13 HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan kontrol (benih) terhadap buah dengan tingkat kematangan kuning dan hitam terhadap peubah yang diamati (Tabel 1). Uji t menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara kontrol dengan buah kuning terhadap semua peubah dengan nilai P yang diperoleh di atas 5 %. Bobot basah tanaman memiliki nilai P yang cenderung signifikan yaitu 7,4 %. Hasil uji t antara kontrol dengan buah hitam menunjukkan nilai P yang tidak berbeda nyata pada semua peubah dengan α di atas 5 %. Hasil uji t secara umum menunjukkan tidak ada perbedaan pertumbuhan pada pembibitan jarak pagar antara kontrol yang menggunakan biji dengan pembibitan menggunakan buah dengan perlakuan perbedaan tingkat kematangan buah dan periode pengeringan. Tabel 1. Hasil Uji-t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Kuning dan Hitam pada Peubah yang Diamati. Umur
Nilai P ( α ) Pengaruh Tingkat Kematangan Buah Kontrol vs kuning
Kontrol vs hitam
Daya berkecambah
0,164tn
0,195tn
Potensi tumbuh maksimum
0,711tn
0,535tn
Bobot basah tanaman
0,074tn
0,339tn
Bobot kering tanaman
0,872tn
0,710tn
Bobot basah akar
0,539tn
0,490tn
Bobot kering akar
0,638tn
0,619tn
Panjang akar primer
0,260tn
0,369tn
Panjang akar sekunder
0,799tn
0,735tn
Jumlah akar sekunder
0,974tn
0,385tn
Panjang batang
0,159tn
0,315tn
Keterangan :
* : berpengaruh nyata pada taraf 5% tn : tidak berpengaruh nyata
** : berpengaruh nyata pada taraf 1%
14
Hasil Uji t Tinggi Tanaman antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan tinggi tanaman antara kontrol (benih) terhadap tingkat kematangan buah kuning dan buah hitam pada umur 2 MST sampai 9 MST. Berdasarkan uji t dengan taraf 5 % antara kontrol dengan buah kuning (Tabel 2) menunjukkan pengaruh nyata pada 3 MST dan 5 MST serta menunjukkan pengaruh sangat nyata pada 6 MST. Berdasarkan uji t dengan taraf 5 % antara kontrol dengan buah hitam menunjukkan menunjukkan pengaruh nyata pada 4 MST, 6 MST, dan 11 MST serta menunjukkan pengaruh sangat nyata pada 5 MST. Tabel 2. Hasil Uji-t Tinggi Tanaman antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Kuning dan Hitam. Umur
Nilai P ( α ) Pengaruh Warna Buah Kontrol vs kuning
Kontrol vs hitam
2 MST (cm)
0,129tn
0,235tn
3 MST (cm)
0,022*
0,059tn
4 MST (cm)
0,056tn
0,027*
5 MST (cm)
0,011*
0,007**
6 MST (cm)
0,008**
0,020*
7 MST (cm)
0,140tn
0,106tn
8 MST (cm)
0,098tn
0,128tn
9 MST (cm)
0,193tn
0,250tn
10 MST (cm)
0,184tn
0,343tn
11 MST (cm)
0,124tn
0,043*
12 MST (cm)
0,162tn
0,362tn
Keterangan :
* : berpengaruh nyata pada taraf 5% tn : tidak berpengaruh nyata
** : berpengaruh nyata pada taraf 1%
15 Hasil Uji t Jumlah Daun antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan jumlah daun antara kontrol (benih) terhadap tingkat kematangan buah kuning dan buah hitam pada umur 2 MST sampai 12 MST (Tabel 3). Berdasarkan uji t dengan taraf 5 % antara kontrol dengan buah kuning menunjukkan pengaruh nyata pada 4 MST, 5 MST, 6 MST, 7 MST, dan 8 MST serta menunjukkan pengaruh sangat nyata pada 3 MST. Berdasarkan uji t dengan taraf 5 % antara kontrol dengan buah hitam menunjukkan pengaruh nyata pada 2 MST, 5 MST, 7 MST, 8 MST, dan 11 MST serta menunjukkan pengaruh sangat nyata pada 3 MST, 4 MST dan 6 MST. Tabel 3. Hasil Uji t Jumlah Daun antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Kuning dan Hitam Umur
Nilai P ( α ) Pengaruh Warna Buah Kontrol vs kuning
Kontrol vs hitam
2 MST (cm)
0,108tn
0,049*
3 MST (cm)
0,000**
0,000**
4 MST (cm)
0,027*
0,004**
5 MST (cm)
0,017*
0,010**
6 MST (cm)
0,011*
0,004**
7 MST (cm)
0,036*
0,014*
8 MST (cm)
0,017*
0,022*
9 MST (cm)
0,114tn
0,121tn
10 MST (cm)
0,137tn
0,064tn
11 MST (cm)
0,061tn
0,017*
12 MST (cm)
0,097tn
0,150tn
Keterangan :
* : berpengaruh nyata pada taraf 5% tn : tidak berpengaruh nyata
** : berpengaruh nyata pada taraf 1%
Percobaan 2 : Pengaruh Tingkat Kematangan Buah dan Periode Pengeringan terhadap Pembibitan Jarak Pagar Potensi tumbuh maksimum menggambarkan potensi benih untuk menjadi kecambah normal atau masih dapat tumbuh normal jika kondisinya optimum. Daya berkecambah adalah kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman
16 normal yang berproduksi normal dalam keadaan optimum. Rekapitulasi hasil uji F pengaruh tingkat kematangan buah dan periode pengeringan terhadap peubah kadar air, daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, bobot basah akar, bobot kering akar, panjang akar primer, panjang akar sekunder, jumlah akar sekunder, dan panjang batang disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis ragam, Tabel 4 menunjukkan tingkat kematangan buah berpengaruh sangat nyata terhadap peubah kadar air buah. Tingkat kematangan buah tidak berpengaruh nyata pada daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, bobot basah akar, bobot kering akar, panjang akar primer, panjang akar sekunder, jumlah akar sekunder, dan panjang batang. Perlakuan periode pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, bobot basah tanaman, bobot basah akar, panjang akar primer, jumlah akar sekunder, dan panjang batang. Periode pengeringan berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah, bobot kering tanaman,dan panjang akar sekunder serta tidak berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh maksimum dan bobot kering akar. Interaksi tingkat kematangan buah dan periode pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap panjang batang. Interaksi tingkat kematangan buah dan periode pengeringan berpengaruh nyata terhadap kadar air, potensi tumbuh maksimum, bobot basah tanaman, bobot basah akar, panjang akar primer, dan panjang akar sekunder. Interaksi tingkat kematangan buah dan periode pengeringan tidak berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah, bobot kering tanaman, bobot kering akar, dan jumlah akar sekunder. Peubah tinggi tanaman dan jumlah daun menunjukkan pertumbuhan tanaman setiap minggunya (Gambar 1-4). Rekapitulasi hasil uji F peubah tinggi tanaman dan jumlah daun disajikan pada Lampiran 1 dan 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh tingkat kematangan buah dan periode pengeringan pada peubah yang diamati ditunjukkan pada Lampiran 3-13.
17 Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Tingkat Kematangan Buah (A), Periode Pengeringan (P), dan Interaksinya (A*P) terhadap Peubah yang Diamati Peubah
Perlakuan A
P
A*P
Kadar air buah (%)
**
**
*
Daya berkecambah (%)
tn
*
tn
Potensi tumbuh maksimum (%)
tn
tn
*
Bobot basah tanaman (g)
tn
**
*
Bobot kering tanaman (g)
tn
*
tn
Bobot basah akar (g)
tn
**
*
Bobot kering akar (g)
tn
tn
tn
Panjang akar primer (cm)
tn
**
*
Panjang akar sekunder (cm)
tn
*
*
Jumlah akar sekunder (buah)
tn
**
tn
Panjang batang (cm)
tn
**
**
Tinggi tanaman*** Jumlah Daun*** Keterangan :
* : berpengaruh nyata pada taraf 5% tn : tidak berpengaruh nyata
** : berpengaruh nyata pada taraf 1% *** : ditunjukkan pada lampiran 1-2
Perlakuan periode pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, bobot basah tanaman, bobot basah akar, panjang akar primer, jumlah akar sekunder, dan panjang batang (Tabel 5). Periode pengeringan dua hari cenderung memiliki nilai rata-rata paling tinggi hampir pada semua tolok ukur yaitu daya berkecambah, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, bobot basah akar, bobot kering akar, panjang akar primer, panjang akar sekunder, dan panjang batang. Perlakuan periode pengeringan nol hari (tanpa pengeringan) memiliki nilai rata-rata paling tinggi pada peubah kadar air, potensi tumbuh maksimum, dan jumlah akar sekunder. Periode pengeringan empat hari mempunyai nilai ratarata terendah pada semua tolok ukur yang diamati.
18 Tabel 5. Nilai Rata-rata Peubah yang Diamati pada Beberapa Periode Pengeringan. Peubah
Periode (hari) Nol
Dua
Empat
Kadar air buah (%)
59.15a
34.41b
23.52c
Daya berkecambah (%)
66.11a
69.45a
37.78b
Potensi tumbuh maksimum (%)
85.00a
84.45a
72.78a
Bobot basah tanaman (g)
21.28a
23.24a
11.40b
Bobot kering tanaman (g)
4.36b
7.25a
3.00b
Bobot basah akar (g)
1.78b
2.38a
1.07c
Bobot kering akar (g)
0.28a
0.35a
0.27a
Panjang akar primer (cm)
13.29a
13.33a
10.84b
Panjang akar sekunder (cm)
8.14ab
8.66a
7.37b
Jumlah akar sekunder (buah)
8.00a
5.61b
4.99b
Panjang batang (cm)
32.85a
34.76a
25.70b
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT dengan taraf 5 %
Kadar Air Buah Kadar air merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan maupun penyimpanan benih. Kadar air buah memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan seperti kadar air benih. Benih ortodok yang memiliki kadar air tinggi beresiko cepat mundurnya benih. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para analis benih (Mugnisjah et al., 1994). Kadar air benih yang diperlukan agar perkecambahan benih berlangsung juga memerlukan kejelasan varietas tanaman. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan air yang dapat diimbibisi benih dari sekitarnya untuk dapat berkecambah. Potensial osmotik larutan dalam substrat pengecambahan menentukan kecepatan perkecambahan. Benih akan cepat berkecambah jika kadar air benih minimum tertentu yang harus dicapainya dapat dipenuhi segera oleh
19 substrat perkecambahan tanpa menyebabkan kerusakan imbibisi (Mugnisjah et al., 1994). Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap persentase kadar air menunjukkan nilai yang berbeda sangat nyata. Nilai tengah persentase kadar air pada buah kuning lebih tinggi yaitu 61,02 % dibandingkan buah hitam 17,03 %. Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa selama kadar air benih berada di bawah tingkat keseimbangan dengan kelembaban nisbi udara sekitar, uap air akan bergerak ke dalam benih dan begitu pula sebaliknya. Pengaruh periode pengeringan terhadap persentase kadar air menunjukkan nilai yang berbeda sangat nyata. Nilai tengah persentase kadar air tertinggi ada pada perlakuan tanpa pengeringan yaitu 59,15 % dibandingkan periode pengeringan dua hari 34,41 % dan periode pengeringan empat hari 23,52 %. Periode pengeringan nol hari mempunyai nilai kadar air tertinggi menunjukkan buah langsung ditanam tanpa melalui metode pengeringan. Buah yang telah dikeringkan dua hari dan empat hari langsung ditanam di polibag. Menurut Sutopo (2004) kadar air optimum untuk penyimpanan pada sebagian besar benih adalah antara 6-8 %. Pengaruh interaksi tingkat kematangan buah dan periode pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur kadar air (Tabel 6). Perlakuan tingkat kematangan buah kuning dan tanpa pengeringan menghasilkan nilai ratarata tertinggi yaitu 78,12 %. Interaksi tingkat kematangan buah kuning pada periode pengeringan dua hari dan empat hari memilki nilai rata-rata 63,05 % dan 41,88 %. Interaksi tingkat kematangan buah hitam pada semua periode pengeringan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan tingkat kematangan buah kuning. Interaksi tingkat kematangan buah hitam pada perlakuan tanpa pengeringan dan pengeringan dua hari memiliki nilai rata-rata 40,17 % dan 5,78 %. Interaksi tingkat kematangan buah hitam dan periode pengeringan empat hari memiliki nilai rata-rata kadar air terendah yaitu 5,15 %.
20 Tabel 6. Nilai Rata-Rata Kadar Air Buah (%) pada Interaksi Tingkat Kematangan Buah dan Periode Pengeringan Tingkat Kematangan Buah
Periode Pengeringan (hari) Nol (P1)
Dua (P2)
Empat (P3)
Kuning (A1)
78.12a
63.05b
41.88c
Hitam (A2)
40.17c
5.78d
5.15d
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT dengan taraf 5 %.
Potensi Tumbuh Maksimum Potensi tumbuh maksimum merupakan salah satu parameter viabilitas total. Potensi tumbuh maksimum adalah total benih hidup atau yang menunjukkan gejala hidup (Sadjad et al.,1999). Besarnya nilai potensi tumbuh maksimum menunjukkan bahwa kondisi viabilitas benih yang tinggi (Justice dan Bass, 2002). Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap persentase potensi tumbuh maksimum menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Hal ini sejalan dengan penelitian Lestari (2009) yang menunjukan nilai potensi tumbuh maksimum benih yang berasal dari tingkat kemasakan buah kuning paling tinggi yaitu 93,83 % dibandingkan tingkat kemasakan buah hitam 83,33 %. Sutopo (2004) menyatakan bahwa benih yang dipanen sebelum masak fisiologisnya tercapai maka tidak mempunyai viabilitas yang tinggi bahkan tidak berkecambah. Pengaruh periode pengeringan terhadap persentase potensi tumbuh maksimum menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Nilai tengah persentase potensi tumbuh maksimum cenderung lebih tinggi pada perlakuan tanpa pengeringan yaitu 85 % dibandingkan periode pengeringan dua hari dan empat hari sebesar sebesar 84,45 % dan 72,78 %. Nilai tengah persentase potensi tumbuh maksimum nol hari dan dua hari menunjukkan hasil persentase >80 % daripada periode pengeringan empat hari. Hal ini diduga pengeringan yang terlalu lama akan menurunkan persentase potensi tumbuh maksimum jarak pagar. Interaksi antara tingkat kematangan buah dan periode pengeringan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur potensi tumbuh maksimum (Tabel 7). Kombinasi tingkat kematangan buah hitam dan periode pengeringan dua hari
21 memiliki nilai rata-rata potensi tumbuh maksimum tertinggi yaitu 92,22 %. Interaksi tingkat kematangan buah hitam pada periode pengeringan empat hari memiliki nilai rata-rata potensi tumbuh maksimum terendah yaitu 58,89 %. Tingkat kematangan buah kuning tanpa pengeringan dan pengeringan empat hari memiliki nilai rata-rata tertinggi daripada buah hitam pada periode pengeringan dua hari yaitu 86,67 %. Tabel 7. Nilai Rata-Rata Potensi Tumbuh Maksimum (%) pada Interaksi Tingkat Kematangan Buah dan Periode Pengeringan Tingkat Kematangan Buah
Periode Pengeringan (hari) Nol (P1)
Dua (P2)
Empat (P3)
Kuning (A1)
86.67a
76.67ab
86.67a
Hitam (A2)
83.33a
92.22a
58.89b
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT dengan taraf 5 %.
Bobot Basah Tanaman Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap bobot basah tanaman menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Nilai tengah persentase bobot basah tanaman pada buah hitam cenderung lebih tinggi yaitu 19,99 g dibandingkan buah kuning 17,29 g. Pengaruh periode pengeringan terhadap nilai tengah bobot basah tanaman menunjukkan nilai yang berbeda sangat nyata. Nilai tengah bobot basah tanaman cenderung lebih tinggi pada periode pengeringan dua hari yaitu 23,24 g dibandingkan perlakuan tanpa pengeringan dan periode pengeringan empat hari sebesar 21,28 g dan 11,40 g. Hal ini dikarenakan jumlah benih yang berkecambah lebih tinggi pada periode pengeringan dua hari. Interaksi antara tingkat kematangan buah dan periode pengeringan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur bobot basah tanaman (Tabel 8). Kombinasi tingkat kematangan buah hitam dan periode pengeringan nol hari memiliki nilai rata-rata bobot basah tanaman tertinggi yaitu 29,34 g. Interaksi tingkat kematangan buah hitam pada periode pengeringan empat hari memiliki nilai rata-rata bobot basah tanaman terendah yaitu 8,62 g. Periode pengeringan dua hari memiliki nilai rata-rata tertinggi pada
22 buah kuning dan buah hitam yaitu 24,46 g dan 22,02 g dibandingkan periode pengeringan lainnya selain interaksi tingkat kematangan buah hitam dan perlakuan tanpa pengeringan. Tabel 8. Nilai Rata-Rata Bobot Basah Tanaman (gram) pada Interaksi Tingkat Kematangan Buah dan Periode Pengeringan Tingkat Kematangan Buah
Periode Pengeringan (hari) Nol (P1)
Dua (P2)
Empat (P3)
Kuning (A1)
13.22cd
24.46ab
14.18bcd
Hitam (A2)
29.34a
22.02abc
8.62d
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT dengan taraf 5 %.
Bobot Basah Akar Tanaman jarak pagar mempunyai sistem perakaran yang mampu menahan air dan tanah, sehingga merupakan tanaman yang tahan terhadap kekeringan dan berfungsi sebagai tanaman penahan erosi. Volume akar yang tinggi menunjukkan kemampuan akar dalam menyimpan air dan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman semakin baik. Volume akar dipengaruhi oleh sifat fisik media yang digunakan sehingga akar sulit menembus media yang padat, bobot basah akar dan bobot kering akar yang tinggi menunjukkan perkembangan perakaran yang baik, karena penyerapan unsur hara yang tinggi dapat dilihat dari tingginya nilai bobot basah dan bobot kering tanaman dan akar (Muzayyinatin, 2006). Pengaruh
tingkat
kematangan
buah terhadap bobot
basah akar
menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Nilai tengah persentase bobot basah akar pada tingkat kematangan buah hitam cenderung lebih tinggi yaitu 1,81 g dibandingkan buah kuning 1,68 g. Pengaruh periode pengeringan terhadap nilai tengah bobot basah akar menunjukkan nilai yang berbeda sangat nyata. Nilai tengah bobot basah akar cenderung lebih tinggi pada periode pengeringan dua hari yaitu 2,38 g dibandingkan periode pengeringan nol hari dan empat hari sebesar 1,78 g dan 1,07
23 g. Hal ini dikarenakan jumlah benih yang berkecambah lebih tinggi pada periode pengeringan dua hari sehingga akar yang dihasilkan lebih banyak. Interaksi antara tingkat kematangan buah dan periode pengeringan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur bobot basah akar (Tabel 9). Kombinasi tingkat kematangan buah hitam dan periode pengeringan dua hari memiliki nilai rata-rata bobot basah akar tertinggi yaitu 2,47 g. Interaksi tingkat kematangan buah hitam pada periode pengeringan empat hari memiliki nilai rata-rata bobot basah akar terendah yaitu 0,82 g. Periode pengeringan dua hari memiliki nilai rata-rata tertinggi pada buah kuning dan buah hitam yaitu 2,29 g dan 2,47 g dibandingkan periode pengeringan lainnya. Hal ini berkaitan dengan pengaruh tingkat kematangan buah dan periode pengeringan terhadap tolok ukur daya berkecambah yang menunjukkan nilai ratarata tertinggi pada periode pengeringan dua hari. Tabel 9. Nilai Rata-Rata Bobot Basah Akar (gram) pada Interaksi Tingkat Kematangan Buah dan Periode Pengeringan Tingkat Kematangan Buah
Periode Pengeringan (hari) Nol (P1)
Dua (P2)
Empat (P3)
Kuning (A1)
1.42b
2.29a
1.32bc
Hitam (A2)
2.14a
2.47a
0.82c
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT dengan taraf 5 %.
Panjang Akar Primer Pertumbuhan akar yang baik dapat memacu pertumbuhan tajuk, karena akar merupakan organ vegetatif utama yang berfungsi untuk menyerap air, unsur hara, dan bahan-bahan lain yang penting bagi pertumbuhan tanaman (Muzayyinatin, 2006). Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap nilai tengah panjang akar primer menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Nilai tengah persentase panjang akar primer pada buah hitam cenderung lebih tinggi yaitu 12,84 cm dibandingkan buah kuning 12,12 cm. Pengaruh periode pengeringan terhadap nilai tengah panjang akar primer menunjukkan nilai yang berbeda sangat nyata. Nilai tengah panjang akar primer
24 cenderung lebih tinggi pada periode pengeringan dua hari yaitu 13,33 cm dibandingkan perlakuan tanpa pengeringan dan pengeringan empat hari sebesar 13,29 cm dan 10,84 cm. Interaksi antara tingkat kematangan buah dan periode pengeringan berpengaruh nyata terhadap tolok ukur panjang akar primer (Tabel 10). Kombinasi tingkat kematangan buah hitam dan periode pengeringan dua hari memiliki nilai rata-rata panjang akar primer tertinggi yaitu 14,46 cm. Interaksi tingkat kematangan buah hitam pada periode pengeringan empat hari memiliki nilai rata-rata panjang akar primer terendah yaitu 9,67 cm. Tingkat kematangan buah hitam memiliki nilai rata-rata tertinggi pada periode pengeringan dua hari dan nol hari dibandingkan kombinasi lainnya yaitu 14,46 cm dan 14,39 cm. Tingkat kematangan buah kuning memiliki nilai rata-rata panjang akar primer yang tidak jauh berbeda pada periode pengeringan nol, dua dan empat hari yaitu 12,18 cm, 12,19 cm, dan 12 cm. Tabel 10. Nilai Rata-Rata Panjang Akar Primer (cm) pada Interaksi Tingkat Kematangan Buah dan Periode Pengeringan Tingkat Kematangan Buah
Periode Pengeringan (hari) Nol (P1)
Dua (P2)
Empat (P3)
Kuning (A1)
12.18ab
12.19ab
12.00b
Hitam (A2)
14.39ab
14.46a
9.67c
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT dengan taraf 5 %.
Panjang Akar Sekunder Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap nilai tengah panjang akar sekunder menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Nilai tengah persentase panjang akar sekunder pada tingkat kematangan buah hitam cenderung lebih tinggi yaitu 8,12 cm dibandingkan buah kuning 7,99 cm. Pengaruh periode pengeringan terhadap nilai tengah panjang akar sekunder menunjukkan nilai yang berbeda nyata. Nilai tengah panjang akar sekunder cenderung lebih tinggi pada periode pengeringan dua hari yaitu 8,67 cm dibandingkan periode pengeringan nol hari dan empat hari sebesar 8,14 cm dan 7,37 cm. Interaksi antara tingkat kematangan buah dan periode pengeringan
25 berpengaruh nyata terhadap tolok ukur panjang akar sekunder (Tabel 11). Kombinasi tingkat kematangan buah hitam dan periode pengeringan dua hari memiliki nilai rata-rata panjang akar sekunder tertinggi yaitu 9,27 cm. Interaksi tingkat kematangan buah hitam pada periode pengeringan empat hari memiliki nilai rata-rata panjang akar sekunder terendah yaitu 6,65 cm. Periode pengeringan dua hari memiliki keseluruhan nilai rata-rata tertinggi pada tingkat kematangan buah kuning dan buah hitam yaitu 8,05 cm dan 9,27 cm dibandingkan periode pengeringan lainnya. Hal ini sejalan dengan pengaruh tingkat kematangan buah dan periode pengeringan terhadap tolok ukur daya berkecambah yang menunjukkan nilai rata-rata tertinggi pada periode pengeringan dua hari. Tabel 11. Nilai Rata-Rata Panjang Akar Sekunder (cm) pada Interaksi Tingkat Kematangan Buah dan Periode Pengeringan Tingkat Kematangan Buah
Periode Pengeringan (hari) Nol (P1)
Dua (P2)
Empat (P3)
Kuning (A1)
7.84b
8.05ab
8.08ab
Hitam (A2)
8.44ab
9.27a
6.65c
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT dengan taraf 5 %.
Panjang Batang Panjang batang yang diukur adalah panjang batang utama mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai dengan ujung batang. Pengaruh tingkat kematangan buah terhadap nilai tengah panjang batang menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata. Nilai tengah persentase panjang batang pada tingkat kematangan buah kuning cenderung lebih tinggi yaitu 31,16 cm dibandingkan buah hitam 31,05 cm. Pengaruh periode pengeringan terhadap nilai tengah panjang batang menunjukkan nilai yang berbeda sangat nyata. Nilai tengah panjang batang cenderung lebih tinggi pada periode pengeringan dua hari yaitu 34,76 cm dibandingkan periode pengeringan nol hari dan empat hari sebesar 32,85 cm dan 25,70 cm. Interaksi antara tingkat kematangan buah dan periode pengeringan berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur panjang batang (Tabel 12).
26 Tabel 12. Nilai Rata-Rata Panjang Batang (cm) pada Interaksi Tingkat Kematangan Buah dan Periode Pengeringan Tingkat Kematangan Buah
Periode Pengeringan (hari) Nol (P1)
Dua (P2)
Empat (P3)
Kuning (A1)
28.95bc
36.40a
28.12c
Hitam (A2)
36.76a
33.11ab
23.28d
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT dengan taraf 5 %.
Kombinasi tingkat kematangan buah kuning dan periode pengeringan dua hari memiliki nilai rata-rata panjang batang tertinggi yaitu 36,40 cm. Interaksi tingkat kematangan buah hitam pada periode pengeringan empat hari memiliki nilai rata-rata panjang batang terendah yaitu 23,28 cm. Periode pengeringan dua hari memiliki nilai rata-rata tertinggi pada tingkat kematangan buah kuning dan buah hitam yaitu 36,40 cm dan 33,11 cm dibandingkan periode pengeringan lainnya. Periode pengeringan empat hari pada kombinasi tingkat kematangan buah kuning dan hitam memiliki nilai rata-rata terkecil secara keseluruhan yaitu 28,12 cm dan 23,28 cm.
Tinggi Tanaman Pertumbuhan vegetatif terjadi akibat adanya pembelahan dan pemanjangan sel di dalam jaringan meristematik pada titik tumbuh seperti batang, ujung-ujung akar dan kambium (Harjadi, 1996). Menurut Sitompul dan Guritno (1995) tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan parameter pertumbuhan yang paling mudah terlihat. Hasil pengamatan peubah tinggi tanaman (Gambar 1) terhadap tingkat kematangan buah pada periode pertumbuhan menunjukkan tingkat kematangan buah kuning cenderung memiliki tinggi tanaman lebih baik pada periode pengamatan 2 MST sampai 12 MST dibandingkan buah hitam. Hal ini
27 menunjukkan buah dengan tingkat kematangan kuning mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari buah hitam pada pembibitan jarak pagar.
Gambar 1. Pertumbuhan Jarak Pagar pada Perlakuan Tingkat Kematangan Buah terhadap Peubah Tinggi Tanaman. Hasil pengamatan peubah tinggi tanaman (Gambar 2) terhadap periode pengeringan pada periode pertumbuhan menunjukkan periode pengeringan dua hari secara konstan memiliki tinggi tanaman lebih banyak pada periode pertumbuhan 2 sampai 12 MST dibandingkan perlakuan tanpa pengeringan nol dan periode pengeringan empat hari. Hal ini menunjukkan buah dengan periode pengeringan dua hari mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari periode pengeringan lainnya pada pembibitan jarak pagar. Periode pengeringan 2 MST sampai 5 MST merupakan fase awal pertumbuhan tanaman, sehingga perbedaan tinggi tanaman belum terlihat. Hidayat (2002) menyatakan bahwa panjangnya periode dormansi merupakan salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan tanaman pada manggis. Secara keseluruhan, periode pengeringan dua hari memiliki nilai rata-rata tertinggi daripada periode pengeringan lainnya. Hal ini berarti periode pengeringan dua hari merupakan metode yang cenderung lebih baik pada peubah tinggi tanaman.
28
Gambar 2. Pertumbuhan Jarak Pagar pada perlakuan Periode Pengeringan terhadap Peubah Tinggi Tanaman.
Jumlah Daun Daun merupakan bagian vegetatif yang penting untuk proses fotosintesis. Jumlah daun berpengaruh terhadap kemampuan tanaman mengubah unsur hara menjadi zat-zat yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Fungsi utama daun adalah menyintesis bahan organik dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi melalui proses fotosintesis (Mulyani, 2006). Muzayyinatin (2006) menyatakan bahwa jumlah daun mempengaruhi setiap tanaman dalam memperoleh CO2 dan cahaya yang sesuai dengan kebutuhannya. Pengamatan jumlah daun diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukan biomassa tanaman. Hasil pengamatan peubah jumlah daun (Gambar 3) terhadap tingkat kematangan buah pada periode pertumbuhan menunjukkan tingkat kematangan buah kuning cenderung memiliki jumlah daun lebih banyak pada periode pengamatan 2 MST sampai 12 MST. Hal ini menunjukkan buah dengan tingkat
29 kematangan buah kuning mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari buah hitam pada pembibitan jarak pagar.
Gambar 3. Pertumbuhan Jarak Pagar pada Perlakuan Tingkat Kematangan Buah terhadap Peubah Jumlah Daun. Hasil pengamatan peubah jumlah daun (Gambar 4) terhadap periode pengeringan pada periode pertumbuhan menunjukkan periode pengeringan dua hari memiliki jumlah daun lebih banyak pada periode pertumbuhan 2 sampai 12 MST dibandingkan perlakuan tanpa pengeringan nol dan periode pengeringan empat hari. Hal ini menunjukkan buah dengan periode pengeringan dua hari mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari periode pengeringan lainnya pada pembibitan jarak pagar. Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa perbedaan yang cukup besar pada awal pertumbuhan akan menjadi modal yang potensial untuk menghasilkan perbedaan pertumbuhan selanjutnya.
30
Gambar 4. Pertumbuhan Jarak Pagar pada Perlakuan Periode Pengeringan terhadap Peubah Jumlah Daun.