HAMA GUDANG ANCAM EKSPOR KOPI INDONESIA Annisrien Nadiah, SP POPT Ahli Pertama
[email protected] Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya
Sejak tahun 1980an, kopi adalah komoditas ekspor non migas terbanyak ketiga di Indonesia setelah kayu
dan
besar 300.000
karet
ekspor
dengan mencapai
sampai
350.000
ton per tahun. Kebutuhan ekspor Gambar 1. Biji kopi sehat yang siap untuk diekspor ( Foto: http://www.fda.gov., 2013)
yang
terus
meningkat harus diimbangi dengan
peningkatan
perbaikan mutu. Hal ini perlu dilakukan karena pada tahun 1982 FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat menolak 600 ton kopi karena mengandung serangga sehingga perkembangan ekspor kopi Indonesia selanjutnya semakin ditentukan oleh aspek mutu. Mengapa ada serangga yang menjadi kontaminan pada kopi ekspor?, pertanyaan iniliah yang langsung muncul seketika. Dari hasil pengamatan dan uji yang dilakukan, para ahli dan praktisi membenarkan bahwa kopi Indonesia saat itu mengandung beberapa kontaminan yaitu serangga, jamur dan kotoran. Serangga kontaminan dapat terbawa dari lapang saat panen dan saat penyimpanan dalam gudang. Mengapa ada hama di dalam gudang?. Dahulu, nenek moyang kita bercocok tanam dengan nomaden atau berpindah-pindah sehingga tidak menyimpan bahan makanan pada suatu tempat. Seiring dengan perkembangan cara bercocok tanam dan kebutuhan yang meningkat, maka hasil panen akan ditumpuk dan disimpan disuatu tempat yang dinamakan gudang. Pada dasarnya, hama gudang adalah hama yang terbawa dari lahan saat panen dan berkembangbiak di dalam tempat penyimpanan. Sifat struktur tempat penyimpanan secara umum adalah kondisi yang stabil dibandingkan dengan lingkungan alami (lapang), selain itu di gudang ketersediaan pakan melimpah bagi serangga hama. Karakter penyimpanan akan menguntungkan bagi hama gudang walaupun ada kalanya terjadi kelangkaan sumber pakan (bila gudang dalam kondisi kosong
sementara). Serangga di dalam gudang penyimpanan adalah serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik karena: (1) habitat penyimpanan adalah reservior alaminya; (2) keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpanan; (3) laju reproduksi yang tinggi; (4) kemampuan yang tinggi dalam menemukan lokasi sumber pakan; (5) kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pakan; (6) adaptasi morfologi yaitu ukuran tubuhnya yang kecil, bentuk pipih dan gerakan cepat. Ada dua jenis hama gudang yang menyerang kopi dan dapat mengancam kualitas kopi ekspor Indonesia, yaitu:
1. Hypothenemus hampei (coffee berry borer) H. hampei adalah hama utama kopi yang dapat sejak
a
b
Gambar 2. H. hampei, a. larva di dalam buah kopi yang masih segar; b. kumbang dewasa. (foto: Nadiah, 2015)
sampai
menyerang di
lapang
dengan
di
tempat penyimpanan. Kumbang
betina
membuat lubang pada
diskus (bagian ujung) kopi yang masih hijau untuk meletakkan telur-telurnya. Larva yang menetas itulah yang akan menggerek dan merusak buah dan biji kopi sehingga kopi menjadi remah atau hancur dan tidak bernilai lagi. Di dalam gudang penyimpanan, H. hampei akan bertahan hidup pada biji kopi, terutama dikalangan petani yang menyimpan biji-biji kopi tanpa adanya perlakuan penjemuran atau pengeringan sama sekali atau pengeringan yang kurang sempurna. Ciri-ciri kumbang dewasa berwarna hitam dengan sayap depan dan pronotum yang besar dan berduri pendek-pendek (gambar 2b). Panjang tubuh kurang lebih 2 mm (betina 1,2 mm; jantan 1,7 mm). Larva berwarna putih dan aktif mencari makan atau menggerek buah/ biji kopi (gambar 2a). Kumbang betina yang lebih merusak karena membuat liang gerek pada ujung kulit buah kopi yang masih hijau (diskus) kemudian membelok ke dalam salah satu bijinya. Telur diletakkan pada buah kopi yang bijinya telah mengeras atau pada buah yang telah masak. Di dalam biji kopi terdapat rongga dimana telur-telur diletakkan. Dalam satu biji dapat diletakkan lebih dari sebutir telur. Keperidian kumbang betina mencapai 70 butir yang diletakkan selama 2 periode bertelur.
Larva yang baru menetas akan segera makan bagian biji dan merusak dengan menggerek. Pada waktu menjelang kepompong, dibuat liang gerek yang agak melebar dimana kelak akan ditempati oleh kepompongnya. Lama siklus hidupnya tergantung pada ketinggian dimana tanaman kopi tumbuh dan kondisi yang mendukung bertahan hidup di dalam gudang penyimpanan yaitu sekitar 20-36 hari. Di dalam gudang hanya bertahan hidup dan tidak dapat berkembang biak dan mati saat biji kopi mengalami perlakuan pengeringan yang sempurna. Perkembangan H. hampei dipengaruhi oleh suhu dan ketersediaan buah kopi. H. hampei dapat hidup pada suhu 15⁰C35⁰C, suhu optimal untuk perkembangan telur antara 30⁰C-32⁰C dan untuk larva, pupa dan dewasa antara 27⁰C-30⁰C. Serangga betina dapat menggerek buah kopi antara suhu 20⁰C-33⁰C, pada suhu 15⁰C dan 35⁰C serangga betina gagal menggerek buah kopi atau mampu menggerek buah kopi tapi tidak bertelur (Jaramilo et al.,2009). Pengendalian yang efektif untuk H. hampei adalah saat berada di lahan, yaitu dengan sanitasi lahan dengan melakukan rampasan (memetik seluruh buah yang ada di pohon setelah panen), mengurangi kelembaban lahan dengan melakukan pemangkasan terhadap tanaman kopi maupun tanaman penaung. Memutus daur hidup H. hampei, meliputi tindakan petik buah, yaitu mengawali panen dengan memetik semua buah masak yang terserang H. hampei maupun tidak 15-30 hari menjelang panen besar. Lelesan yaitu pemungutan semua buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah terserang maupun buah tidak terserang. Racutan atau rampasan yaitu memetik semua buah yang ada di pohon pada akhir panen. Semua bahan hasil petik bubuk, lelesan dan racutan direndam dalam air panas kurang lebih 5 menit. Sebelum masuk ke gudang penyimpanan, sebaiknya biji kopi di jemur atau dikeringkan hingga sempurna untuk menghindari H. hampei sampai ke dalam gudang. Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan memanfaatkan beberapa musuh alami H. hampei yang selama ini terus dikembangkan adalah jamur Beauveria bassiana sebagai patogen serangga, predator seperti laba-laba, tawon kertas, cecopet, belalang sembah, kumbang kubah, kumbang harimau, kumbang tanah, capung dan beberapa macam kepik dan parasitoid Stephanoderis cephalonomia & Prorops nasuta (Bethylids), Phymastichus Coffea (Eulophid), dan Coffeicola heterospilus braconid semua berasal dari Afrika.
2. Araecerus fasciculatus (coffee bean weevil) A. hama
fasciculatus utama
tempat ternyata
di
adalah gudang
penyimpanan, dapat
menyerang
kopi yang masih di lahan. Stadia paling merusak adalah larva yang dapat ditemukan di
a Gambar
biji kopi walaupun biji kopi
b 3. A. fasciculatus, dewasa; b. larva.
a.
kumbang
(foto: http://www.ozanimals.com., 2012)
tersebut telah dikeringkan dan hampir ditemukan di seluruh daerah tropis dan subtropis.
Ciri-ciri kumbang yaitu pada bagian elytra dan protoraksnya terdapat banyak bercak yang berwarna terang, elytra lebih pendek dibandingkan abdomen. Ukuran tubuh antara 3-5 mm, berwarna coklat gelap atau coklat kelabu dengan tipe antena clubbed (menggada) dengan 3 ruas terakhir membesar (gambar 3a). Kumbang betina dapat bertelur sebanyak 50 butir pada suhu 28⁰ C, RH 70% dengan siklus hidup selama 46-68 hari. Bila tersedia pakan yang cukup akan bertahan selama 17 minggu. Telurnya diletakkan di permukaan material dan baru akan menetas setelah 9 hari. Larva (gambar 3b) langsung melakukan penggerekan dan selanjutnya masuk kedalam biji kopi dengan meninggalkan sisa-sisa gerekan yang berupa tepung; pupa berlangsung selama 5 hari dan pada umumnya siklus hidup selama 20 hari. Kisaran inang yaitu semua stadia kopi (mulai hijau, merah sampai biji kopi yang dikeringkan), biji kakao, biji dan bunga pala, ubi kayu, jagung, gaplek, kacang tanah, ubi jalar. Daerah sebaran: Eropa, Amerika (Lousiana & Florida), Amerika Tengah,Perancis, Brazil, St. Helena, Persia, Ceylon, Indonesia, China, Jepang, Sandwich, Isles dan Philiphina. Besar tingkat serangan tergantung pada kebersihan gudang penyimpanan, terutama bila disimpan bersamaan dengan komoditas lain yang dapat menjadi sumber infeksi, misalnya gaplek. Keberadaan A. fasciculatus sangat penting pada gudang kopi karena dapat hidup pada buah kopi ataupun biji kopi yang telah dikeringkan. Siklus hidup 45-55 hari (kopi robusta), 38-50 (kopi arabika), 4050 (gaplek) dan dapat bertahan hidup pada bubuk biji kopi. Pengendalian yang efektif adalah dengan mengkondisikan gudang tempat penyimpanan sedemikian rupa sehingga A. fasciculatus tidak dapat bertahan hidup dan berkembangbiak di dalamnya, kadar air penyimpanan biji
kopi dibuat idel yaitu antara 13-14%, sesuai dengan standar mutu kopi ekspor. Pemusnahan kumbang dengan memanfaatkan teknologi radiasi sinar gamma (α) pada 0,40 kGy dengan keutamaan tidak menimbulkan resistensi hama (Hariyadi, R.S, et al, 2000).
Gejala Kerusakan Akibat Infestasi Hama di Gudang Kopi Hama utama yang menyerang biji kopi dalam simpanan adalah kumbang penggerek buah kopi (H. hampei). Larva menyerang buah kopi yang masih dipohon dan menggali atau menggerek liang hingga ke dalam buah dan biji kopi. Larva, pupa, kumbang dewasa dan puing-puing yang terdiri dari kotoran dan sisa gerekan kulit dapat ditemukan dalam kopi. Hama kedua yang dapat menyebabkan kerusakan adalah kumbang biji kopi (A. fasciculatus) yang disebut
dengan
kumbang
berhidung
luas.
Dalam
kondisi
gudang
penyimpanan yang hangat dan iklim lembab akan sangat mendukung perkembangan dan tingkat serangan A. fasciculatus yang pada dasarnya adalah hama polifagus, menyerang banyak komoditi (terutama biji) yang disimpan. Sebuah biji kopi yang masih hijau dapat menunjukkan berbagai efek kerusakan yang disebabkan oleh serangga, mulai dari bekas luka kecil dipermukaan kulit buah (kerusakan minor) sampai dengan kerusakan besar yaitu bekas gerekan ataupun liang gerek yang menembus kedalam buah bahkan biji kopi (kerusakan mayor). Kerusakan yang disebabkan oleh H. hampei dan A. fasciculatus berbeda dalam penampilan (gambar 4). Perbedaan Kerusakan Akibat serangan H. hampei dan A. fasciculatus H. hampei dapat hadir dan
merusak
diseluruh
bagian permukaan buah kopi,
pada
umumnya
kerusakan dengan
a
b
Gambar 4. Gejala kerusakan pada biji kopi dalam simpanan akibat hama, a. H. hampei; b. A. fasciculatus (foto: http://www.fda.gov., 2013)
ditandai adanya
bekas
gerekan di bagian ujung buah kopi sebagai lubang masuk
atau
kumbang meletakkan
keluarnya
betina
untuk telur
sedangkan larva yang memuat liang gerekan. Liang gerekan yang dibuat sangat kecil dengan kisaran diameter 0,3 sampai 1,5 mm berbentuk melingkar, bersih dan rapi. Kerusakan di permukaan sering dikelilingi oleh noda berwarna biru kehijauan (gambar 4a). A. fasciculatus dapat hadir dan merusak diseluruh bagian permukaan kopi, pada umumnya kerusakan ditandai dengan adanya lubang bekas gerekan yang berbentuk kurang bersih dan kurang rapi. Pada umumnya ukuran lubang gerekan lebih besar dari yang dibuat H. hampei yaitu berdiameter sekitar 1,0 sampai 3,0 mm. Lubang gerekan dibuat sebagai tempat kemunculan kumbang dewasa dari dalam biji kopi sedangkan masuknya dari lubang akibat kerusakan lain. Lubang dipermukaan akibar gerekan A. fasciculatus berbentuk tidak beraturan, berukuran besar karena termasuk serangga dengan daya jelajah yang luas (extensive feeding) (gambar 4b). Referensi Anonimus. 2012. Coffe Bean Weevil (Araecerus fasciculatus) available at: http://www.ozanimals.com/Insect/Coffee-Bean-Weevil/Araecerus/fasciculatus.html. diakses 28 Mei 2015. Anonimus (U.S. Departement of Health & Human Services). 2013. MPM: V-1 Beverages and beverages materials (method for coffee beans). Available at: http://www.fda.gov/Food/FoodScienceResearch/LaboratoryMethods/ucm084337.htm diakses 28 Mei 2015. diakses 28 Mei 2015. Anonimus, 2003. Musuh Alami Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Direktorat Perkebunan Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. Borror, D.J., Triplehorn, A.C dan Jhonson, A. F. 1990. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta. Diterjemahkan oleh: UGM Press. Hariyadi, R.S., M. Hoedaya, A. Rahayu, Harsojo. 2000. Pengaruh radiasi sinar gamma pada hama biji kopi Araecerus fasciculatus de geer (Coleoptera: Anthribidae). Pusat aplikasi isotop dan radiasi BATAN. Jaramillo, J., et al. (2009) . Thermal Tolerance of the Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei: Predictions of Climate Change Impact on a Tropical Insect. Pest. Plos One. 4 (8): 64-87.