OUTLOOK 2015 Fify Manan, CEO PT Formcase Industries Beragam Brand untuk Beragam Produk
INTERVIEW Mark Magee, IKEA Indonesia
Indonesia Woodworking Magazine
No.
43
Magazine for Ekamant’s Premier Customer
Februari 2015
Communication and Educational Media
H50 5-Axis-CNC working height - real 350 mm from console level
CONTENT WOODMAG
FEBRUARY 2015
VOL. 43
32
10 FIFY MANAN, CEO PT FORMCASE INDUSTRIES
BERAGAM BRAND UNTUK BERAGAM PASAR
INTERVIEW With Mark Magee, IKEA Indonesia Furnipro & Masyarakat Ekonomi ASEAN With Michael Dreyer, Furnipro Asia
OUTLOOK 8
Pemerintah Harus Hadir Di Tengah Industri Supriyadi, CEO PT Kharisma Ratan
12
PRODUCTS & TECHNOLOGY 41
Beragam Brand Untuk Beragam Pasar Fify Manaan, CEO PT Formcase Industries
Drying Wood with Vacuum Technology 61
16
Ekamant Products Menyiasati Pengembangan Brand Katama Octavia D, Managing Director PT Katama
BIZNEWS 42
18 Modernisasi Mesin Industri Bukan Hanya Efektivitas dan Efisiensi, Tapi Sudah Trust Felder
NHLA-Convention in Las Vegas Report 44 MIFF 2015 Readies to Open Asia Season 47
21 Tidak Masalah Dengan Tahun Politik Abie Alfredo Sulistio, CEO PT Marga Agung
Gathering Aikasindo : Memperkuat Struktur Nasional 58 American Hardwood Exports
PROFILE 24
EKAMANT NEWS Indonesia Masih Kompetitif dan Tenaga Kerja dan Bahan Baku PT Pacific Furniture
45
Fokus Pada Indonesia Spirit dan The Best of Indonesia PT Seng Fong
50
Ekamant In-House Training
54
ADHESIVE SOLUTION Laminasi Veneer by Polychemie 57 INTERVIEW
32 With Mark Magee, IKEA Indonesia 37 2
CALENDAR EVENTS
INTRO From Editorial
Tahun politik ternyata tidak terlalu sesuram kenyataannya. Tahun lalu, ketika pemilihan umum (pemilu) digelar justru pembangunan property di Indonesia melesat tak terbendung. Biasanya orang lihat dulu bagaimana situasinya, jika dianggap aman maka proyek bisa dimulai atau dilanjutkan. Di tahun lalu yang dikuatirkan itu justru tidak terjadi. Dari bulan Januari kok semuanya jalan terus, bahkan berapa teman kontraktor interior dan arsitek ada yang sampai menolak pekerjaan yang ditawarkan. Artinya properti benar-benar sedang hot,” jelas Abie Alfredo Sulistio, Marketing Director PT Marga Agung. Abie menyebutkan pertumbuhan tahun lalu mencapai 30%. Sebuah angka yang sebenarnya tidak pernah tercapai dalam tahun-tahun politik sebelumnya. Sekalipun Abie menegaskan bahwa pasarnya terbatas di segmen atas, alias para pemiliki rumah mewah di Jakarta dan kota besar lainnya. Namun pada kenyataannya, property di Indonesia memang bertumbuh cukup kuat disemua segmen. Besarnya permintaan bahkan tidak teredam dengan adanya kontraksi kenaikan suku bunga perbankan nasional. Pasar property indonesia memang dinilai sebagai salah satu sentral pertumbuhan terkuat selama tahun lalu. Hal senada ternyata dilontarkan oleh Octavia D, Director PT Katama Global Mandiri yang berlokasi di Jepara, Jawa Tengah. Katama yang selama ini memfokuskan perhatiannya pada pasar ekspor, ternyata sudah mulai melirik pasar lokal sejak awal tahun lalu. Ia mencoba untuk berekspansi dengan berperan sebagai kontraktor interior dalam sejumlah proyek rumah kelas atas. Melalui itu, Octavia menyakini
adanya peluang untuk bisa bermain di pasar domestik. Sekaligus mengibarkan bendera Katama dalam pasar lokal. Octavia menyebutkan jika perhatian terbesar masih berada di pasar ekspor di tahun 2015 ini. Penyebabnya, perluasan pasar melalui pasar-pasar baru seperti Afrika Selatan dan Rusia. Di samping melonjak permintaan dari pelanggan lamanya yang menggandakan kuantitas ordernya. Ini sebenarnya hal yang dipandangnya bisa menghambat layanan terhadap permintaan pasar domestik. Itu sebabnya ia memprediksikan pertumbuhan ditahun 2015 ini, paling tidak
Untuk memudahkannya, perusahaan ini memiliki fasilitas pergudangan besar di Atlanta sekaligus menjadi batu loncatan untuk memasuki pasar di Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia serta Amerika Selatan. “Saat ini fokus pemasaran kami masih terpusat di pasar Amerika Tengah dan kepulauan Karibia. Pasar Republik Dominika yang berada di kawasan Kepulauan Karibia saja sangat potensial. Selama ini penyerapannya cukup menarik, bahkan lebih besar dari penjualan lokal. Padahal itu hanya untuk satu kastemer. Pasar di Haiti dan Trinidad juga sangat potensial dan kami sudah memiliki kastemer tetap di sana”.
“Perhatian terbesar masih berada di pasar ekspor di tahun 2015 ini.” sebesar 30% atau bahkan lebih dari itu. Apalagi pihaknya sudah siap untuk memasarkan desain-desain terbarunya, “Jadi tidak harus selalu berupa produk jadinya,” jelasnya. Optimisime senada juga dilontarkan oleh Fify Manan, CEO dan Director PT Formcase Indonesia. Perusahaan yang sejak sepuluh tahun mengkonsentrasikan perhatian dan produknya untuk memenuhi pasar furnitur perkantoran di Amerika Serikat ini. Pasokan terbesarnya justru ke pemerintah Amerika Serikat. “Penggunaan terbanyak produk kami adalah kantor pemerintah di bawah Departemen Pertahanan seperti Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Korps Marinirnya. Nyaris bagian terbesarnya justru tidak berlokasi di kota-kota besar. Sebagian berlokasi di pelosok negeri itu,” jelas Fify.
Ia juga menyebutkan bila di tahun tahun depan, pasar Amerika Serikat masih tetap akan kompetitif sekaligus menjadi yang terbesar di dunia. Sedang pasar Amerika Selatan punya daya tarik karena tingginya purchasing powernya. Perusahaan ini juga sedang dalam penjajakan untuk memasuki pasar di kawasan Timur Tengah. Diakuinya jika potensinya sedemikian besar hanya harus melakukan tawarmenawar dalam soal harga secara alot. Pasar di kawasan ini cukup besar pertumbuhannya, dan pihaknya sudah memiliki agen yang bisa diandalkan. Salah satu pasar yang terbesarnya adalah Kerajaan Saudi Arab. Menurutnya, pihaknya sudah memiliki tiga agen pemasaran. Demikina pula dengan Oman. Untuk pasar ini, “Produk hi-end kami 3
berkompetisi langsung dengan produk buatan Malaysia,” jelasnya. Optimisme inilah yang membuatnya yakin jika pertumbuhan di tahun depan masih berkisar di angka 20 hingga 30%. Namun ia menyertakan berapa pertumbuhan dari pasar domestik, yang siap digarapnya lewat brand Reafo. Tahun 2015 ini nampaknya menjadi tahun kembalinya produk furnitur yang menggunakan rotan alam sebagai materialnya. Hal ini diungkapkan oleh Supriyadi, pemilik sekaligus CEO PT Kharisma Rotan Mandiri yang berlokasi di Solo, Jawa Tengah. Menurutnya, dalam 3 tahun terakhir banyak pelanggannya yang menanyakan produk berbahan rotan alam. “Mereka tidak lagi menanyakan produk serupa berbahan rotan sintetis,” jelasnya. Ia melihat jika Amerika Serikat, negaranegara Skandinavia dan Australia bisa dikatakan sangat minded dengan produk rotan alam. Sedang yang sintetis, pasar terbesarnya berada di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Tak hanya pasar lama, mebel rotan alam berhasil mendapatkan pasar baru seperti Cile, Meksiko dan Brasil. Sekalipun diakuinya pemasarannya justru dilakukan setelah krisis menghantam pasar Amerika, melalui pameran di Shanghai selama tiga tahun berturut peluang masuk ke pasar ini pun terbuka. Untuk tahun 2015 ini, ia memprediksikan pasar Australia masih tetap kuat sedang pasar Amerika Serikat sudah membaik. Demikian juga dengan pasar China untuk produk mebel rotan alam. Jika para pelaku industri optimis, maka untuk tahun ini industri pendukungnya pun cukup optimis. Mengerasnya persaingan mendorong lahirnya kebutuhan akan mesin-mesin produksi berteknologi mutakhir. Tahun lalu, kesadaran ini sudah menguat namun masih menggantung akibat ketidak pastian iklim usaha dalam tahun politik, di samping kepastian order sepanjang tahun nilai tukar Rupiah yang sangat
4
fluktuatif. Hal inilah yang mengganjal proses peralihan dan pemenuhan mesin-mesin baru produksi. Padahal, di saat yang sama, pasar properti domestik mengalami pertumbuhan yang luar biasa. “Customer mengatakan tidak lagi bisa bekerja dengan mesin berteknologi lama, sehingga butuh yang berteknologi baru. Itu tak berarti mesin lamanya diafkir. Yang terjadi penambahan mesin yang membutuhkan ruangan dalam pabriknya. Jadi mesin lama tetap dipakai dengan tujuan meningkatkan kapasitas tanpa menambah tenaga kerja,” kata George Lunarso A, Country Director Felder Group yang bermarkas di Semarang.
“Tahun 2015 ini nampaknya menjadi tahun kembalinya produk furnitur yang menggunakan rotan alam sebagai materialnya.” Kebutuhan akan mesin baru juga dipicu dengan kian sulitnya mencari tenaga kerja di Jawa Tengah. Kebanyakan calon tenaga kerja memilih pergi ke KalimantanTimur untuk bekerja di proyek properti atau infrastruktur yang ada. Akibatnya kelangkaan tenaga kerja di Semarang, Jepara dan Solo kian terasa sejak dua tahun terakhir. Ini diperkuat dengan pengakuan Pemilik dan CEO Yudhistira
Furnitur Tri Laksono dari Solo yang menyebutkan saat ini sulit bisa memenuhi jumlah minimal tenaga kerja dalam satu line produksi yang biasanya mencapai 46 orang. “Bisa dapat 35 pun sudah bagus,” jelasnya saat ditemui di Singapura. Untuk mengatasinya maka investasi mesin baru adalah cara jitu untuk mengatasinya. Jadi ada peluang modernisasi, sehingga “Kami berpikir akan booming lagi,” jelas George. Kalau tidak mengikuti perkembangan teknologi maka satu hari nanti akan tertinggal, karena tenaga kerja makin langka dan makin mahal. Menurut George, tipe mesin yang paling diminati adalah CNC. Itu mulai dari pabrikan besar hingga kecil. Menurutnya, alasannya cukup make sense. Pemiliknya pun sudah berhitung cermat pengembalian investasinya dengan cepat. “Yang tidak punya uang pun sudah memimpikan untuk memilikinya. Keuntungan mesin adalah bisa memproses sejumlah kerja tanpa harus berpindah tempat. Mesin ini mengurangi keterbatasan perwujudan desain yang 2D menjadi bentuk jadi 3D,” sambungnya. Optimisme yang cukup kuat tampaknya bisa memicu realisasi pertumbuhan dalam sektor industri furnitur nasional. Target peningkatan penerimaan devisa dari USD1,8 milyar menjadi USD5 milyar pertahunnya tampaknya akan bisa tercapai sebelum lima tahun mendatang. Namun itu semuanya jika berjalan mulus dan lurus. Jika saja realisasi Sertifikasi Verifikasi Legal Kayu berjalan mulus, dan tidak menjadi penjegalnya. Jika perbankan mau menggelontorkan pendanaannya setelah merubah persepsi bahwa sektor industri mebel dan pengolah hasil kehutanan merupakan sunset industry. Dan, seperti kata Supriyadi, jika pemerintah hadir di tengah industri. Bukan mengojok-ngojok lantas kabur entah kemana jika ada masalah.
walnut SAPPY veneer
a unique, beauty part of wood
3
EDITORIAL
Communication and Educational Media
Published by:
POSE MEDIA INDOKREASI
FOR PT.EKAMANT INDONESIA Editor in Chief Arief Odon
[email protected] Editor Emir Wiraatmadja
[email protected] Circulation Dewi Rubiane
[email protected] Graphic Designer Angelic Sabrina Contributor Michael Buckley Philippa Dudman Emir Wiraatmadja Andri Franniko Polychemie Advertising Reza Muhammad Arief Alamat Redaksi Puri Cinere Blok C 3 No.8 Depok 16513 – Indonesia Tel: (62 21) 7540812 Fax: (62 21) 7543312
NOTE “Selamat Tahun Baru 2015 Masehi, dan Selamat Natal bagi pembaca yang merayakannya”. Ucapan yang terkesan klasik ini ternyata tidak bisa meredam optimisme. Bahkan mungkin dapat memicu optimisme jika tahun 2015 ini akan lebih baik dibanding dengan tahun sebelumnya. Bagaimana tidak? Tahun politik saja bisa dilampaui dengan tenang, tanpa riak kekerasan bahkan kerusuhan yang dikuatirkan oleh banyak pelaku bisnis dan industri nasional. Pada awal tahun lalu, memang muncul kekuatiran akan terbelahnya masyarakat Indonesia. namun kedewasaan politik masyarakat lah yang merekatkan pertalian bangsa dan negara. Yang terjadi justru, bisnis domestik bertumbuh kuat selama periode yang dikuatirkan, antara lain menguatnya bisnis terutama di sektor properti. Tahun lalu, Indonesia bahkan tercatat sebagai salah satu magnet pertumbuhan properti di dunia. Didorong oleh pertumbuhan yang fantastis, optimisme pun menjalar ke tahun ini. Simak optimisme empat orang pengusaha nasional yang berkiprah dipasar internasional dan domestik di industri mebel dan kontraktor interior dalam rubrik Outlook. Perhatikan pula pentingnya modernisasi mesin-mesin produksi yang sudah berusia lebih dari 20 tahun, tidak hanya untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan produksi. Tapi juga mengatasi persoalan kelangkaan tenaga kerja yang terjadi di sumbu Jepara, Semarang dan Solo. Ikuti pula perbincangan eksklusif redaksi WoodMag dengan Mark Magee, CEO IKEA Indonesia, yang membuka kesadaran kita bahwa perusahaan ini sebenarnya sudah hadir di negeri ini selama 23 tahun. Juga perbicangan dengan Michael Dreyer, Vice President Asia Pasific Koelnmesse yang menceritakan pentingnya sebuah pameran permesinan bertaraf internasional hadir sebagai tolak ukur kemajuan teknologi permesinan. Selamat membaca! Arief Odon
Total Abrasives Solution
OUTLOOK
Supriyadi, CEO PT Kharisma Rotan Mandiri
MANDIRI:PEMERINTAH HARUS HADIR
DI TENGAH INDUSTRI peluang itu setelah rajin megikuti pameran-pameran. Selama 3 tahun di pameran Shanghai, kami berhasil meraih peluang masuk ke pasar Amerika Latin. Pasar Australia juga masih kuat. Pasar Amerika Serikat sudah pasti membaik. Pasar ini masih sangat prospektif untuk produk berbahan rotan alam. Tahun depan, saya prediksikan pasar Amerika Serikat kian membaik. Demikian juga dengan pasar China, terutama untuk produk rotan alam. Produk ini hanya dikonsumsi pasar domestiknya dan tidak pernah diekspor. Itu semuanya rotan alam dan rotan mentah tidak pernah bisa disimpan lama, maksimum hanya 3 tahun. Setelah itu pasti hancur. Partner kami di Shanghai cukup besar. Selain memiliki showroom dan mall yang memasarkan furnitur, dia juga merupakan agen buyer asal Singapore, Bulgaria dan Rumania. Dia mendistribusikan produk furniturnya ke 240 outlet jaringan supermarket di seluruh China. Suplai rotan alam asal indonesia dipasok salah satu suplier lokal di sana, dan barangnya tidak selalu ada. “Setahu kami, banyak pelanggan yang masih minded dengan produk rotan alam. Dalam 3 tahun belakangan ini, banyak pelanggan yang menanyakan produk berbahan rotan alam. Tidak lagi menanyakan produk serupa berbahan rotan sintetis. Negara-negara seperti Amerika, Skandinavia dan Australia bisa dikatakan sangat minded. Sedang untuk yang sintetis pasar terbesarnya di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Negara-negara Eropa setelah terkena krisis justru tidak ada tanda bangkit kembali. Itu yang aneh. Amerika yang begitu besarnya bisa bangkit setelah krisis. “Hanya Jerman yang tidak terkena krisis hingga sekarang. Basic industry-nya itu engineering sehingga tidak bermasalah. Pasar
8
Belanda dan Belgia langsung drop 50% lebih. Itu terjadi awal tahun lalu, padahal dua tahun sebelumnya tidak soal. Untuk kawasan Skandanavia, kebetulan kami ini punya buyer yang berlokasi di Swedia. Lewat mereka, kami berada di urutan kedua terbesar di sana. Segmen marketnya hi-end sehingga tidak terguncang kondisi perekonomian. Sebagian besar suplainya datang dari kami sehingga cukup besar dan kuatlah di sana. Pasar baru seperti Cile, Meksiko dan Brasil. Pemasarannya dilakukan setelah krisis menghantam pasar Amerika. Sebelumnya kami terlalu asyik dengan pasar dan pelanggan lama yang memberikan ordernya tanpa putus. Kami memperoleh
Setahu saya, suplier itu malahan sudah tutup dan pabrikan furnitur rotan disana mulai mengalami kesulitan bahan baku. Mau tidak mau mereka akan pindah ke sini, entah sebagai investor atau pembeli lepas. Saya yakin kalau tahun depan furnitur rotan asal indonesia akan masuk pasar China. Apalagi jika pemerintah konsisten soal pelarangan ekspor rotan asalan. Pasar lokalnya sangat besar dan konsumennya jenuh dengan produkproduk lokalnya. Ada perubahan lifestyle dalam masyarakatnya. Ini diungkap Luanjie, mitra saya di sana. Produsen China mulai berani berjualan menggunakan brandnya sendiri di pasar lokal. Persoalannya pemerintah kita harus tahu bagaimana membuat regulasinya.
9
Dengan menutup keran ekspor rotan asalan, maka pabrikan di sana sudah akan merana dan mati dengan sendirinya dalam berapa tahun ke depan. Pemerintah perlu tahu itu dan konsisten menutup rapat keran ekspornya agar tidak memberikan peluang hidup pabrikan furnitur rotan di China sana. Ini memberikan peluang kebangkitan bagi pabrikan furnitur rotan di indonesia. Ini ‘kan added value bagi indonesia, dan untuk itu pemerintah harus tetap konsisten. Ini ditunjang dengan UMK buruh di Shanghai yang setara IDR 8juta perbulan. Cukup tinggi dibanding disini. Pasar China masih dalam penjajakan lebih lanjut. Butuh banyak penyesuaian produknya. Pasar disana suka sekali dengan produk furnitur berbahan baku asal indonesia, baik kayu atau rotan. Saking senangnya, banyak pabrikan disana yang mencantumkan buatan China dan material asal Indonesia. Kayu sonokeling sangat favorit di sana. pelanggan antri untuk membeli barang sampel yang kami bawa ke pameran di sana, padahal belum waktu berjualan. Rantai distribusi di China berbeda dengan di AS. Disana, rantai distribusinya mulai importirdistributor besar-distributor kecil hingga toko penjual. Di China, itu tidak ada. Di sana, dari importir 10
langsung masuk ke toko penjualnya. Jadi tidak ada distributor atau wholesaler. Langsung ke pasar ritelnya. Ini membuat kami kesulitan untuk masuk ke pasar ini karena hubungan ini membatasi ruang gerak kami. Ini tak hanya produk impor tapi juga lokal, semuanya langsung masuk pasar ritel. Faktor bahasa juga menjadi kendala. Untuk menembusnya, didirikanlah House of Indonesia di Shanghai. Konsumen disana sudah tidak sabar dan berupaya mencari produk furnitur asal Indonesia. Umumnya itu didapatkan dari di toko-toko kecil. Sistem distribusi ini tidak mendorong penyebar luasan produk asal indonesia. House of Indonesia diharap bisa membantu penyebar luasan hingga ke showroom dan mall furnitur di sana. Pemerintah menganggap ini merupakan sesuatu yang bagus sehingga direncanakan akan dibuat di kota lainya, seperti Beijing, Ghoangzhou, dan Hangzou. Selama tiga tahun terakhir kami punya bisnis di Afrika Selatan. Profit cukup bagus bahkan lebih tinggi dari perkiraan. Kami selalu menekankan kombinasi kayu dan rotan dalam satu item. Ini mebuat orang rotan tidak akan bisa mengerjakan bagian kayunya, dan orang kayu pasti pusing bila harus mengerjakan bagian rotannya.
Dalam waktu dekat, perekonomian Eropa sama sekali tidak bisa bangkit. Kami prediksikan hanya Jerman, Belanda dan Belgia yang akan bangkit. Pasar Jerman dan Skandinavia nyaris tidak terimbas krisis ini. Pasar di Swedia dan Norwegia juga lumayan bagus. Perekonomiannya cukup kuat. Negara Eropa yang tidak menggunakan Eurodollar justru kebal dari dampak krisis. Perekonomian negara penggunan Eurodollar mirip dengan bubble economy. Kami berupaya menjaga dan mepertahankan keunikan produk kami selama ini. Itu menjadi titik berat, dan dicirikan dengan desain klasik dan vintage. Materialnya juga tidak banyak digunakan oleh banyak orang. Rotan yang dipakai disini adalah spesies yang tidak banyak digunakan. Harganya cukup murah karena hanya sedikit jenis atau spesies rotan yang banyak digunakan di sini. Negara harus hadir dalam industri ini. Sebagai orang Jawa dan produsen furnitur rotan bisa dikatakan tiap hari tidurnya di atas rotan, tapi saya tidak pernah tahu bagaimana bau rotan. Kami cenderung membuat furnitur atau prototype furnitur hanya dengan menggunakan jenis rotan yang ada di pasar lokal. Pengepul dan penjual
rotan di Kalimantan dan Sulawesi pun hanya mengirimkan jenis rotan yang laku di pasar tujuannya. Tidak salah jika dipikir konsumennya jika spesies rotan hanya itu-itu saja. Setelah ke sana baru tahu jika rotan itu punya sekitar 300-an jenis, banyak diantaranya sangat bagus. Regulasi apapun yang diberlakukan pemderintah mau tidak mau harus dijalankan pengusaha. Hanya saja jangan gradak-gruduk seperti SVLK. Terburu-buru dan membuat suasana amat gaduh. Buyer pun mulai menayakan seritifikasi legal kayu, mulai SVLK, FSC, hingga PEFC. Hanya karea satu-dua orang saja lantas dijadikan regulasi. Begitu sudah jadi aturan dicarinya sangat sulit. Birokrasi didaerah pun tidak mengerti SVLK itu apa dan bagaimana. Lantas banyak sekali tumpangannya. SVLK itu jelas yang disertifikasi adalah kayunya. Legalitas kayunya. Kalau berpikir gamblang sourcenya di hutan sana, bukan di industri. Industri ‘kan beli dari sana, jadi sudah terima beres. Ini malahan industrinya yang disertifikasi. Untuk mensertifikasi log ada titipannya dari Kementrian Tenaga Kerja. Alasannya harus ada ini dan itu yang justru tidak ada urusannya. Lantas ada Amdalnya, bagaimana dengan pembayaran pajaknya. Ini apa korelasinya dan membuat semua prosesnya menjadi mahal dan kami dikenakan sekitar IDR30 juta. Yang terakhir malahan tidak gampang. Hanya untuk memperlihatkan keluar masuk kayu,
maka kami harus memberikan khusus satu buah. Itu untuk pembukuan saja. Bayangkan jika itu pabriknya berskala kecil, pasti mereka tidak bisa menyediakannya. Itu sebabnya mereka pasrah dan tidak mau mendapatkannya.Untuk rotan alam mulai dipertanyakan legalitas dan asal perkebunannya. Untuk rotan memang belum ada regulasi dan sertifikasi di sini. Tapi saya pasti akan ada.
Apa mungkin dalam waktu yang tersisa ini bisa disertifikasi sebegitu banyak perusahaan yang belum mendapatkannya. Ini kan karena pemerintah tidak konsisten dan telah dua kali mengundurkan waktu pemberlakuannya sejak tahun 2013 lalu. Pelaku kemudian mempertanyakan keseriusan pemerintah soal ini, akibatnya dianggap tidak ada konsistensi pemerintah sendiri.
Peraturan ini sebenarnya tidak diminta masyarakat internasional, tapi pemerintah sendiri yang bersikeras mengadakannya. Kami benar-benar maju mundur untuk memperolehnya. Selain biaya inisial yang mencapai IDR80 juta, ada juga biaya surveilance pertahunnya sekitar IDR30 juta. Bisa dibayangkan biaya sebesar jika harus dibayarkan oleh home industry atau small industry. Sebenarnya Uni Eropa tidak memaksakannya tapi kesombongan Kementerian Kehutanan dan pemerintah, maka EU pun meratifikasi. Akibatnya seluruh produk kehutanan pun dikenakan SVLK. Saat ini belum keseluruhannya meratifikasinya. Dalam situasi semacam ini mestinya, pemerintah hadir sebagai pembela kami. Prediksi saya, kalau pemerintah ngotot memberlakukannya maka ekspor di awal tahun 2015 sudah pasti anjlok. Orang tidak well inform bahwa SVLK bukanlah syarat barang masuk ke pelabuhan kita tapi justru ketika hendak keluar dari pelabuhan di luar negeri. Pemerintah memilih tidak menjegal disini, tapi justru di sana.
Saya yakin pasar furnitur rotan akan tumbuh di tahun depan, growthnya 20-30% bahkan mungkin lebih. Persoalannya adalah bagaimana konsistensi pemerintah, termasuk larangan ekspor rotan asalan yang sudah berlaku kembali. Jangan sampai dibuka lagi karena memberikan amunisi pihak asing. Jangan lupa pihak yang sama masih mengintai peluang pembukaan kran eskpor itu. Jokowi tahu itu dan dia pernah mengatakan tidak ada lagi pembukaan keran eskpor bagi semua bahan baku. Semuanya harus menghasilkan added value bagi industri domestik sebelum diekspor. Saya kira kami sepakat mengatakan industri ini ke depan akan lebih baik. Saya sudah bertemu dengan sejumlah pengusaha dan tokoh industri ini, mereka optimis akan masa depan industri ini. Yang jelas negara harus hadir dalam industri ini, karena kalau tidak kita bisa habis. Kita punya resources berlimpah tapi tidak ada peran aktif pemerintah dalam membangun industri ini.
11
OUTLOOK
Fify Manan, CEO PT Formcase Industries
BERAGAM BRAND UNTUK BERAGAM PASAR “Kenaikannya penjualan PT Formcase Industries selalu berkisar antara 20-30% setiap tahunnya. Untuk saat ini, kami sedang memfokuskan perhatian pada produk terbaru yang didesain oleh desainer asal Italia. Produknya untuk memasuki proyek hi-end dan pasarnya lebih ke Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Timur Tengah. Kami banyak menangani proyek besar di kawasan Timur Tengah. Selain itu, pemasarannya telah memasuki pasar Asia dan Australia. “Untuk pasar Australia memang tadinya difokuskan brand Veroni, tapi kecenderungannya malahan produk yang low-end yang memperoleh sambutan. Nantinya kami akan pasarkan produk yang menggunakan paper product alias mass product, seperti entertainment center dan computer desk. Papernya di impor dari Asia, sedangkan veneer diimpor dari Amerika. “Di Amerika, pasokan terbesarnya justru ke pemerintah Amerika Serikat. Penggunaan terbanyaknya adalah kantor pemerintah di
12
bawah Departemen Pertahanan seperti Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Korps Marinirnya. Nyaris bagian terbesarnya justru tidak berlokasi di kota-kota besar. Sebagian berlokasi di pelosok negeri itu. Untuk bisa menjadi pemasoknya, kami diwajibkan memiliki Government Sales Agreement atau GSA. Ini sudah dimiliki sepuluh tahun yang lalu. Itu sebabnya setiap bulan September merupakan waktu tersibuk kami. Ini terkait dengan berakhirnya tahun anggaran pemerintah Amerika di bulan ini. “Produk yang terbanyak adalah casegood yang berdesain tradisional. Ini produk yang dilapisi oleh veneer impor asal Amerika sendiri. Semua diproduksi di sini tapi installmentnya dilakukan disana. Di sana tinggal build furniturenya. Kebanyakan produknya masih tetap melalui gudang kami di Atlanta. Itu sudah selama sepuluh tahun ini. Order dari Kementerian Pertahanan Amerika tidak pernah menurun dalam sepuluh tahun belakangan. Mendekati akhir September biasanya sudah banyak postingnya, dan
tinggal diquote dan mengirimkan produknya. Selain masih melalui gudang Atlanta, ada juga yang dikirimkan langsung dari pabrik di Tangerang. “Formcase sebenarnya berkembang dari satu merek jaman dulu alias jadulnya yaitu Asahan. Ini brand pertama saat pabrik pertama yang berlokasi di Sumatera Utara. Lantas dimunculkan brand alias merek Veroni dan Formcase sesudahnya. Branding Formcase untuk memasuki ke pasar Amerika dan beragam kawasan lainnya. Untuk keperluan eskpor awalnya menggunakan brand ini. Setelah itu muncul brand RYFO untuk segmen market hi-end. Formcase sendiri untuk segmen midend, dan Veroni untuk yang market low-end. Ketiganya memang untuk ekspor. Sedang untuk pasar lokal adalah Grand Furniture. Merek ini untuk pasar mass-production. “Untuk Tahun depan, brand Formcase dan Ryfo itu tetap menjadi andalan untuk pasar ekspor. Sedang Grand Furniture difokuskan hanya untuk pasar lokal. Untuk proyek lokal sudah ada brand Reafo. Namun ini ditangani oleh perusahaan tersendiri
Fify Manan, CEO PT Formcase Industries 13
yang memang difokuskan untuk menangani proyek-proyek lokal. Kantornya pun terpisah di daerah Karawaci. “Untuk tahun lalu mangsa ekspor masih mencapai 70 persen dari total produksi. Tahun depan akan kami berencana untuk memperbesar pangsa itu. Ini karena masih banyak pasar luar yang belum digarap. Kami berencana untuk masuk ke pasar Amerika Selatan atau Amerika Latin. Saat ini fokus pemasaran kami masih terpusat di pasar Amerika Tengah dan kepulauan Karibia. Pasar Republik Dominika yang berada di kawasan Kepulauan Karibia saja sangat potensial. Selama ini penyerapannya cukup menarik, bahkan lebih besar dari penjualan lokal. Padahal itu hanya untuk satu pelanggan. Pasar di negara tetangga seperti Haiti dan Trinidad juga sangat potensial dan kami sudah memiliki pelanggan tetap di sana. “Untuk tahun depan, pasar Amerika Serikat itu tetap sangat kompetitif sekaligus tetap menjadi yang terbesar di dunia. Sedang pasar Amerika Selatan punya daya tarik karena tingginya purchasing powernya. Kompetitor kami di sana juga terhitung jarang seperti produk serupa asal Korea Selatan. Kami juga masih memiliki opsi karena sudah masuk ke pasar Amerika Serikat. Kami berencana untuk mendirikan pabrik di sana dalam waktu 5-10 tahun mendatang. Pabrik di sana diperkirakan akan bisa mengcover permintaan di seluruh pasar Amerika 14
Utara. Juga bisa mengcover pasar Amerika Tengah dan Amerika Latin. Keuntungannya adalah jika sudah ada di sana maka tidak akan dikenakan lagi bea masuk antar negara. Namun untuk itu, tidaklah semudah perkiraan banyak orang. Apalagi dalam soal perijinannya. Model yang sedang trend itu yang mengkombinasikan antara wood dan metal. Pasar Amerika sudah mengadopsi desain-desain Eropa. Bahkan harus tersedia saluran dalam untuk kabel sesuai dengan kebutuhan workstation yang modern. “Tahun depan kami mencoba untuk fokus ke pasar Timur Tengah. Pasar disana potensinya besar hanya saja harganya harus bargain dengan alot. Pertumbuhannya cukup besar, dan agen kami disana bukan yang sembarangan. Salah satu pasar yang terbesar di sana adalah pasar Kerajaan Saudi Arab. Disana saja sudah ada tiga agen. Di Oman juga ada tiga agen. Untuk pasar ini, produk hi-end kami justru berkompetisi langsung dengan produk serupa buatan Malaysia. Kualitasnya cukup lumayan dan sepandan dengan produk kami. Memang kultur berbisnisnya berbeda dengan Amerika atau Eropa, tapi pasarnya cukup besar. “Pasar India selama ini dipasok dari agen disini. Agen ini cukup besar dan berpengaruh sehingga bisa mendapatkan pelanggan besar di sana. Pembayarannya juga lancar sekalipun harus melalui agen
terlebih dahulu. Kami mengharuskan pembayaran dengan L/C atau cash. pelanggan maunya sih pasti term, tapi kami tidak membiarkan itu. L/C itu harus diperhatikan benar. Karena kalau tidak diterbitkan bank yang bagus reputasinya juga berbahaya. Kami tidak masuk ke pasar China karena memang kompetitor kami. Demikian juga dengan Korea. Jadi kami memilih untuk tidak berusaha masuk ke sana. “Kalau pasar Eropa masih slowing down dan sulit untuk bisa recover sepeti dulu. Kami lihat agak sulit dan banyak penjualan yang sudah drop. Kalau untuk paper product dan mass product masih jalan, dan trendnya memang ke arah itu. Saat ini mereka condong menerima produk asal Eropa Timur. Itu pun juga mengalami penurunan baik dari kuantitas ataupun harganya. Pasar Afrika memang ada 1-2 pelanggan sekalipun on and off sifatnya. Untuk pasar ini, kami terapkan pembayaran sudah lunas sebelum barang diproduksi di sini. Jadi bukan hanya sebelum dikirimkan, tapi sebelum diproduksi. Ini mencegah kesulitan pembayaran di kemudian harinya. “Untuk pemasaran kami memang sudah mengikuti sejumlah pameran internasional, seperti yang diselenggarakan di China. Untuk tahun 2015, ini kami juga berencana untuk hadir di pameran Malaysian International Furniture Fair di Kualu Lumpur pada bulan Maret.
OUTLOOK
Octavia D, Managing Director PT Katama Prima Global
Menyiasati Pengembangan
Brand Katama “Tahun ini alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Kami bisa mendapatkan buyer baru dari Afrika Selatan dan Rusia. Buyer lama kami berasal dari Singapura, Turki, Mongolia dan Spanyol. Untuk Spanyol memang volumnya tidak lagi sebesar sebelumnya, tapi masih tetap ada. Kebanyakan buyer mengorder item furnitur indoor, baik berbahan kayu jati, mindi atau mahoni. Order furnitur outdoor juga masih dikerjakan tapi kuantitasnya tidak sebanyak pesanan furnitur indoor. “Kalau indoor itu banyak itemnya dan desainnya pun bisa dirubah sesuai selera. Itu sebabnya saya selalu bilang ke bawahan untuk ATM alias amati, tiru, dan modifikasi. Perubahan dalam desain itu penting. Jangan pernah meng-copy paste
16
begitu saja. Dahulukan untuk melakukan modifikasi pada bagian kostruksinya karena ini menyangkut keamanan produk. Itu yang terpenting “Saat ini banyak permintaan untuk proyek hospitality di sini seperti hotel. Saya pernah disindir oleh teman-teman pengusaha katanya hanya suka order dari luar. Persoalannya pasar kami memang dominan untuk luar. Baru-baru ini saja kami memperoleh tawaran untuk masuk ke pasar lokal. Kata banyak rekan yang sudah beralih, pasar lokal sedikit lebih rumit. Yang terpenting buat kami adalah brand Katama bisa masuk ke pasar ini. Peluang di pasar ini memang ada tapi kami mematok pangsanya paling tinggi hanya mencapai 20 persen dari total produksi. Kami masih harus
memprioritaskan pasar ekspor karena memang itu yang dominan. Sekalipun kami memperoleh tawaran dalam sejumlah proyek properti lokal. Targetnya, kembali seperti yang sudah saya katakan yaitu memperkenalkan brand Katama ke pasar ini. “Banyak buyer asing yang bilang pada kami kalau Katama tidak perlu masuk dan melayani permintaan pasar lokal. Cukup melayani orderan dari mereka. Saya bilang tidak bisa begitulah. Mereka sebenarnya sudah pernah minta peningkatan supply dua kali lipat perminggu. Katakanlah kalau sebelumnya hanya satu kontainer perminggu, lantas naik jadi dua kontainer perminggu. Permintaan itu pun saya tolak. Saya bilang kapasitas produksi saya yang tidak sampai segitu.
“Saya juga berpikir harus selalu ada modifikasi untuk bisa menggerakan pasar. Jadi jangan diam lantas mati karenanya. Kalau pasar bosan pasti ada, tapi jangan sampai mati karena itu. Saya suka mengotak-atik desain karena pasti akan ada dampaknya terhadap penjualannya. Sedikit tapi selalu ada. Hanya dengan itu kami bisa membuka peluang selebarlebarnya pintu masuk ke pasar. “Tahun 2014 pertumbuhan kami bisa mencapai 80%. Itu tidak termasuk supply ke pasar lokal. Itu yearon-year dengan tahun lalu. Kami berupaya mengamati kebutuhan pasar. Saat ini kami sedang mengembangkan produk dengan desain baru yang menggunakan kayu mindi. Ini belum pernah ada sebelumnya, baik di pasar lokal maupun luar. Ini sengaja kami simpan pengembangannya selama ini. Kami juga belum pernah dan mau menampilkan sampai saat ini. “Kayu ini membutuhkan proses pengeringannya yang lebih lama dari kayu jati. Kayu ini punya tekstur bagus, dan hanya membutuhkan sedikit finishing. Kalau terlalu banyak justru akan mengganggu atau merusak warna aslinya. Produk jadinya bisa dijadikan furnitur kantor yang minimalis desainnya. Didesain bukan sebagai loosen furniture tapi sebagai satu set lengkap. Sebelum September tahun lalu, kami sudah mengirimkan satu kontainer ke Afrika Selatan dan Inggris. Salah satu buyer di Jakarta juga ada yang sudah tertarik denga ini. “Kami juga sudah memutuskan untuk menjual desain. Jadi tidak lagi terpaku pada penjualan produk jadi semata. Tentu ini dengan brand Katama, tapi ada sebagian diantaranya juga menggunakan brand buyer. “Untuk tahun 2015 ini, kami akan memperkenalkan inovasi atas seni ukIr Jepara. Katama sudah lama mengenal seni ukir jepara, yang diminimalisir alias less carving. Ini kami tampilkan untuk koleksi di tahun ini. Dalam uji cobanya, hasilnya cukup menggembirakan dan ada pasarnya. Jadi sekarang kami memiliki line indoor, outdoor dan repro. Dengan pertumbuhan sebesar itu, kami membutuhkan banyak tenaga kerja baru terutama
tenaga quality control. “Saya masih memegang teguh kepercayaan buyer. Kami pikir lebih baik mempertahankan buyer lama ketimbang mendapatkan buyer baru. Kebanyakan buyer surprise karena hanya sedikit wanita Indonesia yang terjun langsung ke dalam bisnis furnitur ini. Buyer asal Korea Selatan juga pernah kaget sekaligus kagum ketika pertama kali bertemu dalam sebuah meeting. Buyer Korea sangat disiplin dalam aplikasi. Sedikit ada ukuran yang berbeda, walaupun hanya berapa milimeter sudah pasti akan direject. Persoalan konstruksinya pun menjadi persoalan yang rumit. Itu membuat kami harus menolak ordernya, karena kami kurang berpengalaman dalam mengaplikasikan tuntutannya. Ini kan harus sesuai dengan kemampuan kami. Sulit untuk mengaplikasikan tuntutan mereka dengan kondisi sumber daya manusia yang ada pada saat ini. “Selama masih ada pertumbuhan keluarga baru dan proyek properti baru, sebenarnya akan ada pertumbuhan untuk industri furnitur seperti kami. Itu terjadi di manapun di dunia ini. Saya berharap Katama bisa menjadi trend dalam bisnis mebel nasional nantinya. “Pertumbuhan di tahun depan untuk pasar ekspor sekitar 30%. Untuk pasar lokal seharusnya bisa mencapai 40%. Sistem proyek baik untuk sektor komersial dan residensil. Sejak tahun lalu, kami juga mulai menggarap sektor perumahan mewah. Saya biasanya mendesain sendiri seperti apa nantinya isi rumah itu. Setelah memperoleh persetujuan pemiliknya lantas dikerjakan dengan mengerahkan tukang langsung on site. Untuk satu proyek ini di butuh waktu pengerjaan sekitar 2 bulan. Kayu yang digunakan tetap mengalami pengovenan seperti kebutuhan industri. Tahun lalu, kami sudah menambah 2 chamber sehingga tersedia 4 chamber oven sekarang. Lokasi pabrik baru di Bawu, Jepara ini cukup luas lahannya hanya saja belum ditata sehingga rapih. “Jangan bandingkan Katama dengan Kotajati ataupun Mamagreen. Tapi saya optimis dengan brand Katama. Sebelumnya kami menggunakan
brand Indonaesia saat berlokasi di Semarang beberapa tahun lalu. “Saat ini kami menggunakan kayu jati, mindi dan mahoni. Untuk kitchen project kami juga menggunakan kayu solid. Ada berapa teman yang menggunakan kayu duren untuk itu. Kayu ini lebih njelimet lagi treatment dibanding ketiga spesies tadi. Sekarang saya lagi jatuh cinta dengan mindi. Itu sejak setahun lalu karena ada permintaan dari luar. Ternyata memang cantik hasilnya. Warnanya cantik sekali, namun harganya dibawah jati atau setara dengan mahoni. “Perkembangan desain mebel sangat cepat. Hitungannya bisa perjam, sehingga sulit untuk mendapatkan manfaatnya. Saya lebih suka untuk tidak repot-repot mematenkannya, karena setiap saat pasti akan ada ide baru. Mereka yang biasa bergerak dalam industri ini sangat dinamis. Mereka membuat desain ini pada hari ini, besoknya mereka sudah mengerjakan hal yang lain. Lokasi pabrik kami terbuka, sehingga orang bisa wara-wiri melintasinya sehingga tahu apa saja yang dikerjakan. “Kami sangat mengutamakan presisi, ketelitian konstruksi, dan kerapihannya. Itu saja. Selama ini works for us. Buyer memang sering memberikan sketsa tentang furnitur yang hendak dipesannya. Lantas itu dikembangkan oleh kami hingga pembuatan purwarupanya. Di tahap ini barulah diketahui secara persis kalau apakah konstruksinya beresiko. Umumnya buyer menerima saran dan rekomendasi kami guna memecahkan masalahnya. Setelah itu barulah diproduksi. Ketiga kunci berhasil selama ini. “Spesialisasi kami di kayu jati dengan grade A dan B. Kami juga prefer untuk mengerjakan material kayu dengan grade A. Ini memberikan peluang untuk mengolah ulang kayu limbahnya menjadi produk lain. Permintaan untuk produk ini juga banyak, tapi kapasitas produksi kami masih belum juga bisa meningkat. yang juga membuat repot adalah para buyer maunya dilayani langsung oleh saya. Padahal kami punya staf yang sudah berpengalaman.
17
OUTLOOK
George Lunarso A, Country Director Felder Group Indonesia
MODERNISASI MESIN INDUSTRI BUKAN HANYA
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI
TAPI SUDAH TRUST “Terus terang kami tidak tahu persis nilai pasar di sini, apalagi masih baru disini. Pengalaman membuktikan, tak perlu pusing mencari tahu berapa nilai pasarnya. Yang terpenting adalah menjual sebanyak-banyaknya secara cepat, tapi kan tidak begitu terus. Kami harus tahu bagaimana pergerakan kompetitor. Pastinya mereka kian aktif ketika kami hadir, bahkan ketika kami bertumbuh. Setelah itu, barulah tahu berapa persen pangsa pasar yang dikuasai produk mesin eks-china, dan berapa persen pangsa pasar yang dikuasai oleh produk Eropa atau bermerek Eropa tapi dimanufaktur di China. Ada satu merek yang memang sangat bagus tapi saya tidak tahu harga jualnya dan bagaimana pasarnya. Kebanyakan mesin merek itu sedikit berbeda dengan produk kami. Merek itu bermain di multi spinddle untuk woodworking. Saya tidak punya gambaran soal ini. “Kami masih fokus pada penjualan mesin standar. Kalau mesin jenis ini tidak butuh terlalu banyak hari dalam memutuskan untuk
18
membelinya. Sedang untuk yang besar butuh waktu lebih panjang dalam memutuskannya. Untuk mesin itu, calon pelanggan merasa perlu mengecek harga kompetitor kami. Ada yang merasa perlu meyakinkan dirinya dengan memprediksi order pelanggan selama setahun kedepan. “Prospek penjualan mesin-mesin industri sebenarnya cukup besar, tapi calon pelanggan yang telah dikontak pun belum memutuskan hingga kini. Kalau ditanya kapan keputusannya keluar, selalu dikatakan pada akhir tahun lalu. Padahal approaching-nya sejak awal tahun lalu. Bahkan sampai hari ini pun belum juga diputuskan. Hanya sebagian kecil, 1-2 pabrikan yang menjawab bahwa akan diputuskan di awal tahun ini. Butuh waktu panjang untuk berpikir dan belum tentu keputusannya dibuat. “Bisa jadi itu alasan, tapi itu membuat kami tertegun. Awalnya, kami tanyakan kapan mereka akan buat keputusan. Saat itu dijawab mereka setelah pemilihan legisatif. Ketika itu lewat, mereka bilang
kalau keputusannya dibuat setelah pilpres kemarin. Lantas ditunda lagi, bilangnya setelah pelantikan presiden terpilih di bulan Oktober lalu. Alasan lainnya adalah persoalan nilai tukar. Mereka bilang jika nanti kondisi politiknya bagus maka ratenya bisa turun. Mereka masih menunggu. Ordernya ada tapi untuk inves mesin baru mereka cenderung menunggu. Alasan lainnya adalah penundaan pembelian mesin baru dikarenakan prioritas mereka dalam pembangunan gedung baru. “Mereka yang merasa teknologi mesin lama sudah tertinggal itu tidak banyak. Yang terbanyak justru yang beralasan repot bekerja dengan mesin tua yang sudah rewel dan macetan. Kalau pun mereka membeli mesin berteknologi baru, bukan berarti mesin lama akan dibuang atau dilego. Ini beda dengan di Eropa yang salah satu pelanggannya bilang pergantian mesin setiap 7-8 tahun. Mereka berharap ada sesuatu yang baru pada mesin yang dibelinya, baik perubahan minor sekalipun seperti bentuk pisau atau
kesana. Kondisi ini sudah 3 tahun belakangan. “Di Jepara juga terjadi dan di ketiga pabrik yang saya kunjungi sudah berpikir untuk inves mesin baru guna mengatasinya. Ada peluang modernisasi, karenanya kami berpikir akan booming lagi. Kalau tidak mengikuti perkembangan teknologi maka satu hari nanti akan tertinggal, karena tenaga kerja makin langka dan makin mahal. Mesin sekali inves hanya perlu maintenance. Mesin tidak mintaTHR dan naik gaji tiap tahunnya. Berapa teman menyebutkan bahwa mereka akan memilih sejumlah personil yang bagus untuk dilatih menjadi operator mesin barunya. “Pelanggan disini cenderung takut dalam mendatangkan mesin baru. Takut rusaklah ketika mesin masih baru. Isyu semacam ini bergaung kuat di daerah, kalau yang diperkotaan isyu ini kurang gaungnya. Ketakutan sebenarnya karena operatornya tidak cakap nantinya malah merusak pemakaiannya. Mereka ingin tapi ketakutan itu yang menghalanginya. Yang dijakarta pun teerkadang bertindak semacam itu.
bentuk mesinnya. Jadi bukan karena mesin lamanya rusak duluan. “Awalnya saya pikir di sini membeli mesin baru berarti berganti teknologi, ternyata tidak. Mesin yang lama tetap dipertahankan kehadiran dan perannya. Mereka beranggapan dengan cara itu akan ada penambahan kecepatan kerja dan kapasitas produksinya sekaligus, tanpa menambah tenaga kerja. Paling tidak bisa mempertahankan jumlah tenaga kerja yang ada. “Kalau butuh teknologi, jelas proses pengambilan keputusannya lebih cepat. Mereka bilang tidak bisa bekerja dengan mesin berteknologi lama, sehingga butuh teknologi baru. Tapi itu tidak berarti mesin lama dibuang. Yang terjadi justru
penambahan mesin baru yang butuh space di pabriknya. Mesin lama tetap dipakai. Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas tanpa penambahan tenaga kerja. Tidak perlu menambah orang. Kalau yang mau dijual ada tapi tidak banyak. “Yang menjadi soal saat ini adalah sulitnya mencari tenaga kerja di Jawa. Kebanyakan calon tenaga kerja memilih pergi ke Kalimantan terutama kalimantan timur untuk bekerja di proyek properti atau infrastruktur. Di Semarang, Jepara dan Solo, kelangkaannya sudah terasa. Mereka tergiur dengan rupiah yang ditawarkan tapi tidak tahu kalau disana biaya hidup lebih mahal. Kalau hitungan rupiah maka mereka dibayar 3x dari disini. Bahkan hingga tukang kayu ahli pun pergi
“Calon pelanggan bilang kalau dicarikan dua orang lulusan PIKA, maka akan membeli mesin sekarang juga. Itu menunjukkan prospek bagus bagi lulusan PIKA, tapi itu pun tidak bisa terpenuhi karena semua sudah habis terserap lapangan kerja hingga hari ini. Supply-nya kurang. Hingga saat ini kami masih mengantongi permintaan enam pabrik. Mereka bukan sebagai operator tapi untuk mengisi jabatan tenaga ahli produksi. Itu permintaan yang disampaikan. Keberadaannya penting karena bisa mengawasi operator mesin hingga bisa bekerja mandiri. Expert dalam bidangnya. Yang dicari adalah kepala untuk sejumlah mesin produksi. Karena demand lebih tinggi dari supply yang terjadi adalah mekanisme pasar, yang berani bayar lebih tinggilah yang bisa mendatangkannya. Ini bisa menimbulkan fenomena kutu loncat, dan berdampak negatif untuk mental mereka. “Mesin yg diminati adalah tipe CNC. Itu dari pabrikan besar hingga kecil. Alasannya make sense dan 19
mereka sudah berhitung secara cermat agar bisa mengembalikan investasinya dengan cepat. Bahkan yang tidak punya uang pun sudah memimpikan untuk memilikinya. Keuntungan mesin adalah bisa memproses sejumlah kerja tanpa harus berpindah tempat. Mesin ini mengurangi keterbatasan perwujudan desain yang 2D menjadi bentuk jadi 3D. “Mereka yang bermasalah dengan tenaga kerja pasti akan langsung mengarah ke investasi mesin berteknologi baru. Dari 4 pabrikan di Jepara, 3 diantaranya sudah pasti ke arah itu. Yang punya duit memang gampang memutuskan pembelian, tapi yang tidak punya pasti akan berpikir lebih panjang. Mereka pasti akan berhitung dengan pemasukan dalam satu tahun kedepan. Jika ordernya bisa dijamin selama setahun kedepan, maka sipemilik barulah mau invest untuk itu. “Mereka yang sudah punya mau memodernisir mesin CNC-nya karena yang ada sudah sepuluh tahun lalu. Tetap butuh mesin baru sambil mempertahankan mesin lamanya. Kalau yang sudah rusak, tidak perlu dibeli lagi. Ini karena adanya mesin yang baru. Satu lagi workshop yang tidak punya mesin modern selama ini tapi bisa mendapatkan pekerjaan artwork di pembangunan apartemen hi-end di Jakarta Selatan. Satu itemnya saja bernilai ratusan juta, dan ordernya satu item untuk tiap lantai. “Untuk workshop sekecil itu nilai itu benar-benar besar. Hanya bermodalkan mesin CNC mereka akan bisa mengerjakannya. Tidak perlu menggantikan mesin-mesin tua yang sudah rusak seperti router dan ulti boringm. Investasinya tinggi tapi semua bisa dikerjakan disitu. Dia bilang pekerjaannya mutlak membutuhkannya karena order artworknya. Ia memang sudah mengerjakannya tapi kendalanya saat ini adalah lead time karena semuanya dibuat handmade di Jepara. Untuk mengatasinya diputuskan membawa 30 tukang ukir ke Jakarta. Hitungannya sudah pasti masuk tapi nyatanya tidak terjadi. Kalau satu tenaga ukirnya pulang kampung, lainnya pun ikutan pulang. Ini terjadi berulangulang. Solusinya agar deadline 20
terpenuhi adalah menghilangkan ketergantungan pada pengukirnya. Dengan mesin senilai Rp. 2,5 milyar bisa terpenuhi deadline-nya. Sekitar 60-70% dikerjakan dengan mesin, finishingnya barulah dikerjakan handmade. Hemat waktu dan less error. “Tahun 2015 adalah tahun otomatisasi bagi pabrikan woodworking. Ini sudah menjadi kebutuhan dan bukan sekedar tren, atau untuk pamer ke pelanggan. Orang sudah tidak bisa membanggakan lagi punya mesin ini. Kalau tidak punya, mereka bisa kehilangan proyek yang seharusnya bisa diperoleh. Ada kejadian seorang pengusaha terpaksa meminjam pabrik temannya untuk mengerjakan sebuah proyek. Pemilik proyek tidak mau memberikannya kalau pabrik itu tidak memiliki mesin CNC. Yang dilakukan oleh pengusaha adalah berkongsi dengan rekan lainnya. Jadi bukan hanya efektivitas dan efisiensi kerja, tapi juga trust dan at the end cost. “Untuk pembelian mesin sebenarnya bank bisa memberikan kredit, tapi nilainya kan kecil. Taksiran bank hanya kurang dari separuh nilainya. Perbankan tidak tertarik dengan nilainya. Kalau satu mesin kecil rusak, pengusaha cenderung membeli penggantinya secara cash. Perbankan tertarik kalau industri butuh installment credit yang nilainya antara 5 sampai 10 milyar Rupiah. Kalau industri
bisanya menanyakan persoalan itu jika hendak mengeksekusi pembangunan satu line baru dalam pabriknya. “Kalau bicara soal pendanaan dari bank, pengusaha justru malas membicarakannya. Kalau menyangkut perbankan biasanya mereka harus mengagunkan tanahnya. Untuk yang sudah kaya itu tidak soal. Mereka bilang yang dijaminkan ke bank untuk membeli mesin itu tanahnya bukan mesinnya. Rata-rata industri besar meminta adanya instalment payment terkait pembelian mesin. “Sektor panel akan meningkat karena solid itu akan kian sulit supplynya. Pemain solid yang benar-benar bagus biasanya cenderung untuk bertahan disana karena sudah specialized. Kalau tidak mereka harus mampu mengkombinasikannnya dengan panel guna mengatasi kekurangannya. Jadi arah perkembangan industri nantinya ke panel. Sekalipun ada yang masih menggunakan solid tapi akan lebih banyak kombiasi dengan panel. Teman-teman memprediksikan kalau order akan meningkat tahun 2015 ini, dan puncaknya bisa terjadi pada tahun 2016-2017. Tendensinya akan naik di tahun depan, tapi bergantung sekali pada kondisi politik yang ada di sini. Kalau aman makanya semuanya bisa berjalan mulus. Saya optimis akan lebih baik.
OUTLOOK
Abie Alfredo Sulistio, PT Marga Agung
TIDAK MASALAH
DENGAN TAHUN POLITIK “Tahun ini petumbuhannya jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu. Pertumbuhan tahun ini bisa mencapai 30%. Proyek kami semuanya adalah perumahan kelas atas. Biasanya orang lihat dulu bagaimana situasinya, jika dianggap aman maka proyek bisa dimulai atau dilanjutkan. Di tahun ini yang dikuatirkan itu justru tidak terjadi. Dari bulan Januari kok semuanya jalan terus, bahkan berapa teman kontraktor interior dan arsitek menolak pekerjaan yang ditawarkan. Artinya properti benar-benar sedang hot tahun ini dan tidak terbatas di tempat tujuan wisata seperti Bali. “Untuk market kami yang berada segmen hi-end, ekonomi bukan isyu buat mereka. Ada atau tidak ada krisis ekonomi toh mereka tetap kaya. Kalau mau membangun ya bangun saja. Yang menjadi concern adalah apakah situasinya cukup aman. Itu saja. Kemarin memang sempat terjadi kekuatiran misalnya saat menjelang pengumuman pemenang pemilu di KPU dan MK. Semua orang kuatir. Ada juga yang kabur ke Singapura atau Australia,tapi Saya coba tanya sejumlah klien dan mereka bilang kondisinya aman-aman saja. Saya rasa itu yang mendorong tingginya pertumbuhan di tahun politik itu.
“Perusahaan ini merupakan perusahaan kontraktor kayu. Kami mengerjakan pesanan seperti pembuatan daun pintu, daun jendela, kusen pintu dan jendela, lantai kayu, decking hingga plafon kayu dan tangga kayu. Kami hanya mengerjakan produk kayunya tapi tidak menggarap desainnya. Desainnya kami terima dari arsitek dan desainer interior. Kami juga tidak mengerjakan pekerjaan sipil karena sudah ada kontraktornya sendiri. “Material alumunium sebenarnya sudah lama dipergunakan dan mulai menggeser penggunaan kayu. Demikian juga dengan UPVC yang baru ngetrend kembali bekakangan ini. Mungkin sekitar 10 hingga 8 tahun ini. Untuk penggunaan eksterior, materail kayu dianggap memiliki kelemahan berupa maintenance. Berapa tahun sekali finishingnya harus diulang lagi. Ini dilihat sebagai peluang oleh produk serupa berbahan alumunium dan UPVC. Waktunya pun tepat. Sekarang hampir semua orang untuk produk eksterior menggunakannya. Saya pribadi tidak setuju dengan itu. “Kalau dibilang menggerogoti ya, tapi kalau dibilang tidak juga ya. Desain itu berevolusi. Dulu kami hanya mengerjakan kusen dan daun pintu serta jendela. Lama-lama orang
mulai menggunakan lantai dan plafon kayu. Belum lagi ada yang mau pasang dinding kayu atau yang sifatnya dekoratif seperti façade dengan membungkus dinding depan dengan kayu. Ada juga yang mau membuat gazebo. Jadi sebenarnya kalau ditanya itu jawabannya ya, tapi penggantinya justru tidak kurang banyak. “Pasar produk berbahan baku kayu masih cukup kuat hingga kini. Bahkan beberapa pemilik proyek tetap memilihnya dibanding alumunium atau UPVC. Saat itu persoalan maintance kami kemukakan, dan dijawab itu bukan soal. Persoalan tampilan material kayu menjadi dasar pemilihannya. Mereka yang malas dengan perawatan akan memilih kedua bahan tadi. Padahal produk jadi keduanya bisa difinishing sesuai dengan tekstur kayu, tapi tampilannya tetap tidak seperti kayu. “Tadinya pasar memang sempat kuatir dengan tahun politik ini, namun setelah melihat semua rangkaian kejadian maka semua kekuatiran itu pupus. Lihat saja saham langsung naik, dan rupiah pun mengalami penguatan. Saya rasa ke depan ini akan lebih bagus lagi. Paling tidak pertumbuhannya bisa mencapai 30%, kalau bisa malahan lebih. Yang penting semua bisnis 21
jalan terus sehingga hasilnya akan lebih baik. “Kami juga sudah mulai memasukan proposal untuk proyek apartemen yang hi-end. Proyek ini akan lebih memudahkan produksi. Untuk satu unit apartment itu dibutuhkan tiga pintu dengan ukur serupa, sehingga tinggal kalikan saja berapa unit dalam sebuah apartement itu. Produknya massal dan nilainya besar karena volumenya besar. di rumah pribadi, satu rumah mungkin membutuhkan sekian pintu yang masing-masing ukurannya berbeda. Kalau rumahnya besar maka jumlah pintunya bisa mencapai seratus dengan beragam ukuran. Ini belum lagi jika pemiliknya menerapkan ukuran hongshui di rumahnya. Lebih banyak ribetnya. “Untuk hi–end property kami mendapatkan info kalau Pakubowono Group sudah siap membangun lagi. Bekas lahan
22
kantor Astra Grup di kawasan Sudirman juga akan digarap menjadi apartment hi-end. Pertumbuhan bangunan hi-rise saya prediksikan tidak setinggi tahun sebelumnya. Ini untuk yang berlokasi di tengah kota karena lahannya kian sedikit. Untuk yang lokasinya dipinggir kota mungkin pertumbuhannya bisa lebih kencang. Untuk kawasan prime di Jakarta mungkin tidak sekencang tahun lalu. “Di mana saja sebenarnya kami bersedia megerjakannya hanya saja benar masuk tidak hitungannya ke sana. Bangunan hi-end yang terbanyak itu ada di Jakarta. Yogya ada tapi hanya satu dua. Begitu juga dengan proyek rumah hi-end. Daya belinya pun masih lebih kuat di Jakarta. Orang Jakarta sadar sekali kalau mau membuat rumah yang bagus, harus menggunakan jasa arsitek dan interior desainer. Untuk bagus tentu ada harganya. Orang Jakarta berani mengeluarkan uang
untuk memperolehnya. Keberanian untuk spend more money di Jakarta masih lebih unggul. Itu sebabnya pasarnya masih lebih menarik. Vendor plafon gypsum dan marmer pun mengakuinya. Banyak mitra kami yang mengakui kalau kota ini tetap menjadi tempat yang paling menarik. “Mayoritas pasar kami adalah pasar lokal. Jadi akan prioritaskan itu. Kalau Singapura dan Kuala Lumpur ‘kan hanya sekali-sekali. Untuk tahun lalu, di Jakarta saja ada sekitar 80-90 proyek. Itu di Jakarta saja. Kami punya mimpi untuk bisa mengembangkan pasar di luar negeri. Meraihnya merupakan salah satu cita-cita saya sebagai generasi kedua di perusahaan ini. Bapak saya kurang setuju dan beliau bilang kalau pasar lokal saja sudah begini besar, lantas kenapa repot memikirkan pasar luar. Saya pikir kalau bisa menggarap keduanya kenapa tidak.
“Kami coba berkenalan dengan sejumlah arsitek asing, dan memang ada yang menanggapinya. Kami belum pernah mengikuti pameran di luar seperti yang dilakukan Saniharto dari Semarang. Kami biasanya ikut pameran dengan kegiatan salah seorang arsitek yang ternama atau kelompok arsitek tertentu. Sebagai vendornya kami diikut sertakan dalam persentasi itu. itu lebih kena karena langsung direkomendasikan untuk proyek berikutnya. “Ini lebih tepat sasaran apalagi target kami adalah hi-end market. Kalau pameran umum justru tidak memberikan hasil seperti diharapkan. Kami pernah mengalaminya. Ketika bicara soal harga maka si calon pelanggan pun kaget. Ia pun serta merta mengembalikan katalog kami. Kalau bos-bos besar mana punya waktu pergi ke pameran-pameran semacam itu. Biasanya arsitek lah yang menyuruh kami presentasi
di rumah calon klien itu. Ini malah memberi hasil langsung. “Kalau soal legalitas kayu biasanya kami sudah selesaikan sebelum masuk atau diterima di pabrik di Yogyakarta. Kalau soal SVLK, kami sudah meminta pihak independen untuk menyelesaikannya. Kami lakukan ini bila ada permintaannya. Kalau untuk ekspor kami lebih suka yang dalam partai besar, bukan yang customized. Karena nilainya pasti besar dan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan itu tidak akan jadi soal. “Kalau lihat situasi di Eropa dan Amerika yang masih begini hingga saat ini, kayaknya sulit untuk industri ini berjaya lagi. Masih mungkin sih meningkat. Dulu indonesia punya Barito Pacific yang merupakan pabrik plywood terbesar di dunia, toh saat ini tidak lagi beroperasi. Jaman itu karena pakai kayu rimba maka kualitasnya sangat bagus sekali.
Bandingkan dengan kualitas produk serupa yang menggunakan kayu sengon. Sudah pasti tidak sebagus dulu. Kuantitasnya pun tidak seperti dulu karena harus menunggu panennya. Dulu tinggal tebang di hutan. Kalau pun bisa kembali maka harus mengandalkan inovasi. Kayu tidak segampang dan sebagus dulu. “Ke depan trennya menggunakan engineering wood. Kalau dulu parquette menggunakan kayu jati solid yang tebalnya 3cm. Setelah harganya mahal, lalu tebalnya dikurangi jadi 1,5cm dan ditempelkan ke backing. Lamalama kayu jatinya ditipiskan menjadi 5mm, lalu jadi 2mm. Dengan dislice menjadi 2mm maka masih terlihat sebagai kayu solid.
23
PROFILE
PT Pacific Furniture
Indonesia Masih Kompetitif
Dalam Tenaga Kerja dan Bahan Baku Sekalipun pemerintah dan kalangan perbankan nasional mengkategorikan industri kehutanan dan hasil hutan sebagai sunset industry, tapi masih banyak investor asing yang tertarik berinvestasi disini. Salah satunya adalah Pacific Furniture yang berasal dari cebu, Philippina. Perusahaan yang dimiliki sahamnya oleh keluarga Streegan yang telah berkiprah lebih dari 40 tahun dalam memproduksi mebel. Sejak Oktober 2013, Pacifif Traders and Manufacturing corp., ini telah hadir di Indonesia dengan nama PT Pacific Furniture. Menurut Direktur Operasional Archelis F. Unabia yang akrab disapa Archie, kehadiran perusahaan ini menandakan jika Indonesia masih memiliki daya tarik luar biasa untuk industri semacam ini. Indonesia dianggap sangat menarik dan kompetitif terutama dalam ketersediaan material dan sumber daya manusia. Itu sebabnya dalam studi kelayakan yang dijalankan perusahaannya, Indonesia berhasil mengungguli Vietnam sebagai negara tujuan relokasi industri ini.
24
Tenaga Kerja dan Bahan Baku yang Kompetitif Menurutnya, pemilik perusahaan Charles Streegan telah memutuskan untuk memindahkan sekitar 80% pekerjaan produksi ke Indonesia. Keputusan ini berarti hanya mempertahankan proses finishing di lokasi asalnya di Cebu, Filippina. Inilah yang mendorong Pacific Furniture untuk membangun fasilitas manufaktur di Semarang dan Cirebon dalam waktu yang bersamaan. Menurut Archie, fasilitas manufaktur di Cirebon akan berfokus pada proses produksi anyaman rotan
alam dan sintetis. Cirebon dianggap sebagai lokasi yang ideal bagi proses produksi ini, tidak hanya karena melimpahnya ketersediaan sumber daya manusia dengan ketrampilan menganyam yang mumpuni. Tapi juga keberlimpahan material rotan alam dan sintetis di sana. “Paling tidak dalam 20-30 tahun kedepan, kedua faktor itu masih akan tetap tersedia secara kompetitif disini,” jelasnya. Menurutnya, Indonesia tidak hanya melimpah dalam bahan baku rotan alam tapi juga ketersediaan kayu jati, mahoni dan karet. Tak hanya itu, masih banyak spesies kayu lokal yang dapat digunakan untuk mensubtitusi ketiga spesies tadi. Atau malah digunakan untuk keperluan manufakturing. Sekalipun berlimpah, pihaknya tetap memutuskan untuk melakukan semua proses produksi secara utuh dalam satu atap alias in-house. Kontrol kualitas nampaknya menjadi pilihan utama dalam pemilihan ini. Namun untuk bisa menjalankan kedua fasilitas manufaktur ini, Arhcie
dan PT Pacific Furniture mengalami tantangan yang lumayan berat.
Merubah Persepsi Calon Tenaga Kerja Tantangan pertamanya adalah mencari calon-calon tenaga kerja guna mengisi posisi di lini produksi. Itu menyebabkan ia blusukan ke banyak Balai Latihan Kerja dan sekolah vokasional mulai dari PIKA di Semarang hingga sekolah serupa di Tegal dan Brebes. Ini merupakan upaya perusahaan untuk mencari tenaga kerja fresh from the oven. Namun upaya itu ternyata tidaklah mulus, karena dihadapkan pada persepsi yang sudah tertanam di benak kebanyakan mereka itu. Ini merupakan tantangan untuk merubah persepsi tentang pekerjaan yang diinginkan calon tenaga kerja itu. “Umumnya sudah berencana untuk bekerja di sektor jasa dan keuangan,” jelasnya. Kebanyakan dari calon tenaga kerja menginginkan bekerja di ruangan yang berpendingin udara dan tidak melakukan kerja fisik seperti yang dilakukan operator mesin produksi. Yang justru mengherankan adalah lulusan sekolah vokasional pun memiliki persepsi yang serupa. Padahal mereka ini dipersiapkan untuk bekerja sebagai operator produksi. Bahkan mereka cenderung menyebut bekerja di pabrik, apalagi pabrik mebel sebagai pekerjaan
yang dirty, dusty dan dangerous. Diperlukan waktu relatif lebih panjang untuk bisa merubah persepsi yang sudah tertanam itu, dan digelarlah pelatihan awal bagi tenaga kerja yang berminat selama dua minggu. Pelatihan ini ternyata mampu mengubah persepsi tersebut, dan mampu menyakinkan sebagian dari mereka. “Bisa saja selepas pelatihan itu sebagian dari mereka tetap tidak tertarik, tentu itu menjadi resiko kami,”jelasnya. Untuk itu, ia menerapkan strategi memperbesar overhead cost untuk sementara waktu agar bisa mengantisipasi turnover yang akan terjadi. Dukungan ketersediaan tenaga kerja ahli dari Filippina tetap disiagakan, dan pelatihan lanjutan pun tetap dilangsungkan di semua lini dan tingkat. Ini berpijak pada pemikiran bahwa tenaga ahli asal Filippina tidak akan selamanya berada di sini, sehingga mau tidak mau harus sesegera dan sesecepat mungkin. Dengan demikian berlangsung transfer technology dari tenaga ahli ke tenaga lokal secara mulus. Strategi berikutnya adalah bagaimana mengidentifikasi hidden talent yang merupakan added value dari masing-masing tenaga kerja yang sudah bergabung sebelumnya. “Banyak di antara mereka yang memiliki kemampuan pengoperasian
komputer atau mesin berkomputasi di atas rata-rata,”jelas Archie. Hanya saja kebanyakan dari mereka tidak mau mempertunjukkannya secara terbuka. Ini membutuhkan pendekatan yang lebih intens agar bisa mengidentifikasi, sekaligus memposisikan nilai tambah itu. Mereka yang memiliki value added ini kemudian dipindahkan penugasannya ke sejumlah bagian yang membutuhkan keahliannya. Menemukan dan menempatkan orang yang tepat di posisi yang pas merupakan salah satu strategi guna mengoptimalkan kemampuan terbaik dari masingmasing individu. Penempatan yang pas juga diharapkan tak hanya bisa mendongkrak daya saing perusahaan, tapi juga mampu menumbuhkan loyalitas. Ini masing ditambah lagi dengan penerapan nilai-nilai keluarga besar perusahaan yang sudah ditularkan sejak 40 tahun lalu, yaitu dengan “take a good care of them,” ujar Archie.
Membangun Kemitraan dengan Suplier Tantangan berikutnya adalah bagaimana menemukan pemasok terbaik bagi perusahaan. Beruntungnya, Archie bukanlah orang baru dalam bisnis ini di Indonesia. Ia sebelumnya pernah bergabung perusahaan yang sebenarnya merupakan salah
25
ditumbuhkan di sini adalah well documented seperti yang diterapkan di cebu. Menurutnya, tradisi pendokumentasian yang diterapkan ini mulai sejak awal proses di hulu hingga ke hilirnya. “Semua tahapan terdokumentasi dengan baik,” jelas Archie. Bahkan di sana setiap item yang diproduksi memiliki logbooknya masing-masing. Mulai dari penggergajian hingga pengepakan. “itulah keindahan Pacific Furniture,” jelasnya. Pendokumentasian juga mengikut sertakan pencatatan Standrad Operational Procedure alias SOP yang diaplikasikan. “Semua terdokumentasikan dengan baik, bahkan satu-persatu item produk dari masing-masing pelanggan juga ada,”jelasnya. Semuanya secara terinci, mulai dari spesifikasi hingga isyu tentang kualitasnya. Ini merupakan perwujudan dari orientasi pemikiran pemilik perusahaan. Dengan cara ini, perusahaan telah mengurangi peluang timbulnya ketidak puasan pelanggan di masa depan. Cara ini ternyata jitu dalam menangkalnya. Keuntungan lainnya dari budaya ini adalah memudahkan karyawan baru untuk mempelajari, bahkan mencari tahu tentang segala sesuatu. Semua itu ternyata tersedia dalam logbook yang teramat detail itu. Kebiasaan ini berjalan seiring dengan pelatihan yang intensif di semua level dan semua lini.
satu pesaing Pacific Furniture. Selama tinggal di Indonesia, Archie mengakui jika ia telah mengembangkan jejaring kerja yang memberikan keuntungan dalam mengatasi persoalan ini. Jejaring kerja inilah yang membantunya untuk menemukan secara cepat sekaligus tepat pemasok-pemasok yang sanggup mendukung kinerja perusahaan dalam setahun operasinalnya. “Saya bisa menemukan the best supplier ever sekaligus the right partner,” jelasnya. Ia mengakui jika ia memperoleh kualitas dan harga terbaik yang pernah ada. Archie kini sedang memusatkan perhatian dan energinya untuk pelaksanaan relokasi secara 26
besar-besar dari cebu, Filippina. Pacific Trade and Manufacturing corporation yang berdiri sejak tahun 1973, merupakan perusahaan yang terintegrasi sejak hulu hingga hilir. Semua dilakukan dalam satu pabrik, mulai dari penggergajian kayu bulat hingga pengepakan sebelum ekspor dilakukan. Itu termasuk fasilitas pengupasan veneer dan veneering. “Semua fasilitas produksi yang dibutuhkan tersedia di sana,” jelasnya. Dan “Semua fasilitas itu direncanakan untuk dipindahkan ke Semarang,” sambung Archie.
Menularkan budaya Pendokumentasian Strategi lain yang sedang
Menurutnya, detailnya dokumentasi itu akan lebih berguna jika memungkinkan tumbuhnya inovasi. Ini agar proses produksinya menjadi lebih cepat dan efisien. “Sekalipun itu produk massal,” jelasnya. “Jadi tidak hanya sekedar mencontohnya dari dokumen yang telah ada,” sambungnya. Ia pun bertutur bahwa di awal masa kerjanya dalam fasilitas manufaktur di Semarang, ia “Berupaya mengimplementasikan sejumlah inovasi baru”. Dengan inovasi itu, proses pengerjaan yang sebelumnya dilakukan dalam dua kali proses kerja berhasil dilakukanhanya sekali. Proses inovatif ini berdasakan pengalaman yang telah dicatatkan dalam logbook, kemudian dibagikan (share) kesemua personil yang seperti para teknisi dan operator
ENBORER® 100EC
Insektisida yang efektif dan telah terbukti untuk melindungi kayu
Insektisida untuk produk kayu
ENBORER® 100EC adalah produk dari Arch Wood Protection produsen utama bahan kimia perawatan kayu di dunia. ENBORER® 100EC sangat efektif dalam mengendalikan serangga untuk kayu gelondongan, kayu yang baru digergaji, kayu kering, furnitur dan komponen furnitur. ENBORER® 100EC dapat diencerkan dengan air atau pelarut dan disemprot, dicelup atau diperlakukan dengan tekanan pada produk kayu.
Kayu gelondongan: Encerkan Enborer® dengan air dan semprotkan
Cetakan dan komponen furnitur: Encerkan Enborer® dengan pelarut dan terapkan
Kayu gergajian: Encerkan Enborer® dengan air dan celup atau semprot
Kayu gergajian – perlindungan jangka panjang: Encerkan Enborer® dengan air dan perlakukan dengan tekanan
Distributor : PT Agricon Sentra Agribisnis Indonesia Tel : (51)313070 e-mail :
[email protected]
Sub-distributor : PT Trika Saka Jaya Tel : (61)6643439 e-mail :
[email protected]
Produsen : Arch Wood Protection (M) Sdn Bhd, Malaysia email :
[email protected] situs web: www. tanalised.com
27
mesin. Ini membuktikan bahwa perusahan ini terbuka terhadap setiap inovasi, bahkan jika itu dilakukan diluar Filippina. “Learn it and do it,” katanya. Semua itu sangat menolong dan memudahkan baginya sebagai pimpinan di perusahaan. Baginya, jika semua itu dilakukannya sendiri maka ia mastikan bila dirinya akan berada dalam masalah. “I will in trouble,” ujarnya sambil tertawa. Untuk itu dibutuhkan penumbuhan sense of belonging dari semua karyawan dalam perusahaan. Di matanya, tenaga ahli asing alias ekspatriat seperti dirinya bisa sewaktu-waktu meninggalkan perusahaan ini untuk kembali ke Cebu. Untuk mengantisipasi itulah, tenaga kerja lokal harus siap menggantikannya. “Cobalah untuk mulai mempelajari dan menyerap karena ini perusahaan anda, dan satu saat nanti mereka itulah yang akan mengelolanya” jelasnya. Upaya memotivasi ini selalu dilakukannya dalam setiap meeting. Tak hanya sampai disitu, ia juga harus jeli dalam mengindentifikasi key leaders diantara keseluruhan karyawannya. Mereka inilah yang diharapkan bisa dididik menjadi pemimpin di masing-masing level.
Kombinasi Empat Faktor Archie mengakui bahwa pada saat ini pencapaian pabrik di Semarang jauh dibawah kapasitas produksi terpasangnya. Namun, ia dengan realistis menyebutkan bahwa dirinya tidak mau melompat terlalu jauh, hanya untuk mengejar pencapaian itu. Dengan realistis ia menargetkan pencapaian kinerja itu akan terealisasi pada kartal keempat tahun 2015 ini. Untuk mencapainya, ia sangat percaya pada pengkombinasian empat faktor yang berupa sumber daya manusia, permesinan, material dan metoda. “It’s the old tools yang sudah diterapkan pengkombinasiannya sejak awal era industrialisasi”. Baginya ini merupakan upaya terbaik dalam pengelolaan sebuah industri maupun bisnis. Pencapaian keseimbangan di antara keempatnya akan memberikan hasil terbaik,
28
dan “Jika tidak terjadi akan sulit mencapai target yang ditetapkan,” sambungnya.
Indonesia kaya akan Bahan Baku Indonesia ternyata sangat akrab dengan keluarga pendiri Pacific Furniture Streegan. Hal ini diungkapkan oleh Archie, dan untuk bisa menanamkan modalnya serta mentransfer fasilitas produksinya dari cebu Filippina ke Cirebon dan semarang. Maka dilakukanlah studi kelayakan enam tahun sebelum melahirkan keputusan akhir pemindahan besar-besaran itu. Indonesia, yang bersaing dengan Vietnam, memiliki keunggulan komparatif dalam ketersediaan tenaga kerja trampil sekaligus bahan baku industri mebel. “Keunggulan komparatif ini diperkirakan akan bertahan hingga 30 tahun ke depan,” jelasnya. Sedemikian kayanya negeri ini, dalam kunjungan terakhir di bulan Juli 2014, principal desainer Pacific Furniture yang merupakan adik perempuan Charles Streegan berhasil menemukan corak batik buatan tangan yang selama ini dicari untuk keperluan pengembangan produk-produk mebel baru.
Mengapa Cirebon? Pilihan untuk memiliki fasilitas
produksi untuk barang anyaman seperti rotan alam dan sintetis, ternyata jauh ke Cirebon. Padahal di Indonesia, sentra anyaman untuk mebel dan kerajinan dari rotan juga ada di Gresik, Jawa Timur; dan Surakarta, Jawa Tengah. Namun kota inilah yang dipilih perusahaan ini. Alasannya adalah kota ini tidak hanya unggul dalam faktor talenta menganyam rotan, alam dan sintentis. Study yang dijalankan sebelumnya memperlihatkan jika cirebon memperoleh status the best dalam material dan harga. Bahkan dalam semua aspek penilaian survey, kota ini memperoleh semua penilaian is the most dalam semua kategori. “Anda bisa beli bahan baku rotan alam dari mana saja tapi tidak bisa merelokasi pengayamnya dari kota itu,” jelas Archie. “It will be worse”. Di cirebon, “Bahan baku rotan yang berkualitas bagus tersedia dalam jumlah besar,” jelas Archie. Ia tak menampik jika kedua kota lainnya memiliki ketersedian bahan baku, namun di cirebonlah ketersediaan itu jauh lebih melimpah. Ia pun mengungkapkan jika keberlimpahan sumber daya rotan di hutan Kalimantan tidak terbantahkan dan tetap sustainable dalam jangka panjang. Bahkan, diakui pihaknya sudah pula mengantisipasi kondisi terjadinya kelangkaan suplai rotan alam dari Kalimantan dalam tahuntahun mendatang.
ADVERTORIAL
Neufahrn, Jerman, Nopember 2014: Kini penggergajian kayu sudah bisa menghasilkan untung dari limbah kayu: instalasi cogeneration gas kayu dari Spanner menggunakan serpih kayu atau sisa kayu tak terolah untuk pembangkit kombinasi panas dan energi. Jika instalasi Spanner HKA 45 kW dioperasikan terus-menerus, akan menghasilkan tenaga energi listrik 45 kWel dan 108 kWth panas. Baik panas maupun energi listrik dapat digunakan secara langsung di penggergajian kayu untuk proses pengeringan atau pemanasan serta untuk mengoperasikan
30
perlengkapan penggergajian kayu. Serta juga dapat dijual untuk menyalurkan energi listrik kepada jaringan listrik dan operator jaringan pemanas. Instalasi cogeneration gas kayu menghasilkan untung bagi operator penggergajian kayu: Karena instalasi cogeneration memakai sisa dan serpihan kayu yang selalu tersedia jika penggergajian kayu terus dioperasikan untuk produksi, sehingga biaya energi sangat dikurangi. Makin banyak sisa dan serpihan kayu tersedia, makin tinggi keuntungan ekonomi bagi operator. Instalasi cogeneration gas kayu dari
Spanner dikonstruksi berdasarkan keahlian dan pengalaman lama Spanner di bidang industri otomatif, serta semua instalasi diproduksi di Jerman. Dilindungi oleh berbagai paten, dan mutu telah terbuktikan oleh aneka ragam cara pemakaian di seluruh dunia. Instalasi cogeneration ini sangat kuat, mudah dipasang,lestari lingkungan, serta menunjukkan keandalan tinggi dan daya tahan lama. Serpihan kayu ditransformasi menjadi panas dan tenaga listrik dengan efisiensi sangat tinggi, serta mengikuti prinsip kombinasi panas dan energi. Dengan energi listrik sebagai nilai tambahan atau “byproduct”, instalasi cogeneration Spanner dapat dioperasikan dengan keuntungan ekonomi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pembakaran kayu konvensional. Lebih dari satu MWh energi listrik dan lebih dari dua MWh panas dihasilkan dari tiap ton serpihan kayu, sehingga bisa menggantikan 300 l minyak diesel bagi generator yang sebanding. Oleh sebab itu instalasi cogeneration Spanner menjadi unik dan menarik bagi operator penggergajian kayu.
Jika sebuah penggergajian kayu menghabiskan banyak panas dan energi dan sekaligus tersedia serpihan kayu alamiah atau limbah kayu, satu instalasi cogeneration gas kayu bisa membantu menurunkan biaya panas dan energi sehingga biaya investasi diamortisir dalam beberapa tahun saja.”, kata Thomas Bleul, Direktur Utama Spanner. Kemudian akan menghasilkan uang bagi operator penggergajian kayu.” Untuk mencapai kinerja optimal dalam penggunaan tunggal, instalasi cogeneration gas kayu Spanner ditawarkan dalam tiga ukuran energi : 20 kWel/48 kWth, 30 kWel/73 kWth, dan 45 kWel/108 kWth. Juga tersedia sistem kaskade sampai 1 mega watt energi listrik dan telah terwujud dengan sukses. Ratusan instalasi cogeneration Spanner sedang dioperasikan di Eropa, Asia dan Amerika Utara. Digunakan dengan penggergajian kayu, di bidang pertanian dan kehutanan. perhotelan dan catering, serta untuk jaringan pemanasan lokal. Sales dan service dilakukan secara lokal oleh perusahaan mitra Spanner di tiap negara bersangkutan. Seorang manajer pemasaran internasional mendampingi perusahaan mitra khususnya dalam usaha pemasaran nasional mereka. Untuk informasi lebih lanjut tentang instalasi cogeneration gas kayu Spanner, silakan kunjungi situs www.holz-kraft.de
Tentang Spanner Re2 Spanner Re2 GmbH adalah perusahaan terkenal sebagai pembuat instalasi congeneration (CHP) kecil dan terdesentralisasi untuk biomassa padat. Instalasi cogeneration Spanner HOLZ-KRAFT menghasilkan sekaligus panas dan energi dari serpihan kayu, serta merupakan produk pertama yang diproduksi dalam seri dan telah membuktikan mutunya setelah bertahun-tahun dioperasikan berkaitan aneka ragam penggunaan. Instalasi cogeneration kayu dari Spanner digunakan di bidang pertanian, kehutanan, industry kayu, perhotelan dan catering serta dalam jaringan pemanasan lokal. Efisiensi energi, pemakaian sumber alam lokal yang terbarukan dan penghematan biaya karena produksi panas dan energi mandiri telah menjadi unsur-unsur istimewa. Sudah lama Spanner Re2 berpengalaman dan berkeahlian di bidang produksi biomassa dan system pemanasan, serta merupakan penyuplai sistem yang diaudit untuk Bosch/ Buderus. Spanner Re2 adalah perusahaan yang bertumbuh pesat dengan lebih dari 110 pekerja dan termasuk dalam gabungan perusahaan Spanner Group. Tentang Spanner Group Didirikan pada tahun 1951, Otto Spanner GmbH merupakan perusahaan milik keluarga di bidang pengolahan logam yang menjadi penyuplai untuk perusahaan mitra di bidang industri otomatif, a.l. BMW dan Porsche. Sejak beberapa tahun terakhir Spanner Group makin berkembang dan berhasil di berbagai pasaran yang sedang berkembang pesat, misalnya pasaran energi terbarukan dan elektronika. Kini Spanner Group terdiri dari empat perusahaan tunggal dengan seluruhnya 360 pekerja. Kontak untuk pers dan media Spanner Re2 GmbH Niederfeldstr. 38 D-84088 Neufahrn i. Ndb. Jerman Tel: +49 8773 70798-111 Fax: +49 8773 70798-299 www.holz-kraft.de
31
INTERVIEW
Interview with Mark Magee
IKEA Tidak Menjual,
tapi Andalah yang Membeli dari Kami
Hypermarket furniture global ternama asal Swedia ini mulai merambah pasar Indonesia. pembukaan showroomnya di kawasan Alam Sutera, Tangerang Selatan ini memang menjadi penanda kehadirannya. “IKEA ritel memang hadir sejak setahun lalu, tapi sebenarnya IKEA sourcing sudah hadir lebih dari duapuluh tiga tahun lalu di Indonesia,” kata Mark Magee, General Manager IKEA Indonesia. Menurutnya, kerja pertama IKEA bukanlah menjual sesuatu barang. “Kerja pertama adalah menginspirasi dan mengajarkan pelanggan sehingga mau membeli dari kami” jelasnya. Diakuinya, jika pihaknya memiliki banyak produk dengan desain pas dan selalu tersedia sehingga bisa langsung dibawa pulang ke rumah. Itu merupakan IKEA concept yang membedakannya dengan semua ritel modern lainnya. Hal lain yang membedakan adalah IKEA mengetahui secara persis kebiasaan yang ada dalam keluarga yang menjadi target marketnya. Ia mencontohkan kalau di London mesin cuci biasanya diletakan di dapur, di Jakarta mesin yang sama biasanya tidak diposisikan 32
di dapur. Lemari es di kebanyakan keluarga di Jakarta biasanya ditemukan di ruang makan. Di London, kulkas justru ditemukan di dapur. Sedangkan wastafel untuk mencuci tangan biasanya dijumpai di ruang makan keluarga di Jakarta, tapi tidak di keluarga di London sana. “Ya, IKEA memang memahami anda,” jelasnya. Apakah Indonesia hanya menjadi pasar bagi produkproduk IKEA yang sudah mengglobal itu. Ternyata Magee mengungkapkan fakta yang tidak banya diketahui banyak orang. “IKEA ritel baru setahun belakang hadir di sini, tapi divisi yang beda yaitu IKEA Sourcing sudah hadir disini selama 23 tahun lebih. Melalui divisi ini, produsen Indonesia diajak untuk menggarap pasar dunia dalam jejaring kerja IKEA. Untuk itu “Perusahaan Indonesia hanya butuh berbenah diri agar menjadi produsen berkelas dunia,” jelasnya. Simak kutipan perbincangannya dengan redaksi majalah WoodMag di bawah ini.
WoodMag: Pertimbangan apa yang mendorong IKEA untuk membuka showroom sekaligus outlet-nya di Indonesia? Mark Magee: Saya pikir ini sudah diketahui secara luas kalau perekonomian Indonesia bertumbuh secara cepat, paling tidak selama sepuluh tahun terakhir. Kelas menengahnya bertumbuh dengan cepat dalam periode yang sama. Kalau anda baca laporan terakhir McKenzie, maka diprediksikan pada tahun 2030 akan ada 135 juta kelas menengah di sini. Kalau ditanya kenapa di Jawa? Hampir enampuluh persen penduduk Indonesia tinggal di pulau ini. Ini mungkin merupakan pulau terpadat di dunia. Jadi ketika anda atau siapapun berpikir tentang Indonesia maka sudah pasti akan berfokus ke pulau ini. IKEA beroperasi diseluruh dunia. Untuk operasionalnya, IKEA dapat berdiri sendiri atau bekerja sama dalam bentuk franchise. Di Indonesia, kami bekerja sama dengan PT Hero Supermarket. Ini merupakan perusahaan lokal yang beroperasi dibawah skim franchise. Kami bergerak atas nama PT Hero Supermarket dan beroperasi serta memiliki otoritas untuk menjual
produk dan konsep IKEA. Jadi kami mengoperasikan brand IKEA dan atas nama IKEA, serta menjadi pemilik hak franchise di sini. Tentu orang akan melihat warna biru dan kuning IKEA sama seperti di Singapura, London ataupun New York. Sehingga kerja keras disini pun tidak akan berbeda dengan pelayanan yang diberikan pada pelanggan yang datang ke outlet kami di Jakarta sini, Singapura, London, New York atau Tokyo. Itu kekuatan sejati dari sebuah brand global. IKEA merupakan furnishing brand yang paling besar di dunia, atau dalam kata-kata saya yang paling disukai. Penjualannya secara global mencapai USD40 milyar dalam setahun terakhir. Itu sebabnya saya katakan sebagai the most largest and most loved furniture brand. WoodMag: Target apa yang hendak dicapai disini? Mark Magee: Kami datang dengan misi IKEA yang dimiliki setiap orang dalam organisasi ini, yaitu to create better everyday life for everyone. Jadi ide bisnisnya adalah hidup lebih baik bagi semua orang. Untuk itu kami menawarkan produk furnitur yang fungsional, banyak pilihan, didesain secara baik dan dengan
harga yang relatif rendah. Semua karyawan kami mengetahui furnitur apa yang seharusnya ada dalam sebuah rumah. Itu sebabnya kami punya beragam furnitur dan dengan range yang sangat lebar, didesain secara apik, functional home furnishing products, dan harga yang dimungkinkan begitu rendah untuk kebanyakan orang. WoodMag: Mengapa Anda katakan harga begitu rendah? Mark Magee: Ini konsep yang dimiliki IKEA. Prinsip dasar kami adalah mass market company. Untuk bisa mewujudkannya maka kami harus bisa menawarkan semua produk dengan harga yang rendah. Tanpa itu maka tidak akan bisa berjalan. Kami beroperasi dengan volum yang besar. Ini memberi peluang untuk bisa mencapai harga dibawah skala keekonomisannya. Semakin besar volumnya maka akan kian bagus harga perunitnya dan kami meneruskan itu langsung ke pelanggan. Pelanggan juga berkontribusi terhadap rendahnya harga barang kami melalui proses Do It Yourself (DIY) atau merakit produk jadinya sendiri. Inilah yang membuat produk kami kian affordable. Dengan merakit sendiri, kami tidak perlu 33
membayar tenaga kerja perakit di pabrik. Yang diperlukan kami adalah produk yang benar-benar didesain secara apik dan bisa dikemas secara flat pack. Kualitasnya harus bagus seperti juga desainnya dan flat pack, serta volumnya pun harus besar. Kesemuannya bermuara pada harga jual yang rendah. Produk sofa yang sedang kita duduki ini merupakan salah satu produk icon IKEA. Produk ini sudah diproduksi lebih dari 40 tahun. Hanya desain yang benar-benar bagus bisa bertahan dan terusmenerus diproduksi ulang dan ulang sepanjang waktu itu. Produk ini sebenarnya tidak hanya tersedia dalam warna hitam seperti kita lihat saat ini, tapi ini merupakan desain standarnya. Produk ini merupakan contoh dari sebuah desain yang bagus dengan volum yang besar. Kian besar volumnya makin kian rendah pula harga jualnya. Produk ini dijual di banyak pasar dunia, dan dijual dengan harga penjualan lebih rendah saat 20 tahun lalu. Ini bisa terjadi karena volumnya terus meningkat, dan meningkat dari waktu ke waktu. Kami bisa mendapatkan skala ekonomis yang lebih baik dan harga yang kian bagus tentunya. Kami juga mampu melahirkan inovasi dalam teknik manufakturnya sehingga bisa memproduksinya lebih simple lagi, dan ongkos produksinya pun kian rendah. Dari waktu ke waktu kami berupaya menemukan smart design, teknik memproduksi yang lebih murah biayanya dan konstruksi yang lebih ekonomis. WoodMag: Sofa ini diproduksi secara lokal disini? Mark Magee: Yang ini tidak tapi sumber manufaktur IKEA di Indonesia memproduksi sekitar 550 artikel. Itu semuanya didistribusikan IKEA sebagai global chain company ke seluruh dunia. Semua produk 34
harus didesain oleh kantor pusat IKEA di Swedia. Semuanya dilakukan di sana dan itu membuat kami bisa mempertahankan identitas dari semua produk IKEA. Ini karena kami memiliki prinsip dalam mendesain. Awalnya kami pertanyakan bagaimana bentuk dari produk yang akan dirancang. Lantas apakah bisa berfungsi dengan baik. Lalu, memiliki kualitas yang baik. Kami merupakan perusahaan yang memperhatikan sustainability sehingga tidak akan memproduksi produk yang tidak memenuhi persyaratan itu. Jika terdapat opsi untuk itu maka kami akan mengambilnya. Yang terakhir adalah faktor komponen harga jualnya. Kalau anda satukan semua faktornya maka akan diperoleh apa yang kami sebut sebagai democratic design. Itu merupakan esensi dari IKEA design. Semua showroom kami hanya menjual produk yang didesain IKEA Swedia. WoodMag: Pertanyaannya yang kemudian muncul di Indonesia adalah bagaimana bisa menjadi suplier IKEA? Mark Magee: jawabannya adalah anda harus menjadi produsen kelas dunia. Kami mencari sumbersumber produksi ke seluruh pelosok dunia. Kami tidak mempertanyakan berapa harga sebuah produkk asal Indonesia. itu pertanyaan yang salah alamat. Yang kami pertanyakan potensi apa yang dimiliki Indonesia dalam jejaring kerja global IKEA. selama ini orang berfokus pada pertanyaan yang salah. Tentu sebagai sebuah perusahaan kami harus menghasilkan keuntungan dari produk yang dihasilkan di Indonesia, dan menghasilkan lebih banyak lagi. Tapi untuk sebuah perusahaan global, IKEA harus menemukan manufaktur yang bisa memproduksi desaindesainya dengan kualitas, volum dan harga yang pas. Manufaktur itu juga harus merupakan
perusahaan yang benar dalam arti tidak mempekerjakan buruh anak dan kondisi kerjanya pun cukup manusiawi. Kami punya harga yang murah, tapi tidak low price at any cost. Secara fundamental kami merupakan perusahaan yang manusiawi dan melihat serta menolong tenaga kerja yang bekerja menghasilkan produk kami. Jadi low price tapi not low price at any cost. WoodMag: Lantas ini membutuhkan perubahan persepsi dari mereka yang belum pernah mengetahui ikea sebelumnya? Mark Magee: Ya. Itu juga yang kami lakukan pada saat bersamaan. Kalau anda masuk ke showroom maka anda akan melihat adanya unsur edukasi dan inspirasi bagi pengunjungnya. Kerja pertama kami bukan sekedar menjual sebuah produk. Sebagai modern ritel, kami harus memperlihatkan pada pelanggan adalah bagaimana perwujudan absolute top level of modern home furnishing retail. Ini merupakan total experience dari sebuah ritel modern. Kerja pertama kami adalah menginspirasi dan mengajarkan pada pelanggan sehingga mau membeli dari kami. Kami punya produk yang tepat dengan desain yang pas serta tersedia pada hari ini sehingga bisa langsung dibawa ke rumah. Inilah keseluruhan konsep IKEA yang membedakannya dengan modern ritel serupa. Jadi kalau datang ke showroom kami, anda akan melihat 55 set ruangan yang berbeda. Ini mirip seperti yang ada di rumah calon pelanggan kami. Bagaimana kami bisa mengetahuinya secara persis. Saya sering kali berkunjung ke rumah-rumah orang Indonesia. ini bagian dari kerja untuk tahu dan paham bagaimana kehidupan mereka sehari-harinya.
Kalau memang IKEA merupakan perusahaan besar maka seharusnya kami tahu bagaimana orang Indonesia hidup dalam rumahnya. Memang selalu ada perbedaan dalam setiap masyarakat di manapun. Produkproduknya memang standar tapi diaplikasikan dalam kesehariannya secara berbeda, sekalipun tipis perbedaannya. WoodMag: Bedanya seperti apa? Mark Magee: kalau di rumah orang Eropa, mesin cuci biasanya dijumpai di dapur. Kalau di rumah orang di Jakarta, mesin cuci tak akan djumpai di dapurnya tapi diletakan diluar ruangan. Di Eropa umumnya tidak akan dijumpai lemari es dalam ruang makan. Disini, kulkas justru dijumpai di ruang makan. Ini soal kebiasaan karena orang Indonesia banyak minum. Ruang makan di rumah di sini banyak pula yang tidak menyediakan meja makan. Makanan biasanya disajikan di atas lantai beralaskan tikar atau karpet, dan penghuni menyantapnya dengan duduk di atas bantal duduk. Di sini, wastafel untuk mencuci tangan umum dijumpai di ruang makan. Ini karena Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim yang mengharuskan mencuci tangan sebelum makan. Itu tidak ada dijumpai di rumah orang yang tinggal di London. Itu tidak berarti di Eropa, masyarakatnya tidak mencuci tangan sebelum makan. Mereka tetap mencuci tangan tapi wastafelnya tidak berada di ruang
makan. Lantas bagaimana mendisplay semua itu agar pelanggan mengetahui kalau kami memahami kebiasaan mereka. Yeah, IKEA memang memahami saya. Setiap negara dan masyarakat memiliki sedikit perbedaan dalam kebiasaan hidupnya pada saat ini. Pekerjaan kami adalah membawa konsep global yang dihubungkan secara lokal (global concept and connected locally). Kami bukanlah sekedar perusahaan besar dalam ritel global, tapi kami juga acting locally. WoodMag: Seperti apa? Mark Magee: Anda harus melihat display di showroom kami secara langsung. Salah satunya kami mendisplay balkon seperti dikebanyakan apartemen yang ada di Jakarta. Kami mendisplay semua produk yang menjadi kebutuhan orang Jakarta yang kini tinggal di apartemen dengan balkon. Jadi act locally and think globally. WoodMag: Lantas bisa diceritakan bagaimana menjadi supplier IKEA? Mark Magee: IKEA retail merupakan sesuatu yang baru, mungkin baru selama setahun belakangan ini. Sedang IKEA Sourcing itu sudah 23 tahun disini dan kantornya berada di jalan Simatupang Jakarta Selatan. Kantor ini mencari sumber-sumber pemasokan dari semua produk yang didesain oleh IKEA Swedia. Mereka mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari semua sumber yang ada di sini. mereka tahu
material dan keahlian lokal dalam kapabilitas industri. Dalam kaca mata IKEA, mereka itu harus lah yang world class. WoodMag: Artinya? Mark Magee: Anda harus punya produk, kualitas dan volum yang pas; serta keahlian dalam kapabilitas industri. Pengalaman kami adalah anda haruslah berkelas dunia untuk bergabung dengan IKEA. Anda juga harus berfikir sesuai dengan cara pikir IKEA. ini bukan persoalan apakah anda bisa mensuplai satu kontainer penuh dengan sebuah produk yang diminta. Toko ritel lainnya mungkin berpikir dengan cara ini. Kursi itu harus didesain oleh IKEA Swedia, dan harus memenuhi standar global range. Itu berarti bukan dalam jumlah sepuluh ribu item,tapi bisa mencapai seratus ribu item. Itu akan mempersoalkan kapasitas produksi industri. Banyak industri manufaktur disini yang sudah cukup nyaman dengan memenuhi permintaan dalam volum besar untuk pasar domestiknya. Ini karena selama bertahun-tahun perekonomian Indonesia digerakkan konsumsi domestiknya. Supplier lokal umumnya cenderung berupaya memenuhi kebutuhan pasar lokalnya yang memang sudah besar. Itu bagus, namun menjadi supplier global IKEA menawarkan peluang untuk berpikir dalam skala yang lebih besar lagi. Ini menyangkut soal bagaimana sebuah perusahaan asal Indonesia bisa
35
bekerja sama dengan IKEA untuk menggarap peluang di pasar global. Itu yang saya katakan pada Menteri Perdagangan Gita Wiryawan di kabinet lalu. Untuk itu perusahaan indonesia haruslah berbenah diri. Fokus Indonesia selama ini adalah berupaya untuk memperbaiki neraca pembayaran yang mengalami defisit. Ini memang berdampak langsung pada pelemahan atau penguatan Rupiahnya. Dalam pandangan saya, perekonomian Indonesia bisa menjadi export-lead. Itu merupakan cara untuk menyeimbangkan neraca pembayaran yang mengalami defisit seperti saat ini. Ini bukan bertumpu pada soal bagaimana membatasi masuknya modal asing ke sini. Ini merupakan kekuatiran yang berlebihan. Indonesia harus berpikir lebih global. Hanya dengan cara inilah anda bisa mengatasi persoalan yang terjadi pada neraca pembayarannya. Ini soal berpikir lebih besar dan menghubungkannya pada satu level dengan IKEA’s business idea. Memahami ide bisnisnya dan bukan menyoal bagaimana memperbesar gross margin. Ide dasar IKEA bukanlah disana tapi soal very big figure dalam artian volum dan return besar tapi dengan small margin. Pikirkanlah tentang hypermarket untuk furnitur. Mereka ini tidak berfikir soal keuntungan yang besar, dan memang tidak bermaksud untuk itu. Modelnya adalah volum yang besar dengan margin yang relatif kecil. Sebaliknya, kalau bicara keuntungan yang tebal maka volumnya sudah pasti kecil. Kami tidak membicarakan opsi terakhir disini. Membuat keuntungan memang bagus. Itu sebabnya ide IKEA tidak akan bisa berjalan untuk bisnis lainnya. Anda harus membatasi diri agar tidak serakah. IKEA bukanlah perusahaan yang serakah karena the price is in the volume. Banyak perusahaan Indonesia yang telah mesuplai IKEA secara global. Seperti yang saya katakan tadi kalau anda bekerja untuk IKEA maka perusahaannya harus berkelas dunia. Kami hanya mau membeli dari perusahaan sekelas ini. Perusahaan yang memiliki produk, 36
kualitas dan volum serta harga yang pas. Desain dan kualitas menjadi fokus dari ikea swedia, dan melalui cara itu kami bisa mempertahankan citra Skadinavia kami. Style dari showroom didriven oleh produk kami. Kami bicara soal identitas dari IKEA secara global. Kalau anda melihat sebuah produk furnitur maka anda akan bilang ini IKEA atau mirip dengan IKEA. Apa perbedaan keduanya? IKEA adalah modern Scandinavian home furnishing. Kalau anda menjumpai produk serupa yang tak berdesain modern sudah pasti tidak membicarakan IKEA. kami memang tidak menjual produk itu, dan semoga sukses untuk mereka. Mereka pastinya bisa menjual itu dan menangguk keuntungan darinya. Pasar kami adalah mereka yang berusia mulai dari 25 hingga 35 tahun. Keluarga muda yang memiliki anak-anak kecil tapi looking to modernize their life. Mereka mencari sesuatu produk yang mengutamakan fungsionalnya agar ada dalam rumahnya. Mereka tidak mencari benda yang memiliki keindahan. Mereka lebih mengutamakan desain yang modern sebagai pilihan. Kelompok ini memiliki keterbatasan dalam keuangannya, dan mereka inilah yang menjadi target pasar utama IKEA. Mereka akan menjadi pelanggan setia, bahkan hingga bertahun-tahun ketika anak-anaknya tumbuh menjadi besar sehingga keperluan furniturnya pun berubah. Mereka inilah yang kemudian tumbuh bersama IKEA. Hanya dengan produk yang berdesain modern, bisa diperoleh harga yang rendah. IKEA berpaku pada good design dengan harga murah untuk semua orang. Bayangkan saja sebuah supercar maka sebenarnya adalah amat mudah untuk merancang sesuatu yang tidak miliki limitasi. Akan lebih sulit merancang kendaraan yang bagus dengan biaya produksi yang rendah. Apa yang dilakukan IKEA adalah memuaskan customernya dengan produk berdesain modern. Ini bisa mencapai desain yang bagus, kualitas yang baik dengan harga yang pas. Kami punya range produk dengan harga mulai dari entry level hingga level medium dan high. Jadi dalam setiap style group, kami punya produk untuk setiap orang.
INTERVIEW
Furnipro &
Masyarakat Ekonomi ASEAN Interview with Michael Dreyer
Seberapa besar skala sebuah pameran permesinan bertaraf internasional dan seberapa banyak eksibitor dan pengunjung yang diharapkan dari pameran serupa. Pertanyaan ini yang muncul di benak ternyata tidak relevan benar. Karena pertanyaan yang relevan adalah seberapa banyak inovasi teknologi terkini yang bisa ditampilkan dalam sebuah pameran permesinan, dan bisakah menjadi magnet perhatian sekaligus referensi untuk bisa memenangkan kompetisi bisnis yang kian ketat. Pameran Furnipro yang berlangsung di Singapura pada awal November lalu di Marina Bay Sand Expo and Convention Center masih menjadi magnet bagi pelaku bisnis kayu olahan di kawasan Asia Tenggara. Pameran yang diorganisir Kolnmesse Pte Ltd dihadiri 188 eksibitor yang berasal dari 32 negara. Hanya 12% atau sekitar 22 perusahaan yang berasal dari Singapura. Menurut Vice President Kolnmesse untuk kawasan Asia Pacific Michael Dreyer, siklus itu memag merupakan hasil diskusi panjang antara penyelenggara dengan sejumlah produsen mesin-mesin pengolahan kayu besar kelas dunia. “Ini agar pameran bisa menyajikan perkembangan yang benar-benar menonjol,” jelasnya. Ia juga mengungkapkan bila di China sana bisa
dilakukan setahun sekali, karena populasi perusahaan yang demikian besar sehingga persaingannya teramat ketat. Sehingga perusahaan di sana mengandalkan teknologi sebagai pisau bedah untuk memenangkan operasi kompetisi bisnisnya. Ini berbeda dengan kondisi di kawasan Asia Tenggara. Menurutnya, banyak perusahaan furnitur di kawasan ini merupakan perusahaan yang establish. Kondisi ini membuat kompetisi disini tidaklah seketat seperti di China sana. Jumlahnya pun tidak sebanyak seperti di china. Inilah yang melahirkan pandangan yang berbeda terhadap peran dan kontribusi teknologi dalam industrinya. Namun menurut, Dreyer pandangan ini akan segera berubah dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN alias ASEAN Economic Community (AEC) di tahun 2016. “Ini akan berdampak besar dalam pergerakan barang dan tenaga kerja,” katanya. Hanya dalam kurang setahun pelaku industri pengolaha kayu di seluruh kawasan ini dipaksa untuk berbenah diri. Pada saat nanti, sentralisasi pameran seperti Furnipro juga akan tumbuh menjadi kuat dari sebelumnya. ikuti kutipan perbicangan ekslusifnya dengan redaksi WoodMag ditengah kesibukannya dala pameran Furnipro 2014 lalu. 37
WoodMag: Kenapa pameran Furnipro ini hanya diselenggarakan dua tahun sekali? Michael Dreyer: Siklus dua tahunan ini sebenarnya sudah didiskusikan dengan pelaku industri permesinan berskala besar. Mereka menjelaskan pada kami bahwa dari sudut pandang teknologi dan inovasi, pameran semacam ini memang sebaiknya diadakan dalam siklus dua tahunan agar bisa menyajikan perkembangan yang menonjol. Ini sejalan dengan pameran besar seperti Ligna dan Interzum di Eropa yang juga diselenggarakan dengan siklus yang sama. Kami juga memperoleh dukungan dari sejumlah asosiasi internasional dan regional seperti ASEAN Furniture Industries Council (AFIC) dan Singapore Furniture Industries Council (SFIC) untuk melakukan pameran dengan siklus dua tahunan itu. Jika anda punya industri yang kuat, dengan investasi yang besar atau demand yang cukup tinggi, maka pameran bisa diselenggarakan setiap tahunnya. Ini yang terjadi di China. Di sana, terdapat ratusan perusahaan dengan tingkat persaingan yang teramat ketat. Masing-masing perusahaan berupaya keras mengejar teknologi untuk memenangkan kompetisi, serta berupaya berada di lini terdepan dalam penguasaan teknologi produksi. Jadi kebutuhan akan pengaplikasian terknologi tercanggih benar-benar tinggi. Situasi yang berbeda terjadi di kawasan Asia Tenggara. Di sini, lebih banyak perusahaan yang sudah establish. Mungkin disini perusahaan furniturnya tidak sebanyak di China sehingga ini mempengaruhi willingness point of view. Dalam jangka panjang, ini akan menumbuhkan demand tersendiri akan event tahunan seperti yang ada di China sana. itu sebabnya kami masih mempertahankan siklus dua tahunan ini. WoodMag: Untuk sekarang apa saja yang ditonjolkan dalam pameran Furnipro kali ini? Michael Dreyer: kami mencoba untuk menampilkan mesin produksi dengan teknologi tercanggih seperti CNC yang banyak digunakan dan akan digemari dikalangan industri kawasan ini. Juga ada mesin laminating dengan teknologi terbarunya. Apa yang ditampilkan dalam pameran kali ini merupakan titik silang antara mesin-mesin standar dengan mesin yang berteknologi canggih. Di sini merupakan yang terbaik yang bisa diperoleh pasar. WoodMag: Bagaimana dengan pasar industri panel yang berkembang belakangan ini? Michael Dreyer: Pameran kali ini memang membuat perbedaan besar karena kemajuan teknologinya berpengaruh terhadap perkembangan industri furnitur yang ada. Anda bisa menyaksikan perkembangan terakhir dari mesin-mesin laminating. Juga teknologi yang diaplikasikan mesin-mesin cutting dan sandingnya. Juga tersedia mesin-mesin produksi yang
38
lebih upstream lagi karena skala produksi lebih besar. Demikina pula mesin untuk memproses bahan seperti MDF dan particle board. Sebenarnya yang ingin kami garis bawahi adalah furnipro merupakan pameran yang secara mainstreamnya sangat dekat ke arah penyelesaian kerja produksi furnitur dan pengolahan kayu. Dalam pameran kali ini kita memiliki bagian khusus yang memfokuskan pada panel production. Mesin-mesin itu punya kekhususan karena amat berbeda. Untuk pengadaannya, mesin-mesin ini sangat membutuhkan budjet investasi yang tinggi. Anda bisa lihat di sejumlah stand yang menampilkan mesin-mesin khusus material ini, dan coba cek harganya yang cukup tinggi dibanding dengan mesin-mesin pemrosesan material lainnya. Pengunjung section panelpro sudah pasti akanberbeda dengan yang datang menghadiri Furnipro. Sementara peserta pameran panelpro mendatang sudah berkomitmen untuk hadir dalam pameran yang rencananya akan terpisah pelaksanaannya nanti.
WoodMag: Kita sudah bicara tentang panel industry, sementara di Indonesia perkembangan memperlihatkan kalau industri berbahan solidwood justru mengalami penguatan akhir-akhir ini. Lantas bagaimana kaitannya dengan pameran ini? Michael Dreyer: Solidwood memang menguat kembali, terutama di kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia. Pengunjung akan memdapatkan eksibitor yang dapat mensuplai kebutuhan kayu solid seperti dari Frenchtimber dan american hardwood atau softwood export council. Jadi dari sisi pemenuhan kebutuhan material terutama di kawasan Asia Tenggara tidak akan menjadi persoalan. Saya pikir industri solidwood terutama di Indonesia memang sangat solid. Sebegai penyelenggara pameran kami juga berupaya membawa sebanyak mungkin perusahaan mesin-mesin pengolahan kayu solid. Jumlah perusahaan yang hadir mungkin sudah mencukupi bagi pemenuhan kebutuhan industri di sini. Kehadiran keduanya sudah menjadi bagian integral bagi furnipro untuk menyediakan dari sisi material dan sisi teknologinya sekaligus. WoodMag: Lebih dominan produk Eropa dibanding mesin-mesin produksi Asia seperti China dan Taiwan? Michael Dreyer: Some of ya…. oh tidak juga. Sebenarnya saya akan mengatakan ya. Itu sebenarnya merefleksikan kekuatan dari industri permesinan itu sendiri. Anda akan lihat kehadiran dari produsen mesin asal Jerman dalam paviliunnya dan juga paviliun Italia misalnya. Tapi juga ada paviliun Taiwan yang datang dengan delegasi perusahaan produsen mesinmesinnya. Ada juga ada Singapore pavilion. Juga ada eksibitor dari China dan Malaysia. Sebenarnya campuran dan kami masih belum sebesar pameran serupa yang berkelas dunia. Ini butuh waktu lama untuk bisa menghadirkan seluruh kekuatan permesinan dan teknologi pengolahan kayu secara utuh. Kehadiran mereka sebenarnya sudah cukup menrefleksikan kekuatan industri ini secara nyata. Kami amat senanag jika di pameran mendatang akan ada perusahaan permesinan dari Jepang atau, bahkan perusahaan Indonesia yang menjadi provider kayu solid. Sekalipun kami sadari kalau perusahaan semacam ini lebih berorientasi pada bisnis domestik Indonesia. kami akan meningkatkan secara bertahap, dan ini tercermin dari jumlah eksibitornya dan tentu meter persegi luas lantai yang terpakai sejak pameran pertamanya di tahun 2012. WoodMag: Jadi Furnipro akan berekspansi? Michael Dreyer: Ya. Harus malah karena dari itulah kami bisa mendapatkan uang. WoodMag: Bagaimana dengan kayu jati?
Michael Dreyer: Ya, itu bagus. Dalam salah satu rangkaian seminar yang diadakan dalam furnipro kami bisa mendapatkan informasi bagus tentang bagaimana regulasi ekspor kayu solid dari Indonesia. demikian juga regulasi Impor dari Eropa dan Amerika Serikat yang mengharuskan kayu solid hasil perkebunan. Demikian pula regulasi terkait lainnya. Ada satu dua provider yang ternyata bisa memenuhi persyaratan itu, sehingga bisa mengimpor untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa. Ini tentu akan terbuka peluang bagi mereka untuk berpartisipasi dalam pameran mendatang. WoodMag: Apa anda berencana untuk berekspansi ke negara selain Singapura? Michael Dreyer: Dari awal penyelenggaraannya, pameran ini sebenarnya terhubung dengan pameran Interzum di Koln dan Ghuangzou. Sebagian besar dari eskibitor yang merupakan produsen mesin pengolahan kayu tidak cukup puas dengan pameran serupa yang telah ada di kawasan ini. Misalnya di Thailand, Indonesia dan Vietnam yang dipandangnya sangat kecil. Ini membuat kami mempertimbangkan opsi untuk menyelenggarakan sejumlah pameran berskala kecil di masing-masing negara itu. Atau justru tetap menyelenggarakan satu atau dua pameran berskala besar yang bisa menjadi magnet dalam kawasan ini. Banyak produsen mesin besar yang berpikir apakah mereka akan mendukung satu pameran yang tersentral atau justru berpartisipasi aktif dalam sejumlah pameranpameran kecil di masing-masing negara. Setelah diskusi panjang dengan emabua dan sejumlah asosiasi maka kami berfikir untuk tetap mengadakan pameran yang centralized, dan memilih Singapura sebagai base-nya. Kenapa di Singapura? Karena negeri mudah dijangkau dari semua tempat dalam kawasan ini. Jadi kami tetap pada pendirian untuk bisa mendirikan sebuah pameran bertaraf internasional, yang tersentral di sini. Itulah alasan kami. Kami tidak punya berekspansi ke negera lain dalam kawasan ini. Kami justru akan memperkuat dan mengembangankan furnirpo sebagai pameran yang amat relevan dan terbesar dalam kawasan Asia Tenggara ini. Jika anda lihat perkembangannya ke depan dengan berlakunya AEC ditahun 2016, terutama dari sisi pergerakan barang dan tenaga kerja. Dalam 13-14 bulan mendatang dari saat ini maka pergerakan itu akan lebih mudah dibanding saat ini. Akan ada perubahan besar nantinya. Mungkin ini waktu tepat untuk memiliki sebuah pameran yang tersentral. Jika anda eksibitor asal Indonesia yang akan menjual produknya ke Thailand atau Filipina, maka akan ada banyak pintu birokrasi yang harus dilalui. Tanpa itu maka peluang itu akan lenyap dalam hitungan bulan. Nantinya akan lebih mudah berbisnis dalam kerangka AEC mendatang, dan dengan sentralisasi maka bisnis anda bisa bertumbuh kuat di masa depan.
39
PRODUCTS & TECHNOLOGY
DRYING WOOD WITH VACUUM TECHNOLOGY By Raymond Yuen
Conventional Timber Drying Kiln using either hot water or steam as the heating medium has been around for more than half a century, and it still remains as the most popular form of timber drying kiln on the market today. Its technology is relatively simple; it is easy to use; and above all, it is relatively cheap to build and operate as well. The only issue with Conventional Timber Drying Kiln is that, when it comes to thick lumbers, i.e., lumbers with a thickness of above 50mm, or hard tropical woods, it would take a long time to dry. The reason for that is understandable: “Heat” is the only available tool used in conventional drying. When drying softwoods or thin lumbers, it is relatively easy to evaporate the water out of the wood using just heat alone. However, when the wood is a hardwood, or the lumbers are thick, the process would become rather difficult. In this case, the drying temperature cannot be raised too rapidly or to too high a degree, as otherwise kiln-drying defects could easily occur. This is the reason why during the beginning of the kiln-drying cycle, i.e., when 40
the MC of the lumbers is at 80% or higher, Conventional Kilns are able to reduce as much as 3% MC or more per day. However, when the drying cycle has reached below the Fiber Saturation Point and the only water remaining is at the very core of the lumber, it would take up to 2 or 3 days to reduce even 1% MC from the lumbers. Therefore, it is not uncommon to use up to weeks to dry hardwood species or thick numbers. And this is where Vacuum Technology comes in. Vacuum Driers use heat to dry the lumbers as well. However, in addition to heat, they also have the advantage of vacuum technology in “sucking” out the water from the lumbers. In fact, the less water there is remaining in the lumbers, the faster the process would be: On the average, at above the Fiber Saturation Point, Vacuum Dries can dry 3 times as fast as Conventional Kilns, and when the MC has reached below the Fiber Saturation Point, Vacuum Driers can dry up to 5 times as fast as Conventional Kilns.
As an example, a Vacuum Drier can bring the moisture content in Teak, a relative difficult to dry species, from 40% down to 8% in just around 72 hours. If the same is dried in a Conventional Kiln, it could take up to 15 days, or more. So, which drier, Conventional or Vacuum, is more suitable for you? Our recommendations are these: If you are going to dry softwoods or thin lumbers, Conventional Kiln is your choice as the kiln-drying time would still be relatively short, and the operating cost would be lower as well. On the other hand, if you need to dry hard tropical woods or thick lumbers, then a Vacuum Drier would be able to do a much faster job for you. Raymond Yuen is the Director of G.M.I. International Limited of Hong Kong. G.M.I. is the licensed manufacturer in Asia of two Italian kiln-drying companies: O.S. Panto on Conventional Kilns and W.D.E.Maspell on Vacuum Driers and HighTemperature Treatment Ovens.)
BIZNEWS
NHLA 2014 Convention in Las Vegas Report By Michael Buckley
The National Hardwood Lumber Association chose Las Vegas as the venue for its annual ‘Global Gathering of the Hardwood Community’ this year, attended by 900 delegates – one of the best in recent years. It included a significant number of overseas companies, mainly Asian, as exports of graded lumber become ever more important to the U.S. and Canadian hardwood industries. The association is in good shape The Convention and Exhibit Showcase started with a ‘Welcome Reception’ poolside with magnificent views of the surrounding Nevada Mountains. The opening plenary session saw the business of electing new President, Pem Jenkins of Turnbull Lumber, USA, Vice President Brent Stief of Huron Forest Products, Canada and the Board of Directors. An upbeat ‘State of the Association’ presentation was made by Executive Director Mark Barford. “The association” he said, “is in good shape with improvements in financial strength from a breakeven budget.” NHLA has taken a new initiative to introduce a ‘progressive’ grading class in its new programme that allows candidates to return to work at intervals until graduating, thus being less disruption to employers and employees alike. He paid tribute to the work of outgoing President Scott Heidler who had presided over the internationalisation of NHLA and a number of challenging issues. During the session the forty 42
corporate sponsors were recognised for making the event possible and long service awards for 30, 50 and 75 years membership were also made. Exceptionally one company, J.M. Jones Lumber of Natchez MS, was congratulated for 100 years of NHLA membership. The message from the NHLA leadership is that NHLA’s vision is to be the “Global standard for hardwood trade and commerce”.
“We have the best 3-5 year runway ahead of us.” The market sentiment among delegates this year was clearly positive with many forecasting a “Bull Run” for American hardwoods for several years to come – with an improving domestic economy and increasing exports of graded lumber. Incoming President Pem Jenkins suggested that “We have the best 3-5 year runway ahead of us.” This was evident in the energy and enthusiasm of the traditional trader’s ally, entitled Exhibition Showcase, which was crowded and busier than at almost any NHLA convention before it. For two days hardwood traders and companies offering
related services and the Hardwood Federation, NHLA and the American Hardwood Export Council all staffed up with exhibits to provide delegates with their offering. The programme included a panel discussion about a proposed ‘check-off’ plan (a kind of industry tax for promotion), on which NHLA is neutral but wished to provide an opportunity to inform both supporters and detractors of the other side’s views. The well attended event was moderated by Executive Director Mark Barford with three speakers from each position. Also popular was an educational seminar ‘Chinese Culture Enhanced’ presented by Marco Chan of Am Asia Corp. Developing key cultural understanding before you ‘gamble’ on China was his Vegas theme and he stated that the major spend of the rising middle class in China is travel.
“The forces of global change are population growth; shifts of power from west to east; the squeeze on resources and growing environmental degradation.” The American Walnut Manufacturers Association held a breakfast meeting and the Canadian Hardwood Bureau also welcomed its members and invited guests to a breakfast meeting to report on and plan its modest programme of activities. Addressing
the group, Pete Van Amelsfoort of Quality Hardwoods, Ontario, Canada said that times had been tough but were now improving, reenforcing the general view of many delegates in Las Vegas. There are three NHLA inspectors in Canada said Mark Barford, and the new Vice President of NHLA, Brent Stief, is a Canadian. Prof David Cohen of the University of British Columbia was the featured speaker who gave an impressive presentation relating wood consumption to demographics. “The forces of global change are population growth; shifts of power from west to east; the squeeze on resources and growing environmental degradation”, he suggested. The global population has tripled in a lifetime and is heading for 9.6 billion by 2050. Chinese purchasing power, based on PPP, is greater than that in the USA with 1 million having joined the middle class between 1990 and 2010. The five pressures on forests are food, fodder, fuel, fibre needs and feedstock to replace nonrenewables. He concluded with the thought that “human expectations of what forests will provide will
exceed the ability of the forest, as currently managed, to supply.” The Inspector Training School Alumni held a reception with Chief Inspector Dana Spessert and his field staff. The International Wood Products Association (IWPA) welcomed non-members and members to hear from their Vice President Craig Forester of Rex Lumber and Executive Director Cindy Squires. Another event was the ‘U.S. Global Hardwood Market’ seminar for which AHEC presented its entire team of overseas Directors from Europe, Mexico, China & SE Asia, Japan and the Middle East moderated by outgoing AHEC Chairman Dean Alanko of Allegheny Wood Products. Washington DC based Executive Director AHEC, Mike Snow, set the scene with a very comprehensive analysis of the growth of exports with particular reference to China, followed by each regional Director giving concise answers to a set of questions put to them about the performance and prospects for American hardwoods in their respective areas. Setting the scene, AHEC Executive Director
Mike Snow said that approximately 60% of American hardwood graded lumber is now exported, of which 60% goes to China. Domestic consumption there is driving growth in which U.S. exports have risen by 192% from 2009 to 2013. “This is real consumption” he declared, but China still has low consumption per capita which leads to the belief that there is still potential for growth as urbanisation continues and standards of living rise further. Legislation is also changing which is likely to be beneficial for American hardwoods. In Europe the decline in real consumption of tropical woods may also provide opportunities, he concluded. The Convention ended with a Grand Finale Vegas Spectacular – Reception, Dinner and Band attended by over 400. The next NHLA Convention returns to Nashville, Tennessee from 7 – 9 October 2015 where it is possible to meet a huge number of hardwood personnel in three days under one roof.
BIZNEWS
MIFF 2015
READIES TO OPEN ASIA SEASON KUALA LUMPUR, Sept 22, 2014: The Malaysian International Furniture Fair (MIFF), Southeast Asia’s largest and most important international furniture business platform, will stage its 21st edition from March 3 to 7 next year in Kuala Lumpur. As it will be the first industry event of the year in Asia, show attendees to MIFF 2015 can expect to see brand new collections and an extensive selection of new products from 500 manufacturers at the Putra World Trade Centre (PWTC) and Matrade Exhibition and Convention Centre (MECC). The five-day show spread over 80,000 square metres is on track for another strong performance based 44
on the momentum of influential buyers coming to MIFF in the past few years and an expected sellout show again with over 80% of booths booked by August this year. MIFF has built its reputation for its robust B2B trading atmosphere and provides irresistible value for a wide range of high quality furniture to suit dining, bedroom, living room, office, children, occasional, outdoor as well as furniture fittings and hardware. An estimated two-thirds of the exhibitors will be from the Malaysian furniture industry. Confirmed exhibitors include household specialists Green River Wood & Lumber, Poh Huat Furniture, Hin Lim Furniture, Favourite Design, SJY Furniture
and office furniture manufacturers, Euro Chairs, Merryfair Chair System, Benithem, Oasis Furniture, etc. The largest exhibitor groups, apart from Malaysia, are China and Taiwan which will have pavilions at PWTC again. Spain’s hospitality and home furniture maker Resol Group which picked up awards twice in a row for product excellence will also be back. MIFF 2014, celebrating the 20th anniversary of the show, was packed with 503 exhibitors from 13 countries and regions and visitor numbers rose 6% to nearly 20,000 with over 6,000 international buyers from 141 countries and regions. Total sales again achieved an all-time high of US$892 million.
EKAMANT
EKAMANT NEWS
In-House Training Mengenal Dasar Pengamplasan di
PT Horrison and Gil Java
PT. Horrison and Gil Java yang berlokasi di kota Semarang merupakan industri kayu olah yang memproduksi furnitur indoor. Pada 13 November 2014, bekerja sama dengan PT. Ekamant Indonesia menyelenggarakan in-house dengan materi “Pengenalan dasar amplas dan aplikasinya”. Pelatihan yang diikuti oleh 21 peserta ini dilakukan dalam dua sesi, yaitu kegiatan teori di ruang training pada pagi hari, sesi coaching clinic di ruang produksi usai rehat. Bertindak selaku instruktur Andri Franniko, ST., dari PT Ekamant Indonesia. Pelatihan ini berlangsung sangat interaktif. Beberapa hal yang dibahas seperti cara menentukan kombinasi grit yang ideal dan stock removal, mulai dari proses pembahanan hingga finishing. Pengunaan jenis pasir amplas sesuai aplikasi. Terakhir aplikasi untuk pengamplasan dengan berbagai lekukan dan motif guna mempermudah pengamplasan.
Meningkatkan Kecepatan dan Efisiensi Kerja di
PT Maruki International Indonesia
Makassar, pelatihan in-house juga diselenggarakan di lingkungan PT. Maruki International. perusahaan ini memproduksi altar sembahyang untuk pasar Jepang. Produk ini memiliki tingkat kerumitan tinggi. Pelatihan ini dilaksanakan pada 28 dan 29 November 2014, dan diikuti 24 orang. Peserta sebanyak itu datang dari sejumlah bagian perusahaan yang terkait dengan aplikasi pengamplasan. Pelatihan yang dipandu industruktur Andri Franniko, ST., dri PT Ekamant Indonesia dilakukan dalam dua sesi, yaitu sesi teori di kelas dan praktek di fasilitas produksi. Kegiatan ini dianggap efektif karena materi pelatihan yang diterima di sesi kelas bisa langsung diterapkan dalam proses produksi. Tidak heran bila kegiatan ini berlangsung cukup interaktif. Dalam pelatihan juga diperkenalkan sejumlah air tools Taiyo yang bisa mempercepat proses pengamplasan dan lebih efisien.
Mencari Solusi Masalah Dalam Pengamplasan di
Untuk Hasil Pengamplasan Terbaik di Unit Satu
PT Pacific Furniture
PT Kurnia Anggun
Untuk pertama kalinya, PT Pacific Furniture bekerja sama dengan PT Ekamant Indonesia menyelenggarakan in-house training dasar dan aplikasi pengamplasan. Pelatihan yang diikuti 13 peserta dengan instruktur Andri Franniko, ST., dari Ekamant Indonesia, digelar pada 11 November 2014, di Semarang, Jawa Tengah.
Pelatihan in-house yang dilaksanakan di Unit Satu PT. Kurnia Anggun digelar pada 22 November 2014. Berbeda dengan kegiatan serupa, pelatihan ini bertujuan mendapatkan hasil pengamplasan yang lebih baik dan efisien. Ini merupakan salah satu kegiatan layanan purna jual PT. Ekamant Indonesia kepada pelanggannya yang berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur.
Sekalipun baru pertama kalinya pelatihan ini berlangsung cukup interaktif. Ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang timbul diikuti dengan diskusi lebih mendalam. Beberapa hal yang dibahas dalam pelatihan ini seperti cara menentukan kombinasi grit yang ideal dan stock removal. Ini sejak proses pembahanan hingga finishing. Dibahas juga aplikasi pengamplasan dengan mengunakan mesin Wide Belt Sander. Selain itu dibahas cara penyimpanan amplas dan pengamplasan dengan mengunakan orbital sander. Tak kalah serunya dibahas beragam persoalan yang ditemui dalam proses pengamplasan. Semuanya dibahas secara mendalam guna mendapatkan hasil yang lebih baik dan efisien.
Jumlah perserta yang hadir dalam pelatihan yang dipandu oleh Andri Franniko, ST., sebanyak 24 orang. Materinya membahas teknik dasar pengamplasan, mulai dari pengamplasan manual hingga mengunakan mesin. Kegiatan ini berjalan cukup serius dan interaktif. Ini ditandai dengan pembahasan pengamplasan dan persoalan yang ditemukan guna mendapatkan solusinya.
45
Untuk Hasil Pengamplasan yang lebih efisien di
PT Araputra Fortuna Perkasa
PT. Araputra Fortuna Perkasa yang berlokasi di kota Tangerang merupakan perusahaan industri pengolahan kayu yang memproduksi furnitur outdoor dan indoor. Perusahaan yang telah menjadi pelanggan PT. Ekamant Indonesia sejak lama, mengadakan inhouse training tentang pengenalan dasar amplas pada 19 Mei 2014. Ini merupakan hasil kerja sama dengan PT Ekamant Indonesia. Bertindak sebagai instruktur dalam pelatihan ini adalah Andri Franniko, ST., dari PT Ekamant Indonesia. Pelatihan dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi teori yang berlangsung dari jam 09.00 hingga 12.00 WIB. sesi ini digelar di ruang training PT. Araputra. Sesi berikutnya, seusai istirahat siang, berlangsung antara jam 13.00 hingga 15.00 WIB merupakan coaching clinic yang berlangsung di fasilitas produksi. Jumlah perserta yang hadir dalam pelatihan berjumlah tujuh belas orang. Materi yang dibahas menyangkut dasar-dasar dan aplikasi pengamplasan. Pelatihan berlangsung sangat interaktif. Banyaknya pertanyaan yang dilontarkan peserta terkait aplikasi pengamplasan dan permasalahannya. Ini seperti cara menentukan kombinasi grit yang ideal & stock removal, mulai dari proses pembahanan hingga finishing sesuai jenis kayu. Dibahas juga aplikasi pengamplasan dengan mengunakan mesin Wide Belt Sander dan penyimpanan amplas sehingga bisa memberi hasil yang lebih baik dan efisien.
PT Mentari International
Pelatihan yang dilaksanakan di PT. Mentari International adalah merupakan kelanjutan dari kegiatan coaching clinic di bagian produksi yang telah dilaksanakan sebelumnya. In-house training ini dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2014, dan diikuti 22 peserta dari sejumlah bagian yang berhubungan dengan aplikasi pengamplasan. Pelatihan di perusahaan yang berlokasi di Jombang, Jawa Timur, ini membahas teknik dasar pengamplasan mulai dari proses pengamplasan manual hingga yang mengunakan mesin. Kegiatan pelatihan ini yang diinstrukturi oleh Andri Franniko ST dari PT Ekamant Indonesia berjalan serius, namun cukup interaktif. Banyak pertanyaan dari peserta mulai dari proses pengamplasan yang ideal untuk mendapatkan hasil yang baik dan efisien, sampai permasalahan yang sering ditemukan. Mereka berupaya untuk mendapatkan solusi yang terbaik. Pelatihan ini dilaksanakan dalam dua sesi yaitu sesi teori di kelas, serta praktek di produksi. Apa yang diperoleh pada saat kelas teori bisa langsung diterapkan di lantai produksi. Permasalahan yang dibahas di kelas bisa langsung dilihat dan diberikan solusi untuk mendapatkan hasil pengamplasan yang lebih baik dan efisien.
Lebih Serius dengan PT Gracia Kreasi Rotan
Tandiono is Back
PT. Gracia kreasi rotan adalah perusahaan yang bergerak dibidang furniture yang berlokasi di Cirebon, Jawa Barat. In-house training yang diselenggarakan bekerja sama dengan PT Ekamant Indonesia ini merupakan pertama kali dilaksanakan di PT. Gracia 3. Pabrik in merupakan pengembangan dari PT. Gracia 1 dan Gracia 2 yang lebih dulu ada.
Tandiono is back. Instruktur senior sekaligus National Sales Business Manager untuk Industri PT Ekamant Indonesia kembali memberikan pelatihan in-house ke perusahaan pengguna produk PT Ekamant Indonesia. Yang beruntung kali ini adalah PT. Kota Jati yang berlokasi di Jepara, Jawa Tengah. Sebenarnya, pelatihan semacam ini bukanlah hal yang baru bagi perusahaan ini karena sudah berulang kali dilaksanakan di sini. Tak heran jika peserta pelatihan kali ini adalah karyawan yang berlum pernah mendapatkan pelatihan dari PT Ekamant Indonesia.
Pelatihan dilaksanakan pada 10 Juli 2014 di ruang training PT. Gracia 3, dengan instruktur Andri Franniko, ST, dari PT Ekamant Indonesia. Jumlah pesertanya mencapai 12 orang, dengan materi pelatihan yang berfokus pada dasar-dasar dan aplikasi pengamplasan. Cukup banyak banyaknya pertanyaan dan diskusi yang serius tapi santai dalam pelatihan ini. Beberapa hal yang dibahas seperti cara menentukan kombinasi grit yang ideal & stock removal mulai proses pembahanan hingga finishing sesuai dengan jenis kayu. Juga bagaimana aplikasi pengamplasan dengan menggunakan mesin Wide Belt Sander berikut penyimpanan amplas. Juga bagaimana pengamplasan dengan orbital sander. Juga dibahas beragam permasalahan dalam proses pengamplasan sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih baik dan efisien. 46
Coaching Clinic di
Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2014, mulai jam 09.00 hingga 12.00 WIB, di ruang training PT. Kota jati. Jumlah pesertanya mencapai 25 orang. Materi training yang dibahas tentang dasar dan aplikasi pengamplasan. Banyaknya pertanyaan menandakan pelatihan ini berlangsung interaktif, dan fokus pertanyaan banyak berhubungan dengan aplikasi pengamplasan dan permasalahanya. Tujuannya untuk mendapatkan hasil pengamplasan yang lebih baik dan efisien.
BIZNEWS
Aikasindo:
Memperkuat Struktur
Industri Nasional
Chairman Aikasindo Jodi Hendrikus Sutanto
Setahun setelah berdiri, Asosiasi Industri Konverting dan Abrasives Indonesia (Aikasindo) mengadakan gathering. Pertemuan pertama ini bertujuan untuk mempertemukan seluruh jajaran pimpinan asosasi dengan anggota serta calon anggotanya. Hal ini diungkapkan Penasehat Aikasindo Ir. Subagyo, MM. Mantan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, periode 2018-2011 menyebutkan dalam waktu setahun, asosiasi ini sudah dua kali mengikuti pameran mesin dan peralatan industri nasional. Pertemuan yang diselenggarakan pada 3 Desember 2014, di Ruang Rinjani, Gedung Pusat Niaga, Jakarta International Expo Kemayoran, dihadiri tidak hanya kalangan pelaku industri ini. Namun juga dihadiri oleh stake holdernya, seperti pelaku industri bengkel bodi mobil,
industri komponen mobil dan motor, industri mebel dan kerajinan hingga kontraktor bangunan. Kesemuanya merupakan pengguna akhir dari industri konverting dan abrasive. “Ini merupakan bentuk aktualisasi asosiasi ini ke semua pihak yang terkait,” jelas Subagyo. Pertemuan dihadiri pula oleh pelaku usaha skala kecil dan menengah dalam industri ini. “Paling tidak ada 25-an industri ini yang lokasinya tersebar di seluruh Indonesia,” lanjutnya. Hadir juga delegasi asosiasi industri serupa asal Thailand , Malaysia dan Republik Rakyat Tiongkok. Dengan bergabung ke dalam AIKASINDO, anggotanya dharapkan bisa bertukar informasi dalam rangka mencari solusi bagi beragam persoalan yang dihadapi. Melalui pertemuan ini dan kegiatan
internal asosiasi diharapkan bisa diindentifikasi apa saja kebutuhan anggotanya. Gathering yang dibuka oleh Kepala Sub-Direktorat Industri Kimia Anorganik Ir. Fredy Juwono yang mewakili Direktur Kimia Hilir Kemperind Toeti Rahajoe. Dalam sambutannya ia mengatakan industri nasional sebenarnya menghadapi tantangan yang luar biasa karena tingginya angka pertumbuhan yang dipatok. Untuk bisa mencapainya diperlukan pertumbuhan hilirisasi industri. “Ini yang perlu didorong,” katanya. Dengan demikian, industri ini diharapkan bisa berperan besar dalam mendukung pertumbuhan industri hulu. Pada saat ini, diperkirakan kebutuhan amplas domestik sudah mencapai 50Juta meter persegi. Dengan adanya tekad pemerintah 47
untuk meningkatkan peran industri nasional guna mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional, maka diperkirakan kebutuhan itu akan meningkat sedemikian pesat. “beragamnya kualitas dan tingkat kehalusan pasir sangat diperlukan dalam mendukung perluasan sekaligus penguatan struktur industri nasional,” katanya. untuk itu, ia meminta untuk menggunakan amplas lokal sebanyak mungkin. Chairman Aikasindo Jodi Hendrikus Sutanto menyebutkan industri konverting merupakan ujung tombak dalam industri abrasive. Ia menunjuk sejumlah koleganya yang disebut sebagai orang terdekat sehingga tahu benar penggunaan seperti apa dalam keseharian industri penggunanya. “Industri amplas sebagai produsen amplas dalam bentuk mendasar, yang mengubah bentuknya untuk memenuhi kebutuhan industri akhir penggunanya. “Jika industri konverting bertumbuh akan bisa mensubtitusikan produk konverting yang masih diimpor,” ujar Jodi. “Ini akan menguntungkan industri penggunanya karena selalu tersedianya stok,” sambungnya.
Anggota Aikasindo beserta Bapak Fredy Juwono & Bapak Subagyo
Penyerahan Plakat Aikasindo oleh Ketua Aikasindo kepada Bapak Fredy Juwono
PEFC: YOUR SOURCE
FOR CERTIFIED TIMBER
Your customers are requiring proof of legality and sustainability. PEFC, the world’s largest forest 48
Get PEFC Chain of Custody to source
[email protected]
www.indonesiawoodshow.com
See you in
Indonesia WoodShow
2015
The WoodShow is exclusively organized by Indonesia International Wood & Wood Machinery Show www.indonesiawoodshow.com
ADHESIVE SOLUTION
LAMINASI
VENEER By Polychemie
Penggunaan Veneer saat ini tidak saja untuk aplikasi interior seperti perabot di dalam rumah, tapi juga meluas pada exterior pintu-pintu maupun jendela diluar rumah yang bisa saja terkena terik matahari dan curahan air hujan/embun. Tentunya durability ( daya tahan) dari produk tersebut sangatlah harus selalu diperhitungkan. Oleh karena itu pemilihan lem yang tepat sesuai dengan kegunaanya, harus dipenuhi,agar hasil yang baik dapat dicapai. Veneer biasanya dipakai sebagai lapisan luar Plywood, MDF , Particle Board untuk menampilkan pola serat kayu yang indah, juga karena bentuknya yang tipis, maka veneer dapat diaplikasikan pada bentuk profil maupun sudut-sudut yang sulit, guna mengesankan produk terbuat dari kayu yang utuh.
Pada edisi berikut ini kita akan membahas aplikasi veneer yang baik dan benar. Untuk pengaplikasian veneer dibagi menjadi 2, yaitu skala industri kecil(home industri) dan industri besar( pabrikan). Pada skala industri kecil permasalahan jarang terjadi karena selain yang dihasilkan dalam jumlah terbatas, penggunaan lem biasanya dengan jenis solvent base(lem kuning), tanpa menggunakan mesin press, aplikasi sangat sederhana . Permasalahan sering terjadi pada skala industri besar, karena begitu banyaknya produk yang dihasilkan agar tercapai efisiensi, terkadang faktor bahan /material, mesin, dan kurang teliti saat proses adalah penyebab utama produk menjadi reject. Selain itu jenis lem yang digunakanpun berbeda, yaitu jenis water base (lem putih) , maka material yang digunakanpun harus sesuai dengan standart yang telah ditentukan.
Proses Penempelan Veneer
APLIKASI VENEERING Aplikasi veneering meliputi : a. Persiapan material ( Veneer dan MDF/Plywood/Particle Board) b. Adhesive untuk Laminating Veneer c. Parameter Produksi a. Persiapan Material Veneer 1. Permukaan veneer harus rata dan halus(bebas dari segala cacat/defect), toleransi perbedaan ketebalan ± 0,02 mm. 2. Mosture Content ( Kadar Air ) antara 8 – 10 %, Kadar air pada Veneer.
50
3. Penyimpanan hendaknya ditutup plastic dan diruang ber AC agar tidak terpengaruh dengan humidity room. 4. Sambungan veneer harus rata/thickness sama, tidak overlap dan warna yang sama Proses Penyambungan Veneer diantaranya dengan sistim : 1. Benang Polyester 2. Gumtape 3. Lem
Persiapan Material PB / MDF / Plywood 1. 2. 3. 4.
Permukaan harus bersih dari debu, minyak Permukaan rata dan halus Mosture Content ( Kadar Air ) antara 8 – 12 % Akan lebih baik jika permukaan PB maupun MDF disanding halus dan ketebalan merata/akurat, hal ini dapat menghilangkan wax yang biasa ada di permukaan MDF. 5. Toleransi ketebalan 0,1 mm b. Adhesive Untuk Laminating Veneer Kualitas lem tergantung dari permintaan buyer, biasanya memenuhi standart JAS : Mesin Slicer Untuk Menyambung Veneer dengan Benang
- Type II = Tahan kelembaban ( interior ) - Type I = Tahan kelembaban dan panas ( exterior) Jenis Lem diantaranya : - PI 120 + Hardener H 3 perbandingan 100 gr : 15 gr - PC 3710 VX Series, Presto WRG - Presto DN ( Tahan Solvent)
PARAMETER PRODUKSI
Mesin Josting ( Proses pemotongan sisi Veneer menjadi ukuran yang sama)
MESIN
HOT PRESS
COLD PRESS
Glue Spread
90 – 150 gr/m² (sesuai tebal veneer)
90 – 150 gr/m² (sesuai tebal veneer)
Temperatur
80 - 90° C
Suhu ruang ± 34° C
Tekanan
4 – 8 kg/cm² (sesuai tebal veneer)
4 – 8 kg/cm² (sesuai tebal veneer)
2 – 6 menit (sesuai tebal veneer)
30 menit – 2 jam (sesuai tebal veneer)
Presssing Time
Open Assembling Time
Proses Sanding/Pengamplasan pada Permukaan Plywood/MDF/PB
Close Assembling Time
Maximal 15 detik Maximal 15 detik
Maximal 12 Menit
Maximal 12 Menit
51
SOLUSI PERMASALAHAN SEPUTAR APLIKASI VENEER NO 1
PROBLEM Terjadi delaminasi / lem terbuka
PENYEBAB - Tebal bahan tidak sama -Tekanan Kurang
SOLUSI - Check tebal bahan -Tambah tekanan press
2
Permukaan Berjamur
Spread Volume terlalu banyak ( over )
Kurangi Spread Volume
3
Lem Menembus Permukaan Veneer
Spread Volume terlalu banyak ( over )
Kurangi Spread Volume
4
Terjadi buble/gelembung
MC terlalu tinggi
Check MC sesuai standart
5
Terjadi Glue Line setelah coating
Lem tidak compatible dengan coating Pakai lem yang compatible dengan coating finishing
6
Pecah rambut/cracking
- Suhu terlalu tinggi - Perbedaan MC yang tinggi pada substrate
Cek MC sesuai standar
VENEER TEST 1. JIS Standart Test - Untuk mengetahui ketahanan lem terhadap perubahan suhu. Prosedur tes JIS TYPE 2 : - Rendam dalam air temperatur 70ºC, 2 jam - Oven temperatur 60C, 3 jam - 2 cycle 2. Oozing Test (Penetrasi tes) - Untuk mengamati adanya penetrasi lem/adhesive kepermukaan laminasi.
Open Assembling Time Waktu yang dibutuhkan saat proses pelaburan lem di permukaan veneer hingga ditempel pada plywood /MDF/PB
Cara pengetesan : - Pelaburan cat minyak dan dilap pakai kain yang dibasahi toluene. - Pencampuran lem dengan Flouresence. 3. Cracking Test - Untuk mengetahui cracking pada hasil laminasi yang biasanya disebabkan panas yang terlalu tinggi. Prosedur test: - Oven temperatur 80ºC, 2 jam - frezzer temperatur -20ºC,2 jam 4. Emission Test Formaldehide - Untuk mengetahui kadar Formaldehyde di Bahan yang sudah dilapisi veneer. Metode Pengetesan : - Chamber - Desikator - Perforator
Close Assembling Time Waktu yang dibutuhkan saat mulai proses pelaburan lem hingga bahan siap dipress di mesin
52
BASE PANEL FOR VENEERING APPLICATION
BASE MATERIAL
Flooring
Plywood ( 11 – 12 mm)
Door Face
Plywood / MDF
Stairsteps
Laminated Lumber ( LVL)
Wall
Plywood ( 9 mm)
Cabinet
Plywood ( 2 – 3 mm)
53
PROFILE
Stella Goh, President SF Resources
Fokus pada Indonesia Spirit dan
Find The Best of Indonesia Tidak banyak perusahaan lantai kayu alias parquette di Indonesia yang masih mempertahankan fokusnya pada produk berbasiskan kayu solid. Apalagi yang menggunakan kayu tropis lokal seperti sonokeling, merbau dan jati. Menurut President SF Resources Stella Goh, dinamika pasar telah menggusur produk ini dari posisi nyamannya selama ini. Kini pasar global lantai kayu lebih banyak didominasi produk berbasiskan engineering dan laminating wood. Bahkan di Indonesia, para manufaktur telah lama menggunakan kayu impor seperti oak agar bisa memenuhi selera pasar ekspor yang menjadi targetnya. Ini membuat perusahaan asal Singapura justru menjadi satu-satunya manufaktur yang mengibarkan kayu lokal asli Indonesia dalam range produknya. Perusahaan SF Resources sendiri berawal dari trader kayu yang memulai berbinis di Singapura sejak tahun 1970-an. Saat itu, kenang Stella, lantai kayu jati produksi Singapura sangatlah populer di pasar global. “Lantai kayunya sangat simpel dan belum mendapatkan treatment KD,” jelasnya. Sekitar sepuluh tahun berdiri, ayahanda Stella, Mr. Goh bergabung ke dalam perusahaan ini sebagai mitra. Saat itu, dua partner lainnya sepakat untuk mengirim Mr. Goh ke Indonesia guna mencari sumber kayu disini secara langsung. Ketika berhasil menemukannya, dan jumlahnya saat itu masih berlimpah, mereka sepakat untuk berbisnis 54
di sini. “Saat itu kebanyakan produknya menggunakan kayu jati sebagai material utamanya,” kata Stella. Lantas didirikanlah pabrik pertamanya di kawasan Rungkut Timur, Surabaya, Jawa Timur, dengan luas 3000M2. Dengan fasilitas itu, SF Resources bisa memulai ekspornya dengan kapasitas sekitar 20 kontainer perbulannya. “Itu jumlah yang sebenarnya terbilang kecil untuk pabrik lantai kayu solid,” lanjutnya. Perusahaan ini menikmati wind fall ketika krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998. Di mata Stella, krisis semacam ini sebenarnya berdampak bagus untuk perusahaan yang berorientasi ekspor. Secara
akutansi, keuntungan yang diraup tetap sama. Hanya 10%, namun untung dari fluktuasi kurensi bisa mencapai 300%. “Dengan keuntungan itu kami bisa membeli lokasi pabrik baru di Jombang,” katanya. Itu terjadi tahun 1999. Sejak saat itulah pabriknya di Jombang berevolusi mengikuti kemajuan perusahaan. Kalau melihat perkembangan bentuk lahan lokasi sejak awal hingga kini, Ia menjulukinya “Dari revolver menjadi senjata serbu automatis”. Menurut Stella, sebenarnya pengembangannya tidak lah disengaja. Pemilik lahannya yang letaknya berdampingan dengan pabrik datang sendiri untuk menjualnya. Proses ini terjadi berulang kali, dan kini luasnya sudah mencapai 11 hektar. Di lahan ini, semua fasilitas pabrik telah terintegrasi mulai dari sawmill hingga finishing. Problem yang paling besar bagi perusahaan semacamnya adalah solid wood akan menjadi langka, karena ketersediannya selalu berkurang dari waktu ke waktu. Sekalipun ada upaya pembudidayaan lewat perkebunan,
tapi selalu ada batasannya. Ekspansi kubutuhan justru terasa apalagi dengan bergabungnya China, India dan negara-negara Timur Tengah ke pasar global. “Jadi akan ada penambahan kebutuhan perumahan beserta komponennya seperti lantai kayu,” kayanya. Namun kayu sebagai material menjadi sangat terbatas karena penurunan ketersediannya. “Terakhir kami berbicara tentang produksi 30 kontainer perbulannya. Pada level itu, cukup berimbang dengan ketersediaan dan sustainable dari kayu sebagai materialnya,” jelasnya. Tapi “Kalau berbicara pada angka 100 kontainer yang semuanya solid wood parquette, saya kira tidak ada seorang pun didunia ini yang bisa memproduksinya. Saya kira itu hanya bisa dicapai dengan produk non solid wood seperti laminate atau engineering parquette,” tambahnya. Permintaan sebesar itu akan menghabiskan lebih banyak material terutama jika solid wood. Demikian pula dibutuhkan manpower dan kapital yang tidak sedikit. Itu sebabnya ia menyebutkan sangat sulit untuk memenuhi deal dengan buyer yang meminta lantai kayu dari solid wood. Mereka umumnya cenderung minta satu kontainer berisikan ukuran yang sama. Itu sama saja memberikan pekerjaan rumah bagi pihaknya karena untuk memenuhinya akan banyak material yang terbuang. “Kami harus mengelola penggunaan materialnya sekaligus recovery-nya. Margin keuntungan solid wood tidaklah terlalu bagus untuk saat ini,” katanya.
Menurutnya, ukuran populer lainnya dengan lebar 2 inci. Demandnya sangat tinggi tapi butuh lebih banyak material untuk menghasilkannya. “Kalau memotong log khusus untuk ukuran ini, pasti tidak akan bisa menutupi biaya lognya. Jadi harus mengkombinasikannya dengan ukuran yang lebih panjang dan lebih lebar dari itu. Tidak bisa memotongnya hanya untuk memperoleh ukuran itu saja”. Ini merupakan trade off antara yang diinginkan pasar dengan yang bisa diproduksi. Sulit untuk membuat perimbangnya secara ideal dan sulit untuk membuatnya berimbang. Salah cara untuk mengatasinya adalah membuat produksi 2011. “Produk terdahulu adalah 2008,” jelasnya. Jika pihaknya tetap bersikukuh dengan produk terdahulu, maka akan banyak kesulitan yang akan dihadapi. “Butuh tambahan seperti modal kerja, tenaga kerja, dan ruangan. Padahal modal terbanyak habis untuk membeli log sebagai material,” lanjutnya. Itu sebabnya ia mengkui jika pihaknya tersandera dengan kualitas material kayu dengan grade C yang rendah recovery-nya, namun banyak dimilikinya. Salah satu pertimbangannya adalah dari pada menjual hanya satu keping, lebih baik menjual tiga keping namun dengan volum lebih banyak lagi. Ini memungkinkan dipergunakannya material yang tadinya terbuang percuma. Itu sebabnya diputuskan memproduksi lantai kayu tiga layer. Kesemuanya tetap mengunakan solid wood. “Bandingkan dengan sebelumnya
yang benar-benar solid dan hanya 1 layer,” katanya. Sejak itulah pihaknya mulai mengerjakan 3 layer flooring tapi bukan dalam pemahaman tradisional. Menurut Stella, terobosan ini merupakan generasi kedua. Generasi pertamanya, tiga layer tapi semuanya menggunakan spesies yang sama. “Jati, jati, jati; lalu sono, sono, sono; dan merbau, merbau, merbau,” jelasnya. Ini memungkinkan pihaknya menjual banyak dalam sekali order. Tapi kemudian muncul kesadaran untuk menggunakan spesies berbeda untuk layer bottom. Itu sebabnya diputuskan menggunakan mahoni sebagai bottom bagi semua produknya. “Top layer dan core bisa menggunakan kayu apa saja tapi bottomnya tetap mahoni”. Bersamaan dengan itu pihaknya berupaya mengembangkan brand-nya sendiri, sekaligus mengembangkan produknya. Di titik itulah SF Resources mulai beralih dari OEM menjadi pemiliki brand. Mereka juga mulai mempertimbangkan menggunakan spesies linggua (Pterocarpus indicus willd) asal Maluku. Spesies yang kekerasannya sama dengan jati. Sekalipun tetap diakuinya jika saat ini pihaknya banyak menggunakan jati, sono dan merbau. “Paling banyak menggunakan warna-warni alami”. Kesadaran akan kian langkanya kayu solid mendorong pihaknya mengembangkan produk ini. Sekallipun hingga kini rasio produknya masih 80% solid, dan 20% engineering. “ Dalam kondisi ini harus cepat berkembang dan berubah,” jelasnya. Ia juga tak
Diakuinya untuk produk solid wood, pihaknya kebanyakan bertindak sebagai Original Equipment Manufactur alias OEM. Dengan status ini pihaknya tidak bisa mengontrol pemasarannya. Kebanyakan pelanggan yang berupa jaringan toko Do It Yourself (DIY) menjual tidak dengan ukuran standar karena harga jualnya lebih mahal. Ukuran ini bisa diperoleh dari material recovery dari priduksi ukuran itu. Sekalipun demikian tetap saja diakui bila pihaknya kesulitan untuk memenuhi seluruh permintaan yang ada. “Ini karena persoalan supply dan untuk produk solid wood,” katanya.
55
menyangkal bila untuk saat ini engineering floor harganya jauh lebih baik dibanding yang solid. Namun itu untuk sementara. Ia melihat jika produk solid sudah menjadi komoditas, dan ukurannya pun beragam. “Jika kami bisa memberikan fitur yang berbeda maka harganya sudah pasti akan lebih mahal. Namun kami juga tidak berani untuk menjadikannya sebagai nomor satu karena sudah pasti kelewat mahalnya,” akunya.
pasar tidak terlalu menggubris dan hanya melihat produk anda sebagai engineer flooring. Jika ditanya soal kualitas apakah lebih baik? Jawabannya tidak. Lantas, kami bisa mempersilahkan mereka untuk mempertimbangkan solid wood flooring. Itu sebabnya pelanggan kemudian berpikir jika solid wood merupakan kayu yang amat berharga. “Ini mendorong kami untuk mendapatkan harga yang bagus,” katanya.
Untuk pasar engineer flooring, menurutnya, pelanggan tidak terlalu peduli dengan ukuran. Mereka lebih mengutamakan desain yang memang menjadi pembedanya. Ini memberikan peluang untuk menggunakan kayu yang lebih murah namun bisa mendapatkan segmen market yang lebih bagus. Namun brand sangat menentukan harga dalam segmen ini. Bahkan ada sejumlah brand yang sangat commanding very high price dalam segmen ini. Jadi menurutnya, ini menggandengkan dua komponen. Pertama, bagaimana bisa membangun brand dalam segmen tertentu. Kedua, bagaimana bisa mengembangkan produk menjadi produk yang unik.
Ia mengakui untuk pihaknya jika produk engineer floor ini masih baru, range produknya juga masih baru. Proses produksinya pun berbeda, sehingga butuh mindsetnya yang beda. Produk ini membutuhkan presisi. Itu sebabnya ada perbedaan harga jual diantara keduanya. Pelanggan mengeluh kenapa begitu mahal. Ini karena soal harga pensertifikasi-an yang bisa mencapai USD6000. Aturannya pun cukup ketat. Dalam dua tahun belakangan ini, kami disibukan dengan pengembangan produk dan harus bisa mencapai standar kualitas yang dipersyaratkan.
Baginya, marketing merupakan hal terpenting. Jika tidak bisa melakukan marketing sebagai brand yang berbeda maka akan lebih sulit lagi. “Produk kami tidak berkompetisi dengan produk serupa asal Eropa atau Malaysia,” katanya. Sekalipun diakui bila sebenarnya, 56
Pasar China Berkembang Lebih Pesat “Saya mencoba untuk beralih dari Amerika ke China dalam pemasarannya. Kalau melihat statistik maka ada pergeseran dari AS ke China dalam urutan pasar pengguna lantai kayu terbesar di dunia. China saat ini menjadi
konsumen nomor satu di dunia menggeser AS. Dalam ukuran, China lebih cepat bertumbuh dibanding pasar AS. Di sana masih banyak kota yang belum berkembang apalagi mature. “Di mata kami, mindset pasar China justru condong menyukai jati dan merbau. Sedang AS lebih ke oak base. Jika lihat ke struktur keseluruhan banyak engineering flooring asal Eropa masuk ke pasar ini. Namun pasar masih mau menunggu karena selain jati dan merbau, mereka sangat menyukai sonokeling. “Pasar engineer flooring disana tumbuh pesat, karena mereka dalam waktu singkat beralih ke engineer flooring dan bisa mencapai 50%. Saat ini angka itu kian membesar. Pasar didominasi oleh produk oak base. Produk tropical wood menempati posisi di bawahnya, dan tidak bisa membesar karena persoalan suplai. “Kebanyakan produk engineer flooring adalah oak atau walnut base. Itu sebabnya mereka suka sekali pada jati , merbau dan sono dari Indonesia. Saya pikir saya perlu beralih ke oak, karena persoalan suplai. Suplai merbau makin lama berkurang. Supplierr kami mengatakan dalam setahun hanya bisa menyuplai merbau dengan jumlah kian terbatas. That’s it. Finish. Itu sebabnya produk ketiganya tidak pernah bisa menjadi mainstream.
CALENDAR OF EVENTS
FEBRUARY - JULY 2015 MARCH
MARCH
3 - 7 MARCH MIFF 2015 Malaysian International Furniture Fair Kuala Lumpur, Malaysia 4-7 MARCH EFE 2015 Kuala Lumpur Convention Centre Kuala Lumpur, Malaysia 11 - 14 MARCH FURNITEK CHINA & WOODBUILD CHINA 2015 International Forestry and Woodworking Machinery and Supplies Exhibition Shanghai, China 11 - 14 MARCH VIFA 2015 Vietnam International Furniture & Home Accecories Fair Ho Chi Minh, Vietnam 11 - 15 MARCH TIFF 2015 Thailand International Furniture Fair Bangkok, Thailand 12 - 15 MARCH IFEX International Furniture Expo 2015 Furniture and Interior Design Jakarta, Indonesia 12 - 15 MARCH TIFS 2015 Taipei International Furniture Fair Taipei, Taiwan 13 - 16 MARCH IFFS / AFS 2015 International Furniture Fair Singapore - ASEAN Furniture Show Singapore, Singapore
14 - 17 MARCH IFFINA 2015 Senayan East Park The Eco Green Zone Jakarta, Indonesia 14 - 17 MARCH WOODSHOW 2015 Indonesia International Wood & Wood Machinery Show Senayan East Park The Eco Green Zone Jakarta, Indonesia 17 - 19 MARCH IFMAC 2015 JIEXPO Kemayoran Jakarta Jakarta, Indonesia 24 - 26 MARCH DOMOTEX ASIA / CHINAFLOOR 2015 International Floorcovering Exhibition Shanghai, China 28 MARCH - 01 APRIL CIFF 2015 Part II China International Furniture Fair Office Furniture Guangzhou, China 28 MARCH - 04 APRIL CIFM INTERZUM 2015 China International Woodworking Machinery & Furniture Raw Materials Fair Guangzhou, China 30 MAR - 02 APRIL HDD HOTEL FURNITURE 2015 Hotel Furniture China Shanghai, China
APRIL 06 - 09 APRIL HONG KONG INTERNATIONAL LIGHTING FAIR 2015 Spring Edition Hong Kong, China 14 -16 APRIL WOODSHOW 2015 DUBAI INTERNATIONAL WOOD & WOOD MACHINERY SHOW Dubai World Trade Center United Arab Emirates, Dubai 15 - 18 APRIL VIETNAM EXPO 2015 Vietnam International Trade Air Hanoi, Vietnam 18 - 21 APRIL LIFESTYLE VIETNAM 2015 Vietnam International Home Decor, Gift, And Housewares Fair Ho Chi Minh, Vietnam 20 - 23 APRIL HONG KONG INTERNATIONAL HOUSEWARE FAIR 2015 Hong Kong, China MAY
MAY
13 - 15 MAY C - STAR 2015 International Trade Fair For Solutions and Trends All About Retail Shanghai, China 21 - 24 MAY LED EXPO 2015 Exhibition on LED Lighting & Technology Bangkok, Thailand
57
BIZNEWS
American Hardwood Exports Continue to Grow in 2014 in Southeast Asia and Greater China Data released by the U.S. Department of Agriculture for the first three quarters of 2014 shows a continuing growth in global exports of American hardwood products with an increase of 22% in value in comparison to the same period last year. American hardwood lumber exports to Southeast Asia represent US$195.9 million in value for the first nine months suggesting that the overall value in 2014 would be estimated at $261.2 million if shipments continue at the same rate in the final quarter. From 2009, the annual increase is 126% in five years.
to Vietnam accounts to nearly 75% of the total of US hardwood lumber export to Southeast Asia. This large increase attributes to the steady growth in furniture, joinery and flooring markets. Malaysia has shown an increase of 18% of American hardwood lumber as well as an increase of 16% of veneer imports. Thailand continues to be the fourth largest market in Southeast Asia for American hardwood products with an increase of 12% of hardwood lumber. Plywood had the largest import value with an increase of 721% in comparison to log imports which decreased by 15%.
The export of US hardwood lumber
USDA US Hardwood Exports - Hardwood Lumber Exports by Country 58
The Philippines is a relatively small market for American hardwoods however there has been an increase in lumber exports to 44% in value from the same period last year. Although Singapore showed a decrease of hardwood lumber there has been an increase of veneer and hardwood flooring which indicates demand for furniture and flooring. However Singapore companies remain highly competitive by setting up production facilities in China, Vietnam, Malaysia and Indonesia. U.S. exports of sawn hardwood lumber to China were up 40% in value and American hardwood logs up 45%. Most of this is now consumed domestically, making it by far the largest market for American hardwood exports. The total value for the first three quarters of 2014 for Greater China including Hong Kong and Taiwan was US$1.26 billion. This is in caparison to US$813,057,959 in 2013. Major sectors are furniture and flooring, especially Oak, the popularity of which continues to rise exponentially for flooring in China. John Chan, AHEC Regional Director for Southeast Asia and Greater China said "This data demonstrates US hardwoods continuing to make strong progress throughout Asia".
www.interzum.com
Furniture production Interiors Cologne
The future starts here.
interzum 05.–08.05.2015
World’s Leading Event
New : Tuesday – Friday !
Fresh ideas and progressive solutions ! All in one place ! At interzum, you’ll find everything you could possibly need in terms of innovating for the future of your business : visionary technology, the newest materials and innovative design. The best ideas and innovations for the furniture and interiors industry make their debut at interzum. As the leading industry event, interzum is the doorway to the future. This is where the key players, trend-setters and driving inspirational forces of the industry come together. Get the competitive edge – and get inspired ! Save time and money ! Register and buy your tickets online. www.interzum.com/tickets
Contact Information: Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman (EKONID) Jl. H A Salim No. 115, Jakarta 10310, Indonesia Tel. +62 21 3155644, Fax +62 21 3155276,
[email protected]
PRODUCTS & TECHNOLOGY
EKAFLEX SPESIFIKASI Backing
Boanding
KARAKTERISTIK
Flexible JF
Removal Rate
medium
Weight Cotton
Lifetime
long
Cloth
Stability
Resin Over Resin
Clogging
good
Finishing
Very God
Grit
Aluminium Oxide
Coating
Semi-open
Grit range
P60-P240,
P320,
P400
PENGGUNAAN
APLIKASI
EKA 1000 F SPESIFIKASI Backing
Boanding
KARAKTERISTIK
Antistatic F
Removal Rate
Very High
Weight Paper
Lifetime
Long
Resin Over Resin
Stability
High
Clogging
Low
Finishing
Rough-good
Grit
Aluminium Oxide
Coating
Open
Grit range
P40-P240
PENGGUNAAN Bahan pengamplasan serbaguna untuk berbagai aplikasi kayu. Tingkat pengikisan yang tinggi dalam ukuran grit kasar saat pengamplasan kayu lunak dan kayu keras. Cocok untuk pengamplasan stainless steel dan aluminium lembaran dan gulungan. Masa pakai amplas belt yang awet dan permukaan yang sangat baik untuk pengamplasan kulit.
APLIKASI 60
EKA 1000 E SPESIFIKASI Backing
Boanding
KARAKTERISTIK
Antistatic E
Removal Rate
Medium
Weight Paper
Lifetime
Long
Resin Over Resin
Stability
Medium - High
Clogging
Low
Finish
Good
Grit
Aluminium Oxide
Coating
Semi-open
Grit range
P240-320, P400-P600
PENGGUNAAN
APLIKASI
EKA 3001 E SPESIFIKASI Backing
Boanding
E Weight Paper
KARAKTERISTIK Removal Rate
Medium
Lifetime
Long
Resin Over Resin,
Stability
Medium
Antistatic
Clogging
Low
Finish
Good
Grit
Siilicon Carbide
Coating
Semi-open
Grit range
P240-P600
PENGGUNAAN Finishing yang sempurna dari pengamplasan lacquer. Terutama cocok untuk lacquer yang keras.
APLIKASI 61
EKA 3001 N SPESIFIKASI Backing
Removal Rate
Low
Lifetime
Very Long
Resin Over Resin,
Stability
Medium
antistatic
Clogging
Low
Finish
Very Good
E Weight Paper
Boanding
KARAKTERISTIK
Grit
Siilicon Carbide
Coating
Semi-open
Grit range
P240-P1000
PENGGUNAAN
APLIKASI
EKA SILVER SPESIFIKASI Backing
Boanding
EKASILVER dirancang dengan pasir silikon pada jenis kertas yang cukup lentur dan mampu mengamplas permukaan menjadi sangat halus, konsisten pola goresannya dan tidak banyak menimbulkan serat. EKASILVER dilapisi dengan bahan “stearate” yang bersama-sama dengan ‘open-coat grain’ yang secara efektif mengurangi dampak ‘clogging’. Produk ini sangat cocok untuk pengamplasan tangan serta untuk mesin portabel pengamplasan.
62
A Weight Paper
Resin Over Resin
Grit
Siilicon Carbide
Coating
Semi-open
Grit range
P120-P320, P400
PENGGUNAAN
APLIKASI
KARAKTERISTIK Removal Rate
Low
Lifetime
Long
Stability
Low
Clogging
Low
Finish
Very Good
RKEO SPESIFIKASI Backing
E Weight Paper
Boanding
Resin Over Resin
Grit
Aluminium Oxide
Coating
Semi-open
Grit range
P40, P60-P240
KARAKTERISTIK Removal Rate
High
Lifetime
Very Long
Stability
High-medium
Clogging
Low
Finish
Rough-medium
PENGGUNAAN Bahan pengamplasan serbaguna untuk berbagai macam aplikasi. Mampu mengikis dengan kemampuan tinggi. Sangat baik untuk pengamplasan stainless steel dan material2 aluminium. Awet dan tanpa menimbulkan goresan khususnya pada pengamplasan materia- material kulit.
APLIKASI
RKJFO SPESIFIKASI Backing
Boanding
KARAKTERISTIK
Flexible JF
Removal Rate
Medium
Weight Cotton
Lifetime
Very Long
Cloth
Stability
Low
Resin Over Resin
Clogging
Low
Finish
Good
Grit
Aluminium Oxide
Coating
Open
Grit range
P60-P320, P400
PENGGUNAAN Bahan pengamplasan serbaguna untuk berbagai macam aplikasi. Mampu mengikis dengan kemampuan tinggi. Sangat baik untuk pengamplasan stainless steel dan material2 aluminium. Awet dan tanpa menimbulkan goresan khususnya pada pengamplasan material kulit.
APLIKASI 63
RKJFON SPESIFIKASI Backing
Boanding
KARAKTERISTIK
Flexible JF
Removal Rate
Medium
Weight Cotton
Lifetime
Very Long
Cloth
Stability
Low
Resin Over Resin
Clogging
Very Low
Finish
Good
Grit
Aluminium Oxide
Coating
Open
Grit range
P80,
P180-P320,
P400-P600
PENGGUNAAN
APLIKASI
RKXO SPESIFIKASI Backing
Boanding
RKXO adalah backing amplas berbahan X kuat dan kokoh sangat cocok pengamplasan yang berat utk permukaan yang lebar dan kecil.
64
Flexible J Weight
Removal Rate
Medium
Cotton Cloth
Lifetime
Very Long
Resin Over Resin
Stability
Low
Clogging
Low
Finish
Good
Grit
Aluminium Oxide
Coating
Open
Grit range
P60-P320, P400
PENGGUNAAN
APLIKASI
KARAKTERISTIK
RKJFO
SPESIFIKASI GRIT
60-320,400
PASIR
Aluminium oxid e
COATING
Terbuka
PEREKAT
Resin over resi n
BACKING LEBAR JUMBO ROLL
1370
PENGGUNA AN
sempurna halus nya,nyataawetnya