HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi RTH di Wilayah Administrasi DKI Jakarta
Dari hasil analisis citra Landsat TM 1997 dan ETM+ 2004 diperoleh 9 jenis penutupan lahan yang di klasifikasi ulang menjadi 3 jenis penutupan lahan, yaitu badan air, kawasan bervegetasi (Ruang Terbuka Hijau), dan kawasan terbangun (Gambar 6). Dari hasil analisis citra tahun 1997, kawasan vegetasi di wilayah DKI Jakarta sebesar 20.512,80 ha (31,91%) dari luas wilayah DKI Jakarta. Pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 8,79%, yaitu menjadi sebesar 14.855,76 ha (23,12%) (Tabel 3). Penurunan tersebut diakibatkan oleh perubahan penggunaan d m penutupan lahan yang pada umurnnya lebih didasarkan pada pemenuhan akan peningkatan akselerasi pertumbuhan ekonomi di kawasan ini.
C Gambar 6. Tiga Jenis Bentuk Penutupan Lahan di Wilayah DKI Jakarta: Badan Air (A), Kawasan Vegetasi (B), dan Kawasan Terbangun (C)
Tabel 3. Persentase Jenis Penutupan Lahan di Wilayah DKI Jakarta NO Jenis Penutupan Lahan
Tahun 1997 Luas (ha)
1.
Badan Air
2.
3.
Tahun 2004
%
Luas (ha)
%
3.590,64
5,59
1.690,92
2,63
Kawasan Vegetasi
20.512,80
31,91
14.855,76
23,12
Kawasan Terbangun
40.167,44
62,50
47.724,12
74,25
Total
64.270,80
100,OO
64.270,80
1OO:OO
Dari hasil klasifikasi citra tahun 1997 (Gambar 7) menunjukkan kawasan terbangun (merah) memiliki area yang luas dengan kawasan vegetasi sedikit (hijau) yaitu pada wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Kawasan vegetasi yang luas dan menyebar terdapat pada wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Jakarta Selatan merupakan daerah resapan air, dan didominasi oleh kebun campuran (Gambar 8). Jakarta Timur merupakan daerah resapan air di bagian selatan jalan lingkar luar Jakarta, dan Jakarta Barat didominasi oleh area persawahan (Gambar 9). Sedangkan pada tahun 2004 (Gambar 10) menui~jukkan kawasan terbangun (merah) tnemiliki area yang luas dengan kawasan vegetasi sedikit (hijau) yaitu pada wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Kawasan vegetasi (hijau) berkurang pada wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Hal ini disebabkan perubahan penggunaan lahan menjadi kawasan pemukiman (Gambar 11). Meskipun demikian wilayah ini masih memiliki kawasan vegetasi yang luas. RTN yang tetap dipertahankan di DKI Jakarta adalah kawasan yang dilindungi seperti hutan lindung, cagar alam, seperti kawasan hijau lindung Muara Angke yang terdiri dari Hutan Bakau (Gambar 12). Sedangkan kawasan hijau yang menjadi binaan pemerintah berbentuk areal seperti taman kota Monas (Gambar 13),jalur hijau jalan (Gambar 14), dan kawasan fungsional.
Keterangan Badan Air @J Kawasan fj Vegetasi Kawasan Terbangun
PETA KLASIFIKASI PENUTUPAN LAHAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TAHUN 1997 Sumber: Klasifikasi Citra Landsat TM 12 Juli 1997, pukul 10.00 wib
Gambar 7. Peta Penutupan Lahan di DKI Jakarta Tahun 1997
Gambar 8. Kebun Campuran yang Terdapat di Kelurahan Jagakarsa
Gambar 9. Area Persawahan
o
7000
7000
T W O
21000 Meters
Keterangan Badan Air Kawasan Vegetasi Kawasan Terbangun
PETA KLASIFIKASI PENUTUPAN LAHAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TAHUN 2004 Sumber: Klasifikasi Citra Landsnt ETM+ 9 September 2004, pukul10.00 wib
Gambar 10. Peta Penutupan Lahan di DKI Jakarta Tahun 2004
Gambar 11. Pemukiman Padat di Kecamatan Penjaringan
Gambar 12. Kawasan Hijau Liidung Hutan Bakau di Cagar Alam Muara Angke
Gambar 13. Kawasan Hijau Binaan Hutan Kota Monas
Gambar 14. Kawasan Hijau Binaan Jalur Hijau
di Jalan Merdeka
Tabel 4. Distribusi RTH Wilayah Adminismi Kecamatan di DKI Jakarta RTH No.
Wifayah
Luas Wil. (13
1.
2.
3.
4.
5.
Jakarta Utara Kec.Pademangan Kec.Penjaringan Kec.Cilincing Kec.Kelapa Gading Kec.Tanjung Priok Jakarta Barat Kec.Kalideres Kec.Cengkareng Kec.Taman Sari Kec.Tambora Kec.Grogo1 Kec.Kembangan Kec.Kebun Jeruk Kec.Palmerah Jakarta Pusat Kec.Sawah Besar Kec.Kemayoran Kec.Gambir Kec.Cernpaka Putih Kec.Senen Kec.Tanah Abang Kec.Menteng Jakarta Timur Kec.Cakung Kec.Pulogadung Kec.Matraman KecJatinegara Kec.Durensawit Kec.Makassar Kec.Kramat Jati Kec.Cipayung Kec.Ciracas Kec.Pasar Rebo Jakarta Selatan Kec.Setiabudi Kec.Kebayoran Lrn Kec.Tebet Kec.Kebayoran Br Kec.Pesanggahan
.
1997 Luas (ha)
%
2004 Luas (ha)
+/Oh
1.237,29 3.646,13 4.385,08 2.497.62 2.322,62 12.851,50
186,84 543.60 1.142,64 588.60 219,60 2.681,28
15,lO 218,16 17,63 14,91 734,40 20,14 26,06 1.098,72 25,06 23.57 497.16 19.91 9,45 172,80 744 20,86 2.721,24 21,17
+2,53 +5,23 -1,OO -3.66 -2,0! +0,31
2.941,07 2.398,09 449,95 520,24 1.060,87 2.637,22 1.689,33 742,15 12.438,90
1.071,OO 776,52 9,36 4,32 66,24 1.305,36 318,96 45,36 3.597,12
917,28 36,42 32,38 478,08 9,OO 2,08 0,83 8,28 6,24 65,16 49,50 780,84 18,88 141,12 6,11 39,24 28.92 2.439,OO
-5,23 -12,44 -0,08 +0,76 -0,lO -19,89 -10,53 -032 -9,31
637,14 727,43 769,27 71 !,I2 429,66 983,37 650,03 4.908,OO
35,28 27,36 67,68 47,88 17,64 174,24 86,04 456,12
3.984,89 1.487,14 477,77 1.004,17 2.178,93 2.178,24 1.331,18 2.879,77 1.617,47 1.265,62 18.405,20
1.290,96 183,96 11,16 91,08 71 1,36 1.126,44 474,48 2.332,08 936,36 672,84 7.830,72
900,66 2.384,51 936,62 1.307,44 1.293,94
149,76 797,40 60,84 217,80 680,04
31,19 19,94 2,OO 1,59 6,14 29,61 8,35 5,29 19,61
534 36,OO 5,65 +O,I I 3,76 23,04 3,17 -0,59 8,80 79,20 10,30 +1,50 6,73 28,80 4,05 -2,68 4,11 10,40 2,42 -1,69 17,72 147,60 15,Ol -2,71 13,24 56,52 8,69-4,54 -----9,29 381,56 7,77 -1,52
-
32,40 1.213,92 12,37 161,28 2,34 3,96 9,07 42,12 394,56 32,65 51,71 843.48 190,44 35,64 80,98 1.652,76 57,89 513,OO 383,76 53,16 42,55 5.3?9,28
30,46 10,84 0,83 4,19 18,ll 38,72 14,31 57,39 31,72 30,32 29,34
-1,93 -1,53 -1,51 -4,88 -14,54 -12,99 -21,34 -23,59 -26,17 -22,84 -13,21
16,63 33,44 6,50 16,66 52,56
13,51 22,39 6,30 7,lO 30,47
-3,12 -11,05 -0,19 -9,55 -22,09
121,68 533,88 59,04 92,88 394,2
Kec.Mampang Kec.Pancoran Kec.Pasar Minggu Kec.Cilandak t KecJagakarsa
79 1,67 824,37 2.19677 1.297,79 2.495,27 14.429,OO
162,36 174,60 1.101,96 598,68 2.004,12 5.947,56
20,5! 97,92 21,18 107,28 50,16 688,32 46,13 403,ZO 80,32 1.416,24 41,22 3.914,64
12,37 13,Ol 31,33 31,07 56,76 27,13
-&I4 -2,li -18,83 -15,06 -23,56 -14,09
Dilihat dari sebaran RTH di wilayah Kecamatan DKI Jakarta (Tabel 4), sebagian besar mengalami p e n m a n luas RTH namun ada beberapa wilayah kecamatan yang mengalami peningkatan luas RTH yaitu Kecamatan Pademangan naik 2,53% dari luas wilayah Kecamatan Pademangan, Kecamatan Penjaringan naik 5,23% dari luas wililyah Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Tambora naik 0,76% dari luas wilayah Kecamatan Tambora, Kecamatan Sawah Besar naik O,11% dari luas wilayah Kecamatan Sawah Besar, dan Kecamatan Gambir naik 1,50% dari luas wilayah Kecamatan Gambir. Pada tahun 1997 kecamatan yang memiliki luas RTH paling besar adalah Kecamatan Cipayung sebesar 2.332,08 ha (80,98% dari luas wilayah Kecamatan Cipayung) dan paling rendah adalah Kecamatan Tambora sebesar 4,32 ha (0,83% dari luas Kecamatan Tambora). .A
Pada tahun 2004 kecanlatan
yang memiliki luas RTH paling besar adalah
Kecamatan Cipayung sebesar 1.652,76 ha (57,39% dari luas wilayah Kecamatan Cipayung) dan paling rendah adalah Kecamatan Matrarnan sebesar 3,96 ha (0,83% dari luas wilayah Kecamatan Matraman).
J a k ~ r Uara h
Jakarta Bsrat
JrkartaPurat Wilayah
-.
JnkartaTimur
JaksrtaSelstan
Gambar 15. Distribusi RTH di Wilayah DKI Jakarta
Ee~daarkandistribusi RTH per Kotamadya (Gambar 15) Jakarta Utara mengalami kenaikan luas RTH sebesar 0,3 1% dari !uas wilayah Jakarta Utara. Jakarta Barat mengalami penunman luas RTH sebesar 9,31% dari luas wilayah Jakarta Barat. Jakarta Pusat mengalami penurunan luas RTH sebesar 1,52% dari luas wilayah Jakarta Pusat. Jakarta Timur mengalami penurunan luas RTH sebesar 13,21% dari luas wilayah Jakarta Timur. Dan Jakarta Selatan mengalami penurunan luas RTH sebesar 14,09% dari luas wilayah Jakarta Selatan. Sebagian besar wilayah di DKI Jakarta mengalami penurunan luas RTH disebabkan bembalmya ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun seperti pemukiman
kawasan industri. Wilayah Jakarta Utara mengalami peningkatan
luas RTH disebabkan adanya usaha dari pemerintah DKI Jakarta dalam meningkatkan luasan KTH di wilayahnya. Distribusi Temperatur Permukaan di Wilayah Administrasi DKI Jakarta Ekstraksi data Landsat TM dan ETM+ lebih digunzkan untuk kepentingan jangka panjang. Sebagaimana diketahui cakupan data citra yang salah satunya adalah Landsat jauh lebih luas dibandingkan dengan pengamatan via survai. Ekstraksi informasi yang dihasilkan pun relatif lebib banyak, tidak hanya temperatw, tetapi penggunaan lahan dan berbagai indikator lingkungan lainnya. Dengan menggunakan metode sebagaimana disampaikan dalam metode penelitian dihasilkm citra untuk ekstraksi data temperatur. Temperatur yang tinggi ditunjukkan oleh tingkat kecerahan yang tinggi atau benvama terang. Sebaliknya temperam yang lebih rendah (urnumnya pada lokasi yang bemegetasi pohon) direpreseutasikan oleh kenampakan citra yang lebih geiap. Dari hasil analisis temperatur permukaan tahun 1997 (Gambar 16) diketahui temperatw terendall terdapat di daerah-daerah tampungan air, yakni 1922 OC. Wilayah sekitar tampungan air memiliki temperatur yang tidak berbeda jauh, yakni 22-25 OC. Hal ini dikarenakan adanya vegetasi atau permukaa~air yang inenyebabkan terjadinya pengkondisian iklim mikro pada areal di dalam dan sekitar kawasan tersebut. Wilayah terluas memiliki temperatur permukaan 25-23 0
C. Pada wilayah terluas ini terdapat beberapa lokasi yang menunjukkan
temperatur tinggi di pusat kota d m di bagian Utara Jakarta, yakni 28-31 "C dan adanya lokasi yang memiliki temperatur tertinggi, yakni 31-34 OC di daerah industri. Hal ini dikarenakan miskinnya vegetasi dalarn wilayah ini. Hasil analisis temperatur pennukaan tahun 2004 (Gambar 17) menunjukkan temperatur tereriah terdapat di daerah-daerah tampungan air, yakni 19-22 OC. Wilayah sekitar tampungan air memiliki temperatur yang tidak bcrbeda jauh, yakni 22-25 OC. Wilayah terluas memiliki temperatur perrnukaan 25-28 'C. Pada wilayah terluas ini terdapat beberapa lokasi yang menunjukkan temperatur tinggi di bagian Selatan, Timur, dan Utara Jakarta, yakni 28-31 "C dan adanya lokasi yang memiliki temperatui tertinggi, yakni 31-34 "C. Lokasi ini berada daerah industri. Adanp beberapa lokasi yang menunjukkar, temperatur yang lebih tinggi disebabkan oleh miskinnya vegetasi dalam wilayah ini clan adanya aspal jalan turut mempengaruhi temperatur tinggi (Gambar 18). Keberadaan vegetasi atau permukaan air dapat menurunkan temperatur karena sebagim energi radiasi matahari yang diserap permukaan akan dimanfaatkan untuk menguapkan air dari jaringan tumbuhan (transpirasi) atau langsung dari permukaan air atau permukaan padat yang mengandung air (evaporasi). Perubahan lahan menjadi wilayah pemukiian juga akan menyebabkan temperatur pennukaan yang tinggi. Berdasarkan informasi tentang posisi kawasan industri, diietahui bahwa wilayah Jakarta Tinvr d m Jakarta 'Jtara merupakan wi1ayA pusat iildustri manufaktur (Gambar 19). Di Jakarta Timur terdapat kawasan industri Pulo Gadung, sedangkan di Jakarta Utara terdapat kawasan industri Sunter. Keberadaan kawasan tersebut akan berpengmh besar terhadap kondisi dan kualitas lingkungan wilayah Jakarta T i u r dan Jakarta Utara. Adalah wajar jika kedua wilayah ini memiliki kualitas lingkungan ymg dalam ha1 ini adalah temperatur yang relatif kurang baik dibandingkan dengan wilayah lain di DKI Jakarta.
21000 Meters
Keterangan (Derajat Celcius): 19-22 -22-25 0 2 5 - 2 8 28-31 m31-34
PETA DISTRIBUSI TEMPERATUR PERMUKAAN DI DKI JAKARTA TAHUN 1997 Sumber: Klasifikasi Citra Landsat TM 12 luli 1997, pukul 10.00 wib
Gambar 16. Peta Distribusi Temperatur Permukaan Wilayah DKI Jakarta Tahun 1997
21000 Meters
Keterangan (Derajat Celcius): 19-22 m22-25 25-28 m 2 8 - 3 1 31 -34
PETA DISTRIBUSI TEMPERATUR PERMUKAAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2004 Sumber: Klasifikasi Citrn Landsat ETM+ 9 September 2004, pukul 10.00 wib
Gambar 17. Peta Distribusi Temperatur Permukaan Wilayah DKI Jakarta Tahun 2004
Gambar 18. Jalan To1 Laks. Yos Sudarso Jakarta Utara
Gambar 19. Kawasan Industri di Tanjung Priuk Tabel 5. Distribusi Temperatur Permukaan berdasarkan Wilayah Administratif di DKI Jakarta -
No. 1.
Wilayah Jakarta Utara Kec.Pademangan Kec.Penjaringan Kec.Cilincing Kec.Kelapa Gading Kec.Tanjung Priok Rata-rata
--
Temperatur ('Celcius) 1997 2004
27,2 24,3 25,4 26,7 25,3 25,s
26,O 25,O 26,l 27,O 26,7 26,l
+/-
-1,2 +0,7 +0,7 +0,3 +1,4 +0,3
2.
Jakarta Barat Kec.Kalideres Kec.Cengkareng Kec.Taman Sari Kec.Tambora Kec.Grogo1 Petamburan Kec.Kembangan Kec.Kebun Jemk Kec.Pa1mera.h Rata-rata
3.
Jakarta Pusat Kec.Sawah Besar Kec.Kemayoran Kec.Gambir Kec.Cempaka Putih Kec.Senen Kec.Tanah Abang Kec.Menteng Rata-rata
26,9 27,O 26,4 27,4 27,3 26,5 26,6 26,9
26,6 27,l 26,O 27,l 26,8 26,5 26,2 26,6
-0,3 +0,1 -0,4 -0,3 -0,5 08 -0,4 -0,3
Jakarta Timur Kec.Cakung Kec.Pulogadung Kec.Matraman Kec.Jatinegara :<ec.Durenszwrit Kec.Makassar Kec.Kramat Jati Kec.Cipayung Kec.Ciracas Kec.Pasar Rebo Rata-rata
26,l 27,2 27,9 27,3 26,l 25,5 26,5 23,7 25,l 24,6 26,O
26,s 27,O 27,2 27,O 27,O 26,5 27,l 26,4 27,; 26,8 26,9
+0,4 -0,2 -0,7 -0,3 +0,9 +1,0 +0,6 +2,7 +2,2 +2,2 +0,9
Jakarta Selatan KecSetiabudi Kec.Kebayoran Lama Kec.Tebet Kec.Kebayoran Baru Kec.Pesanggrahan Kec.Mampang Prapatan Kec.Pancoran
26,6 25,s 27,5 26,8 25,l 26,7 26,7
26,5 26,s 26,9 27,O 26,7 27,O 27,l
-0,l +1,0 -0,6 +0,2 +1,6 +0,3 +0,4
4.
5.
Kec.Pasar Minggu Kec.Cilandak Kec.Jagakarsa Rata-rata
25,6 25,s 23,6 26,O
26,6 26,6 26,O 26,7
+I,O +O,8 +2,4 +0,7
Pada tahun 1997 wilayah yang memiliki temperatur permukaan terendah adalah Kecamatan Jagakarsa, yakni 23,6 "C (Tabel 5). Karena di wilayah ini sebagian besar lahannya adalah kebun campuran dan badan air seperti situ atau danau. Dan yang memiliki temperatur tertinggi adalah Kecamatan Matraman, yakni 27,9 OC (Tabel 5). Pad- tahun 2004 wilayah yang memiliki ternperatur permukaan terendah adalah Kecamatan Penjaringan, yakni 25,O 'C (Tabel 5). Dan yang memiliki temperatur permukaan tertinggi adalah Kecamatan Ciracas, yakni 27,3 OC (Tabel 5), disebabkan wilayah ini terdapat kawasan industri dan pemukirnan yang padat. Berdasarkan grafik distribusi temperatur (Gambar 20) Kotamadya Jakarta Utara mengalami kenaikan temperatur permukaan dari 25,8 OC tahun 1997 menjadi 26,2 OC tahun 2004. Kotamadya Jakarta Barat mengalami kenaikan temperatur permukaan dari 26,4 OC menjadi 26,5 OC. Kotamadya Jakarta Pusat mengalami p e n m a n temperatur permukaan dari 26,9 OC menjadi 26,6 OC. Kotamadya Jakarta Timur mengalami kenaikan temperatur permukaan dari 26,O OC menjadi 26,9 OC. Dan Kotamadya Jakarta Selatan mengalami Kenaikao temperatur permukaan dari 26,C OC menjadi 26,7 OC.
Gambar 20. Grafik Distribusi Temperatur Permukaan di DKI Jakarta
Perubahan pola distribusi temperatur permukaan antara tahun 1997 dan 2004 disebabkan adanya perubahan penggunaan lahan dari ruang terbuka hijau menjadi kawasan pemukiman atau kawasan industri. Wilayah yang mengalami penurunan luas RTH dan diikuti kenaikan temperatur permukaan adalah wilayah Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakw-a Selatan. Jakarta Barat mengalami penurunan luas RTH sebesar 0,31% diikuti dengan kenaikan temperatur permukaan sebesar 0,l "C. Jakarta Timur mengalami penurunan luas RTH sebesar 13,21% diikuti dengan kenaikan temperatur permukaan
sebesar 0,9 "C. Dan Jakarta Selatan mengalami kenaikan RTH
sebesar 14,09% diikuti dengan kenaikan temperatur permukaan sebesar 0,7 "C. Jakarta Utara mengalami peningkatan RTH sebesar 0,31% yang tidak diikuti oleh penurunan temperatur permukaan, namun sebaliknya mengAami peningkatan temperatur permukaan sebesar 0,4 "C . Ha1 ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor nyata yaitu panas yang ditimbulkan manusia seperti limbah rumah tangga, asap pabrik, kendaraan bermotor dan pernbangunan fisik kota. Menurut Pichakum (1994) aspal jalan serta material bangunan mempakan salah satu penyumbang panas yang cukup tinggi di daerah perkotaan. Jakarta Pusat mengalami penurunan luasan RTH
sebesar 1,52% yang tidak diikuti oleh
peningkatan temperatur permukaan, namun sebaliknya mengalami penurunan temperatur pemukaan sebesar 0,3
OC.
Hal ini disebabkan adanya kemungkinan
pcngaruh dari kerapsttan 'tajuk timaman yang dapat menwunkan temgeratur. jadi meskipun dari kuantitas luasan RTH menurun tapi kualitas dari tanaman tersebut dapat mempengamhi temperatur per~ukaan.
Korelasi RTH danTemperatur Permukaan Berdasarkan Wilayah Administrasi Kecamatan DKT Jakarta Hasil analisis korelasi antara RTH dan temperatur permukaan berdasarkan wilayah kecamatan di DKI Jakarta (Tabel 6) pada tahun 1997 menunjukkan korelasi kuat yaitu -0,765 dan pada tahun 2004 menunjukkan adanya korelasi lemah yaitu -0,373. Hubungan antara RTH dan temperatur permukaan (Tabel 6), pada tahun 1997 menunjukkan R Square sebesar 0,585 artinya bahwa terdapat 58,5% variasi
pada RTH yang berpengaruh terhadap tempeiatur permukaan, sedangkan sisanya sebesar 41,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Pada tahun 2004 menunjukkan R Square sebesar 0,139 artinya bahwa 13,9% variasi RTH berpengaruh terhadap temperatur permukaan, sedangkan sisanya sebesar 86,1% dipengambi faktor lain. Diduga ada faktor lain yang ikut berpengaruh selain perubahan luas RTH yang dapat menurunkan atau menaikan temperatur permukaan. Tabel 6. Analisis Regresi Linear RTH dan Temperatur Permukaan Berdasarkan Wilayah Kecamsltan di DKI Jakarta
Tahun 12 Juli 1997 9 September 2004
Persamaan Regresi y = 27,124 - 0,0375~ = 26,852 - 0,0130~
y
r 0,765 0,373
r2
0,585 0,139
Persamaan regresi linear sederhana yang didapatkan dari tahun 1997 menunjukkan nilai 27,124 sebagai nilai konstanta (a), artinya jika tidak ada perubaban luas RTH maka temperatumya 27 OC. Sedangkan nilai -0,0375 m e ~ p & a nkoefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan 1% luas RTH maka akan ada p e n m a n temperatur permukaan sebesat 0,0375 OC (Gambar 21).
0.00
20.00
40.00
60.00
80.M)
Ruang Terbuka Hijau (%)
Gambar 21. Grafik Regresi RTH dan Temperatur Permukaan Citra Landsat ETM+ Tanggal 12 Juli 1997 Berdasarkan Wilayah Kecamatan di DKI Jakarta Tahun 2004 diperoleh persamaan yang menunjukkan nilai 26,852
merupakan nilai konstanta (a), artinya jika tidak ada luas RTH maka temperaturnya 26,8 OC. Sedangkan nilai -0,013 merupakan koefisien regresi yang
menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan 1% untuk luas XTH maka akan ada penurunan temperatur permukaan sebesar 0,01 OC (Gambar 22).
I
Ruang Terhuiia Hijau (%)
Gambar 22. Grafik Regresi RTH dan Temperatur Permukaan Citra Landsat ETM+ Tanggal 9 September 2004 Berdasarkan Wilayah Kecamatan di DKI Jakarta Menurut Supranto (2004), jika Ho ditolak, persamaan y
=
a
+ bx boleh
untuk meramakan, akan tetapi kalau & diterima, tak boleh untuk meramalkan y, sebab kenaikan x tak akan rnempengaruhi y. Berdasarkan hasil uji hipotesis koefisien regresi tahun 1997 menunjukkan Ho ditolak. Artiiya terdapat pengaruh antara kenaikan luas RTH dengan penurunan temperatur permukaan. Dan persamaan y
=
27,124
-
0,0375~boleh untuk meramalkan sebab kenaikan luas
RTII mempeilgauhi temperatu permukaan (Tabei 7'). Tabel 7. Variabel dalam Persamaan Tahun 1997 Variabel (Komtan) x (OhRTH)
b 27,124 -3,75E-02
Sb 0,166 0,005
Beta -0,765
to
163,673 -7,324
Sig 0,000 0,000
Hasil uji hipotesis koefisien regresi tahun 2004 menunjukkan Ho ditolak. Artinya terdapat pengaruh antara kenaikan luas RTH terhadap penurunan temperatur permukaan. Dan persamaan y
=
26,852 - 0 , 0 1 3 ~boleh untuk
meramalkan sebab kenaikan luas RTH mempengaruhi temperatur permukaan (Tabel 8).
Tabel 8. Variabel dalam Persamaan Tahun 2004 Variabel (Konstan) x (YoRTH)
b 26,851 -1,3E-02
Sb 0,118 0,005
Beta -0,373
to 228,442 -2,474
Sig 0,000 0,018
Berdasarkan analisis statistik, persamaan regresi dengan nilai beta yang lebih besar berarti menunjukkan pengaruh yang lebih besar atau perubahan y yang lebih besar untuk kenaikan x yang sama yaitu sebesar 1 unit. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa persamaan regresi tahun 1997 dapat dijadiian referensi untuk meramalkan perubahan temperatur permukaan apabila terjadi kenaikan luas RTH. (Tabel 7). Korelasi RTH danTemperatur Permukaan Berdasarkan Grid Hasil analisis korelasi antara mang terbuka hijau dan temperatur pennukaan pada t
h 1997 menunjukkan korelasi kuat yaitu -0,771 sedangkan
pada tahun 2004 menunjukkan korelasi lemah yaitu sebesar -0,400. Hubungan antara RTH dan temperatur permukaan (Tabel 9), pada tahun 1997 menunjukkan R Square sebesar 0,594 artinya bahwa 59,4% variasi pada RTH berpengaruh terhadap temperatur permukaan, sedangkan sisanya sebesar 40,6% dipengaruhi faktor lain. Pada tahun 2004 menunjukkan R Square sebesar 0,16 artinya bahwa 16% variasi pada RTH berpengaruh terhadap temperatur pe~mukaari,sedangkan sisanya sebesar 84% dipengaruhi faktor iain Tabel 9. Analisis Regresi Linear RTH dan Temperatur Pemiukaan di Wilayah DKI Jakarta Berdasarkan Grid
Tahun 12 Juli 1997 9 September 2004
Persamaan Regresi y = 27,027 - 0 , 0 3 9 ~ y = 26,610 - 0,022~
r 0,771 0,400
r 0,594 0,160
Dari metode linev regresi sederhana tahun 1997 diperoleh persamaan yang men-mj&.ar,
nilai 27 merupakan nilai konstanta (a), artinya jika tidak ada
perubahan luas RTH maka suhunya 27
OC.
Sedangkan nilai -0,039~m e ~ p d a t I
koefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan 1% untuk
luas RTH maka akan ada penurunan temperatur permukaan sebesar 0,039 OC (Gambar 23).
I
0
10
20
30
40
50
60
70
80
i
XI
Ruaug Terbuka Hijau (%) Gambar 23. Grail& Regresi RTH dan Temperatur Permukaan Citra Ladsat ETM+ Tanggal 12 Juli 1997 Berdasarkan Grid Dari metode linear regresi sederhana tahun 2004 diperoleh persamaan yang mentlnjukkan nilai 26,61 merupakan nilai konstanta (a), artinya jika tidak ada perubahan luas RTH mzka temperaturnya 26,61 OC. Sedangkan nilai -0,0221~ merupakan koefisien regresi yang menu~jukkanbahwa setiap adanya penambahan 1% untuk luas RTH maka akan ada penurunan temperatur permukaan sebesar 9;02 OC (Gambar 24).
Ruang Terbuka Hijau (%)
i
Gambar 24. Grafik Regresi RTH dan Temperatur Permukaan Citra Landsat TM Tanggal 9 September 2004 Berdasarkan Grid
Berdasarkan h ~ i uji l hipotesis koeiisien regresi tahun 1997 menunjukkan
Ho ditolak. Artiiya terdapat pengaruh antara kenaikan %RTH dengan penurunan temperatur permukaan. Dan persamaan y
=
27,027 - 0,039~boleh untuk
meramalkan sebab kenaikan %RTH mempengaruhi temperatur permukaan (Tabel 10). Tabel 10. Variabel dalam Persamaan 1997 Variabel eonstan)
b 27,027
Sb 0,033
to
Beta
812,922
Sig 0,000
Hasil uji hipotesis koefisien regresi tahun 2004 menunjukkan Ho ditolak. Artinya terdapat pengaruh antara kenaikan luas RTH dengan penurunan temperatur permukaan. Dan persamaan y
=
26,61
-
0,022~boleh untuk
meramalkan sebab kenaikan %RTH mempengaruhi temperatur permukaan (Tabel 11).
Tabel 11. Variabel dalam Persamaan 2004 Variabel eonstan)
b 26,610
Sb 0,038
Beta
to
707,690
Sig 0,000
Persamaan regresi dengan nilai beta yang lebii bzsar berarti menunjukkan pengaruh yang lebih besar atau perubahan y yang lebih besar untuk kenaikan x yang sama yaitu sebesar 1 unit. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa persamaan regresi tahun 1997 dapat dijadiikan referensi untuk meramalkan perubahan temperatur permukaan apabila terjadi kenaikan luas RTH karena memiliki beta koefisien yang besar. Hasil uji persamaan regresi yang diperoleh baik berdasarkan wilayah kecamatan maupun grid tahun 1997 maka persamaan regresi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan wilayah maupun dalam penataan ruang kota dan pengembangan wilayah yang memiliki karakteristik wilayah seperti DKI Jakarta adalah persamaan regresi berdasarkan grid.
Terdapat beberapa alasan persamaan regresi berdasarkan grid tahun 1997 dapat digunakan, yaitn: 1. Jumlah sampel yang diamati lebih banyak dibandingkan dengan wilayah kecamatan yaitu sebanyak 400 grid sehingga lebih detail. 2. Wilayah yang diamati lebih kecil dibandingkan dengan wilayah kecz~iatan yaitu seluas 500 x 500 m2 (25 ha) sehiigga hasil regresi linearnya lebih tajam. 3. Beta koefisien grid lebih besar dibandingkan dengan wilayah kecamatan yaitu sebesar 0,771 artinya persamaan regresi berdasarkan grid tahun 1997 dapat digunakan untuk meramalkan pzrubahan temperatnr permukaan apabila tejadi p e n m a n luas RTH. Aplikasi persamaan regresi berdasarkan grid y
=
27,027 - 0,039~di
lapangan adalah sebagai berikut: Suatu wilayah perkohan pada tahun 2004 memiliki persentase luas RTH sebesar 30% maka temperatur permukaannya adalah sebesar 25,9 OC. Apabila wilayah tersebut pada tahun 2008 persentase luas RTH t m m menjadi 10% maka temperatur permukaannya akan naik menjadi 26,6 OC.
Dengan catatan waktu temperatur permukaan yang diamati adalah pukul 10.00
wib.