوى } قيل :الرب متابعة األمر ،والتقوى جمانبة الهن�ي ،وقيل :الرب :اإلسالم ،والتقوى: اإلث َوالْ ُعدْ َو ِان } قيل :اإلمث :الكفر ،والعدوان :الظمل ،وقيل :اإلمث :املعصية ،والعدوان :البدعة( .اجلزء الثاين ،ص)9 . ال�سنةَ { ،وال ت َ َع َاونُوا ع ََل ْ ِ 4. Al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh أما التأمني التعاوين :فهو أن يتفق عدة أشخاص عىل أن يدفع لك مهنم اشرتااكً معيناً ،لتعويض األرضار اليت قد تصيب أحدمه إذا حتقق خطر معني .وهو قليل التطبيق يف احلياة العملية (.الفقه اإلساليم وأدلته ()101/5 الفقه اإلساليم وأدلته ()108/5 ً موقف الفقه اإلساليم من التأمني :ال شك كام تبني سابقا يف جواز التأمني التعاوين يف منظار الفقهاء املسلمني املعارصين؛ ألنه يدخل يف عقود التربعات ،ومن قبيل التعاون املطلوب رشعاً عىل الرب واخلري؛ ألن لك مشرتك يدفع اشرتاكه بطيب نفس ،لتخفيف آاثر اخملاطر وترممي األرضار اليت تصيب أحد املشرتكني ،أ ًاي اكن نوع الرضر ،سواء يف التأمني عىل احلياة ،أو احلوادث اجلسدية ،أو عىل األ�شياء بسبب احلريق أو الرسقة أو موت احليوان ،أو ضد املسؤولية من حوادث السري ،أو حوادث العمل ،وألنه ال ي�سهتدف حتقيق األرابح .وعىل هذا األساس نشأت ~~118
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
رشاكت التأمني التعاوين يف السودان وغريه ،وجنحت يف هماهما وأعاملها ،ابلرمغ من وصف القانونيني لها بأهنا بدائية. الفقه اإلساليم وأدلته ()102 /5 وأما التأمني بقسط اثبت :فهو أن يلزتم املؤمَّن هل بدفع قسط حمدد إىل املؤ ِّمن :وهو رشكة التأمني املكونة من أفراد املسامهني ،يتعهد (أي املؤمن) مبقتضاه دفع أداء معني عند حتقق خطر معني .وهو النوع السائد اآلن .ويدفع العوض إما إىل م�ستفيد معني أو إىل خشص املؤمن أو إىل ورثته ،فهو عقد معاوضة ملزم للطرفني. والفرق بني النوعني :أن اذلي يتوىل التأمني التعاوين ليس هيئة م�ستقةل عن املؤمن هلم ،واليسعى أعضاؤه إىل حتقيق رحب ،وإمنا يسعون إىل ختفيف اخلسائر اليت تلحق بعض األعضاء .أما التأمني بقسط اثبت فيتواله املؤمن (أي الرشكة املسامهة) اذلي هيدف إىل حتقيق رحب ،عىل حساب املشرتكني املؤمن هلم .وكون املؤمن هل قد اليأخذ شيئاً يف بعض األحيان الخيرج التأمني من عقود املعاوضات ،ألن من طبيعة العقد الاحامتيل أال حيصل فيه أحد العاقدين عىل العوض أحيا ًان. 5. Tuhfah al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj حتفة احملتاج يف رشح املهناج ج 10ص 264 (قَ ْو ُ ُل َو َ َب َث ْ ِال�سْنَ ِو ِّي أَ َّن ُ َّ ص َح ِبلتَّ َع ِّدي َّالرا ِف ِع ُّي ِف َب ِب ِقتَالِ ك مَا أَم ََر ُ ْه ِب ِه ِم ْن َ ْن ِو َصدَ قَ ٍة َو ِع ْت ٍق َي ُِب َك َّلص ْو ِم إلَخْ ) َوه َُو الْ ُم ْعتَ َمدُ فَ َقدْ َ َّ َ ْ َ ْ َ ْ ِ َ ْ ُ ْ ِ ِ ش ٌء ِم َّما يُ ْعتَ َ ُب َّث ل ِز َم ُه الْ ُبغَا ِة َوع ََل َه َذا فَ ْ َال ْو َج ُه أَ َّن ال ُمتَ َو َّج َه عَل ْيه ُو ُج ُ وب َّ الصدَ قَة ِبل ْم ِر ال َمذكورِ م َْن ُ َي َاط ُب ب َِز َكة ال ِف ْط ِر فَ َم ْن فَضَ َل َع ْن ُه َ ْ التَّ َصد ُُّق َع ْن ُه ب َِأقَ ِّل ُمتَ َم َّولٍ َه َذا ْإن ل َ ْم يُ َع ِّ ْي َ ُل ْ ِالمَا ُم قَدْ ًرا ،فَإ ِْن ع َّ ََي َذ ِ َل ع ََل ُ ِّ ك إن ْ َس ٍان فَ ْ َالن ْ َس ُب ِب ُع ُمو ِم َ َك ِمه ِْم لُ ُزو ُم َذ ِ َل الْقَدْ رِ الْ ُم َع َّ ِي لَ ِك ْن ارِب الْ َواجِ َب ِف َزَك ِة الْ ِف ْط ِر ُقد َِّر بِ َا أَ ْو ِف ي َ ْظه َُر ت َ ْقيِيدُ ُه ِب َما إ َذا فَضَ َل َذ ِ َل الْ ُم َع َّ ُي ع َْن ِك َفاي َ ِة الْ ُع ُم ِر الْغَا ِل ِب َو ُ ْيتَ َم ُل أَ ْن يُقَا َل ْإن َك َن الْ ُم َع َّ ُي يُقَ ُ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ُ أَ َح ِد ِخ َصالِ ْال َكفَّ َار ِة ُق ِّد َر بِ َاَ ,وإ ِْن زَا َد ع ََل َذ ِ َل ل َ ْم َي ِْبَ ،وأَ َّما الْ ِع ْت ُق فَ ُي ْحتَ َم ُل أَ ْن يُ ْعتَ َ َب ِبلْ َح ِّج َو ْال َكفَّ َارة فَ َح ْيث ل ِز َم ُه ب َ ْي ُع ُه ِف أ َحد َها ل ِز َم ُه ع ْت ُق ُه ون ِب َما يُوجِ ُب الْ ِع ْت َق ِف ْال َكفَّ َار ِة) َك َذا م ََّر وس َ ش ُح م ََّر (قَ ْو ُلُ :الْ ُم ِ ُ إ َذا أَم ََر ُه ِب ِه ْ ِالمَا ُم َ ْ 6. Fath al Mu`in فتح املعني مع إعانة الطالبني ()182/4 (ودفع رضر معصوم) من مسمل وذيم وم�ستأمن جائع مل يصل حلاةل اإلضطرار أو عار أو حنوهام واخملاطب به لك مورس مبا زاد عىل كفاية �سنة هل وملمونة عند احتالل بيت املال وعدم وفاء زاكة (قوهل ودفع رضر معصوم) ( .....وقوهل مل يصل حلاةل الاضطرار) أما إذا وصل إلهيا فيجب إطعامه عىل لك من عمل به ولو مل يزد ما عنده عن كفاية �سنة وإن اكن حيتاجه عن قرب (قوهل أو عار) معطوف عىل جائع (قوهل أو حنوهام) أي حنو اجلائع والعاري مكريض (قوهل واخملاطب به) أي بدفع الرضر معن ذكر (قوهل مبا زاد) متعلق مبورس (قوهل عند اختالف اخل) متعلق ابخملاطب أي أن اخملاطب بدفع الرضر املورسعند عدم انتظام بيت املال وعدم وفاء الزاكة أو حنوها بكفايته فإن مل خيتل ما ذكر أو وقت الزاكة هبا ال يكون املورس هو اخملاطب به بل يكون دفع رضره من بيت املال أو من الزاكة.
~~119
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
7. Bughyah al-Mustarsyidin بغية املسرتشدين لل�سيد ابعلوي احلرضيم ص253 : (مسأةل :ك) :من احلقوق الواجبة رشعاً عىل لك غين وحده من مكل زايدة عىل كفاية �سنة هل وملمونه سرت عورة العاري وما يقي بدنه من مبيح تميم ،وإطعام اجلائع ،وفك أسري مسمل ،وكذا ذيم بتفصيهل ،وعامرة سور بدل ،وكفاية القامئني حبفظها ،والقيام بشأن انزةل نزلت ابملسلمني وغري ذكل ،إن مل تندفع بنحو زاكة ونذر وكفارة ووقف ووصية وسهم املصاحل من بيت املال لعدم يشء فيه أو منع متوليه ولو ظلامً ،فإذا قرص األغنياء عن تكل احلقوق هبذه القيود جازه للسلطان األخذ مهنم عند وجود املقتىض ورصفه يف مصارفه. بغية املسرتشدين لل�سيد ابعلوي احلرضيم ص251: (مسأةل :ك) :عني السلطان عىل بعض الرعية شيئاً لك �سنة من حنو درامه يرصفها يف املصاحل إن أدّوه عن طيب نفس ال خوفاً وحياء من السلطان أو غريه جاز أخذه ،وإال فهو من ألك أموال الناس ابلباطل ،ال حيل هل الترصف فيه بوجه من الوجوه ،وإرادة رصفه يف املصاحل ال تصريه حال ًال. بغية املسرتشدين لل�سيد ابعلوي احلرضيم ص271 (مسأةل :ي) :أرزاق القضاة كغريمه من القامئني ابملصاحل العامة من بيت املال ،يعطى لك مهنم قدر كفايته الالئقة من غري تبذير ،فإن مل يكن أو ا�ستولت عليه يد عادية ألزم بذكل مياسري املسلمني ،ومه من عنده زايدة عىل كفاية �سنة ،وال جيوز أخذ يشء من املتداعيني ،أو ممن حيلفه أو يعقد هل الناكح، بغية املسرتشدين لل�سيد ابعلوي احلرضيم ص142: (مسأةل :ك) :جيب امتثال أمر اإلمام يف لك ما هل فيه والية كدفع زاكة املال الظاهر ،فإن مل تكن هل فيه والية وهو من احلقوق الواجبة أو املندوبة جاز ادلفع إليه والا�ستقالل برصفه يف مصارفه ،وإن اكن املأمور به مباحاً أو مكروهاً أو حراماً مل جيب امتثال أمره فيه كام قاهل (م ر) وتردد فيه يف التحفة ،مث مال إىل الوجوب يف لك ما أمر به اإلمام ولو حمرماً لكن ظاهراً فقط ،وما عداه إن اكن فيه مصلحة عامة وجب ظاهراً وابطناً وإال فظاهراً فقط أيضاً ،والعربة يف املندوب واملباح بعقيدة املأمور ،ومعىن قوهلم ظاهراً أنه ال يأمث بعدم الامتثال ،ومعىن ابطناً أنه يأمث اه .قلت :وقال ش ق :واحلاصل أنه جتب طاعة اإلمام فامي أمر به ظاهراً وابطناً مما ليس حبرام أو مكروه ،فالواجب يتأكد ،واملندوب جيب ،وكذا املباح إن اكن فيه مصلحة كرتك رشب التنباك إذا قلنا بكراهته ألن فيه خسة بذوي الهيئات ،وقد وقع أن السلطان أمر انئبه بأن ينادي بعدم رشب الناس هل يف األسواق والقهاوي ،خفالفوه ورشبوا فهم العصاة ،وحيرم رشبه اآلن امتثا ًال ألمره ،ولو أمر اإلمام بيشء مث رجع ولو قبل التلبس به مل يسقط الوجوب اه. 8. Qurrah al-‘Ain قرة العني لل�شيخ حسني املغريب املاليك ص332 : (م�سئةل) قال ال�شيخ التنبكيت ىف تمكيل ادليباج آخر ترمجة العالمة ال�شيخ ابراهمي بن موىس بن محمد اللخمي الغرانطي ابو احساق الشهري ابلشاطيب ما نصه :واكن صاحب الرتمجة ممن يرى جواز رضب اخلراج عىل الناس عند ضعفهم وحاجاهتم لضعف بيت املال عن القيام مبصاحل الناس كام وقع لل�شيخ املالقي ىف كتاب الورع قال توظيف اخلراج عىل املسلمني من املصاحل املرسةل والشك عندان ىف جوازه وظهور مصلحته ~~120
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
ىف بالد الاندلس ىف زماننا اآلن لكرثة احلاجة ملا يأخذه العدو من املسلمني سوى ما حيتاج اليه الناس وضعف بيت املال الىن عنه فهذا يقطع جبوازه اآلن ىف الاندلس وامنا النظر ىف القدر احملتاج اليه من ذكل وذكل موكول اىل الامام .....واكن خراج بناء السور ىف بعض مواضع الاندلس ىف زمانه موظفا عىل اهل املوضع ف�سئل عنه امام الوقت ىف الفتيا ابالندلس الا�ستاذ الشهري ابو سعيد بن لب فافىت انه الجيوز واليسوغ وافىت صاحب الرتمجة بسوغه مستندا فيه اىل املصلحة املرسةل معمتدا ىف ذكل اىل قيام املصلحة الىت ان مل يقم هبا الناس فيعطوهنا من عندمه ضاعت وقد تلكم عىل امل�سئةل الامام الغزايل ىف كتابه فا�ستوىف ووقع البن الفراء ىف ذكل مع سلطان وقته وفقهائه الكم مشهور النطيل به اه . 9. Al-Furuq [القرايف :الفروق ج 4ص]8 (( الفرق بني قاعدة ما يضمن ابلطرح من السفن وقاعدة ما ال يضمن )) قال ماكل« :إذا طرح بعض امحلل للهول شارك أهل املطروح من مل يطرح هلم يف متاعهم ،واكن ما طرح وسمل مجليعهم يف منائه ونقصه بمثنه يوم الرشاء إن اشرتوا من موضع واحد ،بغري حماابة ،ألهنم صانوا ابملطروح ما هلم ،والعدل عدم اختصاص – أي عدم حتمهل هل وحده – أحدمه ابملطروح ،إذ ليس أحدمه بأوىل من اآلخر ،وهو بسبب سالمة مجيعهم» Al-‘Inayah Syarh al-Hidayah
10.
العناية رشح الهداية 297/ 12 - قال املريغيناين َ :و ِ َل َّن الْ َم ْق ُصو َد ِبلْ َع ْق ِد ه َُو التَّ ْع ِو ُيض ِللْ َعا َد ِة ِ َل َّن الْ َعا َد َة َّ الظا ِه َر َة أَ َّن ْ ِالن ْ َس َان يُ ْدَ ى َإل م َْن فَ ْوقَ ُه ل َ َي ُصون َ ُه ِ َبا ِه ِه َ ،وإ َِل م َْن ُدون َ ُه ِل َيخْدُ َم ُه َ ،وإ َِل م َْن ي َُسا ِوي ِه ِل ُي َع ِّوضَ ُه َ ،و ِإ َذا ت ََط َّر َق الْ َخلَ ُل ِفمي َا ه َُو الْ َم ْق ُصو ُد ِم ْن الْ َع ْق ِد يَتَ َمكَّ ُن الْ َعا ِقدُ ِم ْن الْ َف ْس ِخ َكلْ ُمشْ َتِي إ َذا َو َجدَ ِبلْ َمبِيع ِ َع ْي ًبا ( فَتَثْب ُُت َ ُل ِو َلي َ ُة الْ َف ْس ِخ ِع ْندَ فَ َو ِات الْ َم ْق ُصو ِد إ ْذ الْ َعقْدُ ي َ ْقبَ ُ ُل Raudlah al-Thalibin
11.
روضة الطالبني 384 / 5 - أن الهبة مقيدة بنفي الثواب وإثباته ومطلقة ومىض الالكم يف املقيدة وفرعناها عىل املذهب واذلي قطع به امجلهور وهو حصهتا وقيل إهنا ابطةل إذا أوجبنا الثواب يف املطلقة ألنه رشط خيالف مقتضاها وأما القسم الثاين ويه املطلقة فينظر إن وهب األعىل لألدىن فال ثواب ويف عكسه قوالن أظهرهام عند امجلهور ال ثواب والثاين جيب الثواب فعىل هذا هل ( هو ) قدر قمية املوهوب أم ما يرىض به الواهب أم ما يعد ثوااب ملثهل يف العادة أم يكفي ما يمتول فيه أربعة أوجه وقيل أقوال :أحصها أولها واخليار يف جنسه إىل املهتب فعىل األحص لو اختلف قدر القمية فاالعتبار بقمية يوم القبض عىل األحص وقيل بيوم بذل الثواب مث إن مل يثب ما يصلح ثوااب فللواهب الرجوع إن اكن املوهوب حباهل قلت قال أحصابنا وال جيرب املهتب عىل الثواب قطعا وهللا أعمل .فإن زاد زايدة منفصةل رجع فيه دوهنا وإن زاد متصةل رجع فيه معها عىل الصحيح وقيل للمهتب إمساكه وبذل قميته بال زايدة وإن اكن اتلفا فوهجان :وقيل قوالن منصوصان يف القدمي أحصهام يرجع بقميته والثاين ال ىشء هل اكالب يف هبة ودله ،وإن اكن انقصا رجع فيه ويف تغرميه املهتب أرش النقصان الوهجان وقيل هل ترك العني واملطالبة بكامل القمية قلت وإن اكنت جارية قد وطهئا املهتب رجع الواهب فهيا وال همر عىل املهتب ألنه وطىء ملكه وهللا أعمل .وأما إذا وهب لنظريه فاملذهب القطع بأن ال ثواب ،وقيل فيه القوالن :وعن صاحب التقريب طرد القولني يف هبة الاعىل لألدىن وهو شاذ قلت وحىك صاحب الاابنة و البيان ~~121
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
وهجا أنه إذا وهب لنظريه ونوى الثواب ا�ستحقه وإال فقوالن فإن اختلفا يف النية فأهيام يقبل قوهل وهجان ،واملذهب أنه ال جيب الثواب يف مجيع الصور قال املتويل إذا مل جيب فأعطاه املهتب ثواب اكن ذكل ابتداء هبة حىت لو وهب البنه فأعطاه الابن ثوااب ال ينقطع حق الرجوع وال جيب يف الصدقة ثواب بلك حال قطعا رصح به البغوي وغريه وهو ظاهر ،وأما الهدية فالظاهر أهنا اكلهبة وهللا أعمل .وأما القسم الثالث فاملقيدة ابلثواب وهو إما معلوم وإما جمهول فاحلاةل الاوىل املعلوم فيصح العقد عىل الاظهر ويبطل عىل قول فإن حصحنا فهو بيع عىل الصحيح ،وقيل هبة فإن قلنا هبة مل يثبت اخليار والشفعة ومل يلزم قبل القبض وإن قلنا بيع ثبتت هذه الاحاكم ،وهل تثبت عقب العقد أم عقب القبض قوالن :أظهرهام األول ولو وهبه حليا برشط الثواب أو مطلقا وقلنا الهبة تقتيض الثواب فنص يف حرمةل أنه إن أاثبه قبل التفرق جبنسه اعتربت املامثةل وإن أاثبه بعد التفرق بعرض حص وابلنقد ال يصح النه رصف وهذا تفريع ذىل أنه بيع ويف التمتة أنه ال بأس بىشء من ذكل الان مل نلحقه ابملعاوضات يف اشرتاط العمل ابلعوض وكذا سائر الرشوط ....إذا اكن الثواب جمهوال فإن قلنا الهبة ال تقتيض ثوااب بطل العقد لتعذر تصحيحه بيعا وهبة وإن قلنا تقتضيه حص وهو ترصحي مبقتىض العقد هذا هو املذهب وبه قطع امجلهور Syarh Ma’aniy al-Atsar li al-Thahawiy
12.
رشح معاين اآلاثر للطحاوي رمق 3816 م َْر َو َان ْب ِن الْ َح َ ِك ،أَ َّن ُ َع َر ْب َن الْخ ََّط ِاب ،قَا َل « :م َْن َوه ََب ِه َب ًة ِل ِص َ ِل َر ِح ٍم ،أَ ْو ع ََل َو ْج ِه َصدَ قَ ٍة ،فَ ِإن َّ ُه ال يَ ْرجِ ُع ِفهيَا َ ،وم َْن َوه ََب ِه َب ًة يَ َرى أَن َّ ُه ِإن َّ َما ُي َرا ُد ِب ِه الث ََّو ُاب ،فَه َُو ع ََل ِه َب ِت ِه ،يَ ْرجِ ُع ِفهيَا إ ِْن ل َ ْم يَ ْر َض ِمنْ َا « Tahrir al-Kalam fi Masail al-Iltizam
13.
حترير الالكم يف مسائل الالزتام ،احلطاب ص 45 ( وهو الزتام الشخص نفسه شيئاً من املعروف من غري تعليق عىل يشء ،فدخل يف ذكل الصدقة ،والهبة واحلُب ُُس ،والعارية ،والعمرى ، والعرية ،واملنحة ،واإلرقاق واإلخدام ،واإلساكن .... ،والضامن ،والالزتام ابملعىن األخص ( ....)...وهذا القسم يقيض به عىل امللزتم ما مل يفلس ،أو ميت ،أو ميرض مرض املوت إن اكن امللزتم هل ـ بفتح الزاي ـ معيناً ،وال أعمل يف القضاء به خالفاً إالّ عىل القول ابن الهبة ال تلزم ابلقول ،وهو خالف املعروف من املذهب ،بل نقل ابن رشد الاتفاق عىل لزوم الهبة ابلقول وإن اكن امللزتم هل غري معني، ... حترير الالكم يف مسائل الالزتام ،احلطاب ص ( / 73املدونة جـ 13ص 109طبعة مطبعة السعادة جبوار حمافظة مرص �سنة 1323 هـ لصاحهبا محمد إسامعيل). قال ماكل ( :ألن ذكل معروف ،واملعروف من أوجبه عىل نفسه لزمه) – حترير الالكم يف مسائل الالزتام ،احلطاب ص ( /74مواهب اجلليل لإلمام احلطاب جـ 6ص 56طبعة السعادة 1329هـ). قال ابن رشد قوهل ( :فهذا أمر قد أوجبه عىل نفسه ،واملعروف عىل مذهب ماكل ومجيع أحصابه الزم ملن أوجبه عىل نفسه ما مل ميت او يفلس) .
~~122
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU~
III. PEMBAKARAN DAN PENENGGELAMAN KAPAL ASING YANG MELANGGAR HUKUM Deskripsi : Akhir-akhir ini pemerintah gencar mengamankan kedaulatan hukum di wilayah laut NKRI, salah satunya dengan menangkap kapal asing yang mencuri ikan, bahkan membakar dan menenggelamkannya. Berdasarkan UU No.45 Tahun 2009 tentang Perikanan, pemerintah diberi kewenangan untuk memberi hukuman bagi pihak yang nyata-nyata mengambil ikan secara illegal. Adapun hukumannya berdasarkan ringan atau beratnya pelanggaran yang dilakukan berdasarkan UU No. 45 Tahun 2009, meliputi; penyitaan, penjara, denda, pembakaran dan atau penenggelaman. Hal ini dilakukan untuk penegakan hukum, memberikan efek jera dan menjamin kedaulatan NKRI.
Pertanyaan : 1. Apakah hukum membakar dan menenggelamkan kapal asing yang tertangkap telah melanggar hukum di wilayah NKRI? 2. Bagaimana jika penenggelaman dan pembakaran kapal tersebut diganti dengan bentuk hukuman yang lain? Jawaban : 1. Hukum membakar dan menenggelamkan kapal asing yang tertangkap telah melanggar hukum di wilayah NKRI apabila dipandang mashlahah maka hukumnya mubah (boleh) dalam rangka untuk menjaga kedaulatan NKRI.
~123~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
2. Penenggelaman dan pembakaran kapal asing yang telah melanggar hukum negara RI dan jelas-jelas menurunkan harkat-martabat bangsa Indonesia bisa dikategorikan sebagai ta’zir. Dan ta’zir tersebut bisa diganti dengan hukuman lain sepanjang memiliki mashlahah ‘ammah. Referensi : Al-Tasyri’ al-Jinaiy
1.
الترشيع اجلنايئ التعزير للمصلحة العامة :القاعدة العامة يف الرشيعة أن التعزير ال يكون إال يف معصية ،أي يف فعل حمرم ذلاته منصوص عىل حترميه ،ولكن الرشيعة جتزيا�ستثناء من هذه القاعدة العامة أن يكون التعزير يف غري معصية ،أي فامي مل ينص عىل حترميه ذلاته إذا اقتضت املصلحة العامة التعزير .واألفعال واحلاالت اليت تدخل حتت هذا الا�ستثناء ال ميكن تعييهنا وال حرصها مقدماً؛ ألهنا ليست حمرمة ذلاهتا ،وإمنا حترم لوصفها، فإن توفر فهيا الوصف فه�ي حمرمة وإن ختلف عهنا الوصف فه�ي مباحة ،والوصف اذلي جعل عةل للعقاب هو اإلرضار ابملصلحة العامة أو النظام العام ،فإذا توفر هذا الوصف يف فعل أو حاةل ا�ستحق اجلاين العقاب ،وإذا ختلف الوصف فال عقاب .وعىل هذا يشرتط يف التعزير للمصلحة العامة أن ينسب إىل اجلاين أحد أمرين )1(:أنه أرتكب فع ًال ميس املصلحة العامة أو النظام العام )2( .أنه أصبح يف حاةل تؤذي املصلحة العامة أو النظام العام .فإذا عرضت عىل القضاء قضية نسب فهيا للمهتم أنه أىت فع ًال ميس املصلحة العامة أو النظام العام ،أو أصبح يف حاةل تؤذي املصلحة العامة أو النظام العام ،وثبت دلى احملمكة حصة ما نسب إىل املهتم مل يكن للقايض أن يربئه ،وإمنا عليه أن يعاقب عىل ما نسب إليه ابلعقوبة اليت يراها مالمئة من بني العقوابت املقررة للتعزير ،ولو اكن ما نسب إىل اجلاين غري حمرم يف األصل وال عقاب عليه ذلاته. Hasyiyah Qalybiy wa ‘Umairah
2.
حا�شية قليوبس ومعرية الص ْيدَ َوالشَّ َج َر َوالْخ ََل ( ِف الْ َج ِدي ِد ) ِ َلن َّ ُه لَي َْس َم َح ًّل ِللن ُّ ُس ِك ِ ِب َل ِف َح َر ِم َمكَّ َة َوالْقَ ِد ُمي يَضْ َم ُن فَ ِقي َل َك َح َر ِم َمكَّ َة َو ْ َال َ ُّ الصائِ ِد َّ ص يَضْ َم ُن ب َِسلْ ِب َّ شحِ الْ ُمهَ َّذ ِب ِل ْ َل َحا ِد ِ الص ِحي َح ِة ِفي ِه فَ َل ُم َع َ ارِض َر َوى م ُْس ِ ٌل أَ َّن َس ْعدَ ْب َن أَ ِب َوقَّ ٍاص َو َجدَ َع ْبدً ا ي َ ْق َط ُع يث َّ َوقَا ِطع ِ الشَّ َج ِر ،أَ ْو الْخ ََل َوا ْختَ َار ُه ِف َ ْ َش ًَرا أَ ْو َ ْيب ُِط ُه فَ َسلَ َب ُه فَلَ َّما َر َج َع َس ْع ٌد َجا َء ُه أَه ُْل الْ َع ْب ِد فَ َكَّ ُمو ُه أَ ْن يَ ُر َّد ع ََل غُ َل ِمه ِْم أَ ْو عَلَيْ ِ ْم مَا أَ َخ َذ ِم ْن غُ َل ِمه ِْم .فَقَا َل َ :م َعا َذ َّ ِ الل أَ ْن أَ ُر َّد َشيْئًا ول َّ ِ نَفَّلَ ِني ِه َر ُس ُ الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل َوأَ َب أَ ْن يَ ُر َّد ُه عَلَيْ ِ ْم َو َر َوى أَبُو د َُاود أَن َّ ُه َو َجدَ َر ُج ًل ي َ ِصيدُ ِف َح َر ِم الْ َم ِدينَ ِة فَ َسلَ َب ُه ِث َياب َ ُه .فَ َجا َء م ََوا ِلي ِه الل َص َّل َّ ُ ْ َ َ َ ُ َ ُ َ َ ِ ِ ْ َّ فَ َكَّ ُمو ُه ِفي ِه .فَقَا َل { َّإن َر ُسو َل َّ ِ الل عَل ْيه َو َس َل َح َّر َم َه َذا ال َح َر َم َ ،وقَا َل م َْن أ َخ َذ أ َحدً ا ي َ ِصيدُ ِفيه فَلي َْسل ْب ُه } فَل أ ُر ُّد عَل ْي ْك ُط ْع َم ًة الل َص َّل َّ ُ ول َّ ِ أَ ْط َع َم ِنهيَا َر ُس ُ الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل َ ،ولَ ِك ْن ْإن ِشئْ ُ ْت َدفَ ْعت إل َ ْي ُ ْك ث َ َمنَ ُه َ ،و َر َوى الْ َبيْ َ ِق ُّي أَن َّ ُه َك َن َي ُْر ُج ِم ْن الْ َم ِدينَ ِة فَيَجِ دُ الْ َحا ِط َب َم َع ُه َش ٌَر الل َص َّل َّ ُ ِ َ َ ول َّ ِ ول َل أَ َد ُع غنمي َ ًة غَنَّ َم ِنهيَا َر ُس ُ ش ِر الْ َم ِدينَ ِة ،فَيَ ْأخ ُُذ َسلْ َب ُه فَ ُي َكَّ ُم ِفي ِه فَيَ ُق ُ َر ْط ٌب عَضَ دَ ُه ِم ْن ب َ ْع ِض َ الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل َو ِإنِّ ِل َم ْن أَ ْك َ ِث النَّ ِاس الل َص َّل َّ ُ َ َ َ َ َ ِ الص ْيدَ أَ ْم لَ َ ْ َ ْ َ َ َ ِ ِ ِ َ ِ َ م ًَال َ .و َظا ِه ُر الْ َح ِد ِ الص ْيدُ َ ،وقَال ِالمَا ُم :ل أدْرِي أي ُْسل ُب إذا أ ْر َس َل َّ يث َو َ َك ِم الئ َّمة ِف لا ْصط َياد أن َّ ُه ي ُْسل ُب َ ،وإ ِْن ل ْم يُ ْتل ْف َّ الصائِ ِد أَ ْو الْقَا ِطع ِ َك َسلْ ِب الْقَ ِتيلِ َ ِجي َع مَا َم َع ُه ِم ْن ِث َي ٍاب َوفَ َر ٍس َو َ ْن ِو َذ ِ َل َ ،و ِقي َل ِ :ث َيابُ ُه فَقَطْ َ ،وه َُو ِل َّلسا ِل ِب ي ُْسلَ ُب َحتَّ يُ ْت ِل َف ُه َّ ُ ،ث َسلْ ُب َّ ~~124
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
وب مَا ي َْس ُ ُت ِب ِه ع َْو َرت َ ُه َو ْ َج ِان أَ ْص َوبُ ُ َما ِف َّالر ْوضَ ِة َوأَ َ ُّ شحِ الْ ُمهَ َّذ ِب ن َ َع ْم . َو ِقي َل ِل ُفقَ َرا ِء الْ َم ِدينَ ِة َو ِقي َل ِل َبي ِْت الْ َمالِ َ ،وه َْل يُ ْتَكُ ِللْ َم ْسلُ ِ صهُ َما ِف َ ْ Ihya ‘Ulum al-Din
3.
إحياء علوم ادلين ( -ج / 2ص )167 فإن قلت :فليجز للسلطان زجر الناس عن املعايص بإتالف أمواهلم وختريب دورمه اليت فهيا يرشبون ويعصون وإحراق أمواهلم اليت هبا يتوصلون إىل املعايص؟ فاعمل أن ذكل لو ورد الرشع به مل يكن خارجاً عن سنن املصاحل ولكنا ال نبتدع املصاحل بل نتبع فهيا .وكرس ظروف امخلر قد ثبت عند شدة احلاجة .وتركه بعد ذكل لعدم شدة احلاجة ال يكون نسخاً بل احلمك يزول بزوال العةل ويعود بعودها .وإمنا جوزان ذكل لإلمام حبمك اإلتباع ومنعنا آحاد الرعية منه خلفاء وجه الاجهتاد فيه .بل نقول لو أريقت امخلور أو ًال فال جيوز كرس األواين بعدها وإمنا جاز كرسها تبعاً للخمر .فإذا خلت عهنا فهو إتالف مال إال أن تكون ضارية ابمخلر ال تصلح إال لها. Al-Ahkam al-Sulthaniyah al-Mawardiy
4.
األحاكم السلطانية ( -ج / 1ص)377 َوأَ َّما الْ ِق ْس ُم الثَّا ِل ُث َوه َُو مَا ا ْختَ َّص ب َِأفْ ِن َي ِة الشَّ َوارِعِ َو ُّ السلْ َط ِان َ .و ِف ن ََظ ِر ِه َو ْ َج ِان :أَ َحدُ ُ َها أَ َّن ن ََظ َر ُه ِفي ِه َم ْق ُص ٌور الط ُر ِق فَه َُو م َْو ُق ٌوف ع ََل ن ََظ ِر ُّ الساب ُِق َإل ع ََل َكفِّه ِْم ع َْن التَّ َع ِّدي َو َمنْ ِعه ِْم ِم ْن ْال ِْضَارِ َو ْال ِْص َلحِ بَيْنَ ُ ْم ِع ْندَ التَّشَ ا ُج ِر َ ،ولَي َْس َ ُل أَ ْن يُ ِق َمي َجا ِل ًسا َو َل أَ ْن يُقَ ِّد َم ُم َؤخ ًَّرا َ ،ويَ ُك ُ ون َّ وق َ .والْ َو ْج ُه الث َِّان أَ َّن ن ََظ َر ُه ِفي ِه ن ََظ ُر ُم ْجتَ ِ ٍد ِفمي َا يَ َرا ُه َص َل ًحا ِف إ ْج َل ِس م َْن ُ ْي ِل ُس ُه َو َمنْع ِ م َْن ي َ ْمنَ ُع ُه َوت َ ْق ِد ِمي م َْن يُقَ ِّد ُم ُه الْ َم َك ِن أَ َح َّق ِب ِه ِم ْن الْ َم�سْ ُب ِ الساب َِق أَ َح َّق َولَي َْس َ ُل ع ََل الْ َو ْ َج ْ ِي أَ ْن ي َ ْأ ُخ َذ ِمنْ ُ ْم ع ََل الْ ُجلُ ِوس أَ ْج ًرا َ .و ِإ َذا تَ َر َكه ُْم َ َك َيْتَ ِ دُ ِف أَ ْم َوالِ بَي ِْت الْ َمالِ َو ِإ ْق َطاعِ الْ َم َو ِات َو َل َ ْي َع ُل َّ الساب ُِق إل َ ْي ِه الساب ُِق ِمنْ ُ َما َإل الْ َم َك ِن أَ َح َّق ِب ِه ِم ْن الْ َم�سْ ُب ِ وق ،فَ ِإ َذا ان َ َ ع ََل َّالت َِاض َك َن َّ ْص َف َع ْن ُه َك َن ه َُو َوغ َ ْ ُي ُه ِم ْن الْغَ ِد ِفي ِه َس َوا ًء ُي َراعَى ِفي ِه َّ َال :إ َذا ُع ِر َف أَ َحدُ ُ ْه ِب َم َك ٍن َو َص َار ِب ِه َمشْ ه ًُورا َك َن أَ َح َّق ِب ِه ِم ْن غ َ ْ ِي ِه قَ ْط ًعا ِللتَّنَازُعِ َو َح ْس ًما ِللتَّشَ ا ُج ِر َ ،وا ْع ِت َب ُار َه َذا َ ،وإ ِْن َك َن ُلَ َ ،وقَا َل م ِ ٌ ِف الْ َم ْصلَ َح ِة َو ْج ٌه ُ ْي ِر ُج ُه ع َْن ُح ْ ِك ْال َِب َح ِة َإل ُح ْ ِك الْ ِم ْ ِ ل. Fath al-Wahhab
5.
فتح الوهاب ( -ج / 2ص )289 (فصل) (يف التعزير) من العزر أي املنع وهو لغة التأديب ورشعا تأديب عىل ذنب ال حد فيه ،وال كفارة غالبا كام يؤخذ مما يأيت ،والاصل فيه قبل الاجامع آية( * :والاليت ختافون نشوزهن) وفعهل (صىل هللا عليه وسمل) رواه احلامك يف حصيحه (عزر ملعصية ال حد فهيا وال كفارة) ،سواء أاكنت حقا هلل تعاىل أم آلديم ،مكبارشة أجنبية يف غري الفرج وسب ليس بقذف ،وتزوير وشهادة زور ورضب بغري حق خبالف الزان ،ال جيابه احلد وخبالف المتتع بطيب ،وحنوه يف الاحرام الجيابه الكفارة ،وأرشت بزايديت (غالبا) إىل أنه قد يرشع التعزير وال معصية مكن يكتسب ابللهو اذلي ال معصية معه ،وقد ينتفي مع انتفاء احلد والكفارة كام يف صغرية صدرت من ويل هلل تعاىل وكام يف قطع خشص أطراف نفسه ،وأنه قد جيمتع مع احلد كام يف تكرر الردة وقد جيمتع مع الكفارة يف الظهار والميني الغموس وإفساد الصامئ يوما من رمضان جبامع حليلته ،وحيصل (بنحو حبس ورضب) غري مربح كصفع ونفي وكشف رأس وتسويد وجه وصلب ثالثة أايم فأقل ،وتوبيخ بالكم ال حبلق حلية (ابجهتاد إمام) جنسا وقدرا إفرادا ومجعا وهل يف املتعلق حبق هللا تعاىل العفو إن رأى املصلحة. ~~125
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
Al-Ahkam al-Sulthaniyah al-Mawardiy
6.
أحاكم السلطانية ص 237 : وأما القسم الثالث وهو ما اختص بأفنية الشوارع والطرق فهو موقوف عىل نظر السلطان ويف نظره وهجان :أحدهام أن نظره فيه مقصور عىل كفهم عن التعدي ومنعهم من اإلرضار واإلصالح بيهنم عند التشاجر وليس هل أن يقمي جالسا وال أن يقدم مؤخرا ويكون السابق إىل املاكن أحق به من امل�سبوق .والوجه الثاين أن نظره فيه نظر جمهتد فامي يراه صالحا يف إجالس من جيلسه ومنع من مينعه وتقدمي من يقدمه كام جيهتد يف أموال بيت املال وإقطاع املوات وال جيعل السابق أحق وليس هل عىل الوهجني أن يأخذ مهنم عىل اجللوس أجرا .وإذا تركهم عىل الرتايض اكن السابق مهنام إىل املاكن أحق به من امل�سبوق فإذا انرصف عنه اكن هو وغريه من الغد فيه سواء يراعى فيه السابق إليه وقال ماكل :إذا عرف أحدمه مباكن وصار به مشهورا اكن أحق به من غريه قطعا للتنازع وحسام للتشاجر واعتبار هذا وإن اكن هل يف املصلحة وجه خيرجه عن حمك اإلابحة إىل حمك املكل . Al-Yaqut al-Nafis
7.
الياقوت النفيس ص 757 التعزير رشعا تأديب عىل ذنب الحد فيه وال كفارة غالبا .إشارة إىل أنه قد يرشع التعزير وال معصية مكن يكتسب ابللهو اكلطبل والغناء اذلي ال معصية معه. Ihya al ‘Ulum al Din
8.
إحياء علوم ادلين ( -ج / 2ص)332 (فإن قلت فليجز للسلطان زجر الناس عن املعايص بإتالف أمواهلم وختريب دورمه اليت فهيا يرشبون ويعصون وإحراق أمواهلم اليت هبا يتوصلون إىل املعايص فاعمل أن ذكل لو ورد الرشع به مل يكن خارجا عن سنن املصاحل ولكنا ال نبتدع املصاحل بل نتبع فهيا وكرسظروف امخلر قد ثبت عند شدة احلاجةوتركه بعد ذكل لعدم شدة احلاجة ال يكون نسخاً بل احلمك يزول بزوال العةل ويعود بعودها...فاكن الفعل املنقول عن العرص األول اكن مقرو ًان مبعنيني؛ أحدهام :شدة احلاجة إىل الزجر ،واآلخر :تبعية الظروف للخمر اليت يه مشغوةل هبا .وهام معنيان مؤثران ال سبيل إىل حذفهام .ومعىن اثلث :وهو صدوره عن رأي صاحب األمر لعلمه بشدة احلاجة إىل الزجر وهو أيضاً مؤثر فال سبيل إىل إلغائه. فهذه ترصفات دقيقة فقهية حيتاج احملتسب ال حماةل إىل معرفهتا. Al-Hawiy Li al Fatawiy karya al-Suyuti
9.
احلاوي للفتاوي لل�سيوطى اجلزء األول ص117 : قال ال�شيخ اتج ادلين ال�سبيك يف الطبقات الوسطى يف ترمجة الاصطخري أحد أمئة أحصابنا الشافعيني أحصاب الوجوه ما نصه :ويل احل�سبة ببغداد وأحرق طلق اللعب من أجل ما يعمل فيه من املاليه ،وقال يف الطبقات الكربى يف ترمجة اإلصطخري أيضاً من أخباره يف حسبته أنه اكن يأيت إىل ابب القايض فإذا مل جيده جالساً يفصل القضااي أمر من ي�ستكشف عنه هل به عذر من ألك أو رشب أو حاجة اإلنسان ~~126
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
وحنو ذكل ؟ فإن مل جيد به عذراً أمره ابجللوس للحمك ،ومهنا أنه أحرق ماكن املاليه من أجل ما يعمل فيه من املاليه ،قال ابن ال�سبيك : وهذا منه دليل عىل أنه اكن يرى جواز إتالف ماكن الفساد إذا تعني طريقاً هذه عبارة ابن ال�سبيك ،وقد نقل املاوردي يف األحاكم السلطانية فعل الاصطخري ومل ينكره Al-Tasyri al-Jinaiy
10.
الترشيع اجلناىئ األساليم اجلزء األول ص 296-295 : ويدخل يف دار اإلسالم لك ما يتبعها من جبال وحصارى وأهنار وحبريات وأراض وجزر وما فوق هذه مجيعا من طبقات اجلو همام ارتفعت ويعترب يف حمك دار اإلسالم لك ماكن يف دار احلرب يعسكر فيه اجليش اإلساليم وتعترب املراكب احلربية قياسا عىل هذا جزءا من دار اإلسالم واألصل يف الرشيعة أن البحار العامة ليست ملاك ألحد وهذا يتفق مع القنون ادلويل يف عرصان احلارض وليس يف الرشيعة ما مينع من جعل البحار اإلقلميية اتبعة لدلوةل اليت متكل الشاطئ إىل حد معني ومل يذكر الفقهاء شيئا عن السفن غري احلربية ولكن تطبيق النظرية العامة عند أيب حنيفة وأحصابه يؤدي إىل عدم العقاب عىل اجلرامئ اليت ترتكب فهيا إذا اكنت يف مياه إقلميية اتبعة دلار احلرب أما إذا اكنت يف مياه إقلميية اتبعة دلار اإلسالم أوغري اتبعة ألحد كام لو اكنت يف وسط البحر فتطبق الرشيعة اإلسالمية عىل اجلرامئ اليت ترتكب فهيا أما تطبيق نظرية ماكل والشافعي وأمحد فيؤدي إىل العقاب عىل اجلرامئ اليت ترتكب يف السفن التجارية سواء اكنت يف مياه اتبعة دلار اإلسالم أو دار احلرب أو يف مياه عامة مع مراعة التفرقة اليت ذكرانها من قبل بني جرامئ احلدود والقصاص وبني جرامئ التعازير والتفرقة بني بني جرامئ التعازير اليت نصت علهيا الرشيعة وبني جرامئ التعازير اليت حرهما أولو األمر وتطبق القواعد السالفة عىل الطائرات فالطائرات احلربية يعاقب عىل لك اجلرامئ اليت ترتكب فهيا ألهنا تأخذ حمك املعسكر والسفن احلربية أما الطائرات التجارية فتأخذ حمك السفن التجارية. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh
11.
الفقه اإلساليم وأدلته ()114 /8 ومبدأ إقلميية قانون العقوابت وغريه يف لك دوةل معناه أن القانون يرسي حمكه عىل لك ما يقع يف إقلمي ادلوةل من جرامئ همام اكنت جن�سية اجملرم وصفته .وأساس هذا املبدأ حق ادلوةل يف ال�سيادة عىل إقلميها ،سواء اإلقلمي األريض ،واملايئ ،واجلوي .واإلقلمي األريض يشمل مجيع أجزاء حدود ادلوةل اجلغرافية من مساحة األرض اليابسة ،واإلقلمي املايئ ميتد إىل ذكل اجلزء من البحر العام املالصق لشواطئ ادلوةل ،ويتحدد يف العرف ادلويل عرضه بثالثة أميال حبرية من آخر نقطة ينحرس عهنا البحر وقت اجلزر ،واإلقلمي اجلوي يضم لك طبقات اجلو فوق اإلقلميني األريض واملايئ. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh
12.
الفقه اإلساليم وأدلته ( -ج / 7ص )518 التعزير ابملال :ال جيوز التعزير بأخذ املال يف الراحج عند األمئة ملا فيه م تسليط الظلمة عىل أخذ مال الناس ،فيألكونه .وأثبت ابن تميية وتلميذه ابن القمي أن التعزير ابلعقوابت املالية مرشوع يف مواضع خمصوصة يف مذهب ماكل يف املشهور عنه ،ومذهب أمحد وأحد قويل الشافعي ،كام دلت عليه �سنة رسول هللا ّ صل هللا عليه وسمل مثل أمره مبضاعفة غرم ما ال قطع فيه من المثر املعلَّق و َ الكث (مجّار النخل) ،وأخذه شطر مال مانع الزاكة ،عزمة مات الرب تبارك وتعاىل ،ومثل حتريق معر وعيل ريض هللا عهنام املاكن اذلي يباع فيه امخلر ،وحنوه كثري .ومن قال ~~127
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
اكلنووي وغريه :إن العقوابت املالية منسوخة ،وأطلق ذكل ،فقد غلط يف نقل مذاهب األمئة والا�ستدالل علهيا. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh
13.
الفقه اإلساليم وأدلته ( -ج / 7ص )519 معىن التعزير بأخذ املال :روي عن أيب يوسف :أنه جيوز للسلطان التعزير بأخذ املال .ومعىن التعزير بأخذ املال عىل القول عند من جيزيه: هو إمساك يشء من مال اجلاين عنه مدة ،ليزنجر عام اقرتفه ،مث يعيده احلامك إليه ،ال أن يأخذه احلامك لنفسه ،أو لبيت املال ،كام يتومه الظلمة؛ إذ ال جيوز ألحد من املسلمني أخذ مال أحد بغري سبب رشعي .قال ابن عابدين :وأرى أن يأخذ احلامك مال اجلاين ،فميسكه عنده ،فإن أيس من توبته ،يرصفه إىل ما يرى من املصلحة .وأما مصاردة السلطان ألرابب األموال فال جتوز إال لعامل بيت املال ،عىل أن يردها لبيت املال. وصادر معر طعاماً من سائل وجده أكرث من كفايته ،وتصادر األموال من كسب غري مرشوع. 14. Ihya ‘Ulumuddin, juz. 2, hal. 167 إحياء علوم ادلين ( -ج / 2ص )167 فإن قلت :فليجز للسلطان زجر الناس عن املعايص بإتالف أمواهلم وختريب دورمه اليت فهيا يرشبون ويعصون وإحراق أمواهلم اليت هبا يتوصلون إىل املعايص؟ فاعمل أن ذكل لو ورد الرشع به مل يكن خارجاً عن سنن املصاحل ولكنا ال نبتدع املصاحل بل نتبع فهيا .وكرس ظروف امخلر قد ثبت عند شدة احلاجة .وتركه بعد ذكل لعدم شدة احلاجة ال يكون نسخاً بل احلمك يزول بزوال العةل ويعود بعودها .وإمنا جوزان ذكل لإلمام حبمك اإلتباع ومنعنا آحاد الرعية منه خلفاء وجه الاجهتاد فيه .بل نقول لو أريقت امخلور أو ًال فال جيوز كرس األواين بعدها وإمنا جاز كرسها تبعاً للخمر .فإذا خلت عهنا فهو إتالف مال إال أن تكون ضارية ابمخلر ال تصلح إال لها. 15. Al-Ahkam al-Sulthaniyah, juz. 1, hal. 377 األحاكم السلطانية ( -ج / 1ص )377 َوأَ َّما الْ ِق ْس ُم الثَّا ِل ُث َوه َُو مَا ا ْختَ َّص ب َِأفْ ِن َي ِة الشَّ َوارِعِ َو ُّ السلْ َط ِانَ .و ِف ن ََظ ِر ِه َو ْ َج ِان :أَ َحدُ ُ َها أَ َّن ن ََظ َر ُه ِفي ِه َم ْق ُص ٌور الط ُر ِق فَه َُو م َْو ُق ٌوف ع ََل ن ََظ ِر ُّ َ َ َ َ ُ َ الساب ُِق إلَ ِ ِ ِ َّ ع ََل َكفِّه ِْم ع َْن التَّ َعدِّي َو َمنْ ِعه ِْم ِم ْن ْال ِْضَارِ َو ْال ِْص َلحِ بَيْنَ ُ ْم ع ْندَ التشَ ا ُج ِرَ ،ولي َْس ُل أ ْن يُق َمي َجال ًسا َول أ ْن يُقَ ِّد َم ُم َؤخ ًَّرا َ ،ويَك ُ ون َّ وقَ .والْ َو ْج ُه الث َّ ِان أَ َّن ن ََظ َر ُه ِفي ِه ن ََظ ُر ُم ْجتَ ِ ٍد ِفمي َا يَ َرا ُه َص َل ًحا ِف إ ْج َل ِس م َْن ُ ْي ِل ُس ُه َو َم ْنع ِ م َْن ي َ ْمنَ ُع ُه َوت َ ْق ِد ِمي م َْن يُقَ ِّد ُم ُه الْ َم َك ِن أَ َح َّق ِب ِه ِم ْن الْ َم�سْ ُب ِ ْ َ َ َ َ َ الساب َِق أ َح َّق َولي َْس َ ُل ع ََل الْ َو ْ َج ْ ِي أ ْن يَأ ُخ َذ ِمنْ ُ ْم ع ََل الْ ُجلُ ِوس أ ْج ًرا َ .و ِإ َذا تَ َر َكه ُْم َ َك َيْتَ ِ دُ ِف أَ ْم َوالِ بَي ِْت الْ َمالِ َو ِإ ْق َطاعِ الْ َم َو ِات َول َ ْي َع ُل َّ الساب ُِق إل َ ْي ِه الساب ُِق ِمنْ ُ َما َإل الْ َم َك ِن أَ َح َّق ِب ِه ِم ْن الْ َم�سْ ُب ِ وق ،فَ ِإ َذا ان َ َ ع ََل َّالت َِاض َك َن َّ ْص َف َع ْن ُه َك َن ه َُو َوغ َ ْ ُي ُه ِم ْن الْغَ ِد ِفي ِه َس َوا ًء ُي َراعَى ِفي ِه َّ َ ،وقَا َل م ِ ٌ َال :إ َذا ُع ِر َف أَ َحدُ ُ ْه ِب َم َك ٍن َو َص َار ِب ِه َمشْ ه ًُورا َك َن أَ َح َّق ِب ِه ِم ْن غ َ ْ ِي ِه قَ ْط ًعا ِللتَّنَازُعِ َو َح ْس ًما ِللتَّشَ ا ُج ِرَ ،وا ْع ِت َب ُار َه َذا َ ،وإ ِْن َك َن َ ُل ِف ْ َ ْ ْ ْ ِ ْ الْ َم ْصلَ َح ِة َو ْج ٌه ُ ْي ِر ُج ُه ع َْن ُح ِك ال َِب َحة إل ُح ِك ال ِم ِ ل.
~~128
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
Fath al-Wahhab, Juz. 2, hal. 289
16.
فتح الوهاب ( -ج / 2ص )289 (فصل) (يف التعزير) من العزر أي املنع وهو لغة التأديب ورشعا تأديب عىل ذنب ال حد فيه ،وال كفارة غالبا كام يؤخذ مما يأيت ،والاصل فيه قبل الاجامع آية( * :والاليت ختافون نشوزهن) وفعهل (صىل هللا عليه وسمل) رواه احلامك يف حصيحه (عزر ملعصية ال حد فهيا وال كفارة) ،سواء أاكنت حقا هلل تعاىل أم آلديم ،مكبارشة أجنبية يف غري الفرج وسب ليس بقذف ،وتزوير وشهادة زور ورضب بغري حق خبالف الزان ،ال جيابه احلد وخبالف المتتع بطيب ،وحنوه يف الاحرام الجيابه الكفارة ،وأرشت بزايديت (غالبا) إىل أنه قد يرشع التعزير وال معصية مكن يكتسب ابللهو اذلي ال معصية معه ،وقد ينتفي مع انتفاء احلد والكفارة كام يف صغرية صدرت من ويل هلل تعاىل وكام يف قطع خشص أطراف نفسه ،وأنه قد جيمتع مع احلد كام يف تكرر الردة وقد جيمتع مع الكفارة يف الظهار والميني الغموس وإفساد الصامئ يوما من رمضان جبامع حليلته ،وحيصل (بنحو حبس ورضب) غري مربح كصفع ونفي وكشف رأس وتسويد وجه وصلب ثالثة أايم فأقل ،وتوبيخ بالكم ال حبلق حلية (ابجهتاد إمام) جنسا وقدرا إفرادا ومجعا وهل يف املتعلق حبق هللا تعاىل العفو إن رأى املصلحة Bughyah al-Mustarsyidin, hal. 142
17.
بغية املسرتشدين ص 142: أحدث يف ملكه حفرة يصب فهيا ماء مزياب من داره مل مينع منه وإن ترضر جاره براحئة املاء ما مل يتودل منه مبيح تميم إذ للامكل أن يترصف يف ملكه مبا شاء وإن أرض ابلغري بقيده املذكور وكذا إن أرض مبكل الغري برشط أن ال خيالف العادة يف ترصفه كأن وسع احلفرة أو حبس ماءها وانترشت النداواة إىل جدار جاره وإال منع ومضن ما تودل منه بسبب ذكل اهـ Al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, juz. 5, hal. 407
18.
الفقه عىل املذاهب األربعة ًاجلزء اخلامس ص407 : فهذه وأمثالها لكيات تدخل حتهتا لك جزئية تتجدد من نوعها فإذا فرض ووجدت جزئية ومل يتيرس لعامل أن يرجعها إىل أصل من أمثال هذه األصول فإنه ميكنه أن يرجعها إىل قوهل «ال رضر وال رضار» والرضار هو الرضر ومعناه أنه ينبغي للك مسمل أن يرفع رضره عن غريه و جيب عىل لك رئيس قادر سواء اكن حاكام أو غريه أن يرفع الرضر عن مرءو�سيه فال يؤذهيم هو وال يسمح ألحد أن يؤذهيم ومما ال شك فيه أن ترك الناس بدون قانون يرفع عهنم األذى والرضر خيالف هذا احلديث فلك حمك صاحل فيه منفعة ورفع رضر يقره الرشع ويرتضيه. Fatawiy al-Ramliy, juz. 3, hal. 13
19.
الفتاوى الرمىل اجلزء الثالث ص 13 : (�سئل) عام جرت به العادة من معل النشادر خارج البدل ألن انره يوقد ابلروث واللكس فإذا مشت األطفال دخانه حصل هلم منه رضر عظمي يف الغالب ورمبا مات بعضهم منه فعمل خشص معمل نشادر يف وسط البدل وأوقد عليه مبا ذكر فشم دخانه طفل رضيع مفرض مرضا شديدا فهل اإليقاد حرام فيأمث به ويعزر عليه وجيب اإلناكر عليه ومينع منه ويضمن ما تلف به ؟ (فأجاب) بأنه حيرم عليه اإليقاد املذكور إذا غلب عىل ظنه ~~129
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
ترضر الغري به فيأمث به وللحامك تعزيره عليه وجيب اإلناكر عليه بسببه ومنعه منه ويضمن ما تلف بسببه مطلقا فقد قالوا ولك واحد من املالك يترصف يف ملكه عىل العادة وال ضامن به إذا أفىض إىل تلف نعم لو تعدى مضن ولو أوقد يف ملكه أو يف موضع خمتص به بإجارة أو عارية أو يف موات وطار الرشار إىل بيت غريه أو كرمه أو زرعه وأحرقه فال ضامن إن مل جياوز العادة يف قدر النار ومل يوقد يف رحي عاصفة فإن جاوز أو أوقد يف عاصفة مضن وحيرتز عام ال يعتاد اكلركض املفرط يف الوحل واألجراء يف جممتع الوحول ولو خالف مضن .إهـ Tuhfah al-Muhtaj, juz. 6, hal. 21
20.
حتفة احملتاج اجلزء السادس ص 21 : (ويترصف لك واحد) من املالك (يف ملكه عىل العادة) وإن أرض جاره كأن سقط بسبب حفره املعتاد جدار جاره أو تغري حبشه برئه ألن املنع من ذكل رضر ال جابر هل (فإن تعدى) يف ترصفه مبلكه العادة (مضن) ما تودل منه قطعا أو ظنا قواي كأن شهد به خبريان كام هو ظاهر لتقصريه. Ihya ‘Ulum إحياء علوم ادلين اجلزء الثاىن ص 328 - 325:
21.
دار إحياء الكتب العربية
الثاىن أن يقترص ىف طريق التغيري عىل القدر احملتاج إليه وهو أن ال يأخذ بلحيته ىف اإلخراج وال برجهل إذا قدر عىل جره بيده فإن زايدة األذى فيه م�ستغىن عنه وأن ال ميزق ثوب احلرير بل حيل دروزه فقط وال حيرق املالىه والصليب اذلى أظهره النصارى بل يبطل صالحيهتا للفساد ابلكرس وحد الكرس أن يصري إىل حاةل حتتاج ىف ا�ستئناف إصالحه إىل تعب يساوى تعب الا�ستئناف من اخلشب ابتداء وىف إراقة امخلور يتوىق كرس األواىن إن وجد إليه سبيال فإن مل يقدر علهيا إال بأن يرىم ظروفها حبجر فهل ذكل وسقطت قمية الظرف وتقومه بسبب امخلر إذا صار حائال بينه وبني الوصول إىل إراقة امخلر ولو سرت امخلر ببدنه لكن نقصد بدنه ابجلرح والرضب لنتوصل إىل إراقة امخلر فإذن ال تزيد حرمة ملكه ىف الظروف عىل حرمة نفسه ولو اكن امخلر ىف قوارير ضيقة الرءوس ولو ا�شتغل بإراقهتا طال الزمن وأدركه الفساق ومنعوه فهل كرسها وهذا عذر وإن اكن ال يعذر ظفر الفساق به ومنعهم ولكن اكن يضيع ىف زمنه وتتعطل عليه أشغاهل فهل أن يكرسها فليس عليه أن يضيع منفعة بدنه وغرضه من أشغاهل ألجل ظروف امخلر وحيث اكنت اإلراقة متيرسة بال كرس فكرسه لزمه الضامن فإن قلت :فهال جاز الكرس ألجل الزجر وهال جاز اجلر ابلرجل ىف اإلخراج عن األرض املغصوبة ليكون ذكل أبلغ ىف الزجر فاعمل أن الزجر إمنا يكون عن امل�ستقبل والعقوبة تكون عىل املاىض وادلفع عىل احلارض الراهن وليس إىل آحاد الرعية إال ادلفع وهو إعدام املنكر مفا زاد عىل قدر اإلعدام فهو إما عقوبة عىل جرمية سابقة أو زجر عن الحق وذكل إىل الوالة ال إىل الرعية -إىل أن قال -فإن قلت :فليجز للسلطان زجر الناس عن املعاىص بإتالف أمواهلم وختريب دورمه الىت فهيا يرشبون ويعصون وإحراق أمواهلم الىت هبا يتوصلون هبا إىل املعاىص فاعمل أن ذكل لو ورد الرشع به مل يكن خارجا عن سنن املصاحل ولكنا ال نبتدع املصاحل بل نتبع فهيا وكرس ظروف امخلر قد ثبت عند شدة احلاجة وتركه بعد ذكل لعدم شدة احلاجة ال يكون نسخا بل احلمك يزول بزوال العةل ويعود بعودها وإمنا جوزان ذكل لإلمام حبمك الاتباع زمنعنا آحاد الرعية منه خلفاء وجه الاجهتاد فيه بل نقول لو أريقت امخلور أوال فال جيوز كرس األواىن بعدها وإمنا جاز كرسها تبعا للخمر فإذا خلت عهنا فهو إتالف مال إال أن تكون ضارية ابمخلر ال تصلح إال لها فاكن الفعل املنقول عن العرص األول اكن مقروان مبعنيني :أحدهام شدة احلاجة إىل الزجر واآلخر تبعية الظروف للخمر الىت ىه مشغوةل هبا وهام معنيان مؤثران ال سبيل إىل حذفها ومعىن اثلث وهو صدوره عن رأى صاحب األمر لعلمه بشدة احلاجة إىل الزجر و اآلخر تبعية الظروف للخمر الىت ىه مشغوةل هبا وهام معنيان مؤثران ال سبيل إىل حذفهام و معىن اثلث و هو صدوره عن رأى صاحب الامر لعلمه بشدة احلاجة إىل الزجر و هو أيضا مؤثرة فال سبيل إىل إلغائه فهذه ترصفات دقيقة فقهية حيتاج احملتسب إىل معرفهتا ~~130
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
Al-Hawiy li al-Fatawiy
22.
احلاوى للفتاوى لل�سيوطي اجلزء األول ص 120 : ومهنا أنه أحرق ماكن املاليه من أجل ما يعمل فيه من املاليه وقال ابن ال�سبيك وهذا منه دليل عىل أنه اكن يرى جواز إتالف ماكن الفساد إذا تعني طريقا هذه عبارة ال�سبيك وقد نقل املاوردي يف األحاكم السلطانية فعل الاصطخري ومل ينكره وقال أيضا يف األحاكم السلطانية ميتاز وىل اجلرامئ عىل القضاء بأوجه مهنا أن هل فمين تكررت منه اجلرامئ ومل يزنجر ابحلدود ا�ستدامة حبسه إذا أرض الناس جبرامئه حىت ميوت ومهنا أن هل أخذ اجملرم ابلتوبة قهرا ويظهر هل من الوعيد ما يقوده إلهيا طوعا ويتوعده ابلقتل فامي ال جيب فيه القتل.إهـ Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah
23.
املوسوعة الفقهية الكويتية ( -ج / 12ص )270 مرشوعية التعزير ابملال -:األصل يف مذهب أيب حنيفة :أن التعزير بأخذ املال غري جائز ،فأبو حنيفة ومحمد ال جيزيانه بل إن محمدا مل يذكره يف كتاب من كتبه أما أبو يوسف فقد روي عنه :أن التعزير بأخذ املال من اجلاين جائز إن رئيت فيه مصلحة وقال الشربامليس :وال جيوز عىل اجلديد بأخذ املال .يعين ال جيوز التعزير بأخذ املال يف مذهب الشافعي اجلديد ويف املذهب القدمي :جيوز .أما يف مذهب ماكل يف املشهور عنه ،فقد قال ابن فرحون :التعزير بأخذ املال قال به املالكية وقد ذكر مواضع خمصوصة يعزر فهيا ابملال ،وذكل يف قوهل � :سئل ماكل عن اللنب املغشوش أيراق ؟ قال :ال ،ولكن أرى أن يتصدق به ،إذا اكن هو اذلي غشه .وقال يف الزعفران واملسك املغشوش مثل ذكل ،سواء اكن ذكل قليال أو كثريا ،وخالفه ابن القامس يف الكثري ،وقال :يباع املسك والزعفران عىل ما يغش به ،ويتصدق ابلمثن أداب للغاش .وأفىت ابن القطان األندليس يف املالحف الرديئة النسج بأن حترق .وأفىت ابن عتاب :بتقطيعها والصدقة هبا خرقا وعند احلنابةل حيرم التعزير بأخذ املال أو إتالفه ؛ ألن الرشع مل يرد بيشء من ذكل معن يقتدى به .وخالف ابن تميية وابن القمي ،فقاال :إن التعزير ابملال سائغ إتالفا وأخذاأنواع التعزير ابملال التعزير ابملال يكون حببسه أو بإتالفه ،أو بتغيري صورته ،أو بمتليكه للغري .أ -حبس املال عن صاحبه -وهو أن ميسك القايض شيئا من مال اجلاين مدة زجرا هل ،مث يعيده هل عندما تظهر توبته ،وليس معناه أخذه لبيت املال ؛ ألنه ال جيوز أخذ مال إنسان بغري سبب رشعي يقتيض ذكل وفرسه عىل هذا الوجه أبو حيىي اخلوارزيم .ونظريه ما يفعل يف خيول البغاة وسالهحم ،فإهنا حتبس عهنم مدة وتعاد إلهيم إذا اتبوا .وصوب هذا الرأي اإلمام ظهري ادلين المتراتيش اخلوارزيم .أما إذا صار ميئوسا من توبته ،فإن للحامك أن يرصف هذا املال فامي يرى فيه املصلحة Ma’alim al-Qurbah
24.
معامل القربة يف معامل احل�سبة للقرىش الشافعى ص 196 : (فصل) وأما التعزير يف األموال جفائز عند ماكل رمحه هللا وهو قول قدمي عند الشافعي ( بدليل أنه أوجب عىل من وطئ زوجته احلائض يف إقبال ادلم دينار ويف إدابره نصف دينار رواه ابن عباس ويف من غل الزاكة تؤخذ منه ويؤخذ شطر ماهل عقوبة هل وا�ستدل حبديث هبز بن حكمي عن أبيه عن جده أن النيب ( قال (يف لك أربعني من اإلبل السائبة بنت لبون من أعطاها مرجتزا فهل أجرها ومن منعها فأان آخذها وشطر ماهل عزمة من عزمات ربنا ليس آلل محمد فهيا يشء) وقد روي أن سعد بن أيب وقاص أخذ سلب رجل قتل صيدا ابملدينة وقال مسعت رسول هللا ( يقول (من رأى رجال يصطاد ابملدينة فهل سلبه) واملراد هاهنا ابلسلب الثياب حفسب وهذا ما أورده اإلمام وقد روي أهنم لكموا ~~131
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
أنه أحرق-كرم هللا وهجه-سعدا يف هذا السلب فقال ما كنت أرد طعمة أطعمنهيا رسول هللا ( وروي أن معر أراق لبنا مغشوشا وعن عيل طعاما حمتكرا ابلنار قال الغزايل للوايل أن يفعل ذكل إذا رأى املصلحة فيه وأقول وهل أن يكرس الظروف اليت فهيا امخلور زجرا وقد فعل ذكل وإذا رأى الوايل ابجهتاد مثل تكل احلاجة, يف زمن رسول هللا ( تأكيدا للزجر ومل يثبت نسخه ولكن اكنت احلاجة إىل الزجر والفطام شديدة جاز هل مثل ذكل فإن اكن هذا منوطا بنوع اجهتاد رقيق مل يكن ذكل آلحاد الرعية
IV. PEMAKZULAN (PEMBERHENTIAN) PEMIMPIN Deskripsi : Ulama sepakat, bahwa wajib hukumnya taat kepada pemimpin selama ia menjalankan amanatnya dan tidak boleh memberhentikannya tanpa alasan yang dibenarkan. Permasalahan muncul ketika seorang pemimpin seperti presiden, gubenrnur atau bupati dipilih dengan basis dukungan suara terbanyak. Apalagi dukungan suara terbanyak dianggap segala-galanya. Anggapan seperti ini berpotensi menimbulkan ketidakstabilan politik dan pemerintahan. Sebagaimana yang sering terjadi di masyarakat, kesalahan sedikit seorang pemimpin digunakan alasan untuk upaya memberhentikan kepemimpinannya. Atau sebaliknya pemimpin yang melakukan kesalahan besar, oleh karena mempunyai dukungan politik dan suara yang besar tetap dipertahankan. Oleh karena kepentingan politiknya, lawan politik yang mengandalkan dukungan suara banyak, begitu mudah menjatuhkan pemerintahan. Akhirnya pemimpinpun merasa tidak tenang menjalankan pemerintahan hanya karena kurang dukungan politik. Sekalipun secara hukum apa yang dilakukan sudah benar. Bahkan kesalahan masa lampau yang sudah diputuskan pengadilan-pun bisa diungkit untuk dijadikan alasan pemberhentian. Kasus penggunaan fasilitas negara untuk kampanye, penggunaan program sosial pemerintah untuk ~132~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU~
menggalang dukungan pribadi, kasus pribadi yang tidak berkait langsung dengan pemerintahan, dan sebagainya dijadikan alasan untuk pemberhentian. Karena kepentingan politik pula, pemimpin yang banyak melakukan kesalahan hanya karena mendapatkan dukungan suara terbanyak, sulit diberhentikan karena proses pemberhentiannya harus melalui tahapan aturan main, di mana suara terbanyaklah yang akan menentukan layak atau tidak sang pemimpin untuk diberhentikan. Hal seperti ini terjadi baik pada kepemimpinan di tingkat pusat, propinsi dan daerah. Satu sisi bisa membuat pemimpin hatihati, tapi di sisi lain pemimpin yang lalim merasa tenang karena mendapat dukungan kuat sekalipun mengabaikan kebenaran.
Pertanyaan : 1. Apa sebab-sebab pemimpin boleh diberhentikan? 2. Jika seorang pemimpin telah melakukan hal-hal yang menyebabkan ia bisa diberhentikan, bagaimana proses tahapan pemberhentiannya?
Jawaban : 1. Mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak ada penyebab yang menjadikan pemimpin dapat diberhentikan kecuali jika nyata-nyata melanggar konstitusi, 2. Apabila telah terbukti dan ditetapkan secara hukum pemimpin maka boleh dima’zulkan dengan cara: a. Direkomendasikan untuk mengundurkan diri b. Apabila tidak mau mengundurkan diri dan juga tidak mau bertaubat maka bisa dima’zulkan dengan aturan ~133~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
yang konstitusional selama tidak menimbulkan madharrat yang lebih besar. c. Apabila pemimpin telah terbukti dan ditetapkan secara hukum melakukan hal-hal yang menyebabkan dapat diberhentikan, maka proses tahapan pemberhentiannya sesuai dengan tahapan konstitusi yang ada. Referensi : 1. Raudhah al Thalibin, Juz VIII, hlm. 369-370 الرابعة :ال جيوز خلع اإلمام بال سبب ،فلو خلعوه ،مل ينخلع ،ولو خلع اإلمام نفسه ،نظر ،إن خلع لعجزه عن القيام بأمور املسلمني لهرم أو مرض وحنوهام ،انعزل ،مث إن وىل غريه قبل عزل نفسه ،انعقدت واليته ،وإال فيبايع الناس غريه ،وإن عزل نفسه بال عذر ،ففيه أوجه :أحصها: ال ينعزل ،وبه قطع صاحب «البيان» وغريه ،والثاين :ينعزل ،ألن إلزامه الا�سمترار قد يرضُّ به يف آخرته ودنياه ،والثالث وبه قطع البغوي : إن مل يظهر عذر ،فعزل نفسه ومل يول غريه ،أو وىل من هو دونه ،مل ينعزل ،وإن وىل مثهل ،أو أفضل ،ففي الانعزال وهجان وهل لإلمام عزل ويل العهد؟ قال املتويل :نعم ،واملاوردي :ال ،ألنه ليس انئباً هل بل للمسلمني .قلت:قول املاوردي أحص ،قال املاوردي :فلو عزهل اإلمام، وعهد إىل اثن ،مث عزل املعهود إليه أو ًال نفسه ،فعهد الثاين ابطل ،وال بد من ا�ستئنافه.وهللا أعمل اخلامسة�:سبق يف ابب األوصياء أن اإلمام ال ينعزل ابلفسق عىل الصحيح ،وال ينعزل ابإلغامء ألنه متوقع الزوال ،وينعزل ابملرض اذلي ين�سيه العلوم ،وابجلنون ،قال املاوردي :فلو اكن جين ويفيق ،وزمن اإلفاقة أكرث ،وميكن فيه من القيام ابألمور ،مل ينعزل ،وينعزل ابلعمى والصمم واخلرس ،وال ينعزل بثقل السمع ،ومتمتة اللسان ،ويف منعهام ابتداء الوالية خالف ،واألحص أن قطع إحدى اليدين أو الرجلني ،ال يؤثر يف ادلوام وابهلل التوفيق. قلت :ومما يتعلق ابلباب مسائل؛ إحداها :قال املاوردي :لو أرس اإلمام ،لزم األمة استنقاذه ،وهو عىل إمامته ما دام مرجو اخلالص بقتال أو فداء ،فإن أيس منه ،نظر ،ان أرسه كفار ،خرج من اإلمامة ،وعقدوها لغريه ،فإن عهد ابإلمامة وهو أسري ،نظر إن اكن بعد اليأس من خالصه ،مل يصح عهده ألنه عهد بعد انعزاهل ،وإن عهد قبل اليأس ،حص عهده لبقاء واليته ،وت�ستقر إمامة املعهود إليه ابليأس خالص من العاهد النعزاهل ،ولو خلص من أرسه ،نظر إن خلص بعد اليأس ،مل تعد إمامته ،بل ت�ستقر لويل عهده ،وإن خلص قبل اليأس ،فهو عىل إمامته ،وأما إذا أرسه بغاة من املسلمني ،فإن اكن مرجو اخلالص ،فهو عىل إمامته ،وإن مل يرج واكنت البغاة ال إمام هلم ،فاألسري عىل إمامته، وعىل أهل الاختيار أن ي�ستنيبوا عنه إن مل يقدر هو عىل الاستنابة ،فإن قدر ،فهو أحق ابالستنابة ،فإن خلع األسري نفسه ،أو مات ،مل يرص املستناب إماماً ،وإن اكن للبغاة اذلين أرسوه إمام نصبوه ،خرج األسري من اإلمامة إن أيس من خالصه ،وعىل أهل الاختيار يف دار العدل عقد اإلمامة ملن يصلح لها ،فإن خلص األسري ،مل يعد إىل اإلمامة خلروجه مهنا.
~~134
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
2. Al-Mawaqif كتاب املواقف -اإلجيي ولألمة خلع اإلمام وعزهل بسبب يوجبه مثل أن يوجد منه ما يوجب اختالل أحوال املسلمني وانتاكس أمور ادلين كام اكن هلم نصبه وإقامته النتظاهما وإعالهئا وإن أدى خلعه إىل الفتنة احمتل أدىن املرضتني 3. Syarh al-Nawawiy ‘ala Shahih Muslim رشح النووي عىل حصيح مسمل ( إن رسول هللا صىل هللا عليه و سمل بعث جيشا وأمر علهيم رجال فأوقد انرا وقال ادخلوها إىل قوهل ال طاعة يف معصية إمنا الطاعة يف املعروف ) هذا موافق لألحاديث الباقية أنه ال طاعة يف معصية إمنا يه يف املعروف وهذا اذلي فعهل هذا األمري قيل أراد امتحاهنم وقيل اكن مازحا قيل إن هذا الرجل عبد هللا بن حذافة السهمي وهذا ضعيف ألنه قال يف الرواية اليت بعدها أنه رجل من األنصار فدل عىل أنه غريه قوهل صىل هللا عليه و سمل ( لو دخلمتوها مل تزالوا فهيا إىل يوم القيامة ) هذا مما علمه صىل هللا عليه و سمل ابلويح وهذا التقييد بيوم القيامة مبني للرواية املطلقة بأهنم ال خيرجون مهنا لو دخلوها قوهل صىل هللا عليه و سمل ( إال أن تروا كفرا بواحا عندمك من هللا فيه برهان ) هكذا هو ملعظم الرواة ويف معظم النسخ بواحا ابلواو ويف بعضها براحا والباء مفتوحة فهيام ومعناهام كفرا ظاهرا واملراد ابلكفر هنا املعايص ومعىن عندمك من هللا فيه برهان أي تعلمونه من دين هللا تعاىل ومعىن احلديث ال تنازعوا والة األمور يف واليهتم وال تعرتضوا علهيم إال أن تروا مهنم منكرا حمققا تعلمونه من قواعد اإلسالم فإذا رأيمت ذكل فأنكروه علهيم وقولوا ابحلق حيث ما كنمت وأما اخلروج علهيم وقتاهلم حفرام بإجامع املسلمني وإن اكنوا فسقة ظاملني وقد تظاهرت األحاديث مبعىن ما ذكرته وأمجع أهل ال�سنة أنه ال ينعزل السلطان ابلفسق 4. Mausu’ah al Fiqh al-Islami, Juz 5, hlm. 331 طريقة عزل اإلمام العاجز أو املنحرف :لعزل اإلمام عدة وسائل :األوىل :إما أن يعزل اإلمام نفسه إذا أحس بعدم القدرة عىل القيام بأعباء اخلالفة وترصيف أمور ادلوةل .الثانية :أن يتقدم أهل احلل والعقد إىل اإلمام اذلي احنرف وينذرونه مغبة احنرافه لعهل يرجع .فإن أرص عىل احنرافه عزلوه بلك و�سيةل ممكنة برشط أن ال يرتتب عىل ذكل مفسدة أكرب من املفسدة املرجو إزالهتا وال يواجه اإلمام املنحرف ابل�سيف والقتال ملا يسببه ذكل من حصول الفنت وسفك ادلماء واضطراب حبل األمن.
~~135
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
V. ADVOKAT DALAM TINJAUAN FIQH Deskripsi : Setiap orang yang mempunyai masalah hukum baik terkait hukum pidana maupun hukum perdata dapat menggunakan jasa advokat. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum baik konsultasi maupun litigasi (pendampingan di persidangan), dan atas jasa hukum yang diberikan dia berhak atas honor, terkadang ditambah bonus, yang disepakati sebelumnya. Advokat yang mendampingi klien berkewajiban memastikan bahwa proses hukum yang dijalani oleh kliennya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dengan demikian kliennya akan mendapatkan keadilan atas proses tersebut. Dalam beberapa kasus, baik perkara pidana maupun perdata, advokat bertindak melampui kewenangannya semata-mata untuk memenangkan kliennya. Seperti menyodorkan bukti-bukti palsu, mengarahkan saksi-saksi untuk berbohong, dan lainnya. Apalagi, kebenaran perkara pidana didasarkan pada kebenaran materiil, dan kebenaran perkara perdata hanya didasarkan pada buktibukti formal. Pada saat pemerintah dan masyarakat berjihad memberantas korupsi dan narkoba, justru ada sebagian advokat dengan berdasar asas praduga tak bersalah berusaha membela matian-matian untuk membebaskannya dari jerat hukum, sekalipun dengan caracara yang sesungguhnya melanggar hukum.
~136~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU~
Pertanyaan : 1. Bagaimana hukum seorang advokat yang menggunakan
segala cara demi memenangkan kliennya?. Misalnya, dalam perkara perdata dimana pelaku yang memiliki KTP atau sertifikat tanah yang secara bukti formal benar akan tetapi sejatinya salah.
2. Apa hukum honor advokat yang membela klien yang terduga
salah, seperti kasus korupsi atau narkoba?
Jawaban : 1. Hukum seorang advokat yang menggunakan segala cara
demi memenangkan kliennya adalah haram. Karena beberapa alasan, diantaranya; menghalangi pihak lain untuk mendapatkan haknya, terdapat unsur manipulasi, atau membantu kedzaliman.
2. Pada dasarnya hukum honor advokat adalah halal. Adapun
jika advokat tersebut dalam rangka membela klien yang terduga salah maka diperinci (tafshil) sebagai berikut: Apabila ia yakin atau punya dugaan kuat bahwa upayanya adalah untuk menegakkan keadilan maka hukum honornya halal. Dan apabila ia yakin atau punya dugaan bahwa upayanya untuk melawan keadilan maka hukumnya haram.
Referensi : 1. Is’ad al-Rafiq
دار إحياء الكتب العربية138 :اسعاد الرفيق اجلزء الثاىن ص قال فهيا وهو. لك من يتعاطى مفسدة يلزمه بسبهبا أمر رشعى:(و) مهنا (إيواء الظامل ومنعه ممن يريد أخذ احلق منه) واملراد به كام ىف الزواجر قيل، وخرب مسمل وغريه عن عىل كرم هللا وهجه أنه قال حىش رسول هللا صىل هللا عليه وسمل بأربع لكامت.من الكبائر كام رصح به البلقىن ، منعه ممن يريد استيفاء احلق منه: لعن هللا من آوى حمداث، لعن هللا من لعن وادليه،ما هن اي أمري املؤمنني ؟ قال لعن هللا من ذحب لغري هللا ~137~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
واملراد ما مر ،لعن هللا من غري منار األرض .قال القسطالىن :وآوى مبدة اهلمزة أفصح ىف املتعدى وعكسه الالزم وكرس دال حمداث :اى من نرص جانيا وآواه وأجاره من خصمه وحال بينه وبني أن يقتص منه ،وجيوز فتح ادلال ومعناه الامر املبتدع نفسه ،وإذا رىض ابلبدعة وأقره فاعلها ومل ينكرها عليه فقد آواه ،وعد فهيا من الكبائر الشفاعة ىف احلدود لقوهل عليه الصالة والسالم « من حالت شفاعته دون حد من حدود هللا تعاىل فقد ضاد هللا عز وجل « ومن خاض ىف الباطل وهو يعمل مل يزل ىف خسط هللا حىت ينـزع ،ومن قال ىف مسمل ماليس فيه أسكنه ردغة اخلبال :اى الوحل ،واخلبال عصارة أهل النار وعرفهم .قال وهو ظاهر وإن مل أر من ذكره ألن ىف ترك إقامة احلدود مفسدة عظمية ،وذلا ورد أن اقامة حد أنفع لألرض من مطر أربعني صباحا.اهـ 2. Al-Taisir bi-Syarh al-Jami’ al-Shaghir
التيسري برشح اجلامع الصغري ( من غ�شنا فليس منا واملكر واخلداع يف النار ) أي صاحهبام ي�ستحق دخولها الن ادلاعي اليه احلرص عىل ادلنيا والرغبة فهيا وذكل جير الهيا 3. Shahih al-Bukhariy
البخاري ض َ ُل النَّب َص َّل َّ ُ الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل قَا َل ِإن َّ َما أَنَ ب َ ٌ ون إ َ َِّل َول َ َع َّل ب َ ْعضَ ُ ْك أَ ْن يَ ُك َ َش َو ِإنَّ ُ ْك َ ْتتَ ِص ُم َ ون أَلْ َح َن ِ ُب َّج ِت ِه ِم ْن ب َ ْع ٍض َوأَ ْق ِ َ ع َْن ُأ ِّم َسلَ َم َة ع َْن ِ ِّ ع ََل َ ْن ِو مَا أَ ْ َس ُع فَ َم ْن قَضَ ي ُْت َ ُل ِم ْن َح ِّق أَ ِخي ِه َشيْئًا فَ َل ي َ ْأخ ُْذ فَ ِإن َّ َما أَ ْق َط ُع َ ُل ِق ْط َع ًة ِم ْن النَّارِ . 4. Fath al-Bariy Syarh Shahih al-Bukhariy
فتح الباري رشح حصيح البخاري وفيه ان من ادعى ماال ومل يكن هل بينة حفلف املدعى عليه وحمك احلامك برباءة احلالف أنه ال يربأ يف الباطن وان املدعي لو أقام بينة بعد ذكل تنايف دعواه مسعت وبطل احلمك وفيه أن من احتال ألمر ابطل بوجه من وجوه احليل حىت يصري حقا يف الظاهر وحيمك هل به أنه ال حيل هل تناوهل يف الباطن
~~138
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU~
VI. EKSPLOITASI ALAM SECARA BERLEBIHAN Deskripsi : Indonesia adalah salah satu negara yang diberi anugerah oleh Allah SWT., berupa sumberdaya alam yang melimpah, sehingga hampir semua korporasi tambang dan gas internasional melakukan bisnis ekplorasinya. Di satu sisi bisnis tersebut menguntungkan rakyat Indonesia, sedangkan di sisi lain menimbulkan kerusakan lingkungan alam yang luar biasa dampaknya. Sebagai contoh nyata mengenai rusaknya alam kita, di kepulauan Riau kita melihat di mana-mana bertebaran lubang galian bekas tambang bauksit dan yang lain-lain. Di Kalimantan kita bisa menyaksikan ribuan hektar tanah terlantar bekas kerukan batubara. Di Papua kita menyaksikan kubangan raksasa menganga bekas penambangan emas. Di Aceh dengan jelas kita saksikan lahan bekas produksi minyak dan gas yang terbengkalai, serta masih banyak lagi lahan yang rusak karena eksplorasi sumberdaya alam. Kerusakan tersebut antara lain karena lemahnya kontrol Pemerintah, selain karena ketidak pedulian terhadap AMDAL. Sejauh ini batasan etis eksplorasi sumberdaya alam telah banyak diabaikan. Pengusaha melakukan eksplorasi bahkan pada batas-batas tertentu telah melakukan eksploitasi tanpa mempertimbangkan visi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Ekploitasi dilakukan hanya mempertimbangkan kepentingan ekonomi semata, seakan-akan tidak ada lagi manusia yang akan hidup setelah masa eksploitasi berakhir. Pencemaran udara tidak diperhitungkan, rusaknya alam tidak dipikirkan, hancurnya ~139~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
tatanan musim dengan pancaroba berkepanjangan dan matinya segala biota, flora dan fauna dianggap sebagai konsekuensi yang wajar-wajar saja dari sebuah pertumbuhan ekonomi.
Pertanyaan: 1. Bagaimana hukum melakukan eksploitasi kekayaan alam secara legal, tetapi membahayakan lingkungan ? 2. Bagaimana hukum aparat pemerintah terkait yang memberikan ijin penambangan yang berdampak pada kerusakan alam? 3. Bagaimana seharusnya sikap masyarakat yang melihat perusakan alam akibat penambangan?
Jawaban : 1. Eksploitasi kekayaan alam yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan hukumnya adalah haram. 2. Pemberian ijin eksploitasi oleh aparat pemerintah yang berdampak pada kerusakan alam yang tidak bisa diperbaiki lagi maka hukumnya haram jika disengaja. 3. Sikap yang dilakukan oleh masyarakat adalah wajib amar ma’ruf nahi munkar sesuai kemampuannya. Referensi : 1. Tafsir al-Razi )146 ص/ 7 (ج- تفسري الرازي : { َو َال ت ُ ْف ِسدُ و ْا ِف األرض ب َ ْعدَ إصالهحا } وفيه مسألتان: قال تعاىل ~140~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
املسأةل األوىل :قوهل َ { :و َال ت ُ ْف ِسدُ و ْا ِف األرض ب َ ْعدَ إصالهحا } معناه وال تفسدوا شيئاً يف األرض ،فيدخل فيه املنع من إفساد النفوس ابلقتل وبقطع األعضاء ،وإفساد األموال ابلغصب والرسقة ووجوه احليل ،وإفساد األداين ابلكفر والبدعة ،وإفساد األنساب بسبب اإلقدام عىل الزان واللواطة وسبب القذف ،وإفساد العقول بسبب رشب املسكرات ،وذكل ألن املصاحل املعتربة يف ادلنيا يه هذه امخلسة :النفوس واألموال واألنساب واألداين والعقول .فقوهل َ { :و َال ت ُ ْف ِسدُ و ْا } منع عن إدخال ماهية اإلفساد يف الوجود ،واملنع من إدخال املاهية يف الوجود يقتيض املنع من مجيع أنواعه وأصنافه ،فيتناول املنع من اإلفساد يف هذه األقسام امخلسة املسأةل الثانية :هذه اآلية تدل عىل أن األصل يف املضار احلرمة واملنع عىل اإلطالق .إذا ثبت هذا فنقول :إن وجدان نصاً خاصاً دل عىل جواز اإلقدام عىل بعض املضار قضينا به تقدمياً للخاص عىل العام وإال بقي عىل التحرمي اذلي دل عليه هذا النص . واعمل أان كنا قد ذكران يف تفسري قوهل تعاىل ُ { :ق ْل م َْن َح َّر َم زِينَ َة هللا الىت أَخ َْر َج ِل ِع َبا ِد ِه والطيبات ِم َن الرزق } [ األعراف ] 32 :أن هذه اآلية تدل عىل أن األصل يف املنافع والذلات اإلابحة واحلل ،مث بينا أنه ملا اكن األمر كذكل دخل حتت تكل اآلية مجيع أحاكم هللا تعاىل ، فكذكل يف هذه اآلية أهنا تدل عىل أن األصل يف املضار واآلالم ،احلرمة .وإذا ثبت هذا اكن مجيع أحاكم هللا تعاىل داخ ًال حتت معوم هذه اآلية ،ومجيع ما ذكرانه من املباحث واللطائف يف تكل اآلية فه�ي موجودة يف هذه اآلية ،فتكل اآلية داةل عىل أن األصل يف املنافع احلل ، وهذه اآلية داةل عىل أن األصل يف مجيع املضار احلرمة ،ولك واحدة من هاتني اآليتني مطابقة لألخرى مؤكدة ملدلولها مقررة ملعناها ،وتدل عىل أن أحاكم مجيع الوقائع داخةل حتت هذه العمومات (ج / 7ص )146 2. Al-Fiqh al-Islamiy wa adillatuhu الفقه الاساليم وأدلته القاعدة الثالثة ـ ترتب رضر أعظم من املصلحة :إذا ا�ستعمل اإلنسان حقه بقصد حتقيق املصلحة املرشوعة منه ،ولكن ترتب عىل فعهل رضر يصيب غريه أعظم من املصلحة املقصودة منه ،أو يساوهيا ،منع من ذكل سداً لذلرائع ،سواء أاكن الرضر الواقع عاماً يصيب امجلاعة ،أو خاصاً بشخص أو أشخاص .وادلليل عىل املنع قول الرسول ّ صل هللا عليه وسمل « :ال رضر وال رضار» ( )1وعىل هذا فإن ا�ستعامل احلق يكون تعسفاً إذا ترتب عليه رضر عام ،وهو دامئاً أشد من الرضر اخلاص ،أو ترتب عليه رضر خاص أكرث من مصلحة صاحب احلق أو أشد من رضر صاحب احلق أو مساو لرضر امل�ستحق .أما إذا اكن الرضر أقل أو متوهامً فال يكون ا�ستعامل احلق تعسفاً. وأما امللكية غري املرشوعة فيجوز لدلوةل التدخل يف شأهنا لرد األموال إىل صاحهبا ،بل إن لها احلق يف مصادرهتا ،سواء أاكنت منقوةل أم غري منقوةل ،كام فعل �سيدان معر يف مشاطرة بعض والته اذلين وردوا عليه من واليهتم بأموال مل تكن هلم ،ا�ستجابة ملصلحة عامة :وهو البعد هبا عن ال�شهبات وعن اختاذها و�سيةل للرثاء ( )2؛ ألن امللكية مقيدة ابلطيبات واملباحات ،أما احملرمات اليت جتيء عن طريق الرشوة أو الغش أو الراب أو التطفيف يف الكيل واملزيان أو الاحتاكر أو ا�ستغالل النفوذ والسلطة ،فال تصلح سبباً مرشوعاً للمتكل. وكذكل حيق لدلوةل التدخل يف امللكيات اخلاصة املرشوعة لتحقيق العدل واملصلحة العامة ،سواء يف أصل حق امللكية ،أو يف منع املباح ومتكل املباحات قبل اإلسالم وبعده إذا أدى ا�ستعامهل إىل رضر عام ،كام يتضح من مساوئ امللكية اإلقطاعية ،ومن هنا حيق لويل األمر العادل أن يفرض قيوداً عىل امللكية يف بداية إنشاهئا يف حال إحياء املوات ،فيحددها مبقدار معني ،أو ينزتعها من أحصاهبا مع دفع تعويض عادل عهنا ()3 إذا اكن ذكل يف سبيل املصلحة العامة للمسلمني (. )4 ~~141
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
ومن املقرر عند الفقهاء أن لويل األمر أن يهن�ي إابحة امللكية حبظر يصدر منه ملصلحة تقتضيه ،فيصبح ما جتاوزه أمراً حمظوراً ،فإن طاعة ويل األمر واجبة بقوهل تعاىل{ :اي أهيا اذلين آمنوا أطيعوا هللا وأطيعوا الرسول وأويل األمر منمك} [النساء ]4/59:وأولو األمر يف ال�سياسة واحلمك: األمراء والوالة كام روى ابن عباس وأبو هريرة ،وقال الطربي :إنه أوىل األقوال ابلصواب. ومن أمثةل تدخل ويل األمر يف امللكية :ما روي محمد الباقر عن أبيه عيل زين العابدين أنه قال« :اكن لسمرة بن جندب خنل يف حائط (أي ب�ستان) رجل من األنصار ،واكن يدخل هو وأههل فيؤذيه ،فشاك األنصاري ذكل إىل رسول هللا ّ صل هللا عليه وسمل ،فقال رسول هللا لصاحب النخل :بعه ،فأىب ،فقال الرسول :فاقطعه ،فأىب ،فقال :فهبه وكل مثهل يف اجلنة ،فأىب ،فالتفت الرسول إليه وقال :أنت مضار ،مث التفت إىل األنصاري ،وقال :اذهب فاقلع خنهل» ( )1ففي هذه احلادثة ما يدل عىل أن النيب ّ صل هللا عليه وسمل مل حيرتم امللكية املعتدية ،وهو القائل يف القضاء يف حقوق الارتفاق« :ال رضر وال رضار» ( ، )2وروى أبو هريرة ريض هللا عهنم أن رسول هللا ّ صل هللا عليه وسمل قال« :ال مينع جار جاره أن يغرز خ�شبة يف جداره» ( . )3ورشع اإلسالم حق الشفعة عىل امللكية ،دفعاً للرضر وإقراراً لقاعدة املصلحة. 3. Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab اجملموع رشح املهذب -جشرة العناوين ()118/12 (املسأةل الثالثة) إن ابع ومل يبني العيب حص البيع مع املعصية قال الشافعي رمحه هللا يف اخملترص وحرام التدليس وال ينقض به البيع ومجةل القول يف ذكل أن البائع إذا ابع سلعة يعمل أن فهيا عيبا (فاما) أن يشرتط فهيا السالمة مطلقا أو عن ذكل العيب (واما) ان يطلق فان أطلق واقترص عىل كامتن العيب وىه مسأةل الكتاب مفذهبنا ومجهور العلامء أن البيع حصيح ونقل احملامىل وال�شيخ أبو حامد وغريهام عن داود أنه ال يصح ونقهل ابن املغلس عن بعض من تقدم من العلامء أيضا واحتج أحصابنا حبديث املرصاة كام ذكره املصنف رىض هللا عنه فان النيب صىل هللا عليه وسمل جعل مشرتى املرصاة ابخليار ان شاء أمسك وان شاء رد مع التدليس احلاصل من البائع ابلترصية وىه عيب مثبت للخيار مبقتىض احلديث فدل عىل أن التدليس ابلعيب وكامتنه ال يبطل البيع وبأن الهن�ى ملعىن يف العاقد والهن�ى إذا اكن ملعىن يف العاقد ال مينع حصة البيع اكلبيع عىل بيع أخيه وامنا يبطل الهن�ى إذا توجه إىل املعقود عليه اكلهن�ي عن املالمسة وب ا ْإل ْع َال ِم ِبلْ َع ْي ِب َ ،وأَ ِدل َّ ُتهُ: ُو ُج ُ ُ - 3و ُجوبُ ُه ع ََل الْ َعا ِق ِد: َذه ََب الْ ُفقَهَا ُء إ َِل أَ َّن ع ََل الْ َبائِع ِ ِإ ْع َال َم الْ ُمشْ َتِي ِبلْ َع ْي ِب الَّ ِ ي ِف َمبِي ِع ِه َ ،و َذ ِ َل ِفمي َا يَثْب ُُت ِفي ِه ِخيَ ٌار ،أَمَّا إ ِْن ل َ ْم يَ ُك ْن م َُسبِّبًا ِللْ ِخ َيارِ فَ َ ْتكُ التَّ َع ُّر ِض ص َح هَؤُ َال ِء ب َِأ َّن َ ُل لَي َْس ِم َن التَّدْ ِل ِيس الْ ُم َح َّر ِم َ َك قَال ِإمَا ُم الْ َح َرم ْ َِي َ ،وقَدْ َ َّ ُون ب َ َي ِان الْ َع ْي ِب الْ ُم َسب ِّ ِب ِللْ ِخ َيارِ َ ِ ص ٌيح َم َع الْ َم ْع ِص َي ِة ِع ْندَ ُ ْجهُورِ الْ ُفقَهَا ِء. - 4الْ َب ْي ُع د َ َوا�سْ َتدَ لُّوا ِ َب ِد ِ صا ِة الْ ُمثْب ِِت الْ ِخ َي َار ِللْ ُمشْ َتِي َ ،و َذ ِ َل َم ْب ِ ٌّن ع ََل ِ َّ التَّصي َ ُة َع ْي ٌب َ ،وهَا ُهنَا التَّدْ ِل ُيس ِللْ َع ْي ِب َو ِك ْت َمان ُ ُه َال يُ ْب ِطل ص ِة الْ َب ْيع ِ َ ،و ْ ِ يث الْ ُم َ َّ الْ َب ْي َع َِ ،أل َّن النَّ ْ َ�ي ِل َم ْع ًن ِف الْ َع ْق ِد ،فَال َ ((/12
~~142
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU~
VII. HUKUM ALIH FUNGSI LAHAN Deskripsi : Indonesia adalah salah satu negara yang diyakini akan mendulang puncak bonus demografi pada tahun 2017-2019. Bonus demografi akan terwujud jika ada perpaduan produktif antara jumlah penduduk yang melimpah dengan pengembangan kapasitas sumberdaya manusia yang optimal. Mengkonversi jumlah penduduk yang melimpah menjadi bonus demografi tentu saja bukan hal yang sederhana, konversi ini tentu saja projek raksasa yang membutuhkan segala upaya. Ketersediaan infrastruktur menjadi hal yang tidak mungkin dihindari. Infrastruktur adalah syarat mutlak untuk melakukan percepatan ekonomi, pembangunan sektor industri maupun untuk ketersediaan pemukiman. Pembangunan infrastruktur ini akan sangat dimungkinkan menjadi penyebab hilangnya lahan produktif yang selama ini menjadi tempat masyarakat kecil menggantungkan nasibnya. Atas nama kebutuhan infrastruktur yang mendesak, sawah, ladang, tambak alam bahkan hutan lindung telah dialih fungsikan. Di atas lahan-lahan produktif tersebut dibangun pabrik, ruko, apartemen dan alih fungsi lain yang menggesar posisi pemilik lahan menjadi masyarakat miskin tanpa kepemilikan. Lebih jauh dari itu, para investor kemudian berlomba membeli tanah untuk dijadikan alat investasi karena harganya yang terus melangit. Kegiatan investasi tanah ini tidak jarang berakibat ekstrim, yaitu meminggirkan pemilik awal disatu sisi, serta menterlantarkan tanah produktif karena menunggu lonjakan harga di sisi yang lain. ~143~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
Dampak dari alih fungsi yang mulai terasa saat ini adalah tingginya impor pangan karena ketersediaan dalam negeri yang terbatas, tingginya angka pengangguran karena minimnya lahan garapan, dan semakin tingginya tingkat ketergantungan masyarakat kecil dan negara pada pasar global. Pertanyaan : 1. Bagaimana hukum mengalihfungsikan lahan produktif seperti lahan pertanian atau ladang menjadi perumahan, perkantoran atau pabrik, sehingga menyebabkan penurunan produktifitas masyarkat dan berkurangnya hasil produksi pangan? 2. Bagaimana hukumnya membeli lahan produktif untuk dialih fungsikan untuk pembangunan infrastruktur? 3. Dalam kasus lain, bagaimana jika pihak investor menelantarkan tanah Negara sampai bertahun-bertahun, kemudian ditempati warga sampai turun-temurun. Dalam kasus ini, siapakah yang lebih berhak atas lahan tersebut, warga yang menguasai tanah tersebut apa pihak pemodal yang secara legal memiliki surat resminya? Jawaban : 1. Mengalihfungsikan lahan produktif seperti lahan pertanian atau ladang menjadi perumahan, perkantoran atau pabrik yang diyakini berdampak madlarrah ‘ammah (yang nyata) pada perekonomian hukumnya haram. 2. Membeli lahan produktif untuk dialihfungsikan menjadi infrastruktur hukumnya adalah boleh. Hanya saja, kalau hal itu diyakini (nyata-nyata) akan menimbulkan dlarar ‘ammah maka pemerintah wajib melarangnya. 3. Yang berhak atas tanah tersebut adalah negara. Karenanya negara atau pemerintah memiliki kewenangan menyerahkan ~144~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
pengelolaannya kepada pihak yang dipandang lebih berhak berdasarkan kemaslahatan. Dengan catatan: Pemerintah memberikan batasan tentang penelantaran yang berdasarkan prinsip kemashlahatan. Menurut imam Abu Hanifah batasannya adalah tiga tahun. Referensi : 1. Al-Majmu’, juz. 15, hal. 227 اجملموع ( -ج / 15ص )227 وروى ابن معر (أن النيب صىل هللا عليه وسمل أقطع الزبري حرض فرسه فأجرى فرسه حىت قام ورىم بسوطه ،فقال أعطوه من حيث وقع السوط .وروى أن أاب بكر أقطع الزبري وأقطع معر عليا وأقطع عامثن رىض هللا عهنم مخسة من أحصاب رسول هللا صىل هللا عليه وسمل :الزبري وسعدا وابن مسعود وخبااب وأسامة بن زيد رىض هللا عهنم .ومن أقطعه الامام شيئا من ذكل صار أحق به .ويصري اكملتحجر يف مجيع ما ذكرانه ،الن بإقطاع الامام صار أحق به اكملتحجر ،فاكن حمكه حمك املتحجر ،وال يقطع من ذكل إال ما يقدر عىل إحيائه النه إذا أعطاه أكرث من ذكل دخل الرضر عىل املسلمني من غري فائدة. 2. Hawasyi al-Syirwaniy, Juz. 6, hal. 224 حوايش الرشواين ( -ج / 6ص )224 قوهل( :وميتنع أيضا إقطاع وحتجر أرض الخذ حنو حطهبا اخل) مع امجلع اآليت يف الرشح خمصص ملا تقدم من جواز إقطاع املوات ولو متلياك فيكون حمهل يف موات مل ي�شمتل عىل شئ من الاعيان اليت تعم احلاجة إلهيا اكحلطب والالك والصيد أو ا�شمتل علهيا ولكن قصد ابالقطاع الارض ودخل ما ذكر تبعا وعليه فواحض أن الاقطاع إمنا جيوز ابملصلحة حفيث اكن الاقطاع املذكور مرضا بغريه مما يقرب إىل املوات املذكور من ابدية أو حارضة فينبغي منعه اه �سيد معر 3. Al-Majmu’, Juz. 15, hal. 217 اجملموع ( -ج / 15ص )217 (فرع) يقال للبرئ الىت حتفر يف الارض املوات :برئ عادية بتشديد الياء منسوبة إىل عاد ،وليس املراد عادا بعيهنا ،ولكن ملا اكنت عاد يف الزمن الاول واكنت لها آاثر يف الارض نسب إلهيا لك قدمي ،فلك من حفر برئا يف موات للمتليك فهل حرميها أربعون ذراعا حولها أو مخس وعرشون ذراعا من لك جانب أو مخسون ذراعا طول أبعد طريف حرميها ،ومن �سبق إىل برئ عادية اكن أحق هبا لقوهل صىل هللا عليه وسمل (من �سبق ~~145
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
إىل ما مل ي�سبق إليه مسمل فهو هل وهل حرميها مخسون ذراعا من لك جانب) وقد فرق سعيد بن املسيب بني العادى مهنا والبدئ ،جفعل الاوىل حرميها مخسون ذراعا وجعل البدئية حرميها مخسة وعرشون ذراعا .وجعل حرمي برئ الزرع ثالمثائة ذراع وقال :هذا من ال�سنة .وإذا قال اتبعي كبري اكبن املسيب (من ال�سنة) وكذكل روى أبو عبيد عن حيىي بن سعيد الانصاري أنه قال (ال�سنة يف حرمي القليب العادى مخسون ذراعا والبدئ مخس وعرشون ذراعا) فإمنا يقول لك مهنام -وهام اتبعيان كبريان -ذكل ملا حص عندهام من معل الصحابة واتفاقهم عليه مما جيعل هذا القدر هو ال�سنة النه ال خيلو من هدى نبوى. وقال أحصاب أمحد مهنم أبو اخلطاب والقاىض :ليس هذا عىل طريق التحديد بل حرميها عىل احلقيقة ما حتتاج إليه يف ترقية ماهئا مهنا ،فإن اكن بدوالب فقدر مد الثور أو غريه ،وان اكن بساقية فبقدر طول البرئ ،ملا روى عن النيب صىل هللا عليه وسمل قال (حرمي البرئ مد رشاهئا) رواه ابن ماجه. 4. Hawasyi al-Syirwaniy, Juz. 5, hal. 201 حوايش الرشواين ( -ج / 5ص )201 قوهل( :مل يبطل انتفاعه) أي أو حيصل رضر ال حيمتل عادة وانظر صورة منع الانتفاع به وإدخال الرضر عىل جاره يف هذه احلاةل فإن غايته أن ميد اجلناح حىت يلتصق جبناح جاره وأي رضر يلحقه بذكل ،فليتأمل اه ع ش .أقول من الرضر الالحق بذكل الاظالم وتعطيل الهواء لكن تقدم يف الرشح أهنام ال يؤثران هنا وعن مس تأييده يف الاظالم خالفا ملا يقتضيه قوهل أي ع ش أو حيصل رضر ال حيمتل عادة فلرياجع. 5. Fatawi al-Azhar, juz. 7, hal. 79 فتاوى األزهر ( -ج / 7ص )79 ملخصا من رد احملتار -لكن ما ذكره ىف أهنا إذا وصلت إليه بإقطاع السلطان مل يصح وقفه لها وال تلزم رشوطه مبىن عىل أن اإلقطاع عبارة عن متليك اخلراج من بقاء رقبة األرض لبيت املال كام يرصح بذكل قوهل بأن جعل هل خراهجا مع بقاء عيهنا لبيت املال ،أما عىل ما ذكره ىف رد احملتار أيضا من ابب العرش واخلراج بعد نقهل عبارة اإلمام أىب يوسف ىف كتاب اخلراج من قوهل فهذا يدل عىل أن لإلمام أن يعطى األرض من بيت املال عىل وجه المتليك لرقبهتا .كام يعطى املال حيث رأى املصلحة إذ ال فرق بني األرض واملال ىف ادلفع للم�ستحق 6. Al-Hawiy al-Kabir karya al-Mawardiy, juz. 7, hal. 1244 احلاوى الكبري ـ املاوردى ( -ج / 7ص )1244 الل ت َ َع َال َ « : -و َل يَن ْ َب ِغي أَ ْن يُ ْق ِط َع ُه ِم َن الْ َم َعا ِد ِن إ َِّل قَدْ َر مَا َ ْيتَ ِم ُل ،ع ََل أَن َّ ُه إ ِْن َعط َ َُّل ل َ ْم يَ ُك ْن َ ُل َمنْ ُع م َْن أَ َخ َذ ُه م َْس َأ َ ٌل :قَا َل الشَّ ا ِف ِع ُّي َ -ر ِ َح ُه َّ ُ َ َ ْ ْ َ ُ َ َ ُ ُ َ ْ ْ ْ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ون ُل َمنْ ُع ال َما�شِ َية فَضْ َل َمائِ َا ون ل َحاف ِرهَا َ ،ول يَك ُ َ ،و ِم ْن ُح َّج ِت ِه ِف َذ ِ َل أَ َّن َ ُل ب َ ْي َع ال ْر ِض َولي َْس ُل ب َ ْي ُع ال َم َعاد ِن َوأنَّ َا َكلب ْ ِِئ ْت َف ُر ِبل َباديَة فَتَك ُ َو َكلْ َم ْ ِنلِ ِبلْ َبا ِدي َ ِة ه َُو أَ َح ُّق ِب ِه ،فَ ِإ َذا تَ َر َك ُه ل َ ْم ي َ ْمنَ ْع ِم ْن ُه م َْن نَ َز َ ُل « . ض َب ِن ِ :إ ْق َطا ُع إ ِْرفَ ٍاق َ ،و ِإ ْق َطا ُع ت َ ْم ِل ٍ يك ،فَ َأمَّا ِإ ْق َطا ُع ْال ِْرفَ ِاق معناه وحمكه فَه َُو التَّ ْم ِك ُني ِم َن الْ َم ْع ِد ِن ِل َي ْع َم َل قَا َل الْ َم َاو ْر ِد ُّي َ :واع َ ْْل أَ َّن ْ ِال ْق َطا َع َ ْ ~~146
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
الظا ِه َر ِة َوالْ َبا ِطنَ ِة َ ِجي ًعا َ ،وأَمَّا ِإ ْق َطا ُع التَّ ْم ِل ِ ِفي ِه َو َل ي َ ْمنَ َع غ َ ْ َي ْه ِمنْ ُه ،فَهَ َذا ي َ ِص ُّح ِف الْ َم َعا ِد ِن َّ يك معناه وحمكه فَه َُو الَّ ِ ي ي َ ْمنَ ُع ِمنْ ُه ِف الْ َم َعا ِد ِن الظا ِه َر ِة َ ،و ِف َج َوازِ ِه ِف الْ َم َعا ِد ِن الْ َبا ِطنَ ِة قَ ْو َل ِن َمضَ َيا ،فَ ِإ َذا َج َّوزْ نَ ُه فَ َل يَنْتَ ِفي ِل ْ ِلمَا ِم أَ ْن ي َ ْق َط َع أَ َحدً ا ِمنْ ُه إ َِّل قَدْ َر مَا َ ْيتَ ِم ُل أَ ْن ي َ ْع َم َل ِفيهِ َّ ش َة ،فَإ ِِن ا ْقتَ َط َع أَ َحدً ا مَا َل َش ًة أَ ْق َط َعه ُْم قَدْ َر مَا َ ْي َت ِم ُل الْ َع َ َ َوي َ ْق ِد َر ع ََل الْ ِقيَا ِم ِب ِه ،فَإ ِْن َك َن َوا ِحدً ا أَ ْق َط َع ُه قَدْ َر مَا َ ْي َت ِم ُ ُل الْ َوا ِحدُ َ ،وإ ِْن َكنُوا ع َ َ َ َ لَّ ً ي َ ْق ِد ُر ع ََل الْ َع َملِ ِفي ِه َو َل يَتَ َمكَّ ُن ِم َن الْ ِقيَا ِم ِب ِه ل َ ْم َ ُي ْز ِ ،ل َما ِفي ِه ِم ْن ت َ ْف ِو ِ يت َمنْ َف َع ِت ِه ع ََل الْ ُم ْق ِطع ِ َوغ َ ْ ِي ِه فَ َص َار أ ْس َوأ َحال ِم َن الْ ِح َمى ا ِ ي يَنْتَ ِف ُع ِب ِه م َْن َ َحا ُه َ ،وأَ َّما قَ ْو ُ ُل ع ََل أَن َّ ُه إ ِْن َعط َ َُّل ل َ ْم يَ ُك ْن َ ُل َمنْ ُع م َْن أَ َخ َذ ُه ،فَقَ ِد ا ْختَلَ َف أَ ْ َ ُون صابُنَا ِف م َُرا ِد ِه ِب ِه فَقَا َل ب َ ْعضُ ه ُْم :أَ َرا َد ِب ِه ِإ ْق َطا َع ْال ِْرفَ ِاق د َ ون :ب َ ْل أَ َرا َد ِب ِه ِإ ْق َطا َع التَّ ْم ِل ِ التَّ ْم ِل ِ يك َوه َُو أَ َحدُ قَ ْول َ ْي ِه ِف أَن َّ ُه ي َ ْم ِل ُك ُه ُم َّد َة َ َع ِ ِل َ ،و َل ي َ ْم ِل ُك ُه ِإ َذا َعط َ َُّل ،فَ َأ َّما مَا َظه ََر ِبلْ َع َملِ قَ ْب َل يك َ ،وقَا َل آخ َُر َ ْ َ َ ِ ِ ْ ش َط ِفي ِه َزَوا َل الْ ِم ِْ ِ ِ ِ ل ع ْندَِ ون :ب َ ْل أ َرا َد ِبه ِإ ْق َطا َع التَّ ْمل ِ التَّ ْع ِطيلِ فَقَدْ َص َار ِف ِمل ِكه َو ُل َمنْ ُع غ َ ْ ِيه ِمنْ ُه َ ،وقَا َل آخ َُر َ يك ِإ َذا قَد ََّر ُه ِب ُم َّدة ال َع َملِ َو َ َ الل أَع َ ُْل . ت َ ْع ِطيلِ الْ َع َملِ ،فَ َل يَتَ َأيَّدُ ِم ْل ُك ُه قَ ْو ًل َوا ِحدً ا َ ،و َّ ُ 7. Al-Hawiy al-Kabir karya al-Mawardiy, juz. 7, hal. 1225 احلاوى الكبري ـ املاوردى ( -ج / 7ص )1225 فَ ْص ٌل َ :والْ َح ُال َّالرا ِب َع ُة :أَ ْن ي َ ْم ِس َكهَا الْ ُم ْحجِ ُر ِب َي ِد ِه م ََواتً َل ي َ ْأخ ُُذ ِف ِ َع َارتِ َا فَ ُي ْن َظ ُر ،فَإ ِْن َك َن ِف تَ ْر ِك الْ ِع َم َار ِة َم ْع ُذ ًورا تُ ِركَ َ ،ول َ ْم يُ ْع َت َْض عَلَ ْي ِه السلْ َط ِان أَ ْن ي َ ُقو َل َ ُل :إ ِْن أَ ْحيَ ْيتَ َا َوأَخ َْذ َت ِف ِ َع َارتِ َا َ ،وإ َِّل َرفَ ْع َت يَدَ كَ عَنْ َا َو َخل َّ ْينَا بَيْنَ َا َوب َ ْ َي م َْن ِفهيَا َ ،وإ ِْن أَ َّخ َر الْ ِع َم َار َة غ َ ْ َي َم ْع ُذ ٍور ،فَ َع َل ُّ ُضا ِبلْ ِح َمى َوت َ ْع ِطيلِ الْ ِع َم َار ِة . ُ ْي ِيهيَا َويُ ْع ِم ُرهَا َ ِ :ل ْن َل ي َ ِصريَ م ِ ًّ َوقَا َل أَبُو َح ِني َف َة :يُ َؤ َّج ُل ث َل َث �سِ ِن َني َل ُ َي َاط ُب ِفهيَا ،فَإ ِْن ل َ ْم ُيْيِ َا َحتَّ َمضَ ِت ال�سِّ ِن َني َ ض الثَّل َث فَ َل َح َّق َ ُل ِفهيَا ،ا�سْ ِتدْ َل ًل ب َِأ َّن ُ َع َر َ -ر ِ َ الل َع ْن ُه ِ -إن َّ َما َج َع َل َذ ِ َل ِف ب َ ْع ِض ْ َال ْح َوالِ ِل َم ْصلَ َحةٍ َّ ُ ض َّ ُ الل َع ْن ُه َ -ج َع َل أَ َج َل ْ ِال ْق َطاعِ ث َل َث �سِ ِن َني َ ،و َه َذا الْقَ ْو ُل َل َو ْج َه َ ُل َ ،و ُ َع ُر َ -ر ِ َ َ َ َ َ َ ً ً َ َ َ ِ ْ َّ َ َّ ِ ِ السلْ َط ُان ِب ْل ِْحيَاءِ ِ َ ِ َ َ َ َ ِ ْ َ ْ جِ ع ل ع ِّ ي م ل و ، َا ه ل : ا ي ش ل ج أ ل ذ ل ع {صل َّ ُ النَّب َ - َرآ َ ْ َ الل َ ْيه َو َس َل} -ل ْم يُقد ْر فهيَا أ َجل ،فل ْو أ َّن ال ُم ْح َر ح َني أم ََر ُه ُّ َ ْ ًّ َّن ِ َّ جَّل ُم َّد ًة قَ ِري َب ًة إ ِْن َظه ََر َ ُل أَ ْع َذ ٌار َو ُي ْر َج ُق ْر ُب َزَوا ِلهَا ِم ْن ِإ ْعدَ ا ِد َ ٍ أَ ْو َرفْع ِ ي َ ِد ِه َس َأ َل التَّ ْأجِ ي َل َ ،و ْ ِالن َْظ َار أَ َ ُ يب آل ،أَ ْو َ ْجع ِ رِ َج ِ ِال ،أَ ْو قَدُ و ِم َمالٍ قَ ِر ِ َ َ ِ ِ ِ ِ الْغَ ْي َب ِة َ ،و َل يُ َؤ َّج ُل مَا ي َ ُط ُ َ ْ ول زَ َمان ُ ُه ،أَ ْو مَا ل ت َظه َُر فيه أ ْعذ ُار ُه َ ،و ِب َّلل التَّ ْوف ُيق . 8. Hawasyi al-Syirwaniy, Juz. 9, hal. 12 حوايش الرشواين ( -ج / 9ص )12 عبارة املغين فإن قيل لو حفر برئا ملصلحة نفسه بإذن الامام مل يضمن فهال اكن هنا كذكل أجيب بأن لالمام الوالية عىل الشارع فاكن إذنه معتربا حيث ال رضر خبالف الهواء ال والية هل عليه فمل يؤثر إذنه يف عدم الضامن اه
Jombang, 4 Agustus 2015
~~147
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Waqi’iyyah NU
TIM PERUMUS BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH AL-WAQI’IYYAH Ketua
: KH. Ahmad Ishomuddin, MAg
Wakil Ketua : KH. Mujib Qolyubi, MA Wakil Ketua : KH. Zulfa Mustofa Wakil Ketua : KH. Yasin Asmuni Sekretaris
: KH. Dr. Abdul Ghofur Maemun
Anggota
: KH. Romadlon Khotib KH. Busyro Mustofa KH. Wawan Arwani KH. Azizi Hasbulloh KH. Najib Bukhori, MA H. Mahbub Ma’afi, S.Hi H. Auza’iy Asirun, MA H. M. Silahuddin, MA H. M. Asymawi
~148~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH AL-MAUDLU’IYYAH NAHDLATUL ULAMA
~149~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA NOMOR: 006/MNU-33/VIII/2015 TENTANG BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH AL-MAUDLU’IYYAH NAHDLATUL ULAMA بسم اهلل الرحمن الرحيم MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA Menimbang : a. Bahwa menjadi tugas Muktamar sebagai forum tertinggi dalam organisasi Nahdlatul Ulama untuk membahas masalah-masalah yang berkembang di masyarakat dari sudut pandang ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat agar dapat menjadi pedoman dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kesejahteraan umat; b. Bahwa Nahdlatul Ulama sebagai perkumpulan atau Jam’iyah Diniyah Islamiyah yang bergerak di bidang agama, pendidikan, sosial, kesehatan, pemberdayaan ekonomi umat dan berbagai bidang yang mengarah kepada terbentuknya khaira ummah, perlu secara terus-menerus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas dan kuantitas khidmahnya dengan berdasarkan ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat; c. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a dan b tersebut di atas, Muktamar ke-33 perlu menetapkan Hasil Bahtsul Masail ad-Diniyah al-Maudlu’iyah;
~150~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
Mengingat
:
a. Keputusan Muktamar XXVII Nahdlatul Ulama Nomor 002/ MNU-27/1984 jo. Keputusan Munas Alim Ulama Nomor II/ MAUNU/1401/4/1983 tentang Pemulihan Khittah Nahdlatul Ulama 1926; b. Keputusan Muktamar XXXIII Nahdlatul Ulama Nomor 001/ MNU-33/VIII/2015 Peraturan Tata Tertib Muktamar XXXIII; Memperhatikan : a. Khutbah Iftitah Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada pembukaan Muktamar ke 33 Nahdlatul Ulama tanggal 16 Syawal 1436 H/1 Agustus 2015 M; b. Laporan dan pembahasan Hasil Sidang Komisi Bahtsul Masail ad-Diniyah al-Maudlu’iyah yang disampaikan pada Sidang Pleno III Muktamar pada tanggal 19 Syawal 1436 H./4 Agustus 2015 M. c. Ittifak Sidang Pleno III Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama pada tanggal 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M; Dengan senantiasa memohon taufiq, hidayah serta ridlo Allah SWT: MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA TENTANG BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH ALMAUDLU’IYYAH; Pertama : Isi beserta uraian perincian sebagaimana dimaksud oleh keputusan ini terdapat dalam naskah Hasil-hasil Bahtsul ~151~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
Masail ad-Diniyah al-Maudlu’iyah sebagai pedoman dalam memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat dan mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kesejahteraan umat; Kedua : Mengamanatkan kepada Pengurus dan warga Nahdlatul Ulama untuk menaati segala Hasil-hasil Bahtsul Masail adDiniyah al-Maudlu’iyah ini; Ketiga
: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal;
Ditetapkan di : Jombang, Jawa Timur Pada tanggal : 19 Syawal 1436 H / 4 Agustus 2015 M
MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA PIMPINAN SIDANG PLENO III
Drs. KH. Ahmad Ishomuddin, MAg Ketua KH. Yahya Cholil Staquf Sekretaris
~152~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
HASIL SIDANG KOMISI BAHTSUL MASAIL DINIYYAH MAUDLU’IYYAH بسم اهلل الرمحن الرحيم I. METODE ISTINBATH AL-AHKAM DALAM NU Diskripsi Tersedianya metode istinbath hukum dan yang siap pakai adalah niscaya. Ini karena menurut NU dimungkinkan bermunculannya kasus-kasus fikih baru yang tak ditemukan jawabannya melalui `ibaratul kutub, baik dalam bentuk qaul maupun wajh. Untuk menangani kasus-kasus fikih baru tersebut, melalui Munas Lampung 1992, NU sudah membuat prosedur demikian, “Dalam hal ketika suatu masalah/kasus belum dipecahkan dalam kitab, maka masalah /kasus tersebut diselesaikan dengan prosedur ilhaqul-masail bi nadha’iriha secara jama’i. Ilhaq dilakukan dengan mempertimbangkan mulhaq, mulhaq bihi oleh mulhiq yang ahli. Dalam proses ilhaqul-masail bi nadha’iriha ini, qawa’id fiqhiyyah bisa digunakan sebagai kerangka metodologinya. Namun, jika kasus fikih tersebut tak bisa dipecahkan dengan prosedur ilhaq, maka NU memutuskan: “Dalam hal ketika tak mungkin dilakukan ilhaq karena tidak adanya mulhaq bih sama sekali di dalam kitab, maka dilakukan instinbath secara jama’i. Pertanyaannya, bagaimana istinbath jama’i dengan mempraktekkan qawa’id ushuliyyah itu diselenggarakan di lingkungan Nahdhatul Ulama. Dengan tetap mengacu pada kitab-kitab ushul fikih, maka dalam penyelengaraan istinbath jama`i tersebut, NU membuat metode istinbath al-ahkam sederhana, yaitu metode bayani, metode qiyasi, dan metode istishlahi atau maqashidi.1 1
‘Atha’ al-Rahman al-Nadawiy, “al-Ijtihad wa Dauruhu fi Tajdid al-Fiqh al-Islami”, dalam Dirasat al-Jami’ah al-Islamiyyah al-‘Alamiyyah, Desember 2006, Jilid III, h. 82.
~153~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
A. Metode Bayani Yang dimaksud dengan metode bayani adalah metode pengambilan hukum dari nash (al-Qur’an dan al-Sunnah).2 Istilah lain dari metode ini adalah manhaj istinbath al-ahkam min al-nushuush. Nash dimaksud dapat berupa nash juz’i-tafshili, nash kulli-ijmali, dan nash yang berupa kaidah umum. Dalam rangka istinbath hukum dari nash dengan metode bayani, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, mengkaji sabab al-nuzul/ wurud, baik yang makro atau yang mikro. Yang dimaksud asbāb alnuzūl mikro adalah sebab khusus (asbab al-nuzul al-khoshshoh) yang melatarbelakangi turunnya suatu ayat atau hadits. Sedangkan yang dimaksud asbab al-nuzul makro adalah sebab umum (asbāb al-nuzūl al-`ammah) yang menjadi konteks sosial-politik, sosialbudaya, dan sosial-ekonomi dari proses tanzil al-Qur’an dan wurud al-hadits. Kedua, mengkaji teks ayat/hadits dari perspektif kaedah bahasa (al-qawa’id al-ushuliyyah al-lughawiyah). Kajian teks dari perspektif kaedah bahasa ini meliputi tiga kajian secara simultan, yaitu analisis kata (al-tahlil al-lafdhi), analisis makna (al-tahlil alma’na), dan analisis dalalah (al-tahlil al-dalali), yang secara rinci akan dijelaskan pada beberapa paragraf berikutnya. Ketiga, mengaitkan nash yang sedang dikaji dengan nash lain yang berkaitan (rabth al-nushush ba’dlu’ha bi ba’dlin). Nash yang sedang dikaji harus dihubungkan dengan nash yang lain, karena nushush al-syari’ah (Al-Qur’an dan Hadis) merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, ayat yang satu terkait dengan ayat yang lain, hadis yang satu terkait dengan hadis yang lain, ayat terkait dengan hadis dan hadis terkait dengan ayat. Suatu nash terhadap nash yang lain dapat berfungsi sebagai taukīd (penguat), bayān al-mujmal (menjelaskan nash yang bersifat garis 2
‘Atha’ al-Rahman al-Nadawi, “al-Ijtihad wa Dauruhu fi Tajdid al-Fiqh al-Islami”, Jilid III, h. 82.
~154~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
besar), taqyid al-muthlaq (membatasi lafal muthlaq), takhshish al`amm (membatasi keumuman lafal `āmm), atau taudlīh al-musykil (menjelaskan lafal musykil/ambigu). Keempat, mengaitkan nash yang sedang dikaji dengan maqashid al-syari’ah (rabth al-nushush bi al-maqaashid). Maqāshid alsyarī`ah (tujuan umum syariat) yang sekaligus merupakan kulliyah al-syarī`ah (totalitas syarī`ah) memiliki hubungan saling terkait dengan nushūsh al-syarī`ah. Maqāshid al-syarī`ah lahir dan mengacu pada nushūsh al-syarī`ah, sementara nushūsh al-syarī`ah dalam menafsirinya harus mempertimbangkan maqāshid al-syarī`ah. Ini masuk dalam kategori mengaitkan yang juz’ī (partikular) dengan yang kullī (universal).3 Konkretnya, syariat Islam dimaksudkan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia zhāhir-bāthin dan dunia-akhirat. Maka, perumusan hukum dari nash hendaknya sejalan dengan kemaslahatan manusia yang menjadi tujuan syariat itu, dengan syarat apa yang diasumsikan sebagai maslahat tidak bertentangan dengan nash itu sendiri. Dengan mengaitkan nushūsh dengan maqāshid, maka rumusanrumusan hukum yang ditarik dari nushūsh tidak sepenuhnya tekstual, tapi juga kontekstual. Maka kita menjadi maklum, mengapa fuqahā` membolehkan mengeluarkan qīmah (harga) pada zakat biji-bijian, kambing dan unta,4 padahal instruksi Nabi pada sahabat Mu`aż bin Jabal menjelang keberangkatannya ke daerah Yaman jelas mengatakan: ِ ع َْن ُم َعاذ ْب ِن َجبَلٍ أَ َّن َر ُس ْو َل هللا َصىلَّ هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ب َ َعثَ ُه إ َِل الْ َي َم ِن فَقَا َل خ ُْذ الْ َح َّب ِم َن الْ َح ِّب َوالشَّ ا َة ِم َن الْغ َ َِن َوالْ َب ِع ْ َي ِم َن ْا ِإلبِلِ َوالْ َبقَ َر َة 5 َ ْ .ِم َن ال َبق ِر 3 4 5
Al-Jizani, Manhaj al-Salaf fi al-Jam’i bayn al-Nushush wa al-Maqashid wa Tathbiqatuha al-Mua’ashirah, Riyadl: al-Mamlakah al-‘Arabiyyah al-Sa’udiyyah Wizarah alTa’lim al-‘Ali, 2010, h. 42-43. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, h. 165 Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003, Juz IV, h. 189.
~155~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
“Diriwayatkan dari Mu`adz bin Jabal bahwa Rasulullah mengutusnya ke Yaman lalu beliau bersabda, Ambillah (zakat berupa) biji-bijian dari biji-bijian, seekor kambing dari kambing, seeokor unta ba`īr dari unta, dan seekor sapi dari sapi.” Ini karena mereka (fuqahā`) paham bahwa tujuan dari sabda Nabi tersebut adalah memberikan kemudahan kepada muzakkī (orang yang mengeluarkan zakat) dan mustahiq (yang berhak menerima zakat). Oleh sebab itu, bila suatu ketika zakat dengan mengeluarkan qīmah lebih mudah, tidak ada alasan untuk tidak membolehkannya. Dan tanpa memperhatikan maqāshid di dalam menafsirkan nushūsh, kita tidak akan dapat memahami adanya larangan buang air besar di atas air yang tidak mengalir, dari sabda Nabi: َال ي َ ُب ْول َ َّن أَ َحدُ ُ ْك ِف الْ َما ِء ادلَّ ِ ِائ “Janganlah salah satu dari kalian kencing di air yang diam” Bahwa maksud dari hadits di atas tidak hanya melarang seseorang buang air kencing di air yang menggenang sebagaimana pendapat Ahlu al-Zhahir, tapi juga melarang orang itu mengotori (menajisi) air dengan cara apapun.6 Kelima, mentakwil nash (ta’wil al-nushush) bila diperlukan. Pada prinsipnya, setiap lafal/nash yang multi makna atau interpretable harus dibawa pada makna dasarnya, yaitu makna yang jelas, hakiki dan rājih. Akan tetapi, kajian yang komprehensip terhadap nash bisa menggiring kita untuk melakukan ta`wīl, yakni memalingkan lafal/nash dari makna dasarnya yang jelas, hakiki dan rājih kepada makna lain yang tersembunyi, majāzī atau marjūh.7 6 7
Al-Jizani, Manhaj al-Salaf fi al-Jam’i.., h. 41. Al-Suyūthī, al-Kaukab al-Sāthi` Nazhm Jam’i al-Jawami’, Maktabah Ibn Taymiyyah, 1998, h. 212.
~156~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
Ta`wīl tidak boleh dipahami sebagai upaya menundukkan nash kepada kemauan hawa nafsu atau menyesuaikan syariat dengan situasi, karena ta`wīl hanya bisa dilakukan ketika ada dalil yang memicunya. Ulama ushūl membagi ta`wīl kepada dua bagian:8 Pertama, ta`wīl qarīb (dekat/dangkal), seperti men-ta`wīl ُح ِّرم َْت عَلَ ْي ُ ْك ُأ َّمهَاتُ ُ ْكdengan ح ِّر َم عَلَ ْي ُ ْك ِن َك ُح ُأ َّمهَا ِت ُ ْك. ُ Men-ta`wīl ayat ini dengan menghadirkan semacam َ ِ نmerupakan tuntutan ()اقتضاء, karena status hukum kata اح ُ ك seharusnya disandangkan kepada perbuatan mukallaf sebagai mahkūm fīh (obyek hukum), sedangkan ayat tersebut menyandarkan hukum haram pada żat, yaitu ibu. Maka, tanpa ta`wīl, ayat tersebut tidak bisa dipahami dengan benar. Termasuk bagian ta`wīl ini adalah takshīsh al-`āmm, taqyīd al-muthlaq, dan mengartikan lafal zhāhir dengan makna marjūh-nya. Kedua, adalah ta`wīl ba’īd (jauh/dalam). Ta`wīl macam ini tidak sembarang orang dapat melakukannya. Inilah yang dimaksud ُ ِ ( ِق ْس ٌم ت َ ْع ِرفُ ُه الْ ُعلَ َما ُء َّالرada bagian tafsir dengan pernyataan Ibnu Abbas اس ْو َن ِف الْ ِع ْ ِل yang hanya diketahui oleh para ulama yang dalam ilmunya). Ta`wīl tidak bisa dipisahkan dari tafsir, karena ta`wīl terhadap suatu nash harus dilakukan setelah mengetahui tafsiran nash itu. Jadi, ta`wīl setelah tafsir ()التَّ ْأ ِو ْيل ب َ ْعدَ التَّ ْف ِس ْي Selanjutnya, sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa kajian teks ayat/hadits dari perspektif kaedah bahasa (al-qawa’id al-ushuliyyah al-lughawiyyah) harus bertumpu pada kajian lafazh, makna, dan dalalah, maka demikian penjelasannya. 1) Analisis Kata ()التحليل اللفظي Kajian lafal berkisar pada hal-hal sebagai berikut: (a). antara `āmm dan khāshsh. (b). antara muthlaq dan muqayyad, (c). 8
Zakariya al-Anshāri, Ghāyah al-Wushūl, h. 83.
~157~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
antara haqīqah dan majāz, (d). antara muhkam, mujmal dan mutasyābih, (e). antara zhāhir dan nash, (f). antara musytarak dan mutarādif, dan (g). antara amr dan nahy. Setiap lafal dapat memiliki lebih dari satu kategori, misalnya lafal محمد. Lafal ini dari satu sisi masuk katagori khāshsh karena tidak memiliki cakupan makna yang luas, sementara dari sisi yang lain masuk kategori nash sebab tidak ada kemungkinan untuk diartikan dengan makna yang lain. Contoh lain yaitu lafal أسد كبري. Lafal ini dari satu sisi masuk katagori muqayyad karena lafal أسدber-qayyid (dibatasi) dengan lafal كبير, sedangkan dari sisi yang lain masuk kategori zhāhir karena lafal أسدtampak dalam makna singa dan ada kemungkinan untuk bermakna seorang pemberani, dan lafal ini ketika dimaknai singa, masuk kategori haqīqah, dan bila dimaknai pemberani masuk kategori majāz. Contoh konkrit dalam al-Qur’an adalah firman Allah ُق ِم َالَّل ْيل. (bangunlah pada waktu malam). Lafal قمdari satu sisi termasuk kategori khāshsh karena cakupan maknanya terbatas, dan dari satu sisi disebut amr sebab berisi tuntutan untuk melakukan sesuatu (bangun). Sementara dari sisi yang lain, disebut zhāhir karena Shīghatul-amri tampak dalam makna wujūb (kewajiban) dan mungkin untuk ditarik pada selain makna wujūb. Yang pasti, lafal `āmm bukan khāshsh, muthlaq bukan muqayyad, muhkam bukan mutasyābih, haqīqah bukan majāz, zhāhir bukan nash, amr bukan nahy, dan musytarak bukan mutarādif. 2) Analisis Makna ()التحليل املعنوي Kajian makna dimaksudkan untuk bisa memastikan, apakah: (a). lafal dimaksud dimaknai secara haqīqī ataukah dipalingkan pada makna majaznya? (b). Lafal zhāhir dimaksud tetap pada makna rājih-nya ataukah dipalingkan ~158~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
kepada makna marjūh-nya? (c). Makna dimaksud adalah makna lughāwī, syar`ī ataukah `urfī? (d). Yang manakah diantara makna-makna lafal musytarak yang diambil, atau semuanya diambil? (e). Lafal dimaksud, disamping memiliki makna lughāwī, apakah memiliki makna syar`ī atau `urfī, dan makna yang manakah yang dipakai? (f). Shīghatulamri dimaksud tetap pada makna primernya ( )وجوبataukah dipalingkan pada makna sekundernya (selain ( ?)وجوبg). Shīghatun-nahyi dimaksud tetap pada makna primernya ()حترمي atau dipalingkan pada makna sekundernya (selain ?)حترمي 3) Analisis Dalālah ( )التحليل ادلاليل Kajian ini menyangkut ketentuan hukum yang dapat ditarik dari nash. Dalam hal ini ada dua metode: Pertama, metode jumhūr alushuliyyun. Menurut jumhūr ushūliyyīn, makna (hukum) suatu nash, disamping bisa diambil dari manthūq-nya, kadang bisa diambil dari mafhūm-nya. Manthūq sendiri ada dua: (1) sharīh, dan (2) ghairu sharīh. Sedangkan Manthūq ghairu sharīh itu sendiri ada tiga: (1) isyārah; (2) iqtidlā`, dan (3) īmā`. Sementara mafhūm itu ada dua: (1) mafhūm muwāfaqah, dan (2) mafhūm mukhālafah. Kedua, metode Hanafiyah. Menurut Hanafiyah, makna (hukum) nash dapat diambil dari empat pendekatan: (1) `ibārah al-nash; (2) isyārah al-nash; (3) iqtidlā` al-nash; dan (4) dalālah al-nash (mafhūm muwāfaqah dalam istilah Jumhūr).9 Sesungguhnya tidak ada perbedaan substansial antara pendekatan Jumhūr dan pendekatan Hanafiyyah, kecuali dalam soal mafhūm mukhālafah. Menurut Jumhūr, mafhūm mukhālafah menjadi salah satu jalan untuk mengambil makna dari nash, sedangkan menurut Hanafiyyah tidak. 9
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, h. 143-152.
~159~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
B. Metode Qiyasi Yang dimaksud dengan metode qiyasi adalah ijtihad melalui pendekatan qiyas.10 Dalam konteks ini, ada baiknya saya kemukakan pernyataan Imam Syafi’i yaitu: 11 أَ َّن ْ َال ْح َك َم َال تُؤْ خ َُذ ِإالَّ ِم ْن ن ٍَّص أَ ْو محل ع ََل ن ٍَّص “Hukum (Islam) itu hanya bisa diambil dari nash atau dari penggabungan pada nash.” Salah satu isi surat Umar ibn al-Khatthab kepada Abu Musa al-Asy’ari adalah: 12 َ ِ ِا ْع ِر ِف ْا َأل�شْ َبا َه َو ْا َأل ْمث َا َل َو ِق ِس ْا ُألم ُْو َر ِع ْندَ ذل “Hendaklah kamu tahu tentang persoalan-persoalan yang serupa dan persoalan-persoalan yang sama, dan ketika itu lakukan qiyas menyangkut berbagai persoalan.” Terkait pernyataan tersebut, ada dua hal yang perlu dikemukakan. Pertama, dua pernyataan tersebut bukanlah dalil yang berposisi sebagai hujjah atas keabsahan qiyas, karena dalil yang sesungguhnya adalah nash kulli. Kedua, bahwa dua pernyataan tersebut mengandung makna bahwa hukum-hukum yang diambil secara langsung dari nash bisa diperluas jangkauannya pada kasuskasus lain yang tidak manshush, salah satunya dengan cara qiyas. Namun, perlu digarisbawahi bahwa hukum-hukum yang bisa diperluas jangkauannya melalui qiyas hanyalah hukum-hukum yang ma’qul al-ma’na yang ditandai dengan adanya ‘illat sebagai landasan perluasan tersebut. 1. Pengertian Qiyās Qiyās bisa dijelaskan dengan definisi sebagai berikut: menyamakan kasus yang tidak memiliki acuan nash dengan kasus 10 11 12
Al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi, Juz IV, h. 189. Sayyid Mubarak, Mashadir al-Fiqh al-Islami, (16 Maret 2012). Khudlariy Bik, Thaarikh al-Tasyrii’ al-Islaamiy, h. 116.
~160~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
lain yang memiliki acuan nash dalam hal ketentuan hukumnya, ketika keduanya memiliki ‘illat yang sama.13 Sebagai contoh, minum khamr adalah kasus yang memiliki acuan nash tentang hukumnya yaitu haram. Sedangkan minum bir adalah kasus lain yang tidak memiliki acuan nash tentang hukumnya. Berhubung khamr dan bir memiliki illat yang sama yaitu memabukkan, maka minum bir disamakan dengan minum khamr dalam hukumnya, yaitu haram. 2. Rukun Qiyās Qiyās terdiri dari empat unsur (rukun) sebagai berikut, yaitu: Pertama, adalah al-ashlu, yaitu kasus yang memiliki ketentuan hukum berdasar nash. Al-Ashlu disebut al-maqīs `alaih (yang diqiyās-i) atau al-musyabbah bih (yang diserupai) seperti khamr dalam contoh di atas. Kedua, adalah al-far`u, yaitu kasus yang tidak memiliki ketentuan hukum berdasar nash. Al-Far`u disebut dengan al-maqīs (yang di-qiyās-kan) atau al-musyabbah (yang diserupakan), semisal masalah minuman keras (bir dalam contoh di atas). Ketiga, adalah hukm al-ashli, yaitu hukum yang terdapat pada ashl yang ditetapkan berdasarkan nash, misalnya hukum haramnya khamr dalam contoh di atas. Keempat, adalah Illat (al-`illah), yaitu sifat yang menjadi titik persamaan (al-jāmi`) antara al-ashlu dan alfar`u, seperti sifat memabukkan (al-iskār) dalam contoh di atas. Rukun ini merupakan unsur paling mendasar dalam qiyās. Sebab, dengan illat inilah hukum-hukum yang terdapat dalam nash dapat ditularkan pada kasus baru yang muncul kemudian. 14 3. Syarat-syarat Qiyās Tiap-tiap rukun qiyās memiliki syarat. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, adalah al-ashlu harus memiliki ketentuan hukum berdasarkan nash. Kedua, al-far`u harus tidak memiliki ketentuan hukum berdasarkan nash. Ketiga, hukm al13 14
Abdul Wahhāb Khallāf, `Ilmu Ushūl al-Fiqh, h. 52. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, h. 60.
~161~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
ashl harus memenuhi syarat: (a). berupa hukum syar’ī `amalī yang ditetapkan berdasar nash. (b). Berupa hukum yang ma`qūl al-ma`nā atau ta`aqqulī. (c). Berupa hukum yang tidak hanya berlaku pada ashl. Sebab itulah, tidak boleh meng-qiyās-kan umat Muhammad dengan kanjeng Nabi Muhammad dalam soal bolehnya mengawini perempuan lebih dari empat.15 4. Illat Illat adalah sifat yang menjadi titik persamaan (al-jāmi`) antara al-ashl dan al-far`u. Tidak semua sifat yang melekat pada al-ashl dapat dijadikan illat hukum, melainkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Pertama, harus berupa sifat yang zhāhir seperti ījāb dan qabūl yang menjadi indikasi adanya kerelaan kedua belah pihak (mazhinnah al-tarādlī) merupakan illat bagi keabsahan transaksi. Sedangkan al-tarādlī sendiri sebagai hikmah al-hukmi tidak dapat dijadikan illat karena tidak zhāhir. Kedua, harus berupa sifat yang mundlabith (terukur), seperti al-safar yang menjadi indikasi adanya masyaqqah merupakan illat bagi bolehnya meng-qashar salat. Sedangkan masyaqqah sendiri tidak dapat dijadikan illat karena tidak mundlabith. Masyaqqah di sini tidak mundlabith karena dapat berbeda-beda intensitasnya dan berat-ringannya tergantung pada kondisi alam dan setiap indivividu yang menjalaninya. Ketiga, harus berupa sifat munāsib (memiliki relevansi dengan hukum). Artinya menyandarkan hukum terhadap illat itu pada umumnya dapat mewujudkan maslahat. Misalnya, diharamkannya khamr, karena illat memabukkan dapat melahirkan kemaslahatan, yaitu hifzh al-`aql. Dengan demikian, al-iskār adalah sifat munāsib.16 15 16
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, h. 60-61. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, h. 68-70.
~162~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
5. Macam-macam Qiyās Illat sebagai unsur terpenting dalam mekanisme qiyās ada dua, yaitu manshūshah (diketahui melalui nash) dan mustanbathah (diketahui melalui upaya penggalian). Illat manshūshah lebih jelas daripada illat yang mustanbathah. Qiyās dilihat dari segi illat ini dibagai kepada jalī dan khafī. Qiyās jalī adalah qiyās yang didasarkan atas illat yang manshūshah (jelas karena ada nashnya) seperti meng-qiyās-kan nifās kepada haid dalam hal tidak bolehnya seorang wanita digauli oleh suaminya, dengan illat ażā; atau didasarkan atas illat mustanbathah, tetapi antara al-ashl dan alfar`u dipastikan tidak adanya fāriq (hal yang membedakan), atau ada fāriq tapi tidak signifikan.17 Contoh qiyās jalī pertama yaitu meng-qiyās-kan memukul orang tua kepada berkata “uff” dengan illat al-īżā` (meyakiti). Dengan illat ini diyakini tidak ada perbedaan antara perkataan “uff” dan memukul karena keduanya sama-sama menyakitkan orang tua. Contoh qiyās jalī yang kedua ialah meng-qiyās-kan budak perempuan kepada budak laki-laki dalam hal al-sirāyah (menjalarnya kemerdekaan sebagian kepada seluruhnya). Perbedaan jenis kelamin, secara syar’ī tidak memiliki pengaruh dalam ahkām al-`itqi (pemerdekaan). Qiyās jalī mencakup qiyās awlawī dan qiyās musāwī. Sedangkan qiyās khafī adalah qiyās yang didasarkan pada illat yang mustanbathah (illat yang digali dari al-ashl) ketika antara alashl dan al-far`u terdapat fāriq yang signifikan.18 Seperti men-qiyāskan pembunuhan dengan menggunakan benda tumpul kepada pembunuhan yang menggunakan benda tajam dalam kewajiban adanya qishāsh dengan illat al-qatl al-`amdu al-`udwān (pembunuhan sengaja dan melanggar hukum). Dan sangat mungkin perbedaan 17 18
Wahbah al-Zuhaili, Ushūl al-Fiqh al-Islamiy, Dimisyqa: Dar al-Fikr, 1986, Juz I, h. 703. Wahbah al-Zuhaili, Ushūl al-Fiqh al-Islami, h. 704.
~163~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
antara al-ashl dan al-far’u memiliki pengaruh. Sebab itu, menurut Abu Hanifah, pembunuhan dengan benda tumpul tidak dikenakan qishāsh. Qiyās khafī semakna dengan al-qiyās al-adnā. 6. Mekanisme Qiyās Qiyās merupakan salah satu sumber hukum yang paling subur untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ketentuan hukumnya tidak termaktub secara eksplisit dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, tetapi memiliki al-ashl (induk) di dalam nash dan atau ijmā` ulama. Contohnya yaitu pemberian kepada pejabat adalah kasus yang sudah ada ketentuan hukumnya yaitu haram berdasarkan nash hadis, 19 ُّ ُ هَدَ َاي الْ ُع َّمالِ َح َرا ٌم كهَا “Seluruh hadiah atau pemberian terhadap pejabat adalah haram.” Keharaman ini didasarkan pada illat (alasan hukum), yaitu khauf al-mail (tidak fair) (pemberian tersebut dapat memengaruhi penerima untuk memberikan perlakuan khusus terhadap pemberi, mengikuti keinginan pemberi, dan memberikan kebijakan yang tidak adil). Illat khauf al-mail itu tentu tak hanya ada pada hadaya al`ummal melainkan juga pada kasus-kasus lain. Dengan demikian, membawa illat khauf al-mail pada kasus baru, maka banyak hal yang bisa ditangani. Money Politic adalah kasus baru (al-far`u) yang tidak ditemukan ketentuan hukumnya secara eksplisit dalam nash atau ijmā`. Akan tetapi, kasus ini dapat disamakan dengan hadāyā al`ummāl karena keduanya memiliki illat yang sama, yaitu khauf almail (dikhawatirkan terjadi kecenderungan pada salah satu pihak). Dengan demikian, hukum money politic adalah haram. Terlebih dalam negara demokrasi yang menerapkan sistem pemilihan 19 Al-Munawi, Faidl al-Qadir, Beirut: Dar al-Ma’rifah, Tanpa Tahun, Juz VI, h. 353.
~164~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
pemimpin secara langsung, setiap warga negara yang punya hak pilih memiliki kedudukan yang sangat strategis (al-siyādah fī yadi al-sya`bi), tidak kalah strategis dengan pejabat negara atau hakim dalam menentukan putusan hukum. Qiyās dinilai benar secara metodologis bila memenuhi rukunrukun dan syarat-syarat sebagaimana tersebut di atas. Qiyās yang tidak memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat tersebut adalah sebuah kekeliruan. Mekanisme inilah yang membedakan antara qiyās dengan dalil-dalil sekunder lainnya. C. Metode Istishlahi Ijtihad dengan metode istishlahi ialah ijtihad yang mengacu pada maqashid al-syariah, yaitu tujuan umum dari pensyariatan hukum Islam. Karena itu ia juga bisa disebut ijtihad maqashidi. Para fuqaha’ menyimpulkan bahwa syariat Islam dimaksudkan untuk mewujudkan kemaslahatan (mashlahah) manusia lahir dan batin, dunia dan akhirat. Kesimpulan ini mereka peroleh dari hasil penelitian (istiqra’) yang mereka lakukan terhadap nash-nash tasyri’ (al-Quran dan al-Sunnah), hukum-hukum syar’iy, illatillatnya dan hikmah-hikmahnya.20 Dengan demikian maqashid al-syariah tidak bisa dipisahkan dari nushush al-syariah, bahkan maqashid al-syariah tidak terwujud tanpa nushush al-syariah. Di pihak lain, nushush al-syariah dalam penafsiran dan penjelasan maknanya perlu/harus memperhatikan maqashid al-syariah sehingga ketentuan hukum yang digali daripadanya tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual. Maqashid al-syariah tidak hanya penting diperhatikan dalam menafsirkan nash, tetapi juga sangat dibutuhkan untuk menggali hukum syar’i yang tidak memiliki acuan nash secara langsung. Dalil-dalil sekunder semacam istihsan, mashlahah mursalah, dan ‘urf pada hakikatnya merujuk pada maqashid al-syariah. 20
Abdul Wahhab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, h. 173.
~165~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
1) Istihsān Istihsan dalam pengertian sederhana ialah kebijakan mujtahid yang menyimpang dari ketentuan al-qiyas yang lebih jelas atau dari ketentuan hukum umum. Secara lebih bagus, syeikh Abdul Wahhab al-Khallaf mengatakan: istihsan ialah kebijakan mujtahid dengan berpegang kepada qiyās khafī dengan meninggalkan qiyās jali; atau meninggalkan hukum kulli dengan berpegang pada hukum juz’ī-istitsnā’ī (hukum pengecualian) karena ada dalil yang menghendaki demikian.21 Jika seorang mujtahid dihadapkan pada dua dalil qiyās yang satu jalī dan yang lain khafī, maka pada dasarnya mujtahid harus berpegang pada dalil yang rājih, yaitu qiyās jalī. Namun, atas pertimbangan-pertimbangan (dalil) tertentu, mujtahid bisa meninggalkan qiyās jalī yang rājih dengan mengambil qiyās khafī yang marjūh. Cara kerja inilah yang dikenal dengan istihsān. Begitu juga, jika seorang mujtahid dihadapkan pada dua ketentuan hukum, yang satu hukum kullī dan yang lain hukum juz’ī-istitsnā’ī, kemudian mujtahid mengambil hukum yang juz’ī-istitsnā`ī dan meninggalkan hukum kullī atas dasar pertimbangan kebutuhan (dlarūrah atau hājah), ini juga disebut istihsān. Contoh, dalam hukum (ketentuan) umum ditetapkan bahwa obyek transaksi (ma`qūd `alaih) harus berupa sesuatu yang telah nyata ada. Akan tetapi, dari ketentuan hukum ini ada beberapa transaksi yang dikecualikan atas dasar kebutuhan masyarakat, seperti ijārah, salam, istishnā’ (mirip akad salam), dan lain-lain. Kedudukan istihsān sebagai salah satu pertimbangan penetapan hukum adalah masalah khilāfiyyah (kontroversial), sebagian menerima dan sebagian lain menolak. Imam Syafi’i merupakan salah seorang yang menolak istihsān, dengan ِ ungkapannya yang sangat terkenal ع siapa َ «م ْن ا ْستَ ْح َس َن فـََق ْد َشَّرbarang َ menggunakan istihsān sebagai dalil, berarti ia telah membuat-buat 21
Abdul Wahhāb Khallāf, `Ilmu Ushūl al-Fiqh, h. 79-80.
~166~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
syariat baru». Walau demikian, istihsān dengan pengertian di atas sesungguhnya secara de facto diamalkan oleh hampir semua fuqahā`, termasuk Imam Syafi›I sendiri. Sedangkan istihsān yang ditolak alSyāfi›ī bukan istihsān dengan pengertian di atas melainkan istihsān yang didasarkan atas keinginan subjektif seseorang tanpa pijakan dalil yang dapat dipertanggungjawabkan.22 Istihsān sesungguhnya bukanlah keinginan nafsu seseorang dalam proses penetapan hukum. Sebaliknya, istihsān mempunyai pijakan dalil yang muaranya tak lain untuk memelihara kepentingan dan kemaslahatan umat manusia. Pada kenyataannya, dalam berbagai kasus hukum, penggunaan istihsān tidak dapat dihindari. 2) Al-Mashlahah al-Mursalah Mashlahah berarti setiap hal yang baik dan bermanfaat. Mashlahah dan manfaat adalah dua kata yang se-wazan dan semakna. Mashlahah juga diartikan sebagai tindakan yang membawa manfaat. Seperti menuntut ilmu adalah mashlahah karena dapat mendatangkan manfaat, berdagang adalah mashlahah karena membawa manfaat, dan seterusnya. Sedangkan dalam terminologi ushūl fiqh, mashlahah adalah setiap hal yang menjamin terwujud dan terpeliharanya maksud tujuan syāri` (maqāshid alsyarī`ah), yaitu hifzh al-dīn, hifzh al-nafs, hifzh al-`aql, hifzh al-nasl/ hifzh al-`irdl, dan hifzh al-māl.23 Para ulama membagi mashlahah ke dalam tiga bagian, yaitu24: Pertama, adalah mashlahah mu`tabarah, yaitu mashlahah yang diapresiasi syāri` melalui nash al-Qur’an atau Sunah, seperti diharamkannya setiap minuman yang memabukkan. Kedua, adalah mashlahah Mulghā, yaitu mashlahah yang dinafikan oleh 22 23 24
Abdul Wahhāb Khallāf, `Ilmu Ushūl al-Fiqh, h. 83. Abdul Wahhāb Khallāf, `Ilmu Ushūl al-Fiqh, h. 197-205. Abdul Karīm Zaidan, al-Wajīz fī Ushūl al-Fiqh, Mu’assasah Qurthubiyyah, Tanpa Tahun, h. 236-237.
~167~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
syāri` melalu nash Alqur’an atau Sunah, seperti penyamaan pembagian harta waris antara anak laki-laki dan anak perempuan yang dianggap sebagai mashlahah. Ketiga, adalah mashlahah Mursalah, yaitu mashlahah yang tidak memiliki acuan nash, baik nash yang mengakui (i`tibār) ataupun yang menafikannya (ilghā`), seperti merayakan maulid Nabi Muhammad saw., penulisan dan penyatuan al-Qur’an dalam satu mushhaf, pencatatan pernikahan, dan lain-lain. Namun, para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan berhujjah dengan mashlahah mursalah. Walau begitu, sebagaimana dikemukakan sebelumnya, syariat Islam terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi `ibādah dan dimensi mu`āmalah. Ulama sepakat bahwa mashlahah mursalah tidak dapat dijadikan acuan hukum dalam wilayah `ibādah. Sebab, `ibādah berbasis pada ketundukan dan kepasrahan secara total, karena nilai mashlahah-nya tidak dapat dinalar akal pikiran manusia.25 Sedangkan dalam wilayah mu`āmalah, ulama berbeda pendapat tentang kehujjahan mashlahah mursalah. Ulama yang menerima mashlahah mursalah sebagai acuan hukum menetapkan syarat-syarat sebagai berikut: (a). harus berupa mashlahah haqīqiyyahqath`iyyah (faktual), bukan mashlahah wahmiyyah (semu). (b). harus berupa mashlahah `āmmah-kulliyah (kemaslahatan umum), bukan mashlahah fardiyyah-khāshshah (personal-subjektif). (c). harus tidak berlawanan dengan hukum atau prinsip-prinsip yang ditetapkan berdasar nash atau ijmā`.26 (d). Al-Ghazālī menambahkan satu syarat, yaitu: mashlahah dimaksud bersifat dlarūriyyah (keharusan).27 25 26 27
Abdul Karīm Zaidan, al-Wajīz fī Ushūl al-Fiqh, h. 238. Abdul Wahhāb Khallāf, `Ilmu Ushūl al-Fiqh, h. 86-87. Abd al-Hayy al-Farmawi, “Syuruth al-‘Amal bi al-Mashlahah al-Mursalah” dalam Hadyu al-Islam, (Selasa, 6 Juli 2010).
~168~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
3) `Urf `Urf adalah sesuatu yang sudah dikenal bersama dan dijalani oleh masyarakat, baik berupa perbuatan (`amalī) ataupun perkataan (qawlī).28 `Urf dan `ādah adalah dua kata yang mafhūmnya berbeda tetapi mā shadaq-nya sama. Artinya, dua kata tersebut memiliki akar yang berbeda. Akan tetapi sesuatu yang disebut `urf sekaligus juga disebut `ādah dan sesuatu yang bisa disebut `ādah sekaligus juga bisa disebut `urf. Dengan demikian, `urf dan `ādah merupakan kata yang sinonim yang dalam bahasa indonesia disebut tradisi.29 Para ulama membagi `urf dari segi wilayah berlakunya ke dalam dua bagian. Pertama, adalah `urf `āmm, yaitu `urf yang berlaku pada seluruh atau mayoritas umat manusia pada masa tertentu. Kedua, adalah `urf khāshsh, yaitu `urf yang berlaku pada masyarakat, komunitas atau daerah tertentu pada masa tertentu.30 Sementara dari segi kesesuaiannya dengan nash dan prinsipprinsip syariat, `urf dibagi menjadi dua macam, yaitu: Pertama, `urf shahīh, yaitu `urf yang tidak bertentangan dengan nash alQur’an atau Sunah dan tidak menghalalkan sesuatu yang haram atau mengharamkan yang halal. Kedua, adalah `urf fāsid, yaitu `urf yang bertentangan dengan nash sharīh Alqur’an atau Sunah, menghalalkan yang haram, atau mengharamkan yang halal.31 Namun, ada pandangan tunggal tentang kebolehan berhujjah dengan `urf. Walau demikian, para ulama sepakat bahwa `urf fāsid tidak dapat dijadikan acuan dalam penetapan hukum. Sedangkan `urf shahīh diperselisihkan di kalangan mereka. Aimmah al-mażāhib 28 29 30 31
Abdul Wahhāb Khallāf, `Ilmu Ushūl al-Fiqh, h. 89. Abd al-Jalil Mabrur, Mabahits fi al-‘Urf, Tanpa Penerbit, Tanpa Tahun, h. 8687. Muhammad Gharayibah, “Takhshihs ‘Aamm al-Nash al-Syar’iy bi al-‘Urf”, dalam al-Majallah al-Urduniyyah fi al-Dirasat al-Islamiyyah, (2005), ke-1. Muhammad Gharayibah, “Takhshihs ‘Aamm al-Nash al-Syar’iy bi al-‘Urf”, dalam al-Majallah al-Urduniyyah fi al-Dirasat al-Islamiyyah. Lihat juga Mahmud ‘Abud Harmusy, al-‘Urf, Beirut: Jami’ah al-Jinan, Tanpa Tahun., h. 5.
~169~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
al-arba`ah menjadikan `urf shahīh sebagai acuan penetapan hukum, tapi dengan kadar berbeda. Imam Mazhab yang dikenal paling banyak menggunakan `urf adalah Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Syafi’i.32 Contoh-contoh `urf. (a). Perempuan yang haid dengan teratur, dalam menentukan kadar haid dapat berpedoman pada `urf-nya. (b). Pemberian pranikah terhadap calon istri tidak dipandang sebagai bagian dari maskawin berdasarkan `urf yang berlaku di sebagian daerah di Indonesia. (c). kata “al-marhūm” dalam `urf Indonesia hanya digunakan untuk orang yang meninggal dunia. Padahal arti asalnya (yang dirahmati Allah) bisa digunakan untuk orang hidup atau orang mati. Ada beberapa kaidah terkait dengan peranan `urf sebagai acuan hukum, di antaranya : 33
ًشطا ُ ْ الْ َم ْع ُر ْو ُف ع ُْرفًا َكلْ َم ْ َ ش ْو ِط
“Sesuatu yang telah dikenal sebagai suatu kebiasaan, sama halnya dengan sesuatu yang dianggap sebagai syarat” 34
الث َّاب ُِت ِبلْ ُع ْر ِف َكلث َّاب ِِت ِبلنَّ ِّص
“Sesuatu yang telah ditetapkan oleh `urf sama halnya dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh nash” Di samping sebagai acuan hukum, sesungguhnya `urf dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menjabarkan (tafsīr) ketentuan-ketentuan hukum yang bersifat ijmālī dan tidak memiliki standar praktis. Dalam kitab al-Asybāh Wa al-Nazhā‘ir dikatakan: 32 33 34
Abdul Wahhāb Khallāf, `Ilmu Ushūl al-Fiqh, h. 90. Lihat juga: Mahmud ‘Abud Harmusy, al-‘Urf, h. 5. Ahmad bin Muhammad al-Zarqā, Syarh al-Qawāid al-Fiqhiyyah, Dimisyqa: Dar alQalam, 1989, h. 237. Abdul Aziz Muhammad Azzām, al-Qawāid al-Fiqhiyyah, Kairo: Dar al-Hadits, 2005, h. 196.
~170~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~ 35
ُّ ُ . ُي ْر َج ُع ِفي ِه َإل الْ ُع ْر ِف، َو َال ِف اللُّغَ ِة، َو َال ضَ ا ِبطَ َ ُل ِفي ِه،الش ُع م ُْطلَقًا ْ َّ ك مَا َو َر َد ِب ِه
“Setiap sesuatu yang datang dari syāri` secara muthlak dan tidak ada batasan baginya, baik dalam syari’at maupun dalam kebahasaan, maka sesuatu tersebut dikembalikan pada `urf (kebiasaan)” Dengan menjadikan `urf sebagai salah satu acuan hukum maka hukum Islam menjadi sangat dinamis. Sebab, hukum dapat berubah karena berubahnya `urf. Dalam kaidah ushūl fiqh dikatakan 36 ً َ ْ ْال ْح َك ُم الْ َم ْب ِنيَ ُة ع ََىل الْ ُع ْر ِف تَتَغ َّ َُي ِبتَغ ُّ َِي ِه زَمَا ًان َومَكان “Hukum-hukum yang didasarkan pada tradisi bisa berubah sebab perubahan waktu dan tempat keberadaan tradisi tersebut.” Istinbath hukum berdasarkan ‘urf masuk dalam lingkup ijtihad istishlahi. Ini artinya, menjadikan maslahah sebagai tujuan syariat berkonsekuensi logis pada keharusan memperhatikan ‘urf manusia, selama tidak bertentangan dengan syariat. Penutup Akhirnya, penting dinyatakan sekali lagi bahwa metode istinbath ini harus dilakukan oleh orang yang ahli yang telah memenuhi persyaratan untuk melakukan istinbath. Istinbath pun harus dilakukan secara jama`i (kolektif) bukan secara fardi (individual). Ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesewenang-wenangan dalam pelaksanaan istinbath alahkam. 35 36
Al-Suyūthi, al-Asybāh wa al-Nadlāir fi al-Furū`, Semarang: Toha Putra, Tanpa Tahun, h. 69. Abdul Wahhāb Khallāf, `Ilmu Ushūl al-Fiqh, h. 91.
~171~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
Sekiranya disebutkan bahwa metode istinbath ini terdiri dari metode bayani, metode qiyasi, dan metode istishlahi-maqashidi yang mencakup istihsan, mashlahah mursalah, dan ‘urf, maka tak menutup kemungkinan metode maqashidi ini untuk diperlebar cakupannya pada istishhab dan sadd al-dzari’ah seperti telah diuraikan di dalam kitab-kitab ushul fikih. [….].***
II. KHASHAISH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH AL- NAHDLIYYAH
) ( خصائص أهل ال�سنة وامجلاعة الهنضية Islam sebagai agama samawi terakhir memiliki banyak ciri khas (khashaish) yang membedakannya dari agama lain. Ciri khas Islam yang paling menonjol adalah tawassuth, ta’adul, dan tawazun. Ini adalah beberapa ungkapan yang memiliki arti yang sangat berdekatan atau bahkan sama. Oleh karena itu, tiga ungkapan tersebut bisa disatukan menjadi “wasathiyah”. Watak wasathiyah Islam ini dinyatakan oleh Allah SWT. di dalam Al-Qur’an: ُ ون َّالر ُس )143 :ول عَلَ ْي ُ ْك َشهِيدً ا (البقرة َ َو َك َذ ِ َل َج َعلْنَ ُ ْاك ُأ َّم ًة َو َس ًطا ِل َت ُكونُوا ُشهَدَ ا َء ع ََل النَّ ِاس َويَ ُك “Dan demikian(pula) kami menjadikan kamu (Umat Islam), umat penengah (adil dan pilihan), agar kamu menjadi saksi atas seluruh manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas kamu.” (QS. Al-Baqarah;143) Nabi Muhammad SAW menafsirkan kata “”و َسطًا َ dalam firman Allah SWT. di atas dengan adil, yang berarti fair dalam menempatkan sesuatu pada tempatnya. Perubahan fatwa karena perubahan situasi dan kondisi, dan perbedaan penetapan hukum karena perbedaan kondisi dan psikologi seseorang adalah adil. ~172~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
Selain ayat di atas, ada beberapa ayat dan hadits yang menunjukkan watak wasathiyah dalam Islam, misalnya firman Allah SWT. : ً َ َُو َال َ ْت َع ْل يَدَ كَ َم ْغل َّ ُ ول إ َِل ُع ُن ِق َك َو َال تَب ُْس ْطهَا )29 :ك الْب َْسطِ فَتَ ْق ُعدَ َملُو ًما َم ْح ُس ًورا (اإلرساء “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. al-Isra’: 29) Dalam firman-Nya yang lain, )110:َو َال َ ْته َْر ب َِص َال ِت َك َو َال ُ َتا ِف ْت بِ َا َوابْتَغ ِ ب َ ْ َي َذ ِ َل َسبِي ًال (اإلرساء “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. al-Isra’: 110) Sementara dalam hadits dikatakan, خَ ْي ُر ْا ُألم ُْورِ أَ ْو َس ُاطهَا “Sebaik-baik persoalan adalah sikap-sikap moderat.” Mirip dengan hadits di atas adalah riwayat, ِ َوخ ْ َُي ْا َأل ْ َعالِ أَ ْو َس ُطهَا َو ِد ْي ُن اس َوالْغ ِ َْال ْ ِ َهللا ب َ ْ َي الْق “Dan sebaik-baik amal perbuatan adalah yang pertengahan, dan agama Allah itu berada di antara yang beku dan yang mendidih.” Wasathiyyah yang sering diterjemahkan dengan moderasi itu memiliki beberapa pengertian sebagai berikut: Pertama, keadilan di antara dua kezhaliman ( )عدل بني ظلمنيatau kebenaran di antara dua kebatilan ()حق بني باطلني, seperti wasathiyah antara atheisme dan poletheisme. Islam ada di antara atheisme yang mengingkari adanya Tuhan dan poletheisme yang memercayai adanya banyak Tuhan. ~173~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
Artinya, Islam tidak mengambil faham atheisme dan tidak pula faham poletheisme, melainkan faham monotheisme, yakni faham yang memercayai Tuhan Yang Esa. Begitu juga wasathiyyah antara boros dan kikir yang menunjuk pada pengertian tidak boros dan tidak kikir. Artinya, Islam mengajarkan agar seseorang di dalam memberi nafkah tidak kikir dan tidak pula boros, melainkan ada di antara keduanya, yaitu al-karam dan al-jud. Allah berfirman; )67 :ُسفُوا َول َ ْم ي َ ْق ُتُوا َو َك َن ب َ ْ َي َذ ِ َل قَ َوا ًما (الفرقان ِ ْ َوالَّ ِ َين ِإ َذا أَن ْ َف ُقوا ل َ ْم ي “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengahtengah antara yang demikian.” (QS. al-Furqan: 67)
Kedua, pemaduan antara dua hal yang berbeda/berlawanan. Misalnya, (a). wasathiyyah antara ruhani dan jasmani yang berarti bahwa Islam bukan hanya memperhatikan aspek ruhani saja atau jasmanai saja, melainkan memperhatikan keduanya. Wasathiyyah antara nushûs dan maqâshid. Itu berarti Islam tak hanya fokus hanya pada nushûs atau maqâshid, melainkan memadukan antara keduanya. (b). Islam pun merupakan agama yang menyeimbangkan antara `aql dan naql. Bagi Islam, akal dan wahyu merupakan dua hal yang sama-sama memiliki peranan penting yang sifatnya komplementer (saling mendukung antara satu sama lain). Kalau diibaratkan dengan pengadilan, akal berfungsi sebagai syahid (saksi) sementara wahyu sebagai hakim, atau sebaliknya, yakni akal sebagai hakim sementara wahyu sebagai syahid. (c). Islam menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara individu dan masyarakat, antara ilmu dan amal, antara ushul dan furu’, antara sarana (wasilah) dan tujuan (ghayah), antara optimis dan pesimis, dan seterusnya. Ketiga, realistis (wâqi’iyyah). Islam adalah agama yang realistis, tidak selalu idealistis. Islam mempunyai cita-cita ~174~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
tinggi dan semangat yang menggelora untuk mengaplikasikan ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan hukumnya, tapi Islam tidak menutup mata dari realitas kehidupan yang justru lebih banyak diwarnai hal-hal yang sangat tidak ideal. Untuk itu, Islam turun ke bumi realitas daripada terus menggantung di langit idealitas yang hampa. Ini tidak berarti bahwa Islam menyerah pada pada realitas yang terjadi, melainkan justru memperhatikan realitas sambil tetap berusaha untuk tercapainya idealitas. Contoh wasathiyyah dalam arti wâqi’iyyah ini adalah pemberlakuan hukum ‘azîmah dalam kondisi normal dan hukum rukhshah dalam kondisi dharurat atau hajat. Watak wasathiyyah dalam Islam Ahlussunnah wal Jama’ah tercermin dalam semua aspek ajarannya, yaitu akidah, syariah, dan akhlaq/tasawwuf serta dalam manhaj. Dalam jam’iyyah Nahdlatul Ulama sebagai bagian dari golongan Ahlus Sunnah WalJama’ah, watak wasathiyyah tersebut antara lain terjadi dalam halhal sebagai berikut: 1. Melandaskan ajaran Islam kepada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber pokok dan juga pada sumber-sumber sekunder yang mengacu kepada al-Qur’an dan al-Sunnah seperti ijma’ dan qiyas. 2. Menjadikan ijtihad sebagai otoritas dan aktifitas khusus bagi orang-orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang tidak mudah untuk dipenuhi. Sedangkan bagi orang yang tidak memenuhi syarat-syarat ijtihad tidak ada jalan lain kecuali harus bermazhab dengan mengikuti salah satu dari mazhab-mazhab yang diyakini penisbatannya kepada ashabu al-madzahib. Namun, Nahdlatul Ulama membuka ruang untuk bermadzhab secara manhaji dalam persoalan-persoalan yang tidak mungkin dipecahkan dengan bermadzhab secara qauli. Pola bermadzhab dalam NU berlaku dalam semua aspek ajaran Islam; aqidah, syariah/fiqh, dan akhlaq/tasawwuf, ~175~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
seperti dalam rincian berikut: (a). Di bidang syariah/fiqh, Nahdlatul Ulama mengikuti salah satu dari madzhab empat, yaitu madzhab Imam Abu Hanifah, Madzhab Imam Malik ibn Anas, madzhab Imam Muhammad bin Idris As-Syafii dan madzhab Imam Ahmad bin Hanbal. (b). Di bidang aqidah mengikuti madzhab Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan madzhab Imam Abu Manshur Al-Maturidi. (c). Di bidang akhlaq/tasawwuf mengikuti madzhab Imam Al-Junaid AlBaghdadi dan madzhab Imam Abu Hamid Al-Ghazali. 3. Berpegang teguh pada petunjuk al-Qur’an di dalam melakukan dakwah dan amar makruf nahi mungkar, yaitu dakwah dengan hikmah (bijak/arif), mau’idhah hasanah, dan mujadalah billati hiya ahsan. 4. Salah satu wujud dari watak wasathiyyah dengan pengertian al-waqi’iyyah (realistis), Nahdlatul Ulama menghukumi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dengan Pancasila sebagai dasarnya sebagai sebuah negara yang sah menurut pandangan Islam dan tetap berusaha secara terus menerus melakukan perbaikan sehingga menjadi negara adil makmur berketuhanan Yang Maha Esa. 5. Mengakui keutamaan dan keadilan para shahabat Nabi, mencintai dan menghormati mereka serta menolak dengan tegas segala bentuk penghinaan dan penistaan terhadap mereka apalagi menuduh mereka kafir. 6. Tidak menganggap siapa pun setelah Nabi Muhammad SAW. sebagai pribadi yang ma’shum (terjaga) dari kesalahan dan dosa. 7. Perbedaan yang terjadi di kalangan kaum muslimin merupakan salah satu dari fitrah kemanusiaan. Karena itu, menghormati perbedaan pendapat dalam masa`il furu`iyyahijtihadiyah adalah keharusan. Nahdhatul Ulama tidak perlu melakukan klaim kebenaran dalam masalah furu’iyahijtihadiyyah tersebut. ~176~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
8. Menghindari hal-hal yang menimbulkan permusuhan seperti tuduhan kafir kepada sesama muslim (ahlu al-qiblah). 9. Menjaga ukhuwwah islamiyyah di kalangan kaum muslimin, ukhuwwah wathaniyyah terhadap sesama warga negara, dan ukhuwwah insaniyyah terhadap sesama umat manusia. Dalam konteks NU, menjaga ukhuwwah nahdliyah adalah keharusan terutama untuk menjaga persatuan dan keharmonisan seluruh warga NU. 10. Menjaga keseimbangan aspek ruhani dan jasmani dengan mengembangkan tasawwuf `amali, majelis-majelis dzikir dan shalawat sebagai sarana taqarrub ila Allah di samping mendorong umat Islam agar melakukan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Dasar Penetapan : 1.
Al-Qur’an ْ ُ َي أَيُّ َا الَّ ِ َين آ َمنُو ْا أَ ِطي ُعو ْا هللاَ َوأَ ِطي ُعو ْا َّالر ُسو َل َو ُأ ْو ِل َاأل ْم ِر ِم )59 :نك (النساء ْ ُ ﴿ي أَيُّ َا الَّ ِ َين آ َمنُو ْا أَ ِطي ُعو ْا هللاَ َوأَ ِطي ُعو ْا َّالر ُسو َل َو ُأ ْو ِل َاأل ْم ِر ِم ِ ش ٍء فَ ُردُّو ُه إ َِل ُون َ نت تُؤْ ِمن َ ْ َ نك فَإِن تَنَازَع ُ ْْت ِف ْ ُ هللا َو َّالر ُسولِ إِن ُك )59 :ِب ِهلل َوالْ َي ْو ِم اآل ِخ ِر َذ ِ َل خ ْ ٌَي َوأَ ْح َس ُن ت َْأ ِوي ًال﴾ (النساء )2 :فَا ْعتَ ِبُوا َي ُأ ِول ْ َالبْ َصارِ (احلرش )153 : َذ ِل ُ ْك َو َّص ُ ْاك ِب ِه ل َ َعل َّ ُ ْك تَتَّ ُق ْو َن﴾ (األنعام. َو َال تَت َّ ِب ُع ْوا ال�سُّ ُب َل فَتَ َف َّر َق ب ُ ِْك ع َْن َس ِب ْي ِ ِل.صا ِط ْي ُم�سْتَ ِق ْي ًما فَات َّ ِب ُع ْو ُه َ ِ ﴿وأَ َّن َه َذا َ ُ ﴿ومَا آتَ ُ ُك َّالر ُس .)7 ول فَخ ُُذو ُه َومَا نَ ُ َْاك َع ْن ُه فَانتَ ُوا﴾ (احلرش َ ِ ِ﴿لَقَدْ َك َن لَ ُ ْك ِف َر ُسول .)21 هللا ُأ ْس َو ٌة َح�سَنَ ٌة﴾ (األحزاب ْ ﴿ومَن ي ُشَ ا ِق ِق َّالر ُسو َل ِمن ب َ ْع ِد مَا ت َ َب َّ َي َ ُل الْهُدَ ى َويَت َّ ِب ْع غ َ ْ َي َسبِيلِ الْ ُمؤْ ِم ِن َني ن َُو ِّ ِل مَا ت ََو َّل َون ُْص ِ ِل َ َجنَّ َ َو َس )115 :اءت م َِصرياً﴾ (النساء َ ~177~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
ون َّالر ُس ُ ول عَلَ ْي ُ ْك َشهِيدً ا﴾ (البقرة)143 : ﴿و َك َذ ِ َل َج َعلْنَ ُ ْاك ُأ َّم ًة َو َس ًطا ِلتَ ُكونُوا ُشهَدَ ا َء ع ََل النَّ ِاس َويَ ُك َ َ السبِيلِ ﴾ ﴿ ُق ْل يَآ أَ ْه َل ْال ِكتَ ِاب َال ت َ ْغلُوا ِف ِدي ِن ُ ْك غ َ ْ َي الْ َح ِّق َو َال تَت َّ ِب ُعوا أَه َْوا َء قَ ْو ٍم قَدْ ضَ لُّوا ِم ْن قَ ْب ُل َوأَضَ لُّوا َك ِثريًا َوضَ لُّوا ع َْن َس َوا ِء َّ (املائدة)77 : ون أَه َْوا َء ُ ْه َوم َْن أَضَ ُّل ِم َّم َن ات َّ َب َع ه ََوا ُه ِبغ ْ َِي هُدً ى ِم َن ِ هللا إ َِّن هللاَ َال يَ ْ ِدي الْقَ ْو َم َّ الظا ِل ِم َني﴾ ﴿فَإ ِْن ل َ ْم يَ�سْتَجِ ي ُبوا َ َل فَاع َ ْْل أَن َّ َما يَت َّ ِب ُع َ (القصص.)50 : الس ْ ِل َكف َّ ًة َو َال تَت َّ ِب ُعوا خ ُُط َو ِات ال�شَّ ْي َط ِان ِإن َّ ُه لَ ُ ْك عَدُ ٌّو ُمب ٌِني﴾ (البقرة)208 : َ ﴿يأَيُّ َا الَّ ِ َين َءا َمنُوا ا ْد ُخلُوا ِف ِّ هللا ِإالَّ الْ َح َّق ِإن َّ َما الْ َم�س ُِيح ِع َيس ا ْب ُن م َْر َ َي َر ُس ُ ول ِ ﴿يَآأَ ْه َل ْال ِكتَ ِاب َال ت َ ْغلُوا ِف ِدي ِن ُ ْك َو َال ت َ ُقولُوا ع ََل ِ هللا َو َ ِك َم ُت ُه أَلْقَاهَا إ َِل م َْر َ َي الس َم َو ِات َومَا ِف َو ُر ٌ وح ِم ْن ُه فَآ ِم ُنوا ِب ِهلل َو ُر ُس ِ ِل َو َال ت َ ُقولُوا ث َ َالث َ ٌة ا ْنتَ ُوا خ َْيًا لَ ُ ْك ِإن َّ َما هللاُ إ َ ٌِل َوا ِح ٌد �سُ ْب َحان َ ُه أَ ْن يَ ُك َ ون َ ُل َو َ ٌل َ ُل مَا ِف َّ ْا َأل ْر ِض َو َك َفى ِب ِهلل َو ِكي ًال﴾ (النساء)171 : ﴿وا ْعتَ ِص ُمو ْا ِ َب ْبلِ ِ هللا َ ِجيعاً َو َال ت َ َف َّر ُقو ْا﴾ (آل معران)103 : َ ﴿ َال ِإ ْك َرا َه ِف ادلِّ ِين قَدْ ت َ َب َّ َي ُّالر ْشدُ ِم َن الْغ َِّي فَ َم ْن يَ ْك ُف ْر ِب َّلطاغُ ِ وت َويُؤْ ِم ْن ِب ِهلل فَقَ ِد ا�سْتَ ْم َس َك ِبلْ ُع ْر َو ِة الْ ُوثْقَى َال ان ْ ِف َصا َم لَهَا َوهللاُ َ ِسي ٌع عَ ِل ٌمي﴾ (البقرة)256 : ه أَ ْح َس ُن إ َِّن َرب َّ َك ه َُو أَع َ ُْل ِب َم ْن ضَ َّل ع َْن َسب ِ ِ ِيل َوه َُو أَع َ ُْل ﴿ا ْد ُع إ َِل َسبِيلِ َرب ِّ َك ِبلْ ِح ْكَ ِة َوالْ َم ْو ِع َظ ِة الْ َح�سَنَ ِة َو َجا ِدلْه ُْم ِب ِلَّت ِ َ ِبلْ ُمهْتَ ِد َين﴾ (النحل)125 : ون﴾ (احلجرات)10 : ﴿ ِإن َّ َما الْ ُمؤْ ِمن َ ُون ِإخ َْو ٌة فَ َأ ْص ِل ُحوا ب َ ْ َي أَخ ََو ْي ُ ْك َوات َّ ُقوا هللاَ ل َ َعل َّ ُ ْك تُ ْر َ ُح َ وك ِف ادلِّ ِين َول َ ْم ُ ْي ِر ُج ُ ْ ﴿ َال يَنْ َ ُ ُاك هللاُ ع َِن الَّ ِ َين ل َ ْم يُقَا ِتلُ ُ ْ ُّوه َوت ُ ْق ِس ُطوا ِإلَيْ ِ ْم إ َِّن هللاَ ُ ِي ُّب الْ ُم ْق ِس ِط َني﴾ (املنتحنة)8 : وك ِم ْن ِد َي ُ ْرِك أَ ْن ت ََب ُ ْ As-Sunnah
2.
هللا ْب ِن َ ْع ٍرو قَا َل :قَا َل َر ُس ُ ول ِ ع َْن َع ْب ِد ِ ِسائِي َل َح ْذ َو النَّ ْعلِ ِبلنَّ ْعلِ َحتَّ إ ِْن َك َن هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل( :ل َ َي ْأ ِت َ َّي ع ََل ُأ ِمَّت مَا أَ َت ع ََل ب َ ِن إ ْ َ ِسائِي َل ت َ َف َّرقَ ْت ع ََل ِث ْنت َ ْ ِي َو�سَ ْب ِع َني ِم َّ ًل َوت َ ْف َت ُِق ُأ ِمَّت ع ََل ث َ َال ٍث َو�سَ ْب ِع َني ِمنْ ُ ْم م َْن أَ َت ُأ َّم ُه عَ َال ِن َي ًة لَ َك َن ِف ُأ ِمَّت م َْن ي َ ْصنَ ُع َذ ِ َلَ ،وإ َِّن ب َ ِن إ ْ َ َ َ ْ َ ِ ه َي َر ُسو َل ِ هللا؟» قَا َل( :مَا أنَ عَل ْيه َوأ َ ص ِاب) -رواه الرتمذي. ِم َّ ًلُ ،كُّه ُْم ِف النَّارِ ِإالَّ ِم َّ ًل َوا ِحدَ ةً) قَالُوا«َ :وم َْن ِ َ ع َْن الْ ِع ْر َب َض ْب َن َسارِي َ َةَ :ص َّل ِبنَا َر ُس ُ ول ِ ون َو َوجِ لَ ْت ِمنْ َا هللا صىل هللا عليه وسمل َذ َات ي َ ْو ٍم ُ َّث أَ ْقبَ َل عَلَ ْينَا فَ َوع ََظنَا م َْو ِع َظ ًة ب َ ِليغَ ًة َذ َرفَ ْت ِمنْ َا الْ ُع ُي ُ وص ُ ْ هللا َك َأ َّن َه ِذ ِه م َْو ِع َظ ُة م َُو ِّدعٍ فَ َما َذا ت َ ْعهَدُ ِإل َ ْينَا ،فَقَا َل(ُ :أ ِ يك ِبتَ ْق َوى ِ وب فَقَا َل قَائِ ٌل َي َر ُسو َل ِ الس ْمع ِ َو َّ الطاعَ ِة َوإ ِْن َع ْبدً ا َحبَ�شِ ًّيا فَ ِإن َّ ُه الْ ُقلُ ُ هللا َو َّ ُ ُ ُ َ ُ َ ْ ْ َ َ ِ ْ ِ ْ ِ ْ ِ ِ يِّني َّالر ِاش ِد َين ت َ َم َّسكوا بِ َا َوعَضُّ وا عَليْ َا ِبلنَّ َواجِ ذ َوإ َِّيك َو ُم ْحدَ َث ِت م َْن ي َ ِع ْش منْك ب َ ْع ِدى فَ َس َيَى ا ْخت َالفًا ك ِثريًا فَ َعل ْيك ب ُِس ِنَّت َو�سُنَّة ال ُخل َفاء ال َمهْ ِد َ ك ُم ْحدَ ث َ ٍة بِدْ عَ ٌة َو ُ َّ ُاألمُورِ فَإ َِّن ُ َّ ك بِدْ عَ ٍة ضَ َال َ ٌل) -رواه أبو داود. ~~178
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
َال أَ َّن َر ُسو َل ِ ع َْن أَن َ ِس ْب ِن م ِ ٍ ون ِف ْرقَ ًة َو َخلَ َص ْت ِسائِي َل ت َ َف َّرقَ ْت ع ََل ِإ ْحدَ ى َو�سَ ْب ِع َني ِف ْرقَ ًة فَهَلَ َك ْت �سَ ْب ُع َ هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل قَا َل( :إ َِّن ب َ ِن إ ْ َ ُ هللا م َْن ِت َْ َ ِ ً ِ ل الْ ِف ْرقَ ُة؟ قَالَ: ل ِإ ْحدَ ى َو�سَ ْب ِع َني َو َ ْتلُ ُص ِف ْرقَ ٌة) قَالُواَ :ي َر ُسو َل ِ ِف ْرقَ ٌة َوا ِحدَ ٌة َوإ َِّن أ ِمَّت �سَتَ ْف َت ُِق عَل اثْنَت َ ْ ِي َو�سَ ْبع َني ف ْرقَة فَتَ ْ ِ ُ (الْ َج َماع َُة الْ َج َماع َُة) -رواه أمحد. َال قَا َل :قَا َل َر ُس ُ ول ِ ع َْن أَن َ ِس ْب ِن م ِ ٍ ِسائِي َل افْ َ َتقَ ْت ع ََل ِإ ْحدَ ى َو�سَ ْب ِع َني ِف ْرقَ ًة َوإ َِّن ُأ ِمَّت �سَتَ ْف َت ُِق ع ََل هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل( :إ َِّن ب َ ِن إ ْ َ ه الْ َج َماع َُة) -رواه ابن ماجه. ِث ْنت َ ْ ِي َو�سَ ْب ِع َني ِف ْرقَ ًةُ ،كُّهَا ِف النَّارِ ِإالَّ َوا ِحدَ ًة َو ِ َ هللا ،قَا َل :قَا َل َر ُس ُ ول ِ ع َْن َع ْب ِد ِ هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل( :خ ْ َُي ُأ ِمَّت الْقَ ْر ُن الَّ ِ َين يَلُ ِونَّ ُ ،ث الَّ ِ َين يَلُونَ ُْم ُ َّث الَّ ِ َين يَلُونَ ُْمَّ ُ ،ث َيِي ُء قَ ْو ٌم تَ�سْب ُِق ْ ُ َ ِ َ ْ ُ ُ ُ ِ ِ َشهَا َد ُة أَ َح ِد ِ ْه يَمينَ ُه َويَمي ُن ُه َشهَا َدتَهُ) ل ْم يَذك ْر َهنَّا ٌد القَ ْر َن ِف َح ِدي ِثه ،وقَا َل قتَ ْي َبةَّ :ث َيِي ُء أ ْق َوا ٌم -متفق عليه. لِّني) ،قَا َلَ :وقَا َل َر ُس ُ ع َْن ث َ ْو َب َن قَا َل :قَا َل َر ُس ُ ول ِ ول ِ هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َلَ ( :ال هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َلِ ( :إن َّ َما أَخ َُاف ع ََل ُأ ِمَّت َاألئِ َّم َة امل ُ ِض َ ض ُ ْه م َْن َي ُْذلُه ُْم َحتَّ ي َ ْأ ِ َت أَ ْم ُر ِ هللا) -رواه الرتمذي. تَ َز ُال َطائِ َف ٌة ِم ْن ُأ ِمَّت ع ََل احل َِّق َظا ِه ِر َين َال ي َ ُ ُّ هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ،قَا َلَ ( :ال َ ْي َم ُع هللاُ ُأ ِمَّت ع ََل ضَ َال َ ٍل أَبَدً اَ ،ويَدُ ِ ع َِن ا ْب ِن ُ َع َر ،أَ َّن ن ِ ََّب ِ الس َوا َد َاألع َْظ َم، هللا ع ََل الْ َج َماعَ ِة َه َك َذا ،فَات َّ ِب ُعوا َّ فَ ِإن َّ ُه م َْن َش َّذ َش َّذ ِف النَّارِ ) -رواه احلامك. ع َْن ا ْب ِن َعبَّ ٍاس قَا َل :قَا َل َر ُس ُ ول ِ هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل غَدَ ا َة الْ َعقَبَ ِة َوه َُو ع ََل نَ قَ ِت ِه الْ ُقطْ ِل َح ًص فَلَقَ ْط ُت َ ُل �سَ ْب َع َح َص َي ٍ ات ه َُّن َح َص َ ُ ُ َ َ َ ُ َ ُ ُ ْ ْ ْ َ ِ ْ ُ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ الْخ َْذ ِف فَ َج َع َل ي َ ْنفُضُ ه َُّن ِف َكفِّ ِه َويَقول أ ْمث َال هؤُ الء (ف ْار ُموا) َّث قال(َ :ي أيُّ َا النَّ ُاس إ َِّيك َوال ُغل َّو ِف ادلِّ ِين ف ِإن َّ ُه أهْل م َْن ك َن ق ْبلك ال ُغل ُّو ِف ادلِّ ِين) -رواه النسايئ وابن ماجه وأمحد. (الص َحاب َ ُة ُكُّهُم ُعدُ و ٌل) -رواه البهيقي. عن ماكل بن أنس ريض هللا عنهَّ : عن معر ابن اخلطاب ،قَا َل( :أَ ْ َ ص ِاب َكلنُّ ُجو ِم ب َِأيِّ ُِم ا ْقتَدَ يْ ُ ُت ا ْه َتدَ يْ ُ ْت) -رواه رزين. ع َْن أَ ِب ه َُرْي َرةَ ،قَا َل :قَا َل َر ُس ُ ول ِ هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َلَ ( :ال تَ�سُ ُّبوا أَ ْ َ ص ِابَ ،ال تَ�سُ ُّبوا أَ ْ َ ص ِاب ،فَ َوالَّ ِ ي ن َ ْف ِس ِب َي ِد ِه ل َ ْو أَ َّن أَ َحدَ ُ ْك أَن ْ َف َق ِمثْ َل َ ِ ُأ ُح ٍد َذ َه ًبا ،مَا أَد َْركَ ُم َّد أَ َح ِد ِ ْهَ ،وال ن َصي َفهُ) -متفق عليه. ع َْن َع ْب ِد ِ ض هللاُ عَنْ ُ َما :أَ َّن َر ُسو َل ِ هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل قَا َل( :أَي ُّ َما َر ُجلٍ قَا َل َِأل ِخي ِه َي َك ِف ُر ،فَقَدْ َب َء بِ َا أَ َحدُ ُ َها) -منفق عليه. هللا ْب ِن ُ َع َر َر ِ َ Aqwal al-Ulama
3.
التبصري يف ادلين ،ص : 185 الفصل الثاين من هذا الباب يف طريق حتقيق النجاة ألهل ال�سنة وامجلاعة يف العاقبة .اعمل أن اذلي حتقق هلم هذه الصفة أمور مهنا قوهل تعاىل قل أن كنمت حتبون هللا فاتبعوين حيببمك هللا ويغفر لمك ذنوبمك وهللا غفور رحمي واحملبة من هللا تعاىل يف متابعة الرسول سبب حمبة الرب للعبد فلك من اكن متابعته للرسول أبلغ وأمت اكنت احملبة هل من هللا أمكل وأمت وليس يف فرق األمة أكرث متابعة ألخبار الرسول وأكرث تبعا لسنته من ~~179
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
هؤالء ولهذا مسوا أحصاب احلديث ومسوا بأهل ال�سنة وامجلاعة .ومهنا أن النيب صىل هللا عليه وسمل ملا �سئل عن الفرقة الناجية قال ما أان عليه وأحصايب وهذه الصفة تقررت ألهل ال�سنة ألهنم ينقلون األخبار واآلاثر عن الرسول صىل هللا عليه وسمل والصحابة ريض هللا عهنم وال يدخل يف تكل امجلةل من يطعن يف الصحابة من اخلوارج والروافض وال من قال من القدرية إن شهادة اثنني من أهل صفني غري مقبوةل عىل ابقة بقل ومن ردمه وطعن فهيم ال يكون متابعا هلم وال مالبسا بسريهتم( .التبصري يف ادلين ومتيزي الفرقة الناجية عن الفرق الهالكني ،طاهر بن محمد األسفراييين أبو املظفر ،احملقق :كامل يوسف احلوت ،لبنان ،عامل الكتب ،طبعة 1403 ،1هـ1983 / .مـ ،.ص ) 185 التبصري يف ادلين ،ص : 186 ومهنا أهنم ي�ستعملون يف األدةل الرشعية كتاب هللا و�سنة رسوهل صىل هللا عليه وسمل وأجامع األمة والقياس وجيمعون بني مجيعها يف فروع الرشيعة وحيتجون جبميعها وما من فريق من فرق خمالفهيم إال ومه يردون شيئا من هذه األدةل فبان أهنم أهل النجاة اب�ستعامهلم مجيع أصول الرشيعة دون تعطيل يشء مهنا .ومهنا أن أهل ال�سنة جممتعون فامي بيهنم ال يكفر بعضهم بعضا وليس بيهنم خالف يوجب التربيء والتفكري فهم إذا أهل امجلاعة قامئون ابحلق وهللا تعاىل حيفظ احلق وأههل كام قال تعاىل {إان حنن نزلنا اذلكر وإان هل حلافظون} قال املفرسون أراد به احلفظ عن التناقض وما من فريق من فرق اخملالفني إال وفامي بيهنم تكفري وتربي يكفر بعضهم بعضا كام ذكران من اخلوارج والروافض والقدرية حىت اجمتع �سبعة مهنم يف جملس واحد فافرتقوا عن تكفري بعضهم بعضا واكنوا مبزنةل الهيود والنصارى حني كفر بعضهم بعضا حىت قالت الهيود ليست النصارى عىل يشء وقالت النصارى ليست الهيود عىل يشء وقال هللا �سبحانه وتعاىل {ولو اكن من عند غري هللا لوجدوا فيه اختالفا كثريا}. (التبصري يف ادلين ومتيزي الفرقة الناجية عن الفرق الهالكني ،طاهر بن محمد األسفراييين أبو املظفر ،احملقق :كامل يوسف احلوت ،لبنان ،عامل الكتب ،طبعة 1403 ،1هـ1983 / .مـ ،.ص ) 186 اخلريدة البهية يف علم التوحيد ،أمحد بن حممد العدوي الدرير املالكي ،ص :194 -193 واتبع يف سريك (سبيل) أي :طريق (الناسكني) مجع ناسك ،أي :عابد( ،العلماء) مجع عامل ،وهو :العارف باألحكام الشرعية اليت عليها مدار صحة الدين ،اعتقادية كانت أو عملية ،واملراد هبم السلف الصاحل ومن تبعهم بإحسان ،وسبيلهم منحصر يف اعتقاد وعلم وعمل على طبق العلم. وافرتق من جاء بعدهم من أئمة األمة الذين جيب اتباعهم على ثالث فرق :فرقة نصبت نفسها لبيان األحكام الشرعية العملية ،وهم األئمة األربعة وغريهم من اجملتهدين ،لكن مل يستقر من املذاهب املرضية سوى مذاهب األئمة األربعة وفرقة نصبت نفسها لالشتغال ببيان العقائد الىت كان عليها السلف ،وهم األشعري واملاتريدي ومن تبعهما. وفرقة نصبت نفسها لالشتغال بالعمل واجملاهدات على طبق ماذهب إليه الفرقتان ،وهم أبو القاسم اجلنيد ( )1ومن تبعه. فهؤ الء الفرق الثال ثة هم خواص األمة احملمدية ،ومن عداهم من مجيع الفرق على ضالل ،وإن كان البعض منهم حيكم له باإلسالم ،فالناجي من كان يف عقيدته على طبق مابينه أهل السنة ،وقلد يف األحكام العملية إماما من األئمة األربعة املرضية ،مث متام النعمة والنجاة يف سلوك مسلك اجلنيد وأتباعه بعد أن أحكم دينه على طبق ما بينه الفريقان ~~180
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
املتقدمان ،وممن سلك مسلكه القطب الرباين اإلمام سيدي أمحد بن الرفاعي ( )2وأتباعه ،والقطب الرباين اإلمام سيدي عبد القادراجليالين ( )3وأتباعه ،والقطب الرباين السيد أمحد البدوي ( )4وأتباعه، الاقتصاد يف الاعتقاد ،ج ،1ص: 81 واذلي ينبغي أن مييل احملصل إليه الاحرتاز من التكفري ما وجد إليه سبيال .فإن استباحة ادلماء واألموال من املصلني إىل القبةل املرصحني بقول ال إهل إال هللا محمد رسول هللا خطأ ،واخلطأ يف ترك ألف اكفر يف احلياة أهون من اخلطأ يف سفك حمجمة من دم مسمل .وقد قال صىل هللا عليه وسمل :أمرت أن أقاتل الناس حىت يقولوا ال إهل إال هللا محمد رسول هللا ،فإذا قالوها فقد عصموا مين دماءمه وأمواهلم إال حبقها. بغية املسرتشدين ،ج ،1ص :641 من القواعد اجملمع علهيا عند أهل ال�سنة أن من نطق ابلشهادتني حمك بإسالمه وعصم دمه وماهل ،ومل يكشف حاهل ،وال يسأل عن معىن ما تلفظ به .ومهنا أن اإلميان املنجي من اخللود يف النار التصديق ابلوحدانية والرساةل ،مفن مات معتقداذكل ومل يدر غريه من تفاصيل ادلين فناج من اخللود يف النار ،وإن شعر بيشء من اجملمع عليه وبلغه ابلتواتر لزمه ابعتقاده إن قدر عىل تعقهل .ومهنا من حمك بإميانه ال يكفر إال إذا تلكم أو اعتقد أو فعل ما فيه تكذيب للنيب يف يشء مجمع عليه رضورة ،وقدر عىل تعقهل ،أو نفي الاستسالم هلل ورسوهل ،اكال�ستخفاف به أو ابلقرآن. ومهنا أن اجلاهل واخملطىء من هذه األمة ال يكفر بعد دخوهل يف اإلسالم مبا صدر منه من املكفرات حىت تتبني هل احلجة اليت يكفر جاحدها ويه اليت ال تبقى هل �شهبة يعذر هبا .ومهنا أن املسمل إذا صدر منه مكفر ال يعرف معناه أو يعرفه ،ودلت القرائن عىل عدم إرادته أوشك ال يكفر. ومهنا ال ينكر إال ما أمجع عليه أو اعتقده الفاعل وعمل منه أنه معتقد حرمته حال فعهل ،مفن عرف هذا القواعد كف لسانه عن تكفري املسلمني، وأحسن الظن هبم ،ومحل أقواهلم وأفعاهلم احملمتةل عىل الفعل احلسن .خصوصاالفعل اذلي ثبت أن أهل العمل والصالح والوالية اكلقطب احلداد فعلوه وقالوه ،ويف كتهبم وأشعارمه ّدونوه ،فليعتقد أنه صواب ال شك فيه وال ارتياب ،وإن هجهل بدليهل لقصوره وهجهل ،ال لغلبة احلال عىل الويل وغيبه عقهل ،وليسع العوام ما وسع ذكل العامل ،مفن عمل ما ذكران وفهم ما أرشان وأراد هللا حفظه عن سبيل الابتداع ،كف لسانه وقلمه عن لك من نطق ابلشهادتني ،ومل يكفر أحدامن أهل القبةل ،ومن أراد هللا غوايته أطلقها بذكل وطالع كتب من أهواه هواه نعوذ ابهلل من ذكل. حا�شية الرميل ،ج ،1ص :219 وما يف اجملموع من تكفري من يرصح ابلتج�سمي أشار إىل تضعيفه وكتب أيضا كأنه احرتز ابلترصحي معن يثبت اجلهة فإنه ال يكفر كام قاهل الغزايل يف كتاب التفرقة بني اإلسالم والزندقة وقال ابن عبد السالم يف القواعد إنه األحص بناء عىل أن الزم املذهب ليس مبذهب ر وكتب أيضا قال البلقيين الصحيح أو الصواب خالف ما قال وقال ابن القشريي يف املرشد من اكن من أهل القبةل وانتحل شيئا من البدع اكجملسمة والقدرية وغريمه هل يكفر لألحصاب فيه طريقان والكم األشعري يشعر هبام وأظهر مذهبيه ترك الكفر وهو اختيار القايض مفن قال قوال أمجع املسلمون عىل تكفري قائهل كفرانه وإال فال***.
~~181
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
III. HUKUMAN MATI DAN HAM
A. Deskripsi Islam secara tegas mensyariatkan hukuman mati sebagai hukuman atas tindak kejahatan pembunuhan, dan berbagai tindak kejahatan berat yang menimbulkan kerusakan besar di tengah masyarakat luas. Hukuman mati dalam Islam merupakan bukti upaya serius untuk memberantas kejahatan berat yang menjadi bencana kemanusiaan. Beberapa negara menerapkan hukuman mati untuk tindak kejahatan tertentu. Namun, banyak pula negara yang menolaknya dengan dalih hukuman mati bagian dari pelanggaran Hak Asasi Manusi (HAM). Hukuman mati bagi masyarakat dunia sampai sekarang masih menjadi perdebatan yang tidak berujung, dan tetap menjadi kontroversi. B.
Pertanyaan
Apakah hukuman mati tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM)?
C. Jawaban Islam sangat menghargai kemanusiaan. Dalam Islam hak-hak manusia yang paling asasi disimpulkan dalam apa yang dikenal dengan istilah al-kulliyāt al-khams atau al-dlarūriyāt al-khams (lima prinsip pokok), yaitu Hifż al-dīn, Hifż al-‘aql, Hifż al-nafs, Hifż almāl, dan Hifż al-nasl/ Hifż al-‘irdl. Jadi hak hidup dan perlindungan terhadap jiwa manusia merupakan salah satu persoalan yang sangat urgen dalam Islam. Setiap upaya yang bertujuan melindungi keselamatan jiwa harus didukung; dan setiap tindakan yang mengarah pada terancamnya keselamatan jiwa harus dicegah. ~182~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
Alangkah kejam tindak pidana pembunuhan sehingga di dalam Al-Qur’an, orang yang membunuh satu jiwa saja digambarkan seolah-olah membunuh manusia seluruhnya.37 Akan tetapi dalam waktu yang sama, Al-Qur’an mengabaikan perlindungan terhadap keselamatan jiwa orang yang melakukan pembunuhan tanpa alasan yang dibenarkan, sehingga Al-Qur’an membolehkan bahkan mewajibkan membunuh orang tersebut sebagai hukuman pembalasan (qishāsh). Hikmahnya dapat kita pahami dari pernyataan Al-Qur’an berikut, .ٌَولَ ُ ْك ِف الْ ِق َص ِاص َحيَاة Bahwa di balik hukuman qishāsh pada hakikatnya di situ ada kehidupan, karena apabila orang tahu bahwa kalau membunuh akan dibunuh, ia tidak akan jadi melakukan pembunuhan sehingga terjagalah kehidupan. Al-Qur’an juga mengabaikan perlindungan terhadap orang yang melakukan kerusakan di atas bumi karena kerusakan yang dia ciptakan merugikan kemaslahatan publik, sementara pembunuhan terhadap dirinya bersifat privat. Di kalangan fuqāha’ dan ushūliyyūn terjadi perbincangan tentang skala prioritas atau urut-urutan hirarkis menyangkut lima pokok dasar di atas (al-dlarūriyāt al-khams). Misalnya, ada pertanyaan manakah yang harus diprioritaskan bila terjadi ta’ārudl antara hifż al-dīn dan hifż al-nafs? Pertanyaan ini terjawab dengan pernyataan Al-Qur’an, . َِوالْ ِف ْتنَ ُة أَ ْك َ ُب ِم َن الْقَتْل Ini berarti bahwa pembunuhan bisa dilakukan dalam rangka menghindarkan diri dari fitnah, yaitu setiap perbuatan yang mengancam/merugikan Islam dan kaum muslimin.38 37 38
.23 :املائدة اية .752 ص،2 ج، التفسري املنري،وهبة الزحيلى
~183~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
Pertanyaan juga terjadi ketika terjadi pertentangan antara hifż al-nafs dan hifż al-nasl, mana yang dimenangkan? Pertanyaan ini meski tidak bersifat mutlak terjawab dengan disyariatkannya hukuman rajam atas pelaku zina muhshan. Artinya, pembunuhan dengan cara rajam yang diharapkan menciptakan efek jera dikenakan kepada pelaku zina muhshan. Pertanyaannya, mengapa pembunuhan semacan itu harus dilakukan? Jawabannya, karena kerugian dan mafsadat yang ditimbulkannya bersifat individual, sedangkan mafsadat yang timbul dari zina muhshan bersifat sosial serta bau busuknya diwariskan sampai anak cucu, dan itu bertentangan dengan karāmah insāniyyah sebagai anugerah Allah paling besar kepada bani Adam, sebagaimana difirmankan, .َولَقَدْ َك َّر ْمنَا ب َ ِ ْن آ َد َم “Maka sesungguhnya kehidupan jiwa yang harus dilindungi adalah kehidupan yang memiliki karāmah insāniyyah.” Dari keterangan tersebut, pertanyaan di atas bisa dijawab, bahwa hak-hak asasi manusia, termasuk di dalamnya perlindungan terhadap hak hidup, merupakan prinsip yang sangat mendasar dalam syariat Islam. Dan ajaran Islam dalam hal ini telah hadir lebih seribu tahun sebelum Declaration of The Human Rights yang digelar oleh PBB pada 10 Desember 1948. Akan tetapi ini tidak berarti bahwa Islam menutup ruang untuk diterapkannya hukuman mati. Hukuman mati bisa diterapkan terhadap kejahatan-kejahatan tertentu yang merusak harkat dan martabat manusia dengan beberapa syarat yang ketat, diantaranya dibuktikan dengan alat bukti yang kuat dan meyakinkan. Dan hal ini tidak dianggap bertentangan dengan HAM dalam konsep Islam.
~184~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
D. Dasar Penetapan Al-Qur’an ﴿ َيأَيُّ َا الَّ ِ َين َءا َمنُوا ُك ِت َب عَلَ ْي ُ ُك الْ ِق َص ُاص ِف الْقَ ْت َل ﴾ (البقرة)178 : ون ﴾ (البقرة)179 : ﴿ َولَ ُ ْك ِف الْ ِق َص ِاص َحيَا ٌة َي ُأ ِول ْا َأللْ َب ِاب ل َ َعل َّ ُ ْك تَتَّ ُق َ ﴿ م َْن قَتَ َل ن َ ْف ًسا ِبغ ْ َِي ن َ ْف ٍس أَ ْو فَ َسا ٍد ِف ْا َأل ْر ِض فَ َك َأن َّ َما قَتَ َل النَّ َاس َ ِجي ًعا َوم َْن أَ ْحيَاهَا فَ َك َأن َّ َما أَ ْحيَا النَّ َاس َ ِجي ًعا ﴾ (املائدة)32 :
Al-Sunnah وعن عبد هللا بن مسعود ريض هللا عنه قال :قال رسول هللا ّ صل هللا عليه وسمل( :ال َ ِي ُّل َد ُم ا ْم ِرئٍ م ُْس ِ ٍل ،ي َشْ هَدُ أَ ْن آل َ َإل إالَّ هللاُ َ ،وأَنِّ ِ ْ ِ َر ُس ُ ِ ول هللا ،إالَّ بِإ ْحدَ ى ث َ ٍ ِ ِ ارِق لل َج َماعَة) .متفق عليه واللفظ ملسمل. الث :الثَّي ُِّب َّالز ِانَ ،والنَّ ْف ُس ِبلنَّ ْف ِسَ ،والتَّارِكُ لينه امل َف ُ Aqwalul Ulama: معامل التنـزيل /تفسري البغوي: قَ ْو ُ ُل ت َ َع َالَ :ولَ ُ ْك ِف الْ ِق ِ ون ِفي ِه بَقَاؤُ ُه َوبَقَا ُء م َْن َ َّه صاص َحياةٌ ،أَ ْي :بَقَا ٌءَ ،و َذ ِ َل أَ َّن الْقَ ِاصدَ ِللْقَتْلِ ِإ َذا ع ِ ََل أَن َّ ُه ِإ َذا قَتَ َل يُ ْقتَ ُل ،ي َ ْمتَ ِن ُع ع َِن الْقَتْلِ ،فَيَ ُك ُ ِبقَ ْت ِ ِل( .معامل التنـزيل /تفسري البغوي ،احلسني بن مسعود بن محمد بن الفراء البغوي ،احملقق :عبد الرزاق املهدي ،بريوت ،دار إحياء الرتاث العريب ،طبعة � ،1سنة 01420هـ ،ج ،1ص )210 تفسري القرآن العظمي /تفسري ابن كثري: ي َ ُق ُ اه أَن َّ ُه م َْن قَتَ َل ن َ ْفساً ِبغ ْ َِي ن َ ْف ٍس أَ ْو فَسا ٍد ِف ش ْعنَا لَه ُْم َوأَ ْعلَ ْمنَ ُ ْ ول ت َ َع َالِ :م ْن أَ ْجلِ قَتْلِ ا ْب ِن آ َد َم أَخَا ُه ُظلْ ًما َو ُعدْ َوانً َكتَبْنا عَىل ب َ ِن إ ِْسائِي َل أَ ْي َ َ َ َ َ َ َ َ َ ً ْ ً َ َ ٍ ِ ِ ِ ِ َ َ َ ِ ِ ٍ ْ َ َ َ َ ْ ْ َال ْرض فكأنَّام قتَ َل النَّ َاس جيعا َوم َْن أ ْحياها فكأنَّام أ ْحيَا النَّ َاس جيعا أ ْي من قتَ َل نَف ًسا ِبغ َِي َسب ٍَب م ْن ق َصاص أ ْو ف َساد ِف ال ْرضَ ،وا�سْتَ َح َّل قَ ْتلَهَا ِب َال َسب ٍَب َو َال جِ نَاي َ َة ،فَ َك َأن َّ َما قَ ْت َل النَّ َاس َ ِجي ًعاَ ِ ،لن َّ ُه َال فَ ْر َق ِع ْندَ ُه ب َ ْ َي ن َ ْف ٍس َون َ ْف ٍسَ ،وم َْن أَ ْحيَاهَا ،أَ ْي َح َّر َم قَتَلَهَا َوا ْعتَقَدَ َذ ِ َل ،فَقَدْ َس ِ َل النَّ ُاس ُكُّه ُْم ِمنْ ُه بِ َ َذا ْا ِال ْع ِت َبارِ َ ،و ِلهَ َذا قَا َل فَ َك َأنَّام أَ ْحيَا النَّ َاس َ ِجيعاًَ ..... .وقَا َل الْ َع ْو ِ ُّف ع َِن ا ْب ِن َعبَّ ٍاس ِف قَ ْو ِ ِل :فَ َك َأنَّام قَتَ َل النَّ َاس َ ِجيعاً ،ي َ ُق ُ ول: م َْن قَتَ َل ن َ ْف ًسا َوا ِحدَ ًة َح َّر َمهَا هللاُ ،فَه َُو ِمث ُْل م َْن قَتَ َل النَّ َاس َ ِجي ًعاَ ،وقَا َل َس ِعيدُ ْب ُن ُجبَ ْ ٍي :م َِن ا�سْتَ َح َّل َد َم م ُْس ِ ٍل فَ َك َأن َّ َما ا�سْتَ َح َّل ِدمَا َء النَّ ِاس َ ِجي ًعاَ ،وم َْن َح َّر َم َد َم م ُْس ِ ٍل فَ َك َأن َّ َما َح َّر َم ِدمَا َء النَّ ِاس َ ِجي ًعاَ ،ه َذا قَ ْو ٌل َوه َُو ْ َال ْظه َُر( .تفسري القرآن العظمي /تفسري ابن كثري ،أبو الفداء إسامعيل بن معر بن كثري القريش ،احملقق :محمد حسني مشس ادلين ،بريوت ،دار الكتب العلمية ،طبعة � ،1سنة 1419هـ ،ج ،3ص )84-83 أحاكم القرآن ،أبو بكر أمحد بن عيل الرازي اجلصاص : ~~185
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
وقد يصح إطالق لفظ احملاربة هلل ولرسوهل عىل من عظمت جريرته ابجملاهرة ابملعصية وإن اكن من أهل املةل ،وادلليل عليه ما روى زيد بن أسمل عن أبيه أن معر بن اخلطاب رأى معاذا يبيك فقال :ما يبكيك؟ قال مسعت رسول هللا صىل هللا عليه وسمل يقول( :اليسري من الراب رشك ومن عادى أولياء هللا فقد ابرز هللا ابحملاربة) ،فأطلق علهيم امس احملاربة ومل يذكر الردة ومن حارب مسلام عىل أخذ ماهل فهو معاد ألولياء هللا تعاىل بذكل( .أحاكم القرآن ،أبو بكر أمحد بن عيل الرازي اجلصاص ،بريوت ،دار إحياء الرتاث العريب 1405 ،هـ ،.ج ،4ص )51 اجلناايت يف الفقه اإلساليم : ِسائِي َل أَن َّ ُه م َْن قَتَ َل ن َ ْف ًسا ِبغ ْ َِي ن َ ْف ٍس أَ ْو فَ َسا ٍد ِف ْ َال ْر ِض فَ َك َأن َّ َما قَتَ َل النَّ َاس َ ِجي ًعا َوم َْن أَ ْحيَاهَا ويف قوهل تعاىلِ { :م ْن أَ ْجلِ َذ ِ َل َكتَبْنَا ع ََل ب َ ِن إ ْ َ فَ َك َأن َّ َما أَ ْحيَا النَّ َاس َ ِجي ًعا} (اآلية 32من سورة املائدة) إشارة جلية وواحضة إىل أن اجلناية يف نظر الرشيعة اإلسالمية ال تقع عىل اجملين عليه فقط ،وإمنا تقع عىل اجملمتع لكه؛ ألهنا تنهتك حرمته وهتدد مسريته ،وتقلق هدوءه ،وتعوق تقدمه ،وإذا اكن رضرها عاما فإن العالج الناجع ليس يف ترك الفلسفات واألهواء اليت تعمل معلها يف درء العقوبة عن اجملرمني أل�سباب وتعليالت ال تستند إىل دليل مما يؤدي إىل إقالق شأن اآلمنني ،وإمنا يف جماهبة مواطن ادلاء بلك حزم( .اجلناايت يف الفقه اإلساليم ،حسن عيل الشاذيل ،دار الكتاب اجلامعي ،طبعة ،2 ج ،1ص *** .)37 )IV. PASAR BEBAS (FREE TRADE A. Deskripsi Sebagai bagian dari warga dunia, Indonesia tidak bisa menghindar dari sistem perdagangan global yang mempertukarkan barang dan jasa dengan mekanisme tertentu. Ada banyak mekanisme perdagangan global, salah satunya adalah diberlakukannya pasar bebas, dimana penjualan produk antar negara tidak lagi dikenakan pajak, bea masuk atau hambatan perdagangan lainnya. Peran pemerintah kurang lebih seperti wasit yang memastikan tidak ada kecurangan, sementara aturan mainnya ditentukan oleh regulasi internasional seperti GATT (General Agreement on Tariffs and Trade), WTO (World Trade Organisation), GATS (General Agreement on Trade in Services), TRIPs (Trade Related Intellectual Property Right), TRIMs (Trade Related Invesment Measures), AoA (Agreement on Agriculture) dan sebagainya. Dalam konteks lokal Asia Tenggara, Negara-Negara yang tergabung didalam ASEAN telah sepakat untuk memberlakukan ~~186
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
pasar bebas yang disebut AFTA (Asean Free Trade Area) pada bulan Desember 2015. Beberapa point kesepakatan AFTA antara lain adalah penghapusan pembatasan komoditas dan penghapusan bea masuk impor komoditas yang berada dalam kategori General Exception (GE). Di luar GE, diberlakukan CEPT- AFTA (Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free Trade Area), yakni tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan non-tarif. Komoditas CEPT- AFTA umumnya adalah komoditas yang terkait dengan keamanan nasional, keselamatan, atau kesehatan manusia, binatang, dan tumbuhan, serta untuk melestarikan obyek-obyek arkeologi dan budaya. Dengan diberlakukannya AFTA, arus barang, jasa, investasi, tenaga terampil dan modal akan berputar secara bebas di antara Negara ASEAN. Mereka yang memiliki daya saing tinggi akan meraup keuntungan besar, sementara yang tidak memiliki daya saing akan menjadi pasar bagi pihak lain. Berdasarkan data, Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/GCI) Indonesia tahun 2014 berada di peringkat 34, sementara Singapura berada di peringkat 2, Malaysia di peringkat 20, dan Thailand yang berada di peringkat ke-31. Sementara Filipina berada di peringkat 52, Vietnam di peringkat 68, Laos di peringkat 93, Kamboja di peringkat 95, dan Myanmar di peringkat 134. Dengan posisi ini, dapat dikatakan bahwa posisi Indonesia belum terlalu siap. Namun sekarang bukan waktunya mempertanyakan kesiapan Indonesia, karena AFTA akan dimulai beberapa bulan lagi. Pada aras inilah NU perlu tampil ambil bagian. Sebagai ormas keagamaan terbesar, NU diharapkan mampu memberikan landasasan syar’i agar penanganan pasar bebas (free trade) tetap mengacu kepada fitrah kemanusiaan. Sementara di level praksis, NU diharapkan mampu menyodorkan konsep yang mampu mengayomi warga dari serangan modal yang kian masif.
~187~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
B. Pertanyaan : 1. Bagaimana pandangan Islam tentang pasar bebas? 2. Bagaimana keberpihakan Negara kepada rakyat dan ekonomi nasional? 3. Apa yang musti dilakukan oleh NU sebagai jam’iyyah?
C. Jawaban : 1. Pandangan Islam tentang Pasar Bebas Pada dasarnya setiap orang diperintahkan untuk hidup seimbang. Antara dunia dan akhirat, antara ibadah dan ma’isyah, antara masjid dan pasar, tidak berdiri secara diametral, namun berada dalam formasi keseimbangan. Keseimbangan ini diserahkan dalam sebuah mekanisme pasar dimana gaya tarikmenarik supply dan demand secara bebas terjadi tanpa intervensi negara. Pada dasarnya, Islam menghendaki fair market dimana masing-masing pihak bisa melakukan transaksi secara bebas tanpa intervensi dan hegemoni dari pihak manapun. Dalam posisi pasar sempurna seperti ini, Negara tidak boleh melakukan intervesi pasar. Namun dalam masalah pasar tidak sempurna, dimana pasar mengalami distorsi oleh pihak-pihak tertentu dengan jaringan modal, regulasi dan kekuatan politik yang tidak beroihak dengan mashlahah ‘ammah, Negara wajib melakukan intervensi pasar. Negara harus memastikan tidak boleh ada mekanisme pasar yang melakukan ketidakadilan, sehingga mengganggu terpenuhinya hak dasar seseorang, baik yang individual (private goods) maupun yang publik (public goods). َوابْتَغ ِ ِفمي َا َآتَ كَ هللاُ ادلَّ َار ْ َال ِخ َر َة َو َال تَن ْ َس ن َِصي َب َك ِم َن ادلُّ ن ْ َيا َوأَ ْح ِس ْن َ َك أَ ْح َس َن هللاُ ِإل َ ْي َك َو َال ت َ ْبغ ِ الْ َف َسا َد ِف ْ َال ْر ِض إ َِّن هللاَ َال ُ ِي ُّب الْ ُم ْف ِس ِد َين )77 :(القصص ~188~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
شوا ِف ْ َال ْر ِض َوابْتَ ُغوا ِم ْن فَضْ لِ ِ ون (امجلعة)10 : فَ ِإ َذا ُق ِضي َِت َّ الص َال ُة فَانْت َ ِ ُ هللا َو ْاذ ُك ُروا هللاَ َك ِثريًا ل َ َعل َّ ُ ْك ت ُ ْف ِل ُح َ ون ِ َت َار ًة ع َْن تَ َر ٍاض ِمن ُ ْْك َو َال ت َ ْق ُتلُوا أَن ْ ُف َس ُ ْك إ َِّن هللاَ َك َن ب ُ ِْك َر ِحمي ًا (النساء)29 : َي أَيُّ َا الَّ ِ َين َآ َمنُوا َال ت َْأ ُ ُكوا أَ ْم َوالَ ُ ْك بَيْن ُ َْك ِبلْ َبا ِطلِ ِإالَّ أَ ْن تَ ُك َ هللا صىل هللا عليه وسمل فَقَالُواَ :ي َر ُسو َل ِ الس ْع ُر ع ََل َعهْ ِد َر ُسولِ ِ هللا َس ِّع ْر لَنَا .فَ َقا َل إ َِّن هللاَ ه َُو الْ ُم َس ِّع ُر الْقَاب ُِض الْ َب ِاسطُ ع َْن أَن َ ٍس قَا َل غ َ َال ِّ َ َ َ َ ُ ُ َ ْ َّالرزَّ ُاق َو ِإنِّ َأل ْر ُجو أَ ْن ألقَى َر ِّب َولي َْس أ َح ٌد ِمن ْْك ي َ ْطل ُب ِن ِب َم ْظلَ َم ٍة ِف َد ٍم َو َال َمالٍ » .قَا َل أبُو ِع َيس َه َذا َح ِد ٌ يث َح َس ٌن ِ ص ٌيح. امعل دلنياك كأنك تعيش ابدا وامعل آلخرتك كأنك متوت غدا (احلديث) ادلين وادلنيا وال نظام ادلين إال بنظام ادلنيا فان ادلنيا مزرعة األخرة وىه اآلةل املوصةل اىل هللا )احياء علوم ادلين)117 ,4 , السدَ ِاد َول َ ْن يَن ْتَ ِ َض م َْن َطلَ َب ادلُّ ن ْ َيا َو�سِ ْي َ ًل إ َِىل ْا َآل ِخ َر ِة َو َذرِيْ َع ًة مَا ل َ ْم يَتَ َأ َّد ْب ِف ل َ ْن يَنَا َل َرت ْ َب َة ْا ِال ْق ِت َصا ِد م َْن ل َ ْم يُ َالزِ ْم ِف َطلَ ِب ْامل َ ِعيْشَ ِة ِمنْ َ َج َّ الشيْ َع ِة )إحياء علوم ادلين ,ج ,2ص )62 َطلَبِ َا بِآد ِ َاب َّ ِ ْا َأل ْس َو ُاق م ََوائِدُ ِ اب ِمنْ َا )إحياء علوم ادلين ،ج ،1ص )410 هللا تعاىل فَ َم ْن أَ َاتهَا أَ َص َ فان الفالح رمبا يسكن قرية ليس فهيا الفالحة واجلداد والنجار يسكنان قرية ال ميكن فهيا الزراعة .فبالرضورة هيتاج الفال ح الهياموهيتاجان اىل الفالح فهيتاج احدهامان يبذل ماعنده لالخرحىت يأ حذمنه عرضه وذاكل بطريق املعاوضة الاان النجارمثال اذاطلب من الفالح الغذاءابلته رمباال هيتاج الفالح ىف ذا كل الوقت اىل الته فال يبيعه والفال ح اذا طلب اآلةل من النجار ابلطعام رمبا اكن عنده طعام يف ذاكل الوقت فالهيتاج اليه فتعوق األغراض فا ضطروا اىل حانوت جيمع اةل لك صناعة ليرتصدهباصاحهباارابب احلاجات والىابيات جيمع الهياماحيمل الفال حون فيشرتيه مهنم صاحب الابيات ليرتصدبه ارابب احلاجات فظهرت ذلاكل الاسواق واخملازن فيحمل الفالح احلبوب فاذا مل يصادف همتاجا ابعها بمثن رخيص من الباعة فيحزنوهنا ىف انتظار أرابب احلاجات طمعا ىف الرحب) .إحياء علوم ادلين ,ج ,3ص )222 اس ْب ِن ُم َح َّم ٍد ،ع َْن ُ َع َر ،أَن َّ ُه م ََّر ِ َبا ِط ِب ْب ِن أَ ِب بَلْ َت َع َة قَا َل الشَّ ا ِف ِع ُّي َر ِ َ ض هللاُ َع ْنهُ « :أَخ َ َْبنَ ادلَّ َر َاو ْر ِد ُّي ،ع َْن د َُاو َد ْب ِن َصا ِل ٍح التَّ َّمارِ ،ع َِن الْقَ ِ ِ َ ِيب ،فَ َسأ َ ُل ع َْن ِس ْع ِر ِ َها فَ َس َّع َر َ ُل ُم َّد ْي ِن ِب ِد ْر َ ٍه ،فَقَا َل ُ َع ُر :لَقَدْ ُح ِّدث ْ ُت ِب ِع ٍري ُم ْقب َ ٍِل ِم َن َّ الطائِ ِف َ ْت ِم ُل ب ُِس ِ وق الْ ُم َص َّل َوب َ ْ َي يَدَ يْ ِه ِغ َر َارتَ ِن ِف ِهي َما زَب ٌ َ ُ الس ْع ِرَ ،و ِإ َّما أَ ْن ت ُدْ ِخ َل زَبِيبَ َك الْ َبي َْت فَتَبِي َع ُه َك ْي َف ِشئْ َت ،فَلَ َّما َر َج َع ُ َع ُر َح َاس َب ن َ ْف َسهَُّ ُ ،ث أَتَ ِ زَبِيبًاَ ،و ْه ي َ ْعتَ ِب َ ُون س ْع َركَ ،فَ ِإ َّما أ ْن تَ ْرفَ َع ِف ِّ َحا ِط ًبا ِف َدارِ ِه فَقَا َل َلُ :إ َِّن الَّ ِ ي ُقلْ ُت َ َل لَي َْس ِب َع ِزمي َ ٍة ِم ِّن َو َال قَضَ ا ًءِ ،إن َّ َما ه َُو َْ ش ٌء أَ َرد ُْت ِب ِه الْخ ْ ََي ِ َلهْلِ الْ َب َ ِل ،فَ َح ْي ُث ِشئْ َت فَ ِب ْع َو َك ْي َف ِشئْ َت فَ ِب ْع( .قَا َل الشَّ ا ِف ِع ُّي) َو َه َذا الْ َح ِد ُ َال َولَ ِكن َّ ُه َر َوى ب َ ْع َض الْ َح ِد ِ يث ُم�سْتَ ْق َص لَي َْس ِ ِب َال ٍف ِل َما َر َوى م ِ ٌ يث ،أَ ْو َر َوا ُه م َْن َر َوى َع ْنهَُ ،و َه َذا يث َوآ ِخ ِر ِهَ ،و ِب ِه أَ ُق ُ أَ َت ب َِأ َّولِ الْ َح ِد ِ يب أَن ْ ُف ِسه ِْمِ ،إالَّ ِف ون ع ََل أَ ْم َوا ِله ِْم ،لَي َْس ِ َل َح ٍد أَ ْن ي َ ْأ ُخ َذهَا َو َال َشيْئًا ِمنْ َا ِبغ ْ َِي ِط ِ ولَ ِ :ل َّن النَّ َاس م َُسل َّ ُط َ الْ َم َو ِاضع ِ ال َ ِت تَلْ َز ُمه ُْم َو َه َذا لَي َْس ِمنْ َا «(احلاوي ,ج ،5ص )407 ( تنبيه) قال يف املغين حيرم التسعري ولو يف وقت الغالء بأن يأمر الوايل السوقة أن ال يبيعوا أمتعهتم إال بكذا للتضييق عىل الناس يف أمواهلم وقضية الكهمم أن ذكل ال خيتص ابألطعمة وهو كذكل (إعانة الطالبني ,ج ،3ص )25 ُش التِّ َج َار ِة ش ٍء َول َ ْو أَ ْك َ َث ِم ْن ع ْ ِ ِع َب َار ُة الْ ُمغ ِْن َو َال يُؤْخ َُذ ِم ْن َح ْر ِ ٍّب َد َخ َل د ََارنَ َر ُس ًول ،أَ ْو ِب ِت َج َار ٍة ن ُضْ َط ُّر َن ُْن إلَيْ َا فَإ ِْن ل َ ْم ن ُضْ َط َّر َو ْاش َت ََط ْ ِالمَا ُم عَلَيْ ِ ْم أَ ْخ َذ َ ْ ش َط عَلَيْ ِ َما َم َع الْجِ ْزي َ ِة .ا هـ (.حتفة احملتاج )220 ,40, ش ٌء ِم ْن ِ َت َار ِة ِذ ِّم ٍّي َو َال ِذ ِّميَّ ٍة َّإل ْإن ُ ِ َجازَ َو َ ُيوزُ ُدون َ ُه َو ِف ن َْوعٍ أَ ْك َ َث ِم ْن ن َْوعٍ َول َ ْو أَ ْع َف ُ ْ اه َجازَ َو َال يُؤْخ َُذ َ ْ ~~189
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
قوهل (ال يأخذ منه شيئا) وال من غري متجر دخل بأمان وإن دخل احلجاز مغين وروض مع رشحه قوهل (فيحرم اإلذن) أي ومع ذكل لو أذن هل ودخل ال يشء عليه أيضا لعدم الزتامه ماال اه ع ش قوهل (إن اكن ذميا إخل) وفاقا للهناية كام أرشان وخالفا للمغين وظاهر الروض واملهنج عبارة األول وظاهر الكهمم يف ادلخول للتجارة أنه ال فرق بني اذليم وغريه وهو كذكل وإن خصه البلقيين ابذليم وقال إن احلريب ال ميكن من دخول احلجاز للتجارة اه وعبارة املغين وال يؤخذ من حريب دخل داران رسوال أو بتجارة نضطر حنن إلهيا فإن مل نضطر واشرتط اإلمام علهيم أخذ يشء ولو أكرث من عرش التجارة جاز وجيوز دونه ويف نوع أكرث من نوع ولو أعفامه جاز وال يؤخذ يشء من جتارة ذيم وال ذمية إال إن رشط علهيام مع اجلزية اه ويف الروض حنوها ويف رشحه سواء أاكان ابحلجاز أم بغريه قوهل (وبرشط إخل) عطف عىل ذميا واكن األوىل أو بدل الواو اه قوهل (فميهلهم للبيع) أي خبالف ما إذا رشط أن يأخذ من جتارهتم أي متاعهم اه مغين أي ميهلهم إىل ثالثة أايم فأقل كام يأيت قوهل (لو مل نضطر إخل) مقول قوهلم قوهل (فإن رشط علهيم عرش المثن أهملوا إخل) أي خبالف ما لو رشط أن يأخذ من جتارهتامه أ�سىن قوهل (ال يلكفون) أي البيع اه ع ش قوهل (بدهل) أي بدل املرشوط من مثن متاع التجارة قوهل (عوضا عنه) أي املرشوط من المثن قوهل (يف قدره) أي املرشوط قوهل (كام اكن معر ريض هللا تعاىل عنه يأخذ إخل) فإنه اكن يأخذ من القبط إذا اجتروا إىل املدينة عرش بعض األمتعة اكلقطيفة ويأخذ نصف العرش من احلنطة والشعري ترغيبا هلم يف محلها للحاجة إلهيام اه مغين (الرشواىن ,ج ,9ص )282 2. Keberpihakan Negara Kepada Rakyat dan Perekonomian Nasional Dalam pandangan Islam, Negara harus memastikan bahwa sumber daya (resources) yang ada dikelola untuk sebesarbesarnya memberikan kemakmuran bagi rakyatnya. Negara harus mendistribusikan kekayaan negara secara merata kepada seluruh rakyat, sehingga tidak terjadi konsentrasi perputaran modal diantara mereka yang kaya saja. Rakyat harus diberi akses yang sama untuk mengolah sumber daya, memproduksi, mendistribusi, dan mengambil keuntungan dari modal tersebut, asal dilakukan secara fair, adil, dan tidak menimbulkan mafsadah, baik secara mikro ataupun makro. Untuk mencapai tujuan ini, negara harus berkomitmen tinggi untuk menjadi pemerintahan yang bersih, jujur, adil dan konsisten memerangi segala tindakan yang menjadi virus bagi penyehatan ekonomi Nasional. Pada saat yang bersamaan, rakyat harus meningkatkan kreativitas dan kapasitasnya. Lagi-lagi, negara harus turun tangan mendampingi mereka, melindungi, mendidik, meningkatkan skill dan memberinya akses yang luas dalam permodalan.
~~190
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
ض هللاُ َع ْنهُ :أَ َّن َر ُسو َل ِ ع َْن َع ْب ِد ِ هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل قَا َل(ُ :كُّ ُ ْك َراعٍ فَ َم�سْئُو ٌل ع َْن َر ِع َّي ِت ِه ،فَ َاأل ِمريُ الَّ ِ ي ع ََل النَّ ِاس َراعٍ َوه َُو هللا َر ِ َ َ َ َ َ َ ِ َ َ َ ِ ِ ِ ٌ ِ ٌ ٌ ِ ِ ه َم�سْئُول عَنْ ُ ْمَ ،وال َع ْبدُ َراعٍ عَل َمالِ َم�سْئُو ٌل عَنْ ُ ْمَ ،و َّالر ُج ُل َراعٍ عَل أهْلِ بَيْته َوه َُو َم�سْئُول عَنْ ُ ْمَ ،وامل ْرأ ُة َراع َية عَل بَي ِْت ب َ ْعلهَا َو َوله َو َ �سَ ِّي ِد ِه َوه َُو َم�سْئُو ٌل َع ْنهُ ،أَ َال فَ ُكُّ ُ ْك َراعٍ َو ُكُّ ُ ْك َم�سْئُو ٌل ع َْن َر ِع َّي ِت ِه) -رواه البخاري النَّب َص َّل اللهم عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ي َ ُق ُ ول( :م َْن َو ِ َل لَنَا َ َع ًل َولَي َْس َ ُل م ْ َِن ٌل فَلْ َيتَّ ِخ ْذ م ْ َِن ًل أَ ْو لَي َْس ْت َ ُل ْزَو َج ٌة فَلْ َي َت ََّو ْج أَ ْو لَي َْس َ ُل خَا ِد ٌم ِ َ .....س ْع ُت ِ َّ َ َ ْ َ ٌ ً َ ِ ٌّ َ ِ ْ َ َ َ َ ِ اب شيْئًا س َوى ذل فه َُو غال) -رواه أمحد فَلْ َيتَّ ِخ ْذ خَا ِد ًما أَ ْو لي َْس ْت ُل دَابَّة فل َيتَّخذ دَابَّة َوم َْن أ َص َ َو ِ هللا ل َ ْو ع ََث َْت بَغ َ ٌْل ِبشَ طِّ الْ ُف َر ِات ل َ َرأَيْتُ ِ ْن م َْس ْؤُو ًال عَنْ َا أَمَا َم ِ هللا (معر بن اخلطاب) اعمل أن مصلحة الرعية يف السلطان ليست يف ذاته وجسمه من حسن شلكه أو مالحة وهجه أو عظم جامثنه أو اتساع معهل أو جودة خطه أو ثقوب ذهنه ،وإمنا مصلحهتم فيه من حيث إضافتة إلهيم ،فإن املكل والسلطان من األمور اإلضافية ،ويه ن�سبة بني منت�سبني .حفقيقة السلطان أنه املاكل للرعية القامئ يف أمورمه علهيم ،فالسلطان من هل رعية والرعية من لها سلطان ،والصفة اليت هل من حيث إضافته هلم يه اليت تسمى امللكة ويه كونه ميلكهم فإذا اكنت هذه امللكة وتوابعها من اجلودة مباكن حصل املقصود من السلطان عىل أمت الوجوه ،فإهنا إن اكنت مجيةل صاحلة اكن ذكل مصلحة هلم ،وإن اكنت سيئة متعسفة اكن ذكل رضرا علهيم وإهالاكهلمز (مقدمة ,ج ,1ص )96 اعمل أن هذه الوظيفة من الوظائف الرضورية للمكل ،ويه القيام عىل اجلباايت وحفظ حقوق ادلوةل يف ادلخل واخلرج وإحصاء ا لعساكر بأسامهئم ،وتقدير أرزاقهم ورصف أعطياهتم يف إابانهتا ،والرجوع يف ذكل إىل القوانني اليت يرتهبا قومه تكل األعامل ،وقهارمة ادلوةل ،ويه لكها مسطورة يف كتاب شاهد بتفاصيل ذكل يف ادلخل واخلرح مبين عىل جزء كبري من احلساب ،ال يقوم به إال املهرة من أهل تكل األعامل، ويسمى ذكل الكتاب ابدليوان (مقدمة ,ج ,1ص )129 فانظر كيف سلط هللا تعاىل السالطني وأمدمه ابلقوة والعدة واأل�سباب وألقى رعهبم ىف قلوب الرعااي حىت أذعنوا هلم طوعا وكرها وكيف هدى السالطني إىل طريق إصالح البالد حىت رتبوا أجزاء البدل كأهنا أجزاء خشص واحد تتعاون عىل غرض واحد ينتفع البعض مهنا ابلبعض فرتبوا الرؤساء والقضاة والسجن وزعامء األسواق واضطروا اخللق إىل قانون العدل وألزمومه التساعد والتعاون حىت صار احلداد ينتفع ابلقصاب واخلباز وسائر أهل البدل ولكهم ينتفعون ابحلداد وصار احلجام ينتفع ابحلراث واحلراث ابحلجام وينتفع لك واحد بلك واحد بسبب ترتيهبم واجامتعهم وانضباطهم حتت ترتيب السلطان ومجعه كام يتعاون مجيع أعضاء البدن وينتفع بعضها ببعض. القاعدة اخلامسة ترصف اإلمام عىل الرعية منوط ابملصلحة .هذه القاعدة نص علهيا الشافعي وقال منـزةل اإلمام من الرعية منـزةل الويل من اليتمي قلت :و أصل ذكل :ما أخرجه سعيد بن منصور يف سننه قال حدثنا أبو األحوص عن أيب إحساق عن الرباء بن عازب قال :قال معر ريض هللا عنه :إين أنزلت نفيس من مال هللا مبزنةل وايل اليتمي إن احتجت أخذت منه فإذا أيرست رددته فإن ا�ستغنيت ا�ستعففت اىل أن قال -وويل األمر مأمور مبراعاة املصلحة و ال مصلحة يف محل الناس عىل فعل املكروه ومهنا :أنه ليس هل العفو عن القصاص جماان ألنه خالف املصلحة بل إن رأى املصلحة يف القصاص اقتص أو يف ادلية أخذها و مهنا :أنه ال جيوز هل أن يقدم يف مال بيت املال غري األحوج عىل األحوج األ�شباه والنظائر -شافعي ( -ج / 1ص )233 أَ َرأَيْ َت الَّ ِ ي ُي َك ِّذ ُب ِبدلِّ ِين فَ َذ ِ َل الَّ ِ ي يَدُ ُّع الْ َي ِت َمي َو َال َ ُي ُّض ع ََل َط َعا ِم الْ ِم ْس ِكنيِ (املاعون(3-1 : وخلق ادلنيا زادا للمعاد ليتناول مهنا ما يصلح للزتود فلو تناولوها ابلعدل النقطعت اخلصومات وتعطل الفقهاء ولكهنم تناولوها ابلشهوات ~~191
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
فتودلت مهنا اخلصومات مفست احلاجة إىل سلطان يسوسهم واحتاج السلطان إىل قانون يسوسهم به فالفقيه هو العامل بقانون ال�سياسة وطريق التوسط بني اخللق إذا تنازعوا حبمك الشهوات فاكن الفقيه معمل السلطان ومرشده إىل طرق �سياسة اخللق وضبطهم لينتظم اب�ستقامهتم أمورمه يف ادلنيا ولعمري إنه متعلق أيضا ابدلين لكن ال بنفسه بل بواسطة ادلنيا فإن ادلنيا مزرعة اآلخرة وال يمت ادلين إال ابدلنيا (إحياء علوم ادلين, ج ,1ص )17 الشعِ َوالنَّ ْ� ِي ع َْن ُم َح َّرمَا ِت ِه إ َذا ل َ ْم َ َي ْف ع ََل ن َ ْف ِس ِه أَ ْو م ِ ِ ( َوب َِأ ْم ٍر ِب َم ْع ُر ٍ وف َونَ ْ� ٍي ع َْن ُمنْ َك ٍر) أَ ْيَ ْ :ال ْم ِر ب َِواجِ بَ ِ َال أَ ْو ع ََل غ َ ْ ِي ِه َم ْف َسدَ ًة أَع َْظ َم ات َّ ْ ِم ْن َم ْف َسدَ ِة الْ ُم ْن َك ِر الْ َوا ِقعَِ ،و َال يُ ْن ِك ُر َّإل مَا يَ َرى الْ َفا ِع ُل َ ْت ِرمي َه (قَ ْو ُ ُل ع ََل ن َ ْف ِس ِه) أَ ْى َو ِع ْر ِض ِه م.ر أَ ْو ع ََل غ َ ْ ِي ِه َو َي ُْر ُم َم َع الْخ َْو ِف ع ََل الْغ ْ َِي إهـ. (البجريىم عىل املهنج اجلزء الرابع ص)248 : وف أَ ْن ي َ ْأم ََن ع ََل ن َ ْف ِس ِه َوعُضْ ِو ِه َوم ِ ِ وب ْ َال ْم ِر ِبلْ َم ْع ُر ِ َال َوإ ِْن قَ َّل َ َك َ ِش َ ُل َ َ ك ُمه ُْم ب َ ْل َو ِع ْر ِض ِه َ َك ه َُو َظا ِه ٌر َوع ََل غ َ ْ ِي ِه ب َِأ ْن َ َي َاف ش ُط ُو ُج ِ َو َ ْ ُ عَلَ ْي ِه َم ْف َسدَ ًة أَ ْك َ َث ِم ْن َم ْف َسدَ ِة الْ ُم ْن َك ِر الْ َوا ِقع ِ َو َي ُْر ُم َم َع الْخ َْو ِف ع ََل الْغ ْ َِي َوي َُس ُّن َم َع الْخ َْو ِف ع ََل النَّ ْف ِس َوالنَّ ْ ُ�ي ع َْن ْ ِاللْقَا ِء ِبلْ َي ِد َإل التَّ ْل َك ِة وص ِبغ ْ َِي الْجِ هَا ِد َو َ ْن ِو ِه َكُ ْك َر ٍه ع ََل ِف ْعلِ َح َرا ٍم غ َ ْ ِي زِ نً َوقَتْلٍ َوأَ ْن ي َ ْأم ََن أَيْضً ا أَ َّن الْ ُم ْن َك َر عَلَ ْي ِه َال ي َ ْق َط ُع ن َ َفقَتَ ُه َوه َُو ُم ْحتَ ٌاج إلَيْ َا َو َال يَ ِزيدُ ِعنَادًا َمخ ُْص ٌ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ُ ِ ِ م أ م ل ا ن أ ن ظ أ ك ن ال م و ز ل ف ء ا و س و ش ح ف أ ُو ه َا م إل ل َو َال يَنْتَ ِق ُور ي َ ْمتَ ِث ُل أَ ْم َال ا ْنتَ َ ْت (حا�شية امجلل عىل رشح املهنج ،ج ،5ص )182 رِ َ َ َََ ٌ ُ ِ ْ َّ َّ َ َ 3. Yang musti dilakukan oleh NU sebagai jam’iyyah Secara umum perekonomian warga NU tumbuh secara tradisional karena adanya potensi ekonomi di sekelilingnya. Mulanya mereka tumbuh tanpa adanya insentif artifisial, atau dengan kata lain hanya mengandalkan naluri usaha dan kelimpahan sumber daya alam, sumber daya manusia, serta peluang pasar. Oleh karenanya, NU perlu meningkatkan daya saing global jama’ahnya agar mampu bersaing di pasar bebas. Beberapa tindakan yang cukup mendesak untuk dilakukan antara lain adalah: Perluasan akses warga NU terhadap sumber-sumber daya produktif (prasarana sosial ekonomi, permodalan, informasi, teknologi, dan inovasi teknologi, serta ;)pelayanan publik dan pasar
1.
;Pengingkatan kualitas SDM masyarakat NU
2.
Mendorong terciptanya perluasan lapangan kerja dengan meningkatkan produktifitas dan nilai tambah usaha ;pertanian dan penumbuhan aktivitas ekonomi non pertanian
3.
~~192
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
4.
Peningkatan kualitas pelayanan-pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, permukiman, infrastruktur ekonomi, dll);
5.
Peningkatan partisipasi masyarakat NU dalam proses pengambilan keputusan Negara;
6.
Pemantapan kelembagaan dan organisasi ekonomi berbasis masyarakat NU;
7.
Peningkatan koordinasi lintas bidang, baik dalam internal NU, maupun dengan pihak terkait.***
V. UTANG LUAR NEGERI A. Deskripsi Sejarah bangsa Indonesia sangat lekat dengan utang luar negeri. Sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945, utang luar negeri ternyata tidak pernah dapat dihindari. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan I-2015 mencapai 298,1 miliar dollar AS. Utang tersebut terdiri dari utang luar negeri pemerintah sebesar 132,8 miliar dollar AS (44,5%) dan utang sektor swasta sebesar 165,3 miliar dollar AS (55,5%). Posisi ini tumbuh melambat yakni 7,6 % (year of year) dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni 10,2 % (year of year). Jika dibandingkan dengan data kekayaan sumber daya alam, kondisi tersebut sangat ironis dan mengkhawatirkan, walau pemerintah dengan indikator ekonomi makro masih menyatakan aman. Akumulasi utang yang menumpuk membuat pertumbuhan ekonomi tidak bergerak, rawan resiko, dan menimbulkan disinsentif bagi pengelola ekonomi untuk mencapai kinerja baik akibat terlalu besarnya transfer keluar untuk memenuhi kewajiban utang luar negeri. ~193~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
Bangsa Indonesia yang mendambakan kemandirian dan bermartabat di mata dunia, menginginkan negara yang bebas utang. Walau mungkin hal ini tidak mudah, sudah saatnya direnungkan kembali kebijakan defisit anggaran yang digunakan untuk mendukung ekspansi fiskal dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah tidak boleh terjebak pada skema pembiayaan utang untuk membiayai pembangunan. Oleh karena itu, dibutuhkan formulasi baru agar pembiayaan pembangunan tidak lagi mengandalkan utang. B. Pertanyaan 1. Dalam kondisi apa negara boleh utang? 2. Untuk keperluan apa dana utang dimanfaatkan? 3. Apa yang harus dilakukan agar negara terbebas dari utang?
C. Jawaban 1. Dalam kondisi tertentu negara boleh utang Pemerintah harus mandiri dalam menyediakan anggaran belanja negara. Pemerintah tidak boleh mengambil utang, kecuali dalam kondisi darurat, dan sekiranya tersedia sumber dana untuk membayarnya. Tidak dibolehkannya pemerintah mengambil utang itu agar tidak menghambat pertumbuhan ekonomi, dan tidak menjadi beban bagi generasi mendatang. ُ قَا َل َر ُس: قَا َل،هللا ْب ِن َ ْع ٍرو ِ ول ِ ع َْن َع ْب ِد َ (إ َِّن ادلَّ ْي َن يُ ْق َض ِم ْن َصا ِح ِب ِه ي َ ْو َم الْ ِقيَا َم ِة ِإ َذا م:هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ِإالَّ م َْن ت َدَ يَّ َن ِف ث َ َال ِث،َات ِ هللا فَيَ�سْ َت ِد ُين ي َ َتقَ َّوى ِب ِه ِل َعدُ ِّو ِ ِ َّالر ُج ُل ت َضْ ُع ُف ُق َّوت ُ ُه ِف َسبِيل: ٍِخ َالل ُ َو َر ُج ٌل ي َ ُم،هللا َوعَدُ ِّو ِه ،وت ِع ْندَ ُه م ُْس ِ ٌل َال َيِدُ مَا ُي َكفِّ ُن ُه َويُ َوارِي ِه ِإالَّ بِدَ ْي ٍن رواه ابن ماجه- ) فَإ َِّن هللاَ ي َ ْق ِض ع َْن هَؤُ َال ِء ي َ ْو َم الْ ِقيَا َم ِة، فَيَ ْن ِك ُح َخ�شْ َي ًة ع ََل ِدي ِن ِه،َو َر ُج ٌل خ ََاف هللاَ ع ََل ن َ ْف ِس ِه الْ ُع ْزب َ َة ُ قَا َل َر ُس: قَا َل،هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ِ ول ِ ِ َصا ِح ِب َر ُسول،َس فَلْ ُي ْن ِظ ْر، ِ ِّ (م َْن أَ َح َّب أَ ْن يُ ِظلَّ ُ هللاُ ِف ِظل:هللا َص َّل هللاُ عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ِ َ ع َْن أَ ِب الْي رواه ابن ماجه وأمحد- )ُس أَ ْو ِل َيضَ ْع َع ْنه َ ِ الْ ُم ْع .» «احلاجة تنـزل منـزةل الرضورة عامة اكنت أو خاصة:القاعدة الفقهية ~194~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
.» «إذا تعارض مفسداتن روعي أعظمهام رضرا ابرتاكب أخفهام:القاعدة الفقهية 2. Pemanfaatan Dana Utang Dalam hal utang dibolehkan dalam kondisi darurat, pemanfaatannya terbatas untuk membiayai berbagai kebutuhan mendesak yang berhubungan dengan hajat hidup rakyat, seperti pengembangan sumber daya energi dan infrastruktur. Hal ini karena tugas negara pada hakikatnya adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat secara adil, terutama bagi kalangan rakyat lemah. ِ ِ « ِإنِّ أَ ْن َزلْ ُت ن َ ْف ِس ِم ْن َمال: قال معر ريض هللا عنه:عن َالباَء بن عازب قال ْس ُت َر َد ْدت ُ ُه ْ َ هللا ِب َم ْ ِن َ ِل َو ِ ِّل ال َي ِت ِمي إ ِْن ْاحتَ ْج ُت أَخ َْذ ُت ِمنْ ُه فَإِذاَ أَي )105 ص، هـ1403 ، دار الكتب العلمية، بريوت، األ�شباه والنظائر، (جالل ادلين ال�سيوطي.»َوإ ِِْن ا�سْتَ ْغنَي ُْت ا�سْ َت ْع َف ْف ُت .» «ترصف اإلمام عىل الرعية منوط ابملصلحة:القاعدة الفقهية » «منـزةل اإلمام من الرعية منـزةل الويل من اليتمي:قال اإلمام الشافعي , «إمنا أان قامس: – إىل أن قال – وا�ستنبطت ذكل من حديث. أنه ال جيوز هل أن يقدم يف مال بيت املال غري األحوج عىل األحوج:ومهنا وإمنا. فليس لإلمام أن ميكل أحدا إال ما ملكه هللا, أن المتليك واإلعطاء إمنا هو من هللا تعاىل ال من اإلمام: ووجه ادلالةل: قال.»وهللا املعطي (جالل. اهـ. ومن رشوطها العدل وتقدمي األحوج والتسوية بني متساوي احلاجات. والقسمة ال بد أن تكون ابلعدل.وظيفة اإلمام القسمة )122-121 ص،. هـ1403 ، دار الكتب العلمية، بريوت، األ�شباه والنظائر،ادلين ال�سيوطي 3. Yang harus dilakukan agar negara terbebas dari utang Negara harus komitmen untuk segera melunasi semua utangnya. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus dikelola dengan baik agar pembangunan tetap berjalan, dan pada sisi lain utang juga terbayar. Untuk kepentingan ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan: a. Pemerintah berhak menuntut pembebasan bunga dari negara-negara kreditor karena pada dasarnya yang wajib dibayar adalah utang-utang pokok, bukan beban bunga b. Pemerintah harus secara tegas mengontrol anggaran agar tidak bocor, dan menarik kembali uang negara yang telah ~195~
~Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU
dijarah oleh para koruptor, baik dari kalangan pejabat atau pengusaha. c. Pemerintah sedapat mungkin melakukan efisiensi dengan menggunakan barang dan jasa dalam negeri yang dibarengi dengan kebijakan pro growth, pro job, pro poor, dan pro environment. d. Pemerintah harus melakukan optimalisasi dana penerimaan pajak, cukai dan pembiayaan non utang dari keuntungan pengelolaan aset negara, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pembiayaan dari saldo rekening Pemerintah dari penerimaan Rekening Dana Investasi (RDI), Rekening Pembangunan Daerah (RPD), Rekening Pembangunan Hutan (RPH), Saldo Anggaran Lebih (SAL), dan rekening lainnya. *** Ditetapkan di : Jombang Pada Tanggal : 4 Agustus 2015
~196~
Bahtsul Masail Ad-Diniyyah Al-Maudlu’iyyah NU~
PIMPINAN SIDANG KOMISI BAHTSUL MASAIL AL-DINIYYAH AL-MAUDLU’IYYAH Ketua KH. Afifuddin Muhajir KH. Arwani Faishal Sekretaris Dr. H. Abdul Moqsith Ghazali TIM PERUMUS : Ketua, merangkap anggota : KH. Afifuddin Muhajir KH. Arwani Faishal
( PBNU ) ( LBM PBNU )
Sekretaris, merangkap anggota : KH. Abdul Jalil KH. Sarmidi Husna KH. Hudallah Ridwan
( PWNU Jateng ) ( LBM PBNU ) (LBM PWNU Jateng)
Anggota : 1. KH. Syafruddin Syarif ( PWNU Jatim ) 2. Dr. H. Muqsith Gazali 3. Dr. H. Syafiq Hasyim 4. KH. Muhibbul Aman Aly 5. KH. Fuad Thohari 6. H. M. Taufiq Damas 7. KH. Imam Jazuli 8. Dr. H. Sa’dullah Affandi
~197~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
KOMISI BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH AL-QONUNIYYAH
~199~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA NOMOR: 007/MNU-33/VIII/2015 TENTANG BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH AL-QANUNIYYAH NAHDLATUL ULAMA بسم اهلل الرحمن الرحيم MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA Menimbang
:
a. Bahwa menjadi tugas Muktamar sebagai forum tertinggi dalam organisasi Nahdlatul Ulama untuk membahas masalah-masalah yang berkembang di masyarakat dari sudut pandang ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat agar dapat menjadi pedoman dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kesejahteraan umat; b. Bahwa Nahdlatul Ulama sebagai perkumpulan atau Jam’iyah Diniyah Islamiyah yang bergerak di bidang agama, pendidikan, sosial, kesehatan, pemberdayaan ekonomi umat dan berbagai bidang yang mengarah kepada terbentuknya khaira ummah, perlu secara terus-menerus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas dan kuantitas khidmahnya dengan berdasarkan ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat; c. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a dan b tersebut di atas, Muktamar ke-33 perlu menetapkan Hasil Bahtsul Masail ad-Diniyah al-Qanuniyah;
~200~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
Mengingat
:
a. Keputusan Muktamar XXVII Nahdlatul Ulama Nomor 002/ MNU-27/1984 jo. Keputusan Munas Alim Ulama Nomor II/ MAUNU/1401/4/1983 tentang Pemulihan Khittah Nahdlatul Ulama 1926; b. Keputusan Muktamar XXXIII Nahdlatul Ulama Nomor 001/ MNU-33/VIII/2015 Peraturan Tata Tertib Muktamar XXXIII; Memperhatikan : a. Khutbah Iftitah Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada pembukaan Muktamar ke 33 Nahdlatul Ulama tanggal 16 Syawal 1436 H/1 Agustus 2015 M; b. Laporan dan pembahasan Hasil Sidang Komisi Bahtsul Masail ad-Diniyah al-Qanuniyah yang disampaikan pada Sidang Pleno III Muktamar pada tanggal 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M. c. Ittifak Sidang Pleno III Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama pada tanggal 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M; Dengan senantiasa memohon taufiq, hidayah serta ridlo Allah SWT: MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA TENTANG BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH ALQANUNIYYAH; Pertama : Isi beserta uraian perincian sebagaimana dimaksud oleh keputusan ini terdapat dalam naskah Hasil-hasil Bahtsul ~201~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
Masail ad-Diniyah al-Qanuniyah sebagai pedoman dalam memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat dan mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kesejahteraan umat; Kedua : Mengamanatkan kepada Pengurus dan warga Nahdlatul Ulama untuk menaati segala Hasil-hasil Bahtsul Masail adDiniyah al-Qanuniyah ini; Ketiga
: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal;
Ditetapkan di : Jombang, Jawa Timur Pada tanggal : 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M
MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA PIMPINAN SIDANG PLENO III
Drs. KH. Ahmad Ishomuddin, MAg Ketua KH. Yahya Cholil Staquf Sekretaris
~202~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
HASIL SIDANG KOMISI BAHTSUL MASAIL AD-DINIYYAH AL-QONUNIYYAH KATA PENGANTAR وعىل آهل وأحصابه ومن تبعهم بإحسان إىل يوم، �سيدان وموالان محمد، الصالة والسالم عىل أرشف األنبياء واملرسلني،امحلد هلل رب العاملني . أما بعد.» « العلامء ورثة األنبياء: وقال رسول هللا صىل هللا عليه وسمل.)الل ِم ْن ِع َبا ِد ِه الْ ُعلَ َما ُء َ َّ ( ِإن َّ َما َي َْش: قال هللا تعاىل.ادلين Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas ridlo dan hidayah-Nya Muktamar NU ke-33 berhasil terselenggara dengan sukses dan menghasilkan sejumlah keputusan penting bagi masa depan NU maupun masyarakat Indonesia. Sebagaimana sudah banyak diketahui, Muktamar NU memiliki dua peran, pertama, merupakan momentum untuk menata dan memajukan NU. Kedua, sebagai medium perumusan gagasan, sikap, dan kebijakan NU terhadap berbagai permasalahan dan tantangan global yang sedang dialami warga Nahdliyyin khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Dilihat dari ruang lingkup peranan yang ingin dilakukan NU adalah bermanfaat bagi warga jam’iyah Nahdliyah, umat Islam, bangsa Indonesia serta umat manusia secara kesuluruhan guna terwujudnya Islam rahmatan lil ‘alamien. Bangsa Indonesia mempunyai komitmen yang kuat menjadikan agama sebagai bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjadi landasan etik, moral dan spiritual pembangunan. Dalam sila pertama Pancasila terkandung penegasan bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan salah satu tiang pokok dalam kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu adalah suatu kemestian bahwa seluruh tata perundang-undangan, peraturan baik pusat maupun daerah semuanya mengacu kepada sila pertama dan selanjutnya berlanjut kepada keempat sila berikutnya. ~203~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
Sejumlah peraturan perundang-undangan dalam bidang yang menyangkut hajat hidup orang banyak termasuk yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan yang ada saat ini, belum sepenuhnya menjawab kebutuhan masyarakat, baik dalam hal nilai dan norma hukum yang terdapat di dalam kebijakan tersebut. Selain itu, kurang atau belum adanya peraturan teknis yang mengatur kebijakan tersebut. Atau dari sisi lain, sekalipun sudah ada peraturan maupun perundang-undangannya namun terdapat kelemahan pada implementasinya. Di balik itu, terdapat persoalan penting yang dipandang merupakan bagian dari upaya jaminan kelangsungan dari keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia namun belum dibuat perundang-undangannya yaitu upaya memberikan perlindungan terhadap umat beragama. Atas dasar itu, Komisi Bahsul Masail ad-Diniyah al-Qanuniyah Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama melakukan berbagai kajian kritis terhadap beberapa kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah baik dalam bentuk Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri, ataupun Peraturan Pemerintah Daerah (Perda). Komisi Bahtsul Masail ad-Diniyah al-Qonuniyah adalah merupakan forum dalam Muktamar NU, yang diberi kewenangan untuk mengkaji berbagai persoalan peraturan perundangan terkait persoalan kehidupan keagamaan, yang selama ini dianggap masih memiliki kekurangan/ kelemahan dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Ada tujuh persoalan yang dikaji dalam Muktamar kali ini yaitu (1) Perlindungan umat beragama melalui undangundang (2) Pelaksanaan pendidikan agama di sekolah (sebagai pelaksanaan PP No.55/2007) (3) Penyelenggaraan pilkada yang murah dan berkualitas (4) Pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan rakyat (5) Memperpendek masa tunggu calon jamaah haji dan pengelolaan keuangan haji (6) Perlindungan TKI dan pencatatan nikah bagi mereka yang beragama Islam, dan (7) Perbaikan pengelolaan BPJS Kesehatan yang sesuai dengan tuntutan syariah. ~204~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
Penetapan tema-tema tersebut hingga diputuskannya melalui serangkaian proses yaitu, pertama, inventarisasi masalah, proses ini dilakukan melalui dua jalur, yaitu usulan dari pengurus wilayah NU dan usulan panitia. Di sini panitia menginventarisir beberapa kebijakan yang selama memiliki sejumlah kelemahan di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya. Kedua, proses seleksi, yaitu dengan melakukan pembahasan mendalam, serangkaian diskusi dilakukan dengan mengundang pihak-pihak yang berkompeten dan ekspert untuk melihat sejauhmana urgensi dan relevansi permasalahan tersebut untuk dibahas dalam Muktamar. Ketiga, penyusunan draft bahtsul masail, untuk mendeskripsikan permasalahan yang memenuhi kriteria akademik, panitia menyusun draft bahtsul masail dengan sitematika sebagai berikut: latar belakang, permasalahan, tujuan, analisis, kesimpulan/ rekomendasi, dan rencana aksi. Keempat, pengajuan ke Panitia Steering Committee (SC) Muktamar untuk memperoleh persetujuan pembahasan sejumlah tema-tema dalam Komisi Bahtsul Masail Diniyah Qonuniyah. Kelima, pembahasan dalam Komisi Bahtsul Masail Diniyah Qonuniyah Muktamar NU ke-33 di Pesantren Tambak Beras Jombang Jawa Timur. Keenam, pengesahan hasil komisi oleh pleno Muktamar. Pembahasan yang dilakukan dalam Komisi Bahtsul Masail ad-Diniyah al-Qonuniyah merupakan amanah dari pengurus PBNU dan warga Nahdliyyin terhadap panitia dan seluruh peserta. Setelah melakukan diskusi panjang yang cukup melelahkan, serta susah-payah seluruh anggota tim perumus untuk bisa merumuskan pokok-pokok pikiran dari para peserta selama proses bahtsul masail berlangsung, maka akhirnya Komisi Bahtsul Masail ad-Diniyah al-Qonuniyah dalam Muktamar NU ke-33, berhasil menyelesaikan pembahasan beberapa persoalan peraturan perundangan yang terkait dengan masalah sosial keagamaan yang kemudian berhasil dituangkan dalam laporan sebagaimana di bawah ini. ~205~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
Tentu segenap Panitia dan peserta menyadari bahwa hasil rumusan ini belum memberikan makna apa-apa kecuali apabila sudah dilanjutkan dengan upaya semua pihak guna mewujudkannya menjadi kenyataan. Semoga Allah SWT menganugerahkan hidayah dan taufikNya semoga upaya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi Jam’iyah NU, umat Islam serta bangsa Indonesia secara keseluruhan. I. PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA MELALUI UNDANG-UNDANG A.
Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku, agama dan ras, tetapi dikenal sebagai bangsa yang ramah dan toleran, termasuk dalam hal kehidupan beragama. Hal ini berarti masyarakat Indonesia telah lama melaksanakan pluralisme (faham yang memandang kemajemukan sebagai hal yang positif dan oleh karenanya faham ini mendukung adanya toleransi dalam kehidupan sosial dan politik) atau multikultu ralisme (faham yang menerima keberadaan keragamaan budaya dalam kehidupan masyarakat). Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir ini media telah banyak melaporkan prilaku keagamaan sebagian masyarakat Indonesia yang menunjukkan sikap intoleran. Secara sosiologis hal ini merupakan ekses dari mobilitas sosial yang sangat dinamis sejalan dengan proses globalisasi, sehingga para pendatang dan penduduk asli dengan berbagai macam latar belakang kebudayaan dan keyakinan mereka berinteraksi di suatu tempat. Dalam interaksi ini bisa terjadi hubungan integrasi dan kerjasama, tetapi bisa juga terjadi prasangka, persaingan dan konflik.
~206~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
Interaksi tersebut menimbulkan perselisihan atau konflik dalam masyarakat jika yang ditonjolkan adalah politik identitas (identity politics) secara eksklusif. Dalam kondisi yang demikian ini, persaingan dan penonjolan faktor pembeda (diferensiasi) di antara kelompok-kelompok kea gamaan lebih mengemuka dibandingkan dengan kerjasama di antara mereka. Dalam kondisi seperti itu dibutuhkan kerukunan antar masyarakat. Kerukunan adalah keadaaan hubungan antar umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati dan menghargai dalam pengamalan ajaran agama dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi kerukunan itu tidak hanya sekedar toleransi, dimana seseorang hanya sekedar membiarkan orang atau kelompok lain untuk mengamalkan ajaran agamanya serta tidak menyakitinya. Eksistensi kerukunan (social harmony) ini sangat penting karena hal ini menjadi prasyarat bagi terwujudnya integrasi sosial dan nasional, sementara integrasi ini menjadi prasyarat bagi pembangunan nasional. Kerukunan umat beragama itu ditentukan oleh dua faktor, yakni: a) sikap dan prilaku umat beragama, serta b) kebijakan negara/pemerintah yang kondusif bagi kerukunan. Bangsa Indonesia mempunyai komitmen yang kuat menjadikan agama sebagai bagian penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila per tama Pancasila berbunyi: “Ketuhanan Yang Maha Esa”, dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pa sal 29 ayat (1) berbunyi: “Negara ber dasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sebagai dasar pertama, ketuhanan Yang Maha Esa bukan saja meletakkan dasar moral di atas negara dan pemerintah, tetapi juga memastikan adanya kesatuan nasional yang berasas keagamaan. Pengakuan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) tidak dapat dipisah-pisahkan dengan agama, karena adalah salah satu tiang pokok daripada perikehidupan ~207~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
manusia dan bagi bangsa Indonesia adalah juga sebagai sendi perikehidupan negara dan unsur mutlak dalam usaha nation building. Karena itu bangsa Indonesia juga berkomitmen kuat untuk terwujudnya jaminan kebebasan beragama. Hal itu bisa dilihat dari Konstitusi dan peraturan perundangan yang ada, yaitu: 1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 29 ayat (2), 2. Penjelasan Pasal 1 UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, 3. Pasal 22 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, 4. Pasal 42, 43, 37 dan 39 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, 5. Pasal 12 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 6. Pasal 13UU No. 11 Tahun 2005 tentang Kovenan Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya, 7. Pasal 18 UU No. 12 Tahun 2005 tentang Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik PBB, 8. Pasal 64 UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 9. Pasal 81 PP Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Un dang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. 10. Pasal-pasal 5 dan 6UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Rasial dan Etnik. Indonesia menganut faham kebebasan tidak mutlak. Artinya, ber dasar kan pertimbangan politik, sosial, ekonomi, budaya, khususnya kesejahteraan publik, negara punya diskresi mengatur ~208~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
pelaksanaan hak dan kebebasan tersebut yang dapat berakibat pada pembatasan dan pengaturan. Hal itu bisa dilihat pada Pasal 28 J (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Pasal 70 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Pembatasan kebebasan boleh diberlakukan oleh negara sesuai koridor Konstitusi, yaitu (i) pembatasan HAM harus ditetapkan dengan UU, (ii) semata-mata guna menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, (iii) dengan mempertimbangkan moral, nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis, dan (iv) tidak mengesampingkan HAM yang bersifat non-derogible sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 28 I (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berlandaskan ketentuan itu lahir sejumlah peraturan perundangan yang isinya mengatur tentang pelaksanaan kebebasan beragama, di antaranya: 1. UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama; 2. Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/BER/mdn-mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelencaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh PemelukPemeluknya; 3. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun1979 tentang Tata caraPelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negari kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia; 4. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) No. 9 tahun 2006 dan No. 8 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/ ~209~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
Wakil Kepala daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat. Namun dalam dua dasawarsa terakhir konflik horizontal antar-ma sya rakat yang berlatar belakang agama masih sering terjadi. Hal itu ditengarai karena aturan yang terkait dengan perlindungan dan kerukunan umat beragama dirasa masih belum efektif. Karenanya diperlukan aturan baru berupa undang-undang yang khusus mengatur tentang perlindungan dan kerukunan umat beragama. B.
Permasalahan
Sesuai amanat UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlin du ngan terhadap kebebasan beragama beserta seluruh ketentuan terkait dengan itu harus dijalankan oleh negara. Untuk menjalankan amanat tersebut dibutuhkan peraturan perundangan yang lebih applicable dan operasional. Telah ada aturan yang menjadi payung hukum bagi negara dalam melaksanakan amanat tersebut. Hanya saja, dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya efektif disebabkan oleh setidaknya hal-hal berikut: 1. Peraturan perundangan yang ada terserak di berbagai undang-undang dan peraturan di bawah undangundang, sehingga tidak fokus pada pengaturan atas perlindungan kebebasan beragama. 2. Peraturan perundangan yang telah ada dipandang belum cukup sebagai lan dasan bagi negara untuk melakukan eksekusi terhadap konflik horizontal antarmasyarakat yang berlatar belakang agama. 3. Hasil penelitian Litbang Kementerian Agama RI menyebutkan ada tujuh faktor yg sering menjadi pemicu konflik, yaitu: (1) Pendirian rumah iba ~210~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
dah; (2) Penyiaran agama; (3) Bantuan luar negeri; (4) Perkawinan beda agama; (5) Perayaan hari besar keagamaan; (6) Penodaan agama, yakni perbuatan yang bersifat melecehkan atau menodai doktrin dan keyakinan suatu agama tertentu, baik yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok orang; (7) Kegiatan aliran sempalan. 4. Beberapa peraturan di bawah undang-undang terkait perlindungan kebe basan beragama dinilai tidak mempunyai kedudukan yang kuat, karena tidak masuk dalam hierarki perundang-undangan sebagaimana diatur da lam UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Berdasarkan alasan-alasan di atas, adanya undang-undang yang khusus mengatur tentang perlindungan umat beragama merupakan suatu kebutuhan nyata dalam kehidupan kebangsaan saat ini dan ke depan. Muktamar Nahdlatul Ulama sebagai forum tertinggi di lingkungan NU berkepentingan untuk memberikan dorongan kepada pihak-pihak terkait untuk dengan sungguhsungguh mengupayakan diterbitkannya Undang-Undang tentang Perlindungan Umat Beragama. C.
Tujuan 1. Untuk memperjelas sikap dan peran negara terhadap agama dan keyakinan yang berkembang di Indonesia. Selain itu regulasi ini penting sebagai panduan bagi umat beragama dalam mengekspresikan agama atau keyakinannya, sehingga tercipta suasana keberagamaan yang dilandasi to leransi, saling pengertian, saling menghormati dan menghargai dalam pengamalan ajaran agama dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. ~211~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
2. Berkembangnya wawasan Islam Nusantara yang berprinsip ahlussunnah wal-jama’ah, dan mengedepankan ciri Islam yang rahmatan lil-alamin. Im plementasi dari hal itu adalah terciptanya kehidupan keagamaan yang harmonis walaupun berbeda agama, keyakinan dan pemahaman. Dengan adanya regulasi diharapkan dapat lebih memperkokoh tradisi saling menghargai tersebut. D.
Analisis
Regulasi tentang perlindungan umat beragama dirasa penting karena secara ideal, agama semestinya berfungsi sebagai sumber nilai, sumber moral, sumber perekat atau integrasi sosial dan sebagai alat kontrol sosial. Namun agama juga potensial sebagai sumber konflik antara pemeluk agama atau aliran yang berbeda. Potensi konflik berlatarbelakang agama ini semakin besar dalam iklim yang memberi ruang kebebasan lebih besar, seperti era reformasi ini. Agar ekspresi kebebasan ini bisa terkendali untuk hal-hal yang positif dengan tetap menunjukkan ketertiban sosial, diperlukan etika sosial yang dipatuhi oleh semua kelompok masyarakat. Namun, sering kali penegakan etika tersebut sulit dilakukan. Diperlukan norma-norma hukum (regulasi) yang bisa mengikat dan memaksa. Kebebasan beragama memang merupakan hak yang tidak bisa dikurangi (non derogible right), tetapi ekspresi keluar (forum externum) yang notabene melibatkan warga masyarakat lain, hak ini merupakan hak yang bisa dibatasi atau dikurangi (derogible right). Termasuk ekspresi ke luar ini adalah palaksanaan ritual secara terbuka, pendirian rumah ibadat, penyiaran agama, dan sebagainya. Tentu saja, filosofi pembatasan ini adalah untuk melindungi hak-hak umat beragama, baik kelompok mayoritas maupun minoritas. ~212~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
Regulasi itu tidak menyalahi demokrasi, karena demokrasi pada haki katnya merupakan keseimbangan antara kebebasan (freedom) dan keteraturan (law and order). Regulasi ini juga tidak bertentangan dengan hak-hak asasi manusia (HAM), karena baik Konstitusi Indonesia maupun International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR), yang diratifikasi melalui UU No. 12/2005, membenarkan regulasi ini, yakni pasal 28 J ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan pasal 18 ayat (3) ICCPR. Pembatasan dalam bentuk regulasi ini merupakan “margin of appreciation” dalam pelaksanaan HAM, sebuah konsep yang dimunculkan oleh the European Court of Human Rights. Regulasi tentang perlindungan umat beragama sangat diperlukan, untuk mengatur hal-hal yang bisa mewujudkan keteraturan dan hal-hal yang bisa mengakibatkan perselisihan, konflik dalam masyarakat, yang berlatar belakang agama. misalnya persoalan pendirian rumah ibadah, penyiaran agama dan penodaan (penghinaan) agama. Oleh karena itu, diperlukan regulasi dalam bentuk undangundang ten tang perlindungan kehidupan beragama, yang idealnya mengatur seluruh hal penting dalam kehidupan beragama. Hal-hal ini terutama meliputi: (1) definisi atau kriteria agama, (2) kebebasan beragama, (3) organisasi majelis agama, (4) aliran keagamaan, (5) pendidikan agama, (6) penyiaran agama, (7) pendirian rumah ibadah, (8) hari libur keagamaan, (9) bantuan luar negeri, (10) kerukunan umat beragama, (11) forum kerukunan, dan (12) penodaan agama. Namun, jika regulasi secara menyeluruh itu masih sulit diwujudkan atau memerlukan waktu panjang, regulasi itu bisa mencakup sebagian saja, terutama tentang hal-hal yang selama ini menjadi faktor utama terjadinya perselisihan atau konflik. Jadi bentuk regulasinya cukup “undang-undang tentang pendirian ~213~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
rumah ibadah dan penyiaran agama“, yang materi hukumnya berasal dari kedua SKB tersebut di atas, dengan penambahan fokus pada upaya-upaya penyelesaian perselisihan secara damai. Sedangkan ketentuan hukum anti-penodaan agama cukup dimasukkan dalam KUHP yang RUU-nya sudah masuk dalam pembahasan di DPR periode 2009-2014. E.
Kesimpulan/Rekomendasi
Berdasarkan pertimbangan di atas, Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 tahun 2015, merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Konflik horizontal yang bernuansa agama masih sering terjadi. Hal itu mengindikasikan peraturan perundangan terkait dengan hal itu dirasakan tidak memadai lagi. Bila hal ini tidak segera dicegah bisa menimbulkan madharrat yang lebih serius lagi. Kondisi ini masuk kategori kebutuhan mendesak (al-hajah as-syar’iyah), sehingga perlu segera dibuat undangundang tentang Perlindungan Umat Beragama. 2. U U NO 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial (PKS) menyebutkan pentingnya upaya pencegahan bagi terjadinya konflik, untuk itu keberadaan UU perlindungan Umat Beragama yang bersifat preventif dalam rangka untuk pencegahan konflik sosial menjadi sesuatu yang penting. 3. Negara mempunyai kewajiban untuk melindungi keyakinan setiap warganya. Namun negara berwenang untuk mengatur hal-hal terkait dengan cara mengekspresikan keyakinan tersebut, termasuk dalam hal pemberian layanan. Karena itu RUU PUB selayaknya bersifat akomodatif-proporsional. Akomodatif terhadap semua keyakinan yang ada dan proporsional dalam pemberian layanan. ~214~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
4. Selama ini telah ada sejumlah peraturan perundangan, baik berupa undang-undang ataupun peraturan di bawah undang-undang, yang mengatur kehidupan beragama di Indonesia. Sejumlah peraturan perundangan itu bagaimanapun merupakan hasil dari kesepakatan bangsa ini melalui proses yang panjang. Karena itu, hal-hal yang telah ada norma hukumnya diakomodir penuh dalam RUU PUB yang akan disahkan nanti. Namun demikian RUU PUB juga perlu mengatur hal-hal baru yang belum ada norma hukumnya. 5. Muktamar NU ke-33 mengusulkan kembali muatan dan ruang lingkup RUU PUB sebagaimana yang telah diusulkan pada Muktamar NU ke-32 di Makassar, yakni: 1. Pengertian umum: a. Pengertian agama, b. Kehidupan beragama, c. Pengertian kebebasan beragama, - Batasan kebebasan beragama, - Hak dan kewajiban umat beragama. d. Pengertian kerukunan hidup umat beragama, e. Pengertian pemurnian agama, f. Pengertian pembaruan agama, g. Pelayanan terhadap masyarakat umat beragama; - Formalistik, - Substansial, - Esensial. 2. Tujuan kehidupan beragama, 3. Hubungan agama dengan negara, 4. Integrasi nilai dan hukum agama kepada hukum negara, ~215~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
5. Integrasi nilai kebangsaan dalam keberagamaan, 6. Peningkatan pemahaman agama, 7. Peningkatan penghayatan agama, 8. Peningkatan pelayanan bagi pengamalan ajaran agama, 9. Peningkatan pengamalan ajaran agama, 10. Peranan pemerintah dalam pemeliharaan kehidupan beragama, 11. Peranan umat beragama terhadap negara, 12. Kewajiban setiap penganut agama terhadap penganut lainnya, 13. Ketentuan Penetapan Hari-hari Besar Keagamaan, 14. Kedudukan aliran sempalan agama: a.
Pengembangan pemikiran,
b. Gerakan keagamaan, c.
Penodaan/penistaan agama.
15. Kode etik penyiaran agama/kode etik simbol agama, 16. Pendirian rumah ibadat, 17. Kedudukan organisasi majelis keagamaan, 18. Ketentuan tentang bantuan luar negeri keagamaan, 19. Penyumpahan terhadap pejabat pemerintahan, 20. Tugas dan tanggungjawab lembaga kerukunan dalam pemeliharaan keserasian sosial umat beragama, 21. Tugas dan tanggungjawab Pemerintahan Daerah dalam pemeliharan kehidupan beragama, 22. Sanksi administratif, sanksi perdata dan sanksi pidana terhadap pelanggaran undang-undang.
~216~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
F. o
Dalil/Dasar Hukum Pendapat para ulama sbb: ْ ِالمَام َُة م َْوضُ وعَ ٌة ِل ِخ َلفَ ِة النُّ ُب َّو ِة ِف ِح َر َاس ِة ادلِّ ِين َو�سِ َي َاس ِة ادلُّ ن ْ َيا
“kepemimpinan nasional merupakan tema tentang pengganti fungsi kenabian dalam menjaga kelangsungan agama dan siasat dunia” (AlMawardi dalam kitab al-ahkam as-sulthaniyah, juz 1 hal. 3:.) احملافظة عىل القدمي الصاحل واألخذ ابجلديد األصلح “menjaga hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik” درء املفاسد مقدم عىل اجللب املصاحل “menolak kerusakan didahulukan dari menarik kemslahatan” . وإذا وجب جبائز إن اكنت فيه مصلحة عامة كرتك رشب ادلخان وجب، وإذا وجب مب�ستحب وجب،إذا وجب اإلمام بواجب تأكد وجوبه “Jika pemimpin mewajibkan sesuatu yang wajib, maka sesuatu itu hukumnya wajib. Jika mewajibkan sesuatu yang sunnah maka menjadi wajib, dan jika mewajibkan sesuatu yang boleh (jaiz) jika ada kemaslahatan umum padanya seperti larangan merokok, maka menjadi wajib”. (Syaikh Nawawi al-Bantani) o
Hadis-hadis sbb:
اه ي َْس َعى ِب ِذمَّتِ ِ ْم أَدْنَ ُ ْه َل يُ ْقتَ ُل ُ َّ ض ُ َّ النَّب َص َّل ْ ُ ُون تَ َكفَ ُأ ِدمَاؤُ ُ ْه َو ُ ْه ي َ ٌد ع ََل م َْن ِس َو َ «الْ ُمؤْ ِمن: قَا َل،الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل َ ِ ع َْن ع ِ ٍَّل َر َّ ِ أَ َّن،ُالل َع ْنه َ )مُؤْ ِم ٌن ب َِك ِف ٍر َول ُذو َعهْ ٍد ِف َعهْ ِد ِه» (رواه النسايئ “dari Ali ra, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “Darah kaum mukminin itu sederajat (tidak dibedakan antara darah orang kaya dan miskin), mereka adalah pelindung terhadap orang selain mereka. orang-orang yang dipandang rendah dari mereka boleh memberikan perlindungan (pada orang kafir yang minta perlindungan). Ingatlah tidak boleh ~217~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
seorang mukmin dibunuh sebab (membunuh) orang kafir dan (tidak boleh dibunuh) orang (kafir) yang telah mengikat janji selama masa perjanjiannya”. (HR. an-Nasai) ) «املسلمون عىل رشوطهم» (رواه أبو داود واحلامك:عن أىب هريرة رىض هللا عنه قال رسول هللا صىل هللا عليه وسمل “dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: setiap muslim terikat dengan janji yang dipersyaratkannya”. (HR. Abu Dawud dan alHakim) ِ َّ ع َْن َع ْب ِد «م َْن قَتَ َل ُم َعاهَدً ا ل َ ْم يَ ِر ْح َر ِ َائ َة الْ َجنَّ ِة َوإ َِّن رِ َحيهَا ت ُو َجدُ ِم ْن م َِسريَ ِة:الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل قَا َل ُ َّ ض ُ َّ النَّب َص َّل َ ِ الل ْب ِن َ ْع ٍرو َر ِّ ِ الل عَنْ ُ َما ع َْن ) (رواه البخاري يف حصيحه وغريه.»أَ ْرب َ ِع َني عَا ًما “dari Abdullah Ibnu Amr ra, dari Nabi SAW, ia bersabda: barangsiapa membunuh orang (kafir) yang mengikatkan janji perdamaian, maka ia tidak mencium bau surga, walaupun baunya tercium dalam jarak perjalan empat puluh hari”. (HR. al-Bukhari) o
Ayat-ayat sbb: ِ َّ َإ َِّن ادلِّ َين ِع ْند الل ْال ِْس َل ُم
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali Imran: 19) َاس َين ِ ِ َوم َْن يَبْتَغ ِ غ َ ْ َي ْال ِْس َل ِم ِدينًا فَلَ ْن يُ ْق َب َل ِمنْ ُه َوه َُو ِف ْ َال ِخ َر ِة ِم َن الْخ “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imran: 85) ِ َُل ِإ ْك َرا َه ِف ادلِّ ِين قَدْ ت َ َب َّ َي ُّالر ْشدُ ِم َن الْغ َِّي فَ َم ْن يَ ْك ُف ْر ِب َّلطاغ الل َ ِسي ٌع عَ ِل ٌمي ُ َّ وت َويُؤْ ِم ْن ِب َّ ِلل فَقَ ِد ا�سْتَ ْم َس َك ِبلْ ُع ْر َو ِة الْ ُوثْقَى َل ان ْ ِف َصا َم لَهَا َو “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, ~218~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Baqarah: 256) ْ ُ وك ِف ادلِّ ِين َول َ ْم ُ ْي ِر ُج ْ ُ ُالل ع َِن الَّ ِ َين ل َ ْم يُقَا ِتل الل ُ ِي ُّب الْ ُم ْق ِس ِط َني ُ َّ َل يَنْ َ ُ ُاك َ َّ ُّوه َوت ُ ْق ِس ُطوا ِإلَيْ ِ ْم إ َِّن ْ ُ وك ِم ْن ِد َي ُ ْرِك أَ ْن ت ََب “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al-Mumtahanah: 8) لَ ُ ْك ِدي ُن ُ ْك َو ِ َل ِد ِين “ Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6) ِ َّ ََي أَيُّ َا النَّ ُاس إِنَّ َخلَ ْقن ُ َْاك ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأن َْث َو َج َعلْنَ ُ ْاك ُش ُع ًوب َوقَبَائِ َل ِلتَ َع َارفُوا إ َِّن أَ ْك َرم ُ َْك ِع ْند الل أَتْقَ ُ ْاك “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu”. (QS. Al-Hujurat: 13) شكَ ِب مَا لَي َْس َ َل ِب ِه ِع ْ ٌل فَ َل ت ُِط ْعهُ َما َو َصا ِحبْ ُ َما ِف ادلُّ ن ْ َيا َم ْع ُروفًا ِ ْ ُ َوإ ِْن َجاهَدَ اكَ ع ََل أَ ْن ت “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”. (QS. Luqman: 15). .. وإ ِْن َك َن ِم ْن قَ ْو ٍم بَيْن ُ َْك َوبَيْنَ ُ ْم ِميث ٌَاق فَ ِدي َ ٌة م َُسل َّ َم ٌة إ َِل أَه ِ ِْل... َ “. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. (QS. An-Nisa: 92) ~219~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
G.
Rencana Aksi/Tindak Lanjut
Berdasarkan pada telaah analisis dan catatan rekomendasi sebagaimana disebutkan di atas, Muktamar NU ke-33 merumuskan langkah strategis dalam bentuk rencana aksi atau langkah tindak lanjut sebagai berikut: 1. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada periode mendatang perlu mem bentuk tim perundangundangan (Qonuniyah) yang bertugas dan berperan merumuskan pokok-pokok pikiran tentang UndangUndang Perlindungan Umat Beragama, mengawal pembahasan di DPR RI, mencermati dinamika yang terjadi dalam forum pembahasan di DPR RI, dan melakukan kegi a tan strategis bersama ormas keagamaan lain untuk suksesnya pembahasan UU tersebut. 2. Dalam rangka menjalankan tugasnya tim perundangundangan yang dibentuk PBNU diberi wewenang untuk melakukan kegiatan sosialisasi dan penyerapan aspirasi masyarakat yang ada di daerah-daerah.
II. PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH (PERBAIKAN PP NO. 55 TAHUN 2007) A.
Latar Belakang
Di antara misi pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rancana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) 2005-2025 adalah terwujudnya “masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila”
~220~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
RPJPN juga menempatkan pembinaan akhlak sebagai salah satu arah pembangunan agama. Fungsi dan peran agama didorong agar semakin mantap sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan. Agenda pembinaan akhlak ditempatkan sejajar dengan agenda memupuk etos kerja, dan menghargai prestasi. Ketiga agenda itu diperlukan sebagai kekuatan pendorong guna mencapai kemajuan dalam pembangunan. Upaya itu ditempuh melalui pendidikan, yang diharapkan menjadi sebuah upaya yang terencana untuk mengembangkan potensi diri anak didik agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, peningkatan akh lak mulia berdampingan dengan peningkatan iman dan takwa, diposisikan sebagai bagian integral penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang diusahakan pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bang sa. Pentingnya posisi akhlak mulia dalam kebijakan pendidikan nasional, lebih lanjut dijabaran dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dan kemudian dijabarkan lebih detail dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Kedua aturan tersebut mempunyai semangat mewajibkan kepada satuan pendidikan untuk mengajarkan pendidikan agama sesuai dengan agama anak didik, dan diajarkan oleh guru yang seagama. Namun pada tataran implementasi, amanat undangundang tersebut belum sepenuhnya terlak sa na dengan baik. Ditemukan banyak satuan pendidikan yang tidak mengajarkan pendidikan agama kepada anak didiknya. Dalam kasus lain anak didik mengikuti pelajaran agama yang tidak sesuai dengan agama ~221~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
yang dianutnya, atau pendidikan agama diajarkan oleh guru yang tidak seagama. Ada beberapa alasan kenapa hal itu bisa terjadi, di antaranya ialah ada nya celah hukum yang bisa digunakan agar tidak mengadakan pendidikan agama sesuai dengan agama anak didik. Misalnya, pasal 4 ayat (2) dinyatakan “setiap peserta didik pada satuan pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan berhak mendapat pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama”. Kalimat “berhak” dalam pasal tersebut dipahami sebagai sebuah pilihan, bukan sebagai sebuah kewajiban. Dalam pemahaman ini, hak boleh diambil dan boleh tidak. Untuk memperkuat dalih ini, setiap anak dan walinya di masa awal akan masuk di sekolah tersebut diminta persetujuannya untuk tunduk dan mengikuti semua peraturan sekolah. Padahal dalam peraturan itu disebutkan hanya mengajarkan pelajaran agama tertentu saja. Persetujuan wali murid terhadap perjanjian tersebut diartikan sebagai “penye rahan hak” untuk mendapatkan pendidikan agama sesuai agama yang dipe luk peserta didik. Sehingga di kemudian hari tidak punya kekuatan untuk menggugat pihak sekolah ketika tidak diselenggarakan pelajaran agama yang sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik. Peraturan pemerintah tersebut juga mengatur tentang batas umur minimal seorang anak didik boleh masuk sekolah diniyah dasar, sebagaimana pasal 17 ayat (1) dan (2). Namun aturan itu dianggap kurang tegas, karena di satu sisi mensyaratkan umur tujuh tahun tapi di ayat lain membolehkan umur enam tahun. Peraturan Pemerintah itu juga mengatur tentang lembaga pendidikan pesantren. Pada pasal 26 ayat (2) dinyatakan “pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya pada jenjang ~222~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
pendidikan usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan/atau perguruan tinggi”. Pasal tersebut dipahami bahwa pesantren hanya boleh me nyelenggarakan pendidikan diniyah di semua jenjang pendidikan. Kenyataan di lapangan, tidak sedikit pesantren yang menyelenggarakan pen didikan umum, baik di tingkat dasar, menengah, atau perguruan tinggi. Karena itu untuk mengakomodasi praktek tersebut aturan yang ada dalam Peraturan Pemerintah tersebut harus diselaraskan, atau dibuat pasal baru yang bisa mengakomodir praktek tersebut. B.
Permasalahan
Dari uraian di atas tampak betapa Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan ber po tensi menimbulkan masalah di lapangan. Permasalahan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Kalimat “berhak” dalam pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan memberikan ruang adanya penafsiran yang membolehkan bagi satuan pendidikan untuk tidak mengajarkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik, atau pendidikan agama yang dia jarkan oleh guru yang tidak seagama. Karena sebagai hak, maka anak di dik bisa menggunakan atau tidak menggunakan haknya untuk men da pat kan pendidikan agama di sekolah. 2. Penentuan batas umur minimal seorang anak didik bisa mengikuti se ko lah dasar sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 dianggap kurang tegas karena masih ada perbedaan. Pada pasal 17 ayat (1) disebutkan tujuh tahun, dan di ayat (2) dibolehkan usia enam tahun. ~223~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
3. Praktek yang terjadi di lapangan dimana pesantren membuka sekolah umum dianggap belum terwadahi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tersebut. Pasal 26 ayat (2) bisa dipahami bahwa pesantren hanya boleh membuka pendidikan diniyah. C.
Tujuan o Mewujudkan kesesuaian antara pelaksanaan pendidikan oleh lembaga atau unit pendidikan dengan semangat UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan akhlak mulia, iman dan takwa bagi setiap peserta didik. o Menciptakan kesetaraan perlakuan dan kebijakan Pemerintah terhadap semua lembaga pendidikan yang eksis di Indonesia, melalui regulasi yang secara prinsip membenarkan praktek yang selama ini telah ber lang sung, khususnya terkait pendidikan umum yang diselenggarakan oleh pesantren.
D.
Analisis
Semangat dari UUDNegara Republik Indonesia Tahun 1945 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah terbentuknya akhlak mulia serta iman dan takwa terhadap peserta didik. Hal itu diwujudkan dengan diwajibkannya pendidikan agama di sekolah. Karena itu peraturan di bawah undang-undang harus sesuai dan senafas dengan ketentuan UUD Negara Republik Indonesia Tahun1945 dan UU Tentang Sisdiknas tersebut. Bila ada aturan yang tidak sesuai, atau bisa ditafsirkan lain, maka harus diubah dan disesuaikan sesuai dengan ketentuan UUD Negara Republik Indonesia Tahun1945 dan UU Tentang Sisdiknas. Kalimat “berhak” dalam pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah ~224~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan memberikan ruang adanya penafsiran lain, yaitu penafsiran tidak wajibnya menyelenggarakan pendidikan agama di sekolah. Atau dilaksanakan pendidikan agama tapi tidak sesuai dengan agama yang dipeluk peserta didik. Atau menyelenggarakan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dipeluk anak didik tapi diajarkan oleh guru yang tidak seagama. Tentu saja hal tersebut melanggar hak peserta didik untuk bisa mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dipeluknya dan diajarkan oleh guru yang seagama. Kalimat “berhak” juga membuka peluang peserta didik menolak mengikuti pendidikan agama. Karena dipahami bahwa mengikuti pendidikan agama merupakan hak bukan kewajiban. Di dalam ajaran Islam, selain orang tua, guru termasuk yang mempunyai peran penting dalam menanamkan dan membentuk pemahaman agama, keimanan dan ketakwaan, serta nilai-nilai akhlakul karimah kepada peserta didik. Apapun yang diajarkan oleh guru kepada anak didik akan membekas dengan kuat di dalam pemahamannya. Karena anak didik laksana kertas kosong yang akan menerima coretan apapun dari guru. Terkait dengan batas umur minimal dibolehkannya mengikuti sekolah diniyah sebaiknya ditetapkan menjadi enam tahun, karena sudah menyebarnya pendidikan dini, seperti PAUD, TK, BIMBEL. Umumnya anak yang berusia enam tahun sudah pandai baca menulis dan keterampilan lainnya, karena itu sudah bisa masuk ke pendidikan dasar. Terkait perlunya aturan tentang diperbolehkannya pesantren mendi rikan lembaga pendidikan umum, hal itu dimaksudkan untuk mengako mo dir praktek yang selama ini telah banyak berlaku. Di beberapa pesantren dibuka sekolah umum. Hal itu dipandang mempunyai nilai positif. Pesantren merupakan tempat ~225~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
pengajaran dan pendidikan yang sangat kondusif, karena itu sangat disayangkan, bila hanya difokuskan untuk melahirkan ahli-ahli agama saja. Pesantren juga bisa melahirkan calon ilmuwan umum dan para ilmuwan yang tetap berbudaya santri. E.
Kesimpulan/Rekomendasi o Frase “berhak mendapat” dalam pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan agar diganti dengan kalimat “wajib mengikuti”. Sehingga berbunyi: “Setiap peserta didik pada satuan pendidikan di semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib mengikuti pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama”. o Perlu dibuat diktum baru dalam Peraturan Pemerintah tersebut yang mengatur agar setiap satuan pendidikan wajib mengajarkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianut peserta didik dan diajar oleh pendidik yang seagama. o Ayat (1) dan ayat (2) pasal 17 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 agar digabung menjadi satu, dengan ketentuan peserta didik sekurang-kurangnya berusia 6 (enam tahun). o Perlu ditambah diktum baru dalam Peraturan Pemerintah tersebut yang memungkinkan pesantren bisa melaksanakan pendidikan umum yang setaraf dengan sekolah-sekolah umum, dengan tetap melestarikan budaya pesantren.
~226~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
F.
Dalil/Dasar Hukum o Pendapat para ulama sbb: . فإن الصيب جبوهره خلق قاب ًال للخري والرش مجيعاً وإمنا أبواه مييالن به إىل أحد اجلانبني،فأوائل األمور يه اليت ينبغي أن تراعى
“(pendidikan) merupakan prioritas perkara yang penting untuk diperhatikan, karena sesungguhnya anak kecil pada dasarnya diciptakan menerima semua kebaikan dan keburukan, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang condong kepada salah satu di antara keduanya” (Ihya Ulumuddin, jus: 2, hal, 274) o Hadis-hadis sbb: ) « من ودل هل ودل فليحسن امسه وأدبه» (رواه البهيقي: قال رسول هللا صىل هللا عليه وسمل: عن ابن عباس قال “dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa melahirkan seorang anak maka berilah nama yang baik dan mendidiknya” (HR. al-Baihaqi) ُّ ُ :الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ُ َ ُك م َْولُو ٍد ي ول ع ََل الْ ِف ْط َر ِة فَ َأب َ َوا ُه يُ َِّو َدا ِن ِه أَ ْو يُنَصِّ َ ا ِن ِه أَ ْو يُ َم ِّج َسا ِن ِه (متفق ُ َّ ض ُ َّ النَّب َص َّل َ ِ ع َْن أَ ِب ه َُرْي َر َة َر ُّ ِ قَا َل:الل َع ْن ُه قَا َل )عليه “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Nabi SAW bersabda: setiap anak terlahir dalam keadaan bersih (fitrah), kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR. al-Bukhari dan Muslim) ِ َّ ُوس ع َْن أَبِي ِه ع َْن َج ِّد ِه أَ َّن َر ُسو َل (رواه. مَا َ َن َل َو ِ ٌال َو َ ًلا ِم ْن َ ْنلٍ أَفْضَ َل ِم ْن أَد ٍَب َح َس ٍن:الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل قَا َل َ وب ْب ُن م ُ َّ الل َص َّل ُ ُّ عن أَي )أمحد والرتمذي “Dari Abu Ayyub bin Musa dari bapaknya dari kakeknya, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya daripada akhlak yang baik” (HR. Ahmad dan at-Tirmizi)
~227~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
o Ayat-ayat sbb: َو َو َّص ْينَا ْ ِالن ْ َس َان ب َِو ِ َاليْ ِه َ َحلَ ْت ُه ُأ ُّم ُه َو ْهنًا ع ََل َوه ٍْن َو ِف َص ُ ُال ِف عَام ْ َِي.الشكَ ل َ ُظ ْ ٌل ع َِظ ٌمي ِ ْ ُ َو ِإ ْذ قَا َل لُ ْق َم ُان ِلبْ ِن ِه َوه َُو ي َ ِع ُظ ُه َي بُ َ َّن َل ت ْ ِّ شكْ ِب َّ ِلل إ َِّن َ َ َ َ ِ ْ َ شكَ ِب مَا لي َْس َل ِبه ِع ٌل فَل ت ُِط ْعهُ َما َو َصا ِحبْ ُ َما ِف ادلُّ ن ْ َيا َم ْع ُروفًا َوات َّ ِب ْع َسبِي َل م َْن ِ ْ ُ َوإ ِْن َجاهَدَ اكَ عَل أ ْن ت. ُأَ ِن ْاش ُك ْر ِل َو ِل َو ِ َاليْ َك إ َ َِّل الْ َم ِصري الس َم َاو ِات أَ ْو ِف ْ َال ْر ِض ي َ ْأ ِت َ ُأَنَ َب إ َ َِّل ُ َّث إ َ َِّل م َْرجِ ُع ُ ْك فَ ُأنَبِّئ ُ ُْك ِب َما ُك ْن ُ ْت ت َ ْع َمل َّ َي بُ َ َّن إِنَّ َا إ ِْن ت َُك ِمثْقَا َل َحبَّ ٍة ِم ْن خ َْردَلٍ فَتَ ُك ْن ِف َص َْر ٍة أَ ْو ِف.ون ُ ِ َي بُ َ َّن أَ ِق ِم الص ََّل َة َو ْأم ُْر ِبلْ َم ْع ُر. ٌالل ل َ ِط ٌيف َخبِري َ َو َل ت َُص ِّع ْر َخ َّدك. ِوف َوان ْ َه ع َِن الْ ُم ْن َك ِر َو ْاص ِ ْب ع ََل مَا أَ َصاب َ َك إ َِّن َذ ِ َل ِم ْن ع َْز ِم ْالمُور ُ َّ بِ َا َ َّ الل إ َِّن َ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ِ ُ ِ َّ الل ل ُ ِي ُّب . ِ َوا ْق ِصدْ ِف َم�شْي َِك َواغْضُ ْض م ْن َص ْوت َك إ َِّن أ ْنك َر ال ْص َو ِات ل َص ْو ُت ال َح ِمري.ُور َ َّ ِللنَّ ِاس َول ت َ ْم ِش ِف ال ْر ِض م ََر ًحا إ َِّن ٍ ك ُم ْختَالٍ فَخ “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (QS. Luqman: 13-19) ~228~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
G.
Rencana Aksi/Tindak Lanjut
Untuk mewujudkan rekomendasi tersebut, maka sebagai langkah aksi dan tindaklanjut, PBNU periode mendatang perlu secara khusus melaku kan komunikasi dan membangun lobi dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, untuk menyerahkan usulan perbaikan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007.
III. PENYELENGGARAAN PEMILU KEPALA DAERAH YANG MURAH DAN BERKUALITAS A.
Latar Belakang
Salah satu amanat yang terkandung dalam amandemen Konstitusi kita adalah dikembalikannya kedaulatan ke tangan rakyat untuk menen tukan arah dan rencana pembangunan, setelah selama beberapa dasa warsa kedaulatan berada di tangan pemerintah. Sebagai implementasi dari spirit me ngembalikan kedaulatan di tangan rakyat, diterapkanlah pemilihan umum kepala daerah secara langsung oleh rakyat, seperti halnya pemi lihan Presiden dan Wakil Presiden. Sejak era reformasi, telah dilakukan tiga kali periode putaran pilkada langsung. Pilkada langsung pertama kali dilakukan bulan Juni 2005, berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pengaturan Pilkada langsung telah mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan, melalui perubahan Undang-Undang Pemerintahan Daerah dan pembentukan Undang-Undang baru, yaitu UU No. 8 tahun 2012. Undang-Undang baru yang diterbitkan kemudian ialah Undangundang No. 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, terakhir diubah dengan UU No. 15 Tahun 2011, yang ~229~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
menetapkan pemilihan kepala daerah dalam rezim pemilu dan memperbaiki kelembagaan dan kinerja Komisi Pemilihan Umum. Kemudian diterbitkan Undang-Undang No. 22 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bu pati dan Walikota, yang dilaksanakan tidak secara langsung, yaitu dipilih oleh DPRD, selanjutnya UU tersebut diubah menggunakan Perppu No. 1 Tahun 2014 yang materinya mengatur tentang kembali kepada pilkada langsung, dan dikukuhkan menjadi Undang-undang No. 1 tahun 2015. Terakhir pengaturan tentang pilkada langsung diatur dalam UU No. 8 Tahun 2015. Setelah sekian kali dilakukan perubahan terhadap ketentuan tentang pilkada, sering muncul pertanyaan, apakah pilkada langsung yang dilaksa na kan selama ini telah memenuhi harapan masyarakat, yaitu berkem bangnya demokrasi lokal yang baik, sistem pilkada yang murah, lahirnya kepala daerah yang berkualitas, dan terjaganya stabilitas politik dan integrasi masyarakat di daerah? Yang terjadi ternyata tidak demikian. Dalam dua kali putaran pelaksanaan pilkada langsung sejak tahun 2005 sampai 2014 ini publik mencatat banyaknya muncul persoalan yang disebabkan oleh penyelenggaraan pilkada. Persoalan yang paling dominan muncul adalah banyaknya kepala daerah hasil pilkada langsung yang terjerat tindak pidana korupsi akibat pelaksanaan pilkada langsung yang berbiaya besar. Selain melahirkan fenomena perilaku korupsi di daerah, besarnya biaya pilkada juga telah me nutup akses figur-figur yang memiliki kapasitas dan integritas kepemimpinan untuk ikut berkompetisi dalam pilkada langsung. Akibat biaya yang besar yang harus disiapkan oleh pasangan calon kepala daerah, juga muncul persoalan lain, yaitu berupa kerasnya rivalitas dalam pilkada, merebaknya kecurangan, dan ujung-ujungnya adalah terbelahnya masyarakat yang mengusung pasangan calon kepala daerah yang berbeda. Kondisi ini akhir ~230~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
nya mengganggu stabilitas politik di daerah dan me nim bul kan kerawanan sosial di tengah masyarakat. Demokrasi yang semestinya hanyalah suatu cara dan sarana atau washilah untuk mencapai tujuan bersama, sering diposisikan sebagai tujuan itu sendiri, sehingga proses pilkada dilakukan dengan berbagai cara, termasuk dengan melakukan tindak kecurangan dan melanggar peraturan perundang-undangan. Melihat kecenderungan dan ekses yang muncul mengiringi penye lenggaraan pilkada langsung, masyarakat mulai mempertanyakan secara kritis, sejauh mana nilai atau asas manfaat yang dihasilkan dari pilkada langsung, baik dilihat dari perspektif tujuan dari penerapan sistem demokrasi maupun dilihat dari kepentingan membangun kesejahteraan masyarakat? Substansi perubahan yang ditetapkan dalam undang-undang yang baru antara lain menyangkut pembatasan politik dinasti, pelaksanaan pilkada secara serentak, efisiensi anggaran pilkada melalui sistem satu putaran dan penghapusan uang “mahar” bagi pasangan calon, penyederhanaan kampanye melalui pengelolaan kegiatan kampanye dan publikasi oleh KPU, serta sejumlah ketentuan yang baru. Pada tahun 2015 ini akan dilaksanakan pilkada secara serentak di 269 daerah (provinsi, kabupaten dan kota). Karena itu, Muktamar NU ke-33 mencermati dinamika yang terjadi menjelang pilkada secara serentak yang dilaksanakan tanggal 9 Desember 2015. Secara norma dan ketentuan regulasi, pilkada di masa mendatang semestinya bisa berlangsung secaralebih baik dan melahirkan kepala daerah yang lebih berkualitas. Namun bagaimana hasilnya nanti, sangat tergantung pada implemen tasinya di lapangan. Tergantung pada kemampuan KPU untuk menjaga integritasnya sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang mandiri dan profesional. Tergantung pada kedewasaan partai politik dan/atau perseorangan yang menjadi peserta ~231~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
pilkada, dan tergantung pada kesadaran politik masyarakat untuk menggunakan hak memilihnya secara cerdas dan bertanggung jawab. B.
Permasalahan
Perubahan ketentuan perundang-undangan dalam pelaksanaan pilkada masih menyisakan sejumlah persoalan dan menyimpan potensi konflik yang memerlukan antisipasi secara cermat dari semua pihak. Beberapa permasalahan tersebut antara lain: o Masih belum berubahnya perilaku pada umumnya pemilih yang ber dam pak pada tumbuh suburnya praktek money politics dan politik tran saksional. Ketentuan perundang-undangan yang mengatur dan men ciptakan pilkada yang bersih memang sudah ditetapkan, termasuk ancaman sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar ketentuan tersebut. Namun ketentuan perundang-undangan yang ada bisa tidak berjalan efektif jika tidak ada langkah-langkah strategis dan mendasar untuk mencegah terjadinya praktek money politics pilkada dan menciptakan pilkada yang berbiaya murah. o Pilkada secara serentak yang menampilkan konfigurasi politik pasangan calon yang sangat beragam antara satu daerah dengan daerah yang lain rawan menimbulkan konflik dan banyaknya sengketa hasil pilkada. Setiap konflik yang menyertai pelaksanaan pilkada banyak mengorbankan masyarakat di daerah, termasuk warga Nahdlatul Ulama, yang mendukung pasangan calon yang berbeda.
~232~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
C.
Tujuan 1. Mengawal implementasi ketentuan perundangundangan dalam pelaksanaan pilkada secara serentak, sehingga dihasilkan pilkada yang berkualitas, murah dan melahirkan kepala daerah yang amanah. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan hak memi lihnya secara bertanggung jawab dan cerdas sehingga praktek money politics dalam pilkada dapat diminimalisir.
D.
Analisa
Pelaksanaan pilkada secara serentak di 269 daerah (provinsi, ka bupaten dan kota) merupakan pengalaman pertama dalam sejarah politik kepemiluan di Indonesia. Sebagai pengalaman baru, maka suksesnya pil kada secara serentak menuntut kemampuan dan kemandirian KPU, terutama KPU di daerah, serta partisipasi aktif banyak pihak, termasuk kekuatan masyarakat sipil seperti warga Nahdlatul Ulama, melalui kegiatan pengawalan dan pengawasan. Jika tidak demikian, dikhawatirkan pilkada serentak justru akan menghasilkan kekacauan politik dalam negeri. Potensi terjadinya konflik di tengah masyarakat juga bisa bersumber dari konflik internal partai yang belum tuntas. Pilkada secara serentak menampilkan konfigurasi politik pasangan calon yang sangat beragam antara satu daerah dengan daerah yang lain. Koalisi partai pengusung pasangan calon tidak bersifat permanen dan seragam antara koalisi yang dibangun di pusat dengan di daerah, atau antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Hal ini mengandung kerawanan dan potensi konflik yang berujung pada banyaknya sengketa hasil pilkada.
~233~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
Meski peraturan perundang-undangan yang baru telah memuat ketentuan yang melarang penyalahgunaan jabatan (bagi incumbent), pemberian uang mahar kepada partai pengusung, pembelanjaan kebutuhan kampanye secara berlebihan, dalam pilkada serentak nanti dikhawatirkan praktek money politics dan politik transaksional akan semakin menjadi-jadi. Kondisi ini dipicu oleh pelaksanaan pilkada yang hanya satu putaran, yang mendorong setiap pasangan calon untuk “bermain” habis-habisan untuk memenangkan kompetisi, karena selisih berapa pun suara yang di pe roleh, dan berapa pun persentase dukungan dari pemilih, pasangan calon yang meraih suara terbanyak itulah yang menang. E.
Kesimpulan/Rekomendasi
Sebagai kesimpulan dari penjelasan tersebut di atas, Muktamar NU ke-33 merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mencapai tujuan efisiensi penyelenggaraan pemilu, maka diperlukan : (a) penataan jadwal pemilu menjadi pemilu nasional untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR dan DPD; dan pemilu daerah untuk memilih Kepala daerah dan Wakil kepala daerah, dan Anggota DPRD. (b) Pembiayaan penyelenggaraan semua jenis pemilu, baik pemilu nasional maupun daerah, dibebankan kepada APBN 2. Pilkada serentak yang akan diselenggarakan tahun 2015 merupakan peristiwa politik kepemiluan pertama di Tanah Air yang bertujuan untuk mengefisiensikan penyelenggaraan pilkada yang selama ini berlangsung secara sporadis dan berbiaya besar, serta menimbulkan kejenuhan politik di kalangan masyarakat. Tujuan untuk mencapai efisiensi tersebut jangan sampai ~234~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
mengorbankan prinsip dan asas dari pemilu itu sendiri, yaitu jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia. 3. Sebagai penyelenggaraan yang pertama kali, pilkada secara serentak berpotensi atau dikhawatirkan menimbulkan persoalan dan konflik di tengah masyarakat jika tidak dikelola dengan baik dan terencana. Karena itu Muktamar NU ke-3 mengharapkan kepada penyelanggara pemilu (KPU dan Bawaslu) agar merencanakan dan melaksanakan pilkada serentak ini secara profesional, menjaga kemandirian, dan menekan terjadinya tindak kecurangan. 4. Muktamar NU ke-33 meminta kepada semua pihak yang terlibat dalam pilkada serentak (Pemerintah, KPU, Bawaslu, partai politik, pasangan calon beserta tim suksesnya, pemantau dan pemilih) untuk mematuhi segala ketentuan peraturan perundangundangan dalam kegiatan pilkada. 5. Suksesnya penyelenggaraan pilkada serentak menuntut adanya parti si pa si masyarakat, terutama dalam bentuk pengawalan dan pengawasan setiap tahapan pilkada, sehingga peluang terjadinya kecurangan yang berdampak pada timbulnya konflik bisa dicegah. 6. Muktamar NU ke-33 meminta kepada jajaran struktural Nahdlatul Ulama dari pusat sampai bawah untuk tidak melibatkan secara struktural dan formal dalam kegiatan pilkada di daerah. Keterlibatan orang perorang jajaran pengurus Nahdlatul Ulama sifatnya personal, dan tidak mewakili institusi Nahdlatul Ulama.
~235~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
F.
Dalil/Dasar Hukum
o
Pendapat para ulama sbb:
1.
Pendapat Al-Mawardi dalam “Al-Ahkam as-Sulthaniyah, h. 3” ِ َو َعقْدُ هَا ِل َم ْن ي َ ُقو ُم بِ َا ِف ْ ُال َّم ِة َواجِ ٌب ِب ْل ْ َِجاع،ْ ِالمَام َُة م َْوضُ وعَ ٌة ِل ِخ َلفَ ِة النُّ ُب َّو ِة ِف ِح َر َاس ِة ادلِّ ِين َو�سِ َي َاس ِة ادلُّ ن ْ َيا
“Kepemimpinan (al-imamah) merupakan tempat pengganti kenabian dalam menjaga agama dan mengatur dunia, dan memilih orang yang menduduki kepemimpinan tersebut hukumnya adalah wajib menurut ijma’” 2. Pendapat Al-Mawardi dalam “Al-Ahkam as-Sulthaniyah, h. 4” َوإ ِْن ل َ ْم ي َ ُق ْم بِ َا، فَ ِإ َذا قَا َم بِ َا م َْن ه َُو ِم ْن أَ ْه ِلهَا َسقَطَ فَ ْرضُ هَا ع ََل ْال ِك َفاي َ ِة، وب ْ ِالمَا َم ِة فَ َف ْرضُ هَا ع ََل ْال ِك َفاي َ ِة َكلْجِ هَا ِد َو َطلَ ِب الْ ِع ْ ِل ُ فَ ِإ َذا ثَب ََت ُو ُج ، َوالث َِّان أَه ُْل ْ ِالمَا َم ِة َحتَّ يَنْتَ ِص َب أَ َحدُ ُ ْه ِل ْ ِلمَا َم ِة. أَ َحدُ ُ َها أَه ُْل لا ِ ْخ ِت َيارِ َحتَّ َ ْي َت ُاروا إمَا ًما ِل ْ ُل َّم ِة: أَ َح ٌد خ ََر َج ِم ْن النَّ ِاس فَ ِريقَ ِان “Jika menetapkan imamah adalah wajib, maka (tingkatan) kewajibannya adalah fardhu kifayah seperti jihad dan menuntut ilmu, di mana jika ada orang yang ahli (pantas dan layak) menegakkan imamah, maka gugurlah kewajiban terhadap yang lainnya. Jika tidak ada seorangpun yang menegakkanya, maka dipilih di antara manusia dua golongan; yakni golongan legislatif hingga mereka memilih untuk umat seorang pimpinan, dan golongan (calon) pemimpin hingga di antara mereka dipilih untuk menjadi pemimpin” 3.
Pendapat Ibnu Taimiyah dalam “As-Siyasah as-Syar’iyah”
فإن بين آدم ال تمت مصلحهتم إال ابالجامتع. جيب أن يعرف أن والية أمر الناس من أعظم واجبات ادلين بل ال قيام لدلين وال لدلنيا إال هبا . وال بد هلم عند الاجامتع من رأس، حلاجة بعضهم إىل بعض “Penting untuk diketahui bahwa adanya kekuasaan untuk mengatur urusan manusia adalah termasuk kewajiban besar dalam agama, bahkan tidak akan tegak agama ataupun dunia tanpa adanya kekuasaan. Maka ~236~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
sesungguhnya anak Adam tidak akan sempurna kemaslahatannya tanpa berkumpul karena di antara mereka saling membutuhkan, dan tidak bisa dihindari ketika mereka berkumpul adanya seorang pemimpin” 4.
Pendapat dalam “Mawahib as-Shomad, h 8”
فرض عىل الناس رشعا إمام ينصب إلجامع حصابة بعد وفاة النيب صىل هللا عليه وسمل عىل نصبه حىت جعلوه أمه الواجبات وقدّموه عىل دفنه .ومل تزل الناس يف لك عرص عىل ذكل “Secara syar’i, diwajibkan atas manusia mengangkat seorang imam/ pemimpin, berdasarkan consensus/ijma’ para sahabat setelah wafatnya Nabi SAW untuk langsung mengangkat pemimpin, sehingga menjadikannya kewajiban yang paling penting, mendahulukan untuk mengangkat pemimpin daripada memakamkan Nabi SAW. Dan manusia sepanjang zaman juga akan selalu begitu (menegakkan fardhu mendahulukan memilih imam ”. o
Kaedah Fiqhiyyah: درء املفاسد مقدم عىل جلب املصاحل
“Menolak kemafsadatan (kerusakan) didahulukan daripada menarik kemaslahatan”. للوسائل حمك املقا صد “Hukum sesuatu yang menjadi perantara sama dengan hukum tujuan akhir”. احلمك يدور مع علته وجودا و عدما ”Penetapan hukum tergantung ada-tidaknya ’illat” ما ال يمت الواجب إال به فهو واجب ”Apabila suatu kewajiban tidak dapat dilaksanakan secara sempurna ~237~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
tanpa adanya sesuatu yang lain, maka pelaksanaan sesuatu yang lain tersebut hukumnya juga wajib” يرتكب الرضر األخف النتقاء الرضر األشد ”dipilih yang berimplikasi kerugian yang lebih ringan untuk menghindari kerugian yang lebih besar” ما ال يدرك لكه ال يرتك لكه “Sesuatu yang tidak didapatkan semua (sesuai dengan idealisasi dan kehendak kita), seyogyanya tidak ditinggalkan semuanya”. o Hadis-hadis sbb: س ًة فَ ِن ْع َم ِت الْ ُم ْر ِض َع ُة َو ِبئْ َس ْت ُ َّ النَّب َص َّل ُ ون ع ََل ْ ِالم ََار ِة َوإِنَّ َا �سَتَ ُك َ ِإنَّ ُ ْك �سَتَ ْح ِر ُص:الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل قَا َل َ ْ ون ن َدَ ا َم ًة َو َح ِّ ِ ع َْن أَ ِب ه َُرْي َر َة ع َْن ) (رواه البخاري.الْ َفا ِط َم ُة “dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda: sesungguhnya kalian akan selalu menginginkan kekuasaan/jabatan dan karena hal itu akan menjadi penyesalanmu di hari kiamat. ” (HR. al-Bukhari) فإنك إن، ال تسأل اإلمارة، «ايعبد الرمحن بن مسرة: صىل هللا عليه وسمل قال يل رسول هللا:عن عبد الرمحن بن مسرة ريض هللا عنه قال ، فائ ِْت اذلي هو خري، وإذا حلفت عىل ميني فرأيت غريها خرياً مهنا. وإن أوتيهتا عن غري مسأةل ُأ ِع ْن َت علهيا،أوتيهتا عن مسأةل وكِّ ت إلهيا وكفِّر عن ميينك» متفق عليه “dari Abdurrahman bin Samurah ra, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadaku: wahai Abdurrahman bin Samurah, jangan kamu memintaminta jabatan/kekuasaan. Karena sesungguhnya jika kamu meminta jabatan maka bagimu bebannya, dan jika diberikan tanpa meminta maka kamu akan dibantu. Dan jika kamu bersumpah (untuk suatu jabatan) kemudian kamu melihat orang lain yang lebih baik darimu, maka serahkan padanya, dan bayarlah denda melanggar sumpahmu”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
~238~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
ِ َّ أَ ّن َر ُسو َل،َع َْن أَ ِب ه َُرْي َرة ْ ُ »�سَ َي ِل:الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل قَا َل ِّ ُ اس ُعوا لَه ُْم َوأَ ِطي ُعوا ِف ك ُ َّ الل َص َّل َ ْ َ ف، َوالْفَاجِ ُر ِب ُفجُورِ ِه، فَيَ ِل َي ُ ُك الْ َ ُّب ب ِ ِِّب ِه،ٌيك ب َ ْع ِدي ُوالة َ َ َ َ ُ ُ َ َ ْ ْ ) (رواه الطرباين وادلار قطين.» َوإ ِْن أ َسا ُءوا فَلك َوعَليْ ِ ْم، فَإ ِْن أ ْح�سَ ُنوا فَلك َوله ُْم، َو َصل َّ ْوا َو َرا َء ُ ْه،مَا َوافَ َق الْ َح َّق ”Dari Abu Hurarah RA., sesungguhnya rasulullah saw. bersabda: ”akan memimpin kalian setelahku para pimpinan yang baik karena kebaikannya, dan ada pula yang buruk karena keburukannya, maka dengarkanlah dan taatilah mereka terhadap setiap perkara yang sesuai dengan kebenaran, dan shalatlah kalian di belakangnya, jika mereka baik maka (pahala) bagi kalian dan bagi mereka,sedangkan jika mereka buruk maka (pahala) bagi kalian dan tidak bagi mereka” (HR. At-Thabrani dan Ad-Daru Quthni) ِ َّ ول ُ الساع َُة؟ فَ َم َض َر ُس الل ُ َّ الل َص َّل ُ َّ النَّب َص َّل َّ م ََت: فَقَا َل،ٌّالل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ِف َم ْج ِل ٍس ُ َي ِّد ُث الْقَ ْو َم َجا َء ُه أَع َْر ِاب ُّ ِ بَيْنَ َما:ع َْن أَ ِب ه َُرْي َر َة قَا َل ُ َ َ َ ْ ِ ِ َ َ َ َ َ ِ َ َ َ َ َ َ َ َ السائ ُل ع َْن َّ أ ْي َن أ َرا ُه: َحتَّ ِإذا ق َض َحديثَ ُه قال. َوقال ب َ ْعضُ ه ُْم ب َ ْل ل ْم ي َْس َم ْع. فَقَا َل ب َ ْع ُض الق ْو ِم س َع مَا قال فك ِر َه مَا قال،عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل ُ َي ِّد ُث ِ َّ هَا أَنَ َي َر ُسو َل:الساعَ ِة؟ قَا َل ِإ َذا ُو ِّسدَ ْ َال ْم ُر إ َِل غ َ ْ ِي أَه ِ ِْل فَانْتَ ِظ ْر: َك ْي َف إِضَ اع َُتَا؟ قَا َل:َ قَا َل.الساعَة َّ فَ ِإ َذا ضُ ِّي َع ْت ْ َال َمان َُة فَانْتَ ِظ ْر:الل! قَا َل َّ )(رواه البخاري.الساعَ َة َّ “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: ketika Rasulullah SAW duduk di suatu majelis berbicara dengan orang banyak, dating seorang dari pedalaman yang jauh, kemudian bertanya: kapan hari kiamat? Rasulullah meneruskan berbicara dengan orang banyak. Sebagian orang berkata: Rasul mendengar apa yang ditanyakan dan Beliau tidak menyukainya. Dan sebagian lain berkata: Rasul tidak mendengar pertanyaan tersebut. Hingga Rasul selesai berbicara dengan orang banyak, dan beliau bertanya: mana tadi orang yang bertanya tentang hari kiamat?. Ini saya ya Rasulullah!. Beliau bersabda: jika disia-siakan amanah, maka tunggulah hari kiamat. Ia bertanya: bagaimana menyia-nyiakannya? Beliau menjawab: Jika suatu perkara diserahkan kepada selain ahlinya maka tunggulah waktunya kiamat” (HR. al-Bukhari) ِ ِ الل َو�سُنَّ ِة َر ُس ِ َّ َوم َْن ت ََو َّل ِم ْن ُأم ََرا ِء الْ ُم ْس ِل ِم َني َشيْئًا فَا�سْتَ ْع َم َل عَلَيْ ِ ْم َر ُجال َوه َُو ي َ ْع َ ُل أَ َّن ِف ِهي ْم م َْن ه َُو أَ ْو َل ِب َذ ِ َل َوأَع َ ُْل ِمنْ ُه ِب ِكتَ ِاب فَقَدْ خ ََان،ول ُ َ الل َو َر ُس ) (رواه الطرباين،ول َو َ ِجي َع الْ ُمؤْ ِم ِن َني َ َّ
~239~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
“Barangsiapa memilih seorang pemimpin padahal ia tahu ada orang lain yang lebih pantas untuk dijadikan pemimpin dan lebih faham terhadap kitab Allah dan sunnah RasulNya, maka ia telah mengkhianati Allah, RasulNya, dan semua orang beriman” (HR. At-Thabrani) o
Ayat-ayat sbb:
ِ َّ ِون ع َْن َسبِيل ِ َّ َِي د َُاوو ُد إِنَّ َج َعلْنَاكَ َخ ِلي َف ًة ِف ْ َال ْر ِض فَ ْاح ُ ْك ب َ ْ َي النَّ ِاس ِبلْ َح ِّق َو َل تَت َّ ِبع ِ الْه ََوى فَ ُي ِضلَّ َ ع َْن َسبِيل الل لَه ُْم َ ُّ الل إ َِّن الَّ ِ َين ي َ ِضل عَ َذابٌ َش ِدي ٌد ِب َما ن َ ُسوا ي َ ْو َم الْ ِح َس ِاب “ Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”. QS. Shad: 16 ُ ُ الل ي َ ْأم ُُرُ ْك أَ ْن ت ُ َؤ ُّدوا ْ َال َمانَ ِت إ َِل أَ ْه ِلهَا َو ِإ َذا َح َ ْك ُ ْت ب َ ْ َي النَّ ِاس أَ ْن َت الل َك َن َ ِسي ًعا ب َ ِصريًا َ َّ ْكوا ِبلْ َعدْ لِ إ َِّن َ َّ إ َِّن َ َّ الل ِن ِع َّما ي َ ِع ُظ ُ ْك ِب ِه إ َِّن “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” Q.S. An-Nisa[4]: 58 َو َشا ِو ْر ُ ْه ِف ْ َال ْم ِر
“....dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu”. QS. Ali Imran: 159 G.
Rencana Aksi/Tindak Lanjut
Sebagai upaya untuk mewujudkan rekomendasi tersebut, dan sebagai langkah aksi dan tindak lanjut, PBNU periode mendatang perlu melakukan hal-hal sebagai berikut: ~240~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
1. Membentuk tim khusus yang bertugas memantau pelaksanaan pilkada dan menjaga netralitas kelembagaan Nahdlatul Ulama dalam pelaksanaan pilkada. 2. PBNU bersama komponen masyarakat lain, khususnya ormas keagamaan, untuk terus melakukan dakwah yang bertujuan memberikan pendidikan politik rakyat agar menggunakan hak memilih secara benar, bertanggung jawab dan cerdas, sehingga bisa terpilih calon kepala daerah yang memiliki kapasitas dan integritas yang baik.
IV. SUMBER DAYA ALAM UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT A.
Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bab X A mengenai hak asasi manusia (HAM) dalam pasal 28 H, ayat (1) menyatakan: “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Kemudian dalam bab XIV tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial, diuraikan dalam pasal 33, yaitu ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat. (4)Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, keberlanjutan, ~241~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. UU No. 32 tahun 2009 pasal 65 ayat (1) menegaskan: setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari HAM. Jadi setiap orang/warga Negara Indonesia dilindungi oleh hukum, de ngan demikian setiap orang yang merasa haknya terlanggar karena kegiatan pembangunan ataupun kegiatan yang lainnya yang mencemari dan merusak lingkungan maka orang itu dapat melakukan tuntutan hukum. Untuk yang kesekian kalinya Muktamar NU memberikan perhatian mengenai sumberdaya alam (SDA), karena masalah SDA masih menjadi isu yang terus aktual. Sumber daya alam pada dasarnya ada dua kategori. Pertama, SDA yang dapat diperbarui, seperti hutan, air, air danau, kualitas tanah, dan lain-lain. Dan kedua, SDA yang tidak dapat diperbarui, seperti minyak bumi, batu bara, logam, hasil tambang lain. Dalam pelaksanaannya di lapangan, ada beberapa kasus pengelolaan SDA yang sangat tidak sejalan dengan amanat Konstitusi. Telah terjadi interaksi manusia dan alam yang berdam pak negatif. Hal itu terutama terkait dengan kebijakan di daerah (Galian C), eksplorasi, eksploitasi yang melebihi kapasitas, yang mengakibatkan rusaknya sistem ekologis di sekitar pertambangan, atau karena penggalian yang tidak terkendali yang telah mengakibatkan kerusakan lingkungan yang sangat parah, seperti pencemaran air, pencemaran udara, kerusakan infrastruktur, dan terganggunya kesehatan seperti penyakit pernafasan, bahkan konflik sosial. Hal itu terjadi di lokasi-lokasi pertambangan di daerah. Ditambah lagi dengan telah terjadinya konflik kepentingan untuk memperbesar perolehan PAD (pendapatan asli daerah) yang didapat dari pengelolaan tambang yang bersifat legal. Juga adanya konflik kelembagaan, koordinasi yang belum baik, dan egoisme sektoral yang belum bisa dihilangkan. ~242~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
Tujuan pengelolaan SDA adalah dalam rangka mencegah pengaruh negatif terhadap lingkungan dan mengupayakan kelestariannya supaya da pat digunakan terus menerus untuk mendukung keberlangsungan kehidupan umat manusia. B.
Permasalahan 1. Terkait dengan sumber daya alam: a. Penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam ada di tangan orang per orang atau oleh sekelompok orang. Telah terjadi monopoli, oligopoli dan praktek kartel dan hal ini bertentangan dengan pasal 33 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Hak menguasai oleh Negara selama ini telah didelegasikan kepada pihak swasta yang bermodal besar. c. Pengertian “untuk sebesar besar kemakmuran rakyat” diartikulasikan secara sempit, yaitu hanya dalam bentuk pengenaan pajak dan royalti yang ditarik oleh Pemerintah. Sedangkan keterlibatan rakyat dalam mengelola sumber daya alam hanya dalam bentuk dan sebatas sebagai tenaga kerja. d. Hak pengusahaan hutan hanya diberikan pada kelompok pengusaha kelas atas dan kelompok bermodal kuat, sementara hak masyarakat lokal/ hak rakyat untuk turut mengelola hutan tidak diberikan sebagaimana mestinya. 2. Terkait dengan tambang/migas dan pertambangan umum: a. Pertamina melakukan kontrak bagi hasil dari eksploitasi dan pema sa ran diberikan kepada perusahan-perusahaan besar. ~243~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
b. Dalam pertambangan umum, misalnya pertambangan emas rakyat, usaha penambangan yang dilakukan oleh rakyat lokal tergusur oleh penambang besar dengan modal besar, dengan alasan penambang rak yat tidak mempunyai teknologi dan manajemen yang baik serta tidak mempunyai ijin. 3. Terkait dengan MP3EI:
C.
Dalam rangka mewujudkan master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), telah terjadi pengambilalihan tanah warga secara sewenang-wenang oleh Pemerintah.
Tujuan 1. Memastikan terjaminnya penguasaan sumber daya alam benar-benar untuk kepentingan dan bermanfaat bagi masyarakat banyak. Industri migas dan mineral adalah sektor industri padat modal yang seharusnya dikelola dan didanai oleh negara, bukan dilepaskan kepada para pemodal asing. 2. Meneguhkan kembali komitmen pada pembangunan sektor kelautan dan kemaritiman, sekaligus memberikan appeal kepada Pemerintah agar sektor SDA tidak dilupakan dan dikuasai oleh para pemodal asing. Pengelolaan SDA harus dikembalikan sesuai amanat Konstitusi, yaitu untuk kesejahteraan masyarakat banyak.
D.
Analisa
Sumber daya alam merupakan sektor strategis yang akan selalu menjadi isu strategis dalam pembangunan yang dijalankan oleh setiap rezim pemerintahan. Selama sektor SDA masih menjadi ~244~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
tumpuan utama pema su kan keuangan negara, bisa dipastikan pengelolaan SDA akan menjadi isu krusial dan memerlukan penanganan yang penuh kehati-hatian. Apalagi dalam kondisi negara yang sedang mengalami krisis pere konomian, maka godaan untuk melakukan eksploitasi SDA dalam waktu yang secepat-cepatnya dan hasil yang sebesar-besarnya selalu dihadapi oleh Pemerintah. Dalam konteks ini Pemerintah dihadapkan pada pilihan untuk lebih memprioritaskan pengelolaan SDA pada perusahaan yang memiliki modal besar, mengingat usaha sektor ini memerlukan investasi dan modal yang besar. E.
Kesimpulan/Rekomendasi
Sebagai wujud kepedulian Nahdlatul Ulama terhadap keberlangsungan dan kelestarian sumber daya alam untuk menopang kehidupan umat manusia di masa-masa mendatang, maka Muktamar NU ke-33 menyimpulkan dan membuat catatan rekomendasi yang ditujukan kepada Pemerintah sebagai berikut: 1. Melakukan moratorium terhadap semua izin perusahaan berskala besar di bidang perkebunan, kehutanan, pertambangan dan pesisir, serta meninjau ulang semua kebijakan dan izin yang diterbitkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dalam bidang SDA. 2. Menghentikan segala bentuk penanganan konflik yang disebabkan oleh persoalan pengelolaan sumber daya alam dengan cara kekerasan dan mengutamakan proses dan cara-cara dialogis. 3. Membentuk lembaga khusus yang berfungsi menyelesaikan konflik agraria yang memiliki wewenang untuk membuat rekomendasi untuk dilaksanakan oleh Pemerintah.
~245~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
4. Mengembalikan tanah dan sumber daya air milik rakyat yang dikuasai oleh perusahaan ataupun pemerintah kepada pemiliknya semula. F.
Dalil/Dasar Hukum
o
Pendapat para ulama sbb:
1. Pendapat Imam Ibnu Nujaim al-Hanafi dalam al-Asybâh wa alNazhair, halaman 124: َو ِلهَ َذا قَا َل ْا ِإلمَا ُم أَبُ ْو. فَإ ِْن خَال َ َف ُه ل َ ْم يُنَفَّ ْذ.ُشعًا ِإالَّ ِإ َذا َوافَقَه ْ َ ِإ َذا َك َن ِف ْع ُل ْا ِإلمَا ِم َم ْب ِن ًّيا ع ََل الْ َم ْصلَ َح ِة ِف ْي َما يَتَ َعل َّ ُق ِ ْب ُألم ُْورِ الْ َعا َّم ِة ل َ ْم يُنَفَّ ْذ أَ ْم ُر ُه . َولَي َْس ِل ِإلمَا ِم أَ ْن ُ ْي ِر َج َشيْئًا ِم ْن ي َ ِد أَ َح ٍد ِإالَّ ِ َب ٍّ ِق َثب ٍِت َم ْع ُر ْو ٍف:يُ ْو ُس َف ِ ْف ِكتَ ِاب الْخ ََراجِ ِم ْن َب ِب ِا ْحيَا ِء الْ َم َو ِات “jika kebijakan pemimpin tentang segala sesuatu terkait perkara umum berdasar atas kemaslahatan, kebijakan tersebut secara syar’i tidak dijalankan kecuali jika sesuai dengan kemaslahatan. Dan jika menyelisihi kemaslahatan maka tidak dijalankan. Karena itu imam Abu Yusuf berkata dalam kitab al-Kharaj (pajak) bab menghidupkan lahan tidur: pemimpin tidak berwenang sama sekali merampas hak seseorang kecuali dengan hak yang pasti dan diketahui”. 2. Pendapat Imam al-‘Izz Ibn Abd al-Salâm al-Syâfi’î dalam Qawâ’id al-Ahkâm” 2/75: وجلبا للنفع، يترصف الوالة ونواهبم مبا ذكران من الترصفات مبا هو األصلح للموىل عليه درءا للرضر والفساد. يف ترصف الوالة ونواهبم:فصل وال يتخريون يف الترصف حسب ختريمه، وال يقترص أحدمه عىل الصالح مع القدرة عىل األصلح؛ إال أن يؤدي إىل مشقة شديدة،والرشاد وإن اكن،}ه أَ ْح َس ُن َ ِ َ{و َال ت َ ْق َربُو ْا مَا َل الْ َي ِت ِمي ِإالَّ ِب ِلَّت: لقول هللا تعاىل، أو مكيةل زبيب مبثلها، أن يبيعوا درهام بدرمه: مثل،يف حقوق أنفسهم هذا يف حقوق اليتاىم فأوىل أن يثبت يف حقوق عامة املسلمني فامي يترصف فيه األمئة من األموال العامة; ألن اعتناء الرشع ابملصاحل العامة كإضاعة املال بغري فائدة، ولك ترصف جر فسادا أو دفع صالحا فهو مهن�ي عنه،أوفر وأكرث من اعتنائه ابملصاحل اخلاصة “Pasal tentang kebijakan pemimpin dan menterinya. Para pemimpin dan menterinya harus menetapkan kebijakan yang lebih maslahah bagi rakyat yang dipimpinnya dengan menolak kerugian dan kerusakan dan menarik ~246~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
kemanfaatan dan petunjuk. Mereka tidak cukup mengerjakan yang baik padahal mampu yang lebih baik, kecuali jika dalam pelaksanaannya menimbulkan masyaqqah yang lebih hebat, dan mereka tidak boleh memilih ketika menetapkan kebijakan sesuai dengan hak-haknya mereka saja, misalnya menjual dirham dengan dirham, atau sejumlah kismis dengan semisalnya, sesuai Firman Allah SWT: {Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat}. Jika hal itu terkait dengan hak-hak anak yatim maka apalagi jika terkait dengan hak-hak kaum muslimin dalam kebijakan pengalokasian anggaran umum. Karena perhatian syara’ terhadap kemaslahatan umum itu lebih cepat dan lebih banyak daripada perhatiannya terhadap kemaslahatan khusus. Dan setiap kebijakan yang menimbulkan kerusakan atau menolak kebaikan maka terlarang, seperti menyia-nyiakan harta tanpa faedah” 3.
Pendapat Imam al-Qarafi al-Maliki dalam Kitab Al-Furuq (4/76):
أو درء مفسدة لقوهل تعاىل َ{و َال ت َ ْق َربُو ْا، اعمل أن لك من ويل والية اخلالفة مفا دوهنا إىل الوصية ال حيل هل أن يترصف إال جبلب مصلحة اهـ.. « ومل ينصح فاجلنة عليه حرام، ولقوهل عليه السالم « من ويل من أمور أميت شيئا مث مل جيهتد هلم، } ه أَ ْح َس ُن َ ِ مَا َل الْ َي ِت ِمي ِإالَّ ِب ِلَّت “ketahuilah, sesungguhnya setiap pemimpin tidak boleh menetapkan kebijakan kecuali dengan menarik kemaslahatan atau menolak kerusakan, sesuai Firman Allah SWT: {Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat}. Dan sesuai sabdaNya SAW: “barangsiapa memimpin dari urusan umatku kemudian tidak bersungguh-sungguh untuk mereka, dan tidak menasehati maka surga haram baginya”. 4.
Pendapat Imam al-Zarkasyî al-Syâfi’i dalam kitab alMantsûr fi al-Qawâid juz 1/309:
«مزنةل الوايل من الرعية: قال الشافعي ـ رمحه هللا ـ: قال الفاريس يف عيون املسائل: ترصف اإلمام عىل الرعية منوط ابملصلحة نص عليه .الويل من اليتمي» انهت�ى ّ مزنةل: “kebijakan
pemimpin
atas
rakyatnya ~247~
mengikuti
kemaslahatan.
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
Menuliskan hal tersebut: al-Farisi berkata di kitab Uyun al-Masail: asSyafi’i rahimahullah berkata: kedudukan pemimpin kepada rakyatnya seperti kedudukan wali terhadap anak yatim”. o
Hadis sbb:
ِ َّ ول ُ قَا َل َر ُس:ع َْن ا ْب ِن َعبَّ ٍاس قَا َل وزاد،ش َك ُء ِف ث َل ٍث ِف الْ َما ِء َو ْال َك َ ِل َوالنَّارِ ) رواه أمحد وأبو داود ُ َّ الل َص َّل َ (الْ ُم ْس ِل ُم:الل عَلَ ْي ِه َو َس َّ َل َ ُ ون ) َ(وث َ َم ُن ُه َح َرا ٌم:ابن ماجه “Dri Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: semua muslim bersekutu dalam tiga hal; dalam kepemilikan air, hutan dan api (energi)” HR. ahmad, dan Abu Daud. Ibnu Majah menambah: “dan harganya haram”. o
Ayat-ayat sbb: ً َ ون د ...ُول ب َ ْ َي ْ َالغْ ِن َيا ِء ِمن ُ ْْك َْ َ ك َل يَ ُك...
“…supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…” QS. Al-Hasyr: 7 G.
Rencana Aksi/Tindak Lanjut
Untuk mewujudkan harapan tersebut di atas, PBNU periode mendatang diharapkan bisa melakukan komunikasi, koordinasi dan membangun lobi dengan Kementerian ESDM, Komisi VII DPR RI dan DPD RI. PBNU perlu merumuskan usulan dan pokok-pokok pikiran tentang perlunya dilakukan moratorium terhadap semua izin perusahaan berskala besar di bidang perkebunan, kehutanan, pertambangan dan pesisir, meninjau ulang semua kebijakan dan ijin yang diterbitkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dalam bidang SDA, serta usulan tentang formula penanganan konflik yang disebabkan oleh persoalan pengelolaan sumber daya alam. ~248~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
V. MEMPERPENDEK MASA TUNGGU CALON JAMAAH HAJI DAN PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI A.
Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 64 Tahun 2014 tentang Penetapan Kuota Haji 1435H/2014 M, jumlah haji Indonesia sebanyak 168.800 orang. Kuota untuk jamaah haji itu terbagi dua, untuk haji reguler sebanyak 155.200 orang dan kuota haji khusus 13.600 orang. Jumlah kuota tersebut lebih sedikit dibandingkan jumlah kuota pada tahun 2012, yang jumlahnya masih sekitar 210.000 orang jamaah. Pengurangan jumlah quota itu adalah berdasarkan keputusan pemerintah Saudi Arabia, mengingat kondisi Masjidil Haram yang hingga saat ini masih dalam proses rehabilitasi (perbaikan bangunan). Saat ini calon jamaah haji yang sudah mendaftar jumlahnya mencapai lebih dari 2 juta orang, dan jumlah antrian calon jamaah haji tersebut semakin tahun akan semakin panjang. Bagi calon jamaah haji yang mendaftar tahun ini diperkirakan akan bisa menunaikan ibadah haji sekitar 15 sampai 20 tahun lagi. Konsep pelayanan pendaftaran haji adalah first come first serve, artinya siapa yang datang dulu, dialah yang dilayani dulu. Prinsip ini sebenarnya telah memenuhi keadilan dan transparansi yang dikehendaki masyarakat luas. Namun demikian, karena keterbatasan kuota dan banyaknya calon jamaah yang mendaftar prinsip ini menim bulkan banyak permasalahan dalam implementasinya. Melihat kondisi tersebut, upaya yang perlu dilakukan dapat disederhanakan menjadi dua cara, yaitu: pertama, perlu menambah kuota jamaah haji. Kementerian Agama melobi Arab Saudi untuk mengembalikan kuota haji sebanyak 211 ribu setiap tahunnya, seperti sebelum tahun 2012 atau jika dimungkinkan bisa lebih lagi (di atas 211 ribu). Keberhasilan upaya tersebut, ~249~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
sangat tergantung pada kebijakan Arab Saudi. Cara ini kemungki nannyasangat tipis. Kedua, dengan cara mengurangi daftar antrian jamaah haji. Hal ini bisa dimungkinkan melalui beberapa alternatif, yaitu: pertama, Kemenag perlu menerapkan ketentuan yang lebih selektif bagi para calon jamaah haji. Misalnya dengan memperketat syarat istitha’ah dari segi kesehatan, tidak hanya istitha’ah pada kemampuan finansial (az-zad), transportasi dan akomodasi (arrahilah), serta keamanan saja. Saat ini ketentuan bagi siapa bisa berangkat haji masih longgar, larangan hanya dibatasi bagi seseorang yang mempunyai penyakit menular dan mereka yang termasuk dalam kondisi dilarang oleh pihak penerbangan. Pengetatan syarat istita’ah dari segi kesehatan sangat urgen, sebab jumlah jemaah haji lanjut usia yang meninggal di Tanah Suci meningkat. Tahun ini, jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal di Tanah Suci mencapai 275 jiwa. Angka ini meningkat dari tahun 2013 yang hanya 266 jiwa. Kedua, membatasi frekuensi jamaah yang berangkat haji, yaitu seumur hidup hanya satu kali, sehingga membatasi bagi jamaah yang ingin berangkat kesekian kalinya. Saat ini banyak jamaah yang beberapa kali berangkat haji, hal ini menyebabkan tertutupnya peluang bagi mereka yang belum pernah berhaji sama sekali, sesuai Peraturan Menteri Agama No. 29 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan ibadah haji reguler. Ketiga, memberikan ketentuan khusus bagi para calon jamaah yang masuk kategori lanjut usia (di atas 60 tahun). Pemberian kesempatan khusus tersebut dimaksudkan agar mereka (para lansia), kalaupun harus menunggu namun tetap masih dalam usia dimana mereka mampu melaksanakan ibadat haji dengan baik (tidak masuk kategori usia rentan).
~250~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
Hal yang sudah disebutkan di atas, membutuhkan pemikiran dari sege nap pihak termasuk Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai organisasi keagamaan NU sangat berkepentingan untuk dapat memberikan solusi bagi per soalan di atas, apalagi sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, maka bisa dipastikan para calon jamaah haji yang sedang mengantri itu adalah mayoritas warga NU. Di samping persoalan antrian calon jamaah haji, terdapat sejumlah persoalan terkait pengelolaan keuangan haji. Saat ini terdapat UU No. 34 Th 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji. Dengan hadirnya UU tersebut, saat ini pemerintah hanya memiliki kewenangan pelaksanaan haji saja, sementara pengelolaan keuangan haji bukan lagi menjadi tugas pemerintah tetapi oleh sebuah badan sebagaiamana diatur dalam UU tersebut. Dalam Pasal 2 disebutkan: “Pengelolaan Keuangan Haji berasaskan: a. prinsip syariah; b. prinsip kehati-hatian; c. manfaat; d. nirlaba; e. transparan; dan f. akuntabel.” Pasal lainnya yaitu Pasal 3 menyebutkan: “Pengelolaan Keuangan Haji bertujuan meningkatkan: a. kualitas penyelenggaraan ibadah haji; b. rasionalitas dan efisiensi penggunaan BPIH; dan c. manfaat bagi kemaslahatan umat Islam.” Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa pengelolaan keuangan haji ditangani oleh Badan Pengelolaan Keuangan Haji (BPKH). Beberapa pasal dalam UU tersebut menjelaskan tentang kedudukan dan peran BPKH yaitu, Pasal 20 menyebutkan:(1) Pengelolaan Keuangan Haji dilakukan oleh BPKH. (2) BPKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan badan hukum publik berdasarkan Undang-Undang ini. (3) BPKH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat mandiri dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri. (4) Pengelolaan Keuangan Haji oleh BPKH dilakukan secara korporatif dan nirlaba. Pasal 24 me nyebutkan: Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud ~251~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
dalam Pasal 22, BPKH berwenang: a. menempatkan dan menginvestasikan keuangan haji sesuai dengan prinsip syariah, kehati-hatian, keamanan, dan nilai manfaat; dan b. melakukan kerja sama dengan lembaga lain dalam rangka pengelolaan Keuangan Haji. Undang-undang Pengelolaan Keuangan Haji tersebut belum dapat diimplementasikan karena belum ada Peraturan Pemerintah (PP) sebagai turunan UU tersebut. Saat ini pemerintah sedang menyiapkan PP untuk implementasi UU Pengelolaan Keuangan Haji tersebut. Namun demikian NU sebagai jam’iyah diniyah ijtima’iyah secara proaktif perlu melakukan pengkajian yang menyeluruh terhadap undang-undang yang sudah ada dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahannya, termasuk mencoba mengusulkan pembuatan peraturan-peraturan (termasuk PP dan Peraturan Menteri) dalam rangka implementasi UU tersebut. Bagi NU seluruh undang-undang dan peraturan yang ada di Indonesia hendaklah membawa kemaslahatan bagi seluruh kepentingan bangsa. B.
Permasalahan
Dari uraian di atas, terdapat beberapa persoalan yang dihadapi terkait dengan penyelenggaraan ibadah haji. 1. Permasalahan yang terkait panjangnya antrian calon jamaah haji, yaitu: a. Jika saat ini calon jamaah haji usia 60 tahun mendaftar, maka ia akan berangkat pada usia 75 atau 80 tahun. Pada usia tersebut calon jamaah haji berada pada kelompok jamaah haji yang berisiko tinggi. b. Kurs (nilai rupiah) saat berangkat (setelah 20 tahun) nanti dapat mengalami inflasi, sehingga calon ~252~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
jamaah harus menambah uang jauh lebih besar dari uang pendaftaran yang disetorkan saat ini. c. Antrian calon jamaah haji semakin bertambah panjang, dan masa keberangkatan semakin jauh, jika yang mendaftar pada 2015 saja bisa antri 15 sampai 20 tahun, maka masa yang akan datang, antrian bisa lebih lama lagi. 2. Permasalahan yang keuangan haji, yaitu:
terkait
dengan
pengelolaan
a. Peran Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang sangat besar dalam pengelolaan keuangan haji, belum jelas apa kriteria dan kompetensi orang-orang yang akan duduk sebagai anggota BPKH tersebut. b. Meski berprinsip nirlaba, namun dalam UU tersebut ada kewenangan BPKH melakukan investasi. Saat ini sudah banyak badan hukum publik seperti BUMN yang didirikan pemerintah namun ternyata sebagian besar keuangannya bermasalah. Karena itu sejauhmana ketentuan ini menjamin bahwa uang jamaah haji aman jika diinvestasikan ke sektor lain. c. Dalam perspektif fiqh, bagaimana status uang setoran jamaah haji tersebut? Bagaimana transaksi (akad)nya? Apakah termasuk ijaroh (pembelian jasa) atau wadi’ah (uang investasi)? Keduanya tentu memiliki konsekuensi hukum yang berbeda. d. Jamaah haji belum mengetahui untuk apa sajakah manfaat dari keuangan haji yang telah diinvestasikan itu? Apakah jamaah haji juga menerima manfaat dari investasi yang dilakukan pihak pengelola keuangan haji?
~253~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
C.
Tujuan 1. Mencari solusi terkait panjangnya antrian calon jamaah haji. Perlu ketegasan sikap pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan menyangkut seleksi yang diperketat bagi para calon jamaah dengan mem perhatikan ketentuan (pengertian) istitho’ah dalam Islam, sehingga daftar antrian dapat diperpendek dan khususnya bagi paracalon jamaah haji yang lanjut usia mendapat kepastian berangkat haji terlebih dahulu. 2. Memastikan adanya jaminan keamanan keuangan haji yang dikelola oleh BPKH, dan menyadarkan jamaah haji agar memiliki informasi tentang hak-hak yang dimiliki dan manfaat keuangan haji yang di kelola oleh BPKH. 3. Mendorong percepatan terbitnya Peraturan Pemerintah yang merupakan aturan pelaksana dari UU Pengelolaan Keuangan Haji, sehingga pemanfatan keuangan haji, termasuk untuk kegiatan investasi, dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.
D.
Analisa
Panjangnya antrian calon jamaah haji sehingga diperkirakan masa tunggu mencapai 15-20 tahun lambat laun akan menimbulkan dampak sosial yang tidak diinginkan. Beberapa dampak tersebut di antaranya ialah godaan terjadinya kolusi antara petugas yang mengelola penyelenggaraan ibadah haji dengan calon jamaah haji yang memiliki “backing” kekuatan tertentu yang berkehendak besar untuk segera bisa berangkat haji. Praktek negatif lain yang disebabkan terlalu panjangnya antrian ialah banyaknya orang yang memaksakan diri berangkat ke Tanah Suci dengan visa umroh atau visa non haji. ~254~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
Untuk mengurangi panjangnya antrian (waiting list), Pemerintah bisa memperjuangkan penambahan kuota jamaah haji, dengan melobi Pemerintah Arab Saudi untuk mengembalikan kuota haji sebanyak 211 ribu setiap tahunnya, seperti sebelum tahun 2012. Tapi keberhasilan upaya tersebut sangat tergantung pada kebijakan Arab Saudi. Lobi harus dilakukan secara intensif dan dengan berbagai cara. Cara lain yang feasible dilakukan ialah memperketat seleksi calon haji. Keberangkatan haji hanya diberikan kepada calon jamah yang sama sekali belum pernah berhaji, dan memperketat pengertian istith’ah. Pengelolaan keuangan haji juga menjadi isu yang krusial, karena pengalaman di masa-masa lalu seringkali pengelolaan dana haji menjadi persoalan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan oleh pihak pengelola. Prinsip transparansi, akuntabel, kejujuran dan kehati-hatian menjadi syarat mutlak yang harus bisa dipenuhi oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Badan ini harus diisi oleh figur yang benar-benar terpercaya, dan melalui proses seleksi yang juga terpercaya. E.
Kesimpulan/Rekomendasi
Sebagai bentuk komitmen Nahdlatul Ulama terhadap perbaikan pelaksanaan ibadah haji dan pemberian kesempatan kepada umat Islam yang belum berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka Muktamar NU ke-33 menyampaikan catatan dan rekomendasi sebagai berikut : 1. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, diharapkan untuk terus-menerus mencari solusi dan merumuskan kebijakan yang bisa memper pendek daftar tunggu (waiting list) bagi calon jamaah haji yang belum pernah menunaikan ibadah haji. Nahdlatul Ulama akan mendukung kebijakan yang memperketat seleksi calon jamaah haji, termasuk ~255~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
melakukan pembatasan kesempatan beribadah haji bagi umat Islam yang sudah lebih dari sekali menunaikan ibadah haji sesuai data base Kementerian Agama RI, dan memperketat syarat istith’ah dari segi kesehatan. 2. Nahdlatul Ulama meminta kepada Pemerintah agar benar-benar menerapkan prinsip kehatihatian, kejujuran, keterbukaan, dan profesionalitas dalam merekrut calon anggota yang duduk di Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan dalam mendayagunakan dana haji. 3. Nahdlatul Ulama berpandangan perlunya pemerintah segera membuat peraturan dan kebijakan tentang pengelolaan keuangan haji sebagai turunan dari UU Penegelolaaan Keuangan Haji 2014, dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri Agama (PMA) dan lainnya yang memuat aturan tentang system pengelolaan keuangan haji, baik dari aspek kelembagaan, manajemen pengelolaan, dan pemanfaatannya yang memenuhi asas keadilan, kemanfaatan, dan accuntabel. Peraturan-peraturan tersebut harus memperhatikan aspek yang telah disebutkan dalam ketentuan-ketentuan fiqh. F.
Dalil/Dasar Hukum
o
Pendapat para Ulama sbb:
1.
Pendapat Abdul Wahhab asy-Sya’rani, Kubra,(Beirut: Darul Fikr, t. th.), Juz II, h. 92
al-Mizanul
ِِ ِ َّ َواتـََّف ُق ْوا َعلَى أ .ض ْ َُن َم ْن لَ ِزَمه َ الَ ُّج فـَلَ ْم َيُ َّج َوَم ُ َّم ُّك ِن م ْن أ ََدائه َس َق َط َعْنهُ الْ َف ْر َ ات قـَْب َـل الت “para ulama sepakat bahwa sesungguhnya orang yang telah wajib ~256~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
berhaji kemudian belum berhaji dan mati sebelum memungkinkan untuk mengerjakannya maka gugur darinya kewajiban haji” 2.
Pendapat Abu Abdillah Ibn Abdurrahman ad-Dimasyqi, Rahmatul Ummah fi Ikhtilafil A’immah pada Hamisy Abdul Wahhab asy-Sya’rani, al-Mizanul Kubra, (Beirut: Darul Fikr, t. th.), Juz I, h. 125. ِ ال ُّج فـلَم َي َّج ح َّت مات قـبل التَّم ُّك ِن ِمن أَدائِِه س َق َط عْنه الْ َفرض بِا ِإلتـَِّف .اق ُ ْ َُ َ َ ْ َ َ َْ َ َ َ ُ ْ َ َْ ُ(فصل) َوَم ْن لَ ِزَمه
“pasal, dan orang yang telah wajib atasnya berhaji kemudian belum berhaji hingga mati sebelum memungkinkan untuk mengerjakannya maka gugur darinya kewajiban haji menurut kesepakatan para ulama” o
Soal UU Pengelolaan Keuangan Haji
1.
Sayyidina Umar berkata: لو هكل جدي بشط فرات لوجدتىن مسؤال عنه امام هللا يوم القيامة
“Seandainyaada kambing mati ditepi sungai Furat, saya yakin bahwa saya akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah nanti di hari kiamat.” Ini berarti bahwa pemimpin tidak boleh membuat kebijakan yang salah, yang merugikan rakyat yang dipimpinnya, bukan hanya rakyat yang berupa manusia tetapi juga yang lain seperti hewan.. 2.
Al-Mawardi, dalam Al-Hawi Kubro Jilid 8 hal 190 ;
ِ َك ِء َو َال ع ََل َاأل ْو ِص َيا ِء َو َال ع ََل املُو ِد ِع َني َو َال ع ََل املُق َ َ َ(و َال:الل َ َ ض َان ع ََل ُالو ارِض َني ِإالَّ أَ ْن يَتَ َع ّدوا ُ َّ قَا َل الشَّ ا ِف ِع ُّي َر ِ َح ُه: ُّ قَا َل املَزين:مسأةل هل يه: ويد اختلف قول الشافعي فهيا، ويد أمنية، يد ضامنة: األيدي يف أموال الغري ثالثة أقسام. وهذا كام قال: قال املاوردي.)فَيَضْ َم ُنوا ، ولك هؤالء يلزهمم ضامن ما هكل بأيدهيم، وامل�ستقرض، واملشرتي، واملساوم، وامل�ستعري، فأما اليد الضامنة فيد الغاصب.ضامنة أو أمنية؟ وأما اليد األمينة فيد الوكيل واملضارب والرشيك واملودع. ألهنم من بني متعد بيده أو معارض عىل ما يف يده،وإن اكن هالكه بغري تعدهيم وال معاوض عىل غري، ألنه ليس فهيم متعد بيده، فهؤالء لكهم ال ضامن علهيم ما مل يتعدوا ويفرطوا،وامل�ستأجر واملرهتن
~257~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
“al-Muzani berkata: as-Syafi’i rahimahullah berkata: {dan tidak ada tanggungan atas para wakil, para pemegang wasiat, para yang dititipi, orang yang dihutangi, kecuali jika mereka melewati batas, maka mereka harus menanggung}. Al-Mawardi berkata: ini seperti yang dikatakannya: tanggungjawab terhadap harta orang lain ada tiga bagian: tanggungjawab dengan kewajiban menanggung, dan tanggungjawab amanah, dan tanggungjawab yang imam pendapat imam as-syafi’i berbeda apakah masuk tanggungan atau amanah. Sedangkan tanggungjawab tanggungan adalah tanggungjawab orang yang ghashab, peminjam, pembeli, penghutang, wajib bagi semuanya untuk menanggung apa yang rusak dalam tanggungannya, walaupun rusaknya tanpa kesengajaan mereka, karena mereka di antara kesalahan ketika dalam tanggugjawabnya atau bertentangan terhadap apa yang ada dalam tanggungannya. Sedangkan tanggungjawab amanah seperti tanggungjawab wakil, pengelola mudharabah, pengelola kerjasama (musyarakah), orang yang dititipi, orang yang menyewa, dan orang yang penerima gadai. Mereka semua tidak menanggung selagi tidak kelewat batas dan tidak lalai, karena dia tidak kelewat atas tanggungjawabnya dan tidak mengganti atas lainnya.” 3.
Al-Mausu’at Al-Fiqhiyyah Jilid 7 hal. 67-68 :
هؤالء يترصفون فامي يلونه من أموال اليتاىم.من ميكل الترصف يف املال دون الرقبة اكلويل والويص وانظر الوقف والوكيل والقايض والسلطان والقرص وأموال الوقف واملولك وبيت املال بإذن رشعي ومه أمناء عىل هذه األموال ونظرمه فهيا يكون مبا فيه احلظ ألرابهبا وذلكل جيوز هلم ولإلمام النظر فامي يرجع إىل بيت املال ابلتمثري واإلصالح... اىل أن قال.. .إمناء هذه األموال ألنه أوفر حظا “seorang yang memiliki kewenangan menashorufkan harta selain budak seperti wali, penerima wasiat, nadzir waqaf, wakil, qadhi, dan sulthan, mereka mentashorufkan terhadap tanggungjawabnya dari harta anak yatim, harta wakaf, orang yang mewakilkan, baitul mal, dengan izin syar’i, mereka bertanggungjawab atas harta-harta ini dan pandangannya atasnya sesuai dengan kewenangannya dari pemiliknya. Karena itu boleh baginya untuk menginvestasikan harta tersebut, karena hal itu tanggungjawab utamanya… dan bagi imam boleh menetapkan kebijakan terhadap harta yang kembali ke baitul mal dengan mengembangkan dan memperbaiki.” ~258~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
o
Tentang Istitho’ah :
الل غَ ِ ٌّن ع َِن الْ َعال َ ِم َني َ َّ ِفي ِه َآيتٌ بَيِّنَاتٌ َّمقَا ُم ِإ ْب َرا ِه َمي َومَن َدخ َ َُل َك َن آ ِمنًا َو ِ َّ ِل ع ََل النَّ ِاس ِح ُّج الْ َبي ِْت م َِن ا�سْتَ َطا َع ِإل َ ْي ِه َسب ًِيل َومَن َك َف َر فَإ َِّن “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. QS. Ali Imran: 97 1.
Syekh Abu Bakr Muhammad ibn ‘Abdillah al-Ma’afiry alIsybily al-Maliky al-Ma’ruf bi Ibn ‘Araby, juz 1, 2001:309
ومن مل يقدر عىل امليش فالركوب زايدة عىل حصة،(والا�ستطاعة ما يكسب سلوكها ويه حصة الابدان ووجود القوت ملن يقدر عىل امليش )البدن ووجود القوت “dan mampu adalah apa yang diperoleh dari perilakunya, yaitu sehat badan, ada biaya/perbekalan bagi orang yang bisa berjalan, dan orang yang tidak bisa berjalan maka memakai kendaraan, sebagai tambahan atas sehat badan dan adanya biaya/perbekalan”. 2. Menanggapi Asyhab, apakah maksud istitha’ah adalah bekal dan perjalanan? Ibn ‘Araby mengatakan, “ وال صفة، واخر يقدر ان مييش عىل رجليه، وقد جيد الزاد والراحةل وال يقدر عىل السري، وما ذكل الا قدر طاقة الناس، قال ال وهللا .يف ذكل ابني مما انزل هللا وهذا ابلغ يف البيان منه “dia berkata: tidak, demi Allah. Hal tersebut tidaklah kecuali sesuai kemampuan manusia, terkadang telah mempunyai harta dan kendaraan dan tidak mampu untuk bepergian, dan yang lain mampu berjalan dengan dua kakinya, dan tidak ada penjelasan yang lebih baik dari apa yang dijelaskan dalam ayat al-quran”.
~259~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
G.
Rencana Aksi/Tindak Lanjut
1.
PBNU periode mendatang perlu secara proaktif merumuskan gagasan-gagasan solutif untuk mengatasi daftar antrian calon jamaah haji yang sangat panjang dan menyampaikannya ke Kementerian Agama sebagai bahan untuk pembuatan kebijakan.
2.
PBNU juga perlu menginventarisasi nama-nama tokoh yang memiliki reputasi dan integritas yang layak untuk diusulkan duduk di BPKH.
VI. PERLINDUNGAN TKI DAN PENCATATAN NIKAH BAGI TKI BERAGAMA ISLAM DI LUAR NEGERI
A.
Latar Belakang
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi Warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Cina, Arab Saudi, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, dan lainnya) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. Adapun untuk TKI perempuan seringkali disebut sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW). TKI sering disebut sebagai pahlawan devisa, karena penghasilan (upah) yang mereka terima kemudian banyak yang dikirim ke Tanah Air untuk menghidupi keluarga mereka. Jumlah TKI setiap tahunnya terus meningkat. Berikut jumlah TKI berdasarkan data dari BNP2TKI.
~260~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
No
Tahun
Jumlah TKI
1
2011
586.802 orang
2
2012
494.609 orang
3
2013
512.168 orang
4 5
2014
429.872 orang
2015 2015(s.d 28 Februari)
47.957 orang
Banyak persoalan terkait keberadaan TKI di luar negeri akhir-akhir ini, terutama mengenai belum maksimalnya negara memberikan perlindungan bagi tenaga kerja yang menghadapi masalah, dan hak-hak TKI yang beragama Islam dalam mendapatkan pelayanan pencatatan sipil di luar negeri. Di samping itu, kebijakan menghapuskan untuk sementara waktu pengiriman TKW sebagai pekerja rumah tangga di luar negeri juga menimbulkan persoalan tersendiri. Kini banyak keluarga di daerah yang menjadi basis pengiriman TKW yang bekerja di sektor rumah tangga khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan vital rumah tangganya, terutama untuk biaya pendidikan dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Selama belum ada pekerjaan lain yang menjadi alternatif di daerah tempat tinggalnya, penghapusan pengiriman TKW ke luar negeri akan menimbulkan masalah sosial baru. Ketentuan yang mengatur tentang perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Dalam berbagai kesempatan Pemerintah menyampaikan bahwa Negara belum mampu memberikan ~261~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
perlindungan yang menyeluruh. Undang-Undang tentang Penem patan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia mengandung ketidakpastian hukum, pembagian tugas dan wewenang yang tidak proporsional antara pemerintah dan swasta, sehingga menimbulkan ketidakefektifan hukum, dan sistem perlindungan dan pengelolaan yang kurang berpihak kepada pekerja Indonesia di luar negeri. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan perubahan mendasar terhadap Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yakni dibentuknya suatu undang-undang yangbaru yang menitik beratkan pengaturan pada perlindungan pekerja Indonesia di luar negeri. Dalam undang-undang ini, peran perlindungan pekerja Indonesia di luar negeri diserahkan kepada Pemerintah baik pusat maupun Daerah, dimulai dari masa pra penempatan, penempatan dan pasca penempatan. Pihak swasta hanya diberi peran sebagai pelaksana penempatan pekerja Indonesia di luar negeri, kecuali untuk pekerja Indonesia di luar negeri yang bekerja di sektor domestik. Sementara itu, persoalan lain yang dihadapi oleh pekerja Indonesia di luar negeri ialah mengenai hak-hak pelayanan dokumen pencatatan sipil dalam peristiwa perkawinan, khususnya bagi TKI muslim. Layanan pencatatan perkawinan bagi WNI di luar negeri masih belum memenuhi keinginan masyarakat. Sesuai PP 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU Perkawinan, pasal 2 ayat (1)dinyatakan bahwa pencatatan perkawinan bagi WNI yang beragama Islam dilakukan oleh Pegawai Pencatat sebagaimana dimaksud UU No. 32 tahun 1954 Tentang Pencatatan Nikah Talak dan Rujuk. Pemerintah telah menetapkan sejumlah peraturan tentang layanan pencatatan nikah WNI di luar negeri. Regulasi yang ada adalah: ~262~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
1. Keputusan Bersama Menag dan Menlu No. 589 tahun 1999, Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perkawinan WNI di Luar Negeri. 2. Keputusan Menag No. 463 tahun 2000, Tentang Pendelegasian wewenang pengangkatan Pegawai Pencatat Nikah di Luar Negeri Berdasarkan aturan tersebut di atas, Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang ada di Kantor Perwakilan RI diangkat oleh Kepala Perwakilan RI LN atas mandat atau pelimpahan wewenang dari Menteri Agama, yang diambil dari pegawai Konsuler perwakilan tersebut. Namun demikian, harus diakui bahwa terdapat berbagai keterbatasan kondisi PPN di luar negeri seperti kompetensi dan penguasaan ilmu munakahat dan administrasi pencatatan nikah. Untuk itu Nahdlatul Ulama sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia, memiliki kepentingan untuk memperjuangkan terlayaninya pencatatan perkawinan TKI di luar negeri, melalui adanya peraturan perundangan yang ditetapkan pemerintah yang dapat menjamin terpenuhinya hak-hak warga Negara, khususnya terkait pencatatan sipil di luar negeri. Para TKI tersebut sebagian besar adalah warga NU. B.
Permasalahan 1. Peraturan perundang-undangan yang mengatur penempatan dan perlindungan tenaga kerja di luar negeri masih mengandung banyak kelemahan sehingga posisi tenaga kerja sering dirugikan dan Negara kurang bisa mem be rikan perlindungan secara maksimal kepada TKI yang bermasalah. Undang-undang yang ada tidak mengatur keberadaan TKI yang bekerja di sektor informal, seperti pekerja rumah tangga.
~263~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
2. Terdapat berbagai keterbatasan kondisi PPN di luar negeri seperti kom petensi dan penguasaan ilmu munakahat dan administrasi pencatatan nikah, karena Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang ada di Kantor Perwakilan RI selama ini adalah diangkat oleh Kepala Perwakilan RI LN atas mandat atau pelimpahan wewenang dari Menteri Agama, yang diambil dari pegawai Konsuler perwakilan tersebut. 3. WNI yang membutuhkan layanan pencatatan perkawinan di luar negeri belum mendapatkan pelayanan yang maksimal dari Kantor Perwakilan RI di luar negeri. 4. Banyak WNI yang menjadi tenaga kerja dan belajar di luar negeri belum mendapatkan pelayanan Negara secara maksimal seperti halnya bimbingan dan pelayanan keagamaan. C.
Tujuan 1. Mendorong dilakukannya perubahan dan penyempurnaan UU No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indo nesia di Luar Negeri, agar perlindungan kepada TKI bisa diberikan negara secara maksimal, serta ada pengaturan terhadap pekerja rumah tangga di luar negeri. 2. Mendorong adanya kebijakan pemerintah yang didu kung regulasi sebagai landasan untuk menunjuk atau menugaskan PPN yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang baik untuk melaksanakan pelayanan pencatatan nikah di Kantor Perwakilan RI.
~264~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
D.
Analisa
Seiring dengan makin kompleks dan berkembangnya kebutuhan ketenagakerjaan di luar negeri, maka sering terjadi kasus-kasus yang dialami TKI di luar negeri. Persoalan tersebut terjadi baik disebabkan faktor personal dari TKI maupun yang disebabkan oleh kurang maksimalnya perlidungan yang diberikan oleh Negara kepada TKI di luar negeri yang diakibatkan oleh lemahnya regulasi yang ada. Kebijakan penghapusan pengiriman TKI pekerja rumah tangga ke luar negeri diperkirakan berlangsung untuk sementara waktu. Artinya, di waktu-waktu mendatang Indonesia masih akan menangani dan menghadapi persoalan pengiriman pekerja rumah tangga ke luar negeri dengan segala problemnya. Selama lapangan kerja di dalam negeri tidak dipersiapkan dengan baik oleh Negara, kebijakan melarang pengiriman TKI ke luar negeri di sektor informal tidak akan berjalan efektif. Karena itu, kondisi ini perlu diantisipasi melalui penyempurnaan regulasi, termasuk adanya ketentuan yang mengatur pekerja sektor informal di luar negeri seperti pekerja rumah tangga, karena jumlahnya sangat besar. Penghargaan Negara kepada para “pahlawan devisa” bisa diwujudkan dengan memberikan perlindungan secara maksimal, terutama ketika TKI yang berada di luar negeri menghadapi masalah. Selain masalah sebagaimana yang sering terungkap di media massa, para TKI juga menghadapi persoalan yang berkaitan dengan pencatatan sipil, yaitu soal administrasi pencatatan nikah bagi TKI yang beragama Islam. Selama ini Pegawai Pencatat Nikah (PPN) yang ada di Kantor Perwakilan RI diangkat oleh Kepala Perwakilan RI LN atas mandat atau pelimpahan wewenang dari Menteri ~265~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
Agama, yang diambil dari pegawai Konsuler perwakilan tersebut. Karena tidak dipersiapkan khusus untuk menangani bidang ini sering dijumpai berbagai keterbatasan kondisi PPN di luar nege ri, seperti lemahnya kompetensi dan penguasaan ilmu munakahat serta administrasi pencatatan nikah. Jika kondisi seperti ini tidak dicarikan jalan keluarnya, dikhawatirkan akan menimbulkan keraguan di kalangan TKI yang akan melangsungkan peristiwa penting dalam hal ini pernikahan di luar negeri. Dan hal itu akan berimplikasi pada kegiatan up-date database kependudukan kita. E.
Kesimpulan/Rekomendasi
Dalam rangka menunjukkan kepedulian Nahdlatul Ulama terhadap perbaikan nasib kaum pekerja, terutama TKI di luar negeri, maka Muktamar NU ke-33 menyimpulkan dan membuat catatan rekomendasi yang ditujukan kepada Pemerintah sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan perubahan Undang-undang No. 39 tahun 2004 tentang Pe nem patan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri untuk lebih memperkuat pemberian perlindungan kepada TKI di luar negeri, terma suk dalam bentuk pelayanan pencatatan perkawinan bagi TKI di luar negeri. 2. Perlu dibuat regulasi atau kebijakan dalam penugasan petugas pencatat nikah (PPN) yang memiliki kua lifikasi dan kompetensi yang baik untuk melaksanakan pelayanan pencatatan nikah di Kantor Perwakilan RI. Dalam kerangka ini juga diharapkan Pemerintah bisa membentuk Atase Agama di Kantor Perwakilan RI, terutama di negara-negara yang menjadi kantongkantong Tenaga Kerja Indonesia seperti di Malaysia, Saudi Arabia, Hongkong dan negara-negara lainnya.
~266~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
F.
Dalil/Dasar Hukum
o
Kaidah Fikih dalam Qawaid al-AHkam fi Mashalih al-Anam karya Izzuddin Abd al-Salam jilid I halaman 51 :
مفن وفقه هللا للوقوف عىل ترتيب املصاحل عرف فاضلها من..... للوسائل أحاكم املقاصد فالو�سيةل إىل أفضل املقاصد يه أفضل الوسائل مفضولها “untuk perantara hukum-hukum tujuan, maka perantara pada tujuan terbaik adalah perantara terbaik. Barangsiapa diberikan pertolongan oleh Allah untuk memegang kewenangan mengurutkan kemashlahatan maka ia mengerti mana kemashlahatan yang lebih utama daripada kemashlahatan di bawahnya” ٌ َص ُف ْ ِالمَا ِم ع ََل َّالر ِعيَّ ِة َمن ُوط ِبلْ َم ْصلَ َح ِة ُّ َ ت “kebijakan pemimpin atas rakyatnya harus selaras dengan kemaslahatan” G.
Rencana Aksi/Tindak Lanjut
Untuk merealisasikan catatan rekomendasi bidang ketenagakerjaan seperti tersebut di atas, maka PBNU periode mendatang diharapkan bisa menjalin kerjasama dengan sejumlah LSM yang selama ini memiliki concern dalam masalah perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri, untuk merumuskan pokok-pokok pikiran strategis yang diperlukan bagi penyusunan materi perubahan UU No. 39 tahun 2004. Di samping itu, PBNU juga secara khusus perlu berkomunikasi dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Agama untuk mengakomodasi usulan Muktamar NU ke-33 tentang pengadaan tenaga PPN di luar negeri yang punya kompetensi dan kemampuan keilmuan (bidang munakahat) yang standar.
~267~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
VII. PERBAIKAN PENGELOLAAN BPJS KESEHATAN A.
Latar Belakang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai sebuah sistem jaminan sosial ditetapkan melalui Undang-Undang nomor 40 tahun 2004. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara untuk menjamin warga negaranya memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak. Dasar hukum SJSN adalah UUD 1945 dan perubahannya tahun 2002, pasal 5, pasal 20, pasal 28, pasal 34, serta TAP MPR RI No. X/MPR/2001 yang menugaskan kepada Presiden RI untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional. UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN serta UU nomor 24 tahun 2011 mengamanatkan pemerintah untuk menggantikan programprogram jaminan sosial yang ada sebelumnya (Askes, Jamsostek, Taspen, dan Asabri) yang dinilai kurang berhasil memberikan manfaat yang berarti kepada penggunanya, karena jumlah pesertanya, nilai manfaat program yang kurang memadai serta persoalan manajemen. Manfaat program Jamsos tersebut cukup komprehensif: meliputi jaminan hari tua, asuransi kesehatan nasional, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Program ini akan mencakup seluruh warga negara Indonesia, baik pekerja sektor formal, informal, atau wira swastawan. SJSN dibuat sesuai dengan “paradigma tiga pilar”: - Program bantuan sosial untuk anggota masyarakat yang tidak mempunyai sumber keuangan atau akses terhadap pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pokok mereka. ~268~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
- Program asuransi sosial yang bersifat wajib, dibiayai oleh iuran yang ditarik dari perusahaan dan pekerja. Iuran yang harus dibayar oleh peserta ditetapkan berdasarkan tingkat pendapatan/gaji, dan berdasarkan suatu standar hidup minimum yang berlaku di masyarakat. - Asuransi yang ditawarkan oleh sektor swasta secara sukarela, yang da pat dibeli oleh peserta apabila mereka ingin mendapat perlindungan sosial lebih tinggi daripada jaminan sosial yang mereka peroleh dari iuran program asuransi sosial wajib. Program Jamsos diselenggarakan menurut asas: -
Saling menolong (gotong royong): peserta yang lebih kaya akan membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang mempunyai risiko kecil akan membantu peserta yang mempunyai risiko lebih besar, dan mereka yang sehat akan membantu mereka yang sakit.
-
Kepesertaan wajib: seluruh penduduk Indonesia secara bertahap akan diwajibkan untuk berpartisipasi dalam program Jamsosnas.
-
Dana amanah (trust fund): dana yang dikumpulkan dari peserta akan dikelola oleh beberapa Badan Pengelola Jamsosnas dalam sebuah dana amanah yang akan dipergunakan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh peserta.
-
Nirlaba: dana amanah ini harus bersifat nirlaba dan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan jaminan sosial seluruh peserta.
-
Keterbukaan, pengurangan risiko, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas: dasar pengelolaan ini akan digunakan sebagai dasar pengelolaan program Jamsosnas. ~269~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
Program Jaminan Kesehatan Sosial Nasional (JKSN) ditujukan untuk memberikan manfaat pelayanan kesehatan yang cukup komprehensif, mulai dari pelayanan preventif seperti imunisasi dan Keluarga Berencana hingga pelayanan penyakit katastropik seperti penyakit jantung dan gagal ginjal. Baik institusi pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta dapat memberikan pelayanan untuk program tersebut selama mereka menandatangani sebuah kontrak kerja sama dengan pemerintah. Dari sisi kepesertaan, hingga akhir April 2015 peserta BPJS Kesehatan mencapai 142.711.701 orang, peserta BPJS Ketenagakerjaan 16,2 juta, dengan dana terhimpun sebesar Rp 177 Triliun lebih. Data BPJS Kese hatan mencatat, terjadi defisit pada laporan tahun lalu. Total iuran yang dikumpulkan BPJS Kesehatan sebanyak Rp 41,06 triliun. Sedangkan, total manfaat dan klaim yang dibayar sebesar Rp 42,6 triliun. Akibatnya, rasio klaimnya tembus hingga 103,88 persen. Defisit itu ditutup dengan menggunakan dana cadangan teknis sebesar Rp 6 triliun. BPJS mengalami kendala keuangan yang berimbas pada beberapa rumah sakit mitra yang mulai terancam tutup tak memiliki dana karena menunggu pencairan. B.
Permasalahan Untuk BPJS Kesehatan terdapat dua permasalahan, yaitu permasalahan teknis dan operasional, dan permasalahan menyangkut landasan hukum (syari’ah). Permasalahan Teknis 1. Belum imbangnya fasilitas pendukung kesehatan dengan jumlah peserta. ~270~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
2. Tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan sehingga dalam waktu singkat jumlahnya meningkat pesat. 3. Sebagian besar peserta adalah masyarakat awam terutama kalangan PBI (Peserta Bebas Iuran) yang iurannya dibayar pemerintah. 4. Masih tergagapnya manajemen menangani jutaan peserta. 5. Belum siapnya koordinasi antara penyelenggara dengan sejumlah rumah sakit. 6. Pembayaran yang terlalu murah untuk jasa pelayanan di rumah sakit sehingga banyak rumah sakit swasta yang belum bisa dan sanggup melayani pasien BPJS. 7. Belum sinkronnya kebijakan pusat dengan sejumlah kebijakan daerah tentang kesehatan warganya. Misalnya, di sejumlah daerah masih diberlakukan dengan anggaran sendiri untuk pelayanan kesehaan warganya (Tangerang, misalnya). 8. Belum terpadunya program Indonesia Sehat (KIS).
ini
dengan
Kartu
Permasalahan yang terkait dengan Syariah 1. Selama ini setoran BPJS hanya bisa dilakukan di bank-bank negara konvensional. Apakah tidak dimungkinkan setoran iuran BPJS dilakukan melalui bank syariah sebagai alternatif dua pintu (sebagaimana usulan dari MUI). 2. Belum ada penjelasan detil dan akad baru bagi peserta yang menjelaskan bahwa iuran yang dibayarkan ~271~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
merupakan iuran kegotong-royongan yang hanya memberi nilai manfaat jika yang bersangkutan sakit. Bagi yang tidak sakit diniatkan sebagai sedekah kepada yang sakit. 3. Belum ada fatwa tentang asuransi (takmin) berkaitan dengan BPJS, karena BPJS Ketenagakerjaan dan juga BPJS Kesehatan keduanya sebenarnya mengambil pola asuransi. 4. Perlu penjelasan lebih detil tentang peran Pemerintah dalam memberi layanan kesehatan rakyatnya (tinjauan fiqh siyasi), apakah termasuk wajib sehingga akan menekan pemerintah untuk mengucurkan anggaran. C.
Tujuan 1. Mendorong terjadinya perbaikan pengelolaan program BPJS sehingga masyarakat tidak dirugikan dan hakhak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan bidang kesehatan oleh Negara bisa dipenuhi sebagaimana mestinya. 2. Memastikan bahwa penyelenggaraan program BPJS tidak bertentangan dengan prinsip dan ketentuan syar’iy, dan mewujudkan adanya kepastian dan landasan hukum pengelolaan program BPJS secara syar’iy.
D.
Analisa
Program BPJS merupakan program nasional yang menghimpun dana dari masyarakat yang sangat besar dan karena itu program ini sangat rentan dengan berbagai persoalan. Sebagai program yang mengelola dana ma sya rakat, pada masa-masa awal penyelenggaraan program BPJS masih menghadapi banyak kendala, dan masyarakat merasa dirugikan. ~272~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
Dalam implementasinya di lapangan, sampai saat ini masih sering dijumpai keluhan masyarakat yang menjadi peserta BPJS yang merasa dinomorduakan dalam mendapatkan hak pelayanan kesehatan dibanding masyarakat yang menggunakan fasilitas umum non-BPJS. Sementara itu juga muncul banyak keluhan dari pihak rumah sakit dan tenaga medis yang melaksanakan pro gram BPJS. Karena itu, Pemerintah sebagai pihak yang punya otoritas dalam mengelola program BPJS harus segera melakukan perbaikan pelak sa na an program BPJS di lapangan. Jika tidak dilakukan perbaikan, dikhawatirkan akan menimbulkan masalah dalam pelayanan bidang kesehatan. Meski jumlah masyarakat yang menjadi peserta program ini relatif besar (akhir April 2015 peserta BPJS Kesehatan mencapai 142.711.701 orang, peserta BPJS Ketenagakerjaan 16,2 juta, dengan dana terhimpun sebesar Rp 177 Triliun lebih), masih banyak kelompok masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi. Hal itu disebabkan sejumlah alasan, termasuk di antaranya alasan landasan syar’iy yang tidak jelas dari sistem BPJS yang diterapkan. Perihal kejelasan landasan syar’iy ini juga perlu mendapatkan perhatian Pemerintah. E.
Kesimpulan/Rekomendasi
Untuk memperbaiki pengelolaan program BPJS dan mencegah terjadinya praktek yang bisa merugikan hak-hak masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, Muktamar NU ke-33 membuat catatan rekomendasi sebagai berikut: 1. Pemerintah perlu secara serius memperhatikan pelaksanaan program BPJS di lapangan termasuk pengawasan dan mencermati faktor-faktor yang menjadi penyebab kurang lancarnya pelaksanaan program BPJS selama ini, diikuti dengan pembuatan kebijakan yang tepat untuk menjamin terlaksananya program BPJS dengan baik. ~273~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
2. Muktamar NU mengusulkan agar pemerintah memberikan alternative penyelenggaraan program BPJS dengan prinsip dan ketentuan syar’iy dalam segala aspek, dan mewujudkan adanya kepastian dan landasan hukum pengelolaan program BPJS secara syar’iy, dengan melibatkan ulama atau pihak-pihak yang berkompeten dalam bidang ini. F.
Dalil/Dasar Hukum
Pada dasarnya, BPJS berjalan dengan prinsip asuransi. 1. Muktamar NU ke 32 di Makassar telah menetapkan bahwa SJSN tidak masalah dan dianggap memberi manfaat, terutama bagi kalangan lemah ekonomi. Putusan Muktamar ke 32 juga menganjurkan agar pekerja sektor informal, cacat mental dan fisik, bisa dimaksukkan dalam mereka yang dibiayai pemerintah. 2. Keputusan Konferensi Besar NU tahun 1960 yang memutuskan hukum asuransi jiwa sebagai sesuatu yang haram karena dianggap judi, berbeda dengan prinsip BPJS yang saling menanggung dan saling membantu (takaful dan ta’awun). 3. Konsep dengan nama asuransi mutual, kerja sama (ta’awuni), atau takmin ta’awuni merupakan rekomendasi fatwa Muktamar Ekonomi Islam yang bersidang pertama tahun 1976 M di Mekah yang dikuatkan lagi dalam sidang Majma’ Fiqh Islami ‘Alami (Lembaga Fiqih Dunia) pada 21 Desember 1985 di Jeddah. Majma’ Fiqih secara ijma’ mengharuskan pengorasian asuransi jenis kerja sama (ta’awuni) menggantikan jenis asuransi konvensional serta menyerukan umat Islam dunia menggunakan asuransi ta’awuni. ~274~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
4. Masih menjadi khilaf dalam menghukumi asuransi di kalangan ulama mutakhir. Sayyid Sabiq dalam Fiqh al-Sunnah, Abdullah al-Qalqili, Muhammad Yusuf al-Qardhawi, dan Muhammad Bakhit al-Muth’i mengangap asuransi sebagai haram karena sama dengan judi dan mengandung gharar. Sedangkan Syaikh Abd. Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad Zarqa (guru besar Hukum Islam pada fakultas Syari‘ah Universitas Suriah), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Islam Universitas Cairo Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (penulis al-Muamalah al-Haditsah wa Ahkamuha)membolehkan sepanjang ada kerelaan kedua belah pihak dan kedua belah pihak diuntungkan. 5. Perlu penjelasan detil dan akad baru bagi peserta bahwa iuran yang dibayarkan merupakan iuran kegotongroyongan yang hanya memberi nilai manfaat jika yang bersangkutan sakit. Bagi yang tidak sakit bersedekah kepada yang sakit. 6. Perlu lebih jelas fatwa tentang asuransi (takmin) karena hal ini menyangkut BPJS Ketenagakerjaan dan juga BPJS Kesehatan yang keduanya sebenarnya mengambil pola asuransi. 7. Perlu penjelasan lebih detil tentang peran pemerintah dalam memberi layanan kesehatan rakyatnya (tinjauan fikih siyasi), apakah termasuk wajib sehingga akan menekan pemerintah untuk mengucurkan anggaran.
~275~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
G.
Rencana Aksi/Tindak Lanjut
Sebagai langkah tindak lanjut, PBNU periode mendatang perlu segera menyusun fatwa hukum atau menjelaskan landasan syar’iy program BPJS, melalui pembahasan dalam forum bahtsul masail diniyah waqi’iyah, sehingga tidak menimbulkan keraguan di sebagian kalangan.
Jombang, 4 Agustus 2015
~276~
Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU~
PIMPINAN SIDANG KOMISI BAHTSUL MASAIL AD-DINIYAH Al-QONUNIYAH Prof. Dr. H.M. Ridwan Lubis Ketua Drs. H. Salahuddin Al Ayyubi, MSi Sekretaris Tim Perumus Ketua Merangkap Anggota : Prof. Dr. H.M. Ridlwan Lubis Sekretaris Merangkap Anggota : Drs. H. Solahuddin Al Aiyubi, MS.i Anggota: 1. Dr. Zaki Mubarak, MA 2. Abdul Jamil Wahab, M.Si 3. K.H. Najib Hasan 4. Drs. Anwar Saadi 5. Musthafa Hilmi 6. Drs. H. Saifullah Ma’shum, M.Si 7. Masykuruddin Hafiz 8. Hasyim Asy’ari 9. Abdulghoffar Rozien 10. H. Otong Abdurrahman 11. H. Zaini Rahman 12. Abdul Malik Haramain 13. Idris Sholeh 14. Masyhuri Malik 15. Imam Mukhlis Afandi 16. Zaimul Umam
~277~
~Bahtsul Masail ad-Diniyyah al-Qonuniyah NU
~278~
Komisi Program~
KOMISI PROGRAM
~279~
~Komisi Program
KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA NOMOR: 003/MNU-33/VIII/2015 TENTANG PROGRAM KERJA NAHDLATUL ULAMA بسم اهلل الرحمن الرحيم MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA Menimbang
:
a. bahwa menjadi tugas Muktamar sebagai instansi tertinggi dalam organisasi Nahdlatul Ulama untuk menetapkan Program Kerja Nahdlatul Ulama yang merupakan pedoman kerja Nahdlatul Ulama dalam berkhidmat kepada umat sesuai dengan khittah dan didirikannya Perkumpulan atau Jam’iyah Nahdlatul Ulama; b. bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam dan ajarannya mendorong kegiatan pemeluknya untuk mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat; c. bahwa Nahdlatul Ulama sebagai bagian adari masyarakat bangsa sejak kelahirannya bertekad memperjuangkan berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlussunah wal Jama’ah menurut salah satu madzhab empat untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kesejahteraan umat; d. bahwa Nahdlatul Ulama sebagai Perkumpulan atau Jam’iyah Diniyah Islamiyah yang bergerak di bidang agama, pendidikan, sosial, kesehatan, pemberdayaan ekonomi umat dan berbegai bidang yang mengarah kepada terbentuknya khaira ummah, perlu secara terus menerus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas dan kuantitas khidmahnya; ~280~
Komisi Program~
e. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a, b, c, dan d tersebut di atas, Muktamar XXXIII perlu menetapkan Program Kerja Nahdlatul Ulama masa khidmat 2015-2020; Mengingat : a. Keputusan Muktamar XXXIII Nahdlatul Ulama Nomor 001/ MNU-33/VIII/2015 Peraturan Tata Tertib Muktamar XXXIII; b. Keputusan Muktamar XXVII Nahdlatul Ulama Nomor 002/ MNU-27/1984 jo. Keputusan Munas Alim Ulama Nomor II/ MAUNU/1401/4/1983 tentang Pemulihan Khittah Nahdlatul Ulama 1926; Memperhatikan : a. Amanat Presiden Republik Indonesia dan Khutbah Iftitah Pejabat Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada pembukaan Muktamar tanggal 16 Syawal 1436 H/1 Agustus 2015 M; b. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa khidmad 2010-2015 pada Sidang Pleno II Muktamar ke 33 Nahdlatul Ulama tanggal 18 Syawal 1436 H/3 Agustus 2015 M. c. Laporan dan pembahasan Hasil Sidang Komisi Program yang disampaikan pada Sidang Pleno III Muktamar pada tanggal 19 Syawal 1436 H./4 Agustus 2015 M. d. Ittifak Sidang Pleno III Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama pada tanggal 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M; Dengan senantiasa memohon taufiq, hidayah serta ridlo Allah SWT:
~281~
~Komisi Program
MEMUTUSKAN : Menetapkan
:
KEPUTUSAN MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA TENTANG PROGRAM KERJA NAHDLATUL ULAMA MASA KHIDMAT 2015-2020; Pertama : Isi beserta uraian perincian sebagaimana dimaksud oleh keputusan ini terdapat dalam naskah Program Kerja Nahdlatul Ulama sebagai pedoman kerja Nahdlatul Ulama masa Khidmat 2015-2020; Kedua : Mengamanatkan kepada Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, Pengurus Cabang Istimewa, Pengurus Majelis Wakil Cabang, Pengurus Ranting, dan Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama untuk melaksanakan program yang ditetapkan dalam Program Kerja Nahdlatul Ulama; Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan di : Jombang, Jawa Timur Pada tanggal : 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M
MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA PIMPINAN SIDANG PLENO III Drs. KH. Ahmad Ishomuddin, MAg Ketua KH. Yahya Cholil Staquf Sekretaris ~282~
Komisi Program~
HASIL SIDANG KOMISI PROGRAM TENTANG RENCANA PROGRAM JANGKA PANJANG 2015-2026 NAHDLATUL ULAMA
I. Model Perencanaan Program Nahdlatul Ulama 1. Perencanaan Program Jangka Panjang (10 tahun)
Disahkan di Muktamar NU. Berisi garis-garis besar arah pelaksanaan dan pengembangan program untuk jangka 10 tahun. Keputusan Muktama ini bersifat mengikat untuk semua tingkatan struktur kepengurusan NU (PBNU, PWNU, PCNU, MWC, Ranting dan Anak Ranting).
2. Perencanaan prioritas Program 5 tahun
Disusun berdasarkan Program Jangka Panjang oleh pengurus PBNU bersama PWNU dalam forum Rapat Pimpinan Terbatas yang khusus diselenggarakan untuk itu. Peserta Rapim Terbatas terdiri dari Pengurus Harian NU dan Ketua/Sekretaris PWNU se Indonesia dan Ketua/Sekretaris Lembaga dan Badan khusus di tingkat PBNU. Hasil Keputusan Rapim Terbatas ini bersifat mengikat untuk semua tingkatan struktur kepengurusan NU.
3. Perencanaan Tahunan Di susun berdasar perencanaan prioritas 5 tahunan. Perencanaan tahunan ini dilakukan oleh masing-masing tingkatan struktur organisasi NU dengan melibatkan Lembaga atau Badan Khusus.
~283~
~Komisi Program
KEPUTUSAN MUKTAMAR MUKTAMIRIN
RENCANA PROGRAM JANGKA PANJANG (10 Tahun) RENCANA PRIORITAS
RAPAT PIMPINAN NU PBNU, PWNU, Per. Org.
PROGRAM LIMA TAHUNAN
RAPAT KERJA TAHUNAN
RENCANA PROGRAM TAHUNAN
PBNU – Perangkat Organisasi PWNU – Perangkat Organisasi PCNU – Perangkat Organisasi
II. ANALISIS EKSTERNAL NU 2.1. Nasional A. Kependudukan Berdasarkan sensus pada 2010, jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,56 juta, padahal diprediksi hanya 232 juta (BPS, 2010), itu artinya Indonesia mengalami surplus sebesar 5,5 juta penduduk. Proyeksi BPS pada 2015 sebanyak 248 juta, tetapi tercapai pada tahun 2012. Dari sisi perbandingan jenis kelamin, dalam empat tahun terakhir jumlah laki-laki lebih banyak dibanding perempuan yaitu pada 2010 jumlah laki-laki 119.630.913, perempuan 118.010.413; pada tahun 2011, laki-laki 121.413.414, perempuan 119.768.768; pada tahun 2012 laki-laki ~284~
Komisi Program~
sebesar 123.222.475, perempuan 121.553.322; pada tahun 2013 laki-laki 125.058.484, perempuan 123.364.472 (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013). Dari sisi kelompok umur, penduduk usia produktif terutama pada kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun, lebih banyak baik laki-laki maupun perempuan. Sementara jumlah kelompok penduduk usia tua juga cukup besar, terutama perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa usia harapan hidup semakin tinggi. Pada tahun 2012, Angka Harapan Hidup (AHH) Indonesia mencapai 69,87 tahun lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai AHH tahun 2011 sebesar 69,65 tahun. Provinsi dengan nilai AHH tertinggi terdapat di DKI Jakarta dengan nilai 73,49 dan DI Yogyakarta sebesar 73,33. Provinsi dengan nilai AHH terendah terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 62,73 dan Kalimantan Selatan sebesar 64,52 (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013). Estimasi kepadatan rata-rata penduduk di Indonesia sebesar 130 penduduk per km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Pulau Jawa. Kepadatan penduduk terendah terdapat di Pulau Papua dan Kalimantan. Kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 15.063 penduduk per km2, Jawa Barat sebesar 1.285 penduduk per km2, dan Banten sebesar 1.193 penduduk per km2. Kepadatan penduduk terendah di Indonesia terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 9 penduduk per km2, Papua sebesar 10 penduduk per km2 dan Kalimantan Tengah sebesar 15 penduduk per km2 (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013). Persebaran penduduk yang masih menumpuk di Pulau Jawa menunjukkan belum adanya pemerataan baik ketersediaan sumberdaya maupun akses pada sumber-sumber ekonomi, termasuk lapangan kerja. Ini menimbulkan ketimpangan pada ~285~
~Komisi Program
pemenuhan tingkat kesejahteraan antara daerah-daerah di luar pulau Jawa dengan luar Jawa. Untuk pemerataan penduduk, perlu memperkuat kebijakan transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun keinginan sendiri; pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan industri, terutama untuk provinsi yang berada di luar Pulau Jawa. Dalam konteks pergeseran desa-kota, pertumbuhan ekonomi menggerakkan perubahan struktur ekonomi dari desa ke kota. Hasil Sensus Penduduk 2010 juga menunjukkan proporsi penduduk yang tinggal di kota semakin tinggi, di mana 49,8 penduduk Indonesia tinggal di kota. Diprediksi penduduk desa Indonesia tahun 2030 hanya tinggal 20% saja. Sementara itu jumlah penduduk perempuan Indonesia lebih banyak dari pria terbantahkan dari hasil Sensus Penduduk 2010, meski beda tipis untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia penduduk pria lebih banyak (50,34%) dari penduduk wanita. Beberapa tahun ke depan merupakan tahun penting sebagai transisi dari masyarakat agraris menuju masyarakat indistri dan informasi. Tanda-tandanya sudah kelihatan, sekarang sebagian besar penduduk desa telah menggunakan handphone, bahkan anak mudanya sudah biasa berselancar di dunia dan bersosialisasi menggunakan media sosial. Penggunaan teknologi informasi baik di kota maupun desa mengalami pertumbuhan yang tinggi. Pada beberapa tahun mendatang, komposisi demografi penduduk Indonesia juga ditandai dengan banyaknya penduduk berusia antara 15-34 tahun, sebanyak 34,47 % atau hampir 82 juta penduduk. Paling tidak ada tiga alasan yang mendasarinya. Pertama, anak muda adalah sumber penting tenaga kerja produktif. Kedua, karakter muda yang suka mencoba hal baru dan kreatif ~286~
Komisi Program~
merupakan sumber inovasi. Ketiga, anak muda merupakan salah satu sasaran pasar konsumtif terutama untuk industri budaya popular (pop culture). Indonesia akan mengalami “bonus demografi” yaitu meningkatnya penduduk usia produktif dibandingkan dengan penduduk usia non-produktif pada kurun waktu 2020-2030. Usia produktif merupaka fase kehidupan yang berada pada usia kerja dan usia subur, mulai 15-64 tahun. Namun, rasio ketergantungan penduduk Indonesia saat ini adalah 51,31. Angka ini menunjukkan bahwa pada setiap 100 orang usia produktif terhadap sekitar 51 orang usia tidak produktif (0-14 dan 65+). Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 46,69 sementara di daerah perdesaan 56,30. Artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 51 orang usia non-produktif. Sedangkan pada 2020-2030, Indonesia diprediksi memiliki 70 persen penduduk usia produktif dengan rasio ketergantungan turun menjaadi sekitar 44 sampai 48. Gambaran di atas menunjukkan bahwa dalam perkembangan kependudukan, Indonesia mengalami masalah yang perlu diatasi secara komprehensif, sistemik dan berkelanjutan: • Ledakan penduduk di Indonesia dengan peningkatan jumlah lebih besar dari jumlah prediksi berimplikasi pada meningkatnya penyediaan kebutuhan dasar seperti pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan kerja dan sebagainya. Hal tersebut merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia. Perlu peningkatan percepatan kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran, agar kelahiran dapat dikendalikan secara sistemik, agar terjadi keseimbangan antara jumlah pertumbuhan penduduk dengan jumlah ketersediaan layanan kesejahteraan dasar serta ketersediaan lapangan kerja yang memadai sehingga kualitas kesejahteraan penduduk makin meningkat. Pengendalian jumlah penduduk ~287~
~Komisi Program
harus menjadi alternatif pembangunan kependudukan dengan menurunkan jumlah kelahiran melalui program keluarga berencana atau penundaan umur nikah pertama. • Saat ini perbandingan antara orang yang belum produktif dan tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) yang lebih banyak dibanding orang yang termasuk umur produktif (umur 15–64 tahun) menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Hal tersebut merupakan tantangan yang harus direspon secara komprehensif. • Bonus demografi ini bisa merupakan keuntungan atau ancaman bagi Indonesia. Bonus demografi bisa menjadi keuntungan jika penduduk usia 15-64 tahun itu berkualitas dan produktif, sebaliknya akan menjadi ancaman jika penduduk usia 15-64 tahun itu tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan (skill) yang memadai sehingga malah menjadi beban penduduk lainnya.
B. Kesehatan a. Angka Kematian Ibu (AKI) Akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu secara nasional cenderung makin membaik, ditandai dengan meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan ibu. Ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal cakupannya meningkat dari 92,7% pada tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013, persalinan yang ditolong tenaga kesehatan juga cakupannya meningkat dari 79,0% pada tahun 2010 menjadi 86,9% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2010; 2013). Namun Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup ~288~
Komisi Program~
(KH), pada 2007 sebesar 228/100.000 KH, pada 1998-2002 sebesar 307/ 100.000 KH, pada 1993-1997 sebesar 334/100.000 KH. Jika mengacu Millenium Development Goals (MDG’s) tujuan ke-5 yaitu penurunan angka kematian anak Indonesia dinilai on the track, peningkatan kesehatan ibu, Indonesia jauh tertinggal, perlu kerja keras untuk mengejar pencapaian (Possible to achieve if some changes are made) sebagaimana indikator MDG’s tersebut. Bandingkan dengan Malaysia 39, Filipina 170, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup (UNFPA. 2001. State of The World Population Report). Angka tersebut menunjukkan bahwa apa yang sudah dicapai selama 20 tahun dalam menurunkan AKI seperti jarum jam yang bergerak mundur, kembali ke kondisi tahun 90-an. Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Faktor penyebab kematian ibu dikarenakan HDK proporsinya semakin meningkat, lebih dari 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan HDK, yang disebabkan perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013). Upaya penurunan AKI selain mengatasi faktor penyebab langsung kematian ibu juga faktor penyebab tidak langsungnya seperti peningkatan kualitas kesehatan ibu, KB dan kesehatan reproduksi lainnya termasuk peningkatan pelayanan antenatal, penurunan kehamilan remaja serta peningkatan cakupan peserta aktif KB dan penurunan unmet need KB. Indikator-indikator tersebut sebagaimana disebutkan dalam tujuan MDG’s yaitu akses universal terhadap kesehatan reproduksi. Selain itu, dalam konteks Indonesia di mana budaya patriarkhi dan infrastuktur yang tidak terawat faktor “4 Terlalu” yaitu terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak dan terlalu tua yang sesungguhnya dapat diatasi dengan pelayanan KB. ~289~
~Komisi Program
Faktor terlalu muda dalam kehamilan atau proses reproduksi dapat dilihat dari usia perkawinan pertama pada perempuan berusia 10-59 tahun, rata-rata berusia 20 tahun dan sebagian besar berusia 15-19 tahun sebanyak 41,9%, bahkan berusia 1014 tahun. Sementara usia menikah yang relatif sehat baik organ reproduksinya maupun kesiapan psikologis dan sosialnya (biopsikososial) berusia 20-24 tahun sebanyak 33.6 % (Riskesdas, 2010). b. Angka Kematian Bayi dan Balita serta Gizi Buruk Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup. Sementara angka kematian neonatal (0-28 hari) memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi (Riskesdas, 2013). Jika mengacu Millenium Development Goals (MDG’s) tujuan ke 4 (empat) yaitu penurunan angka kematian anak Indonesia dinilai on the track, berhasil menurunkan angka yang cukup signifikan. Adapun balita kurang gizi, 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang, 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan gizi tahun 2010 sebanyak 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Kondisi tersebut berdampak pada balita pendek, terdapat 37,2% balita dengan tinggi badan di bawah normal pada tahun 2013, terdiri dari 18,0% balita sangat pendek dan 19,2% balita pendek. Pada tahun 2013 terjadi peningkatan persentase balita pendek dan sangat ~290~
Komisi Program~
pendek dari 35,6% pada tahun 2010 naik menjadi 37,2%. Pada tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari 18,8 % tahun 2007 dan 18,5% tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat dari 18,0% pada tahun 2007 menjadi 19,2% pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). c. Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Kekerasan terhadap anak jumlahnya cukup massif; sekitar 2,5 juta anak korban kekerasan baik fisik, psikis, seksual maupun sosial dan 4,5 juta anak dipekerjakan, sekitar 40.000 anak yang dieksploitasi secara seksual baik karena korban traficking maupun dilacurkan (dari berbagai sumber). Sementara data pengaduan masyarakat yang masuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada Data Kasus: Januari 2012 - Desember 2012 ; 3613. Data Kasus: Januari 2013 – Desember, 4365 kasus. d. Anak dengan HIV/AIDS, Napza dan Perokok Anak Situasi yang lebih mengkhawatirkan adalah jumlah anak kecanduan rokok sekitar 20 juta orang dengan prevalensi usia anak merokok tahun 2009 antara 5 sampai 9 tahun atau rata-rata 7 tahun. Tahun 2005 korban HIV/AIDS 150 orang, pada bulan maret 2010 telah menjadi 1.193 orang dari total 21.000 penderita HIV/Aids di Indonesia. Laporan MDGS Pemerintah Indonesia pada Sidang Umum PBB tanggal 24 September 2010, capaian APM Pendidikan Dasar baru mencapai 80%, dan tingkat droup out sebesar 4 %. Remaja menjadi korban penyalahgunaan narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) sekitar 700.000 kasus.
~291~
~Komisi Program
C. Ekonomi a. Menyoal Kebijakan Ekonomi Nasional Sejatinya, UU dan kebijakan perekonomian berorientasi pada alokasi sumber-sumber daya ekonomi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Parahnya, pasca Amandemen Pasal 33 UUD 1945, yang membolehkan swasta terutama asing menguasai hajat hidup orang banyak, hampir semua sektor strategis baik di sektor sumber daya alam, pangan, perbankan, industri strategis sudah berada di tangan asing. Bahkan dengan leluasanya asing memiliki tanah. Tak ayal, terjadilah penguasaan asing atas tanah. Hal ini bisa dilihat bahwa setiap pembangunan gedung modern baik apartemen maupun mall oleh swasta asing di berbagai kawasan selalu disertai pelenyapan suatu komunitas yang tinggal di kawasan tersebut. Kalau ini dibiarkan penduduk negeri ini akan tersingkir dan seluruh tanah dikuasai oleh kelompok asing. Ketika sistem liberal tidak membolehkan Negara menguasai sektor strategis, seperti pangan, energi, dan sumber daya air termasuk sektor strategis lainnya, maka sepenuhnya diserahkan pada swasta yang menggunakan mekanisme pasar, sehingga terjadi monopoli dan harga tidak terkendali. Barang yang semestinya digunakan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan rakyat dijadikan dagangan oleh swasta sehingga rakyat tidak terpenuhi hajat hidupnya. Hal itu juga mulai merambah di sektor jasa seperti bidang pendidikan, kesehatan dan transportasi yang mulai dimonopoli asing, sehingga semakin kurang layanan terhadap rakyat atau warga negara yang seharusnya dijamin kebutuhan pokoknya. Kondisi demikian sudah melenceng jauh dari cita-cita awal pendirian bangsa ini. Oleh karena itu, penting bagi Nahdlatul Ulama untuk terus aktif memotori terjalinnya langkah-langkah ~292~
Komisi Program~
konsolidasi-kebangsaan yang berorientasi pada penguatan dan pengukuhan kepentingan nasional serta berorientasi pada bertumpunya sendi-sendi perekonomian kepada kekuatan sendiri yang mampu menjamin bangsa Indonesia benar-benar berdaulat untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kontruksi konkretnya adalah meniscayakan wujudnya pembangunan Indonesia, yaitu pembangunan ekonomi yang mengajak dan melibatkan seluas-luasnya pelaku ekonomi dengan pelaku (fa’il) utamanya adalah rakyat Indonesia. Tidak seperti apa yang terjadi selama ini: pembangunan di Indonesia, yaitu pembangunan oleh siapa saja di Indonesia di mana investor asing diundang untuk menggarap ladang-ladang ekonomi di berbagai sektor baik pertanian, perkebunan, pertambangan, dan lain-lain. Syarat awal yang harus ditempuh adalah meluruskan kiblat pembangunan dengan kembali ke khittah ekonomi konstitusi. b. Menyongsong Bonus Demografi Keberlimpahan penduduk usia kerja pada masa mendatang ini diharapkan mampu menjadi berkah pembangunan, karena dapat memacu pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Pada gilirannya, diharapkan keberlimpahan usia produktif ini berimbas pada meningkatkannya kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun demikian, bonus demografi ini akan berdampak positif jika ditopang oleh beberapa faktor, antara lain: Ketersedian Lapangan Kerja Sampai saat ini, fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi belum inklusif dan belum padat karya. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya ketimpangan distribusi kesejahteraan baik ~293~
~Komisi Program
pada tingkat individu, antar wilayah, dan antar sektor ekonomi. Gini rasio naik, dari 0,32 pada 2004 menjadi 0,413 pada 2013. Pembangunan juga masih memusat di Jawa dan Sumatera. Dua pulau tersebut menyumbang 81% PDB nasional meninggalkan pulau-pulau yang lain. Pembangunan ditopang bukan oleh sektor penghasil barang yang padat karya (tradable), tetapi oleh sektor jasa dan keuangan yang padat modal (nontradable). Sektor pertanian, lapangan usaha penyerap tenaga kerja terbesar (sekitar 38 juta orang) terus terpuruk, hanya tumbuh 3,54% pada 2013, jauh tertinggal dari pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi (10,19%), sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan (7,56%), dan sektor konstruksi (6,57%). Akibat dari pembangunan yang belum inklusif ini, desa dan pertanian yang menjadi basis Nahdliyin tetap menjadi sarang kemiskinan! Semakin banyak keluarga tani yang meninggalkan profesinya. Pada 2003, jumlah keluarga tani masih 31 juta, tetapi kemudian turun menjadi 26 juta pada 2013. Dari jumlah yang sudah menyusut itu, dua pertiganya adalah petani gurem, yang menguasai kurang dari 0,2 hektar/KK. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah rumah tangga tani yang hilang mencapai 5 juta keluarga akibat penyusutan lahan, hancurnya infrastruktur pertanian, dan minimnya hubungan pertanian dengan kesejahteraan. Nahdlatul Ulama menganggap pilihan kebijakan ekonomi pemerintah harus didorong ke arah pemerataan. Ekonomi harus didorong agar tumbuh di desa-desa dengan sekaligus meningkatkan sektor-sektor ekonomi yang padat karya (tradable). Pemerintah perlu menerjemahkan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa ke dalam bentuk kebijakan yang strategis untuk mentranformasikan warga desa yang selama ini apatis terhadap pembangunan serta memposisikan warga desa lebih kreatif dan ~294~
Komisi Program~
independen terhadap birokrasi pemerintahan. Hal demikian berorientasi wujudnya solusi konkret bagi penyediaan lapangan pekerjaan untuk menampung 70% penduduk usia produktif. Percepatan proses industrialisasi pertanian mutlak dilakukan, yaitu dengan menempuh sejumlah langkah yang dimulai dengan land reform (membagikan lahan pertanian dan mencetak sawah baru), meningkatkan produktivitas lahan, membenahi infrastruktur pedesaan, memperbaiki dan merevitalisasi infrastruktur irigasi, memproteksi harga pasca panen, memperbaiki infrastruktur pengangkutan untuk mengurangi biaya logistik, dan menekan impor pangan, terutama yang bisa dihasilkan sendiri di dalam negeri. Hal lain, yang perlu mendapatkan perhatian serius bagi penciptaan lapangan kerja baru adalah pemanfaatan potensi ekonomi kelautan. Dua pertiga dari luas wilayah NKRI adalah lautan, tetapi mainstream pembangunan nasional belum menunjukkan pemihakan sektor maritim. Oleh karenanya, potensi ekonomi kelautan mesti diberdayakan secara optimal agar bisa dikapitalisasi menjadi pintu gerbang kemakmuran bangsa. Termasuk di sini adalah potensi geopolitik maritim, mesti dikelola sebagai aset strategis karena selat-selat Indonesia adalah lalu lintas 40 perdagangan dunia. Daya Saing SDM yang Kokoh, Baik di Tingkat Nasional maupun Internasional Bonus demografi akan menjadi berkah pembangunan jika didukung oleh ketersediaan SDM yang berkualitas. Faktanya, indeks pembangunan manusia atau human development index (HDI) Indonesia masih belum mendekati harapan. HDI Indonesia berada di urutan 111 dari 182 negara di dunia, dan urutan 6 dari 10 negara ASEAN di bawah Filipina, Thailand, Malaysia, Brunei dan Singapura. ~295~
~Komisi Program
Tingkat HDI ini terbukti dari belum kompetitifnya pekerja Indonesia di dunia kerja, baik di dalam maupun luar negeri. Sektor domestik alias pembantu masih menjadi pilihan bagi para TKI di luar negeri. Sementara di dalam negeri, peluang kerja dan posisi strategis didominasi oleh tenaga kerja asing. Permasalahan pembangunan SDM ini harus segera diselesaikan, yaitu dengan cara memperbaiki kualitas modal manusia: mulai dari pendidikan, kesehatan, kemampuan komunikasi, serta penguasaan atas teknologi. Dalam jangka pendek, solusi yang bisa ditempuh adalah dengan peningkatan keterampilan kepada usia-produktif, utamanya dalam kerangka melahirkan individu-individu yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja baru. Dalam jangka panjang, pemerintah perlu membuat kebijakan proteksi agar aset-aset negara tidak dikuasai oleh para tenaga kerja asing. c. Membangun Ekonomi Kerakyatan (Koperasi) Indonesia adalah negara kaya raya yang memiliki sumber daya alam begitu melimpah. Fatalnya, kekayaan alam ini belum bisa dimanfaatkan secara baik dan benar untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kiblat ekonomi liberal yang selama ini dianut oleh pemerintah telah terbukti tidak berhasil mengantarkan pemerataan kesejahteraan rakyat. Alih-alih, yang terjadi adalah kesenjangan sosial dan ketimpangan ekonomi yang kian menajam, terkurasnya sumber daya alam, serta kerusakan lingkungan. Nahdlatul Ulama berkepentingan untuk mengembalikan mazhab ekonomi kepada rumusan awal para Founding Fathers sebagaimana telah dituangkan di dalam Pasal 33 UUD 1945: [1] Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. [2] Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak ~296~
Komisi Program~
dikuasai oleh Negara. [3] Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kontruksi konkretnya adalah pemihakan negara pada sentra-sentra ekonomi rakyat yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat di bidang ekonomi. Sebagaimana dilengkapi oleh Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34, peran negara dalam sistem ekonomi kerakyatan antara lain meliputi lima hal sebagai berikut: (1) mengembangkan koperasi (2) mengembangkan BUMN; (3) memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; (4) memenuhi hak setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak; (5) memelihara fakir miskin dan anak terlantar. d. Permodalan Ekonomi Rakyat Berdasar data Koperasi dan SIUP (Surat Ijin Usaha dan Perdagangan) di tahun 2013, pegiat ekonomi mikro di Indonesia mencapai 98,78 persen dengan omset 300 juta pertahun atau 25 juta per bulan. Jumlah yang besar ini memerlukan pemihakan yang lebih substantif dan berjangka panjang karena berdampak langsung pada pemerataan kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya, pemihakan ekonomi rakyat harus berorientasi pada perubahan struktural, yaitu dengan cara memperkuat posisi dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian nasional. Perubahan struktural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ketergantungan ke kemandirian. Perubahan struktural ini mensyaratkan langkat-langkah dasar yang meliputi pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan teknologi, dan pemberdayaan sumber daya manusia. ~297~
~Komisi Program
Langkah-langkah dasar tersebut meliputi: Pertama, memberi peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi. Hal yang paling mendasar adalah akses pada permodalan untuk investasi dan untuk kerja. Untuk mempermudah akses pelaku ekonomi kerakyatan terhadap lembaga keuangan, maka perlu dibentuk lembaga permodalan yang spesifik untuk penguatan ekonomi kerakyatan. Kedua, memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat; Ketiga, meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia; Keempat, kebijaksanaan pengembangan industri harus mengarah pada penguatan industri rakyat yang terkait dengan industri besar; Kelima, kebijaksanaan ketenagakerjaan yang mendorong tumbuhnya tenaga kerja mandiri sebagai cikal bakal wirausaha baru, yang nantinya akan berkembang menjadi wirausaha kecil dan saling menunjang; Keenam, pemerataan pembangunan antar daerah. D. Pendidikan Dewasa ini potret kualitas dan hasil pendidikan nasional kita semakin buram dan memprihatinkan. Pertama, sampai pada tahun 2014, pendidikan kita masih mengakibatkan tingginya perilaku korupsi. Hal ini karena pembentukan karakter tidak menjadi mainstream dalam sistem pendidikan kita. Di negeri ini, hampir seluruhnya koruptor adalah kaum terdidik. Kedua, menurut data BPS pada semester akhir tahun 2013, pendidikan kita telah menghasilkan 7 juta pengangguran terdidik. Ketiga, pendidikan kita juga menghasilkan sebanyak + 6.5 juta jiwa TKI untuk bekerja di sektor informal dan nonformal di luar negeri. Keempat, pendidikan kita tidak mampu mendorong generasi muda untuk berpikir pertanian dan kelautan sebagai sektor strategis pembangunan. Ini adalah akibat dari orientasi pendidikan yang salah arah, tidak ~298~
Komisi Program~
selaras dengan visi ketahanan pangan nasional. Akibatnya, saat ini jumlah lahan pertanian yang dikelola masyarakat mengalami penyusutan ekstrim. Kelima, pendidikan kita ikut mendorong terjadinya tingkat kesenjangan yang tinggi antara penduduk miskin dan kaya. Keenam, sampai sejauh ini pendidikan kita juga masih mengalami kegagalan dalam menanamkan penghayatan norma pada diri peserta didik. Akhir-akhir ini, kita disuguhi oleh pemberitaan pelanggaran hukum dan norma, baik agama maupun susila yang dilakukan oleh para peserta didik. Kekerasan remaja, kasus norkoba, bahkan pergaulan bebas juga menjamur di kalangan peserta didik kita. Ketujuh, pendidikan kita tak mampu membendung kemerosotan kesetiakawanan antar warga bangsa dan mengentalnya budaya instan. Kedelapan, di banyak tempat lembaga pendidikan telah berfungsi sebagai tempat pengkaderan gerakan Islam garis keras yang mengancam kohesitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, peran Nahdlatul Ulama sangat diharapkan oleh negara dan seluruh rakyat Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan yang diyakini menjadi tulang punggung (backbone) pembangunan nasional. Dalam bidang pendidikan dasar dan menengah formal, Nahdlatul Ulama telah memiliki sekitar 13 ribu satuan pendidikan mulai tingkat MI/SD, MTs/SMP, dan MA/SMA/SMK yang tersebar di 33 provinsi dan tidak kurang dari 450 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Melalui satuan pendidikan tersebut Nahdlatul Ulama membangun jutaan sumber daya manusia Indonesia, khususnya warga Nahdlatul Ulama. Atas dasar itu, dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia Indonesia melalui bidang pendidikan, Nahdlatul Ulama melihat ada beberapa isu strategis yang menjadi landasan empiris perumusan Visi Pendidikan Nahdlatul Ulama Tahun 2015-2026, yaitu: ~299~
~Komisi Program
1. Kesenjangan Mutu Pendidikan Problem terbesar pendidikan di Indonesia saat ini adalah kesenjangan mutu. Satuan pendidikan yang berada di perkotaan memiliki infrastruktur yang lebih baik (bermutu) di banding satuan pendidikan yang ada di pedesaan/daerah. Begitupula dengan satuan pendidikan swasta, kebanyakan kondisinya ratarata masih di bawah satuan pendidikan negeri. Kesenjangan mutu pendidikan ini mengakibatkan terjadinya tindak diskriminasi yang dialami peserta didik di pedesaan dan di satuan pendidikan swasta. Akibatnya daya saing sumber daya manusia Indonesia tidak merata. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa program pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia Indonesia belum terlalu efektif menjangkau daerah pedesaan. Disparitas pembangunan antara desa dan kota masih sangat kentara. Fenomena urbanisasi pemuda desa ke kota (urban area) menjadi bukti disparitas pembangunan tersebut. 2. Peluang Bonus Demografi Pada kurun tahun 2010-2035, Indonesia telah diprediksi akan menikmati bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif (kaum muda) jauh lebih banyak dibanding usia non produktif (>57 tahun). Artinya rasio ketergantungan penduduk Indoensia mengalami penurunan. McKinsey Global Institutute (September, 2012) memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalahkan Jerman dan Inggris pada tahun 2030 dengan memanfaatkan keuntungan bonus demografi. Dengan catatan kondisi tersebut harus ditopang dengan sumber daya manusia Indonesia yang handal dan berdaya saing tinggi. Terlebih, pada saat itu mayoritas negara-negara di Eropa, Amerika, dan sebagian Asia mengalami kondisi sebaliknya. Beberapa Negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, Singapura, dan Thailand terlebih dahulu menikmati bonus demografi dan berhasil memperoleh ~300~
Komisi Program~
keuntungan ekonomis dengan memanfaatkan menurunnya rasio ketergantungan tersebut. 3. Tantangan MEA dan HDI SDM Indonesia Pada Desember 2015 ini Indonesia akan menerapkan secara penuh Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). MEA yang akan diberlakukan pada akhir tahun 2015 ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan budaya dengan berpijak pada 4 pilar MEA, yaitu: a) terbentuknya pasar dan basis produksi tunggal; b) kawasan berdaya saing tinggi; c) kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata; dan d) integrasi dengan perekonomian dunia. Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar, penerapan MEA ini merupakan peluang sekaligus ancaman bagi bangsa Indonesia. Jika elemen bangsa Indonesia siap bersaing di tingkat regional, maka bukan tidak mungkin diaspora bangsa Indonesia akan massif di Negara-negara ASEAN. Namun begitu pula sebaliknya. Jika kita mengacu pada data Human Development Index (HDI) Indonesia yang dirilis oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 2014, maka diketahui bahwa HDI Indonesia berada di peringkat 108 dari 187 negara, atau masuk kategori mediun human development, kalah bersaing dengan SDM dari Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand yang masuk kategori high human development. Bahkan, masih berdasarkan data yang sama, posisi SDM Indonesia berada 99 tingkat di bawah Singapura yang kualitas SDM-nya masuk kategori very high human development (peringkat 9). Dengan demikian, maka kualitas sumber daya manusia Indonesia pada saat MEA dilaksanakan masih tertinggal dengan beberapa Negara tetangga di ASEAN tersebut. Hal ini berpotensi ~301~
~Komisi Program
menjadikan Indonesia sekedar sebagai pemasok bahan baku bagi industrialisasi di kawasan ASEAN. Bahkan, di tengah kondisi bonus demografi, justru Indonesia akan kebanjiran aliran tenaga kerja asing (TKA) yang menggerus keberadaan dan keterlibatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam persaingan dalam negeri dan luar negeri. Untuk itu diperlukan program strategis yang memprioritaskan upaya peningkatan sumber daya manusia Indonesia. 4. Ancaman Paham Radikal Keagamaan Dewasa ini, perkembangan gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam di Indonesia semakin massif. Bahkan beberapa lembaga pendidikan terindikasi sudah terinfiltrasi dan menjadi tempat persemaian paham tersebut. Hal ini menyadarkan kita bahwa sasaran dari gerakan Islam radikal tidak lagi hanya menyasar pada kalangan mahasiswa di perguruan tinggi, tapi juga sudah massif menyasar kalangan siswa yang notabene berada di pendidikan dasar dan menengah. Keberadaan gerakan Islam radikal yang berorientasi mewujudkan Negara Syariat Islam ini merupakan ancaman nyata bagi keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila. Bahkan juga menjadi ancaman bagi kemajemukan bangsa Indonesia yang selama ini menjadi pondasi kestabilan sosial dan budaya di kalangan bangsa Indonesia. Dengan demikian maka perlu dilakukan upaya revitalisasi lembaga pendidikan sebagai penangkal gerakan radikal yang mengatasnamakan agama. Berpijak pada 4 (empat) isu strategis di atas, maka visi Nahdlatul Ulama dalam dunia pendidikan (dasar dan menengah) pada kurun tahun 2015-2026 adalah Mewujudkan Pendidikan yang Unggul untuk Membentuk Manusia Berkepribadian Indonesia dan Berdaya Saing Internasional. Adapun rumusan program strategis ~302~
Komisi Program~
yang relevan dengan perwujudan visi tersebut dalam kurun tahun 2015-2026 sebagai berikut sesuai dengan urutan skala prioritas: 1. Peningkatan Akses Pendidikan Dasar dan Menengah Program prioritas pertama yang dilaksanakan dalam kurun tahun 2015-2026 adalah meningkatkan kapasitas elemen pendidikan yang ada di lingkungan Nahdlatul Ulama, terutama pada satuan pendidikan yang berada di pedesaan. Orientasi pengembangan kapasitas satuan pendidikan ini berpijak pada kondisi mutakhir yang berkembang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini sejalan dengan penuntasan wajib belajar 12 tahun. 2. Modernisasi Pengelolaan Pendidikan Perluasan akses harus dibarengi dengan peningkatan mutu pengelolaan melalui upaya proses modernisasi prngelolaan di lingkungan pendidikan Nahdlatul Ulama, terutama yang berada di daerah pedesaan. Program pengembangan kapasitas dan modernisasi satuan pendidikan ini dapat dilaksanakan dalam bentuk berbagai kegiatan, seperti: pelatihan, pendidikan, pendampingan, dan kegiatan pemberdayaan lain yang relevan. 3. Peningkatan Layanan Pendidikan yang Bermutu Tujuan program ini adalah memberikan pelayanan pendidikan bermutu yang bisa diakses semua masyarakat. Program ini dicapai melalui program peningkatan mutu melalui penjaminan mutu, menciptakan system informasi manajemen terpadu berbasis teknologi. Hal ini memudahkan peserta didik dan masyarakat untuk meningkatkan peran serta dalam proses pengelolaan satuan pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama.
~303~
~Komisi Program
4. Penguatan Pendidikan Karakter Aswaja dan Ke-NU-an Program ini diarahkan untuk memperkuat karakter peserta didik berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah yang dijiwai nilai-nilai dasar NU. Pendidikan karakter Aswaja dan Ke-NU-an dilakukan melalui proses transformasi dan internalisasi, tidak sekedar pengajaran tentang Aswaja dan ke-NU-an. Pelaksanaannya disusun dalam kerangka sistem pendidikan Aswaja dan KeNU-an mencakup subsistem pengembangan kurikulum, proses, tenaga pendidik dan evaluasi serta supervisinya. 5. Pengembangan Infrastruktur Upaya ini diharapkan akan mewujudkan satuan pendidikan yang ditopang dengan infrastruktur memadai untuk mencetak sumberdaya manusia yang berdaya saing regional maupun internasional. Untuk itu dalam program ini ada 3 (tiga) kegiatan pokok yang perlu dilaksanakan, yaitu: 1. Pemetaan infrastruktur seluruh satuan pendidikan yang ada di lingkungan Nahdlatul Ulama; 2. Menentukan skala prioritas daerah dan satuan pendidikan yang akan digarap terlebih dahulu; dan 3. Melaksanakan treatment dalam bentuk advokasi kebijakan atau pendanaan bagi satuan pendidikan untuk meningkatkan daya saing satuan pendidikan. 6. Peningkatan Daya Saing Regional Prioritas keempat program strategis pendidikan Nahdlatul Ulama adalah penyetaraan kompetensi sumber daya manusia dengan bangsa-bangsa lain, khususnya di tingkat regional ASEAN, dan umumnya di tingkat internasional (global). Program ini dilaksanakan dalam bentuk penguatan keunggulan lokal berbasis budaya lokal agar mampu diangkat di kancah internasional, yaitu keunggulan berupa prestasi internasional namun tetap mengakar dalam budaya lokal. Melalui program ini diharapkan peserta ~304~
Komisi Program~
didik yang dihasilkan memiliki kebanggaan dan kompetensi yang relevan dan unggul di tingkat internasional. E. Budaya dan Politik a. Kearifan Lokal yang Tergerus Kebudayaan Nusantara sedang terkena gelombang ‘tsunami’ arus budaya global yang masuk melalui pintu keterbukaan informasi. Daya serap masyarakat terhadap budaya global ini cenderung lebih cepat, dibanding dengan budaya lokal. Buktinya, adanya perubahan gaya hidup yang dipengaruhi penggunaan teknologi informasi. Satu misal, budaya silaturrahim yang biasanya dilakukan melalui bertatap muka, kini posisinya digantikan melalui teknologi media sosial, seperti whatsapp, facebook, twitter, dan sejenisnya. Hal lain yang juga hengkang dari realitas di lingkungan kita adalah budaya gotong royong. Dulu, budaya ini mengakar kuat dalam tradisi Nusantara. Sekarang hanya tinggal kenangan, sebab masyarakat sibuk dengan ambisi individualismenya masingmasing, dan mengukur segalanya dengan upah. Di desa, dewasa ini sangat sulit menemukan budaya gotong-royong yang dilakukan oleh warga. Padahal, budaya gotong-royong dahulu begitu akrab didengar di perdesaan. Misalnya, orang desa yang hendak memperbaiki kandang hewan peliharaan, hanya butuh kentongan sebagai alat bunyi yang menandakan bahwa keluarga tersebut sedang butuh bantuan. Ketika kentongan tersebut berbunyi, warga datang berhamburan untuk membantu. Kemudian, mereka berbaur bersama. Begitu akrab dan bersemangat tanpa berharap upah. Sekarang, budaya seperti ini sudah tidak jelas rimbanya.
~305~
~Komisi Program
Perubahan ini juga terjadi di budaya petani. Saat ini sangat jarang sekali kita melihat petani menggunakan kerbau untuk membajak sawahnya. Sawah didominasi oleh “kerbau bermesin” alias traktor tangan, yang menurut anggapan petani lebih praktis dan lebih cepat. Modernisasi dalam kurun waktu yang tidak telalu lama, telah mengubah prilaku petani, dan bahkan secara signifikan menurunkan populasi kerbau di dunia. Penetrasi budaya global ini harus disikapi dengan arif. Globalisasi dan modernisasi sangat diperlukan dan bermanfaat bagi kemajuan, namun kita tidak boleh lengah dan terlena karena era keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh negatif. Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi, perlu kecerdasan dalam menjaring dan menyaring efek globalisasi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi harus dapat dimanfaatkan sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal. Jika tidak, maka upaya-upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya penghargaan pada nilai-nilai kebudayaan, solidaritas sosial, kekeluargaan, dan rasa cinta tanah air akan terasa semakin memudar. Karena itu, NU sebagai organisasi sosial keagamaan harus bisa memainkan perannya secara signifikan dalam rangka menjaga dan melestarikan kebudayaan Nusantara. Jangan sampai aset kebudayaan yang begitu banyak dimiliki Indonesia pada masa lalu, hilang ditelan globalisasi budaya. Negara kita dikenal dengan negara multikultural, kita tidak ingin julukan ini hanya manis di masa lalu, namun sekarang kita hanya gigit jari karena kelalaian dalam menjaga kebudayaan tersebut. Di tengah kemajuan teknologi yang berkembang begitu pesat, NU harus mampu memainkan perannya secara siginifikan di bidang kebudayaan. Agar aset-aset kekayaan bangsa Indonesia tidak tergerus oleh budaya global, yang notabene banyak dipengaruhi ~306~
Komisi Program~
budaya-budaya Barat. Terutama menyangkut kerekatan relasi sosial antar sesama bangsa. b. Budaya Pragmatisme Politik Budaya politik nasional kita terperosok dalam dekapan kapitalis birokrat yang lahir dari rahim-rahim pragmatisme tanpa martabat dan idealisme. Hal demikian membuat publik miris untuk berpikir tentang masa depan Republik ini. Program kerja, janji, dan gagasan yang diucapkan ketika hendak menjadi wakil rakyat selalu saja diingkari setelah mereka duduk di birokrasi pemerintahan. Semua yang digembargemborkan dalam kampanye, menjadi kata tanpa laku. Orientasi kebijakan mereka pun selalu saja berbeda jauh dengan apa yang telah diidealkan. Keberadaan politisi dalam struktur pemerintahan dewasa ini cenderung selalu menempatkan diri di atas masyarakat. Mereka juga sering merasa lebih penting menjadi abdi negara dan kekuasaan, daripada menjadi pelayan atau abdi rakyat. Posisi birokrasi acap kali tidak membumi, dan malah menjauh dari realitas keseharian masyarakat. Hal itulah, yang telah membuat praktik birokrasi hanya melahirkan kesewenangan, elitisme, apatisme, dan anti kerakyatan. Hal lain, praktek politik uang para kandidat selama pemilu dan pilkada, sampai praktik jual-beli keputusan pemimpin, seperti dalam jaringan para calo anggaran, menunjukkan kenyataan vulgar bahwa politik kita merosot menjadi barang dagang dalam pasar kuasa. Praktik-praktik kenegaraan direduksi menjadi praktikpraktik personal demi kepentingan personal pula. Mewabahlah korupsi, kolusi, dan nepotisme. Saling curiga merajalela, hilanglah persaudaraan kebangsaan. Tiada kepastian hukum, etika bernegara dan berbangsa ambruk. Rakyat pun krisis kepercayaan terhadap negara, partai politik, dan lembaga-lembaga publik. ~307~
~Komisi Program
Ini mengakibatkan ongkos politik sangat mahal. Namun, biaya politik yang jauh lebih mahal dan merusak adalah perilaku para elite yang melakukan praktik transaksi kepentingan dan korupsi politik. Ekstraksi kekayaan negara untuk kepentingan politik direguk dengan berbagai cara, misalnya dana rumah aspirasi, dana sosialisasi, dan sebagainya. Sebagai pemilik Republik, NU perlu terus mendorong terwujudnya sistem dan tata-laku politik yang bermartabat, yaitu tata-laku mendapatkan dan mengelola kekuasaan berdasarkan tata nilai ideal kehidupan di mana terkandung moralitas, norma, dan hukum. Fungsi terpenting politik bermartabat antara lain mengangkat harkat martabat bangsa melalui pemenuhan hak-hak dasar publik, seperti yang dirumuskan konstitusi negara. Setiap pribadi yang terlibat sebagai penyelenggara negara, semestinya menjadi penerjemah yang cerdas dan arif serta pelaksana amanat konstitusi yang konsisten. c. Lemahnya Penegakan Hukum Di tengah situasi seperti itu, penegakan hukum yang diharapkan dapat menjadi penyelamat, malah menjadi tanda tanya besar. Institusi penting penegak hukum negara ini, yaitu antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian Negara Republik Indonesia tampak tidak harmonis, bahkan keduanya saling serang. Dukungan publik pun terbelah, ada yang dukung KPK dan ada pula yang dukung Kepolisian. Jika dibiarkan, ini berpotensi meluluhlantakkan marwah penegak dan penegakan hukum itu sendiri. Selain mengalami masalah pada profesionalisme dan integritas, penegakan hukum di Indonesia juga dikenal superlelet. Jalur yang rumit, disertai syarat-syarat birokratis yang panjang, ~308~
Komisi Program~
menciptakan situasi yang tidak kondusif bagi program penegakan hukum yang efisien dan efektif. Jika dirunut secara kronologis, penyebab lambannya program penegakan hukum, khususnya pada konteks pemberantasan kasus korupsi, terletak pada hampir semua jajaran institusi penegak hukum, dari pengadilan hingga jaksa, menjadi eksekutor. Satu hal yang menggambarkan lambannya hukum bekerja dapat dilihat dalam kasus di mana banyak koruptor telah divonis bersalah oleh pengadilan, tetapi mereka tidak mendekam di penjara gara-gara gagalnya jaksa melakukan eksekusi putusan pengadilan. Padahal eksekusi putusan pengadilan merupakan bagian tak terpisahkan dari rangkaian proses penegakan hukum yang pelaksanaannya bersifat wajib. Andai aparat penegak hukum lalai melaksanakan kewajiban eksekusi, mereka bisa dianggap telah melawan hukum karena mengabaikan perintah undangundang. Dalam pemantauan ICW selama kurun waktu 10 tahun terakhir, ditemukan 49 terpidana kasus korupsi yang tidak dapat dieksekusi putusannya karena berbagai sebab. Selain melarikan diri alias DPO, beberapa di antara mereka tetap bisa bebas karena lambannya jaksa dalam melakukan eksekusi, sekaligus karena Mahkamah Agung belum mengirim salinan putusan yang bersifat tetap (inkracht). Hal ini sebagaimana Undang-Undang KUHAP menyatakan dalam pasal 270, bahwa pelaksanaan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa, yang untuk itu panitera mengirim salinan surat putusan kepadanya. Akibat gagalnya eksekusi putusan pengadilan dalam kasus korupsi tidak terbatas pada hilangnya kesempatan bagi pelaku korupsi untuk menjalani hukuman badan sebagai sebuah risiko yang harus ditanggung karena melakukan pidana korupsi, namun ~309~
~Komisi Program
juga pupusnya peluang bagi negara untuk memaksimalkan penyelamatan keuangan negara. Pasalnya, vonis pengadilan dalam kasus korupsi sebagian besar berkaitan dengan dua hal, yakni vonis kurungan penjara dan pembayaran denda serta biaya pengganti kejahatan korupsi yang nilainya setara dengan jumlah uang yang telah dikorupsi oleh pelaku. Jika pelaku korupsi gagal dieksekusi, secara otomatis biaya pengganti dan dendanya juga luput dari eksekusi. Jika keadaan semacam ini dimintakan pertanggungjawabannya kepada penegak hukum, mereka akan saling lempar tanggung jawab. Kejaksaan akan menyalahkan MA yang lamban dalam mengirim salinan putusan. Demikian pula, MA akan menyalahkan kejaksaan karena tidak buru-buru melakukan eksekusi putusan. Tentu kebiasaan semacam ini tidak positif, terutama karena agenda pemberantasan korupsi telah menjadi kesepakatan nasional, yang semestinya menjadi komitmen bersama seluruh aparat penegak hukum. Bisa dikatakan, antara kejaksaan dan MA serta jajaran pengadilan di tingkat pertama memiliki porsi kesalahan yang hampir sepadan dalam hal eksekusi. Pada tingkat kejaksaan, agenda eksekusi putusan pengadilan tidak dicantumkan sebagai salah satu tolok ukur kinerja dalam pemberantasan korupsi. Kejaksaan masih berkutat pada jumlah perkara yang berhasil disidik dan dituntut, serta jumlah penyelamatan keuangan negara, tetapi tidak menyebutkan sama sekali jumlah kasus korupsi yang berhasil dieksekusi berdasarkan putusan pengadilan. Akibatnya, agenda pemberantasan korupsi yang seharusnya berujung pada eksekusi atas pelaku yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan menjadi antiklimaks. Seakan-akan, ketika jaksa sudah berhasil menyelesaikan tugas penyelidikan, penyidikan, ~310~
Komisi Program~
dan penuntutan, maka penanganan kasus korupsi dianggap final. Sekadar mengingatkan, dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, khususnya Pasal 30 ayat (1) huruf b, dinyatakan bahwa salah satu tugas dan wewenang jaksa adalah melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pada tingkat MA dan pengadilan tingkat pertama, soal yang membuat eksekusi menjadi lamban adalah karena proses penyusunan salinan putusan pengadilan berlangsung sangat lama. Dalam hitungan waktu, perjalanan salinan putusan dari MA ke pengadilan pertama hingga ke kejaksaan setempat yang akan mengeksekusi putusan dapat berlangsung berbulan-bulan hingga tahunan. Padahal dalam Surat Edaran MA Nomor 2 Tahun 2010, yang kemudian diperbarui menjadi SEMA Nomor 1 Tahun 2011 tentang penyampaian salinan dan petikan putusan, dibatasi, paling lambat 14 hari kerja sejak putusan dibacakan, pengadilan harus menyerahkan salinan putusan. Namun, kenyataannya, meskipun sudah diatur sedemikian rupa, perjalanan salinan putusan dari pengadilan ke pihak terkait tetap seperti jalannya siput. Kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan dan harus segera dibenahi. Jika tidak, maka kulturalnya adalah masyarakat apatis terhadap nilai-nilai kebaikan karena ternyata keburukan yang terbukti jaya. Terjadilah keputusasaan kolektif atas cita-cita hidup yang ideal. Negara yang korup dan manipulatif terhadap nilainilai cenderung mendidik masyarakat bermental instan, egoistis, dan materialistis. Masyarakat pun menganggap nilai yang benar adalah nilai yang menguntungkan dalam jangka pendek. Sikap pragmatis itu mendorong masyarakat meyakini kekerasan sebagai pilihan untuk menyelesaikan persoalan. Masyarakat berderap~311~
~Komisi Program
derap melakukan demi bertahan hidup. Negara kehilangan martabat karena mangkir dalam berbagai persoalan publik. Negara telah kehilangan watak solider dan menjadi soliter (terasing dan menyendiri) karena kuasa kapital. F. Lingkungan Hidup Pembangunan dan industrialisasi sebagai jawaban untuk mempermudah dan mempercepat persediaan segala jenis kebutuhan hidup manusia ternyata menyertakan dampak negatif yang luar biasa, yaitu berupa kerusakan alam atau lingkungan. Kerusakan di tingkat lokal seperti banjir, longsor, erosi pantai, intrusi air laut, pencemaran air tanah pemukiman, tanah menjadi tidak produktif; di tingkat nasional seperti kekeringan, pencemaran air sungai, kebakaran hutan, pencemaran minyak lepas pantai; dan di tingkat global seperti pemanasan global, penipisan lapisan ozon, hujan asam, desertifikasi, penurunan keanekaragaman hayati, pencemaran limbah B3; mengancam dan membahayakan kelangsungan hidup kita sendiri. Ini menjadi tantangan bersama seluruh umat manusia untuk merumuskan kembali kebijakan pembangunan dan industrialisasi yang ramah lingkungan dan di seluruh tingkatan: lokal, nasional, dan global. Kerusakan alam ini sama artinya dengan rusak dan hilangnya potens-potensi pembangunan, baik itu yang bersifat sosial, ekonomi, budaya, maupun keamanan. Contoh kasus, kerusakan hutan menjadikan Indonesia kehilangan beragam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa. Lebih dari itu, hutan juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Hilangnya hutan menyebabkan hilangnya sumber makanan dan obat-obatan. Hal ini berarti seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan, maka semakin tingginya tingkat ~312~
Komisi Program~
kemiskinan rakyat. Lebih dari itu, sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan. Dengan kata lain, pembangunan dan industrialisasi yang ditujukan untuk kemaslahatan alih-alih yang terjadi adalah pemiskinan dan kian meningkatnya kemiskinan. Nahdlatul Ulama sebagai salah satu pemilik sekaligus pendiri bangsa ini bertanggung jawab untuk mengawal terwujudnya pembangunan dan industrialisai yang ramah lingkungan di negeri ini, yaitu pola pembangunan dan industrialisasi yang menjamin keberlanjutan lingkungan dan menjamin semakin sejahteranya rakyat Indonesia. G. Kehidupan Beragama-Berbangsa Merebaknya paham keagamaan transnasional di Indonesia sangat meresahkan masyarakat. Kelompok ekstrimis ada yang secara terang-terangan menolak Pancasila dan NKRI, ada pula yang menuduh kelompok keagamaan lain dengan tuduhan sesat, bid’ah, kurafat, syirik dan kafir. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi keharmonisan kehidupan beragama dan berbangsa. Pada zaman Orde Baru, ideologi ekstrimis sulit masuk dan berkembang di Indonesia, karena pemerintah sangat ketat menjaga munculnya paham-paham yang dianggap dapat mengganggu stabilitas negara. Sejak era reformasi, atas nama kebebasan paham ekstrimisme berjubah agama sangat leluasa masuk di Indonesia. Berbagai kelompok keagamaan bermunculan, termasuk kelompok berjubah agama yang memiliki tujuan mengubah Negara Pancasila menjadi Khalifah Islam. Muncul pula kelompok ekstrimis yang pernah mengikuti pelatihan di Afganistan dan Moro. Selain itu, juga muncul kelompok radikal dari mahasiswa yang kuliah di Timur Tengah khususnya Arab Saudi dan mahasiswa yang kuliah di lembaga pendidikan yang didirikan oleh pihak Arab Saudi. ~313~
~Komisi Program
Setelah selesai kuliah mereka getol menyebarkan ajaran Wahabi yang mudah menuduh bid’ah, syirik dan kafir. Kelompok radikal di Indonesia dapat dipetakan karakteristiknya menjadi beberapa kelompok: 1. Kelompok Takfiri Kelompok ini termasuk kelompok paling ekstrim. Kelompok ini paling mudah menganggap kelompok lain yang tidak sejalan dengan label kafir. Jika sudah kafir maka halal darahnya untuk dibunuh. Ideologi takfiri bersumber dari ajaran Wahabi yang berkembang di Arab Saudi. 2. Kelompok Jihadi Ideologi takfiri menjadi pemicu lahirnya kelompok jihadi. Kelompok ini menganggap sistem negara yang tidak menerapkan syariah Islam dianggap sebagai sistem kafir dan thogut. Kelompok ini melakukan gerakan jihad dengan kekuatan fisik terhadap negara-negara yang dianggap sebagai musuhnya. Mereka melakukan teror dengan mengebom fasilitas umum dan penyerangan terhadap aparat kepolisian. Kelompok ini memiliki jaringan dengan gerakan radikal di Timur Tengah seperti ISIS dan al-Qaidah. 3. Kelompok Siyasi Kelompok ini termasuk kelompok berideologi transnasional yang bergerak melalui jalur politik. Kelompok ini mendirikan partai politik dengan menggunakan simbol-simbol Islam. Kelompok Siyasi juga mendirikan ormas yang tujuannya mendirikan Khilafah Islam. Selain itu, kelompok ini juga melakukan rekrutmen kepada pelajar sekolah menengah atas dan perguruan tinggi.
~314~
Komisi Program~
4. Kelompok Salafi Kelompok ini paling getol menyebarkan ajaran Wahabi yang mudah menuduh kelompok lain sebagai pelaku bid’ah, syirik dan khurafat. Kelompok ini sering melakukan penguasaan masjid-masjid perkantoran untuk menyebarkan ideologinya. Mereka menganggap bid’ah kegiatan keagamaan seperti Maulud Nabi dan Isra’ Mi’raj. Mereka menuduh orang yang ziarah kubur sebagai penyembah kuburan. Kelompok ini dalam penyebaran ajarannya menggunakan berbagai media baik media cetak, sosial media, radio maupun TV. Kehadiran kelompok-kelompok radikal ini sangat meresahkan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pergerakan kelompok radikal yang anti Pancasila dapat menjadi ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu, gerakan kelompok radikal menjadi tantangan bagi pemerintah, aparat keamanan dan ormasormas yang setia pada NKRI. Dalam beberapa bulan terakhir terjadi beberapa peristiwa terkait gerakan radikalisme yang perlu diwaspadai khususnya bagi warga Nahdliyin. Pertama, dampak radikalisme global telah menyeret warga Indonesia ikut bergabung dengan ISIS. Menurut pengamat teroris Sidney Jones, warga Negara Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS sekitar 200-300 orang, sementara yang tewas dalam medan perang pada bulan Maret dan April 2015 ada 38 orang. Tentu hal ini sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan bagi semua pihak. Jika tidak ada upaya preventif dari Pemerintah secara serius maka akan semakin bertambah banyak warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS. Kedua, ada Warga Negara Indonesia yang bergabung dengan ISIS dan telah mendapatkan pelatihan militer di ~315~
~Komisi Program
Suriah. Jika mereka balik ke Indonesia maka dipastikan akan memperjuangkan ideologinya yang membahayakan NKRI. Ketiga, kelompok keagamaan yang anti Pancasila telah berkembang di Indonesia. Karena itu, seharusnya ada tindakan tegas dari pemerintah terhadap kelompok-kelompok keagamaan yang anti Pancasila. Keempat, kelompok-kelompok radikal semakin intensif melakukan penyesatan terhadap kelompok-kelompok tarekat di daerah-daerah. Di sini diperlukan tindakan perlindungan terhadap berbagai tarekat yang disesatkan. Kelima, kelompok radikal melalui ustadz-ustadznya sangat massif menyebarkan ajaran Wahabi dan sudah menyerang tradisi Nahdliyyin seperti tahlilan, yasinan, peringatan Maulid Nabi, peringatan Isra’ Mi’raj. Mereka sudah menggunakan media seperti TV, radio dan media sosial. Keenam, kelompok radikal telah memiliki sistem rekruitmen mulai dari sekolah umum melalui kegiatan rohis, menguasai masjid-masjid perkantoran hingga kaderisasi melalui organisasi kampus. Mereka memberikan doktrin ajaran garis keras, eklusif dan anti Pancasila. Hal ini jika dibiarkan maka akan menjadi bom waktu yang sangat membahayakan masa depan NKRI. Ketujuh, banyaknya buku karya ulama aswaja yang direduksi oleh kelompok salafi-wahabi dengan cara membuang teks dan menjelaskan teks sesuai dengan ideologinya. Misalnya, Maktabah Syamilah sudah diedit sesuai dengan faham wahabi, kitab Riyadus Sholihin ditahqiq dan disyarahi oleh Utsaimin yang berfaham wahabi, dan lain-lain. Dari fakta-fakta di atas maka sudah seharusnya PBNU menyiapkan strategi kolektif yang kordinasikan bersama Banom dan lembaga-lembaga untuk menghadapi tantangan ~316~
Komisi Program~
kelompok radikal. Jika tidak, maka ancaman kelompok radikal semakin nyata akan mengoyak keutuhan NKRI. Anakanak muda NU yang gerah dengan merebaknya kelompok radikal di media sosial telah melakukan perlawanan terhadap mereka. Jika perlawanan terhadap kelompok radikal dapat dikordinasikan dengan baik di semua lini mulai dari Banom, Lembaga dan kepengurusan NU dari pusat hingga daerah maka akan menjadi benteng tangguh untuk menjaga tradisi Nahdliyyin dan keutuhan NKRI. Teringat maqalah, al-haqqu bila nidhamin yaghlibuhu al-batil bi-nidham artinya kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik, maka akan dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisir dengan baik.
2.2. Internasional A. Konflik Internasional Pergesaran politik dunia akibat gelombang globalisasi memberi dampak besar bagi dunia Islam. Arab Spring (musim semi radikalisme) yang lebih tepat disebut sebagai Arab disarter (bencana Arab) yang digerakkan kelompok Islam radikal, menimpa hampir semua Negara Timur Tengah maupun Asia Tengah, yang berakibat tergusurnya kekuatan Islam Ahlussunnah wal Jamaah, mulai dari Libiya, Sudan, Mesir, Tunisia, Yaman, Lebanon, Irak dan Syiria. Demikin juga kawasan Asia Tengah dan Asia Selatan seperti Afghanistan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Gelombang itu juga merambah ke kawasan Asia Selatan seperti Pakistan dan Bangladesh termasuk India. Kekuatau ideologi salafi Wahabi, Ikhwanul Muslimin, termasuk ISIS mulai medominasi kawasan itu, sehingga negeri itu diwarnai dengan berbagai ketegangan, kekerasan yang berujung pada peperangan. Sebaliknya kelompok Ahlussunah wal Jama’ah yang selama ini ~317~
~Komisi Program
berperan sebagai penjaga keseimbangan di kawasan itu semakin terpinggirkan, sehingga tidak bisa mengambil peran. Hanya Ahlussunah wal Jama’ah di Indonesia yang cukup kokoh, karena diorganisasikan secara ketat dan rapi dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Kekuatan ini tidak hanya berhasil menjaga Aswaja, tetapi juga berhasil menjaga stabilitas sosial dan politik di kawasan Asia Tenggara. Saat ini para tokoh dan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah dunia sangat berharap Nahdlatul Ulama tampil sebagai penopang Ahlussunah wal Jama’ah dunia. Mereka juga mulai belajar mengenai strategi mengorganisasikan Ahlussunah wal Jama’ah sebagai sebuah kekuatan sosial. Selain itu peran historis NU sebagai penyelamatan kebangsaan bermazhab di Haramain, serta menyelamatkan Makam Nabi dalam Komite Hijaz 1926 mulai diperhitungkan kembali. Mereka berharap saat ini ketika Timur Tengah mengalami krisis, NU bisa mengambil perannya kembali di kancah dunia. Melihat harapan dunia Islam yang sedemikian besar pada NU ini, tidak ada lain bagi NU untuk menjalankan amanah besar masyarakat dunia. Oleh karena itu, perlu agenda mendesak untuk solusi masalah dan jalan keluar secara damai dan produktif bagi para pihak yang terlibat, di antaranya: • NU perlu mendesak negara-negara muslim yang terlibat konflik tidak melakukan intervensi dan ikut campur tangan urusan dalam negeri negara lain. Juga negara tidak dapat dibenarkan. baik secara sendiri maupun secara bersama melakukan provokasi dan/atau tindakan militer terhadap negara lain, sesuai prinsip Dasasila Bandung, Gerakan Non Blok, dan Prinsip Anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Kecuali dibenarkan menurut ketentuan hukum internasional dan/atau berdasarkan mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). NU mengajak negara-negara muslim dan para pihak ~318~
Komisi Program~
yang terlibat konflik untuk segera duduk berunding melakukan resolusi konflik dan rekonsiliasi sosial. • NU mendesak negara-negara muslim dan para pihak yang terlibat konflik untuk mengefektifkan solusi masalah dan jalan keluar secara damai. NU mendesak OKI untuk serius dan aktif memediasi konflik secara damai, baik konflik antar negara maupun konflik horizontal. Untuk itu, dibutuhkan institusi permanen dalam OKI dan organisasi-organisasi Islam lainnya institusi khusus untuk menangani berbagai konflik melalui mediasi, resolusi, dan rekonsiliasi. B. Gerakan Lintas-Batas Negara Semakin berkembangnya gerakan lintas-batas negara (transnational movement) yang membawa, mengatasnamakan dan/ atau membajak nama Islam hakekatnya adalah suatu petualangan politik praktis tanpa strategi. Hakekatnya kelompok ini adalah gerakan sempalan (splinter groups) yang lepas dan terpisah dari arus utama umat (mainstream/aamatul ummah). Gerakan sempalan ini memiliki karakteristik ajaran yang ekstrim keras (tathorruf), berlebih-lebihan (ghuluw), tertutup, dan intoleran. Gerakan ini menuntut monoloyalitas penuh, hijrah dan memisahkan diri secara sosial, mengafirkan orang di luar kelompoknya (takfiri), dan mendistorsi makna jihad menjadi semata perang dan membunuh (qotl/qital). Gerakan ekstrimis transnasional ini memiliki agenda politik pragmatis, sempit, dan tanpa strategi masa depan. Bahkan gerakan yang sering membawa nama Islam ini justeru sering merugikan perjuangan umat dan mencemarkan nama baik Islam secara keseluruhan. Sebagai pemilik sah NKRI, NU perlu mendorong pemerintah dan organisasi Islam (jam’iyah) untuk terus memperkuat dan mengkonsolidasikan mainstream umat (jama`atul ummah aammah) ~319~
~Komisi Program
sebagai kekuatan moderasi (ummatan wasatho). Konsolidasi dapat dilakukan oleh pemerintah dan organisasi Islam, baik secara sendiri maupun secara bersama, dalam bentuk kegiatan, antara lain: • Memperkuat kewaspadaan dan daya tolak umat terhadap segala bentuk radikalisme ekstrim dan terorisme; • Melakukan pencegahan dini terhadap segala bentuk potensi konflik yang dapat menjadi lahan subur dan berkembangbiaknya radikalisme ekstrim dan terorisme; • Mengefektifkan usaha-usaha deradikalisasi melalui pembinaan dan treatmen khusus serta menyiapkan bahanbahan pendukungnya; • Memperkuat sinergi kegiatan dan penguatan program melalui kerjasama antar pemerintah dengan organisasi Islam; • Membangun aliansi dan kerjasama internasional untuk menangkal segala bentuk radikalisme ekstrim, terorisme, dan ancaman kekerasan yang mengatas-namakan Islam dan kaum muslimin. C. Meningkatnya Propaganda Anti-Aswaja Pada beberapa tahun terakhir, propaganda anti Aswaja melalui fitnah insinuatif yang tidak benar dan menyesatkan semakin menguat. Fitnah dan tuduhan ini terus meningkat dan berkembang melalui berbagai media. Fitnah dan tuduhan itu mulai dari tingkat ajaran (akidah, syariah, dan tasawuf) dan kebudayaan. Pada tingkat ajaran, fitnah dan tuduhan bahwa Aswaja an-Nahdliyah adalah faham yang menyimpang dari ajaran Islam yang benar, dan kaum Nahdliyin sebagai ahli bid`ah yang sesat dan menyesatkan (ahlu zaighi wal bida` dan dhollun mudhillun). Pada tingkat kebudayaan, tuduhannya bahwa kaum nahdliyin adalah tradisional yang belum mendapat sentuhan modern, simbol ~320~
Komisi Program~
kemunduran, dan tidak dapat mendorong kemajuan. Fitnah dan tuduhan ini ditebarkan melalui berbagai media dengan sumber yang beraneka ragam. Berbagai fitnah tersebut perlu dijawab secara progresif dengan langkah-langkah yang sistematis, antara lain: • Perlu merekonstruksi kembali teologi Aswaja an-Nahdliyah untuk merespon dan memenuhi kebutuhan dunia baru di masa depan, baik dari segi perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. • Melakukan boosting mengangkat Aswaja an-Nahdliyah sebagai ikon Islam rahmatan lil alamien melalui kerjasama dengan berbagai jaringan media nasional maupun internasional; • Menyiapkan barisan khusus yang rapi dan berdisiplin dengan kemampuan ilmu dan agama yang tinggi. Barisan ini penting untuk menjawab dan mengimbangi kritik dan serangan terhadap Aswaja an-Nahdliyah; • Memperkuat konsolidasi dakwah ajaran Aswaja an-Nahdliyah sebagai ajaran Islam rahmatan lil alamien yang terbuka, inklusif, dan toleran sebagaimana diteladankan oleh Nabi Besar Muhammad SAW; • Membangun citra positif Aswaja dan kaum Nahdliyyin menjadi pelopor gerakan juru damai Islam pemberi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamien) dengan dakwah melalui komunikasi visual yang positif diberbagai media massa, baik cetak maupun elektronik.
~321~
~Komisi Program
III. ANALISIS INTERNAL NU 3.1. Nilai-Nilai Perjuangan Kemasyarakatan dan Kebangsaan A. Landasan Berfikir dan Bertindak NU, sebagai organisasi massa besar, hidup dalam konteks nasional dan global. Oleh karenanya, NU harus dapat menyesuaikan tuntutan zaman namun tidak kehilangan jati dirinya. NU perlu kian memantapkan landasan cara berfikir dan bersikap yang mampu menjawab perkembangan permasalahan umat. Landasan berfikir, bersikap, dan bertindak bagi warga NU yang harus tercermin dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa pikiran, sikap, dan tindakan warga NU, baik secara perorangan maupun organisatoris harus berdasarkan atas khittah Nahdliyah ini. Adanya Khittah NU dimaksudkan untuk mengetahui jati diri NU yang sesungguhnya. Dengan landasan ini, NU akan dapat diterima semua kalangan masyarakat sebagai cermin Islam rahmatan lil alamin. Landasan berfikir dan bertindak warga NU sebagai berikut; 1. Tawasuth dan I’tidal (Moderat dan Teguh) Memilih sikap tengah yang tidak ekstrim (tatharruf) kanan atau kiri. Sikap tengah-tengah disertai keteguhan hati dalam memegang prinsip, dengan demikian bersikap tengah bukan berarti tidak punya prinsip. Landasan bersikap dan bertindak lurus dalam konteks membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim). Nahdlatul Ulama dengan sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bisa ngemong dan luwes kepada semua golongan. 2. Tasamuh (Toleran) NU menganggap perbedaan adalah keniscayaan. Tidak ~322~
Komisi Program~
ada yang salah dengan beda. Fakta keanekaragaman agama maupun budaya yang ada dalam kehidupan sosial, adalah sabda alam atau kehendak Allah untuk mendinamisir kehidupan menuju kesempurnaan ciptaan. Menyikapi perbedaanlah yang sering menimbulkan masalah. Karena itu NU dalam menyikapi perbedaan menjadikan tasamuh sebagai landasan. Sikap toleran terhadap perbedaan, baik dalam masalah keagamaan, terutama dalam hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, dan dalam masalah khilafiyah itu sendiri, serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan. Sikap toleran menuntut adanya upaya mencari titik-temu, bukan titik-beda. Berangkat dari titik-temu tersebut kemudian dikembangkan persaudaraan (ukhuwwah), baik persaudaraan seagama, sebangsa, maupun semanusia. 3. Tawazun (Seimbang) Landasan sikap seimbang diterapkan dalam semua bidang. Seimbang dalam penggunaan wahyu dan akal dalam memahami teks keagamaan. Sikap seimbang dalam berkhidmah, menyerasikan kepada Allah SWT., khidmah sesama manusia, serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Juga menjaga keseimbangan pemenuhan hak dan kewajiban sebaga individu, masyarakat, warga negara dan pergaulan dunia. Dengan landasan keseimbangan ini tidak boleh bersikap berlebihan dalam satu sisi dan mengabaikan pertimbangan lainnya. 4. Amar Ma’ruf Nahi Munkar Landasan sikap ini berarti selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan. Prinsip nahi munkar di NU dilakukan secara ~323~
~Komisi Program
makruf, dalam kerangka tetap menjaga harkat dan martabat kemanusiaan. Di mulai dari diri, hal yang kecil, lingkungan dekat, menjauh dan sekarang juga. Kedua sendi amar makruf dan nahi munkar ini mutlak diperlukan untuk menopang kebahagiaan lahiriah dan bathiniyah agar dapat tercapai. B. Mabadi Khoiri Ummah Mabadi Khairi Ummah merupakan langkah mendasar pembentukan umat terbaik. Mabadi Khairi Ummah sebagai gerakan yang dilakukan NU untuk pembentukan “umat terbaik” (Khairi Ummah) yaitu suatu umat yang mampu melaksanakan tugas-tugas membangun peradaban di muka bumi dalam kerangka terwujudnya tata kehidupan yang diridlai Allah SWT. sesuai dengan cita-cita NU. Tatanan kehidupan yang memiliki kepekaan tinggi terhadap kondisi diri dan lingkungan dengan membudayakan amar makruf nahi munkar. Amar makruf dan nahi munkar di NU diupayakan untuk bersama-sama membangun peradaban menuju ridla Allah SWT yanga didasari rasa tarahum bainahum (saling mengasihi diantara sesama). Nahi munkar, adalah menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan, merusak dan merendahkan, nilai-nilai kehidupan. Prinsip dasar ini bagi warga NU -baik sebagai individu maupun organisasi- dijadikan dasar pijakan dan memberikan arah tindakan dalam menyikapi semua persoalan baik organisatoris maupun bermasyarakat, bangsa dan bernegara. Karena itu implementasinya harus dilembagakan dalam sistem tindakan yang operasional. Prinsip dasar yang melandasinya disebut “Mabadi Khoiri Ummah”. 1. As-Shidqu (Jujur) Prinsip dasar ini mengandung arti kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap dan tindakan NU harus melalui seleksi ketat dan lolos dari ~324~
Komisi Program~
aspek kejujuaran. Kejujuran dalam niat, ucapan, tindakan dan keyakinan. Kejujuran dalam niat untuk memastikan apa yang dilakukan didorong oleh niat yang baik untuk mencapai ridla Allah SWT (ikhlas). Jujur dalam ucapan memastikan apa yang diucapkan sesuai dengan niat dan dilakukan dengan cara yang baik. Kejujuran/ kebenaran adalah satunya kata dengan perbuatan, ucapan dengan pikiran. Apa yang diucapkan sama dengan yang di batin. Jujur dalam hal ini berarti tidak plin-plan dan tidak dengan sengaja memutarbalikkan fakta atau memberikan informasi yang menyesatkan. Dan tentu saja jujur pada diri sendiri. Dengan prinsip dasar ini pula seseorang harus menghindar dari; berbohong, manipulasi fakta dan data, licik, berfikir jahat, menginginkan kejahatan, bermaksud jahat sekalipun dengan melakukan kebaikan. Kejujuran juga menghendaki tidak adanya sifat pragmatis mengabaikan prinsip, apalagi mengorbankan kepentingan umat demi kepentingan sendiri. 2. Al-Amanah wal-Wafa bil ‘Ahd (Amanah dan menepati janji) Butir ini memuat dua istilah yang saling terkait, yakni alamanah dan al-wafa’ bil ’ahdi. Prinsip amanah lebih umum meliputi semua tugas, tanggung jawab dan wewenang yang harus dilaksanakan, baik ada perjanjian maupun tidak. Sedang alwafa’ bil ’ahdi hanya berkaitan dengan perjanjian. Kedua istilah ini digabungkan untuk memperoleh satu kesatuan pengertian yang meliputi: dapat dipercaya, setia dan tepat janji. Dapat dipercaya adalah sifat yang diletakkan pada seseorang yang dapat melaksanakan semua tugas, tangggungjawab dan wewenang yang dimilikinya, baik yang bersifat diniyah maupun ijtima’iyyah. Dengan sifat ini orang menghindar dari segala bentuk pembiaran, pengabaian tugas dan tanggungjawab serta penyalah-gunaan wewenang dan jabatan. Tugas dan tanggung jawab baik sebagai ~325~
~Komisi Program
pribadi maupun pemegang suatu jabatan. Karena pada hakekatnya setiap manusia adalah pemimpin. Sifat dapat dipercaya, setia, komitmen, dan dedikasi terhadap tugas serta menepati janji menjamin integritas pribadi dalam menjalankan tanggungjawab dan wewenang. Sedangkan alamanah wal wafa bil ’ahdi itu sendiri, bersama-sama dengan ashshidqu, secara umum menjadi ukuran kredibilitas yang tinggi di hadapan pihak lain: satu syarat penting dalam membangun berbagai kerjasama. 3. Al-‘Adalah (bersikap adil) Bersikap adil (al-‘adalah) mengandung pengertian obyektif, proposional dan taat asas. Butir ini mengharuskan orang berpegang kepada kebenaran obyektif dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya secara proposional. Sentimen pribadi, emosi, dan kepentingan egosentris tidak boleh menjauh dari bersikap adil. Baik adil kepada diri sendiri, maupun orang lain, organisasi maupun kelompok. Penyimpangan terhadap sikap adil akan dapat menjerumuskan seseorang kepada kesalahan fatal dalam mengambil sikap terhadap suatu persolan. Kekacauan tatanan kehidupan rusak disebabkan karena ketiadaan siakap adil ini. Perlakuan yang tidak sama di depan hukum, hukum diperlakukan tajam kepada orang bawah tumpul ke atas. Hukum dijalankan menurut kepentingan orang yang berkuasa. Kepercayaan public kepada hukum menurun, masyarakatpun main hakim sendiri. Tatanan kehidupan menjadi berantakan. Sikap adil juga diperlukan dalam menyikapi perbedaan, konflik, dan perselisihan di antara beberapa pihak. Potensi kekacauan bisa dikendalikan dengan sikap adil. ~326~
Komisi Program~
Buntutnya sudah tentu adalah kekeliruan bertindak yang bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi bahkan menambah-nambah keruwetan. Lebih-lebih jika persolan menyangkut perselisihan atau pertentangan di antara berbagai pihak. Dengan sikap obyektif dan proporsional distorsi semacam ini dapat dihindarkan. Implikasi lain dari al-’adalah adalah kesetiaan kepada aturan main (correct), rasionalitas dan kejernihan berfikir. Dalam perbuatan keputusan, termasuk dalam alokasi sumberdaya dan tugas (the right man on the right place). “Kebijakan” memang sering kali diperlukan dalam mengangani masalah-masalah tertentu. Tetapi semuanya harus tetap di atas landasan (asas) bertindak yang disepakati bersama. 4. At-Ta’awun (gotong royong) At-ta’awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat: manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Pengertia ta’awun meliputi tolong menolong, setia kawan dan gotong royong dalam kebaikan dan taqwa. Imam alMawardi mengaitkan pengertia al-birr (kebaikan) dengan kerelaan manusia dan taqwa dengan ridla Allah SWT. Memperoleh keduanya berarti memperoleh kebahagiaan yang sempurna. Ta’awun juga mengandung pengertian timbal balik dari masingmasing pihak untuk memberi dan menerima. Oleh karena itu, sikap ta’awun mendorong setiap orang untuk berusaha dan bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang dapat disumbangkan kepada orang lain dan kepada kepentingan bersama. “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah [5] : 2) ~327~
~Komisi Program
5. Istiqamah (konsisten) Istiqamah mengandung pengertian ajeg-jejeg, berkesinambungan, dan berkelanjutan. Ajeg-jejeg artinya tetap dan tidak bergeser dari jalur (thariqah) sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan rasul-Nya, tuntunan yang diberikan oleh salafus shalih dan aturan main serta rencana-rencana yang disepakati bersama. Perwujudan orang yang istiqamah adalah orang yang selalu konsisten baik dalam kondisa apapun. Dalam keadaan susah, gembira tetap menampilkan orang baik secara adat maupun syara’. Kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegaiatan yang lain dan antara satu periode dengan periode yang lain sehingga kesemuanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling menopang seperti sebuah bangunan. Sedangkan makna berkelanjutan adalah bahwa pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses yang berlangsung terus-menerus tanpa mengalami kemandekan, merupakan suatu proses maju, bukannya berjalan di tempat. 3.2. Kekuatan NU Sebagai pendiri republik, NU memiliki kekuatan endogen yang terinternasilasi dan terbentuk oleh proses waktu dan sejarah, terutama kontribusinya didalam mempertahankan dan loyalitasnya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena loyalitas dan kesetiannya itu NU mendapatkan dukungan yang luar biasa dari masyarakat. Tak heran hingga hari ini masyarakat muslim yang mengasosiakan diri sebagai bagian dari atau jamaah NU jumlahnya masih sangat dominan. Jumlah massa NU diperkirakan 85 juta jiwa tersebar seluruh Indonesia di bawah kepengurusan 33 wilayah dan 400 cabang ~328~
Komisi Program~
serta ribuan anak cabang dan ranting, serta yang bernaung pada 7 Pengurus Cabang Istimewa NU di luar negeri: Saudi Arabia, Mesir, Syiria, Sudan, Inggris, Malaysia dan Australia/New Zealand merupakan potensi bangsa yang sangat besar. Menurut Hasil exit poll Lembaga Pollser yang kredibel dan ternama di Indonesia, seperti LP3ES, Lembaga Survey Indonesia (LSI), Lingkaran Survey Indonesia, dan Kompas pada pemilu tahun 2009 dengan sampel rata-rata 10000 sampel, dengan jangkauan Nasional (Nationwide) memperlihatkan data bahwa jumlah warga NU berada pada rentang 42% dari tolal jumlah pemilih 170 juta , maka jumlah warga NU setara dengan kurang lebih 85 juta, sementara jumlah warga Muhammadiyah berada pada rentang 9%, setara dengan kurang lebih 16 Juta. Kesimpulan yang bisa diambil dari data di atas, menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat muslim di Indonesia masih menjadikan organisasi keagamaan sebagai sumber rujukan dan sumber pegangan dalam kehidupan beragama, berbangsa bernegara. Disamping kekuatan dari sisi jumlah pengikut, NU juga memiliki kekuatan sejarah, yaitu sebagai salah ormas pendiri (muasis) republik. Kondisi inilah yang menyebabkan posisi kelembagaan NU baik dari sisi politik, budaya, maupun agama, sangatlah kokoh. NU muncul sebagai pusat keseimbangan strategis, yang mampu menopang paham keagamaan Ahlussunah wal Jamaah maupun paham kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Adalah sangat wajar banyak kalangan strategis di level nasional maupun internasional menganggap NU sebagi The Pillar Of The Nation, pilar penyangga bangsa. Posisi NU mampu memperkecil ruang gerak kelompok al-Mutassiddun, kelompok yang menghendaki Indonesia menjadi negara daulah Islamiyah dengan syaraiat Islam sebagai landasan dasar hukuman ~329~
~Komisi Program
nasional; dan kelompok-kelompok al-mutasyahilun, kelompok yang menghendaki Indonesiasi menjadi negara sekuler murni dengan menafikan unsur agama dalam penyelenggaraan negara dan bangsa. NU juga memiliki kekuatan organisasi yang terstruktur dari Pusat hingga desa-desa/ranting. Juga memiliki 21 Pengurus Cabang Istimewa (PCI) di luar negeri. Struktur NU dari semua tingkatan ini, memiliki derajat legitimasi yang kuat karena dilakukan pergantian kepengurusan secara periodik, sesuai dengan aturan AD/ART NU. Keberadaan struktur diperkuat dengan pusat pelayanan pendidikan, kesehatan, maupun sosial; termasuk eksistensi ribuan pesantren, yang merupakan sumber mata air pengetahuan dan memiliki pengaruh besar dalam membentuk watak keberagamaan yang tawasut, tasamuh, dan tawazun di mana telah berlangsung berabad-abad. Tidak saja sebagai kekuatan agama, pesantren juga menjadi sentrum gerakan budaya, yang mengakomodasikan antar budaya Islam dengan budaya nusantara. NU memayungi secara kultural lembaga pendidikan pesantren, sebagai basis NU yang tetap eksis mempertahankan khasanah keilmuan NU dan kemandirian ekonomi, politik dan kebudayaan. Kekuatan lainnya adalah berkembangnya pemikiran segar dan maju di kalangan generasi muda NU yang tetap berpijak kepada tradisi keilmuan NU. Wacana HAM, anti korupsi, pluralisme dan demokrasi yang dikembangkan NU telah memperoleh simpati dan dukungan dari semua pihak. NU dikenal sebagai kekuatan moderat yang dapat memayungi serta melindungi hak-hak kaum minoritas. Hal ini membawa dukungan dari jaringan agama dan kelompok masyarakat lainnya kepada NU. Sebagai organisasi, NU mempunyai pengalaman sosial politik yang panjang sejalan dengan perkembangan politik, sosial dan kenegaraan di Indonesia sebelum kemerdekaan hingga saat ~330~
Komisi Program~
ini. NU memiliki komitmen kebangsaan yang kuat yang akan membuka peluang kerjasama dengan pihak lain untuk terus membangun Indonesia menuju cita-cita kemerdekaan. Lebih dari itu, organisasi NU sudah diperhitungkan di kancah nasional dan juga internasional. Pola keberagamaan Islam ala NU telah menjadi rujukan keIslaman global. 3.3. Capaian Program PBNU masa khidmad 2010-2015 telah melaksanakan beberapa program yang dapat dilaporkan sebagai berikut: 1. Nahdlatul Ulama sebagai ormas Islam yang berfaham Ahlussunah wal Jamaah, telah bergerak cepat melakukan aksi penyadaran, baik di ranah struktural maupun kultural dalam bentuk dakwah dan penguatan faham ke-NU-an serta menjaga keutuhan NKRI. Hal ini dilakukan untuk mengatasi maraknya ideologi keagamaan radikal yang dilakukan oleh kelompokkelompok tertentu, dalam beberapa tahun terakhir, sudah dirasakan sangat mengkhawatirkan terhadap keberagamaan dan keutuhan NKRI. 2. Memfasilitasi beasiswa pendidikan ke luar negeri, mulai dari S1, S2, hingga S3. Hingga tahun 2015, sedikitnya 300 kader muda NU telah menerima beasiswa pendidikan ke luar negeri ke beberapa negara: Australia 10 mahasiswa, Amerika Serikat 5 mahasiswa, Rusia 50 mahasiswa, Maroko 30 mahasiswa, Sudan 20 mahasiswa, serta puluhan mahasiswa ke Mesir dan negara-negara lainnya. Semua mahasiswa tersebut mendapatkan beasiswa gratis untuk belajar sampai mendapatkan apa yang dicita-citakannya. 3. Memberikan beasiswa kepada pelajar dari luar negeri untuk mempelajari Islam Nusantara, yaitu 40 orang dari Pattani, Thailand, dan 20 orang dari Afghanistan.
~331~
~Komisi Program
4. Membangun sistem pengelolaan aset dan menertibkan administrasi aset-aset yang dimiliki Nahdlatul Ulama, khususnya tanah dan bangunan. Untuk itu telah dibentuk Lembaga Pengembangan Aset Nahdlatul Ulama dan telah bekerja dengan hasil yang menggembirakan. Beberapa asset NU yang sudah berhasil dikembalikan atas nama NU dengan badan hukum Perkumpulan diantaranya : a. Rumah Sakit Islam (RSI) Surabaya b. Rumah Sakit Islam (RSI) Demak c. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Tuban d. Sertifikat tanah gedung PBNU e. Sertifkat tanah Parung (STAINU) f. Tanah Kawi-Kawi di Jakarta Pusat (sedang dalam proses sertifikasi). 5. PBNU telah berhasil memperjuangkan keluarnya ijin operasi sejumlah Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jumlah PTNU yang telah keluar ijin operasinya itu sebanyak 23 PTNU dengan rincian sebagai berikut: a) 11 PTNU telah mendapatkan izin dari Kemendikbud RI yang semuanya masih dalam bentuk penguasaan pihak Yayasan; b) 12 PTNU sudah dalam berbentuk Badan Perkumpulan NU. Kebijakan PBNU tentang PTNU yaitu, seluruh PTNU yang proses perijinannya lewat PBNU harus berbentuk badan hukum perkumpulan NU, bukan dalam bentuk yayasan yang berujung pada kepemilikan pribadi. 6. Melakukan kordinasi, konsolidasi dan memberikan bimbingan tehnik kepada Rumah Sakit NU, di antaranya Rumah Sakit ~332~
Komisi Program~
Islam Nahdlatul Ulama (RSI NU) Demak dan Tuban. PBNU juga memfasilitasi tersalurkannya bantuan alat kesehatan dari pihak luar, di antaranya untuk RSI Kajen, Pati, Jawa Tengah. 7. Merintis kerjasama dengan pihak terkait baik di dalam maupun luar negeri, antara lain: a. Penandatanganan nota kesepahaman kerjasama dengan beberapa badan usaha, baik milik daerah maupun milik negara, pelaku usaha swasta (Bumi Hijau Lestari, Bank Mandiri, Bank BRI, PT. XL Axiata); b. Penandatanganan nota kesepahaman kerjasama dengan Pembangunan Buku Hijau Holdings Sdn. Bhd., Malaysia, dan Pemerintah Republik Sudan, di bidang pengembangbiakan ternak sapi, serta pemotongan dan pemasaran daging; c. Penandatanganan nota kesepahaman dengan Komunitas Muslim China di bidang pengawasan dan pemberian label halal yang diproduksi dan dipasarkan oleh Indonesia dan China. 8. Terlibat dalam upaya perdamaian yaitu: a. PBNU menjadi peserta aktif dalam Global Peace Convention yang diselenggarakan oleh Global Peace Foundation di Jerman, Italia, Korea Selatan, dan Belgia. Melalui program ini PBNU mempromosikan Islam Ahlussunah wal Jama’ah ke dunia internasional, termasuk ke komunitas non muslim dari berbagai negara. b. PBNU yang bersama Pemerintah Republik Turki menjadi motor utama bagi negara-negara berpenduduk muslim di dunia dalam upaya mencari solusi perdamaian Afghanistan sekarang dan di masa mendatang. PBNU mempromosikan Islam Ahlussunah wal Jamaah yang mengedepankan ajaran Tasamuh, Tawasuth, dan Tawazun untuk terciptanya ~333~
~Komisi Program
perdamaian, antara lain dalam program Multaqa Sufi di Indonesia dan Turki, serta seminar dan forum konsultasi di Afghanistan. Saat ini telah berdiri Nahdlatul Ulama Afganistan (NUA) dan terbentuk jaringan sufi Internasional. c. PBNU melakukan inisiatif perdamaian untuk masyarakat di wilayah konflik yaitu desa Karanggayam, Kecamatan Omben dan desa Buluran, Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang. Melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat diantaranya; memberikan bantuan dana untuk infrastruktur pendidikan di empat pesantren, optimalisasi fungsi masjid dari dan oleh masyarakat setempat serta berbagai kegiatan untuk mewujudkan inklusi sosial. 9. Melaksanakan program pengkaderan untuk kategori Kader Penggerak NU dan Kader Struktural (Penggerak Ranting) tingkat nasional dan daerah. Pelaksanaan pengkaderan ini Pendidikan Kader Penggerak NU (PKPNU). Kegiatan tersebut sudah berlangsung 12 angkatan di tingkat nasional dan 87 angkatan tingkat Daerah dengan keseluruhan peserta sebanyak 2430 kader. Pengkaderan yang penyelenggaranya adalah PP Lakpesdam NU katagorinya yaitu Pelatihan Penggerak Ranting (PPR). Kegiatan tersebut telah dilaksanakan di pusat dan di daerah sebanyak 7 kali dengan peserta 210 orang. PP Lakpesdam NU menyelenggarakan pengkaderan kategori Kader Keulamaan melalui Program Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) dilaksanakan di Pusat dan Daerah sebanyak 4 kali dengan peserta 120 orang. Pengkaderan katagori PKPNU ini bertemali erat dengan bentuk kewasapadaan NU untuk menjaga tetap tangguhnya eksistensi doktrin Ahlu Sunnah waljama’ah ala Nahdlatul Ulama sebagai main stream ajaran Islam nasional (bahkan internasional), ataupun untuk menjaga tetap tegaknya ideologi nasional dan eksisnya NKRI. Pengkaderan katagori PPR terkait erat dengan ikhtiar membangun gerakan NU dari bawah untuk penguatan organisasi dan pemberayaan warga. Pengkaderan ~334~
Komisi Program~
kategori Kader Keulamaan terkait erat dengan penyaiapan calon pimpinan Syuriyah NU di daerah. 10. Mengembangkan dan mendorong perekoniman jama’ah NU melalui induk koperasi NU Syirkah Muawanah agar kuat dan mandiri dalam bentuk: -
Merintis dan memperkuat kelompok kegiatan ekonomi warga NU baik yang berbadan hukum koperasi maupun non keperasi, dengan memberikan dukungan manajemen kelembagaan, capacity bulding maupun pinjaman financial tanpa agunan dengan sistem mudhorobah;
-
Mendirikan dan memperkuat Asosiasi Petambak Garam NU, asosiasi ini telah melakukan serangkaian kegiatan capacity building untuk anggotanya, advokasi ke pemerintah terkait impor garam;
-
Perhimpunan saudargar NU, telah menyelenggarakan berbagai expo hasil usaha bidang industri ( kerajinan, makanan, teknologi dll, ) berbagai kelompok jama’ah NU.
11. Melakukan pengembangan teknologi informasi untuk menyebarluaskan ajaran Aswaja NU sekaligus menangkal aliran Islam garis keras yang menyerang ideologi, ajaran maupun amaliah NU. Juga dimaksudkan untuk mempublikasikan berbagai program serta kegiatan PBNU dan lembaga, lajnah, dan banom NU di NU Online (pernah mendapatkan ranking I website ormas di Indonesia dari ALEXA) serta Radio NU maupun masing-masing lembaga, lajnah dan banom. 12. Pengembangan media cetak oleh berbagai lembaga dan banom, di antaranya: Jurnal Taswirul Afkar, Risalah NU, jurnal Ma’arif, dan lain-lain.
~335~
~Komisi Program
13. Melakukan labelisasi ribuan masjid NU dan telah menjangkau ribuan Ta’mir Masjid (DKM/Dewan Kesejahteraan Masjid) serta mendistribusikan secara gratis belasan ribu kaleng GISMAS (Gerakan Infak Sedekah Memakmurkan Masjid dan Masyarakat) dalam rangka upaya pemandirian umat melalui masjid dan reposisi masjid menjadi sebagai pelayan jamaah. 3.4. Pembenahan Ke Depan Sebagai organisasi besar NU masih perlu untuk terus berbenah memperbaiki diri di berbagai hal, antara lain: • Kesenjangan yang signifikan antara pelaksanaan program dengan program dasar yang telah dirumuskan dalam Muktamar NU. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya sikap profesionalitas, akuntabilitas, dan lemahnya manajemen organisasi maupun program. Mekanisme organisasi dalam rangka konsolidasi-koordinasi-sinergisme Lembaga, Lajnah dan Banom belum juga berjalan dengan baik. • Sistem rekruitmen kepengurusan NU tidak berbasis pada pengembangan kemampuan sebagai fungsionaris NU dalam proses kaderisasi dan tidak tepatnya cara rekrutmen pengurus. Akibatnya, sering terjadi penempatan personel pengurus tidak pada tempatnya, kepengurusan tidak berjalan, serta terjadi intrusi ideologi dan penyusupan pengurus oleh kelompok-kelompok anti aswaja. • Untuk melaksanakan semua program-programnya, NU tidak memiliki sumber dana yang cukup yang dapat diperoleh secara terencana, karena sistem penggalian dana (fund rising) tidak berkembang dan kurang memperoleh perhatian secara maksimal. • Sistem kaderisasi di semua level kepengurusan NU belum berjalan secara berjenjang, sistematis, dan berkelanjutan. ~336~
Komisi Program~
• Aset NU belum terkelola secara optimal dalam penggunaannya dan kurangnya tenaga profesional yang mampu mengembangkannya. • PBNU belum memiliki database terkait pengurus di semua tingkatan, jamaah dan aset-asetnya, baik fisik maupun non fisik.
IV. VISI/CITA-CITA NU Menjadi Jam’iyah diniyah Islamiyah ijtima’iyah yang memperjuangkan tegaknya ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah an Nahdliyyah, mewujudkan kemaslahatan masyarakat, kemajuan Bangsa, kesejahteraan, keadilan dan kemandirian khususnya warga NU serta terciptanya rahmat bagi semesta, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila. V. MISI 1. Mengembangkan gerakan penyebaran Islam Ahlusunnah wal Jama’ah an Nahdliyyah untuk mewujudkan ummat yang memiliki karakter Tawassuth (moderat), Tawazun (simbang) dan I’tidal (tegak lurus), Tasamuh (Toleran). 2. Mengembangkan beragam khidmah bagi jama’ah NU guna meningkatkan kualitas SDM NU dan kesejahteraannya serta untuk kemandirian jam’iyah NU. 3. Mempengaruhi para pemutus kebijakan maupun UndangUndang agar produk kebijakan maupun UU yang dihasilkan berpihak kepada kepentingan masyarakat dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rasa keadilan.
~337~
~Komisi Program
VI. TUJUAN 1. Terbentuknya karakter pada jama’ah NU yang mencerminkan nilai-nilai Tawassuth (moderat), Tawazun (seimbang) dan Tasamuh (toleran), dalam cara berfikir, bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam urusan keagamaan maupun duniawi. 2. Terbangunnya jami’yah maupun jama’ah NU yang memiliki kemandirian bidang ekonomi, sosial dan politik. 3. Menguatnya peran, fungsi dan menjemen kelembagaan/ organsisasi NU dan manajemen sistem informasi NU di semua tingkatan untuk mencapai visi dan misi NU. 4. Meningkatnya jaringan dan kerjasama NU dengan berbagai pihak yang berkepentingan di dalam maupun luar negeri.
VII. PROGRAM DASAR; DIHARAPKAN
ARAH DAN HASIL YANG
7.1. Program Penguatan dan Penyebaran Ajaran Aswaja Nahdlatul Ulama saat ini menghadapi masalah sangat kompleks termasuk ancaman terhadap ideologi/paham/ajaran yang diyakini dan dianut oleh warga/jamaah NU. Berbagai kelompok aliran ideologi Islam transnasional memandang sesat terhadap praktek tradisi dan amaliah NU yang selama ini dilakukan oleh warga NU, juga terhadap beberapa pokok ajaran dan akidah Islam Aswaja yang dianut NU. Berbagai cara yang dilakukan untuk menyerangan prakatek amaliah maupun ajaran NU tersebut diantaranya melalui media cetak maupun elektronik, diskusi maupun seminar-seminar dan kegiatan dakwah lainnya. Dampak dari gerakan yang mengatasnamakan pemurnian ajaran Islam tersebut, membuat warga nahdliyyin resah bahkan ragu terhadap apa yang selama ini dilakukan. Kegamangan, keraguan ~338~
Komisi Program~
dan bahkan beberapa di antara warga meninggalkan amaliah NU dan ajaran Islam Aswaja selain karena faktor dari luar juga faktor dari diri mereka sendiri yaitu kurangnya pemahaman tentang dasar-dasar praktek tradisi ataupun amaliah NU demikian juga tentang Islam Aswaja. Yang demikian juga karena kurangnya bimbingan dari para pemimpin, tokoh maupun pengurus NU kepada mereka. Untuk itu menjadi prioritas bagi NU sebagai jam’iyah agar menguatkan kembali pemahaman kepada warga NU terhadap dasar-dasar rujukan tradisi dan amaliah NU, sekaligus menyebarluaskan ajaran Islam Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja). Karena Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) paham keagamaan yang dianut oleh NU merupakan bentuk ajaran Islam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi melalui jalur sanad yang sah dan terpercaya sampai kapada Rasulullah. Karena itu NU memandang bahwa paham Ahlussunnah Wal Jama’ah secara subtantif adalah apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah beserta para sahabatnya serta pengikutnya. NU dengan paham Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah menempatkan posisinya sebagai jalan tengah yang berada dua ekstrim yaitu ekstrim ‘aqliy dan ekstrim naqliy. Karena itu karakter dalam Aswaja yang harus diterjemahkan secara operasional dalam kehidupan sehari-hari yaitu; Tawassuth (moderat), Tawazun (seimbang), I’tidal (tegak lurus) dan Tasamuh (toleran), untuk menghindari sikap ekstrim baik dalam kehidupan keagamaan maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Penguatan tentang Aswaja di lingkungan internal NU ditujukan bagi para pengurus NU, kader maupun jama’ah NU di seluruh penjuru tanah air termasuk mereka yang berada di daerah terpencil maupun daerah transmigrasi. Hal ini dimaksudkan untuk membangun kesamaan pemahaman tentang nilai-nilai perjuangan ~339~
~Komisi Program
yang terkandung dalam paham Aswaja dan menjadikannya sebagai landasan berorganisasi di lingkungan NU. Penyebaran Aswaja juga perlu dilakukan eksternal NU, ditujukan kepada pihak-pihak diluar NU baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Penyebaran Aswaja ini dimaksudkan untuk memperluas dan memperbanyak masyarakat yang pada dirinya tumbuh dan berkembang karakter dalam cara berfikir, bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari atas dasar nilai-nilai; Tawassuth (moderat), Tawazun (seimbang) dan Tasamuh (toleran), dalam rangka mewujudkan perdamaian, ketentraman sesama umat dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara serta berbangsa. Penguatan dan penyebarluasan Aswaja dapat dikembangkan melalaui berbagai program baik yang secara khusus untuk itu maupun menjadi bagian dari program tertentu, seperti program pendidikan formal di madrasah/sekolah/perguruan tinggi, kaderisasi, pemberdayaan masyarakat, kegiatan diskusi, seminar/workshop, sarasehan tingkat nasional, regional maupun internasional dan kegiatan dakwah lainnya. Penguatan dan penyebarluasan Aswaja dapat juga dilakukan dengan mengembangkan berbagai media baik media elektronik (Online, TV, Radio) maupun media cetak seperti jurnal, majalah maupun buletin, buklet, buku saku, dll. Hasil Yang Diharapkan 1. Tersusun standarisasi materi Aswaja yang secara resmi dikeluarkan oleh PBNU sebagai acuan penyampaian materi Aswaja baik untuk kalangan internal NU maupun masyarakat luas. 2. Seluruh jama’ah NU memiliki pemahaman yang sama tentang Aswaja sebagai ideologi dan metode dalam memahamai ajaran Islam. ~340~
Komisi Program~
3. Seluruh jama’ah NU memiliki karakter yang mencerminkan nilai-nilai yang ada dalam Aswaja (Tawassut/Moderat, Tawazun/seimbang, Tasamuh/toleran), yang dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara dan berbangsa dan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mutammaddin yaitu saling kenal-mengenal, saling memahami, saling percaya, saling menolong, dan tanggung-jawab. 4. Sebagian besar masyarakat bisa menjadikan nilai-nilai Aswaja sebagai ajaran untuk menuntun kehidupan mereka seharihari dalam bermasyarakat, bernegara dan berbangsa . 5. Semua warga atau jama’ah NU mendapat informasi, pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang Aswaja, secara berkelanjutan, melalui berbagai kegiatan seperti; pendidikan di madrasah/ sekolah/ pesantren/ perguruan tinggi, pusat pendidikan & informasi Aswaja, pengajian di majlis taklim/ majlis tahlil/ majlis lailatul ijtima’, diskusi, seminar, media elektronik-website, twitter, TV, Radio / cetakbuku utama, buku saku, jurnal, bulletin, brosur, maupun kegiatan dakwah NU lainnya. 6. Lahirnya sejumlah da’i Aswaja di setiap PCNU (melalui pendidikan/pelatihan khusus yang diselenggarakan untuk itu), yang mampu mentransformasikan ajaran dan nilainilai Islam Aswaja secara profesional kepada jama’ah NU maupun masyarakat luas, di wilayah kerja PCNU masingmasing maupun di daerah transmigrasi/daerah terpencil lain di sekitarnya. 7. Tumbuhnya kesadaran warga NU untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian bernuansa keagamaan sebagai bagian dari media dakwah Islam Aswaja dalam upaya mewujudkan dan memperkuat peradaban masyarakat.
~341~
~Komisi Program
7.2. Program Pengembangan Kualitas SDM NU Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran yang besar dalam memberikan arah dan sekaligus menjalankan peran dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, kenegaraan dan kebangsaan. Berbagai pengalaman dan keberhasilan yang telah dicapai oleh para pendiri maupun para pimpinan NU sejak periode awal sampai saat ini telah memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam menata kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya, hankam. Ini semua menjadi bukti nyata bagaimana peran tersebut telah dilakukan. Seiring dengan berbagai perkembangan perubahan tatanan sosial, ekonomi, politik dan budaya dewasa ini, tuntutan yang mesti dijawab oleh NU sebagai Jam’iyah yaitu apakah sumber daya manusia NU sebagai asset, sebagai modal sosial dan pelaku utama Jam’iyah telah juga disiapkan, dikonsolidasikan menjadi sebuah kekuatan yang memiliki daya saing untuk menggerakkan Jam’iyyah maupun Jama’ah NU dan untuk terus menjalankan perannya tersebut. NU sebagai Jam’iyyah maupun Jama’ah sangat diperhitungkan oleh komponen bangsa ini dalam mendorong perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk tercapainya kehidupan berbangsa dan bernegera sebagaimana yang diamanatkan oleh UUD 1945. Kebutuhan akan Sumber Daya Manusia yang memiliki intergitas individu, integritas kelompok atau organisasi dan integritas sosial merupakan aset yang dapat menjadi penggerak organisasi NU di semua tingkatan, mutlak dibutuhkan dan itu dapat dicapai salah satunya melalui program kaderisasi yang berkelanjutan, bersifat massif dengan konsep yang jelas dan pelaksanaannya didukung tenaga professional.
~342~
Komisi Program~
Pada bagian lain, sejalan dengan perkembangan dan perubahan kehidupan sosial dan tuntutan SDM yang diharapkan bisa mengisi peluang perubahan tersebut, maka NU juga harus memberikan perhatian yang besar kepada upaya menyiapkan SDM-nya melalui lembaga pendidikan. Karena itu pengembangan sumber daya manusia merupakan bagian penting dari ikhtiar yang harus dilakukan oleh organsiasi termasuk NU sebagai jam’iyah diniyah Islamiyah ijtima’iyah secara terencana dan terus menerus. Pengembangan sumberdaya manusia di lingkungan NU sekaligus dimaksudkan untuk membangun warga/jama’ah NU yang sehat secara jasmani, rohani dan sehat secara sosial agar bisa mengoptimalkan aktualisasi potensi, kecerdasan dan ketrampilan maupun profesinya masingmasing baik untuk berkhidmat kepada NU, maupun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara lebih luas. Ruang lingkup program Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia NU berkaitan langsung dengan hal-hal berikut; 1. Pendidikan Pendidikan dimaksudkan sebagai ikhtiar untuk membangun karakter manusia Aswaja yakni memiliki cara berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran maupun nilai-nilai Aswaja. Pendidikan juga dimaksudkan untuk melahirkan manusia yang berkepribadian Indonesia, berakhlak mulai, cerdas, trampilan berguna bagi kemaslahatan diri, keluarga dan umat. Penyelenggaraan pendidikan formal maupun non formal di lingkungan NU di bawah satu atap yaitu badan yang didirikan untuk pengembangan, pengelolaan, penyelenggaran dan atau pendirian lembaga pendidikan. Badan tersebut memiliki struktur dari pusat, wilayah sampai tingkat cabang. Badan tersebut ~343~
~Komisi Program
juga bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum, standarisasi manajemen, mengembangkan insfratruktur dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. Seluruh penyelenggaraan dan pendirian pendidikan di lingkungan NU berada dalam satu payung hukum yaitu Perkumpulan NU. Adapun pendidikan dimaksud terdiri dari: • Pendidikan formal yang diselenggarakan di madrasah/ sekolah/pondok psantren baik kejuruan maupun yang umum mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. • Pendidikan non formal atau informal seperti melalui pondok pesantren , Raudlatul Atfal (RA), PAUD, majelis-majelis taklim, diskusi, kursus ketrampilan, pelatihan dll. Hasil Yang Diharapkan 1.1. Terbentuk manusia yang memiiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai Ajaran Islam Ahlussunnah Wal jam’ah dan sesuai dengan nilai-nilai dari Mabadi khoiro Ummah. 1.2. Meningkatnya kualitas proses belajar-mengajar di semua tingkatan pendidikan yang diselenggarakan oleh NU. 1.3. Meningkatnya jumlah peserta belajar/peserta didik setiap tahun ajaran baru di semua tingkatan pendidikan yang diselenggarakan oleh NU. 1.4. Terbentuknya Badan Penyelenggara Pendidikan (BPP) Ma’arif NU. Struktur organisasinya mulai di tingkat pusat, wilayah, sampai tingkat cabang. 1.5. Berdirinya lembaga pendidikan perguruan tinggi di propinsi/ wilayah NU seluruh Indonesia, sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
~344~
Komisi Program~
1.6. Berdirinya lembaga pendidikan formal untuk sekolah umum maupun kejuruan juga lembaga pendidikan madrasah, dan pendidikan non formal, yang diinisiasi oleh Badan Penyelenggara Pendidikan (BPP) - Ma’arif NU, sekurangya setiap tahun sebanyak 5-10 unit sekolah/ madrasah (formal dan non formal) di semua tingkatan propinsi/wilayah, kabupaten/cabang, kecamatan/MWC dan desa/ranting. 1.7. Tersedianya dan didistribusikannya beasiswa bagi peserta belajar/peserta didik yang berprestasi dan tidak mampu secara finansial, utuk semua jenis dan tingkatan pendidikan yang diselenggarakan oleh BPP-Ma’arif NU. 1.8. Meningkatkan fasilitas penyelenggaraan pendidikan yang dikelola oleh badan yang ditunjuk untuk itu, untuk memberikan kesempatan kepada warga memperoleh pelayanan pendidikan yang berkualitas. 1.9
Tumbuhnya kesadaran warga NU terhadap budaya/ tradisi lokal yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam Aswaja sebagai bagian dari tata kehidupan sosial kemasyarakatan yang mesti dilestarikan dan dikembangkan dalam upaya memperkuat peradaban masyarakat.
2. Kaderisasi Pengembangan Sumber Daya Manusia di lingkungan NU melalui kaderisasi bagi seluruh jama’ah yang berada di struktur organisasi NU maupun non struktur. Dilakukan secara formal maupun non formal berkelanjutan dan berjenjang. Pengembangan sumber daya manusia NU, berorientasi pada pengenalan diri manusia secara padu antara aspek subyektivitas dan obyektivitas. Pengembangan aspek obyektifitas harus mampu ~345~
~Komisi Program
membangkitkan semangat melawan dan mengubah keadaan yang tidak diinginkan menjadi realitas yang diidealkan. Sedangkan pengembangan aspek subyektifitas harus mampu membangkitkan semangat untuk memperbaharui peran sesuai dengan realitas yang diidealkan tadi. Kedua aspek tersebut merupakan satu kesatuan gerak saling mengisi dan melengkapi. Obyektifitas berkaitan dengan tindakan (aksi), subyektifitas terkait dengan pemikiran (refleksi). Daur aksi refleksi akan terus berulang dan daripadanya akan melahirkan kesadaran baru yang bersifat manusiawi guna mengubah keadaan di lingkungan NU. Kaderisasi di lingkungan NU melalui: • Pendidikan kader yang meliputi: a. Kader struktural NU, yaitu bagi pengurus NU di semua tingkatan (mulai dari tingkat PBNU sampai dengan Ranting), Pengurus Lembaga, Lajnah dan pengurus Banom untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam memimpin, mengerakkan warga dan mengelola organisasi/kelembagaan NU. b. Kader Keulamaan, yaitu menyiapkan calon para syuriah NU di semua tingkatan kepengurusan NU, baik dari lingkungan pesantren maupun luar pesantren, diharapkan daripadanya lahir ulama-ulama muda yang siap menjadi syuriah NU c. Kader Penggerak NU, yaitu kader NU yang memiliki tugas khusus memperkuat, mengamankan, mempertahankan dan mentransformasikan nilai-nilai perjuangan dan ideologi NU sebagai jiwa dan perekat dalam menggerakkan NU dan dalam menggerakkan warga dalam menjalankan kehidupan keagamaan, sosial, berbangsa dan bernegara untuk tegaknya Islam Aswaja. ~346~
Komisi Program~
d. Kader Fungsional, yaitu menyiapkan kader yang memiliki fungsi, tugas dan tanggung jawab sebagai: Pelatih/fasilititator/instruktur, dalam kegiatan pelatihan maupun pendidikan untuk kaderisasi. Peneliti, yang diharapkan bisa menangani penelitian yang diselenggarakan di lingkungan NU. Tim leader untuk kegiatan Bahtsul Masail. Tim leader untuk menyelenggarakan & melakukan rukyatul hilal. Pendamping / Community Organizer / penyuluh masayarakat / Pemberdayaan masyarakat ( berbagai sektor). e. Kader Profesional, yaitu kader NU yang disiapkan bisa memasuki posisi tertentu yang berada di eksekutif, legislatif, yudikatif, perguruan tinggi maupun di perusahaan negara, baik di tingkat nasional maupun daerah. • Mempromosikan, menempatkan dan atau memfasilitasi kader NU dalam berbagai peluang posisi di dalam maupun di luar NU, di tingkat nasional maupun daerah dan desa. Hal ini diharapkan agar terjadi mobilitas horisontal maupun vertikal bagi para kader NU di semua tingkatan organisasi NU. Hasil Yang Diharapkan 2.1 Meningkatnya kinerja para pengurus NU, lembaga, lajnah, dan pengurus banom di semua tingkatan organisasi NU dalam menggerakkan dan mengelola organsiasi/kelembagaan NU, dalam berkhidmat kepada jama’ah NU, sesuai dengan mandat, fungsi dan perannya, tugas dan tanggung jawabnya masing-masing untuk mewujudkan Visi dan Misi NU. ~347~
~Komisi Program
2.2. Tersusun konsep menyeluruh tentang kaderisasi, sebagai penyempurnaan atas konsep kaderisasi yang sudah di disusun dan ditetapkan oleh rapat pleno I PBNU serta disahkan oleh PBNU periode 2010-2015. 2.3. Berdiri pusat pendidikan dan pelatihan tingkat nasional yang dikelola secara profesional oleh lembaga yang mendapatkan mandat untuk menyelenggarakan kaderisasi dan melahirkan jenis-jenis kader terdiri dari Kader; Struktural (termasuk Kader Penggerak Ranting), Keulamaan, Penggerak NU, Fungsional dan kader Profesional. Pusat pendidikan dan pelatihan dimaksud merupakan bagian tak terpisahkan dari tugas dan tangungjawab NU dalam kaderisasi di NU 2.4. Lahirnya para kader terlatih yang mampu menjalankan peran, fungsi, tugas dan tanggung jawabnya secara profesional sesuai dengan kategori kader masingmasing. Yaitu secara keseluruhan akan dilahirkan Kader Struktural, Kader Keulamaan, Kader Penggerak NU, Kader Fungsional (sebagai pelatih/instruktur pelatihan/ pendidikan) relawan pendamping desa, team leader penyelenggara Bahtsul Masail, team pemantau rukyat hilal. 2.5. Terselenggaranya penyelenggaraan kaderisasi di masingmasing perangkat organisasi NU di semua tingkatan secara terencana dan berkelanjutan, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dengan mengacu pada konsep kaderisasi yang berlaku di NU. 3. Pendidikan Politik Warga/Jam’ah NU Terjadinya reformasi dan perubahan sistem politik di Indonesia tidak lepas dari kondisi global yang mendesakkan itu dan respon yang luar biasa semua komponen bangsa untuk ~348~
Komisi Program~
melakukan perubahan. Tuntutan perubahan dari masa sebelumnya ke masa reformasi tak terelakkan dan karenanya sekarang ini mengalami perubahan yang mendasar di berbagai bidang. Telah terjadi amandemen UUD 45, serta bermunculan berbagai UU maupun kebijakan yang baru. Peran-peran masyarakat sipil dalam berbagai proses pembangunan menjadi faktor penting, terlibat dalam proses perencanaan maupun pengawalan pelaksanaannya. Misalnya sistem desentralisasi dengan kebijakan UU nomor 22 tahun 1999 dan kemudian direvisi menjadi UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Kebijakan tersebut telah memungkinkan terbukanya ruang baru bagi masyarakat maupun warga untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan dan terlibat dalam pengambilan keputusan kebijakan publik. Terjadi perubahan konsep partisipasi masyarakat yaitu dari pemberian kesempatan oleh negara menjadi hak, sebagai bagian dari hak asasi manusia. Partisipasi tidak lagi dimaknai keterlibatan di luar institusi pemerintahan tetapi juga dalam mekanisme internal pemerintahan.Partisipasi di bidang politik tidak saja diartikkan partisipasi dalam lima tahunan sekali dalam penyelenggaraan Pemilu/Pilkada, tetapi sudah bisa dilakukan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan sehari-hari. Sejak reformasi bergulir, berbagai prakarsa warga/ masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan kebijakan publik sudah berjalan. Dengan keterlibatan warga/masyarakat tersebut diharapkan UU maupun kebijakan yang dibuat akan lebih berorientasi kepada kepentingan keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan pro kelompok rakyat miskin maupun kelompok perempuan dan kelompok marginal lainnya. Kesadaran terhadap hal-hal tersebut itulah perlu dibangun di kalangan warga jama’ah. Karena sesungguhnya NU sebagai jama’ah maupun sebagai jamiyah merupakan salah satu komponen bangsa yang senantiasa mendorong negara untuk memberikan perhatian dan pemihakan kepada kelompok masyarakat yang ~349~
~Komisi Program
termarjinalkan, masyarakat tereksklusi maupun masyarakat miskin (al-Mustadl’afien). Hasil Yang Diharapkan 3.1 Tumbuhnya kesadaran bagi warga/jama’ah NU tentang posisi NU sebagai salah satu komponen bangsa sebagai pendiri dan pengawal NKRI yang berlandaskan pada azas Pancasila, untuk senantiasa dikawal diamankan dari ancaman kelompok-kelompok radikal yang ingin mengganti dalam bentuk lain. 3.2. Tumbuhnya kesadaran para pengurus maupun warga/jama’ah NU tentang pentingnya terlibat dalam proses pembangunan mulai dari tingkat bawah (desa/ kelurahan) sampai tingkat nasional, baik terlibat dalam tahapan perencanaan maupun pengawasan dalam pelaksanaannya. Diharapkan seluruh ranting NU se Indonesia yang diwakili oleh unsur pengurus maupun warga/jama’ah NU bisa menjadi bagian dari kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan desa/ kelurahan dan bisa melakukan pengawalan terhadap pelaksanaannya. 3.3. Tumbuhnya kesadaran para pengurus maupun warga/ jama’ah NU untuk senantiasa mengkritisi maupun mengusulkan baru UU maupun kebijakan terkait dengan pembangunan bidang keagamaan, ekonomi, sosial, hukum dan politik serta budaya di tingkat Nasional maupun daerah agar UU maupun kebijakan tersebut mencerminkan pemihakan atas keadilan maupun kesejahteraan masyarakat dan juga tidak sesuai dengan prinsip-prinsi dasar yang dikembangkan oleh NU dalam pengelolaan bidang keagamaan, ekonomi, sosial, hukum dan politik serta budaya. ~350~
Komisi Program~
4. Pelayanan Kesehatan Penyiapan SDM yang berkualitas mesti dilakukan sejak dini agar selalu sehat jasmani dan sehat rohani. Layanan kesehatan dimaksudkan untuk menjamin keadaan setiap orang dapat memperoleh derajat kesehatan yang memungkinkannya hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Indikator pelayanan kesehatan dapat dilihat dari membaiknya indikator kesehatan seperti; penurunan angka kematian bayi, balita dan ibu melahirkan, meningkatnya harapan hidup, menurunnya angka kesakitan dan berbagai penyakit menular dll. Penguatan SDM yang berkualitas di lingkungan NU melalui pengembangan pelayanan kesehatan dapat diwujudkan melalaui ; pelayanan kesehatan di tingkat basis/warga, pusat pelayanan kesehatan dalam bentuk rumah sakit, Klinik maupun Balai Pengobatan. Memperhatikan tumbuh dan berkembangnya pengelolaan, penyelenggaraan dan atau pendirian Rumah sakit, Klinik dan balai pengobatan di lingkungan NU, maka sudah saatnya ada badan pengelola kesehatan NU. Badan tersebut memiliki struktur organisasi di tingkat pusat, wilayah dan cabang NU serta bertanggung jawab langsung kepada PBNU. Bentuk kelembagaannya terdiri dari badan pengurus dan pelaksana. Badan pengurus ditunjuk dan diangkat oleh PBNU dengan periode masa jabatan sama dengan PBNU. Badan pelaksana (Executive), yang bekerja secara profesional direkrut dan ditetapkan oleh badan pengurus. Badan Penyelenggara Bidang Kesehatan Nahdlatul Ulama (BPBK-NU) akan melakukan standarisasi bidang pengelolaan/manajemen, pelayanan kesehatan, peningkatan kualitas tenaga medis dan pengembangan pelayanan sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat. Pelayanan kesehatan untuk warga NU maupun masyarakat luas terjangkau dan berkualitas sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab NU untuk berkhidmat ~351~
~Komisi Program
kepada jama’ahnya maupun masyarakat luas, sesuai dengan prinsip dasar dan kode etik yang dikembangkan oleh NU. Hasil Yang Diharapkan 4.1
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di semua pelayanan kesehatan NU baik yang berbasis masyarakat, maupun pusat pelayanan kesehatan (RS, Klinik, Balai Pengobatan Rumah Bersalin), sesuai dengan prosedur dan ketentuan pelayanan yang ada.
4.2. Berdiri Badan Penyelenggara Bidang Kesehatan Nahdlatul Ulama (BPBK-NU), struktur organisasinya di tingkat pusat, wilayah, sampai tingkat Cabang. 4.3. Berdiri pusat-pusat pelayanan kesehatan di kota/ Kabupaten/PCNU di seluruh Indonesia sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan NU setempat yang diinisiasi oleh BPBK-NU, yang mampu memberikan kemudahan bagi warga NU maupun masyarakat luas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau. Diharapkan bisa didirikan pusat pelayanan berbasis komunitas (pedesaan/Kelurahan) setiap tahun didirikan pusat-pusat pelayanan di tingkat kota/ kabupaten oleh PCNU maupun bersama dengan PBNU sendiri. 4.4. Tumbuhnya kemampuan pusat-pusat pelayanan kesehatan NU melalui berbagai pelayanan maupun kegiatan untuk berkontribusi dalam upaya mengurangi masalah kesehatan di masyarakat diantaranya; kematian ibu melahirkan dan anak yang dilahirkan, penyebaran penyakit infeksi menular, masalah-masalah kesehatan reproduksi perempuan maupun laki-laki, dll. 4.5. Tersedianya berbagai macam alat medis yang sesuai dengan kebutuhan klien/pasien dan perkembangan ~352~
Komisi Program~
ilmu serta teknologi bidang kesehatan, juga tersedia dan tercukupi fasilitas lainnya pada pusat-pusat pelayanan kesehtan NU sesuai dengan kategori/kelas pusat pelayanan kesehatan masing-masing. 7.3 Peningkatan Kesejahteraan dan Keadilan Warga Ikhtiar mewujudkan visi maupun cita-cita NU terkait dengan kesejahteraan dan rasa keadilan bagi jama’ah NU menjadi bagian utama yang mesti diperjuangkan oleh para pemimpin maupun pengurus NU. Tercapainya tingkat kesejahteraan yang tinggi di kalangan jam’ah NU melalui berbagai program yang dikembangkan oleh NU pada dasarnya juga akan memandirikan NU sebagai jam’iyah maupun sebagai jama’ah. Dari sisi latarbelakang profesi, para jama’ah NU ada di berbagai profesi diantaranya, pedagang (formal dan informal), pengusaha (di bidang jasa maupun non jasa), buruh (sektor formal maupun informal di dalam maupun di luar negeri), pegawai (negeri maupun swasta), konsultan, guru (swasta maupu negeri), ABRI, politisi, nelayan dan petani. Profesi sebagai petani merupakan bagian besar dari jama’ah NU. Bagi generasi muda NU yang hidup di desa profesi sebagai petani tersebut cenderung ditinggalkan dan lebih memilih pergi ke kota untuk menekuni profesi yang baru sama sekali atau melanjutkan profesinya yang sewaktu di desa juga ditekuni yaitu sebagai tukang bangunan dll. Masalahnya bagaimana NU bisa memberikan perhatian kepada para jama’ah NU dengan profesinya masing-masing itu, mendorong meningkatkan taraf kesejehtaraan maupun rasa keadilan bagi jama’ah NU. Berbagai bidang/sektor yang bisa digunakan sebagai titik masuk untuk mewujudkan kesejahteraan dan rasa keadilan warga/jama’ah diantaranya ialah bidang perekonomian, ketenagakerjaan, dan perlindungan hukum.
~353~
~Komisi Program
1. Sektor Perekonomian Memperhatikan masalah-masalah terkait dengan kebijakan maupun praktek kegiatan ekonomi sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelum ini, maka orentasi pengembangan perekonomian NU melalui berbagai progam aksi maupun advokasi kedepan hendaknya; pertama, bertumpu pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat/warga, melibatkan partisipasi pelaku ekonomi yaitu masyarakat/warga dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasannya. Kedua, ditujukan untuk sebesarbesarnya kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat/warga. Ketiga, memihak kepada orang miskin, marjinal dan mereka yang tereksklusi terstigma karena agama maupun kepercayaannya. Keempat, mendayagunakan sumber daya manusia yang ada secara optimal untuk menjawab melimpahnya tenaga kerja yang tidak bisa masuk dalam pasarkerja, tetapi tidak untuk mengekploitasi. Kelima, tidak melakukan kerusakan lingkungan, serta tidak berlebih-lebihan memanfaatkan sumberdaya alam dan menjaga keberlangsungannya. Keenam, mengantisipasi terjadinya bonus demografi (2010-2035) dengan mendorong kepada pihak-pihak pengambil kebijakan, agar bonus demografi dimanfaatkan secara optimal bukan malah menjadi petaka bauat bangsa ini. Ketujuh, menumbuhkan keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan. Perhatian pengembangan sektor pertanian dan perikanan hendaknya menjadi utama karena secara demografis sebagian besar waga/jama’ah NU berada di pedesaan, daerah terpencil maupun wilayah transmigrasi. Apalagi dengan diberlakukannya UU nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Tanpa mengesampingkan sektor ekonomi lain yang berkembang di perkotaan khususnya sektor informal karena secara demografis telah terjadi migrasi penduduk dari desa ke kota secara signifikan yang didalamnya banyak juga warga/jama’ah NU. ~354~
Komisi Program~
Dari sisi pengelola maupun pelaku perekonomian dilingkunan NU mesti berpegang teguh pada prinsip dasar membangun manuasia unggul atau “Mabadi Khaira Ummah” (As-Shidqu/jujur, Al-Amanah wal wafa bil ‘Ahd/amanah dan menepati janji, Al Adalah/ bersikap adil, Ataawun/gotong royong. tolong menolong, Istiqomah/ Konsisten. Sudah saatnya NU memperkuat jejaring internal pelaku ekonomi kalangan warga/jama’ah NU baik berdasarkan domisili (antar kota, antar propinsi, antar pulau) maupun jenis usaha ekonomi yang di kembangkan, baik secara individu maupun berkelompok. Jejaring tersebut dimaksudkan untuk saling memperkuat usaha masing-masing maupun secara bersama didang produksi, distribusi maupun pemasaran, permodalan dan manajemen menuju terwujudnya perekonomian NU yang kuat dan mandiri. Seluruh program perekonomian di lingkungan NU akan efektif dengan berdasarkan prinsip-prinsip sebagaimana yang disebut diatas jika didukung dengan kelembagaan yang kuat. Kelembagaan yang dimaksud ialah sebuah Badan Penyelenggara Perekonomian NU (BPP-NU) yang dibentuk untuk itu. Hasil Yang Diharapkan 1.1 Terbentuknya Badan Penyelenggara Perekonomian – NU (BPP-NU) yang berkedudukan di pusat dan memiliki struktur organisasi sampai di tingkat Kab/kota/cabang NU. 1.2. Tumbuhnya kesadaran dan praktek melakukan wiraswasta, mengembangkan agroindustri, pertanian, perikanan, perkebunan bagi warga/jama’ah NU khususnya kaum mudanya untuk membangun perekonemian yang kuat dan mandiri mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. ~355~
~Komisi Program
1.3. Warga/Jama’ah NU dapat memanfaatkan fasilitas yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengembangkan usaha produktif kreatif, seperti bekerjasama dengan kementrian tenaga kerja untuk mengoptimalkan pemanfaatan Balai Latihan Kerja (BLK) dan, dengan perusahaan swasta untuk job training. 1.4. Terjadinya perubahan kebijakan Negara di sektor perekonomian yang tidak pro kepada orang miskin, kelompok ekonomi bawah dan menengah yang berdampak pada timbulnya rasa ketidakadilan, terhambatnya perkembangan usaha produktif mereka. 1.5. Terwujudnya kebijakan pemerintah untuk memberikan fasilitas permodalan bagi UKM melalui lembaga keuangan khusus atau unit kerja khusus di lembaga keuangan yang sudah ada bagi warga/Jama’ah NU maupun masyarakat luas, untuk mewujudkan perekonomian yang kuat dan mandiri. 1.6. Terbentuk dan berfungsinya kelompok usah produktif maupun UKM warga/jama’ah NU di tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten dalam bentuk koperasi maupun non koperasi dalam berbagai sektor perekonomian yang dikembangkan oleh warga/ jama’ah NU, sehingga bisa mengakses permodalan serta dukungan manajemen, dan capacity building dari Induk Koperasi NU (Syirkah Muawanah), dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok usaha produktif khususnya dan warga/jama’ah NU umumnya. 1.7. Terjadinya jejaring antar pelaku ekonomi dikalangan warga/jama’ah NU dalam wadah Perhimpunan Saudagar NU, baik berdasarkan domisili (antar kota, antar propinsi, antar pulau) maupun jenis usaha ekonomi yang dikembangkan, untuk saling memperkuat usaha ~356~
Komisi Program~
masing-masing maupun secara bersama di bidang produksi, distribusi maupun pemasaran, permodalan dan manajemen menuju terwujudnya perekonomian NU yang kuat dan mandiri. 2. Ketenagakerjaan Bagian yang masih belum mendapat perhatian yang otimal dari NU ialah terhadap SDM yang masuk dalam lapangan kerja sebagai buruh perusahaan swasta maupun BUMN, baik yang berada di dalam maupun diluar negeri (Tenaga Kerja Indonesia/ Tenaga Kerja Wanita) termasuk tenaga kerja di sektor informal sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Para SDM NU tersebut sebagian besar adalah berasal dari desa-desa yang juga mayoritas dari keluarga warga/Jama’ah NU. Dengan bekerja sebagai buruh mereka bisa memberikan kesejahteraan bukan saja untuk anggota keluarga inti tetapi juga anggota keluarga besarnya. Pada beberapa TKI/TKW/PRT bahkan bisa membantu tumbuhnya kemandirian ekonomi keluarganya baik saat mereka masih berkerja maupun sesudah habis masa kotrak kerjanya. Demikian juga dengan para tenaga kerja/buruh yang bekerja di dalam negeri. Masalahnya masih banyak para tenaga kerja yang juga adalah warga/jama’ah NU belum sepenuhnya mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja karena berbagai faktor baik internal perusahaan, peraturan/ kebijakan ketenaga kerjaan maupun faktor internal tenaga kerjanya itu sendiri. Dampak dari itu semua masih banyak di antara tenaga kerja tersebut belum mendapatkan/belum bisa menikmati kesejahteraan sebagaimana mestinya. Bahkan banyak di antara mereka mendapat perlakuan tidak adil. Para buruh yang juga adalah warga/jama’ah NU yang tersebar dari beberpa regional kawasan industri, perlu mendapatkan perhatian dan dukungan NU untuk melakukan perubahan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan rasa keadilan sebagaimana ~357~
~Komisi Program
layaknya yang harus dinikmati. Karena itu perhatian yang besar terhadap SDM NU yang berada dalam sektor ketenagakerjaan akan memberikan kontribusi terhadap membaiknya angka Indek Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Hasil yang diharapkan 2.1. Tumbuhnya pemahaman dan kesadaran para tenagakerja/ buruh dari warga /jama’ah NU terhadap hak-haknya serta kewajibannya ditempat kerja mereka masing- masing sehingga dapat memperjuangkan pemenuhan hak-hak mereka mencapai sebagaimana semestinya . 2.2. Terkonsolidasikannya para tenaga perkerja/buruh dari warga/jama’ah NU yang tersebar di beberapa regioal kawasan industri maupun pusat-pusat perusahaan pelayanan jasa baik yang di dalam maupun di luar negeri dalam satu wadah organisasi buruh yang dinaungi oleh NU. 2.3. Berkembangnya organisasi buruh warga/jama’ah NU dan mampu memperjuangkan dan melindungi hakhak sebagai buruh baik di sektor formal maupun informal, baik mereka yang ada di dalam maupun luar negeri, sesuai dengan aturan yang ada. Organisasi dimaksudkan mampu menjadi fasilitator antara buruh dengan pemerintah dan pimpinan perusahaan maupun pengusaha serta majikannya dalam upaya mewujudkan kesejahteraan maupun rasa keadilan bagi para buruh dan keluarganya. 3. Pendidikan dan perlindungan Hukum Pemberdayaan Warga/jama’ah NU di bidang hukum diharapkan bisa berdampak pada tumbuhnya kesadaran hukum di antara mereka. Pengetahuan yang cukup tentang hak-hak ~358~
Komisi Program~
maupun kewajiban sebagai warga masyarakat terkait dengan masalah-masalah hukum yang mereka hadapi sangat diperlukan. Mereka juga memerlukan perlindungan hukum manakala sedang bermasalah hukum. Pengetahuan yang memadai atas aspek hukum akan juga memberikan percaya diri dalam mengahadapi masalah hukum yang menimpanya. Dengan perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak yang berwenang bisa memberikan ketentraman, ketenangan jika warga/jama’ah NU mendapatkan masalah hukum di tempat kerjanya maupun perkara hukum yang lainnya. Oleh karenanya dengan pendidikan dan perlindungan hukum diharapkan para warga/jama’ah NU untuk memperkuat kemampuan mereka yang lemah dalam mengubah nasib dan memperoleh hak-hak mereka karena tumbuhnya kepercayaan diri dalam mengelola hidup dan menolak pendekatan kekuasaan, menolak faham serba negara maupun serba penguasa dalam kehidupan bermasyarakat. Itu semua merupakan pintu menuju terwujudnya kesejahteraan dan rasa keadilan bagi mereka. Hasil Yang Diharapkan 3.1. Tumbuhnya pemahaman dan kesadaran hukum bagi warga/jama’ah NU sehingga memahami hak-haknya sebagai warga negara. 3.2 Setiap warga/jama’ah NU yang sedang bermasalah dengan hukum mendapatkan bantuan hukum dari NU agar bisa memperoleh rasa keadilan atas keputusan masalahnya. 3.3.
Terselenggaranya kajian kritis terhadap berbagai UU, kebijakan maupun peraturan yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat bahkan cenderung merugikan bagi masyarakat termasuk warga/jama’ah NU. Kajian menjadi bahan advokasi kepada pihak pemangku kepentingan maupun bahan judicial review di MK, dalam rangka ~359~
~Komisi Program
memperjuangkan hak-hak masyarakat yang bisa menjadi pintu masuk untuk mewujudkan kesejahteraan maupun rasa keadilan. 3.4
Terjadinya jejaring di antara lembaga bantuan hukum yang dimiliki oleh warga/jama’ah NU dengan lembaga Advokasi dan bantuan hukum NU di semua tingkatan organisasi NU untuk saling mendukung, tukar informasi dan pengalaman serta meningkatkan kapasitas dalam berbagai aspek. Melakukan kerja bersama melakukan penyuluhan serta pendidikan dan bantuan hukum, advokasi dll. kepada warga/jama’ah NU sebagai pintu masuk untuk tumbuhnya keasadaran hukum maupun rasa keadilan warga NU (termasuk buruh, perempuan dan anak, petani dan nelayan, dan warga rentan lain).
7.4. Penguatan Organisasi, Kelembagaan dan Jaringan Menjadikan NU jam’iyah diniyah Islamiyah wa ijtima’iyah adalah sebagai wadah untuk mencapai visi maupun cita-cita NU secara lebih efektif . Melalui wadah itu bisa dilakukan penataan kelembagaan, organisasi dan program sehingga menjadikan NU sebagai jam’iyah yang kuat, efektif dan mandiri dalam berkhidmat kepada warga/jama’ah NU. Semua perangkat organisasi yang dibutuhkan sudah dibentuk, dasar-dasar berorganisasi sudah dirumuskan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dengan turunannya yang berupa Pedoman Organisasi dan Pedoman Administrasi. Berbagai kebijakan operasional terkait dengan aspek kelembagaan, program, keuangan dan aset juga sudah dirumuskan. Berbagai rekomendasi kritis terhadap masalah kenegaraan dan kebangsaan dan sosial kemasyarakatan juga setiap Muktamar maupun Munas Ulama dan Konbes telah dirumuskan, disepakati bahkan dipublikasikan, disampaikan kepada pemangku kepentingan yang terkait langsung.
~360~
Komisi Program~
Masalahnya ialah berbagai perangkat, kebijakan, rekomendasi hasil Muktamar maupun Munas Ulama dan Konbes selama ini belum berjalan optimal sebagai yang diharapkan. Karena itu perlu dilakukan langkah-langkah pembenahan, penguatan, pembinaan dan pengawasan secara berkelanjutan. Harapannya ke depan semua yang sudah disepakati ditetapkan harus bisa ditaati dan dilaksanakan secara profesional. Pelaksanaan mandat, fungsi, peran dan tanggung jawab serta tugas masing-masing unit/ komponen organisasi di semua tingkatan organisasi NU di bidang masing-masing harus bisa lebih dioptimalkan, sehingga organisasi NU bisa berjalan efektif, efisien dan berkelanjutan. Seiring pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi serta SDM NU yang memiliki beragam latar pendidikan maupun karir, maka sudah saatnya NU sebagai Jamiyah bisa memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, informasi dan tehnologi tersebut dalam menggerakkan organisasi serta memberikan kesempatan kepada SDM NU untuk berkontribusi dalam ikhtiar mewujudkan visi maupun cita-cita NU. Sebagai organisasi Islam yang besar NU tidak akan bisa bekerja sendiri dalam mewujudkan visi maupun misinya. Mengembangkan jejaring dan kerjasama dengan berbagai komponen organisasi sosial di dalam maupun di luar negeri, organisasi profit maupun pemerintah adalah sesuatu keniscayaan, dengan tetap berpegang teguh pada prinsip utama dalam membangun jaringan maupun kerjasama sebagaimana yang disepakati dan ditetapkan di lingkungan NU. Persoalan ketersediaan dana yang memadahi untuk berbagai keperluan kegiatan organisasi maupun program selama ini dirasakan masih menjadi problem besar dan sangat mengganggu kemajuan berbagai bidang di lingkungan NU di semua tingkatan ~361~
~Komisi Program
organisasi. Tetapi beberapa Cabang NU ternyata mampu melakukan penataan di bidang mobilisasi SDM maupun dana dalam menjawab persoalan kebutuhan dana. Karena itu sudah saatnya ke depan penanganan mobilisasi sumber daya untuk membangun kemandirian NU di semua tingkatan organisasi NU mesti lebih profesional dan lebih diintensifkan. Beberapa komponen yang perlu mendapat penanganan secara terencana dan berkelanjutan dalam bidang ini antara lain; Penataan ulang lembaga maupun lajnah sebagai departemen atau perangkat NU disesuaikan dengan kebutuhan NU. Kordinasi dan sinkronisasi kerja-kerja perangkat organiasi NU. Mengefektifkan komunikasi, informasi, koordinasi PBNU dengan jajaran organisasi di bawahnya. Optimalisasi mobilisasi sumber daya serta mengembangkan dan memperkuat jaringan maupun kerjasama dengan pihak-pihak di dalam maupun di luar negeri. Hasil Yang Diharapkan 1. Terciptanya penegakan pelaksanaan AD/ART, PO, PA dan Kebijakan NU di semua tingkatan organisasi NU bagi Pengurus maupun warga/jama’ah NU. Untuk ini fungis pengawasan yang melekat pada Syuriyah NU perlu lebih ditingkatkan dan diefektifkan. Perlu ada kejelasan siapa penanggung jawabnya di antara para Syuriyah NU untuk melakukan fungsi tersebut. 2. Terjadinya kordinasi yang berkelanjutan dilaksanakan secara periodik antara Lembaga, Lajnah juga Banom dengan pengurus NU di semua tingkatan organisasi NU agar terjadi sinkronisasi, evaluasi dan bimbingan serta saran-saran terhadap perencanaan maupun pelaksanaan program atau kegiatan Lembaga, Lajnah Banom. 3. Terbangunnya budaya organisasi di lingkungan Kepengurusan NU, Lembaga, Lajnah dan Banom di semua ~362~
Komisi Program~
tingkatan organisasi NU, yang mendukung terciptanya kerja yang terencana, efektif , efisien, dalam suasana kerja yang menyenangkan dan sesuai dengan nilai “Mabadi Khaira Ummah”. 4. Berlakunya model perencanaan di lingkungan NU yang mengikat untuk semua jajaran di semua tingkatan organisasi NU. Perencanaan dimaksud adalah sebagai berikut: -
Perencanaan Jangka Panjang (untuk masa sepuluh tahun), yang dirumuskan, ditetapkan dan disahkan oleh forum Muktamar NU, tentang Program Dasar NU.
-
Perencanaan Prioritas Program (untuk jangka waktu lima tahun), yang dirumuskan, ditetapkan dan disahkan oleh Forum Rapat Pimpinan Terbatas di tingkat PBNU (Pengurus harian Syuriyah dan Tanfidziah) melibatkan Ketua dan Sekretaris pengurus Lembaga/Lajnah, Banom dan Pengurus (Ketua+Sekretaris) Wilayah NU, sebagai jabaran dari program dasar 10 tahun. Waktunya segera setelah susunan kepengurusan PBNU maupun Lembaga, Lajnah dilantik.
- Perencanaan Tahunan yang dirumuskan, ditetapkan dan disahkan dalam forum Rapat Pengurus NU (Pengurus Harian Tanfidziyah) dan Ketua serta Sekretaris Pengurus Lembaga, Lanjah dan Banom di semua tingkatan organsiasi NU, dilaksanakan setiap sekali. 5. Terumuskannya kebijakan dan konsep mobilisasi sumber daya NU, yang bisa menjadi acuan untuk diterapkan di semua tingkatan organisasi NU. Sehingga kegiatan mobilisasi sumber daya khususnya sumber dana bisa lebih optimal, terkordinasi secara baik, tidak tumpang tindih, dan tidak terkesan saling berebut antar komponen organisasi NU, hasil mobilisasi dana dikelola dan terdistribusikan sesuai dengan aturan yang ada. ~363~
~Komisi Program
6. Terbangunnya sistem dan manajemen keuangan NU yang bisa dipakai untuk semua perangkat NU di semua level organsiasi NU sesuai dengan kebutuhan masing-masing. 7. Berkembangnya sistem dan media informasi, komunikasi (elektronik maupun cetak) di lingkungan NU dengan memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menjamin hal-hal berikut: -
Efektifitas penyebaran informasi tentang sikap ataupun pandangan NU dalam merespon kebijakan, peristiwa, kondisi maupun masalah yang ada di masyarakat.
-
Komunikasi organisasi dari PBNU ke jajaran organisasi di bawahnya dan sebaliknya bisa berjalan lancar, efektif dan efisien.
- Terpublikasikannya pelaksanaan program maupun kegiatan organisasi di lingkungan NU oleh PBNU secara reguler dalam bentuk Laporan Tahunan yang termasuk di dalamnya publikasi tentang neraca keuangan yang sudah teraudit. -
Teridentifikasi pengurus maupun warga/jama’ah NU dalam data base yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan SDM, maupun kebutuhan organisasi lainnya.
8. Tercipta dan meningkatnya jaringan kerja NU dengan pihakpihak pemangku kepentingan baik yang ada di dalam maupun diluar negeri untuk membangun kesepahaman, kerjasama, sharing dan persahabatan dengan menumbuhkan saling percaya satu sama lain guna mewujudkan kepentingan bersama untuk kemaslahatan ummat, bangsa dan negara. 9. Aset-aset NU terkelola dengan baik, benar dan profesional.
~364~
Komisi Program~
VIII. REKOMENDASI 8.1. Membentuk Badan Khusus (BK): (1)
Nama BK : a. Badan Pelaksana Bidang Kesehatan NU (BPBK-NU); b. Badan Penyelenggara Pendidikan NU (BP2-NU) c. Badan Perekonomian NU (BPNU)
(2)
Ketentuan Badan : a. Struktur Organisasi : di tingkat pusat, wilayah, dan cabang. b. Kelembagaan terdiri dari : Dewan Pengurus dan Eksekutip c. Pembentukan Dewan Pengurus : di pusat ditunjuk dan ditetapkan oleh PBNU, di wilayah ditunjuk oleh PWNU dan ditetapkan oleh PBNU, di cabang ditunjuk oleh PCNU dan ditetapkan oleh PBNU; d. Pembentukan Eksekutif oleh Dewan Pengurus Badan Khusus di masing-masing tingkatan melalui rekrutmen secara profesional sesuai kebutuhan tingkatan Badan khusus. e. Ruang lingkup tanggung jawab : Penyelenggaraan, pengelolaan, pengembangan, dan atau pendirian masing-masing bidang tugas Badan Khusus yaitu : - BPBKNU : Menangani Rumah Sakit, Klinik, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin, pelayaan pencegahan, tindakan dan rehabilitasi dan melakukan advokasi bidang kesehatan. - BP2NU : Menangani Lembaga Pendidikan formal dan non formal Pendidikan Formal : SD/ ~365~
~Komisi Program
MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, dan Perguruan Tinggi Pendidikan non formal : PAUD dan TPA - BP2NU : Menangani Lembaga ekonomi berbasis komunitas, Induk koperasi NU, koperasi NU, BMT-NU, Himpunan Saudagar NU, Asosiasi perekonomian tertentu. 8.2. PBNU perlu membuat kebijakan affirmatif tentang program dan penguatan organisasi maupun kelembagaan untuk PWNU maupun PCNU yang ada di luar Jawa dan daerah tujuan migrasi pendudukan, dalam ikhtiar percepatan pengembangan NU di wilayah tersebut.
~366~
Komisi Program~
SIDANG KOMISI PROGRAM Ketua Drs. Yahya Ma’shum Drs. Arifin Junaedi Sekretaris Ali Shobirin Tim Perumus : 1. H. Muslimin Abdilla (PCNU Jombang) 2. H. Fithrizal (PWNU Riau) 3. Ahmad Syaiful Mujib (PCNU Paniai Papua)
~367~
Komisi Rekomendasi~
KOMISI REKOMENDASI
~369~
~Komisi Rekomendasi
KEPUTUSAN MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA NOMOR: 004/MNU-33/VIII/2015 TENTANG REKOMENDASI MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA بسم اهلل الرحمن الرحيم MUKTAMAR KE-33 NAHDLATUL ULAMA Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan negara yang sejahtera, makmur dan berkeadilan, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan politik yang berbentuk perundangundangan dan juga telah terbentuk pemerintahan baru hasil Pemilu tahun 2014 yang dipilih langsung oleh rakyat yang memberikan harapan besar bagi terwujudnya negara yang sejahtera, makmur, dan berkeadilan tersebut, namun hingga saat ini masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan; b. bahwa Muktamar perlu memberikan arahan yang positif dan kreatif sebagai rekomendasi kepada pihak-pihak yang kompeten dalam proses pemulihan krisis menuju Indonesia yang bersih dan bermartabat sebagai tanggungjawab moral Nahdlatul Ulama terhadap arah perkembangan Indonesia ke depan; c. bahwa juga memberikan arahan yang posistif dan keratif sebagai sebagai rekomendasi untuk meningkatkan kualitas khidmah Nahdlatul Ulama dalam mencapai Tujuan;
~370~
Komisi Rekomendasi~
Mengingat
:
a. Keputusan Muktamar XXXIII Nahdlatul Ulama Nomor 001/ MNU-33/VIII/2015 Peraturan Tata Tertib Muktamar XXXIII; b. Keputusan Muktamar XXVII Nahdlatul Ulama Nomor 002/ MNU-27/1984 jo. Keputusan Munas Alim Ulama Nomor II/ MAUNU/1401/4/1983 tentang Pemulihan Khittah Nahdlatul Ulama 1926; Memperhatikan : a. Amanat Presiden Republik Indonesia dan Khutbah Iftitah Pejabat Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada pembukaan Muktamar tanggal 16 Syawal 1436 H/1 Agustus 2015 M; b. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa khidmad 2010-2015 pada Sidang Pleno II Muktamar ke 33 Nahdlatul Ulama tanggal 18 Syawal 1436 H/3 Agustus 2015 M. c. Laporan dan pembahasan Hasil Sidang Komisi Rekomendasi yang disampaikan pada Sidang Pleno III Muktamar pada tanggal 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M. d. Ittifak Sidang Pleno III Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama pada tanggal 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M; Dengan senantiasa memohon taufiq, hidayah serta ridlo Allah SWT: MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA TENTANG REKOMENDASI MUKTAMAR;
~371~
~Komisi Rekomendasi
Pertama : Isi beserta uraian perincian sebagaimana dimaksud oleh keputusan ini terdapat dalam naskah Rekomendasi Muktamar Nahdlatul Ulama sebagai masukan terhadap pihak-pihak yang berkompeten dalam menyelesaikan masalah yang dikemukakan dalam taushiyah ini; Kedua : Mengamanatkan kepada Pengurus dan warga untuk melaksanakan dan atau mensosialisasikan maksud dan isi naskah Rekomendasi Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama; Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan di : Jombang, Jawa Timur Pada tanggal : 19 Syawal 1436 H/4 Agustus 2015 M
MUKTAMAR KE 33 NAHDLATUL ULAMA PIMPINAN SIDANG PLENO III
Drs. KH. Ahmad Ishomuddin, MAg Ketua KH. Yahya Cholil Staquf Sekretaris
~372~
Komisi Rekomendasi~
HASIL SIDANG KOMISI REKOMENDASI MUKTAMAR NU KE-33 DI JOMBANG JAWA TIMUR PENGANTAR Nahdlatul Ulama adalah perkumpulan/jam’iyyah dîniyyah islâmiyah ijtimâ’iyyah (organisasi sosial keagamaan Islam) yang didirikan dengan tujuan berlakunya ajaran Islam Ahlusunnah walJama’ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat, dan demi terciptanya rahmat bagi semesta. Tujuan NU merangkum aspek keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan lintas bangsa. Dewasa ini ketiga aspek tersebut belum sepenuhnya mencerminkan dan sesuai dengan tujuan pendirian NU. Menyebarnya ajaran-ajaran radikal telah menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan bangunan NKRI yang bersifat final. Radikalisme tidak hanya monopoli agama tertentu, tetapi potensial di semua agama dan berdimensi transnasional. Kasus Tolikara di Papua menunjukkan wajah radikalisme dan intoleransi bisa terjadi di semua agama dan semua tempat. Ajaran, gerakan, dan praktek keberagamaan kelompok radikal ekstremis (mutatharrif) telah mencederai prinsip-prinsip kebangsaan dan menyalahi ajaran luhur agama. Realitas ini menyiratkan belum optimal dan efektifnya kerja-kerja ormas keagamaan moderat di satu sisi dan semakin massif dan kuatnya instrumen gerakan kelompok mutatharrif di sisi lain. Realitas kebangsaan juga memperlihatkan kompleksitas masalah yang menuntut kesungguhan negara dan peran serta masyarakat untuk menyelesaikannya. Permasalahan kebangsaan mencakup isu ekonomi, politik, hukum, dan sosial. ~373~
~Komisi Rekomendasi
Persoalan utama isu ekonomi adalah masalah keadilan dan ketimpangan. Pembangunan ekonomi yang dijalankan pemerintah sejak Indonesia merdeka hingga kini belum sepenuhnya memenuhi salah satu amanat konstitusi, yaitu memajukan kesejahteraan umum. Ekonomi memang tumbuh, tetapi belum merata. Kue ekonomi membesar, tetapi baru dihasilkan dan dinikmati oleh segelintir orang. Terjadilah trilogi ketimpangan, yaitu ketimpangan pendapatan antar penduduk, kesenjangan pembangunan antar kawasan, dan diskrepansi pertumbuhan antar sektor ekonomi. Belum tercapainya maksud pembangunan ekonomi tersebut adalah terutama karena penyimpangan kiblat yang dilakukan pemerintah terhadap roh dan jiwa konstitusi. Ekonomi liberal berbasis fundamentalisme pasar telah nyatanyata menjadi ancaman terhadap rakyat dan kedaulatan ekonomi nasional. Pembelokan roh konstitusi berlangsung baik dalam bentuk liberalisasi undang-undang, kebijakan fiskal, dan fungsi moneter yang terlepas dari amanat konstitusi. Persoalan politik masih berkisar pada ekses demokrasi prosedural yang menimbulkan politik biaya tinggi yang berujung korupsi. Politik tidak menjelma sebagai instrumen untuk memperjuangkan kebajikan umum (public virtue), tetapi arena perburuan rente untuk mengeruk sumber daya dan keuangan publik. Indonesia memang berhasil membuktikan kompatibilitas Islam dan demokrasi, tetapi pematangan dan pendewasaan demokrasi mutlak dilakukan agar demokrasi menjadi wasîlah mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional. Persoalan hukum berkisar pada substansi dan penegakannya. Substansi hukum masih bermasalah terbukti dari banyaknya produk perundangan-undangan yang dimohonkan uji materi ke Mahkamah Konstitusi dan kemudian dibatalkan. Sejumlah UU di bidang ekonomi dan pengelolaan sumber daya alam masih lebih banyak melayani kepentingan modal dan akibatnya ~374~
Komisi Rekomendasi~
melanggengkan dominasi asing dalam struktur perekonomian nasional. Penegakan hukum sedang berada di titik nadir dengan serangkaian gerakan pelumpuhan KPK dan kriminalisasi terhadap para pegiat anti-korupsi oleh Bareskrim Polri. Akibatnya, gerakan pemberantasan korupsi akan melemah dan koruptor kembali merajalela. Indonesia akan semakin terpuruk ke zona darurat korupsi. Putusan Mahkamah Konstitusi yang membolehkan mantan terpidana korupsi untuk kembali meraih jabatan publik menunjukkan politik hukum nasional telah kehilangan arah. Hukum dan institusi hukum dikendalikan oleh agenda politik partisan. Persoalan sosial meliputi masalah orientasi pendidikan, kependudukan dan bonus demografi, serta rekonsiliasi nasional. Konsep knowledge economy yang menjadikan pendidikan sebagai salah satu bidang jasa komersial telah mendistrosi prinsip pendidikan sebagai pelayanan hak rakyat untuk tujuan pencerdasan kehidupan bangsa menjadi jasa yang diperjualbelikan. Orientasi bisnis telah membentuk mindset bahwa pendidikan bermutu harus dibeli dengan biaya mahal. Akibatnya, terjadi elitisasi pendidikan yang mempersempit akses pendidikan bagi masyarakat luas dan melahirkan kesenjangan mutu yang memilah-milah kelompok masyarakat berdasarkan daya belinya terhadap pendidikan. Isu kependudukan menjadi salah fokus perhatian menyusul peluang bonus demografi dan kesiapan Indonesia menyongsong MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) pada akhir 2015. Bonus demografi adalah istilah yang menunjukkan pesatnya ekonomi negara karena banyaknya penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan sedikitnya usia tanggungan (0-14 dan 64+). Bonus demografi di Indonesia akan mencapai puncak pada 2028-2031, dengan komposisi 70 persen usia kerja, dan 30 persen anak dan lansia. Pemerintah dituntut untuk menyiapkan kebijakan yang komprehensif dari hulu hingga hilir. ~375~
~Komisi Rekomendasi
Hal-hal yang harus disiapkan adalah peningkatan kualitas SDM; struktur ekonomi yang memberikan ruang dan insentif kepada penduduk usia produktif untuk bekerja dan berinvestasi; pengendalian arus urbanisasi dengan menghidupkan sektor ekonomi agraria di pedesaan yang menjanjikan kesejahteraan; kebijakan perlindungan terhadap buruh migran; serta pengendalian fertilitas dengan menyukseskan kembali program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Bila tidak dipersiapkan dengan baik, peluang bonus demografi akan berubah menjadi bencana demografi, di mana negara akan menanggung banyak penduduk usia kerja yang miskin dan menganggur. Pada sisi lain, sumber daya ekonomi, peluang, akses, dan partisipasi akan direbut dan dikuasai oleh bangsa lain yang lebih siap dalam konteks MEA. Masalah rekonsiliasi terkait dengan luka-luka masa silam harus disembuhkan untuk menatap masa depan nasional yang lebih baik. Penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu merupakan prasyarat bagi berlangsungnya rekonsiliasi nasional. Unsur penting dalam rekonsiliasi adalah semangat persatuan dan saling memaafkan dalam koridor trilogi ukhuwwah yaitu ukhuwwah Islamiyyah (persaudaraan sesama muslim), ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan sebangsa) dan ukhuwwah insâniyyah (persaudaraan sesama umat manusia). Melihat keluar, konfigurasi internasional belum sepenuhnya merefleksikan tata dunia yang adil dan beradab. Perampasan hak hidup bangsa masih terjadi dalam tata dunia modern. Palestina hingga kini masih tertindas oleh Israel dan belum menikmati hak hidup sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Suku Rohingnya, minoritas Muslim Myanmar, hidup dalam diskriminasi, sebagian lain terusir, hidup dalam pengasingan, terdampar, dan terlunta-lunta. Umat Islam Uighur di Provinsi Xinjiang, Cina, mengalami diskriminasi dalam menjalankan ~376~
Komisi Rekomendasi~
ajaran agama dan kegiatan keagamaan lainnya. Umat Islam di Timur Tengah, Asia Tengah, dan Afrika tidak menikmati hak atas keamanan dan ketenteraman hidup karena perang, konflik, dan pertumpahan darah. Keberadaan ekstrem militan ISIS menambah bahan bakar berlangsungnya pergolakan dan perang saudara. Alhasil, situasi internasional dewasa ini belum mencerminkan ideal tentang tata dunia yang adil, beradab, dan bermartabat. Terhadap berbagai gambaran realitas sebagaimana diuraikan di atas, Nahdlatul Ulama merekomendasikan berbagai hal terkait dengan persoalan keumatan, kebangsaan, dan internasional sebagai berikut: REKOMENDASI I. KEUMATAN 1. NU di semua tingkatan baik Jamiyah maupun Jamaah harus menjadi pelopor dalam mewujudkan masyarakat yang toleran, moderat, ramah, mengarifi budaya, dan terbuka terhadap gagasan-gagasan baru yang selaras dengan karakter Islam Nusantara. 2. Pemerintah harus tegas mencegah dan menindak berbagai kelompok yang bertujuan merongrong dan mengubah konsensus nasional (Muahadah Wathaniyah) yang menjadi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. NU mengingatkan bahwa ancaman yang merongrong dan mengubah konsensus nasional (Pancasila dan NKRI) bisa terdapat disetiap agama. NU mengajak seluruh lembagalembaga keagamaan untuk bekerjasama menangkal radikalisme berbasis agama.
~377~
~Komisi Rekomendasi
3. Umat Islam perlu melakukan strategi dakwah yang produktif dan memperkuat eksistensi NKRI, bukan dakwah yang menimbulkan reaksi negatif agama lain yang justru merugikan umat Islam sendiri. Prinsip Mabadi Khairu Ummah (As Shidqu, al Amanah wal Wafa Bil Ahd, al Adalah, at Ata’awun, al Istiqomah) harus menjadi landasan dalam pelaksanaan Dakwah Islam. 4. Terkait kasus intoleransi dan kekerasan yang terjadi di berbagai daerah termasuk di Tolikara Papua, beberapa waktu lalu, NU mengecam dan tidak dapat membenarkan dengan alasan apapun. Pemerintah harus memberikan jaminan rasa aman kepada semua warga Negara Indonesia untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya. Pemerintah harus menyelesaikan secara tuntas akar persoalan tersebut dengan melakukan penegakan hukum kepada semua pihak yang bersalah dan menfasilitasi resolusi konflik agar terjadi penyelesaian secara menyeluruh. Seiring dengan hal itu pemerintah pusat dan daerah harus segera melakukan kajian ulang terhadap regulasi diskriminatif yang menjadi sumber tindakan intoleransi, konflik dan kekerasan. 5. NU mengharapkan relasi mayoritas-minoritas sebagai fakta sosial hendaknya tidak digunakan sebagai alat menghegemoni, mendiskriminasi dan mengontrol kelompok lain. Harus disadari, tindakan keagamaan yang mengancam eksistensi kelompok lain di sebuah wilayah akan cepat menyebar dan menimbulkan aksi balasan di tempat lain. 6. NU mengusulkan kepada pemerintah untuk menjadikan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
~378~
Komisi Rekomendasi~
II. KEBANGSAAN 1. Bidang Politik • Partai politik harus menjadi pilar untuk menyehatkan demokrasi, bukan justru menjadi benalu yang menghambat proses pematangan dan pendewasaan demokrasi. Keberadaan parpol sebagai benalu demokrasi telah melahirkan gejala anti parpol yang justru mengancam kehidupan demokrasi. Menguatnya gejala anti partai politik di masyarakat harus dicegah dengan melakukan reideologisasi partai, kaderisasi, dan kemandirian dana partai. Insentif pendanaan dari APBN dimungkinkan dengan syarat adanya tata kelola keuangan parpol yang transparan, akuntabel, partisipatif, adil, efektif, dan efisien. • Penguatan dan pendewasaan demokrasi mengandaikan sistem keparlemenan yang menuntut representasi politik (political representation) dan representasi kedaerahan (regional representation) sama-sama kuat, baik dalam fungsi legislasi, anggaran, maupun pengawasan. UUD 1945 memberikan kewenangan kepada DPD jauh lebih terbatas dibanding DPR, sehingga sistem bikameral tidak berjalan dengan semestinya. Karena itu, NU mendorong kepada MPR melakukan amandemen terbatas untuk memperkuat fungsi dan kewenangan DPD sehingga keberadaannya optimal sebagai penyangga sistem ketatanegaraan yang kuat dan efektif. • Putusan MK yang membatalkan pencegahan politik dinasti dan memberikan ruang kembali bagi mantan narapidana korupsi untuk meraih jabatan publik telah menghambat tegaknya moral dan etika politik. NU meminta kepada pemerintah dan DPR untuk merumuskan kembali norma hukum guna mencegah praktek politik yang tidak berakhlakul karimah. ~379~
~Komisi Rekomendasi
2. Bidang Hukum 1. Tindak pidana korupsi dan pencucian uang adalah kejahatan luar biasa terhadap kemanusiaan yang menimbulkan mudharat dalam jangka panjang. NU harus memperkuat garis perjuangan anti korupsi untuk melindungi ulama, jamaah dan organisasnya; melindungi hak rakyat dari kezaliman koruptor; dan mendidik para calon pejabat untuk tidak berdamai dengan korupsi dan pencucian uang. 2. Sanksi untuk pelaku tindak pidana korupsi dan pencucian uang meliputi sanksi moral, sanksi sosial, pemiskinan, ta’zir, dan hukuman mati sebagai hukuman maksimal. Pemberlakuan hukuman mati sebagai hukuman maksimal mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Penyelenggara negara, terutama aparat penegak hukum, yang terlibat tindak pidana korupsi harus diperberat hukumannya. 4. Negara harus melindungi dan memperkuat semua pihak yang melaksanakan jihad melawan korupsi.NU menolak praktek kriminalisasi terhadap seluruh pegiat anti-korupsi oleh aparat penegak hukum. Aparat penegak hukum harus dapat menegakkan keadilan dan tidak berlaku sewenang-wenang. 5. Penegak hukum yang melakukan penanganan terhadap kasus hukum, termasuk kasus korupsi dan tindak pidana pencucian uang, harus melakukannya secara tepat dan cepat, berkeadilan dan mempunyai kepastian hukum. 6. Alim ulama serta seluruh pemuka agama dan tokoh masyarakat wajib menjadi teladan dan penjaga moral melalui pendekatan nilai-nilai dan perilaku anti korupsi. ~380~
Komisi Rekomendasi~
7. NU juga prihatin terhadap kejahatan narkoba yang mengancam kelangsungan masa depan bangsa dan generasi mudanya. NU mendukung hukuman seberatberatnya, termasuk hukuman mati, kepada para Bandar dan pengedar narkoba. 3.
Bidang Ekonomi 1. Merekomendasikan kepada penyelenggara negara untuk menghidupkan kembali GBHN sebagai kompas pembangunan yang berumur panjang, sehingga haluan pembangunan tidak berubah setiap kali ganti pemerintahan. GBHN disahkan oleh Tap MPR, yang kedudukan hukumnya, menurut UU No. 12 Tahun 2011, di bawah konstitusi dan di atas Undang-Undang. 2. Merekomendasikan kepada PBNU untuk menyusun platform ekonomi keumatan sesuai dengan khittah konstitusi dan khittah NU sebagai organisasi dîniyyah ijtimâ’iyyah. Platfom ini harus menggambarkan pandangan dan sikap NU terhadap pembangunan nasional, haluan pembangunan nasional, dan rencana kerja NU dalam menggerakan kegiatan ekonomi umat dan organisasi. 3. Merekomendasikan kepada penyelenggara negara untuk mengarusutamakan koperasi dalam pembangunan nasional sebagai soko guru perekonomian. 4. NU mendesak pemerintah untuk mengambil langkahlangkah antisipatif terhadap dampak pemberlakuan MEA pada 2015 terkait persaingan lapangan kerja, daya saing produk-produk lokal, dan keseimbangan ekspor-impor. NU mendesak pemerintah untuk melindungi sektor ekonomi kecil, tenaga kerja, dan sektor okupasi strategis dari serbuan tenaga kerja asing.
~381~
~Komisi Rekomendasi
5. NU mendesak kepada pemerintah untuk manjalankan kebijakan strategis sebagai berikut:
segera
a. Memprioritaskan pemerataan pendapatan. Ketimpangan yang semakin tajam dalam 10 tahun terakhir harus dikurangi secara cepat dan bertahap. Pemerintah harus mengambil kebijakan yang tepat untuk mengembalikan gini rasio 0,41 (data 2013 dan 2014) menjadi 0,32 sebagaimana pada 2004. Pemerataan ini juga mencakup antar sektor dan antar wilayah. b. Mempercepat pendalaman sektor ekonomi. Ekonomi jangan dibiarkan mengandalkan bahan baku yang nilai tambahnya amat kecil. Sumbangan sektor industri terhadap PDB melorot dari semula 28% (2004) menjadi 23,5% (2014) akibat terjadinya fenomena deindustrialisasi. Pemerintah harus melakukan langkah-langkah strategis untuk membangkitkan kegiatan industri dalam negeri karena sektor ini menjadi tumpuan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar, di samping sektor pertanian dan perdagangan. c. Melakukan pengurangan impor dan meningkatkan ekspor untuk mengatasi defisit neraca perdagangan. Pemerintah harus melakukan pengurangan impor dengan membangun industri yang berbahan baku domestik. Pada 2004 neraca perdagangan surplus US$ 25,06 miliar, tapi pada 2014 defisit US$ 1,8 miliar. Pertama kali defisit perdagangan terjadi pada 2012. d. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi selama ini tidak memproduksi banyak lapangan kerja akibat pertumbuhan yang rendah di sektor pertanian dan industri. Pada 2008 tiap 1% pertumbuhan ekonomi membuka lapangan kerja 181 ribu, kemudian 436 ribu (2008), tapi pada 2013 tinggal 164 ribu. Oleh karena itu pemerintah ~382~
Komisi Rekomendasi~
harus memperbaiki kebijakan pertumbuhan yang lebih terfokus kepada sektor pertanian dan industri dalam negeri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. e. Memperbaiki kebijakan investasi menjadi lebih berkualitas dan efisien. Efisiensi investasi/ekonomi selama ini makin buruk yang ditunjukkan oleh kenaikan ICOR (incremental capital output ratio) dari 4,17 (2005) menjadi 4,5 (2013). Sumber dari inefisiensi ini bisa bermacam-macam, namun jika dilihat dari publikasi beberapa lembaga internasional faktor inefisiensi birokrasi, korupsi, dan keterbatasan infrastruktur bisa disebut sebagai pemicu utama. Sehingga pemerintah harus mempercepat pembangunan infrastruktur dan logistik secara efisien. f. Meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan. Akibat terjadinya kebocoran, rasio penerimaan pajak terhadap PDB (tax ratio) tak mengalami perbaikan, bahkan cenderung turun. Pada 2004 tax ratio masih 12,2 persen, namun pada 2014 menjadi hanya 11% pajak yaitu lebih rendah dari ratarata tax ratio negara miskin. Oleh karena itu pemerintah harus berani menetapkan kebijakan rasio pajak setiap tahun rata-rata 14 persen dari PDB, dan meningkatkan penerimaan negara bukan pajak dari sektor SDA sebesar rata-rata 25 persen melalui pencegahan kebocoran dan korupsi. g. Meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi pertanian (swasembada). Selama ini nilai tukar petani (NTP) terus menurun dari 102,88 (2004) menjadi 101,96 (2013). Secara umum nyaris tidak ada perbaikan NTP selama 10 tahun terakhir. Bahkan upah riil sempat mengalami pertumbuhan negatif (pertumbuhan pendapatan dikurangi inflasi). ~383~
~Komisi Rekomendasi
Sehingga pemerintah harus memfasilitasi akses lahan pertanian bagi warga, memberikan subsidi pertanian dan menjamin stabilisasi harga jual produksi pertanian. h. Memprioritaskan pembangunan kemandirian ekonomi desa dari pinggiran dan perbatasan. Pemerintah harus memfokuskan kebijakan kemandirian ekonomi khususnya pangan, energi, dan keuangan, sehingga dapat berkontribusi terhadap upaya penguatan rumah tangga miskin dan menjadi sumber kekuatan ekonomi domestik. i. Mempercepat dan memperbesar skala ekonomi berbasis sektor kelautan (ekonomi maritim) berbasis partisipasi masyarakat. Langkah ini akan menjadi penambah daya dorong pembangunan dalam jangka panjang. j. Melakukan reformasi agraria dan membatasi pelepasan lahan pertanian untuk kegiatan industri, pemukiman, dan pertambangan. 6. NU merekomendasikan kepada PBNU untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menetapkan peta jalan (roadmap) pengembangan ekonomi berbasis data. Pengurus Besar NU seyogyanya menetapkan tim khusus untuk merumuskan roadmap yang komprehensif dari level desa sampai pusat. Hasil rumusan tersebut kemudian ditetapkan menjadi keputusan mengikat dalam Rakernas dan didiseminasikan di seluruh cabang. b. Melaksanakan program pemberdayaan ekonomi warga nahdliyin berbasis pesantren. Berdasarkan pemetaan pengurus pusat Rabithah Ma’ahid Indonesia, terdapat 25.214 pesantren yang beraviliasi dengan NU yang ~384~
Komisi Rekomendasi~
tersebar sebagian besar di wilayah pedesaan (tepi hutan) dan pesisir. Sehingga Pengurus Besar, Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang NU dapat mendorong revitalisasi fungsi pesantren sebagai economic resources center atau pusat sumberdaya ekonomi nahdliyin. Peran utamanya antara lain: (i) menjadi pusat belajar pertanian, kelautan, dan perniagaan; (ii) menjadi lembaga keuangan alternatif; dan (iii) memfasilitasi pengembangan jaringan lintas pihak. c. membangun sinergi dan kerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam pengembangan pusat sumberdaya ekonomi nahdliyin. Pengurus Besar, Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang NU harus menjalin kerjasama formal dengan pemerintah dan pemerintah daerah melalui nota kesepahaman bersama tentang sinergi program kerja bidang ekonomi selama satu periode di masingmasing tingkatan. d. Membantu warga Nahdliyin melakukan sertifikasi aset, termasuk tanah, sehingga berdaya guna untuk menggerakkan permodalan. • Bidang Sosial 1. Masalah Pendidikan a. Pendidikan berkualitas adalah hak dasar setiap warganegara, karena itu negara wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan bermutu yang bisa diakses oleh semua lapisan masyarakt, tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang yang memiliki kemampuan finansial. b. Kesenjangan akses dan sarana pendidikan antara kota-desa, Jawa-Luar Jawa dan pendidikan umum, ~385~
~Komisi Rekomendasi
pendidikan agama harus segera dikoreksi melalui kebijakan afirmatif. c. Negara harus tetap istiqomah menjadikan pendidikan sebagai kegiatan nirlaba dan mencegah praktek pendidikan yang murni berorientasi bisnis, dengan berbagai peraturan dan kebijakan. d. NU mendorong negara untuk melibatkan secara optimal kelompok-kelompok keagamaan dan kebudayaan dalam pengembangan pendidikan karakter sebagai tolak ukur utama standar pendidikan nasional dalam rangka peningkatan daya saing dan penguatan jati diri keagamaan dan kebangsaan. e. NU mendorong pemerintah untuk meningkatkan pelayanan dan dukungan terhadap lembaga pendidikan pesantren. Affirmative action ini sangat penting karena pesantren merupakan lembaga pendidikan ideal yang sangat strategis bagi pendidikan bangsa dimasa depan. f. NU mendorong pemerintah untuk menyediakan layanan pendidikan dasar bagi anak-anak Warga Negara Indonesia yang menjadi pekerja migran diluar negeri, yang dari waktu ke waktu terus meningkat. 2. Masalah Demografi dan Kependudukan a. Menghadapi peluang bonus demografi, negara harus menjalankan kebijakan pembangunan yang lebih berpihak kepada rakyat kecil; kebijakan ekonomi dan ketenagakerjaan yang memperkuat ekonomi agraria; dan kebijakan kependudukan yang mendukung pelayanan pendidikan, kesehatan, dan keluarga berencana, terutama pada masyarakat desa.
~386~
Komisi Rekomendasi~
b. NU secara organisatoris harus menyiapkan warga NU untuk menghadapi dan memanfaatkan peluang bonus demografi untuk kemaslahatan umat. c. NU secara organisatoris memberikan mandat kepada banom dan lembaga NU yang terkait untuk secara sistematis dan terfokus mengelola program-program terkait peluang bonus demografi. d. NU perlu menyiapkan program-program untuk mengelola dampak arus migrasi Nahdliyin dari desa dan kota. e. Dalam hal pendidikan dan kesehatan, NU perlu menyusun langkah strategis untuk meningkatkan kualitas warga NU, agar dapat mencetak angkatan kerja yang sehat, terdidik, dan terampil serta memiliki daya saing. f.
Dalam hal kesejahteraan keluarga, NU perlu menyusun program komprehensif untuk mencetak keluarga maslahah. Karakter keluarga, penguatan ekonomi keluarga, perencanaan keluarga, dan kesehatan reproduksi menjadi prioritas program. Begitu juga perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan di dalam rumah tangga (KDRT) dan pemiskinan terhadap perempuan harus dicegah dengan kebijakan penegakan hukum, keterbukaan dan solidaritas sosial, dan mempermudah akses pelayanan kepada perempuan untuk melaporkan tindak KDRT.
g. Banyaknya kekerasan terhadap anak baik yang dilakukan di dalam keluarga, di lingkungan lembaga pendidikan, maupun di lingkungan sosial lainnya menuntut komitmen pemerintah dalam bentuk regulasi dan kebijakan perlindungan anak serta memperberat sanksi dan hukuman kepada pelaku ~387~
~Komisi Rekomendasi
kekerasan terhadap anak sehingga menimbulkan efek jera. NU menuntut pemerintah untuk lebih efektif dalam menegakkan peraturan di bidang perlindungan anak. h. Untuk mengantisipasi ledakan jumlah penduduk pada saat terjadinya puncak bonus demografi, negara harus mengendalikan angka fertilitas melalui kebijakan program-program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. i.
Negara harus memperkuat kebijakan perlindungan terhadap TKI, mengingat pada 2014 saja terdapat lebih dari 1 juta TKI yang mengalami berbagai bentuk pelanggaran HAM seperti penyiksaan, gaji tidak dibayar, dan perkosaan.
j.
Negara harus membuat kebijakan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja informal yang jumlahnya sangat besar.
3. Masalah Rekonsiliasi a. Mendorong berbagai upaya rekonsiliasi yang berlangsung secara sosial, kultural dan keagamaan di tengah-tengah masyarakat. Rekonsiliasi berbasis masyarakat ini menjadi tulang punggung rekonsiliasi yang sejati dan berjangka panjang. b. Mengapresiasi komitmen pemerintah untuk menempuh jalan penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu melalui jalan yang paling mungkin dan maslahat bagi Indonesia. Ikhtiar untuk keluar dari beban masa lalu ini harus senantiasa mempertimbangkan kepentingan bangsa secara keseluruhan.
~388~
Komisi Rekomendasi~
III. INTERNASIONAL • Masalah Palestina a. Internal NU 1. Mendesak agar pengurus PBNU yang akan datang membentuk tim secara khusus untuk menangani masalah-masalah internasional, khususnya masalah Palestina, agar keterlibatan NU dalam masalah tersebut lebih berkesinambungan. 2. Mendesak agar pengurus PBNU yang akan datang secara intensif memberikan dukungan kongkret berupa diplomasi, mempererat hubungan people to people dan dukungan dana bagi perjuangan Palestina, dengan tetap berpegang teguh pada pendekatan dialog dan damai. b. Kepada Pemerintah Indonesia: 1. Mendesak pemerintah Indonesia agar secara sistematis melakukan langkah kongkrit untuk mendukung kemerdekaan Palestina, baik melalui diplomasi antar negara, memperkuat hubungan people to people maupun keterlibatan dalam pasukan keamanan internasional. 2. Jika Israel tetap melakukan pendudukan terhadap Palestina maka hendaknya pemerintah Indonesia mengambil langkah tegas, jika perlu tidak lagi berhubungan dengan negara Israel. c.
Kepada Masyarakat di Palestina Menghimbau agar kelompok-kelompok masyarakat di Palestina, khususnya kelompok-kelompok muslim, untuk bersatu bersama-sama memperjuangkan kemerdekaan negara Palestina dan pembebasan rakyat Palestina dari penjajahan.
~389~
~Komisi Rekomendasi
d. Kepada Lembaga-Lembaga Internasional 1. PBNU mendukung kemerdekaan Palestina. Dukungan bagi kemerdekaan rakyat dan negara Palestina tidak bisa ditangguhkan. Oleh karena itu, PBNU mendesak agar PBB segera memberikan dan mengesahkan keanggotaan negara Palestina menjadi anggota resmi PBB dan memberikan hak yang setara dengan rakyat dan negara yang merdeka manapun. PBNU juga mengimbau bagi bangsa dan negara yang cinta kepada perdamaian, tanpa penindasan dan diskriminasi, untuk mendukung bagi diakuinya negara Pelestina sebagai anggota PBB yang sah dan resmi untuk memperoleh hak yang setara dengan bangsa-bangsa merdeka yang lain. 2. NU mendesak PBB untuk memberikan sanksi, baik politik maupun ekonomi, kepada Israel jika tidak bersedia mengakhiri pendudukan terhadap tanah Palestina. 3. Menyerukan agar negara-negara di Timur Tengah khususnya yang mayoritas Islam untuk bersatu mendukung kemerdekaan Palestina. 4. Mendesak agar OKI (Organisasi Kerjasama Islam) untuk secara intensif mengorganisir anggotanya untuk mendukung kemerdekaan Palestina. •Masalah Rohingya a. Internal NU 1. Mendesak agar pengurus PBNU memperhatikan secara intensif nasib yang menimpa Rohingya baik di negara asalnya Myanmar maupun di negara-negara lain sebagai pengungsi. 2. PBNU perlu membentuk tim khusus untuk memantau dan menangani masalah Rohingya. ~390~
Komisi Rekomendasi~
b. Kepada Pemerintah Indonesia NU mendesak Pemerintah Indonesia menjadi inisiator dalam menghentikan penindasan dan pengusiran terhadap Rohingya. NU juga mendesak negara-negara besar di dunia dan PBB untuk segera mengambil peran melindungi Rohingya dan mendesak pemerintah Myanmar untuk menghentikan diskriminasi, penindasan dan pengusiran terhadap Rohingya. c. Kepada Lembaga-Lembaga Internasional Jika pemerintah Myanmar tidak juga menghentikan diskriminasi, penindasan dan pengusiran serta tetap menolak memberikan status warga negara kepada Rohingya maka NU mendesak agar AS dan PBB memberikan sangsi ekonomi dan politik kepada pemerintah Myanmar dengan segera. d. Kepada Pemerintah Myanmar NU mendesak kepada Pemerintah Myanmar memulihkan hak warga Rohigya yang terusir untuk kembali sebagai warga negara yang setara. •Masalah ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) a. Internal PBNU 1.
Mendesak pengurus PBNU yang akan datang untuk mengefektifkan pencegahan pengaruh ideologi kekerasan dan radikalisme baik melalui agama maupun yang lain seperti ISIS.
2. PBNU perlu menyusun kurikulum pendidikan baik formal maupun non-formal yang secara sistematis mencegah masuknya ideologi kekerasan dan radikalisme.
~391~
~Komisi Rekomendasi
b. Pemerintah Indonesia NU melihat ISIS dan ideologi ekstrem transnasional lainnya sebagai ancaman serius terhadap perdamaian dunia dan eksistensi NKRI. Karena itu, NU mendesak pemerintah untuk bertindak tegas dan mencegah penyebaran ideologi dan gerakan ISIS dan sejenisnya di Indonesia. c. Pihak-Pihak Internasional 1. NU mendesak masyarakat Islam internasional untuk menolak klaim Islam dari ideologi dan gerakan ISIS. NU melihat ISIS sama sekali tidak mencerminkan gerakan dan pemahaman Islam yang benar dan merusak karakter Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Keberadaan ISIS justru melahirkan spiral islamophobia. 2. NU mendesak masyarakat internasional untuk memerangi ISIS dan mencegah transnasionalisasi ideologi kekerasan di seluruh dunia. SIDANG KOMISI REKOMENDASI Drs. H. Masduki Baedlowi Ketua H. Imdadun Rahmat, M.Si Sekretaris Tim Perumus: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Alisa Qotrunnada Munawaroh Rahman Rumadi Ahmad Kholid Syaerozy Ahmad Suaedy Sri Mulyati Chaerul Saleh Rasyid Rofiq Umam Ahmad ~392~
SUSUNAN PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA MASA KHIDMAT 2015-2020
SUSUNAN PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA MASA KHIDMAT 2015-2020
MUSTASYAR KH. Maimoen Zubair Dr. KH. Ahmad Musthofa Bisri KH. Nawawi Abdul Jalil KH. Abdul Muchit Muzadi (Alm) Prof. Dr. KH. M. Tholhah Hasan KH. Dimyati Rois KH. Makhtum Hannan Drs. H. Muhtadi Dimyathi Dr. AG. KH. Muhammad Sanusi Baco, Lc TGH. L.M. Turmudzi Badruddin KH. Zaenuddin Djazuli KH. Abdurrahim Musthofa KH. M. Anwar Manshur KH. Habib M. Luthfiy Ali Bin Yahya KH. Sya’roni Ahmadi KH. Ahmad Syatibi Syarwan KH. Syukri Unus Dr. H. M. Jusuf Kalla Prof. Dr. KH. Chotibul Umam Prof. Dr. Tengku H. Muslim Ibrahim KH. Hasbullah Badawi KH. Hasyim Wahid Hasyim KH. Thohir Syarqawi KH. Hamdan Kholid KH. Saifuddin Amsir, MA KH. Zubair Muntashor KH. Ahmad Basyir KH. Ahmad Shodiq KH. Mahfud Ridwan Prof. Dr. KH. Nasarudin Umar, MA Prof. Dr. H. Machasin, MA KH. Adib Rofiuddin Izza Habib Zein Bin Smith Dr. Ir. H. Awang Faroeq Ishaq
SYURIYAH Rais ‘Aam : Dr. KH. Ma’ruf Amin Wakil Rais ‘Aam : KH. Miftachul Akhyar Rais : KH. Mas Subadar Rais : KH. Nurul Huda Djazuli Rais : KH. Masdar F. Mas’udi, MA Rais : KH. Ahmad Ishomuddin, M.Ag Rais : KH. AR Ibnu Ubaidillah Syatori Rais : KH. Dimyati Romli Rais : KH. Abdullah Kafabihi Mahrus Ali Rais : KH. Khalilurrahman Rais : KH. Syarifuddin Abdul Ghani Rais : KH. Ali Akbar Marbun Rais : KH. Subhan Ma’mun Ma’sum Rais : KH. M. Mustofa Aqiel Siroj Rais : KH. Cholil As’ad Syamsul Arifin Rais : KH. Idris Hamid Rais : KH. Akhmad Said Asrori Rais : KH. Tb. Abdul Hakim Rais : Dr. KH. Zakky Mubarak, MA Rais : Prof. Dr. H. Masykuri Abdillah Rais : KH. Najib Abdul Qadir
Katib ‘Aam : KH. Yahya Cholil Staquf Katib Katib Katib Katib Katib Katib Katib Katib Katib Katib Katib
: H. M. Mujib Qolyubi, M. H : Drs. KH. Sholahuddin Al Aiyubi, M.Si : Dr. KH. Abdul Ghafur Maimoen : KH. Zulfa Mustofa : Dr. H. Asrorun Ni’am Sholeh : Drs. KH. Acep Adang Ruchiyat, M.Si : KH. Lukman Al-Hakim Haris : KH. Taufiqurrahman Yasin : KH. Abdussalam Shohib : Zamzami Amin : Dr. H. Sa’dullah Affandy, M.Ag. M.Si
A’wan KH. Abun Bunyamin Ruhiat Drs. KH. Cholid Mawardi KH. TK. Bagindo M. Letter Prof. Dr. HM. Ridwan Lubis KH. Mukhtar Royani KH. Abdullah Syarwani, SH KH. Eep Nuruddin, M.Pd.I Drs. KH. Nuruddin Abdurrahman, SH KH. Ulinnuha Arwani KH. Abdul Aziz Khayr Afandi H. Fauzian Noor Dr.H. Hilmi Muhammadiyah, M.Si KH. Maulana Kamal Yusuf Drs. H. Ahmad Bagdja KH. Muadz Thohir KH. Maimun Ali H. Imam Mudzakir H. Ahmad Ridlwan Drs. H. Taher Hasan Dra. Hj. Shinta Nuriyah, M. Hum Dra. Hj. Mahfudloh Ali Ubaid Dra. Hj. Nafisah Sahal Mahfudh Prof. Dr. Hj. Chuzaimah Tahido Yanggo Dr. Hj. Faizah Ali Sibromalisi, MA Prof. Dr. Hj. Ibtisyaroh, SH. MM Dr. Hj. Sri Mulyati
TANFIDZIYAH Ketua Umum : Prof. Dr. KH. Said Agil Siroj, MA Wakil Ketua Umum : Drs. H. Slamet Effendy Yusuf. M.Si Ketua : Drs. H. Syaifullah Yusuf Ketua : Dr. H. Marsudi Syuhud Ketua : Prof. Dr. H.M. Nuh, DEA Ketua : Prof. Dr. Ir. HM. Maksum Machfoedz, M.Sc Ketua : Drs. KH. Abbas Abdul Mu’in, MA Ketua : Drs. H. M. Imam Aziz Ketua : Dr. H. Farid Wadjdy, M.Pd Ketua : Prof. Dr. H. M. Salim Al Jufri, M.Sos.I Ketua : KH. M. Hasib Wahab Ketua : Dr. H. A. Hanief Saha Ghafur, MA Ketua : KH. Abdul Manan Ghani Ketua : H. Aizzudin Abdurrahman, SH Ketua : H. Nusron Wahid, SE, M.SE Ketua : Dr. H. Eman Suryaman, MM Ketua : Robikin Emhas, SH, MH Ketua : Ir. H. M Iqbal Sullam Ketua : H. M Sulton Fathoni, M.Si Sekretaris Jenderal : Dr. Ir. H. A Helmy Faishal Zaini Wakil Sekjen : H. Andi Najmi Fuaidi, SH Wakil Sekjen : dr. H. Syahrizal Syarif, MPH, Ph.D Wakil Sekjen : Drs. H. Masduki Baidlowi Wakil Sekjen : Drs. H. Abd. Mun’im DZ Wakil Sekjen : Ishfah Abidal Aziz Wakil Sekjen : H. Imam Pituduh,SH, MH Wakil Sekjen : Ir. Suwadi D. Pranoto Wakil Sekjen : H. Ulil Hadrawi, M. Hum Wakil Sekjen : Sultonul Huda, M.Si Wakil Sekjen : Dr. Muhammad Aqil Irham, M.Si Wakil Sekjen : H. Muhammad Said Aqil Wakil Sekjen : Heri Heryanto Azumi, S. Ag, MM.
Bendahara Umum : Dr-Ing H. Bina Suhendra Bendahara : Dr. H. Abidin HH Bendahara : H. Bayu Priawan Joko Sutono, SE. M.BM Bendahara : H. Raja Sapta Ervian, SH. M.Hum Bendahara : H. Norhin Harun Bendahara : H. Hafidz Taftazani Bendahara : H. Umar Syah HS Bendahara : N. M. Dipo Nusantara Pua Upa