IV.
H A S I L DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1
Letak dan Keadaan Desa Makmur merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan. Dilihat dari topografi daerah Desa Makmur merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian tempat dari pennukaan laut adalah 25 m. Beriklim tropis dengan curah hujan 1500 - 2000 mm/thn, dengan keadaan suhu rata - rata 32°C. Luas wilayah Desa Makmur adalah 1.157 ha. Yang telah digunakan untuk perkebunan seluas 890 ha. Berdasarkan letak administratif Desa Makmur berbatasan dengan Desa Bukit Agimg di sebelah Utara, Desa Kerinci Kota di sebelah Selatan, Desa Kerinci Kanan (Siak) disebelah Timur dan Desa Rantau Baru di sebelah Barat. Jarak ke ibukota kecamatan 4 km dengan waktu tempuh 10 menit, ke ibukota kabupaten 6 km dengan waktu tempuh 20 menit, ke ibukota provinsi 75 km dengan waktu tempuh 100 menit dan waktu tempuh ke piisat fasilitas terdekat (ekonomi, kesehatan, pemerintahan) 30 menit. 4.1.2
Luas dan Penggunaan Tanah Luas Wilayah Desa Makmur adalah 1.157 ha yang digimakan untuk
Perkebunan, Pertanian, Perumahan, Lapangan Olah Raga dan Kuburan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3
18
Tabel 3. Luas Wilayah Desa Makmur Menurut Penggunaannya No Penggunaan Luas ( H a ) 1.
Perkebunan
2.
Pertanian
3.
Perumahan
4. 5.
Persentase ( % )
890
76,92
8
0,69
255
22,04
Lapangan Olah Raga
1
0,09
Kuburan
3
0,26
1.157
100
Jumlah Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur, 2006.
Dari Tabel 3, terlihat bahwa Penggvmaan terbesar tanah di Desa Makmur yaitu untuk perkebunan sebesar 76,92 persen, Penggunaan tanah untuk perumahan sebesar 22,04 persen, Penggunaan tanah untuk pertanian sebesar 0,69 persen, Penggunaan tanah untuk kuburan sebesar 0,26 persen dan Penggunaan tanah untuk lapangan olah raga sebesar 0,09 persen. 4.U
Keadaan Penduduk Penduduk merupakan sumber daya manusia yang menggerakkan dan
melaksanakan pembangunan serta mengelola sumber - sumber alam yang tersedia untuk dimanfaatkan diberbagai sektor pertanian. Jumlah penduduk Desa Makmur pada tahun 2006 berjumlah 2.511 jiwa yang terdiri dari 1.304 jiwa ( 51,93 persen ) laki - laki dan 1.207 jiwa ( 48,07 persen ) perempuan. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah penduduk menurut golongan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.
19
Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Makmur Dirinci Menurut Golongan Usia dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah No Golongan Usia Laki - Laki Perempuan Jiwa Persentase ( % ) 1 1.
0 - 5 tahun
157
168
325
12,94
2.
6 - 10 tahun
152
143
295
11,75
3.
11 - 1 5 tahun
169
177
346
13,78
4.
1 6 - 2 0 tahun
160
149
309
12,31
5.
21 - 2 5 tahun
140
121
261
10,39
6.
26 - 30 tahun
121
99
220
8,76
7.
31 - 3 5 tahun
103
87
190
7,57
8.
3 6 - 4 0 tahun
104
72
176
7,00
9.
41 - 45 tahun
70
56
126
5,02
10. 46 - 50 tahun
64
56
120
4,78
11.
32
31
63
2,51
32
48
80
3,19
1.304
1.207
2.511
100
51 - 5 5 tahun
12. 56 < Jumlah
Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur, 2006 Dari Tabel 4. terlihat bahwa lunur penduduk yang terbanyak berada pada golongan usia 1 1 - 1 5 tahun dengan jumlah 13,78 persen sedangkan jumlah yang terkecil pada golongan usia 5 1 - 5 5 tahun dengan jumlah 2,51 persen, Melihat vmm angkatan keija adalah 1 6 - 5 0 tahun, diperkirakan 55,83 persen penduduk di lokasi penelitian termasuk golongan penduduk usia produktif yang secara ekonomis dapat
20
bekerja dengan aktif atau produktif. Dengan usia produktif diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sehingga terjadi peningkatan produksi dan pendapatan petani di Desa Makmur. 4.1.4
Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan faktor pelancar dalam pembangunan pertanian yang
dapat mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan dan
melaksanakan
kegiatan usahataninya. Ditinjau dari tingkat pendidikan, penduduk Desa Makmur mempimyai tingkat pendidikan yang beragam, mulai dari yang belimi sekolah sampai dengan universitas. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa sebagian besar penduduk adalah tamat SD yaitu sebesar 42,81 persen dan yang terkecil pada tingkat pendidikan perguruan tinggi
sebesar 0,52 persen. Data mengenai distribusi jumlah penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Makmur pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 5. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, maka tingkat pendidikan penduduk Desa Makmur tergolong rendah karena jumlah penduduk yang paling banyak berada pada tingkat pendidikan tamat SD yaitu 41,81 persen. Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Makmur adalah 1 unit Taman Kanak - Kanak ( T K ) , 1 unit Sekolah Dasar (SD/ Sederajat), 1 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP/ Sederajat ) dan 1 unit Sekolah Lanjutan Tmgkat Atas ( SLTA/ Sederajat ). Sarana ibadah yang terdapat di Desa Makmur adalah 5 buah Masjid, 12 Buah Musholah dan 1 buah Gereja. Selain itu terdapat sebuah koperasi yang menyediakan berbagai macam jenis faktor produksi yang dibutuhkan petani di Desa Makmur dalam kegiatan usahatani kelapa sawitnya.
21
Tabe 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendiciikan No Tingkat Pendidikan Jumlah ( J i w a ) Persentase ( % ) 1.
Belum Sekolah / Tidak Sekolah
2.
TK
3.
SD / Sederajat
4.
233
9,28
57
2,27
1.075
42,81
SLTP / Sederajat
643
25,61
5.
SLTA / Sederajat
490
19,51
6.
Perguruan Tinggi
13
0,52
2.511
100
Jiimlah Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur, 2006 4.2
Karakteristik Petani Sampel Yang dimaksud dengan karakteristik petani sampel adalah segala sesuatu hal
yang berkaitan dengan petani sampel yang melakukan usahaiani kelapa sawit di Desa Makmur Kecamatan Pangkalan Kerinci. Manurut Soekartawi ( 1993 ), aspek yang mempengaruhi
petani
sampel
dalam mengelola
usahatani
diantaranya
usia,
penddidikan, dan besamya tanggimgan keluarga. Disamping itu faktor yang mempengaruhi adalah pengalaman berusahatani dan luas lahan. 4.2.1
Umur Umur
merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi
petani
terhadap
penerimaan dan pengambilan keputusan dalam menerapkan teknologi baru pada usahataninya. Petani Sampel yang mengelola usahatani kelapa sawit berumur antara 30 - 58 tahun dan secara keselunohan dapat dikatakan bahwa petani sampel berada
22
pada usia produktif. Data mengenai distribusi petani berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur Persentase ( % ) Jumlah ( Jiwa ) No Kelompok Umur (tahun ) 1.
30-34
12
40
2.
35-39
6
20
3.
40-44
4
13,33
4.
45-50
3
10
5.
51-54
2
6,67
6.
55-59
3
10
30
100
Jumlah
Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa sebagian besair petani sampel berada pada rentang kelompok umur 30 - 34 tahun dengan jumlah 40 persen dan jumlah yang terkecil berada pada rentang kelompok 'imur 5 1 - 5 4 tahun sebanyak 6,67 persen. Dengan melihat umur angkatan kerja adalah 1 5 - 5 4 tahun seperti yang diungkapkan oleh Simanjuntak ( 1985 ), maka diperkirakan 90 persen petani sampel digolongkan Tenaga Kerja produktif. Dengan kondisi umur petani sampel yang produktif ini maka diharapkan petani sampel memiliki kemampuan fisik yang kuat sehingga memberikan sumbangan Tenaga Keija yang lebih besar terhadap kegiatan usahatani kelapa sawit sehingga diharapkan nantinya dapat meningkatkan produksi kelapa sawit. Menurut Seohardjo dan Patong ( 1973 ), bahwa usia akan mempengaruhi fisik untuk bekeija dan berpikir. Petani yang berumur muda akan lebih kuat, cepat
23
menerima inova&i baru dan lebih berani menanggung resiko. Tetapi menurut Widodo ( 1988 ), petani yang lebih tua mempunyai kemampuan berusahatani yang lenih baik dibandingkan dengan petani yang berusia muda, karena lebih terampil dan berpengalaman. 4.2.2
Lama Pendidikan Pendidikan mempunyai petani dalam mengelola usahataninya karena tingkat
pengetahuan seseorang atau pendidikan yang lebih tinggi dengan usia yang relatif muda akan menjadikan seseorang lebih dinamis. Dalam penelitian ini yang diambil sebagai patokan adalah pendidikan formal yang pemah dilalui oleh petani sampel untuk mengukur tingkat pengetahuannya. Data mengenai distribusi petani sampel berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase ( % ) 1.
SD
10
33.33
2.
SLTP
13
43,33
3.
SLTA
6
20
4.
Perguruan Tinggi
1
3,34
30
100
Jxmilah
Tingkat pendidikan formal petani sampel bervariasi, mulai dari Sekolah Dasar ( SD ) sampai dengan tingkat Pcrgunian Tinggi. Sebagian besar petani sampel berpendidikan SLTP dan SD dengan jumlah 43,33 persen dan 33,33 persen.
24
Sedangkan petani sampel yang berpendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi masing masing 20 persen dan 3,34 persen. Pendidikan petani sampel mencerminkan cara berpikir dan mengambil keputusan dalam berusahatani. Dengan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kemampuan petani dalam menyerap teknologi baru juga rendah. Sedangkan yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi biasanya cara berpikimya rasional dan lebih mudah menyerap teknologi baru. Pendidikan dapat diperoleh melalui dua sumber, pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal diperoleh dari bangku sekolah dan pendidikan non formal diperoleh dari hasil pengalaman, penyuluhan, media masa dan lainnya. Rendahnya tingkat pendidikan dari petani sampel dapat menjadi kendala dalam upaya peningkatan pembangunan karena pendidikan merupakan salah satu faktor pelancar dalam pembangunari pertanian ( Mosher, 1984 ). Pendapat Mosher hampir senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sastraatmadja ( 1985 ), bahwa produktivitas manusia tidak hanya dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan dan kekuatan fisik yang dimiliki tetapi juga ditentukan oleh latar belakang pendidikan yang pemah dilalijinya. Walaupun tingkat pendidikan dari petani sampel rendah dengan pengalaman yang didapatinya dari pendidikan non formal seperti dengan mengikuti pelatihan yang sering diadakan dapat dijadikan faktor penentu keberhasilan dalam mengelola usahatani kelapa sawit.
25
4.2 J
Pengalaman Berusahatani Menurut Hermanto ( 1991 ) , bahwa pengalaman berusahatani merupakan
modal penting untuk berhasilnya suatu kegiatan usahatani. Pengalaman merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam berusahatani karena pada hakekatnya pengalaman berhubimgan erat dengan
ketiampilan petani dalam mengelola
usahataninya. Semakin lama pengalaman berusahatani maka semakin kecil resiko kegagalan yang akan dialaminya. Petani yang berpengalaman akan dapat mengetahui situasi dan kondisi lingkmigannya, di samping itu akan dapat dengan cepat untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah - masalah yang dihadapinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap produksi dan selanjumya akan mempengaruhi pendapatan petani. Dalam prakteknya sumber pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani diperoleh dari pengalaman berusahatani dan pengamatan terhd^a lingkimgan serta penyuluhan yang pemah diikuti. Dari pengamatan yang dilakukan di daerah penelitian dapat diketahui bahwa petani sampel memiliki pengalaman yang berbeda dalam waktu dan tempat berusahatani kelapa sawit. Pada umumnya petani sampel mempakan pendatang dari daerah lain yang kemudian bertempat tinggal atau memiliki kebun kelapa sawit di daerah penelitian. Data yang mengambarkan distiibusi petani sampel berdasarkan pengalaman berusahatani dapat dilihat pada Tabel 8.
26
Tabel 8. Distribusi Petani Sampel Berdasar can Pengalaman Berusahatani Jumlah ( j i w a ) NO Pengalaman Berusahatani Persentase ( % ) 1
7-10
3
10
2
11-13
23
76,67
3
14-17
4
13,33
30
100
Jum ah
Dari Tabel 8, terlihat bahwa pengalaman berusahatani petani sampel berkisar antara 1 1 - 1 3 tahun mencapai 76,67 persen dan hanya 10 persen yang memiliki pengalaman 7-10 tahun, Pada umiminya petani sampel di Desa makmur berusahatani kelapa sawit mulai dari awal dan hanya 10 persen yang memulai berusahatani setelah umur tanaman 1 - 4 tahun, 4.2.4
Jumlah Tanggungan Keluarga Jimilah tanggungan keluarga merupakan jumlah seluruh anggota keluarga
yang masih sekolah dan bukan / tidak bekerja yang segala kebutuhan hidupnya ditanggung leh kepala keluarga/kepala rumah tangga yang akan berpengaruh pada aktivitas dan cara pengambilan keputusan serta kemampuan petani dalam mengelola iisaliatani kelapa sawit. Jumlah anggota keluarga juga berpengaruh pada ketersediaan Tenaga Kerja dalam keluarga. Menurut Sastraatmadja ( 1985 ), bahwa jumlah anggota keluarga dapat memberikan sumbangan Tenaga Keija cukup besar jika mereka berusia produktif. Apabila tidak berusia produktif maka mereka menjadi beban bagi kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari -hari.
27
Anggota keluarga petani terdin dari suami, istri, anak, adik, mertua dan anggota keluarga lainnya, dimana kebutuhannya sehari -hari ditanggung oleh rumah tangga yang bersangkutan. Data mengenai distribusi petani sampel berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Distribusi Petani Sampel Berdsarkan Jumlah Tanggungan Kelurga Jimilah Petani (Jiwa ) Persentase ( % ) NO Jumlah Tanggimgan Keluarga (Jiwa) 1
1-3
3
10
2
4-6
25
83,33
3
7-9
2
6,67
30
100
Jimi ah
Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa jiunlah tanggungan keluarga petani sampel adalah 4 - 6 jiwa yaitu 83,33 persen. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga yang terendah berkisai- 7 - 9 jiwa sebesar 6,67 persen. 43
Analisis Penggunaan Faktor Produksi
43.1
Pupuk Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemberian Pupuk. Pemberian Pupuk bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Pemberian Pupuk yang benar dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Kekurangan atau defisiensi usur hara tanaman, dapat diketahui dari gejala - gejala yang tampak pada tanaman. Defisiensi unsur hara
28
yang
berlebihan
dapat
menurunkan
produkitivitas tanaman
bahkan
dapat
menyebabkan kematian. Menurut Risza ( 1994 ), bahwa pemupukan kelapa sawit sangat erat hubimgannya dengan faktor lingkungan, sumber daya alam seperti ikIim, jenis tanahnya dan topografi. Oleh karena itu keerhasilan pemupukan sangat tergantung dari manajemen pemeupukan di lapangan. Pemberian Pup'ik pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian Pupuk, diantaranya cara pemberian dan penempatan Pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis Pupuk. Data rata - rata penggunaan Pupuk oleh petani sampel dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata - Rata Penggunaan Pupuk Pada Kelapa Sawit Oleh Petani Sampel (kg/ha/thn) Jenis Pupuk Jumlah Penggunaan Rata-Rata Kieserit
7012,5
233,75
TSP
7700,6
256,69
KCL
7496,43
249,88
Urea
8316,67
277,22
Dari Tabel 10, dapat diketahui bahwa rata - rata penggunaan Pupuk petani sampel yang terbesar per hektar per tahun adalah Pupuk Urea dan yang terkecil adalah Pupuk Kieserit. Menurut Direktorat Jendral Perkebunaan dalam Yan Fauzi, dkk (1993) bahwa dosis pemupukan tanaman kelapa sawit per pohon per tahun adalah (Tabel 11):
29
Tabel 11. Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Setelah Umur 3 Tahun Frekuensi
Dosis (Kg/ Pohon)
Umur Tanaman
2A
TSP/RP
MOP/KCL
Kieserit/ Dolomit
Pemberian (kali per tahun)
(Tahun ) 3-5
05-1
0,5-1
0,25-0,5
0,5-1
ZA ( 2 ), RP ( 1 ) , TSP
6-12
0,5-1
1-2
0,75 - 1 , 5
0,5-1
( 2 ) , M0P(2)dan
>12
0,75-1,5
0,5-1
0,75 -1
0,25-0,75
Kieserit / Dolimit ( 2 )
Keterangan: Za dapat diganti Urea dengan dosis 7/10 kali Pupuk Za
Membandingkan dosis Pupuk yang dianjurkan dengan Pupuk yang dipalcai oleh petani sampel ( Tabel 10 ) dapat dilihat bahwa petani sampel melakukan pemupukan dengan dosis kurang dari yang dianjurkan dengan frekimsi pemupukan hanya sekali dalam setahun. Oleh karena itu petani perlu manajemen yang baik dalam hal frekuensi pemupukan, dimana pemupukan yang dianjurkan dilakukan 2 kali dalam setahun. 4.3.2
Tenaga Kerja Tenaga Kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan usahatani yang secara
langsung juga mempengaruhi produksi. Untuk meningatkan produksi, kualitas Tenaga Kerja keija perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan.Tenaga Keija berdasarkan jenisnya dapat dibedakan antara Tenaga Kerja pria, wanita dan anak anak. Berdasarkan sunibemya terdapat Tenaga Kerja Dalam Keluarga ( T K D K ) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga ( T K L K ) (Fadholi, 1989 ). Dalam berusahatani, sebagian besar Tenaga Keqa yang dicurahkan biasanya berasal dari dalam keluarga petani itu, baik itu suami, istri dan anak -anak. TKDK ini merupakan unsusr penentu dalam usahatani keluarga karena berfungsi sebagai penekan ongkos Tenaga Keija. Hal ini senada dengan pendapat Tohir ( 1983 ), bahwa
30
TKDK menentukan dan menjamin kelestanan usahatani yang dikelola oleh keluarga. Kemampuan petani imtuk menyediakan TKDK akan mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan pada usahatani. Jumlah anggota keluarga petani merupakan ukuran bagi keluarga sebj^ai sumber Tenaga Keija yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan usahatani. Dari
hasil pengamatan
di
lapangan
petani
menggunakan teanga kerja dalam keluarga, selain itu
sampel
pada umumnya
sebagian petani sampel
menggunakan Tenaga Keija diluar kelurga karena memiliki kebun yang cukup luas. Secara Umum rata - rata penggunaan Tenaga Keija di Desa makmur untuk satu hektar pertahun adaiali sebesar 35,21 HKP dengan perincian T K D K sebanyak 28,61 HKP (81,25 persen ) dan sisanya 6,59 HKP ( 18,75 persen ) berasal dari luar keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rata - Rata penggunaan Tenaga Keija/Ha/Tahim Petani Sampel Tahapan Sumber Rata -Rata Keija
TKDK
%
TKLK
%
HKP
%
Pemupukan
2,25
6,39
0,84
2,40
3,09
8,79
Penyiangan
5,50
15,62
2,59
7,37
8,09
22,99
Panen
20,86
59,24
3,16
8,98
24,02
68,22
Jumlah
28,61
81,25
6,59
,18,75
35,21
100
Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa rata - rata curahan Tenaga Kerja ( ha/tahun ) lebih banyak diberikan pada kegiatan pemanenan yaitu sebanyak 68,22 persen sedangkan rata - rata curahan Tenaga Kerja tericecil diberikan pada kegiatan
31
pemupukan sebesar 8,7 persen. Perbedaan rata - rata curahan Tenaga Keija disebabkan karena masing - masing kegiatan mempunyai frekuensi yang berbeda, seperti kegiatan pemanenen yang dilakukan 24 kali dalam setahun sedangkjm pemupukan dilakukan 4 kali dalam setahun. 433
Herbbida Pemberantasan gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut penyiangan.
Gulma yang tumbuh disekitar tanaman kelapa sawit perlu diberantas sebab dapat merugikan tanaman pokok, bahkan menrunkan produksi. Gulma menjadikan tanaman pokok berkompelisi dalam memperoleh air, unsur hara, cahaya maupun C02. Selain itu, gulma dapat berperan sebagai tannman inang bagi hama dan penyakit ( Tim Penulis PS, 2001). Pada dasamya ada 3 cara pemberantasan gulma yaitu secara mekanis ( manual ), kimiawi, dan biolcgis. Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan menggunakan Herbisida. Keimtungan pemberantasan dengan cara ini adalah penggunaan Tene^a Keija yang relatif sedikit. Agar efektif, penyemprotan dilakukan sewaktu hari panas. Untuk mengetahui jenis Herbisida yang digunakan oleh petani sampel dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rata - Rata Penggunaan Herbisida Pada Petani Kelapa Sawit Oleh Petani Sampel (Liter/ha/tahun) Jumlah Pengimaan ( l i t e r ) NO Jenis Herbisida Persen ( % ) 1
Round Up
4,96
49,9
2
Gramaxone
4,98
50,1
9,94
100
Rata-Rata
32
Dari Tabel 13, dapat dilihat bahwa rata - rata penggunaan Herbisida perhektar per tahun oleh petani sampel hampira sama banyaknya antara Roimd Up dengan Gramoxone. Menurut PTPN V ( 1997 ), penyemprotan untuk tanaman menghasilkan dengan Gramoxone dapat dilakukan dengan dosis 1 , 5 - 2 litar/ha/tahim dalam 500 litar air, sedangkan imtuk Roimd Up dengan dosis 2 - 3 liter/ha/tahun. 4.3.4
Kesesuaian Lahan Memulai usahatani kelapa sawit dewasa ini memerlukan pertimbangan yang
cermat. Salah satunya yang menjadi pertimbangan adalah kesesuaian lahan yang akan ditanami kelapa sawit. Menurut Tim Pusat Penelitian Tanah Dan Agroklimat (1993 ) kelas kesesuaian lahan berdasarkan peta skala tinjau dapat dibedakan pada tingkat ordo, yaitu : Sesuai ( S ), Sesuai Bersyarat ( CS ) dan Tidak Sesuai ( N ). Dari hasil yang didapat di lapangan petani sampel melakukan usahatani kelapa sawit pada tingkat kesesuaian lahan
Sesuai ( S ) dan Sesuai Bersyarat ( CS ). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelas Kesesuaian Lahan No Kelas Kesesuaian Lahan Jumlah Sampel ( j i w a ) Persentase ( % ) 1
Sesuai ( S )
2
Sesuai Bcryarat (CS ) Jumlah
25
83,3
5
16,7
30
100
Dari Tabel 14, dapat dilihat bahwa sebagian besar ( 83,3 persen ) petani sampel berusaha tani kelapa sawit pada tingkat kesesuaian lahan yang Sesuai ( S )
33
dan sisanya 16,7 persen berusaha tani kelapa sawit pad tingkat kesesuaian lahan yang Sesuai Bersyarat (CS ). 4.4
Fungsi Produksi Data yang diperoleh dilapangan diolah menggunakan program SPSS.Dalam
penelitian ini digunakan analisis fungsi produksi Cobb Douglas dengan metode kuadrat terkecil ( Method of Ordinary Least Square atau OLS ) yang terdiri dari delapan variabel yaitu satu variabel terikat atau dependent variable ( Y ) dan tujuh variabel bebas atau independent variable ( X j ) , yang meliputi variabel jiunlah Pupuk Kieserit ( X i ), jumlah Pupuk TSP ( X 2 ) , jumlah Pupuk K C L ( X 3 ), jumlah Pupuk Urea ( X 4 ), jumlah Tenaga Kerja ( X s ), jumlah Herbisida ( Xe ) dan tingkat kesesuaian lahan ( D ) . Fungsi produksi Cobb Douglas kemudian ditransformasi menjadi fungsi logaritma. Data yang telah diperoleh dari sampel kemudian dianalisis menggunakan kedua fungsi tersebut. Dari analisis diperoleh hasil regresi fungsi logaritma, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 15. Dari Tabel 15 diperoleh koefisien determinasi (R^) fungsi logaritma sebesar 0,856 dengan Standar error sebesar 0,02210. Jumlah error kuadrat fungsi logaritma adalah 4,05E+07 dengan Fhitung sebesar 18,711.
34
Tabel 15. Hasil analisis regresi petani sampel Parameter LogY a.R^
0,856
b.Se
0,02210
c. SSE
4,05E+07
d. Fhitung
18,711
e. Signifikan: - Kieserit Qii)
0,018"
- TSP ( X 2 )
0,006"*
- KCL pCj)
0,609
-Urea(X4)
0,072
- Tenaga Kerja (X5)
0,798
- Herbisida (Xg)
0,000*"
- Kesesuaian Lahan (D)
0,037**
Signifikan untuk a = 0,05 * Signifikan untuk a = 0,01
Selanjutnya untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieriti dalam model penduga, digunakan indikator koefisien korelasi antara variabel bebas (Tabel 16).
Koefisien Korelasi
XI
X2
X3
X4
X5
X6
XI
1.000
X2
-,477
1,000
X3
,079
-,135
1,000
X4
-,108
-,088
-,159
1,000
X5
,197
-,051
.142
-,341
1,000
X6
,265
-,137
,025
-,259
-,046
1,000
D
-,029
,166
-,285
-,316
,328
,019
D
1,000
35
Gujaiati ( 1980 ) menyatakan bahwa jika koefisien korelasinya besar dari 60 % maka dikatakan terjadi multikolineariti yang serius. Dari hasil regresi didapat koefisien korelasi antara variabel bebas dibawah 60 % sehingga model ini dapat digunakan. Tujuh variabel bebas tersebut diduga mempengaruhi produksi kelapa sawit dimasukkan kedalam model penduga dengan fungsi linear berganda. Dari hasil pengolahan data diperoleh persamaan regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut: Log Y =
log 3,424 - 0,068 logXi + 0,095 logXz - 0,014 LogXa + 0,207 log X 4 - 0,009 log X 5 + 0,408 log X6 + 0,029 D
Tabel 17. Fungsi Produksi Usahatani Kelapa Sawit Desa Makmur Variabel
Koefisien Regresi - 0,068
Standar Error 0,027
- 2,557**
TSP ( X 2 ) .
0,095
0,031
3,058***
KCLptj)
- 0,014
0,028
-0,519
Urea(X4)
0,207
0,110
1,889
- 0,009
0,033
- 0,259
Herbisida QU)
0,408
0,050
8,194***
Kesesuaian Lahan (D)
0,029
0,013
2,219**
Kieserit (Xi)
Tenaga Kerja (X5)
R'' = 0,856 Fhitung - 18,711
Konstanta = 3,424 *** = Berbeda sangat nyata ** = Berbeda nyata
THitimg
Fu*ei = 2,46
36
Dalam model awal, Tenaga Kerja (X5) termasuk faktor produksi yang dimasukkan kedalam model. Setelali di analisis ( Tabel 17 ) hubungan tenaga kerja terhadap produksi produksi bemilai negatif Hal ini bertentangan dengan teori ekonomi produksi. Oleh sebab itu dicoba membangun
model baru
dengan
mengeluarkan variabel tenaga kerja (X5). Model produksi yang baru dibentuk oleh 6 variabel bebas (Xi,X2,X3,X4,X6,D) dengan persamaan sebagai berikut: Log Y =
log 3,429 - 0,067 logXi + 0,095 logXj - 0,013 LogXj + 0,198 log X 4 f 0,408 log Xe + 0,030 D
Tabel 18. Fungsi Produksi Usahatani Kelapa Sawit Desa Makmur Variabel
Koefisien Regresi - 0,067
Standar Error 0,026
- 2,609**
TSP (Xi)
0,095
0,030
3,112***
KCL (X3)
-0,013
0,027
- 0,498
Urea (X4)
0,198
0,101
1,955
Herbisida (Xe)
0,408
0,049
8,362***
Kesesuaian Lahan (D)
0,030
0,012
2,489**
Kieserit (X,)
R' = 0,856
T Hitung
Ftabel = 2,46
Fhitung = 22,741
Konstanta = 3,429 = Berbeda sangat nyata ** = Berbeda nyata
Dari Tabel 18, dapat dilihat koefisien determinasi ( R^ ) adalah 0,856 yang berarti bahwa sebesar 85,6 persen produksi dipengaruhi oleh variabel bebas yaitii jumlah Pupuk Kieserit ( X i ), jumlah Pupuk TSP ( X 2 ) , jumlah Pupuk KCL ( X3 ) ,
37
jumlah Pupuk Urea ( X 4 ) , jumlah Herbisida ( X e ) dan Tingkat Kesesuaian Lahan (D) dan sisanya 14,4 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ada dalam model ini. Menurut Supranto ( 1983 ) menyatakan bahwa suatu faktor dikatakan pengaruhnya cukup tinggi jika nilai
yang didapat berkisar antara 0 , 7 - 1 . Fhitung yang diperoleh
adalah sebesar 22,741 yang lebih besar dari Ftabei
0,05
sebesar 2,46. Hal ini berarti
cukup alasan mituk menolak Ho dan terima Ha yang berarti faktor - faktor produksi dan tingkat kesesuaian lahan berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit. Berdasarkan Thitung dari masing - masing variabel bebas ( Tabel 18 ) temyata faktor produksi yang signifikan adalah Herbisida ( X t ) (Thitung = 8,362), Pupuk T S P (Xa) (Thitung = 3,112), Pupuk Kieserit (Xi) (Thitung = -2,609) dan Kesesuian Lahan (D) (Thitung = 2,489).
Dari analisa regresi linear berganda didapat standar kesalahan estimasi sebesar 0,02164. Standar Kesalahan Estimasi adalah sebagai kesalahan
yang
disebabkan oleh pengaruh faktor - faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam persamaan regresi, dengan adanya kesalahan pengganggu ini maka ramalan nilai hasil produksi tidak hanya diterapkan pada variabel bebas ( X i ) yang dimasukkan kedalam regresi namun masih ada faktor lain yang juga berpengaruh terhadap produksi tetapi tidak dimasukkan ke dalam persamaan regresi. 4.4.1
Ilttbimgan Antara Variabel
4.4.1.1 Pengaruh Jumlah Pupuk Kieserit ( Xt ) terhadap Produksi ( Y ) Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sav^t (1997) penggunaan pupuk kieseri* akan menurunkan pH tanah karena pupuk kieserit bersifat asam. Novizan (2005)
38
menyatakan tanah yang asam banyak ditemukan unsur alumunium yang bersifat racun. Hasil perhitungan yang didapat melalui regresi linear berganda diperoleh koefisien regresi untuk Pupuk Kieserit sebesar •• 0,067 artinya bahwa setiap penambahan 1 persen
Pupuk Kieseiit akan menyebabkan pengurangan produksi
sebesar 0,067 persen jika variabel bebas lain tetap. Berdasarkan hasil (-2,609) <
TTBUI
(
Thitung
- 2,074 ) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
penggimaan Pupuk Kieserit berpengaruh nyata lerhadap hasil produksi kelapa sawit. 4.4.1.2 Pengaruh Pupuk TSP ( X 2 ) terhadap Produksi ( Y ) Novizan (2005) menyatakan pemupukan fosfor merangsang pembentukan buah, biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji lebih bemas. Hasil perhitungan yang didapat melalui analisa regresi linear berganda diperoleh koefisien regresi untuk Pupuk TSP sebesar 0,095 artinya bahwa setiap penambahan 1 persen Pupuk TSP akan menyebabkan kenaikan produksi sebesar 0,095 persen jika variabel bebas yang lain tetap. Berdasarkan hasil Thitung ( 3,112 ) > Tiabei
( 2,074 ) maka Ho ditolak dan terima Ha. Berarti Pupuk TSP berpengaruh
nyata terhadap hasil produksi kelapa sawit. 4.4.1 J Pengaruh Pupuk K C L ( X 3 ) terhadap Produksi ( Y ) Novizan (2005) menyatakan unsur hara kalium mudah tercuci pada tanah berpasir dan tanah dengan pH rendah. Hasil perhitungan dari regresi linear berganda diperoleh koefisien regresi untuk Pupuk KCL sebesar
- 0,013. Ini berarti setiap
penambahan 1 persen Pupuk KCL akan menyebabkan kenaikan produksi sebesar 0,013 persen jika variabel bebas yang lain tetap.
39
Berdasarkan hasil Thitung ( - 0,498 ) > Tiabei ( - 2,074 ) maka Ho diterima dan tolak Ha berarti Pupuk KCL berpengaruh tidak nyata terhadap hasil produksi kelapa sawit. 4.4.L4 Pengaruh Pupuk Urea ( X4 ) terhadap Produksi ( Y ) Novizan (2005) menyatakan unsur hara nitrogen yang ada di dalam tanah dapat hilang kai'ena teijadinya penguapan , pencucuian oleh air atau terbawa cleh tanaman pada saat panen. Pemupukan imsur hara nitrogen dianjurkan dilakukan 2 kali dalam setahun. Hasil perhitungan melalui analisa regresi linear berganda diperoleh koefisien regresi untuk Pupuk Urea sebesar 0,198 artinya setiap penambahan 1 persen Pupuk Urea akan menyebabkan kenaikan produksi sebesar 0,198 persen jika variabel yang lain tetap. Berdasarkan hasil Thitung (1,955 ) < Ttabei ( 2,074 ) maka Ho diterima dan tolak Ha berarti Pupuk Urea berpengaruh tidak nyata terhadap hasil produksi kelapa sawit. 4.4.L5 Pengaruh Herbisida ( ) terhadap Produksi ( Y ) Hasil perhitungan analisa regresi linear berganda diperoleh koefisien regresi untuk Herbisida sebesar 0,408 artinya setiap penambahan 1 persen Herbisida akan menyebabkan kenaikan produksi sebesar 0,408 persen jika variabel yang lain tetap. Berdasarkan hasil Thitung ( 8,362 ) > Tiabei ( 2,074 ) maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti Herbisida berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kelapa sawit.
40
4.4.1.6 Pengaruh Tingkat Kesesuaian Lahan ( D ) terhadap Produksi ( Y ) Dari pengamatan di lapangan, lahan petani sampel bertopografi berombak dan bergelombang. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (1997) menyatakan pada areal lahan yang bertopografi berombak dan bergelombang diperlukan pembuatan teras tapak kuda. Teras sangat diperlukan untuk tindakan konservasi tanah sekaiigus sebagai tempat tanam. Teras dibuat dengan diameter 4 - 8 cm dengan posisi miring kearah dinding bukit bangiman teras kontur dibuat dengan lebar 4 meter pada areal yang bertopografi berbukit menggunakan buldozer membentuk sudut minimal 8 - 10 °C. Teras yang dihangun pada areal berombak dan
bergelombang berguna dalam
pengawetan tanah, memudahkan panen, meningkatkan efektivitas pemupukan. Puslitanak (1993) menyatakan kemiringan lahan pada Ordo Sesuai (S) sebesar 15° dan Ordo Sesuai Bersyarat (CS) sebesar 15° - 45°. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (1997) menyatakan setiap kelas kesesuaian lahan dapat secara langsung dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat dicapai. Berdasarkan hasil regresi didapat Thitung
( 2,489 ) > Tiabei ( 2,074 ) maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti tingkat
kesesuaian lahan berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kelapa sav^dt. 4.5
Penggunaan Faktor produksi berdasarkan tingkat kesesuaian lahan Data faktor produksi yang diperoleh dari petani sampel, penggunaan faktor
produksi oleh petani pada
lahan yang sesuai bersyarat (CS) lebih kecil dari
penggunaan faktor produksi oleh petani pada lahan yang sesuai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19.
41
Tabel 19. Rata -rata penggunan faktor produksi berdasarkan tingkat kesesuaian lahan (S, CS) Faktor Produksi Tingkat Kesesuian Lahan Sesuai bersyarat ( CS) Sesuai ( S ) a. Pupuk Kieserit 217,50 kg/ha 237,00 kg/ha b. Pupuk TSP
270,00 kg/ha
254,02 kg/ha
c. Pupuk KCL
208,33 kgAia
258,19 kg/ha
d. Pupuk Urea
260,00 kg/ha
280,67 kg/ha
48,70 HKP/ha
37,78 HKP/ha
9,67 liter/ha
9,84 liter/ha
e. Tenaga Kerja f
Herbisida
Dari Tabel 19 diatas dapat dilihat penggunaan Pupuk Kieserit, Pupuk KCL. Pupuk Urea dan Herbisida oleh petani pada lahan sesuai bersyarat(CS) lebih kecil daripada penggunaan oleh petani pada lahan sesuai (S). Seharusnya penggunaan Pupuk Kieserit, Pupuk KCL, Pupuk Urea dan Herbisida pada lahan sesuai bersyarat (CS) lebih banyak dari pada penggunaan pada lahan sesuai (S) dikarenakan faktor pembatas pada lahan sesuai bersyarat (CS) lebih banyak daripada pada lahan sesuai yang hampir tidak memiliki faktor pembatas. 4.6
Jumlah Produksi Berdasarkan Tingkat Kesesuaian Lahan Untuk membandingkan jumlah produksi berdasarkan tingkat kesesuian laharr,
data yang diperoleh dari petani sampel dimasukkan kedalam fungsi tersebut. Dari analisis yang dilakukan diperoleh rata - rata jimilah produksi lahan yang sesuai (S) lebih baik dari rata - rata jumlah produksi lahan yang sesuai bersyarat (CS). Untuk lebih jelas dapat dilhat pada Tabel 20.
42
Tabel 20.Perbaiidingan jumlah produksi berdasarkan tingkat kesesuaian lahan (S, CS) Ordo Kesuaian Lahan Jumlah Kumulatif Produktivitas Rata - rata Produktivitas Sampel Semua Sampel (Kg/Ha) (Kg^a) Sesuai(S) Sesuai Bersyarat (CS)
25
603.146,32
24.125,85
5
112.469,64
22.493,93
Dari Tabel 20, dapat dilihat kumulatif produktivitas lahan sesuai (S) sebesar 603.146,32 kg/ha tiap tahun sedangkan kumulatif produktivitas lahan sesuai bersyarat (CS) sebesar 112.469,64 kg/ha tiap tahun. Rata - rata produktivitas pertahunnya untuk lahan sesuai (S) sebesar 24.125,85 kg/ha tiap tahun lebih besar 1631,92 kg/ha tiap tahun daripada rata - rata 22.493,93 kg/ha tiap tahun.
produktivitas lahan sesuai bersyarat (CS) sebesar