Advertorial
APOTECARE: SISTEM LAYANAN APOTEK – PASIEN TERINTEGRASI BERBASIS XMPP GUNA MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN APOTEK TERHADAP POLA KONSUMSI OBAT Gusti N.K.M. Sartono1, Kholid Abdul Hafidz1*, Arief Radityo2, Dwiyan Rahmanianto2 1
Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, 2Fakultas Ilmu Komputer,
Universitas Indonesia Corresponding author’s email:
[email protected]
*
ABSTRAK Sistem pelayanan kesehatan terkait kepatuhan konsumsi obat pasien merupakan target utama dari program ApoteCare. Integrasi antara apotek dengan pasien merupakan keunggulan yang masih bisa dimaksimalkan pada masyarakat saat ini. ApoteCare memfasilitasi pengaturan alarm pengingat konsumsi obat, pengingat jumlah obat yang harus dikonsumsi dalam satu hari, edukasi penggunaan obat terkait resep pasien, sehingga pasien memperoleh fasilitas yang terjamin dari apoteker untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi obat melalui smartphone dari pasien. Penelitian ini dimulai dengan melakukan penyebaran kuesioner, analisis lapangan ke apotek, pengolahan data, pembuatan aplikasi, User Acceptance Test (UAT), registrasi aplikasi, publikasi, pelatihan tenaga kesehatan, dan evaluasi. Sistem ini nantinya dapat diterapkan di seluruh penyedia layanan kefarmasian di Indonesia ataupun di dunia, agar angka ketidakpatuhan pasien terhadap konsumsi obat dapat berkurang. Sistem ini sangat potensial mengingat jumlah pengguna smartphone yang juga semakin meningkat, dan penggunaan yang mudah serta fasilitas yang sangat membantu pasien untuk meningkatkan kualitas kesehatan mereka.
Kata kunci: pola konsumsi obat, apotek, pasien, integrasi, smartphone, alarm
ABSTRACT The healthcare service system related to patient’s compliance on drug administration is the primary goal of ApoteCare program. Integration between pharmacies and patients is undoubtedly advantageous if improved within our society. ApoteCare facilitates alarming reminders about when, and how many drugs needs to be administered, also providing drug usage education to the patients, so that they will receive a reliable service, ensuring drug compliance by simply using smartphones. This research is conducted by giving out questionaires, field studies in pharmacies, data collecting, application development,User Acceptance Tests (UAT), registration of the application, publication, training of healthcare professionals, and evaluation. Later on, this system is possible to be implemented within the nationwide or even worldwide pharmaceutical service providers, which could meet our goal to minimize patient incompliance. Also, this system basically posess a really promising potential in a world where smartphone usage is rapidly growing, while at the same time, prioritizing ease of usage, in which it will really help patients to improve their very own quality of health.
Keywords: drug usage pattern, pharmacy, patients, integration, smartphone, alarm
1. PENDAHULUAN Kepatuhan (compliance)
berobat
merupakan
didapat hasil bahwa dari keseluruhan
masalah
responden,
kompleks dan multifaktor yang dapat
mengalami
mempengaruhi
obat karena berbagai alasan (Wibowo,
hasil
Sedangkan
pengobatan.
dampak
ketidakpatuhan
dari
berobat
(non-
hampir
separuhnya
ketidakpatuhan
minum
2008). Hasil wawancara dengan mitra kerjasama,
juga
memberikan
compliance) pada seseorang dapat
bahwasanya
mengakibatkan
berulang kali meminta resep dari awal,
menilai
kesalahan
efektivitas
diagnostik,
dalam
obat,
uji
perubahan
yang
banyak
hasil
menandakan
pasien
bahwa
yang
mereka
atau
mengalami putus obat sehingga harus
penggantian obat, dan perawatan di
memulai terapi dari awal kembali.
rumah sakit yang sebenarnya tidak
Banyak
diperlukan. (Wibowo, 2008). Tidak ada
ketidakpatuhan
kesepakatan yang pasti dalam nilai
lupa
batas
pasien mengenai infomasi obat dan
kepatuhan
berobat
seorang
yang
ketika
dikonfirmasi,
disebabkan
meminum
obat,
masalah
penyedia
pasti
kuesioner yang penulis buat, dengan
sepakat, bahwa kepatuhan obat harus
total 100 responden tersebar di daerah
diusahakan
Jabodetabek,
kesehatan
semaksimal
mungkin
Hasil
keterbatasan
pasien. Namun semua pasien dan layanan
biaya.
karena
juga
dari
menunjukkan
untuk mencapai terget terapi yang
bahwa
diinginkan.
berobat
mengkonsumsi obat yang memerlukan
akan mengakibatkan risiko yang tidak
kontinuitas, adalah lupanya pasien dan
diinginkan seperti kunjungan ke dokter
keterbatasan pengetahuan mengenai
berulang
bahayanya ketidakpatuhan meminum
Ketidakpatuhan
kali,
perubahand
an
penambahan resep, perburukan klinis, serta masa perawatan menjadi lebih panjang.
masalah
survey
Masalah yang ada sekarang penyedia
layanan
bahwa
kesehatan, pasien, dan stakeholder
tingkat ketidakpatuhan pasien dalam
lainnya termasuk pemerintah untuk
konsumsi obat masih cukup besar.
membuat solusi guna meningkatkan
Diambil
kepatuhan pasien untuk menghindari
dari
menunjukkan
saat
obat.
menuntut
Data
terbesar
hasil
penelitian
di
Puskesmas di Yogyakarta dan Rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta,
resiko buruk yang mungkin muncul. Hal ini mendorong penulis untuk
membuat sebuah solusi yang dirasa
obat secara acak untuk memperoleh
efektif dalam meningkatkan layanan
data penunjang yang aktual terkait
apoteker
konsumsi
selaku
penyedia
layanan
dispensing obat, yang tentu akan
obat
Setelah
kepatuhan minum obat pasien. Sistem
dikumpulkan,
layanan
berdasarkan
diharapkan
diterapkan
di
penyedia
kesehatan,
seperti
dapat layanan
rumah
sakit,
apotek, dan klinik-klinik kesehatan.
di
Indonesia.
berperan penting dalam pengupayaan
ini
masyarakat
data-data analisis
tersebut
dan
kondisi
diskusi lapangan
dilakukan
untuk
mengetahui
problem
dari
masalah
core terkait
pelayanan di apotek mitra secara khusus,
2. METODE
ataupun
kesehatan
masyarakat Indonesia secara umum.
Persiapan dan Perencanaan Konsep
Berdasarkan core problem yang
Tahap Rancang Aplikasi dan Pembuatan Desain
didiskusikan, studi literatur dilakukan dari berbagai sumber untuk mencari referensi yang bisa menjadikan dasar
User Acceptance Test
pengembangan solusi terkait masalah
Implementasi
yang
ada.
Setelah
analisis
dan
menyesuaikan dengan literatur yang Market Deployment dan Sosialisasi
ada, tercapai solusi dari masalah
Monitoring dan Evaluating
tersebut yakni sebuah sistem layanan berupa program aplikasi yang memiliki
Gambar 1. Bagan metode kerja
fitur utama: 2.1.
Tahap
Persiapan
dan
Perencanaan Konsep
yang
Tahap awal dalam pelaksanaan program ini adalah dengan melakukan wawancara discussion anggota Untuk
dan
focus
group
(FGD)
antara
seluruh
kelompok menunjang
dengan hasil
FGD
mitra. dan
wawancara dengan mitra, dilakukan juga
survei
1. Alarm pengingat minum obat
berupa
penyebaran
kuesioner online mengenai konsumsi
terintegrasi
antara
device apotek dengan pasien berdasarkan konseling oleh apoteker 2. Edukasi
berkala
terkait
penyakit obat dan panduan konsumsi obat secara umum 3. Alarm pengingat jumlah obat yang
harus
dikonsumsi
dalam satu hari berdasarkan
dosen untuk dapat dievaluasi sebelum
konseling apoteker.
disosialisasikan ke masyarakat luas.
2.2. Tahap Rancang Aplikasi dan Pembuatan Desain Pada tahap ini juga dilakukan perancangan aplikasi, yakni dimulai dari
spesifikasi
Requirements
aplikasi.
Software
Specifications
akan
Kekurangan
perancangan
masih
terdapat
dalam pelaksanaan tahap ini akan diperbaiki
hingga
diperoleh
hasil
terbaik. 2.5. Tahap Market Deployment dan Sosialisasi
dibuat pada tahap ini. Pelaksana
yang
Program yang sudah melewati
juga
melakukan
desainaplikasi
dan
tahap
UAT,
sudah
dipublikasikan.
siap
Market
deployment
desain antarmuka pengguna. Hal ini
akan
diperlukan
deployment di playstore untuk platform
untuk
kemudahan ketepatan
penggunaan berdasarkan
pelayanan dilakukan bidang
menyesuaikan
terkait
Universitas
Konsultasi
praktisi
pada
dalam
lingkungan
Indonesia
untuk
mendapatkan arahan yang optimal.
dirancang
dengan
dilakukan
dengan
penyebaran pamflet dan mengadakan launching
event
Sosialisasi
dan
di
apotek
promosi
mitra.
dilakukan
bertahap karena harus menyesuaikan kompetensi
apotek
untuk
menampung jumlah pengguna akses. antarmuka
dan
struktur aplikasi yang sudah dibahas dan
Sosialisasi
dengan
2.3. Implementasi Rancangan
bertahap,
Android sebagai yang pertama.
standar
kefarmasian. terhadap
dan
dilakukan
untuk
di
tahap-tahap
sebelumnya akan diimplementasikan
Poster,
leaflet,
dan
media
jejaring sosial juga akan digunakan untuk
menyebarluaskan
adanya
program ini.
di dalam tahap ini. Implementasi akan
2.6.
dilakukan pada server dan aplikasi
Evaluating
device.
stiker,
Tahap
Tahap
ini
Monitoring
dan
dilakukan
sejak
2.4. Tahap UAT (User Acceptance
apotek menawarkan layanan program
Test)
pertama Simulasi program diuji pada
Monitoring
kali
kepada
dilakukan
pasien. terhadap
skala kecil di lingkungan Universitas
kelancaran alur program, kemudahan
Indonesia
penggunaan
kepada
mahasiswa
dan
aplikasi,
efektivitas
program terhadap tujuan utama, dan
yang dialami dalam praktik pelayanan
efisiensi
integrasi
kefarmasian di Apotek Permatasari
layanan. Deployment untuk platform
antara lain adalah pembelian obat
lain akan menyesuaikan tahap ini.
antibiotik dalam jangka waktu dekat,
program
terkait
Evaluasi akhir dalam bentuk
kurangnya pengetahuan masyarakat
laporan diperlukan sebagai bentuk
tentang informasi obat, dan kebutuhan
pertanggungjawaban pelaksana dan
peningkatan daya saing apotek.
arsip
sebagai
pembelajaran
untuk
kedepannya.
3.3 Rancang Bangun Aplikasi Dari
hasil
survey
dan
wawancara yang diperoleh, masalah
3. HASIL 3.1. Hasil Survey
yang perlu diatasi adalah:
Survey dilakukan menggunakan
1. Mengurangi angka ketidakpatuhan
kuesioner online, dengan responden
konsumsi obat pada pasien, meliputi
sejumlah 100 orang dari berbagai latar
menurunkan frekuensi lupa konsumsi
belakang usia, pendidikan, dan asal
obat dan lupa membawa obat.
daerah.
2.
Berdasarkan
kuesioner
Memberikan
edukasi
terkait
tersebut diperoleh hasil bahwa lupa
konsumsi dan informasi obat kepada
minum obat merupakan permasalahan
pasien.
yang
Untuk memecahkan masalah tersebut,
paling
banyak
dialami
oleh
pasien, sedangkan lupa membawa
dapat
obat merupakan permasalahan kedua
sebuah
yang
apotek – pasien, berupa piranti lunak
paling
banyak
dialami
oleh
dilakukan sistem
dengan
membuat
terintegrasi
antara
pasien. Masalah lainnya adalah 48 dari
yang
100 responden mengatakan bahwa
menunjang kepatuhan pasien terhadap
mereka
pola konsumsi obatnya.
tidak
mengetahui
risiko
ketidakpatuhan minum obat.
memberikan
fitur-fitur
untuk
Piranti lunak yang dinamakan “ApoteCare” ini berupa sebuah aplikasi
3.2. Hasil Wawancara Wawancara dilakukan dengan
desktop yang ditempatkan di apotek
Dra. Sufitrina Rostam, Apt. selaku
dan sebuah aplikasi yang terinstall di
apoteker
smartphone pasien. Alur proses yang
penanggung
jawab
dari
Apotek Permatasari yang berlokasi di Muncul, Tangerang. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa masalah
terjadi adalah:
Memasukkan data pasien di komputer apotek
Pasien install aplikasi melalui playstore
Pengiriman pengaturan ke akun pasien
Aktivasi akun
Gambar 2. Bagan alur kerja data ApoteCare
Pasien
yang
berkunjung
ke
apotek nantinya akan ditawari layanan ApoteCare
ini.
Bagi
pasien
yang
bersedia, akan dilakukan digitalisasi resep
yang
dimiliki
pasien.
Data
Gambar 3. Alarm Pengingat Minum Obat
kemudian diupload ke server, yang kemudian
akan
disinkronisasi
di
aplikasi pada smartphone pasien yang telah diinstall sebelumnya. Digitalisasi resep dilakukan oleh pihak penyedia layanan rumah
kesehatan sakit,
atau
(puskesmas, klinik).
Pasien
kemudian akan mendapatkan notifikasi sesuai
jadwal
minum
obat
yang
seharusnya dikonsumsi. Aplikasi
ApoteCare
sangat
mudah digunakan, diinstall baik bagi pihak penyedia layanan kesehatan, maupun bagi pasien sendiri. Hasil User Acceptance Test menunjukkan bahwa aplikasi berjalan dengan lancar sesuai alur
yang
sebelumnya.
telah
direncanakan
Gambar 4. Alarm Pengingat Minum Obat
Gambar 7. Tahap 2 Pengisian Digitalisasi Resep di Komputer Apotek Gambar 5. Alarm Pengingat Jumlah Obat Harian
Apotek juga berperan penting dalam terlaksananya
sistem
ini
nantinya.
Tenaga yang terlatih dan fasilitas pendukung berupa teknologi ini dapat meningkatkan kualitas layanan apotek terhadap pasien.
Gambar 8. Tahap 3 Pengisian Digitalisasi Resep di Komputer Apotek
Manfaat
yang
akan
didapat
saat
system ini berhasil dijalankan adalah: 1. Mengurangi angka lupa pasien agar ketidakpatuhan konsumsi obat dapat ditanggulangi 2. Memberikan kebermanfaatan secara Gambar 6. Tahap 1 Pengisian Digitalisasi Resep di Komputer Apotek
pendidikan terkait penggunaan obat dan penyakit terkait kesehatan pasien
3.
Mengurangi
ataupun
angka
kemalasan
miskalkulasi
pasien
dalam
[2]
Oktaviani,
Kepatuhan
Dini.
Minum
Hubungan Obat
Anti
penghitungan jumlah obat yang harus
Tuberkulosis dengan Status Gizi Anak
dikonsumsi dalam satu hari.
Penderita Tuberkulosis Paru. Skripsi.
Evaluasi
sistem
secara
keseluruhan, baru dapat dilakukan bila sistem dijalankan di sebuah penyedia layanan
kesehatan
yang
cakupan
pasiennya besar.
D. SIMPULAN ApoteCare
merupakan
suatu
metode terintegrasi antara apotekpasien sehingga dapat meningkatkan angka
kepatuhan
pasien
yang
tentunya akan mengurangi kegagalan terapi terhadap pasien. E. SARAN Dari
hasil
penelitian
ini
disarankan untuk penerapan secara massal
baik
di
penyedia
layanan
kesehatan milik pemerintah maupun swasta. DAFTAR PUSTAKA [1]
Wibowo,
R
&
Soedibyo
S.
Kepatuhan Berobat dengan Antibiotik Jangka Pendek di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah
Sakit
Dr.
Cipto
Mangunkusumo, Jakarta. Sari Pediatri, 2008. Vol. 10(3):171-176
Semarang: 2011
Universitas
Diponegoro.