i
HAMA DAN PENYAKIT JERUK (Citrus spp.) DI DESA SITUSARI DAN KARANGSARI KECAMATAN KARANGPAWITAN KABUPATEN GARUT
BENZENA DWI PUTRA KUSDIANA
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hama dan Penyakit Jeruk (Citrus spp.) di Desa Situsari dan Karangsari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2017 Benzena Dwi Putra Kusdiana NIM A34120007
iv
v
ABSTRAK BENZENA DWI PUTRA KUSDIANA. Hama dan Penyakit Jeruk (Citrus spp.) di Desa Situsari dan Karangsari, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Dibimbing oleh PUDJIANTO dan KIKIN HAMZAH MUTAQIN. Jeruk (Citrus spp.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang buahnya banyak digemari dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra tanaman jeruk di Provinsi Jawa Barat. Budidaya tanaman jeruk memiliki faktor pembatas yaitu permasalahan hama dan penyakit yang mengganggu produktivitas jeruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis hama dan patogen penyebab penyakit yang menyerang tanaman jeruk di Kabupaten Garut. Penelitian dilakukan mulai Oktober 2015 hingga Mei 2016 pada delapan lahan tanaman jeruk yang terdiri atas empat lahan di Desa Situsari dan empat lahan di Desa Karangsari. Pengamatan perkembangan hama dan penyakit dilaksanakan di satu petak lahan terluas di masing-masing desa secara langsung pada 25 tanaman contoh yang ditentukan dengan pola diagonal. Identifikasi hama dan penyakit dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Laboratorium Pengendalian Hayati, Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, dan Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Berdasarkan hasil survei, tanaman jeruk yang banyak ditemukan di kedua desa adalah jeruk siam dan jeruk keprok garut. Hama utama yang ditemukan di kedua desa selama periode pengamatan adalah kutudaun Toxoptera aurantii Boyer (Hemiptera: Aphididae) dengan intensitas serangan berkisar antara 4%-92%, ulat pengorok daun Phyllocnistis citrella Staint (Lepidoptera: Gracillaridae) sebesar 24%-96%, dan kutuloncat jeruk Diaphorina citri Kuwayama (Hemiptera: Psyllidae) sebesar 4%-44%. Hama lain yang ditemukan adalah kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae), kutuputih (Hemiptera: Pseudococccidae), dan lalat buah (Diptera: Tephritidae). Predator yang ditemukan dilapangan adalah dari Ordo Araneae, famili Tetragnathidae dan Oxyopidae serta Ordo Coleoptera, famili Coccinellidae. Penyakit utama yang ditemukan adalah huanglongbing (Liberibacter asiaticus) dengan tingkat kejadian penyakit sebesar 12%-56%, kudis (Elsinoe fawcettii) sebesar 20%-88%, dan embun hitam (Meliola sp.) sebesar 48%88%. Penyakit lain yang ditemukan yaitu embun tepung (Oidium sp.) dan mati pucuk (Botryodiplodia theobromae). Penyakit embun hitam hanya ditemukan di Desa Karangsari, dan tidak di Desa Situsari. Kata kunci: hama penting, huanglongbing, musuh alami, penyakit penting
vi
vii
ABSTRACT BENZENA DWI PUTRA KUSDIANA. Pests and Diseases of Citrus (Citrus spp.) in Situsari and Karangsari Villages, Karangpawitan Sub-District, Garut District. Supervised by PUDJIANTO and KIKIN HAMZAH MUTAQIN. Citrus (Citrus spp.) is one of important horticultural commodities in Indonesia. The plants are grown in many areas, and the fruits are consumed by many Indonesian people. Garut is one of citrus production centers in West Java Province. The cultivation of citrus is limited by several factors, such as pest and disease problems that can descrease citrus productivity. This research aims to find out the pests and pathogens as the causative agent of diseases in citrus plantation in Garut. This research was conducted from October 2015 until May 2016 at eight citrus fields i.e. four fields each Situsari village and Karangsari village. Observations on the development of pest population and diseases incidence were carried out in the largest citrus field in each village. Plant samples were determined as many as 25 plants using diagonal sampling pattern. Identification of pests and diseases was carried out in the Laboratory of Plant Bacteriology, Laboratory of Insect Biosystematic, Laboratory of Plant Mycology, and Laboratory of Biological Control, Departement of Plant Protection, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Based on the survey results of citrus that were found in two villages were siam variety and garut keprok variety. The citrus pests found predominantly during observation periode were aphids Toxoptera Aurantii Boyer (Hemiptera: Aphididae) at attack intensity ranging from 4%-92%, citrus leafminer Phyllocnistis citrella Staint (Lepidoptera: Gracillaridae) a at 24%-96%, and citrus psyllid Diaphorina citri Kuwayama (Hemiptera: Psyllidae) with at 4%-44%. The other pests were also whiteflies (Hemiptera: Aleyrodidae), mealybugs (Hemiptera: Pseudococccidae), and fruit flies (Diptera: Tephritidae). Predators found in this research were two families of spiders (Araneae), i.e., Tetragnathidae and Oxyopidae, and Coccinellid beetle (Coleoptera). Whereas, citrus diseases were mainly huanglongbing disease (Liberibacter asiaticus) with incidence rate ranging from 12%-56%, scab (Elsinoe fawcettii) at 20%-88%, and black mildew (Meliola sp.) with incidence rate range at 48%-88%. The other citrus disease found in those areas were powdery mildew (Oidium sp.) and dieback (Botryodiplodia theobromae). Black mildew disease incidence was only found in Karangsari village, but not in Situsari Village. Key words: huanglongbing, insect pests, main diseases, natural enemies
viii
ix
©
Hak Cipta Milik IPB, tahun 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
x
xi
HAMA DAN PENYAKIT JERUK (Citrus spp.) DI DESA SITUSARI DAN KARANGSARI KECAMATAN KARANGPAWITAN KABUPATEN GARUT
BENZENA DWI PUTRA KUSDIANA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
xii
xiv
xv
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir yang berjudul “Hama dan Penyakit Jeruk (Citrus spp.) di Desa Situsari dan Karangsari Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut”. Penelitian ini meliputi pengamatan lapangan yang dilaksanakan di kebun rakyat di Garut dan identifikasi hama dan penyakit di Laboratorium-laboratorium Biosistematika Serangga, Pengendalian Hayati, Bakteriologi Tumbuhan, dan Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Pudjianto, M.Si dan Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, M.Si. selaku pembimbing skripsi atas bantuan, bimbingan, masukan serta dukungannya dalam pelaksanaan tugas akhir, kepada Dr. Ir. Giyanto, M.Si selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan arahan dan saran yang bermanfaat, petani jeruk di Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut serta Dr. Ir. Efi Toding Tondok, MSc.Agr. selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan. Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh dosen dan tenaga kependidikan Departemen Proteksi Tanaman, rekan-rekan di Laboratorium Pengendalian Hayati dan Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, rekan-rekan Proteksi Tanaman 49, Faperta IPB, Himpunan Mahasiswa Garut IPB, sahabat penulis Abdul Aris Pradana, M. Alif Azizi, M. Iqbal Tawakkal, Kenedhy Kinsyafman, Fatimah Siddikah, Larita Wuriyani, Nur Annisa Shalehah, Nurfadillah dan rekan-rekan lain yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta semangat selama perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda Drs. Nandang Kusdiana dan Ibunda Ika Kartika, S.Pd. serta saudara penulis Alchemi Putri Juliantika Kusdiana, S.P., Jamin Saputra, S.P., Chemistry Melika Putri Kusdiana, dan Khaira Aqila Hevea Putri yang tak henti-hentinya memberi perhatian dan bantuan moril maupun spiritual, yang mana setiap langkah, gerak, dan ucapnya merupakan do’a bagi penulis. Semoga penelitian ini bermanfaat. Bogor, Januari 2017 Benzena Dwi Putra Kusdiana
xvi
xvii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Metode Penelitian Penentuan Plot Pengamatan dan Tanaman Contoh Inventarisasi Hama, Musuh Alami, dan Penyakit Pengamatan Perkembangan Hama dan Penyakit Utama Wawancara Petani Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Hama dan Musuh Alami pada Tanaman Jeruk Hama pada Tanaman Jeruk Musuh Alami pada Tanaman Jeruk Luas Serangan dan Kerapatan Populasi Hama Utama Toxoptera aurantii Boyer (Hemiptera: Aphididae) Phyllocnistis citrella Staint (Lepidoptera: Gracillaridae) Diaphorina citri Kuwayama (Hemiptera: Psyllidae) Penyakit yang Ditemukan pada Tanaman Jeruk Kejadian dan Keparahan Penyakit Utama Huanglongbing Kudis Embun hitam SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xix xix xx 1 1 2 2 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 10 10 10 12 13 14 16 16 18 19 21 21 21 22 25 31
xviii
xix
DAFTAR TABEL 1 2
Kategori serangan dan nilai numerik penyakit jeruk
Luas serangan dan kerapatan populasi hama utama
5 10
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Petak contoh pengamatan Pertanaman jeruk di lokasi pengamatan perkembangan hama dan penyakit jeruk Curah hujan rata-rata September 2015 hingga Maret 2016 di Kecamatan Wanaraja dan Karangpawitan, Kabupaten Garut Hama yang ditemukan pada tanaman jeruk di Desa Situsari dan Karangsari Gejala serangan kutudaun T. aurantii dan keberadaannya Gejala serangan P. citrella pada bagian daun Imago D. citri pada tunas muda Predator yang ditemukan di Desa Situsari dan Karangsari Perkembangan luas serangan dan kerapatan populasi T. aurantii di Desa Situsari dan Karangsari Perkembangan luas serangan dan intensitas serangan P. citrella di Desa Situsari dan Karangsari Perkembangan luas serangan dan kerapatan populasi D. citri di Desa Situsari dan Karangsari Penyakit yang ditemukan pada tanaman jeruk di Desa Situsari dan Karangsari Gejala penyakit huanglongbing pada tanaman jeruk dan hasil amplifikasi DNA L. asiaticus Tanda patogen cendawan Meliola sp. pada perbesaran 40x10 Perkembangan kejadian dan keparahan penyakit huanglongbing di Desa Situsari dan Karangsari Perkembangan kejadian dan keparahan penyakit kudis di Desa Situsari dan Karangsari Perkembangan kejadian dan keparahan penyakit embun hitam di Desa Situsari dan Karangsari
3 6 6 7 8 8 9 10 11 13 14 15 15 16 17 18 19
xx
xxi
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Data curah hujan BPP Wanaraja, Kabupaten Garut Uji t perbedaan luas serangan T. aurantii di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan kerapatan populasi T. aurantii di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan luas serangan P. citrella di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan intensitas serangan P. citrella di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan luas serangan D. citri di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan kerapatan populasi D. citri di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan kejadian penyakit huanglongbing di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan keparahan penyakit huanglongbing di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan kejadian penyakit kudis di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan keparahan penyakit kudis di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan kejadian penyakit embun hitam di Desa Situsari dan Karangsari Uji t perbedaan keparahan penyakit embun hitam di Desa Situsari dan Karangsari
26 27 27 27 28 28 28 29 29 29 30 30 30
xxii
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Jeruk (Citrus spp.) termasuk tanaman tahunan yang tergolong ke dalam famili Rutaceae. Jeruk merupakan salah satu tanaman hortikultura yang buahnya banyak digemari dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Buah jeruk memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, seperti vitamin C yang berperan sebagai zat antioksidan yang mampu mencegah beberapa penyakit seperti kanker, jantung dan penuaan dini (Wariyah 2010). Tanaman jeruk di Indonesia tersebar di beberapa pulau, yaitu Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Bali. Menurut BPS (2015), produksi buah jeruk di Indonesia pada tahun 2012, 2013, dan 2014 secara berturut-turut sebesar 1.498, 1.548, dan 1.785 juta ton. Angka ini menunjukkan terjadinya peningkatan produksi dari tahun 2012 hingga 2014 secara berturut-turut sebesar 50 000 dan 236 000 ton. Provinsi Jawa Barat diketahui memproduksi buah jeruk sebanyak 29 539 ton pada tahun 2014. Sentra produksi buah jeruk Jawa Barat terletak di Kabupaten Garut. Jeruk yang berasal dari Kabupaten Garut terdiri dari jeruk siam dan jeruk keprok garut. Jeruk tersebut dihasilkan dari lahan petani yang berada di Kecamatan Samarang, Cikajang, dan Karangpawitan. Kecamatan Karangpawitan tergolong ke dalam daerah dataran sedang dengan ketinggian antara 700 sampai 750 mdpl. Desa Situsari dan Karangsari, Kecamatan Karangpawitan merupakan desa yang menjadikan tanaman jeruk sebagai komoditas pertanian kedua setelah padi. Budidaya jeruk memiliki beberapa kendala yang dihadapi, salah satunya keberadaan hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit utama yang dilaporkan berasosiasi dengan tanaman jeruk adalah kutudaun (Toxoptera spp.), kutuloncat jeruk (Diaphorina citri Kuwayama), pengorok daun (Phyllocnistis citrella Staint), hama trips, tungau, penyakit busuk batang (Diplodia sp.), penyakit busuk pangkal batang (Phytophthora sp.) dan penyakit citrus vein phloem degeneration (CVPD) (Warda 2005). CVPD atau yang saat ini disebut sebagai penyakit “huanglongbing” merupakan penyakit penting yang dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi di Kabupaten Garut. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Distantph Kab. Garut (2009), penyakit huanglongbing dapat menurunkan populasi tanaman jeruk pada tahun 1987 hingga 1992 sebesar 1.248 juta pohon. Selain penyakit huanglongbing, serangan hama dan patogen penyebab penyakit lainnya dapat mengakibatkan kerugian, walaupun umumnya tidak mematikan tanaman secara langsung. Serangan hama dan patogen penyakit tetap perlu mendapatkan perhatian lebih guna mempertahankan dan meningkatkan hasil yang tinggi, baik kualitas maupun kuantitas.
2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis hama dan penyakit penting yang menyerang tanaman jeruk di Kabupaten Garut.
Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini adalah tersedianya informasi mengenai berbagai jenis hama dan penyakit penting yang menyerang pertanaman jeruk serta perkembangan populasi hama dan penyakit utama tanaman jeruk di Kabupaten Garut. Informasi tentang hama dan penyakit tersebut diharapkan dapat menjadi dasar dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman jeruk di Kabupaten Garut.
3
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari Oktober 2015 hingga Mei 2016. Pengamatan hama dan penyakit tanaman jeruk dilakukan di dua desa, yaitu Desa Situsari dan Karangsari, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Identifikasi hama dan penyakit dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Laboratorium Pengendalian Hayati, Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, dan Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Metode Penelitian Penentuan Plot Pengamatan dan Tanaman Contoh Penentuan plot pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah tanaman paling banyak dari masing-masing desa. Setiap desa diamati empat lahan tanaman jeruk dan lahan diamati sebanyak satu kali secara acak yang bertujuan untuk mengetahui jenis hama, musuh alami dan penyakit yang terdapat di lahan tersebut. Pengambilan data mengenai perkembangan luas serangan dan kerapatan populasi hama serta kejadian dan keparahan penyakit dilakukan pada satu petak lahan terluas di Desa Situsari dan satu petak lahan terluas di Desa Karangsari dengan interval pengamatan dua minggu sekali. Pada setiap plot pengamatan diamati lima petak contoh dengan menggunakan pola diagonal, satu petakan terletak di perpotongan garis diagonal dan empat lainnya teletak pada garis-garis diagonal. Masing-masing petakan terdiri dari lima tanaman contoh yang diambil secara acak. Dengan demikian pada setiap lahan diamati 25 tanaman contoh (Gambar 1). Bagian tanaman yang diamati adalah batang, ranting, buah, dan daun. Pengamatan dilakukan dengan mengamati masing-masing satu ranting di setiap kuadran pada empat arah mata angin yang diambil secara acak (empat ranting setiap pohon), kemudian keempat ranting tersebut diberi label agar dapat memudahkan dalam melakukan pengamatan.
Gambar 1 Petak contoh pengamatan. diagonal
tanaman contoh;
×
perpotongan garis
4 Inventarisasi Hama, Musuh Alami, dan Penyakit Inventarisasi hama dan musuh alami dilakukan dengan cara mengamati bagian batang, ranting, buah dan daun pada empat arah mata angin yang berbeda dengan tanaman sampel yang dipilih secara acak. Sedangkan pengamatan jenis penyakit yang berada di delapan lahan pada dua desa tersebut dilakukan dengan cara mengamati keseluruhan bagian tanaman sampel yang bergejala. Sampel hama, musuh alami, dan penyakit yang tidak diketahui diidentifikasi di laboratorium dengan berdasarkan kunci identifikasi Blackman dan Eastop (2000) untuk kutudaun, Reinhold (2001) untuk predator dari jenis laba-laba, Borror et al. (1996) untuk famili serangga pada umumnya, Barnett dan Hunter (1999) untuk cendawan kelompok Deuteromycetes. Deteksi bakteri Liberibacter asiaticus penyebab penyakit huanglongbing dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan primer spesifik A2/J5 seperti yang dilaporkan oleh Ruangwong dan Akarapisan (2006). Sampel daun jeruk yang bergejala penyakit huanglongbing diekstraksi di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan. Bagian daun yang diekstraksi adalah pertulangan daun sesuai dengan Dellaporta et al. (1983). Pengamatan Perkembangan Hama dan Penyakit Utama Sebanyak tiga jenis hama dan penyakit utama dipilih pada awal survei berdasarkan tingkat serangan hama dan kejadian penyakit tertinggi di lapangan. Kutudaun, hama pengorok daun, kutuloncat jeruk, penyakit huanglongbing, penyakit kudis daun, dan penyakit embun hitam merupakan hama dan penyakit utama yang diamati perkembangan serangan dan kerapatan populasi hama, serta kejadian dan keparahan penyakit. Pengamatan luas serangan dan kerapatan populasi hama kutudaun dan kutuloncat jeruk dilakukan dengan cara mengamati bagian tunas dan daun muda, kemudian menghitung jumlah populasi dari hama tersebut pada empat ranting yang telah ditentukan. Untuk hama pengorok daun pengamatan intensitas serangan dilakukan dengan cara menghitung persentase jumlah daun yang menunjukkan gejala korokan. jumlah tanaman terserang Luas serangan (%) = 𝑥 100% jumlah tanaman yang diamati Pengamatan kejadian dan keparahan penyakit huanglongbing dilakukan dengan cara mengamati seluruh bagian tanaman, sedangkan penyakit kudis daun, dan embun hitam dilakukan dengan cara mengamati bagian daun yang menunjukkan gejala penyakit. Kejadian penyakit (IP) dihitung dengan rumus: IP (%) =
Jumlah tanaman yang menunjukkan gejala 𝑥 100% jumlah tanaman yang diamati
Keparahan penyakit (KP) huanglongbing, embun tepung, dan kudis daun dihitung persentase tingkat serangan yang tercantum pada tabel 1 dengan rumus keparahan penyakit: Σ n𝑖 .v𝑖 KP (%) = N.Z x100% Keterangan: KP : keparahan penyakit ni : jumlah tanaman dalam setiap kategori vi : nilai numerik dalam kategori serangan
5 N Z
: tingkat serangan dengan nilai numerik tertinggi : jumlah seluruh tanaman yang diamati
Tabel 1 Kategori serangan dan nilai numerik penyakit jeruk Kategori serangan (i) Nilai numerik Tingkat serangan (%) 1 0 0 2 1 0 < x ≤ 20 3 2 20 < x ≤ 40 4 3 40 < x ≤ 60 5 4 60 < x ≤ 80 6 5 80 < x ≤ 100 x = dugaan persentase gejala serangan penyakit secara keseluruhan pada tanaman
Wawancara Petani Wawancara dengan petani pemilik kebun dilakukan untuk memperoleh data penunjang. Wawancara meliputi teknik budidaya yang dilakukan oleh petani, hama dan penyakit penting yang pernah menyerang pertanaman jeruk setempat, serta cara pengendalian yang dilakukan. Analisis Data Perbedaan perkembangan luas serangan dan kerapatan populasi hama serta kejadian dan keparahan penyakit pada tiap desa per kelompok tanaman jeruk diolah menggunakan Microsoft Excel 2013 dan dianalisis uji t dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Situsari berada pada ketinggian 700 mdpl. Kebun jeruk yang berada di desa ini berumur 8-20 bulan dan umumnya tersebar secara tidak merata (Gambar 2A) dengan status kepemilikan yang berbeda serta beberapa lahan pertanian tidak semuanya ditanami tanaman jeruk. Tanaman lain yang dibudidayakan di Desa Situsari adalah tomat, padi, talas, kentang, dan cabai. Tanaman Jeruk di Desa Karangsari berada pada ketinggian 750 mdpl dan berumur 8-30 bulan (Gambar 2B). Jeruk siam dan jeruk keprok garut merupakan jenis jeruk yang sering di tanamn oleh petani. Penanaman jeruk di Desa Situsari dan Karangsari dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman seperti bawang daun, talas, dan kacang tanah pada saat tanaman jeruk baru dipindahkan dari lokasi pembibitan hingga memasuki umur tanam delapan bulan atau telah memasuki fase generatif. Hal ini disebabkan pada saat umur tanaman delapan bulan, tanaman jeruk sudah mulai dibiarkan berbuah oleh petani walaupun hanya sedikit.
A
B
Gambar 2 Pertanaman jeruk di lokasi pengamatan perkembangan hama dan penyakit jeruk. (A) Desa Situsari; (B) Desa Karangsari
Curah hujan (mm)
Menurut BMKG (2016), curah hujan yang dilaporkan terjadi di Kecamatan Wanaraja, Karangpawitan dan sekitarnya mengalami fluktuasi sejak bulan September 2015 hingga Maret 2016 (Gambar 3) (Lampiran 1). 500
431.5
Curah hujan
400
311.5 300
247 194
200 89
100 0
0
Sep-15
Okt-15
0
Nov-15
Des-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Bulan Gambar 3 Curah hujan rata-rata September 2015 hingga Maret 2016 di Kecamatan Wanaraja dan Karangpawitan, Kabupaten Garut
7 Hama dan Musuh Alami pada Tanaman Jeruk Hama pada Tanaman Jeruk Serangga hama yang ditemukan pada tanaman jeruk hasil pengamatan di Desa Situsari dan Karangsari ditunjukkan dalam Gambar 4, yaitu: kutudaun Toxoptera aurantii Boyer (Hemiptera: Aphididae), ulat pengorok daun Phyllocnistis citrella Staint (Lepidoptera: Gracillaridae), kutuloncat jeruk Diaphorina citri Kuwayama (Hemiptera: Psyllidae), kutukebul (Hemiptera: Aleyrodidae), kutuputih (Hemiptera: Pseudococcidae), dan lalat buah (Diptera: Tephritidae). T. aurantii, P. citrella, dan D. citri digolongkan sebagai hama utama karena memiliki luas serangan dan kerapatan populasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan hama lain pada plot pengamatan di kebun jeruk terluas di Desa Situsari dan Karangsari.
A C
B
C
D
E
F
Gambar 4 Hama yang ditemukan pada tanaman jeruk di Desa Situsari dan Karangsari. (A) kutudaun T. aurantii; (B) gejala serangan ulat pengorok daun P. Citrella; (C) kutuloncat jeruk D. citri; (D) koloni kutukebul; (E) kutuputih; (F) lalat buah Kutudaun T. aurantii merupakan hama dengan kerapatan populasi tertinggi di lapangan. Kutudaun ini memiliki ukuran tubuh yaitu 1.12 mm dengan mobilitas yang rendah, tubuh lunak, berwarna hitam, dan berbentuk seperti buah pir. Bagian tanaman jeruk yang terserang umumnya bagian daun muda dengan gejala berupa daun menggulung (Gambar 5A) dan di dalamnya terdapat koloni kutudaun. Kutudaun T. aurantii hidup secara berkoloni (Gambar 5B). Menurut Ditlinhorti (2013a), satu generasi kutudaun ini berlangsung selama 6-8 hari pada suhu 25 oC dan 21 hari pada suhu 15 oC.
8
A
B
Gambar 5 Gejala serangan kutudaun T. aurantii dan keberadaannya: (A) gejala serangan T. aurantii; (B) koloni T. aurantii Pengorok daun P. citrella merupakan hama yang menyerang tanaman jeruk pada bagian daun. Hama ini biasanya disebut sebagai pengorok daun karena gejala yang ditimbulkan berupa korokan pada jaringan daun. Imago P. citrella meletakkan telur pada bagian bawah daun, kemudian telur menetas dalam waktu 2-10 hari, larva kemudian segera masuk ke dalam jaringan daun dan mulai membuat lubang pada daun muda sehingga daun menjadi keriting dan layu (Gambar 6). Larva memiliki empat instar dan perkembangannya berkisar antara 5 hingga 20 hari. Menurut Heppner dan Thomas (2016), pupa terbentuk dibagian tepi daun, dan perkembangannya berkisar 6-22 hari.
Gambar 6 Gejala serangan P. citrella pada bagian daun Kutu loncat jeruk D. citri merupakan salah satu hama utama pada pertanaman jeruk, hama ini memiliki ukuran tubuh sebesar 2.78 mm. Kutuloncat jeruk tertarik pada tunas-tunas muda yang digunakan sebagai tempat untuk meletakan telur (Gambar 7). Gejala serangan hama ini yaitu tunas-tunas muda menjadi keriting dan pertumbuhan menjadi terhambat. Pada kasus serangan parah, bagian tanaman yang terserang biasanya kering secara perlahan, dan kemudian mati. D. citri mampu beregenerasi sebanyak 9-10 kali dalam satu tahun (Ditlinhorti 2013c). Kutuloncat D. citri memiliki tiga stadia hidup yaitu telur, nimfa, dan imago. Telur yang diletakkan oleh imago kutu ini dapat mencapai 800 butir (Kalshoven 1981). Telur menetas menjadi nimfa setelah 2-3 hari. Nimfa yang baru menetas kemudian berkelompok pada jaringan tanaman muda dan mengisap cairan tanaman. Nimfa memiliki pergerakan yang sangat sedikit. Periode nimfa berlangsung selama 12-17 hari dan selama waktu tersebut terjadi lima kali pergantian kulit (Ditlinhorti
9 2013c). D. Citri dewasa aktif melompat dan terbang pendek yang dapat menjauhkan diri ketika terganggu, imago kutu ini dapat ditemukan dengan posisi kepala di atas permukaan daun dan tubuh membentuk sudut 45° dari permukaan daun ketika beristirahat (Hall 2001). D. citri dapat menyebabkan kerugian secara tidak langsung karena mampu menjadi vektor penyebab terjadinya penyakit huanglongbing. Penyakit ini merupakan penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan dan mengurangi produksi buah jeruk (Wijaya et al. 2010).
Gambar 7 Imago D. citri pada tunas muda Kutukebul termasuk kedalam ordo Hemiptera, famili Aleyrodidae. Kutu ini memiliki ukuran tubuh antara 1-1.5 mm, berwarna putih, dan sayapnya ditutupi oleh lapisan lilin yang bertepung. Serangga ini memiliki alat mulut menusuk menghisap dan ditemukan berkelompok pada bagian permukaan bawah daun. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini yaitu imago dan nimfa menghisap cairan daun yang menyebabkan gejala bercak akibat rusaknya sel-sel dan jaringan daun. Dampak sekunder yang ditimbulkan oleh hama ini adalah menghasilkan embun madu yang merupakan media untuk pertumbuhan cendawan jelaga (Ditlinhorti 2013b). Kutuputih merupakan serangga yang termasuk kedalam ordo Hemiptera, famili Pseudococcidae. Imago betina biasanya tidak aktif bergerak dan dapat berkembang biak secara parthenogenesis (tidak kawin). Kutuputih memiliki alat mulut menusuk menghisap. Kutu ini disebut sebagai kutuputih karena seluruh tubuhnya dilapisi oleh lilin berwarna putih. Gejala yang disebabkan oleh serangan hama ini yaitu pertumbuhan tanaman menjadi terhambat serta menimbulkan kerontokan pada buah muda. Kotoran yang dihasilkan oleh hama ini mengandung madu sehingga dapat menyebabkan munculnya cendawan jelaga (Ditlinhorti 2013d). Lalat buah merupakan hama pada tanaman jeruk yang termasuk kedalam ordo Diptera, famili Tephritidae. Gejala yang disebabkan oleh lalat buah yaitu pada stadia larva menyerang bagian buah jeruk sehingga menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan. Hal ini sangat merugikan karena dapat menyebabkan penurunan produksi buah jeruk. Buah yang terserang mudah dikenali dengan adanya perubahan warna kulit di sekitar tanda serangan. Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil dibagian tengah kulitnya (Endarto dan Wuryantini 2016).
10 Musuh Alami pada Tanaman Jeruk Musuh alami merupakan organisme yang dapat membunuh serangga sekaligus menekan populasi serangga. Keberadaan artropoda yang berperan sebagai musuh alami hama tanaman jeruk di lapangan ditemukan berperan sebagai predator. Predator yang banyak ditemukan berasal dari ordo Araneae seperti famili Tetragnathidae (Gambar 8A) dan Oxyopidae Gambar 8B) serta ordo Coleoptera seperti famili Coccinellidae (Gambar 8C).
A
B
C
Gambar 8 Predator yang ditemukan di Desa Situsari dan Karangsari: (A) Ordo Aranae, famili Tetragnathidae; (B) famili Oxyopidae; (C) Ordo Coleoptera, famili Coccinellidae
Luas Serangan dan Kerapatan Populasi Hama Utama Luas serangan rata-rata dan kerapatan populasi kutudaun T. aurantii dan kutu loncat jeruk D. citri pada plot dengan lahan jeruk terluas di Desa Situsari lebih tinggi dibandingkan dengan di Desa Karangsari. Sebaliknya luas serangan ulat pengorok daun P. citrella di Desa Situsari lebih rendah dibandingkan dengan di Desa Karangsari (Tabel 2). Tabel 2 Luas serangan dan kerapatan populasi hama utama Luas serangan Individu/empat Hama Tempat (Desa) (%) ranting Toxoptera aurantii Situsari 78.0 * 40.60 * 24.5 * 7.85 * Karangsari Phyllocnistis citrella
Situsari Karangsari
43.0 * 90.0 *
Diaphorina citri
Situsari Karangsari
12.5 0.5
0.21 0.01
Keterangan: *berbeda nyata dalam uji t dengan taraf 5%
Toxoptera aurantii Boyer (Hemiptera: Aphididae) Serangan kutudaun T. aurantii di Desa Situsari sejak minggu pertama pengamatan pada akhir Oktober 2015 stabil hingga pengamatan akhir Desember yang berkisar antara 80% sampai 92%. Pada pengamatan akhir Januari 2016 luas serangan kutudaun sebesar 52% sekaligus menjadi luas serangan terendah. Luas serangan kutudaun pada perkebunan jeruk di Desa Karangsari mengalami
11 peningkatan sejak pengamatan pertama akhir Oktober 2015 hingga akhir November 2015 yang sekaligus merupakan pengamatan dengan tingkat luas serangan tertinggi yaitu sebesar 48% (Gambar 9A). Hasil uji t menunjukkan bahwa tingkat serangan T. aurantii yang terjadi di Desa Situsari dan Karangsari berbeda nyata pada taraf 5% (Lampiran 2). Populasi kutudaun T. aurantii di Desa Situsari pada pengamatan pertama akhir Oktober 2015 sebesar 63.52 individu/empat ranting. Kemudian populasi menurun pada pengamatan awal November 2015, hal ini dikarenakan pada bulan November terjadi hujan sehingga populasi kutudaun akan menurun karena tersapu oleh air hujan. Populasi kutudaun terendah terjadi pada awal Januari 2016, yaitu sebesar 11.44 individu/empat ranting. Populasi kutudaun di Desa Karangsari pada pengamatan pertama akhir Oktober 2015 didapatkan hasil dengan tingkat populasi terendah yaitu sebesar 0.4 individu/empat ranting. Populasi kutudaun kemudian meningkat pada pengamatan November 2015 dan menurun secara berutur-turut pada akhir Desember 2015 hingga Januari 2016. Populasi kembali meningkat pada pengamatan akhir Januari hingga Februari 2016 (Gambar 9B).
Serangan (%)
100
92 80
92
88
80
76
75 50
A
44 28
25 4
60
56
48
12
32 20 8
Individngu/empat ranting
0 30-31
13-14
27-28
80 O K T 2 0 1 5 N O V 2 0 1 5 N O69.72 V 2015 63.52 60 40
11-12 DES25-26 DES 6-7 JAN 21-22 JAN 5-6 FEB 2015 2015 2015 2016 2016
Situsari
46.52
Karangsari
44.8
B
38 35.24
30.4 20.36 12.84
20 0.4
4.88
2.38
1.4
11.44 0.76
4.96
0 30-31 Okt 13-14 Nov 27-28 Nov 11-12 Des 25-26 Des 6-7 Jan 21-22 Jan 5-6 Feb 2015 2015 2015 2015 2015 2016 2016 2016
Waktu pengamatan Gambar 9 Perkembangan luas serangan dan kerapatan populasi T. aurantii di Desa Situsari dan Karangsari: (A) luas serangan; (B) kerapatan populasi Terjadinya penurunan luas serangan dan populasi kutudaun di Desa Situsari dan Karangsari disebabkan oleh mortalitas (kematian) kutudaun, mulai terbentuknya bakal buah, dan berkurangnya jumlah daun muda. Luas serangan tertinggi T. aurantii terjadi di Desa Situsari dibandingkan dengan Desa Karangsari, hal ini disebabkan oleh umur tanaman jeruk yang masih terbilang sangat muda sehingga produktivitas tanaman dan pertumbuhan tanaman yang terjadi secara cepat bila dibandingkan dengan tanaman di Desa Karangsari. Peningkatan populasi kutudaun dapat disebabkan oleh banyaknya pertunasan muda yang dapat memicu
12 kutudaun untuk berkembang biak. Menurut Hasanah (2010), munculnya bunga pada fase generatif dapat meningkatkan populasi kutudaun. Periode munculnya pertunasan bunga dan daun muda tersebut ketika tanaman mendapatkan pasokan air yang cukup sehingga dapat memecah mata tunas (Yenni et al. 2013). Penurunan populasi kutudaun disebabkan oleh berkurangnya jumlah tunas muda dan bunga yang telah berubah menjadi bakal buah jeruk serta curah hujan yang tinggi dapat menyapu keberadaan koloni kutudaun. Hasil uji t menunjukkan bahwa kerapatan populasi T. aurantii yang terjadi di Desa Situsari dan Karangsari berbeda nyata pada taraf 5% (Lampiran 3). Phyllocnistis citrella Staint (Lepidoptera: Gracillaridae) Serangan pengorok daun P. citrella pada pengamatan akhir Oktober 2015 di Desa Situsari sebesar 40%, kemudian menurun pada pengamatan awal November 2015 menjadi 24% sekaligus menjadi luas serangan terendah yang terjadi di Desa Situsari. Luas serangan pengorok daun meningkat pada pengamatan akhir November dan awal Desember 2015, kemudian menurun pada pengamatan akhir Desember 2015. Peningkatan luas serangan kembali terjadi, puncaknya didapatkan pada pengamatan akhir Januari 2016 sebesar 64%. Luas serangan P. citrella di Desa Karangsari pada pengamatan akhir Oktober 2015 lebih besar dibandingkan Desa Situsari yaitu sebesar 96%, kemudian luas serangan menurun menjadi 80% pada pengamatan awal Desember 2015 sekaligus menjadikan luas serangan terendah yang terjadi di Desa Karangsari (Gambar 10A). Turunnya luas serangan pengorok daun dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sedikitnya telur yang diletakkan oleh imago, berkurangnya jumlah tunas muda yang berpengaruh terhadap jumlah telur yang akan diletakan karena imago akan meletakkan telur pada daun muda dan pola tanam. Pola tanam jeruk yang monokultur cenderung memiliki tingkat serangan yang tinggi dibandingkan dengan tanaman jeruk tumpang sari (Depparaba dan Denny 2005). Hasil uji t menunjukkan bahwa kejadian serangan P. citrella di Desa Situsari dan Karangsari berbeda nyata pada taraf 5% (Lampiran 4). Intensitas serangan pengorok daun jeruk di Desa Situsari dan Karangsari mengalami fluktuasi. Serangan mulai ditemukan sejak pengamaatan pertama sebesar 0.43% kemudian menurun pada pengamatan awal November 2015 sebesar 0.13% dan menjadi intensitas serangan terendah di Desa Situsari. Sedangkan intensitas serangan pengorok daun tertinggi di Desa Situsari terjadi pada pengamatan akhir Januari 2016 yaitu sebesar 0.61%. Intensitas serangan pengorok daun di Desa Karangsari lebih tinggi dibandingkan dengan di Desa Situsari. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh pola pemangkasan daun yang berbeda, kondisi pertanaman jeruk di Desa Karangsari yang terlalu rimbun menyebabkan imago pengorok daun lebih cepat dalam melakukan persebaran dan meletakkan telur dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Intensitas serangan tertinggi di Desa Karangsari terjadi pada pengamatan awal Januari sebesar 1.44% dengan intensitas terendah sebesar 0.99% pada pengamatan awal November dan akhir Desember (Gambar 10B). Hasil uji t menunjukkan bahwa kejadian serangan P. citrella di Desa Situsari dan Karangsari berbeda nyata pada taraf 5% (Lampiran 5).
13
Luas serangan (%)
100
96 88
92
92
96
92 84
80 75
A
64 48
50
60
52
40 24
32
28
25
Situsari
Karangsari
0 30-31
13-14
27-28
11-12
25-26
Intensitas serangan (%)
1.38 1,5 1.5 O K T 2 0 1 5 N O V 2 0 1 5 N O V 2 0 1 5 D E S 2 0 1 5 D E S 2 0 1 5
6 - 71.44 JAN 21-22 5 - 61.42 FEB 2016 JAN 2016 2016
1.19 1.02
1.03
0.99
0.99
1
B 0.5 0,5
0.44
0.43 0.13
0.24
0.61
0.6
21-22 Jan 2016
5-6 Feb 2016
0.41 0.22
0 30-31 Okt 13-14 Nov 27-28 Nov 11-12 Des 25-26 Des 2015 2015 2015 2015 2015
6-7 Jan 2016
Waktu pengamatan Gambar 10 Perkembangan luas serangan dan intensitas serangan P. citrella di Desa Situsari dan Karangsari: (A) luas serangan; (B) intensitas serangan Diaphorina citri Kuwayama (Hemiptera: Psyllidae) Serangan kutuloncat jeruk D. Citri di Desa Situsari terjadi sejak minggu pertama pengamatan yaitu pada akhir Oktober 2015, luas serangan sebesar 44%. Luas serangan tersebut mengalami penurunan secara terus menerus hingga akhir Desember 2015 dan kemudian tidak terjadi serangan hingga awal Februari 2016. Serangan kutuloncat jeruk tidak diterjadi pada pengamatan pertama akhir Oktober 2015 dan awal November 2015 di Desa Karangsari. Serangan baru terjadi pada pengamatan akhir November 2015 sekaligus menjadi luas serangan tertinggi yaitu sebesar 4% (Gambar 11A). Terjadinya peningkatan dan penurunan luas serangan dapat dipengaruhi oleh periode pertunasan daun (Wijaya et al. 2010). Selain itu menurunya luas serangan secara terus menerus disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi dari November 2015 hingga awal Februari 2016 sehingga dapat menghambat persebaran D. citri dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Hasil uji t menunjukkan bahwa kejadian serangan D. citri yang terjadi di Desa Situsari dan Karangsari tidak berbeda nyata pada taraf 5% (Lampiran 5). Hal ini disebabkan keberadaan dari D. citri di kedua desa pada saat pengamatan sedikit ditemukan di lahan pengamatan. Populasi yang terjadi di Desa Situsari menunjukkan grafik yang menurun sejak pengamatan pertama hingga terakhir. Pada pengamatan akhir Oktober 2015
14 populasi kutuloncat jeruk D. citri sebesar 0.84 individu/empat ranting, kemudian menurun secara terus menerus hingga populasi tidak ditemukan pada akhir Desember 2015. Kerapatan populasi D. citri di Desa Karangsari baru ditemukan pada pengamatan akhir November 2015 yaitu sebesar 0.08 individu/empat ranting. Pada pengamatan awal Desember 2015 hingga awal Februari 2016 tidak ditemukan kembali populasi dari D. citri (Gambar 11B). Peningkatan dan penurunan populasi kutuloncat jeruk D. citri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu keberadaan D. citri yang memang sulit untuk ditemukan di lahan karena curah hujan yang cukup tinggi, mobilitas dari kutuloncat yang tinggi apabila merasa terganggu, dan periode pertunasan dari tanaman yang dapat berpengaruh terhadap jumlah populasi. Sedikitnya jumlah populasi yang ditemukan tetap menjadikan D. citri sebagai hama utama, karena keberadaannya menjadi vektor utama dari penyakit huanglongbing. Hasil uji t menunjukkan bahwa kerapatan populasi D. citri yang terjadi di Desa Situsari dan Karangsari tidak berbeda nyata pada taraf 5% (Lampiran 6). Serangan (%)
50
44 28
25
A 0
16 0
4
12 0
0
0
0
0
0
Invidivu/ empat ranting
3 0 - 3 1 O K T1 32-01145 N O V2 72-02185 N O V1 12-01125 D E S2 52 -02165 D E S 62 -071 5J A N 2 01 1- 252 J A N 25 0- 61 6F E B 2 0 1 6
1
0.84
Situsari
Karangsari
0.75 0,75 0.52 0.5 0,5
B
0.25 0,25 0
0
0.16 0.08
0.12 0
0
0
0
0
0 30-31 Okt 13-14 Nov 27-28 Nov 11-12 Des 25-26 Des 6-7 Jan 2015 2015 2015 2015 2015 2016
21-22 Jan 5-6 Feb 2016 2016
Waktu pengamatan Gambar 11 Perkembangan luas serangan dan kerapatan populasi D. citri di Desa Situsari dan Karangsari: (A) luas serangan; (B) kerapatan populasi Penyakit yang Ditemukan pada Tanaman Jeruk Penyakit yang ditemukan pada tanaman jeruk di Desa Situsari dan Karangsari antara lain huanglongbing (bakteri Liberibacter asiaticus), kudis (cendawan Elsinoe fawcettii), embun hitam (cendawan Meliola sp.), embun tepung (cendawan Oidium sp.), dan mati pucuk (cendawan Botryodiplodia theobromae) (Gambar 12). Tingkat keragaman penyakit pada keseluruhan lahan pertanaman jeruk tidak berbeda, namun penyakit embun hitam tidak ditemukan pada pertanaman jeruk di lahan pengamatan Desa Situsari.
15
C
B
A
D
E
Gambar 12 Penyakit yang ditemukan pada tanaman jeruk di Desa Situsasi dan Karangsari: (A) gejala penyakit huanglongbing; (B) kudis; (C) embun hitam; (D) embun tepung; (E) mati pucuk Huanglongbing merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari spesies Liberibacter asiaticus. Gejala yang terjadi dilapangan yaitu ukuran daun dan seluruh bagian tajuk menjadi kecil dengan pertumbuhan tanaman yang sedikit terhambat (Gambar 13A), selain itu warna daun dengan gejala serangan berat dapat berubah menjadi hijau kekuningan serta terjadinya penebalan pada bagian daun. Penyakit huanglongbing dapat ditularkan oleh vektor kutuloncat jeruk D. citri. Menurut Taufik et al. (2010), penularan penyakit dapat terjadi melalui bibit jeruk yang diperbanyak secara grafting maupun dengan mata tempel. Penyakit huanglongbing dapat dideteksi dengan cara melihat gejala secara langsung maupun deteksi dengan menggunakan teknik PCR. Bagian tanaman yang digunakan dalam teknik PCR adalah tulang daun tanaman yang menunjukkan gejala penyakit huanglongbing. Hal tersebut disebabkan patogen penyebab huanglongbing dapat menghambat transportasi nutrisi pada jaringan floem (Rustiani et al. 2015). Berdasarkan hasil amplifikasi DNA patogen yang diperoleh dari hasil ekstraksi PCR menunjukkan bahwa tanaman positif yang terserang L. asiaticus menunjukkan pita DNA pada 703 pb (Gambar 13B). M
A
J1
J2
J3
J4
B
Gambar 13 Gejala penyakit huanglongbing pada tanaman jeruk dan hasil amplifikasi DNA L. asiaticus: (A) gejala penyakit; (B) hasil amplifikasi (M) penanda DNA 1 kbp; (J1-J4) sampel daun jeruk 1-4
16 Kudis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan Elsinoe fawcettii. Patogen ini menyerang bagian daun tanaman pada fase vegetatif dan generatif. Gejala awal yang muncul pada bagian daun yaitu berupa bintik berwarna kekuningan, kemudian mengalami perubahan hingga akhirnya membentuk tonjolan dan mengeras. E. fawcettii dapat tersebar melalui bantuan angin dan alat pertanian, kemudian menular melalui luka yang terdapat pada bagian tanaman, kemudian perkecambahan konidia dapat terjadi secara maksimal pada kondisi dengan kelembapan tinggi. Penyakit kudis dapat berkembang secara optimal pada suhu 2021°C dengan masa inkubasi selama lima hari (EPPO 2004). Embun hitam merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan Meliola sp. Patogen penyebab penyakit ini menyerang bagian daun, dengan gejala berupa lapisan berwarna hitam pekat yang meggerombol dan menempel permukaan atas atau permukaan bawah daun. Cendawan ini bersifat parasit obligat, sehingga hanya dapat hidup pada jaringan tanaman yang hidup. Menurut Old et al. (2000), Meliola sp. termasuk ke dalam kelas Ascomycetes, ordo Meliolales, famili Meliolaceae. Meliola sp. mempunyai hifa dengan tonjolan di kedua sisi dan berfungsi sebagai alat perekat dan absorpsi pada daun atau yang disebut sebagai hifa hipopodia (Gambar 14).
Gambar 14 Tanda patogen cendawan Meliola sp. pada perbesaran 40x10 Embun tepung merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan Oidium sp. Penyakit ini umumnya terjadi pada waktu pertunasan yang ditandai adanya lapisan putih pada bagian atas daun. Hal ini yang menyebabkan dapat terjadinya malformasi pada daun sehingga daun menjadi mengering dan menghambat proses penyerapan cahaya oleh daun. Penyakit ini dapat terjadi apabila ditemukan sumber patogen di sekitar kebun dan terjadi pada musim kemarau yang lembab (Triwiratno 2014). Mati pucuk merupakan penyakit yang disebabkan oleh Botryodiplodia theobromae. Gejala serangan yang ditemukan berupa matinya bagian ranting tanaman jeruk. Menurut Fuadi (2015), penyakit ini ditemukan pada ranting-ranting kecil pada pucuk tanaman, sehingga dapat membuat bagian atas dari ranting tersebut mati.
Kejadian dan Keparahan Penyakit Utama Huanglongbing Penyakit huanglongbing pada tanaman jeruk di Desa Karangsari terlihat sejak pengamatan pertama pada akhir Oktober 2015. Kejadian penyakit meningkat pada
17
Keparahan penyakit (%) Kejadian penyakit (%)
pengamatan selanjutnya hingga pengamatan terakhir sebesar 56%, sedangkan kejadian penyakit di Desa Situsari lebih rendah dibandingkan dengan kejadian penyakit di Desa Karangsari yaitu sebesar 12% sejak pengamatan pertama pada akhir Oktober 2015 hingga Februari 2016 (Gambar 15A). Perbedaan kejadian penyakit ini dapat disebabkan oleh umur tanaman yang berbeda. Umur tanaman jeruk di Desa Karangsari lebih tua dibandingkan Desa Situsari. Hal ini juga yang dapat memungkinkan bahwa kejadian penyakit memang sudah terlebih dahulu terdapat di Desa Karangsari. Berdasarkan hasil pengamatan kejadian penyakit di dua desa tidak menunjukkan hasil yang berfluktuatif hal ini disebabkan masa inkubasi penyakit yang lama, menurut Wijaya et al. (2010), masa inkubasi penyakit yang diinokulasi oleh satu ekor serangga vektor huanglongbing yaitu 45.75 hari. Selain itu, menurut Wahyuningsih (2009), faktor yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kejadian penyakit huanglongbing yaitu tingkat kemampuan vektor pembawa patogen aktif dalam menyebarkan L. asiaticus. Keparahan penyakit huanglongbing di Desa Karangsari mengalami peningkatan sejak awal Oktober 2015 hingga Februari 2016, sedangkan di Desa Situsari, keparahan penyakit mulai mengalami peningkatan sejak awal Desember 2015 hingga Februari 2016 (Gambar 15B). 60
56
56
56
56
56
56
56
12
12
12
12
12
12
12
12
30-31
13-14 NOV 2015
48
40
20
A
0 30 O K T 2 0 1 5
B
27-28 11-12 25-26 6-7 JAN 21-22 5-6 FEB N Situsari OV D E S 2 0 1 5 Karangsari DES 2015 2016 JAN 2016 2016 2015 23,2
20 12.8
13.6
14.4
11.2
13.6
16
2.4
2.4
2.4
2.4
3.2
4
20 10
4
5.6
0 30-31 Okt 13-14 Nov 27-28 Nov 11-12 Des 25-26 Des 6-7 Jan 2015 2015 2015 2015 2015 2016
21-22 Jan 5-6 Feb 2016 2016
Waktu pengamatan Gambar 15 Perkembangan kejadian dan keparahan penyakit huanglongbing di Desa Situsari dan Karangsari: (A) kejadian penyakit; (B) keparahan penyakit Faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan keparahan penyakit huanglongbing diantaranya yaitu curah hujan dan pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman dapat menjadi salah satu faktor peningkatan keparahan penyakit karena patogen L. asiaticus merupakan patogen yang bersifat obligat dan menetap pada jaringan floem tanaman jeruk, sehingga perkembangan dari patogen
18 tersebut mengikuti pertumbuhan tanaman jeruk. Hasil uji t menunjukkan bahwa kejadian penyakit huanglongbing yang terjadi di Desa Situsari dan Karangsari berbeda nyata pada taraf 5% (Lampiran 7), serta keparahan penyakit berbeda nyata di kedua desa tersebut (Lampiran 8). Kudis Kejadian penyakit kudis pada tanaman jeruk di Desa Situsari tertinggi sebesar 88% pada pengamatan awal Februari 2016 dengan kejadian penyakit terendah sebesar 20% pada pengamatan awal November 2015. Kejadian penyakit di Desa Karangsari mengalami fluktuasi sama halnya seperti di Desa Situsari, kejadian penyakit tertinggi yaitu sebesar 76% pada pengamatan akhir Januari 2016 dan terendah sebesar 40% pada pengamatan akhir Oktober 2016 (Gambar 16A). Terjadinya fluktuasi kejadian penyakit di Desa Situsari dan Karangsari disebabkan oleh beberapa faktor yaitu curah hujan yang terjadi di kedua desa tersebut dan umur tanaman yang berbeda. Umur tanaman yang lebih tua di Desa Karangsari dapat menyebabkan ukuran tanaman jeruk lebih besar di Desa Karangsari dibandingkan di Desa Situsari sehingga tanaman yang lebih tua memiliki kanopi tanaman yang lebih besar dibandingkan tanaman yang berumur muda. Selain itu, pemangkasan tanaman dapat berpengaruh terhadap jumlah daun yang terserang sehingga pada saat dilakukannya pengamatan daun-daun yang terserang sudah tidak ditemukan. Kejadian penyakit (%)
100 75
88
A
76
72 64
60
56
68 50
40 28
72
64 64
56
52
44
20
25
Keparahan penyakit (%)
0 3 0 - 3 1 O K T1 32-01145 N O V2 72-02185 N O V1 12-01125 D E S2 52 -02165 D E S 26 0- 71 5J A N 2 01 1- 252 J A N 25 0- 61 6F26.4 EB 2016
30
Situsari
Karangsari
B 20 10
12.8 8 5.6
4
12
14.4 13.6 10.4
12.8 11.2
11.2 8,8
15.2 12.8
16
0 30-31 Okt 13-14 Nov 27-28 Nov 11-12 Des 25-26 Des 6-7 Jan 2015 2015 2015 2015 2015 2016
21-22 Jan 5-6 Feb 2016 2016
Waktu pengamatan Gambar 16 Perkembangan kejadian dan keparahan penyakit kudis di Desa Situsari dan Karangsari: (A) kejadian penyakit; (B) keparahan penyakit Keparahan penyakit kudis tertinggi terjadi di Desa Situsari pada pengamatan awal Februari 2016 sebesar 26.4% dan terendah pada pengamatan awal November 2015 sebesar 4%. Keparahan penyakit di Desa Karangsari pada pengamatan akhir Oktober 2015 sebesar 8% sekaligus menjadi keparahan terendah sedangkan
19 keparahan tertinggi terjadi pada pengamatan Februari 2016 sebesar 16% (Gambar 16B). Penurunan tingkat keparahan penyakit terjadi karena dilakukannya pemangkasan dan penjarangan buah, sedangkan meningkatnya keparahan penyakit disebabkan oleh kelembapan dan curah hujan yang tinggi pada lahan pertanaman jeruk. Hasil uji t menunjukkan bahwa kejadian penyakit kudis yang terjadi di Desa Situsari dan Karangsari tidak berbeda nyata pada taraf 5% (Lampiran 9), serta keparahan penyakit tidak berbeda nyata di kedua desa tersebut (Lampiran 10). Embun hitam Penyakit embun hitam pada pertanaman jeruk di Desa Karangsari tidak ditemukan pada pengamatan pertama akhir Oktober 2015. Kejadian penyakit tertinggi terjadi pada pengamatan awal Desember 2015 sebesar 88%, kemudian menurun hingga 60% pada pengamatan awal Januari 2016 sekaligus menjadi persentasi kejadian penyakit terendah. Kejadian penyakit kembali meningkat dan stabil pada pengamatan akhir Januari 2016 hingga Februari 2016 sebesar 88% (Gambar 17A). Kejadian penyakit tidak ditemukan pada lahan pengamatan Desa Situsari, hal ini di duga karena infestasi cendawan Meliola sp. yang tidak terdapat di lahan pertanaman jeruk, selain itu sanitasi yang baik dapat menjadi alas mengapa embun hitam tidak ditemukan dilahan pertanaman jeruk Desa Situsari. Tingkat keparahan penyakit embun hitam di Desa Karangsari mengalami peningkatan sejak pengamatan awal November 2015 hingga Februari 2016. Puncak dari keparahan penyakit terjadi pada pengamatan awal Februari 2016 sebesar 23.2%, sedangkan keparahan penyakit embun hitam terendah terjadi pada pengamatan awal November 2015 sebesar 9.6% (Gambar 17B). 88
Kejadian penyakit (%)
100 72 75
88
88
0
0
72 60
A 48
50 25 0
0
0
0
0
0
0
Keparahan penyakit (%)
3 0 - 3 1 O K T1 32-01145N O V 2 72- 02 18 5N O V1 12-01125 D E S2 52-02165 D E S 62 -071 5J A N 2 10 -1252 J A N 52 -061 6F E B 2 0 1 6
30 20
23.2 20
17.6
B
14.4
14.4
9.6
Situsari
10 0
0
16
0
0
0
0
Karangsari 0
0
0 30-31 Okt 13-14 Nov 27-28 Nov 11-12 Des 25-26 Des 6-7 Jan 21-22 Jan 5-6 Feb 2015 2015 2015 2015 2015 2016 2016 2016
Waktu pengamatan Gambar 17 Perkembangan kejadian dan keparahan penyakit embun hitam di Desa Situsari dan Karangsari: (A) kejadian penyakit; (B) keparahan penyakit
20 Faktor yang menyebabkan naik dan turunnya tingkat keparahan dan kejadian penyakit yaitu disebabkan oleh intensitas curah hujan yang cukup tinggi, pemangkasan daun, kelembapan udara dan sumber inokulum sebelumnya. Hal yang menyebabkan tidak ditemukannya penyakit embun hitam di Desa Situsari yaitu jarak tanaman jeruk yang cukup lebar dibandingkan dengan jarak di kebun jeruk Desa Karangsari, selain itu umur tanaman yang masih muda menyebabkan jumlah daun dan ukuran tanaman yang masih kecil sehingga membuat tingkat kelembapan tidak terlalu tinggi. Hasil uji t menunjukkan bahwa kejadian penyakit kudis daunyang terjadi di Desa Situsari dan Karangsari berbeda nyata pada taraf 5% (Lampiran 11), serta keparahan penyakit berbeda nyata di kedua desa tersebut (Lampiran 12).
21
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama yang ditemukan di Desa Situsari dan Karangsari adalah Toxoptera aurantii Boyer, Phyllocnistis citrella Staint, Diaphorina citri Kuwayama, kutukebul, kutuputih, dan lalat buah. Musuh alami yang terdapat di lahan pengamatan adalah dari ordo Araneae seperti famili Tetragnathidae dan Oxyopidae serta ordo Coleoptera seperti famili Coccinellidae. Sebanyak tiga hama utama yang terdapat di kebun jeruk Desa Situsari dan Karangsari adalah T. aurantii, P. citrella, dan D. citri. Luas serangan dan kerapatan populasi T. aurantii dan D. citri pada Desa Situsari lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Karangsari, sebaliknya luas serangan P. citrella lebih tinggi pada Desa Karangsari dibandingkan dengan Desa Situsari. Jenis penyakit yang ditemukan di kedua desa adalah penyakit huanglongbing, penyakit kudis, penyakit embun hitam, penyakit embun jelaga, dan penyakit mati pucuk. Sedangkan yang termasuk ke dalam penyakit utama yaitu penyakit huanglongbing (bakteri Liberibacter asiaticus), penyakit kudis (cendawan Elsinoe fawcettii), dan penyakit embun hitam (cendawan Meliola sp.). Kejadian dan keparahan penyakit huanglongbing tertinggi terjadi di Desa Karangsari, sedangkan penyakit kudis hampir tidak berbeda di Desa Situsari dan Karangsari. Penyakit embun hitam tidak ditemukan di lahan pengamatan Desa Situsari.
Saran Penelitian mengenai jenis hama dan penyakit tanaman jeruk perlu dilakukan di daerah dengan dataran lebih tinggi dari lahan jeruk yang berada di Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
22
DAFTAR PUSTAKA Barnett H, Hunter BB. 1999. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Ed ke-4. St. Paul (US): APS Press. Blackman RI, VF Eastop. 2000. Aphids on the World’s Crops, An Identification and Information Guide. 2nd ed. London (GB): J Wiley & Sons. [BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2016. Data curah hujan Juli 2015-Maret 2016 BPP Wanaraja Garut. Bogor (ID): BMKG Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor. Borror DJ, Johnson NF, Triplehorn CA. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Intoduction to the Study of Insects. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produktivitas buah jeruk nasional [internet]. [diunduh 2015 Nov 23]. Tersedia pada: https://www.bps.go.id/site/resultTab. Dellaporta SL, Wood J, Hicks JB. 1983. A Plant DNA miniprepration: version II. Plant Molecul Biology Report1940: 19-21. Depparaba F, Denny M. 2005. Populasi dan serangan penggerek daun (Phyllocnistis citrella Staint) pada tanaman jeruk dan alternatif pengendaliannya. JPPTP. 8(1): 88-93. [Distantph Kab. Garut] Dinas Tanaman Pangan dan Hortikulura Kabupaten Garut. 2009. Profil jeruk garut di Kabupaten Garut. Garut (ID): Distantph. [Ditlinhorti] Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2013a. Kutu daun. Jakarta (ID): Ditlinhorti. [Ditlinhorti] Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2013b. Kutu kebul. Jakarta (ID): Ditlinhorti. [Ditlinhorti] Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2013c. Kutu loncat. Jakarta (ID): Ditlinhorti. [Ditlinhorti] Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2013d. Kutu putih. Jakarta (ID): Ditlinhorti. Endarto O, Wuryantini S. 2016. Serangan lalat buah pada jeruk [internet]. Malang (ID): Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika: [diunduh 2016 Sep 13]. Tersedia pada: http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/ seranganlalat-buah-pada-jeruk/ [EPPO] European and Mediterranean Plant Protection Organization. 2004. Data Sheets on Quarantine Pests Elsinoe fawcettii and Elsinoe australis [internet]. [diunduh 2016 Agustus 19]. Tersedia pada: https://www.eppo.int/ QUARANTINE/ data_sheets/ fungi/ ELSISP_ds.pdf Fuadi RZ. 2015. Intensitas penyakit penting, deteksi, huanglongbing dan pengaruh aplikasi PGPR pada tanaman jeruk di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hall DG. 2008. Biology, history, and world status of Diaphorina citri [internet]. [diunduh 2016 Agu 19]. Tersedia pada: http://www.ars.usda.gov/ SP2Use rFiles/person /35403/ Hall Diaphorina biology history world status 2008. pdf Hasanah HA. 2010. Perkembangan populasi kutu daun Rhopalosiphum maidis Fitch (Hemiptera: Aphididae) dan musuh alaminya pada tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
23 Heppner JB, Rhomas RF. 2016. Citrus leafminer, Phyllocnistis citrella Stainton (Insecta: Lepidoptera: Phyllocnistinae) [internet]. [diunduh 2016 Agu 19]. Tersedia pada: https://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/IN/IN16500.pdf. Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassengin Indonesie. Old KM, See LS, Sharma JK, Yuan ZQ. 2000. A Manual of Diseases of Tropical Acacias in Australia, South-East Asia and India. Jakarta (ID): Center for International Forestry Research. Reinhold CLD. 2001. Forest Spiders of South East Asia. Leiden (NLD): Brill. Rustiani US, Ariningsih SE, Nurjanah, Andi P, Nurmaida. 2015. Deteksi bakteri penyebab CVPD pada jeruk menggunakan DNA asal tulang daun. J Fitopatol Indones. 11(3): 79-84. Doi 10.14692/jfi.11.3.79. Ruangwong O, Akarapisan A. 2006. Detection of candidatus Liberibacter asiaticus causing citrus huanglongbing disease. J AgriTech. 2(1): 111-120. Taufik M, Khaeruni A, Pakki T, Giyanto. 2010. Deteksi keberadaan Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) di Sulawesi Tenggara. J HPT Trop. 10(1): 73-79. Triwiratno A. 2014. Penyakit embun tepung (Oidium tingitanium Carter) [internet]. Malang (ID): Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika; [diunduh 2016 Sep 13]. Tersedia pada: http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/ penyakit-embun-tepung-oidium-tingitanium-carter/. Wahyuningsih E. 2009. CVPD pada jeruk (Citrus spp) dan upaya pengendaliannya. Vis Vitalis. 2(2): 65-73. Warda. 2005. Hama dan penyakit tanaman jeruk siem di Luwu Utara. Di dalam: Warda, editor. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI Komda Sul-Sel; 2005; Luwu Utara. Makassar (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Hlm 146-150. Wariyah C. 2010. Vitamin C retention and acceptablity of orange (Citrus nobilis Var. microcarpa) juice during storage in refrigerator. J AgriSains. 1(1): 5055. Wijaya IN, Adiartayasa W, Sritamin M, Yuliandhi KA. 2010. Dinamika populasi Diaphorina citri Kuwayama (Homoptera: Psyllidae) dan deteksi CVPD dengan teknik PCR. J Entomol Indones. 7(2): 78-87. Yenni A, Supriyanto, Endarto O. 2013. Periode pertunasan, pembungaan, dan pembuahan jeruk keprok batu 55. Di dalam: Kartika et al., editor. Membangun Sistem Baru Agribisnis Hortikultura Indonesia pada Era Pasar Global. Prosiding Seminar Ilmiah Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI). 2013 Okt 9; Bogor. Bogor (ID): PERHORTI. hlm 188-194.
24
25
LAMPIRAN
26
26
Lampiran 1 Data curah hujan BPP Wanaraja, Kabupaten Garut BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR WILAYAH II STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR BMKG ALAMAT
TELP. (0251) 8621976 FAX. (0251) 8623018
: JALAN RAYA DARMAGA KM 6.5 KOTAK POS 174 BOGOR 16001
Email :
[email protected]
DATA CURAH HUJAN JUL 2015 - MAR 2016 POS HUJAN
: BPP WANARAJA GARUT
TAHUN
JAN
PEB
MAR
2015 2016
194/27
311.5/25
431.5/28
Keterangan :
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOV
DES
-
-
-
-
89/17
247/21
tanda " - " tidak ada hujan Curah hujan diukurdalam mm Satuan curah hujan (mm) (-) Tidak ada hujan Bogor, 20 April 2016 Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor
Hadi Saputra, S.Si, M.Si NIP. 198005252000031001
27 Lampiran 2 Uji t perbedaan luas serangan T. aurantii di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F .600 Equality of Variances Sig. .450 t 7.100 7.100 df 14.000 13.580 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .000 .000 Means Mean Difference 53.500 53.500 Std. Error Diference 7.540 7.540 Sig. (2-tired) < 0.05 sehingga dinyatakan berbeda nyata Lampiran 3 Uji t perbedaan kerapatan populasi T. aurantii di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F 2.380 Equality of Variances Sig. .150 t 3.992 3.992 df 14.000 11.334 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .001 .002 Means Mean Difference 32.742 32.742 Std. Error Diference 8.201 8.201 Sig. (2-tired) < 0.05 sehingga dinyatakan berbeda nyata Lampiran 4 Uji t perbedaan luas serangan P. citrella di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F 13.397 Equality of Variances Sig. .003 t -8.253 -8.253 df 14.000 8.932 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .000 .000 Means Mean Difference -47.000 -47.000 Std. Error Diference 5.695 5.695 Sig. (2-tired) < 0.05 sehingga dinyatakan berbeda nyata
28 Lampiran 5 Uji t perbedaan intensitas serangan P. citrella di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F .659 Equality of Variances Sig. .430 t -8.429 -8.429 df 14.000 13.734 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .000 .000 Means Mean Difference -.798 -.798 Std. Error Diference .095 .095 Sig. (2-tired) < 0.05 sehingga dinyatakan berbeda nyata Lampiran 6 Uji t perbedaan luas serangan D. citri di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F 12.827 Equality of Variances Sig. .003 t 2.069 2.069 df 14.000 7.105 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .058 .077 Means Mean Difference 12.000 12.000 Std. Error Diference 5.800 5.800 Sig. (2-tired) > 0.05 sehingga dinyatakan tidak berbeda nyata Lampiran 7 Uji t perbedaan kerapatan populasi D. citri di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F 11.698 Equality of Variances Sig. .004 t 1.763 1.763 df 14.000 7.115 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) 0.100 .121 Means Mean Difference .195 .195 Std. Error Diference .111 .111 Sig. (2-tired) > 0.05 sehingga dinyatakan tidak berbeda nyata
29 Lampiran 8 Uji t perbedaan kejadian penyakit huanglongbing di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F 5.444 Equality of Variances Sig. .035 t -43.000 -43.000 df 14.000 7.000 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .000 .000 Means Mean Difference -43.000 -43.000 Std. Error Diference 1.000 1.000 Sig. (2-tired) < 0.05 sehingga dinyatakan berbeda nyata Lampiran 9 Uji t perbedaan keparahan penyakit huanglongbing di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F 6.670 Equality of Variances Sig. .022 t -8.285 -8.285 df 14.000 8.162 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .000 .000 Means Mean Difference -12.300 -12.300 Std. Error Diference 1.485 1.485 Sig. (2-tired) < 0.05 sehingga dinyatakan berbeda nyata Lampiran 10 Uji t perbedaan kejadian penyakit kudis di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F 4.131 Equality of Variances Sig. .062 t .861 .861 df 14.000 7.099 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .404 .417 Means Mean Difference 42.500 42.500 Std. Error Diference 49.373 49.373 Sig. (2-tired) > 0.05 sehingga dinyatakan tidak berbeda nyata
30 Lampiran 11 Uji t perbedaan keparahan penyakit kudis di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F 1.945 Equality of Variances Sig. .185 t -.231 -.231 df 14.000 8.968 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .820 .822 Means Mean Difference -.600 -.600 Std. Error Diference 2.594 2.594 Sig. (2-tired) > 0.05 sehingga dinyatakan tidak berbeda nyata Lampiran 12 Uji t perbedaan kejadian penyakit embun hitam di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F 9.968 Equality of Variances Sig. .007 t -6.119 -6.119 df 14.000 7.000 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .000 .000 Means Mean Difference -64.500 -64.500 Std. Error Diference 10.541 10.541 Sig. (2-tired) < 0.05 sehingga dinyatakan berbeda nyata Lampiran 13 Uji t perbedaan keparahan penyakit embun hitam di Desa Situsari dan Karangsari Nilai Equal Equal variances variances not assumed assumed Levene’s Tes for F 7.695 Equality of Variances Sig. .015 t -5.744 -5.744 df 14.000 7.000 t-test for Equaliity of Sig. (2-tailed) .000 .001 Means Mean Difference -14.400 -14.400 Std. Error Diference 2.507 2.507 Sig. (2-tired) < 0.05 sehingga dinyatakan berbeda nyata
31
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pangkal Pinang, Bangka Belitung pada tanggal 9 Juni 1995 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Nandang Kusdiana dan Ibu Ika Kartika S.pd. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 3 Garut pada tahun 2012 dan penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan pada tahun yang sama. Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan diantaranya sebagai ketua divisi Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Garut (2014), Wakil ketua Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman IPB (2014), Anggota BEM Faperta IPB (2015), Ketua divisi Entomopreneur Entomology Club IPB (2015), relawan Desa Creative Village (2013-2016), Unit Kegiatan Mahasiswa Sepakbola IPB (2012-2016). Penulis juga berkesempatan menjadi asisten Praktikum mata kuliah Manajemen Vertebrata Hama (2015). Selain itu, penulis pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field (IGTF) Di Desa Wangkelang, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan pada tahun 2014 dan Kuliah Kerja Nyata berbasis Profesi (KKN-P) di Desa Kajenengan, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal pada tahun 2015. Selain mengikuti kegiatan kampus, penulis aktif mengikuti kepanitiaan diantaranya yaitu Panitia Olimpiade Asrama TPB IPB (2013), Dormitory Fair (2013), National Plant Protection Event (NPV) (2014), Masa Perkenalan Fakultas Pertanian (MPF A) Saung Tani (2014), Masa Perkenalan Depatemen (MPD) Poepa (2014), Turun Lapang Proteksi Tanaman (2014), Domba cup (2014), Seri A-Action (2015), Festival Perlindungan Tanaman (FPTN) (2015), Pelepasan Wisuda Departemen Proteksi Tanaman (2013-2015), dan lain-lain. Selama kuliah, peulis merupakan penerima beasiswa Mitsubishi Corporation pada tahun 2014 dan beasiswa PPA-BBM Dikti 2015-2016. Penulis juga pernah mengikuti PKM-K dan didanai pada tahun 2014 serta menjadi finalis dan mendapatkan Best Prototype team pada Pekan Riset dan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-6 (PRISMA 6) di Malang pada tahun 2016.