HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA Oleh : Dr. Urip Santoso, S.H, MH.1
Abstrak Rumah bagi pemiliknya di samping berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, juga berfungsi sebagai aset bagi pemiliknya. Rumah sebagai aset, maka rumah mempunyai nilai ekonomis sehingga dapat dinilai dengan uang. Oleh karena rumah mempunyai nilai ekonomis, maka rumah dapat dijadikan jaminan utang oleh pemiliknya. Rumah yang dapat dijadikan jaminan utang adalah rumah yang sifatnya dimiliki. Hak milik atas rumah tanpa tanah dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Fidusia. Dokumen yang diserahkan sebagai jaminan Fidusia adalah surat tanda bukti pemilikan rumah. Jaminan Fidusia dibuktikan dengan Akta Pembebanan Fidusia yang dibuat oleh Notaris. Lahirnya Jaminan Fidusia adalah sejak Akta Pembebanan Fidusia didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia. Sebagai tanda bukti Jaminan Fidusia diterbitkan Sertipikat Fidusia oleh Kantor Pendaftaran Fidusia. Kata kunci : Hak milik, rumah, fidusia, akta, sertipikat
Pendahuluan
Pengertian rumah disebutkan dalam Pasal 1 angka 7 Undang-undang No. 1 Tahun 2011, yaitu bangunan
Pada mulanya, ketentuan tentang perumahan diatur
gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
dalam Undang-undang No. 41 Tahun 1964 tentang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor
dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
6 Tahun 1962 tentang Pokok-pokok Perumahan
Rumah yang ditempati atau dihuni diharapkan tidak
(Lembaran Negara Tahun 1962 No. 40, Tambahan
sekedar rumah, tetapi rumah yang layak huni dalam
lembaran Negara Republik Indonesia No. 2476) menjadi
lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1964 No. 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.
Pasal 21 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 2011
2611). Undang-undang No. 41 Tahun 1964 dinyatakan
menetapkan jenis rumah dibedakan berdasarkan pelaku
tidak berlaku lagi oleh Undang-undang No. 4 Tahun
pembangunan dan penghunian yang meliputi:
1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran
a. Rumah komersial
Negara Tahun 1992 No. 23, Tambahan Lembaran Negara
Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan
Republik Indonesia No. 3469). Undang-undang No. 4
dengan tujuan mendapatkan keuntungan sesuai
Tahun 1992 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi
kebutuhan masyarakat.
oleh Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang
b. Rumah umum
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara
Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan
Tahun 2011 No. 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat
Indonesia No. 5188).
berpenghasilan rendah. Rumah umum dapat mendapatkan bantuan dan
1
Dosen Hukum Agraria dan Hukum Perumahan Pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga
kemudahan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
55
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
c. Rumah swadaya
fungsional, baik dalam arah horizontal atau vertikal,
Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas
dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing
prakarsa dan upaya masyarakat.
dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama
Rumah swadaya diselenggarakan atas prakarsa dan
untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian
upaya masyarakat, baik secara sendiri maupun
bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
berkelompok. Rumah swadaya dapat memperoleh bantuan dan
Pasal 43 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 2011
kemudahan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah
menetapkan bahwa pembangunan rumah tunggal, rumah
Daerah.
deret, dan/atau rumah susun dapat di atas tanah:
d. Rumah khusus
a. Hak Milik
Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan
Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat, dan
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan khusus.
terpenuh, yang dapat dipunyai orang atas tanah
Yang dimaksud dengan “kebutuhan khusus”, antara
dengan mengingat ketentuan Pasal 6 Undang-undang
lain adalah kebutuhan untuk perumahan transmigrasi,
No. 5 Tahun 1960 atau Undang-undang Pokok Agraria
permukiman kembali korban bencana alam, dan rumah sosial untuk menampung orang lansia, masyarakat
(UUPA). b. Hak Guna Bangunan, baik di atas tanah negara
miskin, yatim piatu, dan anak terlantar, serta termasuk
maupun di atas tanah Hak Pengelolaan
juga untuk pembangunan rumah yang lokasinya
Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan
terpencar dan rumah di wilayah perbatasan wilayah
dan mempunyai bangunan atas tanah yang bukan
negara. Rumah khusus disediakan oleh Pemerintah
miliknya, dengan jangka waktu paling lama 30 (tiga
dan/atau Pemerintah Daerah.
puluh) tahun, dapat diperpanjang untuk jangka waktu
e. Rumah negara
paling lama 20 (duapuluh) tahun, dan diperbaharui
Rumah negara adalah rumah yang dimiliki negara
haknya untuk jangka waktu paling lama 30 (tigapuluh)
dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
tahun.
dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang
c. Hak Pakai atas tanah negara
pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
Hak Pakai adalah hak untuk mempergunakan dan/atau
Rumah negara disediakan oleh Pemerintah dan/atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung
Pemerintah Daerah.
oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam
Pasal 22 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun 2011
keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
menetapkan bentuk rumah, yaitu:
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
a. Rumah tunggal
tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau
Rumah tunggal adalah rumah yang mempunyai
perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak
kaveling sendiri dan salah satu dinding bangunan
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan Undang-
tidak dibangun tepat pada batas kaveling.
undang No. 5 Tahun 1960.
b. Rumah deret Rumah deret adalah beberapa rumah yang satu atau
Rumah berfungsi sebagai aset (kekayaan) bagi pemiliknya,
lebih dari sisi bangunan menyatu dengan sisi satu
artinya rumah tersebut mempunyai nilai ekonomis bagi
atau lebih bangunan lain atau rumah lain, tetapi
pemiliknya. Hak yang dimiliki pemilik rumah terhadap
masing-masing mempunyai kaveling sendiri.
rumahnya, adalah:
c. Rumah susun Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
56
a. Menempati atau menggunakan rumah sesuai dengan fungsinya; b. Memberikan hak kepada orang lain untuk menghuni rumahnya dengan cara bukan sewa menyewa;
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
c. Menyewakan rumahnya kepada orang lain;
Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, dan Jaminan
d. Menjual rumahnya kepada orang lain;
Fidusia apabila yang dijadikan jaminan utang adalah
e. Menghibahkan rumahnya kepada orang lain;
rumah tidak beserta tanahnya, yang diatur dalam Undang-
f. Menukarkan rumahnya dengan rumah milik orang
Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
lain; g. Melelang rumahnya dalam kaitannya dengan pelunasan utang;
Permasalahan yang hendak dikaji dalam tulisan ini adalah pengaturan hak milik atas rumah sebagai jaminan Fidusia
h. Menjaminkan rumahnya ke dalam utang piutang;
dan mekanisme pembebanan hak milik atas rumah
i. Mewariskan rumahnya kepada ahli warisnya.
sebagai jaminan Fidusia.
Rumah sebagai aset (kekayaan) bagi pemiliknya dan
Pembahasan
mempunyai nilai ekonomis dapat dijadikan jaminan utang oleh pemiliknya. Utang dengan jaminan rumah dapat
1. Pengaturan Jaminan Fidusia Atas Rumah
dijadikan bagi pemiliknya untuk mengembangkan usaha
Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
(bisnis) atau keperluan lainnya.
dan Kawasan Permukiman tidak mengatur hak milik atas rumah sebagai Jaminan Fidusia. Berdasarkan
Bentuk rumah yang dapat dijadikan jaminan utang
ketentuan Pasal 1 angka 7 Undang-undang No. 1
adalah rumah tunggal, rumah deret, dan rumah susun.
Tahun 2011, rumah sebagai aset bagi pemiliknya yaitu
Tidak setiap jenis rumah dapat dijadikan jaminan utang.
rumah mempunyai nilai ekonomis bagi pemiliknya
Jenis rumah yang dapat dijadikan jaminan utang adalah
sehingga dapat dijadikan jaminan utang dengan
rumah komersial, rumah swadaya, dan rumah umum,
dibebani Jaminan Fidusia.
sedangkan jenis rumah yang tidak dapat dijadikan jaminan utang adalah rumah khusus dan rumah negara.
Pertama kali diatur, bahwa rumah susun dan hak
Rumah komersial, rumah swadaya, dan rumah umum
milik atas satuan rumah susun dapat dijadikan jaminan
dapat dijadikan jaminan utang sebab rumah tersebut
utang dengan dibebani Jaminan Fidusia adalah Pasal
dapat diperjualbelikan oleh pemilik rumah kepada orang
12 Undang-undang No. 16 Tahun 1985 tentang
lain. Rumah khusus tidak dapat dijadikan jaminan utang
Rumah Susun, yaitu:
sebab rumah tersebut dibangun dalam rangka memenuhi
(1) Rumah susun berikut tanah tempat bangunan itu
kebutuhan untuk transmigrasi, permukiman kembali
berdiri serta benda lainnya yang merupakan satu
korban bencana alam, dan rumah sosial untuk
kesatuan dengan tanah tersebut dapat dijadikan
menampung orang lansia, masyarakat miskin, yatim
jaminan utang dengan :
piatu, dan anak terlantar, serta termasuk juga untuk
a. dibebani hipotik, jika tanahnya tanah Hak Milik
pembangunan rumah yang lokasinya terpencar dan lokasinya dan rumah di wilayah perbatasan negara. Demikian pula, rumah negara juga tidak dapat dijadikan
atau Hak Guna Bangunan; b. dibebani fidusia, jika tanahnya tanah Hak Pakai atas tanah negara.
jaminan utang sebab rumah negara sifatnya bukan untuk
(2) Hipotik atau fidusia dapat juga dibebankan atas
dimiliki, akan tetapi hanya dihuni oleh pegawai negeri
tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan/atau pejabat negara atau pejabat Pemerintah.
beserta rumah yang akan dibangun sebagai jaminan pelunasan kredit yang dimaksudkan untuk
Lembaga jaminan yang mewadahi hak milik atas rumah
membiayai pelaksanaan pembangunan rumah
sebagai jaminan utang adalah Hak Tanggungan apabila
susun yang telah direncanakan di atas tanah yang
yang dijadikan jaminan utang adalah rumah beserta hak
bersangkutan dan yang pemberian kreditnya
atas tanahnya, yang diatur dalam Undang-Undang No.
dilakukan secara bertahap sesuai dengan
4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta
pelaksanaan pembangunan rumah susun tersebut.
57
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
Pembebanan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
b. pembebanan hipotek atas rumah beserta tanah
diatur dalam Pasal 13 Undang-undang No. 16 Tahun
yang haknya dimiliki oleh pihak yang sama
1985, yaitu: “Dengan tidak mengurangi ketentuan
dilakukan dengan akta Pejabat Pembuat Akta
Pasal 12, Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
Tanah sesuai dengan peraturan perundang-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) dapat
undangan yang berlaku.
dijadikan jaminan utang dengan: a. dibebani hipotik, jika tanahnya tanah Hak Milik
Penjelasan Pasal 15 ayat (1) Undang-undang No. 4
atau Hak Guna Bangunan;
Tahun 1992 menyatakan bahwa pemilikan rumah
b. dibebani fidusia, jika tanahnya tanah Hak Pakai
oleh bukan pemilik hak atas tanah, dengan persetujuan
atas tanah negara.
tertulis pemilik hak atas tanah, dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani fidusia. Pemilikan rumah oleh
Berdasarkan ketentuan Pasal 12 dan Pasal 13 Undang-
pemilik hak atas tanah, rumahnya dapat dijadikan
undang No. 16 Tahun 1985 dapat dijelaskan bahwa:
jaminan utang dengan dibebani fidusia. Pemilikan
a. rumah susun dan hak milik atas satuan rumah
rumah oleh pemilik hak atas tanah, rumah beserta
susun dapat dibebani hipotik jika tanahnya Hak
tanahnya dapat dijadikan jaminan utang dengan
Milik atau Hak Guna Bangunan;
dibebani hipotek.
b. rumah susun dan hak milik atas satuan rumah susun dapat dibebani fidusia jika tanahnya Hak
Undang-undang No. 16 Tahun 1985, Undang-undang
Pakai atas tanah negara.
No. 4 Tahun 1992, dan Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 mengatur bahwa rumah susun, hak milik
Undang-undang No. 16 Tahun 1985 dilaksanakan
atas satuan rumah susun, dan rumah dapat dijadikan
oleh Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang
jaminan utang dengan dibebani fidusia, tetapi tidak
Rumah Susun. Pembebanan rumah susun atau hak
memberikan pengertian tentang fidusia dan tidak
milik atas satuan rumah susun dengan dibebani hipotik
mengatur tata cara (prosedur) pembebanan fidusia.
atau fidusia diatur dalam Pasal 43 nya, yaitu: “Dalam hal terjadi pembebanan atas rumah susun, pendaftaran
7 (tujuh) tahun setelah berlakunya Undang-undang
hipotik atau fidusia yang bersangkutan dilakukan
No. 4 Tahun 1992 diundangkan Undang-undang No.
dengan menyampaikan:
42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, tanggal 30
a. sertipikat hak milik atas satuan rumah susun yang
September 1999. Fidusia merupakan istilah yang
bersangkutan;
sudah lama dikenal di Indonesia, namun Undang-
b. akta pembebanan hipotik atau fidusia;
undang yang mengatur tentang fidusia baru ada
c. surat-surat lainnya yang diperlukan untuk
tahun 1999 dengan Undang-undang No. 42 Tahun
pembebanan.
1999. Fidusia menurut Munir Fuady, juga disebut dengan istilah “Penyerahan Hak Milik Dengan
Pasal 15 Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang
Kepercayaan”. Dalam terminologi Belandanya disebut
Perumahan dan Permukiman mengatur hak milik atas
dengan istilah lengkapnya Fiduciare Eigendom
rumah dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani
Overdracht, sedangkan dalam Bahasa Inggrisnya
Fidusia, yaitu :
disebut dengan istilah lengkapnya Fiduciary Transfer
(1) Pemilikan rumah dapat dijadikan jaminan utang.
of Ownership.2
(2) a. pembebanan fidusia atas rumah dilakukan dengan akta otentik yang dibuat oleh notaris sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
58
2
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Cet. III, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, h. 151.
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 42
pemilik tanah. Objek Jaminan Fidusia adalah rumah
Tahun 1999, yang dimaksud fidusia adalah hak
saja tanpa hak atas tanah. Dari aspek hak atas tanah
kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
yang di atasnya berdiri bangunan rumah dapat
dengan ketentuan bahwa benda yang hak
dijelaskan:
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
a. Rumah yang berdiri di atas tanah haknya
penguasaan pemilik benda. Selanjutnya, dalam Pasal
sendiri
1 angka 2 nya dinyatakan bahwa jaminan fidusia
Rumah yang berdiri di atas tanah haknya sendiri,
adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
yaitu rumah tersebut berdiri di atas tanah berstatus
berwujud maupun yang tidak berwujud dan tidak
Hak Milik, Hak Guna Bangunan, atau Hak Pakai.
bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat
b. Rumah yang berdiri di atas tanah Hak Milik
dibebani Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud
orang lain
dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Rumah yang berdiri di atas tanah Hak Milik orang
Hak Tanggungan yang telah berada dalam penguasaan
lain, yaitu rumah tersebut berdiri di atas tanah
Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan
berstatus Hak Guna Bangunan atas tanah Hak
utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
Milik, Hak Pakai atas tanah Hak Milik, atau Hak
diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor
Sewa Untuk Bangunan.
lainnya. Syarat rumah tidak beserta tanah, baik yang berdiri Dari ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.
di atas tanahnya sendiri atau berdiri di atas tanah Hak
42 Tahun 1999 dapat diketahui bahwa objek Jaminan
Milik orang lain yang menjadi objek Jaminan Fidusia
Fidusia, adalah :
adalah rumah yang sifatnya dimiliki bukan rumah
a. Benda bergerak, meliputi :
sewa. Jenis rumah yang dapat dijadikan objek Jaminan
1. benda bergerak berwujud;
Fidusia adalah rumah komersial, rumah swadaya, dan
2. benda bergerak tidak berwujud.
rumah umum, sedangkan rumah khusus dan rumah
b. Benda tidak bergerak khususnya bangunan yang
negara tidak dapat menjadi objek Jaminan Fidusia.
tidak dibebani dengan Hak Tanggungan. Pemilikan rumah yang berdiri di atas tanah Hak Milik Bangunan termasuk rumah yang menjadi objek
orang lain, yang pembangunan rumahnya atas
Jaminan Fidusia disebutkan dalam Penjelasan Pasal
persetujuan dari pemilik tanah merupakan penerapan
15 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1992, yaitu:
asas pemisahan horizontal (horizontale scheiding
a. Pemilikan rumah oleh bukan pemilik hak atas
beginsel). Menurut Djuhaendah Hasan, dinyatakan
tanah, dengan persetujuan dengan tertulis pemilik
bahwa dalam asas pemisahan horizontal, pemilikan
hak atas tanah dapat dijadikan jaminan utang
atas tanah dan benda atau segala sesuatu yang berdiri
dengan dibebani Fidusia;
di atas tanah itu adalah berbeda. Asas pemisahan
b. Pemilikan rumah oleh pemilik hak atas tanah,
horizontal memisahkan tanah dengan benda lain yang
rumahnya dapat dijadikan jaminan utang dengan
melekat pada tanah itu.3 Ter Haar yang pendapatnya
dibebani Fidusia.
dikutip oleh Iman Sudiyat menyatakan bahwa, tanah adalah terpisah dari segala sesuatu yang melekat
Rumah yang menjadi objek Jaminan Fidusia dapat
padanya atau pemilikan atas tanah terlepas dari benda
berdiri di atas tanah haknya sendiri, atau berdiri di atas tanah Hak Milik orang lain. Kalau rumah yang mau dijadikan jaminan utang dengan dibebani Fidusia berada di atas tanah milik orang lain, maka harus mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
3
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, h. 76.
59
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
yang berada di atas tanah itu. Sehingga pemilik atas
jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
tanah dan bangunan yang berada di atasnya dapat
maupun yang tidak berwujud dan tidak bergerak
berbeda.4 Dalam asas pemisahan horizontal, bangunan
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani Hak
dan tanaman yang ada di atas tanah bukan merupakan
Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
satu kesatuan, pemilikan atas tanah tidak selalu
undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
memiliki bangunan atau tanaman yang ada di atasnya,
Tanggungan yang telah berada dalam penguasaan
dan perbuatan hukum mengenai tanah tidak selalu
Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan
meliputi bangunan atau tanaman yang ada di atasnya
utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
kecuali diperjanjikan lain Di samping asas pemisahan
diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor
horizontal, terdapat asas perlekatan (accessie beginsel),
lainnya. Berdasarkan ketentuan ini, bangunan rumah
yaitu bangunan atau tanaman di atas tanah merupakan
yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan dapat
satu kesatuan, pemilikan atas tanah termasuk memiliki
dijadikan jaminan utang dengan dibebani Fidusia
bangunan atau tanaman yang ada di atasnya, dan
dengan syarat bangunan rumah tersebut merupakan
perbuatan hukum mengenai tanah meliputi pula
rumah komersial, rumah swadaya, dan rumah umum,
bangunan atau tanaman yang ada di atas tanah
bukan rumah negara atau rumah khusus, baik yang
kecuali diperjanjikan lain.
berdiri di atas tanah haknya sendiri maupun di atas tanah Hak Milik orang lain yang sifat penguasan
Dalam UUPA dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun
rumahnya adalah dimiliki bukan sewa.
1996 diterapkan asas pemisahan horizontal, yaitu: a. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak
Ketentuan hak milik atas rumah sebagai Jaminan
Pengelolaan
Fidusia dapat disebutkan, yaitu:
Pemilikan bangunan di atas tanah yang berstatus
a. Pemberi Fidusia adalah pemilik rumah yang juga
Hak Guna Bangunan yang berasal dari tanah Hak
pemegang hak atas tanah atau pemilik rumah
Pengelolaan.
yang bukan pemilik tanah sebagai debitor atau
b. Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik
pihak yang berutang;
Pemilikan bangunan di atas tanah yang berstatus
b. Penerima Fidusia adalah perseorangan atau badan
Hak Guna Bangunan yang berasal dari tanah Hak
hukum yang memberikan utang kepada Pemberi
Milik.
Fidusia sebagai kreditor atau pihak yang
c. Hak Pakai atas tanah Hak Pengelolaan Pemilikan bangunan di atas tanah yang berstatus Hak Pakai yang berasal dari tanah Hak Pengelolaan. d. Hak Pakai atas tanah Hak Milik Pemilikan bangunan di atas tanah yang berstatus Hak Pakai yang berasal dari tanah Hak Milik. e. Hak Sewa Untuk Bangunan Pemilikan bangunan di atas tanah yang berstatus Hak Sewa yang berasal dari tanah Hak Milik.
berpiutang; c. Objek Jaminan Fidusia adalah bangunan rumah saja tidak beserta tanahnya yang sifat penguasaan rumahnya dimiliki bukan sewa; d. Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang berupa perjanjian utang piutang antara Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia; e. Secara riil, Penerima Fidusia hanya berfungsi sebagai pemegang jaminan, bukan sebagai pemilik
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 42 Tahun 1999 dinyatakan bahwa jaminan fidusia adalah hak
yang sebenarnya; f. Hak milik atas rumah tidak beserta tanahnya sebagai objek Jaminan Fidusia diserahkan secara yuridis oleh Pemberi Fidusia kepada Penerima
4
Iman Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta, 1981, h. 54.
60
Fidusia yang dibuktikan dengan Akta Jaminan Fidusia yang dibuat oleh dan dihadapan notaris;
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
g. Untuk memenuhi keterbukaan, Jaminan Fidusia
Utang Pemberi Fidusia atau debitor kepada
wajib didaftarkan oleh Penerima Fidusia ke Kantor
Penerima Fidusia atau kreditor dengan jaminan
Pendaftaran Fidusia, yaitu Kantor Wilayah
berupa hak milik atas rumah yang dimiliki oleh
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Pemberi Fidusia atau debitor.
Provinsi untuk dicatat dalam Daftar Buku Fidusia dan diterbitkan Sertipikat Jaminan Fidusia sebagai
Utang piutang antara Pemberi Fidusia atau debitor
tanda bukti Jaminan Fidusia;
dan Penerima Fidusia atau kreditor yang dituangkan
h. Setiap janji yang memberi kewenangan kepada
dalam bentuk perjanjian tertulis merupakan
Penerima Fidusia untuk memiliki rumah yang
perjanjian pokok dalam Jaminan Fidusia.
menjadi objek Jaminan Fidusia apabila debitor cidera janji adalah batal demi hukum;
b. Adanya Akta Jaminan Fidusia
i. Hak Penerima Fidusia untuk mengeksekusi hak
Untuk memberikan jaminan utang Pemberi Fidusia
milik atas rumah sebagai Jaminan Fidusia jika ada
atau debitor kepada Penerima Fidusia atau kreditor,
wanprestasi dari pihak Pemberi Fidusia sebagai
Pemberi Fidusia atau debitor menyerahkan secara
debitor;
yuridis hak milik atas rumah tidak beserta hak atas
j. Apabila hutang Pemberi Fidusia dilunasi, maka
tanahnya kepada Penerima Fidusia atau kreditor.
hak milik atas rumah sebagai Jaminan Fidusia
Penyerahan hak milik atas rumah tidak beserta
harus dikembalikan kepada Pemberi Fidusia;
hak atas tanahnya sebagai jaminan utang
k. Jika hasil penjualan hak milik atas rumah sebagai
merupakan perjanjian ikutan atau perjanjian
Jaminan Fidusia melebihi jumlah hutangnya, maka
tambahan atau bersifat accessoir dari perjanjian
sisa hasil penjualan harus dikembalikan kepada
pokok berupa perjanjian utang piutang.
Pemberi Fidusia. Menurut Pasal 4 Undang-undang No. 42 Tahun 2. Mekanisme Pembebanan Hak Milik Atas Rumah
1999, jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan
Sebagai Jaminan Fidusia
dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan
Syarat sahnya Jaminan Fidusia atas pemilikan rumah
kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu
harus memenuhi 3 (tiga) tahapan yang bersifat
prestasi. Yang dimaksud perjanjian ikutan
kumulatif, yaitu:
(perjanjian accessoir) adalah perjanjian yang
a. Adanya Perjanjian Utang Piutang
mengikuti perjanjian lain yang disebut perjanjian
Pemilik rumah membutuhkan uang untuk suatu
pokok, dan berakhir apabila perjanjian pokoknya
keperluan atau pengembangan usaha (bisnis).
berakhir.5
Untuk memenuhi kebutuhan itu, ia berhutang kepada pihak lain, misalnya bank. Utang piutang
Pada Jaminan Fidusia terdapat 2 (dua) perjanjian,
itu dituangkan dalam perjanjian utang piutang
yaitu perjanjian utang piutang sebagai perjanjian
antara pemilik rumah sebagai Pemberi Fidusia
pokok, dan penyerahan secara yuridis jaminan
atau debitor dan pihak bank sebagai Penerima
berupa objek Jaminan Fidusia oleh Pemberi Fidusia
Fidusia atau kreditor.
atau debitor kepada Penerima Fidusia atau kreditor sebagai perjanjian ikutan atau perjanjian tambahan
Perjanjian utang piutang ini sebagai perjanjian
yang bersifar accessoir.
pokok dalam Jaminan Fidusia. Perjanjian utang piutang ini dapat dibuat dengan akta autentik yaitu aktanya dibuat oleh notaris, atau dibuat dengan akta di bawah tangan, yaitu aktanya dibuat oleh Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia.
5
Sutan Remy Syahdeni, “Komentar Pasal Demi Pasal Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia”, Majalah HUKUM BISNIS, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 1999, h. 42.
61
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
Untuk menjamin pelunasan utang Pemberi Fidusia
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat bukti
atau debitor kepada Penerima Fidusia atau kreditor,
kepemilikan bangunan gedung diatur dengan
maka dilakukan penyerahan secara yuridis hak
Peraturan Presiden.
milik atas rumah tidak beserta hak atas tanahnya oleh Pemberi Fidusia atau debitor kepada Penerima
Hak milik atas rumah yang diserahkan secara yuridis
Fidusia atau kreditor.
sebagai Jaminan Fidusia oleh Pemberi Fidusia kepada Penerima Fidusia adalah surat tanda bukti
Penyerahan secara yuridis hak milik atas rumah
kepemilikan rumah. Hambatan dan permasalahan
sebagai Jaminan Fidusia oleh Pemberi Fidusia
penyerahan yuridis hak milik atas rumah sebagai
kepada Penerima Fidusia adalah surat bukti
Jaminan Fidusia adalah sampai sekarang belum
kepemilikan bangunan gedung rumah. Pengaturan
ada surat tanda bukti kepemilikan rumah.
surat tanda bukti kepemilikan bangunan gedung diatur dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2002
Penyerahan secara yuridis hak milik atas rumah
tentang Bangunan Gedung dan Peraturan
sebagai jaminan utang dibuktikan dengan Akta
Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Jaminan Fidusia yang dibuat oleh dan dihadapan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun
notaris.
2002 tentang Bangunan Gedung. Dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-undang No. 28 Tahun 2002
Pengertian notaris disebutkan dalam Pasal 1 angka
ditetapkan bahwa setiap bangunan gedung harus
1 Undang-undang No. 2 Tahun 2014 tentang
memenuhi persyaratan administratif yang meliputi:
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun
a) status hak atas tanah, dan/atau izin
2004 tentang Jabatan Notaris, yaitu pejabat umum
pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
yang berwenang untuk membuat akta otentik
b) status kepemilikan bangunan gedung; dan
dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
c) izin mendirikan bangunan gedung, sesuai
dalam Undang-undang ini. Produk dari tugas
ketentuan peraturan perundang-undangan
notaris adalah akta notaris, pengertian akta notaris
yang berlaku.
disebutkan dalam Pasal 1 angka 7 Undang-undang No. 2 Tahun 2014, yaitu akta otentik yang dibuat
Pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005
oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan
mengatur status kepemilikan bangunan gedung,
tata cara yang ditetapkan dalam Undang-undang
yaitu:
ini.
(1) Status kepemilikan bangunan gedung dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan
Akta otentik menurut Pasal 1868 Burgerlijk
bangunan gedung yang dikeluarkan oleh
Wetboek (BW), adalah akta di dalam bentuk yang
Pemerintah Daerah, kecuali bangunan gedung
ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh dan
fungsi khusus oleh Pemerintah, berdasarkan
dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa
hasil kegiatan pendaftaran bangunan gedung.
untuk itu, di tempat dimana akta itu dibuatnya.6
(2) Kepemilikan bangunan gedung dapat dialihkan
Unsur utama yang merupakan essensialia agar
kepada pihak lain.
terpenuhi syarat formal bahwa suatu akta
(3) Dalam hal pemilik bangunan gedung bukan
merupakan akta otentik, yaitu:
pemilik tanah, pengalihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat persetujuan pemilik tanah. 6
62
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia Burgerlijk Wetboek, Paradnja Paramita, Jakarta, 1985, h. 419.
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
a. di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undangundang;
akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan
b. dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum;
akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
c. akta itu dibuat oleh dan dihadapan pejabat
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang
umum yang berwenang untuk itu dan di
lain yang ditetapkan oleh Undang-undang.
tempat dimana akta itu
dibuat.7 (2) Notaris berwenang pula:
Pendapat yang sama tentang unsur-unsur akta
a. mengesahkan tanda tangan dan
otentik dikemukakan oleh Wawan Setiawan, yaitu:
menetapkan kepastian tanggal surat di
a. bentuk akta harus ditentukan oleh Undang-
bawah tangan dengan mendaftar dalam
undang, artinya tidak boleh ditentukan oleh perangkat peraturan perundang-undangan di bawah Undang-undang; b. dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum; c. akta dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum dalam wilayah jabatannya.8
buku khusus; b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; c. membuat kopi dan asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
Berdasarkan ketentuan Pasal 1868 BW, suatu akta dinyatakan sebagai akta otentik apabila memenuhi 3 (tiga) unsur yang bersifat kumulatif, yaitu:
d. melakukan pengesahan kecocokan foto kopi dengan surat aslinya; e. memberikan penyuluhan hukum
a. bentuk akta ditentukan oleh Undang-undang;
sehubungan dengan pembuatan akta;
b. akta dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum
f. membuat akta yang berkaitan dengan
yang diberi kewenangan untuk membuat akta; c. akta dibuat oleh pejabat umum dalam daerah
pertanahan; atau g. membuat akta risalah lelang;
(wilayah) kerjanya. (3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud Kewenangan notaris untuk membuat akta
pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai
ditetapkan dalam Pasal 15 Undang-undang No.
kewenangan lain yang diatur dalam peraturan
2 Tahun 2014, yaitu:
perundang-undangan.
(1) Notaris berwenang membuat akta otentik
Pasal 6 Undang-undang No. 42 Tahun 1999
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan
menetapkan bahwa Akta Jaminan Fidusia yang
ketetapan yang diharuskan oleh peraturan
dibuat oleh notaris sekurang-kurangnya memuat:
perundang-undangan dan/atau yang
a) identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia;
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
b) data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia;
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin
c) uraian mengenai benda yang menjadi objek
kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan
Jaminan Fidusia; d) nilai penjaminan; dan e) nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
7
8
Irawan Soerodjo, Kepastian Hak Atas Tanah di Indonesia, Apollo, Surabaya, 2003, h. 250. Wawan Setiawan, “Kedudukan dan Keberadaan Pejabat Umum Serta PPAT Dibandingkan Dengan Kedudukan Pejabat Tata Usaha Negara Menurut Sistem Hukum Nasional”, Makalah, Surabaya, 1 Juni 1996, h. 12.
c. Adanya Pendaftaran Jaminan Fidusia Untuk terwujudnya tertib administrasi, asas publisitas, dan jaminan kepastian hukum bagi kreditor terhadap kreditor lainnya, maka hak milik
63
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
atas rumah yang dibebani dengan Jaminan Fidusia
Sebagai tanda bukti terjadinya Jaminan Fidusia,
wajib didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Fidusia.
Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan Sertipikat Jaminan Fidusia dan menyerahkan kepada
Kantor Pendaftaran Fidusia berada dalam lingkup
Penerima Fidusia pada tanggal yang sama dengan
tugas Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
tanggal penerimaan permohonan pendaftaran.
Kantor Pendaftaran Fidusia didirikan untuk pertama
Sertipikat Jaminan Fidusia merupakan salinan dari
kali di Jakarta dengan wilayah kerja mencakup
Buku Daftar Fidusia. Jaminan Fidusia lahir pada
seluruh wilayah Negara Republik Indonesia dan
tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya
secara bertahap didirikan di setiap wilayah ibukota
Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia.
provinsi. Dalam hal Kantor Pendaftaran Fidusia belum didirikan di tiap kabupaten/kota, maka
Dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-undang No. 42
wilayah kerja Kantor Pendaftaran Fidusia di ibukota
Tahun 1999 ditetapkan bahwa dalam Sertipikat
provinsi meliputi seluruh kabupaten/kota yang
Jaminan Fidusia dicantumkan kata-kata “DEMI
berada di lingkungan wilayahnya. Saat ini, Kantor
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
Pendaftaran Fidusia baru didirikan di ibukota
MAHA ESA”. Berdasarkan kata-kata ini, Sertipikat
provinsi. Kantor Pendaftaran Fidusia adalah Kantor
Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
Manusia Provinsi.
memperoleh kekuatan hukum tetap. Yang dimaksud dengan kekuatan eksekutorial adalah
Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia dilakukan
langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui
oleh Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya dengan
pengadilan dan bersifat final serta mengikat para
melampirkan pernyataan pendaftaran Jaminan
pihak untuk melaksanakan putusan tersebut.9
Fidusia. Pernyataan pendaftaran Jaminan Fidusia
Apabila Pemberi Fidusia wanprestasi, eksekusi
memuat:
terhadap hak milik atas rumah yang menjadi objek
a. identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia;
Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara:
b. tanggal, nomor akta Jaminan Fidusia, nama,
a) pelaksanaan title eksekutorial oleh Penerima
dan tempat kedudukan notaris yang memuat
Fidusia;
akta Jaminan Fidusia;
b) penjualan rumah yang menjadi objek Jaminan
c. data perjanjian pokok yang dijamin Fidusia;
Fidusia atas kekuasaan Penerima Fidusia sendiri
d. uraian mengenai benda yang menjadi objek
melalui pelelangan umum serta mengambil
Jaminan Fidusia;
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;
e. nilai penjaminan; dan
c) penjualan di bawah tangan yang dilakukan
f. nilai benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
berdasarkan kesepakatan Pemberi Fidusia dan Penerima Fidusia jika dengan cara demikian
Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat Jaminan
dapat diperoleh harga tertinggi yang
Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia pada tanggal
menguntungkan para pihak.
yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran.
Dalam hal hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan, Penerima Fidusia wajib mengembalikan kelebihan
Pendaftaran Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia
tersebut kepada Pemberi Fidusia. Apabila hasil
ke Kantor Pendaftaran Fidusia menjadi tanda
eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang
lahirnya Jaminan Fidusia. 9
64
Sutan Remy Syahdeni, Op.cit., h. 45.
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan • Volume 11, Nomor 3, September - Desember 2013
debitor tetap bertanggung jawab atas utang yang
Penutup
belum terbayar. Rumah mempunyai fungsi sebagai aset bagi pemiliknya, Hapusnya hak milik atas rumah sebagai Jaminan
maka rumah mempunyai nilai ekonomis yang dapat
Fidusia berdasarkan ketentuan Pasal 25 dan Pasal
dinilai dengan uang, sehingga rumah dapat dijadikan
26 Undang-undang No. 42 Tahun 1999, yaitu:
jaminan utang. Apabila yang dijadikan jaminan utang
a. hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia
adalah rumah tidak beserta hak atas tanahnya, maka
berupa hak milik atas rumah; b. pelepasan hak atas Jaminan Fidusia oleh Penerima Fidusia; dan
lembaga jaminannya adalah Fidusia. Rumah yang dijadikan jaminan utang dengan dibebani Jaminan Fidusia adalah rumah yang sifatnya dimiliki bukan bukan rumah sewa.
c. rumah yang menjadi objek Jaminan Fidusia musnah.
Mekanisme pembebanan jaminan Fidusia adalah rumah adalah adanya perjanjian utang piutang antara pemilik
Penerima Fidusia memberitahukan kepada Kantor
rumah sebagai debitur dengan pihak lain (bank) sebagai
Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya Jaminan
kreditur, adanya Akta Pembebanan Fidusia yang dibuat
Fidusia dengan melampirkan pernyataan mengenai
oleh notaris, dan pendaftaran Jaminan Fidusia kepada
hapusnya utang, pelepasan hak, atau musnahnya
Kantor Pendaftaran Fidusia. Sebagai tanda bukti Jaminan
rumah yang menjadi objek Jaminan Fidusia
Fidusia diterbitkan Sertipikat Jaminan Fidusia oleh Kantor
tersebut. Dengan hapusnya Jaminan Fidusia,
Pendaftaran Fidusia.
Kantor Pendaftaran Fidusia mencoret pencatatan Jaminan Fidusia dari Daftar Buku Fidusia. Kantor
Rekomendasi yang dapat disampaikan adalah agar hak
Pendaftaran Fidusia menerbitkan surat keterangan
milik atas rumah dapat dijadikan jaminan utang dengan
yang menyatakan Sertipikat Jaminan Fidusia yang
dibebani Jaminan Fidusia, maka Pemerintah Daerah harus
bersangkutan tidak berlaku lagi.
melaksanakan perintah Undang-undang No. 28 Tahun 2002 juncto Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005
Hambatan dan permasalahan yuridis yang muncul
untuk menerbitkan Peraturan Daerah yang mengatur
berkaitan dengan hak milik atas rumah tidak
surat tanda bukti kepemilikan bangunan.
beserta tanahnya dijadikan jaminan utang dengan dibebani Fidusia adalah sampai sekarang belum ada surat tanda bukti kepemilikan bangunan rumah yang menjadi perintah Undang-undang No. 28 Tahun 2002 juncto Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005. Atas dasar hambatan dan permasalahan ini, dalam pelaksanaan hak milik atas rumah tidak beserta tanahnya yang menjadi objek Jaminan Fidusia akan menemui kesulitan penjaminannya, yaitu rumah yang diserahkan secara yuridis oleh Pemberi Fidusia kepada Penerima Fidusia sebagai Jaminan Fidusia tidak ada surat tanda bukti kepemilikannya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Fuady, Munir, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Cet. III, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008. Hasan, Djuhaendah, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. Setiawan, Wawan, “Kedudukan dan Keberadaan Pejabat Umum Serta PPAT Dibandingkan Dengan Kedudukan Pejabat Tata Usaha Negara Menurut Sistem Hukum Nasional”, Makalah, Surabaya, 1 Juni 1996. Soerodjo, Irawan, Kepastian Hak Atas Tanah di Indonesia, Apollo, Surabaya, 2003. Subekti dan R. Tjitrosudibio, R., Kitab Undang-undang Hukum Perdata Indonesia Burgerlijk Wetboek, Paradnja Paramita, Jakarta, 1985. Sudiyat, Iman, Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta, 1981. Syahdeni, Sutan Remy, “Komentar Pasal Demi Pasal Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia”, Majalah HUKUM BISNIS, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 1999. Undang-undang No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Undang-undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
66