Makalah Poster: Populasi Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jarak Pagar Tahun Ketiga
PENGARUH POPULASI TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) PADA TAHUN KETIGA Moch. Romli Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang
ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Muktiharjo, Kabupaten Pati mulai Januari hingga September 2008 (tahun ketiga). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil jarak pagar. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dan diulang tiga kali. Perlakuan terdiri dari lima tingkat kerapatan populasi tanaman, yaitu (1) populasi 10.000 tanaman/ha (1 m x 1 m), (2) populasi 5.000 tanaman/ha (2 m x 1 m), (3) populasi 3.333 tanaman/ha (3 m x 1 m), (4) populasi 2.500 tanaman/ha (2 m x 2 m), dan (5) populasi 1.667 tanaman/ha (3 m x 2 m). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai dengan umur 29 bulan (tahun ketiga) populasi tanaman berpengaruh terhadap jumlah cabang, lebar kanopi, jumlah tandan, jumlah buah per tanaman, dan hasil biji. Hasil tertinggi (tahun ketiga sampai dengan bulan September 2008) adalah pada populasi 10.000 tanaman/ha menghasilkan biji 872,02 kg/ha. Kata kunci: Populasi tanaman, pertumbuhan, hasil, jarak pagar, Jatropha curcas L.
THE EFFECT OF PLANT POPULATION ON GROWTH AND YIELD OF PHYSIC NUT (Jatropha curcas L.) IN THIRD YEAR ABSTRACT An experiment was conducted at Muktiharjo Experimental Station in Pati from January to September 2008. The objective was to evaluate the effect of plant population on the growth and yield of physic nut (Jatropha curcas L.). The experiment was arranged in a randomized block design with three replication. Treatments consisted of five plant population, ie (1) 10,000 plants/ha (1 m x 1 m spacing), (2) 5,000 plants/ha (2 m x 1 m spacing), (3) 3,333 plants/ha (3 m x 1 m spacing), (4) 2,500 plants/ha (2 m x 2 m spacing), and (5) 1,667 plants/ha (3 m x 2 m spacing). Result showed that plant population having an effect on branches, canopy, and yield component. The highest yield was achieved by 10,000 plants/ha (872.02 kg/ha). Keywords: Plant population, growth, yield, physic nut, Jatropha curcas L.
PENDAHULUAN Di Indonesia jarak pagar sering digunakan untuk minyak lampu, dan banyak digunakan sebagai obat tradisional baik daunnya maupun buahnya. Dengan semakin majunya teknologi dan deposit minyak bumi yang diperkirakan hanya mencukupi sampai tahun 2020, maka biji jarak pagar da-
192
pat menjadi alternatif bahan bakar minyak nabati, karena bijinya mengandung minyak sekitar 25– 30% dan dari kernel mengandung minyak 50–60% (Lele, 2005), dan kandungan bahan kimia lainnya, di antaranya kursin dan toksalbumin. Sedangkan daunnya banyak mengandung kaemfesterol, sitosterol, stimosterol, amirin, dan tarokserol (Sudibyo, 1998). Pada akhir-akhir ini jarak pagar banyak
Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi
mendapat perhatian, karena minyaknya dapat diproses menjadi minyak biodiesel (pengganti solar) dan minyak bakar (pengganti minyak tanah). Di masa datang biodiesel dapat digunakan sebagai pengganti minyak bumi yang saat ini makin menipis. Namun pada saat ini jarak pagar di Indonesia belum dibudidayakan dan diusahakan secara komersial. Di India jarak pagar mampu menghasilkan biji 0,4–12 ton/ha (Lele, 2005), mulai berproduksi dari tahun kedua setelah tanam dan terus-menerus menghasilkan sampai 40 tahun (Anonim, 2005). Sejak diketahui potensi biji jarak pagar sebagai alternatif bahan bakar nabati, maka banyak pihak yang berusaha mengembangkan perkebunan jarak pagar di berbagai agroekosistem. Bahan tanaman dan teknologi budi daya yang digunakan sangat beragam dan umumnya hanya sekedar menanam, sehingga penampilan tanaman kurang baik dengan produktivitas yang rendah. Lahan pengembangan tanaman jarak dapat diarahkan ke lahan kritis yang berada di lahan kering atau sekitar kawasan hutan. Lahan kering di Kawasan Timur Indonesia cukup luas, tetapi tidak keseluruhan dapat dimanfaatkan untuk budi daya tanaman karena tingkat kesuburannya rendah dan ketersediaan air terbatas. Menurut Siregar et al. (2005) lahan kritis, yang ada di Indonesia sekitar 13 juta hektar. Teknologi budi daya jarak pagar belum banyak diketahui, oleh karena itu masih perlu dipelajari termasuk di antaranya mengenai jarak tanam atau populasi tanaman per satuan luas. Menurut Hariyadi (2005), penanaman jarak pagar biasa dilaksanakan dengan jarak tanam 2,0 m x 3,0 m (populasi 1.600 tanaman/ha); 2,0 m x 2,0 m (populasi 2.500 tanaman/ha); atau 1,5 m x 2,0 m (populasi 3.300 tanaman/ha). Jarak tanam 2,0 m x 2,0 m biasa dilaksanakan untuk penanaman secara monokultur (Mahmud et al., 2005). Jika pola penanaman dengan tumpang sari, maka jarak tanam menggunakan jarak tanam yang agak lebar misalnya 2,0 m x 3,0 m (Hariyadi, 2005).
Populasi tanaman atau jarak tanam akan sangat berhubungan dengan persaingan antartanaman dalam mendapatkan sinar matahari dan unsur hara. Populasi tinggi akan berakibat ketatnya tingkat persaingan dalam mendapatkan sinar matahari maupun unsur hara serta memacu terciptanya kelembapan yang tinggi di sekitar pertanaman yang menyebabkan meningkatnya risiko terserang penyakit. Pertumbuhan tanaman memerlukan air, unsur hara, dan oksigen yang diabsorbsi terutama oleh akar serta radiasi dan CO2 yang diabsorbsi oleh daun. Faktor air, unsur hara, dan radiasi sering menjadi sasaran persaingan antartanaman karena sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh populasi tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil jarak pagar pada tahun ketiga.
BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di KP Muktiharjo, Kabupaten Pati, tanaman yang diamati berumur tiga tahun. Bahan tanam berasal dari biji yang berasal dari daerah sekitar KP Muktiharjo-Pati (Jawa Tengah). Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dan diulang tiga kali. Perlakuan yang dicoba terdiri dari lima tingkat kerapatan populasi tanaman, yaitu (1) populasi 10.000 tanaman/ha (1 m x 1 m), (2) populasi 5.000 tanaman/ha (2 m x 1 m), (3) populasi 3.333 tanaman/ha (3 m x 1 m), (4) populasi 2.500 tanaman/ha (2 m x 2 m), dan (5) populasi 1.667 tanaman/ha (3 m x 2 m). Ukuran petak yang digunakan adalah 12 m x 12 m. Dosis pupuk 100 kg urea + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl + 5 ton kompos per ha. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan awal musim hujan, kompos diberikan setelah dilakukan penyiangan pertama, sedang pupuk urea 50% diberikan awal musim hujan
193
Makalah Poster: Populasi Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jarak Pagar Tahun Ketiga
dan sisanya diberikan menjelang akhir musim penghujan. Pemupukan N (urea) dengan cara ditugalkan di sisi tanaman dan tanah dalam keadaan lembap/basah. Pengairan dilakukan apabila tanah mulai kering dan tanaman nampak mulai layu. Penyiangan dilakukan di sekeliling tanaman dengan menggunakan cangkul/sabit, penyiangan selanjutnya tergantung keadaan di lapangan. Untuk mengendalikan hama dan penyakit digunakan benomil 50% (Benlate) dosis 0,50 g/l dan streptomisin sulfat 20% (Agrept 20 WP) dosis 2 g/l. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, lebar kanopi, jumlah tandan, jumlah buah, dan biji. Data yang ditampilkan merupakan hasil pengamatan sampai dengan bulan September 2008. Data dianalisis sidik ragam dilanjutkan dengan uji Duncan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Populasi Tanaman terhadap Komponen Pertumbuhan Pengaruh populasi tanaman terhadap komponen pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang, dan lebar kanopi) sampai dengan akhir bulan September 2008 ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh populasi tanaman terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, dan lebar kanopi tanaman jarak pagar tahun 2008 di KP Muktiharjo, Pati Populasi (tanaman/ha)
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah cabang
Lebar kanopi (cm)
10.000
201,03
23,79 b
151,25 b*
5.000
202,50
31,25 a
195,83 a
3.333
197,30
30,91 a
197,93 a
2.500
197,30
30,21 a
199,13 a
1.667
193,97
32,29 a
195,00 a
12,89
9,48
8,48
KK (%)
*) Angka yang didampingi oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5%
194
Peningkatan populasi dari 1.667 menjadi 10.000 tanaman/ha tidak meningkatkan tinggi tanaman, namun menurunkan jumlah cabang dan lebar kanopi tanaman. Hal ini menandakan bahwa pada populasi tinggi terjadi persaingan ruang tumbuh, sehingga pada populasi tinggi tanaman cenderung tumbuh ke atas meskipun tidak terjadi perbedaan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian tahun pertama (2007) dan kedua (2008), yaitu pengaruh populasi tidak berbeda terhadap parameter tinggi tanaman (Sudibyo et al., 2007; Sholeh dan Djumali, 2008). Parameter jumlah cabang dan lebar kanopi nyata. Hal ini dikarenakan tanaman memerlukan ruang tumbuh yang agak lebar untuk memperoleh sinar matahari. Adanya perbedaan ruang antartanaman, menyebabkan terbentuknya kondisi persaingan antartanaman, namun setiap individu tanaman mampu tumbuh secara optimal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sudibyo et al., 2007 yaitu pada tahun pertama (2007) saat belum dilakukan pemangkasan tidak terjadi hambatan pertumbuhan atau tidak ada pengaruh kerapatan populasi, sedangkan pada tahun kedua (2008) setelah dilakukan pemangkasan menunjukkan makin padat populasi tanaman yang digunakan menghasilkan pertumbuhan tanaman (jumlah cabang dan lebar kanopi) yang semakin terhambat. Terjadinya perbedaan tersebut akibat pemangkasan untuk membentuk struktur kanopi tanaman jarak pagar. Menjelang musim penghujan dilakukan pemangkasan secara serentak dengan ketinggian tanaman seragam (80 cm) pada seluruh perlakuan. Dengan pemangkasan tersebut, tanaman jarak pagar mempunyai kesempatan yang sama untuk pertumbuhan tanpa adanya persaingan dalam mendapatkan unsur hara, air, dan sinar matahari. Pada penelitian tahun pertama (2007) tidak dilakukan pemangkasan, sehingga terjadi persaingan dalam mendapatkan un-sur hara, air, dan sinar matahari. Perbedaan kondisi inilah yang menyebabkan perbedaan hasil penelitian yang diperoleh.
Prosiding Lokakarya Nasional IV Akselerasi Inovasi Teknologi Jarak Pagar Menuju Kemandirian Energi
Pengaruh Populasi Tanaman terhadap Komponen Hasil Secara individu tanaman, komponen produksi tanaman yakni jumlah tandan per tanaman, jumlah buah per tanaman, dan hasil biji dipengaruhi oleh kerapatan populasi tanaman (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh populasi tanaman terhadap jumlah tandan, jumlah buah per tanaman, dan hasil biji jarak pagar tahun 2008 di KP Muktiharjo Populasi (tanaman/ha)
jumlah tandan per tanaman
jumlah buah per tanaman
Hasil biji (kg/ha)
10.000
11,10 c
48,99 d
872,07 a*
5.000
12,86 bc
66,91 c
629,35 b
3.333
13,94 bc
73,00 c
451,36 c
2.500
16,94 a
90,80 b
406,26 c
1.667
17,30 a
106,91 a
338,18 d
7,66
9,02
KK (%)
6,19
*) Angka yang didampingi oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5%.
Peningkatan populasi tanaman dari 1.667 menjadi 10.000 tanaman/ha menurunkan jumlah tandan buah dan jumlah buah per tanaman. Hal ini terjadi karena terjadi persaingan unsur hara, sinar matahari, dan ruang tumbuh antarindividu tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan bunga menjadi buah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pada saat itu. Ditinjau dari lebar kanopi yang diperoleh (Tabel. 1) terlihat bahwa lebar kanopi sudah melebihi 150 cm. Kondisi yang demikian mengisyaratkan bahwa beberapa waktu sebelumnya mulai terjadi kompetisi antartanaman, terutama pada populasi 10.000 tanaman/ha (jarak tanam 1 m x 1 m). Waktu-waktu tersebut sebenarnya merupakan waktu perkembangan bunga menjadi buah dan buah muda menjadi buah masak. Akibat adanya kompetisi antartanaman tersebut menyebabkan buah masak menjadi sedikit sehingga jumlah buah per tanaman menjadi rendah. Jumlah buah per tandan yang rendah menyebabkan jumlah buah per ta-
naman yang diperoleh menjadi rendah demikian pula sebaliknya. Hal ini yang menyebabkan jumlah buah per tanaman tertinggi dicapai oleh kerapatan populasi tanaman terendah (1.667 tanaman/ha) dan terendah pada kerapatan populasi tanaman tertinggi (10.000 tanaman/ha). Ditinjau dari luas areal penanaman, komponen produksi jarak pagar dipengaruhi oleh kerapatan populasi tanaman yang digunakan (Tabel 2). Meskipun kerapatan populasi 10.000 tanaman/ha menghasilkan jumlah tandan, jumlah buah, dan hasil per individu tanaman paling rendah (Tabel 2), namun karena jumlah tanaman per luasan areal paling tinggi, maka diperoleh hasil biji per hektar yang paling tinggi. Pada kerapatan populasi yang terendah (1.667 tanaman/ha) walaupun menghasilkan jumlah tandan dan jumlah buah per tanaman yang paling tinggi, namun karena jumlah tanaman per satuan luas lebih sedikit, maka diperoleh produksi per hektar yang paling rendah. Hal ini sesuai hasil penelitian Sholeh dan Djumali (2008) pada tahun kedua dimana kerapatan tanaman terendah (1.667 tanaman/ha) menghasilkan jumlah tandan, jumlah buah, dan hasil biji terendah, sedang populasi 10.000 tanaman/ha menghasilkan biji tertinggi.
KESIMPULAN Kerapatan populasi tanaman tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman tetapi berpengaruh terhadap jumlah cabang, lebar kanopi, komponen produksi, dan hasil biji jarak. Ditinjau dari individu tanaman, kerapatan populasi tanaman terendah (1.667 pohon/ha) menghasilkan jumlah buah tertinggi (106,91 buah/tanaman), sedang kerapatan populasi tertinggi (10.000 pohon/hektar) menghasilkan jumlah buah terendah (48,99 buah/tanaman). Ditinjau dari luas areal pertanaman, kerapatan populasi rendah (1.667 pohon/ha) menghasilkan biji terendah 338,18 kg/ha, sedangkan populasi 10.000
195
Makalah Poster: Populasi Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jarak Pagar Tahun Ketiga
dua. Prosiding Lokakarya Nasional III Inovasi Teknologi Jarak Pagar untuk Mendukung Program Desa Mandiri Energi. Bayumedia Publishing. Malang. 219–223.
pohon/ha menghasilkan biji tertinggi yaitu 872,07 kg/ha.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2005. Why Jatropha curcas? Biodiesel Today. Powered by Tao Media, India. 1p. Hariyadi, 2005. Sistem budi daya tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn). Makalah Seminar Nasional Pengembangan Jarak Pagar Menjadi Biodiesel dan Minyak Bakar. Bogor 22 Desember 2005. Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi LPPMIPB, Bogor. Lele, S. 2005. The cultivation of Jatropha curcas. Res: J-22, Sector 7. Vashi, Navi Mumbai, 400 703, India. 17p. Mahmud, Z., A.A. Rivaie, dan D. Allorerung, 2005. Petunjuk teknis jarak pagar (Jatropha curcas L.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. Sholeh, M. dan Djumali. 2008. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) pada tahun ke-
196
Siregar, H. Harianto, dan N.A. Achsani. 2005. Analisis usaha tani dan skala usaha tanaman jarak. Makalah Seminar Nasional Pengembangan Jarak Pagar Menjadi Biodiesel dan Minyak Bakar. Bogor 22 Desember 2005. Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi LPPM-IPB, Bogor. Sudibyo, B.R.A.M. 1998. Alam sumber kesehatan, manfaat, dan kegunaan. Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Sudibyo, N., Lestari, dan Djumali. 2007. Pengaruh kerapatan tanaman jarak pagar terhadap pertumbuhan dan hasil pada tahun pertama. Prosiding Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. 314–322.
DISKUSI
Tidak ada pertanyaan.