Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
PENELITIAN GEOTEKNIK UNTUK PENGEMBANGAN KOTA KEBUMEN SEBAGAI MODEL AREA BERBASIS KEBENCANAAN RAWAN LONGSOR Hariyadi Djamal Peneliti Madya pada Balai Sabo, Puslitbang SDA, Kementerian PU
ABSTRACT Geotechbics investigation of Luk Ulo river at Muktisari – Tamanwinangun village of Kebumen to know the sub sirface geology conditions for supporting data of development Kebumen district.. In Kebumen area landslide disasters frequently occur in the rainy season in areas prone to geological conditions and landslide slope with high rainfall intensity. For this purpose there search was conducted to landslide cliff Luk Ulo river. Results of this study to gain a landslide characreistic and classification of speed movement and to supporting data geotechnic to make technical recommendations planning development Kebumen district for the near future. Keyword : Geotechnic, Model area, Potential of Landslide, Kebumen..
ABSTRAK Penelitian geoteknik pada longsoran tebing Kali Luk Ulo, didaerah Muktisari Tamanwinangun, Kebumen dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geoteknik guna pendukung perencanaan untuk pengembangan tata ruang kota Kebumen. Penelitian ini dilaksanakan berlatar belakang adanya bencana longsor yang banyak terjadi di musim hujan terutama pada daerah dengan kondisi geologi yang rentan longso, dengan kemiringan lereng serta intensitas hujan tinggi. Pada tahun 1991 didaerah ini pernah terjadi longsor hingga menimbulkan kerugian jalan desa terputus, saluran irigasi sekunder rusak dan sawah mengalami kekeringan serta beberapa rumah permukiman penduduk rusak. Hasil penelitian ini untuk mendapatkan suatu model pengembangan wilayah kota Kebumen beerbasis kebencaanan tanah longsor. Kata kunci: Geoteknik, Model are, Rawan longsor dan Kebumen. .
1
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pemerintah Kaabupaten Kebumen merencanakan perluasan kota mengingat dinamika perubahan perkembangan situasi. Dalam mendukung pengmbangan kota kearah selatan maka perlu perencanaan tata ruang dan wilayah yang memadai yang berbasis kebencanaan rawan longsor yang ada diwilayah ini. Guna mengatasi masalah kebencanaan yang timbul maka perlu dilakukan penelitian identifikasi daerah yang berpotensi kebencanaan alam seperti tanah longsor, tipologi longsoran, perilaku longsoran dan kecepatan gerakan tanah yang ada. , Penelitian ini dilaksanakan di Desa Muktisari dan Taamanwinangun yang di tepi kiri alur Kali Luk Ulo, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, Lokasi penelitian dipilih sebagai bahan pertimbangan rencana tata ruang dan wiliyah karena daerah ini akan menjadi pendukung perkotan Kebumen dengan penataan ruang berbasis bencana rawan longsor.
Gambar 1. Foto citra satelit Landsat, Kebumen
2
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
I
B. Identifikasi Masalah
Dari catatan pada Proyek Serayu – Bogowonto yang sekarang namanya Balai Besar Wilayah Sungai rayu - Opak , tahun 1991 pernah terjadi longsoran yang masuk kearah K. Luk Ulo dan mengakibatkan jalan desa Tamanwinangun serta saluran irigasi sekunder Kebumen terputus. Setelah dilakukan penanggulangan dengan tiang pancang pada tahun 1995 kembali terjadi longsoran serupa dengan skala lebih besar dan kerusakan yang terjadi antara lain putusnya jalan desa menuju Kebumen, hilangnya 6 (enam) rumah penduduk disekitarnya dan terputusnya saluran sekunder Kebumen yang mengancam sawah seluas 1500 Ha. Pada tahun 2007 juga terjadi gerakan tanah yang mengancam rumah permukiman di dusun Tamanwinangun dan juga jembatan yang menghubungkan jalan Tamanwinangun menuju Kebumen. C. Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aspek geoteknik pada daerah longsoran tebing Kali Luk Ulo di Desa Muktisari - Tamanwinangun, Kebumen selatan. Penelitian ini juga untuk mendapatkan cara penanggulangan longsoran daalam mendukung recnana tata ruang dan wilwyah kota Kebumen berbasis kebencanaan rawan longsor yang sesuai dengan kondisi setempat dan berwawasan ekologi. D. Ruang Lingkup Penelitian. Lingkup kegiatan ini dibatasi untuk mengetahui kondisi gelologi terutama permasalahan geoteknik melalui pemetaan geoteknik, pengebotan inti, uji tanah di laboratorium dan pemetaan geologi teknik. Selanjutnya memberi rekomendasi advis teknis upaya penanggulangan longsoran dan arahan untuk rencana tata ruang dan wilayah. E. Metodologi. Pendekatan penelitin mulai dilakukan dengan pengumpulan data baik primer maupun sekunder dilanjutkan survey lapangan untuk pengukuran topografi dan pembuatan peta geoteknik dengan skala 1 : 12500. Setelah peta topografi tersedia maka dilanjutkan dengan pengeboran inti dan pemasangan alat pantau gerakan tanah yang dipasang dibawah permukaan tanah berupa pipa inclinometer dan pipa strain gauge . Setelah alat pantau gerakan tanah terpasang dilaangan lalu dimulai monitoring secara berkala 1 (satu) sekali . Dari hasil pemantauan inclinometer dan strain gauge di analisa untuk mengetahui berapa kedalaman bidang gelincir longsoran tersebut serta perilaku kecepatan gerakan tanah yang terjadi, untuk selanjutnya di pakai oleh pembuat desain guna upaya penanggulangannya. F. Tinjauan Pustaka. Harry Christady Hardiyatmo (Juli 2006) menyebutkan bahwa gerakan masa yang berupa tanah longsor dapat terjadi akibat adanya keruntuhan disepanjang bidang longsor yang merupakan batas bergeraknya massa tanah atau batuan. Keruntuhan umumnya dianggap terjadi saat tegangan geser disepanjang bidang longsor sama dengan kuat geser tanah atau batuan yang ada dan ini dapat
3
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
ditentukan dari uji laboratorium atau uji lapangan. Longsoran dalam tanah lempung sering dipicu erosi tanah oleh aliran sungai dibagian kaki lereng dan juga pemancangan tiang di dekat lereng dapat mengakibatkan berkurangnya kuat geser tanah sehingga dapat meruntuhkan lereng yang terdiri dari lempung yang sensitif. Perpindahan tanah yang terlalu besar secara lateral saat pemancangan tiang dapat berakibat terlampuinya regangan untuk mobilisasi kuat geser tanah tanah. Selain itu pengaruh dari dalam tanah yang dapat menyebabkan pengurangan kuat geser tanah adalah perubahan tekanan air pori. Kenaikan tekanan air pori disepanjang bidang longsor berpotensial selain mereduksi tegangan efekif juga mengurangi kuat geser dan kuat geser dapat berkurang oleh adanya retakan yang terbuka serta proses retak susut pada jenis lempung atau serpih, jika permukaan tidak terlindungi oleh vegetasi tanamann rumput.. Dwikorita Karnawati , (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa gerakan tanah adalah suatu proses perpindahan masa tanah/batuan dengan arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula, karena pengaruh gravitasi dan beban luar. Dalam beberapa pustaka istilah gerakan tanah sering juga disebut dengan longsoran. Longsoran didefinisikan sebagai pergerakan sebagian massa tanah atau batuan atau campuran keduanya ke arah bawah mengikuti kemiringan lereng, sebagai akibat dari adanya gaya gravitasi. Terjadinya gerakan tanah disebabkan karena adanya gangguan kestabilan yang menjadikan kondisi daerah tersebut rentan dan siap bergerak, akibat faktor “intern“ yaitu kondisi morfologi, kemiringan lereng, kondisi batuan dan struktur geologi, kondisi geohidrologi seperti air tanah dan tata guna lahan. Penyebab lain yang menjadi pemicu gerakan tanah adalah faktor “ekstern“ yaitu pengaruh air hujan, ulah manusia yang mengubah geometri lereng serta alih fungsi lahan tanpa terkendali dan juga pengaruh beban berat kendaraan maupun akibat gempabumi. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI. A. Hasil Penelitian. Dari kegiatan penelitian yang dilakukan mulai dari survei awal, pengukuran topografi, Pengeboran tanah dan pemasangan alat pantau gerakan tanah , pengujian di laboratorium Mekanika Tanah dapat diuaraikan secara rinci. 1)
Pengukuran topografi daerah penelitian.
Untuk pengukuran tampang lintang daerah longsoran memakai alat ukur GPS IKKE tipe 305 sebanyak 8 (delapan) potongan melintang. Kemudian data ukur yang diperoleh diolah sebagai input data menggunakan program Surver - Pengukuran tampang lintang longsoran tebing K. Luk Ulo di Tamanwinangun; - Pengukuran topografi dengan alat GPS merk IKKE tipe 305 memakai program Surver untuk penggambarannya; 2)
Pengeboran tanah pada daerah penelitian.
Lokasi pengeboran inti berada pada wilayah dusun Ketugon RT 02 RW 01 berbatasan dengan Desa Mutisari , Kebumen. Total kedalaman pengeboran inti 40 meter yang terdiri dari DH 1 = 15 meter, DH 2 = 15 meter dan DH. Pada saat dilaksanakan pengeboran inti juga dilakukan uji Standar Penetration Test (SPT), pengambilan conbtoh tanah tak terganggu (UDS) dengan interval kedalaman setiap 3 meter serta uji kelulusan air susunan lapisan bawah tanah serta kedalaman lapisan bidang gelincir.
4
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
Gambar 2. Kegiatan pengukuran topografi dan pengeboran inti di daerah penelitian. 3) Pemasangan alat pantau gerakan tanah. - Pada DH 1 dipasang alat pqantau Strain Gauge )sedalam 15 meter; - Upada DH2 dipasang alat pantau dengan pipa inklinometer sedalam 15 meter; - Pada DH 3 dipasang pipa PVC sedalam 10 meter untuk mengukur muka air tanah.
Gambar 3. Kegiatan pemasangan pipa strain gauge dan pipa inklinometer
5
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
4) Uji laboratoum mekanika tanah. Uji tanah di laboratorium dilakukan dengan maksud untuk mencari nilai indek parameter tanah antara lain berat isi, nerat jenis, kadar air, angka pori, plastisitas tanah, sudut geser dalam dan nilai kohesi. Sampel diambil dengan interval kedalaman 3 meter pada lapisan tanah yang diambil dengan tabung UDS. Hasil uji tanag dilaboratorium dapat dilihat pada tabel 3 dan uji tanah ini dipersiapkan untuk keperluan menghitung factor keamanan analisa stabilitas longsora. Tabel 1. Hasil Uji Laboratorium Mekanika Tanah Daerah Longsoran Muktisari, Kebumen.
B. Diskusi. 2
Daerah aliran sungai Kali Luk Ulo mempunyai luas 652 km dengan elevasi pada hulu sungai + 1051 mdpl dengan panjang sungai 50 – 55 km (South Java Flood Control Sector Project – Final SSR Flood Control Measures in Luk Ulo River Basin, 2002, , page 5). Kali Luk Ulo di daerah Desa Muktisari - Tamanwinangun 2 mempunyai luas 12 km yang terletak pada ruas paling selatan. Daerah lokasi penelitian ini terletak pada elevasi 15 mdpl sampai 55 mdpl. Dari penelitian sampai April 2011 adalah survei geologi, pengukuran topografi, pembuatan peta geoteknik, deskripsi batuan hasil pengeboran inti serta pemantauan n alat pantau strain gauge DH 1 (15 m) dan pipa inclinometer pada DH 2 (15 m) dapat di analisis data tersebut dan tinjauan dilakukan dari bebagai aspek pada analisis data hasil penelitian ini.
6
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
1) Tinjaan aspek morfologi. Hasil pengukuran topografi di lokasi longsoran tebing Kali Luk Ulo Muktisari dan Tamanwinangun, Kebumen menunjukkan bahwa elevasi muka air sungai saat pengukuran (Juni 2010) adalah 26 mdpl dengan kedalaman dasar sungai sekitar 4 meter. Jarak tepi alur sungai ke pemukiman sekitar 35 – 60 meter sedangkan elevasi tertinggi yang di mulai sebagai tempat permukiman penduduk berada pada 0 elevasi 55,7 mdpl dengan kemiringan agak landai hingga hampir tegak (>15 0 hingga >60 ). 2). Tinjauan aspek geologi Dari data survei awal dijumpai adanya mata air 1 pada elevasi + 30,5 m dpl disekitar daerah hulu daerah penelitian pada profil TL B ) dan mata air 2 disekitar profil TL G pada elevasi + 26 m dpl. Rekahan tanah dijumpai pada eelvasi + 31,9 m dpl terus melebar dan menyempit kembal pada pada elevasi + 34,9 m dpl. Lebar rekahan tanah muai dari 5 cm hingga yang terlebar hampir 75 cm dengan arah hampir utara – selatan sepanjang 65 meter dan adalah tanda awal dari bagian mahkota longsoran yang berbentuk lengkung ”tapal kuda”. Batuan dasar pada mata air – 1 maupun mata air – 2 berupa lempung pasiran berwarna abu abu sedangkan pada batuan dasar rekahan tanah tersingkap pula lempung pasiran berwarna abu abu. Longsoran yang dijumpai didaerah penelitian pada umumnya terjadi pada sisi kiri atau tebing sungai sebelah kiri dengan dimensi luas kurang lebih 100 meter x 50 meter. Longsoran dijumpai dari utara sebelah utara jembatan kereta api Kebumen – Purwokerto, kemudian dekat klenteng wihara Kebumen, makam umum Kebumen, longsoran di daerah Tamanwinangun dan longsoran Desa Muktisari. 3) Tinjauan aspek hidrologi. Diperkirakan hujan yang mempengaruhi banjir dan longsor pada daerah penelitian adalah hujan didaerah Hulu DAS K. Luk Ulo dan hujan setempat. Karena itu untuk pengamatan curah hujan diambil dari stasiun hujan Kebumen, stasiun hujan Kalgending dan stasiun hujan Karangsambung. curah hujan yang ditinjau dari stasiun hujan Kebumen pada kordinat 7, 41, 31 LS dan 109, 39, 57 BT dengan elevasi 21 mdp, Stasiun hujan Kaligending pada kordinat -7o 34,1' 9,1" dan 109o 49' 58" BT dengan elevasi + 25 m dpl. . Dari analisa jumlah curah hujan sejak tahun 2000 hingga April 2010, hujan yang terjadi mengindikasikan terjadinya penurunan intensitas hujan dari tahun ke tahun hingga sekarang. Hal ini tercatat pada jumlah hujan pada tahun 2001 menunjukkan jumlah curah hujan tahunan sebesar 3702 mm/tahun. Pada tahun 2007 jumlah curah hujan cenderung turun dan tercatat jumlah curah hujan tahunan sebesar 2486 mm/tahun dan pada tahun 2008 jumlah curah hujan tahunan sebesar 1719 mm/tahun. Jadi jumlah curah hujan rata-rata adalah 1982 mm/ tahun..
7
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
Gambar 4. Grafik Curah hujan daerah Kebumen Tahun – 2011 4) Tinjauan aspek geoteknik. Penyelidikan lapisan bawah permukaan tanah dilakukan dengan pengeboran inti pada 2 (lubang) bor yaitu BH 1 sedalam 20 meter dan BH 2 sedalam 15 meter. Kemudian pada bekas lubang bor BH 1 dipasang alat inklinmeter dan pada bekas lubang bor BH 2 dipasang alat strain gauge dengan tujuan untuk mengetahui kedalaman bidang gelincir pada longsoran tersebut. Hasil Pengukura 2011 menunjukkan bahwa kedalaman lapisan bidang gelincir pada kedalaman 8 – 9 meter. Berdasarkan hasil penelitian maka di Desa Muktisari dan Tamanwinangun mempunyai tipe zona C dengan kelas sedang hingga rendah dengan faktor utama pemicu longsoran adalah lapisan tanah lempung dan intensitas curah hujan.. Kecepatan gerakan tanah dari hasil pengukuran sebesar 2 mm dalam satu bulan, hal ini mengindikasikan bahwa kecepatan longsoran cukup lambat. Dari data survei awal, dijumpai adanya mata air, yang pertama pada elevasi 30,5 mdpl di sekitar profil TL B ke TL C (hulu) dan mata air yang kedua berada disekitar profil TL F ke TL G pada elevasi + 26 m dpl. Rekahan permukaan tanah dijumpai pada elevasi 31,9 mdpl yang terus melebar dan rekahan tersebut menyempit kembali pada profil TL F elevasi 34,9 m dpl. Lebar rekahan tanah muai dari 5 cm hingga yang terlebar hampir 75 cm dengan arah hampir utara – selatan. Adanya mata air menunjukkan indikasi batas lapisan yang lolos air dengan batas lapisan tanah tidak lulus air (impermeable) berwarna abu abu. Longsoran yang dijumpai di daerah penelitian pada umumnya terjadi pada sisi kiri atau tebing sungai sebelah kiri dengan dimensi luas kurang lebih 100 meter x 50 meter. Longsoran dijumpai dari utara sebelah utara jembatan kereta api Kebumen – Purwokerto, kemudian dekat klenteng wihara Kebumen, makam umum Kebumen dan longsoran di daerah Muktisari..
8
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
Gambar 5. Grafik kedalaman bidang gelincir dari pengukuran inklinometer dan strain gauge, longsoran di daerah Muktisari ,Kebumen.
G
Gambar 6. Peta geoteknik daerah longsoran Desa Taamanwinangun, Kebumen.
9
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
5) Rencana Tata Ruang Terbuka Hijau. Dalam rangka mendukung pengembangan kota yang sejalan dengan kebijakan pembangunan di Kabupaten Kebumen dan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 13 Tabun 2001 tentang Pala Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Kebumen, telah ditetapkan bahwa Pembangunan wilayah diarahkan untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan pertumbuhan antar wilayah, antar kota dan desa, antar sektor, Rncana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kebumen untuk daerah kawasan bencaa alam ada beberapa lokasi wilayah yang sering mengalami bencana alam seperti tanah longsor. Untuk rawan longsor atau tanah gerak dapat dikembangkan sebagai kawasan hutan lindung atau dengan kawasan ruang terbuka hijau dengan syarat tanaman yang ditanam dapat mencegah atau memperbaiki kondisi kerawanan tersebut. Untuk itu maka pada titik rawan longsor perlu perencanaan yang tepat untuk rencana tata ruang dan wilayah berbass kebencanaan. .
Gambar 7. Sketsa ruang terbuka Hijau
10
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
Gambar 8. Sketsa Rencana Ruang Terbuka Hijau daerah penelitian.
KESIMPULAN 1. Longsoran di daerah penelitian mempunyai lapisan bidang gelincir pada kedalam – 9 meter dengan kecepatan gerakan tanah sebesar 2 mm/ bulan diwaktu musim hujan. (Klasifikasi gerakan tanah termasuk lambat aktif) 2. Batuan penyusun didaerah longsoran terdiri dari tanah penutup hasil pelapukan yang bertumpu diatas batuan lempung pasiran dan lanau yang mempunyai kemiringan lapisan batuan kearah barat atau masuk ke-alur sungai K. Luk Ulo. 3. Faktor penyebab longsoran terjadi karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan fluktuasi air tanah yang tinggi diatas bidang gelincir yang ada.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan atas kerjasama para anggota tim peneliti Balai Sabo Yogyakarta TA 201 khususnya sdr. I Gusti Bagus Suryana, ST, juga kepada bpk Wahyudi, ST, MT dari Bappeda Kebumen serta semua pihak yang ttelah membantu kelancaran pekerjaan lapangan maupun uji laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA Asikin,S., Handoyo, A., Harsonodan S. Gafoer, 1992, Peta Geologi Bersistem Jawa, Lembar Kebumen, 1401 – 1, Skala 1 100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi., Bandung BAPPEDA Kebumen, 2009, Rencana Penyusunan RTRW Kabupaten Kebumen 2009 - 2014, Bab V halaman 5-1. Dep. PU, 1989., Tata Cara Perencanaan dan Penanggulangan Longsor, SNI 1962 – 1989 – F , Badan Penerbit PU, Jakarta Ditjen Penataan Ruang, Dep. PU, 2007, Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor, Peraturan Menteri PU no. 22/PRT/M/ 2007, Jakarta
11
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 6, No. 1, Januari 2013
Hardiyatmo., H.C., 2006, Penanganan Tanah Longsor & Erosi, Gadjah Mada University Press, Yogyakart Hariyadi Djamal, dkk, 2010 , Laporan Interim Penelitian Tipologi Sumber Material Debris pada Longsoran K. Luk Ulo Desa Tamanwinangun, Kebumen, Balai Sabo Puslitbang SDA, Departemen PU., Yogyakarta Hariyadi Djamal, 2012, Gerakan Tanah dan Cara Pemantauan, CV. LeutikaPro, Yogyakarta.
12